ANALISIS SISTEM MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN DENGAN PENERAPAN MODEL PROGRAM KOMPUTER (STUDI KASUS PT. BANK JABAR CABANG CIAMIS)
Oleh RIKA GUMAYANTIKA H24104065
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Rika Gumayantika. H24104065. Analisis Sistem Manajemen Risiko Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan dengan Penerapan Model Program Komputer (Studi Kasus PT. Bank Jabar Cabang Ciamis). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Salah satu kegiatan utama Bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perkreditan merupakan aktivitas terbesar pada perbankan. Bank Jabar Cabang Ciamis sebagai salah satu
cabang Bank Jabar yang tinggi tingkat penyaluran kreditnya. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar potensi menimbulkan kemungkinan gagal bayar yang akan menimbulkan kredit bermasalah (non performing loan). Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan dan mengelolan risiko kredit. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko kredit. (3) Meganalisis laba pada Bank Jabar Banten Cabang Ciamis, (4) Menganalisa pengaruh rasio NPL pada laba. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan, pengumpulan data, wawancara dengan analis kredit. Sedangkan data sekunder diperoleh data historis, studi literatur, laporan penelitian, laporan keuangan yang diterbitkan bank. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, korelasi pearson product moment dan regresi linear sederhana, Uji F dengan alat pengolahan menggunakan model program komputer Visual Basic Net 2008 dan MINITAB 14. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit: a) faktor internal perusahaan yaitu sumber daya manusia dan keuangan, b) faktor debitur yaitu jangka waktu kredit, suku bunga, c) faktor eksternal yaitu persaingan dengan bank lain. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis sudah cukup baik dilihat dari besarnya risiko kredit dibawah 5 %. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis meliputi 1) identifikasi risiko kredit, 2) pengelompokan risiko kredit sesuai dengan kolektibilitas, 3) pengukuran risiko kredit dilihat dari rasio NPL, 4) pengendalain dan pengelolaan risiko kredit. Laba yang diperoleh Bank Jabar Cabang Ciamis terus mengalami peningkatan setiap bulannya. Hasil analisis korelasi pearson product moment didapatkan r = -0,652 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. KD= r2 = 0,6522 = 0,43, artinya bahwa laba perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel risiko kredit sebesar 43%, sedangkan sisanya sebesar 57% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Hasil analisis regresi linier sederhana didapatkan Y=326-189X menunjukan bahwa tingkat risiko kredit (variabel X) mempunyai pengaruh negatif terhadap laba Bank (variabel Y), dimana setiap kenaikan tingkat risiko kredit (variabel X) akan mengakibatkan penurunan pada laba bank (variabel Y). Uji F menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 7,40>4,96 dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga risiko kredit secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%.
ANALISIS SISTEM MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN DENGAN PENERAPAN MODEL PROGRAM KOMPUTER (STUDI KASUS PT. BANK JABAR CABANG CIAMIS)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RIKA GUMAYANTIKA H 24104065
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS SISTEM MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN DENGAN PENERAPAN MODEL PROGRAM KOMPUTER (STUDI KASUS PT. BANK JABAR CABANG CIAMIS)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RIKA GUMAYANTIKA H 24104065
Menyetujui, Mei 2008
DR. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian: 22 Mei 2008
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 26 Desember 1985. Penulis merupakan putri kedua dari pasangan Bapak H. Ade Gumilar dan Ibu Hj. Narsih Maryasih. Penulis mengawali masa pendidikannya di TK Harapan Karangbenda 1 pada tahun 1992. Penulis melanjutkan pendidikannya di SDN 1 Karangbenda pada tahun 1993-1998. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Parigi lulus tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Ciamis dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Departemen Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan. Penulis tergabung pada Himpunan Profesi Manajemen yaitu Center Of Manajemen (Com@) sebagai Staf Direktorat Produksi, Oprasi dan Kewirausahaan (POK) selama satu periode. Penulis juga tergabung dalam KOPMA (Koperasi Mahasiswa) IPB, OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Ciamis yaitu PMGC (Paguyuban Mahasiswa Galuh Ciamis). Selain itu, penulis selama menjadi Civitas Akademika di Institut Pertanian Bogor sering mengikuti kepanitiaan dan berbagai acara di kampus.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Sistem Manajemen Risiko Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan dengan Penerapan Model Program Komputer (Studi Kasus PT. Bank Jabar Cabang Ciamis) dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari dalam penulisan ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bp. DR. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama proses penelitian hingga akhirnya skripsi ini diselesaikan. 2. Bp. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc dan Ibu Ratih Maria Dhewi SP, MM selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam sidang dan penyempurnaan skripsi ini. 3. Seluruh staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen Manajemen. 4. Bp. Toto Rianto selaku Pimpinan Bank Jabar Cabang Ciamis yang telah memberikan izin untuk melakukan magang dan penelitian. 5. Bp. Rukanda, Bp. Reza, Bp. Adit, Ibu Ela, Ibu Nila, Bp. Sony, Bp. Rahmat, Bp. Taufan, Mas Raihan, Opik, Yadi, Yasfer dan seluruh karyawan/ti Bank Jabar Cabang Ciamis yang telah memberikan masukan, dukungan dan membantu penulis selama proses penelitian. 6. Bapa, Mamah, Bibi dan keluargaku tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan serta semangat yang tiada henti kepada penulis. 7. Sahabatku sekaligus keluargaku Rempati kost (Lysti, Yossi, Depal, Intan, Gitri, Acil, Mba Intan, Aisyah, Weny, Mery, Dina, Nit-nit,), Kiki, Riska, Yuda, Yodi, Roi, Dindin, Dedeh terima kasih atas dukungan, semangat, kebahagian, keceriaan, ketulusan, kebersamaan, bantuan, kesabaran dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
iii
8. Rini, Yunita, Yanda, Iil, Ratih, Mboq, Ica, Opik, Gigis, Aufia, Teguh, Betty, Ade, Ijah, Wahyu, Eka, Pe”n, Dania, Melly, Yuli, Dita serta seluruh temanteman Manajemen 41 yang telah memberikan dukungan, semangat, dan harihari yang telah dilalui bersama-sama sehingga membuat kenangan indah. 9. Erna, Gitri, Windi, Dini, Dase, Angga, sebagai teman satu bimbingan. Terima kasih karena telah memberikan dukungan, bantuan, semangat kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan. 10. Ganang Mahendra, terima kasih atas bantuan dan kesabaran dalam pembuatan program komputer. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga bermanfaat untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.
Bogor,
Mei 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
ii
KATA PENGANTAR..............................................................................
iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah..................................................................... 1.3. Tujuan penelitian ......................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 1.5. Batasan Masalah ..........................................................................
1 1 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2.1. Pengertian Bank........................................................................... 2.2. Pengertian Kredit......................................................................... 2.2.1. Jenis-jenis Kredit.............................................................. 2.2.2. Prinsip-prinsip Penilaian Kredit....................................... 2.3. Kredit Bermasalah (NPL)..................................................... 2.4. Risiko........................................................................................... 2.5.1. Pengertian Risiko............................................................... 2.5.2. Jenis-jenis Risiko............................................................... 2.5. Risiko Kredit................................................................................ 2.6. Pengelolaan Risiko Kredit ........................................................... 2.7. Pendekatan Sistem Pada Manajemen Risiko............................... 2.7.1. Pengertian Sistem. ............................................................. 2.7.2. Pengertian Manajemen Risiko........................................... 2.7.3. Siklus Manajemen Risiko.................................................. 2.8. Laba Bank.................................................................................... 2.9. Model program Komputer ........................................................... 2.9.1. Pengertian Sistem Program Komputer .............................. 2.9.2. Pengertian Model Program Komputer ............................... 2.9.3. Bahasa Komputer Visual Basic Net ................................... 2.10.Hasil Penelitian Terdahulu .........................................................
6 6 7 8 10 13 13 13 13 14 16 17 17 18 18 20 20 20 20 20 21
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran. ................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................... ................ 3.3. Sumber Data.................................................................................
22 22 24 24
v
3.4. Metode Pemilihan Sampel ........................................................... 3.5. Analisis dan Pengolahan Data ..................................................... 3.5.1. Analisis Deskriptif. ............................................................ 3.5.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ..................... 3.5.3. Analisis Regresi Linear Sederhana. ................................... 3.5.4. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ............... 3.6. Model Program Komputer Analisis Pengaruh Risiko. ................ 3.6.1. Pengertian Sistem Program Komputer .............................. 3.6.2. Pengertian Model Program Komputer ............................... 3.6.3. Pendekatan dan Analisis Sistem ........................................
24 24 25 25 25 27 28 28 29 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ..................................................... 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................... 4.1.2. Visi Misi dan Fungsi.......................................................... 4.1.3. Struktur Organisasi ............................................................ 4.1.4. Kegiatan Usaha Bank Jabar ............................................... 4.1.5. Prosedur Pemberian Kredit ................................................ 4.2. Perkembangan Jumlah Kredit Yang Disalurkan.......................... 4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit ....................... 4.4. Manajemen Risiko Kredit............................................................ 4.4.1. Identifikasi Risiko Kredit................................................... 4.4.2. Pengelompokan Risiko Kredit ........................................... 4.4.3. Pengukuran Tingkat Risiko Kredit .................................... 4.4.4. Pengelolaan dan pengendalain Risiko Kredit .................... 4.5. Besarnya Laba Bank Jabar Cabang Ciamis ................................. 4.6. Pengaruh Risiko Kredit Tehadap Laba ........................................ 4.6.1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ..................... 4.6.2. Analisis Regresi Linear Sederhana .................................... 4.6.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ............... 4.7. Strategi Bank Jabar ......................................................................
31 31 31 32 33 33 35 43 47 53 53 54 57 61 66 68 69 71 72 73
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 1. Kesimpulan ........................................................................................... 2. Saran ... .................................................................................................
75 75 76
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
78
LAMPIRAN..............................................................................................
80
vi
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Jenis kredit Bank Jabar........................................................
42
2. Jumlah kredit yang disalurkan.............................................
44
3. Dana pihak ketiga................................................................
45
4. PPAP minimum yang wajib dibentuk.................................
49
5. Persentase kolektibilitas kredit............................................
55
6. Persentase risiko kredit........................................................
59
7. Laba dari kredit....................................................................
67
8. Pedoman Interpretasi koefisien korelasi..............................
70
vii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Dimensi risiko dan kualitas................................................
15
2. Kerangka risiko kredit........................................................
16
3. Siklus manajemen risiko.....................................................
19
4. Kerangka pemikiran penelitian...........................................
23
5. Proses penetapan keputusan kredit pada Bank Jabar.........
36
6. Grafik Perbandingan kredit dengan DPK...........................
46
7. Grafik persentase kolektibilitas..........................................
56
8. Grafik pertumbuan jumlah debitur.....................................
57
9. Grafik perkembangan risiko kredit.....................................
60
10. Laba bersih periode Januari 2007-Desember 2007............
68
11. Tabel uji regresi dan korelasi.............................................
69
12. Hasil korelasi pearson product moment.............................
70
13. Hasil regresi linier sederhana.............................................
71
14. Perbandingan NPL, laba dari kredit dan laba.....................
74
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Alur pikir penelitian.............................................................
80
2. Diagram sebab akibat...........................................................
81
3. Coding data visual basic net................................................
82
4. Database visual basic net....................................................
88
5. Struktur organisasi...............................................................
91
6. Persyaratan permohonan kredit pada Bank Jabar................
92
7. Dana cadangan (PPAP)……………………………...…….
94
8. Data kolektibilitas…………………………………..……..
97
10.Hasil pengolahan MINITAB14.……………………..……
99
ix
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia mulai menunjukan perkembangan yang meningkat. Kepercayaan dari masyarakat sudah mulai terlihat, baik pada sisi penyimpanan uang dalam bentuk tabungan maupun peminjaman dalam bentuk kredit. Hal ini tentu saja membuat dunia perbankan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk nasabah. Alasannya yaitu untuk memperoleh nilai yang maksimum dari selisih antara bunga simpanan dan bunga kredit. Selain itu, perkembangan terlihat dari banyak bermunculan bank-bank baru dan semakin tingginya persaingan antar bank untuk mendapatkan nasabah. Sebagai lembaga intermediasi, bank menerima simpanan dari nasabah dan
meminjamkannya
kepada
nasabah
(unit
ekonomi)
lain
yang
membutuhkan dana. Atas simpanan masyarakat, bank memberikan imbalan berupa bunga. Demikian pula, atas pemberian pinjaman (kredit) bank mengenakan bunga kepada para peminjam. Dengan kata lain bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kepada para nasabah tanpa mengabaikan etika perbankan. Salah satu kegiatan utama bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perkreditan merupakan aktivitas terbesar pada perbankan. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana dari masyarakat banyak disimpan, maka alternative lain bank bisa menyalurkan dananya melalui pasar uang maupun pasar modal. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Apabila bank tidak melakukan alternative lain selain menyalurkan kredit maka bank akan mengalami kerugian, karena harus membayar bunga simpanan kepada masyarakat. Data Bank Indonesia menunjukan bahwa total kredit yang disalurkan perbankan mulai mengalami peningkatan. Kredit perbankan selama tahun
2
2007 mencatat pertumbuhan 25,5% atau melampaui target pertumbuhan perbankan tahun 2007 yaitu sebesar 22%. Hingga akhir tahun 2007, nilai kredit mencapai 1.045,7 triliun. Nilai kredit mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2006, dimana kredit perbankan hanya mencapai Rp 832,9 triliun (situs indovestor, 2008). Perkembangan ekonomi yang semakin global tentu membawa peluang dan risiko yang semakin besar. Risiko kredit merupakan masalah besar bagi dunia perbankan, dan lembaga keuangan pada umumnya. Dengan demikian, risiko kredit perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Setiap rupiah yang tidak tertagih menjadi kredit macet, yang kemudian menimbulkan biaya penyisihan dalam laporan laba/rugi. Kredit disamping memberikan sumbangan terbesar terhadap laba, kredit juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya usaha perbankan yaitu dengan tingginya risiko kredit. Besarnya risiko kredit ditunjukan dalam Non Performing Loan (NPL). Tingginya NPL menunjukan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kredit, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet termasuk dalam NPL. Semakin besar rasio NPL berarti risiko kredit semakin tinggi. Risiko terkait dengan adanya ketidakpastian. Risiko kredit ditimbulkan oleh debitur yang secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Risiko kredit perlu dikelola dengan baik karena apabila tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan proposi kredit yang bermasalah semakin besar, sehingga akan berdampak pada kondisi perbankan. Pada peta perbankan, salah satu kelompok bank yang turut berperan dalam menggerakkan perekonomian daerah adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). BPD sebagai pemegang kas daerah, dalam kegiatannya berfungsi melakukan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha kecil dan kredit mikro. Fungsi Bank Pembangunan diatur melalui Undang-Undang Nomor 13
3
Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah. Dalam undang-undang no. 13 tahun 1962 disebutkan bahwa BPD memberikan pinjaman untuk keperluan usaha kecil, kredit mikro dan para pengusaha. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank Jabar) sebagai salah satu lembaga perbankan yang berfungsi sebagai alat kelengkapan ekonomi dan pembangunan daerah yang merupakan subsistem perekonomian nasional mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Sebagai salah satu alat kelengkapan otonomi daerah, Bank Jabar mempunyai misi dan fungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan daerah, melaksanakan pengelolaan keuangan daerah, dan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Bank Jabar tidak hanya menyimpan dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Dalam operasionalnya Bank Jabar Cabang Ciamis lebih banyak menyalurkan kredit daripada menyimpan dana dari masyarakat. Dalam menyalurkan dana dari masyarakat, bank wajib melaksanakan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan bank dan nasabahnya sesuai dengan peraturan perbankan. Hal ini dikarenakan pemberian kredit merupakan kegiatan usaha pokok bank yang mengandung resiko tinggi dan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar potensi menimbulkan risiko. Kemungkinan terjadinya risiko kredit akan merugikan dan berpengaruh terhadap citra perusahaan, selain itu risiko yang terjadi akan mempengaruhi terhadap kinerja perbankan (Dendawijaya, 2005). Pengendalian pada Risiko kredit tentu dilakukan oleh setiap bank. Pengendalian tersebut diantisipasi oleh kualitas suatu sistem manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalkan risiko kredit. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternative dalam perumusan strategi tata kelola perusahaan.
4
1.2. Perumusan Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi dimana menyimpan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit, kemungkinan mengalami risiko. Salah satunya adalah risiko pada kredit yang telah disalurkan. Laba yang sudah ditargetkan bank akan terganggu saat debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya, sehingga menyebabkan tingginya risiko kredit. Dalam Penelitian ini, besarnya risiko kredit ditunjukan dalam Non Performing Loan (NPL). Tingginya NPL menunjukan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kreditnya, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit. Semakin besar rasio NPL maka risiko kredit semakin tinggi. Hal ini perlu diantisipasi oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalkan potensi kerugian yang dihadapi oleh Bank Jabar Cabang Ciamis. Oleh karena itu permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis? 2. Bagaimana manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis? 3. Bagaimana laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis? 4. Bagaimana rasio NPL terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis. 3. Meganalisis laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. 4. Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis.
5
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah serta mampu memberikan gambaran tentang perkreditan terutama tentang pengaruh risiko kredit terhadap laba. Selain itu penulis dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan alternative untuk melaksanakan keputusan-keputusan perusahaan terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang dihadapi sehingga dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Bagi
masyarakat,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
pengetahuan dan berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya.
1.5. Batasan Masalah Penelitian ini tentang analisis sistem manajemen risiko kredit dan pengaruhnya terhadap laba. Dimana dalam penelitian ini terfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis, manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis, rasio NPL, dan pengaruh rasio NPL terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Proses perhitungannya akan diolah dengan menggunakan model program komputer yaitu Visual Basic Net 2008.
6
25
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank Pengertian bank pada awalnya dikenal sebagai tempat menukar uang atau meja tempat menukarkan uang. Kemudian pengertian bank berkembang menjadi tempat penyimpanan uang dan seterusnya. Pengertian ini tidaklah salah, karena pengertian pada saat itu sesuai pada kegiatan perbankan, maka pengertian Bank pun berubah pula. Di bawah ini beberapa pengertian Bank : Menurut Kasmir (2004), bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Secara sederhana dapat diartikan bank
sebagai
lembaga
keuangan
yang
kegiatan
utamanya
adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Tiga kegiatan utama bank yaitu: 1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. 2. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan.
7
Apabila dilihat dari fungsinya, menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998, bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 1. Bank Umum, yaitu bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.2. Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam dimulai dari kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin kerditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar secara cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian (Kasmir, 2004). Menurut UU Perbankan No. 7 Tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Suyatno (1991), kredit adalah suatu kepercayaan, maksudnya adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Dari pengertian-pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya kredit itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang tersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain yang lazim disebut kreditur.
8
2. Adanya pihak yang membutuhkan atau meminjam uang, barang atau jasa yang lazim disebut debitur. 3. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur. 4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur. 5. Adanya perbedaan waktu antara persetujuan pemberian kredit dan pelunasan. 6. Adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberi dan pelunasannya. 7. Adanya bunga yang harus ditanggung oleh debitur kepada kreditur.
2.2.1. Jenis-jenis Kredit Menurut
Kasmir
(2004),
beragam jenis
kegiatan
usaha
mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kredit. Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh Bank dilihat dari berbagai segi diantaranya: 1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Kredit yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru. Masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama. b. Kredit modal kerja Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasinya. 2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. b. Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan.
9
c. Kredit Perdagangan Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk
membeli
barang
dagangan
yang
pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunkan untuk kebutuhan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Kredit yang jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau diatas 5 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang. 4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan jaminan tertentu. Jaminan dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit tanpa jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Bisa berupa jangka pendek atau jangka panjang.
10
b. Kredit Peternakan Kredit diberikan untuk sektor peternakan biasanya untuk jangka waktu yang relatif pendek. c. Kredit Industri Kredit yang digunakan untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit Pertambangan Kredit untuk usaha tambang, biasanya dalam jangka panjang. e. Kredit Pendidikan Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit Profesi Kredit yang diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter dan pengacara. g. Kredit Perumahan Kredit
untuk
membiayai
pembangunan
atau
pembelian
perumahan dan sektor-sektor usaha lainnya.
2.2.2. Prinsip-prinsip Penilaian Kredit Menurut Kasmir (2004), sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benarbenar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan kredit, maka dilakukan dengan analisis 5C. Prinsip-prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C, diantaranya: 1. Character (karakter), merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya.
11
2. Capacity (kemampuan), analisis ini untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba. 3. Capital (modal), biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. 4. Conditional (kondisi), dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. 5. Collateral (jaminan), jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian, sehingga bank dapat terhindar dari kerugian tersebut.
2.3. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Menurut Dendawijaya (2005), perkembangan pemberian kredit yang tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit bermasalah. Kredit bermasalah timbul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban oleh debitur untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati antara bank dan nasabah. Semakin besar NPL maka menunjukan tingginya risiko kredit. Kredit bermasalah merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah melewati sembilan puluh hari atau telah melewati jatuh tempo. Kredit bermasalah dapat diartikan juga sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau karena faktor ekternal diluar kemampuan debitur yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Tidak semua kredit bermasalah merupakan kredit macet. Jika ditangani dengan baik dan tepat, kredit bermasalah pasti bisa diselesaikan.
12
Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas berdasarkan surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1999 tentang kualitas aktiva produktif pasal 4 bahwa kredit digolongkan ke dalam kredit lancar (pass), kredit dalam perhatian khusus (spesial mention), kredit kurang lancar (substandar), kredit diragukan (doubtfull) dan kredit macet (loss). 1. Kredit lancar (pass), adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. Kriterianya : a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu. b) Memiliki mutasi rekening yang aktif. c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai. 2. Kredit dalam perhatian khusus (special mention) a) Pembayaran angsuran dan bunga mengalami penunggakan kurang dari 90 hari. b) Mutasi rekening relatif aktif. c) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. d) Didukung oleh pinjaman baru. 3. Kredit kurang lancar (sub standar), merupakan kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang telah dijanjikan. Kriteria : a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga lebih dari 90 hari. b) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah. c) Pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari. d) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. e) Dokumentasi pinjaman yang lemah. 4. Kredit diragukan (doubt full), merupakan kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali jadwal yang diperjanjikan. Kriteria : a) Tunggakan angsuran pokok dan bunga telah melampaui 180 hari. b) Kapitalisasi bunga.
13
c) Dokumentasi hukum lebih baik untuk perjanjian kredit maupun pengikat jaminan. 5. Kredit macet (loss), kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan bunga telah mengalami penundaan lebih dari 9 bulan menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Kriterianya diantaranya: - Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari - Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru Kredit yang termasuk dalam kategori Non Performing Loan (NPL) atau disebut juga kredit bermasalah adalah kredit yang kolektibilitasnya tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.
2.4. Risiko 2.4.1. Pengertian Risiko Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya keadaan ketidakpastian dan tingkat ketidakpastian terukur secara kuantitatif. Risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian lain yang sering digunakan
bahwa
risiko
adalah
ketidakpastian
yang
bisa
dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian dan kehilangan. Risiko juga dapat diartikan sebagai penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran atau harapan. Menurut Hardanto (2006), resiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya bad outcome (hasil yang buruk) dan besarnya peluang dapat diestimasikan.
2.4.2. Jenis-jenis Risiko Macam-macam Risiko menurut Riyadi (2004), diantaranya: 1. Liquidity risk (risiko likuiditas), adalah risiko yang timbul karena tidak dapat dipenuhinya kewajiban pada saat dibutuhkan, yang diakibatkan oleh tidak cukupnya alat likuiditas pada bank (jangka pendek).
14
2. Interest rate risk (risiko tingkat bunga), risiko yang timbul karena perubahan tingkat bunga, sebagai akibat mismatch position yang dilakukan bank, yaitu perbedaan bunga antara sumber dana dengan penggunaan dana, yang diakibatkan oleh berfluktuasinya tingkat bunga dipasar uang. 3. Credit risk (risiko kredit), risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarkan. 4. Management risk (risiko manajemen), risiko yang timbul dari dalam bank itu sendiri antara lain kerusakan lain pada aktiva tetap atau sumber daya lainnya atau mungkin menyangkut tidak tersedianya aktiva yang diperlukan pada saat diperlukan tepat pada waktunya. 5. Exchange risk (risiko nilai tukar), risiko yang timbul karena adanya perubahan exchange rate yang sangat fluktuatif. 6. Soverign risk (risiko pemerintah), risiko yang timbul karena suatu negara debitur melarang pembayaran suatu utang kepada kreditur di negara lain. 7. Legal risk (risiko hukum), risiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari pelanggaran peraturan atau yang ditimbulkan karena aspek yuridis yang berkaitan dengan kegiatan operasional yang secara legal dan tidak memberikan perlindungan yang memadai bagi bank.
2.5. Risiko Kredit Menurut Hardanto (2006), mengemukakan bahwa risiko kredit adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang gagal memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Dengan kata lain, risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak membayar utangnya. Risiko kredit timbul dari beberapa kemungkinan sebagai berikut : A. Debitur tidak dapat melunasi utangnya. B. Obligasi yang dibeli Bank, tidak membayar kupon dan atau pokok utang. C. Terjadinya non-performance (gagal bayar) dari semua kewajiaban antara bank dengan pihak lain.
15
Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor yaitu besarnya eksposur kredit dan kualitas eksposur kredit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman itu sendiri. Semakin besar pinjaman semakin besar juga tingkat eksposur kredit. Kualitas eksposur dicerminkan oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan, semakin rendah kualitas kredit maka semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi (Djohanputra, 2004). Untuk lebih jelasnya pada Gambar 1 dibawah ini.
Eksposur Kredit
Kuantitas Risiko Kredit
Probabilitas Gagal Bayar
Dimensi Risiko
Kualitas Jaminan
Kualitas Risiko Kredit
Probabilitas Likuidasi Jaminan
Gambar 1. Dimensi risiko dan kualitas (Djohanputro, 2004) Menurut Sastradipoera (2001),
risiko kredit merupakan salah satu
risiko yang umum dihadapi oleh bank dalam pemberian kredit. Risiko kredit mengambil bagian terbesar dalam kegiatan perbankan karena pemberian pinjaman dan investasi merupakan bagian terbesar dalam aktiva bank. 1. Risiko kredit timbul karena ketidakpastian pelunasan pinjaman oleh debitur. Kegagalan memenuhi perjanjian pelunasan sebagian atau seluruhnya. 2. Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh investasi yang tidak memberikan pendapatan atau bisa dikatakan risiko yang mengakibatkan pengurangan aktiva modal.
16
Penyebab-penyebab risiko dijelaskan pada Gambar 2. Kebangkrutan Nasabah
Gagal Bayar
Kesulitan Keuangan Nasabah
Potensi Gagal Bayar
Ambang Batas Kriteria Kesehatan Tidak dipenuhi
Penurunan Peringkat Nasabah
Penurunan Kinerja Nasabah
Pelanggaran Kontrak
Kelemahan Kontrak Kredit
Potensi Pelanggaran Kontrak
Risiko Kredit
Gambar 2. Kerangka risiko kredit (Djohanputro, 2004) Jadi, risiko kredit adalah risiko yang muncul akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Akibatnya, penghasilan bank yang sebagian besar dari kredit akan terganggu.
2.6. Pengelolaan Risiko Kredit Menurut Djohanputra (2004), Ada beberapa cara pengelolaan risiko kredit, diantaranya: 1. Penyaringan Cara ini menekankan pada pencegahan agar gagal bayar terhindar. Perlu tim yang baik untuk melakukan analisis dan pemeringkatan nasabah sehingga nasabah yang melakukan moral hazard dan morale hazard bisa dikeluarkan dari daftar calon nasabah. 2. Program Pembatasan Perusahaan menetapkan kebijakan untuk membatasi besarnya kredit yang diterima oleh satu nasabah atau satu grup nasabah. Dunia perbankan mengenal BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) atau 3L (Legal
17
Leding Limit) yang bertujuan untuk membatasi pemberian kredit yang berlebihan kepada nasabah. 3. Diversifikasi Kredit Perusahaan menetapkan kebijakan mengenai diversifikasi pinjaman yang dikaitkan dengan pembatasan diatas. Kebijakan diversifikasi dapat berupa: a. Sebaran kredit berdasarkan perusahaan. b. Sebaran kredit berdasarkan industri. c. Sebaran kredit berdasarkan ukuran perusahan. d. Sebaran kredit berdasarkan sektor.
2.7. Pendekatan Sistem pada Manajemen Risiko 2.7.1. Pengertian Sistem Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu systema, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan system, mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Menurut Eriyatno (1999), suatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks seperti sistem transportasi. Namun tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna. Ilmu sistem ditumbuh kembangkan untuk merangkai secara utuh komponen-komponen yang berharga dari pengetahuan spesialis, dan mewujudkannya menjadi gambaran yang
18
jelas. Teori sistem dimanfaatkan untuk mempelajari kenyataan akan aturan yang sistematik dan ketergantungan (interdependency) di dunia.
2.7.2. Definisi Manajemen Risiko Menurut Sofyan (2005), manajemen risiko adalah usaha seorang manajer untuk mengatasi kerugian secara rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah caracara
yang
digunakan
manajemen
untuk
menangani
berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur dan menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan. Menurut Darmawi (2004), program manajemen risiko bertugas mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Menurut Ali (2006), terdapat suatu proses yang mengaitkan suatu kegiatan dalam kegiatan lainnya dalam risiko manajemen sebagai suatu disiplin ilmu yang formal menjadi suatu rangkaian tindakan dalam mengendalikan berbagai risiko. Bagi perbankan risiko manajemen merupakan proses yang berkelanjutan dalam upaya menekan pengaruh buruk risiko.
2.7.3.
Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan Gambar 3.
19
Evaluasi pihak berkepentingan
Identifikasi Risiko
Pengawasan dan pengendalian
Pengukuran risiko
Model Pengelolaan Risiko Keterangan :
Pemetaan Risiko
Hubungan Langsung Hubungan tidak Langsung
Gambar 3. Siklus manajemen risiko (Djohanputro,2004) Penjelasan tahapan-tahapan siklus manajemen risiko, yaitu: 1. Identifikasi risiko, pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama yaitu dengan melakukan analisis pihak berkepentingan. 2. Pengukuran risiko, pada tahap ini perusahaan mengukur seberapa besar kemungkinan risiko yang akan terjadi. Mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau exposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko terjadi. 3. Pemetaan risiko. Pada tahap ini bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas disebabkan karena keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. 4. Model pengelolaan risiko, pada tahap ini pengelolaan risiko yang diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko kredit secara konvensional, penetapan model risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. 5. Monitor dan pengendalian, pada tahap ini perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai
20
dengan rencana. Untuk memastikan model yang diterapkan cukup efektif dan bagaimana risiko ini berkembang.
2.8. Laba Bank Laba merupakan selisih dari total pendapatan dan total biaya, dimana laba akan diperoleh jika total pendapatan lebih besar dari pada total biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain bisa mengetahui keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang diderita oleh perusahaan selama periode tertentu (Jusuf,1996). Menurut Sastradipoera (2001), laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) diatas pengeluaran (expenditure) bank. Jadi untuk mengetahui laba atau pendapatan suatu perusahaan (Bank) harus mengetahui terlebih dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
2.9. Model Program Komputer 2.9.1. Pengertian Sistem Program Komputer Sistem program komputer diartikan sebagai kelompok elemenelemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Suatu sistem program komputer memiliki susunan dasar yang sama, yaitu proses peralihan sumberdaya input menjadi sumberdaya output. Sumberdaya mengalir dari elemen input melalui elemen transformasi dan dilanjutkan ke elemen output (McLeod, 2004).
2.9.2. Pengertian Model Program Komputer Menurut McLeod (2004), model program komputer merupakan suatu representasi sistem berbentuk informasi yang tertuang dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh suatu pengolah informasi.
21
2.9.3. Bahasa Komputer Visual Basic Net Menurut Wardhana (2007), program Visual Basic Net (disingkat VBNet) adalah bahasa pemprograman yang menawarkan banyak kemudahan dibandingkan versi-versi sebelumnya, antara lain teknik pemograman yang dapat dibuat lebih terstruktur. Bahasa pemograman VBNet sudah benar-benar bahasa berbasis objek (Object Oriented Programming), sedangkan pendahulunya belum total sebagai bahasa berbasis objek. Aplikasi dan komponen yang ditulis di VBNet juga mempunyai akses penuh ke net framework. Dimana net framework sendiri merupakan suatu himpunan file-file pustaka yang telah terorganisir dan berguna sebagai fasilitas untuk sistem dan aplikasi.
2.10 .Hasil Penelitian Terdahulu Khotimah (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas pada Bank Negara Indonesia 46 (BNI) Cabang ITB Bandung. Ada dua variabel yang digunakan, yaitu risiko kredit sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikat dengan indikator Return On Assets. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan lapangan, dengan bantuan metode analisis statistik inferensial untuk mengolah, menghasilkan serta membuat kesimpulan melalui alat uji statistik korelasi pearson dengan menggunakan uji 2 (dua) pihak, untuk mengetahui besar pengaruhnya dapat ditentukan dengan mencari koefisien determinasi. Dari analisis yang dilakukan dengan mengolah data laporan keuangan periode 2000-2004, diperoleh risiko kredit dan profitabilitas cenderung berubah positif yang berarti bahwa semakin besar jumlah kredit yang diberikan semakin besar pula profitabilitas yang akan didapat. Sebesar 84,1% risiko kredit memberikan kontribusinya terhadap peningkatan profitabilitas bank, 15,9% pendapatan profitabilitas ditentukan oleh faktor lain seperti payment point, selisih kurs, biaya pemeliharaan rekening.
22
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Bank sebagai lembaga intermediasi menerima simpanan dari nasabah dan
meminjamkannya
kepada
nasabah
(unit
ekonomi)
lain
yang
membutuhkan dana. Atas simpanan masyarakat, bank memberikan imbalan berupa bunga. Demikian pula, atas pemberian pinjaman (kredit) bank mengenakan bunga kepada para peminjam. Dalam menjalankan fungsinya tersebut bank dihadapkan pada berbagai kondisi ketidakpastian yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Risiko ketidakpastian yang dihadapi bank tidak hanya dari faktor eksternal namun juga dari faktor internal bank. Bank dalam melakukan usahanya pasti mempunyai tujuan. Tujuannya tentu saja untuk menjaga kelangsungan hidupnya melalui kegiatan-kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Salah satu cara untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin adalah dengan meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat. Kredit merupakan usaha perbankan yang menguntungkan dan memberikan kontribusi yang besar dalam memperoleh keuntungan. Kredit disamping memberikan sumbangan terbesar terhadap laba, kredit juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya usaha perbankan yaitu dengan tingginya risiko kredit. Dalam penelitian ini besarnya risiko kredit ditunjukan dalam Non Performing Loan (NPL). Tingginya NPL menunjukan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kreditnya. Dimana risiko terkait dengan adanya keadaan ketidakpastian dan tingkat ketidakpastian terukur secara kuantitatif. Risiko kredit bisa saja terjadi, hal ini ditimbulkan karena debitur secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan atau turunnya kualitas debitur sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Risiko kredit akan berpengaruh terhadap tingkat laba yang diperoleh. Tingkat laba yang telah diprediksikan akan terganggu pada saat debitur tidak
23
mampu mengembalikan pinjamannya kepada bank. Seberapa besar pengaruhnya suatu bank belum mampu memprediksikan karena risiko kredit bisa saja terjadi tergantung kepada keadaan debitur atau nasabah. Peningkatan risiko kredit perlu diantisipasi oleh kualitas manajemen risiko kredit, hal ini untuk meminimalisir potensi kerugian. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu masukan alternative dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Secara keseluruhan alur proses penelitian (Lampiran 1) dan diagram sebab akibat (Lampiran 2). Kerangka penelitian dapat dilihat dalam Gambar dibawah ini: Bank Jabar Cabang Ciamis
Pemberian Kredit
Risiko Kredit
Faktor-Faktor
Analisis
Risiko Kredit
Deskriptif
Manajemen Risiko Kredit
Identifikasi Risiko Kredit
Pengukuran Tingkat Risiko Kredit Dilihat dari Besarnya Rasio NPL
A. Korelasi Pearson
Product Momen Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit
B. Regresi Linear Sederhana
Laba Strategi Perusahaan
C. Uji F
Analisis Deskripif
24
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Cabang Ciamis Jl. Jendral Sudirman No. 71 Ciamis, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2007 sampai Februari 2008.
3.3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer diperoleh melalui pencatatan, pengumpulan data, wawancara langsung dengan para analis kredit. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data historis, studi literatur, majalah, koran, laporan penelitian, laporan keuangan yang diterbitkan bank maupun internet.
3.4. Metode Pemilihan Sampel Metode pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan dengan non probability sampling, dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu oleh penulis. Pada penelitian ini, prosedur penarikan contoh yang dipilih adalah purposive sampling, yaitu merupakan teknik dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2006). Sampel berupa data tentang kredit yang bermasalah, jumlah kredit yang disalurkan dan laba yang dihasilkan
3.5. Analisis dan Pengolahan Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode statistik, yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis korelasi pearson product moment, analisis regresi linear sederhana dan diolah dengan menggunakan Visual Basic Net dan Minitab14.
25
3.5.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiono, 2006).
3.5.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment Korelasi pearson product moment adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi. Dalam Sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson product moment yaitu:
rxy =
n∑XiYi − ( ∑Xi )(∑Yi) 2
2
2
2
…………(1)
√{ n ∑Xi − ( ∑Xi) } { n ∑Yi − ( ∑Yi) }
Dimana: Y = variabel terikat ( laba bank) X = variabel bebas (tingkat risiko kredit) n = lamanya periode
3.5.3. Analisis Regresi Linear Sederhana Metode ini didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal suatu variabel independent dengan satu variabel dependent. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu tingkat risiko kredit (variabel bebas atau independent) dan laba bank (variabel terikat atau dependent). Untuk menganalisis apakah risiko kredit mempengaruhi terhadap laba, maka digunakan model regresi linear sederhana. Langkah-langkah perumusan model analisis regresi, sebagai berikut :
26
a. Menentukan tingkat risiko kredit (X) dengan cara membandingkan total Non Performing Loan (NPL) dengan total kredit yang disalurkan rumusnya yaitu: NPL Rasio NPL =
…….…………………………..(2) Total Kredit
b. Memperoleh data laba bank (Y), data diambil langsung dari laporan laba rugi Bank Jabar Cabang Ciamis. Dalam penelitian ini laba yang diteliti adalah laba keseluruhan atau laba bersih yang dihasilkan oleh bank. c. Mengolah dan menganalisis data untuk mengetahui pengaruh risiko kredit terhadap laba dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana yang memprediksi sejauh mana nilai variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: 1. Membuat tabel pengelompokan data untuk variabel X dan variabel Y. 2. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk Kalimat: Ha: terdapat hubungan fungsional linier dan signifikan antara variabel X dan Y. Ho: tidak terdapat hubungan fungsional yang linier dan signifikan antara variabel X dan Y 3. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk Statistik Ha : r ≠ 0 Ho : r = 0 4. Buatlah tabel untuk mempermudah 5.
Menghitung variabel yang ada dalam rumus : Y = a + bX
…………………………………...(3)
27
Nilai a dapat diketahui dengan Rumus : ( ∑Y )( ∑X2 ) − ( ∑X )(∑XY) a=
2
n ∑X − ( ∑X)
…………………...(4)
2
Sedangkan untuk nilai b dengan rumus : n ( ∑XY) − ( ∑X )(∑Y) b =
2
n ∑X − ( ∑X)
2
………………………....(5)
Dimana: Y = variabel terikat ( laba bank) X = variabel bebas (tingkat risiko kredit) a = nilai Konstan b = koefisien arah regresi n = lamanya periode 6.
Masukan nilai a dan b ke dalam persamaan regresi
3.5.4. Uji Serempak (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F adalah: 1. Merumuskan Hipotesis a) H0 : β1 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b) H1 : βj ≠ 0 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen
28
secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan F tabel a) F α
(k-1, n-k)
b) Taraf nyata (α) = 0,05, yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. c) Derajat bebas pembilang = k d) Derajat bebas penyebut = n - (k + 1) 3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program Minitab14. 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α.
3.6.
Model Program Komputer Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Laba 3.6.1. Pengertian Sistem Program Komputer Sistem program komputer diartikan sebagai kelompok elemenelemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Suatu sistem program komputer memiliki susunan dasar yang sama, yaitu proses peralihan sumberdaya input menjadi sumberdaya output. Sumberdaya mengalir dari elemen input melalui elemen transformasi dan dilanjutkan ke elemen output (McLeod, 2004).
29
3.6.2. Pengertian Model Program Komputer Menurut McLeod (2004), dikatakan bahwa model program komputer merupakan suatu representasi sistem berbentuk informasi yang tertuang dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh suatu pengolah informasi.
3.6.3. Pendekatan dan Analisis Sistem Data dari hasil yang telah didapatkan akan diolah dengan menggunakan model komputer Visual Basic Net 2008. Menurut Krisna D. Octovhiana visual basic adalah salah satu bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual basic pada dasarnya merupakan salah satu development tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi windows. Visual basic adalah salah satu bahasa pemograman komputer yang mendukung object (Object Oriented programming = OOP). Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model program komputer untuk menghitung dan menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Model program komputer yang digunakan dalam pengembangan model adalah bahasa visual basic net 2008. Visual basic net 2008 (disingkat VBNet 2008) menawarkan banyak kemudahan dibandingkan versi-versi sebelumnya terutama dengan visual basic 6 antara lain bahasa pemograman di dalamnya benar-benar bahasa berbasis objek (Object Oriented Programming). Tujuan utama dari penggunaan bahasa komputer ini ke dalam penelitian adalah untuk menciptakan hasil perhitungan keadaan aktual, efisien dan akurat. Selain itu bertujuan untuk melihat pengaruh risiko kredit terhadap laba pada masa yang akan datang dengan melakukan
30
asumsi terhadap persentase penurunan maupun peningkatan risiko kredit dan laba yang dikaitkan dengan strategi-strategi perusahaan. Model program komputer dalam penelitian ini terdiri dari database. Dimana program ini dibuat dengan menggunakan coding data (Lampiran 3), dan datanya tersimpan dalam databesnya (Lampiran 4). Outcome dari model komputer yang digunakan adalah berupa : 1. Dana pihak ketiga Meliputi sumber dana pihak ketiga yang didapatkan dari masingmasing produk yang ditawarkan seperti giro, tabungan, simpanan berjangka, kewajiban bank lain dan kewajiban lainnya. Dana pihak ketiga ini digunakan untuk membandingkan antara kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang didapatkan. 2. Laba dari kredit Meliputi laba kredit, provisi, fee kredit kelolaan. Data ini digunakan untuk membandingkan laba yang didapatkan dari kredit dengan laba bersih Bank Jabar Cabang Ciamis. 3. Data kolektibilitas Meliputi baki debet dari masing-masing kolektibilitas (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, macet), jumlah debitur dari masing-masing kolektibilitas. Data ini digunakan untuk mengetahui besarnya rasio NPL yang menunjukan besarnya risiko kredit. 4. Laba Laba ini didaptkan dari penjumlahan laba bersih Bank Jabar Cabang Ciamis. Data ini digunakan untuk mengetahui pengaruh risiko kredit terhadap laba. 5. Hasil analisis Dimana terdapat hasil perhitungan dengan menggunakan metode korelasi pearson product moment dan regresi linear sederhana.
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat adalah Bank milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat, bersama-sama dengan Pemerintah Kota/ Kabupaten se-Jawa Barat dan Banten, didirikan berdasarkan surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961 dengan modal dasar pertama kali ditetapkan sebesar Rp. 2.500.000,00. Pada tahun 1978 untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tahun 1992 aktifitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84.KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan ”Bank Jabar”dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI Tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Persero Terbatas (PT).
32
Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No.2/18/DpG/DPIP tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dua banking sistem, yaitu memberikan layanan perbankan dengan program konvensional dan program syariah. Untuk memberikan keleluasaan dalam melaksanakan ekspansi usaha, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada tanggal 16 April 2001, disetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp.1 triliun. Seiring dengan tuntutan era globalisasi, bentuk badan hukum Bank Jabar sebagai Perseroan Terbatas (PT) membuka peluang untuk lebih memperluas ruang gerak operasional sekaligus mengubah image Bank Jabar yang selama ini terbatas melayani masyarakat Daerah Propinsi Jawa Barat saja, menjadi sebuah Bank Daerah yang berwawasan global. Berdasarkan keputusan RUPS Bank Jabar tanggal 22 April 2002, pemegang saham Bank Jabar bertambah lagi dengan masuknya Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi dan Pemerintah Daerah Propinsi Banten.
4.1.2. Visi, Misi dan Fungsi Sebagai bank yang sedang berkembang, Bank Jabar terus berusaha meningkatkan kinerja dan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya guna mendukung visi Bank Jabar yaitu menjadi bank yang terbesar dan sehat yang berkantor pusat di Bandung pada tahun 2005. Sebagai salah satu alat kelengkapan otonomi daerah, Bank Jabar mempunyai misi dan fungsi sebagai berikut : 1. Penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah. 2. Melaksanakan pengelolaan usaha daerah. 3. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
33
4.1.3. Struktur Organisasi Bank merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang tata kerjanya memerlukan banyak orang maka diperlukan penyusunan organisasi yang teratur dan disusun secara tersendiri sehingga terlihat suatu kerjasama yang baik antara pemimpin dan karyawan
bank.
Berdasarkan
SK
Direksi
PT.
Bank
Jabar
No.265/SK/DIR-Ppn/2002 tanggal 24 Juni 2002 tentang Struktur Organisasi PT Bank Jabar, manajemen PT Bank Jabar terdiri dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi yang dibantu oleh para Pemimpin. Suatu organisasi yang salah menyebabkan simpang siurnya tata laksana pekerjaan karena batas-batas yang kurang jelas, karena itu organisasi sangat penting atau pokok bila bank ingin bekerja secara efektif dan efisien dengan tidak mengurangi dan mempengaruhi terhadap pelayanan masyarakat yang pada akhirnya tercapai tujuan organisasi yang dikehendaki. Tujuan dari organisasi antara lain : a. Memudahkan pelaksanaan tugas. b. Memudahkan pengawasan. c. Kegiatan bawahan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. d. Menentukan dan memeperoleh bawahan yang dibutuhkan. Untuk kelancaran pembagian tugas di Bank Jabar, Bank Jabar memiliki struktur organisasi yang jelas (Lampiran 5).
4.1.4. Kegiatan Usaha Bank Jabar Pada dasarnya semua bank mempunyai fungsi usaha seperti Bank Jabar. Berdasarkan Peraturan Daerah No.10 tahun 1992, Bank Jabar
mempunyai
misi
membantu
dan
mendorong
kegiatan
pembangunan nasional di daerah Jawa Barat, dalam rangka pembangunan nasional dengan jalan melakukan usaha-usaha bank. Sesuai dengan misi diatas Bank Jabar mempunyai fungsi antara lain: sebagai Bank umum, Bank devisa, pemegang kas daerah, pemegang
34
gaji dan pensiunan pegawai otonomi serta pembinaan Bank Rakyat (BPR) Pemda. Dalam memenuhi fungsi tersebut Bank Jabar melakukan kegiatan usaha, diantaranya : 1. Penghimpun dana a. Giro, rekening giro Bank Jabar dirancang khusus untuk memberikan keuntungan dan keleluasaan dalam melakukan transaksi baik penarikan maupun penyetoran. b. Tabungan, jenis tabungan pada Bank Jabar Cabang Ciamis diantaraya: 1) Tabungan Anda Masa Datang (TANDAMATA), tabungan ini hanya
diselenggarakan
oleh
Bank
Jabar,
sehingga
kesempatan mendapatkan hadiah lebih besar. Keuntungan yang
diperoleh
antara
lain:
mudah,
aman,
dan
menguntungkan. 2) Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA), merupakan tabungan yang di selenggarakan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) seluruh Indonesia. c. Simpanan Berjangka, deposito lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan setelah jatuh tempo. Bunga yang diberikan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan giro dan tabungan. 2. Penyaluran Kredit Kegiatan penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bisnis Bank Jabar sebagai lembaga bank devisa yang bertugas untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kredit yang disalurkan Bank Jabar dalam bentuk kredit jangka pendek (kredit lancar) dan kredit jangka panjang. Kredit yang diberikan di Bank Jabar Cabang Ciamis diantaranya: a. Kredit investasi, yaitu fasilitas kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru, masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
35
b. Kredit modal kerja, fasilitas kredit yang digunakan bagi keperluan menambah modal kerja usaha perorangan/badan hukum. Fasilitas ini dapat digunakan untuk pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dagangan, biaya operasional. c. Kredit
profesi,
mengembangkan
yaitu
kredit
jenis-jenis
yang
pekerjaan
diberikan yang
untuk
memerlukan
keahlian khusus. d. Kredit Abdi Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang diberikan untuk karyawan atau karyawati Bank Jabar. e. Kredit Multi Guna Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang diberikan bagi pegawai negeri dan pensiunan PNS berpenghasilan tetap. f. Kredit Wira Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang diberikan bagi para pegawai negeri berpenghasilan tetap yang memiliki bidang usaha sampingan atau yang membuka usaha jasa sosial masyarakat.
4.1.5 Prosedur Pemberian Kredit Sebelum debitur memperoleh kredit, terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan mulai dari pengajuan kredit, kelengkapan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit, perjanjian kredit sampai pada realisasi kredit, pengawasan kredit dan pengembalian kredit (pelunasan kredit, penambahan kredit, kredit bermasalah). Dimana pada Bank Jabar memiliki Pedoman Pelaksanaan Pemberian Kredit (PPPK) dengan tujuan: 1. Memuat peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan mengenai pemberian kredit yang berlaku dilingkungan Bank Jabar. 2. Sebagai pedoman kerja bagi pejabat dan pengurus perkreditan. 3. Merupakan salah satu alat penelitian terhadap proyek-proyek yang mengharapkan bantuan pembiayaan bank. Pada saat proses pemberian kredit, pihak bank harus selektif dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Bank Jabar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi. Diperlukan
36
tahapan yang jelas dan sesuai dalam pemberian kredit. Gambar 5 merupakan proses penyaluran kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Tahap Pendahuluan a) Pertukaran informasi dengan wawancara b) Pengajuan permohonan kredit dengan mengisi formulir c) Dokumen harus dilampirkan d) Pengajuan izin proses permohonan kredit
Tahap Analisis Kredit : a) Penelitian keabsahan b) Penelitian lapangan c) Menentukan jumlah maksimum kredit
Tahap Keputusan Kredit a) Terima/ tolak kredit
Perjanjian Kredit dan Realisasi Kredit
Ditolak
Gambar 5. Proses penetapan keputusan kredit Bank Jabar 1.
Pengajuan kredit Tahap pendahuluan dimana terjadi pertukaran informasi antara karyawan yang berwenang dengan calon debitur mengenai ketentuan dan persyaratan kredit. Apabila calon debitur tertarik terhadap kredit yang ditawarkan
maka akan mengajukan
permohonan kredit yang dilengkapi dengan persyaratan yang telah ditentukan (Lampiran 6). Setelah data dan persyaratan sudah lengkap, maka permohonan kredit akan diproses lebih lanjut. 2. Analisis kredit Tahap berikutnya adalah analisis kredit baik dari kelengkapan persyaratan maupun dari layak atau tidaknya calon debitur tersebut mendapatkan kredit. Analisis dilakukan untuk meyakinkan bank bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang
disalurkan
pasti
kembali.
Karena
jika
salah
dalam
menganalisis calon debitur, maka kredit yang disalurkan akan sulit ditagih atau macet. Proses analisis pengajuan kredit diantaranya mencakup:
37
a.
Analisis data nasabah Bank melakukan analisis untuk membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada seperti KTP, jaminan, kartu keluarga, tempat bekerja, alamat. Di Bank Jabar Cabang Ciamis apabila nasabah kurang persyaratannya maka pihak bank akan menghubungi nasabah untuk melengkapi persyaratnnya.
b. Analisis data penghasilan Dalam tahap ini, pihak bank akan melihat kesesuaian penghasilan nasabah. Penghasilan disesuaikan antara data yang diisi oleh nasabah dengan penghasilan sesungguhnya. Dimana untuk kredit konsumtif bisa didapatkan informasi dan surat keterangan dari bendahara kantor dan kepala atau pimpinan tempat bekerja. Untuk kredit konsumtif kebanyakan debiturnya adalah PNS dan pensiunan, dimana jumlah maksimum angsuran 60% dari total gaji. Sedangkan untuk kredit investasi dan modal kerja, analisis penghasilan dilakukan dengan melihat laporan keuangan dan peninjauan langsung ke lapangan. c. Analisis data pekerjaan Analisis data pekerjaan dilakukan untuk mendapatkan informasi seperti jenis pekerjaan, masa kerja, gaji, jabatan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan besarnya pinjaman yang akan diterima oleh calon debitur. Analisis ini biasanya diperkuat dengan mewajibkan debitur melengkapi form pengajuan kredit. d. Analisis pengeluaran Analisis ini dilakukan untuk kredit investasi dan modal kerja. Kredit investasi dalam proses analisis biasanya melihat dari rincian pengeluaran, laporan keuangan dan proposal yang diajukan. e. Analisis tingkat konsumtif nasabah Bank akan melihat data setiap calon debitur yang mengajukan permohonan kredit melalui SID (Sistem Informasi Debitur) yang online dengan BI. Seluruh bank di Indonesia akan melaporkan
38
semua data debiturnya kepada BI, sehingga Bank Jabar bisa mengetahui data calon debitur apabila melakukan pinjaman pada bank lain. Jika pinjaman pada bank lain lancar dan prospek usahanya lancar dengan pendapatan yang tinggi dan debitur tersebut sesuai dengan persyaratan, maka debitur akan diberikan kreditnya. Sedangkan untuk kredit konsumtif tidak bisa untuk melakukan pinjaman apabila sudah meminjam pada bank lain. Kecuali jika nasabah berpindah dan melunasi pinjamannya di bank lain. f. Analisis lokasi Pada tahap ini bank melakukan tinjauan langsung ke lokasi. Kredit investasi dan modal kerja biasanya dilakukan kunjungan ke lokasi tempat proyek berlangsung maupun tempat usaha calon debitur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan proyek ataupun usaha yang dilakukan oleh calon debitur. Penilaian atau analisis terhadap data calon debitur pada Bank Jabar Cabang Ciamis dengan menggunakan database yang sudah dirancang oleh Bank Jabar, sehingga mempermudah analis dalam melakukan analisis. Analis memasukan data-data yang sudah tersedia seperti data pribadi, data penghasilan, data pekerjaan, data pengeluaran, data konsumtif dan data lokasi. Alat analisis bisa langsung mengetahui kredit yang diajukan oleh nasabah sudah sesuai atau belum. Selain itu, alat analisis bisa mengetahui dan menetukan besarnya pinjaman dan jangka waktu kredit. Selain menggunakan alat analisis, analis juga melakukan tinjauan langsung ke lapangan. Pada Bank Jabar Cabang Ciamis proses analisis menggunakan pendekatan 5C dan pendekatan aspek-aspek perusahaan. Penilaian 5C dan aspek-aspek perusahaan di Bank Jabar Cabang Ciamis diantaranya:
39
1. Character (watak) , Keyakinan terhadap calon debitur bahwa debitur tersebut mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi maupun sebagai manusia sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2. Capacity (kemampuan) Penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang akan dibiayai dengan kredit. 3. Capital (modal) Penilaian mengenai jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. 4. Colaterral (agunan) Penilaian barang-barang agunan yang diserahkan oleh debitur sebagai agunan atas kredit yang diterimanya yang bermanfaat sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai oleh kredit gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya dari hasil usahanya. Jaminan pada Bank Jabar yaitu 115%-125% dari total pinjaman, hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi kredit yang disalurkan macet. 5. Condition of economy (kondisi perekonomian) Penilaian terhadap situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi budaya. Yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat
maupun
untuk
suatu
kurun
waktu
tertentu
yang
kemungkinan akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Aspek-aspek perusahaan yang dinilai di Bank Jabar Cabang Ciamis meliputi:
40
1) Aspek manajemen dan organisasi, meliputi : a. Riwayat pemohon. b. Riwayat perusahaan. c. Struktur organisasi. d. Keahlian yang dimiliki. e. Pengalaman kerja. 2) Aspek pemasaran a. Bagaimana kondisi pemasarannya. b. Jumlah konsumen. c. Penyebaran wilayah. d. Bagaimana prospek pemasaran kedepan. 3) Aspek teknis, meliputi : a. Gambar proyek. b. Teknologi yang digunakan. c. Tenaga Kerja yang diperlukan. d. Bahan baku. 4) Aspek keuangan a. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada bank serta kemampuan mendapatkan usaha. 5) Aspek yuridis, meliputi : a. Kelengkapan surat-surat izin, biasanya: SIUP, TDP yang dikeluarkan oleh dinas perdagangan. b. Kelengkapan bukti-bukti jaminan. 6) Aspek sosial ekonomi a. Kemampuan menyerap tenaga kerja. b. Pengaruh terhadap lingkungan. 3. Pengambilan Keputusan Pada tahap ini ditentukan apakah permohonan kredit disetujui atau tidak oleh analis. Setelah data-data nasabah dianalisis maka tidak langsung disetujui tetapi diperiksa lagi oleh Pimpinan Seksi Kredit dan Kepala Cabang. Apabila disetujui oleh ketiganya yaitu
41
analis, pinsi kredit dan kepala cabang maka akan dilaksanakan perjanjian kredit antara bank dan debitur. 4. Perjanjian Kredit Perjanjian kredit dilakukan setelah kredit yang diajukan disetujui. Perjanjian kredit dilakukan antara bank dengan debitur. Debitur harus membawa salah satu anggota keluarganya yang akan menjadi penanggung (avalis). Hal ini dilakukan agar pihak avalis mengetahui semua perjanjiannya. Dalam perjanjian ini debitur harus memenuhi berbagai persyaratan yang dituangkan dalam perjanjian kredit, seperti hak dan kewajiban debitur. 5. Realisasi Kredit Setelah perjanjian dilakukan maka kredit dapat direalisasikan. Realisasi diberikan setelah penandatanganan perjanjian kredit dan penyediaan surat-surat yang diperlukan seperti pembukaan rekening tabungan di Bank Jabar Cabang Ciamis Calon debitur yang tetap menginginkan kreditnya maka harus melengkapi dan mengikuti persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan. Kredit dengan agunan likuid (cash collateral) yang diterbitkan oleh Bank Jabar, langsung dibuatkan surat keputusan oleh cabang dengan melaporkan ke kantor pusat. Persetujuan kredit tersebut harus segera diberitahukan kepada calon debitur dengan Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Pemberian Kredit (SP3K). Pada Bank Jabar Cabang Ciamis yang membedakan antara kredit investasi, modal kerja, konsumtif bisa dilihat dari tujuan kredit, suku bunga, jangka waktu, jumlah kredit, dan cash flow. Penjelasannya untuk masing-masing terdapat pada Tabel 1.
42
Tabel 1. Jenis kredit yang disalurkan Bank Jabar Sumb : Bank Jabar CKredit abang Ciamis, 2007Kredit Konsumtif No erKeterangan Investasi Kredit Modal Kredit Guna Bhakti (KGB) merupakan kredit yang paling Kerja banyakUmum disalurkan. Kre B 1 Tujuan Digulirkan untuk Digulirkan untuk Digulirkan untuk a Kredit keperluan dikonsumsi secara keperluan n pembelian aktiva pribadi pembelian bahan k tetap usaha baku, pembelian J a b a 2 r s e b a g 3 a i 4
5
perorangan/badan hukum Suku Bunga
Flat 10%, Menurun atau sliding rate yang berlaku 16,5%
Jangka Waktu Jumlah Kredit
3 – 8 tahun
Cash flow
Tergantung besarnya kebutuhan dan kemampuan pengembalian kredit Penggunaan cash flow paling banyak, yaitu selama 3 tahun
Suku bunga yang berlaku setara dengan flat disesuaikan dengan jangka waktu dari mulai 9%-12% Max 8 tahun PNS Rp100.000.000 NON Rp75.000.000 PENSIUNAN Rp50.000.000 Disediakan tabel tertentu oleh pihak bank
persediaan barang dagangan, persediaan operasional. Flat 10%, menurun atau atau sliding rate yang berlaku 16%
Max 3 tahun Tergantung besarnya kebutuhan dan kemampuan pengembalian kredit Penggunaan cash flow paling sedikit, yaitu 1 tahun
Sumber: Bank Jabar Cabang Ciamis, 2007 Kredit Guna bhakti (KGB) merupakan kredit yang paling banyak disalurkan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis. Hal ini didasarkan pada permintaan terhadap KGB yang besar. Bank Jabar sebagai penyalur gaji PNS dan pensiunan menjadi salah satu faktor utama tingginya permintaan kredit guna bhakti. Pembayaran gaji PNS dan pensiunan Kabupaten Ciamis sebagian besar disalurkan melalui Bank Jabar Cabang Ciamis. Tentu saja menguntungkan bagi bank, karena pegawai negeri dan pensiunan yang biasanya melakukan pinjaman akan lebih tertarik untuk melakukan pinjaman di Bank Jabar Cabang Ciamis. Hal ini terjadi
43
karena adanya kemudahan yang diperoleh PNS dan pensiunan dalam melakukan pembayaran kredit. Dimana tidak perlu mengantri untuk melakukan pembayaran ataupun didatangi ke kantor atau rumah tetapi pembayaran angsuran langsung dipotong dari gaji.
4.2. Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perkembangan usaha Bank Jabar Cabang Ciamis dalam penyaluran kredit mengalami peningkatan setiap bulannya pada tahun 2007. Peningkatan terlihat dari besarnya kredit yang disalurkan kepada nasabah baik kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumtif. Selain itu, perkembangan ini terjadi karena Bank Jabar memiliki nasabah yang cukup loyal terutama PNS dan pensiunan dimana bunga yang diberikan relatif rendah bila dibandingkan dengan bank pesaingnya. Bunga yang diberikan oleh Bank Jabar kepada PNS dan pensiunan yaitu 12%. Selain itu jangka waktu yang diberikanpun relatif lebih lama yaitu 10 tahun. Hal inilah yang membuat PNS dan pensiunan tidak pindah kepada bank lain. Adanya kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Bank Jabar yaitu no.85 dan 86/SE/DIR-PKD/2007 mengenai suku bunga kredit guna bhakti yang disesuaikan dengan jangka waktu sehingga lebih menguntungkan debitur, dimana bunga kredit untuk jangka waktu 1-2 tahun 9%, 3 tahun 9,5%, 4 tahun 10%, 5 tahun 10,5%, 6 tahun 11%, 7 tahun 11,5%, 8 tahun 12%. Kebijakan ini dikeluarkan agar debitur tida merasa dirugikan dalam hal pembayaran bunga kredit yang pada awalnya terjadi penyeragaman untuk semua jangka waktu. Hasil perhitungan jumlah kredit yang disalurkan baik kredit investasi, modal kerja dan konsumtif yang disalurkan dengan menggunakan program visual basic net yang terkoneksi dengan database (Lampiran 4). Jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 2007 pada Tabel 2.
44
Tabel 2. Jumlah kredit yang disalurkan periode Januari-Desember 2007 Periode Jumlah Kredit yang Disalurkan (Rp) Januari
330,889,411,950
Februari
333,785,408,836
Maret
341,859,425,781
April
354,357,223,776
Mei
367,434,087,494
Juni
378,841,983,401
Juli
383,336,762,926
Agustus
389,437,827,515
September
391,013,383,975
Oktober
392,464,636,908
November
386,730,712,995
Desember
376,999,324,181
Sumber : Data olah visual basic net Kredit yang disalurkan berfluktuasi mengalami peningkatan dan penurunan. Penyaluran kredit pada bulan Januari paling rendah yaitu sebesar Rp.330.889.411.950. Penyaluran kredit paling tinggi pada bulan Oktober sebesar Rp. 392.464.636.908. Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan nasabah yang sangat tinggi terutama untuk kredit konsumtif. Tetapi pada bulan November-Desember 2007 penyaluran kredit mengalami penurunan. Pada bulan Desember penurunannya menjadi Rp.376.999.324.181. Hal ini terjadi karena penurunan permintaan kredit KGB karena adanya kebijakan baru pada bulan September tentang jangka waktu pinjaman menjadi lebih pendek yaitu menjadi 5 tahun. Sedangkan bank pesaing merubah jangka waktunya menjadi lebih panjang yaitu 8 tahun, sehingga calon debitur beralih kepada bank lain. Tetapi sekarang Bank Jabar mengeluarkan kebijakan baru lagi mengenai suku bunga dan jangka waktu menjadi 8 tahun. Dana yang diperoleh untuk menyalurkan kredit sebagian besar dana yang disalurkan untuk kredit berasal dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga diperoleh dari giro, tabungan, simpanan berjangka,
45
kewajiban bank lain, kewajiban lainnya. Dimana giro menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 bahwa giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau dengan cara pemindah bukuan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek ataupun bilyet giro. Simpanan berjangka, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Kewajiban bank lain adalah simpanan bank lain kepada Bank Jabar. Sedangkan kewajiban lainnya seperti titipan pajak nasabah, kiriman uang, transfer, titipan pensiun, titipan nasabah, dan jaminan. Hasil perhitungan dana pihak ketiga dengan menggunakan program visual basic net yang terkoneksi dengan database (Lampiran 4). Dana pihak ketiga pada Bank Jabar Cabang Ciamis terdapat pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Dana Pihak Ketiga Periode Januari 2007Desember 2007 Bulan
Jumlah (Rp)
Januari
380,937,916,319
Februari
402,245,695,653
Maret
379,390,522,494
April
391,141,849,944
Mei
375,780,723,000
Juni
400,718,143,664
Juli
380,778,213,000
Agustus
366,689,901,445
September
359,696,905,446
Oktober
358,146,738,468
November
334,514,136,848
Desember
258,731,553,439
Sumber : Data olah visual basic net
46
Jika dilihat dari Tabel 3, dana pihak ketiga pada Bank Jabar Cabang Ciamis berfluktuatif kadang mengalami kenaikan ataupun penurunan. Dana pihak ketiga paling besar pada bulan Februari sebesar Rp.402.245.695.653. Sedangkan yang paling rendah yaitu pada bulan Desember yaitu sebesar Rp. 258.731.553.439. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang tertarik untuk menyimpan uangnya di Bank Jabar karena bunga yang diberikan rendah, selain itu kurangnya promosi yang dilakukan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis dan pelayanan yang diberikan kurang memuaskan. Jika dibandingkan antara Tabel 2 dan Tabel 3 yaitu kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga, ternyata dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis tidak seimbang. Dimana pada bulan Juli-Desember 2007 jumlah kredit yang disalurkan lebih besar daripada dana yang tersedia. Untuk lebih jelasnya tentang perbandingan dana pihak ketiga dengan kredit yang disalurkan terdapat pada Gambar dibawah ini yang merupakan hasil dari pengolahan visual basic net.
Gambar 6. Grafik perbandingan kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga (hasil pengolahan visual basic net) Dari gambar diatas terlihat bahwa dari bulan Juli-Desember kredit yang disalurkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan dana pihak ketiga.
47
Untuk mengatasi masalah ini Bank Jabar Cabang Ciamis menggunakan rekening antar cabang, yaitu dengan meminjam kepada Bank Jabar pusat. Di Bank Jabar pusat, dana pihak ketiga lebih besar daripada kredit yang disalurkan. Bank Jabar pusat akan meminjamkan dana kepada cabang, hal ini dilakukan untuk kelancaran kegiatan perkreditan di kantor cabang. Kantor cabang harus membayar biaya kepada Bank Jabar pusat seperti bunga pinjaman dimana bunganya relatif sangat rendah dan jangka waktu yang relatif lebih lama.
4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Bank Jabar sebagai bank pembangunan daerah merupakan salah satu bank yang kegiatan utamanya adalah memberikan kredit kepada masyarakat. Sebagai bank yang memberikan kredit tentu saja tidak terlepas dari masalah risiko kredit. Banyak penyebab yang mempengaruhi risiko kredit, baik dari internal perusahaan maupun dari ekternal perusahaan. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi terhadap terjadinya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis berdasarkan wawancara dengan pihak bank. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya risiko kredit diantaranya: 1. Internal perusahaan Keadaan
internal
perusahaan
dapat
meningkatkan
kinerja
perusahaan. Apabila keadaan internal tidak memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus maka akan menimbulkan risiko. Keadaan internal seperti sumber daya manusia, teknologi dan Informasi serta kebijakan dari perusahaan dan keuangan perusahaan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis adalah sumber daya manusia dan keuangan. Keduanya merupakan hal yang paling rentan sekali menimbulkan risiko kredit. Sumber daya manusia yang akan melakukan analisis kredit dan menentukan layak atau tidaknya debitur memperoeh kredit. Sedangkan dari keuangan bank harus memiliki dana yang cukup untuk proses penyaluran kredit dan dana yang harus dicadangkan apabila kredit tersebut disalurkan.
48
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan tulang punggung dalam menjalankan kegiatan operasional suatu bank. SDM yang dimiliki oleh bank harus memiliki kemampuan dalam menjalankan setiap transaksi perbankan. Bank Jabar sebagai salah satu bank pembangunan daerah yang cukup berkualitas harus memiliki SDM yang berkualitas dan memadai untuk meminimalkan risiko. Pada bagian kredit, SDM merupakan aspek yang penting dalam kegiatan pemberian kredit. SDM yang berkualitas sangat diperlukan, karena berhadapan langsung dengan calon debitur dan harus mampu menganalisis permohonan kredit. Dimana pada bagian kredit karyawan memiliki tanggung jawab atas kemungkinan persetujuan kredit yang diberikan. Kerugian risiko kredit yang terkait dengan SDM berkaitan dengan moral hazard dan morale hazard. Moral hazard terjadi apabila karyawan dengan sengaja melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dan menimbulkan kerugian bagi bank sehingga menimbulkan risiko. Sedangkan morale hazard terjadi karena kurang hati-hatinya karyawan dalam melakukan transaksi dengan nasabah. Moral hazard misalnya seperti kemudahan pada pemberian kredit yang diberikan oleh karyawan karena mendapatkan komisi dari nasabah atau dengan alasan saudara atau kerabat. Moral hazard jarang dilakukan oleh karyawan karena adanya pengawasan yang ketat dari pimpinan. Sedangkan untuk morale hazard sering sekali dilakukan misalnya seperti: 1) Prospek usaha debitur tidak dikaji secara mendalam oleh analis kredit. Analisa kredit hanya melihat kepada proposal kredit yang diajukan. 2) Tidak dibuatnya analisis-analisis keuangan yang memadai seperti analisis rentabilitas dan analisis likuiditas, serta tidak disajikan data tentang latar belakang (karakter) debitur. 3) Lalai dalam melakukan pengawasan dan monitoring penggunaan kredit oleh debitur maupun pembayarannya.
49
Jika kualitas SDM rendah maka akan meningkatkan risiko kredit. Ketidakmampuan debitur dalam membayar angsuran kredit dapat disebabkan karena kesalahan pegawai dalam menganalisis calon debitur. Oleh karena itu penting sekali dalam suatu bank memiliki karyawan yang berkualitas dan mempunyai moral yang baik agar risiko kredit dapat diminimalisasi dan dapat memaksimalkan keuntungan bank. b. Keuangan Keuangan yang dimiliki oleh Bank Jabar sangat mempengaruhi proses penyaluran kredit. Selain itu keuangan juga berhubungan dengan kemampuan dalam mencadangkan sejumlah uang. Cadangan ini digunakan untuk cadangan penghapusan piutang
ragu-ragu untuk
mengantisipasi kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh gagal bayar yang merupakan bagian dari risiko kredit. Cadangan ini harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan dihadapi secara efisien dan efektif. Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dana cadangan masuk ke rekening khusus untuk kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Sedangkan untuk kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus masuk pada rekening umum. Bank Indonesia mewajibkan bank untuk membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap (PPAP) terhadap kredit yang disalurkan. PPAP untuk kredit berupa cadangan umum dan khusus yang besarnya tergantung dari kolektibilitas. Tabel 4.PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas kredit. Kualitas kredit Minimum PPAP Lancar
1% x kredit kualitas lancar
Dalam perhatian khusus (DPK) Kurang lanacar (KL)
5% x (Kredit kualitas DPK-nilai agunan)
Diragukan (D) Macet (M)
50% x (Kredit kualitas D-nilai agunan) 100% x (Kredit kualitas M-nilai agunan)
Sumber: PBI No.8/2/2006
15% x (Kredit kualitas KL-nilai agunan)
50
Bank Jabar Cabang Ciamis memiliki nilai agunan sebesar 0, hal ini terjadi karena selama tahun 2007 belum ada jaminan atau agunan yang dicairkan. Besarnya PPAP pada Bank Jabar Cabang Ciamis (Lampiran 7). 2. Debitur Debitur merupakan pengguna dari kredit yang diberikan bank. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur bisa karena unsur kesengajaan, artinya debitur sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Selain itu adanya unsur tidak sengaja karena adanya musibah seperti bencana alam. Debitur sulit sekali untuk dikendalikan oleh pihak bank, berbeda sekali dengan faktor internal dimana bank masih bisa mengendalikan SDM dan keuangan dengan melakukan pengawasan. Debitur merupakan faktor yang sangat
berpengaruh
dan
merupakan
faktor
yang
utama
yang
mempengaruhi terjadinya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya risiko kredit dari segi debitur pada Bank Jabar Cabang Ciamis, diantaranya: a. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, dimana jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu kredit disesuaikan dengan kesepakatan atau persetujuan antara debitur dengan pihak bank pada saat perjanjian kredit. Debitur harus melunasi hutangnya sebelum jatuh tempo. Semakin lama jangka waktu yang diberikan kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin tinggi. Jangka waktu yang diberikan oleh Bank Jabar relatif lama yaitu 10 tahun. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab risiko kredit karena lamanya jangka waktu yang diberikan oleh Bank Jabar. Rata-rata debitur Bank Jabar Cabang Ciamis mengambil jangka waktu pinjaman maksimal yaitu 10 tahun untuk kredit guna bhakti, 8 tahun untuk kredit Investasi dan 3 tahun untuk modal kerja. Bank Jabar dalam mengatasi
51
risiko kredit yang diakibatkan oleh jangka waktu kredit, mengeluarkan kebijakan baru mengenai jangka waktu kredit guna bhakti. Jangka waktu kredit guna bhakti pada awalnya maksimal 10 tahun menjadi 8 tahun. Pengurangan jangka waktu ini diharapkan oleh Bank Jabar dapat mengurangi risiko kredit dengan memberikan jangka waktu kredit yang lebih pendek. b.
Suku bunga Bunga kredit menjadi salah satu faktor yang bisa menimbulkan keuntungan bagi bank. Besarnya bunga harus disesuaikan dengan bunga yang diberikan pada simpanan masyarakat. Karena keuntungan dari kredit berasal dari bunga kredit. Semakin tinggi bunga yang diberikan maka keuntungan yang diperolehpun semakin besar. Tetapi dari sisi debitur justru bunga yang besar dapat menimbulkan kredit bermasalah, karena semakin tingginya beban yang harus dibayar oleh debitur. Besarnya bunga untuk jenis-jenis kredit yang diberikan berbedabeda baik kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumtif. Perbedaan ini dilakukan karena tujuan penggunaan kredit yang berbeda dan kemungkinan risiko yang ditimbulkan pun berbeda. Kredit investasi biasanya digunakan untuk proyek-proyek besar dengan jumlah pinjaman yang sangat besar sesuai dengan kebutuhan proyek yang dilakukan. Bunga yang diberikan pada kredit investasi cukup tinggi, pada tahun 2007 bunganya mencapai 16,5%. Tingginya bunga yang diberikan karena kemunginan risiko kredit tinggi akibat tidak adanya penghasilan tetap yang didapatkan oleh debitur sehingga pembayaran angsuran baik pokok maupun bunga tergantung kepada kelancaran proyek yang dijalankan. Kredit modal kerja digunakan untuk modal usaha, bunga kredit modal kerja pada tahun 2007 yaitu sebesar 16%. Sama seperti kredit investasi besarnya bunga kredit dikarenakan kemungkinan risiko yang ditimbulkan tinggi karena tidak adanya penghasilan tetap sehingga pembayaran angsuran tergantung kepada usaha yang dilakukan. Tetapi bagi debitur tingginya bunga justru menyebabkan beban yang begitu besar untuk membayar bunga
52
pinjaman. Berbeda dengan kredit konsumtif yaitu kredit guna bhakti, dimana bunga yang diberikan pada tahun 2007 sebesar 12%. Hal ini dikarenakan debitur kredit guna bhakti memiliki penghasilan yang tetap, sehingga dalam pembayaran angsuran pihak bank langsung memotong dari gaji debitur. 3. Lingkungan Eksternal Faktor yang paling mempengaruhi risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis yaitu dari segi persaingan dengan bank-bank lain. Hal ini tentu saja akan menimbulkan risiko karena bank pesaing memberikan kemudahan-kemudahan
kepada
debitur
seperti
kemudahan
dalam
persyartan kredit, sehingga bisa membuat debitur Bank Jabar Cabang Ciamis melakukan pinjaman kepada bank pesaing. Dibawah ini penjelasan mengenai persaingan dengan bank lain. a. Persaingan dengan bank lain Perkembangan dunia perbankan semakin banyak menimbulkan persaingan. Persaingan terjadi baik dari bank-bank yang sudah ada ataupun dari bank-bank baru terutama banyak sekali bermunculan BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Setiap bank berlomba untuk mendapatkan calon debitur dengan memberikan pelayanan dan menawarkan produkproduk yang lebih bervariasi. Salah satu persaingan dalam penyaluran kredit misalnya tiap-tiap bank berusaha untuk mendapatkan calon debitur. Dalam penyaluran kredit banyak pesaing yang memberikan kredit dengan persyaratan dan prosedur yang sangat mudah. Kredit yang diberikan sangat cepat dicairkan tanpa jaminan yang tinggi. Hal ini mampu meningkatkan persaingan yang begitu ketat diantara bankbank dalam menyalurkan kredit. Menurut informasi internal perusahaan, pesaing utama Bank Jabar Cabang Ciamis adalah BRI. BRI memberikan kemudahan dalam persyartan permohonan kredit bila dibandingkan dengan Bank Jabar. Pada tahun 2007 kelebihan yang dimiliki oleh Bank Jabar yaitu jangka waktu yang diberikan yaitu mencapai 10 tahun sedangkan BRI hanya 5 tahun. Tetapi sekarang BRI mempunyai kebijakan baru mengenai
53
jangka waktu kredit menjadi 8 tahun.
Hal ini tentu saja menjadi
persaingan yang begitu ketat untuk memperoleh nasabah. Selain itu persaingan dari BPR-BPR yang berada di Kabupaten Ciamis. Dengan semakin mudahnya persyaratan kredit dan cepatnya proses pencairan yang diberikan oleh bank pesaing, maka semakin banyak orang yang tertarik untuk mendapatkan kredit. Kemudahan kredit ini menimbulkan persaingan yang semakin besar bagi Bank Jabar dalam mendapatkan calon debitur. Hal ini berdampak pada beralihnya debitur Bank Jabar kepada bank pesaing. Apabila hal ini terjadi tentu saja akan menimbulkan kerugian bagi bank.
4.4. Manajemen Risiko Kredit Hasil dari pengidentifikasian mengenai risiko tentu saja risiko kredit, yang merupakan salah satu risiko yang paling diperhatikan oleh pihak perbankan. Bagi Bank Jabar risiko kredit merupakan risiko yang diperhatikan secara khusus. Hal ini dikarenakan Bank Jabar Cabang Ciamis lebih banyak menyalurkan kredit dibandingkan dengan menyimpan dana dari masyarakat. Bank Jabar Cabang Ciamis mampu mengatasi masalah ini karena adanya manajemen yang baik dalam pengelolaan kredit yang disalurkan kepada debitur. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis meliputi:
4.4.1. Identifikasi Risiko Kredit Bank Jabar Cabang Ciamis melakukan identifikasi risiko dengan sistem yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Walaupun belum ada sistem yang secara khusus menghitung risiko kredit. Perhitungannya masih secara manual tidak secara sistem, dikarenakan ada data-data yang belum terangkat dan migrasi belum sepenuhnya sempurna. Semua data tentang angsuran dan sisa pinjaman debitur masuk ke dalam database dan dalam database tersebut pengidentifikasian risiko kredit bisa terlihat. Dalam database tersebut bisa terlihat setiap bulannya tunggakan yang dilakukan oleh debitur. Pengidentifikasian dilakukan pada akhir bulan oleh karyawan yang menangani masalah
54
kredit. Proses pengidentifikasian ini sangat bermanfaat untuk tahapan berikutnya.
4.4.2. Pengelompokan Risiko Kredit Setelah melalui tahap pengidentifikasian selanjutnya adalah tahapan pengelompokan kredit yang mengalami keterlambatan pembayaran. Bank Jabar dalam proses pengelompokan kredit, sesuai dengan kolektibilitas yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1999 tentang kualitas aktiva produktif, bahwa kredit digolongkan kedalam kredit lancar, kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Kredit-kredit yang mengalami keterlambatan pembayaran digolongkan sesuai dengan keterlambatan yang dilakukan. Dalam pengelompokan ini bisa dilihat seberapa banyak kredit yang lancar, kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Secara keseluruhan kolektibilitas Bank Jabar mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, baik dari persyaratan maupun ketentuan-ketentuannya. Besarnya masingmasing kolektibilitas pada periode Januari-Desember 2007 (Lampiran 8). Persentase masing-masing kredit sesuai dengan kolektibilitas pada Januari-Desember 2007 seperti terdapat pada Tabel 5.
55
Tabel 5. Persentase kolektibilitas kredit Januari-Desember 2007 Periode
Kredit Lancar (Tepat Waktu)
Januari
96,87%
Kredit Dalam Perhatian Khusus (<3 bulan) 2,45%
Kredit Kurang Lancar (<6 bulan)
Kredit Diragukan (<9 bulan)
Kredit Macet (>9 bulan)
0,08%
0,14%
0,46%
Februari
97,53%
1,18%
0,68%
0,14%
0,47%
Maret
97,80%
0,94%
0,06%
0,75%
0,45%
April
98,19%
0,59%
0,07%
0,71%
0,44%
Mei
98,39%
0,46%
0,04%
0,38%
0,73%
Juni
98,38%
0,59%
0,04%
0,58%
0,4%
Juli
98,53%
0,41%
0,08%
0,55%
0,42%
Agustus
98,58%
0,35%
0,06%
0,58%
0,43%
September
98,39%
1%
0,05%
0,13%
0,43%
Oktober
98,20%
1,15%
0,05%
0,11%
0,48%
November
98,26%
1,15%
0,02%
0,06%
0,51%
Desember
98,5%
0,89%
0,06%
0,04%
0,52%
Rata-rata
98,14%
0,93%
0,10%
0,35%
0,48%
Sumber : Data olah excel Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa kredit lancar memiliki persentase yang paling besar diantara kolektibilitas yang lainnya. Kolektibilitas kredit lancar paling rendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 96,87%, dan paling tinggi pada bulan Agustus yaitu sebesar 98,58%. Untuk kolektibilitas kredit lancar pada Bank Jabar Cabang Ciamis dikatakan sangat bagus karena lebih dari 90% dana yang disalurkan lancar dalam pengembalian. Kredit dalam perhatian khusus merupakan kolektibilitas yang kedua dimana mengalami keterlambatan kurang dari 90 hari. Dalam perhatian khusus paling tinggi yaitu pada bulan Januari sebesar 2,45%. Sedangkan paling rendah yaitu pada bulan Agustus sebesar 0,35%. Kredit kurang lancar termasuk kedalam NPL, dimana kredit kurang lancar berpengaruh pada besarnya risiko kredit. risiko kredit pada tahun 2007 paling tinggi pada bulan Februari yaitu sebesar 0,68% dan yang paling rendah pada bulan November yaitu sebesar 0,02%. Perlu diketahui pada Bank Jabar Cabang Ciamis kredit kurang lancar
56
dibawah 1%. Hal ini menunjukan bahwa Bank Jabar Cabang Ciamis mampu mengelola kreditnya dengan baik. Kredit diragukan sama seperti kredit kurang lancar yaitu kurang dari 1%. Persentase paling tinggi yaitu pada bulan Juni dan Agustus yaitu sama sebesar 0,58%. Sedangkan paling rendah pada bulan Desember yaitu sebesar 0,04%. Kredit macet paling berbahaya karena debitur mengalami penunggakan lebih dari 9 bulan. Untuk kredit macet paling tinggi pada bulan Mei yaitu sebesar 0,73%. sedangkan paling rendah pada bulan Juli yaitu sebesar 0,4%. Grafik masingmasing kolektibilitas periode Januari-Desember 2007 berdasarkan hasil pengolahan program visual basic net .
Gambar7. Grafik persentase kolektibilitas periode Januari-Desember 2007 (hasil pengolahan visual basic net) Pada Gambar diatas kredit lancar terlihat sangat mendominasi dibandingkan kolektibilitas-kolektibilitas yang lainnya. Untuk kredit lancar pada awal bulan sampai dengan bulan Agustus mengalami peningkatan dan pada bulan-bulan berikutnya mengalami penurunan.
57
Sedangkan untuk pertumbuhan debitur pada masing-masing kolektibilitas dengan menggunakan program visual basic net terlihat pada Grafik dibawah ini.
Gambar 8. Pertumbuhan jumlah debitur berdasarkan kolektibilitas periode Januari-Desember 2007 (hasil pengolahan visual basic net) Jumlah debitur pada kolektibilitas lancar cukup tinggi bila dibandingkan kolektibilitas-kolektibilitas lain. Hal ini karena jumlah kredit pada kolektibilitas lancar paling tinggi. Selain itu, kredit lancar menunjukkan bahwa Bank Jabar Cabang Ciamis memiliki debitur yang mampu membayar angsuran kreditnya sesuai dengan perjanjian.
4.4.3. Pengukuran Tingkat Risiko Kredit Setiap kredit yang disalurkan oleh bank kepada debitur kemungkinan mengalami risiko atau yang lebih dikenal dengan risiko kredit. Bank tidak bisa memprediksi besarnya risiko yang akan
58
dialami. Karena tingkat risiko menggambarkan efektivitas manajemen dalam mengatur penyaluran kredit. Pada Penelitian ini, besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL). NPL adalah kredit yang tidak diikuti oleh pelunasan pembayaran pokok dan atau angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPL. Rasio NPL diperoleh dari pembagian antara NPL dengan total loan, semakin besar rasio NPL, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh pihak bank dan menunjukan kegagalan bank dalam mengelola dana yang ada. Selain itu rasio NPL juga digunakan untuk mengukur risiko gagal bayar kredit akibat adanya kredit bermasalah. Belum ada sistem yang menghitung risiko kredit secara otomatis di Bank Jabar Cabang Ciamis. Perhitungannya masih secara manual tidak secara sistem, hal ini dikarenakan ada data-data yang belum terangkat dan migrasi belum sepenuhnya sempurna. Semua data tentang angsuran dan sisa pinjaman debitur masuk ke dalam database dan dalam database tersebut identifikasi, pengelompokan dan penghitungan risiko kredit bisa terlihat. Dalam database bisa terlihat setiap bulan tunggakan yang dilakukan oleh debitur. Dalam penelitian ini perhitungan besarnya risiko kredit yang dilihat dari besarnya NPL menggunakan program visual basic net. Dimana dengan menggunakan program visual basic net perhitungannya menjadi lebih mudah dan akurat. Data tersimpan dalam database yang dapat langsung terkoneksi, dimana data bisa berubah sesuai dengan data yang ada. Program visual basic net dirancang untuk penelitian ini. Untuk lebih jelasnya perkembangan risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis periode Januari-Desember 2007 pada Tabel 6.
59
Tabel 6. Persentase risiko kredit periode Januari-Desember 2007 Bulan
NPL (Rp)
Jumlah Kredit yang
% Risiko
Disalurkan (Rp)
Kredit
Januari
2,239,138,121
330,889,411,950
0.68%
Februari
4,319,524,386
333,785,408,836
1.29%
Maret
4,287,446,349
341,859,425,781
1.25%
April
4,320,986,367
354,357,223,766
1.22%
Mei
4,227,333,647
367,434,087,494
1.15%
Juni
3,886,877,427
378,841,983,401
1.03%
Juli
4,058,873,633
383,336,762,926
1.06%
Agustus
4,145,186,725
389,437,827,515
1.06%
September
2,401,382,242
391,009,383,975
0.61%
Oktober
2,547,766,844
392,491,636,908
0.65%
November
2,272,497,430
386,730,712,995
0.59%
December
2,313,076,421
376,999,324,181
0.61%
Jumlah
41,020,089,592
4,427,173,189,728
11.21%
Sumber : Data olah visual basic net Tabel 6 menunjukkan besarnya rasio NPL, dimana rasio NPL menunjukan besarnya risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Besarnya risiko kredit tidak stabil kadang mengalami peningkatan ataupun penurunan. Risiko kredit paling tinggi yaitu pada bulan Februari yaitu sebesar 1,29% dan risiko paling rendah yaitu pada bulan November sebesar 0,59%. Bank Jabar Cabang Ciamis bisa dikatakan sebagai bank yang sehat karena memiliki risiko NPL yang rendah yaitu dibawah 5% sesuai dengan ketentuan BI. Besarnya risiko kredit periode Januari-Desember 2007 dapat dilihat dari Grafik hasil pengolahan dengan menggunakan program visual basic net terlihat pada Gambar 9.
60
Gambar 9. Grafik perkembangan risiko kredit periode JanuariDesember 2007 (hasil pengolahan visual basic net) Pada penelitian ini, besarnya pertumbuhan risiko kredit dilihat dari besarnya rasio NPL. Pada Gambar 9, pertumbuhan risiko kredit tidak stabil kadang mengalami kenaikan maupun penurunan risiko kredit. Pada bulan Februari risko kredit tinggi tetapi untuk bulan-bulan berikutnya mampu mengalami penurunan. Hal ini menunjukan kemampuan manajemen Bank Jabar Cabang Ciamis dalam mengelola risiko kredit. Perubahan persentase risiko kredit ini terjadi karena NPL yang berbeda dan berubah dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. NPL paling tinggi yaitu pada bulan April yaitu sebesar Rp.4.320.986.367. NPL paling rendah yaitu pada bulan Januari sebesar Rp.2.239.138.121. Naik turunnya NPL berpengaruh pada besarnya risiko kredit. Semakin kecil NPL maka risko kredit yang terjadi semakin rendah, sebaliknya semakin besar NPL maka semakin tinggi risiko kredit.
61
Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis sudah dinilai baik, dikarenakan risiko kredit yang terjadi di bawah 2%. Bulan Februari merupakan risiko kredit paling tinggi, tetapi manajemen Bank Jabar Cabang Ciamis mampu mengelola risiko kreditnya dengan baik. Terbukti pada bulan-bulan berikutnya risiko yang terjadi semakin berkurang bahkan dibawah 1%. Sesuai dengan ketentuan BI bank yang sehat adalah bank yang memiliki NPL dibawah 5%. Berarti Bank Jabar Cabang Ciamis sudah dikatakan bank yang sehat karena NPL nya dibawah 5 %.
4.4.4. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Kredit Bank Jabar sebagai lembaga intermediasi yang salah satu kegiatannya adalah menyalurkan kredit kepada nasabah harus memiliki pengelolaan dan pengendalian yang baik terhadap kemungkinankemungkinan terjadinya risiko kredit. Pengendalian dan pengelolaan yang dilakukan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis diantaranya: 1. Panggilan atau penagihan secara intensif kepada debitur yang mengalami keterlambatan pembayaran Penagihan ini dilakukan dengan memberikan surat peringatan dan panggilan kepada debitur. Surat peringatan, diberikan kepada debitur yang sudah masuk dalam kategori kolektibilitas 2 yaitu mulai dari kredit dalam perhatian khusus sampai pada kredit macet. Apabila penagihan dan panggilan melalui surat tidak berhasil maka debitur yang mengalami keterlambatan akan dikunjungi ketempat kerjanya oleh pihak bank. Pihak bank akan melakukan diskusi dengan pihak debitur untuk mencari jalan keluar yang tepat. Hal ini dilakukan agar kerugian yang ditimbulkan oleh risiko kredit dapat diminimalisasi. 2. Perbaikan Sistem dan Prosedur Bank Jabar memiliki sistem yang terintegrasi dan on line dengan pusat dalam proses pemberian kredit yang cepat dengan pengendalian yang ketat. Selain on line dengan pusat Bank Jabar
62
juga on line dengan BI, dimana Bank jabar akan menginformasikan data debitur yang melakukan pinjaman kepada Bank Jabar. Selain itu Bank Jabar dapat melakukan analisis mengenai data debitur dengan menggunakan sistem informasi debitur (SID) dengan melakukan BI checking. Membangun kerjasama dengan pusat sangat penting karena akan terjalin kerjasama antara cabang dengan pusat dalam proses pemberian kredit dan pengelolaan risko kredit. Selain itu mempermudah dalam proses pengawasan. Pengawasan dari pusat maupun dari pemimpin sangat diperlukan untuk mengurangi kerugian akibat risiko kredit. Sistem terintegrasi yang digunakan diantaranya sistem scoring dan rating dengan prinsip 5C dan penilaian dengan menggunakan pendekatan aspek-aspek perusahaan diantaranya: aspek manajemen dan organisasi, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, aspek yuridis, aspek sosial ekonomi. Sistem ini memungkinkan keakuratan dan ketepatan dalam menentukan calon debitur. Sehingga gagal bayar dapat diminimalisasi karena adanya antisipasi dari proses pemberian kredit. Sistem yang baik dan prosedur pemberian kredit yang jelas dan
benar
merugikan.
akan Sistem
mengurangi dan
timbulnya
prosedur
risiko-risiko
dimulai
dari
yang
pengajuan
permohonan kredit sampai pada proses penagihan yang harus disusun secara teratur dan tepat. Pemberian kredit harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini dilakukan agar pemberian kredit berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan kerugian sebagai bagian dari risiko kredit. Jika perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang baik maka akan dapat mengurangi timbulnya kejadian-kejadian yang merugikan. Dalam upaya pengendalian risiko kredit, Bank Jabar Cabang Ciamis mempunyai komitmen untuk menjalankan ketentuan, kebijakan dan prosedur yang berlaku secara benar dan tepat dan
63
penuh dengan kehati-hatian. Sebagaimana yang telah digariskan di dalam kebijakan Perkreditan Bank Jabar (PKB). PKB dijadikan sebagai pedoman utama dalam prosedur pemberian kredit yang secara kesinambungan disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan perbankan. 3. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Banyak kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor manusia
sehingga
perlu
perbaikan
sumber
daya
manusia.
Pengelolaan risiko kredit memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang mengerti budaya kredit dan memiliki kemampuan dalam mengelola risiko kredit. Pemahaman para karyawan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan risiko kredit dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan risiko kredit. Menghindari sikap yang dapat menimbulkan risiko dan merugikan bank seperti moral hazard dan morale hazard. Pengembangan SDM dilakukan dengan penataan sistem pengembangan SDM dengan bekerjasama dengan konsultan. Disamping itu peningkatan mutu SDM dilaksanakan melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) secara reguler serta diikutsertakan dalam berbagai seminar atau lokakarya yang diselenggarakan baik oleh pihak internal Bank Jabar maupun eksternal Bank Jabar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang menangani masalah kredit. 4.
Rescheduling (penjadwalan kembali), Reconditioning (persyaratan kembali) dan Restructuring. Rescheduling merupakan perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau penjadwalan ulang dimana debitur yang terlambat membayar kreditnya diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Reconditioning dilakukan dengan cara mengubah berbagai persyaratan dan prosedur seperti penundaan pembayaran bunga
sampai
dengan
waktu
tertentu,
dimana
penundaan
64
pembayaran hanya berlaku untuk bunga pinjaman, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar. Restructuring adalah perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi rescheduling dan
reconditioning misalnya seperti
penambahan dana yang diberikan bank, perubahan jenis fasilitas kredit. Restrukturisasi yang diberikan oleh Bank Jabar diantaranya: penurunan suku bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit dan baki debet, perpanjangan jangka waktu kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilan asset debitur.
Tetapi
dengan
catatan
restrukturisasi
kredit
yang
dilaksanakan di Bank Jabar tidak memberlakukan pengurangan atau pembebasan sebagian saldo pokok kredit dan bunga berbunga. Rescheduling dan reconditioning di Bank Jabar tidak langsung diberikan kepada debitur yang mengalami keterlambatan pembayaran atau gagal bayar. Tetapi analis kredit akan melakukan analisis terlebih dahulu kepada debitur. Analisis ini harus tepat dan akurat sesuai dengan fakta yang ada. Kredit akan ditinjau ulang atau dianalisis ulang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Bank Jabar. Dalam analisisnya pihak bank akan menganalisis : a) Usaha yang dilakukan debitur, apakah masih layak untuk dijalankan atau tidak. b) Kemampuan debitur untuk membayar utangnya. Jika hasil analisis menyatakan bahwa debitur tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka pihak bank akan melakukan
perpanjangan
terhadap
kredit
yang
diberikan.
Sebaliknya apabila analisis yang dilakukan oleh pihak bank ternyata debitur tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka pihak bank tidak akan melakukan rescheduling dan reconditioning. 5.Kerjasama dengan Asuransi Kerjasama dengan asuransi dilakukan sejak awal proses realisasi kredit. Bank Jabar Cabang Ciamis melakukan kerjasama dengan berbagai asuransi. Dimana menggunakan dua asuransi yaitu:
65
asuransi jiwa dan asuransi kredit. Asuransi kredit digunakan apabila kredit yang diberikan kepada debitur macet. Sedangkan asuransi jiwa digunakan untuk keselamatan dari debitur, misalnya apabila debitur meninggal maka pihak asuransi jiwa yang menanggulangi kreditnya dengan mengganti rugi semua tunggakan yang masih tersisa. Asuransi yang digunakan Bank Jabar diantaranya yaitu ASKRIDA, SPU (Sarana Pengembangan Usaha), SLU (Sarana lindung Usaha), ASKRINDO, Jasa Raharja. Pembayaran premi asuransi dilakukan diawal yaitu pada saat dilakukan realisasi kredit. Dimana terjadi kesepakatan antara pihak bank dengan debitur. Pihak asuransi menyerahkan sepenuhnya kepada bank tentang pembayaran kredit dari debitur. Besarnya pembayaran asuransi kredit dari plafon disesuaikan dengan jangka waktu, yaitu untuk kredit 1 tahun asuransinya 1,35%, 2 tahun 2,15%, 3 tahun 2,75%, 4-5 tahun 3%, 6-8 3,25%. Sedangkan untuk asuransi jiwa pada kredit guna bhakti yaitu Perum sarana 2,78%, Askrida, SLU, Jasa Raharja dan AJB 2,75%. Klaim kredit akan diserahkan kepada lembaga asuransi kredit jika kredit yang disalurkan macet. Klaim dilakukan karena debitur sudah mengalami kemacetan dalam pembayaran. Klaim dilakukan sebelum jatuh tempo sehingga asuransi itu masih berlaku. Jika klaim tersebut dilakukan setelah jatuh tempo maka tidak bisa dilakukan karena asuransi ini berlaku dari awal kontrak perjanjian penandatangan kredit sampai pada jatuh tempo kredit. Dana yang ditanggulangi oleh pihak asuransi yaitu sebesar 75% dan 25% ditanggulangi oleh pihak bank. 25% ini merupakan dana recovery yang dilakukan oleh pihak bank. Hal ini dilakukan untuk tutup buku jika debitur sudah lunas kreditnya. Tetapi tetap saja debitur harus membayar angsuran terhadap pihak bank. Kredit yang sudah di klaim kepada pihak asuransi akan dihapusbukukan secara administrasi sesuai dengan Surat Edaran Direksi No.49/SE/DIR-PKD/2005 Tanggal 27 Oktober 2005
66
tentang penyempurnaan prosedur hapus buku dan hapus tagih. Dalam surat edaran dinyatakan bahwa hapus buku pada prinsipnya hanyalah pemindahan rekening, dari rekening aktif (on-balance sheet) menjadi rekening pasif (off-balance sheet). Hal ini dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a) Telah dilakukan atau diusahakan restrukturisasi akan tetapi tidak berhasil. b) Debitur meninggal dunia atau pindah tempat tinggal dimana tempat domisilinya tidak diketahui, tidak ada ahli waris, jaminan dan harta kekayaan lain sudah tidak ada atau walaupun ada tidak menutupi kreditnya. c) Debitur yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri d)
Kewajiban debitur mendapat penggantian atau klaim dari PT Askrindo atau perusahaan penjamin lainnya.
6.
Diserahkan ke pengadilan/ DJPLN (Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara). Debitur yang sudah dihapusbukukan secara kredit tetap harus membayar kreditnya kepada bank. Maksudnya adalah pemasukan yang pada awalnya masuk ke pemasukan on-balance sheet menjadi off-balance sheet. Penghapus bukuan ini dikarenakan debitur mengalami gagal bayar dan hutangnya sudah di klaim kepada asuransi. Apabila debitur tidak melunasi hutangnya kepada bank, maka jaminan akan diserahkan kepada pengadailan atau DJPLN. Jaminan debitur tidak dapat diambil sebelum melunasi hutangnya kepada bank. Walaupun debitur membayar hutangnya dengan lunas, debitur harus mengambil jaminan pada DJPLN dengan memberikan bukti pelunasan pembayaran hutang dari Bank kepada DJPLN. Hal ini karena sudah menyangkut hutang negara.
4.5. Laba Bank Jabar Cabang Ciamis Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukan keberhasilan perusahaan dalam mengelola usaha. Baik pada penyimpanan dana maupun
67
dalam penyaluran kreditnya. Peningkatan laba dari satu periode ke periode berikutnya dapat dijadikan gambaran bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Laba yang diperoleh dari kredit merupakan pendapatan utama Bank Jabar, baik dari bunga kredit, provisi maupun dari fee kredit kelolaan. Laba yang diperoleh dari kredit dihitung dengan mengunakan program visual basic net yang terkoneksi dengan database, dapat dilihat dari Tabel dibawah ini. Tabel 7. Laba dari kredit periode JanuariDesember 2007 BULAN JUMLAH (Rp) Januari
3,972,599,728
Februari
7,850,579,587
Maret
11,866,246,000
April
15,966,111,128
Mei
20,203,318,754
Juni
24,600,708,505
Juli
29,731,505,206
Agustus
34,309,838,635
September
38,960,258,550
Oktober
43,556,253,035
November
48,209,300,938
Desember
52,863,383,034
Jumlah
332,090,103,100
Sumber : Data olah visual basic net Laba yang diperoleh dari kredit terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Penghasilan utama Bank Jabar Cabang Ciamis adalah dari kredit. Laba dari kredit digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang ada di Bank Jabar Cabang Ciamis. Laba didapat dari laporan keuangan Bank Jabar Cabang Ciamis yaitu dari laporan laba/rugi. Berikut ini perolehan laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis yang dihitung menggunkan program visual basic net terdapat pada Gambar 10.
68
Gambar 10. Laba bersih periode Januari-Desember 2007 (hasil pengolahan visual basic net) Gambar 10, menjelaskan tentang laba bersih pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Laba
yang diperoleh terus mengalami peningkatan. Pada bulan
Desember laba yang diperoleh mencapai Rp.28.614.000.000.
4.6. Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Laba Pengolahan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh risiko kredit terhadap laba digunakan suatu model program komputer. Dimana program yang digunakan adalah visual basic net. Program ini dibangun untuk mempermudah dalam proses perhitungan. Dimana data terkoneksi dengan database. Laba dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat NPL, peningkatan bunga kredit, peningkatan jasa-jasa bank. Tetapi pada penelitian ini hanya mengukur pengaruh rasio NPL terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Hal ini dikarenakan keterbatasan data yang didapatkan sehingga tidak bisa melihat pengaruh dari faktor-faktor lain. Sehingga alat
69
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk melihat pengaruh rasio NPL (variabel X) terhadap laba (variabel Y). Sebelum melakukan analisis regresi linier sederhana maka dilakukan pengukuran keserasian hubungan diantara dua variabel yang masing-masing diukur pada skala interval atau ratio terlebih dahulu. Dimana notasi untuk statistik ini adalah
. Data untuk perhitungannya korelasi
pearson product moment dan regresi linear sederhana yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunkan program visual basic net terdapat pada Gambar dibawah ini :
Gambar 11. Tabel uji regresi dan korelasi (hasil pengolahan visual basic net) Gambar diatas merupakan tabel uji regresi dan korelasi. Tabel ini diperoleh dari pengolahan visual basic net yang dipergunakan untuk mempermudah perhitungan regresi dan korelasi.
4.6.1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment Analisis korelasi pearson product moment digunakan untuk mengetahui hubungan risiko kredit terhadap laba Bank Jabar Cabang
70
Ciamis. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan korelasi, maka dapat digunakan pedoman korelasi seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199
Sangat Rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2006 Hasil dari perhitungan korelasi pearson product moment yang diolah dengan menggunakan program visual basic net
didapatkan
hasil yaitu:
Gambar 12. Hasil korelasi pearson product moment (pengolahan visual basic net) Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. Dari
71
pedoman koefisien korelasi didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,652 termasuk pada kategori kuat. Jadi terdapat hubungan yang kuat antara risiko kredit dan laba. Menghitung kontribusi dari X terhadap naik turunnya nilai Y dihitung Koefisien Determinasi (KD). KD = r2 = 0,6522 = 0,43, artinya bahwa laba perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel risiko kredit sebesar 43%, sedangkan sisanya sebesar 57% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. 4.6.2. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk melihat besarnya pengaruh risiko kredit terhadap laba Bank Jabar Cabang Ciamis. Model analisis ini melihat pengaruh secara keseluruhan dan parsial dari variabel yang diujikan. Dimana laba (Y) sebagai variabel dependen dan risiko kredit (X) sebagai variabel independen. Hasil dari perhitungan
dengan
menggunakan
program
visual
basic
net
didapatkan persamaan seperti terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Hasil regresi linear sederhana (pengolahan visual basic net)
72
Dari persamaan pada Gambar 13, dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko kredit (variabel X) mempunyai pengaruh negatif terhadap laba bank (variabel Y). Dimana setiap kenaikan variabel X (tingkat risiko kredit) akan mengakibatkan penurunan pada variabel Y (laba bank). Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien risiko kredit sebesar 189, artinya bahwa kenaikan risiko kredit sebesar satu satuan, maka laba akan menurun sebesar 189.
4.6.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungannya menggunakan MINITAB 14 ( Lampiran 9). Untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H0 : β = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H1 : β ≠ 0 Hipotesis alternatifnya (H1), parameter tidak sama dengan nol. Artinya,
paling
sedikit
terdapat
satu
variabel
independen
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan F tabel Dengan taraf nyata (α=5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. Derajat bebas pembilang = k = 1 Derajat bebas penyebut = n - (k + 1) = 12 - (1 + 1) = 10 Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (1,10) = 4,96
73
3. Menentukan besarnya F hitung Hasil
perhitungan
menggunakan
program
MINITAB14
menunjukkan nilai F hitung adalah sebesar 7,40. 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a) Jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 7.40>4.96. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga risiko kredit secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%. Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α. Dari hasil uji ANOVA menggunakan α sebesar 0.05, didapat p-value = 0,022, sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolak H0).
4.7. Strategi Bank Jabar Cabang Ciamis Dalam menghadapi risiko yang terjadi, Bank Jabar melakukan pengelolaan dengan baik. Hal ini dilakukan agar laba yang diperoleh Bank Jabar menjadi maksimal dan risiko kredit yang menurun. Keadaan kredit tahun 2007 bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat strategistrategi dalam peningkatan laba dan penurunan risiko kredit. seperti terlihat pada gambar dibawah ini, dimana grafik dibawah ini diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan program visual basic net.
74
Gambar 14. Perbandingan NPL, laba dari kredit dan laba bersih tahun 2007 (hasil pengolahan visual basic net) Gambar 13, memperlihatkan bahwa pada tahun 2007 laba kredit merupakan penghasilan utama bank. Laba bersih setengahnya dari laba kredit. Bank Jabar memiliki strategi untuk meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan sebanyak 20% setiap tahunnya. Dengan harapan kredit yang disalurkan ini tidak mengalami kredit bermasalah sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal pada bank. Selain itu strategi yang dilakukan untuk menunjang peningkatan penyaluran kredit dengan lebih memperhatikan dan melakukan pengendalian dan pengelolaan kredit bermasalah yang dapat menimbulkan risiko. Sehingga dapat menekan besarnya risiko kredit dan dapat memaksimalkan laba Bank Jabar Cabang Ciamis.
75
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini, diantaranya: 01. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis diantaranya faktor internal perusahaan yaitu sumber daya manusia dan keuangan, faktor debitur yaitu jangka waktu kredit dan suku bunga, faktor eksternal yaitu persaingan dengan bank lain. 02. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis dinilai baik, dikarenakan risiko kredit yang terjadi dilihat dari rasio NPL di bawah 5 %. Hal ini menunjukan bahwa manajemen risiko kredit Bank Jabar Cabang Ciamis mampu mengelola risiko kreditnya dengan baik. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis meliputi: A. Identifikasi risiko kredit. B. Pengelompokan risiko kredit sesuai dengan kolektibilitas. C. Pengukuran risiko kredit dilihat dari rasio NPL. D. Pengendalain dan pengelolaan risiko kredit. a) Panggilan atau penagihan secara intensif kepada debitur. b) Perbaikan sistem dan prosedur. c) Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. d) Rescheduling, reconditioning, restructuring. e) Kerjasama dengan asuransi. f) Diserahkan ke pengadilan atau direktorat jendral piutang dan lelang negara (DJPLN). 03. Laba didapat dari laporan keuangan Bank Jabar Cabang Ciamis yaitu dari laporan laba/rugi. Perolehan laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis terus mengalami peningkatan. 04. Hasil dari analisis korelasi pearson product moment didaptkan r = -0,652 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. KD= r2= 0,6522=0,43, artinya bahwa laba perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel risiko kredit sebesar 43%,
76
sedangkan sisanya 57% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. 05. Hasil analisis regresi linier sederhana didapatkan persamaan Y=326-189X. Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko kredit (variabel X) mempunyai pengaruh negatif terhadap laba Bank (variabel Y). Dimana setiap kenaikan variabel X (tingkat risiko kredit) akan mengakibatkan penurunan pada variabel Y (laba Bank). 06. Hasil dari uji F menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 7,40>4,96 dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga risiko kredit secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%.
2
Saran 01. Membuat alat pengukuran yang lebih spesifik untuk setiap kegiatan di Bank Jabar, sehingga risiko yang ada dapat diidentifikasi lebih jelas dan pengelolaan risiko dapat lebih cepat dilakuakn. 02. Bank Jabar Cabang Ciamis perlu mengelola dengan baik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko kredit baik yang berasal dari internal perusahaan, debitur, ekternal perusahaan melalui pengawasan, peningkatan pelayanan, penetapan kebijakan-kebijakan dan prosedur transaksi kredit seperti memperketat penentuan jangka waktu kredit, hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kredit. 03. Bank Jabar perlu meningkatkan kualitas manajemen risiko kredit. hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan secara terus menerus dari berbagai aspek yang mengurangi efisiensi dan efektivitas kinerja dari segi SDM dan sistem analisis terhadap debitur. Sehingga analisis yang dilakukan tepat dan kredit yang disalurkan tidak menimbulkan risiko. 04. Bank Jabar Cabang Ciamis perlu menambah pegawai yang bertugas dalam menangani masalah kredit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kredit serta melakukan pelatihannya yang terkait dengan manajemen risiko kredit untuk membudayakan manajemen risiko di setiap kegiatan bank.
77
05. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menghitung besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang mempengaruhi laba seperti peningkatan bunga pinjaman, peningkatan jasa-jasa bank, peningkatan bunga tabungan, beban biaya operasional. Selain itu mengembangkan program visual basic net menjadi lebih lengkap dengan ditambah variabel-variabel tersebut dan penambahan alat analisis yaitu regresi linier berganda.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Anonim. 2001. Buku Tahunan Bank Jabar, Bandung Anonim.2002. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Jabar, Bandung (Tidak dipublikasikan). Darmawi, Hermawan. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta. Dendawijaya, Lukman. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Djohanputro, Bramantyo. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem ”Meningkatkan Mutu dan efektivitas Manajemen”. IPB Press, Bogor. Iriawan, Nur dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta. Jusuf, Jopie. 1996. Analisis Kredit untuk Account Officer. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Abdi Tandur, Jakarta. Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta. M. Munandar, Jono. 2007. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen-IPB, Bogor. McLeod, Raymond. 2004. Sistem Informasi Manajemen (Terjemahan). PT. Intermasa, Indonesia. Pudjo Mulyono, Teguh. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Riyadi, Selamet. Banking Assets and Liability Management. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Situs Indovestor. 2008. Pertumbuhan Kredit Perbankkan Tahun 2007. http//www.indovestor.com [6 Februari 2008].
79
Sofyan, Iban. 2005. Manajemen Risiko. Graha Ilmu, Yogyakarta. Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian.Bandung , CV Alfabeta. Suharto, Pandu. 1991. Peran, Masalah dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta. Sri Hardanto, Sulad. 2006. Manajemen Risiko bagi Bank Umum. PT. Elek Media Komputindo, Jakarta. Suyatno, Thomas dkk. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, Husen. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Usman, Husaini and R. Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Wardana. 2007. Membuat 5 Program Dahsyat di Visual Basic. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Survei, Wawancara, Dan pengamatan
1. ebijakan Pemerintah 2. P
Kondisi awal permasalahan yang ada saat ini: Besarnya kredit yang disalurkan yang bisa menimbulkan kemungkinana risiko kredit yang dapat menimbulkan dampak pada laba
Lampiran 1. Alur Pikir
Faktor Berpengaruh yang dapat dikendalikan : a. Sistem dan prosedur pemberian kredit b. SDM c. Kebijakan perusahaan
Data/ informasi Aktual a. Data masingmasing kolektibilita b. Total Kredit yang disalurkan c. Dana pihak Ketiga d. Laba dari Kredit e. Laba Bersih Bank Jabar f. Sistem dan
i
h Hasil yang diharapkan:
Proses pengukuran a. Analisis Deskriptif b. Korelasi Pearson c. Regresi linier sederhana d. Uji F e. Visual Basic Net
a. Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi risiko kredit b. Mengetahui manajemen risiko kredit c. Mengetahui laba pada Bank Jabar d. Mengetahui pengaruh rasio NPL terhadap laba
Peningkatan laba dan penurunan risiko kredit
Parameter Kontrol: Faktor-faktor yang berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan a. Persaingan dengan Bank lain b. Keadaan Politik, Ekonomi, Keamanan c. Keadaan Debitur
1. Kebijakan Bank Jabar 2. Kebijakan kantor Cabang 3. Peraturan BI batas NPL 5 %
Feedback
80
Gambar . Alur Pikir dari Penelitian
Lampiran 2. Diagram Sebab Akibat
81
Perubahan Kebijakan untuk Debitur
+
a. Kredit Lancar b. Kredit DPK c. Kredit Kurang Lancar d. Kredit Diragukan e. Kredit Macet
Tingkat Kualitas Analisis
+ +
Tingkat Kualitas SDM
+
+
-
+
Peningkatan Laba
+ Peningkatan DPK
a. Kliring b. Transfer c. Jasa lainnya
+
+
Peningkatan jasa-jasa lainnya
Peningkatan Laba Kredit
Peningkatan Risiko Kredit
-
Peningkatan Bunga Kredit
+ a. b. c. d.
Giro Tabungan Deposito Kewajiban Bank Lain e. Kewajiban Lainnya
Gambar. Diagram Sebab Akibat
Bunga Tabungan
-
+
Ket : + : Berpengaruh positif - : Berpengaruh negatif
Peninkatan Pertumbuhan Ekonomi
Persaingan dengan Bank Lain
+
-
+
+
Peningkatan Calon Debitur
+
Tingkat pelayanan
+
-
Tingkat Kualitas pengendalian
Peningkatan Jumlah Kredit yang Disalurkan
+
Biaya Operasional
Lanjutan Lampiran 3.
82
Lanjutan Lampiran 3.
83
Lanjutan Lampiran 3.
84
Lanjutan Lampiran 3.
85
Lanjutan Lampiran 3.
86
Lanjutan Lampiran 3.
87
88
Lanjutan lampiran 4.
89
Lanjutan lampiran 4.
90
Lanjutan lampiran 4.
PEMIMPIN CABANG
Lampiran 5. Struktur Organisasi
PEMIMPIN SEKSI PEMASARAN KREDIT&DANA JASA&SUPERVISI KREDIT
PEMIMPIN SEKSI PELAYANAN
PEMIMPIN SEKSI ADMINISTRASI DAN UMUM
PEMIMPIN CABANG PEMBANTU PANGANDARAN
KONTROL INTERN CABANG
ANALISIS KREDIT
ASS. PELAYANAN REG&INF
ASS.ADMINISTRASI KREDIT
ANALISIS KREDIT STANDAR
KASIR
ASS. PELAYANAN NASABAH/ASS. ADMINISTRASI & ANALIS KREDIT
ASISTEN KREDIT STANDAR
TELLER
ASS. SUPERVISI KREDIT
TELLER/PAYMENT POINT
ASS. ADM DANA&JASA
TELLER
ASS. LAPORAN KREDIT Ass. Kepegawaian
Ass. Adm Kliring & Umum
Ass. PDE, Adm & Lap Keu.
Gambar. Struktur Organisasi 91
92 Lanjutan lampiran 6.
Persyaratan Permohonan Kredit Pada Bank Jabar : 1. Identitas calon debitur A. Perorangan a. Foto copy KTP calon debitur dan suami/istri yang masih berlaku b. Foto copy surat nikah dan kartu keluarga c. Pas foto debitur dan suami (kalau perlu) d. Foto copy NPWP untuk permohonan diatas Rp 50.000.000 e. Khusus untuk PNS, Pensiunan dan Non PNS - Asli surat keputusan pengangkatan calon pegawai - Asli surat keputusan pengangkatan pegawai - Asli surat keputusan kepegawaian terakhir - Asli surat pernyataan yang diketahui bendaharawan gaji : o Tidak mempunyai hutang/kewajiban kepada bank atau pihak lain o Akan melunasi kredit sekaligus apabila berhenti bekerja oleh sebab apapun juga (dipindahkan) mutasi keluar wilayah kerja bank pemberi kredit f. Asli surat kuasa memotong gaji yang disetujui oleh atasan langsung dan bendaharawan gaji dimana pegawai bekerja. g. Asli kartu pegawai. h. Asli Kartu TASPEN (Tabungan Asuransi Pegawai). i. Daftar surat persetujuan suami/istri. j. Fotocopy KARIP hasil pensiun B. Badan Usaha a. Foto copy akta pendirian berikut seluruh akta perubahannya yang di dukung surat pernyataan bahwa akta tersebut akta terakhir. b. Foto copy KTP seluruh pengurus yang masih berlaku C. Pemilik agunan a. Foto copy KTP pemilik agunan b. Foto copy surat nikah dan kartu keluarga 2. Foto copy legalitas A.Perusahaan a. Sesuai dengan ketentuan
93 Lanjutan lampiran 6. B. Proyek a. SPK/kontrak/SPP untuk pengajuan kredit pengadaan dan kontruksi 3. Bukti pemilikan agunan kredit dan kelengkapan lainnya a. Foto copy sertifikat hak milik (SHM), sertifikat hak guna bangunan (SHGB), rencana anggaran bangunan (RAB), bukti pemilikan kendaraan bermotor (BPKB), dan bukti ke pemilikan lainnya b. Foto copy izin mendirikan bangunan (IMB) c. Untuk wilayah tertentu yang pemberlakuan IMB belum dapat diterapkan, dapat menggunakan surat keterangan dari desa dan kecamatan setempat. d. Foto copy surat pemberitahuan PBB yang terhutang dan tanda lulus pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir atas tanah dan bangunan yang akan dijadikan agunan kredit. e. Foto copy faktur/invoice//kwitansi pembelian mesin dan barang bergerak lainnya yang akan dijadikan agunan kredit. 4. Dokumen lainnya a. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lampiran 7. PPAP
Bulan Januari
Kolektibilitas
94
Lancar
Jumlah Debitur 10758
Baki Debet 320,547,545,558
Dalam Perhatian Khusus
381
8,102,728,271
Kurang Lancar
29
259,216,123
Diragukan
37
449,048,849
Macet
124
1,530,873,149
PPAP
3,205,475,456 405,136,414 38,882,418 224,524,425 1,530,873,149 Februari
Lancar
10699
325,534,416,567
Dalam Perhatian Khusus
379
3,931,467,883
3,255,344,166 196,573,394 Kurang Lancar
26
2,281,689,309 342,253,396
Diragukan
43
456,401,568 228,200,784
Macet
137
1,581,433,509 1,581,433,509
Maret
Lancar
10544
334,349,716,737 3,343,497,167
Dalam Perhatian Khusus
311
3,222,262,695 161,113,135
Kurang Lancar
27
191,492,674 28,723,901
Diragukan
45
2,548,620,531 1,274,310,266
Macet
146
1,547,333,144 1,547,333,144
April
Lancar
10681
347,952,749,627 3,479,527,496
Dalam Perhatian Khusus
182
2,083,487,772
Kurang Lancar
20
243,020,337
Diragukan
40
2,518,669,418
Macet
148
1,559,296,612
104,174,389 36,453,051 1,259,334,709 1,559,296,612
Lampiran 7. PPAP
Bulan Mei
Kolektibilitas
95
Lancar
Jumlah Debitur 10703
Baki Debet 361,504,358,980
Dalam Perhatian Khusus
180
1,702,394,867
Kurang Lancar
25
153,420,977
Diragukan
35
1,386,332,947
Macet
152
2,687,579,723
PPAP 3,615,043,590 85,119,743 23,013,147 693,166,474 2,687,579,723
Juni
Lancar
10600
372,709,880,921
Dalam Perhatian Khusus
197
2,245,225,053
Kurang Lancar
16
170,399,675
3,727,098,809 112,261,253 25,559,951 Diragukan
35
2,194,611,083 1,097,305,542
Macet
149
1,521,866,669 1,521,866,669
Juli
Agustus
Lancar
10641
377,708,995,241
3,777,089,952
Dalam Perhatian Khusus
150
1,568,894,052
78,444,703
Kurang Lancar
18
325,484,707
48,822,706
Diragukan
32
2,106,333,682
1,053,166,841
Macet
148
1,627,055,244
Lancar
10671
383,925,105,634
1,627,055,244 3,839,251,056
Dalam Perhatian Khusus
140
1,367,535,156
68,376,758
Kurang Lancar
19
217,734,919
32,660,238
Diragukan
31
2,254,839,787
1,127,419,894
Macet
157
1,672,612,019 1,672,612,019
Lampiran 7. PPAP
Bulan September
Oktober2007
Kolektibilitas
96
Lancar
Jumlah Debitur 10657
Baki Debet 384,714,958,097
PPAP 3,847,149,581
Dalam Perhatian Khusus
140
3,893,043,636
194,652,182
Kurang Lancar
40
213,601,109
32,040,166
Diragukan
34
520,008,537
260,004,269
Macet
161
1,667,772,596
Lancar
10701
385,446,128,674
3,854,461,287
Dalam Perhatian Khusus
98
4,497,741,390
224,887,070
Kurang Lancar
18
205,027,229
30,754,084
Diragukan
54
441,046,630
220,523,315
Macet
171
1,901,692,985
1,667,772,596
1,901,692,985 November
Desember
Lancar
10595
380,000,662,392
3,800,006,624
Dalam Perhatian Khusus
121
4,457,553,173
222,877,659
Kurang Lancar
10
63,653,766
9,548,065
Diragukan
42
250,001,282
125,000,641
Macet
175
1,958,842,382
Lancar
10595
371,332,944,354
3,713,329,444
Dalam Perhatian Khusus
105
3,353,303,406
167,665,170
Kurang Lancar
15
215,697,640
32,354,646
Diragukan
20
137,566,194
68,783,097
Macet
176
1,959,812,587
1,958,842,382
1,959,812,587
Lanjutan 8. Data kolektibilitas
97
Bulan Januari
Kolektibilitas
Jumlah Debitur 10758
320,547,545,558
381
8,102,728,271
Kurang Lancar
29
259,216,123
Diragukan
37
449,048,849
Macet
124
1,530,873,149
Lancar
10699
325,534,416,567
379
3,931,467,883
Kurang Lancar
26
2,281,689,309
Diragukan
43
456,401,568
Macet
137
1,581,433,509
Lancar
10544
334,349,716,737
311
3,222,262,695
Kurang Lancar
27
191,492,674
Diragukan
45
2,548,620,531
Macet
146
1,547,333,144
Lancar
10681
347,952,749,627
182
2,083,487,772
Kurang Lancar
20
243,020,337
Diragukan
40
2,518,669,418
Macet
148
1,559,296,612
Lancar
10703
361,504,358,980
180
1,702,394,867
Kurang Lancar
25
153,420,977
Diragukan
35
1,386,332,947
Macet
152
2,687,579,723
Lancar
10600
372,709,880,921
197
2,245,225,053
Kurang Lancar
16
170,399,675
Diragukan
35
2,194,611,083
149
1,521,866,669
Lancar Dalam Perhatian Khusus
Februari
Dalam Perhatian Khusus
Maret
Dalam Perhatian Khusus
April
Dalam Perhatian Khusus
Mei
Dalam Perhatian Khusus
Juni
Dalam Perhatian Khusus
Macet
Baki Debet
Lanjutan 8. Data kolektibilitas
98
Bulan
Jumlah Debitur 10641
377,708,995,241
150
1,568,894,052
Kurang Lancar
18
325,484,707
Diragukan
32
2,106,333,682
Macet
148
1,627,055,244
Lancar
10671
383,925,105,634
140
1,367,535,156
Kurang Lancar
19
217,734,919
Diragukan
31
2,254,839,787
Macet
157
1,672,612,019
Lancar
10657
384,714,958,097
140
3,893,043,636
Kurang Lancar
40
213,601,109
Diragukan
34
520,008,537
Macet
161
1,667,772,596
Oktober2007 Lancar
10701
385,446,128,674
Dalam Perhatian Khusus
98
4,497,741,390
Kurang Lancar
18
205,027,229
Diragukan
54
441,046,630
Macet
171
1,901,692,985
Lancar
10595
380,000,662,392
121
4,457,553,173
Kurang Lancar
10
63,653,766
Diragukan
42
250,001,282
Macet
175
1,958,842,382
Lancar
10595
371,332,944,354
105
3,353,303,406
Kurang Lancar
15
215,697,640
Diragukan
20
137,566,194
176
1,959,812,587
Juli
Kolektibilitas Lancar Dalam Perhatian Khusus
Agustus
Dalam Perhatian Khusus
September
Dalam Perhatian Khusus
November
Dalam Perhatian Khusus
Desember
Dalam Perhatian Khusus
Macet
Baki Debet
Lampiran 9. Hasil Pengolahan MINITAB 14
99
Regression Analysis: Y versus X The regression equation is Y = 325 - 189 X
Predictor Constant X
Coef 325.34 -189.07
S = 64.9372
SE Coef 67.57 69.50
R-Sq = 42.5%
T 4.81 -2.72
P 0.001 0.022
R-Sq(adj) = 36.8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 10 11
SS 31209 42168 73378
MS 31209 4217
F 7.40
P 0.022
Unusual Observations Obs 1
X 0.68
Y 28.3
Fit 197.3
SE Fit 25.9
Residual -169.1
St Resid -2.84R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Residual Plots for Y
P r o b a b i l i ty P l o t o f R E S I 1 Norm a l 99
M ean S tD e v N KS P - V a lu e
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-200
-150
-100
-50
0 R ES I1
50
100
150
- 5.44749E - 14 61.92 12 0.224 0.094