BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas tinggi, tetapi juga menghadirkan muatan-muatan moralitas yang sangat bermanfaat untuk pendidikan budi pekerti. Buktinya: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations Education Scientifics anda Cultural Organization (UNESCO) mengeluarkan sertifikat tertanggal 7 Nopember 2003 yang isinya menyatakan bahwa wayang Indonesia sebagai karya agung budaya dunia (masterpiece of the oral and intangible of humanity) (Yasasusastra, 2011). Oleh karena wayang kini sudah menjelma menjadi kebudayaan bangsa Indonesia yang diakui dunia maka sangat penting saat ini untuk mengenalkan wayang, dan tentu saja jalinan kisahnya kepada para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Terlebih kini bangsa Indonesia sedang mengalami degradasi karakter dan budaya yang bila tidak dicegah secara dini, dikhawatirkan akan memunculkan masalah secara menyeluruh bagi negara Indonesia kelak. Selain itu kisah pewayangan sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tindakan pencegah terjadinya degradasi tersebut. Karena kisah pewayangan dibuat memang dengan tujuan untuk mendidik. Seperti yang diungkapkan Yasasusastra (2011), diharapkan setelah memahami kisah pewayangan, para siswa dapat memetik pelajaran dengan mengetahui perilaku yang baik untuk bisa diteladani dan watak atau sikap yang buruk untuk dijauhi. Kisah-kisah pewayangan, baik Mahabarata maupun Ramayana pernah begitu populer pada tahun 1960-an berkat seorang komikus tanah air bernama R.A. Kosasih (dianugerahi sebagai bapak komik Indonesia) yang menghasilkan karya serial wayang Mahabarata dan Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ramayana (R.A. Kosasih menggunakan judul Rama dan Sinta) dalam bentuk komik yang diterbitkan oleh Penerbit Melodie. Dalam situs www.komikindonesia.com, Suroto mengatakan R.A Kosasih sebagai seorang komikus lebih dikenal luas dibandingkan komikus lainnya karena mampu menyadur karya sastra kelas berat menjadi komik yang notabene adalah produk populer. Pada saat itu komik sempat dihujat karena dianggap produk murahan dan berakibat buruk bagi anak-anak. R.A. Kosasih kemudian tergerak untuk membuat komik cerita rakyat yang berisi pesan moral. R.A. Kosasih kemudian berpikir membuat komik dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang punya pesan moral dan sudah mengakar dalam budaya Indonesia. Selanjutnya serial Mahabharata menjadi best seller (1954) dan berhasil mengubah citra komik menjadi bacaan yang mendidik (www.komikindonesia.com). Tidaklah berlebihan ketika budayawan Seno Gumira Ajidarma pernah berkata, ”Siapa pun yang menjadi presiden, sebaiknya ia tidak lupa memberi penghargaan kepada R.A. Kosasih dengan
bintang
Mahaputera,
karena
memang
orang
tua
ini
seorang
mahaputera
(www.komikindonesia.com)”. Karena komik, khususnya Mahabarata dan Rama dan Sinta (Ramayana) dilihat dari kisahnya sangat menarik, sarat dengan nuansa budaya, pendidikan, dan nilai-nilai karakter, membuat peneliti merasa perlu mengenalkan komik tersebut kepada para siswa, terlebih komik tersebut kini sulit didapat. Bilapun ada, harganya yang relatif mahal untuk setingkat siswa membuat komik tersebut semakin tidak dikenal dan jarang dibeli oleh para siswa. Selain itu, peneliti ingin pula menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui media komik Rama dan Sinta antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional di kelas X SMA Bina Muda. Hipotesis tersebut ingin dijawab, karena menulis cerpen pada kenyataannya bukan tugas yang mudah. Dari observasi awal peneliti menemukan kenyataan bahwa di SMA Bina Muda Kelas X para siswa memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa sejak awal berasumsi bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit. Selain itu siswa juga kurang mampu berimajinasi dan menuangkan imajinasinya ke dalam tulisan cerpen. Terlebih waktu yang tersedia untuk berlatih menulis cerpen sangat minim. Menulis, termasuk di antaranya menulis cerpen, adalah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari siswa selain berbicara, menyimak, dan membaca. Tarigan (2008: 1) mengatakan keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun demikian, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Menulis adalah keterampilan yang bersifat aktif dan relatif dianggap susah dibandingkan tiga keterampilan lainnya. Hal itu disebabkan karena dibutuhkan proses belajar dan latihan yang terus-menerus agar kemampuan menulis dapat meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan (Tarigan, 2008). Kemampuan menulis tidak akan diperoleh secara serta merta. Menulis merupakan hasil dari integrasi antara kemampuan membaca, menyimak, dan bahkan berbicara. Tarigan (2008:1) menyebutnya dengan Konsep Catur-Tunggal, karena setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara beraneka ragam.
Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Cerita pendek atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu tulisan fiksi yang paling banyak ditulis orang. Hampir setiap media massa yang terbit di Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau dua cerpen. Seolah-olah, tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan pemancar radio-radio siaran juga punya rubrik cerpen yang diasuh secara berkala. Seolah-olah cerpen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang disiarkan melalui radio. Bukan tidak mungkin ada penggemar berat cerpen. Ini terbukti dengan adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala secara terus-menerus (Thahar, 2009: 1) Secara tersurat Thahar (2009: 1) mengatakan cerpen menjadi karya sastra yang menarik, termasuk bagi siswa. Beberapa sastrawan banyak pula yang sepakat dengan apa yang dikatakan Thahar. Beberapa bahkan mengatakan bahwa cerpen dapat digunakan sebagai pintu gerbang agar siswa mampu mengapresiasi karya sastra yang lebih berat seperti mengapresiasi novel dan puisi. Cerpen juga dapat digunakan sebagai media agar siswa semakin memahami dan merasakan bahwa membaca dan menulis ternyata dapat begitu menyenangkan. Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti merasa tertarik untuk mengenalkan komik wayang beserta kisahnya yang sarat dengan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tidak hanya mengenalkan komik wayang, peneliti juga merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan apakah dengan menggunakan media sastra berupa komik Rama dan Sinta kemampuan menulis cerita pendek siswa akan meningkat? Penelitian mengenai komik sesungguhnya bukan hal baru karena sudah diangkat oleh seorang peneliti bernama Suci Sundusiah (2008), mahasiswa pascasarjana Universitas
Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendidikan Indonesia. Judul penelitiannya adalah Respons Pembaca Anak terhadap Cerita yang Ditransformasikan ke dalam Komik. Hasilnya, respons oleh peneliti tersebut dibagi ke dalam rentang usia. Untuk anak berusia enam tahun, respons yang didapat adalah tersenyum dan tertawa, bertanya atau menanggapi dengan satu kata, merespons satu peristiwa dalam cerita, merespons maksimal 2 tokoh dalam cerita, merespons cerita dengan baik, merespons latar dengan baik, merespons tokoh baik dan buruk tapi belum mampu menjelaskan secara verbal. Untuk anak berusia tujuh tahun, mampu membedakan kisah yang baik dan buruk, merespons spontan cerita melalui sikap visualisasi, merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons tiga tokoh cerita, merespons dengan baik latar, dan nilai budaya cerita. Pada anak berusia delapan tahun, anak cenderung menjadi analisator dalam mendengarkan cerita, merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons sedikitnya 3 tokoh, merespons dengan baik latar budaya dan nilai, serta kisah baik dan buruk sudah mampu dibedakan. Penelitian mengenai Pemetaan pikiran pernah dilakukan oleh Wayan Pageyasa, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Judul penelitian tesisnya adalah Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga Malang Melalui Strategi Pemetaan
pikiran
(http://haveza.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan rancangan penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa strategi pemetaan pikiran terbukti mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo Malang. Kesimpulan ini diperoleh dari adanya fakta yaitu: 1) siswa mampu mengumpulkan bahan pembicaraan, 2) siswa mampu membuat kerangka Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembicaraan, 3) siswa mampu menguraikan kerangka pembicaraan secara spesifik, 4) siswa mampu dalam mengkreasikan kerangka pembicaraan, dan 5) siswa mampu berbicara akurat, relevan, lancar, terstruktur, terurut, jelas, paham dengan isi pembicaraan, relatif nyaring, dan efektif. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dalam pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen), di antaranya sebagai berikut. Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka berasumsi bahwa menulis cerpen adalah suatu kegiatan yang dianggap sulit karena mereka merasa kesulitan dalam mengungkapkan gagasan dan menuangkan imajinasinya menjadi kumpulan kalimat yang koherensi dan kohesi; Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka terbiasa dengan pembelajaran terlangsung, sehingga mereka tidak mampu berpikir kreatif dan cenderung takut mencoba dan berbuat salah; siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka merasa media pembelajaran yang digunakan guru tidak menarik sehingga menimbulkan suasana pembelajaran yang tidak menarik pula. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pemetaan pikiran komik Rama dan Sinta? 2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina Muda?
Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan media komik Rama dan Sinta sebagai media sastra melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina Muda? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? 5. Bagaimanakah profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina Muda Cicalengka? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini selain bertujuan untuk mengenalkan komik Rama dan Sinta serta cerita mengenai pewayangan agar Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka mengenal budayanya sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut. 1. Membuat pemetaan pikiran dari komik Rama dan Sinta. 2. Membuat perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina Muda. 3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berbasis nilai karakter dengan menggunakan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina Muda.
Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Mendeskripsikan apakah media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen berbasis nilai karakter di kelas X SMA Bina Muda. 5. Mendeskripsikan profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina Muda Cicalengka. 1.5 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam pengetahuan ihwal media pembelajaran, terutama media pembelajaran yang bertemakan budaya nasional bangsa Indonesia, yaitu komik pewayangan. 2) Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan hal-hal: a. memberikan petunjuk praktis tentang alternatif media pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media komik pewayangan; b. memberikan peluang-peluang penelitian lanjutan terutama mengenai komik pewayangan yang sarat dengan budaya dan nilai-nilai karakter yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran; c. meningkatkan kemampuan siswa agar mampu menulis cerpen sekaligus mengenal budaya dan nilai-nilai karakter, berpikir, dan berimajinasi. 1.6 Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X antara siswa yang Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memperoleh pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 1.7 Definisi Operasional 1. Penggunaan komik Rama dan Sinta dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran adalah adalah bacaan bertipografi komik berkisah mengenai perjalanan Rama menyelamatkan Sinta yang dijadikan sarana media pembelajaran sastra untuk meningkatkan kegiatan kreatif menulis cerpen berorientasi nilai karakter. Pembelajaran tersebut diterapkan kepada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran. Pemetaan pikiran adalah metode yang akan digunakan untuk menjelaskan isi dari komik tersebut. Dengan metode tersebut Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka akan diajak untuk memahami media komik dengan penekanan pada Pemetaan pikiran, ide, kreatifitas, dan imajinasi. Berikut adalah langkahlangkahnya. a. Menuliskan ide sentral dengan kreatifitas sendiri di bagian tengah kertas. b. Membuat cabang-cabang utama (mewakili pikiran utama) yang memancar dari ide sentral. c. Cabang utama dibuat berupa garis lengkung berwarna. d. Menuliskan kata kunci tunggal di setiap cabang utama. e. Membuat cabang-cabang tingkat dua, tiga, empat, dan seterusnya yang memancar dari cabang utama. 2. Kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter merupakan kemampuan menulis kreatif berupa cerpen yang koheren dan kohesi dari segi tema, tokoh, karakter tokoh, penggambaran plot, dan diksi Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka. Kekoheren Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan kekohesian cerpen tersebut harus bermaterikan nilai karakter jujur, bertanggung jawab, disiplin, menghargai dan menghormati orang lain, serta peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. Nilai karakter yang ada dalam cerpen tersebut diadaptasi dari media Komik Rama dan Sinta yang telah dipelajari sebelumnya dengan menggunakan Strategi Pemetaan pikiran.
Reka Yuda Mahardika, 2012 Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu