4 BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1
Data dan Literatur Metode yang dipakai untuk mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: Melalui media buku, majalah, dan internet. Survey lapangan: Melalui survey tempat dan wawancara dengan penerbit
2.1.1 Gambaran Umum Istilah ilustrasi biasanya digunakan untuk gambar atau foto yang menerangkan lebih jelas suatu naskah yang berupa cerita, berita atau tulisan ilmiah. Gambar dibuat karena lebih banyak orang yang menyerap sesuatu secara visual lebih baik daripada membaca. Menurut Advertising Guide Book, istilah ilustrasi berasal dari kata illusire,
yang
artinya:
menerangkan.
Ilustrasi
dapat
berupa
gambar/symbol/relif/musik yang tujuannya untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan. Menurut wawancara dengan Ibu Michelle dari penerbit Gramedia Pustaka Utama, buku-buku buatan pengarang dalam negri, masih belum banyak diminati pembaca, hanya kategori novel percintaan remaja buatan dalam negri yang penjualannya cukup laris. Sementara untuk buku cerita bergambar sendiri, buku yang dibeli lisensinya dari luar negri, seperti misalnya buatan Disney, atau Barbie jauh lebih diminati.
5 Dalam hal cerita, hasil karya luar negeri lebih disukai daripada ceritacerita dalam negeri. Di luar negeri, mereka mencintai hasil karya negerinya, sehingga mereka menggali segala
macam ide kreatif untuk kembali
menceritakan hal-hal yang khas dari negerinya. Sebut saja cerita cerita seperti Pinokio, Cinderella, Putri Salju, dan lain-lain yang terkenal ke seluruh dunia. Beberapa cerita Indonesia tidak kalah menarik, namun kurang diminati, karena anggapan bawah cerita Indonesia norak, kampungan, tradisional, padahal banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk mempelajari kebudayaan Indonesia, sedangkan masyarakat kita malah kurang menghargai hasil karya sendiri. Jumlah penerbitan buku di Indonesia sendiripun masih rendah tiap tahunnya. Untuk buku anak-anak menurut Yayasan Buku Utama, sebuah yayasan penerbitan buku (dimana ketua umum badan pengurusnya adalah Mendiknas), pada tahun 1997 jumlah buku yang terbit sebanyak 108 buku. Pada tahun 1999 berkurang menjadi 75 judul. Pada tahun 2000 sebanyak 56 judul, dan tahun 2001 sebanyak 82 judul. Lain halnya dengan data dari International Publisher Association Canada (2002), produksi buku yang paling banyak adalah: 1.
Inggris, 100 ribu buku per tahun.
2.
Jerman, 90.779 judul tahun 2000
3.
Jepang 65.430 judul/ tahun.
Indonesia pada tahun 1997 pernah mencapai jumlah lima ribuan buku. Ace Suryadi ( Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional) mengatakan penerbitan di Indonesia masih tertinggal jauh, dibandingkan negara-negara lain. Penyediaan buku di Indonesia sangat
6 memprihatinkan. Indonesia memproduksi 10,000 judul/ tahun, dengan tiap judul mencapain 3000 eksemplar, atau 3 juta eksemplar/tahun. Tapi 90 % merupakan buku terjemahan. Negara Jepang memproduksi 715 juta eksemplar / tahun. Sedangkan di Cina mencapai 6,7 miliar eksemplar / tahun, artinya di Cina satu orang membaca lima buku. Tetapi di Indonesia 3 buku dibaca 200 orang. Selain itu 10 % masyarakat Indonesia usia sekolah hingga dewasa (15,4 juta jiwa) dalam kondisi buta aksara. Selain itu penyebaran buku di Indonesia sangat berat karena proses distribusi buku di pasaran tidak normal. Hal ini diungkapkan Beliau dalam pembukaan Pameran Buku Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) di Bandung, Selasa 2 Agustus 2005.
2.1.2
Perkembangan Ilustrasi di Indonesia Saat ini cukup banyak beredar buku cerita di Indonesia, terutama buku
dongeng, namun hanya sedikit sekali yang mempertahankan nilai-nilai estetisnya. Apalagi karena sasarannya diperuntukkan bagi anak-anak kecil usia 4 s/d 10 tahun. Anak-anak umur tersebut masih lebih memperhatikan gambar yang ada. Semakin menarik gambar yang disajikan, semakin anak-anak mau membaca cerita tersebut. Buku cerita di Indonesia masih kurang serius digarap. Lain halnya dengan buku cerita luar negeri yang ditunjang dengan gambar-gambar yang bagus, cerita yang menarik, gaya bahasa yang ringan meskipun harganya relatif lebih mahal. Ilustrasi dalam sebuah buku cerita adalah hal yang perlu diperhatikan. Ilustrasi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam
7 meningkatkan minat baca anak. Sayangnya hal ini kurang mendapat perhatian dari para penerbit buku. Dr. Murti Busanto, SS, MA dari kelompok pecinta bacaan anak, dan Presiden Indonesia Board on Books for Young People di Jakarta mengatakan, pengemasan buku ilustrasi anak kadang asal-asalan, dianggap kurang menarik dan kurang digarap maksimal. Padahal sebuah gambar ilustrasi bisa menjadi kunci awal anak-anak tertarik untuk membaca sebuah buku. Ilustrasi dalam sebuah buku adalah bagian dari karya seni. Diperlukan keunikan gaya visualisasi, ketrampilan teknik ilustrasi, keahlian menemukan adegan dan interpretasi cerita serta dramatisasinya, dan keahlian pengaturan teks dan gambar atau layout.
2.1.3
Manfaat cerita anak Ciri-ciri cerita anak yang baik menurut Charlotte S. Huck dalam buku
Children’s Literature, New York, 1987 antara lain mengandung nilai personal dan nilai pendidikan anak-anak. Dengan perincian sebagai berikut: 1.
Cerita anak mengandung nilai personal apabila mampu: •
Memberikan kesenangan
•
Menawarkan narasi sebagai cara bernalar
•
Mengembangkan imajinasi
•
Memberikan beraneka ragam pengalaman
•
Mengembangkan kemampuan pendapat (insight opinion) terhadap prilaku manusia, dan
8 • 2.
2.1.4
Menghadirkan pengalaman universal
Cerita anak mempunyai nilai pendidikan apabila mampu: •
Mengembangkan kemampuan berbahasa
•
Mengembangkan kemampuan membaca
•
Mengembangkan kemampuan bercerita
•
Menunjang kemampuan menulis, dan
•
Memperkenalkan kekayaan sastra anak.
Jenis-jenis buku cerita bergambar Menurut Cipanti Putri (Mata Baca, 2003), buku cerita anak (bergambar)
secara umum adalah sebuah bentuk buku yang ilustrasinya berperan penting dala keseluruhan alur cerita. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapat dibedakan beberapa jenis buku cerita bergambar yaitu:
2.1.4.1 Baby Books Untuk bayi dan batita (dibawah 3 tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua untuk bercerita dan imajinasi anak) Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka dan bentuk.
9 2.1.4.2 Picture Books Untuk anak usia 4-8 tahun. Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman. Naskahnya bisa mencapai kurang lebih 1500 kata. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter yang menjadi pusat perhatiannya dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peranan penting sama dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak jenis ini biasanya berfungsi sebagai persiapan bagi anak memasuki masa puncak usianya, sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun. Tebalnya 48 halaman berisi hingga 2000 kata dalam teksnya.
2.1.4.3 Early Picture Books Sama dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir umur 4-8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1000 kata.
2.1.4.4 Easy Readers. Dikenali juga dengan sebutan easy-to-read, buku-buku jenis ini biasanya untuk anak yang baru mulai membaca sendiri, usia 6-8 tahun. Masih tetap dengan ilustrasi berwarna, tapi dengan format yang sedikit lebih “dewasa”, yaitu ukuran trim perhalaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32-64 halaman, dan panjang teksnya beragam antara 200 – 1500 kata, paling
10 banyak 2000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat), biasanya ada 2-5 kalimat ditiap halaman.
2.1.4.5 Transition Books. Disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, usia anak 6-9 tahun. Jembatan penghubung antara jenis easy reader dan chapter books. Gaya penulisannya sama dengan easy readers, namun lebih panjang (naskahnya biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman per bab), ukuran trim perhalaman lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi dibeberapa halaman.
2.1.4.6 Chapter Books. Untuk usia 7-10 tahun. Naskah setebal 45-60 halaman dibagi dalam 3-4 halaman per bab. Kisahnya lebih padat disbanding jenis transition books, walaupun tetap memakai banyak aksi petualangan. Kalimatnya mulai sedikit kompleks, tetapi paragraf yang dipakai pendek, rata-rata 2-4 kalimat per paragraph. Jenis ceritanya adalah setiap cerita di akhir bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terdorong untuk terus membuka bab-bab selanjutnya.
2.1.4.7 Middle Grade Untuk usia 8 – 12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang 100-150 halaman. Ceritanya mulai kompleks
11 (bagian-bagian sub plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga sciencefiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek dan topik-topik multi budaya.
2.1.4.8 Young Adult Usia 12-15 tahun. Plot ceritanya biasanya sedikit rumit dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokus. Naskah antara 130-200 halaman. Tema yang diangkat adalah tema sehari-hari kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton, menjadi sejarah pertama buku cerita anak tahun 1967, menceritakan permasalahan remaja saat itu. Kategori new-age (usia 10-14 tahun) juga perlu diperhatikan, terutama untuk buku non fiksi remaja. Topiknya yang berupa fiksi dan non fiksi, lebih cocok untuk anak usia sekolah menengah pertama, tapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek non fiksi.
Buku cerita bergambar Lupus Kecil ini akan masuk kategori Transition Book dengan naskah kurang lebih 30 halaman. cerita yang modern, dan
12 mengisahkan keseharian tokoh utama (Lupus) dan interaksinya dengan tokohtokoh pendukung.
2.2
Data Pendukung 2.2.1
Data Penerbit Sebagai sebuah kelompok penerbitan majalah, penerbit Gramedia
majalah adalah yang terbesar di Indonesia, dengan pengalaman selama hampir 40 tahun. Semua bacaan ada untuk segala segmen usia. Pelayanan informasi Gramedia Majalah tak terbatas dalam bentuk media cetak. Gramedia juga member pelayanan lewat jalur internet. Beragam informasi bisa kita eksplorasi melalui situs www.gramedia.co.id. Kita bisa menyimak mulai dari profil perusahaan, jangkauan sirkulasi, tariff iklan, profil produk media cetak dan online. Visi: Menjadi agen pembaru dalam rangka ikut serta menciptakan masyarakat baru Indonesia. Masyarakat yang berwatak baik, professional, menjunjung tinggi demokrasi, terbuka, mengakui kemajemukan masyarakat, tanpa mengenal SARA, dan setia kepada lembaga. Misi: Atas dasar azaz solidaritas dan kemanusiaan mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa melalui bidang informasi dan bidang lain.
13 2.2.2
Data Pengarang Lahir di Jakarta, tanggal 25 Agustus. Hilman mulai mengarang sejak
remaja, dengan membuat serial Lupus di majalah HAI yang berhasil mengangkat namanya. Ia juga pernah juara mengarang di majalah yang sama. Pernah menempuh kuliah di UNAS jurusan Sastra Inggris. Hilman Hariwijaya dengan Lupusnya merupakan fenomena dalam dunia penerbitan Indonesia. Lupus#1: Tangkaplah Daku Kau Kujitak, terbit Desember 1986, cetakan pertamanya sebanyak 5.000 eksemplar habis dalam waktu kurang dari satu minggu. Hilman menulis puluhan judul yang meliputi seri Lupus, Lupus ABG, Lupus Kecil, Lupus Milenia, Olga, Lulu, Keluarga Hantu, Vanya, Vladd, Dua Pelangi dan beberapa judul lepas. Beberapa karyanya ditulis bersama Boim, Gusur dan satu bernama Zara Zettira. Tiras total penjualan bukunya mencapai jutaan eksemplar! Jumlah yang luar biasa untuk ukuran Indonesia, mengingat tiras "normal" buku lain rata-rata 3.000-5.000 eksemplar, dan itu pun tidak habis terjual dalam waktu satu tahun. Kisah Lupus menggambarkan gaya hidup remaja. Sarat dengan humor orisinal, terutama unik dalam gaya bahasa dan pilihan kata yang seenaknya. Tapi justru dengan gaya bahasa seperti itulah Lupus menjadi produk yang khas, disukai dan diakrabi para remaja. Seri Lupus sudah difilmkan, baik di layar lebar maupun dalam bentuk sinetron. Sedangkan seri Lulu, Olga, Vanya dan Vladd serta beberapa cerita lepas lainnya telah disinetronkan.
14 2.2.3
Tentang Lupus Kecil Lupus adalah tokoh fiksi dalam serial novel berjudul sama karangan
Hilman Hariwijaya. Lupus identik sekali dengan permen karet yang tak pernah lepas darinya. Model rambut berjambul yang sering dihina Lulu dengan sebutan sarang Burung. Juga sifatnya yang konyol, hingga membuatnya disukai oleh seluruh teman-temannya. Sementara Lupus kecil bercerita tentang keseharian Lupus pada saat dia masih duduk di bangku kelas 4 SD. Berisikan kisah-kisah kesehariannya bersama sahabat-sahabatnya, penuh hal-hal menarik, humor yang segar, dan sarat dengan pesan pesan moral, menjadikan buku Lupus kecil ini cocok dibaca baik oleh remaja maupun anak-anak. Judul-judul Lupus Kecil yang pernah di terbitkan adalah:
1. Lupus Kecil (Februari 1989) 2. Sunatan Massa l(Juni 1990) 3. JJS: Jalan-jalan Seram (Juli 1991)) 4. Rumpi Kala Hujan (Juni 1992) 5. Sakit, Lah, Dekh, Dong, Weew (Februari 1993) 6. Duit Lebaran (Maret 1994) 7. Bolos (Desember 1994) 8. Terserah Si Ehem (1998) 9. Guruku Manis Sekali (1998)
15 10. Kucing Asuh Bernama Mulan (1999) 11. Repot... Repot... Repot...! (2000) 12. Iiih, Rakuuut! (2001) 13. Diam Belum Tentu Emas (2003)
2.2.4
Analisa Produk Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak. Seri Lupus
kecil ini memiliki beberapa kelemahan, beberapa kelemahan yang ingin diperbaiki adalah: 1. Layout: Dari segi layout, buku ini memiliki tampilan yang sangat sederhana dan kurang menarik. Dari cover yang kurang menarik, dan tampilan halaman dengan tulisan yang memenuhi keseluruhan halaman dan tampilan layout yang monoton, dapat membuat pembaca cepat bosan. 2. Ilustrasi: Ilustrasi dengan gaya sangat sederhana dan hitam putih, sulit untuk menarik perhatian pembaca lebih jauh. Ilustrasi merupakan elemen yang sangat penting, dan dalam kasus ini dapat digali lebih dalam lagi.
16
Gambar 1. Novel Lupus Kecil
2.2.5
Data Kompetitor Secara umum kompetitor dari produk ini adalah buku-buku cerita
bergambar lainnya yang cukup marak di toko-toko buku. Sebut saja misalnya buku-buku cerita dari luar seperti “101 kisah Disney” terbitan Gramedia, atau “Kumpulan dongeng negri Jepang” terbitan Quality Press, “Trojan War” yang mengisahkan kisah legenda kuda Troya yang dikemas dalam buku ilustrasi terbitan Nexx Media. Jika dibandingkan dengan produk-produk sejenis, kualitas sajian buku Lupus Kecil ini terlihat belum dapat bersaing, karena tampilannya masih belum menarik.
2.3
Target Audience 2.3.1 Demografi: •
Anak-anak usia: 6-10 tahun (target primer), dan orang tua dari anakanak usia 6-10 tahun (target sekunder)
17
2.3.2
•
Kelas Ekonomi: Menengah ke atas
•
Pendidikan: Sekolah Dasar
Psikografi: •
Targer primer (anak-anak) : Anak-anak yang gemar membaca, aktif, menyukai hal-hal baru.
•
Target sekunder (orang tua target primer) : Orang tua yang berpikiran terbuka, dan menginginkan bacaan bermutu bagi anak-anaknya.
2.3.3
2.4
Geografi: •
Sasaran Khusus: Jakarta
•
Sasaran Umum: Kota-kota besar di Indonesia
Produk Buku cerita bergambar Lupus kecil ini dibuat dengan data sebagai berikut •
Ukuran: 19 x 21 cm
•
Tebal: 54 halaman
•
Harga: Rp 60.000
•
Isi: Naskah cerita, ilustrasi dan 4 halaman komik
Karakteristik produk bersifat menghibur melalui cerita yang menarik dengan ilustrasi-ilustrasi yang berwarna-warni dan ekspresif.
2.5
Analisa SWOT Banyaknya kompetitor merupakan kendala yang harus dihadapi, terlebih lagi kompetitor tersebut berasal dari negara-negara besar seperti Belanda,
18 Jepang, Cina, Amerika dan lain-lain. Berikut analisa SWOT tentang buku ilustrasi Lupus Kecil ini.
2.5.2
Strength •
Buku ilustrasi ini mengangkat karakter Lupus yang sudah terbentuk sejak lama dan memiliki penggemarnya tersendiri.
•
Ide dan ceritanya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, akan membawa kedekatan tersendiri dengan pembacanya.
• 2.5.3
Gaya bahasanya yang ringan dan santai.
Weakness •
Tidak semua anak-anak sekarang mengenali tokoh Lupus
•
Relatif kalah menarik dengan buku-buku yang beredar dengan kategori target pasar yang sama.
2.5.4
Opportunity •
Animo masyarakat akan buku cerita yang memiliki illustrasi cukup besar.
•
Mulai banyaknya buku-buku ilustrasi buatan dalam negeri , namun belum banyak yang kualitasnya cukup baik.
2.5.5
Threat •
Banyaknya saingan dari luar seperti Belanda, Amerika, yang jumlahnya sangat banyak.
•
Persepsi masyarakat tentang kualitas buku cerita buatan dalam negeri yang masih kurang baik.