BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Location Based Service Location-based service (LBS) adalah sebuah layanan informasi yang dapat di akses oleh perangkat bergerak melalui jaringan internet dan juga bisa digunakan untuk merespon informasi yg diberikan dari perangkat bergerak tersebut (OGC,2005). Keberadaan aplikasi LBS tersebut merupakan hasil penggabungan
dari tiga buah teknologi yakni New Information and
Communication
Technologies
(NICTS),
internet,
dan
Geographic
Information System (GIS) dengan menggunakan database spatial. Ilustrasi dari keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
gambar 1.1: ilustrasi teknologi LBS
Di lihat dari sejarahnya, LBS bukanlah sebuah penemuan baru yang datang seiring dengan adanya mobile phones. Di dalam bukunya, Espinoza (2001) menjelaskan bahwa informasi yang bersifat khusus dapat di
6
komunikasikan dengan orang lain secara person-to-person. Sedangkan di sisi lain, metode komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan kepada orang banyak adalah melalui poster, baligo, ataupun lampu lalu lintas yang mengatur kondisi pada suatu wilayah. Semuanya itu merupakan komunikasi satu arah. Dengan adanya LBS, akan memberikan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah serta interaksi antara pihak satu dengan pihak lainya. Oleh karena itu, user akan memberitahu service provider tentang hal-hal yang diperlukan seperti jenis info apa yg dibutuhkan, posisi, serta info-info lainnya yang di inginkan. Tentu saja hal ini akan membantu provider sebagai sebuah layanan informasi untuk mengirimkan informasi kepada user. Apabila user ingin untuk memanfaatkan LBS maka dibutuhkan beberapa insfrastruktur pendukung. Hal tersebut ditunjukan oleh gambar berikut:
gambar 2.2 : Infrastruktur LBS (Brimi-Combe 2002)
•
Mobile device : Sebuah perangkat pada user untuk meminta informasi yang di inginkan. Hasilnya dapat berupa suara, gambar, teks, dan 7
sebagainya. Perangkat tersebut bisa berupa PDA, handphone, atau Laptop. Devise tersebut kadang juga bisa dijadikan sebagai salah satu unit navigasi pada sebuah kendaraan ketika melakukan suatu perjalanan. •
Communication Network: Komponen kedua yang dibutuhkan adalah jaringan komunikasi yang mentransfer permintaan layanan dan data dari sebuah mobile terminal ke service provider. Selain itu jaringan itu juga berfungsi untuk mengembalikan permintaan informasi ke user.
•
Positioning Komponen: Untuk sebuah layanan yang ada biasanya posisi dari sebuah user harus di tentukan. Posisi user tersebut dapat di tentukan dengan menggunakan Mobile Communication Network atau GPS (Global Positioning System). Cara lain dari menentukan posisi adalah dengan menggunakan WLAN station, active badges, atau radio beacon. Sistem tersebut bisa digunakan untuk navigasi di dalam ruangan (indoor) seperti di dalam museum. Apabila posisi tidak ditentukan secara otomatis, maka posisi tersebut dapat ditentukan seara manual oleh user yang ada.
•
Data & Content Provider Service Provider tidak akan menyimpan & memelihara semua informasi yang diminta oleh user. Oleh karena itu biasanyadatabase geografi dan informasi tentang lokasi diambil dari pihak pemegang hak cipta, bisnis, atau partner industry (yellow page, dinas lalu lintas).
2.2 J2ME (Java2 Micro Edition) Java2 Micro Edition atau biasa disebut J2ME adalah linkgungan pengembangan yang di desain untuk meletakan perangkat lunak java pada barang elektronik beserta perangkat pendukungnya. Pada J2ME, jika perangkat lunak berfungsi baik pada sebuah perangkat, maka belum tentu juga berfungsi baik pada perangkat yang lainnya. J2ME membawa java ke 8
dunia informasi, komunikasi, dan perangkat komputasi selain perangkat computer desktop. J2ME biasa digunakan
pada telepon seluler, pager,
personal digital Assistans, dan sejenisnya. J2ME adalah bagian dari J2SE, karena itu tidak semua library yang ada pada J2SE dapat digunakan pada J2ME. Tetapi J2ME memiliki beberapa library khusus yang tidak dimiliki oleh J2SE. Arsitektur J2ME dapat dilihat pada gambar berikut.
gambar 2.3: Arsitektur J2ME (John W 2002)
Teknologi J2ME juga memiliki beberaa keterbatasan, terutama jika diapliksikan pada ponsel. J2ME sangat tergantung pada perangkat (devise) yang digunakan, bis dari segi merk ponsel, maupun kemampuan ponsel, dan dukungannya terhadap teknologi J2ME. Misalnya, jika sebuah ponsel tidak memiliki kamera maka jelas J2ME pada ponsel tersebut tidak dapat mengakses kamera. Keterbatasan lainnya adalah pada ukuran aplikasi, karena memori pada ponsel amatlah terbatas. Sebagian besar ponsel tidak mengijinkan aplikasi J2ME menulis pada file karena alas an keamanan. Keterbatasan-keterbatasan tesebut
akan dibahas secara lebih detail pada
contoh-contoh pembuatan aplikasi pad bab-bab selanjutnya.
9
Configuration merupakan java library minimum yang difasilitasi oleh para pengembang J2ME agar perangkat bergerak memiliki kemampuan yang optimal. Configuration hanyalah mengatur hal hal tentang kesamaan sehingga dapat dijadikan ukuran kesesuaian antar devise. Misal sebuah lampu sepeda dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh berjenis-jenis sepeda. Dalam J2ME telah di definisikan dua buah konfigurasi uaitu CLDC (Connected Limited Device Configuration) untuk perangkat kecil dan CDC (Connected Device Configuration) unutk perangkat yang lebih besar. Lingkup CLDC dan CDC dapat dilihat pada gambar berikut:
gambar 2.4: Lingkup Configuration CLDC dan CDC (John W 2002)
Profile berbeda dengan Configuration, profile membahas sesuatu yang spesifik untuk sebuah perangkat. Sebagai contoh msalnya, sebuah sepeda dengan merk tertentu tentu mempunyai cirri spesifik dengan sepeda lain. Dalam J2ME terdapat dua buah profile yaitu MIDP dan Foundation Profile. Keterhubungan antara configuration dan profile yang ada pada J2ME beserta jenis mesin virtualnya dapat dilihat pada gambar berikut:
10
gambar 2.5 : hubungan Configuration dan Profiles (John W 2002)
2.2.1
CLDC (Connected imited Device Configuration) CLDC atau Connected imited Device Configuration adalah
perangkat dasar dari J2ME, spesifikasi dasar yang berupa library dan API yang di implementasikan pada J2ME, seperti yang digunakan pada telepon seluler, pager, dan PDA. Perangkat tersebut dibatasi degan
keterbatasan
memory
sumber
daya,
dan
kemampuan
memproses. Spesifikasi CLDC pada J2ME adalah spesifikasi minimal dari package, kelas, dan sebagian fungsi Java Virual Machine yang di kurangi agar dapat di implementasikan dengan keterbatasan sumber daya pada alat-alat tersebut, JVM yang digunakan disebut KVM (Kilobyte Virtual Machine). Posisi CLDC pada arsitektur J2ME dapat dilihat pada gambar diatas (yang sebelumnya) 2.2.2
CDC (Connected Device Configuration) CDC atau Connected Device Configuration adalah spesisifikasi
dari konfigurasi J2ME. CDC merupakan komunitas proses pada Java yang memiliki standarisasi. CDC terdiri dari virtual machine dan 11
kumpulan library dasar untuk dipergunakan pada profile industry. Impementasi CDC pada J2ME adalah source code yang menyediakan sambungan dengan macam2 platform. Berikut adalah perbandingan antara CLDC dan CDC:
Tabel 2.1: Perbandingan CLDC dan CDC
CLDC
CDC
Mengimplementasikan
sebagian Mengimplementasikan
dari J2SE JVM
seluruh
fitur J2SE
yang
digunakan
adalah JVM
KVM
yang
digunakan
adalah
CVM
Digunakan genggam
pada
perangkat Digunakan
(Handphone,
pada
perangkat
PDA, genggam (internet TV, Nokia
twoway pager)
Communicator, car TV) dengan
Dengan memori terbatas (160-512 memory minimal 2MB KB) Prosesor : 16/32 bit
2.2.3
Prosesor : 32 bit
MIDP (Mobile Information Device Profile) MIDP atau Mobile Information Device Profile adalah
spesifikasi untuk sebuah profil J2ME. MIDP memiliki lapisan di atas CLDC, API tambahan untuk daur hidup aplikasi, antarmuka, jaringan, dan penyimpanan persisten. Pada saat ini terdapat MIDP 1.0 dan MIDP 2.0. Fitur tambahan MIDpP 2.0 dibanding dengan MIDP 1.0 adalah API untuk multimedia. Pada MIDP 2.0 terdapat dukungan memainkan tone, tone sequence, dan file WAV walaupun tanpa
12
adanya Mobile Media API (MMAPI). Posisi MIDP pada arsitektur J2ME dapat dilihat pada gambar: . Berikut adalh perbandingan MIDP 1.0 dan MIDP 2.0.
Tabel 2.2: Perbandingan MIDP 1.0 dan MIDP 2.0
Spesifikasi
MIDP 1.0
MIDP 2.0
Display
96 x 54
96 x 54
Kedalaman
1-bit
1-bit
Mendekati 1:1
Mendekati 1:1
Display Bentuk piksel (rasio apek) Input
Keyboard
dan
touch Keyboard dan touch screen
screen Memory
128 KB memori non- 256 KB memori non volatile untuk untuk komponen MIDP
volatile komponen MIDP 8KB
memori
volatile
untuk
8 KB memori non-volatile non- unutk data persistence yang data dibuat oleh aplikasi
persistence yang dibuat 128 KB memori volatile oleh aplikasi
untuk JRE
32 KB memori volatile untuk JRE Jaringan
Dua arah, tanpa kabel Dua arah, tanpa (wireless) (wireless)
13
Library
javax.microedition.lcdui
javax.microedition.lcdui
J2ME yang javax.microedition.midlet javax.microedition.midlet bukan
javax.microedition.rms
javax.microedition.rms javax.microedition.lcdui.game
merupakan
javax.microedition.media
library
javax.microedition.pki
J2SE
Multimedia -
Memiliki kemampuan unutk memainkan file multimedia (suara dan video)
MIDP user Interface API memiliki API level tinggi dan level rendah. API level rencah berbasiskan penggunaan dari kelas abstrak Canvas, sedangkan kelas API level tinggi antara lain Alert, Form, List,
dan TextBox yang merupakan ekstensi dari kelas abstrak Screen. APIlevel rendah lebih memberikan kemudahan kepada pengembang unutk memodifikasi sesuai dengan kehendaknya, sedangkan API level tinggi biasanya hanya memberikan pengaksesan yang terbatas. Arsitektur antarmuka MIDP dpat dilihat pada gambar berikut:
gambar 2.6 : MIDP user Interface
14
2.2.4
Kilobyte Virtual Machine KV adalah paket JVM yang di desain untuk perangkat yang
kecil. KVM mendukung sebagian dari fitur-fitur JVM eperti misalnya KVM tidak mendukung operasi floating-point dan finalisasi objek. KVM di implementasikan dengan menggunakan C sehngga sangat mudah berdaptasi pada tipe platform yang berd\beda. Posisi KVM pada arsitektur J2ME dpat di lihat pada gambar:
2.2.5
C-Virtual Machine (CVM) CVM adalah paket 0020 JVM optimal yang digunakan pada
CDC. CVM mempunyai seluruh fitur dari virtual machine yang di desain untuk perangkat yang memerlukan fitur-fitur Java 2 Virtual Machine. 2.2.6
MIDlet MIDlet adalah aplikasi yang ditulis untuk MIDP. Aplikasi
MMIDlet adalah bagian dari kelas javax.microediton.midlet.MIDlet yang di definisikan pada MIDP. MIDlet berupa sebuah kelas abstrak ynag merupakan sub kelas dari bentuk dasar aplikasi sehingga antarmuka antara lapisan aplikasi J2ME dan aplikasi manajemen pada perangkat dpat terbentuk. MIDlet terdiri dari beberapa metode yang harus ada, yakni constructor(), protected void startApp() throws MIDletStateChangeException, protected void pauseApp(), protected void
destroyApp(boolean
unconditional)
throws
MIDletStateChangeException. Alur hidup MIDlet dapat dilihat pada gambar berikut:
15
gambar 2.7 : Siklus Hidup MIDlet (John W 2002)
Ketika MIDlet dijalankan maka
akan di inisiasi dengan
kondisi pause dan dijalankan pauseApp(), Kondisi berikutnya adalah fungsi MIDlet dijalankan, yaitu pada startApp(). Metode yang ada tersebt di implementasikan sebagai protected, hal ini dimaksudkan agar MIDlet lain tidak dapat memanggil metode tersebut. Pada saat pemakai keluar dari MIDlet, maka metode destroyApp() akan dijalankan sebelum MIDlet benar-benar tidak berjalan lagi. Metode notifyDestroyed() akan dipanggil sebelum MIDlet benar-benar tidak berjalan lagi, destroyApp() akan memanggil notifyDestroyed(), dan notifyDestroyed() akan memberi tahu platform untuk menterminasi MIDlet dan membersihkan semua sumber daya yang mengacu pada MIDlet.
16
2.3 MMAPI (Mobile Media API) Mobile Media API (MMAPI), atau sering dikenal sebagai JSR 175 ddi dalam Java Community Process (JCP) memperluas fungsionalitas dari platform J2ME dengan memberikan audio, video, dan fasilitas lainnya berupa multimedia di dalam perangkat J2ME. Karena merupakan sebuah paket yang sederhana, hal tersebut memungkinkan pengembang untuk mengembangkan aplikasi lebih jauh di perangkat yang ada. MMAPI merupakan paket pilihan di dalam platform J2ME. Meskipun lebih di tekankan pada pada perangkat yang menggunakan implementasi CLDC, desain API yang ada juga bisa di gunakan pada perangkat yang mengimplementasikan CDC. Beberapa fitur yang diperkenalkan MMAPI antara lain: •
Protocol melalui datasource
•
Syncronisasi dari sebuah multiple Players menggunakan interface TimeBase
•
Pembuatan tiruan suara secara interaktif
•
Fungsi camera dan video
•
Menangkap dan merekam gambar/video
•
Metadata
Skalabilitas dan penggunaan pilihan dari API yang ada merupakan salah satu hal yang penting untuk pengembangan API tersebut pada perangkat yang ada. Sangatlah jelas bahwa tidak semua implementasi dari MMAPI akan selalu mendukung semua tipe multimedia dan protocol input. Sebagai contoh, suatu perangkat mungkin hanya mendukung untuk aplikasi playback dari file di
dalam
local
audio.
Design
dari
MMAPI
memungkinkan
pengimplementasian untuk memberikan support pilihan abgi tipe media dan protocol yang berbeda.
17
Di dalam MIDP 2.0 Sound API, kelas Maager memberikan method getSupportedContent Types dan getSupportedProtocols untuk mencari tau tipe media dan protocol yang di dukung. Sebuah aplikasi dapat juga membuat sebuah Player dari kelas Manager yang diberikan di media input. Apabila tipe atau protocol yang ada tidak mendukung, method Player akan melemparkan sebuah exception. Disebabkan karena MMAPI merupakan sebuah paket pilihan, maka MMAPI tidak berada pada semua media tipe / protocol. Tipe & protocol yang di butuhkan ditentukan oleh profile yang mengadopsi MMAPI (misalnya MIDP 2.0).Bagaimanapun juga, dalam sebuah implementasi harus menjamin minimal satu media tipe dan protocol. MMAPI juga memungkinkan implementasi untuk mendukung fitur-fitur pilihan. Sebagai contoh,beberapa implementasi mungkin hanya support untuk melakukan playback, bukan untuk merekam. MMAPI membolehkan implementasi to mengekspose fitur pilihan ini sebagai sebuah aplikasi. Fitur pilihan itu di susun sebagai kelas Control. Sebuah Player dapat di minta untuk semua Contrils yang mendukung menggunakan mehod getControls atau atau sebagian dari tipe Controls menggunakan method getControl. MMAPI memberikan dukungan dari beberapa fitur untuk beberapa tipe media. Fitur lainnya yang direkomendasikan sedangkan yang lainnya adalah pilihan. Hal ini tentu saja akan menjamin keragamandalam implementasi yang berbeda-beda.
2.4 MAPSERVER MapServer
(http://mapserver.gis.umn.edu)
freeware dan open source yang
merupakan
aplikasi
memungkinkan kita menampilkan data
spasial (peta) di web. APlikasi ini pertama kali dikembangkan di Universitas 18
Minesottta, Amerika Serikat untuk project ForNet (sebuah proyek untuk manajemen sumber daya alam) yang di sponsori oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration). Support NASA dilanjutkan dengan dikembangkan project TerraSIP untuk manajemen data lahan. Saat ini, karena sifatnya yang terbuka (open source), pengembangan MAPServer dilakukan oleh pengembang dari berbagai negara. Pengembangan MapServer menggunakan berbagai aplikasi open source atau freeware seperti Shapelib (http://shapelib.maptools.org) untuk baca / tulis format data Shapefile, FreeType (http://www.freetype.org) untuk merender karakter, GDAL / OGR (http://www.remotesensing.org/gdal) untuk baca tulis berbagai format data vector maupun raster, dan Proj.4 (http://remotesensing.org/proj) untuk menangani beragam proyeksi peta. Pada bentuk palin dasar. MapServer berupa sebuah program CGI (Common Gateway Interface). Program tersebut akan di eksekusi di webserver, berdasarkan beberapa parameter tertentu (terutama dalam konfigurasi dalam bentuk file
*.MAP) akan menghasilkan data yang
kemudian akan di kirim ke web browser , baik dalam bentuk gambar peta ataupun bentuk bentuk lain. MapServer mempunyai fitur-fitur berikut: •
Menampilkan data spasial dalam format vector seperti : shapefile (ESRI), ArcSDE (ESRI), PostGIS dan berbagai format data vector lain dengan menggunakan library OGR.
•
Menampilkan data spasial dalam format raster seperti : TIFF / GeoTIF, EPPL7 dan berbagai format data raster lain dengan menggunakan library GDAL.
•
Menggunakan quadtree dalam indexing data spasial, sehingga operasioperasi spasial dapat dilakukan dengan cepat.
19
•
Dapat dikembangkan (customizable), dengan tampilan keluaran yang dapat di atur menggunakan file2 template.
•
Dapat melakukan seleksi objekberdasar nilai, berdasar titik, area, atau berdasar sebuah objek spasial tertentu.
•
Mendukung rendering karakter berupa font TrueType
•
Mendukung penggunaan data raster maupun vector yang di tiled (dibagi-bagi menjadi sub bagian yang lebih kecil sehingga proses untuk mengambil dan menampilkan gambar dapat dipercepat)
•
Dapat menggambarkan elemen peta secara otomatis : skala grafis, peta indeks, dan legenda peta
•
Dapat menggambarkan peta tematik yang dibangun menggunakan ekspresi logic maupun ekspresi regular
•
Dapat menampilkan label dari objek spasial, dengan label dapat di atur sedemikian rupa sehingga tidak saling tumpang tindih
•
Konfigurasi dapat di atur secara on the fly melalui parameter yang di tentukan pada URL
•
Dapat menangani beragam sistem proyeksi secara on the fly
Saat ini, selain dapat mengakses MaServer sebagai program CGI, kita dapat mengakses MapServer sebagai modul MApScript, melalui berbagai bahasa skrip seperti PHP, Perl, Phyton, atau Java. Akses fungsi-fungsi MapServer melalui skrip akan lebih memudahkan pengembangan aplikas. Pengembang dapat memilih bahasa yang paling familiar. 2.4.1
Arsitektur pemetaan di web Bentuk umum arsitektur aplikasi berbasis peta di web dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
20
Gambar 2.8 : Arsitektur Pemetaan berbasis Web
Pada gambar di atas, interaksi antara klien dengan server berdasar scenario request dan respon. Web browser di sisi klient mengirim request dank e server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan MapServer. Hasil pemrosesan akan dikembalikan lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk file HTML atau applet. Arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan sebagai berikut: •
Pendekatan Thin Client Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirimkan ke client dalam format standar HTML, yang di dalamnya terdapat file gambar dalam format standard (misalnya GIF, PNG, atau JPG) sehingga dapat dilihat menggunakan sembarang web
21
browser. Kelemahan utama pendekatan ini menyangkut keterbatasan opsi interaksi dengan user yang kurang fleksibel, •
Pendekatan Thick Client Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi klien menggunakan bberapa teknoogi seperti control ActiveX atau applet. Kontrol ActiveX atau applet akan dijalankan di klient untuk memungkinkan web browser menangani format data yang tidak dapat di tangani oleh web browser dengan kemampuan standar. Dengan adanya pemrosesan di klien, maka transfer data antara klien dengan web
server akan
berkurang. Tidak seperti pada pendekatan thin client, data akan dikirim ke klien dalam bentuk data vector yang di sederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali akan di lakukan di sisi klien. Dengan cara demikian,
pengembang
aplikasi
dapat
lebih
fleksibel
dalam
menentukan prosedur interaksi aplikasi dengan user. Kelemahan dari pendekatan ini, harus ada tambahan aplikasi yang dipasang di computer klien (control ActivX atau applet tadi). MapServer menggunakan pendekatan thin client. SEmua pemrosesan dilakukan di sisi server. Informasi peta dikirimkan ke web browser di sisi klien dalam bentuk file gambar (JPG, PNG, GIF, atau TIFF). Untungnya, saat ini kelemahan pendekatan thin client dalam hal interaksi dengan user sudah jauh berkurang dengan adanya framework aplikasi seperti Chameleon atau CartoWeb. 2.5 SIG (Sistem Informasi Gegrafis) SIG mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG berkembang sangat pesat pada era 1990-an. 22
Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai :”suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,
memperbaiki,
memperbaharui,
mengelola,
memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis” Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah ‘alat’ yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG. 2.5.1
Data spasial
Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. Contoh lain dari informasi
23
spasial yang bisa digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi misalnya adalah Kode Pos.
Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya; contohnya jenis vegetasi, populasi, pendapatan per tahun, dsb.
2.5.2
Sistem Koordinat
Informasi lokasi ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang di antaranya mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan titik kontrol yang hubungan geometriknya diketahui, baik melalui pengukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem
proyeksi
peta
adalah
sistem
yang
dirancang
untuk
merepresentasikan permukaan dari suatu bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses representasi ini
menyebabkan
distorsi
yang
perlu
diperhitungkan
untuk
memperoleh ketelitian beberapa macam properti, seperti jarak, sudut, atau luasan. 2.5.3
Format data spasial
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: 1. Vektor Dalam data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arc/line), polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/point (node yang mempunyai label), dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
24
gambar 2.9 : Data Vektor
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
2. Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan
25
bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya.
gambar 2.10 : Data raster
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sebaliknya, data raster biasanya membutuhkan ruang
26
penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
27