BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Analisis Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi Pengertian investasi menurut Suad Husnan (2001:11) adalah : “Investasi adalah penanaman sumber daya yang mendapatkan hasil dimasa yang akan datang”. Menurut Abdul Halim (2005:4) bahwa : “Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang”. Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:3) bahwa : “Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas uang dana tersebut”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan investasi adalah
pengeluaran dana yang ditanamkan saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dimasa yang akan datang. 2.1.2
Tujuan Investasi Pada
dasarnya
tujuan
orang melakukan
investasi
adalah
untuk
menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus menurut Kamarudin Ahmad (2004:3), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi resiko inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu. 2.2
Analisis Teknikal dan Fundamental Menurut Suad Husnan (2001:394) untuk melakukan analisis dan memilih
saham terdapat dua pendekatan dasar yakni : 1.
Analisis Teknikal Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Model analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu (nilai psikologis). Di dalam analisis teknikal informasi tentang
harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. misalnya, peningkatan atau penurunan harga biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume perdagangan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. 2.
Analisis Fundamental Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan vaiabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai instrinsik
dari suatu saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh investor, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice. Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham maka beberapa tahapan analisis untuk melakukan analisis fundamental yaitu : a.
Analisis Ekonomi Analisis ini menyangkut penilaian umum perekonomian dan pengaruh potensialnya terhadap hasil sekuritas. Foster G (1986) dalam bukunya
Husnan (2001:320) menunjukkan bahwa faktor ekonomi mampu menjelaskan sekitar 17 persen perubahan laba perusahaan. b.
Analisis Industri Analisis industri akan memberikan pemahaman tentang sifat dan operasi dari suatu industri yang dapat digunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan industri perusahaan-perusahaan di dalamnya serta prestasi saham-sahamnya.
c.
Analisis Kondisi Spesifik Perusahaan Analisis ini menyangkut penilaian keadaan keuangan perusahaan. Alat yang digunakan dalam analisis ini yaitu analisis laporan keuangan.
2.3
Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dirancang untuk membantu para pemilik, manajer,
kreditor, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya untuk mengambil keputusankeputusan bisnis yang cerdas. Pembaca laporan keuangan mestilah mengetahui apa arti angka yang ada dalam laporan keuangan dan bagaimana menganalisis dan menafsirkan data dalam cara yang logis dan sistematis. Menurut Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68) bahwa : “Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/aktivitas tersebut.”
Sedangkan Zaky Baridwan (2000:17) menjelaskan pengertian laporan keuangan sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.” Menurut Sofyan Syafri (2005:93) : “Laporan keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi” Berdasarkan pengertian di atas, laporan keuangan merupakan suatu informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak luar peusahaan. Menurut Munawir (2007:22) laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanpeseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan). Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau accountability. Sekaligus mengambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. 2.3.2
Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:13) pada dasarnya laporan keuangan dibagi
menjadi: a.
Balance Sheets (Neraca) Adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal.
b.
Income Statement (Laporan Rugi laba) Adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan, biaya dan rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
c.
Laporan perubahan modal Merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu.
d.
Laporan arus kas Menyajikan laporan keuangan yang digunakan untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan.
2.3.3
Alasan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2007:99) Alasan penggunaan analisis rasio keuangan
sebagai alat analisis keuangan dikemukakan sebagai berikut: 1.
Sebagai ringkasan statistik Analisis rasio keuangan digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas detil laporan keuangan ke dalam bentuk serangkaian rasio.
2.
Sebagai identifikasi kondisi suatu industri Perusahaan menggunakan standar industri untuk melihat perbedaan yang tidak normal dengan prestasi perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan yang diperlukan.
3.
Sebagai masukan dalam pengambilan keputusan Para pengambil keputusan menggunakan rasio keuangan sebagai data tambahan bersama-sama dengan informasi time series dan cross sectional trend, yang juga disertai pengalaman keputusan atas industri yang bersangkutan.
4.
Untuk standarisasi Penggunaan rasio sebagai pembanding bagi organisasi yang beroperasi dalam berbagai skala.
2.4
Profitabilitas
2.4.1
Pengertian Profitabilitas Menurut Weston dan Brigham dalam buku Manajemen Keuangan yang
dialihbahasakan oleh Alfonsus Sitrait (2001,304):
“Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Menurut Agus Sartono (2001:122) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi memberikan pengertian profitabilitas: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dalam penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa pada umumnya ukuran kinerja yang digunakan adalah tingkat profitabilitas. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. 2.4.2
Rasio-rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah :
a) Profit margin (profit margin on sales) b) Return on Assets (ROA) c) Return on equity (ROE) d) Laba per lembar saham 2.4.3
Pengertian Return on Asset (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam
analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Berikut pengertian Return On Assets menurut para ahli : Menurut Horne dan Wachowicz (1998:235): “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan” Menurut Bambang Riyanto (2001:336) yang
menyebut istilah ROA
dengan Net Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) : “ROI yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.”
Pendapat Hanafi (2008:83) mengenai Return On Assets adalah : “Return on assets adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusaahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya yang menendai assets tersebut.” 2.4.4
Perhitungan Return on Asset (ROA) Rumus yang penulis gunakan dalam penghitungan ROA adalah menurut
Gitman (2006:68) yaitu:
EAT (Earning After Tax) adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dibagi dengan total assets. Semakin besar ROA/ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian saham semakin besar. Sehingga dapat menarik investor untuk menempatkan investasinya pada perusahaan tersebut. Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Konsekuensinya, ROA yang meningkat, akan meningkatkan harga saham.
2.5
Ukuran Perusahaan Menurut Sujianto (2001) dalam Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana
Sularto (2007) menyatakan size (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan
maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva lebih stabil dibanding dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur perusahaan. Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001). Menurut Ferry dan Jones (2002) dalam Ardi Murdoko dan Lana Sularto (2007) , ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut
Jogiyanto
(2001)
ukuran
perusahaan
dapat
ditentukan
berdasarkan total aktiva perusahaan sesuai laporan keuangan terakhir perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan (maturity), sehingga aliran kas positif karena tidak banyak kebutuhan dana untuk investasi dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu relatif lama. Kondisi ini akan menguntungkan para pemegang saham dalam hal pembagian dividen.
2.6
Pasar Modal
2.6.1
Pengertian Pasar Modal Pengertian Pasar Modal menurut Sunariyah (2004:4) adalah : “Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana – dana baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan.” Menurut Dewi Astuti (2004:48) pasar modal adalah : “Pasar keuangan untuk keuangan dana-dana jangka panjang.” Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Menurut Suad Husnan (2001:3) pasar modal adalah sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Arti sempit dari pasar keuangan yang diperdagangkan adalah semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang baik negotiable ataupun tidak. Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka waktu panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat diperdagangkan kembali. Dalam arti sempit pasar modal adalah
suatu
pasar
(tempat,
berupa
gedung)
yang
disiapkan
guna
memperdagangkan saham-saham obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock). 2.6.2
Fungsi dan Tujuan Pasar Modal Menurut Ananto Sarono Wicaksono (2007:61) Pasar modal memiliki
peran penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai 2 fungsi, yaitu : 1. Fungsi ekonomi. Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. 2. Fungsi keuangan. Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu
dana dari hasil operasi perusahaannya. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.. 2.6.3
Pelaku Pasar Modal Menurut Sunariyah (2004:56) pelaku pasar modal diantaranya:
a. Investor Pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. b. Emiten Pihak yang melakukan emisi, pihak yang membutuhkan dana guna membelanjakan operasi maupun rancangan investasi. c. Perusahaan Efek Perusahaan yang telah memperoleh ijin usaha untuk beberapa kegiatan sebagai penjamin efek, manajer investasi, atau penasihat investasi. 2.6.4
Risiko Investasi di Pasar Modal Memprediksi resiko dalam investasi merupakan hal yang cukup kompleks
dan yang selalu menjadi pertanyaan bagi investor adalah bagaimana mengukur risiko individu suatu saham dari keseluruhan portofolio. Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility).
Menurut Suad Husnan (2001:81) resiko-resiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut: a. Risiko Bisnis (risk business) Risiko bisnis adalah risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten) membayar bunga atau deviden. b. Risiko Tingkat Bunga (interest risk) Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar modal. Dengan naiknya tingkat bunga, jelas akan menurunkan harga-harga dipasar modal. c. Risiko Pasar (market risk) Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di Bursa Efek mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish) saham-saham akan ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari adanya
perubahan
fundamental
atas
kemampuan
perolehan
laba
perusahaan. d. Risiko Likuiditas (liquidity risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
2.6.5
Instrumen Pasar Modal Yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat
berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang. Pasar Modal di Indonesia memiliki beberapa instrumen yang diperjualbelikan. Menurut Dewi Astuti (2004:77) instrumeninstrumen tersebut dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu instrumen yang tergolong ke dalam ekuitas, obligasi, dan derivatif. 1. Ekuitas Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah saham. Ada dua jenis saham yang banyak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). 2. Obligasi Obligasi berbeda dengan ekuitas yang telah diterangkan sebelumnya. Perusahaan sering memanfaatkan pasar ini untuk mencari pinjaman langsung dari investor dengan menerbitkan surat utang yaitu berupa dokumen yang menyatakan kesediaannya membayar sejumlah uang tertentu di masa depan. Selain akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor, perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala. Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam jumlah tetap,
maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek berpendapatan tetap. 3. Derivatif Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada, dalam hal ini saham. Derivatif yang banyak dikenal di Indonesia adalah warrant dan right. 2.7
Saham
2.7.1
Pengertian Saham Pengertian saham diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan ditanamkan di perusahaan tersebut. 2. Menurut Sutrisno (2001:59) saham adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tetap. Penghasilan tersebut berupa deviden yang akan dibagikan kepada pemilik saham apabila perusahaan mengalami keuntungan. Selain deviden, para pemegang saham juga mengharapkan keuntungan dari selisih harga saham. Bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli maka akan mendapatkan capital gain,
tetapi bila harga jual saham lebih rendah dari harga beli maka akan capital loss. 3. Menurut Widoatmojo (2009:101) saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Kepemilikan saham menyatakan kepemilikan perusahan. 4. Menurut Sunariyah (2004:83) saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). 5. Menurut Rusdin (2008:68) saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. 2.7.2
Jenis-jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 6) ada beberapa sudut pandang
untuk membedakan saham: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (common stock) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
b. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. 2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue – Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun
yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks i. (Well – Known) Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. ii. (Lesser – Known) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock
Umumnya saham ini berasal
dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
d. Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stockss Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi 2.7.3
Harga Saham Karena saham-saham diperdagangkan di pasar modal, maka dibutuhkan
suatu sistem penilaian sebagai tolok ukur baik buruknya saham tersebut dengan pasar saham. Menurut Abdul Halim (2005:20) nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi. Menurut Van Horne dan Wachowicz (1998:5): The market value price serves as a barometer or business performance it indicates how well management is doing in behalf of its stockholders. Management is under continuous review stockholders who are dissatisfied with management performance may sell their stock and invest
in other company. This action, if than by other dissatisfied stockholders will put downward pressured on market price per share. Artinya dari pernyataan di atas adalah nilai harga pasar mencerminkan petunjuk atau kinerja bisnis yang menandakan bagaimana manajemen telah bekerja dengan baik. Apabila manajemen tidak bekerja dengan baik, maka para pemegang saham akan menjual saham mereka dan menginvestasikan pada perusahaan lain. Penjelasan Asep Saefudin (2001:63) dalam bukunya “Panduan Investasi Di Pasar Modal Indonesia” memaparkan bahwa: “Harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya harga saham. ” Apabila para pemegang saham merasa kecewa, maka harga pasar per lembar dengan sendirinya akan turun. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa harga pasar saham yang terbentuk di pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Jika penawaran akan saham tinggi, maka harga saham tersebut akan naik. Menurut Rusdin (2008:68) nilai saham terbagi atas 3 jenis yaitu : 1. Nilai nominal (Nilai Pari) Merupakan bersangkutan.
nilai
yang
tercantum
dalam
sertifikat
saham
yang
2. Nilai Dasar Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham.
3. Nilai Pasar Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupan
pasar.
Didalam
melakukan
investasi,
para
investor
mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang menarik, dimana hal ini akan dipengaruhi oleh adanya perubahan pada harga saham. Faktor yang menentukan perubahan harga saham adalah karena jumlah permintaan dan penawaran akan saham yang terjadi di pasar bursa. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Martono (2007:373) bahwa harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Menurut Ali Arifin (2004:116) faktor yang menentukan perubahan harga saham yaitu kondisi fundamental emiten, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing, indeks harga saham gabungan, dan rumors. Menurut Alwi (2003:87) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain:
1. Faktor Internal (Lingkungan mikro) a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya. e. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. f. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan devidend per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), devidend payout ratio (DPR) dan lainlain.
2. Faktor eksternal (Lingkungan makro) Diantaranya antara lain : a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading. d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. 2.8
Penelitian Sebelumnya
2.8.1
Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham Melihat hasil penelitian sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa banyak
faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian ini dilakukan oleh Gatiningsih (2009), menguji tentang pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap Harga saham di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE) dan Debt Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Gede Priana Dwipratama (2009) meneliti tentang pengaruh PBV, DER, EPS, DPR dan ROA terhadap Harga Saham dengan sampel perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI. Hasil analisis ini menujukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh secara signifikan penentuan harga pasar saham perusahaan. Hasil uji T menunjukan nilai profitabilitas dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,020, berarti P < 0,05, maka variabel EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel lain tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2.8.2
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Hasil penelitian terdahulu yang mengamati objek mengenai profitabilitas
(kemampulabaan) dan ukuran perusahaan adalah Dewi Yunika Purnomo (2008) pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2001-2006. Penelitian ini mengemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Yangs Analisa (2011) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode2006-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan,
profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan seluruh variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Wengku Ragil Pambudi (2010) meneliti tentang pengaruh risiko perusahaan, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2004-2008. Hasil penelitian menyatakan secara
simultan Risiko Perusahaan, Leverage dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan secara parsial hanya Leverage dan Ukuran Perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan Risiko Perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian Mohamad Abdul Aziz (2005) mengemukakan mengenai pengaruh Earning Per Share dan ukuran perusahaan terhadap harga saham. Penelitian ini mengambil populasi semua perusahaan makanan dan minuman dari tahun 2000-2003. Penelitian ini mengemukakan bahwa secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman. Namun secara simultan EPS dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap harga saham.