BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah. Salah satu dari sumberdaya alam yang berada di kepulauan Indonesia adalah potensi sumberdaya mineral yaitu batubara yang merupakan bahan galian golongan C sesuai ketentuan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Potensi batubara terbesar di Indonesia terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan sedangkan di daerah lainnya seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi hanya dijumpai batubara dalam jumlah kecil. Di Indonesia endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan) pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Sumber: http://www.esdm.go.id/departemen-energi-dan-sumber-daya-mineral /sejarah.html Konteks pembangunan daerah terdapat 2 (dua) aspek mendasar yang akan mewarnai tatanan kehidupan dan pemerintahan di daerah. Pertama adalah pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin nyata dan terasa dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Kedua, berkembangnya era otonomi daerah yang
1
ditandai dengan diundangkannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari dua aspek tersebut peranan data dan informasi baik dalam penyajian, keakuratan, dan aktualisasi dan kecepatan penyampaian informasi akan sangat menentukan
keberhasilan
kebijakan
dan
tujuan
pembangunan
yang
dilaksanakan. Wilayah Indonesia sebagai eksportir batubara terbesar kedua di dunia setelah negara Australia di tahun 2006. Jenis batubara yang diproduksi dan diekspor adalah batubara yang jenis sub-bituminius. Metode penambangan bahan galian secara garis besar yaitu metode tambang terbuka (surface mining) dan metode tambang bawah tanah (underground mining). Sebagian besar cadangan batubara di Indonesia berada di Sumatera bagian selatan tepatnya di Kecamatan Lawang Kidul. Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) (Persero) Tbk Perseroan memiliki dan mengoperasikan wilayah IUP Operasi Produksi untuk tambang batubara di Tanjung Enim Penambangan batubara yang dilakukan oleh PTBA ini menggunakan dua sistem yaitu dengan tambang terbuka (TamKa) dan dengan Tambang dalam (TamDa) berproduksi sejak tahun 2002. Luas wilayah dari kuasa pertambangan (KP) PT.BA ini sebesar ± 15,451,02 Ha. Kegiatan operasional menggunakan teknologi dan peralatan yang canggih dan alat-alat berat. Beberapa lokasi kegiatan dengan tambang terbuka menggunakan bahan
2
peledak untuk mengeluarkan batubara tetapi pasca tambang segera dilakukan kegiatan reklamasi lahan, sehingga dampak lingkungan akibat penambangan terminimalisir sedemikian mungkin terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perusahaan Bukit Asam yang berdiri sejak zaman Belanda, menghasilkan 7-10 atau 10-12 ton/tahun. Perusahaan Tambang yang diandalkan untuk seluruh Indonesia dan satu-satunya perusahaan yang memilki izin simpan pakai (berkaskompas.com). Sumberdaya batubara di Tanjung Enim sebesar 6,352,83 juta ton tahun 2008. Sedangkan cadangan tertambang sebesar 1,370,70 juta ton. Sumberdaya dan cadangan batubara dimana perseroan yang memegang hak kuasa pertambangan (KP) yaitu tambang batubara tahun 2008 di Tanjung Enim dengan luas mencapai 66414 hektar meliputi Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Perseroan memiliki dan mengoperasikan wilayah IUP Operasi Produksi untuk tambang batubara di Tanjung Enim seluas 66.414 hektar yang terdiri dari Air Laya 7621 hektar, Muara Tiga Besar 3300 hektar, Banko Barat 4500 hektar, Banko Suban 253600 hektar, Bumian Sukamerindu, Air Sereko, Kungkilan, Arahan dan Banjarsari 24751 hektar dan Bukit Kendi 882 hektar. Lokasi di Tanjung Enim Perseroan menggunakan infrastruktur jalan kereta-api yang dikelola oleh PT KAI dalam mengangkut produksi batubara ke areal pelabuhan. Waktu yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi tanah tergantung besar kecil serta jenis dampak terjadi. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan struktur tanah yang baik kembali minimal 50 tahun.
3
1.2 Rumusan Masalah Akibat dari aktivitas pertambangan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi serta fisik daerah sekitarnya, baik dampak positif maupun negatif. Dampak sosial-ekonomi menurut Homenauck (1988, dalam Hadi, 2005) dapat dikategorikan ke dalam kelompok kelompok real impact dan special impact. Real impact adalah dampak yang timbul sebagai akibat dari aktivitas proyek, pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi, misalnya migrasi penduduk, kebisingan atau polusi udara. Special impact adalah suatu dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap resiko dari adanya proyek. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi pada penelitian ini dikaji melalui peluang berusaha, peningkatan pendapatan, perubahan mata pencaharian, perubahan perilaku masyarakat, kejadian konflik serta migrasi. Dampak pada kondisi fisik meliputi pencemaran air yang diakibatkan kontaminasi dengan limbah hasil sisa dari kegiatan pertambangan, pencemaran udara karena tercemar oleh gas hasil buangan dari kegiatan pertambangan, maupun polusi suara karena kegiatan pertambangan seperti (blasting) ataupun truk pengangkut barang tambang. Kerusakan jalan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan baik pengangkutan keperluan pertambangan seperti alat berat maupun kebutuhan bahan bakar juga turut memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisik di daerah pertambangan. Dampak kondisi fisik merupakan dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas pertambangan
4
pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara, kerusakan jalan dan pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan (Pertiwi, 2011). Wagito
(2002,
dalam
Mulyandari
2006)
mengatakan
bahwa
pembentukan dan perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari diri masyarakat yaitu karakteristik yang melekat di setiap individu sendiri. Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada kondisi sosial, ekonomi dan fisik dimana pada penelitian ini pembentukan persepsi tersebut dihubungkan dengan faktor dari diri masyarakat yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu : tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan umur. Hasil penelitian ini akan dapat diketahui dampak kegiatan penambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi dan fisik di daerah penelitian serta mengetahui persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan
batubara
dilihat
dari
faktor
dari
masyarakat
yang
mempengaruhi persepsi. Kecamatan Lawang Kidul yang merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Muara Enim dengan potensi daerah dengan produksi batubara yang cukup besar. Hasil produksi ini yang banyak dipasarkan keberbagai wilayah. Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat penambangan batubara yang dihubungkan dengan persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial ekonomi dan juga lingkungan masyarakat dan mengetahui seberapa besar pengaruh berbagai program CSR-PKBL dengan tingkat persepsi sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap faktor dari diri masyarakat yaitu umur, pendidikan
5
terakhir yang ditamatkan dan tingkat pendapatan di sekitar lokasi tambang dengan membatasi masalah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar di sekitar penambangan batubara di Kecamatan Lawang Kidul? 2. Bagaimana hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi di sekitar penambangan batubara di Kecamatan Lawang Kidul?
1.3 Tujuan penelitian 1. Mengetahui dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar di sekitar penambangan batubara di Kecamatan Lawang Kidul. 2. Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi di sekitar penambangan batubara.
1.4 Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini peneliti mengharapkan: 1. Hasil dari penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dan perencanaan bagi pihak Pemerintah Daerah terutama Instansi terkait untuk menilai dampak penambangan batubara terhadap sosial ekonomi masyarakat
6
sehingga menjadi pertimbangan dalam pengawasan dan pengeluaran ijin penambangan batubara dalam hal program – program pembangunan daerah. 2. Adanya
peningkatan
strategi,
pemantauan,
dan
evaluasi
dalam
penanggulangan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar dari hal tanggung jawab perusahaan (CSR) berbentuk bantuan keuangan untuk pembangunan untuk masyarakat serta program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang berbentuk pinjaman untuk usaha atau kegiatan masyarakat,
dan
kerusakan
lingkungan
yang
dilakukan
akibat
penambangan batubara.
1.5 Tinjauan Pustaka 1. Prinsip Geografi Suatu fenomena geosfer yang tejadi di muka bumi dapat dipahami dan dikaji dengan prinsip geografi.Geografi menggunakan empat prinsip untuk mengkaji fenomena geosfer.Empat prinsip geografi dijelaskan sebagai berikut. a. Prinsip Deskriptif Fenomena geosfer yang ditimbulkan oleh faktor alam dan manusia dapat dideskripsikan melalui fakta, gejala dan masalah, serta sebab akibat.Pendeskripsian fenomena itu dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, dan diagram.
7
b. Prinsip Interelasi atau Keterkaitan Manusia dan alam memiliki interelasi yang erat.Interelasi dapat terjadi antar faktor alam dengan manusia. Contohnya, banjir dan tanah longsor terjadi akibat penggundulan hutan oleh manusia. c. Prinsip Distribusi atau Persebaran Prinsip distribusi menjelaskan bahwa persebaran fenomena geosfer di muka bumi tidak merata. Misalnya, kesuburan tanah tidak sama di berbagai wilayah. d. Prinsip Korologi Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi. Fenomena alam dan manusia dikaji persebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada satuan gejala, fungsi, dan bentuk. 2. Konsep Geografi Konsep geografi menjadi dasar untuk memahami fenomena geosfer.Konsep geografi terdiri atas sepuluh konsep. a. Konsep Lokal Konsep lokal terdiri atas lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah lokasi suatu tempat yang ditentukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang dilihat dari wilayah lain. b. Konsep Jarak
8
Konsep jarak menunjukkan jarak antar-wilayah yang memiliki peran penting dalam
kehidupan sosial, ekomnomi, ataupun
kepentingan pertahanan. c. Konsep Keterjangkauan Konsep keterjangkauan menunjukkan kemudahan suatu tempat untuk dijangkau. Keterjangkauan suatu tempat untuk dipengaruhi oleh jarak dan medan suatu wilayah. d. Konsep Pola Konsep pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran fenomena geosfer di muka bumi. e. Konsep Morfologi Konsep morfologi berkaitan dengan pembentukan muka bumi. f. Konsep Aglomerasi Konsep
aglomerasi
menjelaskan
suatu
fenomena
yang
cenderung mengelompok. Contohnya, pengelompokan kegiatan ekonomi, seperti industri dan perdagangan, serta pengelompokan penduduk yang berasal dari daerah tertenrtu. g. Konsep Nilai Kegunaan Konsep nilai kegunaan berkaitan dengan nilai guna atau kemanfaatan suatu daerah. Setiap daerah memiliki nilai guna yang dapat dikembangkan menjadi potensi daerah untuk menunjang pembangunan. h. Konsep Interaksi Dan Interdepensi
9
Konsep interaksi dan interdepensi menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan antar daerah. Suatu daerah berinteraksi dengan daerah lain untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Contohnya, interaksi desa dengan kota. i. Konsep Differensiasi Area Konsep differensiasi area menunjukkan kekhasan suatu daerah, seperti bentang kembangan alam, penduduk, perekonomian, dan perkembangan wilayah. Contohnya, di daerah pantai penduduk bekerja sebagai nelayan dan di daerah pegunungan penduduk bekerja sebagai pekebun. j. Konsep Keterkaitan Keuangan Konsep keterkaitan keruangan menunjukkan keterkaitan unsur alam dan unsur sosial antar daerah. Perbedaan potensi daerah mendorong terjadinya interaksi antar daerah, seperti pertukaran barang, manusia, dan budaya. Contohnya, Jakarta membutuhkan tenaga kerja dari daerah di sekitarnya. 3. Pendekatan Geografi Geografi mengkaji fenomena geosfer dengan tiga pendekatan sebagai berikut. a. Pendekatan Keruangan (Spasial) Pendekatan keruangan adalah analisis suatu fenomena yang mengacu pada eksistensi ruang berdasarkan perbedaan sifat penting lokasi, struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkaitan
10
dengan elemen titik, garis, dan area. Pendekatan keruangan dimaksudkan untuk mengetahui persebaran penggunaan dan cara penyediaan ruang. b. Pendekatan Kelingkungan (Ekologi) Pendekatan kelingkungan adalah pendekatan atau analisis suatu fenomena berdasarkan interaksi manusia dengan lingkungannya. Pendekatan ini mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan fisik serta hubungan makhluk hidup dengan fenomena alam dan perilaku manusia. c. Pendekatan Kompleks Wilayah Pendekatan kompleks wilayah adalah gabungan pendekatan keruangan dan kelingkungan. Pendekatan ini menekanan pengertian areal differentiation, yaitu setiap wilayah memiliki perbedaan karakteristik dengan wilayah lain. Perbedaan itu mendorong interaksi wilayah.Berbagai permintaan dan penawaran dari wilayah yang berbeda-beda mendorong terjadinya interaksi wilayah. Contoh penerapan pendekatan ini adalah perencanaan daerah transmigrasi. (http://hendra-dwi-purnama.blogspot.com/2013/08/prinsip-konsepdan-pendekatan-geografi.html) 1.5.1. Dampak Penambangan Pertambangan di Indonesia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah besar bangsa ini. Penambangan merupakan proses, cara menambang sedangkan batubara adalah arang yang diambil dari
11
dalam tanah yang berasal dari tumbuhan (darat, air) yang telah menjadi batu. Menurut Mancayo (2008), seberapa tua pemakaian besi dan mineral lainnya dalam kehidupan, setua itulah umur pertambangan dilakukan perusahaan. Dampak Penambangan Batubara Menurut Salim (2004), Dampak adalah suatu perubahan atau efek yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang tidak direncanakan diluar sasaran. Dampak dapat bersifat biofisik dan/atau dapat juga bersifat sosial-ekonomi danbudaya. Menurut Salim (2004:221), dampak aktivitas tambang yaitu dampak kegiatan pembangunan di bidang pertambangan yang menimbulkan dampak positif maupun negatif. “Walaupun batubara mempunyai kegunaan yang sangatstrategis, namun keberadaan industri pertambangan batubara menimbulkandampak, baik positif dan negatif”. Dampak positif merupakan pengaruh dari adanya penambangan batubara terhadap hal-hal yang bersifat praktis (nyata) dan konstruktif (membangun). Dampak positif dari pertambangan batubara di Indonesia adalah: a.
Membuka daerah terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan
b.
Sumber devisa negara
c.
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
d.
Sumber energi alternatif, untuk masyarakat lokal
e.
Menampung tenaga kerja
Penambangan batubara juga memberikan dampak negatif seperti:
12
a. Sebagian perusahaan yang dituding tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. b. Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan, c. Limbah kegiatan pertambangan yang mencemari lingkungan, d. Areal bekas pertambangan yang dibiarkan mengangga e. Sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar. Keputusan Menteri No. 28/2009 Pada 30 September 2009, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral RI mengumumkan peraturan baru mengenai Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara. Mengklasifikasikan jenis-jenis kegiatan jasa pertambangan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menunjang sektor penambangan dan jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan sendiri oleh pemilik KP (selanjutnya disebut Izin Usaha PenambanganUIP / UIPK). Hal yang bersifat lebih teknis atas pelaksanaanKepMen ini akan ditindak lanjuti dalam peraturan-peraturanyang dikeluarkan oleh Dirjen. 1.5.2. Batubara Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
13
bentuk. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Penambangan batubara adalah eksploitasi penambangan batubara dari bumi. Batubara digunakan sebagai bahan bakar. Batubara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja. Tambang batubara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Batubara yang ada di Sumatra termasuk endapan batubara miosen Endapan batubara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batubara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada beberapa lokasi di dekat Tanjung Enim yaitu tambang Air Laya, Cekungan Sumatera bagian selatan. Perusahaannya bernama PT. Bukit AsamTerbuka (PTBA. Tbk) memiliki total kadar air 24,00% ad, kadar abu 5,30% ad, zat terbang 34,60% ad, belerang 0,49% ad dan nilai energi 5300 (ad) kkal/kg (ad). (Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998).
14
Potensi sumberdaya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Di Indonesia, batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batubara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6,200/liter).
Sumber:
http://www.esdm.go.id/departemen-energi-dan-
sumber-daya-mineral/sejarah.html 1.5.3. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Perseroan memegang hak kuasa pertambangan (KP) dengan luas mencapai 87.464 hektar yang meliputi salah satunya di Kabupaten Muara Enim. Total sumberdaya (resources) batubara PTBA Mencapai 7,5 miliar ton, 81 persen terdapat di Tanjung Enim. Jumlah cadangan tertambang (mineable reserve) mencapai 1,8 miliar ton tersebar di Tanjung Enim (67,9 persen). Dari segi kualitas, cadangan tertambang dikuasai PTBA terdiri dari lignite sebanyak 58 persen, sub-bituminous 37 persen dan bituminous sebanyak 5 persen. Perseroan menyadari bahwa kinerja ekonomi tanpa didukung oleh kinerja sosial tidak akan mampu menjamin keberlanjutan keberadaan perusahaan. Perseroan membangun dan memelihara hubungan baik
15
khususnya dengan komunitas tempatnya di sekitar lokasi operasional Perseroan “Berkembang
dengan mengacu pada visi tanggung jawab sosialnya harmonis
bersama
Lingkungan”.
Perseroan
selalu
menjadikan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR) sebagai sistem yang inheren dalam proses produksi Perseroan. 1.5.4. Persepsi terhadap dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu dimana suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Dampak ekonomi sosial menyebabkan berkembangnya Sosial Budaya pada masyarakat maka manusia semakin lama semakin meningkat karena manusia sebagai pelaku aktivitas tersebut memiliki kebudayaan dan pola pikir yang berbeda satu dengan lainnya. Tatanan sosial barupun akhirnya membawa dampak pada berkurangnya kepercayaan, pandangan dan nilai-nilai lama yang bersumber pada ajaran leluhur, dimana dari kegiatan tersebut menimbulkan permasalahan seperti pergeseran sosial budaya masyarakat. Indonesia merupakan negara pengekspor batubara thermal terbesar di dunia, bersaing dengan Australia. Di Indonesia, permintaan akan pasokan batubara juga diproyeksikan terus meningkat, khususnya terkait
16
dengan proyek Pemerintah untuk menyelesaikan proyek pembangunan PLTU 10.000 MW tahap pertama dan tahap kedua. Perseroan menerapkan sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 untuk menjamin kualitas produk batubara. Usaha untuk meminimalisir dampak negatif tersebut, maka menjadi kewajiban pemerintah untuk menegakkan hukum secara konsisten sehingga para kontraktor yang melaksanakan kegiatan pertambangan batubara dapat melaksanakan segala ketentuan hukum yang berlaku dalam bidang pertambangan. Manfaat aktivitas tambang bagi masyarakat adalah manfaat
yang terjadi
pemberdayaan
dari
masyarakat,
kegiatan pertambangan hak-hak
tenaga
kerja,
yang berupa pendidikan,
kesejahteraan masyarakat setempat, kesehatan, dan lain-lain. Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan secara tegas dinyatakan sebagai berikut. “Apabila selesai melakukan pertambangan dan galian pada suau tempat pekerjaan, pemegang
kuasa
pertambangan
yang
bersangkutan
diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya”. Pertambangan dilakukan oleh masyarakat di pedesaan secara tradisional dengan alat-alat sederhana. Panjangnya lintasan sejarah yang dilalui oleh pertambangan dalam kehidupan rakyat, dapat dilihat pada aturan-aturan lokal (adat) di banyak tempat, mengatur tentang pengelolaan sumberdaya alam, termasuk kegiatan penambangan. Febriamansyah dalam
17
skripsi Apriyanto (2012) menyatakan bahwa dalam suatu upaya pembangunan, kebutuhan suatu perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal adalah suatu yang tidak dapat dihindari. Perkembangan masyarakat berintegrasi dengan masyarakat lainnya terjadi suatu perubahan yang menuntut peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi lokal lebih dari yang biasanya, yang dibutuhkan tidak hanya konsumsi lokal, tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi masyarakat lainnya. Dampak penambangan batubara terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul ini mengacu pada beberapa judul penelitian skripsi sebelumnya dengan tema dan judul yang sejenis. Penelitian Apriyanto (2012), melakukan penelitian dengan judul: Dampak kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan LOA Ipuh Darat Tenggarong, Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif bersifat deskriptif. Jumlah responden dari 11 RT di Kelurahan LOA Ipuh Darat dengan menggunakan teknik area sampling menetapkan 4 RT yang dipilih secara sengaja (purposive) karena lokasinya paling dekat dengan lokasi pertambangan yang menjadi objek penelitian. Sebanyak 476 KK terpilih acak 55 responden didapat penentuan jumlah sampel dengan Nomogram Herry King dengan confident interval 90%.
18
Hasil penelitian di daerah penelitian ini menggambarkan beberapa hal yaitu timbul migrasi masuk baik secara permanen ataupun non permanen, timbul konflik antara pihak perusahaan dengan warga lokal hingga menimbulkan demo, merenggangnya hubungan kekerabatan. Kondisi
ekonomi
menimbulkan peluang usaha
bagi
warga
masyarakat bervariasi tingkat penurunan dan pendapatan masyarakat berdasarkan. Persepsi masyarakat yang negatif terhadap dampak kegiatan pertambangan batubara karena kerusakan lingkungan di sekitar lokasi seperti banjir, pencemaran, kerusakan hutan dan kerusakan jalan. Hal ini berarti ada ketidakmerataan pembangunan di daerah pedesaan dan perkotaan sehingga menimbulkan sikap individualisme yang cukup tinggi yang berarti akan menyulitkan dalam mensejahterakan hak layak hidup masyarakat sekitar pertambangan di Kelurahan LOA Ipuh Darat Kalimantan Timur. Penelitian ini mengkaji untuk dampak lingkungan
mengenai
aktivitas
penambangan
terhadap
kerusakan
lingkungan dimana adanya pencemaran pada lingkungan udara, kerusakan jalan dan juga kerusakan hutan di sekitar kawasan pertambangan 1.5.5. Tinjauan Empiris Penelitian yang mengkaji mengenai dampak penambangan cukup banyak orang atau peneliti yang meneliti. Studi pendukung penelitian ini memiliki cukup banyak literatur terutama mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan dari keberadaan suatu Perusahaan Tambang Batubara. Lihat Tabel 1.1 :
19
Tabel 1.1 Tinjauan Empiris No
Nama dan Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1
Dedek Apriyanto, 2012
Timbul migrasi masuk, terjadi konflik antara
Dampak Kegiatan Pertambangan perusahaan dengan warga lokal. Kondisi Batubara
Terhadap
Kondisi ekonomi menimbulkan peluang usaha bagi
Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan
LOA
Ipuh
warga
masyarakat.
Darat, pendapatan
Tenggarong Kutai Kartanegara
pekerjaan
Bervariasi
masyarakat warga
tingkat
berdasarkan
masyarakat.
jenis
Persepsi
masyarakat negatif terhadap pertambangan batubara. 2
Lugina Mindasari, 2007
Kegiatan tambang batubara menimbulkan
Dampak Kegiatan Pertambangan dampak yang berarti bagi kualitas perairan Batubara PT. Tambang Batubara sungai Ombilin. Besarnya tergantung jenis Bukit
3
Asam
(PT.BA) kegiatan penambangan yang berlangsung di
(PERSERO)TBK-Unit
Produksi lokasi itu. Daerah dengan penutupan lahan
Ombilin
(UPO)Dan
Tambang masih bagus atau berhutan memiliki kondisi
Batubara
Tanpa
Izin(PETI) kualitas air yang lebih baik dibandingkan
Terhadap
Kualitas
AirSungai daerah lain yang telah mengalami perubahan
Ombilin Sawahlunto
penutupan lahan.
Hasnawati Hamzah, 2005
Kegiatan pertambangan memiliki kontribusi
Dampak
Kegiatan yang cukup besar dalam pembangunan daerah
PertambanganTerhadap
terutama pertumbuhan ekonomi Kota Bontang.
Pengembangan WilayahKasus di Kegiatan pertambangan belum memberikan Kota Bontang dan Kabupaten kontribusi terhadap pengembangan masyarakat Kutai Timur Provinsi Kalimantan
khususnya yang berada di sekitar lokasi belum
Timur
sesuai dengan peruntukan ruang dalam RTRW. Pola perijinan kegiatan pertambangan dan penggunaan kawasan hutan mencerminkan lemahnya koordinasi antar instansi maupun antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
20
No
Nama dan Judul Penelitian
Hasil Penelitian
4
Andri Aditya Irawan, 2013
Pertambangan batubara di Kelurahan Loa Tebu
Dampak Ekonomi Dan Sosial memberikan dampak positif dan negatif. Aktivitas
Tambang
PT.Tanito
Batubara Program
Harum
Community
Development
dari
Bagi perusahaan PT. Tanito Harumpada hubungan
Masyarakat Di Kelurahan LOA kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, TEBU Kecamatan Tenggarong
pelayanan masyarakat dan pengembangan infrastruktur
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat sekitar. 5
Gama Dwi Syafrizal, 2011 Analisis
Pengaruh
KerjaTerhadap Intention
Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap
Kepuasan turnover intention dan turnover intention Turnover berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan
SertaDampaknya serta kepuasan kerja berpengaruh positif
Terhadap Kinerja Karyawan
terhadap kinerja karyawan. Sektor penambangan batubara yang telah
6
Vevi Dilamartha, 2013
berlangsung
berpuluh
Dampak Penambangan Batubara mempengaruhi Terhadap
Kondisi
puluh
kehidupan
tahun
lingkungan
Sosial masyarakat baik itu sosial seperti perubahan
Ekonomi Di Kecamatan Lawang perilaku masyarakat dari adanya perusahaan Kidul
tambang
batubara,
kejadian
konflik
dan
terjadinya migrasi ke sekitar perusahaan. kondisi ekonomi menyebabkan peningkatan/ penurunan penghasilan rumah tangga/bulan, terbukanya
peluang
berusaha
misalnya
pinjaman dan bantuan dana dari perusahaan sehingga mempengaruhi mata pencaharian utama warga yang dominan sebagai buruh serta
perubahan
Kecamatan perusahaan.
21
persepsi
Lawang
masyarakat
Kidul
di
terhadap
1.6 Kerangka Pemikiran Kecamatan Lawang Kidul merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (DATI II) yang memilki potensi sumberdaya alam yang cukup besar baik sumberdaya alam yang tidak terbarukan (unrenewable resources) seperti emas hitam yaitu tambang galian C. potensi yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Salah
satu
permasalahan
terbesar
dalam
pemanfaatan sumberdaya alam tersebut adalah pemanfaatan sumberdaya alam tidak terbarukan terutama emas hitam atau batubara yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sumberdaya alam yang berlimpah, khususnya bahan tambang memiliki kawasan hutan yang cukup luas per hektar. Sumberdaya alam telah berperan dalam pembangunan daerah. Sumberdaya alam tidak saja dapat meningkatkan PDRB menyerap tenaga kerja, melainkan juga telah memberikan berbagai jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bahan tambang merupakan sumberdaya alam yang banyak memberikan sumbangan bagi devisa negara. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
22
Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Eksploitasi batubara adalah penambangan batubara dari bumi. Batubara digunakan sebagai bahan bakar. Sayangnya, pengelolaan dan pemanfaatannya tidak hanya memberikan dampak yang positif tapi juga memberikan dampak yang negatif. Perolehan nasional dari sektor pertambangan dapat dikatakan multidimensional, antara lain mampu menopang program industrialisasi melalui penyediaan bahan baku industri dalam negeri, menyediakan sumber energi seperti minyak bumi, gas, batubara, meningkatkan penerimaan negara dan devisa, membantu peningkatan dan pemeraan pembangunan ke berbagai wilayah, membuka kesempatan bekerja, serta meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan penduduk sekitar lokasi pertambangan. Hal ini menyebabkan sering terjadinya konflik antara antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan, maupun antar sektor antara lain sektor kehutanan dengan sektor pertambangan. Perencanaan diperlukan sehingga dampak
lingkungan
dapat
berkurang
dan
terjadi
pemerataan
dan
keseimbangan pembangunan. Perseroan
melakukan
kegiatan
pengelolaan
lingkungan
secara
berkelanjutan untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan bagi lingkungan dan masyarakat, sesuai dengan salah satu misi perusahaan, yakni Tumbuh Harmonis Bersama Lingkungan. Setiap program pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dijalankan kemudian dipantau dan dievaluasi
23
dengan menggunakan parameter yang telah mempertimbangkan penilaian terhadap dampak utama yang muncul akibat kegiatan penambangan. Penyusunan kebijakan mekanisme pelaksanaan Program Tanggungjawab Sosial Korporasi (CSR), menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan pihak lain yang berkompeten dalam perencanaan dan pelaksanaan program, serta melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring program, serta melaksanakan program yang berdampak langsung terhadap
upaya
pemberdayaan
sosial
ekonomi
masyarakat di lingkar tambang. Potensi sumberdaya bahan galian golongan C yaitu batubara yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah Kecamatan Lawang Kidul. Sektor pertambangan berpotensi paling besar menimbulkan dampak sosial, ekonomi. Dampak sosial yang timbul seperti perilaku masyarakat, konflik sosial antar masyarakat, dan migrasi sedangkan dampak ekonomi yaitu seperti terbukanya lapangan pekerjaan sehingga terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan mata pencaharian masyarakat, terbukanya peluang berusaha. Adapun tahapan atau alur kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk gambar 1.1 :
24
Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan
Potensi Tambang batubara (Sumberdaya Alam Tak Terbarukan
Dampak *Sosial - Perilaku Masyarakat - Jumlah Kejadian Konflik - Tingkat Migrasi *Ekonomi - Pendapatan - Peluang Berusaha - Mata Pencaharian
Persepsi -
-
Tanggung Jawab Perusahaan(CSR) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Kerusakan Lingkungan
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
1.7 Pertanyaan Penelitian 1.
Penambangan batuba ra berdampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat berdasarkan hubungan signifikan antara persepsi dengan variabelumur, pendidikan dan rata-rata pendapatan masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul.
2.
Penambangan batubara juga berdampak negatif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat berdasarkan hubungan persepsi masyarakat terhadap CSR, PKBL dan kerusakan lingkungan di sekitar kawasan pertambangan batubara terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Lawang Kidul.
25