1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk memperoleh model yang digunakan untuk penetapan rencana perawatan atau membuat gigitiruan.1 Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya, yaitu bahan cetak elastis dan non-elastis. Bahan cetak elastis dapat dibagi atas aqueous hidrokoloid dan non aqueous elastomer, sedangkan bahan cetak non elastis dibagi plaster of paris, kompon dan oksida seng eugenol. Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940.1-3 Menurut Powers JM, dkk (2008), alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi.2 Kelebihan dari bahan cetak alginat diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan. 1-4 Selama proses pengambilan cetakan, bahan cetak dapat dengan mudah terkontaminasi saliva, debris, darah, dan bakteri.1,5 Miller dan Cottone (2009) yang dikutip oleh Ghahramanloo mengatakan bahwa, setetes saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen.6 Dokter gigi, asisten dan laboran beresiko untuk mengalami transmisi mikroorganisme patogen yang dapat tersebar melalui hasil cetakan yang seterusnya mengakibatkan berbagai penyakit infeksi seperti Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), tuberkolosis, hepatitis B (HBV), herpes serta berbagai macam virus dan bakteri patogen yang terdapat pada rongga mulut dan saluran pernafasan.1,5-7 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membilas dan
Universitas Sumatera Utara
2
membersihkan hasil cetakan dengan air dan selanjutnya melakukan desinfeksi sebelum diisi dengan gips. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi silang, baik pada dokter gigi, asisten maupun laboran.1-4 American Dental Association (ADA) menganjurkan hasil cetakan harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada hasil cetakan kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri sebelum dikirim ke laboratorium. 5 Bahan desinfektan yang banyak digunakan dan mempunyai efektifitas desinfeksi pada mikroorganisme patogen adalah sodium hipoklorit, glutaraldehid, klorheksidin dan hidrogen peroksida.1-5 Pang SK (2006), menyatakan bahwa bahan desinfektan yang biasa digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan antara lain adalah sodium hipoklorit, glutaraldehid, alkohol dan hidrogen peroksida. Sodium hipoklorit dan glutaraldehid merupakan desinfektan yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya mudah diperoleh, kemampuan antimikrobial spektrum luas, aman dan tidak meninggalkan residu.8 Terdapat dua metode yang digunakan untuk mendesinfeksi hasil cetakan yaitu metode penyemprotan dan perendaman. Silva dan Salvador (2004) serta Saber FS, dkk (2010) mengatakan bahwa metode desinfektan dengan perendaman menunjukkan aktivitas antimikrobial yang sama dengan metode penyemprotan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. 10,11 Stabilitas dimensi pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan gigitiruan selanjutnya. Efek pemakaian desinfektan pada akurasi dan stabilitas dimensi hasil cetakan sedang dipelajari secara luas. Hasil penelitian Oderinu OH (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit 1% dengan teknik semprotan atau perendaman selama sepuluh menit menghasilkan perubahan dimensi yang minimal pada hasil cetakan.12 Rad FH, dkk (2010), menyatakan bahwa penggunaan metode perendaman dengan sodium hipoklorit 5,25% dan glutaraldehid 2% selama 8 menit menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang besar pada hasil cetakan alginat sehingga mereka menganjurkan penggunaan metode penyemprotan dengan desinfektan pada hasil cetakan alginat. 13 Hisako H, dkk (2010), yang melakukan penelitian tentang perubahan dimensi hasil cetakan alginat
Universitas Sumatera Utara
3
3 jam sesudah disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 1% dan glutaraldehid 2% menemukan terjadi perubahan dimensi hasil cetakan antara kelompok kontrol dan kelompok yang sudah didesinfeksi kurang dari 24 µm. 14
1.2 Permasalahan Hasil cetakan dapat dikatakan baik apabila keakuratannya terjamin dan memiliki kestabilan dimensi sampai nanti akan diisi gips. Akurasi dan stabilitas dimensi hasil cetakan merupakan hal penting untuk keberhasilan dalam pembuatan gigitiruan. Di dalam praktek sehari-hari kebanyakan dokter gigi menggunakan bahan cetak alginat untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model kemudian digunakan untuk membuat gigitiruan.1-4 Menurut American Dental Association (ADA) hasil cetakan seharusnya dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada hasil cetakan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya infeksi silang sebelum dikirim ke laboratorium.5 Terdapat beberapa jenis desinfektan yang beredar di pasaran diantaranya sodium hipoklorit, iodophor, glutaraldehid, fenol, dan klorheksidin. Dua metode yang digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan yaitu dengan cara penyemprotan dan perendaman. Desinfeksi dengan cara perendaman merupakan cara yang lebih efektif dan aman dibandingkan dengan cara penyemprotan karena metode penyemprotan tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi dengan sempurna dan juga partikel-partikel larutan desinfektan yang ada
di udara
dapat terhirup. 1,4,5
Permasalahan yang dapat timbul setelah tindakan desinfeksi adalah perubahan keakuratan dimensi dari hasil cetakan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa tujuan desinfeksi hasil cetakan secara efektif untuk membunuh mikroorganisme patogen tanpa merusak dan mengurangi keakuratan dimensinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang pengaruh perendaman dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% pada cetakan alginat terhadap stabilitas dimensi. Amin WA, dkk (2009) mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
4
perendaman hasil cetakan dalam sodium hipoklorit 0,5% akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang minimal dibandingkan dengan pengunaan desinfektan lain.15 Belum ada penelitian yang membandingkan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% terhadap perubahan dimensi alginat. Hal ini sebagai upaya untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang nantinya akan menentukan ketepatan pada pembuatan model selanjutnya.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1.Berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit? 2.Apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ? 3.Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.Untuk mengetahui berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit. 2.Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi. 3.Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.
Universitas Sumatera Utara
5
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis a)
Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang Prostodonsia. b)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian
lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai pengaruh perendaman cetakan alginat sodium hipoklorit 0,5% dan glurataldehid 2% terhadap perubahan dimensi sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih banyak diarahkan untuk memperkuat bahan cetak alginat.
Universitas Sumatera Utara