BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal dapat bersifat permanent (tetap) dan temporary (sementara). Rumah, apartement dan residence adalah contoh-contoh tempat tinggal yang bersifat permanent, sedangkan hotel, losmen, dan kost adalah contoh-contoh tempat tinggal yang bersifat temporary. Fungsi tempat tinggal adalah untuk berlindung, menetap, menginap, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia membutuhkan tempat tinggal yang nyaman, aman, dan sesuai dengan kebutuhan hidup. Banyak faktor yang membuat adanya aneka ragam jenis tempat tinggal, yakni yang sesuai dengan bermacam-macam kebutuhan hidup manusia. Faktor-faktor tersebut adalah tempat, cuaca, iklim, geografis, demografis, bahan bangunan, ekonomi, arsitektur, desain interior, dan karakter penghuni.
Pada jaman modern seperti saat ini, sangat banyak sekali hotel yang ada, baik di ibukota, maupun di luar kota. Tidak seperti jaman dahulu, dimana hotel masih sangat jarang, adapaun harganya sangatlah mahal. Mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari mendorong para pelaku bisnis hotel untuk mendirikan banyak hotel, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Seperti kita ketahui bahwa kota Jakarta merupakan kota metropolitan yang selalu dipenuhi dengan berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Setiap harinya banyak sekali masyarakat yang datang ke kota Jakarta untuk 1
2 melakukan aktivitasnya masing-masing. Jika tidak ada tempat tinggal yang tetap, mereka membutuhkan tempat untuk tinggal sementara dalam melakukan kegiatannya. Ini adalah salah satu fungsi hotel. Seseorang/serombongan wisatawan/pelancong datang berkunjung ke suatu tempat/daerah/kota atau negara bukan sekedar untuk menginap, tetapi untuk melakukan keperluan lain-lain seperti: 1.
Ingin berlibur atau rekreasi (vacation or recreations)
2.
Ingin tahu keadaan tempat/daerah/kota/negara lain (willing to know about something)
3.
Ingin berbelanja atau shopping/wisata belanja (purchase tourism)
4.
Ingin berdagang atau bisnis (business tourism)
5.
Ingin mengunjungi saudara/sanak famili
6.
Ingin menghadiri undangan/tugas kenegaraan (mission)
7.
Ingin mengikuti turnamen olahraga (sport tourism)
8.
Ingin berobat/istirahat untuk kesehatan (health tourism)
9.
Ingin membuat film atau shotting (cinema tourism)
10.
Ingin riset atau penelitian ilmiah (research tourism)
11.
Ingin beribadah (haji) atau menyebar agama (religious tourism)
12.
Ingin melakukan pertunjukan di kota hotel tersebut (enterainment tourism)
13.
Ingin melanjutkan pendidikan (student tourism)
Sedangkan fungsi hotel adalah:
3 1.
Sebagai tempat/sarana akomodasi untuk memenuhi kebutuhan tamu
(wisatawan dan pelancong), sebagai tempat beristirahat/tinggal sementara waktu selama dalam perjalanan yang jauh dari tempat asalnya. 2.
Oleh karena itu dalam bahasa Inggris hotel sering disebut sebagai
“Hotel is a home far away from home”. 3.
Sebagai tempat pertemuan (rapat, seminar, komprensi, lokakarya, dan
sebagainya) bagi para pengusaha, pimipinan pemerintahan, para cendekiawan, dan sebagainya. 4.
Sebagai tempat untuk mempromosikan berbagai produk, perusahaan,
atau bisnis apa saja. 5.
Sebagai tempat untuk bersantai, rekreasi, rileks, atau menikmati
kesenangan lainnya. 6.
Sebagai tempat bertemu, bergaul dan bersahabat bagi semua bangsa
yang datang. 7.
Sebagai tempat untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
(khusunya bagi pelajar/mahasiswa, dan karyawan). 8.
Sebagai tempat untuk mencari nafkah/uang (khususnya karyawan dan
managementnya). Kebutuhan tamu hotel sama halnya dengan kebutuhan dasar manusia lainnya, yaitu berupa kebutuhan phisik; seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan psikis; seperti keamanan, ketenangan dan ketentraman, kebutuhan social, harga diri, cinta kasih, serta penghargaan atas prestasi dirinya diharapkan
dapat
4 terpenuhi. Kebutuhan tamu yang pokok dalam hotel adalah; istirahat,
tidur,
mandi,
makan, minum, hiburan, kesehatan dan lain-lain.
Perhotelan merupakan bisnis investasi yang sangat baik, karena tempat menginap sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai kebutuhan primer. Beragam lapisan tingkat ekonomi masyarakat menjadikan alasan banyaknya hotel dengan berbagai macam kelas, dari mulai bintang 1 sampai bintang 5, dan tentunya dengan harga dan fasilitas yang berbeda. Industri perhotelan dewasa ini sangat pesat perkembangannya, seiring dengan perkembangan teknologi industri, ekonomi dan bisnis pariwisata (tourism business). Tuntutan persaingan global dalam bisnis pariwisata/perhotelan tentu saja menuntut sumber daya manusia profesional yang juga mampu bersaing secara global pula. Setiap hotel mempunyai citra tersendiri dari para konsumen. Hal ini dapat dinilai dari jasa pelayanannya, fasilitas, bangunan, harga, dan nama baik. Citra yang baik dari sebuah hotel akan membuat para tamu kembali datang untuk menginap. Maka merupakan kewajiban dari seluruh karyawan hotel untuk menjaga citra baik dimata para tamu.
Di Indonesia, pada tahun 1977 pemerintah menentukan klasifikasi hotel berdasarkan pada: a.
Jumlah kamar yang tersedia
b.
Fasilitas yang tersedia
c.
Peralatan yang digunakan
d.
Mutu pelayanan yang dimiliki
5 Berdasarkan criteria penilaian tersebut, maka hotel-hotel di Indonesia dogolongkan ke dalam 6 (enam kelas/bintang) hotel, yaitu: a.
Hotel Kelas Bintang 1 dengan tanda bintang (*)
b.
Hotel Kelas Bintang 2 dengan tanda bintang (**)
c.
Hotel Kelas Bintang 3 dengan tanda bintang (***)
d.
Hotel Kelas Bintang 4 dengan tanda bintang (****)
e.
Hotel Kelas Bintang 5 dengan tanda bintang (*****)
f.
Hotel Kelas Bintang 5 Berlian dengan tanda bintang (*****) diamond
Hotel-hotel dengan golongan kelas bintang tertinggi dinyatakan dengan bintang 5 berlian (5 Star Diamond), dan hotel-hotel dengan golongan kelas bintang terendah dengan tanda bintang satu (* Star). Sedangkan hotel-hotel yang berada di bawah standar minimum atau Hotel Non Bintang, maka hotel-hotel tersebut diberi julukan “Hotel Melati”. Semakin tinggi kelas hotel, semakin banyak pula fasilitas yang didapat oleh pengunjung, namun semakin mahal pula tarif per malamnya. Pada hotel bintang 5 fasilitas yang tidak didapati oleh hotel bintang 4 atau 3 adalah adanya landasan helikopter. Fasilitas selebihnya kurang lebih sama dengan hotel bintang 4. Hotel bintang 4 mempunyai kelebihan fasilitas seperti kolam renang ukuran olimpic, jumlah kamar minimal 200 room, ukuran ruangan minimal 20m2, dan mempunyai target konsumen menengah ke atas. Hotel bintang 3 mempunyai ukuran ruangan maksimal 12m2. Hotel bintang 3 bukan berarti adalah hotel yang “murahan”, jasa pelayanan yang buruk dan citra yang tidak baik. Jika dibandingkan dengan hotel bintang 4 dan 5 mungkin hotel bintang 3 kalah dalam segi fasilitas dan bangunan, namun dalam segi pelayanan belum tentu
6 kalah. Banyak hotel bintang 3 yang mempunyai jasa pelayanan dan citra yang baik, sehingga tidak menyurutkan niat para tamu untuk menginap.
Hotel Alia Cikini adalah salah satu hotel bintang 3 yang berada di Jakarta Pusat. Hotel Alia Cikini merupakan salah satu hotel dari Alia Group, yang terdiri dari berbagai hotel di Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Hotel-hotel tersebut adalah Hotel Alia Cikini, Hotel Gren Alia Cikini, Hotel Pasar Baru, Hotel Alia Pasar Baru, Hotel Senen Indah, , Hotel Kalisma, Hotel Alia Matraman dan Hotel Alma. Hotel Alia Cikini terletak di Jl. Cikini Raya No. 32, Jakarta Pusat, di seberang Taman Ismail Marzuki, dan berhadapan dengan Hotel Gren Alia Cikini. Hotel Alia Cikini merupakan tempat yang tepat bagi para tamu yang akan menginap, bisnis, meeting, traveling, olahraga, makan & minum, mencari hiburan, atau hanya berjalan-jalan saja. Letaknya di pusat kota memberikan kemudahan bagi para tamu yang akan menginap. Harganya pun relatif terjangkau dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Hotel Alia Cikini ingin menaikkan citra perusahaan, tentunya harus didukung dengan identitas visual yang menarik, dan sesuai dengan motto hotel, yaitu “A Warm Touch”. Sedangkan identitas visual Hotel Alia Cikini yang sudah ada kurang mencerminkan identitas, karakteristik serta konsep dari Hotel Alia Cikini. Oleh karena itu, saya memilih Hotel Alia Cikini untuk diangkat dalam proyek Tugas Akhir, sehubungan dengan perancangan ulang identitas visual. Namun identitas visual tersebut harus dapat dimengerti oleh masyarakat.
7 1.2
Lingkup Proyek Tugas Akhir Dalam kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual (DKV), maka
lingkup proyek Tugas Akhir dibatasi pada hal-hal yang dapat ditangani maupun diselesaikan melalui pendekatan Desain Komunikasi Visual, yaitu pada masalah perancangan ulang identitas visual Hotel Alia Cikini agar dapat menaikkan citra Hotel Alia Cikini sehingga para tamu dapat lebih tertarik dengan hotel bintang 3 tersebut.