BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Definisi Perawat Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan yang mempunyai wewenang untuk melaksanakan peran dan fungsinya (Sumijatun, 2010). Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (PPNI, 2005). Perawat memiliki fungsi yang unik dalam pemberian asuhan keperawatan pada individu, baik sakit maupun sehat, melakukan pengkajian terhadap respon pasien terhadap status kesehatannya dan membantu pasien untuk dapat menunjukkan
aktivitas
kemandirian
untuk
memperbaiki
kesehatan
atau
menghargai dan menghadapi kematian dengan tenang, kuat dan mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan sesuatu agar dapat memberikan bantuan dalam kemandirian (Sumijatun, 2010). 2.1.2 Peran perawat sebagai pendidik (educator) Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jika seorang perawat, peran yang harus dijalankannya harus sesuai dengan lingkup kewenangan perawat (Asmadi, 2008). Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran perawat yaitu aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah
8
Universitas Sumatera Utara
9
menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional dimana setiap peran dinyatakan sebagai ciri terpisah untuk kejelasan (Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat memiliki sejumlah peran didalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada. Peran perawat terdiri atas pemberi asuhan keperawatan, pembela pasien, pendidik, koordinator, konsultan dan peneliti (Mubarak & Chayatin, 2009). Peran perawat yang utama adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Menurut Asmadi (2008) sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya dengan memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya menciptakan perilaku individu/ masyarakat yang kondusif bagi kesehatan, membangun kesadaran diri dengan pengetahuan tentang kesehatan. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (educator), ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama (Mubarak & Chayatin, 2009). Kemampuan tersebut berupa: 1.
Wawasan ilmu pengetahuan. Perawat harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya untuk mempengaruhi orang lain agar dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan;
2. Komunikasi. Dalam pendidikan terjadi komunikasi baik secara verbal maupun non-verbal yang sangat penting bagi perawat karena merupakan aspek
Universitas Sumatera Utara
10
mendasar bagi keperawatan. Melalui komunikasi, perawat dapat memberikan informasi/ penjelasan kepada pasien, membujuk dan menghibur pasien. Jika komunikasi perawat baik maka perawat mampu meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya sebaliknya jika komunikasi perawat kurang baik maka akan berimbas pada penilaian pasien terhadap perawat; 3. Pemahaman psikologis. Perawat harus meningkatkan sensitivitas dan kepeduliannya kepada pasien. Perawat harus mampu memahami psikologis orang lain untuk dapat mempengaruhinya; 4. Menjadi
model/contoh.
Upaya
untuk
mengubah
dan
meningkatkan
profesionalisme perawat paling baik dilakukan melalui pembuktian secara langsung melalui peran sebagai model. 2.1.3 Edukasi Pasien Edukasi pasien merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Edukasi pasien merupakan standar praktik keperawatan profesional. The Joint Commission (TJC, 2006) memberikan standar bagi edukasi pasien dan keluarga. Standar ini mewajibkan perawat dan tim kesehatan untuk menilai kebutuhan pembelajaran pasien dan menyediakan edukasi tentang berbagai topik seperti pengobatan, nutrisi, penggunaan alat medis, nyeri dan rencana perawatan pasien. Pencapaian yang berhasil membutuhkan kolaborasi antarprofesi kesehatan dan meningkatkan pemulihan pasien (Potter & Perry, 2010). Usaha edukasi harus menyertakan nilai psikososial, spriritual, dan budaya yang dimiliki pasien serta keinginan berpartisipasi aktif. Dokumentasi bukti
Universitas Sumatera Utara
11
edukasi harus dimasukkan ke dalam rekam medis pasien. Standar tersebut akan membantu perawat dalam melakukan edukasi pasien (Potter & Perry, 2010). Tujuan edukasi adalah membantu individu, keluarga atau komunitas untuk mencapai tingkat kesehatan optimal. Pasien semakin menyadari kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan. Perawat harus memberikan edukasi kesehatan pada tempat yang nyaman dan dikenal pasien. Edukasi pasien yang komprehensif meliputi tiga tujuan penting. Tiap tujuan melibatkan fase terpisah dari pelayanan kesehatan. Tiga tujuan tersebut adalah pemeliharaan dan promosi kesehatan serta pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, beradaptasi dengan gangguan fungsi. Perawat memiliki tanggung jawab etik untuk mengajar pasien. Tanggung jawab perawat adalah mengajarkan informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarganya (Potter & Perry, 2010). 2.2 Pendidikan Pasien Keluarga ( PPK ) Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan (KARS, 2012). Pendidikan yang efektif diawali dengan pengkajian kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarganya. Pengkajian ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran, tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pendidikan yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan
Universitas Sumatera Utara
12
audiovisual serta berbagai pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain (KARS, 2012). 2.2.1 Standar PPK 1 Rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan (KARS, 2012). Maksud dan tujuan PPK. 1 Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya, sehingga mereka mendapat pengetahuan dan
keterampilan
untuk
berpartisipasi
dalam
proses
dan
pengambilan keputusan asuhan pasien. Setiap rumah sakit mengembangkan/ memasukkan pendidikan ke dalam proses asuhan berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan populasi pasien. Pendidikan direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan pendidikan sesuai kebutuhannya. Rumah sakit menetapkan bagaimana mengorganisasikan sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, rumah sakit perlu menetapkan koordinator pendidikan atau komite pendidikan, menciptakan pelayanan pendidikan, mengatur penugasan seluruh staf yang memberikan pendidikan secara terkoordinasi (KARS, 2012). Proses keperawatan membuat landasan yang memungkinkan perawat untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengekspresikan pelayanan keperawatan yang manusiawi dan untuk menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Proses keperawatan merupakan siklus yang dinamis dan melibatkan pembuatan keputusan kreatif bagi perawat dengan
Universitas Sumatera Utara
13
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menolong pasien (Sumijatun, 2009). Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sering dituntut untuk dapat memberikan bantuan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi pasien. Model Cocoran mengacu pada teori Gadow (1980) yakni model pemecahan masalah etika yang terdiri dari 5 tahap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1,8. Cocoran mengatakan bahwa perawat dalam membantu pasien untuk memecahkan masalah harus selalu berpijak pada informasi yang relevan, serta mengacu pada kebutuhan alternatif pasien serta nilai-nilai yang dianut dalam rangka membuat keputusan (Sumijatun, 2009). Tabel 1.8 Teori Gadow Langkah
Proses
I
Menjamin informasi yang relevan
II III
Memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan seleksi informasi Memperhatikan pendapat pasien
IV
Membantu pasien untuk menegakkan nilai yang dianut
V
Membantu pasien dalam menerima keputusan yang telah diplih
Elemen Penilaian 1. Rumah sakit merencanakan pendidikan konsisten dengan misi, jenis pelayanan dan populasi pasien; 2. Tersedia mekanisme atau struktur pendidikan yang memadai di seluruh rumah sakit;
Universitas Sumatera Utara
14
3. Struktur dan sumber daya pendidikan diorganisasikan secara efektif (KARS, 2012). Perawat memiliki tanggung jawab etik untuk mengajar pasien. Tanggung jawab perawat adalah mengajarkan informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarganya. Perawat sering mengklarifikasi informasi yang disediakan dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya yang merupakan sumber informasi untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan (Potter & Perry, 2010). Pada The Patient Care Partnership (sebelumnya dikenal sebagai A Patient’s Bill of Right), American Hospital Association (2003 dalam Potter & Perry, 2010) mengatakan bahwa pasien berhak mengambil keputusan tentang pelayanannya setelah menerima informasi yang cukup. Informasi tersebut harus akurat, lengkap, dan sesuai dengan kebutuhan pasien. 2.2.2 Standar PPK.2 Dilakukan pengkajian kebutuhan pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di rekam medisnya (KARS, 2012). Elemen penting untuk memberikan asuhan keperawatan terencana yang efektif adalah relevansinya sebagai pengidentifikasi dalam pengkajian pasien. Sesuai dengan America Nurses Association Standards of Clinical Nursing Practice (ANA, 1991 dalam Doenges, 1999), pengkajian pasien dibutuhkan pada area berikut ini: fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional,
perkembangan,
ekonomi,
dan
gaya
hidup.
Pengkajian
ini,
digabungkan dengan hasil temuan-temuan medis serta pemeriksaan diagnostik,
Universitas Sumatera Utara
15
dicatat dalam data dasar pasien dan membentuk dasar yang kuat untuk mengembangkan rencana keperawatan pasien (Doenges, 1999). Penting bagi perawat melakukan pengkajian pada pasien agar pertanyaanpertanyaan diarahkan pada permasalahan yang paling aktual dikeluhkan pasien karena setiap individu mempunyai karakteristik yang unik dalam hal keadaan umum sehingga sangat penting bagi perawat memperhatikan agar pengkajian dapat ditujukan secara langsung pada tujuan yang ingin perawat dapatkan (Muttaqqin, 2010). Pengkajian kebutuhan pendidikan pasien harus dilakukan untuk menentukan pilihan isi pengajaran. Pengkajian yang dilakukan berupa faktor yang mempengaruhi kandungan yang relevan, kemampuan belajar pasien, dan sumber daya yang tersedia untuk instruksi. Pengkajian yang efektif akan menjadi dasar pengajaran pasien individu yaitu dengan mengajukan pertanyaan spesifik untuk menilai kebutuhan pembelajaran pasien yang unik (Potter & Perry, 2010). Maksud dan tujuan PPK. 2 Pendidikan berfokus pada pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan di rumah. Hal tersebut diatas berbeda dengan alur informasi pada umumnya antara staf dan pasien yang bersifat informatif tapi bukan bersifat pendidikan seperti lazimnya. Untuk memahami kebutuhan masing-masing pasien dan keluarganya, tersedia proses pengkajian untuk mengidentifikasi jenis pembedahan, prosedur invasif lainnya dan rencana
Universitas Sumatera Utara
16
pengobatan, kebutuhan perawat pendamping dan kebutuhan asuhan berkelanjutan di rumah setelah pasien pulang (KARS, 2012). Pengkajian ini memungkinkan para pemberi asuhan merencanakan dan memberikan pendidikan sesuai kebutuhan. Pendidikan oleh staf rumah sakit diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu keputusan dalam proses asuhan (KARS, 2012). Pendidikan yang diberikan sebagai bagian dari proses memperoleh informed concent untuk pengobatan (misalnya pembedahan dan anestesi) didokumentasikan di rekam medis pasien. Sebagai tambahan, bila pasien atau keluarganya secara langsung berpartisipasi dalam pemberian pelayanan (contoh : mengganti balutan, menyuapi pasien, memberikan obat, dan tindakan pengobatan), mereka perlu diberi pendidikan. Ketika kebutuhan pendidikan teridentifikasi, dicatat di rekam medis. Hal ini akan membantu semua petugas pemberi pelayanan berpartisipasi dalam proses pendidikan. Setiap rumah sakit hendaknya menetapkan lokasi dan format pengkajian pendidikan, perencanaan dan pemberian informasi dalam rekam medis pasien (KARS, 2012). Informed concent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang resiko, manfaat, alternatif dan akibat penolakan yang merupakan bagian dari hubungan antara penyediaan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat pasien tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotik. Karena perawat tidak melakukan operasi atau tindakan medis langsung, maka pengambilan persetujuan bukan
Universitas Sumatera Utara
17
merupakan tugas perawat. Orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur tersebut juga bertanggung jawab atas pengambilan informed consent (Potter & Perry, 2010). Tanda tangan perawat sebagai saksi persetujuan menunjukkan bahwa pasien memberikan persetujuan dengan sukarela, tanda tangan pasien adalah asli dan pasien tampak mampu untuk memberikan persetujuan. Saat perawat memberikan formulir persetujuan, perawat harus bertanya kepada pasien untuk memastikan pasien telah memahami prosedur yang akan diajalaninya. Jika ada penolakan maka beritahu dokter, penyedia layanan kesehatan atau pengawas keperawatan (Potter & Perry, 2010). Proses memperoleh Informed consent telah dilakukan, maka selanjutnya didokumentasikan di rekam medis. Rekam medis merupakan sumber riwayat penyakit pasien hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik serta hasil pemeriksaan fisik dan rencana pengobatan yang diberikan oleh dokter. Data pada rekam medis memuat informasi dasar dan terkini tentang respon pasien terhadap pengobatan serta kemajuan yang didapat dimana informasi dalam rekam medis pasien adalah rahasia dan jangan memberikan informasi medis tanpa persetujuan dari pasien. Setiap rumah sakit memiliki kebijakan masing-masing tentang peraturan pemberian informasi antar praktisi kesehatan (Potter & Perry, 2010). Elemen Penilaian 1. Dilakukan pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga; 2. Hasil pengkajian kebutuhan pendidikan dicatat di rekam medis pasien;
Universitas Sumatera Utara
18
3. Tersedia sistem pencatatan pendidikan pasien yang seragam oleh seluruh staf; 4. Ketika informed consent dipersyaratkan, pasien dan keluarga belajar tentang proses memberikan informed consent; 5. Pasien dan keluarga belajar tentang bagaimana berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait pelayanannya; 6. Pasien dan keluarga belajar tentang kondisi kesehatannya dan diagnosis pasti; 7. Pasien dan keluarga belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan (KARS, 2012). Standar PPK. 2.1. Dilakukan pengkajian kemampuan dan kemauan belajar pasien dan keluarga (KARS, 2012). Pengkajian yang dilakukan oleh perawat untuk mengetahui kebutuhan pendidikan masing-masing pasien menurut Potter dan Perry (2010) terdiri dari : 1. Harapan
pada
pembelajaran.
Perawat
biasanya
menggunakan
alat
pengkajian edukasi formal untuk menentukan kebutuhan belajar pasien. Pada waktu lain perawat mengidentifikasi secara rutin. Perawat mencari informasi yang dianggap penting oleh pasien karena saat pasien merasakan kebutuhan untuk mengetahui suatu hal, ia akan menjadi reseptif terhadap informasi yang disajikan; 2. Kebutuhan belajar. Tentukan informasi penting yang harus dipelajari oleh pasien dengan melakukan pengkajian terhadap hal seperti informasi atau
Universitas Sumatera Utara
19
keterampilan yang dibutuhkan pasien untuk melakukan perawatan diri dan memahami implikasi masalah kesehatan, pengalaman pasien yang mempengaruhi kebutuhan belajar dan informasi yang diperlukan oleh keluarga atau orang terdekat agar dapat membantu pasien; 3. Motivasi untuk belajar. Ajukan pertanyaan yang mendefinisikan dan mengidentifikasi motivasi pasien untuk menentukan kesediaan dan kesiapan pasien untuk belajar yaitu dengan mengkaji faktor motivasional yang terdiri dari: a. Perilaku (tingkat perhatian, kecenderungan untuk bertanya, memori dan kemampuan untuk berkonsenterasi selama sesi pengajaran); b. Kepercayaan tentang kesehatan dan latar belakang sosial budaya; c. Persepsi tentang keparahan dan kerentanan terhadap masalah kesehatan serta keuntungan dan batasan terhadap terapi; d. Kemampuan yang dirasakan untuk melakukan perilaku kesehatan; e. Keinginan belajar; f. Sikap tentang penyelenggaraan layanan kesehatan (contoh : peran klien dan perawat dalam mengambil keputusan); g. Pilihan gaya belajar. Pasien yang belajar melalui penglihatan dan pendengaran akan memperoleh keuntungan dari pengajaran lewat video. 4. Kemampuan belajar, terdiri dari kemampuan fisik dan kemampuan kognitif pasien untuk belajar. Pengkajian dilakukan dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
20
a. Kekuatan fisik, ketahanan gerak, ketangkasan dan koordinasi untuk melihat sejauh mana pasien dapat melakukan keterampilan; b. Defisit sensori yang mempengaruhi kemampuan pasien untuk memahami dan mengikuti instruksi; c. Tigkat kemampuan membaca untuk memastikan bahwa pasien tidak buta huruf dengan cara meminta pasien untuk membaca instruksi pada lembar edukasi; d. Tingkat perkembangan pasien yang mempengaruhi pemilihan pendekatan pembelajaran; e. Fungsi kognitif pasien termasuk memori, pengetahuan, asosiasi dan pertimbangan; f. Rasa nyeri, kelelahan, kegelisahan, atau gejala lain yang dapat mengganggu kemampuan untuk mempertahankan perhatian dan berpartisipasi sehingga menjadi hambatan untuk belajar. 5. Lingkungan pengajaran yang bersifat kondusif seperti ruangan yang nyaman, fasilitas ruangan dan peralatan tersedia dan suasana yang tenang; 6. Sumber daya pembelajaran yaitu dengan melibatkan anggota keluarga atau orang terdekat ke dalam rencana pengajaran dan menyediakan pelayanan kesehatan pasien, persepsi anggota keluarga dan pengertian tentang penyakit pasien dan implikasinya, kesediaan dan kemauan keluarga untuk berpartisipasi dalam pelayanan, sumber daya finansial dan material serta alat ajar;
Universitas Sumatera Utara
21
7. Kesadaran akan kesehatan dan gangguan belajar. Hal ini mengharuskan penyelenggaraan layanan kesehatan untuk memberikan edukasi yang tepat bagi individu untuk menjamin penggunaan yang tepat. Maksud dan tujuan PPK. 2.1 Pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan diidentifikasi dan digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan. Ada banyak variabel menentukan apakah pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar. Jadi, untuk merencanakan pendidikan maka rumah sakit harus melakukan pengkajian : a. keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga; b. kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan; c. hambatan emosional dan motivasi; d. keterbatasan fisik dan kognitif; e. kesediaan pasien untuk menerima informasi. Elemen Penilaian 1. Pasien dan keluarga dilakukan pengkajian atas elemen : a) sampai dengan e) dalam maksud dan tujuan; 2. Temuan pengkajian digunakan untuk membuat rencana pendidikan; 3. Temuan pengkajian didokumentasikan dalam rekam medis pasien (KARS, 2012). 2.2.3 Standar PPK. 3 Pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan dari pasien (KARS, 2012).
Universitas Sumatera Utara
22
Maksud dan tujuan Pasien sering membutuhkan pelayanan tindak lanjut guna memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Informasi kesehatan umum diberikan oleh rumah sakit, atau oleh sumber di komunitas, dapat dimasukkan bila membuat resume kegiatan harian setelah pasien pulang, praktik pencegahan yang relevan dengan kondisi pasien atau sasaran
kesehatannya,
serta
informasi
untuk
mengatasi
penyakit
atau
kecacatannya yang relevan dengan kondisi pasien. Rumah sakit mengidentifikasi sumber–sumber pendidikan dan pelatihan yang tersedia di komunitas. Khususnya organisasi di komunitas yang memberikan dukungan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, serta bila memungkinkan menjalin kerjasama berkelanjutan (KARS, 2012). Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penelitian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan juga pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri dirumah (Nursalam & Efendi, 2008). Menurut Nursalam dan Efendi (2008), hal-hal yang harus diketahui oleh pasien sebelum pulang adalah sebagai berikut : 1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi; 2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan dirumah;
Universitas Sumatera Utara
23
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan; 4. Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara mengantisipasi; 5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain; 6. Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter, dan kunjungan rumah apabila pasien memerlukan. Elemen Penilaian 1. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau mencapai sasaran kesehatannya; 2. Rumah sakit mengidentifikasi dan menjalin kerjasama dengan sumber– sumber yang ada di komunitas yang mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan pendidikan untuk pencegahan penyakit; 3. Bila kondisi pasien mengindikasikan, pasien dirujuk ke sumber-sumber yang tersedia di komunitas (KARS, 2012). 2.2.4 Standar PPK.4 Pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik-topik berikut ini, terkait dengan pelayanan pasien : penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri dan teknik-teknik rehabilitasi (KARS, 2012). Maksud dan tujuan PPK. 4 Rumah sakit secara rutin memberikan pendidikan pada area yang berisiko tinggi bagi pasien. Pendidikan mendukung pengembalian fungsi pada level
Universitas Sumatera Utara
24
sebelumnya
dan
memelihara
kesehatan
secara
optimal.
Rumah
sakit
menggunakan materi dan proses pendidikan pasien yang standar seperti pada topik-topik di bawah ini (KARS, 2012): 1. Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman (bukan hanya obat yang dibawa pulang), termasuk potensi efek samping obat; 2. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman; 3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya (termasuk OTC/over the counter), serta makanan; 4. Diet dan nutrisi; 5. Manajemen nyeri; 6. Teknik-teknik rehabilitasi. Elemen Penilaian Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga dididik tentang penggunaan seluruh obat-obatan secara efektif dan aman, serta tentang potensi efek samping obat, pencegahan terhadap potensi interaksi obat dengan obat OTC atau makanan (KARS, 2012). 1. Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga dididik tentang keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis; 2. Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga dididik tentang diet dan nutrisi yang benar; 3. Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga dididik manajemen nyeri;
Universitas Sumatera Utara
25
4. Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga dididik tentang teknik rehabilitasi. 2.2.5 Standar PPK. 5 Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga dan staf agar terjadi pembelajaran (KARS, 2012). Maksud dan tujuan PPK. 5 Pembelajaran akan terlaksana apabila memperhatikan metode yang digunakan untuk mendidik pasien dan keluarga. Memahami pasien dan keluarga akan membantu rumah sakit memilih pendidik dan metode pendidikan yang konsisten dengan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarganya, serta mengidentifikasi peran keluarga dan metode pemberian instruksi (KARS, 2012). Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan dengan memberi kesempatan untuk memberi pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada staf untuk meyakinkan pemahaman yang benar dan mengantisipasi partisipasi. Staf mengakui peran penting pasien dalam pemberian pelayanan yang aman, asuhan berkualitas tinggi. Kesempatan berinteraksi dengan staf, pasien, dan keluarga mengijinkan umpan balik untuk menjamin bahwa informasi dipahami, bermanfaat, dan dapat digunakan. Rumah sakit memutuskan kapan dan bagaimana pendidikan secara verbal diperkuat dengan materi secara tertulis untuk meningkatkan pemahaman dan memberikan rujukan (referensi) pendidikan di masa yang akan datang (KARS, 2012).
Universitas Sumatera Utara
26
Elemen Penilaian 1. Ada proses untuk memverifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami pendidikan yang diberikan; 2. Mereka yang memberikan pendidikan perlu mendorong pasien dan keluarganya untuk bertanya dan memberi pendapat sebagai peserta aktif; 3. Informasi verbal perlu diperkuat dengan materi secara tertulis yang terkait dengan kebutuhan pasien dan konsisten dengan pilihan pembelajaran pasien dan keluarganya (KARS, 2012). Pendidikan diberikan dengan menggunakan beberapa alat sebagai media untuk membantu menyampaikan informasi. Alat ini berupa media audio dan visual yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar. Tujuan media ini adalah untuk membantu tenaga kesehatan menyampaikan informasi secara kreatif dan jelas pada saat memberikan pendidikan kepada pasien. Pendekatan multimedia selama proses belajar dapat membantu pasien untuk menguasai informasi lebih efektif (Bastable, 2006). Pendekatan pengajaran dalam implementasi pendidikan pasien berupa arahan yang dilakukan oleh seorang pengajar sesuai dengan kebutuhan pelajar. Pengajar yang efektif akan selalu menyadari kebutuhan untuk mengubah pendekatan pengajaran (Potter & Perry, 2010) yang terdiri dari : 1. Menginstruksikan. Pendekatan ini digunakan saat memberikan informasi yang terbatas. Misalnya pada pasien yang gelisah atau mempersiakan pasien untuk prosedur diagnostik darurat;
Universitas Sumatera Utara
27
2. Partisipasi. Perawat dan pasien akan menetapkan tujuan dan terlibat dalam proses pembelajaran bersama. Pasien membantu memutuskan kandungan pengajaran sedangkan perawat membimbing pasien dengan informasi yang sesuai. Pada pendekatan ini terjadi diskusi, umpan balik, penetapan tujuan bersama dan revisi rencana pengajaran; 3. Mempercayakan. Pada pendekatan ini, pasien diberi kesempatan untuk mengatur perawatan diri, diberi tanggung jawab dan melaksanakan tugas dengan benar dan konsisten. Perawat mengamati kemajuan pasien dan bersedia membantu tanpa pemberian informasi baru; 4. Memperkuat. Penguatan (reinforcement) terdiri dari penguatan positif dan negatif. Penguatan positif seperti memberikan senyuman dan pernyataan peretujuan sedangkan penguatan negatif seperti cemberut atau mengkritik merupakan hal yang tidak diinginkan oleh individu. Umpan balik merupakan penguatan yang umum ditemukan. Penguatan terdiri dari tiga jenis yaitu penguatan bersifat sosial (senyuman, pujian atau ucapan pendukung), penguatan material (mainan, makanan dan musik), penguatan aktivitas (konseling). Menurut Potter and Perry (2010), metode Instruksional merupakan metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran pasien, waktu pengajaran yang tersedia, lingkungan, sumber daya yang tersedia, dan kenyamanan perawat terhadap pengajaran. Metode Instruksional terdiri dari: 1. Diskusi pribadi adalah metode yang paling sering digunakan. Alat bantu ajar yang digunakan adalah model atau diagram tergantung kebutuhan pasien.
Universitas Sumatera Utara
28
Pada metode ini perawat memberikan informasi secara nonformal untuk membantu
pasien
memahami
dan
pasien
dapat
mengemukakan
kekhawatirannya serta bertanya; 2. Instruksi kelompok merupakan cara yang lebih ekonomis dan pasien dapat berinteraksi dan belajar dari pengalaman orang lain. Instruksi kelompok biasanya melibatkan kuliah dan diskusi yang terstruktur. Setelah kuliah, dilakukan diskusi kelompok dimana memungkinkan pasien dan keluarga untuk belajar satu sama lain saat mereka meninjau pengalaman yang sama; 3. Instruksi persiapan digunakan kepada pasien yang khawatir pada saat menghadapi prosedur atau pemeriksaan yang tidak dikenali oleh pasien. Pedoman untuk memberikan instruksi persiapan yaitu jelaskan sensasi fisik selama
prosedur,
jelaskan
penyebab
sensasi
untuk
mencegah
kesalahpahaman pengalaman, persiapan pasien hanya untuk aspek pengalaman yang dikemukakan oleh pihak lain; 4. Demonstrasi digunakan untuk mengajarkan keterampilan psikomotor. Demonstrasi akan lebih efektif jika pelajar mengamati pengajar terlebih dahulu dan selama demonstrasi ulang pasien memiliki kesempatan untuk melatih keterampilan; 5. Analogi. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerjemahkan bahasa/ ide yang rumit ke dalam kata-kata atau konsep yang diahami oleh pasien berupa instruksi lisan dengan gambaran yang dikenal seperti menjelaskan tekanan darah arteri dengan analogi aliran air selang;
Universitas Sumatera Utara
29
6. Bermain peran. Selama bermain peran, pasien diminta untuk memerankan dirinya atau orang lain. Teknik ini meliputi pelatihan perilaku yang diinginkan; 7. Simulasi yaitu teknik yang efektif untuk mengajarkan pemecahan masalah pasien, aplikasi, dan pemikiran mandiri. Selama diskusi pribadi atau kelompok, perawat memberikan masalah atau situasi yang sesuai untuk dipecahkan oleh pasien. Pada pasien yang buta huruf atau kecacatan lainnya, gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien. Pada pasien dengan gangguan pendengaran memerlukan bahasa isyarat dan materi tertulis. Pada pasien dengan gangguan penglihatan, gunakan warna dan ukuran huruf yang masih dapat dilihat oleh pasien dan gunakan pencahayaan yang tepat. Anak dan lansia belajar dengan cara yang berbeda. Pada pasien anak, sertakan orang tua dalam memberikan pendidikan kesehatan. Pada lansia, tetapkan tujuan jangka pendek dan sertakan anggota keluarga yang merawat pasien (Potter & Perry, 2010). Alat pengajaran yang biasa digunakan sesuai dengan metode instruksi. Pada metode diskusi menggunakan materi tertulis dan cetak (pamflet, brosur dan buku). Materi audiovisual seperti slide, rekaman suara, televisi digunakan bersama dengan materi tertulis. Alat pengajaran lainnya seperti materi tidak tercetak (diagram garis, lingkaran atau batang) dan gambar (Potter & Perry, 2010). 2.2.6 Standar PPK. 6 Tenaga kesehatan profesional yang memberi pelayanan pasien berkolaborasi dalam memberikan pendidikan (KARS, 2012).
Universitas Sumatera Utara
30
Maksud dan tujuan PPK. 6 Ketika tenaga kesehatan profesional yang memberi asuhan memahami kontribusinya masing-masing dalam pemberian pendidikan pasien, maka mereka bisa berkolaborasi lebih efektif. Kolaborasi, pada gilirannya dapat membantu menjamin bahwa informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah komprehensif, konsisten, dan seefektif mungkin. Kolaborasi berdasarkan kebutuhan pasien dan karenanya mungkin tidak selalu diperlukan. Pengetahuan tentang subjek yang diberikan, waktu yang tersedia adekuat, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif adalah pertimbangan penting dalam pendidikan yang efektif (KARS, 2012). Elemen Penilaian 1. Bila ada indikasi, pendidikan pasien dan keluarga diberikan secara kolaboratif; 2. Mereka yang memberikan pendidikan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang subjek yang diberikan; 3. Mereka yang memberikan pendidikan harus menyediakan waktu yang adekuat (KARS, 2012). Selama perencanaan, pilih metode pengajaran yang sesuai, dorong pasien untuk memberi saran dan lakukan rujukan keada profesional pelayanan kesehatan (ahli gizi dan fisioterapi fisik, wicara, atau okupasi) jika sesuai. Perawat merupakan anggota tim pelayanan kesehatan utama yang bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya berbagai kebutuhan edukasi pasien. Misal, saat mengedukasi pasien dari berbagai kelompok etnik, perawat menjalin kerja sama
Universitas Sumatera Utara
31
dengan perawat dan edukator lain untuk mengatasi keragaman budaya dan meminta anggota budaya untuk berbagi nilai dan kepercayaan (Potter & Perry, 2010). Mereka yang memberikan pendidikan harus mempunyai keterampilan berkomunikasi (KARS, 2012).
Universitas Sumatera Utara