1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan prostodonti.1,2 Tahap awal dalam perawatan prostodonti adalah pencetakan rahang yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut, yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan. Replika tersebut yaitu model studi yang didapat dari pengisian cetakan anatomis dan model kerja yang didapat dari pengisian cetakan fisiologis. Model studi digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien dan model kerja digunakan dokter gigi atau laboran sebagai media pembuatan gigitiruan. 3,4 Salah satu bahan pembuatan model adalah gips yang merupakan mineral yang ditemukan di alam dan telah digunakan sebagai bahan pembuatan model sejak tahun 1756. 4 Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association) No. 25, terdapat lima jenis gips, yang terdiri dari tipe I – V.5,6 Berdasarkan kekuatannya, gips tipe I memiliki nilai kekuatan yang paling kecil dan gips tipe V memiliki nilai kekuatan yang paling besar. Gips tipe III merupakan gips yang sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja karena memiliki kekuatan yang cukup untuk konstruksi gigitiruan lepasan atau gigitiruan yang berbasis akrilik. 6-8 Salah satu karakteristik dari model kerja gips tipe III adalah kekuatan kompresi yang merupakan kemampuan material untuk menahan fraktur. Berdasarkan spesifikasi ADA, gips tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal satu jam setelah pengerasan, yaitu sebesar 20,7 Mpa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000 psi).6 Kekuatan kompresi pada gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas material gips, serta jumlah air yang digunakan dalam pembuatan model kerja. 4 Model kerja digunakan sebagai media dokter gigi dan laboran untuk melakukan pembuatan gigitiruan. Untuk mencapai hasil perawatan yang sukses,
Universitas Sumatera Utara
2
selain kekuatan model, keakuratan model kerja perlu diperhatikan. 3 Pembuatan model kerja yang akurat merupakan salah satu tahap laboratoris yang penting karena model kerja yang tidak akurat dapat mempengaruhi hasil akhir dari pemasangan gigitiruan. Model kerja yang akurat, dapat mengurangi masalah yang timbul ataupun menghindari kegagalan dari perawatan prostodonti, seperti timbulnya karies yang disebabkan adanya marginal leakage pada pembuatan gigitiruan cekat.9 Salah satu variabel yang sangat mempengaruhi keakuratan model kerja yaitu perubahan dimensi. Perubahan dimensi merupakan hasil dari pertumbuhan kristal yang saling menindih dan mendorong selama proses pengerasan gips. 9,10 Kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips dipengaruhi oleh suhu ruangan dan suhu air, rasio W:P, waktu dan kecepatan pengadukan, serta aselerator. Aselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempersingkat pekerjaan dokter gigi dan laboran dalam pembuatan model kerja, dengan cara mempersingkat initial setting time dan final setting time hingga 50%.4 Menurut Brukl dkk (1984), slurry water merupakan aselerator yang umum digunakan oleh dokter gigi dan laboran saat setting time harus dipersingkat.11 Slurry water adalah air yang mengandung kalsium sulfat yang berperan menyediakan tempat untuk pembentukan kristal dihidrat yang baru.3,4,11 Menurut Bradley dkk (1982), konsentrasi slurry water sebesar 2% dapat mempersingkat initial setting time menjadi 2 menit dan final setting time menjadi 4 menit.12 Air memiliki peran yang penting pada tahap pembuatan model kerja. Umumnya, dokter gigi dan laboran menggunakan air bersih sebagai campuran gips dalam pembuatan model kerja.13 Penelitian yang dilakukan oleh Brukl dkk (1984) pada gips tipe III, menunjukkan bahwa kelompok gips dengan pemakaian air bersih memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok gips dengan pemakaian slurry water.11 Pada penelitian ini, peneliti membandingkan pemakaian slurry water dan air bersih sebagai air yang dicampur dengan gips tipe III untuk pembuatan model kerja. Slurry water merupakan salah satu aselerator yang diperoleh dengan cara merendam potongan-potongan gips tipe III dan memiliki kandungan kalsium sulfat. 3,4,13-15 Air
Universitas Sumatera Utara
3
bersih merupakan air yang umumnya digunakan oleh dokter gigi dan laboran untuk pembuatan model kerja dan memiliki kandungan mineral, seperti kalsium karbonat yang dapat mempengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi dari gips, sehingga pada penelitian ini aquadestilata digunakan sebagai kontrol karena aquadestilata merupakan air hasil penyulingan yang tidak memiliki kandungan mineral.13,16
1.2 Permasalahan Gigitiruan yang baik merupakan gigitiruan yang dapat beradaptasi pada rongga mulut pasien. Keberhasilan pembuatan gigitiruan dapat diperoleh dengan memperhatikan setiap prosedur pembuatannya, salah satunya yaitu pembuatan model kerja yang dihasilkan dari tahap pencetakan fisiologis. Model kerja harus memiliki kekuatan dan keakuratan yang tinggi. Dokter gigi dan laboran, umumnya menggunakan aselerator untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja dan hal tersebut dapat mempengaruhi kekuatan dan perubahan dimensi gips. Slurry water merupakan aselerator karena memiliki kandungan kalsium sulfat yang berperan sebagai katalis yang menyebabkan kalsium sulfat dihidrat menjadi lebih tipis dan lebih pendek dari normalnya sehingga menginduksi setting time menjadi lebih singkat.13 Penelitian Abdullah (2006) mengenai perendaman gips dengan slurry water menunjukkan bahwa gips tersebut memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lain. 15 Penelitian yang dilakukan Kumar dkk (2011) menunjukkan peningkatan perubahan dimensi yang siginifikan pada gips tipe III yang direndam dengan 0.525% sodium hipoklorit dan 2% glutaraldehid dibandingkan dengan kelompok kontrol yang direndam dengan slurry water.14 Kedua penelitian menunjukkan bahwa perendaman gips dengan slurry water memberikan nilai perubahan dimensi yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok lain. Penelitian yang dilakukan oleh Brukl dkk (1984), menunjukkan bahwa sampel gips dengan campuran air bersih memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel gips yang dicampur dengan slurry water.11
Universitas Sumatera Utara
4
Penelitian yang dilakukan oleh Muusa L dkk (2010), menunjukkan bahwa gips dengan campuran aquadestilata memiliki nilai kekuatan kompresi yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu gips dengan campuran beberapa jenis air bersih.17 Kekerasan permukaan gips akan berkurang jika terdapat kandungan mineral dalam air sebagai campuran gips dan hal tersebut berkaitan dengan kekuatan gips yang akan menyebabkan kekuatan gips menurun. 13 Sabooni dkk (2007) menganjurkan pemakaian aquadestilata dalam pembuatan model kerja, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemakaian aquadestilata memiliki nilai kekerasan model yang paling besar dibandingkan dengan pemakaian air bersih dan slurry water.13 Namun, Kumar dkk (2011), menunjukkan bahwa gips yang direndam dengan slurry water memiliki nilai kekerasan paling besar dibandingkan dengan kelompok lain.14 Terdapat beberapa perbedaan metode yang sebelumnya telah dilakukan untuk meningkatkan kekuatan kompresi dan mendapatkan keakuratan yang tepat dalam pembuatan model kerja. Dari uraian di atas, maka diperoleh permasalahan apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan.
1.3 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih? 2. Berapa perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih? 3. Apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III? 4. Apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III?
Universitas Sumatera Utara
5
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih. 2. Untuk mengetahui perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih. 3. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III. 4. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam pemakaian slurry water dan air bersih sebagai campuran gips tipe III. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam pemakaian slurry water sebagai aselerator untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi laboran dalam tahap konstruksi gigitiruan. 4. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat
menjadi
informasi
dalam
menghasilkan model kerja yang kuat dan akurat sehingga menghasilkan gigitiruan yang dapat beradaptasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
6
1.5.2 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat bagi akademisi
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
sumbangan
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi Departemen Prostodonsia. 2.
Manfaat bagi peneliti/peneliti lain
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menulis, memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara