perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) DENGAN LATIHAN INDIVIDUAL TERSTRUKTUR PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 - 2011
SKRIPSI Oleh : Novi Arum Sari NIM : K1307005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) DENGAN LATIHAN INDIVIDUAL TERSTRUKTUR PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 - 2011
Oleh : Novi Arum Sari NIM : K1307005
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v ABSTRACT
Novi Arum Sari. THE EXPERIMENTATION STUDENT LEARNING TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) WITH INDIVIDUAL EXERCISE STRUCTURLY ON THE MAIN MATERIAL OF TRIGONOMETRI VIEWED FROM 678'(17¶6 MATHEMATICS LOGIC MATHEMATIC INTELLIGENCE X STUDENTS OF SMA N (STATE SENIOR HIGH SCHOOL) 5 SURAKARTA OF SCHOOL YEAR 2010/20011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University. Surakarta, 2011. The aims of the research are: (1) to investigate whether type STAD cooperative learning model with individual exercise structurly given mathematics student¶s achievement better than using the direct learning model achievement in the sub matter of the rules of sinus and cosinus. (2) whether students with higher logic mathematic intelligence have better achievement than students with lower logic mathematic intelligence achievement in the sub matter of the rules of sinus and cosinus. (3) to find out whether there is interaction between the use of learning model and student¶s logic mathematic intelligence level on the mathematics learning achievement in the sub matter of the rules of sinus and cosinus. The research uses quasi experimental method. The population of the research is all of the eleventh grade students of SMA N (State Senior High School) 5 Surakarta of school year 2010/2011. The sample used in the research is taken with cluster random sampling technique, consisting of two classes, one class is an experiment class and the other is a control class. The techniques of collecting data used are documentation and the test. The trial run of instrument is conducted in SMA (State Senior High School) Al Islam 1 Surakarta. The equilibrium test with t-test is conducted as research requirement. The technique of data analysis used is two-line variance analysis through normality test using Liliefors method and homogenity test using Bartlett method as requirement test of data analysis. The research conclude: (1) Model type STAD cooperative learning with individual exercise structurly given mathematics VWXGHQW¶V achievement better
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
vi than using the direct learning model achievement in the sub matter of the rules of sinus and cosinus (Fobs = 10,292 > 3,992
= Ftable), (2) Students with high
mathematics logic mathematic intelligence have similar mathematics achievement with students with mathematics logic mathematic intelligence of middle, and better mathematics achievement with students with mathematics logic mathematic intelligence low in the sub matter of the rules of sinus and cosinus (Fobs = 11,837 > 3,142 = Ftable), (3) there is no interaction between the use of learning model and student¶s logic mathematic intelligence level on the mathematics learning achievement in the sub matter of the rules of sinus and cosinus (Fobs = 1,326 < 3,142= Ftable).
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
vii ABSTRAK
Novi Arum Sari. EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) DENGAN LATIHAN INDIVIDUAL TERSTRUKTUR PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 - 2011 Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Tujuan penelitian adalah : (1) untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus (2) untuk mengetahui apakah siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah pada sub materi aturan sinus dan cosinus, (3) untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan metode tes. Uji coba instrumen dilakukan di SMA Al Islam 1 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian, populasi harus dalam keadaan seimbang. Sehingga dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan uji persyaratan analisis data adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
viii Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus (Fobs = 10,292 > 3,992 =Ftabel pada tingkat signifikansi 5%), (2) siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi yang sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang dan lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah (Fobs = 11,837 > 3,142 = Ftabel), (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus (Fobs = 1,326 < 3,142 = Ftabel).
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ix MOTTO
´«6HVXQJJXKQ\a Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah NHDGDDQSDGDGLULPHUHNDVHQGLUL«´ 46$U5D·G ´6HVXQJJXKQ\DVHVXGDKNHVXOLWDQDGDNHPXGDKDQ0DNDDSDELODHQJDNDXWHODK selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu²ODKHQJNDXEHUKDUDSµ (QS. Al Insyiroh : 6-8) ´terkadang apa yang kita dapatkan, bukan yang kita inginkan, tapi itu yang kita butuhkanµ
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
x HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada: W
Ibu, yang selalu mencurahkan kasih sayang, melantunkan doa yang tak pernah putus untuk keberhasilanku.
W
Bapak, yang tiada henti berjuang demi keluarga, mendukungku meraih mimpi.
W
Adik kecilku, Mitha, yang dengan melihatnya mampu memulihkan semangatku kembali.
W
Sahabat ³Negeri Timur´ GZL QLWD yang telah memberikan semangat.
W
Mas Bambang yang telah memberi keyakinan bahwa aku bisa.
W
0DKDVLVZD 3 0DWK ¶ DWDV NHEHUVDPDDQ dan perjuangan, waktu yang tak bisa terlupakan
W
Semua pihak yang membuatku mampu menyelesaikan karya ini.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam atas segala berkah dan limpahan rahmat-Nya sehingga skripsi dengan MXGXO³Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) dengan Latihan Individual Terstruktur Pada Materi Trigonometri Ditinjau dari Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010 ± 2011, dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 2. Sukarmin,S.Pd, M.Si, Ph.D Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 3. Triyanto, S.Si, MSi, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 4. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 5. Joko Ariyanto, S.Si, M.Si, Koordinator Skripsi P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi ini. 6. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd, Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 7. Darmanto, S.Pd, guru matematika di SMA Negeri 5 Surakarta yang telah meluangkan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
commit toxiuser xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xii
8. Siswa-siswa kelas X8 dan X9 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011, atas kesediaannya mengikuti pembelajaran dengan baik. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Demikian skripsi ini disusun. Penulis sadar bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya ini. Oleh karenanya, demi tersempurnanya karya ini, saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan. Semoga karya ini memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan di masa mendatang.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v HALAMAN MOTTO ..................................................................................... ix HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... x KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5 C. Pemilihan Masalah .......................................................................7 D. Pembatasan Masalah .................................................................. 8 E. Perumusan Masalah ................................................................... 8 F. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9 G. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10 BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 11 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11 1. Prestasi Belajar Matematika ................................................. 11 2. Model Pembelajaran ............................................................ 13 3. Kecerdasan Logika Matematika ........................................... 23 4. Tinjauan Tentang Aturan Sinus dan Cosinus ....................... 26 B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 26 C. Perumusan Hipotesis .................................................................. 30
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiv
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 31 1. Tempat Penelitian ................................................................ 31 2. Waktu Penelitian .................................................................. 31 B. Metode Penelitian ...................................................................... 31 1. Pendekatan Penelitian ............................................................31 2. Rancangan Penelitian .............................................................32 C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 32 1. Populasi ................................................................................ 32 2. Sampel .................................................................................. 32 3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................... 33 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 33 1. Variabel Penelitian ............................................................... 33 2. Metode Pengumpulan Data .................................................. 35 3. Penyusunan Instrumen ......................................................... 35 E. Teknik Analisis Data .................................................................. 39 1. Uji Keseimbangan ................................................................ 39 2. Uji Prasyarat ......................................................................... 40 3. Uji Hipotesis ........................................................................ 42 BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51 A. Deskripsi Data ............................................................................ 51 1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ............................................. 51 2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ...................... 53 3. Data Skor Kecerdasan Logika Matematika Siswa ................ 53 B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 54 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen ....................................... 54 2. Persyaratan Analisis .............................................................. 55 C. Pengujian Hipotesis .................................................................... 56 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .............. 56 2. Uji Komparasi Ganda ........................................................... 57
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xv
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................ 60 1. Hipotesis Pertama ................................................................. 60 2. Hipotesis Kedua .................................................................... 61 3. Hipotesis Ketiga .................................................................... 63 BAB V. KESIMPULAN ................................................................................. 65 A. Kesimpulan ................................................................................. 65 B. Implikasi ..................................................................................... 65 1. Implikasi Teoritis ................................................................. 65 2. Implikasi Praktis .................................................................. 67 C. Saran ........................................................................................... 67 1. Bagi Guru ............................................................................. 67 2. Bagi Peneliti ......................................................................... 67 3. Bagi Siswa ........................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69 LAMPIRAN .................................................................................................. 71
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Fase-fase Model Pembelajaran Langsung ....................................... 15 Tabel 2.2. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif ...................................... 17 Tabel 2.3. Tabel Skor Perkembangan Individu ................................................. 19 Tabel 2.4. Tabel Penghargaan Kelompok ......................................................... 20 Tabel 2.5. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .................. 20 Tabel 2.6. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur ......................................................... 23 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 32 Tabel 3.2. Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama .......... 43 Tabel 3.3. Rataan dan Jumlah Rataan ............................................................... 44 Tabel 4.1. Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ................. 53 Tabel 4.2. Penentuan Kategori Kecerdasan Logika Matematika Siswa ........... 53 Tabel 4.3. Sebaran Kategori Kecerdasan Logika Matematika Siswa ............... 54 Tabel 4.4. Rataan dan Variansi Nilai UAS I ..................................................... 54 Tabel 4.5. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas ....................... 54 Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Normalitas .......................................................... 55 Tabel 4.7. Hasil Analisis Uji Homogenitas ....................................................... 56 Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .... 56 Tabel 4.9. Rataan Skor Prestasi Belajar Siswa ................................................ 58 Tabel 4.10. Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom ................................. 58
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian ..................................................................... 30
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 72
Lampiran 2.
Lembar Kerja Kelompok ............................................................ 79
Lampiran 3.
Lembar Kerja Individual ............................................................ 87
Lampiran 4.
Soal Kuis Individual .................................................................... 92
Lampiran 5.
Pembahasan Kuis Individual ....................................................... 95
Lampiran 6.
RPP Kelas Kontrol ....................................................................... 99
Lampiran 7.
Penghargaan Kelompok ............................................................... 106
Lampiran 8. Soal Tes Kecerdasan Logika Matematika .................................. 110 Lampiran 9.
Lembar Jawab Tes Kecerdasan Logika Matematika.................... 117
Lampiran 10. Pembahasan Soal Tes Kecerdasan Logika Matematika ............. 118 Lampiran 11. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ......................... 122 Lampiran 12. Soal Tes Prestasi Belajar (Try Out) .............................................. 123 Lampiran 13. Lembar Jawab Tes Prestasi (Try Out) .......................................... 133 Lampiran 14. Pembahasan Soal Try Out Tes Prestasi Belajar «««... 134 Lampiran 15. Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ......................................... 142 Lampiran 16. Lembar Jawab Tes Prestasi (Penelitian) .................................... 150 Lampiran 17. Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ..................... 151 Lampiran 18. Lembar Validasi Tes Kecerdasan Logika Matematika ................ 157 Lampiran 19. Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ...................... 165 Lampiran 20. Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika ........... 169 Lampiran 21. Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika ......................... 170 Lampiran 22. Tingkat Kesukaran Soal................................................................. 171 Lampiran 23. Data Induk Penelitian ................................................................... 173 Lampiran 24. Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 176 Lampiran 25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen (Sebelum Anava) ........................................................................... 177
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xix
Lampiran 26. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Kontrol (Sebelum Anava) ......................................................................... 179 Lampiran 27. Uji Normalitas Kecerdasan Logika Matematika Kategori Tinggi............................................................................................ 181 Lampiran 28. Uji Normalitas Kecerdasan Logika Matematika Kategori Sedang........................................................................................... 183 Lampiran 29. Uji Normalitas Kecerdasan Logika Matematika Kategori Rendah.......................................................................................... 185 Lampiran 30. Uji Homogentitas Antar Baris Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................................... 187 Lampiran 31. Uji Homogentitas Antar Kolom Kecerdasan Logika Matematika ................................................................................... 189 Lampiran 32. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ...................... 191 Lampiran 33. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ............................................ 196 Lampiran 34. Tabel Statistik ............................................................................... 198 Lampiran 35. Perijinan ....................................................................................... 204
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Lembaga pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam mengembangkan intelektual dan emosional bangsa secara optimal agar dapat meningkatkan kualitas, harkat, dan martabat bangsa. Oleh karena itu inovasi di bidang pendidikan sangat diperlukan agar kualitas pendidikan terus meningkat dan hasilnya sesuai dengan tuntunan jaman. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Matematika salah satu mata pelajaran yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain karena di dalamnya terdapat kemampuan berhitung, logika, dan berpikir. Pendidikan matematika mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses berfikir kreatif. Sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi sebagian siswa. Sebagian siswa masih menganggap pelajaran matematika, sulit dan hanya berisi kumpulan rumus belaka. Akibatnya, prestasi belajar mengajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Kondisi itu terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN) SMA dan sederajat tahun 2009-2010 di Surakarta yang memprihatinkan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga kota Surakarta, dari 14.523 siswa SMA dan sederajat di Surakarta yang mengikuti UN tahun 2010, terdapat 2.600 siswa yang tidak lulus UN, dan kebanyakan dari siswa yang tidak lulus ini, gagal dalam pelajaran matematika. Hal ini tentunya menimbulkan keprihatinan
tersendiri
bagi
guru,
khususnya
commit to user 1
guru
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
(http://imbalo.wordpress.com/2010/04/26/persentase-kelulusan-ujian-nasionaltahun-2010-smasmkma-di-beberapa-kota). Matematika merupakan ilmu yang terstruktur, yang dipelajari siswa secara bertahap dari tingkat sederhana hingga tingkat yang rumit. Materi di dalamnya selalu berkaitan sehingga untuk mampu menguasai suatu materi, siswa harus menguasai materi prasyaratnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan dimana siswa belajar, materi matematika yang diberikan menuntut kemampuan yang lebih kompleks. Trigonometri adalah salah satu materi yang dihadapi siswa SMA kelas X semester 2, dimana pada jenjang pendidikan sebelumnya belum pernah disampaikan. Walaupun demikian, bukan berarti trigonometri terlepas dari materi matematika yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dan penguasaan tentang aljabar, aritmatika, segitiga, dan pythagoras yang telah ditempuh di SMP menjadi dasar yang baik untuk dapat menguasai materi ini. Trigonometri merupakan materi pokok yang penting. Hal ini karena trigonometri merupakan materi pendukung mata pelajaran lain seperti fisika. Selain itu materi pokok trigonometri masih dipelajari ke jenjang yang lebih tinggi. Muatan pada materi trigonometri tergolong padat sehingga dibagi ke dalam beberapa sub materi. Salah satu sub materi tersebut adalah aturan sinus dan cosinus. Konsep dalam menyelesaikan permasalahan terkait penggunaan aturan sinus dan cosinus tergolong dalam pengetahuan pemahaman dan prosedural sehingga secara umum tidaklah sukar bagi siswa. Akan tetapi, hasil survei yang diperoleh dari informasi guru menunjukkan bahwa nilai ulangan harian siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada materi trigonometri masih kurang memuaskan. Masih ada sekitar 25% dari jumlah siswa seluruhnya yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 60. Kurang memuaskannya nilai tersebut karena banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait penggunaan rumus trigonometri diantaranya penggunaan aturan sinus dan cosinus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Pada prinsipnya secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri subyek belajar, diantaranya intelegensi, minat, bakat, motivasi belajar, aktivitas belajar, gaya belajar, kedisiplinan belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar subyek belajar. Yang termasuk faktor eksternal adalah materi pembelajaran, fasilitas belajar, media pembelajaran, model pembelajaran, sarana dan prasarana belajar, dan lain sebagainya. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan suatu model perlu memperhatikan beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, waktu yang tersedia, fasilitas yang tersedia, dan kesiapan guru, agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Dari observasi melalui wawancara dengan seorang guru matematika SMA Negeri 5 Surakarta, bahwa beberapa guru masih melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, namun keterlibatan siswa masih diperhatikan. Pada akhir pelajaran, siswa selalu diberikan contoh soal oleh guru untuk diselesaikan siswa. Jika siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut, guru membimbing siswa. Namun, jarang siswa mau menanyakan kesulitan yang dihadapinya. Sehingga guru tidak tahu tentang kesulitan yang dihadapi siswa-siswanya. Hal ini dimungkinkan karena dalam pembelajaran siswa cenderung pasif sehingga siswa enggan untuk bertanya. Model pembelajaran yang dilaksanakan seperti itu mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat berakibat rendahnya prestasi belajar matematika. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar matematika. Model yang dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar diantaranya adalah dengan menempatkan siswa belajar secara kelompok-kelompok. Dengan bekerja secara kelompok siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
konsep-konsep yang sulit dengan berdiskusi dan bertukar pendapat dengan temannya. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Dalam menyelesaikan tugasnya, setiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model ini mampu memudahkan siswa untuk memahami konsep lebih baik dibandingkan dengan model konvensional. Imbasnya, beberapa sekolah mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Namun demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kekurangan. Model ini melibatkan siswa dalam kelompok untuk mengkonstruksi pemahaman konsep, akibatnya jika ada sebagian siswa yang tidak memenuhi syarat kemampuan untuk mempelajari konsep tersebut akan gagal memperoleh manfaat dalam kelompok. Selain itu, model kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri. Padahal siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan dan motivasi yang beragam, sehingga diperlukan adanya individualisasi dalam pembelajaran. Individualisasi dipandang penting khususnya dalam pelajaran matematika, dimana pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan. Selain itu individualisasi diperlukan dalam rangka penguatan konsep materi agar siswa lebih memahami konsep materi. Untuk dapat meningkatkan individualisasi dan kemandirian belajar yang efektif dapat dilakukan dengan pemberian latihan soal terstruktur secara individual. Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh model mengajar, dipengaruhi pula oleh kecerdasan siswa. Kecerdasan yang ada dalam diri setiap siswa bermacam ± macam. Salah satunya adalah kecerdasan logika matematika Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam menangani angka dan logika, serta menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal) dalam memecahkan masalah. Kecerdasan logika matematika merupakan salah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
satu faktor penting dalam kegiatan belajar matematika karena membantu mengembangkan keterampilan berpikir, berhitung dan logika seseorang. Di samping itu juga juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan
mengelompokkan,
meningkatkan
pengertian
terhadap
bilangan
dan
meningkatkan daya ingat. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu konsep matematika. Dengan demikian dapat memberi peluang kepada siswa yang memiliki kecerdasan logika matematika rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya seiring dengan siswa lain yang mempunyai kecerdasan logika matematika lebih tinggi. Pada akhirnya, melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada siswa yang memiliki kecerdasan logika matematika rendah.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang masalah
yang
diuraikan,
maka
dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1.
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dalam materi pokok trigonometri kemungkinan dikarenakan kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu diteliti penggunaan model pembelajaran yang tepat apakah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok trigonometri.
2.
Dengan model pembelajaran langsung, siswa cenderung pasif dan enggan bertanya tentang kesulitan yang dihadapinya sehingga dimungkinkan dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Namun pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran memiliki beberapa kekurangan. Pada model ini siswa bekerja dalam kelompok - kelompok kecil untuk memahami konsep. Tetapi tidak semua siswa memberikan kontribusi dalam kelompok. Jika ada sebagian siswa yang tidak memenuhi syarat kemampuan untuk mempelajari konsep tersebut akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
gagal memperoleh manfaat dalam kelompok. Terlebih jika diterapkan pada rumpun trigonometri khususnya pada sub materi aturan sinus dan cosinus yang notabene siswa harus mampu memahami konsep aturan sinus dan cosinus serta mampu menggunakan aturan sinus dan cosinus untuk menyelesaikan masalah. Sehingga perlu adanya penguatan pemahaman konsep secara individual dengan latihan individual terstruktur. Terkait dengan ini peneliti ingin meneliti apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. 3.
Ada kemungkinan rendahnya prestasi trigonometri khususnya pada sub materi aturan sinus dan cosinus disebabkan oleh kecerdasan logika matematika siswa yang memang rendah. Kemampuan deret bilangan, numerik, konsep aljabar, dan logika siswa yang kurang diyakini akan mempengaruhi prestasi siswa. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah benar bahwa kecerdasan logika matematika siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam subpokok bahasan aturan sinus dan cosinus. Dalam konteks ini, kecerdasan logika matematika dianggap relatif tetap dalam diri siswa, sebelum ada perlakuan pihak luar untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika.
4.
Adanya kemungkinan penguasaan materi pendukung trigonometri yang telah dipelajari di SMP tidak sepenuhnya dikuasai siswa. Untuk mengatasinya, seharusnya siswa yang berusaha sendiri untuk mengingat kembali pengetahuan sebelumnya seperti aljabar, aritmatika, segitiga, dan phytagoras. Adalah hal yang tidak mungkin bagi guru untuk mampu mereview semua materi pendukung itu di kelas. Selain karena keterbatasan waktu, guru juga harus merampungkan target sesuai silabus yang telah dibuat. Terkait dengan ini, muncul penelitian yang menarik yaitu penelitian yang membandingkan prestasi trigonometri siswa yang berkemampuan materi pendukung baik dengan prestasi trigonometri siswa yang berkemampuan materi pendukung kurang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
C. Pemilihan Masalah Dari keempat masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan kedua dan ketiga, yaitu : 1.
Dengan model pembelajaran langsung, siswa cenderung pasif dan enggan bertanya tentang kesulitan yang dihadapinya sehingga dimungkinkan dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Namun pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran memiliki beberapa kekurangan. Pada model ini siswa bekerja dalam kelompok - kelompok kecil untuk memahami konsep. Tetapi tidak semua siswa memberikan kontribusi dalam kelompok. Jika ada sebagian siswa yang tidak memenuhi syarat kemampuan untuk mempelajari konsep tersebut akan gagal memperoleh manfaat dalam kelompok. Terlebih jika diterapkan pada rumpun trigonometri khususnya pada sub materi aturan sinus dan cosinus yang notabene siswa harus mampu memahami konsep aturan sinus dan cosinus serta mampu menggunakan aturan sinus dan cosinus untuk menyelesaikan masalah. Sehingga perlu adanya penguatan pemahaman konsep secara individual dengan latihan individual terstruktur. Terkait dengan ini peneliti ingin meneliti apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
2.
Ada kemungkinan rendahnya prestasi trigonometri khususnya pada sub materi aturan sinus dan cosinus disebabkan oleh kecerdasan logika matematika siswa yang memang rendah. Kemampuan deret bilangan, numerik, konsep aljabar, dan logika siswa yang kurang diyakini akan mempengaruhi prestasi siswa. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah benar bahwa kecerdasan logika matematika siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam subpokok bahasan aturan sinus dan cosinus. Dalam konteks ini, kecerdasan logika matematika dianggap relatif tetap dalam diri siswa, sebelum ada perlakuan pihak luar untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika.
3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
D. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi pada: 1.
Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung untuk kelas kontrol ditinjau dari kecerdasan logika matematika.
2.
Kecerdasan
logika
matematika
siswa
dibatasi
kemampuan
numerik,
kemampuan konsep aljabar, kemampuan deret bilangan, dan kemampuan logika (penalaran). Dalam hal ini akan dibagi dalam tiga skala ordinal yaitu tinggi, sedang, dan rendah dalam populasinya. 3.
Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 5 Surakarta pada sub materi aturan sinus dan cosinus yakni prestasi belajar siswa yang dicapai setelah proses belajar mengajar.
E. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus?
2.
Apakah siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah pada sub materi aturan sinus dan cosinus?
3.
Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus? a. Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi, manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model pembelajaran langsung?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
b. Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang, manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model pembelajaran langsung? c. Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model pembelajaran langsung?
F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah: 1.
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
2.
Untuk mengetahui apakah siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. a. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model pembelajaran langsung pada siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi. b. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model pembelajaran langsung pada siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. c. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur atau dengan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pembelajaran langsung pada siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Memberikan informasi kepada guru matematika tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur khususnya dalam sub materi aturan sinus dan cosinus.
2.
Memberikan pengetahuan kepada siswa-siswa bahwa pelajaran matematika dapat disajikan dengan cara yang berbeda dan lebih menarik, sehingga membuat siswa belajar lebih nyaman dan dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.
3.
Sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan penelitian pada bidang
studi
lain
dengan
prosedur
commit to user
penelitian
yang
sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi Pada hakekatnya, setiap akhir pembelajaran siswa dituntut untuk memberikan prestasi tertentu sebagai wujud penampakan dari hasil pembelajaran secara nyata bagi tujuan instruksional. Prestasi diperlukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan prestasi, Zainal Arifin (1988: 3) menyatakan bahwa ³3UHVWDVL DGDODK KDVLO GDUL NHPDPSXDQ NHWUDPSLODQ GDQ VLNDS VHVHRUDQJ GDODP PHQ\HOHVDLNDQVXDWXKDO´ Sutratinah Tirtonegoro (2001 PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³3UHVWDVL DGDODK hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar ini dinyatakan dalam EHQWXNDQJNDKXUXIPDXSXQVLPEROSDGDWLDSSHULRGHWHUWHQWX´ Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), kata prestasi mempunyai pengertian "Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)". Dari berbagai pendapat tentang pengertian prestasi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang setelah melakukan sesuatu. b. Belajar Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu erat dengan belajar. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masykur (2007:32) yang mengatakan bahwa ³%HODMDU DGDODK SURVHV perubahan individu yang relatif permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau pengetahuan konkret sebagai produk adanya interaksi GHQJDQ OLQJNXQJDQ OXDU´ Perubahan ini meliputi perubahan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Senada dengan
Masykur,
Purwoto
commit to user 11
mengemukakan
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya (Purwoto, 2003: 21). Pendapat lain dikemukakan olHK:LQNHO EDKZD³%HODMDUDGDODK suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif NRQVWDQGDQEHUEHNDV´ Dari pendapat-pendapat tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang berupa interaksi antara individu dengan individu atau dengan lingkungan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan ketrampilan (aspek psikomotor) c. Pengertian Matematika ,VWLODK PDWHPDWLND EHUDVDO GDUL NDWD \XQDQL ³PDWKHLQ´ DWDX ³PDQWKHQHLQ´ yang berarti mempelajari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723), ³0DWHPDWLNDDGDODKLOPXWHQWDQJELODQJDQ-bilangan dan prosedur operasional yang GLJXQDNDQGDODPSHQ\HOHVDLDQPDVDODKPHQJHQDLELODQJDQ´ 3XUZRWR PHQJHPXNDNDQEDKZD³0DWHPDWLNDDGDODKSHQJHWDKXDQ tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma GDQSRVWXODWGDQDNKLUQ\DNHGDOLO´ Sedangkan R. Soejadi (2000:11) mengemukakan bahwa beberapa definisi sebagai berikut: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang memiliki objek kajian abstrak dengan pola keteraturan yang terorganisir secara sistematik dalam penyelesaian masalah. d. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian prestasi, belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik sebagai usaha yang telah dilakukan dalam bentuk penguasaan pengetahuan tentang pola keteraturan, terstruktur yang logik dan teroganisir secara sistematik melalui interaksi dengan manusia, dengan lingkungan sekitarnya yang dapat menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, maupun kalimat dalam periode tertentu.
2. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kepada kita untuk mendesain pembelajaran sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu, Soekamto dalam Trianto (2007:5) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang maupun para pemberi pembelajaran dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Trianto (2007:6), model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri khusus, yaitu: 1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, 2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3) tingkah laku memberikan pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai. Sejalan dengan pendapat di atas Arends (2004: 26) mengemukakan bahwa ³ A model is more than a specific method or strategy. It is overall plan or pattern for KHOSLQJ VWXGHQWV WR OHDUQ VSHFLILF NLQGV RI NQRZOHGJH DWWLWXGHV RU VNLOOV´. Model pembelajaran lebih dari metode atau stategi tertentu, model pembelajaran merupakaan keseluruhan rencana atau pola untuk membantu siswa dalam belajar ilmu pengetahuan, sikap atau kemampuan tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar serta digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun model pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: b. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuaan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Adapun ciri-ciri pembelajaran langsung menurut Lambas, dkk (2004:6) adalah sebagai berikut : 1) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar. 2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Fasefase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Tabel 2.1. Fase-fase Model Pembelajaran Langsung Fase ke1
Indikator
Kegiatan Guru
Menyampaikan tujuan dan Menjelaskan mempersiapkan siswa
tujuan,
materi
prasyarat, memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa
2
Mendemostrasikan
Mendemostrasikan
ketrampilan
pengetahuan dan ketrampilan
atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Membimbing pelatihan
Guru
memberikan
latihan
terbimbing 4
Mengecek pemahaman dan Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
5
Memberikan
latihan
penerapan konsep
memberikan umpan balik dan Mempersiapkan
latihan
untuk
siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari±hari (Lambas, dkk, 2004:7)
c. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Lambas, dkk (2004:11), model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya dituntut untuk secara individual berupaya mencapai sukses atau berusaha mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama, aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. (http://www.docs-finder.com/jurnal-pendidikan-model-STAD-pdf-html) Menurut Slavin (2008:4), dalam model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, saling berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dalam pemahaman masing-masing. Oleh karena itu sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar kelompok, melainkan terdapat prosedur yang harus dilalui. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan, antara lain: 1) Saling ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka 4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pemebelajaran
mengemukakan
tiga
kooperatif.
konsep
tersebut
Slavin
dalam
yaitu
Isjoni
penghargaan
(2009:21) kelompok,
pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Central to the goals of cooperative learning in science and mathematics education is the enhancement of achievement, problem solving skills, attitudes and inculcate values. Tujuan utama pembelajaran kooperatif dalam pendidikan matematika dan ilmu alam adalah peningkatan prestasi belajar, kemampuan menyelesaikan masalah, sikap, dan menanamkan nilai-nilai.(Effandi Zakaria and Zanaton Iksan :2007) Senada dengan pendapat di atas Lambas dkk (2004 :11) , mengemukakan tiga tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. 2) Penerimaan terhadap keragaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
3) Pengembangan ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial ini meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok dll. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Indikator
Fase 1
Menyampaikan
Aktivitas Guru tujuan Menyampaikan semua tujuan pelajaran
dan memotivasi siswa
yang
ingin
dicapai
pada
pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar 2
Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa Menjelaskan kepada siswa bagaimana ke
dalam
kelompok- caranya membentuk kelompok belajar
kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka 4
Evaluasi
Mengevaluasi
hasil
belajar
tentang
materi yang telah dipelajari atau masingmasing
kelompok
mempresentasekan
hasil kerjanya 5
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun kelompok
commit to user
(Lambas, dkk, 2004:12).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Slavin (2008) membedakan model pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe yaitu : Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Jigsaw, dan lain-lain. d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan relatif lebih mudah diterapkan oleh guru yang baru mengenal model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan tipe yang lain. Ide atau gagasan pokok yang mendasari digunakannya model pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa agar saling membantu satu sama lainnya dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Jika siswa ingin mendapatkan penghargaan kelompok, maka mereka harus saling membantu teman satu teamnya dengan saling bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban, mendiskusikan setiap perbedaan, saling membantu jika ada kesulitan dan kesalahan, saling membantu dalam memecahkan masalah dan dalam menguasai materi yang sedang dipelajari. Menurut Slavin ( 2008 : 143-144), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: 1) Presentasi Kelas Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada umumnya. Hal ini disebabkan karena dalam presentasi kelas dalam STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Materi pokok STAD diuraikan dalam presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi secara langsung dalam pertemuan kelas. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok, sehingga siswa memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas, karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan tes dimana hasil tesnya akan menentukan skor dalam kelompoknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim adalah bagian yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. 3) Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya. 4) Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka \DQJWHUEDLN7LDSVLVZDGLEHULNDQVNRU³DZDO´\DQJGLSHUROHKGDULUDWD-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Tabel 2.3. Skor Perkembangan Individu Skor Individu
Skor Perkembangan Individu
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5
10 ± 1 poin dibawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
30
awal)
commit to user
(Slavin, 2008: 159)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tabel 2.4. Tabel Penghargaan Kelompok Rata-rata skor kelompok
Penghargaan
15
x
20
Kelompok Baik
20
x
25
Kelompok Hebat
25
x
30
Kelompok Istimewa (Slavin, 1995: 80)
Dari komponen di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.5. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Kegiatan Pembelajaran
Fase
1. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang dan memotivasi siswa
ingin
dicapai
pada
pelajaran
tersebut
dan
memotivasi siswa belajar 2. Presentasi kelas
Guru menyajikan informasi atau materi pokok kepada siswa
3. Belajar tim
Guru
mengorganisasikan
kelompok-kelompok
belajar
siswa dan
ke
dalam
membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat bekerja dalam tim. 4. Kuis individual
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan jalan pemberian kuis individual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
5. Rekognisi tim
Guru memberikan penghargaan berdasarkan skor tim. Skor tim dihitung berdasar skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim yang merekognisi tim dengan skor tertinggi
e. Latihan Individual Terstruktur Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 570), kata latihan mempunyai pengertian pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan. Rusmansyah (2002) mengatakan bahwa kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang. Latihan terstruktur merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah. Lebih lanjut, Rusmansyah (2002) mengemukakan bahwa metode latihan terstruktur merupakan pembelajaran dengan memberikan latihanlatihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Pemberian latihan soal dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal dengan jenjang yang mudah menuju jenjang yang lebih sulit. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan individual terstruktur adalah suatu metode pembelajaran memberikan latihan-latihan berstruktur yang dikerjakan secara perseorangan terhadap apa yang telah dipelajari siswa setelah memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Norhadi (Rusmansyah:2002) mengatakan bahwa dalam memberikan latihan terstruktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Tujuan pembelajaran harus dijelaskan kepada siswa. 2) Menentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan. 3) Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa 4) Menyelingi latihan agar tidak membosankan. 5) Memperhatikan kesalahan-kesalahan umu yang dilakukan siswa untuk usaha perbaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur merupakan model pengembangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengembangan model ini berdasar adanya kekurangan pada model STAD yang melibatkan siswa dalam kelompok untuk mengkonstruksi pemahaman konsep, namun kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri. Akibatnya jika ada sebagian siswa yang tidak memenuhi syarat kemampuan untuk mempelajari konsep tersebut akan gagal memperoleh manfaat dalam kelompok. Padahal siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan dan motivasi yang beragam, sehingga diperlukan adanya individualisasi dalam pembelajaran. Slavin (2008:187) mengatakan bahwa, individualisasi dipandang penting khususnya dalam pelajaran matematika, dimana pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan. Selain itu individualisasi diperlukan dalam rangka penguatan konsep materi agar siswa lebih memahami konsep materi. Untuk dapat meningkatkan individualisasi dan kemandirian belajar yang efektif dapat dilakukan dengan pemberian latihan soal terstruktur secara individual. Komponen model pembelajaran
STAD dengan
Latihan
Individual
Terstruktur sama dengan komponen STAD, hanya saja sebelum diadakan kuis individual, ditambahkan fase belajar individual. Pada fase ini siswa diberikan soal latihan terstruktur terkait konsep materi yang diperoleh dalam kerja kelompok. Soal latihan terstruktur dari jenjang soal yang sederhana ke soal yang lebih kompleks. Hal ini dimaksudkan sebagai penguatan pemahaman konsep materi Dari langkah pembelajaran STAD secara umum, maka dikembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dengan langkah pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 2.6. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Latihan Individual Terstruktur Kegiatan Pembelajaran
Fase
1. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang dan memotivasi siswa
ingin
dicapai
pada
pelajaran
tersebut
dan
memotivasi siswa belajar 2. Presentasi kelas
Guru menyajikan informasi atau materi pokok kepada siswa
3. Belajar tim
Guru
mengorganisasikan
siswa
ke
dalam
kelompok-kelompok belajar dan membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat bekerja dalam tim. 4. Belajar individual
Siswa
mengerjakan
soal
terstruktursecara
individual dengan pemahaman konsep yang telah diperoleh pada fase 3. 5. Kuis individual
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan jalan pemberian kuis individual
6. Rekognisi tim
Guru memberikan penghargaan berdasarkan skor tim. Skor tim dihitung berdasar skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim yang merekognisi tim dengan skor tertinggi
3. Kecerdasan Logika Matematika a.
Kecerdasan Kendler dalam E.Mulyasa (2005:125) menyatakan bahwa intelegensi atau
kecerdasan
adalah
kemampuan
untuk
berfikir
abstrak,
belajar,
atau
mengintegrasikan pengalaman baru dan mangadaptasikan ke situasi ± situasi baru. Sedangkan, menurut Gardner (2003:32), kecerdasan merupakan bakat tunggal yang dipergunakan dalam situasai menyelesaikan masalah apapun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Dalam bukunya, Gardner juga mengidentifikasikan adanya 8 macam kecerdasan dalam diri setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda. Kedelapan kecerdasan tersebut antara lain : 1) Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) 2) Logic Mathematic intelligence (kecerdasan logika matematika) 3) Visual and spatial intelligence (kecerdasan visual dan spasial) 4) Music intelligence (kecerdasan musik) 5) Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) 6) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) 7) Kinestetic intelligence (kecerdasan kinestetik) 8) Natural intelligence (kecerdasan naturalis) Kecerdasan tertentu merupakan kunci untuk materi subyek sekolah tertentu, seperti matematika dan ilmu pengetahuan yang menekankan pada kecerdasan logika matematika. b.
Kecerdasan Logika Matematika Kecerdasan
logika
matematika
merupakan
faktor
penting
dalam
pembelajaran matematika. Kecerdasan ini penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Kecerdasan logika matematika didukung oleh kriteria empiris yakni daerah tertentu dari otak lebih menonjol dalam perhitungan matematika daripada daerah lain. Sehingga, kecerdasan logika matematika boleh jadi lebih dasar daripada kecerdasan ± kecerdasan yang lain. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menemukan perbedaan pola-pola numerik, kemampuan untuk melakukan argumentasi yang panjang teratur dengan pola pikir yang terstruktur secar logis (Martinis Jamaris:2005). Lebih lanjut, Martinis Jamaris mengatakan bahwa kecerdasan logika matematika adalah bagian dari kecerdasan jamak berkaitan dengan kepekaan dalam mencari dan menemukan pola yang digunakan untuk melakukan kalkulasi hitung dan berpikir abstrak serta berpikir logis. Masykur (2007:153) mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur dan menyelesaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
hal-hal yang bersifat matematis. Menurut, Amstrong (2002:3), kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan dalam hal angka dan logika. Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam hal penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan mencari keteraturan konseptual (pola numerik). Senada dengan Amstrong, Lwin, dkk (2008:43) mendefinisikan kecerdasan logika matematika adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola, dan pemikiran logis dan ilmiah. Sedangkan menurut Gardner, kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Gardner juga mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan logika matematika mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal), suka dengan angka, urutan, logika dan keteraturan Dari uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam menangani angka dan logika, serta menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal) dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan dalam kecerdasan matematika meliputi: 1) Kemampuan numerik Kemampuan numerik adalah kemampuan yang berhubungan dengan angka, dan kemampuan untuk berhitung serta melakukan operasi matematika.. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi mengerjakan perhitungan matematika secara tepat. 2) Kemampuan konsep aljabar Kemampuan konsep aljabar adalah kemampuan bekerja dalam konsep aljabar untuk menyelesaikan persoalan matematika. 3) Kemampuan deret bilangan Kemampuan deret bilangan adalah kemampuan mengurutkan, mendeteksi serta menganalisis pola angka-angka tertentu.
4) Kemampuan logika (penalaran) Kemampuan logika (penalaran) adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Kemampuan ini meliputi kemampuan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu serta menganalisa berbagai permasalahan matematika secara logis.
4. Tinjauan Tentang Aturan Sinus dan Cosinus Dalam penelitian ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri Indikator hasil belajar yang dapat digunakan untuk mencapai kompetensi dasar dalam penelitian ini diantaranya adalah siswa dapat : a) Merumuskan aturan sinus yang berlaku pada tiap segitiga b) Merumuskan aturan cosinus yang berlaku pada tiap segitiga. c) Menggunakan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikan soal perhitungan sisi atau sudut pada segitiga. Pada umumnya, pada pembelajaran langsung siswa diberikan rumus aturan sinus dan cosinus secara langsung oleh guru tanpa disertai pengkontruksian pemahaman oleh siswa sendiri. Akibatnya, siswa hanya menghafal rumus yang diberikan. Sehingga ketika siswa menghadapi permasalahan terkait dengan penggunaan aturan sinus dan cosinus, siswa mengalami kesulitan.
B. Kerangka Pemikiran Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, yakni sampai sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya adalah model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat menguasai bermacam-macam model pembelajaran dan mampu memilih dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
menerapkan model pembelajaran yang tepat pada setiap materi pelajaran yang diajarkan. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dapat menyebabkan kegiatan belajar mengajar berjalan kurang efektif sehingga dapat menyebabkan prestasi belajar siswa kurang optimal. Misalnya untuk sub materi aturan sinus dan cosinus, materi ini bertujuan agar siswa dapat merumuskan aturan sinus dan cosinus serta menyelesaikan permasalahan terkait aturan sinus dan cosinus. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang dapat meningkatkan kemampuan merumuskan aturan sinus dan cosinus dan meningkatkan kemampuan individual siswa dalam menyelesaikan permasalahan mengenai trigonometri Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur merupakan suatu model pengembangan dari pembelajaran STAD yang dapat memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif melalui tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur merupakan kombinasi antara belajar secara kelompok dan latihan terstruktur secara individual. Dalam model ini, siswa diarahkan untuk bekerjasama dalam kelompoknya, menilai kemampuan pengetahuan sendiri dan mengisi kekurangan anggota kelompoknya, untuk menguasai materi yang diajarkan. Sehingga kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran segera teratasi. Selain itu pemberian latihan soal terstruktur secara individual diberikan dalam rangka penguatan konsep materi agar siswa lebih memahami konsep materi. Sehingga siswa dapat meningkatkan individualisasi dan kemandirian belajar yang efektif. Akibatnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berbeda pada model pembelajaran langsung, dimana pembelajaran terpusat pada guru. Meskipun, pada model pembelajaran pembelajaran langsung guru sudah memberikan latihan-latihan dan selalu terbuka apabila siswa mengajukan pertanyaan, namun siswa tidak diajak untuk mengkonstruksikan sendiri ilmu yang mereka peroleh. Informasi yang diberikan oleh guru, itulah yang ada dibenak siswa. Sehingga kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran tidak segera teratasi. Prestasi belajar matematika antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi kecerdasan logika matematika siswa. Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam mengolah angka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dan menggunakan logika dalam memecahkan masalah. Kecerdasan logika matematika siswa meliputi kemampuan numerik, kemampuan konsep aljabar, kemampuan deret bilangan, dan kemampuan logika (penalaran). Oleh karena itu, kecerdasan logika matematika siswa akan menunjang prestasi belajar matematika siswa. Siswa dengan tingkat kecerdasan logika matematika yang berbeda, memiliki kecenderungan menggunakan kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memecahkan masalah yang berbeda pula. Sehingga mempengaruhi cepat lambatnya siswa menemukan sesuatu hal untuk menyelesaikan masalah secara logis. Akibatnya tingkat kecerdasan logika matematika yang berbeda
dalam belajar, akan
menghasilkan prestasi yang berbeda pula. Pada umumnya, siswa yang mempunyai kecerdasan logika matematika tinggi memiliki kecenderungan menyukai aktivitas berhitung dengan kecepatan tinggi, lebih mudah menyusun solusi dengan urutan yang logis dalam memecahkan masalah matematika. Apabila kurang memahami, siswa cenderung berusaha mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Akibatnya siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan logika matematika yang sedang maupun rendah. Begitu pula siswa yang mempunyai kecerdasan logika matematika sedang akan lebih mudah memahami suatu materi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan logika matematika yang rendah. Penerapan suatu model pembelajaran dalam pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh kondisi personal siswa, salah satunya adalah kecerdasan logika matematika. Pembelajaran dengan menggunaan model yang berbeda kemungkinan akan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pada masing-masing tingkat kecerdasan logika matematika siswa. Baik pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur maupun model pembelajaran langsung memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur siswa dituntut untuk selalu aktif belajar secara berkelompok untuk memahami konsep materi yang diajarkan. Selain itu, dalam penguatan pemahaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
konsep materi secara individual, siswa dituntut untuk menggunakan kecerdasan logika matematika. Pada umumnya siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyusun jalan keluar dan menggunakan logika dalam menyelesaikan masalah matematika. Sehingga, mudah dalam memahami materi. Akibatnya, pembelajaran pada siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dengan model yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang sama baiknya. Akan tetapi, pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur pada siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang maupun rendah akan menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur ini perbedaan individual mendapat perhatian secara khusus, yakni melalui kelompok yang heterogen. Sehingga kesulitan yang dihadapi siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang maupun rendah dalam pembelajaran dapat segera teratasi. Sehingga penerapan model pembelajaran dan tingkat kecerdasan logika matematika siswa yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula. Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, maka dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dan kecerdasan logika matematika siswa berperan dalam menentukan tingkat penguasaan mata pelajaran matematika yang tercermin dalam prestasi belajar matematika. Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut:
Model Pembelajaran Prestasi Belajar Matematika Kecerdasan Logika Matematika
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus. 2. Siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi, menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah pada sub materi aturan sinus dan cosinus. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. a.
Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur sama baiknya dengan model pembelajaran langsung.
b.
Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
c.
Pada siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah SMA Negeri 5 Surakarta pada kelas X semester II tahun ajaran 2010/2011, dan uji coba tes dilaksanakan di SMA Al Islam 1 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan menjadi tiga tahap yaitu: a. Tahap Persiapan 1) Bulan Desember 2010 : pengajuan judul skripsi. 2) Bulan Januari 2011
: pengajuan proposal skripsi.
3) Bulan Februari 2011 : pengajuan instrumen penelitian. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 yaitu pada tanggal 28 Maret 2011 sampai tanggal 25 April 2011. c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 1) Bulan Mei 2011 : pengolahan data hasil penelitian. 2) Bulan Juni 2011 : penyusunan laporan
B. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasiexperimental research), karena peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan. Budiyono (2003: 79) PHQ\DWDNDQ EDKZD ³7XMXDQ SHQHOLWLDQ HNVSHULPHQWDO VHPX DGDODK XQWXN memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi VHPXDYDULDEHO\DQJUHOHYDQ´ Dalam penelitian variabel bebas yang digunakan yaitu pengajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Individual Terstruktur sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung sebagai kelas kontrol. Sedangkan variabel bebas lain yang mungkin ikut mempengaruhi variabel terikat yaitu kecerdasan logika matematika siswa. 2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial sederhana 2
3, untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Kecerdasan Logika Matematika (B ) Model Pembelajaran (A) Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3) Model Pembelajaran STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
(a1)
ab11
ab12
ab13
Model Pembelajaran Langsung
(a2)
ab21
ab22
ab23
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115 ³3RSXODVL adalah keseluruhan REMHNSHQHOLWLDQ´$GDSXQSRSXODVLGDODPSHQHOLWLDQLQLDGDODKVHOXUXK siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 354 siswa. 2. Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dari 10 kelas X yang ada di SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011Sebagian populasi yang diambil tersebut dinamakan sampel. Suharsimi Arikunto (1998: 117) menyatakan bahwa ³6DPSHO DGDODK VHEDJLDQ DWDX ZDNLO SRSXODVL \DQJ GLWHOLWL´ Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan cara undian. Pada undian tersebut, yang pertama kali keluar ditetapkan sebagai kelas kontrol dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelas eksperimen. Dalam hal ini setiap kelas pada kelas X yang ada di SMA Negeri 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Surakarta tahun ajaran 2010/2011 merupakan cluster. Hasil undian diperoleh, kelas X9 sebagai kelas kontrol dan kelas X8 sebagai kelas eksperimen.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel bebas 1) Model Pembelajaran a) Definisi operasional : model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar
serta
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
merencanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, meliputi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dan model pembelajaran langsung. b) Skala pengukuran : skala nominal. c) Indikator : pemberian perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol. 2) Kecerdasan Logika Matematika a) Definisi operasional : kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam menangani angka dan logika, serta menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal) dalam memecahkan masalah matematika. b) Skala pengukuran : skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal Menurut Budiyono (2003:28), untuk mentransformasi skala dilakukan dengan aturan, misalnya yang di atas rerata plus setengah simpangan baku termasuk kategori baik, yang di bawah rerata dikurangi setengah simpangan baku termasuk kategori kurang, dan sisanya pada kateegori sedang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Dalam penelitian ini, skala ordinal terdiri dari tiga kategori, yaitu skala tinggi, sedang, dan rendah dalam populasi penelitian, berdasarkan rataan skor tes dan rataan deviasi. (i)
Kecerdasan logika matematika tinggi, jika
X+
i
1 s 2
(ii) Kecerdasan logika matematika sedang, jika X
1 s 2
i
X+
1 s 2
(iii) Kecerdasan logika matematika rendah, jika
i
X
1 s 2
Dengan : s adalah standar deviasi
i
adalah skor total siswa ke-i, dengan i = 1, 2, 3, ..., n
X adalah rerata dari seluruh skor total siswa c) Indikator : Skor tes kecerdasan logika matematika siswa. b. Variabel Terikat Prestasi belajar matematika 1) Definisi operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran matematika, yang ditunjukkan oleh nilai matematika dari siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. 2) Skala pengukuran
: Skala interval.
3) Indikator
: Nilai tes prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
2. Metode Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpul data. Dalam mengukur variabel diperlukan instrumen, dengan instrumen ini peneliti dapat memperoleh data. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ada dua macam, yaitu metode dokumentasi dan metode tes. a. Metode Dokumentasi 0HQXUXW %XGL\RQR ³0HWRGH GRNXPHQWDVL DGDODK FDUD pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-GRNXPHQ\DQJWHODKDGD´ Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai matematika kelas X semester I. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui atau menguji keseimbangan rerata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b. Metode Tes Suharsimi Arikunto (1998: 135 EHUSHQGDSDWEDKZD³7HVDGDODKVHUHQWHWDQ pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau NHORPSRN´ Tes digunakan untuk mengukur kecerdasan logika matematika siswa dan prestasi belajar. Tes berupa soal obyektif yang memuat beberapa pertanyaan sesuai indikator yang terdiri dari 25 soal untuk tes kecerdasan logika matematika dan 30 soal untuk soal tes prestasi belajar matematika dengan 5 alternatif jawaban. Adapun pemberian skor baik pada kecerdasan logika matematika maupun prestasi belajar adalah jika benar skor 1 dan jika salah skor 0.
3. Penyusunan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang kecerdasan logika matematika dalam populasi penelitian dan prestasi belajar matematika.
a. Tes Kecerdasan Logika Matematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Tes
kecerdasan
logika
matematika
berupa
soal
obyektif
dengan
menggunakan soal yang telah terstandarisasi. Soal dibuat oleh Dwi Sunar 3UDVHW\RQR GDODP EXNX ³3VLNRWHV XQWXN 60$ GDQ VHGHUDMDW´ . Sebelum dikenakan kepada subyek penelitian dilakukan uji validitas isi dan uji coba tes untuk mengetahui kesesuaian waktu pengerjaan, sehingga mampu mengukur kecerdasan logika matematika. b. Tes Prestasi Belajar Tes prestasi belajar disusun dalam bentuk soal obyektif berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Setelah instrumen tes prestasi belajar selesai disusun, selanjutnya diuji cobakan lebih dahulu sebelum dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun tersebut reliabel, dan memiliki konsistensi internal yang baik atau tidak. Untuk mendapatkan instrumen yang benar dan akurat harus memenuhi beberapa syarat diantaranya valid, reliabel, konsistensi internal, dan tingkat kesukaran. Cara untuk mengetahui bahwa instrumen tes prestasi belajar yang dibuat memenuhi syarat- syarat tersebut adalah: 1) Uji Validitas Isi Menurut Budiyono (2003:58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Budiyono menyarankan suatu langkahlangkah yang dapat dilakukan pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu: a) Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya. b) Membuat kisi-kisi soal. c) Menyusun soal tes beserta kuncinya d) Menelaah soal tes. Budiyono (2003: PHQ\DWDNDQ EDKZD ³8QWXN PHQLODL DSDNDK VXDWX instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement SHQLODLDQ \DQJ GLODNXNDQ ROHK SDUD SDNDU ´ Dalam hal ini para penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya para penilai menilai apakah masingmasing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisikisi yang ditentukan. Cara ini disebut relevance rattings. 2) Konsistensi Internal Konsistensi internal atau daya pembeda masing masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir tersebut dengan skor totalnya. Dengan menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut n
rXY n
XY
X2
X
X 2
Y Y2
n
Y
2
Keterangan: = indeks daya pembeda untuk butir ke-i rXY n = banyaknya subjek yang dikenai tes X = skor untuk butir ke±i Y = total skor dari subjek Dalam penelitian ini butir soal tes prestasi dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika rXY
0.3 (Budiyono, 2003:65)
3) Uji Reliabilitas %XGL\RQR \DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD ³6XDWX LQVWUXPHQ GLVHEXW reliabel apabila hasil pengukuran dari instrumen tersebut adalah sama atau jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama DWDXSDGDZDNWX\DQJEHUODLQDQ´ Penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan rumus dari KuderRichardson (KR±20) sebagai berikut :
r11
n n 1
st
2
piqi st
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen n = banyaknya butir soal pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi = 1±pi st2 = variansi total Suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 0.70. (Budiyono, 2003:69) 4) Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya butir soal disebut tingkat kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antar 0,0 sampai 1,0. Tingkat kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan tingkat kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya tingkat 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah. Tingkat kesukaran ini diberi simbol p. Rumus mencari p adalah sebagai berikut:
p
B N
Keterangan : p = tingkat kesukaran butir soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar N = banyaknya peserta tes Tingkat kesukaran perangkat soal dapat ditentukan dengan menjumlah tingkat kesukaran semua butir soal, kemudian dibagi dengan banyaknya butir soal. Tingkat kesukaran perangkat soal dapat dirumuskan sebagai berikut P(perangkat soal)
p n
Keterangan : P = tingkat kesukaran perangkat soal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
p = tingkat kesukaran butir soal n = banyaknya butir soal Tingkat kesukaran butir dan perangkat soal dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mudah, sedang, dan sukar dengan rincian sebagai berikut: a) Sukar jika 0
P
0.25
b) Sedang jika 0.25
P
c) Mudah jika 0.75
P 1.00
0.75
Tingkat kesukaran untuk tes hasil belajar dianggap baik bila berkisar sekitar 0,50. (Asmawi Zainul,dkk, 1995:158-160)
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t, yaitu : a. Menentukan hipotesis H0 :
(kedua populasi seimbang) H1 : 1 2 (kedua populasi tidak seimbang) b. Tingkat signifikansi : 0,05 1
2
c. Statistik uji t
(X 1 sp
sp2
X2)
1 n1
1 n2
~ t (n1
n2
2)
(n1 1) s12 (n2 1) s2 2 n1 n2 2
Keterangan: t
= harga statistik yang diuji t ~ t(n1+n2-2)
X1
= rata-rata nilai pada kelas eksperimen
X 2 = rata-rata nilai pada kelas kontrol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
s1 2 s2
2
= variansi dari kelas eksperimen = variansi dari kelas kontrol
n1
= cacah anggota kelas eksperimen
n2
= cacah anggota kelas kontrol
s 2 p = variansi gabungan
sp
= deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik : DK = {t t e. Keputusan uji : jika t f.
t
2
atau t
2
}
DK maka H0 ditolak
Kesimpulan 1) Jika H0 diterima maka kedua populasi seimbang. 2) Jika H0 ditolak maka kedua populasi tidak seimbang . (Budiyono, 2004:156) 2. Uji Prasyarat Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, untuk uji normalitas digunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut : 1) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Tingkat signifikansi :
= 0.05
3) Statistik uji L = Maks F(zi)
S(zi)
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
F(zi)
= P(Z
zi);
Z ~ N (0,1)
n
fi i 1
S(zi)
=
proporsi cacah z
zi
= skor terstandar untuk
s
= standar deviasi sampel;
X
= rataan sampel
n
zi terhadap seluruh cacah zi i ; dengan z i =
Xi
X s
4) Daerah kritik DK = {L L Harga L
;n
L ;n} dengan n adalah ukuran sampel
dapat dilihat pada tabel Lilliefors pada tingkat signifikan
dengan
derajat kebebasan n 5) Keputusan uji H0 ditolak jika L
DK atau Ho diterima jika L
DK
6) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh (Budiyono, 2004:170) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama. Pada penelitian ini, untuk uji homogenitas digunakan metode Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat, sebagai berikut : 1) Hipotesis H0 :
2 1 =
2 2 =
2 3
«
k
2
(populasi-populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen) 2) Tingkat signifikansi :
= 0.05
3) Statistik uji 2
=
2.203 (f log RKG c
fj log sj2)
Keterangan : 2 ~ 2 (k-1) k = banyaknya populasi (banyaknya sampel)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
f
= derajat kebebasan untuk RKG = N±k
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj 1 = «N
j
N = banyaknya seluruh pengukuran nj = banyaknya pengukuran pada sampel ke-j c
=1+
1 fj
1 3(k 1) SS j
RKG =
fj
; SSj =
1 fj
Xj
Xj
2
2
nj
n j 1 sj
2
4) Daerah kritik DK = {
2
|
2
2
;k-1}
dan (k-1), nilai
Untuk beberapa
2
;k-1 dapat
dilihat pada tabel nilai chi kuadrat
dengan derajat kebebasan (k-1). 5) Keputusan uji H0 ditolak jika
2
DK atau Ho diterima jika
2
DK.
6) Kesimpulan a) Jika H0 tidak ditolak maka populasi-populasi homogen. b) Jika H0 ditolak maka populasi-populasi tidak homogen. (Budiyono, 2004:175) 3. Uji Hipotesis a. Tahap Uji Anava Dua Jalan Untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi efek kolom terhadap variabel terikat, hipotesis dalam penelitian ini dianalisa dengan analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama dengan model sebagai berikut:
X ijk ( ) ij i j ijk Keterangan: = data amatan ke±i dan kolom ke-j X ijk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
i j
)ij
( ijk
i
j
k
= rerata dari seluruh data amatan (rerata besar/ grand mean) = efek baris ke-i pada variabel terikat = efek kolom ke-j pada variabel terikat = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap rataan populasi juga disebut galat (error) = 1, 2; i = 1 untuk model pembelajaran STAD dengan Latihan Individual Terstruktur i = 2 untuk model pembelajaran langsung = 1, 2, 3; j = 1 untuk kecerdasan logika matematika siswa tinggi. j = 2 untuk kecerdasan logika matematika siswa sedang. j = 3 untuk kecerdasan logika matematika siswa rendah. = banyaknya data amatan pada setiap sel Tabel 3.2. Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas
Total Tinggi
Sedang
Rendah
(b1)
(b2)
(b3)
X11
X12
X13
X21
X22
X23
...
...
...
Xn1
Xn2
Xn3
Cacah Data
N11
N12
n13
N1
Jumlah Data
T11
T12
T13
G1
Rataan
X 11
X 12
X 13
X1
Data Amatan
Eksperimen (a1)
Jumlah Kuadrat
X 112 2
Suku Koreksi
Variansi
X 122 2
X 132 2
T11 n11
T12 n12
T13 n13
SS11
SS12
SS13
commit to user
X 12 T1 j j
2
n1 j
SS1 j j
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
X11
X12
X13
X21
X22
X23
...
...
...
Xn1
Xn2
Xn3
Cacah Data
n21
n22
n23
N2
Jumlah Data
T21
T22
T23
G2
Rataan
X 21
X 22
X 23
X2
Data Amatan
Kontrol (a2)
2 X 21
Jumlah Kuadrat
2
Suku Koreksi
Variansi
2 X 22
2 X 23
X 22
2
2
T21 n 21
T22 n22
T23 n23
SS21
SS22
SS23
T2 j j
Faktor B b1
b2
b3
Total
a1
ab11
ab12
ab13
A1
a2
ab21
ab22
ab23
A2
Total
B1
B2
B3
G
Faktor A
Keterangan : :
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
a2
:
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung
b1
:
kecerdasan logika matematika siswa tinggi
b2
:
kecerdasan logika matematika siswa sedang
b3
:
kecerdasan logika matematika siswa rendah
A1
:
jumlah data pada baris ke-1
commit to user
n2 j
SS 2 j j
Tabel 3.3. Tabel Rataan dan Jumlah Rataan
a1
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
A2
:
jumlah data pada baris ke-2
B1
:
jumlah data pada kolom ke-1
B2
:
jumlah data pada kolom ke-2
B3
:
jumlah data pada kolom ke-3
G
:
jumlah seluruh data amatan Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, yaitu: 1) Hipotesis : H0A : i = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) H1A : ada i yang tidak sama dengan nol (ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) H0B : j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H1B : ada j yang tidak sama dengan nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H0AB : ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB : ada ij yang tidak sama dengan nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) 2) Tingkat signifikansi : = 0.05 3) Komputasi Pada analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut : n ij : banyaknya data amatan pada sel-ij n h : rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
pq 1 n i, j ij
n ij
N : banyaknya seluruh data amatan = i, j 2
X ij SS ij =
X ij k
2
k
nij
SS ij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel-ij
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
AB ij : rataan pada sel-ij
A i : jumlah rataan pada baris ke-i =
AB ij j
B j : jumlah rataan pada kolom ke-j =
AB ij i
G : jumlah rataan semua sel =
AB ij i, j
Selanjutnya didefinisikan beberapa jumlah kuadrat yaitu :
Ai2 JKA = n h { q i B j2 JKB = n h { j p
JKAB = n h {
G2 } pq G2 } pq
2 G2 AB ij + pq i, j
Ai2 q i
SS ij } i, j
SS ij
JKG = i, j
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG Derajat kebebasan untuk masing±masing jumlah kuadrat tersebut adalah = p±1 dkA = q±1 dkB = (p±1) (q±1) dkAB =N 1 dkT Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing, diperoleh rataan kuadrat sebagai berikut: JKAB JKA RKA = RKAB = dkAB dkA JKG JKB RKB = RKG = dkB dkG 4) Statistik uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama adalah RKA yang merupakan nilai dari variabel random a) untuk H0A adalah Fa = RKG berdistribusi F dengan derajat kebebasan p±1 dan N pq; b) untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q 1 dan N pq;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
c) untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p 1)(q 1) dan N pq. 5) Daerah Kritik a) Untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > F
; p-1, N-pq
}
b) Untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > F
; q-1, N-pq
}
c) Untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > F
; (p-1)(q-1), N-pq
}
6) Keputusan Uji a) H0A ditolak jika Fa b) H0B ditolak jika Fab
DK. DK.
c) H0AB ditolak jika Fab
DK.
7) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh (Budiyono, 2004:227) b. Tahap Uji Lanjut Pasca Anava Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil. Uji komparasi ganda dilakukan apabila H0 ditolak dan variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas tiga kategori. Jika H0 ditolak tetapi variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas dua kategori maka untuk melihat perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji komparasi juga perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel bebas. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1) Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada 2) Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi 3) Menentukan tingkat signifikansi 4) Mencari harga statistik uji F , antara lain: a) Komparasi Rataan antar Baris Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris adalah Fi.-j. =
Xi
X
2 j
1 ni
RKG
1 nj
Keterangan : : nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j Fi.-j. Xi : rataan pada baris ke-i Xj : rataan pada baris ke-j RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi : ukuran sampel baris ke-i ni nj : ukuran sampel baris ke-j DK = {F F >(p-1)F ; p-1, N-pq} b) Komparasi Rataan antar Kolom Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah F.i-.j =
X RKG
i
X 1 ni
2 j
1 nj
Keterangan : F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j Xi : rataan pada kolom ke-i Xj : rataan pada kolom ke-j RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi : ukuran sampel kolom ke-i ni nj : ukuran sampel kolom ke-j Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F | F > (q-1)F c) Komparasi Rataan antar Sel Pada Kolom yang Sama
; q-1, N-pq
}
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Fij-kj =
X ij RKG
2
X kj 1 n ij
1 n kj
Keterangan : Fij-kj : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan pada selkj X ij : rataan pada sel-ij X kj : rataan pada sel-kj RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n ij : ukuran sel-ij n kj
: ukuran sel-kj
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F F > (pq-1)F d) Komparasi Rataan antar Sel Pada Baris yang Sama
; pq-1, N-pq}
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah : Fij-ik =
X ij RKG
X ik 1 n ij
2
1 n ik
Keterangan : Fij-ik : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan pada sel-ik X ij : rataan pada sel-ij X ik : rataan pada sel-ik RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n ij : ukuran sel-ij
: ukuran sel-ik n ik Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F F >(pq-1)F
; pq-1, N-pq}
e) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata f) Menyusun rangkuman analisis ( Budiyono, 2004:213)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data skor uji coba dan skor pada sampel penelitian yang masing-masing terdiri dari data skor tes prestasi belajar matematika siswa dan data nilai kecerdasan logika matematika siswa. Setelah kedua data tersebut diperoleh selanjutnya data tersebut diuji. Berikut ini uraian tentang data yang diperoleh.
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes prestasi belajar pada sub materi aturan sinus dan cosinus dan tes kecerdasan logika matematika. a. Tes Kecerdasan Logika Matematika Uji validitas isi tes kecerdasan logika matematika dilakukan oleh dua orang validator yaitu Darmanto, S.Pd, guru SMA Negeri 5 Surakarta dan Dr. Imam Sujadi, M.Si , dosen Pendidikan Matematika UNS. Dari hasil validasi oleh validator diperoleh bahwa instrumen tes kecerdasan logika matematika sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang layak dan baik digunakan untuk penelitian. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. b. Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa 1) Validitas Isi Tes prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus terdiri dari 30 butir soal. Uji validitas isi tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh dua orang validator, yaitu Darmanto, S.Pd, guru SMA Negeri 5 Surakarta dan Heni Ekana C, S.Si, M.Pd, dosen Pendidikan Matematika UNS. Berdasarkan uji validitas isi yang dilakukan oleh dua validator tersebut, dari 30 butir soal tes prestasi belajar matematika, semua butir soal dikatakan valid secara validitas isi. Hasil validasi dapat dilihat pada
lampiran
commit to user 50
19.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
2) Konsistensi Internal Tes prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus yang diujicobakan sebanyak 30 butir soal. Setelah dilakukan uji konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi momen produk diperoleh 23 butir soal yang konsisten, yaitu yang memenuhi rxy 0,3. Sedangkan 7 butir soal lainnya tidak konsisten karena rxy < 0,3. Dari 7 butir soal yang tidak konsisten tersebut tidak mempengaruhi indikator yang digunakan untuk penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20. 3) Reliabilitas Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan r11 = 0,863. Karena r11 0,7 akibatnya instrumen tes prestasi belajar matematika dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21. Dari ketiga persyaratan tersebut diperoleh 23 butir soal yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan 7 butir soal tidak digunakan, yaitu butir soal nomor 1, 5, 17, 19, 22, 27, dan 28 4) Tingkat kesukaran Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran soal yang digunakan penelitian diperoleh tiga tingkatan soal yakni soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Dari 23 soal diperoleh 4 butir soal kategori mudah, 18 soal kategori sedang dan 1 butir soal kategori sukar. Perangkat soal memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,544. Tingkat kesukaran perangkat soal berkisar 0,50, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat soal termasuk dalam kategori sedang dan baik digunakan
sebagi instrumen penelitian.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa Dari data prestasi belajar matematika siswa kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rataaan ( X ), median (Me), modus (Mo) dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) serta simpangan baku (s) yang dirangkum dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa Ukuran Tendensi Sentral Kelas
Ukuran Dispersi Skor
Skor
Min
Maks
82,61
52,17
78,26
47,83
X
Mo
Me
Eksperimen
82,489
82,61
Kontrol
75,846
78,26
J
s
100
47,83
10,572
95,65
47,82
11,593
3. Data Skor Kecerdasan Logika Matematika Siswa Data tentang kecerdasan logika matematika siswa diperoleh dari tes kecerdasan logika matematika siswa, selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata gabungan ( X gab) dan setengah dari standar
1 deviasi ( sgab). Dari hasil perhitungan kedua kelas diperoleh X gab = 71,611 dan sgab 2 = 9,961. Penentuan kategori kecerdasan logika matematika siswa sesuai Tabel 4.2. Tabel 4.2 Penentuan Kategori Kecerdasan logika Matematika Siswa Kategori
Ketentuan X
Tinggi Sedang Rendah
X gab
1 X gab+ sgab 2
1 sgab 2 X
1 X gab+ sgab 2
X
X gab
1 sgab 2
Rentang Skor(X) X 66,630 X
76,592 X
76,592
66,630
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat disajikan kategori kecerdasan logika matematika siswa sesuai Tabel 4.3. Tabel 4.3 Sebaran Kategori Kecerdasan Logika Matematika Siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Jumlah Siswa untuk Tiap Kategori Kecerdasan Logika Matematika
Kelas
Tinggi (siswa)
Sedang (siswa)
Rendah (siswa)
Eksperimen
6
21
9
Kontrol
13
15
8
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen Uji
persyaratan
eksperimen
menggunakan
uji
keseimbangan.
Uji
keseimbangan ini diambil dari nilai Ujian Akhir Semester I (UAS I) untuk mata pelajaran matematika pada kelas eksperimen (X 8) dan kelas kontrol (X 9). Rataan dan variansi nilai UAS I disajikan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rataan dan Variansi Nilai UAS I Kelas
Jumlah (siswa)
Rataan
Variansi
Eksperimen
36
58,111
219,244
Kontrol
36
52,639
207,723
Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan tujuan menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas kedua kelas dengan metode Lilliefors disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Lobs
Ltabel
Keputusan Uji
Kelas Eksperimen
0,079
0,148
H0 diterima
Kelas Kontrol
0,073
0,148
H0 diterima
Sampel
Dari Tabel 4.5 tampak bahwa Lobs untuk masing-masing sampel tidak melebihi dari Ltabel sehingga keputusan adalah H0 diterima dengan kesimpulan bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 untuk normalitas kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol pada lampiran 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Hasil uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t diperoleh t = 1,589 bukan anggota daerah kritik {DK = t| t<-1,960 atau t>1,960}, maka H0 diterima. Hal ini berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari dua populasi yang memiliki keadaan awal sama sehingga bisa disimpulkan kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
2. Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors. Hasil analisis uji normalitas skor prestasi belajar matematika siswa disajikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas N
Lmaks
Ltabel
Keputusan Uji
Kesimpulan
Eksperimen
36
0,086
0,148
H0 diterima
Normal
Kontrol
36
0,113
0,148
H0 diterima
Normal
19
0,142
0,195
H0 diterima
Normal
36
0,106
0,148
H0 diterima
Normal
17
0,128
0,206
H0 diterima
Normal
Sumber
Kecerdasan Logika Matematika Tinggi Kecerdasan Logika Matematika Sedang Kecerdasan Logika Matematika Rendah
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan merupakan anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas kelompok eksperimen, kontrol, kecerdasan logika matematika tinggi, sedang dan rendah berturut-turut dapat dilihat pada lampiran 27, 28, 29, 30, dan 31.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil analisis uji homogenitas yang disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Homogenitas Sumber
K
ǒ2obs
ǒ2tabel
Keputusan Uji
Kesimpulan
Model Pembelajaran
2
0,280
3,841
H0 diterima
Homogen
3
5,771
5,991
H0 diterima
Homogen
Kecerdasan Logika Matematika
Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa semua harga ǒ2obs bukan merupakan anggota daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan homogenitas model pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 32, homogenitas kecerdasan logika matematika pada lampiran 33.
C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber variansi Model pembelajaran (A)
JK
dk
RK
Fobs
F
982,448
1
982,448
10,292
3,992
2259,955
2
1129,978
11,837
3,142
253,226
2
126,613
1,326
6300,199
66
9795,827
71
95,458 -
-
3,142 -
Kecerdasan Logika Matematika Interaksi Galat Total
(B) (AB) (G)
commit to user
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.8 dapat diperoleh informasi sebagai berikut : a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak. Ada perbedaan pengaruh antar baris terhadap variabel terikat. Hal ini berarti kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. b. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak. Ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat. Hal ini berarti ketiga kategori kecerdasan logika matematika siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. c. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak. Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. (Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran 34)
2. Uji Komparasi Ganda
a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava tidak perlu menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup menggunakan perbandingan rataan marginalnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Tabel 4.9 Rataan Skor Prestasi Belajar Siswa Kecerdasan Logika Matematika Model Pembelajaran
Rataan Marginal
Tinggi
Sedang
Rendah
85,508
84,266
76,329
82,489
Pembelajaran Langsung
80,602
78,841
62,503
75,846
Rataan Marginal
82,152
81,885
69,822
STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
Dari rataan marginal pada Tabel 4.9 rataan marginal pada baris model STAD dengan latihan individual terstruktur lebih besar dari rataan marginal pada baris model pembelajaran langsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model STAD dengan latihan individual terstruktur memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom Hasil anava pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap prestasi belajar, yakni terdapat perbedaan pengaruh kategori kecerdasan logika matematika tinggi, sedang, rendah terhadap variabel terikat sehingga perlu dilakukan uji komparasi rataan antar kolom. Perhitungan hipotesis komparasi antar kolom dapat dilihat pada lampiran 35. Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom Hipotesis
Fobs
(q-1)F(0,05;(q-1):(N-pq))
Keputusan Uji
.1
.2
0,009
6,284
H0.1-2 diterima
.1
.3
14,289
6,284
H0.1-3 ditolak
.2
.3
17,602
6,284
H0.2-3 ditolak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Dari rangkuman komparasi rataan antar kolom pada tabel 4.10, diperoleh
.1
.2
, artinya rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan
logika matematika tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Pada komparasi kolom pertama dan ketiga diperoleh
.1
.3
, artinya
rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan matematika logika rendah. Rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi lebih tinggi dari rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Pada komparasi kolom kedua dan ketiga diperoleh
.2
.3
, artinya
rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang lebih tinggi dari rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, dan siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum dalam tabel 4.8 diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa. Karena H0AB ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada baris yang sama. d. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8 dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan logika matematika siswa (H0AB tidak ditolak), karenanya tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berikut adalah hasil analisis data dengan anava dua jalan dengan sel tak sama sehubungan dengan pengajuan hipotesis yang telah dikemukakan pada BAB II. 1. Hipotesis Pertama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8 diperoleh Fobs = 10,292 > 3,992 = F(0,05;1;66), dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Fobs merupakan anggota daerah kritik, sehingga H0A ditolak yang berarti bahwa kedua model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dan model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Dari tabel 4.9 rataan marginal prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur yaitu sebesar 82,489. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung mempunyai rataan marginal sebesar 75,846. Dari rataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif pembelajaran tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
pembelajaran langsung. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
model
pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan
Individual
pemahaman
Terstruktur
lebih
menekankan
pada
pengkonstruksian
konsep melalui kerja kelompok, dengan tetap memperhatikan
kemampuan individual melalui latihan individual terstruktur. Dalam proses bekerjasama setiap siswa berhubungan antar anggota kelompok, memberikan sumbangan pikiran, saling mempengaruhi, ikut aktif, dan mendapatkan pembagian tugas yang sama, hal tersebut menjadikan suasana menjadi kondusif sehingga siswa dapat lebih termotivasi untuk meningkatkan
prestasi
kelompoknya
yang
berpengaruh besar terhadap prestasi individualnya. Selain itu melalui latihan individual yang terstruktur, siswa dapat menguatkan pemahaman konsep materi, sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik. 2. Hipotesis Kedua Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8 diperoleh Fobs = 11,837 > 3,142 = F(0,05;2;66), sehingga Fobs merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0B ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh tingkat kecerdasan logika matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Ditolaknya H0B mengandung pengertian bahwa tingkat kecerdasan logika matematika siswa memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Dari hasil komparasi antar kolom padad tabel diperoleh bahwa
a.
Komparasi antar kolom pertama dan kedua Fobs = 0,009 < 6,284 = 2F(0,05;2;66) sehingga Fobs merupakan bukan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0 diterima yang berarti bahwa rataan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. b.
Komparasi antar kolom pertama dan ketiga Fobs = 14,289 < 6,284 = 2F(0,05;2;66) artinya sehingga Fobs merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0 ditolak yang berarti bahwa rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
c.
Komparasi antar kolom kedua dan ketiga Fobs = 17,602 < 6,284 = 2F(0,05;2;66) artinya sehingga Fobs merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0 ditolak yang berarti bahwa rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Dari hasil komparasi antar kolom diperoleh kesimpulan bahwa siswa
dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, dan siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Hasil analisa di atas berbeda dengan hipotesis yang diajukan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi memiliki prestasi lebih baik dari siwa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah. Hal ini dimungkinkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
karena dengan model pembelajaran yang digunakan sudah mampu mengakomodir siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dan sedang, akibatnya siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi memiliki prestasi yang sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. 3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8 diperoleh Fobs = 1,326 < 3,142 = F(0,05;2;66), sehingga Fobs bukan anggota daerah kritik yang mengakibatkan H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, baik secara umum maupun jika ditinjau pada masing-masing kategori kecerdasan logika matematika siswa. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa walaupun diberi perlakuan model pembelajaran yang berbeda ditinjau dari kecerdasan logika matematika siswa maka hasilnya tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Tidak terjadinya interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika dimungkinkan karena siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi lebih termotivasi menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memahami suatu materi dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur. Berbeda ketika mereka belajar pada model pembelajaran langsung, siswa hanya menerima materi sebagai usaha mereka. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan dapat mengakomodir siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dan sedang. Di samping faktor-faktor di atas, adanya penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dapat memotivasi semua tingkatan kecerdasan logika matematika. Sehingga usaha belajar yang dilakukan,
ditingkatkan agar kelompok mereka mampu meraih
predikat terbaik. Dengan demikian, tingkat pemahaman siswa pada semua tingkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
kecerdasan logika matematika menjadi lebih baik dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur daripada dengan model pembelajaran langsung. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dan model pembelajaran langsung tidak bergantung pada kecerdasan logika matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis data serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung. 2. Tingkat kecerdasan logika matematika siswa memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi yang sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika sedang dan lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, baik secara umum maupun jika ditinjau pada masing-masing kategori kecerdasan logika matematika siswa.
B. Implikasi Berdasarkan kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, di sampaikan implikasi yang mungkin berguna, baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa apabila dibandingkan dengan model pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur lebih melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya, siswa belajar bersama dan bertukar informasi dalam suatu kelompok belajar untuk menuntaskan materi pelajaran sehingga dalam pembelajaran ini siswa benar-benar menjadi subyek belajar. Selain itu, melalui latihan individual, siswa dapat menguatkan pemahaman konsep materi dan berkembang sesuai dengan kemampuan individualnya. Adanya penghargaan kelompok di dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur memberikan motivasi belajar pada siswa sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik. Sedangkan, pada model pembelajaran pembelajaran langsung, proses belajar mengajar sebagian besar berpusat pada guru. Meskipun, pada model pembelajaran pembelajaran langsung guru sudah memberikan latihan-latihan dan selalu terbuka apabila siswa mengajukan pertanyaan, namun siswa tidak diajak untuk mengkonstruksikan sendiri ilmu yang mereka peroleh. Sehingga membaca dan menerima informasi yang diberikan oleh guru, menjadi usaha mereka ketika belajar pada model pembelajaran langsung. Kecerdasan logika matematika berperan penting dalam pembelajaran matematika karena didalamnya memuat kemampuan berpikir seseorang menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka untuk memecahkan masalah matematika. Pada umumnya siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah. Namun hasil penelitian yang diperoleh, siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi memiliki prestasi yang sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan mampu memotivasi siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dan sedang dalam meningkatkan prestasi belajar matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dikelas terutama pada sub materi aturan sinus dan cosinus, lebih luasnya dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada pokok bahasan yang lainnya sesuai dengan kondisi materi yang akan diajarkan. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai untuk suatu materi tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar salah satunya kecerdasan logika matematika siswa. Pada dasarnya setiap siswa memiliki kecerdasan logika matematika yang berbeda-beda. Namun dengan rangsangan belajar yang menarik dan menyenangkan kecerdasan logika matematika ini bisa dilatih dan ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa secara optimal.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Dalam menyampaikan materi pelajaran matematika terutama pada jenjang SMA hendaknya memperhatikan adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat, karena tidak semua materi pelajaran cocok diajarkan dengan menggunakan model yang sama. Peneliti menyarankan pada sub materi aturan sinus dan cosinus, pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 2. Bagi Peneliti Dari hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 lebih baik dari model pembelajaran langsung. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur, terstruktur terletak pada penyusunan soal dimulai dari soal dengan jenjang yang mudah menuju jenjang yang lebih sulit. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada peneliti lain untuk mencoba menempatkan makna terstruktur pada cara berinteraksi dalam kelompok. 3. Bagi Siswa Siswa hendaknya berperan aktif dalam pembelajaran matematika. Salah satunya melalui belajar berkelompok, karena dengan belajar berkelompok dapat melatih interaksi sosial dan kerja sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga siswa dapat memahami konsep materi dengan baik dan memiliki pengalaman belajar sendiri.
commit to user