INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
49
PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Andi Kartika
[email protected]
Abstrak The capital struktur modal is a balance between the use of equity capital with the use of debt, which means how much equity and how much debt will be used, so as to generat optimal capital structure. This study aims to examine the effect of propability, aset struktur, sales growth and size of the company’s capital srtuktur on manufacturing companies Listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the year 2012-2014. The data used is data companies Listed on the Stock Exchange in the period 2012-2014. Researchers using purposive sampling and obtained a sample of 181 observation data. Analysis of data using multiple linier regression testing. The results showed that :Profitability negatif effect on the capital structure, asset structure does not effect the company’s capital structure, sales growth did not effect the company’s capital structure, the size of the company and significant positif effect on the company’s capital strukture Keywords : profitability, asset structure, sales groth, firm size and capital structure
1. Pendahuluan Pada saat ini dunia bisnis sedang mengalami era globalisasi dan teknologi yang mengakibatkan persaingan semakin ketat, sehingga perusahaan khususnya perusahaan manufaktur dituntut untuk meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya, sehingga perusahaan di tuntut untuk memiliki rencana strategis dan taktis yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu aspek penting dalam menjalankan rencana perusahaan adalah rencana pembelanjaan dan investasi. Rencana pembelanjaan dan investasi merupakan keputusan yang penting bagi manajer keuangan karena berkaitan dengan aktivitas pencarian dana. Salah satu cara pencarian dana atau modal bagi perusahaan adalah melalui pasar modal karena di pasar modal memungkinkan bagi perusahaan untuk menerbitkan sekuritas atau surat berharga. Akan tetapi keputusan perusahaan dalam menggunakan sumber dananya menghasilkan dampak yang berbeda bagi masing-masing perusahaan. Manajemen keuangan harus mampu melakukan keseimbangan terhadap struktur modal sehingga keperluan jangka pendek maupun jangka panjang dapat terpenuhi dan dibiayai dengan baik dari sumber-sumber pendanaan internal maupun eksternal perusahaan. Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri yang biasa disebut debt to equity ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio DER, akan semakin tinggi pula risiko yang akan terjadi dalam perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur utang lebih besar daripada modal sendirinya. Mengingat DER dalam perhitungannya adalah utang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika utang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER lebih dari satu atau penggunaan utang lebih besar dalam mendanai aktivitas perusahaan (Houston, 2001).
50
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
2. Kajian Teori 2.1. Struktur Modal Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001). Menurut Van Horne and Wachowicz (2007) struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang terdiri dari utang, saham preferen dan saham biasa. Pemenuhan akan kebutuhan dana dapat diperoleh dengan baik secara internal perusahaan maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal financing) adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan secara eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan utang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan utang dapat diperoleh dengan melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham baru.
Pecking Order Theory Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan). Apabila pendanaan dari luar ( external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri) (Saidi, 2004).
Trade Off Theory Trade Off Theory menjelaskan adanya hubungan antara, pajak, risiko kebangkrutan dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan utang, dimana dalam keadaan pajak nilai perusahaan akan naik minimal dengan biaya modal yang minimal. Asumsi dasar yang digunakan dalam teori trade off adalah adanya informasi asimetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik. Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston dan Brigham (1990), perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang (Sartono, 1999). 2.2. Struktur Aset Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang pertumbuhan assetnya rendah. Adanya pertumbuhan asset berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi, dimana penambahan tersebut berarti juga penambahan biaya bagi perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan asset maka, perusahaan semakin memerlukan biaya atau dana agar perusahaan dapat terus beroperasi. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan, pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan (Lukas, 2003). Pemenuhan kebutuhan akandana tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi penyusutan aktiva tetap, maupun dengan laba ditahan.
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
51
a. Pertumbuhan Penjualan Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat (Weston dan Brigham, 1993). Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi kecenderungan perusahaan menggunakan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Bigham and Houston (2006) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan dalam melakukan usaha untuk menjaga kestabilan penjualan dan meningkatkan laju pertumbuhan penjualan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membiayai operasi perusahaan. b. Ukuran perusahaan Suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas, setiap terjadi perluasan modal saham hanya berpengaruh kecil tehadap kemungkinan hilangnya pengawasan dari pihak dominan perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan dan total aktiva, mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan sehingga memperbanyak pula alternatif pendanaan yang dapat dipilih dalam meningkatkan profitnya. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil perusahaan menggunakan utang sebagai sumber dana perusahaan (Mardiyanto, 2009). Menurut Riyanto (2001), kebanyakan perusahaan industri sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Konsep dari signaling theory perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan menghindari penjualan saham sedangkan perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. 3. Kerangka Pemikiran Dan Pengembangan Hipotesis a. Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal Hasil pengujian memberikan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sehingga hipotesis pertama diterima. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu (Riyanto, 2001). Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang lambat akan mempunyai tingkat debt ratio yang rendah jika dibanding dengan rata-rata industri yang ada. Di lain pihak perusahaan yang cukup menguntungkan dalam industri yang sama akan memiliki tingkat debt ratio yang relatif tinggi. Meningkatnya profitabilitas akan meningkatkan daya tarik pihak eksternal (investor dan kreditor), dan jika kreditor semakin tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan, sangat memungkinkan debt ratio juga semakin meningkat (dengan asumsi peningkatan hutang relatif lebih tinggi daripada peningkatan modal sendiri). Dengan demikian, hubungan antara profitabilitas dengan debt ratio adalah hubungan negatif. H1: profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal b. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur moda Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva besar dapat menggunakan aktiva sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang dari pihak luar. Perusahaan dengan nilai aktiva yang besar lebih mudah dipercaya mendapatkan pinjaman dari pihak luar karena lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan perusahaan yang masih berskala kecil. Hal ini berlawanan dengna theory pecking order, ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan utangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. H2: struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal c. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan karena penjualan industri perusahaan manufaktur juga dilakukan
52
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
dengan penjualan kredit yaitu dalam bentuk piutang sehingga kreditur tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan kredit. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Kesuma (2009), Supriyanto (2008), Indrajaya (2011), Sbaiti (2010), Margaretha (2010) dan Rista (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. H3: pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal d. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal adalah positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berarti jika ukuran perusahaan naik, maka struktur modalnya juga naik secara signifikan. Semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal. Menurut Riyanto (2001), suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas, dimana setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak yang lebih dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, yaitu pihak pemegang saham pengendali dimana pemegang saham pengendali tersebut memiliki keputusan yang lebih besar dalam mengendalikan manajemen perusahaannya, dibandingkan dengan pemegang saham minoritas, sehingga keputusan yang diambil sering mengabaikan keputusan kelompok pemegang saham. H4: ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal
4. MODEL PENELITIAN Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model penelitian berikut: Gambar 1 Model Penelitian
ROA (X1)
SA (X2)
STR MDL (Y)
PP (X3) SIZE (X4) 4.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. 4.2. Populasi dan Pengambilan sampel Populasi adalah total dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Indonesia tahun 2012 - 2014. Nama perusahaan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purprosive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan hingga April 2015 2. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Rupiah
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
53
3. Perusahaan mendapatkan laba secara berturut-turut dari tahun 2012-2014 4. Memiliki data yang lengkap mengenai variabel penelitian 4.3. Jenis dan Teknik Pengambilan Data a. Jenis Data Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD). b. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah dengan melakukan kajian pustaka jurnal-jurnal dan buku akuntansi untuk memperoleh landasan teori yang komperehensif tentang struktur modal serta laporan keuangan perusahaan. 4.4. Definisi konsep Oprasional dan Pengukuran Variabel a. Definisi Konsep Penelitian ini terdiri atas 2 variabel utama yaitu; (1) variabel dependen, (4) variable independen.Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur modal.Variabel independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas,Struktur aktiva,Pertumbuhan penjualan,Ukuran perusahaan. b. Definisi Operasional Indrianto dan Supomo (2001:69) menyatakan definisi oprasional adalah penentuan construk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Adapun definisi oprasional adalah sebagai berikut: 1. Variable Dependen Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan pengaruh yang terjadi pada variable bebas (variabel independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Struktur modal. 2. Variabel Independen Dalam penelitian ini melibatkan 4 variabel independen yaitu: Profitabilitas, Struktur aktiva , Pertumbuhan penjualan, Ukuran perusahaan. 4.5. Metode Analisis Data Pada penelitian ini mengunakan metode analisis kualitatif yaitu suatu analisis data dalam bentuk angka-angka dan pembahasan melalui perhitungan statistik. Penjelasan kualitatif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah penyajian data secara numerik. Statistik deskriptif menyajikan ukuranukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel. Statistik deskriptif digunakan untuk mengambarkan profil data sampel yang meliputi antara lain mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali,2011). Dalam penelitian ini untuk menentukan normalitas data dilakukan uji statistik. Uji sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai z statistik untuk skewness dapat dihiutng dengan rumus: skewness 𝑍𝑠𝑘𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 = √6/N Sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan rumus: kurtosis 𝑍𝑘𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 = √24/N
54
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016 Uji Normalitas Z Skewness Statistics Unstandardized Residual N
Valid
228
Missing
0
Skewness
2.542
Std. Error of Skewness
.161
Kurtosis
8.625
Std. Error of Kurtosis
.321
c. Pengujian Asumsi Klasik Mengingat data yang digunakan adalah data skunder, maka untuk memenuhi syarat yang ditentukan sebelum dilakukan sebelum dilakukan uji hipotesis melalui uji-t maka perlu dilakukan pengujian beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu : uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: d. Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara variable independen dalam suatu model regresi.Untuk mengetahui apakah terjadi multikolineritas atau tidak dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Ada tiga cara untuk memdeteksi ada , atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi. Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
Profitabilitas
.931
1.074
Struktur Aktiva
.938
1.066
Pertumbuhan Penjualan
.982
1.018
Ukuran Perusahaan
.972
1.028
e. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya), autokorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series.Uji autokorelasi ini dilakukan dengan membandingkan nilai DurbinWatson, dengan ketentuan sebagai berikut (Imam Ghozali,2006:95) Uji Autokorelasi Model Summaryb Mod el
R
1
.530a
R Adjusted Square R Square .281
.264
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
.1033270
1.760
f. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujutan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatupengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengunakan Uji Park. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka adanya indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali,2006).
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
55
Hasil Uji Park Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
-.020
.032
-.624 .534
.032
.024
.105 1.355 .177
Struktur Aktiva
-.006
.011
-.043 -.555 .580
Pertumbuhan Penjualan
-.010
.014
-.057 -.762 .447
.002
.001
.107 1.416 .159
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Std. Error
Beta
t
Sig.
4.6. Uji Model a. Koefisien Determinasi Dalam uji linear berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien determinasi I keseluruhan.R digunakan untuk ketepatan yang paling baik dari analisis regresi linear berganda. Jika R mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variabel independen menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006). Koefisien Determinasi Model Model Summary Model
R
1
Adjusted R Square
R Square
.530a
.281
Std. Error of the Estimate
.264
.1033270
Uji Signifikansi Simultan (uji F) Uji model atau uji Anova ( F test ) missal menghasilkan nilai F hitung dengan tingkat signifikansi yang ditentukan (p<0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen Y atau bias dikatakan bahwa variabel independen (X1, X2, X3, X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen Y UJI F ANOVAb
Model 1
Sum of Squares
Mean Square
Df
Regressi on
.733
4
Residual
1.879
176
Total
2.612
180
F
.183 17.160
Sig. .000a
.011
4.7. Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikansi Prameter Individual (Uji t statistik) Uji parsial t digunakan untuk mengetahui seberapah jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali,2006). Dari variabel independen (X1, X2,X3,X4). Struktur Modal =b1 Prof + b2 SA + b3 PP + b4 UP + e Keterangan Persamaan Regresi : Y = struktur modal X1 = profitabilitas X2 = struktur aktiva X3 = pertumbuhan penjualan X4 = ukuran perusahaan
56
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016 b e
= koefisien regresi berganda = error (tingkat kesalahan pengganggu)
b. Uji Hipotesis (Uji t) Uji t dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial (individu) dari variabel variabel independen terhadap variabel dependen Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai t tabel ( nilai kritis ) sesuai dengan taraf signifikansi yang digunakan. Pengambilan keputusan pada pengujian ini adalah tingkat probabilitas <0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Dan sebaliknya jika probabilitas >0.05 maka profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi ( α ) = 0,05 ditentukan sebagai berikut : Apabila t hitung > t tabel , maka Ha diterima Apabila t hitung < t tabel , maka Ha ditolak. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1
(Constant)
-.631
.127
Profitabilitas
-.518
.093
Struktur Aktiva
-.036
Pertumbuhan Penjualan Ukuran Perusahaan
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
-4.958
.000
-.368
-5.558
.000
.043
-.056
-.846
.399
.067
.052
.082
1.276
.204
.029
.005
.418
6.447
.000
a. Dependent Variable: Struktur Modal
5. Pembahasan a. Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal Hasil pengujian memberikan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sehingga hipotesis pertama diterima. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu (Riyanto, 2001). Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang lambat akan mempunyai tingkat debt ratio yang rendah jika dibanding dengan rata-rata industri yang ada. Di lain pihak perusahaan yang cukup menguntungkan dalam industri yang sama akan memiliki tingkat debt ratio yang relatif tinggi. b. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva besar dapat menggunakan aktiva sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang dari pihak luar. Perusahaan dengan nilai aktiva yang besar lebih mudah dipercaya mendapatkan pinjaman dari pihak luar karena lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan perusahaan yang masih berskala kecil. Hal ini berlawanan dengna theory pecking order, ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan utangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat.. c. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan karena penjualan industri perusahaan manufaktur juga dilakukan dengan penjualan kredit yaitu dalam bentuk piutang sehingga kreditur tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan kredit. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Kesuma (2009), Supriyanto (2008), Indrajaya (2011), Sbaiti (2010), Margaretha (2010) dan Rista (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
57
d. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal adalah positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berarti jika ukuran perusahaan naik, maka struktur modalnya juga naik secara signifikan. Semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal. Menurut Riyanto (2001), suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas, dimana setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak yang lebih dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, yaitu pihak pemegang saham pengendali dimana pemegang saham pengendali tersebut memiliki keputusan yang lebih besar dalam mengendalikan manajemen perusahaannya, dibandingkan dengan pemegang saham minoritas, sehingga keputusan yang diambil sering mengabaikan keputusan kelompok pemegang saham.
6. KESIMPULAN PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang sebagaimana yang dijelaskan bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan pengaruh antara variablel-variabel yang dihipotesiskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, artinya semakin tinggi profitabilitas maka struktur modal akan semakin berkurang. 2. Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 3. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 4. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan, artinya semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan meningkatkan struktur modal perusahaan a. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah: Penelitian ini hanya difokuskan pada periode tahun 2012 – 2014 sehingga tidak dapat diketahui apakah hasil studi akan berbeda jika periode waktu panjang. Terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini hanya diteliti dengan empat variabel independent. b. Saran Manajemen perusahaan untuk memperhatikan struktur modal dimana merupakan masalah yang penting dalam pengambilan keputusan untuk pembelanjaan perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung dapat berbengaruh terhadap besarnya resiko yang ditanggung pemegang saham serta seberapa besar tingkat pengembalian (return) dari modal yang ditanamkan dalam usaha sehingga akan dapat mempengaruhi investor di dalam mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan Manajemen perusahaan untuk memperhatikan lagi Profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan dimana tingkat Profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (return) dari modal yang ditanamkan dalam usaha sehingga akan dapat mempengaruhi investor di dalam mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan. Bagi investor perlu memperhatikan struktur modal karena dapat dijadikan pertimbangan investor di dalam melakukan investasi.
DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Ita Fitriya. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Jember Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, EdisiKetiga. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.11, No. 1, Maret 2009: 38-45.
58
INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016
Lusangaji, Dumas.2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar di BEI.Universitas Jember Margaretha, Farah dan Ramadhan Aditya Rizky. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufakture di Bursa Efek Indonesia , Journal of Business and Accounting,vol.12 no 2 hal 119-130. Mc.Cue, Michael J. and Yasar A. Ozcan, 1992."Determinants of Capital Structure", Journal of Healthcare Management, 37,3, p. 333. Modigliani, F. and M.H. Miller, 1958.“The Cost of Capital. Corporation Finance and The Theory of Investment”. American Economic Review.Vol.48. No.13.pp.261-297. Moh’d, M.A., L.G. Perry, and J.N. Rimbey, 1998. “The Impact of
Ownership Structure on Corporate Debt Policy: A Time-Series Cross-Sectional Analysis”. The Financial Review.Vol.33. pp.85-99.
Muhammad Rizal, 2002. Analisis Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ tahun 1997-2002. Thesis MM. Universitas Gajah Mada Rakhmawati, Ratih. 2006. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Listed Di BEJ. Skripsi Universitas Jember. Sumani dan Lia Rachmawati. 2012. Analsis struktur modal dan Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia , Jurnal Emas,Vol 6 No 1. Universitas Mayjend Sungkono. Utami, Sri Endang, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufakture.Vol.7 No. 1, ISSN 1693-4296. Wijaya, I Putu Andre Sucita dan I Made KaryaUtama. 2014. Pengaruh profitabilitas, struktur asset dan pertumbuhan penjuaan terhadap struktur modal serta harga saham di perusahaan popertti dan real estate yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 20102012. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Winahyuningsih, Panca dkk. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufakture Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. ISSN : 1979-6889. Universitas Muria Kudus Bagus, Santika. 2011. Menentukan struktur modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Vol.3 No. 2, ISSN 1979-4878.