BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kaum remaja Jepang merupakan bagian populasi yang sangat diperhitungkan
oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota besar terlihat jelas di tempat-tempat keramaian, dimana mereka memakai busana yang mengekspresikan diri mereka masing-masing lalu berkumpul di suatu tempat sambil memamerkan keunikan mode busana original mereka. Oleh karena itu mode busana remaja Jepang ini lebih dikenal dengan sebutan Street fashion.
Di kota Tokyo, ada sebuah daerah distrik yang terkenal sebagai tempat kaum remaja Harajuku berkumpul untuk memamerkan mode busana Street fashion mereka. Menurut Aneka Jepang Kedutaan besar Jepang, no.306/2004 (2), Jepang Dewasa ini, hal.12, Street fashion membawa dampak dinamis yang besar secara global, baik di Jepang sendiri hingga ke negara-negara lain. Hal ini menyebabkan kota Tokyo menjadi pusat perhatian sekaligus titik fokus dari mode busana Street fashion yang menyebar hingga ke berbagai negara. Aneka Jepang Kedutaan besar Jepang, no.306/2004 (2), Jepang Dewasa ini, hal.12, juga menjelaskan faktor utama yang mendorong para kaum remaja di Jepang tertarik mengenakan busana Street fashion adalah karena mereka ingin menikmati sepenuhnya masa remaja dan masa muda sebebas-bebasnya, terutama dalam hal berpakaian.
-1-
Menurut http://www.liputan6.com/view/, Liputan6 SCTV, 9 Januari 2006, semakin banyak kaum remaja Jepang yang tertarik mengenakan mode busana ala Eropa ini. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup kaum muda Jepang di Tokyo, tepatnya di kawasan Shibuya, Harajuku, dan Shinjuku. Dalam pengamatan SCTV tersebut, kaum muda Jepang sekarang ini semakin berani dalam mengekspresikan dirinya, salah satunya melalui mode busana yang terkenal ekstrim dan unik. Kendati demikian, kesibukan warga Jepang yang sangat khas dalam menghargai waktu, masih tetap terlihat. Pemandangan serupa juga dapat dilihat di sebuah pusat perbelanjaan di Jepang. Di kawasan ini, kaum muda dari berbagai daerah di Tokyo, tampil dengan berbagai mode busana. Selain di Shibuya, kaum muda Jepang lainnya juga kerap berkumpul di kawasan Harajuku. Bahkan, kawasan ini dikenal dengan sebutan kota pusat mode Jepang. Hal ini dikarenakan, di kawasan ini mereka dapat berpakaian dengan leluasa dan sebebas mungkin, tanpa ada yang mengomentari keunikan mode busananya. Gaya berbusana mereka menjadi populer dan diikuti di beberapa daerah lainnya di Jepang.
Namun, pada malam hari kaum muda Jepang lebih menyukai kawasan Shinjuku. Karena, di kawasan ini banyak tempat-tempat yang dapat mereka gunakan untuk berkumpul bersama. Selain untuk berkumpul atau berbelanja, Shinjuku juga menjadi tempat batu loncatan bagi kelompok-kelompok pemusik amatir yang ingin mencoba meniti karir. Pasalnya, tak sedikit kelompok musik yang kini terkenal di Jepang, mengawali karirnya di kawasan ini.
Dalam http://www.liputan6.com/view/, Liputan6 SCTV: Gaya Hidup Kaum Muda Jepang di Tokyo, 9 Januari 2006, juga menjelaskan bahwa kawasan Harajuku merupakan sebuah kawasan yang terkenal sebagai ‘dunia kaum muda’, karena kawasan -2-
ini menyediakan berbagai macam busana yang ekstrim dan unik lengkap dengan segala aksesorisnya. Kawasan ini juga kerap menjadi tempat berkumpulnya kaum muda Jepang yang ingin memamerkan mode busana mereka. Di sini kaum muda Jepang dengan bangga menunjukan hasil karyanya dengan berjalan kesana-kemari bagaikan peragawati ternama dan membuat tempat ini seolah-olah bagaikan sebuah catwalk. Pada hari minggu banyak sekali dijumpai kaum muda dengan pakaiannya yang eksentrik bagi orang awam. Kaum muda yang sebagian besar didominasi oleh kaum perempuan berkumpul di kawasan ini, seolah ingin ‘unjuk gigi’ agar mode busana yang mereka kenakan dapat dilihat oleh orang banyak. Pada kenyataannya banyak orang yang datang melihat mereka, dan menjadikannya sebagai event pertunjukan mode busana yang menarik, termasuk turis-turis asing. Biasanya kaum muda Jepang ini memiliki komunitas sendiri dan datang berkelompok dengan tema busana yang sejenis, mereka berjalan kesana-kemari dan berfoto bersama. Hal ini mendeskripsikan sebuah sisi lain dari Jepang sebagai salah satu negara maju yang memiliki sistem yang mapan, berteknologi tinggi, dan terkenal akan etos kerja kerasnya.
Dalam http://mataair.blogspot.com/2004/05/ini-bukan-jepang-ini-harajuku.html, Ini Bukan Jepang, Ini Harajuku, 9 Januari 2006, dipaparkan mengenai gambaran lain dari masyarakat Jepang selama ini yang terkenal akan workaholic-nya ternyata juga memiliki sisi lain yang terkesan ingin memberontak dan bebas dari kesibukannya seharihari. ‘Aneh! Unik! Eksentrik!’, dan masih banyak lagi sebutan yang layak disandang oleh mereka, para anak muda ini. Jauh dari kesan Jepang yang serius, diam, sibuk, berjalan tergesa-gesa seolah mengejar sesuatu, sopan, tidak mengganggu urusan orang lain, stress dan sebagainya. Ataukah mereka memberontak atas kemapanan yang telah diperolehnya serta persaingan yang ketat? Kejenuhan akan keadaan sekitar yang selalu berjalan serba cepat? Bosan -3-
dengan segala bentuk kehidupan yang secara materi kesemuanya telah terpenuhi? Mungkinkah mereka sekedar mengikuti arus gelombang budaya global yang pengaruhnya tak bisa dibendung? Inikah yang namanya ekspresi diri atau sekedar mencari sensasi? (http://mataair.blogspot.com/2004/05/ini-bukanjepang-ini-harajuku.html, Ini bukan Jepang, Ini Harajuku, 9 Januari 2006)
Menurut animonster vol.68, 38-42, Gothic Lolita atau lebih dikenal dengan sebutan gosurori adalah mode fashion yang diilhami dari pakaian zaman Victoria pada abad 19. Awalnya, kata lolita disini sebenarnya lebih merujuk pada judul novel karya Vladimir Nabokov pada tahun1955 yang mengkisahkan pria setengah baya yang jatuh cinta pada seorang gadis kecil, kata Gothic Lolita di sini sebaiknya jangan dicampur adukkan dengan istilah lolita complex ( yang berarti orang dewasa yang menyukai anak kecil), tetapi istilah Gothic Lolita di sini memiliki konteks fashion style yang diidentikkan dengan mode busana gaun dari anak perempuan zaman Victoria pada abad 19, yang berupa gaun panjang berenda, berpita, dengan hiasan manik-manik dan aksesories lucu., yang biasanya terinspirasi dari gaun boneka. Dalam Anima vol.24, 66-67, dijelaskan mengenai mode Gothic Lolita yang biasa dipadu dengan make-up ala Visual kei yang memberikan kesan psycho. Di Jepang sendiri terdapat beberapa toko yang menjual hal-hal yang berbau Gothic Lolita, baik gaun maupun aksesorisnya. Bahkan ada restoran yang khusus untuk Gothic Lolita dengan nuansa dark dan menu-menunya yang seolah-olah adalah darah yang dihisap oleh drakula. Menurut animonster vol.68, 41, Gothic Lolita mulai merambah ke luar Jepang seiring dengan booming anime (animasi Jepang), manga (komik Jepang), dan J-rock (Musik rock Jepang), dan telah menjadi mode busana yang cukup diminati. Diantara -4-
berbagai budaya tersebut yang paling popular di berbagai negara di luar Jepang adalah, Gothic Lolita, visual kei dan cosplay. Masyarakat Jepang tidak hanya tampil berani dengan dandanan yang terkesan ektrim, tetapi juga pandai dalam memberikan nilai tambah dan kesan yang menarik dalam berbusana, sehingga mampu membuat orang lain menjadi kagum. Mode busana Gothic Lolita ini sangat kental nuansanya dalam band-band J-rock yang akhir-akhir ini semakin digandrungi oleh kaum muda lalu merambah menjadi komunitas yang lebih besar, seperti yang bisa kita lihat disalah satu daerah kota besar, seperti Harajuku. Komunitas ini juga dapat dilihat di Indonesia, di daerah Gelora Bung Karno-Senayan yang sering dijadikan tempat berkumpulnya komunitas ini pada hari-hari tertentu. Alasan pemilihan judul ini dilatar belakangi ketertarikan penulis akan Fashion Jepang modern khususnya Gothic Lolita yang muncul sekitar tahun 1999 hingga sekarang pada awalnya masih dipopulerkan oleh band-band Jepang seperti X-Japan, Malice Mazer, Moi dix mois, Vidoll, Baiser dan masih banyak lagi. Selain itu, kaum muda Jepang sangat kreatif dan memiliki ide menarik dalam mengembangkan dunia mode busana mereka. Hal inilah yang membuat penulis tertarik ingin meneliti mengenai mode busana kaum muda Jepang. Ciri khas dari mode busana Jepang adalah, mereka berani memadukan corak dan warna yang terkesan eksentrik. Bagi mereka, berani mengenakan busana yang tidak matching bukanlah problem untuk tampil di depan umum, bahkan mereka juga berani berdandan dengan ekstrim. Itu adalah daya tarik kebudayaan mereka (khususnya bagi anak muda di Jepang) yang membuat saya tertarik untuk meneliti dan mendalami mode busana mereka. Dengan melihat perkembangan mode busana di berbagai negara di luar -5-
Jepang, juga menunjukan bahwa J-style (gaya ala Jepang) pun makin merambah ke berbagai negara dan menjadi trendsetter hingga saat ini. J-style memberikan pengaruh yang signifikan bagi setiap negara yang ikut menganut budaya tersebut. Pengaruh tersebut antara lain, cosplay, Gothic Lolita style, angura kei, ero guro, visual kei, ganguro, ko-gals dan sebagainya. 1.1.1 Sejarah Masuknya Budaya Barat ke Jepang Menurut G.B.Sansom (1997:416-417), pada tahun 1542 ada tiga orang Portugis yang sedang menuju ke Cina yang tiba-tiba terkena angin topan dan terdampar di pulau Tanegashima, yaitu sebuah pulau kecil di dekat pantai Oosumi, bagian dari pulau Shimatzu. Mereka disambut baik oleh masyarakat Jepang saat itu, dan menyebabkan kehebohan yang luar biasa di masyarakat Jepang. Orang-orang Jepang, yang tidak pernah melihat senjata api, bermaksud membuat tiruan senjata itu. Berita mengenai kedatangan orang-orang asing tersebut dengan cepat menyebar ke negara lain seperti Malaysia.Dan sejak saat itu, masyarakat Jepang mulai menyerap kebudayaan Barat seperti teknologi (peta, alat-alat musik, jam, dan lainnya), agama (Kristen), ilmu pengetahuan (filosofi, matematika, dan lainnya), pakaian, dan sebagainya.
1.2
Rumusan Permasalahan Dalam skripsi ini penulis akan meneliti mengenai mode busana Jepang yang
sedang trend saat ini, khususnya mode busana Gothic Lolita yang sedang booming di kalangan remaja Jepang. 1.3
Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan membahas tentang mode busana kaum remaja Jepang sebagai salah
satu contoh westernisasi di Jepang, yang juga merupakan sebuah akulturasi budaya di -6-
Jepang khususnya mode busana Gothic Lolita, yang diidentikkan dengan gaya gaun dari anak perempuan zaman Victoria pada abad ke-18 yakni, Ama-Rori (Sweet Lolita), ShiroRori( Shiroi Lolita), Kuro-Rori (Kuroi Lolita), Pink-Rori (Pink Lolita),Mizuiro-Rori, Princess Lolita dan Prince Lolita, dan Classic Lolita. 1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui skripsi ini adalah agar dapat
berguna bagi pembaca untuk memahami dan memperluas wawasan mengenai mode busana Gothic Lolita yang sedang populer di kalangan remaja Jepang khususnya yang menggemari bidang mode busana Jepang, sekaligus sebagai salah satu contoh westernisasi yang juga merupakan sebuah akulturasi budaya di Jepang. 1.5
Metode Penelitian Metode yang diambil penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode
kepustakaan yaitu mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari bukubuku, dimana penulis akan meminjam atau mencari buku-buku tersebut di perpustakaan, Japan Foundation, perpustakaan Universitas Bina Nusantara dan internet. 1.6
Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi beberapa bab,
antara lain adalah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini memberikan gambaran mengenai latar belakang serta alasan pemilihan judul, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang dipakai oleh penulis serta sistematika skripsi.
-7-
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan tentang teori–teori yang akan digunakan untuk meneliti mode busana Gothic Lolita, yaitu sejarah masuknya budaya Barat ke Jepang, westernisasi, pembentukan kepribadian, perubahan sosial budaya, perilaku menyimpang, serta budaya muda dan trend Japanese Fashion Street. BAB 3 ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan analisis tentang mode busana Gothic Lolita di kalangan remaja Jepang sebagai salah satu contoh westernisasi di Jepang. BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari bab 3 dan saran yang berisikan masukan dari penulis.
BAB 5 RINGKASAN Dalam bab ini akan diberikan ringkasan isi skripsi secara singkat, latar belakang, rumusan penelitian, serta tujuan penelitian dan hasil penelitian.
-8-