BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama yang kaffah, Islam tidak hanya melingkupi dan mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi juga dalam hubungannya dengan diri sendiri, sesama manusia dan alam, termasuk didalamnya tentang bekerja yang tampaknya bersifat duniawi. Bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik dilakukan secara perseorangan ataupun secara kolektif, baik pribadi ataupun untuk orang lain (dengan menerima gaji). 1 Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai kebutuhan berupa makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan keturunan. Sementara itu Allah SWT tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dalam dalam bentuknya yang siap makan, siap minum, maupun siap pakai. Allah menyediakan semua kebutuhan itu tetapi manusia harus bekerja untuk mendapatkannya, tak terkecuali para Nabi. 2 Firman Allah dalam Q.S. Al 1F
Furqon / 25: 20:
1 2
Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam (Bandung: Angkasa, 2004) , hal. 188 Ibid.
1
“Dan kami tidak mengutus Rasul-Rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar. Dan kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha melihat” (Q.S al-Furqon [25] : 20)3. 2F
Tujuan syariat berkenan dengan syarat pakaian wanita didalam Islam adalah untuk mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi wanita muslimah. 4 Tujuan Islam 3F
mewajibkan hijab bagi wanita adalah untuk menjaga kehormatan, nama baik, menutup pintu-pintu syahwat dan fitnah demi untuk menjaga kesucian hati. 5 4F
Kata aurat berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah, aib, kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dianggap buruk dari anggota tubuh manusia dan membuat malu bila dipandang. Dalam pengertian luas, aurat adalah suatu organ / bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menimbulkan nafsu birahi dan nafsu angkara murka, sedang ia mempunyai kehormatan, dibawa rasa malu supaya ditutup rapi dan dipelihara
3
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 361. 4 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 27 5 Ozy ei Fansury, Op. Cit., hal. 41
2
agar tidak mengganggu manusia lainnya demi menjaga ketentraman dan kedamaian hidup .6 5F
Dalam Q . S An – nur : ayat 31 telah dijelaskan :
... “Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya (Q.S an-Nur : 31). 7 6F
Kata Zinah ( ) ِﺯ ْﻳﻨَﺔadalah sesuatu yang menjadikan lainnya indah dan baik atau dengan kata lain perhiasan. Sementara ulama membaginya dalam 2 macam, ada yang bersifat khilqiyah (fisik yang melekat pada diri seseorang) dan ada yang bersifat muktasabah (dapat diupayakan). 8 7F
Yang dimaksud ﺍِﻻﱠ َﻣﺎ ﻅَﻪَ َﺭ ِﻣ ْﻨﻬَﺎmenurut Imam Al Qurtubi adalah wajah dan telapak tangan. Ini merupakan pendapat yang terkuat dan paling hati-hati. Dan untuk menjaga kerusakan manusia, maka kaum wanita tidak boleh menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak padanya.
9 8F
6
Siti Muri’ah, Op. Cit., hal.l 113 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 353 8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Volume 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 527 9 Yusuf Qordhowi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 568 7
3
Setelah melarang menampakkan perhiasan, selanjutnya Allah memberi petunjuk agar mereka mengulurkan kerudungnya ke dada bagian atas dibawah dadanya, sehingga tidak sedikitpun daripadanya yang terlihat. 10 Sebagai muslimah, wanita yang menekuni karier juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai yang berhubungan dengan tata busana / pakaian. Pakaian merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia disamping makan dan tempat tinggal. Pakaian merupakan penutup yang dapat menyembunyikan hal-hal yang dapat membuatnya malu (aurat) bila dilihat oleh orang lain. Inilah fungsi dasar mengapa manusia mengenakan pakaian, dimana pada hakikatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang diaktualisasikan saat ia memiliki kesadaran. Kesadaran naluriah menutup aurat adalah salah satu ciri khas manusia yang membedakannya dari mahluk Tuhan lainnya, seperti hewan. Karena itu, setiap masyarakat betapapun primitifnya pasti memiliki kesadaran naluriah ini yang diwujudkan dalam berbagai cara menutup taraf kemampuan dan keterampilannya. Dari catatan sejarah dapat kita ketahui adanya budaya kelompok masyarakat primitif tertentu yang mengenakan daun kulit pepohonan, kulit binatang atau bahkan melumuri bagian tubuh tertentu yang dianggapnya paling rahasia dengan tanah atau lainnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk menyembunyikan bagian–bagian tubuh tersebut dari penglihatan orang lain. 11 10F
10
Ahmad Musthofa Al Maroghi, Terjemah Tafsir Al Maroghi Juz 18, (Semarang: CV. Toha Putra, 1985), hal. 180 11 Siti Muri’ah, Op. Cit ., hal 111
4
Islam memberi hak bekerja bagi kaum wanita sebagaimana hak bekerja bagi kaum pria. Jadi tidak ada satupun pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi pria. Islam tidak membedakan dalam perbuatan syari’ah ( tasyri’) antara pria dan wanita. Hanya saja, berkaitan dengan hak bekerja ini wanita yang bersuami tidak boleh bekerja tanpa persetujuan suami. Sebab, aturan keluarga dan hak perkawinan menghendaki wanita agar memelihara kehidupan rumah tangga dan mementingkan kewajiban suami istri. 12 Allah tidak membebani wanita untuk melakukan pekerjaan diluar rumahnya. Adapun memberi nafkah kepada wanita dan kepada anak-anaknya adalah kewajiban yang dibebankan kepada kaum laki-laki. Inilah tugas utama kaum laki-laki karena ia adalah pemimpin dalam keluarga. Adapun wanita tugas utamanya adalah tetap tinggal dirumah. 13 Sebagaimana firman Allah: 12F
“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang dahulu ( Q.S. al-Ahzab : 33). 14 13F
12
Said Abdul Azhim, Hakikat Bekerja, (Jakarta: Qultum Media, 2006), hal. 65 Ibid., hal. 45 14 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 422 13
5
Namun dilihat dari asbabun Nuzulnya, ayat ini turun dalam konteks istri-istri Nabi. Istri-istri Nabi SAW diperintahkan untuk tetap berada di rumah, kecuali ada keperluan yang bersifat darurat, dan ini juga berlaku pula bagi wanita muslimah lainnya jika tidak ada dalil lain yang menyatakan berbeda. Ayat ini diturunkan untuk melindungi dan memuliakan wanita.15 Syarat berpakaian adalah hijab yang digunakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian tubuh atau perhiasan wanita, juga tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki.16 Selain itu, hijab yang digunakan adalah panjang, menutup seluruh badan, kecuali wajah dan telapak tangan, tidak tipis dan tembus pandang.
17
Untuk kehidupan masa kini, meninggalkan rumah bagi sebagian wanita muslimah tidak hanya darurat tetapi merupakan kebutuhan. Bahkan meninggalkan rumah untuk berkarier sama sekali tidak menjadikan wanita terancam, bahkan bisa mulia menurut persepsi masyarakat. Dengan kata lain wanita yang berkarier dan sukses justru dinilai positif dan di respect. Tentu selama wanita itu memegang teguh nilai-nilai Islam, baik dalam pergaulan, pakaian maupun dalam bekerja. 18 Islam tetap membolehkan kaum wanita
15 16
Siti muri’ah, Op. Cit ., hal 75. Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al kautsar, 1998) Cet.
1, hal. 662 17 18
Ali Gufron, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 39 Siti Muri’ah, Op. Cit., hal. 76
6
terjun langsung bekerja sesuai batas etika Islami yang telah digariskan syari’at Islam. 19 18F
ِ ﺎﺟﺘِ ُﻜ ﱠﻦ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔَ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ا ﻋﻦ ﱢ َ ﻗﺪ اُذ َن اَ ْن َﲣُْﺮ ْﺟ َﻦ ﰲ َﺣ:اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻌﻬﻢ ﻗﺎل 20
()رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري
F 19
“Dari Aisyah r.a dari Nabi SAW mengatakan: kalian (istri-istri Nabi) sungguh telah diizinkan keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan kalian (H.R Bukhari)”. Apabila terjadi suatu keadaan darurat yang menuntutnya untuk keluar dari rumahnya maka sebagaimana menurut kaidah fikih darurat itu harus diperkirakan sesuai dengan kadar daruratnya, “ adzdzoruurotu tuqoddaru biqodriha.” Maka dalam keadaan darurat itu wanita boleh bekerja diluar rumahnya dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Memperoleh izin dari walinya, suaminya atau bapaknya. 2. Selalu berpakaian secara Islami.
20F
21
Tetap teguh dengan identitasnya
sebagai muslimah dengan cara tetap memenuhi adab muslimah dalam hal bergaul, berpakaian, berbicara, dan bertingkah laku. 22 21F
3. Terbebas dari segala hal ang diharamkan seperti tabarruj (menampakkan diri secara berlebih-lebihan). 23 2F
19
Maisar Yasin, Wanita Karier dalam Perbincangan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hal. 30 20
Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail, Shohih Bukhori Juz 1, “Bab Khurujin Nisa’i Ilal Barozi” (Beirut: Darul Fikr, tt), hal 48 21 Muhammad ahmad Muabbir Al Qahtany, Wahbi Sulaiman Ghowji, et all, Pesan Untuk Muslimah, (Jakarta: Gema Insani press, 1992), hal. 52 22 Mia Siti Aminah, Muslimah Career, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010) Cet. 1, hal. 42
7
Adapun seorang wanita harus tetap berjilbab antara lain: 1. Ketika keluar rumah 2. Ketika menerima tamu laki-laki dirumah 3. Ketika berada ditempat umum, yang disitu terdapat kaum laki-laki 4. Ketika ada laki-laki disekitar rumah meskipun telah dikenalnya. 24 Seorang wanita yang berbusana muslimah atau berjilbab muslimah haruslah mencerminkan akhlak mulia, atas kesadaran diri sendiri dan bukan ikut-ikutan desakan teman dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan agar ia tidak mudah diganggu oleh mata nakal lelaki hidung belang, sehingga dirinya tidak tergelincir kedalam jurang haram yang menghinakan ( perzinaan ). Itulah busana jilbab yang apabila memakainya dilandasi atas panggilan ajaran agama yang merupakan petunjuk dan perintah dari Allah. Alhasil, seorang wanita yang berjilbab dengan didasari taqwa kepada Allah akan dapat berdampak positif dan berpengaruh besar untuk senantiasa berbuat kebaikan. Namun akan terjadi sebaliknya apabila seorang wanita enggan memakai busana muslimah atau berjilbab. Bila hal itu terjadi, maka terbukalah jalan terciptanya perbuatan zina dan akibat buruk lainnya. 25 Dibolehkan bagi seorang wanita untuk bekerja, atau misalnya karena suaminya sakit dan tidak ada yang bisa menanggungnya selain istri. Dalam kondisi seperti itu seorang wanita diperbolehkan untuk melakukan suatu 23
Nuruddin ‘itr, Hak dan Kewajiban Perempuan, (Jogyakarta: Bina Media, 2005), Cet. 1,
24
Rafi’uddin , Bagaimana Menjadi wanita Penghuni Syurga, (Jakarta: Indocamp, 2009),
hal. 174 hal. 28
25
Ibid., hal. 128
8
pekerjaan diluar rumah tapi harus tetap menjaga adab-adab syariat misalnya tidak berkata-kata yang menimbulkan fitnah, menggunakan hijab dll.26 Dalam Islam segala aspek kehidupan manusia telah diatur dalam kitab suci Alquran maupun Al Hadits, tidak terkecuali juga masalah pakaian. Syari’at tentang pakaian tentunya berbeda yang berlaku untuk lelaki terasa begitu mudah. Namun untuk wanita amat perlu diperhatikan dan dijaga secara serius, sebab prinsipnya semua anggot badan wanita adalah aurat selain wajah dan telapak tangan. Melihat dari realita fakta yang ada, banyak dari wanita karier yang bekerja tidak menutup aurat khususnya di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, diantara dari mereka ketika bekerja keluar rumah mereka menampakkan rambut dan lehernya, ada yang memakai rok mini, ada juga yang menampakkan lengannya bahkan menampakkan jenjang kakinya sekalipun. Dalam hal ini, Islam telah melarang dengan keras bagi wanita yang membuka aurat dan meninggalkan hijabnya. 27 26F
Sejak pemakaian jilbab saja Allah telah menfirmankan:
“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka 26 27
Said Abdul Azhim, Lock. Cit Kamal Sayyid Salim, 250 Kesalahan Wanita, (Jakarta: pustaka Al Kautsar, Tanpa Tahun),
hal. 169.
9
lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S al Ahzab: 59) 28. Ayat ini menuntut wanita untuk mengulurkan jilbabnya ke tubuhnya pada waktu keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Yang demikian itu supaya mereka berbeda dari wanita budak sehingga tidak ada seorangpun akan mengganggu mereka. Inilah berarti bahwa jilbab disyariatkan untuk menyempurnakan keadaan ketika mereka keluar rumah, dan dalam kesempurnaan ini terdapat kesempurnaan pembedaan, penjagaan diri dan penghormatan. 29 Firman Allah diatas secara tegas menerangkan bahwa setiap wanita yang mengaku bahwa dirinya muslim dan mukmin haruslah mengenakan jilbab. Ayat diatas juga menjelaskan bahwa Allah memberikan jaminan bagi wanita yang mukminat yang memakai jilbab bahwa mereka akan lebih aman dari gangguan mata-mata nakal jika dibanding dengan mereka yang hanya memakai pakaian mini, bahkan lebih berbahaya lagi bagi wanita yang berpakaian merangsang. 30 Di akhir ayat tersebut Allah juga memberitahukan kepada kita bahwa Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini berarti bahwa apabila
28
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 426 29 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 27 30 Rafi’uddin, Op. Cit, hal. 13
10
dimasa lalu wanita tidak memakai jilbab dan kini berjilbab, maka menjadi hak Allah lah untuk mengampuni mereka atas dosa-dosa masa lalunya. 31 Selanjutnya dalam kitab Al Kasysyaf yang diterangkan oleh Az zamakhasyari, makna kata “min” ( ) ِﻣ ْﻦdidalam firman Allah, “ Min jalaabihinna” ( dari jilbab mereka ) adalah “ Lit-tab’idh ( untuk menunjukkan bagian). 32 31F
Dalam kitab fathul qodir oleh Asy Syaukani, maksud firman Allah “lebih mudah untuk dikenali” adalah lebih dekat untuk dikenali sehingga mereka lebih dapat dibedakan dari wanita budak dan tampak bagi manusia bahwa mereka adalah wanita merdeka. 33 32F
Kaum wanita harus mampu memanfaatkan waktu secara maksimal sehingga dia dapat menjadi unsur masyarakat yang produktif dan tidak menjadi seorang penganggur dalam setiap fase kehidupannya. Dan itu dapat diefektifkan ketika dia masih menginjak usia remaja, dewasa hingga tua dan pikun. Jelasnya, hal itu pun terjadi dalam seluruh statusnya baik sebagai anak, sebagai istri atau sebagai wanita yang dicerai (janda). Setiap ada waktu yang tersisa setelah menyelesaikan urusan rumah tangga, hendaklah dia
31
Ibid. Abdul Halim Abu Syuqqoh, Op. Cit., Hal 46 33 Ibid., Hal 47. 32
11
menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat baik dalam bidang profesi maupun non profesi. 34 Dengan melihat latar belakang masalah diatas, penulis hendak mengkaji, mempelajari, sekaligus menganalisisnya kedalam sebuah skripsi. Adapun judul yang hendak penulis kaji dari permasalahan tersebut adalah TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP
PROBLEMATIKA
WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT (Studi Kasus di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara). B. Penegasan Istilah Untuk
menghindari
meluasnya
permasalahan
dan
terjadinya
kesalahpahaman, maka perlu kiranya penulis tegaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul diatas: 1. Hukum Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (Negara). Selain itu, hukum juga disebut sebagai undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.
34
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 2, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 415
12
Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan pernyataan yang beraneka ragam untuk menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain. Berdasarkan asumsi ini pada dasarnya hukum mengatur hubungan antara manusia didalam masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula. Oleh sebab itu setiap orang didalam masyarakat wajib taat dan mematuhinya. 35 2. Islam Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan kitab suci Alquran. 36 3. Wanita Wanita adalah perempuan dewasa.37 4. Karier Karier adalah riwayat pekerjaan; kerja yang digeluti; kemajuan pekerjaan. 38 Jadi, wanita karier dapat diartikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dsb). 39 5. Aurat Pada prinsipnya yang dimaksud dengan aurat yaitu segala sesuatu yang perlu ditutup bagi anggota tubuh seseorang yang dapat
35
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hal 167 Ibid., hal 180 37 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3,( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. ke 4, hal 1268 38 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Poluler, (Arkola: Surabaya: 2001) hal. 314 39 Hasan Alwi, Op. Cit., hal 1268. 36
13
menyebabkan sesuatu perasaan tertentu bagi yang bersangkutan apabila diperlihatkan.40
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil permasalahan dari skripsi yang berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT (Studi Kasus di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara), dengan menggunakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana batasan aurat perempuan dalam perspektif hukum Islam menurut imam empat madzhab? 2. Apa saja syarat-syarat yang harus diperhatikan wanita karier ketika bekerja keluar rumah? 3. Bagaimana pandangan Islam tentang wanita karier yang tidak menutupi aurat? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian dari latar belakang masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana batasan aurat perempuan dalam perspektif hukum Islam menurut imam empat madzhab secara teoritis. 40
Sudarsono, Op. Cit ., hal 56
14
2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat yang harus diperhatikan wanita karier ketika bekerja keluar rumah tanpa menutup aurat. 3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam menanggapi problematika wanita karier yang tidak menutupi aurat yang terjadi di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumbang asih pemikiran dalam persoalan terhadap wanita karier yang tidak menutupi aurat. 2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan Islam khususnya dalam hal esensinya berkarier dengan menutup aurat. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pembuat hukum dalam merumuskan ketetapan-ketetapan hukum sehingga bagi penulis maupun para pengkaji dapat memberikan pemahaman dan penjelasan kepada masyarakat mengenai esensinya berkarier dengan menutup aurat. E. Telaah Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan mengenai: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT (Studi Kasus di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara). Sebagai bahan acuan dan perbandingan, peneliti telah menemukan 2 skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain:
15
Khoirun Nisa’, salah satu mahasiswi UNISNU angkatan tahun 2011, ia menulis skripsi tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bekerjanya Istri Dengan Tidak Menutupi Aurat Untuk Pemenuhan Kebutuhan Nafkah Keluarga”. Skripsi
tersebut membahas tentang ketentuan memberi nafkah dalam tatanan syariat Islam dibebankan kepada suami atau ayah dari anak, hal ini karena suami adalah pemimpin keluarga sedangkan istri adalah orang yang berhak menerima nafkah selagi ia tidak melakukan nusyuz kepada suami. Untuk urusan tidak menutup aurat maka hal tersebut merupakan tindakan dosa, perintah untuk menutup aurat merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. 41 Penelitian berbentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Tanggung Jawab Antara Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga Menurut Hukum Islam”, yang diajukan oleh Tasirun mahasiswa fakultas syari’ah UNISNU Jepara. Skripsi tersebut membahas tentang wajibnya seorang istri untuk patuh terhadap suami dan keluarganya, dimana seorang istri disini memiliki dua peran ganda yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga yang menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Istri yang harus berkarier juga harus memperhatikan keadaan keluarganya. Karena bagaimanapun juga selain sebagai wanita karier, dirinya juga adalah sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga. 42 Setelah melakukan eksplorasi pustaka, yang secara khusus membahas tentang wanita karier, akhirnya penulis dapat menyimpulkan meskipun sama41
Khoirun Nisa’, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bekerjanya Istri Dengan Tidak Menutupi Aurat Untuk Pemenuhan Kebutuhan Nafkah Keluarga”, Skripsi Sarjana Syari’ah, Jepara, Perpustakaan UNISNU, 2011 42 Tasirun, “Perbedaan Tanggung Jawab Antara Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga Menurut Hukum Islam”, Skripsi Sarjana Syari’ah, Jepara, Perpustakaan UNISNU, 2011
16
sama membahas mengenai problematika dunia karier bagi wanita, namun skripsi ini berbeda dengan kedua skripsi diatas. Skripsi diatas memiliki fokus penelitian yang berbeda dengan skripsi yang penulis teliti. Penulis ingin mencoba untuk berinteraksi serta melakukan komunikasi untuk mendapatkan informasi untuk mendapatkan data profil wanita karier dan alasan mengapa mereka berkarier tidak menutup aurat beserta solusinya serta ingin mengetahui sejauh mana hukum Islam memandang wanita karier yang tidak menutup aurat yang terjadi di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian. Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian yang penulis pergunakan adalah library research. Library research adalah penelitian pustaka. 43 Library research adalah penelitian yang dilakukan terhadap sumber-sumber tertentu berupa buku, artikel, dan karangan lain. 44 Sedangkan ditinjau dari pendekatan analisisnya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini analisisnya lebih menekankan pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak 43 44
Sutrisno Hadi, Metodology Research, (Fakultas Psikologi,1997), hlm. 63 Masri Singarimbun, Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1982) hal. 70
17
menggunakan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir normal dan argumentatif. 2. Sumber Data a. Data Primer adalah semua hal peristiwa yang terjadi dipusat penelitian sejauh relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan dalam penelitian, yakni buku wanita karier dalam bingkai Islam karangan Siti Muri’ah, buku kebebasan wanita karangan Abdul Halim Abu Syuqqoh dll. b. Data sekunder adalah data-data kepustakaan yang wujudnya berupa konsep / teori untuk mendukung teori-teori yang diperlukan dalam penelitian ini yang diperoleh dari koleksi-koleksi kepustakaan seperti kitab suci, buku-buku, majalah dan sejenisnya. 45 Adapun pengumpulan data yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Pengamatan (observasi) Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan setting, kegiatan yang terjadi, orang yang
45
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendididkan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) hal. 192
18
terlibat didalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan. 46 b.
Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul
(responden).
47
data
(pewawancara)
dengan
sumber
data
Metode wawancara ini digunakan peneliti untuk
memperoleh data-data yang mendukung tentang masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini, penulis melakukan interview dengan 5 responden yang mana kesehariannya ketika berkarier tidak menutup aurat khususnya di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dan juga interview kepada sesepuh maupun tokoh masyarakat desa setempat. c.
Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.48 Selanjutnya data-data kualitatif tadi analisisnya menggunakan pendekatan sebagai berikut:
46
Burhan Ah Shofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)hal.58 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Edisi 1, (Jakarta: Granit, 2004), hal. 72 48 Ibid, hal 5 47
19
a. Pendekatan deduktif adalah apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis. b. Pendekatan induktif adalah berangkat dari faktor-faktor atau peristiwa yang khusus dan konkrit ditarik generalisasinya yang mempunyai sifat umum. c. Pendekatan komparasi adalah membandingkan antara satu fakta atau pendapat dengan fakta atau pendapat yang lain. G. Sistematika Penulisan Penelitian Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti menyajikan penelitian ini dalam sebuah sistematika yang sistematis sehingga mudah untuk dibahas secara komprehensif. Adapun sistmatika penulisan penelitian ini terdiri atas: a) BAGIAN AWAL Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman nota pembimbing halaman nota pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman persetujuan pembimbing, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan halaman daftar lampiran. b) BAGIAN TENGAH Bagian isi dalam proposal ini terdiri dari: 1. BAB I
: PENDAHULUAN
20
Bab ini menjelaskan tentang : Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan Penelitian. 2. BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang penjelasan wanita karier yang tidak menutup aurat. Penulis membagi dua tema besar. Pertama, berisi wanita karier dalam bingkai Islam, meliputi: 1) Pengertian wanita karier, 2) Peran dan fungsi seorang wanita, 3) Syarat wanita karier dalam ranah hukum Islam. 4) Nilai Karier bagi wanita dilihat dari perspektif ekonomi, psikologis,
sosiologis
dan
religius.
Kedua,
berisi
pembahasan mengenai batas-batas aurat wanita perspektif hukum Islam, meliputi: 1) definisi aurat, 2) batas-batas aurat perempuan menurut imam empat madzhab, 3) dalil yang mewajibkan wanita karier untuk berhijab. 3) BAB III
: OBJEK KAJIAN Dalam bab ini memuat antara lain, pertama: membahas tentang
data
monografi
dan
demografi,
keadaan
masyarakat, keadaan sosial ekonomi, jumlah penduduk, pemerintahan, iklim, kondisi sosial budaya, keadaan sosial ekonomi, keadaan sosial keagamaan, keadaan pendidikan.
21
Kedua: terdapat dua sub tema, yaitu a) profil wanita karier yang didalamnya membincang mengenai jenis pekerjaan, usia, pendidikan, pekerjaan suami, jam kerja dan alasan mengapa mereka berkarier tidak menutup aurat.b) Persepsi tokoh masyarakat terhadap wanita karier yang tidak menutup aurat. 4) BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis data yang sudah penulis peroleh
yakni
TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP PROBLEMATIKA WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT, yang terjadi di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. 5) BAB V
: PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3) BAGIAN AKHIR Bagian akhir ini terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis dan sebagainya.
22
23