Ariesty Kartika
Kerangka Jiwa
Kerangka Jiwa Oleh: Ariesty Kartika Copyright © 2015 by Ariesty Kartika
Cover Picture By: Kahfiya Hasbi
2 ;hingga kata berujung pada kita
Dan akhirnya… Ini adalah kumpulan coretan dan sekelumit kata-kata yang menggambarkan suasana hati penulis dari masa ke masa. Rasanya sedikit takjub mendapati ada begitu banyak puisi yang telah lahir, entah sengaja ataupun tidak, dan rasanya ingin penulis bagi dengan pembaca semua. Siapa sangka kita punya pengalaman yang sama, atau sedikit di antara tulisan ini mampu membangkitkan suatu ingatan. Apapun itu, terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk membaca, atau sekedar melihat-lihat saja. Bagi seluruh inspirasi, kalian adalah jiwa sesungguhnya dalam buku ini. Setiap kata-kata lahir dari persinggungan hidup kita. Ibarat pelarian, kata-kata adalah penciptaan paling romantis saat masygul maupun bahagia. Inspirasi berbuah kata adalah kerangka yang membangun satu demi satu kenikmatan mengingat, saat remah-remah itu dipersatukan dalam kalimat-kalimat petunjuk; petunjuk untuk merasai lagi apa itu kenangan.
Terima kasih.
Kerangka jiwa
3
Sebab padamu, aku telah menanam kenangan…
4 ;hingga kata berujung pada kita
Salah aku kepadamu seolah hujan yang tumpah basah begitu tak terbendung dan ingin ku habiskan segera aku kepadamu seolah belantara tak berbatas begitu sesat seakan dalam labirin tak berjalan keluar aku kepadamu seolah olah kau kepadaku sama rasanya. Depok, 7 April 2014
Kerangka jiwa
5
Kita mengalir saja Katamu, kita mengalir saja. meski entah dimana muaranya meski entah kau dan aku akhirnya berbeda arah. kau tak bisa menggenggam tanganku pun tak juga mau melihat pergiku katamu kita mengalir saja karna bersama atau terpisah nantinya kita cukup mengalir saja. Jakarta, 14 April 2014
6 ;hingga kata berujung pada kita
Karena kamu biru. Karena biru adalah kamu aku berharap langit terus mendung atau berisi awan awan putih menggantung juga lautan biar berombak hitam atau danau menggenang kelam biar waktu aku mendongak ke langit atau menunduk ke lautan kita tak perlu saling bertatapan mencoba memantik nostalgia yang kembali menggelitik seisi hatiku atau menerbangkan kupu-kupu di perutku menebar senyum simpul saat kau lari-larian di lamunku. Padahal dunia dimana ada kamu, semua warna adalah biru. Jakarta, 4 Agustus 2014
Kerangka jiwa
7
... apa hidup jadi hitam putih jika aku tak dapat kau barang sekali?
8 ;hingga kata berujung pada kita
Untuk yang tak hanya hanya hujan yang sama kita rindukan, saat kita sama tak ingin kebasahan. Hujan yang indah, saat aku membayangkan masa kecil kita yang bias... ketika kau dan aku sama terhenyak memandang pelangi, sama kagum mengartikan indahnya biru, hanya bedanya; kau ngungun pada langit musim semi, sementara aku gagu pada riak gelombang yang menepi. hanya hujan yang sama kita inginkan, saat kita sama tak ingin kehilangan.. Depok, 6 Desember 2008
Kerangka jiwa
9
Sekedar bahkan ku tak pinta separuh dari purnama yang kau tawarkan beri aku sekedar sabit dari bibirmu, biar temaram sepi hatiku.....
7 Desember 2009
10 ;hingga kata berujung pada kita
kau akan kemana? ketika langit menghadapkan gelap bahkan bayang pun tak dapat merangkak. aku bukan bertanya, ini suara entah datang darimana. hanya saja jika kau melangkah, aku terseret bahkan tersuruk pun aku ikut. bukankah kau dan aku satu? Depok, 18 April 2010
Kerangka jiwa
11
sumpah! adakah yang lebih indah dari sepasang mata yang melirik ku dari sudut kanannya. ini waktuku di puncak dan memanjat doa, kau tak sekedarnya, bahkan lebih dari sengaja, seperti saat mengukir jejak baru pada gunung yang tunduk di jelajahmu. biar aku jemawa, lalu bermimpi kau lagi di malam berikutnya. Mahali, 24 April 2010
12 ;hingga kata berujung pada kita
Kamis kau lebih setanjakan dan biru jaketmu sepadan warna pagi, lalu kita tinggal sekaki, dan penuh aku bayangmu. dan nafas tinggal satu-satu dan; meski setatapan, kita begitu jauh.....
auditorium, 29 April 2010
Kerangka jiwa
13
pertanyaan. apa yang kulihat dibalik kaos hitam dan sepatu butut mu adalah sebuah penghayatan yang dalam tentang dingin, kalut, dan sepi. tak lekas kau beranjak menghangatkan kekakuan dan kosong matamu yang tergambar pada dagumu yang terangkat tinggi. apakah kau hanya mampu menatap datar sembari mengernyitkan sedikit keningmu. apa yang sebenarnya di hatimu? rasa yang membuncah tentang keberadaan, sebuah kepolosan bahwa hidupmu milikmu tak bersinggungan dengan hidup yang lainnya. tidak pula denganku. tapi kau sejatinya telah berada pada lintasan yang sama ku lewati, apa sepimu juga tak ingin kau bagi? Depok, 11 Mei 2010
14 ;hingga kata berujung pada kita
hari ini, hanya kering dan gerah dari pagi buta ku buka mata badai yang mengguncang hati sejak kemarin kau melintas dikiri tanganku, masih membekas dan sekarang menambah keringat di antara panasnya dinding kamar yang mulai coklat seketika aku hilang kata serupa sapa yang tercekat di lidahmu. 19 Mei 2010
Kerangka jiwa
15