ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY
Oleh: RAHMI FAJARINI A24104068
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agropolitan Agropolitan (agro=pertanian, politan=kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Departemen Pertanian, 2003). Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan sentra produksi pertanian yang memberikan kontribusi besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan tersebut disebut sebagai kawasan agropolitan yang terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya. Batasan Kawasan Agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan tetapi lebih ditentukan oleh skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan (Departemen Pertanian, 2003). Konsep agropolitan di Indonesia diadaptasi dari konsep Agropolitan Distric yang dirumuskan oleh Friedmann dan Douglass pada tahun 1975. Agropolitan Distric merupakan suatu daerah perdesaan yang mempunyai kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 200 jiwa per km2. Di dalam distrik biasanya akan dijumpai kota berpenduduk antara 10.000-50.000 jiwa. Batas-batas wilayah district adalah commuting radius (lingkar pulang-pergi) antara 5-10 km. Ukuran-ukuran tersebut menjadikan penduduk suatu district umumnya berkisar 50.000-150.000 jiwa dan pada mulanya sebagian penduduk bekerja di bidang pertanian.
Menurut Nasution (1999) dalam Hastuti (2001), paradigma konsep agropolitan adalah (1) hubungan perdesaan dengan kota-kota dapat mencapai suatu tingkat sinergisme sepanjang hubungan fungsional dari sub-wilayah tersebut menghasilkan nilai tambah yang dapat diredistribusikan melalui pengembangan suatu tatanan institusional yang secara benar menggambarkan status kelangkaan suatu sumberdaya atau komoditas, (2) apabila terjadi akumulasi modal, terdapat mekanisme pasar yang dapat mengalirkan modal kepada penggunaan yang dapat memberikan manfaat sosial terbesar, dan (3) perkembangan pusat pertumbuhan (kota) pada suatu tingkat akan mengalami diminishing return sehingga harus dibatasi melalui mekanisme pasar. Rivai (2003) menyatakan bahwa pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah perdesaan. Konsep pengembangan agropolitan tidak semata-mata ditujukan kepada pembangunan fisik material, tetapi juga sekaligus harus dikaitkan dengan pembangunan masyarakat (sumberdaya manusia) secara langsung. Titik berat pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat setempat memerlukan pendekatan yang bersifat integral dan terpadu, artinya pembangunan yang akan dilaksanakan tidak hanya menyangkut pembangunan struktur fisik, tetapi sekaligus pembangunan manusia
dengan
pendekatan
yang
berimbang.
Pengembangan
kawasan
agropolitan harus mempunyai keterkaitan yang harmonis dengan kombinasi antara pendekatan yang top down dengan pendekatan bottom up yang bertujuan untuk mencapai efek ganda (multiplier effect). Prakarsa-prakarsa dari bawah tidak dapat diabaikan, karena merupakan invisible hand dalam menggerakkan sumberdaya-
5
sumberdaya yang ada sebagai kekuatan utama untuk mewujudkan pengembangan kawasan agropolitan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengembangan
Kawasan
Agropolitan
merupakan
upaya
untuk
menumbuhkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, non pertanian dan jasa penunjangnya serta keterkaitan spasial antara wilayah perdesaan dan perkotaan.
2.2. Interaksi Spasial Konsep pengembangan wilayah memandang penting aspek keterpaduan sektoral, spasial serta keterpaduan antar pelaku-pelaku pembangunan di dalam dan antar wilayah. Keberadaan potensi sumberdaya alam serta aktivitas-aktivitas sosial-ekonomi yang tersebar secara tidak merata dan tidak seragam menyebabkan perlu adanya mekanisme interaksi antar dan inter wilayah secara optimal. Akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, dalam suatu perencanaan pembangunan selalu diperlukan adanya skala prioritas pembangunan. Dari sudut dimensi sektor pembangunan, skala prioritas didasarkan atas suatu pemahaman bahwa setiap sektor memiliki sumbangan langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan (penyerapan tenaga kerja, pendapatan regional dan sebagainya), dimana setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor
lainnya
dengan
karakteristik
yang
berbeda-beda.
Pada
kenyataannya, aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, buatan (infrastruktur) dan sosial yang ada pada wilayah tersebut (Rustiadi, 2005).
6
Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor-sektor pembangunan. Keterpaduan spasial membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), interaksi (interaction) adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan atau saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi wilayah itu sendiri merupakan hubungan yang dinamis antara satu wilayah dengan wilayah lain, baik hubungan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan lain sebagainya. Interaksi antar dua wilayah dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan masyarakat di dua wilayah tersebut, jarak wilayah dan besarnya pengaruh jarak antara kedua wilayah tersebut. Menurut Richardson (1991) dalam Maulana (2006), faktor penentu besarnya interaksi antara dua daerah atau lebih ditentukan berdasarkan pada: (1) jarak antar daerah yang berinteraksi dan (2) jumlah penduduk pada daerah yang berinteraksi. Semakin dekat jarak dan semakin besar jumlah penduduk antar daerah yang berinteraksi, maka interaksi yang terjadi akan semakin besar. Adapun pergerakan yang dilakukan oleh penduduk sedikitnya dipengaruhi oleh dua motivasi yaitu: (1) pergerakan dengan motivasi ekonomi dan (2) pergerakan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan pelayanan.
2.3. Komoditas/Sektor Unggulan Arah dan tujuan pembangunan pertanian di suatu kawasan haruslah selaras dengan spesifikasi wilayah sasaran berdasarkan kondisi agroekosistem setempat, sifat komoditas yang dikembangkan, kondisi infrastruktur, dan situasi sosial budaya kelompok sasaran. Untuk menunjang hal tersebut di atas, maka penentuan komoditas unggulan di suatu wilayah kabupaten/kota merupakan suatu keharusan 7
agar sumberdaya pembangunan pertanian dapat dimanfaatkan secara efisien dan dan terfokus pada pengembangan komoditas unggulan wilayah tersebut. Komoditas unggulan wilayah adalah komoditas andalan suatu daerah/wilayah yang tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan kondisi biofisik yang spesifik di daerah tersebut (Ernawanto, 2007). Menurut Master Plan Kabupaten Paser (2007), komoditas unggulan mempunyai kriteria:(1) diminati masyarakat dan sesuai dengan potensinya, (2) bersifat khas dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat, (3) permintaan pasar yang tinggi dan kontinyu serta mempunyai manfaat ekonomi yang tinggi (B/C ratio dan land rent tinggi) dan (4) dari segi teknik budidaya, petani sudah berpengalaman.
2.4. Aliran Komoditas/Tataniaga Komoditas Pertanian Menurut Akhmad (2007), dalam struktur ekonomi kita, petani produsen dengan jumlah mayoritas memiliki posisi tawar yang rendah dibandingkan dengan aktor lain, yaitu pemodal, pedagang, distributor, dan penikmat rente lainnya. Tata niaga produk pertanian kita sangat tidak adil terhadap petani. Nilai tukar produk pertanian sangat rendah dan jauh dari kelayakan, sementara marjin harga produsen dan harga konsumen akhir yang besar banyak dinikmati oleh pelaku distribusi. Bila terjadi kenaikan biaya distribusi, misalnya kenaikan harga BBM, maka distributor akan menaikkan harga konsumen, tetapi menekan harga produsen, maka marjin keuntungan distributor relatif stabil. Kondisi ini terjadi karena tidak efisiennya pola distribusi produk pertanian selain memang tidak ada aturan yang membatasi ekspansi dan eskploitasi modal terhadap petani.
8
Upaya menaikkan daya tawar petani produsen dilakukan dengan konsolidasi petani produsen dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggota kolekte menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumsi. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta jeratan hutang tengkulak. Kedua, kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan terkoordinasi maka akan dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam. Ketiga, kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang
9
dalam menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan rantai yang tidak menguntungkan (Akhmad, 2007).
2.5. Hirarki Wilayah Struktur interaksi dapat memiliki tingkatan strata/hirarki. Strata/hirarki interaksi terwujud dalam bentuk strata/hirarki (1) antar unsur pusat-pusat (noda), (2) antara linkage dan (3) bentuk/jenis interaksi. Hirarki pusat-pusat adalah hirarki yang menggambarkan strata pusat-pusat konsentrasi (central places) seperti hirarki pusat-pusat pemukiman, hirarki kotakota, hirarki pasar, dan lain-lain. Hirarki pusat (noda) pada dasarnya ditentukan oleh kapasitas pelayanan, kapasitas/potensi berinteraksi dan tingkat aksesibilitas (locational
rent)
pusat-pusat.
Kapasitas
pelayanan
pusat-pusat
dapat
diidentifikasikan dengan metode skalogram yang dapat diukur dari ketersediaan dan kapasitas pelayanan fasilitas-fasilitas fisik, kelembagaan, besaran pasar, lapangan pekerjaan, ekonomi hingga ke daya dukung lingkungannya. Namun dalam penelitian variabel yang digunakan adalah ketersediaan dan kapasitas pelayanan fasilitas-fasilitas fisik.
2.6. Pasar Pasar merupakan salah satu fasilitas penting bagi masyarakat perdesaan. Di samping berperan sebagai pusat pemasaran produk perdesaan yang sebagian besar terkait dengan aktivitas pertanian dalam arti luas, pasar juga merupakan
10
pusat pemenuhan sarana usaha perdesaan. Sementara itu, saat ini pengertian pasar sudah berkembang sangat luas. Bentuk-bentuk pasar moderen yang marak berkembang sampai ke kota kecil antara lain toserba, pasar swalayan dan bahkan hipermarket. Namun bagi masyarakat perdesaan posisi pasar dalam pengertian yang telah berkembang sebelumnya terkait dengan pasar tradisional masih sangat penting (http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar). Kinerja pemasaran memegang peranan sentral dalam pengembangan komoditas pertanian. Perumusan strategi dan program pengembangan pemasaran yang mampu menciptakan kinerja pemasaran yang kondusif dan efisien akan memberikan kontribusi positif terhadap beberapa aspek, yaitu: (a) Mendorong adopsi teknologi, peningkatan produktivitas dan efisiensi, serta daya saing komoditas pertanian; (b) Meningkatkan kinerja dan efektifitas kebijakan pengembangan pengembangan produksi, khususnya kebijakan yang terkait dengan program stabilisasi harga keluaran; dan (c) Perbaikan perumusan kebijakan perdagangan domestik dan internasional (ekspor dan impor) secara lebih efektif dan optimal (http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar).
2.7. Agribisnis Banyak pendapat tentang batasan dan ruang lingkup agribisnis, tergantung pada unit dan tujuan analisis. Secara tradisional, oleh Biere (1988) agribisnis diartikan sebagai aktivitas-aktivitas di luar pintu gerbang usahatani (beyond the farm gate, off-farm) yang meliputi kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi usahatani, kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan beserta perdagangannya, dan kegiatan yang menyediakan
11
jasa yang dibutuhkan seperti misalnya perbankan, angkutan, asuransi atau penyimpanan. Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan: (1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional.
2.8. Agropolitan di Indonesia Di Indonesia masa kini, konsep agropolitan ini mendapat banyak perhatian. Hal ini terlihat dalam berbagai buku Pedoman Pembentukan Agropolitan yang dikeluarkan Departemen Pertanian pada tahun 2002-2003, maupun konsep-konsep yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Akan tetapi, dalam konsep tersebut terlihat masih adanya kerancuan antara konsep agropolitan yang merupakan bagian dari perkembangan dari bawah dengan beberapa unsur dari perkembangan dari atas. Selain itu, kebijaksanaan12
kebijaksanaan pengembangan agropolitan ini masih terlihat bergantung pada pemerintah pusat. Padahal seharusnya, masyarakatlah yang didorong untuk memiliki kebijaksanaan-kebijaksanaan sendiri yang cocok dengan wilayahnya. Salah satu wilayah agropolitan yang berhasil, yaitu Provinsi Gorontalo (sudah mulai dengan konsep agropolitan sebelum adanya pedoman dari Deptan). Provinsi ini menerapkan prinsip limited government intervention dalam kebijaksanaannya. Jadi, dengan mengingat rawannya keadaan pangan di Indonesia, walaupun merupakan konsep lama, konsep agropolitan dalam pengembangan wilayah, patut untuk dipikirkan kembali. Pedomannya bisa menggunakan pedoman agropolitan yang sekarang sudah dimiliki Deptan dan Dep. PU dengan sedikit perbaikan di sana-sini (Nurzaman, 2008).
13
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Sedangkan analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan serta di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB pada bulan Februari 2008 hingga bulan Mei 2008. Wilayah lokasi studi tertera pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Studi
3.2. Jenis, Sumber Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan untuk kegiatan penelitian berupa data peta administrasi desa, peta jaringan jalan, peta penggunaan lahan, data PODES Kabupaten Bandung tahun 2006, PDRB tahun 2005-2006 Kabupaten Bandung, dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun alat yang digunakan untuk penunjang penelitian adalah seperangkat komputer dan beberapa perangkat lunak (software) seperti ArcView 3.1, Corel Draw 12, Microsoft Visio 2003, Microsoft Excel 2003 dan Microsoft Word 2003.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan 3.3.1.1. Analisis Skalogram Analisis untuk mengetahui hirarki pusat-pusat pengembangan dan saranaprasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan atau fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi saranaprasarana pembangunan, distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan sarana-prasarana pembangunan secara spasial tidak dipertimbangkan secara spesifik.
15
Untuk menutupi keterbatasan metode skalogram, Rustiadi et al.(2003), mengembangkan metode skalogram berbobot sebagai penyempurnaan atas metode skalogram yang dikembangkan oleh Patil (1977). Tahapan dalam penyusunan analisis skalogram adalah sebagai berikut: (1) menginventarisasi fasilitas dan indikator-indikator pembangunan sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah; (2) menyusun invers untuk variabel yang menandakan jarak terhadap fasilitas dan tingkat ketertinggalan wilayah. Pembuatan invers dari jarak terhadap fasilitas ini dimaksudkan agar nilai dari invers jarak berkorelasi positif dengan fasilitas yang lain; (3) semua nilai distandarisasi sehingga nilai tersebut memiliki satuan yang sama; (4) menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal untuk menentukan indeks perkembangan suatu wilayah; (5) menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah. Selain itu juga ditentukan rata-rata unit fasilitas tersebut, simpangan baku, total terisi, sehingga fasilitas yang bernilai nol tidak akan dihitung), bobot (rasio antara total terisi dengan jumlah desa), nilai maksimum dan nilai minimum. Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan atau Pelayanan Desa (Rustiadi et al., 2003): n
IPD
j
= ∑ I 'i i
j
dimana :
I ' ij =
I ij − I i min SD
i
Keterangan : IPDj = Indeks Perkembangan Desa ke-j Iij
= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i desa ke-j
I’ij
= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkoreksi desa ke-j
I i min
= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkecil (minimum)
SDi
= Simpangan baku sarana prasarana (PODES 2006) ke-i 16
Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga yaitu: •
Hirarki I, jika indeks perkembangan ≥ (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki II, jika rata-rata < indeks perkembangan < (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki III, jika indeks perkembangan < rata-rata
Hirarki III < rataan ≤ Hirarki II < {rataan + (1.5 x standar deviasi)} ≤ Hirarki I
Data-data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah data jumlah jenis fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan invers dari jarak atau akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan tertentu. Jumlah desa yang dianalisis adalah 22 desa. Sedangkan jenis fasilitas yang dianalisis antara lain adalah (1) kelompok fasilitas pendidikan, (2) kelompok fasilitas kesehatan, (3) kelompok fasilitas peribadatan dan (4) kelompok fasilitas ekonomi dan jasa. Keempat kelompok besar tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dasar di suatu kawasan. Adapun variabel-variabel yang digunakan secara rinci terlampir dalam Lampiran 1. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan desa yang didasarkan atas nilai IPD dari masing-masing desa.
3.3.1.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah dan kepadatan penduduk dalam analisis hirarki pusat-pusat pelayanan berfungsi untuk melihat seberapa besar implikasi dari kepadatan penduduk di suatu wilayah terhadap perkembangan wilayah (hirarki) tersebut. Biasanya dalam suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggi pula. Pemenuhan kebutuhan tersebut berupa pengadaan fasilitas-fasilitas pelayanan 17
bagi masyarakat mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan serta perekonomian dan perdagangan serta infrastruktur sebagai alat penunjang kegiatan pertanian. Namun kepadatan penduduk yang tinggi di suatu wilayah tidak selalu diikuti dengan perkembangan wilayah yang tinggi pula (dari pengadaan fasilitasfasilitas umum). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, misalnya letak geografi dari wilayah tersebut yang tidak menunjang/sulit untuk pengadaan fasilitas, namun karena wilayah tersebut berfungsi sebagai kawasan wisata maka banyak warga yang pindah dan mencari nafkah di sana, sehingga kepadatannya pun akan semakin tinggi.
3.3.2. Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan 3.3.2.1. Analisis LQ (Location Quotient) Location
Quotient
merupakan
analisis
yang
digunakan
untuk
menunjukkan tingkat pemusatan atau basis aktivitas. Selain itu, LQ juga bisa digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang atau jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Analisis LQ yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni anlisis LQ berdasarkan (1) sektor kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman bahan makanan) dan (3) luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk analisis LQ berdasarkan sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006, sementara untuk analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 2006. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut 18
dalam total aktivitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Adapun persamaan dari LQ ini adalah:
LQ
IJ
=
X X
IJ .J
/
X /X
I. ..
Dimana: X ij = nilai sektor kegiatan(*) ke-j pada kecamatan ke-i X i. = jumlah seluruh sektor kegiatan(*) di kecamatan ke-i X .j = jumlah sektor kegiatan(*) ke-j di Kabupaten Bandung X .. = besaran sektor kegiatan(*) total di Kabupaten Bandung Keterangan
(*)
:Pemusatan aktivitas sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006, sedangkan pemusatan aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan menggunakan data Luas Tanam dan Luas Panen tahun 2006
Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai LQ > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktivitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i. 2. Jika nilai LQ = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total. 3. Jika LQ < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah. Analisis LQ lebih bersifat statis karena dilakukan untuk data dalam satu titik waktu, namun keterbatasan metode ini hanya melihat pemusatan aktivitas dari sisi konteks/lingkup wilayah Kabupaten Bandung saja. 19
3.3.2.2. Analisis SSA (Shift-Share Analysis) Shift-Share Analysis merupakan salah satu dari teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Analisis SSA yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni analisis SSA berdasarkan (1) sektor kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman bahan makanan) dan (3) luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk analisis SSA berdasarkan sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2005 dan tahun 2006, sementara untuk analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 2004 dan tahun 2006. Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja (performance) suatu aktivitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis shift-share mampu memberikan gambaran sebabsebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: (1) komponen laju pertumbuhan total (Share), menyatakan petumbuhan total wilayah pada dua titik waktu; (2) komponen
pergeseran
proporsional
(Proportional
Shift),
menyatakan
pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah; (3) komponen pergeseran diferensial (Differential Shift), menyatakan tingkat kompetisi (competitiveness)
20
suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktivitas tersebut dalam wilayah. Dari ketiga komponen tersebut, fokus pembahasan hanya dilakukan pada komponen Differential Shift, meskipun ketiga perhitungan dilakukan. Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut:
SSA
⎛ =⎜ ⎜ ⎝
⎞ ⎛ − 1⎟ + ⎜ ⎟ ⎜ (t 0) ⎠ ⎝ a
X .. X ..
( t1)
X X
i ( t1)
−
i (t 0)
⎞ ⎛ ⎟+⎜ ⎟ ⎜ (t 0) ⎠ ⎝
X .. X ..
( t1)
X X
ij ( t 1)
−
ij ( t 0 )
b
X X
⎞ ⎟ ⎟ i (t 0) ⎠ i ( t1)
c
dimana : a
= komponen share
b
= komponen proportional shift
c
= komponen differential shift
X..
= Nilai total sektor kegiatan(*) tiga kecamatan di Kabupaten Bandung
X.i = Nilai total sektor kegiatan(*) tertentu di Kabupaten Bandung Xij = Nilai sektor kegiatan(*) tertentu dalam unit kecamatan tertentu t1
= tahun akhir
t0
= tahun awal
Keterangan
(*)
:Analisis SSA sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2005-2006, sedangkan untuk aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan menggunakan data Luas Tanam dan Luas Panen tahun 2004-2006
3.3.3.Analisis Sistem Pemasaran dan Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Survei Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan Survei di setiap pasar mengenai komoditas utama apa saja yang diperdagangkan. Selain komoditas unggulan lokal, ada juga komoditas/barang konsumsi produksi luar kawasan, namun tujuan penelitian lebih tertuju pada ketersediaan komoditas unggulan lokal di pasar-pasar tersebut.
21
Survei pasar dilakukan dengan mencatat dan menganalisis pusat-pusat pasar berdasarkan enam kelompok informasi/karakteristik sebuah pasar. Adapun kelompok informasi tersebut meliputi: 1. Sifat periodik pasar, dibedakan menjadi dua kelompok yakni: (a) pasar permanen dan (b) pasar non-permanen. 2. Ukuran (size) pasar, bisa dibedakan berdasarkan beberapa kriteria yakni: (a) luas lantai (m2); (b) jumlah kios; (c) jumlah pedagang dan (d) omset. 3. Barang utama yang diperdagangkan, meliputi 3-6 tipe barang paling penting yang diperdagangkan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah pedagang atau omset dari suatu barang yang diperdagangkan di pasar tersebut. 4. Asal barang yang diperdagangkan, serta alat transportasi angkutan barang yang diperdagangkan dan frekuensi pengangkutan barang ke pasar tersebut. 5. Tujuan setelah pasar oleh barang utama yang diperdagangkan. 6. Penjual dan pembeli, meliputi identitas dari para penjual dan pembeli di pasar tersebut yakni nama, asal dan status/kedudukan mereka di pasar tersebut apakah sebagai penjual saja atau merangkap sebagai produsen, apakah pembeli membeli barang untuk dikonsumsi langsung atau untuk dijual lagi atau untuk bahan baku dari produk yang berbeda dan lain sebagainya.
Survei Perkiraan Omset Pasar Setelah menentukan titik-titik pasar yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey, dilakukan survei pusat pasar berdasarkan perhitungan perkiraan omset setiap pasar. Survei dilakukan terhadap para pedagang di setiap pasar yang ada di kawasan agropolitan. Dalam pengambilan contoh pedagang digunakan metode rancangan percobaan stratified purposive sampling, yaitu metode memilih dengan 22
sengaja untuk alasan tujuan tertentu. Pertama, komoditas-komoditas utama yang dijual di setiap pasar ditentukan dengan mengambil responden sebanyak 3-5 orang pedagang untuk setiap komoditasnya. Dalam metode purposive ini harus dapat ditentukan tingkat keragaman atas jawaban para pedagang. Jika tingkat keragaman tinggi maka sebaiknya jumlah responden ditingkatkan. Misalnya jika dari lima orang pedagang memiliki jawaban yang berbeda atas pertanyaan yang sama,
maka
jumlah
responden
harus
ditambah
hingga
terdapat
kesamaan/kemiripan jawaban dengan beberapa responden sebelumnya sehingga jawaban tersebut dirasa cukup dan mewakili (representatif). Contoh kuesioner dalam survei perkiraan omset pasar tertera pada Lampiran 5.
Survei Jalur Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dalam studi kasus Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey (2007) yang dilaksanakan oleh P4W IPB dan diikuti oleh instansi terkait (PPL), tokoh masyarakat, tokoh tani, aparat desa dan lembaga swadaya masyarakat, telah teridentifikasi beberapa komoditas unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Setelah menentukan pusat pasar, dapat dilihat pergerakan/aliran barang (komoditas unggulan kawasan) terhadap pusat pasar tersebut. Survei dilakukan terhadap para pedagang dan pembeli yang ada di pasar. Hal-hal yang ditanyakan terhadap para pedagang adalah asal barang yang diperdagangkan, alat transportasi barang yang digunakan serta frekuensi kedatangan barang. Sementara hal yang ditanyakan terhadap pembeli adalah tujuan komoditas yang dibeli tersebut, apakah akan dijual kembali atau untuk dikonsumsi sendiri ataupun sebagai bahan baku produk selanjutnya. Matriks metode penelitian dan hasil yang diharapkan tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2. 23
Tabel 1. Metode Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian No.
1
2
3
Tujuan
Metode Analisis
Data yang Digunakan dan Sumbernya
1. Skalogram
PODES 2006 Kabupaten Bandung
Teridentifikasikannya kecenderungankecenderungan orientasi masyarakat terhadap pusat-pusat kegiatan
2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
PODES 2006 Kabupaten Bandung
Melihat implikasi kepadatan penduduk terhadap perkembangan suatu wilayah
1. LQ
PDRB 2006 Kabupaten Bandung
Teridentifikasikannya sektor/komoditas unggulan komparatif kawasan agropolitan
2. SSA
PDRB 2005 dan 2006 Kabupaten Bndung
Teridentifikasikannya tingkat kompetitif sektor/komoditas unggulan di masing-masing kecamatan
1. Survey Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan
Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD
Teridentifikasikannya pusat pasar kawasan agropolitan berdasarkan nilai omset komoditas yang diperdagangkan
2. Perkiraan Omset Pasar
Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD
Teridentifikasikannya kapasitas pelayanan pasar berdasarkan omset pasar di wilayah tersebut
3. Survey Pasar dan Jalur Tataniaga Komoditas Utama
Hasil Wawancara
Mengetahui struktur/jalur tataniaga produk/komoditas unggulan kawasan agropolitan
Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan
Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan
Analisis Orientasi Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan
Hasil yang Diharapkan
24
A N A L IS IS S T R U K T U R T A T A R U A N G K A W A S A N A G R O P O L IT A N
A n a lis is H ir a r k i P u s a t P u s a t P e la y a n a n
A n a lis is S e k t o r /K o m o d it a s U n g g u la n K a w a s a n
A n a lis is P o la A lir a n T a t a n ia g a K o m o d it a s U n g g u la n K a w a s a n
S u rv e y P a s a r/ K o m o d it a s y g D ip e r d a g a n g k a n S k a lo g r a m
J u m la h & K e p a d a ta n Penduduk
LQ
P e rk e m b a n g a n W ila y a h
SSA
S e k to r / K o m o d it a s U n g g u la n
P e r k ir a a n O m s e t Pasar
P e n e n tu a n P u s a t Pasar
M e n g e ta h u i S tru k tu r T a ta R u a n g K a w a s a n A g r o p o lit a n C iw id e y
J a lu r T a t a n ia g a K o m o d it a s U n g g u la n
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian 25
IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107031’30” BB – 107031’30”BT dan 702’15” LU – 7018’00”LS (Gambar 3). Adapun batas-batas wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah : •
Sebelah Utara
: Kabupaten Bandung Barat
•
Sebelah Timur
: Kabupaten Bandung
•
Sebelah Selatan
: Kabupaten Cianjur
•
Sebelah Barat
: Kabupaten Cianjur
Gambar 3. Peta Administrasi Kawasan Agropolitan Ciwidey Wilayah Pengembangan Agropolitan Ciwidey mempunyai luas wilayah 40.674,67 Ha, yang terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ciwidey,
Kecamatan Rancabali, dan Kecamatan Pasirjambu, dimana terbagi dalam 22 desa. Rincian nama-nama desa beserta luasnya tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Nama desa dan Luas Wilayah per Desa Luas No
Nama Kecamatan
Nama Desa
1
Ciwidey
2
Lebakmuncang
(ha)
(%)
211,71
0,49
1.672,58
3,83
Nengkelan
442,85
1,01
4
Panundaan
314,98
0,72
5
Panyocokan
408,07
0,94
6
Rawabogo
1.056,79
2,42
7
Sukawening
739,96
1,70
8
Cibodas
878,91
2,01
9
Cikoneng
370,66
0,85
10
Cisondari
2.295,58
5,26
11
Cukanggenteng
489,91
1,12
Margamulya
740,21
1,70
Mekarmaju
165,77
0,38
1.822,71
4,18
246,06
0,56
10.077,26
23,09
3
Ciwidey
12 13
Pasirjambu
14
Mekarsari
15
Pasirjambu
16
Sugihmukti
17
Tenjolaya
6.870,58
15,74
18
Alam Endah
1.296,94
2,97
19
Cipelah
4.434,92
10,16
Indragiri
2.484,28
5,69
21
Patengan
4.640,67
10,63
22
Sukaresmi
1.980,17
4,54
43.641,55
100,00
20
Rancabali
Total Sumber : Hasil Analisis Peta Rupa Bumi
Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa Desa Sugihmukti memiliki luas wilayah yang paling besar yaitu 10.077,26 ha, sedangkan untuk luas wilayah yang paling kecil adalah Desa Mekarmaju yaitu sebesar 165,77 ha.
27
4.2. Topografi Topografi wilayah Ciwidey merupakan daerah dengan topografi relatif bergelombang dan sedikit datar. Daerah ini terletak pada ketinggian kurang lebih 1.100 meter di atas permukaan air laut. Bentuk wilayah yang terdapat di ketiga kecamatan tersebut adalah berbukit (15-25 %), bergelombang (8-15 %), berombak (3-8 %), dan datar (0-3 %). Sebagian besar Kawasan Agropolitan Ciwidey memiliki bentuk wilayah bergelombang (8-15 %) dan berombak (3-8 %) terutama di Kecamatan Pasirjambu. Untuk melihat lebih jelas kondisi bentuk wilayah di Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Peta Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey 4.3. Tanah Tanah-tanah di Kawasan Agropolitan Ciwidey berkembang dari batuan lava andesit dan basalts, penyebarannya cukup luas dan dijumpai pada relief berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah bervariasi dari agak dalam
28
sampai sangat dalam, berdrainase baik, dan reaksi tanah masam sampai agak masam. Diklasifikasikan sebagai tanah Ultisols, Alfisols, Inceptisols, Andisols dan Mollisol. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 No. Landform Ciwidey 1 Dataran aluvial 2 Dataran bekas danau 108,4 3 Dataran Tektonik 34,4 4 Dataran Volkan 490,9 5 Jalur aliran 787,4 6 Kaki Pegunungan Volkan 800,6 7 Perbukitan Tektonik 1.066,0 8 Perbukitan Volkan Tua 607,5 9 (blank) 690,2 Total 4.585,3 Sumber : Masteplan Kawasan Agropolitan Ciwidey
Pasir Jambu 149,9 230,2 12.145,8 2.682,1 272,1 3.018,5 2.662,4 274,4 741,4 22.176,8
Rancabali 92,3 2.560,1 297,6 6.719,1 3406,8 260,2 576,1 13.912,3
Total 149,9 430,9 14.740,2 3.173,0 1357,1 10.538,3 7.135,2 1.142,1 2.007,7 40.674,4
Tanah-tanah yang berkembang dari bahan alluvium dan koluvium umumnya di daerah dataran, jalur aliran sungai, dataran bekas danau dan koluvium volkan yang umumnya disawahkan dan sebagian ditanami palawija dan tanaman sayuran. Kedalaman tanah umumnya dalam sampai sangat dalam, drainase agak terhambat sampai sangat terhambat, reaksi tanah sedikit masam sampai netral. Tanah-tanah tersebut diklasifikasikan sebagai tanah Inceptisols dan Andisols (Aquands), penyebarannya terdapat di sekitar Kecamatan Ciwidey, Pasir Jambu dan Rancabali.
4.4. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di wilayah Ciwidey ini didominasi oleh penggunaan lahan untuk kebun teh, yaitu seluas 12.771,1 ha atau sebesar 31,4 % dari total luas penggunaan lahan. Kawasan ruang terbangun sebesar 4,79 % yang digunakan untuk permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
29
Tabel 4. Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Badan Air
Persentase (%) 67,1
0,16
126,4
0,31
1.929,4
4,74
12.132,3
29,83
908,4
2,23
Kebun Campuran-1
1.777,3
4,37
Kebun Campuran-2
56,8
0,14
Kebun Teh
12.771,1
31,40
Pemukiman
1.946,9
4,79
16,0
0,04
1.653,0
4,06
769,7
1,89
Sawah Tadah Hujan
1.488,2
3,66
Semak Belukar
3.293,7
8,10
0,3
0,00
1.738,3
4,27
40.674,7
100,00
Hutan Damar Hutan Eucalyptus Hutan Lebat (Primer) Hutan Sekunder/Belukar
Rumput Sawah Irigasi Sederhana Sawah Irigasi Semi Teknis
Tegalan (palawija) Tegalan (Sayuran Dataran Tinggi) Total Sumber : Masteplan Kawasan Agropolitan Ciwidey
Secara alami faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan di Kawasan Agropolitan Ciwidey antara lain kemiringan tanah, jenis tanah, curah hujan, kandungan air tanah dan sebagainya, sedangkan faktor non alami yang mempengaruhi penggunaan lahan yaitu aktivitas yang terjadi di masyarakat, mata pencaharian, jumlah penduduk dan sebaran penduduk.
4.5. Kependudukan Kepadatan penduduk Kawasan Agropolitan Ciwidey rata-rata 6,7 jiwa/ha. Pada tahun 2006, desa yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali dengan tingkat kepadatan 77,5 jiwa/ha, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu dengan tingkat kepadatan 1,2 jiwa/ha (Tabel 5). 30
Tabel 5. Kepadatan Penduduk Rata-Rata per Desa Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 Kecamatan
Desa
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Luas (ha)
Jumlah Penduduk
Rata-rata Kepadatan
(jiwa)
(jiwa/ha)
1.
Panundaan
321,3
10.863
33,8
2.
Ciwidey
218,3
13.727
62,9
3.
Panyocokan
389,2
9.802
25,2
4.
Lebakmuncang
800
10.459
13,1
5.
Rawabogo
759,8
6.650
8,8
6.
Nengkelan
346,2
4.969
14,4
7.
Sukawening
700,2
9.123
13,0
8.
Cipelah
606,7
8.987
14,8
9.
Sukaresmi
113,9
8.829
77,5
10.
Indragiri
191
4.376
22,9
11.
Patengan
2.538,3
5.385
2,1
12.
Alamendah
226,5
17.353
76,6
13.
Sugihmukti
9985
11.910
1,2
14.
Margamulya
386,1
6.932
18,0
15.
Tenjolaya
3.661,3
11.190
3,1
16.
Cisondari
2024
8.648
4,3
17.
Mekarsari
1196
4.938
4,1
18.
Cibodas
1926
7.089
3,7
19.
Cukanggenteng
463
5.488
11,9
20.
Pasirjambu
145,1
6.768
46,6
21.
Mekarmaju
22.
Cikoneng
Jumlah
140
5.696
40,7
472,1
4.963
10,5
27.610
184.145
6,7
Sumber: Potensi Desa Jawa Barat Tahun 2006
Secara keseluruhan penyebaran penduduk di Kawasan Agropolitan Ciwidey sudah cukup merata, namun bila dilihat berdasarkan rata-rata kepadatan penduduk yang ada, masih terdapat penumpukan penduduk di beberapa desa, yakni Desa Sukaresmi dan Desa Alam Endah yang terletak di Kecamatan Rancabali.
4.6. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Penduduk
merupakan
salah
satu
indikator
perkembangan
dan
pembangunan wilayah sehingga laju pertumbuhan penduduk perlu diperhatikan dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah 31
adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan sumberdaya manusia yang handal di wilayah tersebut. Dalam pembangunan ekonomi, sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Kelompok penduduk dapat dilihat dari penduduk yang bekerja dan penduduk yang sedang mencari kerja. Lapangan usaha yang terdapat di wilayah Ciwidey terdiri dari pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Sebagian besar penduduk di ketiga kecamatan bekerja pada lapangan usaha pertanian seperti yang ditunjukkan Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk per Lapangan Usaha Kecamatan Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Total
Ciwidey (jiwa) (%) 16.665 52,62 2.811 8,88 4.588 14,49 2.106 6,65 5.503 17,37 31.673 100,00
Rancabali (jiwa) (%) 17.262 78,99 822 3,76 1.086 4,97 1.588 7,27 1.096 5,02 21.854 100,00
Pasirjambu (jiwa) (%) 23.875 66,54 3.525 9,82 4.229 11,79 1.733 4,83 2.517 7,02 35.879 100,00
Sumber: Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey
4.7. Transportasi Tabel 7 di bawah menunjukkan seberapa jauh dan seberapa lama sebuah desa dapat mengakses ibukota kecamatan masing-masing. Untuk Kecamatan Ciwidey, Desa Sukawening dan Panyocokan adalah desa terjauh dari ibukota Kecamatan Ciwidey; adapun Desa Lebakmuncang adalah desa terdekat. Untuk Kecamatan Rancabali, Desa Cipelah adalah desa terjauh; adapun Desa Patengan adalah desa terdekat. Untuk Kecamatan Pasirjambu, Desa Mekarsari adalah desa terjauh; adapun Desa Pasirjambu adalah desa terdekat.
32
Tabel 7. Jarak dan Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Desa
Panundaan Ciwidey Panyocokan Lebakmuncang Rawabogo Nengkelan Sukawening Cipelah Sukaresmi Indragiri Patengan Alamendah Sugihmukti Margamulya Tenjolaya Cisondari Mekarsari Cibodas Cukanggenteng Pasirjambu Mekarmaju Cikoneng
Jarak DesaIbukota Kecamatan (km) 3.2 3 7 0.2 3 3.5 7 16 10 5 0.8 8.1 7 4.5 3 1.5 8 2 1 0.2 2 3.5
Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan (menit) 5 10 15 5 15 15 15 60 30 15 1 5 20 45 17 10 37 30 10 10 16 30
Sumber: Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey
Sementara untuk ketersediaan fisik jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey meliputi jalan negara yang hanya ada di Kecamatan Rancabali dengan panjang 23 km. Adapun panjang jalan provinsi dan jalan kabupaten yang melalui Kecamatan Rancabali proporsinya cukup besar mengingat Kecamatan Rancabali adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. Ketersediaan aksesibilitas jalan di Kawasan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar 5.
33
756000
765000
774000
Rawabogo
KETERSEDIAAN JALAN KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY
Cikoneng
Nengk elan
N
Sukawening 9 216 000
Kecamatan Ciwidey
9216 000
Cukanggenteng
W
Mekarmaju Pasirjambu Panyocokan
Cibodas
Ciwidey Lebakmuncang
E
S
Skala 1:0100.000 400000 Km 400000
Panundaan
Indragiri Margamulya Alam Endah
Cisondari
Mek arsari
Patengan
KETERANGAN 920 7000
9 207 000
Kecamatan Rancabali Sukaresmi
Cipelah
Kecamatan Pasirjambu
Jalan Kabupaten Jalan Propinsi Batas Desa
Sugihmukti
Batas Kecamatan
9198 000
9 1980 00
Tenjolaya
756000
765000
774000
Gambar 5. Peta Ketersediaan Jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey
4.8. Pertanian Pengembangan kawasan agropolitan tentunya perlu mengetahui gambaran umum kondisi pertanian khususnya menyangkut komoditas-komoditas pertanian. Ada 16 ragam rata-rata produksi komoditas pertanian (di luar buah-buahan) yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey di tahun 2004 dan 2005. Secara lebih jelas, gambaran rata-rata produksi per komoditas pertanian dapat dilihat pada Tabel 8.
34
Tabel 8.
Rata-Rata Produksi Komoditas Pertanian (kw/ha) di Kawasan Agropolitan Ciwidey
Ciwidey Rancabali No Komoditas 2004 2005 2004 2005 1 Padi Sawah 53,17 52,97 52,14 53,52 2 Padi Ladang 30,00 32,47 27,20 35,26 3 Ubi Kayu 138,02 155,78 132,31 148,42 4 Ubi Jalar 98,32 101,86 95,69 99,12 5 Jagung 45,47 45,36 42,42 43,23 6 Kacang Tanah 13,93 13,86 7 Kacang Merah 99,25 97,54 74,73 8 Bawang Daun 121,37 132,01 156,86 160,86 9 Bawang Merah 105,20 187,94 178,08 10 Bawang Putih 102,33 173,29 195,33 11 Kubis 273,78 373,80 297,86 373,15 12 Tomat 238,83 235,56 240,42 211,05 13 Cabe Besar 64,33 103,67 71,73 75,86 14 Kentang 194,28 194,94 226,99 218,96 15 Petsai/Sawi 231,71 232,16 209,29 224,30 16 Wortel 239,62 228,71 Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2004-2006
Pasirjambu 2004 2005 53,82 53,84 31,98 39,92 132,82 159,66 98,71 103,65 42,10 45,23 14,21 14,21 100,59 87,28 122,88 140,10 103,78 88,11 102,60 103,57 272,57 366,06 241,09 224,63 78,87 80,18 190,60 188,12 198,96 185,40 -
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan Berdasarkan analisis perkembangan wilayah (skalogram) yang dilakukan, dapat diketahui nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kawasan Agropolitan Ciwidey terdistribusi menjadi tiga strata atau hirarki. Hirarki ini menunjukkan tingkat perkembangan masing-masing wilayah (desa). Dari 22 desa yang ada di Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali, hanya dua desa yang tergolong Hirarki I dan memiliki nilai IPD tinggi (140,88 dan 104,89), yakni Desa Ciwidey dan Desa Pasirjambu. Hasil analisis skalogram tertera pada Tabel 9 dan Gambar 6. Tabel 9. Analisis Perkembangan Wilayah Kawasan Agropolitan No.
Nama Kecamatan
Nama Desa
Kepadatan (Jiwa/Ha)
Jumlah Unit Fasilitas
Jumlah Jenis Fasilitas
IPD
Hirarki Hirarki I
1
Ciwidey
Ciwidey
63
843
59
140,88
2
Pasirjambu
Pasirjambu
47
192
53
104,89
Hirarki I
3
Rancabali
Indragiri
23
180
44
63,66
Hirarki II
4
Ciwidey
Sukawening
13
719
47
62,20
Hirarki II
5
Ciwidey
Nengkelan
14
251
41
61,01
Hirarki II
6
Ciwidey
Panyocokan
25
402
44
54,68
Hirarki II
7
Rancabali
Patengan
2
169
42
53,79
Hirarki II
8
Pasirjambu
Cisondari
4
236
44
53,55
Hirarki II
9
Ciwidey
Rawabogo
9
332
38
51,23
Hirarki III
10
Pasirjambu
Mekarmaju
41
346
39
50,31
Hirarki III
11
Pasirjambu
Margamulya
18
162
40
47,75
Hirarki III
12
Ciwidey
Panundaan
34
276
43
44,99
Hirarki III
13
Rancabali
Alam Endah
77
382
49
44,87
Hirarki III
14
Ciwidey
Lebakmuncang
13
281
46
43,83
Hirarki III
15
Rancabali
Cipelah
15
229
39
43,36
Hirarki III
16
Pasirjambu
Cibodas
4
225
37
42,31
Hirarki III
17
Pasirjambu
Cukanggenteng
12
197
36
41,81
Hirarki III
18
Pasirjambu
Tenjolaya
3
270
42
38,43
Hirarki III
19
Rancabali
Sukaresmi
78
251
35
37,85
Hirarki III
20
Pasirjambu
Sugihmukti
1
225
38
33,17
Hirarki III
21
Pasirjambu
Cikoneng
11
201
32
31,93
Hirarki III
22
Pasirjambu
Mekarsari
4
73
32
29,51
Hirarki III
Sumber: Hasil Analisis
75 600 0
76 500 0
7740 00
Ra wa bo go
IN D EKS PER KEMBAN G AN DESA KAW ASAN AG ROPO LITAN C IW ID EY
Ciko nen g
Ne ngk elan
Cu kan gge nte ng
Kec ama tan C iw id ey
Mek arma ju Pasirjam bu Pan yocoka n
9216000
9216000
Suka we ning
Cibo da s
N
Ciw idey Leb akm un can g
Pan und aa n W
E
S
Ind ra giri Marg am ulya Alam En dah
0
Ciso nda ri
900000 Km Skala 1: 100.000
Mek arsari
9207000
Kec ama tan Pasirjam bu Pate ng an
Te njola ya
Cipe lah
9207000
Kec ama tan R ancab ali
Suka re sm i
KETER ANGAN Jalan
Sug ih m ukti
Nila i IPD Standa ris asi = 50 Batas Ke camatan 9198000
9198000
Batas De sa
75 600 0
76 500 0
7740 00
Gambar 6. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey 37
Selain karena menjadi ibukota kecamatan, Desa Ciwidey (ibukota Kecamatan Ciwidey) dan Desa Pasirjambu (ibukota Kecamatan Pasirjambu) merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan kabupaten dan provinsi sehingga aksesibilitas kedua desa sangat baik. Oleh karena itu pusat-pusat pelayanan masyarakat khususnya pemerintahan dan perdagangan berkembang pesat disini. Sementara jumlah desa yang tergolong ke dalam hirarki II sebanyak enam desa, yakni Desa Indragiri, Sukawening, Nengkelan, Panyocokan, Patengan dan Cisondari. Sisanya 14 desa masuk ke dalam hirarki III, meliputi Desa Rawabogo, Mekarmaju, Margamulya, Panundaan, Alam Endah, Lebak Muncang, Cipelah, Cibodas, Cukanggenteng, Tenjolaya, Sukaresmi, Sugihmukti, Cikoneng dan Mekarsari. Sebaran hirarki Kawasan Agroplitan Ciwidey tertera pada Gambar 7.
Gambar 7. Peta Sebaran Hirarki Kawasan Agropolitan Ciwidey Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa persebaran perkembangan wilayah di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Selain karena perbedaan sarana prasarana (khususnya aksesibilitas) di setiap desa, alokasi penggunaan lahan di 38
Kawasan Agropolitan Ciwidey yang sudah ditetapkan sejak lama (zaman Belanda) juga sangat mempengaruhi kepadatan dan jumlah penduduk, sehingga juga mempengaruhi tingkat perkembangan setiap desa. Untuk desa-desa dimana alokasi penggunaan lahannya (lihat Peta Pola Pemanfaatan Ruang, Gambar 9) sebagian besar adalah perkebunan teh, hutan lindung dan cagar alam akan memiliki kepadatan penduduk yang kecil sehingga pembangunan sarana prasarana pelayanan umum pun jauh lebih kecil dibandingkan dengan wilayah di mana alokasi penggunaan lahannya didominasi oleh pertanian lahan basah dan sawah (memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi). Oleh karena itu, dalam analisis perkembangan wilayah dimana variabel-variabel penentunya adalah jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas, wilayah/desa tersebut tergolong dalam hirarki rendah (Hirarki III). Tabel lengkap hasil analisis skalogram tertera pada Lampiran 2.
5.2. Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Untuk analisis sektor/komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey dilakukan dua tahapan analisis, yakni Analisis LQ (pemusatan aktivitas) dan Analisis SSA (tingkat kompetitif aktivitas). 5.2.1. Analisis LQ (Pemusatan Aktivitas) di Kawasan Agropolitan Pemusatan aktivitas di Kawasan Agropolitan Ciwidey terbagi menjadi dua, yakni pemusatan aktivitas sektor kegiatan dan pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan. Data yang digunakan untuk pemusatan aktivitas sektor kegiatan adalah data PDRB tahun 2006, sedangkan pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 2006.
39
Pemusatan Aktivitas Sektor Kegiatan Lokasi pusat sektor kegiatan didasarkan pada nilai Location Quotient (LQ) maksimal, yaitu diambil sebaran nilai LQ terbesar. Dari Tabel 10 terlihat pola pemusatan di Kecamatan Pasirjambu dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan perkebunan (7.87), tanaman bahan makanan (3.02), kehutanan (2.02), angkutan jalan raya (1.92), sosial kemasyarakatan (1.69), hotel (1.60), lembaga keuangan bukan bank (1.40), bangunan/konstruksi (1.30), perdagangan besar dan eceran (1.20), peternakan (1.14), sewa bangunan (1.13), perikanan (1.12) dan sektor kegiatan komunikasi (1.01). Tabel 10. Analisis Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pasirjambu Sektor Kegiatan Perkebunan Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Angkutan jalan raya Sosial kemasyarakatan Hotel Lembaga keuangan bukan bank Bangunan / Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Peternakan Sewa bangunan Perikanan Komunikasi
LQ 7,87 3,02 2,02 1,92 1,69 1,6 1,4 1,29 1,2 1,14 1,13 1,12 1,01
Ciwidey Sektor Kegiatan Perkebunan Angkutan jalan raya Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Lembaga keuangan bukan bank Bank
LQ 4,14 3,11 2,97 2,87 2,48 2,3
Perdagangan besar dan eceran Sosial kemasyarakatan Bangunan / Konstruksi Sewa bangunan Perikanan Air bersih Peternakan Jasa penunjang angkutan
2,08 1,96 1,74 1,74 1,35 1,27 1,25 1,03
Rancabali Sektor Kegiatan Hiburan dan rekreasi Perkebunan Kehutanan Bangunan / Konstruksi Sewa bangunan Sosial kemasyarakatan
LQ 9,62 7,11 1,9 1,19 1,18 1,16
Tanaman Bahan Makanan Air bersih Industri tanpa gas Angkutan jalan raya
1,15 1,14 1,09 1,07
Sumber: Hasil Analisis
Kecamatan Ciwidey dari yang tertinggi hingga terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan perkebunan (4,14), angkutan jalan raya (3,11), tanaman bahan makanan (2,97), Kehutanan (2,87), lembaga keuangan bukan bank (2,48), bank (2,30), perdagangan besar dan eceran (2,08), sosial kemasyarakatan (1,955), bangunan/konstruksi (1,744), sewa bangunan (1,742), perikanan (1,35), air bersih (1,27), peternakan (1,25) dan sektor kegiatan jasa penunjang angkutan (1,03).
40
Pola pemusatan sektor kegiatan di Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan hiburan dan rekreasi (9,62), perkebunan (7,11), kehutanan (1,90), bangunan/konstruksi (1,19), sewa bangunan (1,18), sosial kemasyarakatan (1,16), tanaman bahan makanan (1,15), air bersih (1,14), industri tanpa gas (1,09) dan sektor kegiatan angkutan jalan raya (1,07). Dari hasil pemusatan sektor kegiatan di atas, diketahui bahwa sektor kegiatan pertanian secara luas unggul (memiliki tingkat komparatif yang tinggi) di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hal ini dibuktikan dengan terpusatnya sebagaian besar kegiatan pertanian di setiap kecamatan (Gambar 8). Hal tersebut juga dapat dilihat dari Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey (Gambar 9) dimana penggunaan lahan di wilayah tersebut sebagian besar adalah hutan lindung, cagar alam dan perkebunan.
Gambar 8. Peta Pemusatan Sektor Kegiatan Unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey
41
Gambar 9. Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey 42
Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Tanam Pola pemusatan komoditas seledri mendominasi pola pemusatan tanaman bahan makanan di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu, dimana nilai LQ komoditas seledri di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu paling tinggi dibandingkan dengan nilai LQ komoditas lain yang terdapat di kedua kecamatan tersebut. Di Kecamatan Rancabali selain komoditas seledri juga terjadi pola pemusatan komoditas bawang putih. Nilai LQ komoditas bawang putih di Kecamatan Rancabali paling tinggi dibandingkan nilai LQ komoditas lainnya di Kecamatan Rancabali dan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil analisis LQ terhadap luas tanam komoditas pertanian tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11.Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam Pasirjambu Komoditas Seledri Cabe Rawit Buncis Bawang daun Petsai/sawi/sosin Kacang merah Kacang Tanah Tomat Cabe Besar Padi Gogo Padi Sawah
Ciwidey LQ 7,47 4,71 4,48 3,49 2,37 2,12 1,81 1,80 1,48 1,27 1,10
Komoditas Seledri Kembang Kol Bawang daun Buncis Tomat Petsai/sawi/sosin Cabe Besar Padi Sawah
Rancabali LQ 14,92 5,86 4,96 3,85 1,77 1,58 1,54 1,28
Komoditas Bawang putih Seledri Kacang Tanah Ubi Jalar Cabe Rawit Bawang daun Ubi Kayu Kembang Kol Jagung Padi Gogo Cabe Besar Kacang merah Buncis Tomat Wortel Bawang merah
LQ 35,10 15,94 8,95 5,55 4,86 4,78 3,06 2,37 2,02 1,80 1,62 1,30 1,38 1,10 1,06 1,05
Sumber: Hasil Analisis
43
Dari Tabel 11 diketahui bahwa di Kecamatan Pasirjambu terjadi pola pemusatan komoditas pertanian dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi komoditas seledri (7,47), cabe rawit (4,71), buncis (4,47), bawang daun (3,49), petsai/sawi (2,37), kacang merah (2,12), kacang tanah (1,81), tomat (1,80), cabe besar (1,48), padi gogo (1,27) dan komoditas padi sawah (1,10). Pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang terjadi di Kecamatan Ciwidey dari yang tertinggi hingga yang terendah berdasarkan luas tanam meliputi komoditas seledri (14,92), kembang kol (5,86), bawang daun (4,96), buncis (3,85), tomat (1,77), petsai/sawi (1,58), cabe besar (1,54) dan komoditas padi sawah (1,28). Sedangkan pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang terjadi di Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga yang terendah berdasarkan luas tanam meliputi komoditas bawang putih (35,10), seledri (15,94), kacang tanah (8,95), ubi jalar (5,55), cabe rawit (4,86), bawang daun (4,78), ubi kayu (3,06), kembang kol (2,37), jagung (2,02), padi gogo (1,80), cabe besar (1,62), kacang merah (1,43), buncis (1,38), tomat (1,10), wortel (1,06) dan komoditas bawang merah (1,05). Dari hasil analisis pemusatan kegiatan pertanian tanaman bahan makanan berdasarkan data luas tanam tahun 2006, diketahui bahwa komoditas unggulan tanaman bahan makanan paling banyak terdapat di Kecamatan Rancabali dengan 16 jenis komoditas.
44
Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Panen Untuk melihat pola pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan, analisis pemusatan juga dilakukan dengan menggunakan data luas panen dari masing-masing jenis komoditas tanaman hortikultura dan palawija. Dilihat dari nilai LQ luas panen terbesar komoditas tanaman bahan makanan (hortikultura dan tanaman palawija) di Kawasan Agropolitan Ciwidey, maka Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu menjadi sentra komoditas seledri dengan nilai LQ luas panen terbesar dibandingkan komoditas lainnya yang ada di masing-masing kecamatan, sedangkan Kecamatan Rancabali menjadi sentra komoditas bawang putih selain sentra komoditas seledri. Nilai LQ komoditas bawang putih dan seledri di Kecamatan Rancabali paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil perhitungan nilai LQ dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen Pasirjambu
Komoditas Seledri Cabe Rawit Buncis Bawang daun Petsai/sawi/sosin Tomat Kacang merah Cabe Besar Kacang Tanah Padi sawah Ubi Jalar
Ciwidey
LQ 9,63 4,80 4,08 3,70 2,180 2,07 1,50 1,37 1,26 1,15 1,15
Komoditas Seledri Kembang Kol Bawang daun Buncis Tomat Cabe Besar Petsai/sawi/sosin Padi sawah
Rancabali
LQ 15,32 4,73 4,60 3,51 2,130 1,97 1,66 1,30
Komoditas Bawang putih Seledri Kacang Tanah Ubi Jalar Bawang daun Cabe Rawit Padi Gogo Kembang Kol Jagung Cabe Besar Ubi Kayu Buncis Bawang merah Tomat
LQ 31,73 20,38 11,68 8,30 4,81 4,13 2,53 2,02 1,89 1,52 1,49 1,47 1,29 1,14
Sumber: Hasil Analisis
45
Dengan demikian komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang memusat di Kecamatan Pasirjambu dengan nilai pemusatan yang tertinggi hingga terendah adalah komoditas seledri (9,36), cabe rawit (4,80), buncis (4,08), bawang daun (3,70), petsai/sawi (2,18), tomat (2,07), kacang merah (1,50), cabe besar (1,37), kacang tanah (1,26), padi sawah (1,15) dan komoditas ubi jalar (1,15). Pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan di Kecamatan Ciwidey berdasarkan luas panen dari yang tertinggi hingga terendah meliputi komoditas seledri (15,32), kembang kol (4,73), bawang daun (4,60), buncis (3,51), tomat (2,13), cabe besar (1,97), petsai/sawi (1,66) dan komoditas padi sawah (1,30). Sementara di Kecamatan Ciwidey pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan berdasarkan luas panen dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi bawang putih (31,73), seledri (20,38), kacang tanah (11,68), ubi jalar (8,30), bawang daun (4,81), cabe rawit (4,13), padi gogo (2,53), kembang kol (2,02), jagung (1,90), cabe besar (1,52), ubi kayu (1,49), buncis (1,47), bawang merah (1,29) dan tomat (1,14). Pola pemusatan dari masing-masing komoditas tersebut menunjukkan bahwa wilayah-wilayah tersebut memiliki tingkat keunggulan komparatif untuk pengembangan komoditas tertentu. Desa-desa tertentu memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan luas panen untuk jenis komoditas tertentu dibandingkan terhadap agregat wilayah pengembangan. Hasil dari analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Gambar 10. Semua hasil perhitungan LQ dapat dilihat pada Lampiran 3.
46
Gambar 10. Peta Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey 5.2.2. Analisis SSA (Tingkat Kompetitif Aktivitas) di Kawasan Agropolitan Tingkat Kompetitif Aktivitas Sektor Kegiatan Analisis kompetitif (SSA) sektor kegiatan dilakukan untuk melihat perbandingan laju petumbuhan perekonomian di Kawasan Agropolitan Ciwidey dengan laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bandung, sehingga dapat diketahui sektor kegiatan yang memiliki keunggulan bersaing (kompetitif) di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Analisis ini berdasarkan data PDRB Kabupaten Bandung tahun 2005-2006. Selain itu, analisis shift share juga digunakan dalam menentukan besarnya aktivitas suatu sektor pada ketiga kecamatan di Kawasan Agropolitan Ciwidey, sehingga pertumbuhan wilayah ketiga kecamatan pun dapat dibandingkan. Berdasarkan hasil analisis differential shift (DS) di Kecamatan Pasirjambu, sektor kegiatan bank memiliki tingkat kompetitif paling tinggi (0,020), kemudian 47
restoran (0,020), komunikasi (0,020), hiburan dan rekreasi (0,009), tanaman bahan makanan
(0,008),
angkutan
jalan
raya
(0,004),
kehutanan
(0,003),
bangunan/konstruksi (0,002), jasa perorangan dan rumah tangga (0,002) dan penggalian (0,001) (Tabel 13). Tabel 13. Analisis Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pasirjmbu Sektor Kegiatan Bank
Ciwidey DS 0,020
Sektor Kegiatan Komunikasi
Rancabali DS 0,027
Sektor Kegiatan Bank
DS 0,025
Restoran
0,020
Pemerintahan Umum
0,026
Restoran
0,022
Komunikasi
0,020
Restoran
0,025
Komunikasi
0,021
Hiburan dan rekreasi
0,009
Penggalian
0,021
Air bersih
0,011
Tanaman Bahan Makanan
0,008
Air bersih
0,018
Bangunan / Konstruksi
0,009
Angkutan jalan raya
0,004
Kehutanan
0,015
Penggalian
0,009
Kehutanan
0,003
Bangunan / Konstruksi
0,013
Kehutanan
0,007
Bangunan / Konstruksi Perorangan dan rumah tangga
0,002
Hiburan dan rekreasi
0,012
Hiburan dan rekreasi
0,006
0,002
Angkutan jalan raya
0,011
Tanaman Bahan Makanan
0,005
Penggalian
0,001
Tanaman Bahan Makanan
0,009
Perorangan dan rumah tangga
0,004
Perorangan dan rumah tangga
0,007
Angkutan jalan raya
0,003
Listrik
0,007
Perdagangan besar dan eceran
0,001
Sumber: Hasil Analisis
Nilai differential shift untuk Kecamatan Ciwidey menunjukkan bahwa sektor yang memiliki tingkat kompetitif dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi sektor kegiatan komunikasi (0,027), pemerintahan umum (0,026), restoran (0,025), penggalian (0,021), air bersih (0,018), kehutanan (0,015), bangunan/konstruksi (0,013), hiburan dan rekreasi (0,012), angkutan jalan raya (0,011), tanaman bahan makanan (0,009), jasa perirangan dan rumah tangga (0,007), listrik (0,007) serta sektor kegiatan perdagangan besar dan eceran (0,001). Sementara nilai kompetitif sektor kegiatan untuk Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga terendah meliputi sektor kegiatan bank (0,025), restoran (0,022), komunikasi (0,021), air bersih (0,011), bangunan/konstruksi (0,009), penggalian (0,009), kehutanan (0,007), hiburan dan rekreasi (0,006), tanaman
48
bahan makanan (0,005), jasa perorangan dan rumah tangga (0,004), serta sektor kegiatan angkutan jalan raya (0,003). Dari hasil analisis competitiveness (SSA), sektor kegiatan pertanian secara luas masih terdistribusi merata di setiap kecamatan. Hal ini membuktikan bahwa secara kompetitif kegiatan pertanian merupakan sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil analisis SSA sektor kegiatan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Peta Tingkat Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tingkat Kompetitif Aktivitas Kegiatan Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Tanam Untuk mengetahui perbandingan laju pertumbuhan komoditas pertanian tanaman bahan makanan di Kawasan Agropolitan Ciwidey dengan laju pertumbuhan komoditas tanaman bahan makanan di seluruh Kabupaten Bandung dapat menggunakan metode analisis shift share berdasarkan data luas tanam dan
49
luas panen tanaman bahan makanan. Dengan demikian dapat diketahui luas tanam dan luas panen dari komoditas tanaman bahan makanan yang memiliki keunggulan bersaing (competitiveness) di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Berdasarkan hasil analisis, nilai Differential Shift tertinggi di Kecamatan Ciwidey adalah komoditas kembang kol (2,170). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kembang kol adalah 2,170 lebih tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas tanam komoditas kembang kol secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey (Tabel 14). Tabel 14.Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam Pasirjambu Komoditas Kentang Kacang Merah Cabe Bawang Daun Petsai Tomat Kubis Cabe Rawit Buncis
DS 1,226 0,731 0,667 0,633 0,499 0,421 0,408 0,25 0,214
Ciwidey Komoditas Kembang Kol Bawang Daun Petsai Tomat Kentang Kubis Buncis Cabe
DS 2,170 1,771 0,757 0,571 0,548 0,41 0,37 0,216
Rancabali Komoditas Kacang Merah Bawang Daun Cabe Wortel Tomat Cabe Rawit Bawang Putih Petsai Kentang Bawang Merah
DS 1,216 1,125 0,586 0,277 0,256 0,227 0,193 0,172 0,137 0,029
Sumber: Hasil Analisis
Di Kecamatan Pasirjambu, komoditas kentang menjadi komoditas yang paling tinggi nilai differential shift nya (1,226). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kentang 1,226 lebih tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas tanam komoditas kentang secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Untuk Kecamatan Rancabali komoditas yang memiliki nilai differential shift paling tinggi adalah komoditas kacang merah (1,216). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kacang merah di Kecamatan Rancabali 1,216
50
lebih tinggi dibandingkan dengan luas tanam komoditas kacang merah di Kawasan Agropolitan Ciwidey secara umum. Tingkat Kompetitif Aktivitas Kegiatan Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Panen Berdasarkan data luas panen tahun 2006, komoditas yang memiliki nilai differential shift paling tinggi di Kecamatan Pasirjambu adalah komoditas bayam (1,852). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas bayam di Kecamatan Pasirjambu 1,852 lebih tinggi laju pertambahan luas panennya dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya (Ciwidey dan Rancabali). Untuk Kecamatan Ciwidey adalah komoditas bawang putih (0,606). Hal ini berarti laju pertambahan luas panen komoditas bawang putih 0,606 lebih tinggi dari laju pertambahan luas panen komoditas bawang putih secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Begitu juga halnya dengan komoditas lainnya yang memiliki keunggulan kompetitif di Kecamatan Ciwidey (Tabel 15). Tabel 15. Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen Pasirjambu Komoditas Bayam Kacang Merah Bawang Putih Cabe Kacang panjang Buncis Jamur Kentang
DS 1,852 1,174 0,577 0,37 0,343 0,335 0,25 0,203
Ciwidey Komoditas Bawang Putih Terung Kacang panjang Buncis Bayam Cabe
DS 0,606 0,389 0,212 0,197 0,191 0,114
Rancabali Komoditas Bawang Putih Jamur Kacang Merah Kacang panjang Cabe Rawit Cabe Bawang Daun Bawang Merah Bayam Kentang
DS 1,256 0,704 0,66 0,387 0,233 0,218 0,144 0,071 0,035 0,033
Sumber: Hasil Analisis
Sementara untuk Kecamatan Rancabali komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif paling tinggi adalah komoditas bawang putih (1,256). Hal ini berarti laju pertambahan luas panen di Kecamatan Rancabali 1,256 lebih tinggi
51
dibandingkan dengan laju pertambahan luas panen secara keseluruhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Untuk komoditas yang sama, seperti bawang putih dimana merupakan komoditas yang sama-sama diunggulkan laju pertambahan luas panennya di Kecamatan Ciwidey dan Rancabali, maka bawang putih akan lebih menguntungkan jika ditanam di Kecamatan Rancabali karena nilai kompetitifnya lebih tinggi (1,256) dari nilai kompetitif di Kecamatan Ciwidey (0,606). Hasil analisis SSA aktivitas pertanian dapat dilihat pada Gambar 12. Semua hasil perhitungan SSA tertera pada Lampiran 4.
Gambar 12.
Peta Tingkat Kompetitif Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey
Sektor-Sektor Basis Unggulan di Tiga Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Sektor-sektor kegiatan di suatu wilayah terbagi menjadi dua, yakni sektor basis dan sektor servis. Adapun yang termasuk sektor basis merupakan sektorsektor yang dapat memberikan kontribusi (keuntungan) lebih pada suatu wilayah
52
secara ekonomi. Sementara yang termasuk sektor servis merupakan sektor-sektor yang harus tersedia di setiap wilayah untuk melayani kebutuhan setiap penduduk. Dalam penelitian akan dibahas mengenai sektor-sektor basis yang unggul di Kawasan Agropolitan Ciwidey baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Dari hasil analisis LQ dan SSA, didapat sektor-sektor basis unggulan secara komparatif (nilai LQ tinggi) yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Sektor Basis Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan No 1 2 3 4 5 6
Sektor Basis Perkebunan Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Peternakan Perikanan Hiburan dan Rekreasi
Pasirjambu
Ciwidey 1 1 1 1 1 0
Rancabali 1 1 1 1 0 0
1 1 1 0 0 1
Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada
Sementara sektor-sektor basis unggulan secara kompetitif yang ditunjukkan dari nilai Differential Shift yang tinggi pada analisis SSA adalah tertera pada Tabel 17. Tabel 17. Sektor Basis Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan No 1 2 3 4
Sektor Basis Restoran Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Hiburan dan Rekreasi
Pasirjambu
Ciwidey 1 1 1 1
Rancabali 1 1 1 1
1 1 1 1
Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada
Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahawa sektor-sektor basis yang unggul secara komparatif dan kompetitif di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah sektor tanaman bahan makanan dan sektor kehutanan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tanaman bahan makanan dan sektor kehutanan terpusat dan tumbuh di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey.
53
Komoditas-Komoditas Tanaman Bahan Makanan Unggulan di Tiga Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Untuk sektor tanaman bahan makanan secara rinci terdiri dari komoditaskomoditas unggulan secara komparatif yang ditunjukkan dengan nilai LQ tinggi tertera pada Tabel 18. Tabel 18. Komoditas Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komoditas
Pasirjambu
Seledri Cabe Rawit Buncis Bawang Daun Petsai Kacang Merah Tomat Kembang Kol Bawang Putih
Ciwidey 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Rancabali 1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1
Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada
Sementara untuk komoditas unggulan secara kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai differential shift tinggi pada analisis SSA tertera pada Tabel 19. Tabel 19. Komoditas Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan No 1 2 3 4 5 6 7
Komoditas Kacang Merah Bawang Daun Petsai Tomat Cabe Rawit Buncis Kembang Kol
Pasirjambu
Ciwidey 1 1 1 1 1 1 0
Rancabali 0 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 0
Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada
Dari Tabel 18 dan 19 dapat dilihat bahwa komoditas yang unggul secara komparatif dan kompetitif di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah bawang daun dan tomat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pertanian komoditas bawang daun dan tomat terpusat dan tumbuh di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey.
54
Hasil analisis diatas dapat dibuktikan dengan melihat laju pertumbuhan produktivitas komoditas tanaman bahan makanan berdasarkan data produktivitas komoditas pertanian. Data produktivitas komoditas-komoditas di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan tertera pada Tabel 20. Tebel 20. Data Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Komoditas Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Kubis Petsai Wortel Kacang Merah Cabe Besar Tomat Kacang Panjang Terung Buncis Ketimun Kang-Kung Bayam Lobak Labu Siam Seledri Kembang Kol Cabe Rawit Jamur Jumlah
Ciwidey 2004 2006 (Ha) (Ha) 526 0 307 0 15.293 29.716 14.377 15.650 26.283 0 23.634 19.396 0 0 397 0 6.562 13.845 29.615 58.438 0 0 0 0 13.407 23.990 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28.666 17.475 30.503 0 0 0 0 147.876 220.204
Pasirjambu 2004 2006 (Ha) (Ha) 2.387 0 1.539 0 19.046 47.367 15.439 43.091 47.972 47.572 31.834 42.137 0 0 8.067 9.392 3.076 9.389 38.334 51.551 0 0 0 0 15.661 24.140 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26.148 0 0 3.723 9.350 0 0 187.078 310.137
Rancabali 2004 2006 (Ha) (Ha) 15.035 9.406 7.798 6.974 15.843 28.447 22.926 19.096 23.233 10.805 10.046 10.985 14.617 15.661 2.731 3.228 2.941 10.135 14.185 30.108 0 0 0 0 4.956 12.341 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 59.634 16.637 14.337 464 7.202 0 0 151.412 238.359
Dari data produktivitas tersebut, membuktikan bahwa penetapan komoditas unggulan berdasarkan luas tanam berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan komoditas berdasarkan data produktivitas.
5.3. Analisis Pola Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan 5.3.1. Survey Pasar/Komoditas yang diperdagangkan Analisis pusat pasar (Market Center Analysis) yang dilakukan meliputi tiga pasar yang terdapat di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Ketiga pasar tersebut 55
adalah Pasar Cibiru (Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey), Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali) dan Pasar Hanura (Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali). Pasar Cibiru (Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey) Dari survei yang dilakukan atas ketiga pasar tersebut dapat diketahui bahwa Pasar Cibiru menjadi pusat pasar bagi masyarakat Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dibandingkan dengan kedua pasar lainnya (Pasar Baru Tunggul dan Pasar Hanura), Pasar Cibiru relatif paling lengkap baik dari barang-barang kebutuhan masyarakat hingga fasilitas dan prasarana. Disamping itu Pasar Cibiru juga sekaligus menjadi terminal bagi angkutan umum seperti bis, angkot, ojek dan delman sehingga sudah pasti dipadati pengunjung setiap harinya. Dari survei yang dilakukan diperoleh data-data seperti tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru per Komoditas No
Jenis Dagangan
Jumlah Pedagang
Rata-rata omset/hari (Rp) (%) 7.460.000 21,09 6.550.000 18,52 2.083.333 5,89
Omset Total/hari (Rp) (%) 1.133.920.000 41,64 399.550.000 14,67 337.500.000 12,39
1 2 3
Sayuran Daging/ayam Pakaian
152 61 162
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ratekan * Kue Kelontongan Emas Buah-buahan Ikan Asin Plastik Makanan/nasi Hasil Bumi
109 94 23 9 17 35 17 20 37
3.000.000 3.333.333 3.000.000 5.487.500 2.000.000 550.000 1.000.000 600.000 300.000
8,48 9,43 8,48 15,52 5,66 1,56 2,83 1,7 0,85
327.000.000 313.333.333 69.000.000 49.387.500 34.000.000 19.250.000 17.000.000 12.000.000 11.100.000
12,01 11,51 2,53 1,81 1,25 0,71 0,62 0,44 0,41
736
35.364.167
100
2.723.040.833
100
Total
Keterangan (Sektor) Pertanian Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Non-Pertanian Pertanian
Sumber: PT. Primatama Cipta Sarana (Pengembang Pasar Cibiru, Ciwidey) * : campuran antara kelontongan dan sayuran dalam jumlah yang sedikit
Dilihat dari jenis barang yang tersedia di Pasar Cibiru Ciwidey dapat dikelompokkan menjadi dua macam berdasarkan sumber/asal barang tersebut, yaitu barang produksi lokal dan barang konsumsi produksi luar kawasan. Barang
56
produksi lokal meliputi barang-barang/komoditas-komoditas yang berasal dari dalam Kawasan Agropolitan Ciwidey seperti dari Sugihmukti, Tenjolaya, Cibodas, Margamulya, Cukanggenteng, Sukawening, Rawabogo dan dari desa lainnya. Adapun komoditas yang berasal dari dalam kawasan tersebut meliputi sayuran, daging/ayam, buah-buahan dan hasil bumi. Sementara barang konsumsi produksi luar kawasan merupakan barang-barang yang berasal dari luar kawasan agropolitan ciwidey seperti dari Pasar Induk Caringin (sebagian besar), Pangalengan, Bandung dan luar kawasan lainnya. Produk-produk luar kawasan ini meliputi barang-barang kelontongan, ratekan, kue, ikan asin, plastik, emas dan pakaian (Gambar 13).
Jutaan (Rp)
Omset Total (Rp/hari) Pasar Cibiru Ciwidey 1.200 1.000 800 600 400 200 Hasi l Bum i
Mak anan /nasi
Plas tik
Ikan Asin
Ema s
Kelo ntong an
Kue
Rate kan *
Paka ian
Buah -bua han
*
Dagi ng/a yam
Sayu ran
0
: campuran antara kelontongan dan sayuran dalam jumlah yang sedikit
Gambar 13. Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru Dari data omset rata-rata per hari yang didapat, aliran uang di Pasar Cibiru paling tinggi, yakni sekitar Rp 2.723.040.833,-/hari. Hal ini membuktikan bahwa Pasar Cibiru merupakan pusat pasar sekaligus pusat kegiatan ekonomi di Kawasan
57
Agropolitan Ciwidey. Data perhitungan perkiraan omset Pasar Cibiru tertera pada Lampiran 6. Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali) Omset penjualan di Pasar Baru Tunggul terbilang rendah, karena pasar ini termasuk ke dalam pasar wisata dimana barang utama yang diperjualbelikan di pasar ini adalah produk-produk jajanan/oleh-oleh sebagai buah tangan untuk para turis/wisatawan yang sedang berkunjung ke Kawasan Agropolitan Ciwidey khususnya ke tempat-tempat wisata yang terdapat disana seperti Kawah Putih, Siti Patengan, Bumi Perkemahan Ranca Upas, Pemandian Air Panas Cimanggu dsb. Harusnya pasar ini dapat berkembang seiring dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, namun akibat kesalahan dalam pengelolaan, pasar wisata tersebut seperti mati. Dari sekitar 50 kios yang terdapat disana, hanya 26 kios yang masih bertahan itupun tidak buka setiap hari. Mereka hanya buka pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan hari-hari libur dimana jumlah wisatawan cukup banyak. Selain kesalahan dalam pengelolaan, pasar wisata ini juga mendapat saingan hebat dari “kawasan oleh-oleh”, dimana tempat ini menjadi sentra oleh-oleh bagi para pengunjung. Selain letaknya yang di pinggir jalan sehingga memudahkan para wisatawan untuk singgah, harga yang ditawarkan di tempat ini juga cukup kompetitif dengan harga di Pasar Wisata Baru Tunggul. Tidak heran jika para wisatawan lebih memilih untuk singgah di “kawasan oleh-oleh” dari pada di Pasar Wisata Baru Tunggul. Adapun data perkiraan omset harian Pasar Wisata Baru Tunggul dapat dilihat pada Tabel 22.
58
Tabel 22. Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul per Komoditas No Jenis Dagangan Jumlah Pedagang Rata-rata omset/hari 1 Oleh-oleh 20 500.000 2 Makanan/nasi 4 425.000 3 Jamu 2 150.000 Total 26 1.075.000 Sumber: Sekretaris Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali
Omset Total/hari 10.000.000 1.700.000 300.000 12.000.000
Tabel 22 menunjukkan data omset harian di Pasar wisata Baru Tunggul, Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali. Rata-rata aliran uang per hari sangat kecil, hanya sekitar Rp 12.000.000,-/hari. Angka tersebut bisa lebih tinggi apabila hari-hari libur seperti akhir pekan dan libur sekolah, namun untuk hariannya sangat rendah (Gambar 14).
Jutaan (Rp)
Omset Total (Rp/hari) Pasar Baru Tunggul Alam Endah 12 10 8 6 4 2 0 Oleh-oleh
Makanan/nasi
Jamu
Gambar 14. Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul Adapun jenis dagangan oleh-oleh yang terdapat di Pasar Wisata Baru Tunggul Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali ini meliputi berbagai hasil olahan stroberi dimana stroberi menjadi komoditas unggulan di beberapa daerah di Kecamatan Rancabali seperti dodol, sirup, manisan dan karamel. Selain itu, oleh-oleh lain yang menjadi khas daerah ini adalah kalua jeruk, bandrek, kerupuk kulit dan lain sebagainya.
59
Pasar Hanura (Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali) Pasar Hanura merupakan pasar yang paling jauh letaknya di Kawasan Agropolitan Ciwidey, maka pengunjung pasar inipun tentunya hanya terbatas dari warga Cipelah dan sekitarnya (sebagian warga Kabupaten Cianjur, karena Desa Cipelah berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur). Pasar ini hanya ramai setiap hari minggu saja, selebihnya tidak begitu ramai namun masih ada kegiatan jual beli yang dilakukan. Hal ini dikarenakan sebagian besar warga Cipelah bekerja sebagai buruh petik teh yang hanya libur pada akhir pekan. Oleh karena itu, pasar ini terlihat hidup hanya pada hari minggu, dan dapat dikategorikan sebagai pasar mingguan. Data omset harian Pasar Hanura tertera pada Tabel 23. Tabel 23. Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura per Komoditas No 1 2 3 4 5 6 7 Total
Jenis Dagangan Kelontongan Sayuran Pakaian Makanan Kering Emas Gula Aren Obat
Jumlah Pedagang 20 20 3 4 1 7 2 57
Rata-rata omset/hari 700.000 400.000 2.500.000 1.500.000 3.000.000 275.000 500.000 8.875.000
Omset Total/hari 14.000.000 8.000.000 7.500.000 6.000.000 3.000.000 1.925.000 1.000.000 41.425.000
Sumber: Sekretaris Desa Cipelah Kecamatan Rancabali
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa omset rata-rata harian Pasar Hanura adalah sebesar Rp 41.425.000,-. Adapun komoditas yang diperjualbelikan meliputi kelontongan, sayuran, pakaian, makanan kering, emas, gula aren dan obat-obatan (Gambar 15).
60
O ba t
A re n G ul a
E m as
K er in g
M ak an an
P ak ai an
S ay ur an
16 14 12 10 8 6 4 2 0
K el on to ng an
Jutaan (Rp)
Omset Total (Rp/hari) Pasar Hanura Cipelah
Gambar 15. Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura Komoditas yang berasal dari wilayah Cipelah yang juga menjadi khas wilayah tersebut adalah komoditas gula aren. Jika hari minggu, pedagang gula aren bisa mencapai 15-20 pedagang. Sementara untuk komoditas lainnya seperti sayuran dan kelontongan berasal dari wilayah lain bahkan sebagian besar para pedagang berbelanja di Pasar Cibiru, Ciwidey. Dari ketiga pasar yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey, dapat dilihat perbandingan perkiraan omset per hari setiap pasar. Perbandingan omset ketiga pasar tersebut tertera pada Gambar 16.
Jutaan(Rp/hari)
Perkiraan Omset 3.000
2.723
2.500 2.000 1.500
Perkiraan Omset
1.000 500
12
41
Pasar Baru Tunggul
Pasar Hanura
0 Pasar Cibiru
Gambar 16. Perbandingan Perkiraan Omset Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey
61
5.3.2. Survei Pasar dan Jalur Tataniaga Komoditas Utama Sebagian besar (41.64%) pemasukan atau aliran uang ke Pusat Pasar Cibiru Kecamatan Ciwidey berasal dari komoditas lokal unggulan yakni sayuran. Adapun komoditas lokal unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey meliputi bawang daun, tomat, buncis, padi, stroberi, kopi, teh rakyat dan susu sapi perah. Namun tidak semua komoditas unggulan tersebut mengalir ke pusat pasar seperti stroberi yang memiliki pasar langsung ke konsumen melalui tempat-tempat wisata tanpa melewati pusat pasar terlebih dahulu, serta komoditas kopi dan teh rakyat yang langsung dialirkan ke pabrik-pabrik pengolahan lokal kemudian ke pabrik-pabrik besar untuk dilabeli tanpa melalui pusat pasar. Begitu juga dengan komoditas susu sapi perah yang terkenal di Ciwidey, pengelolaan susu sapi perah di kawasan ini dilakukan oleh KUD setempat dimana para petani mengumpulkan hasil susu sapi perah mereka ke KUD. Sebagai pengumpul, kemudian KUD membawa hasil susu sapi perah yang terkumpul untuk dipasok ke pabrik-pabrik besar di Bandung. Untuk mengetahui aliran komoditas unggulan apa saja yang melalui pusat Pasar Cibiru Kecamatan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar 17.
62
75 600 0
76 500 0
7740 00
Ra wa bo go
Ciko nen g
Ne ngk elan Suka we ning
2
Leb akm un can g
#
â#
â#
Pan yocoka n Ciw idey #
# Y
#
Cu kan gge nte ng
â
Mek ar ma ju
#
Cibo da s
#
Ind ra gir i
#
#
Alam En dah
â # â3
Pa sa r C ib iru
Pan und aa n
â#
#
# Y #
â
9216000
â# Pa sa r B aru Tu ng gul
PERGERAKAN KOMODITAS L O KASI KOM OD ITA S U N G G U LA N UNGGULAN KE PUSAT PASAR TE H R AKY AT D I KA W ASAGROPOLITAN AN A GO PO L CIWIDEY IT AN KAWASAN C IW ID EY
â#
#
â#
Ke ca m a tan Ciwid ey 9216000
78 300 0
KE TE R A NG AN
#
Pu s at Ke c a m a ta n Pu s at De s a Ja la n
Suka re sm i
9207000
9207000
# Y
Pate ng an
Ke ca m a tan Pa sirja m b u
#
Pa sa r Ha n ura
Ba ta s Ke c a m a ta n Ba ta s De s a Om se t P asar /h ari
# Sug ih m ukti
#
â #
â
9198000
9198000
76 500 0
7740 00
St a n d a risasi = Rp 5 0 Jt
Baw a ng D a un Bun c is Gul a M er ah Pad i Sel edr i To m at
Te njola ya
â
75 600 0
Km
# Mek ar sar i
# #
40 0 0 00
Mar g am ulya
#
# Cipe lah
0
Skala 1:100.000
Ciso nda ri
Ke ca m a tan RaY n ca b ali #
Pa sa r Ha nura
N 40 0 0 00
Kom od itas U n ggu lan
1,2,3,... Pe rin g k a t Ko m o d ita s Un g g u la n
78 300 0
Gambar 17. Aliran Komoditas Unggulan terhadap Pusat Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey 63
Bawang Daun. Bawang daun merupakan salah satu komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Pada umumnya bawang daun lebih cocok ditanam di daerah-daerah yang lebih tinggi seperti Kecamatan Rancabali. Adapun penghasil bawang daun terbesar di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah Desa Alam Endah yang menjadikan tanaman bawang daun sebagai komoditas unggulan utama daerah tersebut, kemudian Desa Sgihmukti di Kecamatan Pasirjambu serta Desa Panundaan di Kecamatan Ciwidey yang menjadikan bawang daun sebagai komoditas unggulan ketiga di daerah masing-masing (Gambar 18).
Gambar 18. Pergerakan Komoditas Bawang Daun terhadap Pusat Pasar Buncis. Pertanian buncis banyak dijumpai di Kecamatan Ciwidey, tidak heran jika tiga dari empat pemasok buncis terbanyak di Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari desa-desa di Kecamatan Ciwidey, yaitu Desa Rawabogo, Desa Nengkelan dan Desa Panyocokan, bahkan tanaman buncis di Desa Rawabogo dan Desa Nengkelan menjadi komoditas unggulan utama. Sementara
64
daerah penghasil buncis lainnya terdapat di Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu yang menjadikan buncis sebagai komoditas unggulan ke tujuh (Gambar 19).
Gambar 19. Pergerakan Komoditas Buncis terhadap Pusat Pasar Padi. Tanaman padi sebenarnya lebih cocok masuk ke dalam kategori komoditas strategis, karena padi di Kawasan Agopolitan Ciwidey ini ditanam hanya berorientasikan konsumsi sendiri/rumah tangga. Meskipun dengan lahan yang tidak terlalu luas, namun komoditas padi masih menjadi pilihan masyarakat untuk bercocok tanam selain hortikultura, terbukti dari persebaran komoditas padi yang dominan di daerah-daerah rendah meliputi Kecamatan Pasirjambu dan Kecamatan Ciwidey. Untuk Kecamatan Pasirjambu, desa-desa yang menjadi sentra komoditas padi adalah Desa Pasirjambu, Desa Cikoneng, Desa Cukanggenteng, Desa Cibodas, Desa Margamulya, Desa Sugihmukti, Desa Tenolaya dan Desa Cisondari. Sementara sentra komoditas padi di Kecamatan
65
Ciwidey adalah Desa Panyocokan, Desa Mekarmaju, Desa Sukawening, Desa Ciwidey, Desa Nengkelan dan Desa Rawabogo (Gambar 20).
Gambar 20. Pergerakan Komoditas Padi terhadap Pusat Pasar Tomat. Komoditas tomat tampaknya menjdi komoditas unggulan yang dominan di Kecamatan Pasirjambu, karena tiga dari lima daerah penghasil tomat terbanyak di Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari Kecamatan Pasirjambu yaitu meliputi Desa Tenjolaya debagai komoditas unggulan pertama, Desa Margamulya sebagai komoditas unggulan ketiga dan Desa Cibodas sebagai komoditas unggulan keempat. Sementara untuk Kecamatan Ciwidey sentra komoditas tomat terdapat di Desa Panyocokan sebagai komoditas unggulan ketiga dan Desa Rawabogo sebagai komoditas unggulan keempat (Gambar 21).
66
756000
765000
774000
Rawabogo
â4 #
783000
PERGERAKAN KOMODITAS UNGGULAN TOMAT KE PUSAT PASAR KAWASAN AGOPOLITAN CIWIDEY
#
Nengk elan
#
Cikoneng
Sukawening
#
Kecamatan Ciwidey
â3
Panyocokan
Lebakmuncang
#
9216000
Pasirjambu
# Y #
â4
#
#
Cibodas
PASAR CIBIRU
9216000
#
# ## Y
Ciwidey
Cukanggenteng
#
# Mek armaju
Panundaan
#
# PASAR BARU TUNGGUL
#
#
Alam Endah
â3
#
KETERANGAN
Mek arsari
#
# Pusat Kecamatan Y
#
#
Patengan
Pusat Desa Omset Pasar/hari
Sukaresmi
9207000
9207000
#
Kecamatan Pasirjambu #
Km
Margamulya
Kecamatan Rancabali # Y
#
0 400000 1:100.000
Cisondari
Indragiri
Cipelah
N 400000 Skala
PASAR HANURA
#
Standarisasi = Rp 50 Jt
Jalan
#
Pergerakan Tomat
Sugihmukti
â1
#
Batas Kecamatan
Tenjolaya
Batas Desa
â
Komoditas Unggulan
9198000
9198000
1,2,3,... Peringkat Komoditas Unggulan
756000
765000
774000
783000
Gambar 21. Pergerakan Komoditas Tomat terhadap Pusat Pasar Meskipun sebagian besar omset pusat pasar Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari komoditas lokal unggulan kawasan yakni sayuran, namun aliran komoditas lokal unggulan yang masuk ke Pusat Pasar Ciwidey hanya sekitar 15-20% dari produksi total kawasan. Sisanya atau sebagian besar produksi oleh pengumpul/tengkulak langsung didistribusikan ke Pasar Induk Caringin yang berada di Bandung.
67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Analisis perkembangan wilayah (skalogram) menghasilkan tiga hirarki (tingkat perkembangan wilayah), yakni Hirarki I (2 desa), Hirarki II (6 desa) dan Hirarki III (14 desa). Hirarki I merupakan desa dengan tingkat perkembangan tinggi, yakni Desa Pasirjambu dan Desa Ciwidey. Di samping menjadi ibukota dari masing-masing kecamatan (Kecamatan Pasirjambu dan Kecamatan Ciwidey), kedua desa ini juga dilalui oleh Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten, sehingga memiliki aksesibilitas yang baik. Oleh karena itu kedua desa tersebut menjadi sentra permukiman, perekonomian/perdagangan dan pemerintahan. Berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA, sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah sektor kehutanan dan sektor tanaman bahan makanan. Kedua sektor tersebut unggul baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Untuk tanaman bahan makanan sendiri, komoditas yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif adalah komoditas bawang daun dan tomat. Sektor/komoditas yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif berarti sektor/komoditas tersebut mengalami pemusatan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dari tiga pasar yang terdapat di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Pasar Cibiru (Desa Ciwidey) diindikasikan sebagai pusat distribusi sekaligus sentra perdagangan khususnya bagi produk pertanian kawasan setempat. Pasar terbesar kedua adalah pasar Hanura (Desa Cipelah) dan yang ketiga adalah Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah). Dari analisis pusat pasar ini, dapat diketahui pula struktur aliran tataniaga beberapa komoditas unggulan kawasan. Komoditas-
komoditas unggulan (basis pertanian) Kawasan Agropolitan Ciwidey umumnya tertuju pada pusat Pasar Cibiru yang memiliki karakteristik sebagai pasar grosir, dimana sebagian besar transaksi pembelian komoditas pertanian unggulan dimaksudkan untuk didistribusikan kembali dalam perdagangan eceran.
6.2. Saran •
Pengembangan secara fisik maupun fungsional pusat agribisnis di Kawasan agropolitan sebaiknya mengutamakan potensi Pasar Cibiru sebagai pusat pasar pertanian di aawasan agropolitan saat ini. Pengembangan ini diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan volume produksi dan agribisnis produk pertanian unggulan di masa yang akan datang.
•
Kegiatan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey sebaiknya lebih dipusatkan dan dikembangkan di Kecamatan Rancabali, karena kecamatan tersebut
memiliki
banyak
sumberdaya
alam
lokal
yang
belum
dikembangkan secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan pembangunan pusat agrowisata agar pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey berfungsi penuh sebagai Kawasan Pertanian Moderen. •
Hasil analisis dari penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan untuk menyusun/membuat perencanaan struktur ruang khususnya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey.
69
DAFTAR PUSTAKA Akhmad, S. 2007. Membangun Ekonomi Kolektif dalam Pertanian Berkelanjutan; Perlawanan terhadap Liberalisasi dan Oligopoli Pasar Produk Pertanian. http://tegalan-online.blogspot.com/2007/02/membangun-gerakanekonomi-kolektif.html BAPEDA [ Badan Prencanaan Daerah] Kabupaten Bandung kerjasama dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. 2007. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Ciwidey). Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Bandung dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. Bogor. BAPEDA [ Badan Prencanaan Daerah] Kabupaten Paser kerjasama dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. 2007. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Paser). Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Paser dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. Bogor. Hastuti, H. I. 2001. Model Pengembangan Wilayah dengan Pngembangan Agropolitan. Tesis S2. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. Bogor. Maulana, H. 2006. Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan. Skripsi S1. Departemen Tanah IPB. Bogor. Mubyarto dan A. Santosa. 2003. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ekonomi Rakyat 3: http:/artikel_7.net/ar_th57.htm Nurzaman, S. 2008. Agropolitan dan Krisis Pangan. http://burukab.go.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id= 227&Itemid=93 Ernawanto, G. Kartono dan B. Irianto. 2007. Penentuan Komoditas Unggulan di Propinsi Jawa Timur. Buletin Informasi dan Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Rivai, D. E. 2003. Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian. Makalah Pengentar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana S-3 IPB. http:/tumoutou.net/6_sem2_023/deddy_e_r.htm
Rustiadi, E., R. S. Saefulhakim dan D. R. Panuju. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi, E., S. Hadi dan W. M. Ahmad. 2006. Kawasan Agropolitan Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Cetakan Pertama. Crestpent Press. Bogor. Rustiadi, E. dan S. Pranoto. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Cetakan Pertama. Crestpent Press. Bogor. Tarigan, R. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Dirjen Dikti. Medan.
71
LAMPIRAN
Lampiran 1. Variabel-Variabel dalam Analisis Skalogram No
Variabel
No
Variabel
1
Jumlah TK
34
Warung internet (Warnet) (unit)
2
Jumlah SD
35
Kios sarana produksi pertanian milik KUD (unit)
3
Jumlah SLTP
36
Kios sarana produksi pertanian milik Non KUD (unit)
4
Jumlah SMU
37
Jumlah industri besar (≥ 100 Pekerja) (unit)
5
Jumlah SMK
38
Jumlah industri sedang (20-99 pekerja) (unit)
6
Jumlah Akademi/PT
39
Jumlah Industri kecil (5-19 pekerja) (unit)
7
Jumlah SLB
40
Perusahaan listrik Non PLN (unit)
8
Jumlah Pondok Pesantren/Madrasah Diniyah Swasta (unit)
41
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
9
Jumlah Seminari/ sejenisnya Swasta (unit)
42
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
10
Jumlah Lembaga Pendidikan & Keterampilan
43
Restoran/rumah makan (unit)
11
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
44
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
12
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
45
Toko/Warung kelontong (unit)
13
Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobatan (Unit)
46
Hotel (unit)
14
Jumlah Puskesmas (Unit)
47
Penginapan(hostel/motel/losmen/wisma) (unit)
15
Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit)
48
17
Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit)
50
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit) Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit) Jumlah Koperasi (unit)
18
Jumlah Posyandu(Unit)
51
Jumlah KUD (unit)
19
Jumlah Polindes (Unit)
52
Jumlah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) (unit)
20
Jumlah Apotik (Unit)
53
Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (unit)
21
Jumlah Toko Khusus Obat/Jamu (Unit)
54
Jumlah Koperasi Non KUD lainnya (unit)
22
Jumlah Dokter
55
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
23
Mantri Kesehatan yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang)
56
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
24
Bidan yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang)
57
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
25
Jumlah Dukun Bayi
58
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
26
Jumlah Masjid (unit)
59
Tempat pangkas rambut (barber shop) (unit)
27
Jumlah Surau/langgar (unit)
60
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
28
Jumlah Gereja Kristen (unit)
61
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
29
Jumlah Gereja Katholik (unit)
62
Persewaan alat-alat pesta (unit)
30
Jumlah Pura (unit)
63
Jumlah anggota hansip/linmas di desa/kelurahan ini (orang)
31
Jumlah Vihara/Klenteng (unit)
32
Jumlah Terminal Penumpang Kendaraana Bermotor Roda 4 atau Lebih
33
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
16
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
49
(unit)
73
Lampiran 2. Analisis Skalogram
Nama Kecamata n
No.
1
CIWIDEY
2
CIWIDEY
3
CIWIDEY
4
CIWIDEY
5
CIWIDEY
6
CIWIDEY
7
CIWIDEY RANCA BALI RANCA BALI RANCA BALI RANCA BALI RANCA BALI PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU PASIRJAM BU
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Desa
PANUNDAA N CIWIDEY PANYOCOK AN LEBAKMUN CANG RAWABOG O NENGKELA N SUKAWENI NG
Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupate n (km)
Jarak Dari desa keIbu Kota Kabupat en/Kota lain terdekat (km)
1,66
1,27
Jarak terdekat ke Pos Polisi (Km)
0,04
Jika Kantor Pos/Pos Pembant u/Rumah Pos Tidak ada, maka jarak ke Kantor Pos terdekat (km)
0,04
Jika Jumlah TK Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km)
Jika Jumlah SD dan yang sederajat Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km)
Jika Jumlah SLTP dan yang sederaj at Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km)
0,04
0,00
Jika Puskesmas Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km)
Jika Puskes mas Pemban tu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Ke lurahan ke Sarana Kesehat an (Km)
Jika Tempat Prakter Dokter Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km)
Jika Tempat Prakter Bidan Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Kesehat an (Km)
Jika Posyandu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km)
Jika Polinde s Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Kesehat an (Km)
Jika Apotik Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Keseha tan (Km)
Jika Toko Khusus Obat/Jamu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelura han ke Sarana Kesehatan (Km)
0,03
0,03
2,04
0,02
2,26
0,00
1,98
0,02
2,11
Jika Jumlah SMU dan yang sederajat Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km)
Jika Jumlah SMK Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km)
Jika Rumah Sakit Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km)
Jika Rumah Sakit Bersalin Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km)
Jika Poliklinik/B alai Pengobata n Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km)
2,11
0,01
0,00
2,65
0,03
1,40
0,00
4,73
4,72
2,35
0,00
2,11
2,10
4,71
2,15
4,70
0,02
2,36
0,09
2,11
2,26
0,00
0,03
2,86
2,11
1,28
1,27
0,06
0,06
0,12
0,00
2,11
2,10
0,09
1,77
0,00
2,05
0,05
0,02
0,02
2,26
0,00
1,98
0,03
0,03
1,69
1,40
0,04
0,04
2,35
0,00
0,03
0,01
0,03
2,15
0,00
0,05
0,03
2,04
0,02
2,26
0,00
1,98
0,02
2,11
0,84
1,11
0,01
0,01
0,36
0,00
2,11
0,00
0,01
1,03
0,09
2,05
2,36
0,04
0,01
0,34
0,00
0,05
0,01
2,11
0,91
1,11
0,02
0,02
2,35
0,00
2,11
2,10
0,02
1,35
0,02
2,05
0,05
0,04
0,01
2,26
0,00
1,98
0,01
0,01
1,28
2,31
0,03
0,03
2,35
0,00
2,11
2,10
0,02
2,96
0,01
2,05
0,02
2,04
0,01
2,26
0,00
1,98
0,02
0,01
CIPELAH SUKARESM I
0,00
0,22
0,00
0,00
2,35
0,00
2,11
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,04
0,00
2,26
0,00
1,98
0,00
2,11
0,07
0,18
0,00
0,00
2,35
0,00
2,11
2,10
0,00
0,05
0,00
2,05
0,01
2,04
0,00
2,26
0,00
0,00
0,00
0,00
INDRAGIRI
0,46
0,71
0,00
0,00
2,35
0,00
2,11
2,10
0,00
0,31
0,00
2,05
0,02
0,02
0,00
2,26
0,00
0,00
0,00
0,00
PATENGAN ALAMENDA H SUGIHMUK TI MARGAMU LYA TENJOLAY A
0,38
0,57
0,00
0,00
2,35
0,00
2,11
0,00
0,00
0,72
0,00
2,05
2,36
0,02
0,01
0,03
0,00
1,98
0,00
0,00
0,71
0,78
0,01
0,01
2,35
0,00
2,11
0,00
0,01
1,03
0,01
0,01
0,01
2,04
2,11
2,26
0,00
1,98
0,01
2,11
1,17
1,40
0,04
0,06
2,35
0,00
2,11
0,01
0,02
2,39
0,00
2,05
2,36
0,04
0,02
2,26
0,00
0,03
0,03
0,03
1,97
5,04
0,03
0,00
0,12
0,00
0,01
0,00
0,02
2,51
0,02
2,05
0,03
2,04
2,11
2,26
0,00
0,03
2,86
0,03
CISONDARI MEKARSAR I CIBODAS CUKANGG ENTENG PASIRJAMB U MEKARMAJ U
2,07
1,40
0,12
0,11
2,35
0,00
0,00
0,00
0,00
1,77
0,01
2,05
0,02
2,04
2,11
2,26
0,00
0,02
0,02
0,01
2,31
1,40
0,08
0,06
2,35
0,00
2,11
0,01
0,00
2,39
0,01
2,05
0,05
2,04
2,11
2,26
0,00
1,98
0,02
0,01
0,99
0,57
0,01
0,01
2,35
0,00
0,00
0,00
0,01
1,35
0,00
2,05
0,00
2,04
0,00
0,00
0,00
1,98
0,00
0,00
3,33
1,22
0,12
0,06
2,35
0,00
2,11
0,00
0,01
1,62
0,01
0,01
0,02
2,04
0,02
0,04
0,00
0,03
0,01
0,01
3,85
1,40
0,06
0,06
2,35
0,00
0,00
0,00
0,00
1,35
0,00
2,05
0,00
2,04
0,00
0,01
0,00
0,00
0,01
0,01
2,92
1,40
0,06
0,06
2,35
0,00
2,11
2,10
0,03
3,77
0,01
2,05
2,36
0,00
2,11
2,26
0,00
0,01
2,86
2,11
0,84
1,40
0,12
0,06
0,36
0,00
0,03
0,03
0,09
2,96
0,01
0,00
0,11
0,25
2,11
2,26
0,00
0,01
0,07
0,06
1,40
0,97
0,01
0,04
0,00
0,00
0,01
0,01
0,02
2,65
0,00
0,01
0,02
2,04
0,01
0,01
0,00
0,01
0,01
0,01
Jumlah Jumlah jenis
31,53
27,14
5,55
5,42
38,67
0,00
31,71
14,81
5,10
38,94
4,93
28,79
12,29
27,05
14,89
36,59
0,00
19,99
8,88
15,01
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
0,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
21,00
0,00
21,00
21,00
21,00
Rataan
1,43
1,23
0,25
0,25
1,76
0,00
1,44
0,67
0,23
1,77
0,22
1,31
0,56
1,23
0,68
1,66
0,00
0,91
0,40
0,68
CIKONENG
74
Standar Deviasi
Jumlah TK (Unit)
JUmlah SD (Unit)
Jumlah SLTP (Unit)
1,00
Jumlah SMU (Unit)
1,00
Jumlah SMK (Unit)
1,00
Jumlah Akademi/ PT (Unit)
1,00
Jumlah SLB (Unit)
1,00
0,00
1,00
Jumlah Pondok Pesantren /Madrasah Diniyah Swasta (unit)
Jumlah Seminari/ sejenisny a Swasta (unit)
Jumlah Lembag a Pendidi kan% Ketera mpilan (Unit)
1,00
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
1,00
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
1,00
1,00
1,00
Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobat an (Unit)
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit)
1,00
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
1,00
1,00
1,00
Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit)
Jumlah Posyandu (Unit)
Jumlah Polinde s (Unit)
0,00
Jumlah Apotik (Unit)
1,00
1,00
1,00
Jumlah Toko Khusus Obat/Ja mu (Unit)
Jumlah Dokter (Orang )
Mantri Kesehatan yang tinggal di Desa/Kelura han ini (Orang)
0,00
0,05
0,86
0,00
0,00
0,00
0,00
1,88
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,27
0,00
1,30
2,14
1,26
0,00
1,25
0,00
0,99
2,02
0,31
2,04
1,53
4,69
0,00
0,00
1,11
0,00
2,58
0,00
4,69
0,00
1,24
0,00
3,09
1,55
3,13
0,00
3,57
0,99
0,68
0,00
0,00
0,10
0,95
2,14
0,00
0,00
0,00
2,08
0,00
0,00
0,00
0,00
0,55
0,00
0,00
0,00
0,72
3,19
1,40
0,00
0,00
0,00
0,00
0,66
0,07
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,97
0,00
0,85
0,00
0,00
0,00
0,00
1,32
0,00
0,68
3,73
1,31
0,00
1,30
0,00
0,51
0,00
0,48
1,40
0,00
0,00
0,00
0,00
1,53
0,00
0,00
0,00
0,00
1,63
2,56
0,00
0,00
0,00
2,14
0,00
0,00
2,04
0,00
1,61
1,39
0,58
1,88
2,11
0,00
0,00
0,00
3,07
0,00
0,00
0,00
0,00
1,09
0,00
0,00
0,00
1,42
2,48
2,76
0,00
0,00
0,00
1,08
0,76
0,24
1,02
1,15
0,00
0,00
0,00
1,12
0,00
0,00
0,00
0,00
1,19
0,00
1,51
0,00
0,78
3,54
1,50
0,00
0,00
0,00
0,59
2,31
0,36
1,04
0,00
0,00
0,00
0,00
0,57
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,53
0,00
0,79
0,00
1,53
0,00
1,51
0,00
0,00
2,35
0,59
1,06
1,19
0,00
0,00
0,00
1,15
0,00
0,00
0,00
0,00
0,61
0,00
1,56
0,00
0,80
0,76
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,16
0,71
2,13
2,40
0,00
0,00
0,00
1,16
0,00
0,00
0,00
0,00
2,47
0,00
0,00
0,00
1,62
2,02
0,00
0,00
0,00
0,00
3,68
2,57
0,68
1,73
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,01
3,16
0,00
0,00
0,00
1,77
2,55
0,00
0,00
0,00
2,99
0,40
0,16
1,07
0,00
0,00
0,00
0,00
0,29
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,79
0,61
0,41
2,30
0,79
0,00
0,78
0,00
0,62
1,16
0,09
1,56
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,45
1,43
0,00
0,00
0,59
0,74
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,30
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,28
0,00
0,00
0,78
0,00
1,99
1,53
2,04
3,24
0,00
2,36
0,00
0,00
0,00
0,62
0,38
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,48
0,00
1,23
0,95
0,63
2,04
0,00
0,00
0,00
0,83
0,48
1,60
0,61
1,08
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,63
0,00
1,59
1,23
0,82
3,56
1,59
0,00
0,00
3,24
0,62
1,40
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,10
0,00
2,79
0,00
0,00
2,94
2,78
0,00
0,00
0,00
0,00
0,98
0,29
1,31
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,95
0,00
0,00
1,61
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,52
4,84
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,99
0,00
2,51
0,00
0,00
2,50
0,00
0,00
0,00
3,40
0,00
1,02
0,04
4,13
3,10
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,92
0,00
0,00
4,00
2,51
0,00
3,14
3,14
1,75
0,00
2,42
4,02
1,38
1,58
0,00
0,12
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,79
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,86
3,73
1,60
0,00
0,00
0,00
0,00
0,94
0,00
1,16
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,08
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,78
0,00
0,00
3,35
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
24,91
12,15
23,26
13,60
4,69
0,00
0,00
19,81
0,00
8,62
0,00
4,69
17,98
10,89
22,84
12,41
21,01
50,54
17,48
8,35
11,89
9,54
15,69
16,00
21,00
15,00
7,00
1,00
0,00
0,00
13,00
0,00
4,00
0,00
1,00
14,00
5,00
13,00
7,00
16,00
21,00
10,00
3,00
7,00
5,00
12,00
1,13
0,55
1,06
0,62
0,21
0,00
0,00
0,90
0,00
0,39
0,00
0,21
0,82
0,50
1,04
0,56
0,96
2,30
0,79
0,38
0,54
0,43
0,71
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
75
Bidan yang tinggal di Desa/Kelur ahan ini (Orang)
Jumlah Dukun Bayi
Jumlah Masjid (unit)
Jumla h Surau/ langga r (unit)
Jumlah Gereja Kristen (unit)
Jumlah Gereja Katholik (unit)
Jumlah Pura (unit)
Jumlah Vihara/Kle nteng (unit)
Jumlah Terminal Penumpan g Kendaraan a Bermotor Roda 4 atau Lebih (unit)
Wartel/Kio spon/Warp ostel/ Warparpos tel (unit)
Warung internet (Warnet) (unit)
Kios sarana produksi pertania n milik KUD (unit)
Kios sarana produk si pertani an milik Non KUD (unit)
Jumlah industri besar (≥ 100 Pekerja) (unit)
Jumlah industri sedang (20-99 pekerja) (unit)
Jumlah Industri Kecil (1519 pekerja) (unit)
Perusa haan listrik Non PLN (unit)
Pasar tanpa bangu nan perma nen (unit)
Super market / pasar swalay an/tos erba/m ini market (unit)
Restora n/rumah makan (unit)
Warun g/ kedai makan an minum an (unit)
Toko/ Warun g kelonto ng (unit)
Hotel (unit)
0,64
0,75
2,54
0,13
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,64
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,05
0,00
0,00
0,00
0,00
2,14
0,00
0,38
1,51
0,27
0,00
1,00
4,69
0,00
0,00
0,00
1,19
2,41
0,00
0,00
2,98
0,00
0,00
0,18
0,00
0,00
4,69
0,15
1,69
4,68
0,30
0,70
0,49
0,65
1,74
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,36
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,90
0,00
0,00
0,00
0,00
2,37
0,00
0,00
0,66
0,62
1,06
1,54
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,50
0,00
0,00
0,00
0,00
1,36
0,16
0,00
0,00
0,00
0,08
2,22
0,18
0,00
0,00
1,69
4,26
3,17
0,00
0,00
0,00
0,00
2,46
0,52
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,11
0,00
0,00
0,00
0,00
3,50
0,00
0,00
1,39
2,73
2,69
3,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,05
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,14
0,00
0,00
0,00
0,00
2,10
0,00
0,00
0,76
0,95
0,53
2,60
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,57
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,65
0,00
0,00
0,00
0,00
2,55
0,00
0,00
0,77
0,76
2,34
0,48
0,00
0,00
0,00
0,00
1,82
0,19
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,37
0,00
2,09
0,00
0,18
0,81
0,10
0,00
1,56
1,84
2,43
0,31
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,96
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,87
0,00
0,00
1,58
1,85
0,84
0,12
0,00
0,00
0,00
0,00
3,74
0,00
0,00
0,00
0,00
3,88
0,00
0,02
0,00
4,30
0,00
0,09
1,44
0,07
0,00
2,56
4,22
0,82
0,66
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,32
0,00
0,00
0,00
1,58
0,00
0,07
0,00
0,00
0,00
0,00
2,25
0,06
0,00
0,40
1,12
0,87
0,46
0,00
0,00
0,00
0,00
0,94
0,70
0,00
0,00
3,77
0,00
0,00
0,03
0,00
0,00
0,00
0,02
1,34
0,04
0,00
0,58
0,04
0,64
0,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,32
0,00
0,00
0,00
2,14
0,00
0,02
0,00
0,00
0,00
1,87
0,00
0,00
0,00
1,99
0,26
1,01
0,16
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,75
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,32
0,00
0,00
0,00
0,00
0,42
0,18
0,00
1,23
0,22
0,98
0,44
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4,67
0,00
0,00
0,00
0,76
0,00
0,26
0,00
0,00
0,00
0,04
1,04
0,08
0,00
0,80
0,16
1,06
0,13
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4,43
0,00
0,13
0,00
0,00
0,86
0,79
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,35
0,00
0,00
0,00
1,72
0,00
0,04
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,31
0,00
1,95
0,51
1,16
1,30
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,49
0,00
0,00
0,00
0,00
2,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,09
4,70
0,00
0,40
0,75
1,97
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,32
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
0,00
0,00
2,87
0,00
0,00
3,06
0,00
1,80
0,17
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,03
0,00
4,69
0,00
0,00
4,21
0,07
0,00
0,00
0,00
0,06
1,36
0,28
0,00
3,63
1,03
0,64
1,18
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,61
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,13
4,69
0,00
0,00
0,00
1,11
0,05
0,00
0,00
0,48
2,37
1,96
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,35
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,47
0,00
0,00
0,00
0,00
1,03
0,00
0,00
25,76
21,24
30,23
22,75
4,69
0,00
0,00
0,00
10,16
17,96
0,00
4,69
6,75
11,03
7,58
11,01
4,69
6,39
4,69
6,91
32,10
7,26
5,39
18,00
21,00
21,00
21,00
1,00
0,00
0,00
0,00
5,00
20,00
0,00
1,00
2,00
6,00
3,00
19,00
1,00
2,00
1,00
9,00
18,00
13,00
3,00
1,17
0,97
1,37
1,03
0,21
0,00
0,00
0,00
0,46
0,82
0,00
0,21
0,31
0,50
0,34
0,50
0,21
0,29
0,21
0,31
1,46
0,33
0,24
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
0,00
1,00
1,00
0,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
76
Bank Perkreditan Rakyat Bank Umum Penginapan(hostel/ (BPR (Kantor motel/losmen/wisma) Baru/PT. Pusat/Cabang/C (unit) Bank Pasar/ apem) (unit) PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Jumlah Koperasi (unit)
Jumlah KUD (unit)
Jumlah Bengkel/rep Bengkel/reparas Koperasi Jumlah arasi i alat-alat Industri Jumlah Usaha foto Koperasi Non kendaraan elektronik Kecil dan Koperasi kopi (photo bermotor (Radio/Tape/TV/ Kerajinan Simpan Pinjam KUD lainnya copy) (unit) (unit) (unit) (mobil/motor Kulkas/AC dll) Rakyat (Kopinkra) ) (unit) (unit) (unit)
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
Tempat Salon Bengkel las Jumlah anggota pangkas kecantikan/t (membuat Persewaan hansip/linmas di rambut ata rias pagar besi, alat-alat desa/kelurahan (barber wajah/peng tralis dll) pesta (unit) ini (orang) shop) (unit) antin (unit) (unit)
IPD
Jumlah Jenis
0,00
0,00
0,00
0,99
0,00
0,00
1,45
0,00
2,23
2,29
0,00
0,00
0,00
0,97
0,93
0,68
0,82
44,99
43,00 Hirarki III
0,06
4,69
3,97
2,34
2,11
0,00
2,88
0,00
4,41
3,18
3,89
0,00
4,48
3,08
1,85
3,79
0,38
140,88
59,00 Hirarki I
0,00
0,00
0,00
3,83
0,00
0,00
0,81
3,79
2,06
1,91
0,78
0,00
0,52
0,54
3,62
2,27
0,90
54,68
44,00 Hirarki II
0,00
0,00
0,00
1,54
0,00
0,00
2,26
0,00
1,16
0,60
0,00
0,00
0,98
0,51
0,00
0,71
0,04
43,83
46,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,21
1,87
0,00
0,00
1,54
2,39
0,00
0,00
2,57
51,23
38,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
2,16
0,00
0,00
3,18
0,00
1,62
0,00
0,00
0,00
0,00
1,06
2,04
0,00
3,55
61,01
41,00 Hirarki II
0,00
0,00
0,00
1,18
0,00
0,00
0,87
0,68
0,88
2,05
0,84
0,00
0,56
3,48
1,67
1,63
1,78
62,20
47,00 Hirarki II
0,00
0,00
0,00
1,19
0,00
0,00
1,76
0,00
1,80
0,69
0,85
0,00
1,14
0,59
1,69
0,00
1,01
43,36
39,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
0,61
0,00
0,00
0,89
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,58
0,00
0,00
1,68
1,83
37,85
35,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
2,45
0,00
0,00
0,00
2,83
1,84
0,00
1,74
0,00
1,17
0,00
0,00
0,00
3,94
63,66
44,00 Hirarki II
0,77
0,00
0,00
1,99
0,00
0,00
2,93
0,00
1,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,88
1,38
0,76
53,79
42,00 Hirarki II
0,07
0,00
0,00
1,54
0,00
0,00
2,27
0,00
1,63
1,80
0,00
0,00
0,59
0,00
0,29
0,43
0,77
44,87
49,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
0,90
0,00
0,00
0,66
0,52
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,85
0,00
1,04
33,17
38,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,75
1,80
0,00
0,00
0,00
1,53
0,73
1,07
1,13
47,75
40,00 Hirarki III
0,04
0,00
0,00
0,48
0,00
0,00
0,71
0,00
0,72
1,11
0,00
0,00
0,46
0,47
0,00
0,00
0,71
38,43
42,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
1,86
0,00
1,02
1,83
0,00
0,47
0,00
0,88
0,00
0,00
0,61
0,00
0,86
0,75
53,55
44,00 Hirarki II
0,08
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,82
0,00
1,54
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,62
29,51
32,00 Hirarki III
4,68
0,00
0,00
0,76
0,00
0,00
1,11
0,00
0,57
0,00
0,00
0,00
0,00
0,75
0,00
2,10
0,00
42,31
37,00 Hirarki III
0,08
0,00
0,00
0,98
0,00
0,00
1,44
0,00
0,74
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,35
0,95
41,81
36,00 Hirarki III
0,06
0,00
2,69
2,38
4,29
0,00
1,17
0,92
2,38
0,92
2,25
4,69
0,00
0,78
0,00
0,00
0,94
104,89
53,00 Hirarki I
0,00
0,00
0,00
2,82
0,00
4,63
0,00
0,00
0,71
0,00
0,00
0,00
0,00
0,93
1,78
1,30
1,28
50,31
39,00 Hirarki III
0,00
0,00
0,00
2,16
0,00
0,00
1,59
1,25
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,02
0,00
0,65
31,93
5,84
4,69
6,66
32,15
6,40
5,64
27,81
9,99
28,48
18,22
12,77
4,69
12,03
17,68
18,37
19,25
26,42
1176,01
920,00
8,00
1,00
2,00
19,00
2,00
2,00
17,00
6,00
19,00
11,00
8,00
1,00
10,00
14,00
12,00
13,00
21,00
22,00
22,00
0,27
0,21
0,30
1,46
0,29
0,26
1,26
0,45
1,29
0,83
0,58
0,21
0,55
0,80
0,83
0,88
1,20
53,46
41,82
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
24,97
6,46
Hirarki
32,00 Hirarki III
77
Lampiran 3. Analisis LQ Sektor Kegiatan LQ No 1.
2.
3.
2006
2005
Sektor Kegiatan Pertanian : Tanaman Bahan Makanan Perekebunan
CIWIDEY
RANCABALI
PASIRJAMBU
CIWIDEY
RANCABALI
PASIRJAMBU
2,97
1,15
3,02
2,88
1,12
2,94
4,14
7,11
7,87
4,11
7,00
7,78
Peternakan
1,25
0,17
1,14
1,23
0,17
1,12
Kehutanan
2,87
1,90
2,02
2,64
1,73
1,85
Perikanan Pertambangan dan Penggalian : Minyak dan gas bumi Pertambangan tanpa gas Penggalian
1,34
0,86
1,12
1,41
0,90
1,17
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,90
0,03
0,67
0,88
0,03
0,64
0,27
1,09
0,59
0,27
1,06
0,57
0,53
0,36
0,34
0,37
0,25
0,24
Air bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran : Perdagangan besar dan eceran Hotel
1,27
1,14
0,95
1,15
1,02
0,86
1,74
1,19
1,29
1,71
1,15
1,26
2,08
0,88
1,20
2,03
0,86
1,17
0,10
0,08
1,60
0,10
0,08
1,54
Restoran Pengangkutan Dan komunikasi : 1. Pengangkutan
0,32
0,19
0,51
0,67
0,41
1,07
3,11
1,07
1,92
3,07
1,04
1,90
1,03
0,37
0,67
1,01
0,36
0,66
0,90
0,33
1,01
0,91
0,33
1,02
2,30
0,00
0,42
2,22
0,00
0,41
2,48
0,61
1,40
2,42
0,60
1,36
1,74
1,18
1,13
1,71
1,15
1,11
0,74
0,18
0,54
0,72
0,18
0,52
0,79
0,46
0,52
0,78
0,43
0,51
2,34
1,45
1,51
2,28
1,41
1,46
1,96
1,16
1,69
1,91
1,13
1,65
0,58
9,62
0,31
0,57
9,34
0,31
0,96
0,45
0,50
0,94
0,44
0,49
Industri Pengolahan : Industri migas Industri tanpa gas
4.
Listrik Gas Dan Air : Listrik Gas Kota
5. 6.
7.
Angkutan rel Angkutan jalan raya
8.
Angkutan laut Angkutan sungai & penyebrangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan 2. Komunikasi Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan : Bank Lembaga keuangan bukan bank Sewa bangunan Jasa perusahaan
9.
Jasa – Jasa : a. Pemerintahan Umum b. Swasta Sosial kemasyarakatan Hiburan dan rekreasi Perorangan dan rumah tangga
78
Kegiatan Pertanian Luas Tanam No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Komoditas Padi Sawah Padi Gogo Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Bawang merah Bawang daun Kubis Wortel Cabe Besar Kacang panjang Buncis Kangkung Lobak Seledri Cabe Rawit Bawang putih Kentang Petsai/sawi/sosin Kacang merah Tomat Terung Ketimun Bawang Labu siam Kembang Kol Jamur
Luas Panen Pasirjambu 1,105 1,267 0,478 0,000 1,813 0,000 0,509 0,902 0,000 3,490 0,944 0,000 1,477 0,000 4,471 0,000 0,000 7,469 4,705 0,000 0,711 2,365 2,121 1,803 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Ciwidey 1,278 0,188 0,340 0,000 0,000 0,000 0,353 0,815 0,000 4,964 0,539 0,000 1,538 0,000 3,854 0,000 0,000 14,923 0,000 0,000 0,343 1,581 0,000 1,773 0,000 0,000 0,000 0,000 5,857 0,000
Komoditas Padi sawah Padi Gogo Jagung Kedelai Berhasil Kacang Tanah Ubi Kayu Jagung Muda Kedelai Muda Kacang Hijau Ubi Jalar Bawang merah Bawang daun Kubis Wortel Cabe Besar Kacang panjang Buncis Kangkung Lobak Seledri Cabe Rawit Bawang putih Kentang Petsai/sawi/sosin Kacang merah Tomat Terung Ketimun Bawang Labu siam Kembang Kol Jamur
Pasirjambu 1,153 0,918 0,359 0,000 1,257 0,417 0,000 0,000 0,000 1,147 0,000 3,697 0,896 0,000 1,365 0,000 4,076 0,000 0,000 9,630 4,795 0,000 0,655 2,178 1,501 2,070 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Ciwidey 1,297 0,162 0,235 0,000 0,000 0,195 0,000 0,000 0,000 0,683 0,000 4,597 0,642 0,000 1,974 0,000 3,514 0,000 0,000 15,315 0,000 0,000 0,352 1,662 0,000 2,129 0,000 0,000 0,000 0,000 4,732 0,000
Rancabali 0,260 2,534 1,893 0,000 11,676 1,491 0,000 0,000 0,000 8,294 1,291 4,808 0,290 0,939 1,522 0,000 1,467 0,000 0,000 20,375 4,133 31,728 0,388 0,816 0,958 1,135 0,000 0,000 0,000 0,000 2,017 0,000
79
Lampiran 4. Analisis SSA Sektor Kegiatan DIFFERENTIAL SHIFT No 1.
Sektor Kegiatan
PASIRJAMBU
Tanaman Bahan Makanan
2.
0,008
0,009
0,005
-0,012
-0,004
-0,009
Peternakan
-0,009
-0,011
-0,008
Kehutanan
0,003
0,015
0,007
Perikanan
-0,009
-0,008
-0,008
0,000
0,000
0,000
Pertambangan dan Penggalian : Pertambangan tanpa gas
0,000
0,000
0,000
Penggalian
0,001
0,021
0,009
Industri Pengolahan : Industri migas Industri tanpa gas
4.
0,000 -0,004 -0,003
-0,001
0,007
0,000
0,000
0,000
Air bersih
0,008
0,018
0,011
0,002
0,013
0,009
-0,003
0,001
-0,001
0,000
0,000
0,000
0,020
0,025
0,022
0,000
Bangunan / Konstruksi
6.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran : Perdagangan besar dan eceran Hotel Restoran Pengangkutan Dan komunikasi : 1.
Pengangkutan
Angkutan rel
0,000
0,000
Angkutan jalan raya
0,004
0,011
0,003
Angkutan laut
0,000
0,000
0,000
Angkutan sungai & penyebrangan
0,000
0,000
0,000
Angkutan udara
0,000
0,000
0,000
-0,002
-0,009
-0,006
0,020
0,027
0,021
0,020
0,000
0,025
Lembaga keuangan bukan bank
-0,038
-0,040
-0,039
Sewa bangunan
-0,012
-0,007
-0,010
Jasa perusahaan
-0,013
-0,008
-0,010
-0,016
0,026
-0,014
0,000
0,000
0,000
Jasa penunjang angkutan 2.
9.
0,000 -0,004
Gas Kota 5.
8.
0,000 -0,007
Listrik Gas Dan Air : Listrik
7.
RANCABALI
Perekebunan
Minyak dan gas bumi
3.
CIWIDEY
Pertanian :
Komunikasi
Keuangan, Persewaan, Perusahaan : Bank
Dan
Jasa
Jasa – Jasa : a.
Pemerintahan Umum
b.
Swasta
Sosial kemasyarakatan
0,042
0,047
0,043
Hiburan dan rekreasi
0,009
0,012
0,006
Perorangan dan rumah tangga
0,002
0,007
0,004
80
Kegiatan Pertanian Luas Tanam No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Komoditas Bawang Daun Bawang Merah Bawang Putih Bayam Buncis Cabe Cabe Rawit Jamur Kacang Merah Kacang panjang Kangkung Kembang Kol Kentang Ketimun Kubis Labu Siam Lobak Petsai Seledri Terung Tomat Wortel
Ciwidey 1,771 -0,610 -0,786 0,000 0,370 0,216 0,000 0,000 -0,646 0,000 0,000 2,170 0,548 0,000 0,410 0,000 0,000 0,757 0,000 0,000 0,571 0,000
Pasirjambu 0,633 -0,610 -0,786 0,000 0,214 0,667 0,250 0,000 0,731 0,000 0,000 0,000 1,226 0,000 0,408 0,000 0,000 0,499 0,000 0,000 0,421 0,000
Rancabali 1,125 0,029 0,193 0,000 -0,014 0,586 0,227 0,000 1,216 0,000 0,000 -0,078 0,137 0,000 -0,310 0,000 0,000 0,172 0,000 0,000 0,256 0,277
Prop. Shift
Ciwidey -0,568 -0,684 0,606 0,191 0,197 0,114 -0,898 -1,189 -0,107 0,212 0,000 0,000 -0,113 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,389 0,000 0,000
Pasirjambu -0,568 -0,684 0,577 1,852 0,335 0,370 -0,898 0,250 1,174 0,343 0,000 0,000 0,203 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,246 0,000
Rancabali 0,144 0,071 1,256 0,035 -0,197 0,218 0,233 0,704 0,660 0,387 0,000 0,000 0,033 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,827 -0,270 0,000
Prop. Shift
-0,191 -0,015 0,207 -0,074 -0,003 0,027 -0,163 -0,155 -0,242 -0,099 0,336 0,439 0,056 0,489 0,470 0,419 -0,407 0,014 0,000 0,088 0,363 0,163
Luas Panen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Komoditas Bawang Daun Bawang Merah Bawang Putih Bayam Buncis Cabe Cabe Rawit Jamur Kacang Merah Kacang panjang Kangkung Kembang Kol Kentang Ketimun Kubis Labu Siam Lobak Petsai Seledri Terung Tomat Wortel
-0,230 -0,114 0,303 0,078 -0,036 0,088 0,101 0,391 0,054 -0,066 0,324 0,359 0,119 0,338 0,298 0,343 -0,219 -0,266 0,000 0,889 0,575 -0,235
81
Lampiran 5. Kuesioner Analisis Pusat Pasar Untuk Pedagang Jenis No.
Nama
Usia
Kelamin
(Tahun)
(L/P)
Pendidikan Terakhir Alamat
Pekerjaan
Jumlah &
selain berdagang
Jenis Barang
Asal
Frekwensi
Harga/unit
Total/frek
Barang
..../....
(Rp/....)
(Rp/....)
Lanjutan Biaya angkut/ Alat angkut Barang
Penjual
ongkos Barang
Penjual
Biaya Kios (Rp/...) Biaya Lain-lain
Milik sendiri
Sewa
Lainnya
Retribusi
Kebersihan
Keamanan
Total Lainnya
Biaya
82
Untuk Pembeli
No .
Jenis Barang
Keperluan membeli barang
Jumlah&
Jika untuk dijual lagi,
Frekwensi
dijual ke
..../....
Harga /unit (Rp/... )
Total/f rek (Rp/... )
Alat angkut Barang
Pembeli
Biaya angkut/
Biaya
ongkos Baran g Pembeli
Lain-
Total
Lain-
Biaya
83
Lampiran 6. Data Perhitungan Perkiraan Omset Pusat Pasar Cibiru, Ciwidey No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 34 35
Nama Ibu Nining Ibu Una Maemunah Bapak H. Ata Ibu Siti Bapak Bambang Bapak Ari Bapak H. Dudung Ibu Ai Ibu Hj. Anih Bapak Usep Ibu Hj. Ela Ibu Juariah Bapak Dayat Bapak Iyan Bapak Poi Bapak Rahmat Bapak Eman Bapak Aji Bapak Ajo/ Grosir Bapak Tatang Ibu Euis Bapak Lili Bapak Rudi Bapak Deden Bapak H. Usep Bapak Hidayatno Bapak H. Ena Bapak Engkos Ibu Anah Ibu Rosi Ibu Ina Ibu Ayu Ibu Nana Bapak H. Suhana
Jenis Kelamin (L/P) P P L P L L L P P L P P L L L L L L L L P L L L L L L L P P P P P L
Jenis Dagangan Usia (Tahun) 58 63 65 17 29 33 51 40 48 45 56 53 50 30 38 41 58 43 59 43 38 58 54 26 48 35 52 48 43 32 37 28 34 56
Alamat Pager Sari Ciwidey Pager Sari Ciwidey Gombong Panyocokan Cibodas Cibeureum Jl. Raya Soreang 34 Bandung Pamekarsari Ciwidey Hegarsari Ciwidey Ciwidey Cisondari Ciwidey Ciwidey Ciwidey Ciranjang Ciwidey Sukamaju Perum Sukarasa Ciwidey Perum Cibeureum Permai Ciwidey Kampung Cihanjawan Cisondari Tonjong Sumetir Kampung Ciloa Panyocokan Ciwidey Soreang Ciwidey Ciwidey Sukarame Mekarmaju Kampung Sukasari Ciwidey Ciwidey Ciwidey Panyocokan Ciwidey Ciwidey Cibeureum Sukamaju Ciwidey
Ayam Ayam Buah-buahan Daging Daging Emas Emas Kelontongan Kelontongan Kelontongan Kelontongan Kue Kue Kue Pakaian Pakaian Pakaian Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sembako Sembako Sendal/sepatu Sendal/sepatu Sendal/sepatu Ikan Asin Ikan Asin Hasil Bumi Hasil Bumi Makanan/nasi Makanan/nasi Plastik
Omset Rp/Hari 750.000 450.000 2.000.000 7.500.000 17.500.000 10.000.000 975.000 5.000.000 1.000.000 2.000.000 4.000.000 5.000.000 3.000.000 2.000.000 1.500.000 750.000 4.000.000 500.000 35.000.000 600.000 700.000 500.000 5.000.000 2.000.000 2.000.000 700.000 5.000.000 600.000 500.000 200.000 400.000 500.000 700.000 1.000.000
Modal Rp/Hari 600.000 400.000 1.500.000 7.000.000 16.000.000 9.000.000 950.000 4.000.000 850.000 1.600.000 3.200.000 3.500.000 2.000.000 1.500.000 975.000 500.000 1.500.000 350.000 30.000.000 500.000 550.000 400.000 4.200.000 1.900.000 1.800.000 500.000 4.500.000 400.000 350.000 150.000 300.000 250.000 400.000 650.000
Pendapatan Kotor (Rp/Hari) 150.000 50.000 500.000 500.000 1.500.000 1.000.000 25.000 1.000.000 150.000 400.000 800.000 1.500.000 1.000.000 500.000 525.000 250.000 2.500.000 150.000 5.000.000 100.000 150.000 100.000 800.000 100.000 200.000 200.000 500.000 200.000 150.000 50.000 100.000 250.000 300.000 350.000
84
Lanjutan Lampiran 6 Biaya Tenaga Kerja Jumlah (Rp/Hari) 1 15.000 1 15.000 2 40.000 2 60.000 7 140.000 2 40.000 1 10.000 2 60.000 1 25.000 2 50.000 2 50.000 4 100.000 3 60.000 2 50.000 2 24.000 3 30.000 2 60.000 1 15.000 6 180.000 2 25.000 2 30.000 1 25.000 3 75.000 1 13.000 2 60.000 2 22.000 2 50.000 1 25.000 1 20.000 1 15.000 1 20.000 2 40.000 3 45.000 2 50.000
Sewa Tempat (Rp/Hari) 10.000 7.000 17.000 7.000 35.000 44.000 10.000 15.000 10.000 25.000 20.000 35.000 25.000 15.000 33.000 27.500 45.000 10.000 83.000 10.000 7.000 7.000 30.000 12.000 30.000 15.000 30.000 10.000 10.000 3.000 3.000 10.000 15.000 20.000
Angkut (Rp/Hari) 0 0 20.000 0 0 0 0 60.000 0 0 50.000 50.000 0 0 30.000 3.000 22.000 12.000 0 0 0 0 25.000 10.000 0 0 0 0 0 0 0 10.000 15.000 15.000
Retribusi+listrik (Rp/Hari) 2.000 2.000 6.500 5.000 12.000 10.500 3.500 4.000 5.000 5.000 5.000 10.000 5.000 5.000 3.000 3.000 12.000 1.500 3.500 2.000 2.000 2.000 5.000 3.000 3.500 4.000 3.500 3.500 3.500 1.500 1.500 3.500 3.500 5.000
Lain-lain (Rp/Hari) 2.000 0 3.000 0 5.000 5.000 0 5.000 2.000 3.000 10.000 10.000 5.000 2.000 3.000 0 5.000 0 5.000 0 20.000 2.000 5.000 0 0 0 0 0 2.000 0 0 0 2.000 5.000
Total (Rp/Hari) 29.000 24.000 86.500 72.000 192.000 99.500 23.500 144.000 42.000 83.000 135.000 205.000 95.000 72.000 93.000 63.500 144.000 38.500 271.500 37.000 59.000 36.000 140.000 38.000 93.500 41.000 83.500 38.500 35.500 19.500 24.500 63.500 80.500 95.000
Pendapatan Bersih (Rp/Hari) 121.000 26.000 413.500 428.000 1.308.000 900.500 1.500 856.000 108.000 317.000 665.000 1.295.000 905.000 428.000 432.000 186.500 2.356.000 111.500 4.728.500 63.000 91.000 64.000 660.000 62.000 106.500 159.000 416.500 161.500 114.500 30.500 75.500 186.500 219.500 255.000
Ratarata (Rp/Hari) 73.500 413.500 868.000 451.000 486.500
876.000
991.500
1.011.600
361.000 227.333
138.000 53.000 203.000 255.000
85
RINGKASAN RAHMI FAJARINI. Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tataniaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung. (Di bawah bimbingan ERNAN RUSTIADI dan MOENTOHA SELARI).
Perkembangan struktur ruang suatu kawasan agropolitan dipengaruhi oleh pusat-pusat pelayanan dan infrastruktur yang tersedia, pemusatan dan tingkat kompetitif (competitiveness) sektor-sektor/komoditas unggulan, serta aliran tataniaga komoditas unggulan. Kawasan Ciwidey yang terdiri dari tiga kecamatan (Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali) sejak tahun 2005 telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan dimana tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian, industri dan pariwisata. Analisis struktur pusat-pusat pelayanan dan aliran tataniaga komoditaskomoditas unggulan diidentifikasi dengan (1) perkembangan wilayah berdasarkan hirarki pusat-pusat pelayanan dengan teknik skalogram, (2) sektor/komoditas unggulan kawasan dengan teknik Location Quotient dan Shift Share Analisis, serta (3) pola aliran tataniaga komoditas unggulan kawasan dengan survei aliran tataniaga komoditas unggulan dan pusat pasar. Anlisis skalogram menunjukkan dari 22 desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dikelompokkan menjadi tiga hirarki, yakni hirarki I dengan tingkat perkembangan tinggi (2 desa), hirarki II dengan tingkat perkembangan sedang (6 desa) dan hirarki III dengan tingkat perkembangan rendah (14 desa). Desa dengan hirarki I merupakan sentra permukiman, perdagangan dan pemerintahan, sehingga
menjadi pusat-pusat pelayanan bagi masyarakat setempat. Desa dengan hirarki I tersebut adalah Desa Ciwidey dan Desa Pasirjambu. Sektor unggulan suatu kawasan harus unggul baik secara komparatif maupun kompetitif. Dari hasil analisis LQ dan SSA dapat diketahui bahwa sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan menjadi sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hal ini dikarenakan sektor-sektor tersebut tidak hanya unggul secara komparatif, tapi juga unggul secara kompetitif. Untuk komoditas tanaman bahan makanan unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah bawang daun dan tomat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/komoditas unggulan tersebut mengalami pemusatan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dalam aliran tataniaga komoditas unggulan, diperlukan suatu sentra perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kawasan setempat. Sentra perdagangan Kawasan Agropolitan Ciwidey terdapat di Pasar Cibiru yang ada di Desa Ciwidey. Pasar ini diindikasikan sebagai pusat distribusi bagi produk pertanian kawasan setempat, karena sebagian besar komoditas-komoditas unggulan (basis pertanian) Kawasan Agropolitan Ciwidey umumya tertuju pada pusat Pasar Cibiru.
SUMMARY
RAHMI FAJARINI. Analysis of Service Centers Structure and Trade-Flow of Strategic Commodities in Ciwidey Agropolitan Area, Bandung Regency. (Under Academic Supervision of ERNAN RUSTIADI and MOENTOHA SELARI).
Development of agropolitan spatial structure was determined by the availability
of
infrastructures
and
service
centers,
centralization
and
competitiveness of strategic commodities and sectors, and trade-flow of strategic commodities. Ciwidey area which comprised three subdistricts (subdistricts of Pasirjambu, Ciwidey, and Rancabali) has been formally chosen as agropolitan area since the year 2005, where the aim was increasing productivity and competitiveness of agricultural, industrial and tourism products. The spatial structure were identified with (1) analyzing village’s development based on hierarchy of service centers and technique of skalogram, (2) strategic commodities / sectors of the area with employing technique of Location Quotient and Shift Share Analysis, and (3) pattern of trade-flow of strategic commodities in the area. There was also survey on trade-flow of strategic commodities and market center. Skalogram analysis showed that the 22 villages in Agropolitan area of Ciwidey could be categorized into three hierarchies, namely Hierarchy I with high level of development (2 villages), Hierarchy II with moderate development (6 villages) and Hierarchy III with low level development (14 villages). Villages with Hierarchy I constituted the center for residence, trade and government, so
that they become service centers for local community. Those villages with Hierarchy I were Ciwidey village and Pasirjambu village. Strategic sector of an area should be superior comparatively and competitively. From the results of LQ and SSA analysis, it was known that food crop sector and forestry sector constituted the strategic sectors in Agropolitan Area of Ciwidey. This was due to the phenomenon that the sectors were not only superior comparatively, but also superior competitively. Commodities of strategic food crops in the Agropolitan area of Ciwidey were scallion and tomatoes. This indicated that such strategic commodities / sectors underwent centralization and growth in Agropolitan Area of Ciwidey. In the trade-flow of strategic commodities, there is a need for trade center to fulfill the need of the community in the local area. Trade center of Ciwidey Agropolitan Area was situated in Cibiru market which existed in Ciwidey village. It was indicated that this market served as distribution center for agricultural products of the local area because most strategic commodities (agricultural base) of Ciwidey Agropolitan Area were generally directed toward the center of Cibiru market.
ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY
Oleh: RAHMI FAJARINI A24104068
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tataniaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey
Nama :
Rahmi Fajarini
NRP
A24104068
:
Menyetujui Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr
Ir Moentoha Selari, MS
NIP. 131 879 339
NIP. 130 367 080
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 16 Januari 1987, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Dr Ir E. Kusnadi, MS dan Tety Rubaeti. Selama dua belas tahun penulis menimba pendidikan dasar di SDN 48 Kuranji Padang (19921997), SDN Bantarjati III Bogor (1997-1998), SMPN 2 Bogor (1998-2001) dan SMAN 9 Bogor (2001-2004) hingga kemudian diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2004. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) dan tergabung dalam kegiatan Paduan Suara Agria Swara IPB. Dalam bidang akademis penulis berperan aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Perencanaan dan Pengembangan Wilayah serta turut membantu dalam beberapa kegiatan studi Perencanaan Tata Ruang yang diadakan oleh Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) – LPPM IPB.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan tugas akhir Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tataniaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey sehingga dapat selesai pada waktunya. Rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr dan Bapak Ir Moentoha Selari, MS selaku pembimbing skripsi atas kesabaran, bimbingan, masukan dan nasehat yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih untuk semua yang telah diberikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besanya penulis haturkan kepada Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) – LPPM IPB yang telah memfasilitasi proses penelitian hingga proses penulisan tugas akhir ini. Terima kasih pada seluruh peneliti-peneliti dan staf P4W yang telah banyak membantu baik moril maupun materil selama penyelesaian tugas akhir penulis. Terima kasih juga untuk semua Dosen dan Staf
Bagian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah (Mba Emma dan Mba Dian) atas bimbingan dan bantuan yang tiada hentinya. Terima kasih kepada orang-orang tersayang ayahanda Dr Ir E. Kusnadi dan ibunda Tety R. atas dukungan dan kesabaran yang tiada habis-habisnya, juga kepada Linggih Taufik dan Irsyadi Taher untuk bantuan dan dukungan kalian.
Terimakasih kepada Adrian atas cinta dan semangat yang diberikan selama proses penelitian, serta teman-teman seperjuangan Ilmu Tanah 2004 khususnya Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Ekayana P. Bangun, Rochman Budi P, Akhmad Ariesta G, Sugyanto A. Raga, Rumiris, Rita Yulisa, Septiani P, Okta Marliza dan Fremmy O. Kebersamaan membuat kita mampu melakukan segalanya. Mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, semoga segala sesuatu yang dituangkan dapat bermanfaat, amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agropolitan ........................................................................................
4
2.2. Interaksi Spasial .................................................................................
6
2.3. Komoditas/Sektor Unggulan..............................................................
7
2.4. Aliran Komoditas/Tataniaga Komoditas Pertanian…………………
8
2.5. Hirarki Wilayah .................................................................................
10
2.6. Pasar ……………………..................................................................
10
2.7. Agribisnis ..........................................................................................
11
2.8. Agropolitan di Indonesia……………………………………………
12
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
14
3.2. Jenis, Sumber Data dan Alat Penelitian ............................................
15
3.3. Metode Penelitian .............................................................................
15
3.3.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan………………………
15
3.3.1.1. Analisis Skalogram .....................................................
15
3.3.1.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk…………………….
18
3.3.2. Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan……………...
18
3.3.2.1. Analisis LQ (Location Quotient) .................................
18
3.3.2.2. Analisis SSA (Shift-Sare Analysis) ..............................
20
3.3.3. Analisis Sistem Pemasaran dan Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan……………………………………………
21
IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis .................................................................................
26
4.2. Topografi ...........................................................................................
28
4.3. Tanah .................................................................................................
28
4.4. Penggunaan Lahan ............................................................................
29
4.5. Kependudukan ...................................................................................
30
4.6. Struktur Mata Pencaharian Penduduk ...............................................
31
4.7. Transportasi .......................................................................................
32
4.8. Pertanian ............................................................................................
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan…….
36
5.2. Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan………
39
5.2.1. Analisis LQ (Pemusatan Aktivitas) di Kawasan Agropolitan..
39
5.2.2. Analisis SSA (Tingkat Kompetitif Aktivitas) di Kawasan Agropolitan……………………………………………………
47
5.3. Analisis Pola Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan…….
55
ii
5.3.1. Survey Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan………………
55
5.3.2. Survey Pasar dan Jalur Tataniaga Komoditas Utama…………
62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ......................................................................................
68
6.2. Saran .................................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
71
LAMPIRAN ....................................................................................................
72
iii
DAFTAR TABEL
No.
Teks
1
Metode Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian………………………
24
2
Nama desa dan Luas Wilayah per Desa………………………………..
27
3
Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006………
29
4
Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006……...
30
5
Kepadatan Penduduk Rata-Rata Per Desa Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006…………………………………………………...
31
6
Jumlah Penduduk per Lapangan Usaha………………………………..
32
7
Jarak dan Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan…………………..
33
8
Rata-Rata Produksi Komoditas Pertanian (Kw/Ha) di Kawasan Agropolitan Ciwidey…………………………………………………...
35
9
Analisis Perkembangan Wilayah Kawasan Agropolitan ……….……..
36
10
Analisis Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey…
40
11
Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam.…………..
43
Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen.…………......
45
13
Analisis Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey…
48
14
Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam Tahun 2006..
50
Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen Tahun 2006...
51
16
Sektor Basis Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan …………...
53
17
Sektor Basis Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan ……………
53
18
Komoditas Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan ……………..
54
12
15
iv
19
Komoditas Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan ……………...
54
20
Data Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan ...
55
21
Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru per Komoditas…………………
56
22
Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul per Komoditas…………
59
23
Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura per Komoditas………………..
60
No.
Lampiran
1
Variabel-Variabel dalam Analisis Skalogram………………………….
73
2
Analisis Skalogram…………………………………………………….
74
3
Analisis LQ ……………………………………………………………
78
4
Analisis SSA…………………………………………………………...
80
5
Kuesioner Analisis Pusat Pasar………………………………………...
82
6
Data Perhitungan Perkiraan Omset Pasar Cibiru, Ciwidey ……………
84
v
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
1
Peta Lokasi Studi…………………………………………………….
14
2
Bagan Alir Penelitian………………………………………………..
25
3
Peta Administrasi Kawasan Agropolitan Ciwidey…………………..
26
4
Peta Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey……………….
28
5
Peta Ketersediaan Jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey………….
35
6
Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey……..
37
7
Peta Sebaran Hirarki Kawasan Agropolitan Ciwidey……………….
38
8
Peta Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey…..
41
9
Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey……...
42
10
Peta Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey ……………………………………..
47
Peta Tingkat Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey………………………………………………………………
49
Peta Tingkat Kompetitif Aktifitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey……………………………
52
13
Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru………………………………..
57
14
Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul………………………..
59
15
Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura………………………………
61
16
Perbandingan Perkiraan Omset Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey………………………………………………………………
61
Aliran Komoditas Unggulan terhadap Pusat Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey………………………………………………...
63
Pergerakan Komoditas Bawang Daun terhadap Pusat Pasar……….
64
11 12
17
18
vi
19
Pergerakan Komoditas Buncis terhadap Pusat Pasar……………….
65
20
Pergerakan Komoditas Padi terhadap Pusat Pasar………………….
66
21
Pergerakan Komoditas Tomat terhadap Pusat Pasar………………..
67
vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Rustiadi (2007), struktur pemanfaatan ruang merupakan gambaran mengenai hubungan keterkaitan (linkages) antara aspek-aspek aktivitasaktivitas pemanfaatan ruang. Adapun yang dimaksud struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Pemahaman mengenai struktur ruang diperlukan untuk proses penataan ruang lebih lanjut suatu kawasan. Kawasan Agropolitan Ciwidey yang ditetapkan sejak tahun 2005 (Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey, 2007) terdiri dari Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali. Kawasan tersebut merupakan dataran tinggi (±1100 m) yang umumnya diusahakan untuk tanaman pertanian (hortikultura). Tanah-tanah yang ada di kawasan ini berkembang dari bahan induk volkan dan sebagian besar tergolong Andisol. Menurut
Rustiadi
(2006),
agropolitan
merupakan
suatu
model
pembangunan yang mengandalkan desentralisasi, dan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi (peng-kotaan dalam arti positif). Batasan kawasan agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan tetapi lebih ditentukan oleh skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan.
Salah satu indikator perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas pelayanan masyarakat yang tersedia. Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat guna menunjang kehidupan yang lebih baik. Di samping itu, pemusatan
sektor-sektor/komoditas
unggulan
juga
berpengaruh
terhadap
perkembangan kawasan agropolitan. Komoditas unggulan adalah komoditas yang sesuai secara biofisik, menguntungkan secara ekonomi dan secara sosial diterima oleh masyarakat setempat. Komoditas unggulan merupakan potensi yang harus dikembangkan baik secara kualitas maupun secara kuantitas sehingga dapat meningkatkan pendapatan wilayah dan masyarakat. Pengembangan suatu komoditas unggulan harus disertai dengan pola aliran tataniaga yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat, hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian bisa berjalan secara optimal. Berkaitan hal tersebut, perlu diketahui struktur tata ruang yang dikaitkan dengan Indeks Perkembangan Desa (IPD) kawasan, pemusatan aktivitas komoditas unggulan dan aliran tataniaga komoditas unggulan kawasan. Struktur tata ruang Kawasan Agropolitan dapat disebut sebagai sumberdaya fasilitas fisik yang dapat menggerakkan roda-roda ekonomi di Kawasan Agropolitan tersebut yang mencakup pusat-pusat kegiatan/pelayanan umum dan infrastruktur/sarana prasarana. Analisis struktur tata ruang Kawasan Agropolitan sangat penting mengingat kecenderungan (trend) di Indonesia yang terjadi sekarang ini terhadap pengembangan konsep agropolitan sangat tinggi.
2
1.2. Tujuan Penelitian •
Menganalisis perkembangan wilayah berdasarkan hirarki pusat-pusat pelayanan.
•
Menganalisis sektor/komoditas unggulan kawasan agropolitan.
•
Menganalisis pola aliran tataniaga komoditas unggulan kawasan agropolitan.
3