ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO*) (BREAK-EVEN POINT ANALYSIS AS A PLANNING TOOL TRADERS INCOME CAYENNE PEPPER IN TRADITIONAL MARKETS GORONTALO CITY WEEKLY) Desy Ningsi Waty Ahmad1), Supriyo Imran2), Ria Indriani3)
ABSTRACT This study aims to (1) determine the cost structure of cayenne pepper traders in traditional markets Gorontalo City Weekly (2) to determine the amount of production, price, and merchant fees chili's in the weekly traditional markets experiencing Gorontalo city at the breakeven point. The experiment was conducted in April to June of 2013. The analytical method used was a survey method and Break Even Point Analysis. The sampling technique used in the study is disproportionate stratified random sampling (random sampling strata disproportionately). Types of data used are primary data and secondary data. Primary data is data obtained directly from the merchant datasekunder cayenne pepper while the data is obtained from the relevant agencies. The results showed that (1) the structure of merchant fees chili rawitdi Gorontalo city area consists of fixed costs and variable costs (2) cayenne Merchants located in the city of Gorontalo experience with the acquisition value of the breakeven point BEP (production / unit) of 1.41 kg, the value of BEP (revenue / cost) of Rp. 73.858,70, and the BEP value (price / rupiah) of Rp. 33.234,9436 / Kg. Keywords: Break-even point, Traders, Profit, Cayenne Pepper
*) Penelitian Skripsi dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. 1) Peneliti utama 2) Ketua Komisi Pembimbing 3) Anggota Komisi Pembimbing
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui struktur biaya pedagang cabai rawit di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo (2) untuk mengetahui jumlah produksi, harga, dan biaya pedagang cabai rawit yang ada di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo pada saat mengalami titik impas. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni tahun 2013. Metode analisis yang digunakan adalah metode survey dan Analisis Break Even Point. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian yang digunakan yaitu disproportionate stratified random sampling(sampel acak strata tidak proporsional). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pedagang cabai rawit sedangkan datasekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) struktur biaya pedagang cabai rawitdi wilayah Kota Gorontalo terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (2) Pedagang cabai rawit yang berada di wilayah Kota Gorontalo mengalami titik impas dengan perolehan nilai BEP (produksi/unit) sebesar 1,41 Kg, nilai BEP (penerimaan/biaya) sebesar Rp. 73.858,70, dan nilai BEP (harga/rupiah) sebesar Rp. 33.234,9436/Kg. Kata kunci :Titik Impas, Pedagang, Laba, Cabai Rawit
2
PENDAHULUAN Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki tingkat kegiatan ekonomi yang cukup besar khususnya dalam bidang pertanian. Banyak masyarakat Indonesia melakukan kegiatan ekonomi dalam bidang pertanian. Hal ini di dukung dengan banyaknya produk-produk pertanian yang di hasilkan oleh negara kita baik berupa bahan pangan maupun hortikultura. Tanaman hortikultura merupakan hasil pertanian yang cukup banyak di konsumsi masyarakat. Salah satu tanaman hortikultura yang cukup banyak di konsumsi adalah cabai rawit. Di Provinsi Gorontalo sendiri cabai rawit merupakan komoditas terpenting dalam rangkaian rempah-rempah. Luas panen cabai rawit di Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 sebesar 1.880 ha/tahun dengan total produksi sebesar 10.023 ton/tahun, tahun 2008 sebesar 1.819 ha/tahun dengan total produksi sebesar 11.462 ton/tahun, tahun 2009 sebesar 2.968 ha/tahun dengan total produksi sebesar 15.002 ton/tahun, tahun 2010 sebesar 2.517 ha/tahun dengan total produksi sebesar 17.233 ton/tahun, dan tahun 2011 sebesar 2.056 ha/tahun dengan total produksi sebesar 9.640 ton/tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2011). Banyak keuntungan yang dapat dinikmati dari cabai rawit mulai dari pembudidayaan sampai kegiatan ekonomi lainnya termasuk pemasarannya. Hal ini menjadikan banyak masyarakat melakukan kegiatan ekonomi dengan komoditas ini. Pelaku ekonomi cabai rawit biasanya berasal dari kalangan menengah yang dikenal dengan pedagang cabai. Pedagang cabai merupakan sekelompok orang atau masyarakat yang menyalurkan cabai rawit dari petani atau pedagang pengumpul ke konsumen akhir. Di wilayah Kota Gorontalo sendiri banyak pelaku ekonomi atau pedagang cabai di setiap pusat perbelanjaan tradisional yang ada di wilayah kota. Pedagang cabai yang berada di wilayah Kota Gorontalo biasanya lebih memilih cabai dikarenakan tanaman ini memiliki peluang bisnis yang baik, wilayah pemasaran yang cukup luas dan penggunaannya yang cukup banyak, serta dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Namun ada sedikit masalah pada komoditas ini, yaitu cabai merupakan rempah-rempah yang harganya selalu berfluktuasi. Fluktuasi harga disebabkan oleh tidak imbangnya permintaan cabai dengan pasokan. Permintaan cabai yang melonjak tinggi serta pasokan cabai yang kurang menyebabkan harga cabai melambung tinggi. Berangkat dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang “Analisis Titik Impas Sebagai Alat Perencanaan Laba Pedagang Cabai Rawit Di Pasar Tradisional Mingguan Kota Gorontalo”. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah (1) bagaimana struktur biaya pedagang cabai rawit di wilayah Kota Gorontalo (2) berapa jumlah produksi, harga, dan penerimaan pedagang cabai rawit yang ada di wilayah Kota Gorontalo pada saat mengalami titik impas.
3
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan menggunakan metode survei. Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden. Dalam penelitian survei, peneliti meneliti karakteristik atau hubungan sebab akibat antara variabel tanpa adanya intervensi peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di wilayah Kota Gorontalo. Penelitian akan berlangsung selama tiga bulan, yaitu tercatat mulai pada bulan April sampai Juni, 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang cabai rawit yang berada di wilayah Kota Gorontalo. Populasi pedagang cabai rawit yang berada di wilayah Kota Gorontalo adalah sebesar 190 orang pedagang yang tersebar di masing-pasing pasar tradisional yang ada di wilayah Kota Gorontalo. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan disproportionate stratified random sampling(sampel acak strata tidak proporsional). Menurut Sugiyono, (2012:83) disproportionate stratified random sampling merupakan tehnik pengambilan sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Jumlah sampel sebanyak 65 responden yang terbagi atas Pasar Mingguan Liluwo berjumlah 26 responden, Pasar Mingguan Terminal 42 berjumlah 15 responden, Pasar Mingguan Bugis berjumlah 13 responden, dan Pasar Mingguan Moodu berjumlah 11 responden. Data yang dikumpulkan selanjutnya di klasifikasi, di tabulasi, dan di analisis dengan menggunakan analisis: 1. Analisis Biaya Analisis biaya digunakan untuk mengetahui struktur biaya yang dikeluarkan oleh pedagang cabai rawit di wilayah Kota Gorontalo yaitu dengan menggunakan rumus: TC= FC + VC Dimana: TC = Total biaya FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel Selanjutnya untuk mengetahui total penerimaan yaitu dengan menggunakan rumus: TR = P × Q Dimana: TR = Total Penerimaan P = Harga (price) Q = Jumlah Produksi (quantity)
4
2. Analisis Titik Impas Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada saat kapan pedagang rawit di wilayah Kota Gorontalo mengalami impas yaitu dengan menggunakan cabai rumus: BEP (produksi/unit)
= FC P – VC/Q
BEP (penerimaan/biaya)
= FC 1 – VC/TR
BEP (harga/rupiah)
=
TC Q
Dimana: FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel TR = Total penerimaan P = Harga jual produk Q = Jumlah produk TC = Total biaya
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan yaitu struktur biaya dan analisis titik impas pedagang cabai rawit di wilayah Kota Gorontalo. A. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Komoditas Cabai Rawit Pedagang Sampel Biaya merupakan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan pedagang selamamelakukan kegiatan berniaga yang terdiridari biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan merupakan jumlah keseluruhan yang diperoleh dari hasil kali jumlah produksi dengan harga jual komoditas cabai rawit, dan pendapatan itu sendiri merupakan pendapatan bersih yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya. 1. Biaya Komoditas Cabai Rawit Biaya komoditas cabai rawit adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang cabai rawit selama berdagang cabai rawit. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dimaksud meliputi sewa tempat, retribusi pasar, dan biaya kebersihan. Biaya variabel yang dimaksud meliputi harga beli cabai rawit, biaya tenaga kerja, dan biaya transportasi. Selanjutnya, jenis-jenis biaya komoditas
5
cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. a. Pasar Tradisional Mingguan Jenis-jenis biaya komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan (Pasar Mingguan Liluwo, Pasar Mingguan Terminal 42, Pasar Mingguan Bugis, Pasar Mingguan Moodu) secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Jenis Biaya dan Nilai Rata-Rata Komoditas Cabai Rawit Pedagang Sampel di Pasar Tradisional Mingguan Kota Gorontalo, 2013. Nilai Biaya Persentase No Jenis Biaya (Rp) (%) 1 Biaya Variabel - Harga Beli Cabai Rawit 1.424.428,5287 96,90 - Tenaga Kerja 17.035,5477 1,16 - Transportasi 18.915,8505 1,29 Total Biaya Variabel (1) 1.460.379,9269 2 Biaya Tetap - Sewa Tempat 4.351,6317 0,3 - Retribusi Pasar 2.250 0,15 - Kebersihan 3.000 0,20 Total Biaya Tetap (2) 9.601,6317 Biaya Total (1 + 2) 1.469.981,5586 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa biaya tertinggi yang dikeluarkan oleh pedagang responden di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo dalam kegiatan berdagang cabai rawit adalah biaya variabel dan biaya terendah adalah biaya tetap. Jumlah biaya variabel adalah sebesar Rp. 1.460.379,9269 dan jumlah biaya tetap adalah sebesar Rp. 9.601,6317 sehingga dapat diperoleh jumlah biaya total sebesar Rp. 1.469.981,5586. 2. Penerimaan dan Pendapatan Komoditas Cabai Rawit Penerimaan merupakan jumlah pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil penjualan komoditas cabai rawit sedangkan pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya. Selanjutnya, jumlah penerimaan, total biaya, dan pendapatan komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. a. Pasar Tradisional Mingguan Produksi rata-rata komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan (Pasar Mingguan Liluwo, Pasar Mingguan Terminal 42, Pasar Mingguan Bugis, Pasar Mingguan Moodu) secara keseluruhan adalah sebesar 44,23 kilogram dengan harga jual rata-rata per kilogram sebesar Rp. 39.834,4988/Kg sehingga ratarata total penerimaan yang diperoleh pedagang responden adalah sebesar Rp. 1.685.347,9022. Jumlah penerimaan, total biaya, dan pendapatan bersih komoditas cabai rawit pedagang responden di Pasar Tradisional Mingguan (Pasar Mingguan
6
Liluwo, Pasar Mingguan Terminal 42, Pasar Mingguan Bugis, Pasar Mingguan Moodu) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Nilai Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Rata-Rata Komoditas Cabai Rawit Pedagang Sampel di Pasar Tradisional Mingguan Kota Gorontalo, 2013. No Uraian Nilai (Rp) 1 Penerimaan 1.685.347,9022 2 Biaya Total 1.469.981,5586 3 Pendapatan Bersih 215.366,3436 (1 – 2) Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 14 diatas, dapat dilihat bahwa total penerimaan rata-rata pedagang responden di Pasar Tradisional Mingguan Kota Gorontalo (Pasar Mingguan Liluwo, Pasar Mingguan Terminal 42, Pasar Mingguan Bugis, Pasar Mingguan Moodu) adalah sebesar Rp. 1.685.347,9022 dan biaya total adalah sebesar Rp. 1.469.981,5586 sehingga diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp. 215.366,3436. B. Titik Impas Komoditas Cabai Rawit Pedagang Sampel Analisis titik impas merupakan analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui berapa kuantitas produk, nilai harga, dan jumlah penerimaan pada saat terjadi titik impas. 1. Pasar Tradisional Mingguan a. BEP (produksi/unit) BEP (unit) merupakan kuantitas produk pada saat terjadi titik impas. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai untuk BEP (unit) komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo secara keseluruhan adalah sebesar 1,41 Kg. Hal ini dapat diartikan bahwa jika penjualan komoditas cabai rawit kurang dari 1,41 Kg, maka pedagang responden akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika penjualan komoditas cabai rawit lebih dari 1,41 Kg, maka pedagang responden akan mengalami keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang responden di tiaptiap pasar tradisional, menunjukkan bahwa rata-rata produksi atau penjualan komoditas cabai rawit adalah sebesar 44,23 Kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penjualan komoditas cabai rawit pedagang responden sudah melewati titik impas. Dengan demikian, maka pedagang responden mengalami keuntungan dengan selisih penjualan sebesar 42,82 Kg. b. BEP (biaya) BEP (biaya) merupakan jumlah penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan pada saat terjadi titik impas. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai untuk BEP (biaya) komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan Kota Gorontal secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 73.858,70. Hal ini dapat diartikan bahwa jika jumlah penerimaan komoditas cabai rawit pedagang responden kurang dari Rp. 73.858,70 dan total biaya lebih dari sama dengan Rp. 73.858,70,
7
maka pedagang responden akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika jumlah penerimaan komoditas cabai rawit pedagang responden lebih dari Rp. 73.858,70 dan total biaya kurang dari sama dengan Rp. 73.858,70, maka pedagang responden akan mengalami keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang responden di tiaptiap pasar tradisional, menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan pedagang responden adalah sebesar Rp. 1.685.347,9022. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pedagang responden sudah melewati titik impas. Dengan demikian, maka pedagang responden mengalami keuntungan dengan selisih jumlah penerimaan sebesar Rp. 1.611.489,2022. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada saat pedagang responden melakukan penjualan sebesar 1,41 Kg dengan penerimaan sebesar Rp. 73.858,70 dan total biaya sebesar Rp. 73.858,70, maka pedagang responden akan mengalami titik impas. Untuk lebih jelasnya mengenai BEP (produksi/unit) dan BEP (biaya) dapat dilihat pada grafik yang menggambarkan perpotongan titik antara sumbu X dan sumbu Y, dimana perpotongan titik tersebut dapat menggambarkan keadaan penjualan komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo. Grafik perpotongan titik sumbu X dan sumbu Y dapat dilihat pada gambar 7 berikut. Y 2.000.000 1.800.000 TR
1.685.347,9022 1.600.000 1.460.379,9269 1.400.000 UNTUNG 1.200.000 Biaya (Rp)
1.000.000 800000 600000
VC
400000 200000 TR = TC TITIK IMPAS
73.858,70
RUGI 9.601,6317
FC 1,41
20
40
44,23
X
Volume Produksi (Kg)
Gambar 1. Kurva Analisis Titik Impas Komoditas Cabai Rawit Pedagang Sampel Di Pasar Tradisional Mingguan Kota Gorontalo, 2013.
8
Berdasarkan Gambar 7 di atas, titik impas berada tepat pada titik potong antara nilai dari BEP (produksi/unit) yaitu 1,41 kilogram pada sumbu X dan nilai dari BEP (biaya) yaitu Rp. 73.858,70 pada sumbu Y. Nilai titik impas menunjukkan bahwa TR (total revenue) sama dengan TC (total cost) yaitu sebesar Rp. 73.858,70. Selanjutnya, untuk melihat nilai harga pokok penjualan komoditas cabai rawit pedagang responden pada saat terjadi titik impas adalah dengan menggunakan BEP (harga/rupiah). a. BEP (harga/rupiah) BEP (harga/rupiah) merupakan harga produk pada saat terjadi titik impas. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai untuk BEP (harga/rupiah) komoditas cabai rawit pedagang responden di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo adalah sebesar Rp. 33.234,9436/Kg. Hal ini dapat diartikan bahwa jika harga pokok penjualan komoditas cabai rawit kurang dari Rp. 33.234,9436/Kg, maka pedagang responden akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika harga pokok penjualan komoditas cabai rawit lebih dari Rp. 33.234,9436/Kg, maka pedagang responden akan mengalami keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang responden di tiaptiap pasar tradisional, menunjukkan bahwa rata-rata harga penjualan komoditas cabai rawit adalah sebesar Rp. 39.834,4988/Kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga penjualan komoditas cabai rawit pedagang responden sudah melewati titik impas. Dengan demikian, maka pedagang responden mengalami keuntungan dengan selisih harga penjualan sebesar Rp. 6.599,5552/Kg.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Struktur biaya pedagang cabai rawit yang berada di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo adalah terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dengan rincian biaya secara keseluruhan untuk pasar tradisional mingguan di Kota Gorontalo adalah total biaya tetap sebesar Rp. 9.601,6317 dan total biaya variabel sebesar Rp. 1.460.379,9269. 2. Pedagang cabai rawit yang berada di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo mengalami titik impas dengan perolehan nilai BEP secara keseluruhan untuk pasar tradisional mingguan di Kota Gorontalo adalah nilai BEP (produksi/unit) sebesar 1,41 Kg, nilai BEP (biaya) sebesar Rp. 73.858,70, dan nilai BEP (harga/rupiah) sebesar Rp. 33.234,9436/Kg.
9
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan : 1. Pedagang cabai rawit harus tetap mempertahankan penjualan komoditas cabai rawit karena berdasarkan penelitian dan perhitungan nilai titik impas baik dilihat dari kuantitas, harga pokok penjualan, dan jumlah penerimaan/biaya, penjualan komoditas cabai rawit telah melewati titik impas. 2. Diharapkan kepada pedagang agar dapat merencanakan laba sebaik-baiknya agar tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan. 3. Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas untuk sektor perdagangan khususnya perdagangan komoditas-komoditas pertanian karena pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan Negara. 4. Penelitian ini terbatas hanya untuk analisis titik impas pedagang cabai rawit di pasar tradisional mingguan Kota Gorontalo, oleh karenanya diharapkan agar ada penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. 2011. Gorontalo dalam Angka. Gorontalo. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.
10