BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan Prosedur bedah sering kali mengakibatkan terbentuknya luka akibat tindakan insisi yang memerlukan penjahitan luka. Dalam melakukan sebuah tindakan penjahitan luka, sangatlah diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemilihan dan karakteristik dari benang jahit operasi dan teknik yang akan digunakan. yang
Penjahitan
tidak
tepat
luka
tidak
hanya
mengakibatkan penyembuhan luka
proses yang
namun juga dapat terjadinya
infeksi
tertunda, mengakibatkan
dan
komplikasi
lainnya.
2.2 pada
Penjahitan Rongga
Luka
Mulut
Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat dari ruda paksa. Penjahitan luka adalah suatu proses akhir dari prosedur bedah yang dilakukan untuk melekatkan kembali luka yang terbuka akibat insisi, untuk mengontrol perdarahan, dan memungkinkan terjadinya penyembuhan luka primer.4 Menurut Glossary of Prosthodontic Terms-7, penjahitan luka merupakan suatu proses penyatuan jaringan yang terpisah oleh karena trauma ataupun luka yang ditimbulkan oleh intervensi bedah dengan cara tertentu dengan menggunakan bahan yang tepat.3
2.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Penjahitan Luka
Dalam melakukan tindakan penjahitan, terdapat beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan tindakan penjahitan luka adalah sebagai berikut.
2.2.1.1 Alat yang Digunakan untuk Penjahitan Luka Adapun alat yang digunakan dalam melakukan tindakan penjahitan luka adalah needle holder, gunting benang, dan pinset chirurgis.7
2.2.1.1.1 Needle Holder Needle holder adalah sebuah instrumen dengan bentuk paruh pendek yang berfungsi sebagai pemegang bagian distal jarum jahit dengan jarak 1/2 – 3/4 dari ujung jarum jahit dan sebagai penyimpul benang.8 Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga).8 Untuk menjahit daerah intra oral biasanya digunakan needle holder ukuran 6 inchi (15cm).8
a
b
Gambar 1. Jenis-jenis needle holder (a). Crille wood (bentuknya seperti klem) dan (b). tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga)8 2.2.1.1.2 Gunting benang
Gunting benang biasanya memiliki dua buah ring sebagai tempat masuknya jari. Cara memegang gunting benang sama dengan cara memegang needle holder. Gunting benang yang paling banyak digunakan adalah Dean scissors. Dean scissor memiliki pisau yang bergerigi yang mengakibatkan pengguntingan benang menjadi lebih mudah.8,9
2.2.1.1.3 Pinset Chirurgis Pinset chirurgis biasanya memiliki susunan yang khas, yaitu terdapat semacam gigi yang berjumlah dua buah pada sisinya dan satu buah pada sisi yang lainnya. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi. a)
b)
c)
Gambar 2. Alat yang digunakan dalam melakukan penjahitan luka: (a) Needle holder; (b) Pinset chirurgis; (c) Gunting benang7
2.2.1.2 Bahan yang Digunakan untuk Penjahitan Luka Adapun bahan yang digunakan untuk penjahitan luka adalah jarum jahit dan benang jahit operasi.
2.2.1.2.1 Jarum jahit Jarum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran. Secara umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point, needle body, dan swaged (press-fit) end.10,11,12 Needle point berbentuk tajam dan berfungsi untuk penetrasi kedalam jaringan.10 Body merupakan bagian tengah dari jarum jahit.8,10
Sedangkan swaged (press-fit) end merupakan bagian tempat menempelnya benang.10 Jarum jahit digunakan untuk menutup luka insisi pada mukosa dan biasanya berbentuk round atau triangular.7 Jarum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat (stainless steel) yang kuat dan fleksibel.13
Gambar 3. Anatomi jarum jahit14 Jarum jahit memiliki bentuk dan jenis yang beragam seperti straight needle, curved needle, eyed needle, dan eyeless needle.14 Selain itu, jarum jahit juga tersedia dalam berbagai ukuran, yaitu 1/4, 3/8, 1/2, dan 5/8.14 Jenis jarum jahit yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah curved (circle) needle dengan ukuran 3/8 dan 1/2.11,13 Curved needle berukuran 3/8 biasa digunakan pada daerah bukal ke lingual dalam satu gerakan dengan memutar jarum jahit pada axis sentralnya.11,15 Sedangkan curved needle berukuran 1/2 biasanya digunakan pada daerah bukal gigi molar atas dan permukaan fasial gigi insisivus pada rahang atas dan rahang bawah. Curved needle juga dapat digunakan dalam pembedahan mukogingival dan periosteal.11,15 Secara umum, curved needle terbagi menjadi dua jenis, yaitu round bodied dan cutting. Cutting curved needle terbagi atas dua jenis, yaitu konvensional dan reverse cutting. Reverse cutting biasanya lebih mudah diaplikasikan pada daerah rongga mulut karena tidak akan menembus atau mengoyak jaringan.15,16
2.2.1.2.2 Benang Jahit
Perkembangan bahan benang jahit untuk penjahitan luka terus berkembang. Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat ideal seperti dibawah ini.9,14,17,18 a. Harus memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka dengan baik hingga proses penyembuhan selesai. b. Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada jaringan. c. Memiliki daya simpul yang baik. d. Harus memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan material jahitan tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang meradang di sekitar luka dan menyebabkan infeksi. e. Mudah disterilisasi. f. Murah.
2.2.1.2.2.1 Klasifikasi Benang Jahit dalam Penjahitan Luka Bahan material benang jahit dapat diklasifikasikan menurut jenis material menjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable.3,12,18,19,20,21 Berdasarkan jumlah benang, juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu monofilament dan multifilament.3,12 Selain itu dapat pula diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu alami dan sintetik.3,12 Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh.3 Benang jenis absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik.14 Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah catgut, collagen, cargille membrane, kangaroo tendon, dan fascia lata.14 Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl), polydioxanone (PDS), dan polytrimethlylene carbonate (maxon).14 Benang jahit jenis absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah catgut yang dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan garam asam kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebih lama dan daya reaktivitas jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yang
tidak dimodifikasi.14 Pada umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untuk diserap tubuh.22 Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh.3 Benang jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami dan sintetik.14 Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon, polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang non-absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0.9,11,15,23 Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra. Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah. Namun, benang jenis ini harus segera dibuka pada minggu pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk menyebabkan inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang mudah mengalami penumpukan akumulasi plak serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam luka.15,24
2.2.1.2.2.2 Ukuran Benang Jahit Benang jahit tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile strengthnya.12,4 Standar untuk mengidentifikasi tensile strength yang bervariasi ditentukan dari jumlah angka nol (0).14 Makin kecil diameter benang, maka makin banyak angka nol yang dimiliki benang.14 Ukuran dimulai dari a 0 dan berlanjut dengan 00, 000, 40, dan 10-0. Contohnya, benang jahit operasi jenis nylon ukuran 4-0 memiliki diameter yang lebih besar dari benang jahit nylon ukuran 6-0 dan memiliki tensile strength yang lebih besar pula.14 Benang jahit operasi yang lebih tebal biasanya tepat digunakan untuk penjahitan pada lapisan mukosa yang lebih dalam dan untuk mengikat pembuluh darah.3 Sedangkan benang yang lebih tipis biasa digunakan untuk menutup jaringan yang tipis seperti konjungtiva dan insisi yang dilakukan pada wajah.4 Ukuran benang jahit yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah 3-0, 4-0, dan 5-0.12,15
2.2.1.2.2.3 Prinsip Pemilihan Bahan untuk Penjahitan Luka
Pemilihan bahan untuk penjahitan luka harus didasari dengan pengetahuan tentang karakteristik penyembuhan jaringan, ketebalan jaringan yang akan dijahit, aspek fisik dan biologis yang dimiliki oleh bahan, dan kondisi luka yang akan dijahit.1 a. Tingkat Penyembuhan Jaringan Ketika luka sudah mencapai strength maksimal, maka penjahitan tidak lagi dibutuhkan. Untuk jaringan yang biasanya mengalami penyembuhan yang lambat, seperti misalnya kulit, wajah, dan tendon, harusnya dijahit dengan benang tipe nonabsorbable. Sedangkan untuk jaringan yang tingkat penyembuhannya cukup cepat, seperti pada otot, ataupun periosteum, dapat dijahit dengan benang jenis absorbable. b. Kontaminasi Jaringan Dalam hal ini, benang tipe monofilament absorbable maupun monofilament non-absorbable dapat digunakan untuk meminimalisir kontaminasi akibat adanya benda asing sehingga mencegah terjadinya infeksi. c. Estetika Ketika estetis merupakan hal yang penting, maka penggunaan benang yang dianjurkan adalah benang jenis monofilament yang memiliki diameter yang kecil, seperti misalnya polyamide atau polypropylene. Hindari penjahitan luka dengan teknik subcuticular dengan menggunakan benang vicryl atau prolene. d. Pasien Kanker Hipoproteinemia dan kemoterapi dapat mengganggu penyembuhan luka. Dalam hal ini, dianjurkan untuk menggunakan benang sintetik non-absorbable. Jika pasien akan di radiasi setelah intervensi bedah, maka penggunaan monofilament polypropylene harus dihindari dan diganti dengan benang polyester. e. Status Nutrisi Pada pasien kurang nutrisi dan hipoproteinemia, penggunaan benang jenis non-absorbable adalah pilihan terbaik. Sebaiknya hindari penggunaan benang absorbable karena dapat menyebabkan wound dehiscence. f. Ukuran Benang
Dalam melakukan tindakan penjahitan, ukuran benang harus dipilih dengan tepat dan biasanya tergantung pada tensile strength jaringan. Benang yang memiliki diameter yang lebih kecil memiliki tensile strength yang lebih baik daripada benang dengan ukuran diameter yang besar.
2.2.2 Teknik Penjahitan Luka Penjahitan luka memiliki teknik yang beragam, seperti simple interrupted suture, simple continuous suture, locking continuous suture, vertical mattress suture, horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan figure-of-eight suture.12 Meskipun demikian, teknik-teknik penjahitan luka tersebut haruslah memenuhi prinsip-prinsip umum penjahitan luka seperti dibawah ini:3,9,10,11,14,15 a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit. b. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap permukaan jaringan. c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkan jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm. d. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat. e. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
2.2.2.1 Simple Interrupted Suture Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka yang paling umum digunakan.9,12 Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi.15 Simple interrupted suture memiliki potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan sirkulasi kulit. Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup panjang untuk
insersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas jahitan yang membentuk seperti jalur kereta api (rail-road scar).14
Gambar 4. Simple Interrupted Suture1 2.2.2.2 Simple Continuous Suture Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah insersi jahitannya yang cukup cepat. Sedangkan kerugiannya adalah jika salah satu jahitan terputus, maka keseluruhan jahitan akan rusak. Oleh karena itu, teknik ini diindikasikan pada penjahitan luka pada daerah tension yang minimal.14
Gambar 5. Simple Continuous Suture14
2.2.2.3 Locking Continuous Suture Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous suture, namun terdapat keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci. Dengan adanya mekanisme ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara perpendikular. Selain itu, hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara terus menerus sebagai kemajuan proses penyembuhan luka.14
Gambar 6. Locking Continuous Suture14 2.2.2.4 Vertical Mattress Suture Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan teknik simple interrupted suture, perbedaannya adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka yang berfungsi untuk memaksimalkan eversi luka, meminimalisir adanya dead space, dan meminimalisir tekanan yang melewati luka.14
Gambar 7. Vertical Mattress Suture14 2.2.2.5 Horizontal Mattress Suture Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra oral. Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah insisi dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama.14
Gambar 8. Horizontal Mattress Suture14
2.2.2.6 Subcuticular Suture Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik ini, jahitan dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati kedua tepi luka secara bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari satu minggu pada area luka.14
Gambar 9. Subcuticular Suture14 2.2.2.7 Figure-of-eight Suture Teknik ini biasa digunakan untuk menutup luka pasca ekstraksi.9,14
Gambar 10. Figure-of-eight suture14 2.2.3 Simpul Penyimpulan jahitan tergantung pada jenis benang yang digunakan.11 Slip (granny) surgical knot biasa digunakan ketika menggunakan benang silk, chromic gut, atau plain catgut.11 Sedangkan surgeon’s knot, yang merupakan teknik penyimpulan standar, digunakan pada jahitan yang menggunakan benang jenis sintetik, baik absorbable maupun non-absorbable.11,26 Ketika jahitan telah diinsersi, harus dilakukan penyimpulan agar jahitan dapat terjaga. Penyimpulan dilakukan dengan metode tradisional. Pertama, ujung needle holder diputar searah jarum jam mengitari benang yang panjang sebanyak dua kali putaran. Setelah itu, ujung needle holder digunakan untuk menggengam bagian akhir
benang yang pendek. Kemudian, bagian tersebut ditarik sepanjang benang yang panjang dengan melewati tangan, sehingga kedua bagian benang tersebut terletak saling menyilang dari garis jahitan. Selanjutnya, needle holder diputar kembali berlawanan jarum jam sebanyak satu kali mengitari benang yang panjang tadi, kemudian ujung needle holder menggengam ujung benang pendek untuk dilewatkan pada lubang dan akhirnya benang tersimpul dengan sempurna.14
Gambar 11. Surgeon’s knot14 2.2.4 Pembukaan Benang Jahitan Jahitan pada daerah kulit biasanya dibuka setelah 7 sampai 10 hari, sedangkan daerah mukosa dibuka setelah 5 sampai 7 hari.1 Caranya adalah dengan memegang ujung simpul dengan pinset, lalu memotong ujung jahitan yang dekat dengan arah masuknya benang dengan gunting. Jika tidak, maka benang yang terkontaminasi akan ikut tertarik masuk ke dalam daerah luka yang sedang mengalami penyembuhan, akibatnya terjadilah infeksi.14
2.3 Respon Biologis Jaringan terhadap Penyembuhan Luka Tubuh mempunyai mekanisme pelindung dalam menahan perubahan lingkungan. Apabila faktor dari luar tidak mampu ditahan oleh pelindung tersebut maka terjadilah luka. Dalam merespon luka tersebut, tubuh memiliki fungsi fisiologis penyembuhan luka. Berdasarkan tipe penyembuhannya, penyembuhan luka dibagi menjadi tiga, yaitu penyembuhan luka primer, sekunder, dan tersier. 2.3.1 Penyembuhan Luka Primer Penyembuhan luka primer adalah penyembuhan yang terjadi setelah diusahakan bertautnya tepi luka, biasanya dengan jahitan, plester, skin graft, atau flap.26 Luka-luka yang bersih sembuh dengan cara ini, misalnya luka karena operasi, dan luka kecil yang bersih. Penyembuhannya tanpa komplikasi, berjalan cepat dan hasilnya baik secara estetis. Namun, hal tersebut dipengaruhi juga oleh keterampilan dan pengetahuan dokter gigi serta kondisi pasien seperti faktor usia, berat badan, status nutrisi, respon imun, dan penyakit kronis yang diderita pasien. Penyembuhan luka primer berlangsung dalam tiga fase, yaitu:22,27,28,29 a. Fase Inflamasi Karakteristik utama dari fase ini adalah pembentukan fibrin pada jaringan yang rusak.28 Respon inflamasi menyebabkan keluarnya cairan jaringan, akumulasi sel dan fibroblas, dan peningkatan suplai darah ke daerah luka. Leukosit dan sel-sel lain memproduksi enzim proteolitik yang dapat menguraikan dan menghilangkan debris pada jaringan yang rusak. Proses ini berlangsung pada hari ke-3 hingga hari ke-7. Selama fase inflamasi akut, peningkatan tensile strength jaringan tidak terjadi, tetapi hal ini hanya tergantung pada material penjahitan luka yang digunakan. b. Fase proliferasi Setelah proses debridemen oleh leukosit selesai, fibroblas akan mulai membentuk matriks kolagen pada luka yang dikenal sebagai jaringan granulasi. Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat. Serat kolagen membentuk tensile strength dan piabilitas dari luka yang sedang mengalami penyembuhan hingga mencapai 70%-80%.28 Setelah serat kolagen mengisi pembuluh darah yang baru
terbentuk, jaringan granulasi akan menjadi berwarna merah terang. Proses ini terjadi pada hari ke 3 setelah luka terbentuk.22,27,28 Kontraksi luka juga terjadi dalam fase ini. Kontraksi luka adalah sebuah proses dimana terjadi penarikan tepi luka secara bersamaan untuk menutup luka. Luka bedah yang mengalami penyembuhan luka primer memiliki respon kontraksi luka yang minimum. Hal ini mengakibatkan pembentukan jaringan parut atau skar yang minimum sehingga menghasilkan estetis yang lebih baik.22,27 c. Fase Remodeling Pada fase ini jumlah substansial dari serat kolagen yang terdeposisi akan dieliminasi dan digantikan oleh fibril-fibril baru untuk memungkinkan terjadinya peningkatan tensile strength jaringan. Fase ini dinyatakan berakhir apabila seluruh tanda peradangan telah hilang. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.22,27
Gambar 12. Fase penyembuhan luka27 2.3.2 Penyembuhan Luka Sekunder Penyembuhan luka sekunder yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.22,27
2.3.3 Penyembuhan Luka Tersier Penyembuhan luka tersier yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan dengan jahitan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir dan memiliki resiko pembentukan skar yang lebih besar.22,27
2.4 Respon Biologis Jaringan Terhadap Benang Jahit Respon sel terjadi setiap saat ketika terdapat benda asing yang diimplantasikan atau dimasukkan ke dalam tubuh.5 Secara umum, respon terhadap bahan material tindakan penjahitan seperti benang jahit sangatlah ringan.14 Respon ini diawali oleh invasi netrofil ke jaringan luka. Jika tidak terjadi komplikasi seperti trauma ataupun infeksi, respon akut sel terhadap bahan benang jahit operasi akan berubah dalam tiga hari setelah dilakukannya implantasi benang. Populasi neutrophil kemudian digantikan dengan monosit, sel plasma, dan limfosit. Setelah itu terjadilah proliferasi fibroblast dan jaringan ikat. Enzim histokimia menunjukkan bahwa seluruh perubahan sel disertai oleh adanya berbagai jenis enzim.1,14 Dengan asumsi teknik yang sama, jaringan, dan faktor yang berpengaruh lainnya, respon jaringan pada seluruh jenis benang jahit relatif sama pada hari ke lima hingga hari ke tujuh. Setelah ini respon jaringan akan bergantung terhadap jenis bahan benang jahit. Catgut yang tidak dimodifikasi biasanya lebih sering menyebabkan respon terhadap makrofag dan neutrophil, sedangkan seluruh benang non-absorbable menunjukkan respon aselular yang relatif.1,14 Absorbsi benang jahit yang berasal dari bahan alami terjadi dengan proses degradasi enzimatik. Sedangkan absorbsi benang jahit yang berasal dari bahan sintetik terjadi dengan proses hidrolisis. Hidrolisis menyebabkan reaksi jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan proses degradasi enzimatik. Pada umumnya, terdapat dua tahap absorbsi benang jahit. Tahap pertama memiliki waktu yang linear dan berlangsung dari beberapa hari hingga minggu. Tahap kedua dikarakteristikkan dengan adanya kehilangan massa dari benang jahit. Kehilangan massa tersebut terjadi sebagai respon leukositik selular
yang menghilangkan debris sel dan material benang jahit dari tepi jaringan yang berhadapan dengan benang jahit.17
a
b
c
Gambar 13. Reaksi biologis jaringan terhadap benang jahit absorbable jenis catgut. a).10 hari setelah penjahitan, belum terdapat reaksi. b). 42 hari setelah penjahitan, terjadi fragmentasi benang jahit dengan reaksi monositik. c). 1 tahun, terlihat adanya sel sisa yang berwarna kecoklatan.30
2.5 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).31,32 Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan sebagai berikut.31,32 a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application) Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthetic) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasar pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan menggunakan kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
responden. Menurut Arikunto, pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan melalui skala yang bersifat kualitatif, yaitu: a.
Baik
: Hasil presentase 76% - 100%
b.
Cukup
: Hasil presentase 56% - 75%
c.
Kurang : Hasil presentase <56%
2.6 Kerangka Teori
Penjahitan Luka
Teknik Penjahitan Luka
Alat dan Bahan
Alat yang Digunakan
Bahan yang Digunakan
Simple Interrupted Suture Simple Continuous Suture
Benang
Jarum jahit
Locking Continuous Suture Vertical Mattress Suture
NonAbsorbable
Absorbable
Horizontal Mattress Suture Subcuticular Suture Figure-of-eight Suture
Pengetahuan
2.7 Kerangka Konsep
Pengetahuan tentang Penjahitan Luka
Bahan Teknik