PENINGKATAN KEMAMPUAN KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI DALAM MENCUCI DAN MENYETERIKA DENGAN METODE SIMULASI BAGI SISWA TUNANETRA DI ASRAMA SLB YAKETUNIS YOGYAKARTA
JURNAL SKRIPSI
Oleh Almaidah Kartika Sari NIM 09103241021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2014
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI DALAM MENCUCI DAN MENYETERIKA DENGAN METODE SIMULASI BAGI SISWA TUNANETRA DI ASRAMA SLB YAKETUNIS YOGYAKARTA IMPROVING THE ABILITY IN DAILY LIVING ACTIVITY IN IRONING AND WASHING WITH SIMULATION METHOD ON BLIND STUDENT OF ASRAMA SLB YAKETUNIS YOGYAKARTA Oleh: Almaidah Kartika Sari, Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta e-mail:
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kegiatan kehidupan sehari-hari dalam mencuci dan menyeterika bagi siswa tunanetra di asrama SLB A Yaketunis Yogyakarta dengan menggunakan metode simulasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian yaitu dua siswa tunanetra buta total, kelas 3 dan 4 yang tinggal di asrama SLB Yaketunis Yogyakarta. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan persentase dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode simulasi dapat meningkatkan kemampuan kegiatan kehidupan sehari-hari pada siswa tunanetra di asrama SLB Yaketunis Yogyakarta. Peningkatan kemampuan mencuci dan menyeterika pada siklus I ditandai dengan persentase pada siklus I subyek 1 sebesar 40% menjadi 62,50% dan subyek 2 kemampuan awal sebesar 47,50% menjadi 87,50% .Peningkatan kegiatan mencuci dan menyeterika tersebut dilakukan dengan tindakan pada siklus I tanya jawab tentang mencuci dan menyeterika permasalahan kemampuan kegiatan kehidupan sehari-hari disekitar siswa tunanetra. Pada siklus II peningkatan ditunjukan subyek 1 sebesar 55%, dari kemampuan awal sebesar 40% menjadi 95% dan subyek 2 peningkatannya sebesar 50%, dari kemampuan awal sebesar 47,50% menjadi 97,50%. Peningkatan tersebut diperoleh dengan tindakan memberikan bimbingan khusus berupa pendampingan individual dalam simulasi dan menjawab pertanyaan kepada subyek yang lemah dan menguatkan dengan pemberian catatan. Kata kunci: kegiatan kehidupan sehari-hari, mencuci, menyeterika
Abstract The purpose of this research is to improve activities daily living skill for student with visualy impaierd in residential of Yaketunis Special School Yogyakarta with simulation method.
2 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2014
This research is classroom action research. The subject of research are two student with visualy impaired in residential of Yaketunis Special School Yogyakarta. The research did in two cycle. The data collected by test, observation, and interview.Data analize did by descriptife kuantitative with prosentage and kualitative way. The result of research showing that simulation method can improve daily activity skill of student with visualy impaired,class 3 dan 4 residential of Yaketunis Special School. Improve of first cycle for subject 1 from the first ability 40% become 62,50% and subject 2 from the first ability 47,50 % become 87,50%. That improve way with the act in cycle 1.The preparation of improve did by interview about problems of daily activity skills around the student with visualy impaired. Improve of second cycle for subject 1 is 55%, from the first ability 47,50% become 95% and subject 2 is 50%, from first ability 47,50% become 97,50%. Improve get with giving special exercise likes individual guidance during simulation and asking the question to weak subject and streng then with giving a note. Key words:daily activiti skill, washing, iron
merupakan indera yang terpenting di dalam
PENDAHULUAN Anak tunanetra adalah seseorang anak yang memiliki kondisi ketidakberfungsian
kehidupan
manusia
Efendi,2006:37).
(Mohammad
Oleh
karena
pada indera penglihatan baik sebagian “low
penglihatan
vision”
dalam aktivitas dan kehidupan manusia.
blind”.
maupun Menurut
keseluruhan Frans.
“totally Harsana
Sasaraningrat (Sari Rudiyati, 2002: 23) menyatakan tunanetra ialah suatu kondisi dari dria penglihat yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya,
kondisi
itu
disebabkan oleh karena kerusakan pada mata, syaraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual”. Ketunaan pada indera penglihatan mengakibatkan anak tunanetra mengalami hambatan untuk mempersepsikan sesuatu dan mengingat informasi yang telah diterima dalam jangka waktu yang lama. Indera penglihatan
memainkan
peran
itu,
penting
Kecakapan yang dimiliki anak tunanetra dalam memahami sebuah konsep perlu mampu
mengembangkan
kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor sehingga anak tunanetra dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan
demikian
dapat
terbentuklah kepribadian anak tunanetra yang mandiri. Kemandirian itulah yang merupakan tujuan pendidikan bagi anak tunanetra. Pencapaian kemandirian anak tunanetra dapat
diperoleh
diberikan orientasi
antara
keterampilan mobilitas
dan
lain
dengan
vokasional, pengembangan
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 3
kegiatan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
awas, peralatan yang diperlukan dalam
dilakukan agar anak mampu hidup mandiri
mencuci seperti sabun cuci, ember cuci
dengan
dimiliki.Hal
minimal dua, penggosok cucian atau sikat
tersebut sesuai dengan pendapat Juang
dan air yang bersih. Waktu penjemuran
Sunanto (2005: 96) yang menyatakan
pakaian perlu menggunakan alat penjepit
bahwa
anak
dan tali jemuran tidak boleh menggunakan
dalam
kawat. Konsep mengenal jenis pakaian
kepentingan
seperti jenis bahan, tanda khusus yang
kemampuan
yang
“Kemampuan
bina
sangat
diperlukan
tunanetra membangun
konsep
diri,
diri
manajemen diri dan merawat diri”.
sengaja dipasang siswa tunanetra sendiri pada bagian tertentu dari pakaian, ciri
Kemampuan
pengembangan
diri
diberikan dalam mata pelajaran kegiatan
khusus pada pakaian itu sendiri seperti jahitan, potongan atau model.
kehidupan sehari-hari. Kegiatan kehidupan sehari-hari adalah semua kegiatan pribadi
Peralatan
yang
diperlukan
untuk
yang dilakukan secara rutin sehingga
menyeterika yaitu pewangi pakaian dan
seseorang dapat memperoleh tempat yang
seterika. Anak tunanetra perlu memiliki
layak di dalam keluarga atau masyarakat
kemampuan melakukan kegiatan mencuci
Purwaka Hadi (2005: 96). Pembelajaran
dan menyeterika agar mereka mempunyai
keterampilan kegiatan kehidupan sehari-
kemandirian kerumahtanggaan dalam hidup
hari diberikan agar anak mampu hidup
sehari-hari.
Pertama,
mandiri di lingkungan keluarga atau di
mempunyai
bekal
lingkungan masyarakat.
kehidupan di masyarakat. Kemampuan kedua
Salah satu syarat untuk mampu hidup mandiri antara lain mampu melakukan kegiatan mencuci dan menyeterika sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Prasyarat yang harus dimiliki anak tunanetra sebelum mampu melakukan kegiatan mencuci dan menyeterika yakni adanya pemahaman konsep tentang pakaian kotor dan pakaian yang bersih, yaitu antara lain dengan mengingat jangka waktunya sudah berapa kali dipakai, baunya sudah busuk atau belum, dapat juga dengan bantuan orang
yaitu
mengurus
anak
anak dalam
tunanetra menempuh
tunanetra
pengelolaan
diri
mampu termasuk
merawat diri sendiri. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran “Activity Daily of Living” di SLB
Yaketunis
November
2012
Yogyakarta diperoleh
bulan
informasi
tentang pemasalahan mengenai kemampuan keterampilan mencuci dan menyeterika siswa tunanetra yang tinggal di asrama. Guru mata pelajaran tersebut
mengakui
4 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2014
adanya
permasalahan
mengenai
kemampuan keterampilan mencuci dan menyeterika khususnya pada
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pendekatan
dua siswa
penelitian
ini
adalah
anak tunanetra yang tinggal di asrama. Dua
pendekatan kuantitatif dan kualitatf, jenis
siswa
penelitian
ini
tindakan
kelas
tunanetra
kemampuan
tersebut
yang
memiliki
rendah
tentang
mengunakan
penelitian
“classroom
action
keterampilan mencuci dan menyeterika, hal
research”, dan berkolaborasi dengan guru
ini dibuktikan dengan hasil mencuci dan
kelas. Menurut Wina Sanjaya, (2009:26)
menyeterika yang kurang baik atau benar.
Penelitian tindakan kelas yaitu proses
Siswa tunanetra belum mampu melakukan
pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kegiatan
keseluruhan
kelas melalui refleksi diri, upaya untuk
seperti menyabun, menyikat, membilas dan
memecahkan masalah dengan melakukan
menjemur. Kemandirian siswa tunanetra
berbagai tindakan yang terencana dalam
yang tinggal di asrama belum maksimal
situasi nyata serta menganalisis setiap
walaupun sudah diberikan program khusus
pengaruh
yaitu
tindakan
mencuci
secara
pengembangan
metode simulasi
diri.
Penggunaan
pada mata pelajaran
dari
perlakuan.
kelas
yang
Kegiatan
dikarenakan
Yaketunis Yogyakarta.
pembelajaran
yang
sangat singkat.
Kehidupan
Sehari-hari
SLB
Waktu dan Tempat Penelitian
Permasalahan keterampilan Kegiatan Kehidupan
dilakukan
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran
Activity Daily ofLiving kurang maksimal waktu
Penelitian
Sehari-hari
siswa
dua bulan, dimulai dari tanggal 19 Juni
tunannetra sangat kompleks. Oleh karena
sampai dengan 19 Agustus 2013. Penelitian
itu dalam penelitian ini dibatasi pada
ini dilaksanakan di kelas, sekolah dan
peningkatan Kegiatan Kehidupan Sehari-
asrama
hari siswa tunanetra yang tinggal di asrama
beralamatkan jalan Parangtritis nomor 46
SLB Yaketunis Yogyakarta melalui metode
Yogyakarta. Setting penelitian ini dilakukan
simulasi, materi kegiatan yang diteliti
di
dibatasi
dan
menjelaskan
menyeterika. Penelitian ini bertujuan untuk
menyeterika
meningkatkan
kegiatan
simulasi menyeterika pakaian. Di luar kelas
sehari-hari bagi siswa tunanetra yang
digunakan untuk mengekplorasi kegiatan
tinggal
simulasi
pada
di
pada
Penelitian ini dilaksanakan selama
kegiatan
mencuci
keterampilan
asrama
SLB
Yaketunis
Yogyakarta melalui metode simulasi.
SLB-A
dalam
Yaketunis
kelas
digunakan
materi serta
mencuci
yang
untuk
mencuci
melakukan
pakaian
dan
kegiatan
secara
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 5
menyeluruh meliputi menyabun, menyikat,
pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk
membilas dan menjemur.
mengamati
Subyek penelitian adalah dua siswa tunanetra buta total yang tinggal di asrama 3
dan
4
di
SLB
Yaketunis
Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diperoleh data bahwa subyek memiliki
kemampuan
mencuci
dan
secara benar pada siswa tunanetra yang tinggal di asrama ketika menggunakan metode
simulasi
selama
pembelajaran.
Refleksi merupakan kegiatan diskusi antara peneliti dan guru kelas untuk mengetahui hasil pelaksanaan metode simulasi dan evaluasi
menyeterika pakaian rendah.
hasil
pembelajaran
Kegiatan
Kehidupan Sehari-hari
Prosedur Desain
melakukan
kegiatan mencuci dan menyeterika pakaian
Target/Subjek Penelitian
kelas
kemampuan
penelitian
mengadopsi
model
yang
digunakan
penelitian tindakan
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
kelas model Hopkins dikutip oleh Wina
Penelitian ini menggunakan beberapa
Sanjaya (2009:54). Terdapat empat tahapan
teknik pengumpulan data, antara lain tes
pada model penelitian yang digunakan
unjuk kerja, teknik observasi dan teknik
dalam
wawancara. Teknik pengumpulan data yang
tiap
tindakan,
siklus
observasi
yaitu
perencanaan,
(pengamatan)
dan
akan digunakan dalam penelitian ini dengan
refleksi yang berkolaborator dengan guru
menggunakan
mata pelajaran Kegiatan Kehidupan Sehari-
digunakan untuk mengetahui keterampilan
hari.
mencuci
Perencanaan
dilakukan
dengan
tes
dan
unjuk
kerja,
menyeterika.
yang
Observasi
mengadakan pertemuan antara guru dan
terhadap siswa tunanetra dilakukan untuk
peneliti untuk berdiskusi membahas materi
mengetahui kemampuan kegiatan mencuci
dan
dan menyeterika.
skenario
pembelajaran.
Tindakan
dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
Teknik wawancara dilakukan terhadap
dengan satu pertemuan adalah dua jam
siswa tunanetra buta total kelas 3 dan 4
pelajaran (@ 2 x 35 menit) serta dilakukan
yang tinggal di asrama SLB Yaketunis.
pre-tes dan tes pasca tindakan untuk
Data yang diungkap yakni minat belajar,
mengukur
dan
kesulitan siswa, bagian materi yang sulit
keterampilan pada pertemuan terakhir tiap
dan pendapat siswa tunanetra tentang
siklus.
metode simulasi.
kecakapan
awal
Pada tahap tindakan guru kolaborator mengajar
dan
peneliti
melakukan
6 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2014
awal, pasca tindakan siklus I, dan tindakan
Teknik Analisis Data
pada
Teknik analisis data yang digunakan
siklus II dapat disajikan dalam tabel dan
penelitian
grafik berikut ini :
ini
yakni
deskriptif
Tabel 1. Rekapitulasi Persentase Peningkatan Keterampilan Kegiatan Kehidupan Sehari-hari Siswa Tunanetra Asrama SLB Yaketunis
kuantitatif dan kualitatif dengan persentase dalam bentuk naratif dan grafik. Data kuantitatif
diperoleh
perhitungan
unjuk
melakukan
kegiatan
menyeterika
melalui kerja
pada
hasil
kecakapan
mencuci siswa
No.
Subyek
dan
Persentase Kemampuan Awal
Persentase Siklus I
Persentase Siklus II
Persentase Peningkatan Siklus I
Siklus II
tunanetra.
1
BRKH
40%
62,50%
95%
22,50%
55%
Perhitungan data kuantitatif disajikan dalam
2.
GNWN
47,50%
87,50%
97,50%
40%
50%
43,75%
75%
96,25%
31,25%
52,50%
bentuk tabel dan grafik serta dilengkapi
Rata-rata
data wawancara. Data tersebut disajikan secara bersamaan dalam bentuk naratif.
Untuk
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perbandingan antara kemampuan awal dan
Hasil Penelitian
kegiatan kehidupan sehari-hari pada anak
Penelitian
yang
pasca
menggunakan
lebih
jelasnya
tindakan
mengenai
tentang
data
peningkatan
tunanetra yang tinggal di asrama SLB
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan
Yaketuins
jenis
keterampilan mencuci dan menyeterika
penelitian
tindakan
kelas
dan
pelaksanaan berkolaborasi dengan guru kelas ini dapat dilihat buktinya bahwa metode
simulasi
meningkatkan
sebagai
100% 80%
tunanetra
40%
asrama terfokus pada keterampilan mencuci
20%
anak
pada
120%
60%
sehari-hari
terfokus
dapat dilihat pada histogram berikut ini:
kegiatan
kehidupan
keterampilan
dasar
Yogyakarta
awal siklus I siklus II
0%
dan menyeterika. Ada tidaknya pengaruh
BRKH
GNWN
dapat diketahui dari hasil perbandingan antara kemapuan awal dan pasca tindakan. Untuk
mengetahui
serta
membuktikan
adanya peningkatan dari seluruh hasil penelitian ini, baik pada tahap kemampuan
Gambar 1. Histogram Kemampuan Keterampilan Kegiatan Kehidupan Sehari-hari Siswa Tunanetra Asrama SLB Yaketunis pada kemampuan awal,siklus I dan siklus II
Berdasarkan
rekapitulasi
data
di
atas
menunjukkan bahwa kemampuan kegiatan kehidupan sehari-hari dalam mencuci dan menyeterika siswa tunanetra asrama setelah
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 7
dilaksanakan tindakan berupa penggunaan
konsep membedakan pakaian kotor dengan
metode
siklus
pakaian bersih, konsep mengenal pakaian
meningkat. Pencapaian persentase skor
sendiri, kemampuan melakukan kegiatan
yang diperolah BRKH pada kemampuan
menyabun,
awal sebesar 40% meningkat menjadi
menjemur
62,50% pada pasca tindakan siklus I dan
menyeterika baju lengan pendek, baju
meningkat lagi menjadi 95% pada pasca
lengan panjang, kemeja dan celana. Hal ini
tindakan siklus II. Persentase skor yang
dibuktikan
diperoleh GNWN pada kemampuan awal
kegiatan
sebesar 47,50% meningkat menjadi 87,50%
dengan cukup baik. Subyek membutuhkan
pasca tindakan I dan meningkat lagi
waktu lama dan sikap duduk bermalasan
menjadi 97,50% pada pasca tindakan II.
ketika
simulasi
dalam
dua
Tindakan
serta
subyek
mengikuti pembelajaran
informasi lain.
dan
kemampuan
dapat dalam
menerima teman
membilas,
dari
Subyek
guru
mampu
memberikan tanggapan terhadap pernyataan
dalam
penelitian
ini
berupa penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan
pakaian
simulasi
maupun Pembahasan Penelitian
menyikat,
Peningkatan
kemampuan
kegiatan
keterampilan kegiatan kehidupan sehari-
kehidupan sehari-hari pada siswa tunanetra
hari pada subyek GNWN dapat dilihat dari
asrama
kemampuan
di
keterampilan
teman lain.
SLB
Yaketunis.
Tindakan
subyek
dalam
konsep
tersebut dilaksanakan dalam dua siklus.
membedakan pakaian kotor dengan pakaian
Pada siklus I, skor yang diperoleh GNWN
bersih, konsep mengenal pakaian sendiri,
telah memenuhi kriteria keberhasilan yang
kemampuan
telah
menyabun,
ditetapkan
yaitu
sebesar
70%,
melakukan menyikat,
kegiatan
membilas,
dan
sedangkan BRKH belum mencapai kriteria
menjemur
keberhasilan meskipun telah menunjukkan
menyeterika baju lengan pendek, baju
adanya peningkatan keterampilan kegiatan
lengan panjang, kemeja dan celana. Hal ini
kehidupan
dikarenakan
belum
sehari-hari.
mencapai
Subyek
kriteria
BRKH
keberhasilan
dikarenakan daya tangkap yang lemah. Peningkatan
kegiatan
pakaian
serta
subyek
simulasi
kemampuan
dapat
dalam
mengikuti
pembelajaran
secara baik. Kemampuan pemahaman dan
kemampuan
keterampilan subyek yang lebih tinggi
keterampilan kegiatan kehidupan sehari-
dibandingkan teman lainnya menyebabkan
hari dalam mencuci dan menyeterika pada
sikap duduk subyek bermalasan ketika
subyek
menerima informasi dari teman. Subyek
BRKH
kemampuan
dapat
subyek
dilihat
dalam
dari
memahami
mampu memberikan
ide permasalahan
8 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2014
kegiatan
kehidupan
sehari-hari
dan
menanggapi pernyataan teman lain.
huruf. Bimbingan khusus yang diberikan bagi subyek BRKH berupa pendampingan
Hasil yang diperoleh pada tindakan
dalam melakukan simulasi mencuci dan
siklus I menunjukkan bahwa semua subyek
menyeterika melalui indera yang masih
telah mengalami peningkatan, tetapi subyek
berfungsi. Selain itu, subyek BRKH lebih
BRKH
kriteria
sering diminta untuk menjawab pertanyaan
ditentukan.
dan melakukan simulasi. Pada kegiatan
belum
keberhasilan Berdasarkan
mencapai
yang
perlu
pembelajaran siklus II, subyek BRKH lebih
diberikan tindakan siklus II. Tindakan
terlihat dominan karena berkesempatan
siklus
untuk
II
hal
telah
tersebut
dilakukan
maka
lebih
terencana
menanggapi
pertanyaan
dan
berdasarkan hasil refleksi siklus I. Setelah
melakukan simulasi hal ini dikarenakan
pemberian tindakan siklus II, diketahui
subyek
semua subyek telah mencapai kriteria
mencapai skor sesuai
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu
keberhasilan.
BRKH
pada
siklus
I belum
dengan kriteria
sebesar 70%. Peningkatan kemampuan
Pembelajaran keterampilan kegiatan
keterampilan kegiatan kehidupan sehari-
kehidupan sehari-hari melalui penerapan
hari dapat dilihat dari kemampuan subyek
metode
dalam
karakter tunanetra yang mandiri. Simulasi
melakukan
mencuci
simulasi
dan menyeterika
kegiatan
yang lebih
lengkap dari siklus I. Peningkatan
simulasi
memberikan
mampu
kesempatan
menciptakan
pada
siswa
tunanetra untuk mengatasi keterbatasan kemampuan
konseptualnya
keterampilan kegiatan kehidupan sehari-
menyeterika
hari pada penelitian ini tidak terlepas dari
langsung.
adanya beberapa perbaikan dari tindakan
tentang melalui
mencuci praktek
dan secara
Pada kegiatan simulasi ini juga
siklus I ke tindakan siklus II. Beberapa
diberikan
dengan
demontrasi
secara
perbaikan
yang dilakukan antara lain
menyeluruh oleh guru seperti anak disuruh
tindakan
memberikan bimbingan lebih
meraba pada saat guru mendemontrasikan
kepada subyek BRKH yang memiliki daya
mengenai
kegiatan
mencuci
tangkap lemah dan waktu lama pada tahap
menyeterika,
hal
sesuai
simulasi,
untuk
menyeluruh dalam pembelajaran (Juang
membuat catatan, memberikan “reward”
Sunanto, 2005 :96). Kegiatan sehari-hari
dan motivasi kepada setiap subyek dan
dilakukan untuk kepentingan manajemen
mengingatkan untuk berhati-hati dalam
diri dan merawat diri. Kegiatan ini tidak
menulis catatan agar tidak salah menulis
terbatas untuk orang yang melihat tetapi
membimbing
siswa
ini
dan prinsip
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 9
juga terjadi pada anak tunanetra. Bedanya
siswa pada akhir tiap siklus. Siswa sangat
bagi orang awas memperoleh pengajaran
antusias dalam proses pembelajaran karena
atau pengalaman tentang kegiatan tersebut
pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan
melalui pengmatan visual sedangkan pada
di luar kelas.
anak tunanetra keterampilan tersebut harus diajarkan
secara
khusus
dengan
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
menekankan belajar sambil melakukan Berdasarkan
(learning by doing) menurut Juang Sunanto (2005 :96). Kegiatan
simulasi
mampu
memberikan respon positif karena metode simulasi belajar
mampu siswa
meningkatkan
tunanetra,
minat
meningkatkan
siswa tunanetra yang lebih kreatif, dan percaya
diri
karena
siswa
diberikan
kesempatan untuk memainkan peran sejalan dengan topik yang disimulasikan,hal ini sesuai dengan kelebihan metode simulasi menurut pendapat Wina Sanjaya (2009: 160) Simulasi dapat dijadikan bekal siswa dalam menghadapi situasi yang sebernarnya
Hasil skor pencapaian subyek pada ini
menunjukkan
bahwa
kemampuan kegiatan kehidupan sehari-hari melalui
metode
pembelajaran
dapat
pembahasan
dapat
penerapan
metode
meningkatkan
penelitian
dan
disimpulkan
bahwa
simulasi
dapat
keterampilan
kegiatan
kehidupan sehari-hari dalam mencuci dan menyeterika bagi siswa tunanetra yang tinggal di asrama SLB Yaketunis. Hal ini dapat
dibuktikan
peningkatan
dengan
perolehan
skor
adanya yang
didapatkan oleh siswa hingga mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 70%. Persentase skor pencapaian akhir yang diperoleh BRKH sebesar 95%, sedangkan
GNWN
sebesar
97,50%.
Peningkatan tersebut diperoleh melalui
baik dalam keluarga dan masyarakat.
penelitian
hasil
simulasi
dalam
mencapai
kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sebesar 70%. Selain itu, penerapan metode simulasi dalam proses pembelajaran di SLB A Yaketunis Yogyakarta mendapat respon positif dari siswa. Respon positif siswa terlihat selama pembelajaran berlangsung dan dari hasil wawancara kepada setiap
tindakan
penggunaan
metode
simulasi
dalam pemberian materi kegiatan mencuci dan menyeterika pakaian. Pada siklus
I, skor
kemampuan
keterampilan kegiatan kehidupan seharihari dalam mencuci dan menyeterika pada subyek BRKH sebesar 62,50% dan subyek GNWN 87,50%. Hal ini dapat meningkat karena
siswa
terlibat
dalam
berbagai
kegiatan pembelajaran yang menerapkan metode simulasi, yaitu: tindakan persiapan memberikan ide permasalahan mengenai
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari Tahun 2014
kegiatan
mencuci
dan
menyeterika,
Saran
tindakan guru mensimulasikan kegiatan
Berdasarkan temuan hasil penelitian dan
mencuci dan menyeterika kemudian siswa
pembahasan yang telah dilakukan dalam
disuruh meraba, tahap penilaian siswa
penelitian
diminta menjawab pertanyaan dari guru dan
mengemukakan saran sebagai berikut:
mensimulasikan kegiatan mencuci
1. Bagi guru
dan
ini,
maka
peneliti
menyeterika. Fokus pembelajaran pada
Hendaknya
siklus I pada kemampuan melakukan
pendampingan khusus kepada siswa
kegiatan mencuci dan menyeterika pakaian.
tunanetra yang tinggal di asrama hal ini
Pada siklus II, skor subyek BRKH
dikarenakan daya tangkap yang lemah
meningkat
menjadi
terhadap materi pembelajaran sehingga
GNWN 97,50%. Peningkatan skor pada
untuk tindakan siklus selanjutnya siswa
siklus II diperoleh dengan menerapkan
akan
tindakan
yang
dengan kriteria keberhasilan dalam
serupa dengan siklus I, namun ditambah
mencuci dan menyeterika yang telah
dengan beberapa tindakan perbaikan yaitu:
ditentukan. Pada siklus II siswa telah
penambahan kegiatan mencatat materi,
mencapai
pemberian motivasi dan reward berupa
keberhasilan oleh karena itu guru
pujian ketika siswa berhasil menjawab
diharapkan
pertanyaan
simulasi,
metode simulasi untuk pembelajaran
pendampingan khusus terhadap subyek
“Activity Daily of Living”selanjutnya.
BRKH
tangkap
Peran guru sebagai fasilitator agar guru
berupa
dapat berperan aktif dalam menunjang
dan
yang
terhadap
dan
melakukan
subyek
kegiatan
95%
guru
pembelajaran
melakukan
memiliki
materi
daya
lemah
pendampingan dalam meraba pada saat melakukan
kegiatan
mencuci
dan
menyeterika, pemberian kesempatan yang lebih
kepada
subyek
BRKH
untuk
menjawab pertanyaan guru serta melakukan simulasi dan subyek lain memberikan tanggapan pada kegiatan simulasi.
mencapai
kemampuan
skor
dapat
sesuai
sesuai
kriteria
mengembangkan
pembelajaran siswa. 2. Bagi ibu asrama Hendaknya ibu asrama memberikan waktu khusus untuk melatih siswa yang tinggal di asrama dalam berbagai macam kegiatan kehidupan sehari-hari termasuk
kegiatan
mencuci
dan
menyeterika agar siswa asrama dapat hidup mandiri.
Peningkatan Kegiatan Kehidupan(Almaidah Kartika Sari) 11
DAFTAR PUSTAKA JuangSunanto. (2005).Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Tinggi. Mohammad Efendi.(2006).Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta:Bumi Aksara.
PurwakaHadi. (2005).Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sari Rudiyati.(2002).Pendidikan Anak Tunanetra.FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. WinaSanjaya. (2009).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Rosda.