BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Berlakang Secara letak geografis Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki 2 musim. Salah satunya yaitu musim penghujan. Tingkat curah hujan yang tinggi selalu terjadi hampir di setiap daerah sehingga di bangun beberapa bendungan maupun bendung. Bendungan atau bendung tersebut dipergunakan untuk mengatasi besarnya debit air sungai yang berpotensi menciptakan banjir di suatu daerah tertentu. Sungai-sungai yang mengalir dapat mempengaruhi debit air yang masuk ke bendungan, ketika debit air terlalu banyak maka akan terjadi banjir dengan segera. Pulau Jawa khususnya kota Jakarta hampir setiap saat bisa terjadi banjir baik hujan maupun tidak pada musim hujan. Hujan yang memiliki curah air yang tinggi akan berpotensi membanjiri kota Jakarta dalam kurun waktu kurang dari 3 jam, akan tetapi jika Jakarta tidak hujan dan mengalami banjiran di sebagian wilayah maka dapat dikatakan itu adalah banjir kiriman dari kota Bogor. Banjir kiriman ini diakibatkan karena topografi wilayah kota Bogor yang jauh lebih tinggi daripada kota Jakarta. Situasi seperti ini tentu sangat merugikan. Salah satu faktornya juga karena bendungan yang ada di bogor yaitu bendung Katulampa yang tidak mampu menampung debit air yang sangat tinggi sehingga banjir dapat datang kapan saja tanpa ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang. Sangat sulit untuk menghindari banjir kiriman yang terjadi, akan tetapi warga Jakarta dapat lebih siap dan waspada terhadap kapan banjir itu akan datang jika para petugas pemantau bendung tersebut dapat lebih cepat dan tepat memprediksi dan memberitahukan kepada warga Jakarta ketika debit air pada bendungan
1
katulampa sudah mulai tinggi. Melalui informasi yang tepat dan cepat maka warga Jakarta dapat lebih siap dan waspada terhadap banjir yang akan datang, sehingga warga dapat menyelamatkan harta benda mereka terlebih dahulu sebelum datangnya banjir. Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di kelurahan Katulampa, kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 kiri dengan tujuan sebagai sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan bendung.Saluran irigasi dari bendung ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter perdetik. Fungsi lain dari bendung katulampa adalah sebagai sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran sungai ciliwung sudah dapat mengantisipasi kemungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka. Metode yang di pakai untuk mengamati situasi bendungan selama ini adalah dengan cara manual, dimana terdapat seorang petugas di pos pengawasan dekat bendungan yang bertugas mengamati ketinggian air, pos tersebut berjarak 150 meter dari posisi di tempatkannya ukuran tinggi air, jadi jika seorang petugas ingin melihat ketingian air maka dia harus berjalan sejauh 150 meter dari pos pengawasan ke tempat diletakannya ukuran air dan kembali ke pos kembali setelah itu barulah petugas itu memberikan informasi kepada petugas pusat tentang keadaan bendungan saat itu. Dalam kondisi bendungan berada pada posisi siaga atau debit air dan ketinggian air cukup tinggi, maka petugas tersebut harus mengirim informasi setiap lima menit sekali yang mengharuskannya untuk berjalan bolak balik antara pos dan bendungan untuk mencatat ketinggian air dalam 5 menit
2
sekali, sungguh itu sangat merepotkan dan sangat memakan waktu karena jika jarak 150 meter dari pos ke tempat dan kembali ke pos memerlukan waktu 4 - 6 menit maka petugas memerlukan waktu 7 - 8 menit untuk mengirimkan data ke pada petugas pusat tentang kondisi bendungan, hal itu saangat tidak efisien dan tidak efektif. Pekerjaan ini dapat menjadi lebih lagi jika dilakukan saat hujan deras karena derasnya hujan akan menghalangi petugas dalam mencatat informasi ketinggian air secara akurat selain itu petugas juga pasti memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk berjalan dari pos dan kembali ke pos. berdasarkan hal-hal tersebut perancang mangambil kesimpulan untuk membuat suatu alat yang dapat dengan cepat mengetahui ketinggian air di bendungan secara berkala setelah itu data tersebut dapat langsung di kirimkan ke database pusat dan langsung bisa di publikasikan kepada para warga agar warga dapat lebih waspada terhadap banjir kiriman yang akan datang.
1.2. Ruang lingkup Ruang lingkup dari sistem yang di rancang yaitu sebagai berikut : •
Board controller yang digunakan adalah Arduino Uno R3 dengan mikokontroller ATmega 328.
•
Sensor Ping Parallax ultrasonik yang di gunakan untuk mendeteksi tinggi permukaan air.
•
Modem Wavecom yang di gunakan untuk menerima SMS yang berisi data tinggian air.
•
Modem Icomsat merupakan suatu modul tambahan pada arduino yang berfungsi sebagai pengirim SMS yang berisi data ketinggian air.
3
•
Database MySql workbench merupakan produk dari oracle yang di gunakan sebagai tempat penyimpanan data ketinggian air.
•
Qt creator merupakan program yang digunakan untuk membuat program penerimaan SMS dan penghubung untuk penyimpanan data pada database.
•
Bendung katulampa merupakan lokasi untuk mengaplikasikan sistem yang dibuat.
•
Informasi dan metode pemantauan ketinggian air yang digunakan pada bendung katulampa.
1.3. Batasan Masalah Perancang mengambil beberapa hal yang akan di tegaskan sebagai masalah yang mendasari di buatnya sistem mengamatan ketinggian air pada bendungan antara lain : •
Kurang akuratnya data yang diterima dengan mengunakan metode yang sudah ada sehingga data yang di terima oleh petugas pusat pengamatan tidak tepat dan pemberitauan kepada masnyarakat tentang banjir pun terlambat yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir di Jakarta.
•
Jauhnya jarak letak tempat pengukuran dan pos pengamatan membuat pekerjaan yang dilakukan oleh para petugas pengamat ketinggian air jadi lebih lama dan tidak efektif.
•
Kesulitan pengambilan data ketika terjadi hujan yang lebat yang menganggu pandangan dan jalan yang licin ketika proses pengambilan data.
•
Tingkat debit air dan ketinggian air yang tidak stabil dan selalu berubah-ubah dikarenakan banyak hal yang mempengaruhi akurasi data yang diterima.
•
Gangguan sampah dan benda-benda lain yang ada pada bendungan pun mempengaruhi proses pengambilan data yang dilakukan oleh para petugas bendungan.
4
Dari beberapa masalah di atas perancang merencanakan melakukan sistem yang dapat mencakupi semua masalah di atas yaitu sistem pengamatan ketinggian air pada bendungan.
1.4. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian: Monitoring ketinggian permukaan air pada bendung Katulampa
Manfaat dari penelitian: Membantu masyarakat agar lebih cepat menerima informasi banjir kiriman. Mambantu sistem monitoring ketinggian air pada bendungan. Memudahkan dalam pemantauan ketinggian air pada bendungan. Memudahkan komunikasi data antar bendungan dan kantor pusat. Informasi mengenai ketepatan nilai ketinggian air dapat di terima dan di analisa dengan baik. Data nilai ketinggian air dapat di informasikan dengan cepat. Data ketinggian air dapat di tampung dan di simpan pada database secara berkesinambungan.
1.5. Metode penelitian Metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari: Metode studi lapangan dilakukan dengan langsung berkunjung ke bendung katulampa dan pintu air manggarai untuk mempelajari sistem yang sudah ada dan memahami keadaan lapangan .
5
Metode penelitian laboratorium dilakukan dengan cara melakukan beberapa modul jadi dan sensor dan mencoba beberapa cara untuk pengiriman SMS dan database proses. Metode pengujian simulasi awal pada penampungan air sementara. Motode uji lapangan melakukan ujicoba alat langsung pada bendungan Katulampa Bogor.
1.6. Sistematika penulisan Sistematika penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, serta batasan masalah dan metode penelitian yang dilakukan. Bab 2 LandasanTeori Bab ini membahas semua teori yang terkait dengan alat yang dibuat. Cara kerja komponen dan hubungan fungsinya dengan cara kerja alat secara keseluruhan. Bab 3 Perancangan sistem Bab ini membahas teknis dan cara kerja komponen dalam menjalankan fungsi alat sebagai sebuah pengukur ketinggian air yang telah di rancang. Penjelasan teknis hardware dan software yang digunakan. Bab 4 Implementasi dan evaluasi Bab ini membahas tentang cara kerja alat yang telah diimplementasikan atau dijalankan secara normal dalam ruangan sebuah simulasi dan pada ringkup yang telah di tentukan.
6
Disajikan data teknis hasil respon alat dalam jangka waktu tertentu dan hasil evaluasi yang mendalam. Bab 5 Kesimpulan dan saran Bab ini membahas tentang simpulan yang diambil dari keseluruhan kinerja alat dan saran untuk pengembangan sistem selanjutnya.
7