HUBUNGAN MOTIVASI KERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL DENGAN KEPATUHAN PENDOKUMENTASIAN KARTU IBU HAMIL DI PUSKESMAS UPTD KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Oleh : Yulia Sari dan Rusnadiah STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK Angka Kematian Ibu 307/100.000 KH dan Angka Kematian Bayi 35/1000 KH di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asean menjadi prioritas bagi Departemen Kesehatan. Salah satu upayanya adalah Safe Motherhood yang diantaranya mencakup pelayanan antenatal yang perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya oleh bidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi kerja bidan dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Sampel penelitian diambil dari seluruh bidan yang bekerja di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung tahun 2008 yang berjumlah 31 orang yaitu teknik Total Sampling. Pengumpulan data melalui hasil kuesioner dan pengamatan pada kartu ibu yang telah di isi oleh bidan. Analisa data melalui dua tahapan yaitu : univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (Rank Spearman) serta keeratan hubungan (koefisien korelasi). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja bidan dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil dalam kategori sedang ditunjukkan dengan koefisien korelasi = 0,556 dan p-value = 0,001). Disarankan Puskesmas UPTD dan Dinas Kesehatan hendaknya lebih memperhatikan mutu pelayanan antenatal melalui kartu ibu hamil yang diisi oleh bidan dengan baik sesuai teknik pendokumentasian. Motivasi bekerja yang rendah pada bidan koordinator KIA perlu menjadi perhatian bagi pimpinan Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten dengan memberikan penghargaan bagi bidan yang baik dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan bidan diharapkan dapat meningkatkan pendidikannya. Kata Kunci
: Korelasi, Motivasi Kerja, Kepatuhan Pendokumentasian
A. PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu tolak ukur derajat kesehatan suatu negara. AKI di Indonesia masih tergolong tinggi berdasarkan SDKI 2003 yaitu : 307/100.000 Kelahiran Hidup dan AKB 35/1000 Kelahiran Hidup dibandingkan dengan negara-negara ASEAN (Depkes RI, 2005). Dan AKI di Jawa Barat tahun 2003 adalah 321,15/100.000 Kelahiran Hidup dan AKB 44,36/1000 Kelahiran Hidup Angka ini lebih tinggi dari angka nasional. (BPS, 2003 dalam Retnasih, 2008). Sedangkan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya sekitar persalinan dan 90 % terjadi karena komplikasi, dan penyebab tidak langsung
Jurnal Kesehatan Kartika
27
yaitu ibu dalam keadaan kondisi ”4 Terlalu ” sekitar 22,4% (Depkes RI, 2005). Tingginya AKI di Indonesia menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas bagi Departemen Upaya penurunan AKI dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat melalui kebijakan dengan menetapkan target antara lain kunjungan antenatal dengan indikator kunjungan ibu hamil ke 4 (K4) 85% dan persalinan oleh tenaga kesehatan 75% pada tahun 2006 dan 2007. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dalam pencapaian target yaitu K4 86,7% tahun 2006 dan 85,7% pada tahun 2007 sedangkan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2006 hanya 70,8% dan tahun 2007 hanya 73,5%. (Dinkes Kab. Bandung, 2007). Pencapaian kunjungan ibu hamil (K4) telah mencapai target antara lain karena telah meratanya keberadaan puskesmas dan bidan. Namun, target pertolongan persalinan belum tercapai yaitu 75%. Hal ini menggambarkan bahwa ibu hamil telah memeriksakan diri minimal 4 kali ke puskesmas (bidan) namun proses persalinannya tidak dilakukan di bidan. Sedangkan K 4 merupakan gambaran efektifitas pelayanan KIA (Depkes RI, 1994). Pelayanan KIA di puskesmas dilaksanakan oleh beberapa bidan, salah satu diantaranya disebut Bidan Koordinator KIA yang mempunyai peran, tugas dan kualifikasi (Dinkes Kab. Bandung, 2007). Puskesmas merupakan sarana yang dapat melakukan berbagai macam upaya untuk meningkatkan pembangunan yang lebih berdaya guna dan efisien yaitu dengan cara-cara memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sehingga menjangkau semua lapisan masyarakat, meningkatkan mutu pelayanan dengan cara Quality of care dan Quality of service. (Munijaya, 2004). Program KIA di puskesmas menerapkan 3 jenis pendokumentasian yaitu register kohort ibu, kartu ibu, dan KMS ibu hamil (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Laporan Evaluasi Program KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2006 bahwa pendokumentasian pelayanan antenatal pada kartu ibu masih banyak yang tidak dilakukan dengan baik oleh bidan. Tujuan pendokumentasian adalah mengumpulkan, mempelajari dan meggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilainan kinerja (Depkes RI, 2002). Dalam pendokumentasian pada Kartu Ibu terdapat informasi-informasi yang dicatat baik pada kunjungan pertama maupun pada setiap kunjungan. Pendokumentasian yang baik dapat memberikan gambaran pelayanan yang diberikan serta proses yang terjadi pada pelayanan, misalnya konseling apa yang telah dilakukan oleh pelaksana (bidan) pada kunjungan sebelumnya, sehingga ibu hamil mendapatkan informasi kesehatan yang sesuai/efektif dengan kebutuhannya pada setiap kunjungan. (Depkes RI, 2001). Pendokumentasian pelayanan antenatal pada kartu ibu yang dilakukan bidan merupakan bentuk kinerja bidan. Kinerja yang rendah adalah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah. Motivasi dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Gaji yang diterima, kondisi ruangan yang baik, interaksi kerja yang harmonis, penghargaan dari pimpinan dan kesempatan mengikuti pelatihan/pendidikan dapat memberikan dorongan yang positif dalam bekerja (Mangkunegara, 2006). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, di Kabupaten Bandung terdapat 31 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Pada tahun 2007 diantara indikator target kerja yaitu
Jurnal Kesehatan Kartika
28
pencapaian kunjungan K 4 sudah tercapai sebesar 85,7% dari target 85 %. Namun dilihat dalam pencapaian tiap puskesmas ada 31 puskesmas yang tidak mencapai target 85% dari 61 puskesmas yaitu : 50,8% sedangkan persalinan belum mencapai target, dari 61 puskesmas ada 40 yang tidak mencapai target 75 % yaitu 65,5 %. (Dinkes Kab.Bandung, 2007). Sedangkang pada 31 puskesmas UPTD terdapat 16 puskesmas yang tidak tercapai target K4 yaitu 51,6 % dan 18 puskesmas UPTD yang tidak tercapai target Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yaitu 58 %. Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bidan dalam pelayanan antenatal belum sesuai dengan yang diharapkan dan masih terdapat kartu ibu hamil yang tidak diisi sesuai dengan teknik pendukomentasian yang berlaku. Kepatuhan atau tidak patuhnya bidan dalam mengisi kartu ibu dapat memberikan gambaran keadaan ibu hamil. Pendokumentasian yang tidak sesuai dengan pelayanan akan mempengaruhi kesinambungan pelayanan dan dapat berdampak pada target kerja. B. Metode Penelitian Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, untuk mempelajari bagaimana hubungan pendokumentasian kartu ibu hamil dengan motivasi kerja bidan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Bidan Koordinator KIA yang bekerja di UPTD/Kecamatan pada Dinas Kesehatan Kabupten Bandung, sedangkan sampel merupakan total dari populasi yang ada yaitu 31 orang bidan. Pengumpulan data motivasi kerja bidan dilakukan menggunakan kuesioner dengan terlebih dahulu mengisi lembar informed consent mengenai maksud dan tujuan penelitian. Sedangkan data mengenai kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil diperoleh melalui observasi terhadap pendokumentasian Lembar Kartu Ibu yang telah diisi oleh bidan tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank (Rho). Penelitian dilakukan di Puskesmas UTD Kabupaten Bandung, dan dilaksanakan pada bulan September 2008 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Motivasi Kerja Bidan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal di Puskesmas UPTD Kab. Bandung Motivasi Kerja Tinggi Rendah Jumlah
n 11 20 31
% 35,5 64,5 100
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat mayoritas bidan koordinator KIA di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung memiliki motivasi kerja yang rendah sebanyak 20 orang atau 64,5%.
Jurnal Kesehatan Kartika
29
Sedangkan berdasarkan Dimensi Motivasi maka distribusi responden dijabarkan sebagai berikut : Tabel 2. Motivasi Kerja Bidan di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung Berdasarkan Dimensi Kebutuhan Teori Maslow Dimensi Kebutuhan Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan Sosial Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tinggi n 11 11 13 7 15
Rendah % 35,5 35,5 41,9 22,6 48,4
n 20 20 18 24 16
% 64,5 64,5 58,1 77,4 51,6
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui motivasi kerja bidan berdasarkan kebutuhan teori Maslow adalah mayoritas rendah, yaitu Kebutuhan fisiologis 20 orang (64,5%), kebutuhan rasa aman sebanyak 20 orang (64,5%), kebutuhan sosial sebanyak 18 orang (58,1%), kebutuhan harga diri sebanyak 24 orang (77,4%) dan kebutuhan aktualisasi diri sebanyak 16 orang (51,6%) dengan demikian terlihat bahwa dimensi kebutuhan harga diri lebih banyak yang rendah yaitu sebanyak 24 orang atau 77,4%. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penghargaan baik dari puskesmas maupun dinas kesehatan atas prestasi atau tugas-tugas yang telah diselesaikan dengan baik oleh bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ini sesuai dengan teori prinsip memotivasi kerja karyawan yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2006). Selain itu juga dipegaruhi pula oleh umur, sebagian besar bidan koordinator KIA adalah berumur diatas 40 tahun yaitu sebesar 51,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supandi (2005) bahwa umur mempunyai hubungan dengan motivasi kerja, yang sesuai dengan teori motivasi tentang Karakteristik Biografikal yang dikemukakan oleh Siagian (2004) bahwa umur memilliki hubungan yang erat dengan segi kehidupan organisasional, semakin tua seseorang, kecendrungan bekerjanya semakin menurun dikarenakan keadaan fisik yang menurun. 2.
Kepatuhan Pendokumentasian Kartu lbu Hamil
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pendokumentasian Kartu Ibu Hamil di Puskesmas UPTD Kab. Bandung Kepatuhan Pendokumentasian Baik Kurang baik Jumlah
Jurnal Kesehatan Kartika
n 4 27 31
% 12,9 87,7 100
30
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat kepatuhan bidan dalam melakukan pendokumentasian kartu ibu hamil mayoritas hasilnya kurang baik yaitu sebanyak 27 orang atau 87,1%. Hal ini menunjukkan tidak tercapainya tujuan pendokumentasian, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data untuk pelaksanaan penyuluhan berkesinambungan. Pada penelitian ini ternyata apa yang diharapkan seperti tujuan di atas belum dilaksanakan dengan baik oleh bidan dalam pelayanan antenatal di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung. Pada hasil pengamatan yang dilakukan pada pengisian kartu ibu hamil oleh bidan koordinator KIA masih banyak kolom atau format yang ada tidak diisi, sedangkan hal tersebut mutlak harus dilakukan misalnya pada kolom riwayat obstetri. Dan untuk aspek legal seharusnya setiap tindakan medis disertai tanda tangan atau paraf, namun pada hasil pengamatan banyak kartu ibu hamil yang telah tersedia kolom parafnya masih tidak diisi oleh bidan. Pada pengamatan kartu ibu hamil sebanyak 20 orang (64,5%) responden yang pengisian kartu ibu hamil dengan kolom yang kosong dan sebanyak 7 orang (22,5%) yang kolom paraf tidak diisi. Berkaitan dengan kepatuhan yang kurang pada pengisian kartu ibu hamil oleh bidan, hal ini dapat dimungkinkan karena data hasil penelitian menunjukkan persentasi bidan yang pendidikan masih D1 sebesar 48,4% (15 dari 31 responden). Menurut Notoatmodjo (2003) dalam bukunya pendidikan dan perilaku bahwa hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilaku. Selanjutnya perubahan perilaku didasari oleh penambahan pengetahuan. Kepatuhan bidan dalam pendokumentasian pada kartu ibu hamil adalah ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan. Dalam hal ini artinya adalah bidan dalam pelayanan antenatal diharapkan mengisi setiap kolom yang ada di format kartu ibu hamil sesuai teknik pendokumentasian dan bidan dalam mengisi kartu ibu hamil tentunya dari hasil pemeriksaan berdasarkan SOAP. 3.
Hubungan Motivasi Kerja Bidan dengan Kepatuhan Pendokumen tasian Kartu Ibu Hamil Tabel 4 Hubungan Motivasi Kerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal dengan Kepatuhan Pendokumentasian Kartu Ibu Hamil di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung
Motivasi Kerja Bidan
Rendah Tinggi Jumlah
Jurnal Kesehatan Kartika
Kepatuhan Pendokumentasian Kartu Ibu Hamil Kurang Baik Baik n
%
n
%
20 7 27
100 63,6 87,1
0 4 4
0 36,4 12,9
Jumlah
n 20 11 31
% 100 100 100
Koefisien korelasi
p-value
0.556
0.001
31
Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa pada bidan yang mempunyai motivasi rendah, bidan tersebut tidak melaksanakan pendokumentasian dengan baik, dan terlihat pada motivasi yang tinggi masih ada yang kurang baik dalam pendokumentasiannya sebanyak 63,6%, sedangkan sebanyak 12,9% dari motivasi yang tinggi melaksanakan pendokumentasian yang baik. Dan dari hasil uji di dapatkan koefisien korelasi antara motivasi kerja bidan dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil di di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung sebesar 0,556, dengan p-value 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna dengan tingkat keeratan hubungan ke dua variabel tersebut mempunyai korelasi sedang. Hal ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara motivasi kerja bidan dengan pendokumentasian kartu ibu hamil di puskesmas UPTD Kabupaten Bandung. Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara motivasi kerja bidan yang rendah dengan kepatuhan yang kurang baik dalam pendokumentasian kartu ibu hamil. Dalam hal ini motivasi kerja bidan koordinator KIA yang rendah berdampak pada pendokumentasian yang kurang baik. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Istyarti dan Wiwik (2008) bahwa gejala-gejala motivasi yang ada pada diri karyawan menjadi tolak ukur bagi kondisi kerjanya dan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2006) bahwa mereka yang motivasi bekerjanya rendah maka kinerjanya akan rendah, dalam hal ini kinerja bidan adalah kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil. Sehubungan motivasi yang rendah pada bidan, yang pada penelitian ini menggunakan teori Maslow yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri yang dapat mempengaruhi motivasi kerja sebaiknya dipahami pula oleh pimpinan puskesmas untuk menjadi dasar dalam meningkatkan motivasi kerja bidan, dengan demikian untuk meningkatkan kinerja bidan dalam pelaksanaan pendokumentasian kartu ibu hamil dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan dasar tersebut. Motivasi kerja bidan yang rendah dapat mengakibatkan kurang patuhnya bidan dalam mengisi kartu ibu hamil sehingga akan mempengaruhi target kerja dalam program KIA di puskesmas, antara lain dalam pencapaian target Kunjungan lbu hamil dan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan. Dari hasil penelitian juga terlihat dari motivasi yang tinggi masih ada pendokumentasian yang kurang baik artinya kepatuhan bidan tidak hanya dipengaruhi oleh motivasinya tapi ada faktor lain yang mempengaruhi diantaranya pembinaan dari tingkatan diatas. Hafizah (2007). Selain itu kepatuhan juga dipengaruhi oleh faktor kemampuan yaitu secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemapuan potensi dan kempuan reality (knowledge + skil). Mangkunegara (2006) Pendokumentasian kartu ibu hamil yang kurang baik tentunya tidak dapat menggambarkan keadaan kesehatan ibu hamil sedangkan pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada seorang klien, seperti yang dikemukakan oleh Salmah dkk, (2006). Bidan yang kinerjanya baik akan melakukan pendokumentasian dengan
Jurnal Kesehatan Kartika
32
baik sehingga tujuan pendokumentasianpun dapat tercapai yaitu mengumpulkan data, mempelajari data untuk penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja (Depkes RI, 2002). D.
Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Mayoritas bidan koordinator KIA di 31 Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung memiliki motivasi kerja yang rendah yaitu 20 orang (64,5%) responden. b. Mayoritas bidan koordinator KIA di 31 Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung masih kurang baik dalam melakukan pendokumentasian kartu ibu hamil sebanyak 27 orang (87,1%). c. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja bidan dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan pendokumentasian kartu ibu hamil di Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung dengan kategori korelasi sedang yang ditunjukan oleh koefisien korelasi sebesar 0,556 dan p-value sebesar 0,001. 2. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran - saran sebagai berikut : a. Perlunya peningkatan pembinaan dan evaluasi terhadap bidan koordinator yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya sebagai koordinator dengan kegiatan yang terjadual dan disepakati bersama b. Perlunya pemberian penghargaan bagi bidan atau puskesmas yang target kerjanya tercapai yang didukung dengan kelengkapan pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu dan anak c. Melaksanakan kegiatan supervisi yang didukung dengan evaluasi yang ketat atau dengan mempunyai raport dan dilaksanakan secara berkesinambungan d. Perlunya perhatian, pengawasan dan pembinaan dari kepala puskesmas secara berkesinambungan serta selalu dievaluasi secara rutin. Selanjutnya perlu dibuat suatu daftar atau buku kepatuhan atau kinerja bagi bidan e. Perlunya bidan meningkatkan pendidikan atau pengetahuannya dalam hal pendokumentasian.
Jurnal Kesehatan Kartika
33
DAFTAR PUSTAKA AKBID YPSDMI. (2008). Pendokumentasian. http://akbidypsdmi.net. tanggal 2 Agustus 2008\ Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Rineka Cipta Depkes RI (2001). Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta : Depkes. ______________. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes. _____________. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Depkes. Hafizah, R. (2007). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Petugas Kesehatan terhadap Algoritme MTBS. Tesis .Yogyakarta. UGM.puspasca.ugm.ac.id/files/abst.(3881-H-2007) tanggal 27 Oktober 2008 Hasibuan, M.S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Istiarty, Wiwik. (2008) Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Variabel Moderator Etos Kerja Spiritual. http://aln.lib.unair. ac.id/go tanggal 30 Juni 2008 Mangkunegara, A.A.A.P. (2006). Evaluasi Kinerja SDM, Cetakan Ke-2. Bandung: PT. Refika Aditama. Muninjaya, A.A. Gde, (1999), Manajemen Kesehatan, Jakarta, EGC. Salmah, dkk. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Setiamasa, I.I. (2007). Analisis Perilaku Perawat dalam Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pasien Rawat Inap di RS Paru Dr M Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Tesis Yogyakarta. UGM.puspasca.ugm.ac.id/files/abst.(3943-H-2007) tanggal 27 Oktober 2008 Supandi, W. (2005). Hubungan antara faktor-faktor internal dan Eksternal dengan Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit TNI AU TK II Dr.Salamun Bandung, Skripsi, Bandung, STIKES A.Yani.
Jurnal Kesehatan Kartika
34