ARTIKEL ILMIAH
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SWISHMAX 4 PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK SISWA KELAS XI MA LABORATORIUM KOTA JAMBI
OLEH : PUPUT DESMIKA RSA1C110016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI 2014
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SWISHMAX 4 PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK SISWA KELAS XI MA LABORATORIUM KOTA JAMBI PUPUT DESMIKA1) 1)
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Jambi, Jalan Jambi-Ma.Bulian Km 15 Mendalo Darat Jambi, Email :
[email protected]
ABSTRAK Multimedia pembelajaran diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan yang belajar sehingga secara sengaja proses pembelajaran terjadi, betujuan dan terkendali. Penelitian Pengembangan Multimedia bertujuan untuk mengembangkan multimedia pembelejaran berbasis swishmax 4 pada materi Termokimia untuk siswa kelas XI MA Laboratorium Kota Jambi dan untuk mengetahui respon siswa terhadap multimedia pembelejaran berbasis swishmax 4 pada materi Termokimia untuk siswa kelas XI MA Laboratorium Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengadaptasi model pengembangan ADDIE, Lee and Owen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa angket validasi media, validasi materi dan respon siswa terhadap multimedia yang dikembangkan. Hasil penelitian ini adalah sebuah produk yakni multimedia pembelajaran
Termokimia dengan
menggunakan Sofware Swishmax 4. Persentase dari validasi ahli media 85% dapat dikategorikan baik, hasil validasi materi 86% dikategorikan sangat baik, dan respon siswa terhadap media 89,6% dengan kategori sangat baik. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa produk multimedia pembelajaran yang dikembangkan ini layak dan menarik untuk digunakan serta tanggapan siswa terhadap multimedia pembelajaran yang ditampilkan juga sangat baik. Kata kunci : Multimedia pembelajaran, Termokimia, Swishmax 4. I.
PENDAHULUAN
Pada abad 21 ini, Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama untuk bidang pendidikan saat ini terus bekembang. Modernisasi pada pendidikan membuat segala sesuatunya menjadi lebih lancar dan mudah, beberapa faktor pendukung pendidikan adalah internet, fasilitas Wifi, dan komputer atau laptop yang dijadikan sebagai penunjang kemajuan
pada pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini guru dituntut untuk lebih kreatif dan dapat memanfaatkan teknologi yang ada secara maksimal. Dengan pemanfaatan teknologi di dalam dunia pendidikan, diharapkan akan semakin memberdayakan proses belajar mengajar menjadi lebih kreatif dan kompetitif. Pada saat ini, banyak sekolah yang telah memiliki fasilitas yang memadai seperti komputer atau laptop, wifi dan LCD Proyector, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal fasilitas yang ada tersebut dapat dimanfaatkan oleh para guru dan siswanya dalam menunjang proses pembelajaran. Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa setiap guru harus dapat memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Kompetensi guru di bidang TIK juga merupakan salah satu yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2009, Bab II bagian Kesatu Pasal 3, yakni bahwa guru harus menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Pada Peraturan Pemerintah tersebut juga dijabarkan bahwa guru harus kompeten dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran dan mampu mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Banyak siswa yang kurang memahami materi kimia, bukan karena siswa tersebut tidak pintar namun mereka perlu cara penyajian materi yang menarik baik dari segi penyampaian, model, metode dan media yang digunakan. Materi termokimia tidak termasuk materi yang sulit, akan tetapi dari hasil observasi yang telah dilakukan pada umumnya siswa menyatakan materi ini cukup sulit dikarenakan butuh pemahaman maksimal tentang konsep termokimia. Dalam materi ini tidak hanya dibutuhkan kemampuan dalam menganalisis asas kekekalan energi, membandingkan reaksi eksoterm dan endoterm, serta membedakan sistem dan lingkungan namun juga sangat dibutuhkan adanya kemampuan untuk menganalisis dan menghitung perubahan entalpi . Dari hasil observasi juga, pada umumnya guru kimia dalam mengajar materi termokimia masih jarang menggunakan animasi ataupun gambar-gambar yang menarik untuk mendukung penjelasan tentang materi termokimia. Dalam hal ini siswa hanya bisa berimajinasi sendiri sehingga siswa sulit untuk menganalisis konsep tersebut secara maksimal. Suryasubrata
(2002:77)
mengemukakan
secara
perorangan,
ketuntasan
belajar
dinyatakan telah terpenuhi jika seorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajarinya. Dari pernyataan ini dapat dikatakan hampir seluruh dari jumlah siswa kelas XI MA di Kota Jambi telah mencapai ketuntasan
belajar, akan tetapi jika dilihat dari nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa masih ada yang belum bisa melewati nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) pada materi ini. II. KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks, terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, salah satu pertanda seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Arsyad,2010). B. Multimedia Pembelajaran Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Selain itu pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan
yang
memungkinkan
terjadinya
proses
belajar.
Jadi
dalam
pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yangbersifat relatif konstan. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang dignakan dalam proses pembelajran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. C. Termokimia Termokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang tentang kalor reaksi dan juga merupakan salah satu bagian pembahasan termodinamika. D. Swishmax 4 Swishmax adalah Alternatif untuk aplikasi Flash bagi pemula. Swishmax merupakan program pembuat animasi untuk menghasilkan animasi Flash tanpa menggunakan Adobe Flash™. Swishmax sangat mudah dipelajari dan dapat membuat animasi dengan teks, gambar, grafik dan suara dalam waktu singkat.
Dibanding dengan software animasi lainnya, swishmax sangat mudah digunakan terutama buat pemula karena koleksi script dan effectnya yang mudah dicerna dan di modifikasi, dan jika ingin menghasilkan hasil Flash secara Image Oriented di swishmax itu tergantung dari pengeditan gambar sebelumnya yang akan ditampilkan di animasi tersebut, editing gambar bisa dilakukan di Adobe Photoshop dan sejenisnya tergantung selera. III.METODLOGI PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan Penelitian
pengembangan
multimedia
pembelajaran
Termokimia
ini
mengadaptasi model pengembangan dari Lee & Owens (2004) dengan alur Analisis, Desain, Development (pengembangan), Implementasi, dan Evaluasi (ADDIE). B. Prosedur Pengembangan Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengembangan yaitu : analisis kebutuhan, analisis karakteristik siswa, analisis tujuan, analisis materi, analisis media. Tahap desain yaitu pembuatan draft multimedia pembelajaran interaktif. Draft ini akan berguna untuk membuat Flowchart. Selanjutnya dari Flowchart dibuat storyboard yang bisa menjadi dasar untuk membuat media pembelajaran. Tahap pengembangan yaitu dengan membuat produk awal, kemudian produk tersebut divalidasi oleh tim ahli yaitu: ahli materi dan ahli media. Produk yang telah divalidasi kemudian direvisi sesuai dengan saran dari ahli media. Setelah itu baru didapatkan produk jadi yang siap diuji cobakan kepada siswa. Tahap implementasi yaitu produk yang telah direvisi sesuai saran tim ahli (ahli materi dan ahli media) dan dinyatakan layak untuk diuji cobakan. Uji coba ini dilakukan pada kelompok kecil yaitu 10 orang siswa. Tahap evaluasi ini tidak dilakukan karena keterbatasan. Tapi sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Revisi oleh ahli media dan ahli materi yang dilakukan sebanyak dua kali menggunakan angket validasi media dan angket validasi materi, serta menggunakan angket respon siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap media pembelajaran yang telah dibuat.
C. Analisis Data Uji coba produk ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang kualitas media pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi yang efektif. Data-data tersebut digunakan untuk memperbaiki dan meyempurnakan media pembelajaran bentuk molekul yang merupakan produk penelitian ini. Dengan uji coba kualitas media pembelajaran yang dikembangkan benar-benar teruji secara empiris tidak hanya sekedar teoritis saja. Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data yang akan diperoleh dalam penelitian pengembangan ini adalah jenis data yang diambil dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tim validasi yaitu tim ahli materi dan tim ahli media berupa isian angket yang berisikan saran dalam perbaikan multimedia pembelajaran bentuk molekul ini. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari siswa (responden) mengenai penilaian terhadap multimedia pembelajaran kimia dengan menggunakan software SWiSH Max 4 yang telah dibuat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Analisis Didapat pula data bahwa 89,6 % dari 10 orang siswa tersebut menyatakan bahwa materi termokimia merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit dipahami. Oleh karena itu, pengembangan media pembelajaran termokimia dapat membantu siswa sehingga dapat dengan mudah memahami konsep termokimia dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tahap
selanjutnya
adalah
melakukan
analisis
tujuan,
yakni
tujuan
pembelajaran tentang penguasaan kompetensi yang ditargetkan untuk dicapai sesuai dengan KTSP SMA. Termokimia dipilih menjadi materi yang dikembangkan pada multimedia pembelajaran ini karena materi termokimia dinyatakan cukup sulit dengan data yang dapat dari hasil observasi pada angket analisis kebutuhan. Oleh sebab itu penulis mengembangkan materi ini pada multimedia dengan menggunakan software Swishmax 4. Beberapa materi yang akan dituangkan dalam multimedia pembelajaran ini, diantaranya adalah Hukum kekekalan energi, sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm, Persamaan Termokimia dan entalpi beserta perubahan entalpi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang dibagikan kepada 10 orang siswa MA Laboratorium Kota Jambi dan peninjauan langsung ke lokasi, diketahui bahwa SMA ini telah memiliki sarana dan prasarana pendukung Information Communication and Technology (ICT) yang memadai seperti laboratorium komputer, Liquid Crystal Display Projector (LCD projector), serta speaker aktif yang dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran.
B. Pembahasan Hasil Validasi Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan validasi yang pertama, maka dari hasil validasi yang kedua menurut validator multimedia yang ditampilkan dinyatakan layak untuk diujicobakan pada kelompok kecil. dengan perolehan skor 64 dan dikategorikan “sangat baik” (ditinjau dari tabel 3.6). Media yang baik didukung oleh pendapat Mayer dalam Dasmir (2014), mengatakan ada 12 prinsip desain media yaitu prinsip koherensi, prinsip sinyal, prinsip redudansi, prinsip pendekatan spasial, Prinsip pendekatan temporal, prinsip segmentasi, prinsip prapelatihan, prinsip model belajar, prinsip multimedia, prinsip personalisasi, prinsip suara, dan prinsip gambar/slide (interaktif). Dari hasil validasi yang pertama lalu dilakukan perbaikan dan kemudian divalidasi lagi oleh validator. Validasi yang kedua memperoleh skor 65 dengan kategori “sangat baik” merujuk pada tabel 3.6 kategori tingkat validasi materi. Menurut Yamasari (2010), materi yang valid mencakup 3 aspek yaitu aspek format, aspek isi dan aspek bahasa. Materi dalam mdia pembelajaran bentuk molekul mencakup ketiga aspek tersebut. Aspek format berupa keserasian dan kesesuaian warna. Aspek isi berupa kesesuaian materi dalam media, kejelasan animasi dalam media pembelajaran. Aspek bahasa berupa kebakuaan bahasa yang digunakan, kemudahan dalam memahami bahasa yang digunakan. Pada validasi kedua terdapat sedikit perbaikan, yaitu animasi media harus dibuat sesuai dengan KTSP sehingga menarik untuk dilihat, penyampaian kalimat atau penjelasan materi dalam animasi harus menggunakan kata-kata baku. Dari hasil validasi yang kedua menurut validator media yang ditampilkan layak untuk diujicobakan pada kelompok kecil. C. Respon Siswa Terhadap Multimedia Setelah produk didesain, dikembangkan, dan divalidasi oleh tim ahli, selanjutnya produk siap untuk diujicobakan kepada siswa. Uji coba yang dilakukan
hanya sebatas uji coba kelompok kecil yaitu 10 orang siswa kelas XI MA Laboratorium Kota Jambi. Berdasarkan tabel rekapitulasi nilai hasil uji coba kelompok kecil tersebut menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran menggunakan software SWiSH Max 4 pada materi Termokimia ini dikategorikan “sangat baik” dengan skor 67,2. Teknik analisis menggunakan rumus rata-rata, dimana : Persentase jawaban Keterangan : F = jumlah skor hasil uji coba N = Jumlah skor maksimal. Berpedoman pada hal tersebut, skor maksimal adalah 75 sedangkan jumlah skor yang diperoleh 60,4. Maka persentasenya adalah : 67,2/75×100%=89,6% . Berdasarkan hasil persentasi skor dengan nilai 89,6% dan melihat data table skala penilaian kualifikasi produk, maka produk yang dikembangkan oleh pengembang dapat dikategorikan sangat menarik serta tanggapan siswa terhadap multimedia yang ditampilkan sangat baik. Pada pengisian angket, siswa memiliki komentar umum. Adapun komentar umum dari siswa antara lain : Multimedia yang digunakan untuk pembelajaran bagus dan mudah dimengerti, Multimedia pembelajarannya menarik, sehingga siswa dapat termotivasi untuk mendalami pelajaran kimia,Multimedia yang dikembangkan bagus, Sehingga siswa menjadi tidak bosan saat belajar. Dari komentar tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa multimedia yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan siswa, dikarenakan respon/komentar positif dari siswa dan tidak adanya saran umum dari siswa. V. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan pembahasan tentang pengembangan multimedia pembelajaran termokimia dengan menggunakan software Swishmax 4, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengembangan multimedia interaktif pembelajarmenggunakan software SWiSH Max 4, dilakukan dengamenggunakan model ADDIE yaitu: Analisis, implementasi dan evaluasi. 2. Hasil uji coba kelompok kecil menyatakan bahwa mediakategori “Sangat Baik” dengan persentase 89,6 %.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Darmadi, Hamid. 2007.Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : Grasindo Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: CitraAditya Harto, D. 2008. Multimedia Interaktif. Semarang: UNNES. Lee, W. William & Owen, L. Diana. 2000. Multimedia- Based Instructional Design : Computer-based Training Web based Training Distance Broadcast Training Performance based Solution. Published Online : Pfeiffer Nasution. 1999. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Prasetyanto, S. 2007. Pengembangan Pembelajaran Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Yang Berkualitas. Semarang: UNNES. Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI.Jakarta : Erlangga Roestiyah, N. K. 1982. Didadik Metodik. Bandung: Bina Aksara Santyasa, I. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Ganesha. Sihite, Rimayanti. 2013. Pengebangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Persamaan Reaksi Menggunakan Macromedia Flash 8 Untuk Siswa SMAN 5 Kota Jambi. Jambi: Universitas Jambi. Sudhana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Susilana, R dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran Hakikat Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung : Jurusan Kurtekpend FIP UPI. Susilowati, Endang. 2007. Sains Kimia Prinsip dan Terapannya. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Wahono, R. 2003. Apa itu Komputer, http://www.ilmukomputer.com