5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Air Teori Umum Tentang Air Dalam kehidupan sehari-hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting
dan berharga. Banyak aktivitas yang dilakukan bergantung pada air. Air digunakan untuk membersihkan badan dari kotoran dan kuman, mencuci pakaian, piring dan memasak (Rahayu, 2009). Air merupakan zat vital bagi kehidupan, dimana tidak satu pun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2-3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2-3 hari tanpa air minum. Kebutuhan air rata-rata secara wajar setiap orang adalah sebanyak 60 liter air bersih per hari untuk segala keperluannya (Suripin, 2002). Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Didalam tubuh manusia, air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Disamping itu juga, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan air sangat memegang peranan penting dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005).
Universitas Sumatera Utara
6
Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air merupakan barang langka yang paling dominan di butuhkan di permukaan bumi ini. Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil (mikroba) yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Nugroho, 2006).
2.1.2 1.
Sumber–Sumber Air
Air Laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2.
Air Atmosfir Dalam keadaan murni dan sangat bersih, dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saaat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
3.
Air Permukaan Air adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
Universitas Sumatera Utara
7
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun dan kotoran industri kota. Setelah megalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat di jelaskan sebagai berikut : Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, O2 akan meresap ke dalam air permukaan (Sutrisno, 1991). Air permukaan ada dua macam yakni : a.
Air sungai Dalam penggunaannya sebagai air minum, harus diolah sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
b.
Air rawa atau danau Kebanyakan air rawa berwarna kuning kecoklatan yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning kecoklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organik tinggi, maka umunya kadar Fe dan Mn akan tinggi dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut (Sutrisno, 1991).
Universitas Sumatera Utara
8
4.
Air Tanah Air tanah merupakan sumber air tawar di pelanet bumi, mencangkup kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigrasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung, atau sumur horizontal (Suripin, 2002).
2.2
Standar Kualitas Air Minum Standar kualitas air minum bagi Negara Indonesia terdapat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air minum (Sutrisno, 1991).
2.2.1 1.
Standar Kualitas Fisik Air Minum
Kekeruhan Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak pertikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan yaitu, tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi (Sutrisno, 1991). Kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10 mg/l (Suripin, 2002).
2.
Warna Warna didalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion alam (besi dan mangan), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air
Universitas Sumatera Utara
9
biasanya dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum. Dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna setelah kekeruhan sampel dihilangkan. Sedangkan yang dimaksud warna nampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh zat-zat yang terlarut didalam air tetapi juga zat tersuspensi. Batas intensitas warna yang dapat diterima adalah 5 mg/l. 3.
Rasa dan bau Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau dan berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul di dalam air karena adanya mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut dan bahan-bahan organik (Suripin, 2002). Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa baik yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan (Sutrisno, 1991).
4.
Suhu Suhu air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk meghilangkan bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu air tergantung pada sumbernya. Suhu normal air di alam tropis sekitar 20-30ºC. Untuk sistem air bersih, suhu ideal berkisar antara 5-10ºC (Suripin, 2002).
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.2
Standar Kualitas Kimia Air Minum Dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I.No.01/BIRHUKMAS/1/1975
tercantum sebanyak 26 macam unsur standar kualitas air minum. Beberapa diantara unsur-unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya pada air minum, karena merupakan zat kimia yang bersifat racun, ataupun sebagai penyebab bau atau rasa yang akan mengganggu kualitas air. Bahan-bahan tersebut adalah nitrit, sulfida, ammonia dan CO2 agresif. Beberapa unsur-unsur meskipun bersifat racun, masih dapat ditolerir kehadirannya dalam air minum namun tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan. Unsur atau bahan-bahan tersebut adalah arsen, selenium, chromium, cadmium, timbal dan air raksa (Sutrisno, 1991). Standar kualitas kimia air minum adalah sebagai berikut : a.
Derajat keasaman (pH) Sebagai pengukur sifat asam dan basa air dinyatakan dengan pH yang didefenisikan sebagai logaritma dari timbale baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam mol/l. Air murni pada 24ºC ditimbang dengan ionion H+ dan ion-ion OH- masing-masing mempunyai kandungan 10-7 mol/l. Dengan demikian pH air murni adalah 7. Air dengan pH di atas 7 bersifat basa dan pH di bawah 7 bersifat asam. Nilai pH air dapat diukur pH meter.
b.
Alkalinitas Kebanyakan air bersifat alkali karena garam-garam alkali sangat umum berada di tanah. Ketidakmurnian air diakibat adanya karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium dan magnesium.
Universitas Sumatera Utara
11
c.
Kesadahan Kesadahan didalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+ dan Mn2+ semua kation yang bermuatan dua. Kesadahan (hardness) adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan dengan anion-anion yang terdapat didalam air membentuk endapat atau karat pada logam.
2.2.3 Standar Kualitas Biologi Air Minum Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup. Jenis-jenis organisme hidup yang mugkin terdapat dalam air meliputi macroskopik, mikroskopik dan bakteri. Spesies organisme makroskopi dapat dibedakan dengan mata telanjang, sedangkan organisme mikroskopi memerlukan alat bantu mikroskop untuk membedakan spesiesnya. Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil dimana spesiesnya tidak dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non pathogen (Suripin, 2002). 2.3.
Proses Pengolahan Air
Dalam proses pengolahan air dikenal dengan dua cara yakni : 1.
Pengolahan lengkap (Complete Treatment Process), yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisika, kimiawi dan bakteriologik. Penjelasannya antara lain :
Universitas Sumatera Utara
12
a.
Pengolahan fisika yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau meghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik
yang ada
dalam air yang akan diolah. b.
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membubuhkan proses pengolahan selanjutnya. Misalnya dengan penambahan kapur dalam proses pelunakan.
c.
Pengolahan bakteriologis yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh atau memusnakan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum dengan cara membubuhkan kaporit (zat desinfektant)
2.
Pengolahan sebagian (Partial Trearment Process), misalnya diadakan pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologik saja (Sutrisno, 1991).
2.3.1 Unit-Unit Pengolahan Air Minum 1.
Bangunan Penagkap Air atau Intake Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan sumber air baku. Sumber air baku adalah air permukaan sungai Belawan yang masuk melalui saluran yang bercabang dua dilengkapi dengan saringan halus dan saringan kasar yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masingmasing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.
Universitas Sumatera Utara
13
2.
Bak Pengendapan I Bak pengendapan I berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi.
3.
Bak Koagulasi Koagulasi adalah proses pencampuran air yang akan diolah dengan bahan kimia yang dapat memecahkan kestabilan partikel yang terkandung dalam air. Bahan kimia yang digunakan dikenal sebagai koagulan. Bak koagulasi dilengkapi dengan pengaduk mekanik (mixer) dengan putaran cepat. Sedangkan penambahan koagulan kedalam bak koagulasi dilakukan dengan pompa dosing.
4.
Bak Flokulasi Proses flokulasi adalah proses pembentukan partikel (flok) menjadi bentuk yang lebih besar sehingga lebih mudah diendapkan. Untuk mempercepat reaksi flokulasi ditambahkan pengaduk putaran lambat (slow mix).
5.
Bak Pengendap II Bangunan pengendap kedua berfungsi untuk mengendapkan padatan atau flok yang terbentuk dari proses flokulasi. Pengendapan ini dengan gaya berat flok sendiri (gravitasi). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses yang terjadi di bak pengendap ini adalah air yang berada pada bak pengendap dikondisikan tenang dan secara visual selalu diamati kondisi flok yang ada. Setelah terjadi pemisahan antara flok dengan air maka flok akan mengumpul di dasar bak.
Universitas Sumatera Utara
14
6.
Filter (Saringan) Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter yaitu saringan pasir cepat (rapid sand filter) dan saringan pasir lambat (slow sand filter). Fungsi saringan untuk menangkap flok yang tidak dapat dipisahkan pada bak pengendap kedua. Flok yang masuk ke bak saringan pasir akan tertahan pada permukaan pasir sehingga semakin lama kecepatan penyaringan akan semakin lambat. Jika terjadi kondisi ini maka filter harus di Back Wash (pencucian kembali) dengan air bertekanan dari bawah. Air untuk back wash diambil dari bak resevoir dengan menggunakan pompa khusus sedangkan buangannya dialirkan ke lagoon. Selanjutnya air yang tersaring masuk ke bak klorinasi dan netralisasi.
7.
Bak Netralisasi dan Klorinasi Bak netralisasi dan klorinasi berfungsi sebagai tempat pengaturan pH agar air hasil pengolahan mempunyai pH netral dan juga sebagai tempat penambahan khlor untuk membunuh bakteri pathogen (bakteri yang dapat menimbulkan bibit penyakit) di dalam air yang akan didistribusikan.
8.
Reservoir Reservoir adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung air bersih atau air yang telah melalui filter serta bak netralisasi dan klorinasi. Air bersih yang mengalir dari saringan filter ke reservoir dibubuhi kapur hingga pH netral dan pembubuhan khlorin untuk desinfeksi bakteri.
Universitas Sumatera Utara
15
9.
Pompa Transmisi Pompa transmisi (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama diinstalasi ke reservoir di cabang lalu ke masyarakat (Sutrisno, 1991).
2.4
Kegunaan Air Air digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Kualitas air untuk
minum berbeda dengan untuk keperluan lain. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah sebagai berikut : 1.
Golongan I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.
Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3.
Golongan III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan.
4.
Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Gintings, 1992).
2.5
Alternatif Pengolahan Air
2.5.1 Proses Koagulasi Prinsip dari koagulasi adalah destabilisasi partikel koloid dengan cara mengurangi semua gaya yang mengikat, kemudia menurunkan energi penghalang
Universitas Sumatera Utara
16
dan membuat partikel menjadi bentuk flok. Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel-partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan partikelpartikel selama flokulasi (Naingolan, 2011). Koagulasi adalah proses untuk membuat partikel-partikel kecil (koloid) dapat bergabung satu dengan yang lainnya sehingga membentuk flok yang lebih besar. Sedangkan menurut Reynold (1977), koagulasi adalah proses destabilisasi pada suatu sistem koloid yang berupa penggabungan bahan kimia. Pada proses ini terjadi pengurangan besarnya gaya tolak menolak antara partikel-partikel koloid didalam larutan. Fair. et. Al (1978), menerangkan bahwa disamping gaya-gaya yang menyebabkan kestabilan partikel koloid, maka pada koloid juga bekerja gayagaya yang cenderung untuk menyebabkan koloid menjadi tidak stabil. Antara koloid-koloid ada gaya tolak menolak dan gaya tarik menarik massa (Van der Waals). Gaya Van der Waals bekerja dalam dimensi atom (gaya anter atom). Bila partikel koloid dapat saling mendekat hingga jarak keduanya dapat mencapai jarak dalam dimensi atom, maka dalam keadaan seperti ini gaya Van der Waals berpengaruh pada kestabilan partikel koloid.
2.5.2 Proses Flokulasi Flokulasi adalah proses kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh menjadi partikel-partikel yang lebih besar (Kiely, 1998). Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah terendapkan atau transpostasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi (Sutrisno, 1991).
Universitas Sumatera Utara
17
Koloid yang tidak stabil cenderung untuk menggumpal, walaupun kecepatan penggumpalannya sangat lambat. Kecepatan penggumpalan ini ditentukan oleh banyaknya kontak antar partikel koloid dan efektifitas kontak yang terjadi. Penggumpalan partikel-partikel koloid dapat terjadi karena : 1. Gerak Brown (perikinetik) 2. Gradien kecepatan dalam media suspense (ortokinetik) yang bergantung pada temperatur, kecepatan aliran air, jumlah partikel koloid, konsentrasi dan ukuran partikel koloid.
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi dan Flokulasi Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi dan flokulasi yang optimum diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berikatan dan mempengaruhi suatu proses tersebut. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain adalah : 1.
Pengaruh Derajat Keasaman (pH) dan Alkalinitas Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang digunakan berada pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan flokulan yang digunakan.
2.
Pengaruh Suhu Air Proses koagulasi-flokulasi lebih mudah dilakukan dari pada suhu tinggi dari pada suhu rendah, karena viskositas air pada suhu tinggi lebih rendah dari pada viskositas air pada suhu rendah.
3.
Pengaruh Jenis Koagulan Pemilihan jenis koagulan pada pengolahan air seharusnya didasarkan pada penelitian perandingan performa koagulan dan setelah itu dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
18
segi ekonomisnya. Jenis koagulan yang paling banyak dipakai di Indonesia adalah tawas atau aluminium sulfat. 4.
Pengaruh Tingkat Kekeruhan Air Baku Pada tingkat kekeruhan yang rendah, proses destabilisasi akan sukar terjadi. Pada tingkat kekeruhan yang tinggi proses destabilisasi akan dapat berlangsung dengan cepat, tetapi bila kondisi tersebut dipakai dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok lebih efektif.
5.
Pengaruh Jumlah Garam-Garam Terlarut Dalam Air Besarnya
pengaruh
garam-garam
tergantung
pada
jenis
dan
konsentrasinya. 6.
Pengaruh Kondisi Pengadukan Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lambant mengakibatkan waktu pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat akan mengakibatkan flok-flok yang terlah terbentuk menjadi pecah kembali (Nainggolan, 2011).
2.6
Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) Menurut Voyutsky. (1978), Poli Aluminium Chloride (PAC) adalah salah
satu produk primer aluminium yang digunakan untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan penghubung diantara koloid-koloid tersebut, sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat berlangsung dengan efisien. Poli aluminium klorida mempunyai rumus molekul Alm(OH)nCl3n-m. Produk ini dikarakterisasi dengan rasio molekuler OH atau Al di antara 0,4 dan 0,6 serta stabilitasnya
Universitas Sumatera Utara
19
dipertahankan oleh adanya ion sulfat yang dapat meghambat polimerisasi spontan dari pasa produk. Pada umumnya polialuminium klorida mempunyai daya koagulasi-flokulasi yang lebih besar dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa seperti misalnya tawas. Kekerapa keuntungan yang dapat dicatat dari penggunaan polialuminium klorida sebagai koagulan-flokulan adalah: a. Efektif pada pH 5-10 b.
Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan garam aluminium yang biasa.
c.
Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa. Penentuan dosis pemakaian koagulan dapat ditentukan dari nilai
kekeruhan, pH, dan waktu sedimentasinya. Kekeruhan merupakan faktor penentu pemilihan dosis pemakaian. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air bersih, nilai kekeruhan yang ditetapkan yaitu maksimal 5 NTU. Hal ini dilakukan karena setelah proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi masih ada proses lain yang dapat menurunkan kekeruhan yaitu proses penyaringan. Hal ini akan menghemat pemakaian koagulan sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah (Noviani, 2012). Proses penjernihan yang terjadi : Poly Aluminium Chloride dalam air berubah menjadi aluminium hidroksida dan asam klorida. 2Al(OH)Cl2 + 4H2O → 2Al(OH)3 + 4HCl (Nurmasita,2009).
Universitas Sumatera Utara
20
2.7
Koagulan Tawas (Alum) Aluminium sulfat, Al2(SO4)3.14H2O adalah koagulan yang umum
digunakan dalam pemurnian air. Garam aluminium mengandung 15-22% Al2O3. Reaksinya dengan konstituen alami dari jenis-jenis air dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pH ataupun alkalitas. Menurut Alaerts. et. Al (1987), molekul yang terlarut pada: -
pH < 7 : Al(OH)2+ , Al(OH)24+ , Al2(OH)24+
-
PH > 7 : Al(OH)4 Pada kasus sederhana reaksi Al3+ dengan OH- dapat disebabkan oleh
ionisasi air atau oleh alkalitas air. Dalam air, tawas akan menghasilkan : Al2(SO4)3.14 H2O → 3 Al3+ + 3 SO42- + 14 H2O
2.8
Turbiditas Kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Ada 3 (tiga) metode pengukuran kekeruhan: 1.
Metode Nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau NTU)
2.
Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silika)
3.
Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson) Metode visual adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan
yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit. Sedangkan metode nefelometrik lebih sensitif dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat kekeruhan.
Universitas Sumatera Utara
21
Prinsip metode nefelometrik adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh larutan keruh standar pada kondisi yang sama. Semakin tinnggi intensitas cahaya yang dihamburkan, maka semakin tinggi pula kekeruhannya (Naingolan, 2011). 2.9
Logam Aluminium Menurut Vogel (1979), aluminium adalah logam putih dan dapat
ditempah, bubuknya berwarna abu-abu. Melebur pada 659°C. Bila terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarut lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer : 2Al + 6H+ → 2Al3+ + 3H2 ↑ Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam air minum. Konsentrasi air miunum yang tinggi bisa mengendap sebagai aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air. Perannya tidak bisa dihindari karena senyawa-senyawa aluminium ditambahkan bukan hanya ke suplai air tetapi juga ke banyak makanan dan obat yang di proses (Singh, 2006). Sifat-sifat kimia dan fisiknya membuatnya ideal untuk berbagai jenis pemakaian, misalnya dalam makanan (sebagai aditif), dalam obat-obatan (antacid), dalam produk-produk konsumen (alat-alat masak dan aluminium foil) dan dalam pengujian air minum (koagulan). Kebanyakan perusahaan penguji air permukaan menggunakan aluminium dalam
bentuk
alum
(aluminium
sulfat)
untuk
membantu
menghilangi
mikroorganisme berbahaya yang dibawa oleh air dan partikel-partikel lain.
Universitas Sumatera Utara
22
Pemberian alum mengakibatkan partikel-partikel menggumpal menjadi partikelpartikel yang lebih besar yang kemudian lebih mudah dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
2.9.1 Sifat-Sifat Logam Aluminium 2.9.1.1 Sifat Fisika Logam Aluminium -
Pada suhu kamar ( 300 K )
: Solid
-
Penampilan
: megkilap, lembut, ringan, berwarna putih keperakan
-
Densitas pada 20°C
: 2,702 g/cm3
-
Kepadatan
: 2,375 g /cm3
-
Berat Jenis
: 7,874 (20°C)
-
Titik leleh
: 660,37°C
-
Titik didih
: 2467 C
-
Massa jenis
: 2,7 g/ml
-
Panas dari penguapan
: 293,72 kJ/mol
-
Molar Kapasitas Panas
: 25,1 J/mol
-
Panas spesifik
: 24,200 J/g (pada 20°C)
2.9.1.2 Sifat Kimia Logam Aluminium -
Bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang melindunginya dari reaksi lebih lanjut dan korosi
-
Bereaksi dengan asam kuat juga dengan basa
Universitas Sumatera Utara
23
2.9.2 Efek Aluminium Pada Manusia Penyerapan aluminium dapat terjadi melalui makanan, pernapasan dan kontak dengan kulit. Konsentrasi signifikan aluminium dapat menyebabkan efek kesehatan yang serius, seperti: -
Sebagai penyebab fibrosis paru dan kerusakan paru-paru
-
Kerusakan pada sistem saraf pusat
-
Lupa ingatan
-
Lesu
-
Gemetar parah
-
Masalah bagi pasien ginjal selama proses pencucian darah
-
Penyebab dalam penyakit Alzheimer Aluminium
memiliki
risiko
dilingkungan
kerja
tertentu
seperti
pertambang, dimana dapat ditemukan dalam air. Orang-orang yang bekerja di pabrik yang melibatkan aluminium dapat mengalami masalah paru-paru ketika menghirup debu aluminium. Menghirup aluminium oksida bubuk sebagai penyebab fibrosis paru dan kerusakan paru-paru. Efek ini dikenal sebagai penyakit shaver dan alzheimer.
Universitas Sumatera Utara