1
ANALISIS TINGKAT ETNOSENTRISMEN KONSUMEN PADA PRODUK SEPATU LOKAL DI KALANGAN MAHASISWA FISIP UI ALIFA NISFIYANI IXORA LUNDIA SUWARYONO PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat etnosentrisme konsumen di kalangan mahasiswa FISIP UI khususnya pada produk sepatu lokal juga apakah ada perbedaannya berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jumlah sampel sebanyak 100 orang mahasiswa dari berbagai jurusan. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan menggunakan metode non probability sampling dalam penggunaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI cukup tinggi dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan Kata Kunci : Etnosentrisme Konsumen , Produk Sepatu Lokal Abstract : The objective of this research is to analyze the level of consumer ethnocentrism among FISIP UI students especially towards local shoes product, also to see if there is any difference based on gender. This research using quantitative method and the total sample is 100 students of FISIP UI. Using questionaire as research instrument and collected it with non probability sampling method. The result of this research shows that level of consumer ethnocentrism towards local shoes product among FISIP UI students is not too high and also there is no difference between boys and girls. Key Words : Consumer Ethnocetrism, Local Shoes Product.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya permintaan dan penawaran di suatu negara berbanding lurus dengan kondisi pasar domestik di negara tersebut. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki populasi penduduk terbanyak yaitu 250 juta jiwa, (www.bkkbn.go.id) tentu memiliki potensi pasar domestik yang sangat besar. Apalagi ditambah dengan semakin meningkatnya perekonomian Indonesia yaitu mencapai angka 6,2% pada tahun 2012. Banyak hal yang menjadi ciri dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya adalah pendapatan per kapita masyarakat di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan pendapatan yang cukup signifikan di masyarakat Indonesia terutama kalangan masyarakat menengah Indonesia ini tentu berpengaruh terhadap perilaku masyarakat tersebut. Yuswohady, pakar pemasaran menyatakan bahwa konsumen kelas menengah sedang Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
2
mengalami perubahan perilaku konsumen (www.yuswohady.com). Perilaku konsumen atau consumer behavior menurut Schiffman & Kanuk (2008) adalah seseorang dalam
proses
yang dilalui
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca
konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. Salah satu unsur dari Perilaku Konsumen adalah Kepribadian Konsumen. Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk, 2008). Pemasar perlu mengetahui kepribadian konsumen karena akan mempengaruhi gaya konsumen mengonsumsi suatu produk dan jasa. Apalagi saat ini konsumen di seluruh dunia diekspos oleh berbagai macam produk di seluruh dunia dengan beragam kualitas dan harga akibat dari adanya perdagangan internasional (Teo et all, 2010).. Salah satu konsep kepribadian
konsumen
yang
berkaitan
dengan
perdagangan
internasional
adalah
etnosentrisme konsumen. Konsep etnosentrisme konsumen memiliki arti yaitu kecenderungan konsumen untuk lebih memilih mengonsumsi produk yang berasal dari negaranya sendiri dibandingkan dengan produk dari luar negaranya.Etnosentrisme konsumen pada awalnya berasal dari konsep etnosentrisme yang berasal dari ilmu Sosiologi yang berarti kecenderungan seseorang menganggap budaya masyarakatnya lebih superior dibandingkan dengan budaya masyarakat lain ( Sumner, 1906; Shimp & Sharma, 1987). Menurut konsep etnosentrisme konsumen,
secara garis besar konsumen terbagi
menjadi 2 yaitu konsumen yang memiliki kecenderungan etnosentris dan konsumen yang tidak memiliki kecenderungan etnosentris. Konsumen yang memiliki kecenderungan etnosentris berpikir bahwa membeli produk buatan luar negeri melukai ekonomi negara mereka, menyebabkan pengangguran dan lain-lain. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki kecenderung etnosentris, berpikir bahwa membeli produk tidak harus didasarkan memandang dari mana produk tersebut berasal, namun yang terpenting adalah secara fungsional produk tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhannya. Hamin&Elliot (2006) pernah mengadakan penelitian mengenai tingkat etnosentrisme konsumen
di
Indonesia.
dari
penelitian
tersebut
mereka
mengemukakan
bahwa
kecenderungan etnosentrisme konsumen di Indonesia relatif tinggi, namun hal ini terasa kontradiktif bila dibandingkan pada kenyataaan yang ada saat ini. Hasil penelitian dari Kementerian Perdagangan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
3
Indonesia masih memiliki persepsi bahwa produk impor lebih baik dibandingkan dengan produk asli Indonesia. (www.kemendagri.co.id) Melihat persepsi masyarakat Indonesia yang masih rendah terhadap produk asli Indonesia, Kementerian Perdagangan meluncurkan program kampanye 100% Cinta Indonesia. Namun bagi sebagian pihak, program ini belum berjalan dengan efektif karena belum diterapkan secara menyeluruh dan juga masih bersifat seasonal. Padahal butuh usaha yang terintegrasi untuk membuat konsumen lokal lebih memilih untuk membeli produk asli Indonesia dibandingkan produk asing. (www.bisnis.news.viva.co.id) Usaha yang terintegrasi untuk membuat konsumen lokal lebih memilih membeli produk lokal selain dari sisi konsumen juga harus dilakukan dari sisi industri. Salah satu industri dalam negeri yang masih menjadi unggulan adalah industri alas kaki (www.kemenperin.go.id). Menurut data dari Kementerian Perindustrian, industri alas kaki nasional saat ini berjumlah 390 perusahaan yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Kapasitas produksi pada tahun 2009 bahkan sudah mencapai 1.18 milyar pasang dan terus bertambah di tiap tahunnya. Industri ini juga salah satu industri yang menyerap tenaga kerja cukup banyak karena merupakan industri padat karya. Salah satu bagian yang termasuk dalam industri alas kaki adalah industri sepatu. Industri sepatu adalah salah satu industri yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. (www.aprisindo.or.id) Hal ini terlihat dari semakin banyak para investor luar negeri yang merencanakan untuk membuka pabrik sepatunya di Indonesia..Daya tarik investasi pada industri sepatu Indonesia salah satunya disebabkan oleh meningkatnya belanja sepatu di Indonesia. Data dari Aprisindo (Asosiasi Persepatuan Indonesia) menunjukkan pada tahun 2011, penjualan sepatu di pasar lokal mencapai lebih dari Rp. 27 trililiun. Kenaikan konsumsi sepatu oleh masyarakat Indonesia perlu diwaspadai dengan kemungkinan didominasi nya pasar sepatu dalam negeri oleh produk sepatu impor.
Tabel 1 Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
4
Data Industri Alas Kaki 2006 – 2009
Sumber : Kementerian Perindustrian RI Tingkat etnosentrisme konsumen di kalangan masyarakat Indonesia akan berpengaruh pada sikap mereka terhadap produk asing dalam hal ini khususnya produk sepatu. Untuk mengukur etnosentrisme konsumen dapat menggunakan skala yang dikembangkan oleh Shimp & Sharma (1987) yang bernama CETSCALE (Consumer Ethnocentrism Scale). CETSCALE pertama kali digunakan untuk menghitung kecenderungan etnosentrisme konsumen pada masyarakat Amerika Serikat. CETSCALE kemudian digunakan oleh penelitian – penelitian lain dengan negara-negara yang berbeda-beda. Penggunaan CETSCALE di beberapa negara mengalami perbedaan implementasi, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Netemeyer et all (1991). Pengembangan CETSCALE kemudian dilakukan oleh Nikoletta pada tahun 2010 (Siamagka, 2010), Hasil dari pengembangan ini adalah munculnya CEESCALE (Consumer Ethnocentrism Extended Scale) yang memuat beberapa dimensi dan indikator baru. Adanya pengembangan akan skala pengukuran etnosentrisme
konsumen
dan
semakin
berkembangnya
perdagangan
internasional
menyebabkan perlunya ada pengukuran baru tentang etnosentrisme konsumen pada masyarakat Indonesia. Salah satu segmen yang tengah menjadi sasaran empuk bagi para pemasar adalah segmen anak muda. Menurut Zollo (1995), konsumen anak muda selalu dipandang sebagai pencipta trend yang memiliki pengaruh besar pada keputusan pembelian di tengah keluarga dan teman bermain mereka. Segmen anak muda di Indonesia cukup besar, menurut data dari BKKBN diketahui bahwa 40 % masyarakat Indonesia memiliki usia 18-25 tahun. Rentang usia ini adalah usia mahasiswa pada umumnya. Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas terbesar di Indonesia (www.kemendikbud.go.id) yang terdiri dari 12 fakultas. Salah satu fakultas yang memiliki jurusan paling banyak adalah Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
5
Politik (FISIP UI). FISIP UI juga merupakan salah satu fakultas yang paling beragam dari sisi karakter dan status sosial. Keberagaman dari mahasiswa FISIP UI dianggap oleh penulis dapat mencerminkan keberagaman masyarakat Indonesia. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, Peneliti ingin menganalisa tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah : 1) Seberapa tinggi tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI ? 2) Adakah perbedaan tingkat etnosentrisme konsumen pada jenis kelamin responden ? 2.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI. Selain itu, peneliti ini juga dilakukan mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat etnosentrisme konsumen pada mahasiswa FISIP UI berdasarkan jenis kelamin. TINJAUAN TEORITIS 1. Etnosentrisme Etnosentrisme pada awalnya merupakan istilah antropologi dan sosiologi. Berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata Ethnos yang berarti negara dan Centros yang berarti Pusat. Secara harfiah berarti bahwa negara adalah tempat dimana semuanya dimulai dan dimana semuanya berakhir ( Siamagka, 2010). Etnosentrisme pertama kali diperkenalkan Sumner (1906 ; Shimp & Sharma, 1987) yang mendefinisikan etnosentrisme sebagai : “ The view of things in which one’s own group is the center of everything and all others are scaled and rated with reference to it.. Each group nourishes its own pride and vanity, boast itself superior, exalts its own divinities and looks with contempt on outsiders” Hal ini berarti etnosentrisme konsumen merujuk pada sikap, kepercayaan, standar dan perilaku seseorang yang berlebihan terhadap suatu lingkungan. Individu yang menunjukkan Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
6
etnosentrisme memandang bahwa nilai – nilai atau norma – norma yang dimiliki oleh budaya masyarakatnya lebih superior dibandingkan dengan budaya masyarakat lain ( Barfield 1997; Kosim, 2006 ). 2. Etnosentrisme Konsumen Seiring dengan berkembangnya waktu, terdapat perkembangan mengenai etnosentrisme. Shimp dan Sharma ( 1987) menghubungkan etnosentrisme dengan bidang ekonomi. Mereka mendefinisikan Etnosentrisme Konsumen sebagai : “ The beliefs held by ( American) consumers about the appropriateness, indeed morality, of purchasing foreign-made product” Konsep mereka mewakili kepercayaan yang dianut oleh konsumen tentang kelayakan dan moralitas pembelian produk impor, dan loyalitas terhadap orang-orang dalam negeri (Shimp dan Sharma, 1987). Menurut konsep tersebut, konsumen yang sangat etnosentris mungkin berpikir bahwa membeli produk buatan luar negeri melukai ekonomi negara mereka, menyebabkan pengangguran dan lain-lain. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki kecenderung etnosentris, berpikir bahwa membeli produk tidak harus didasarkan memandang dari mana produk tersebut berasal, namun yang terpenting adalah secara fungsional produk tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhannya. Pada beberapa teori, consumer ethnocentrism seringkali disamakan dengan “ Country of Origin” meskipun kedua topik ini berbeda dan tidak saling bergantung. Dalam penelitian Herche (1992; Sharmankresh ,2004) dijelaskan perbedaannya, COO (Country of Origin) merepresentasikan aspek kognitif dan afektif dari proses keputusan konsumen dimana Consumer Ethnocentrism adalah aspek normatif dan kognitif dari perilaku pembeli. Konsumen akan lebih bergantung pada isyarat COO ketika informasi mengenai produk sangatlah sedikit
(Olsen et al,1993; Sharmankresh 2004) . Kedua hal ini juga bisa
dipengaruhi oleh respon afektif yang konsumen miliki terhadap negara-negara tertentu. Di lain pihak, etnosentrisme konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh respons afektif terhadap satu negara, tetapi juga oleh tekanan normatif yang konsumen rasakan dalam pembelian produk lokal, Dimensi normatif inilah yang menjadi aspek unik dari etnosentrisme konsumen.
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
7
3. CEESCALE Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur Etnosentrisme Konsumen dan Consumer Ethnocentric Tendencies Scale ( CETSCALE ) adalah instrument yang paling sering digunakan ( Chryssochidis et al, 2006 ). Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Shimp dan Sharma (1987). CETSCALE terdiri dari 17 pernyataan yang mengukur tendensi konsumen untuk bertindak konsisten terhadap produk lokal dan produk non lokal. CETSCALE dikembangkan untuk merepresentasikan kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen Amerika mengenai kepantasan untuk membeli produk luar negeri. Mereka menemukan bahwa CETSCALE memprediksi keyakinan sikap, niat pembelian serta pilihan konsumen.
Mereka
mengkategorisasikan
skala
ini
sebagai
pengukuran
untuk
“
kecenderungan” bukan sikap. Adanya perbedaan penggunaan dari CETSCALE di berbagai penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa CETSCALE mempunyai keterbatasan dalam beberapa pernyataan yang sudah tidak relevan lagi dengan penelitian di jaman sekarang. Hal ini mendorong para peneliti di bidang etnosentrisme konsumen, mencoba memperluas CETSCALE, salah satunya CEESCALE (Consumer Ethnocentric Extended Scale) yang dikembangkan oleh Siamagka (2010) merupakan suatu konsep penyempurnaan dari CETSCALE yang telah diuji validaitasnya di Inggris pada tahun 2010. Perbedaan mendasar dari CETSCALE dan CEESCALE, dijelaskan di tabel berikut : Tabel 2 Perbedaan CETSCALE dan CEESCALE Aspek dalam CETSCALE Afektif • Nasionalisme • Solidaritas • Altruisme Murni • Moralitas ( Secara tidak langsung)
Kognitif • Ancaman Normatif ( tidak ada )
Aspek dalam CEESCALE Afektif • • • • • • Kognitif • • Normatif •
Nasionalisme Patriotisme Solidaritas ( Bersyarat & Tidak Bersyarat) Altruisme Murni Altruisme Tidak Murni Moralitas ( Bersyarat & Tidak Bersyarat) Ancaman Distorsi Kognitif Kesesuaian dengan norma-‐norma sosial
Sumber : Siamagka, 2010
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
8
Model Pengukuran CEESCALE IdenDty PreservaDon Moral Duty Pro Social MoDvaDon
Warm Glow Effect PatrioDsm Solidarity Quality Signal
CogniDve DistorDon
NaDon Superiority High Standards
Consumer Ethnocentrism
Unemployment Threat PercepDon
Job Losses Economic Threat
Social Demonstrabili ty of Benefits
Campaigns Awareness Enhancement PosiDve Impact IndicaDon
Habit Familiarity
Buying InerDa
IntergeneraDonal Pass
Sumber : Siamagka, 2010
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, lalu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang berangkat dari teori, pada pendekatan ini pola pemikiran yang dipakai adalah deduktif yaitu mengangkat permasalahan dari hal-hal yang umum ke hal- hal yang khusus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan oleh tujuan penelitian yaitu
penelitian eksplanatif. Manfaat dari penelitian ini adalah penelitian Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
9
terapan yang diharapkan dapat menghasilkan solusi-solusi untuk masalah yang diteliti. Dimensi waktu dari penelitian ini adalah cross sectional research yakni hanya bisa dilakukan di FISIP UI dan pada bulan Mei 2013. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka. Data dikumpulkan melalui sebuah survey yang menggunakan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UI yang pernah membeli produk sepatu bermerek lokal dengan cakupan umur 18-24 tahun. Sampel dari penelitian ini sejumlah 100 responden dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu Purposive. HASIL PENELITIAN 1. Pembahasan Hasil Pre- Test Pengukuran validitas dari masing – masing dimensi dilakukan dengan menggunakan tiga ukuran yaitu Kaiser Meyer Olkin Measure Sampling Adequancy, Bartlett’s Test of Sphericity dan Anti Image Matrices untuk melihat nilai valid per dimensi dan per indikator yang ada. Suatu dimensi bisa dikatakan valid dan bisa dilanjutkan penggunaannya apabila nilai dari Kaiser Meyer Olkin Measure Sampling Adequancy berasa di angka 0.5 atau diatasnya. Lalu indikator didalam dimensi juga diukur melalui nilai Anti Image nya, jikaberada diangka 0.5 atau diatasnya maka indikator tersebut juga bisa digunakan sebagai pertanyaan penelitian. Berikut hasil pengukuran validitas : Tabel 3 Pengukuran Kaiser-Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy dan Bartlett’s Test of Sphericity No
Dimensi
KMO Measure of Sampling Adequancy >0.500
Nilai yang diharapkan 1 2 3 4 5
Pro Social Motivation Cognitive Distortion Threat Perception Social Demonstrability of Benefits Buying Inertia
0.754 0.735 0.681 0.605 0.591
Bartlett’s Test of Sphericity <0.05 .000 .000 .000 .000 .000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 17.0
Setelah menguji validitas per dimensi, berikutnya peneliti melakukan pengukuran validitas masing-masing indikator dari variabel etnosentrisme konsumen. Pengukuran menggunakan uji anti image matrices dengan nilai minimum yang diharapkan adalah 0.500 / > 0.500. Nilai validitas indikator dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel di bawah ini
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
10
Tabel 4 Hasil Uji Validitas : Anti Image No
Indikator
Nilai yang diharapkan Dimensi Pro Social Motivation 1 Saya membeli produk sepatu asli Indonesia sehingga dapat membantu menjaga identitas keindonesiaan 2 Saya percaya bahwa membeli produk sepatu asli Indonesia seharusnya menjadi kewajiban moral bagi setiap rakyat Indonesia 3 Dengan membeli produk sepatu asli Indonesia membuat saya merasa lebih baik 4 Menurut saya masyarakat Indonesia yang sejati seharusnya membeli produk sepatu asli Indonesia 5 Masyarakat Indonesia seharusnya mempertimbangkan nasib para buruh sepatu Indonesia ketika memutuskan membeli sepatu. Dimensi Cognitive Distortion 1 Saya tidak perlu meragukan lagi mengenai kualitas produk sepatu Indonesia 2 Menurut saya, produk sepatu Indonesia lebih baik dibandingkan dengan produk sepatu impor. 3 Produk sepatu Indonesia dibuat dengan standar yang tinggi sehingga tidak ada yang bisa menyainginya Dimensi Threat Perception 1 Peningkatan produk sepatu impor berdampak pada tingkat pengangguran di negeri ini 2 Membeli produk sepatu impor memberikan ancaman terhadap perekonomian lokal terutama industri sepatu lokal. 3 Tingginya PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) di industri sepatu lokal Indonesia merupakan akibat dari meningkatnya impor produk sepatu asing Dimensi Social Demonstrability of Benefits 1 Saya akan merasa yakin untuk membeli produk sepatu Indonesia jika ada kampanye di media massa yang mempromosikan produk lokal 2 Saya percaya bahwa jika masyarakat Indonesia dibuat peduli akan pengaruh konsumsi produk sepatu asing terhadap perekonomian, mereka akan lebih bersedia membeli produk sepatu lokal 3 Pemerintah Indonesia seharusnya meluncurkan kampanye yang dapat membuat masyarakat peduli mengenai dampak positif dari pembelian produk lokal terutama sepatu Dimensi Buying Inertia 1 Saya terbiasa membeli produk sepatu asli Indonesia 2 Saya lebih memilih produk sepatu asli Indonesia karena saya lebih familiar dengan produknya 3 Saya membeli produk sepatu asli Indonesia karena saya mengikuti pola konsumsi yang ada di keluarga Sumber : Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 17.0
Anti Image >0.500 0.747 0.707 0.797 0.763 0.800 0.745 0.696 0.773
0.743 0.664 0.653 0.662 0.573 0.611
0.726 0.576 0.558
Seluruh dimensi dari etnosentrisme konsumen telah memiliki nilai yang diatas batas nilai yang ditentukan. Selanjutnya, pengukuran reliabilitas yang digunakan untuk mengukur konsistensi indikator atau dimensi dalam pengukuran. Nilai batas untuk menentukan apakah indikator atau dimensi masuk kedalam kategori reliable adalah apabila nilai Cronbach’s Alpha berada diatas 0.600 ( Hair, et al, 2007) .
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
11
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas No 1 2 3 4 5
Dimensi Penelitian Pro Social Motivation Cognitive Distortion Threat Perception Social Demonstrability of Benefits Buying Inertia
Cronbach’s Alpha 0.794 0.876 0.747 0.632 0.745
Sumber : Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 17.0
Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua dimensi memiliki nilai Cronbach’s Alpha diatas 0.600 . Dimensi Pro Social Motivation memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.794. Dimensi Cognitive Distortion memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.876. Dimensi Threat Perception memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.747. Dimensi Social Demonstrability of Benefits memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.632 dan yang terakhir yaitu Dimensi Buying Inertia memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.745. Dengan demikian, semua dimensi dari penelitian ini bersifat reliabel dan bisa digunakan untuk penelitian 2. Pembahasan Analisis Karakteristik Responden Karakteristik responden yang pertama ada jenis kelamin responden. Jenis kelamin responden dari penelitian ini hampir seimbang yakni 49 orang responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 51 orang berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik yang kedua adalah jurusan responden. Responden yang paling banyak berasal dari jurusan Administrasi Niaga yakni sebanyak 24 orang, sedangkan untuk jurusan lainnya cukup merata yaitu sebanyak 7-10 orang per jurusan. Karakteristik yang ketiga adalah angkatan responden. Angkatan 2009 memiliki persentase terbesar yaitu sebanyak 39 orang sedangkan yang paling sedikit adalah angkatan 2008 yang hanya berjumlah 1 orang. Karakteristik responden yang terakhir adalah rata-rata pengeluaran per bulan. Sebanyak 46 orang responden memiliki rata-rata pengeluaran per bulan sebesar Rp.500.001- Rp. 1.000.000 sedangkan hanya 5 orang responden yang memliki rata-rata pengeluaran sebesar > Rp. 2.000.000.
3. Pembahasan Analisis Pertanyaan Mengenai Sepatu Pertanyaan pertama adalah mengenai jenis sepatu yang digunakan oleh responden, 66 orang menggunakan kedua jenis sepatu,
23 orang responden menjawab
menggunakan
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
12
produk sepatu lokal serta 11 orang lainnya menyatakan hanya menggunakan produk sepatu bermerek asing Dalam hal intensitas membeli sepatu 75 orang bahwa mereka membeli produk sepatu kurang dari 1 kali dalam 1 bulan. Sedangkan 24 responden mengatakan frekuensi mereka dalam membeli sepatu sebanyak 1-2 mengatakankali dalam 1 (satu) bulan. Hanya 1 responden yang mengatakan bahwa dia membeli sepatu sebanyak 3-4 kali dalam 1 (satu) bulan Peneliti ingin mengetahui merek sepatu apakah yang sering dibeli oleh responden melalui pertanyaan terbuka. Terdapat banyak sekali ragam jawaban dari responden, namun ada 5 merek sepatu lokal yang sering dibeli oleh responden yaitu Yongki Komaladi, League. Fladeo, Triset dan Nevada. Selain merek lokal, peneliti juga ingin mengetahui merek asing apa yang sering dibeli oleh responden. Dan hasilnya menunjukkan beragamnya merek sepatu asing yang digunakan oleh responden, 5 merek sepatu asing yang paling banyak dibeli oleh responden yaitu Charles & Keith, Nike, Crocs, Adidas dan Converse. 4. Pembahasan Statistik Deskriptif per Dimensi Setelah memperoleh
nilai
mean
dari semua indikator yang digunakan dalam
pengukuran, peneliti kemudian merangkum nilai mean dari indikator-indikator ini dalam grafik. Secara umum kecenderungan etnosentrisme konsumen di kalangan mahasiswa FISIP UI cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 5 dimensi yang ada. 3 dimensi dikategorikan tinggi dan 2 dimensi lainnya masuk dalam kategori cukup. Dari grafik 1 dapat diketahui bahwa dimensi yang memiliki nilai paling tinggi adalah dimensi ke 4 yaitu dimensi Social Demonstrability of Benefit. Indikator ke-3 “Pemerintah Indonesia seharusnya meluncurkan kampanye yang dapat membuat masyarakat peduli mengenai dampak positif dari pembelian produk lokal terutama sepatu” meraih nilai mean paling tinggi dari keseluruhan indikator yaitu mencapai 4.27. Indikator lainnya dari dimensi ini juga masuk dalam kategori tinggi. Dimensi ini memiliki konsep bahwa lingkungan sosial dapat memotivasi seorang individu untuk beraksi demi kebermanfaatan yang lebih besar. Berarti mahasiswa FISIP UI memiliki entitas sosial membeli ataupun menggunakan produk sepatu bermerek lokal apabila lingkungan sosial mereka juga melakukan hal yang sama. Pada dimensi Threat Perception, mean paling rendah berasal dari indikatornya yang ke-3 yang mengenai job losses yaitu sebesar 3.46. Sedangkan indikator lainnya memiliki nilai mean yang tidak berbeda jauh, indikator 1 memiliki nilai mean sebesar 3.62 dan indikator 2 memiliki nilai mean sebesar 3.66. Secara garis besar, dimensi Threat Perception memiliki nilai yang tinggi. Hal ini berarti mahasiswa FISIP telah memiliki persepsi terhadap Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
13
ancaman-ancaman yang dapat timbul jika mereka lebih memilh untuk membeli produk sepatu impor. Tingginya nilai mean indikator 2 “Membeli produk sepatu impor memberikan ancaman terhadap perekonomian lokal terutama industri sepatu lokal” menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP UI mengetahui bahwa perekonomian lokal terutama industri sepatu lokal dapat terkena efek negatif jika konsumen Indonesia memiliki pola pembelian yang cenderung merujuk pada produk sepatu asing. Dimensi Cognitive Distortion memiliki 3 indikator yang masuk dalam kategori cukup tinggi. Indikator yang nilai mean paling tinggi adalah indikator 1 “Saya tidak perlu meragukan lagi mengenai kualitas produk sepatu Indonesia”. Nilai mean pada indikator lainnya menunjukkan bahwa responden merasa bahwa masih banyak mahasiswa FISIP UI yang belum merasa kualitas produk sepatu lokal Indonesia masih belum lebih bagus dibandingkan kualitas produk sepatu asing. Di variabel etnosentrisme konsumen, dimensi yang paling rendah adalah dimensi Buying Inertia. Dalam dimensi ini, indikator yang paling rendah adalah adalah indikator 3 “Saya membeli produk sepatu asli Indonesia karena saya mengikuti pola konsumsi yang ada di keluarga” yaitu sebesar 2.82. Kebanyakan responden menjawab bahwa dalam melakukan pembelian sepatu, mereka tidak bergantung pada kebiasaan, tingkat familiaritas ataupun pola kebiasaan yang ada di keluarga. Pada dimensi Pro Social Motivation , hanya satu indikator yang mencolok nilai mean nya yaitu indikator ke 5 “Masyarakat Indonesia seharusnya mempertimbangkan nasib para buruh sepatu Indonesia ketika memutuskan membeli sepatu” yaitu sebesar 3.66. Sedangkan 4 indikator lainnya termasuk dalam kategori cukup. Hal ini berarti mahasiswa FISIP tidak terlalu memiliki rasa untuk melindungi identitas, moral duty dan patriotisme. Tetapi tingkat solidaritasnya relatif tinggi.
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
14
Grafik 2 Mean Variabel Etnosentrisme Konsumen Indikator 1 2
3
4
5
Dimensi Pro Social Motivation Membeli produk Indonesia membantu saya menjaga identitas keindonesiaan Saya percaya bahwa membeli produk Indonesia seharusnya menjadi kewajiban moral bagi setiap rakyat Indonesia Dengan membeli produk Indonesia selalu membuat saya merasa lebih baik Masyarakat Indonesia yang sejati seharusnya selalu kembali ke produk Indonesia Masyarakat Indonesia seharusnya mempertimbangkan nasib para pekerja Indonesia ketika membuat keputusan pembelian Dimensi Cognitve Distortion Saya tidak perlu meragukan lagi mengenai kualitas produk Indonesia Menurut saya, produk Indonesia lebih baik dibandingkan dengan produk impor Produk Indonesia dibuat dengan standard yang tinggi sehingga tidak ada yang akan menyainginya Dimensi Threat Perception Peningkatan produk impor berdampak pada tingkat pengangguran di negeri ini Membeli produk asing memberikan ancaman terhadap perekonomian lokal Tingginya PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) di Indonesia merupakan akibat dari meningkatnya impor produk asing Dimensi Social Demonstrability of Benefit Saya akan yakin membeli produk lokal apabila media massa mempromosikan kampanye produk lokal Saya percaya bahwa jika masyarakat Indonesia dibuat peduli akan pengaruh konsumsi produk asing terhadap perekonomian, mereka akan lebih bersedia membeli produk lokal Pemerintah Indonesia seharusnya meluncurkan kampanye yang dapat membuat masyarakat peduli akan dampak positif dari pembelian produk lokal Dimensi Buying Inertia Membeli produk Indonesia adalah diluar kebiasaan saya Saya lebih memilih produk Indonesia karena saya lebih familiar dengan produknya Saya membeli produk Indonesia karena saya mengikuti pola konsumsi turun menurun di keluarga
Sumber : Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 17.0
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
15
5. Pembahasan Hasil Uji Independent Sample t-Test Uji Independent Sample T Test bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecenderungan etnosentrisme konsumen antara jenis kelamin,dengan melihat nilai rata-rata. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan nilai mean antara responden laki-laki dan perempuan, maka akan dilakukan pengujian asumsi dengan menggunakan independent sample t-Test untuk mengetahui nilai mean jawaban responden laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan ( terlihat melalu nilai yang terdapat pada kolom Sig 2 tailed ). Untuk itu digunakanlah hipotesis sementara untuk menguji mean. Hipotesisnya adalah H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata responden laki-laki dan perempuan , H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata responden laki-laki dan perempuan Berdasarkan hasil uji t-Test , dapat diketahui bahwa seluruh pernyataan pada 5 dimensi yang ada pada etnosentrisme konsumen memiliki nilai Sig ( 2-tailed ) lebih dari > 0.05 sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai ratarata pada seluruh dimensi etnosentrisme konsumen baik antara responden laki-laki maupun perempuan. 6. Implikasi Managerial Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat etnosentrisme konsumen terhadap produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI . Dari keseluruhan data yang diperoleh, didapatkan hasil bahwa tidak semua dimensi memiliki nilai yang tinggi. Dari 5 dimensi yang ada hanya 2 dimensi yang dapat dikategorikan memiliki nilai mean tinggi, yaitu dimensi Social Demonstrability of Benefits dan dimensi Threat Perception. Hal ini menunjukkan responden yaitu mahasiswa FISIP UI dapat dikategorikan tidak memiliki kecenderungan etnosentrisme yang tinggi. Dimensi lainnya seperti dimensi Cognitive Distortion yaitu sebuah dimensi yang menunjukan aspek kognitif yang dirasakan oleh responden mengenai produk sepatu lokal mendapatkan jawaban yang cenderung ke arah netral bahkan tidak setuju. Padahal berdasarkan pertanyaan terbuka, terdapat 23 responden yang hanya menggunakan produk sepatu lokal dan 66 orang responden menggunakan kedua jenis produk baik lokal maupun asing. Hal ini berarti meskipun kualitas produk sepatu Indonesia masih belum sesuai dengan keinginan konsumen, namun responden tetap mempertimbangkan untuk menggunakan produk sepatu lokal. Meskipun begitu sebagian besar responden sangat mendukung bila pemerintah membuat sebuah gerakan untuk mencintai produk lokal, hal ini tercermin dari tingginya Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
16
jawaban pada indikator-indikator yang ada di dimensi Social Demonstrability of Benefits. Banyak responden yang menjawab sangat setuju apabila pemerintah membuat gerakan untuk mencintai produk lokal dan merasa akan menjadi yakin untuk menggunakan produk sepatu lokal. Masih adanya kecenderungan etnosentrisme konsumen di kalangan mahasiswa terutama mahasiswa FISIP UI dapat menjadi peluang serta masukan baik bagi para produsen produk lokal khususnya sepatu dan juga pemerintah. Bagi produsen sepatu lokal terutama yang memiliki merek sendiri, sebaiknya lebih meningkatkan konsistensi dari kualitas mereka agar konsumen Indonesia mengalami kepuasan dalam menggunakan produk sepatu lokal. Perluasan jaringan distribusi juga perlu dilakukan, karena menurut beberapa responden produk sepatu lokal yang masih terbatas keberadaannya. Selain itu produsen produk sepatu lokal perlu untuk lebih lagi meningkatkan edukasi mereka mengenai merek Indonesia terhadap konsumen. Karena konsumen banyak yang tidak mengetahui merek mana sajakah yang merupakan merek lokal dan merek mana yang merupakan merek asing. Oleh karena itu sebaiknya produsen sepatu lokal lebih percaya diri untuk menyatakan bahwa produk yang mereka buat merupakan merek lokal meskipun nama dari merek cenderung terkesan asing. Bagi pemerintah dalam hal ini khususnya Kementerian Perdagangan seharusnya membuat suatu gerakan untuk mencintai produk lokal yang terintegratif dengan para produsen lokal. Meskipun pada tahun 2010 sudah diluncurkan gerakan “ Aku Cinta Produk Indonesia” namun gerakan ini masih bersifat sementara dan terbatas pada tindakan reatif. Yang dibutuhkan adalah gerakan mendukung industri produk lokal khususnya sepatu yang terintegratf, artinya pemerintah harus mendukung dari mulai masalah pembuatan hingga distribusi juga penjualan. Sehingga dapat tercipta sinergi yang baik antara pemerintah, produsen sepatu lokal juga konsumen. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI cenderung cukup tinggi. Tetapi, banyak mahasiswa FISIP UI yang masih merasa bahwa produk sepatu asli Indonesia masih kalah dalam hal kualitas dengan produk asing. Meskipun demikian, responden mengaku akan semakin tertarik untuk membeli produk lokal apabila pemerintah melakukan kampanye mencintai produk lokal namun para produsen sepatu lokal juga harus meningkatkan kualitas produk buatan mereka.
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
17
2. Saran Saran yang dapat peneliti berikan untuk produsen sepatu merek lokal adalah untuk lebih meningkatkan lagi kualitasnya produknya agar persepsi masyarakat mengenai produk sepatu merek lokal semakin meningkat dan menjadi semakin tertarik untuk mengkonsumsi produk sepatu merek lokal. Sedangkan saran untuk pemerintah dalam hal ini khususnya Kementerian Perdagangan adalah untuk melaksanakan kampanye cinta produk lokal yang lebih komprehensif dan terintegrasi khususnya dengan Kementerian Perindustrian agar hasil kampanye cinta produk lokal tersebut dapat efektif , maksimal dan benar-benar dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
DAFTAR REFERENSI
Buku : Burton, Dawn. (2008). Cross Cultural Marketing : Theory, Practice & Relevance. USA : Routledge Durianto, Darmadi, et al. (2001). Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Hair, Joseph F et al. (2010). Multivariate Data Analysis (7th ed.) New Jersey : Pearson Hawkins, David & Mothersbaugh, D & Best, Roger J. (2007). Consumer Behavior (10th ed) New York : McGraw Hill Istijanto. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1,2. Jakarta : PT Prehalindo Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga Maholtra, Naresh K . (2007). Marketing Research : an Applied Orientation, 5th ed. New Jersey : Pearson Education Neelankavil, James. (2007). International Business Research. M.E Shape : USA Neuman, W. Lawrence. (2003). Social Research Method 5th Edition Qualitative and Quantitative Approach. USA : Pearson Education Inc Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S Schiffman, Leon G., Kanuk Leslie L. (2007). Consumer Behaviour, 9th Edition. New Jersey : Prentice Hall Solomon, Michael R. (2004). Consumer Behavior. New Jersey : Prentice Hall Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
18
Jurnal Ahmad, Siti Noor et all. (2009). Consumer Ethnocentrism and Influence of Role Model on Young Female Purchase Intentention towards Cosmetic Product. The Business Review, Cambridge : Vol 13, No 2. December 2009 Balabanis, G & Diamantopoulus, A. (2004). Domestic Country Biasa, Country of Origin Effects and Consumer Ethnocentrism. Journal of the Academy of Marketing Science, 32, 80 -95 Chryssochoidis, G, et all . (2005). Ethnocentric beliefs and country of origin (COO) effect. Euro J. Market, 41(11-12) Durvasula,S & R.G. Netemeyer. (1997). A Cross Cultural of Consumer Ethnocentrism in the United States and Russia. Journal International Consumer Market , 9 (4) : 73-79 Evanschitzky, Heiner et all. (2007). Consumer Ethnocentrism In The German Market. International Marketing Review : Vol 25 No 1, 2008 Hamin dan Greg Elliot.(2006). A Less Developed Country Perspective of Consumer Ethnocentrism : Indonesian Evidence, Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics Vol 18 No.2 , 2006 Herche, J. (1994). Ethnocentric Tendencies, Marketing Strategy and Import Purchase Behaviour. International Marketing Review, 11, 14-16 Netemeyer, R. G, Durvasula & Lichtenstein. D. R. (1991). A Cross National Assesment of The Reliability and Validity. Journal of Marketing Research, 28, 320-327. Renko, Natasa. Karanovic, Biljana C. dan Matea Matic. (2012). Influence of Consumer Ethnocentrism On Purchase Intention: Case of Croatia. University of Croatia Sharmankresh, Mahesh N. (2004). Consumer Ethnocentrism : An Integrative Review of Its Antecedents and Consequences. International Marketing Review : Vol 23 No. 2, 2006 Shimp, TA dan Subash, S. (1987). Consumer Ethnocentrism : Construction and Validation of the CETSCALE. Journal of Marketing Research 24 : 280 – 289 Suryadi, Nanang dan Hendrawan, Dimas. (2010). Kecenderungan Etnosentrisme, Sikap dan Intensi Konsumen dalam Membeli Produk Usaha Kecil dan Menengah, Jurnal Aplikasi Managemen : Universitas Brawijaya Malang Teo, Poh-Chuin, Mohammad, Osman. T. Ramayah. (2010). Testing The Dimensionality of Consumer Ethnocentrism Scale Amoung A Young Malaysian Consumer Market Segmen. Malaysia : University Sains Malaysia Watson, John dan Wright, Katrina. (1999). Consumer Ethnocentrism and Attitudes Towards Domestic and Foreign Products. European Journal of Marketing 34 , 9/10. Wang, Cheng Lu dan Chen, Zhen Xiong. (2004). Consumer Ethnocentrism and Willingness To Buy Domestic Product. The Journal of Consumer Marketings : 391
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
19
Thesis Siamagka, Nikoletta Theofania. (2010). Extending Consumer Ethocentrism : Development and Validation of the CEESCALE. Department of Marketing : University of Birmingham, UK Kosim, Muhammad Yusuf. (2006). Pengaruh Etnosentrisme Pada Sikap Konsumen Terhadap Iklan dan Merek Rokok di Indonesia . Departemen Ilmu Managemen, FE, Universitas Indonesia Sahak, Siti Z. (2010). Ethnocentric Consumption of Malaysian Consumers and Acculturating Migrants. Salford Business School : University of Salford, UK
Skripsi Putri, Prasti Nindya. (2008). Analisis Tingkat Etnosentrisme Konsumen dan Pengaruhnya terhadap Perceived Quality, Perceived Value, Perceived Price dan Purchase Intention pada produk lokal ( Studi Kasus pada Produk Pembersih Wajah), Departemen Ilmu Managemen, FE, Universitas Indonesia.
Artikel Online Kelas Menengah dan Pendapatan Per Kapita. Diakses http://fokus.news.viva.co.id/news pada 09 Oktober 2012 pukul 20.30 Kampanye Cinta Produk Indonesia Bukan Proteksionis.Diakses dari http://www.antaranews.com/berita diakses pada 6 November 2012 pukul 14.35 Industri Sepatu Indonesia Dikenal Hingga Mancanegara. Diakses dari http://www.gatra.com/ekonomi/46-ekonomi pada 17 November 2012 pukul 19.00 Daya Beli Masyarakat Kuat, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Dijaga. Diakses dari http://www.jurnas.com/news pada 1 Maret 2013 pukul 17.00 Pemerintah Ungkap Kenapa Produk China Bisa Lebih Murah. Diakses dari http://bisnis.news.viva.co.id/news pada 2 Maret 2013 pukul 20.00 Neraca Perdagangan Defisit Batasi Produk Impor. Diakses dari http://www.antaranews.com/berita pada 10 Juni 2013 pukul 11.00 Industri Lokal Mati Kena Serbuan Celana Dalam Hingga Batik Impor. Diakses dari http://finance.detik.com pada 10 Juni 2013 pukul 11.26 Belanja Sepatu Indonesia Rp 115.000 per Kapita. Diakses dari http://duniaindustri.com pada 10 Juni 2013 pukul 13.00 Industri Sepatu Makin Berat. Diakses dari http://whatindonews.com/id/post/1325 pada 10 Juni 2013 pukul 13.15 Menperin Mendorong Peningkatan Daya Saing Industri Nasional. Diakses dari http://www.kemenperin.go.id diakses pada 10 juni 2013 pukul 14.00
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013
20
Universitas Indonesia Analisis tingkat…, Alifa Nisfiyani, FISIP UI, 2013