ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
Oleh RUSLAN EFENDI H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RUSLAN EFENDI H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
Oleh RUSLAN EFENDI H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RUSLAN EFENDI H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK Ruslan Efendi. H24103018. Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda Pada Perusahaan Multifinance di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. PQR Finance). Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati. Selama kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006, pembiayaan konsumen tumbuh dengan rata-rata 19,22 persen per tahun (Statistik BI dalam Economic Review Journal, 2006). PT. PQR Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang berorientasi pada pembiayaan sepeda motor Honda. Peningkatan persentase cadangan penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR Finance yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun 2006) mengindikasikan peningkatan tingkat risiko kredit macet yang dihadapi PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Tujuan penelitian adalah : (1). Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance; (2). Menganalisis seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi oleh PT. PQR Finance; (3). Mengetahui pengelolaan dan pengendalian risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan enam staf ahli Risk Portofolio Division PT. PQR Finance. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data historis PT. PQR Finance yang meliputi laporan keuangan dan laporan portofolio risiko tahun 2004 - 2006, studi literatur, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Analisis menggunakan analisis rasio keuangan, analisis dampak dan probabilitas serta metode CreditRisk+ dengan bantuan Spreadsheet Microsoft Excel CSFB dan Minitab 14. Metode CreditRisk+ meliputi menetapkan exposure, probability of default dan standar deviasi tiap kelas konsumen, penghitungan expected loss dan unexpected loss (tingkat kepercayaan 99 persen), economic capital dan backtesting. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance diklasifikasikan menjadi tiga faktor yaitu faktor internal perusahaan (kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri pembiayaan sepeda motor, dan kondisi negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment, jangka waktu kredit, pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. Peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate yang berarti kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance dapat dengan baik mengelola risiko kredit yang terjadi. Nilai expected loss tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 1.336.277.928.654,00. Tahun 2005, nilai unexpected loss mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 4.579.060.206.464,00 yang berarti kerugian katastropik yang harus mampu ditutupi oleh PT. PQR Finance dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Pengelolaan risiko kredit yaitu membangun supply chain management, penetapan prosedur dan kebijakan transaksi kredit, pembangunan sistem terintegrasi (credit scoring dan business intelligence system). Pengendalian risiko kredit yaitu rescheduling dan reconditioning, kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana, serta penetapan loan loss provision dan perolehan recovery rates.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 23 Oktober 1985 dengan nama Ruslan Efendi, sebagai putra tunggal Daman H. Mangunkusuma dan Nenih. Penulis mengawali masa pendidikannya di SD Negeri Tanah Sareal IV Bogor pada tahun 1991 – 1997, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 8 Bogor tahun 1997 – 2000 dan SMU Negeri 5 Bogor tahun 2000 – 2003. Tahun 2003, penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan di IPB dan organisasi kemahasiswaan Centre of Management (Com@) IPB selama kurun waktu tahun 2004 – 2006 sebagai Direktur Produksi, Operasi dan Kewirausahaan maupun Dewan Komisaris. Pada periode tahun 2004 – 2006, penulis juga aktif dalam kerohanian Islam mahasiswa Manajemen angkatan 40 IPB, sebagai Ketua Kewirausahaan. Penulis berpartisipasi dalam mengkoordinasikan organisasi kemahasiswaan Statistics Consultant for Management (Ticons) proyek SP4 Departemen Manajemen IPB tahun 2005 – 2006 dan menjadi Ketua Divisi Internal pada kepengurusan periode 2005-2006. Penulis juga sering mengikuti berbagai seminar dan pelatihan yang mendukung dalam pengembangan diri dan ilmu pengetahuan, baik yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi maupun perusahaan. Memperoleh prestasi dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) tingkat IPB sebagai juara I tahun 2005 sekaligus mewakili IPB untuk LKTM tingkat wilayah II dan menjadi salah satu mahasiswa berprestasi Departemen Manajemen tahun 2006. Penulis juga pernah mengikuti Apprenticeship Programme di PT. Federal International Finance tahun 2006.
iii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Rabb Semesta Alam, Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda Pada Perusahaan Multifinance di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. PQR Finance) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang terjadi dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Risiko kredit merupakan risiko yang sering dihadapi lembaga keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institutions). Pengelolaan dan pengendalian yang baik terhadap kemungkinan risiko kredit yang dihadapi dapat menjadi daya saing bagi perusahaan pembiayaan yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dengan meminimalisir kemungkinan kerugian. Analisis manajemen risiko dalam mengelola kemungkinan tingkat risiko yang terjadi sangat penting dan berguna bagi perusahaan pembiayaan (multifinance). Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Ibu Wita Juwita Ermawati S.TP, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagikan ilmu, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Heti Mulyati, S.TP. MT,. atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji dan memberikan masukan, nasihat, kritik serta saran yang membangun. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, seluruh staf dosen pengajar dan karyawan serta karyawati Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
iv
4. Bapak Yayat Hermawan, selaku staf Risk Portofolio Division dan seluruh staf karyawan PT. PQR Finance baik di Kantor Pusat maupun Kantor Cabang yang telah menyumbangkan waktu, pikiran dan informasi selama penelitian. 5. Papa dan Mama, dengan segala keringat, do’a, dekapan kasih sayang tanpa batas, hati yang tulus, senyum, dukungan, ilmu, materiil, perhatian, kebersamaan dalam suka maupun duka dan semua keindahan yang diberikan sehingga membuat penulis tetap bertahan. 6. Etty Nurbaeti atas kasih sayang yang tulus, perhatian, do’a dan motivasi. 7. Sahabat-sahabat terbaik satu peluh dan senyum. Terima kasih atas semua kebersamaan dan semoga masa depan menjadi masa yang terindah. Teruntuk Irwan Herma’, Adit’oshi Novian the First, Yan Risiana, dan Aldhika Big D. 8. Kurnia 3P, Kania, dan Amik Susanti selaku rekan satu bimbingan untuk kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi. 9. Sahabat-sahabat terbaik dalam keceriaan dan kebersamaan. Teruntuk Hendra Mbud, Cangkurileung Gumilang, Rio Son, Both of Bayu, Made, Fun’di, Dedi, Roni F, Jayawinangun, Yudi d’Gone, Sun’sa, Iman, Aldo, Asep, Gema, Alex Bembi, Ayu Ningsih, In the Rush, Yenni Baba’, Eltse’, Ulfath, Rinrin Ch., Pacuz Is., Cornel Lusi, Yayuk, Ipeh, Wina, Nela, Okty, Nene’, Cici, Funny, Rae’, Yu’nia, Dian Tsu, Elwe’, Imel KW dan Mira Nur. 10. Sahabat dalam perjuangan yaitu Imam F.M dan M. Arfan. 11. Manajemen 40 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa perkuliahan. Saudara/i Manajemen 41 serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang lebih baik lagi.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................
1 3 4 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit ................................................................................................. 2.1.1. Definisi Kredit ....................................................................... 2.1.2. Jenis-Jenis Kredit .................................................................. 2.2. Risiko ................................................................................................. 2.2.1. Definisi Risiko ....................................................................... 2.2.2. Klasifikasi Risiko ................................................................... 2.3. Risiko Kredit ...................................................................................... 2.3.1. Definisi Risiko Kredit ............................................................ 2.3.2. Dimensi Risiko Kredit ........................................................... 2.3.3. Bentuk dan Jenis Risiko Kredit ............................................. 2.4. Manajemen Risiko ............................................................................. 2.4.1. Definisi Manajemen Risiko ................................................... 2.4.2. Siklus Manajemen Risiko ...................................................... 2.5. Analisis Internal Risiko Kredit .......................................................... 2.6. Lembaga Pembiayaan ........................................................................ 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................
5 5 5 7 7 8 11 11 11 13 18 18 18 20 21 23
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 3.4.1. Analisis Rasio Keuangan ....................................................... 3.4.2. Analisis Dampak dan Probabilitas .........................................
25 27 27 28 28 30
vi
A. Register Risiko ............................................................... B. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 3.4.3. Metode CreditRisk+ ............................................................. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 4.1.1. Sejarah Singkat PT. PQR Finance ........................................ 4.1.2. Visi dan Misi PT. PQR Finance ........................................... 4.1.3. Struktur Organisasi PT. PQR Finance.................................... 4.1.4. Skema Kredit dan Business Partner PT. PQR Finance ........ 4.1.5. Perkembangan Aktiva PT. PQR Finance .............................. 4.1.6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PQR Finance ............ 4.2. Karakteristik Portofolio Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance .............................................................................. 4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance ................................................................... 4.4. Analisis Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance .............................................................................. 4.4.1. Analisis Kualitas dan Kuantitas Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance ................................ 4.4.2. Analisis Internal Risiko Kredit Metode CreditRisk+ Portofolio .............................................................................. 4.5. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance ..............................................................................
30 32 34
38 38 38 39 40 41 42 45 50 63 63 74 81
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........... ..................................................................................... B. Saran......... .................................................................................................
88 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
90
LAMPIRAN.....................................................................................................
92
vii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Besar pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan pada kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006 (triliun rupiah) ......................................... ...
1
2. Persentase penyisihan piutang ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset tahun 2004 – 2006 .................................................................
3
3. Register risiko ............................................................................................
30
4. Penilaian risiko ...........................................................................................
31
5. Aggregate risk matrix .................................................................................
33
6. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. PQR Finance tahun 2004-2006 ........................................................................................
43
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance ............
50
8. Hubungan antara down payment dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007.....................................................
55
9. Hubungan antara jangka waktu kredit (tenor) dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 ....................................................
56
10. Hubungan antara pendapatan konsumen dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 ..……………………………….
58
11. Aggregate risk matrix PT. PQR Finance ....................................................
74
12. Persentase kolektibilitas portofolio kredit terhadap total kredit PT. PQR Finance selama tahun 2006 .........................................................
86
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Klasifikasi Risiko ........................................................................................
10
2. Dimensi Risiko ..........................................................................................
12
3. Kerangka risiko kredit ...............................................................................
13
4. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit .....................
17
5. Siklus manajemen risiko ............................................................................
18
6. Kerangka pemikiran konseptual .................................................................
27
7. Hubungan dampak dan probabilitas dalam pemeringkatan risiko .............
31
8. Skema kredit dan business partner PT. PQR Finance ................................
41
9. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance tahun 2004-2006 ………...
42
10. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jumlah kredit Tahun 2007 di PT. PQR Finance ........................................
45
11. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria harga sepeda motor tahun 2007 di PT. PQR Finance .........................................
46
12. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria down payment tahun 2007 di PT. PQR Finance ................................................................
47
13. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria usia konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance .......................................
47
14. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jangka waktu kredit tahun 2007 di PT. PQR Finance .....................................................
48
15. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria pendapatan konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance ............................
49
16. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria wilayah tahun 2007 di PT. PQR Finance ...............................................................
49
17. Persentase total exposure terhadap total kredit selama kurun waktu Januari 2005 sampai Februari 2007……….………………………………
75
18. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2005.................................
77
19. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2006.................................
78
20. Persentase cadangan penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan terhadap total real loss tahun 2005-2006 ..................................................................
79
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Daftar Istilah ...............................................................................................
92
2. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. PQR Finance .................................
94
3. Struktur Organisasi Kantor Cabang PT. PQR Finance ...............................
95
4. Tabel Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit ..................................
96
5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit ...........
97
6. Tabel Register Kuantitas Risiko Kredit ....................................................
99
7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit ............................. 100 8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 ………………………………………… 102 9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006 ……………………………. 104 10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 ………… 106 11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 ………… 108 12. Proses Transaksi Kredit ..........…………………………………………… 110 13. Proses Penagihan Piutang ......................................................................... 111 14. Proses Remedial …………………………………………………………. 112 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 ………………………………………………………………… 113
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keterpurukan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan kurang berkembangnya berbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor industri keuangan. Tetapi pada perkembangannya, pertumbuhan lembaga keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institutions) selama periode tahun 2000 hingga periode Maret 2007 mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2007), persentase kontribusi lembaga keuangan bukan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada harga berlaku mengalami peningkatan dari rata-rata 0,60 persen (tahun 2000) menjadi 0,79 persen (Maret 2007). Perkembangan ini menunjukkan perkembangan perusahaan pembiayaan. Dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006, pembiayaan konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per tahun. Tabel 1 menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006. Tabel 1. Besar pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan pada kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006 (triliun rupiah) Jenis Pembiayaan
1999
2000
2001
2005
Sept 2006
6,553
2,537
1,495
1,2
Kartu kredit Pembiayaan konsumen Sewa guna usaha
0,337 4,323
0,403 0,796 1,147 0,809 1,526 8,515 12,361 16,594 22,666 35,958
1,848 50,3
1,5 50,3
10,928 13,731 14,133 12,576 11,594 14,484
19,1
18,6
0,392 0,2821
0,1
22,231 29,391 30,845 33,937 38,328 54,897 73,025
71,7
Total Pembiayaan
0,189 0,276
0,439
3,180
2004
6,407
0,236
3,181
2003
Anjak Piutang
Pembiayaan lainnya
3,277
2002
0,79
Sumber : Statistik BI dalam Economic Review Journal, 2006 Di Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktif melakukan kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yang memperoleh ijin dari Departemen Keuangan. Menurut Shinduwinata (2005), jumlah lembaga pembiayaan non bank untuk kredit kendaraaan bermotor mencapai 72 perusahaan. Berdasarkan data InfoBank (2005), dari segi asset terdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan keuangan yang menguasai 62
2
persen asset dibandingkan dengan 132 perusahaan pembiayaan lainnya. Hal ini menunjukkan ketatnya persaingan dalam industri pembiayaan. Salah satu perusahaan pembiayaan sepeda motor yang memiliki total asset terbesar yaitu PT. PQR Finance. Pada tahun 2004, PT. PQR Finance memiliki total asset lima persen dari total asset perusahaan pembiayaan sebesar Rp 78,876 triliun dan menempatkannya dalam lima besar perusahaan pembiayaan dengan total asset terbesar. PT.
PQR
Finance
merupakan
perusahaan
pembiayaan
yang
berorientasi pada pembiayaan sepeda motor Honda. Dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2005, terjadi peningkatan jumlah pendapatan pembiayaan konsumen sebesar 9,82 persen. Sedangkan, dalam kurun waktu 2005 sampai tahun 2006 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 22,24 persen (PT. PQR Finance, 2007). Penurunan pendapatan pembiayaan konsumen ini disebabkan persaingan dalam industri pembiayaan yang semakin ketat dan menimbulkan potensi risiko bagi PT. PQR Finance. Kemudahan dalam memperoleh pembiayaan untuk pembelian sepeda motor dari perusahaan pembiayaan menjadi salah satu penyebab peningkatan penjualan sepeda motor di Indonesia yang dapat menimbulkan potensi risiko bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan, tidak terkecuali dengan PT. PQR Finance. Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance dihadapkan pada berbagai aspek risiko yang dapat menimbulkan potensi kerugian bagi perusahaan tersebut. Risiko yang sering dihadapi perusahaan pembiayaan pada umumnya adalah risiko kredit. Pada tahun 2002 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance dengan rata-rata 33,87 persen (PT. PQR Finance, 2007). Dengan terjadinya peningkatan unit pembiayaan ini, maka PT. PQR Finance dihadapkan pada tingkat risiko kredit yang cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan baik. Risiko kredit terjadi ketika pemilik sepeda motor tidak mampu lagi membayar angsuran kreditnya. Pada saat kredit macet, maka perusahaan akan menarik kembali sepeda motor yang telah dibiayai dari konsumen dan kemudian akan dijual kembali kepada dealer dengan harga yang lebih rendah dari harga awal.
3
Selisih harga tersebut dapat menjadi kerugian bagi perusahaan pembiayaan. Pada tahun 2006, PT. PQR Finance memiliki 2.411.517 konsumen di 104 cabang di seluruh Indonesia. Hal ini mengindikasikan potensi risiko kredit macet perusahaan pembiayaan ini menjadi semakin besar apabila tidak dikelola dengan baik. Tabel 2. Persentase penyisihan piutang ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset tahun 2004 – 2006 Tahun 2004 2005 2006
Loan Loss Provision (ribuan rupiah) 254.521.290 683.336.003 680.334.121
Total Asset (ribuan rupiah) 8.735.276.672 15.332.114.268 10.488.284.625
Loan Loss Provision per Total Asset (%) 2,91 4,46 6,49
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah) Tabel 2 menunjukkan peningkatan persentase penyisihan piutang ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR Finance yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun 2006). Peningkatan persentase tersebut menunjukkan peningkatan tingkat risiko kredit macet yang dihadapi PT. PQR Finance dalam kegiatan operasinya. Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kualitas manajemen dalam menghadapi kuantitas risiko kredit PT. PQR Finance yang berpotensi menimbulkan kerugian. 1.2. Rumusan Masalah 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance ? 2. Seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi oleh PT. PQR Finance ? 3. Bagaimana pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance ?
4
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance. 2. Menganalisis seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. 3. Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis penulis. Penulis diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatnya dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya apabila terjadi korelasi permasalahan yang saling terkait. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai input alternatif untuk melaksanakan
strategi-strategi
perusahaan
terhadap
berbagai
kemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang dihadapi sehingga dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama kalangan akademis dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. PQR Finance. Analisis penelitian terfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit, analisis risiko kredit sepeda motor Honda dan pengelolaannya. Penelitian ini hanya membahas risiko kredit, sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi bahasan dalam penelitian. Penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang perusahaan. Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konsumen gagal bayar. Perhitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT. PQR Finance.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kredit 2.1.1. Definisi Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, artinya kepercayaan dan kebenaran. Dalam pelaksanaan perkreditan, unsur kepercayaan menyangkut karakter dari pemohon kredit. Oleh karena itu,
karakter
pemohon
kredit
merupakan
faktor
yang
dipertimbangkan oleh pemberi kredit dalam pengambilan keputusan kredit (Djinarto, 2000). Menurut J.F Johnson dalam Djinarto (2000), kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Menurut Kasmir (2004), kredit berarti memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang atau uang. Kredit dalam bentuk uang disebut pinjaman. 2.1.2. Jenis-Jenis Kredit Menurut Kasmir (2004), jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi yaitu : 1. Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan digunakan untuk kegiatan utama perusahaan. b. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki
6
jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan kredit investasi. 2. Segi Tujuan a. Kredit Produktif Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha, produksi
atau
investasi.
Kredit
ini
diberikan
untuk
menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit Konsumtif Kredit konsumtif digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. c. Kredit Perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini diberikan kepada pemasok atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Kredit ini dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun. c. Kredit Jangka Panjang Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu di atas tiga tahun atau lima tahun. 4. Segi Jaminan Maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat
7
berharga minimal senilai dengan nilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan yaitu : a. Kredit dengan jaminan Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Hal ini berarti setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan kreditur (bank) bersangkutan. 5. Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian b. Kredit Peternakan c. Kredit Industri d. Kredit Pertambangan e. Kredit Pendidikan f. Kredit Profesi g. Kredit Perumahan h. Kredit Sektor Usaha Lainnya 2.2. Risiko 2.2.1. Definisi Risiko Menurut Djohanputro (2004), risiko adalah ketidakpastian hasil sebagai akibat keputusan atau situasi saat ini. Risiko merupakan ukuran kuantitas atau ukuran empiris yang dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian dengan fluktuasinya. Risiko memiliki data pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan kejadian. Tampubolon (2005) mendefinisikan risiko sebagai suatu rentang (continuum) yang dapat bergerak ke arah ancaman dengan dampak negatif, yaitu tidak tercapainya tujuan. Risiko juga dapat
8
bergerak ke arah ancaman dengan dampak positif yaitu tercapainya tujuan
yang
ditetapkan
disertai
dengan
berbagai
tingkat
kemungkinan terjadinya ancaman maupun peluang tersebut. Risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dengan konsekuensinya. Risiko berarti suatu potensial kejadian-kejadian dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat berupa kesempatan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan atau ancaman untuk sukses (www.irm.com, 2002) Vaughan dalam Darmawi (2004) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut: 1. Risiko adalah peluang kerugian (risk is the chance of loss) Chance of loss dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian. 2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Pengertian risiko ini tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. 3. Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty) Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian. Oleh karena itu, risiko sama artinya dengan ketidakpastian. 2.2.2. Klasifikasi Risiko Menurut Djohanputro (2004), risiko perusahaan atau risiko korporat adalah fluktuasi dari exposure korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat ini. Besaran risiko korporat terkait dengan ketidakpastian dari nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Risiko korporat dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yaitu risiko keuangan, risiko operasional, risiko strategis, dan risiko eksternalitas. Masing-masing kategori risiko tersebut terdiri dari beberapa jenis risiko.
9
1. Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan dapat berupa arus kas, laba perusahaan, Economic Value Added (EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan terdiri atas empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar (risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas). 2. Risiko Operasional Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia, teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, serta struktur organisasi. Risiko operasional dibagi menjadi lima kategori risiko, yaitu risiko produktivitas, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko proses. 3. Risiko Strategis Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi exposure korporat dan exposure strategis (terutama exposure keuangan) sebagai akibat keputusan yang tidak strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko strategis kemudian dibagi menjadi tiga jenis risiko, yaitu risiko usaha, risiko transaksi strategis, dan risiko hubungan investor. 4. Risiko Eksternalitas Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada exposure korporat dan strategis, dan dapat memberikan dampak pada potensi penutupan usaha. Risiko eksternalitas dapat dibagi menjadi empat jenis risiko yaitu risiko reputasi, risiko lingkungan, risiko sosial, dan risiko hukum.
10
Klasifikasi risiko perusahaan di atas dapat digambarkan dalam suatu skema sebagai berikut : Risiko Tingkat Risiko Nilai Tukar
Risiko Pasar
Risiko Komoditas
Risiko Likuiditas
Risiko Keuangan
Risiko Ekuitas
Risiko Kredit Risiko Permodalan Risiko SDM Risiko Produktivitas Risiko Teknologi
Risiko Operasional
Risiko Inovasi Risiko Sistem Risiko Korporat
Risiko Proses Risiko Bisnis Risiko Leverage Operasi
Risiko Strategis
Risiko Transaksi Strategis Risiko Lingkungan
Risiko Eksternalitas
Risiko Reputasi Risiko Hukum
Gambar 1. Klasifikasi risiko (Djohanputro, 2004) Menurut Kountur (2004), risiko dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Sudut pandang manajer perusahaan a. Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah risiko yang dihadapi perusahaan yang
dapat
memberikan
dua
kemungkinan,
yakni
kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan.
11
b. Risiko Murni Risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang
menguntungkan
dan
hanya
kemungkinan
yang
merugikan. 2. Sumber penyebab risiko a. Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang. b. Risiko Operasional Risiko operasional adalah semua risiko yang tidak masuk pada
kelompok
risiko
keuangan.
Risiko
operasional
disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi. 2.3. Risiko Kredit 2.3.1. Definisi Risiko Kredit Menurut Coyle (2000), risiko kredit adalah suatu kerugian yang berpotensi menimbulkan penolakan atau ketidakmampuan konsumen kredit untuk membayar hutangnya secara penuh dan tepat waktu. Djohanputro (2004), mendefinisikan risiko kredit sebagai risiko dimana debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Tampubolon (2005), mendefinisikan risiko kredit sebagai exposure yang ada atau yang potensial mengancam penghasilan dan modal perusahaan, yang timbul karena kegagalan debitur (obligor) untuk memenuhi syarat yang tertuang dalam kontrak dengan perusahaan sebagaimana yang telah diperjanjikan. 2.3.2. Dimensi Risiko Kredit Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure
12
kredit tercermin dalam besarnya pinjaman. Semakin besar pinjaman maka semakin besar juga tingkat exposure kredit. Kualitas exposure kredit tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka semakin rendah kualitas kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi (Djohanputro, 2004). Ukuran nilai suatu risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko yang dapat dilihat pada Gambar 2. Exposure Kredit
Probabilitas Gagal Bayar Kualitas Jaminan
Kuantitas Risiko Kredit
Dimensi Risiko
Kualitas Risiko Kredit
Probabilitas Likuidasi Jaminan Gambar 2. Dimensi risiko (Djohanputro, 2004) Kuantitas dan kualitas risiko kredit tercermin dalam kerangka risiko kredit pada Gambar 3. Penyebab gagal bayar pada risiko kredit yaitu kebangkrutan nasabah dan kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Apabila nasabah berada pada ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi maka memiliki potensi gagal bayar dan menurunkan peringkat nasabah. Penurunan peringkat nasabah disebabkan penurunan kinerja nasabah. Kelemahan kontrak kredit menyebabkan pelanggaran kontrak kredit dan berpotensi dalam meningkatkan risiko kredit.
13
Kebangkrutan nasabah
Gagal bayar
Kesulitan keuangan nasabah
Potensi gagal bayar
Ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi
Penurunan peringkat nasabah
Penurunan kinerja nasabah
Pelanggaran kontrak
Kelemahan kontrak kredit
Potensi pelanggaran kontrak
Risiko Kredit
Gambar 3. Kerangka risiko kredit (Djohanputro, 2004) 2.3.3. Bentuk dan Jenis Risiko Kredit Menurut Djohanputro (2004), ada tiga jenis risiko dalam risiko kredit yaitu : 1. Risiko Gagal Bayar Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probabilitas gagal bayar, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan (rating). 2. Risiko Exposure Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit merupakan komitmen dalam bentuk line of credit yang termasuk bagian dari exposure. Bagi perusahaan perdagangan, besarnya transaksi secara kredit merupakan besarnya eksposur. Jenis-jenis status kredit yang berimplikasi terhadap besarnya exposure, yaitu : a. Kesepakatan transaksi yang dapat dikembalikan (revocable), perusahaan dapat membatalkan transaksi tanpa menunggu kesepakatan dari konsumen. Perusahaan dalam hal ini mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari konsumen maka dilakukan pembatalan. b. Kesepakatan bersifat irrevocable, perusahaan tidak dapat membatalkan kesepakatan secara sepihak kecuali berdasarkan kesepakatan kedua pihak.
14
c. Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini terjadi apabila konsumen sudah mentransfer pembayaran sedangkan perusahaan belum menerima pembayaran tersebut. d. Status terselesaikan (settled). Hal ini terjadi apabila uang pembayaran telah masuk ke dalam rekening perusahaan. e. Status gagal (failed). Hal ini terjadi pada saat ditetapkan, konsumen dinyatakan gagal bayar. 3. Risiko Recovery Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari konsumen. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap mengupayakan agar nilai kredit dengan status gagal bayar tersebut dapat diupayakan berapapun nilai nominal yang dapat diperoleh. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery. Semakin kecil risiko yang terkait dengan jaminan dan eksekusinya, semakin kecil risiko recovery dan semakin besar tingkat recovery. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery yaitu : a. Risiko jaminan Risiko ini terkait dengan kejelasan status hukum jaminan, fluktuasi nilai likuidasi jaminan dan kemudahan eksekusi. b. Risiko jaminan pihak ketiga Selain jaminan dalam bentuk asset, ada jaminan berupa kepercayaan. Jaminan ini memiliki kegagalan eksekusi yang sangat tinggi. c. Risiko hukum Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan mengubah
kontrak
dan
status
pinjaman
untuk
mengakomodasikan kepentingan dan kemampuan perusahaan dan debitur. Perubahan kontrak berupa reschedule pinjaman, pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman menjadi
15
setoran modal (debt to equity swap). Kegagalan untuk melakukan renegosiasi menyebabkan tindakan hukum harus ditempuh. Menurut Djohanputro (2004), model pemeringkatan yang umum digunakan yaitu 5C yang meliputi : a. Character Karakter (character) berkaitan dengan perilaku calon debitur atau pembeli secara kredit mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban. Perusahaan menggunakan data masa lalu mengenai track record calon debitur. Karakter dapat dikaitkan dengan pelanggaran moral (moral hazard), yaitu kecenderungan seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau kekayaan orang lain. b. Capacity Kapasitas (capacity) menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa proforma arus kas, neraca dan laba rugi. Rasio lancar, rasio kas dan rasio efisiensi dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban. c. Capital Modal (capital) ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (ekuitas). d. Collateral Jaminan (collateral) merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli secara kredit menyatakan tidak dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kredit
16
karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan. e. Condition Kondisi
(condition)
mengacu
kepada
kondisi
eksternal
perusahaan yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan berupa kondisi makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi pihak berkepentingan (stakeholders). Menurut Coyle (2000), pendekatan pemberian pinjaman yang digunakan yaitu CAMPARI ICE yang meliputi : a. Character Karakter peminjam selalu menjadi faktor utama dalam setiap keputusan pemberian pinjaman. Integritas dan kejujuran bukan merupakan
satu-satunya
aspek
karakter
yang
harus
dipertimbangkan. Karakter peminjam dapat dianalisis melalui latar belakang atau catatan masa lalu peminjam dan wawancara pribadi. b. Ability Ability mengacu pada konteks apakah debitur memiliki kemampuan untuk membayar dan berkaitan pada apakah debitur memiliki kelayakan untuk memperoleh kredit. c. Means Means berarti kapasitas dimana debitur memiliki kemampuan teknis, manajerial dan kemampuan keuangan yang baik. d. Purpose Tujuan debitur dalam permohonan kredit harus jelas dan dapat diterima. Perusahaan atau lembaga pembiayaan sebaiknya tidak memberikan pinjaman jika tidak mengetahui tujuan penggunaan kredit. e. Amount of loans Jumlah kredit (amount of loans) sebaiknya konsisten terhadap tujuan penggunaan kredit.
17
f. Repayment Sumber pembayaran kembali harus dapat diketahui sebelum permohonan kredit disetujui. Kemampuan untuk membayar kembali penting dan membuktikan kemampuan keuangan yang baik dari debitur. g. Insurance Insurance bagi debitur merupakan sarana pengaman kredit, yaitu dalam hal ini dapat berupa jaminan kredit. Jaminan merupakan suatu hal yang penting dalam keputusan pemberian pinjaman. h. Interest, Commission dan Extras Kebijakan
pemberian
kredit
pada
bank
atau
lembaga
pembiayaan memperlakukan tingkat bunga untuk setiap jenis debitur dan kredit. Tingkat suku bunga ini digunakan untuk menjamin risiko kredit. Komisi ditujukan untuk biaya-biaya yang mungkin dikumpulkan sebagai hasil dari transaksi kredit. Extras berarti biaya-biaya lain yang digunakan dalam transaksi kredit. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit dicerminkan pada Gambar 4. Loss Given Default (LGD) merupakan jumlah kerugian pada saat terjadinya gagal bayar dikurangi dengan jaminan yang ada. Kerugian yang diharapkan dan kerugian yang tidak diharapkan oleh perusahaan diukur berdasarkan deviasi normal dan konsep Value at Risk (Wibowo, 2004). Risiko Gagal Bayar
Risiko Recovery
Risiko Exposure
Loss Given Default
Expected and Unexpected Loss
Kebijakan perusahaan Gambar 4. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit (Wibowo, 2004)
18
2.4. Manajemen Risiko 2.4.1. Definisi Manajemen Risiko Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur dan menangani risikorisiko yang dihadapi perusahaan. Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai paradigma baru berupa tata kelola organisasi yang tidak bersifat statis (lentur) agar mampu menanggapi risiko usaha yang terus berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi. Djohanputro (2004), mendefinisikan manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko dan dalam memonitor serta mengendalikan penanganan risiko. Secara lebih spesifik, Lam (2003) mendefinisikan manajemen risiko kredit
sebagai
proses
yang
berkenaan
dengan
identifikasi,
mengkuantifikasi, mengawasi, dan mengendalikan risiko kredit, transaksi kredit dan tingkat portofolio kredit. 2.4.2. Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan Gambar 5. Evaluasi pihak berkepentingan
Identifikasi risiko
Pengawasan dan pengendalian risiko
Pengukuran risiko
Model pengelolaan risko
Keterangan :
Pemetaan risiko
Hubungan Langsung Hubungan Tidak Langsung
Gambar 5. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2004)
19
Tahap 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentigan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared value, strategy, structure, staff, skills, system dan style. Tahap 2. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Tahap 3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas disebabkan karena keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Pemetaan bertujuan untuk memilah-milah risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola. Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5. Monitor dan Pengendalian Monitor dan pengendalian penting dilaksanakan karena : 1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. 2. Manajemen perlu memastikan model pengelolaan risiko cukup efektif, artinya model yang diterapkan sesuai dan mencapai tujuan pengelolaan risiko.
20
3. Risiko itu sendiri berkembang. Monitor dan pengendalian bertujuan
untuk
memantau
kecenderungan-kecenderungan
perkembangan berubahnya
terhadap
profil
risiko.
Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko. Menurut Tampubolon (2005), proses manajemen risiko yang menjadi tanggung jawab manajer risiko sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi risiko dengan menggunakan alat seperti risk workshop, scenario, dan risk assesment. 2. Mengelompokkan risiko berdasarkan kategorinya. 3. Mengukur risiko. 4. Menilai dan mengukur pengendalian. 5. Mitigasi risiko berupa program pengarah untuk menghilangkan, mengurangi, menetapkan atau justru meningkatkan risiko yang ada. 6. Memantau risiko dengan menetapkan frekuensi pemantauan berdasarkan tinggi rendahnya risiko yang ada. 2.5. Analisis Internal Risiko Kredit Menurut Lam (2003), analisis internal risiko kredit atau model portofolio kredit digunakan untuk mengukur risiko kredit dari exposure individual dan menghitung besarnya kerugian yang dihadapi. Analisis internal risiko kredit terdiri dari beberapa model, antara lain : 1. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur modal. Analisis pada model ini berdasarkan pada kemungkinan tingkat kegagalan debitur (peminjam) yang ditinjau dari nilai asset. Model ini digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency swaps dan option pricing . 2. Econometric
Model,
yaitu
McKinsey
and
Company’s
CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan (default rate) untuk debitur individu atau kelompok dengan memperhitungkan perilaku variabel makroekonomi.
21
3. Actuarial Model, yaitu CreditRisk+ Model. CreditRisk+ Model didasari oleh pendekatan portofolio untuk membentuk pola risiko kegagalan kredit dari informasi jumlah exposure dan kualitas kredit. Pengukuran CreditRisk+ Model menggunakan recovery rates, tingkat gagal bayar (default rates), dan volatilitas gagal bayar (default rates volatilities). Metode CreditRisk+ adalah model credit default risk yang berarti tidak mengasumsikan penyebab terjadinya gagal bayar (default). Metode CreditRisk+ bersifat default model yang berarti semua portofolio exposure menunjukkan risiko gagal bayar kredit konsumen. Metode CreditRisk+ diperkenalkan oleh Credit Suisse Group Boston pada Desember 1996. Model ini bisa diterapkan untuk menghitung risiko kredit, dimana distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default kredit (frequency of event) dan nilai dari kredit yang gagal (severity of loan losses). 2.6. Lembaga Pembiayaan Jenis usaha pembiayaan (multifinance) terdiri dari sewa guna usaha, modal ventura, perdagangan surat berharga, anjak piutang, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen melalui SK Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 Bab II Pasal 2 tentang kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 (2006), lembaga pembiayaan (multifinance) adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan bukan Bank dan Perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi : a. Sewa Guna Usaha Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
22
lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa konrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang moda objek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha. b. Modal Ventura Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. Penyertaan modal dalam setiap perusahaan pasangan usaha bersifat sementara dan tidak dapat melebihi jangka waktu sepuluh tahun. c. Perdagangan Surat Berharga Perusahaan perdagangan surat berharga (securities company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan surat berharga. d. Anjak Piutang Perusahaan anjak piutang (factoring company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. e. Usaha Kartu Kredit Perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah nasabah yang mendapat pembiayaan dari perusahaan kartu kredit.
23
f. Pembiayaan Konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat melakukan lebih dari satu kegiatan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi. Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan Surat Sanggup Bayar (Promissory Note). Perusahaan pembiayaan hanya dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi krediturnya (www.pajak.go.id, 2006). 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu Olof (2006) meneliti mengenai penerapan metode CreditRisk+ dalam pengukuran risiko kredit pada pembiayaan kendaraan bermotor (studi kasus pada PT. XYZ). Metode CreditRisk+ sesuai untuk mengukur risiko kredit kendaraan bermotor serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya karena hanya memerlukan data internal berupa jumlah unit kendaraan, jumlah exposure, kolektabilitas dan recovery rate. Tahapan-tahapan CreditRisk+ yaitu pengumpulan data debitur, penyusunan band, penyusunan exposure default per band, pengukuran recovery rate, pengukuran severity loss (Loss Given Default), pengukuran probability of default dan cummulative probability of default, pengukuran expected dan unexpected loss, pengukuran economic capital, backtesting, dan pengujian validitas. Data LGD yang diperoleh dibagi menjadi tiga band yaitu Rp 1.000.000,00 ; Rp 10.000.000,00 dan Rp 100.000.000,00. Iqbal
(2007)
melakukan
penelitian
mengenai
analisis
risiko
pembiayaan syariah dengan menggunakan metode CreditRisk+ pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Metode CreditRisk+ dapat dijadikan sebagai alat penghitungan alternatif dalam mengestimasi risiko pembiayaan. Hasil penghitungan dengan metode CreditRisk+ Portofolio dapat menjadi informasi yang berguna sebagai
24
evaluasi apakah risiko pembiayaan mampu ditanggung oleh keadaan keuangan perusahaan dan sebagai estimasi potensi kerugian yang akan dihadapi pada periode berikutnya. Hasil pengujian validasi melalui backtesting memperoleh hasil bahwa potensi kerugian memiliki selisih sebesar Rp 7.663.805,65 dibandingkan dengan real loss Desember 2004 atau terjadi deviasi sekitar 4,41 persen. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur risiko pembiayaan syariah
pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu. Total potensi
kerugian untuk Bulan Desember 2004 dari 522 debitur berdasarkan penghitungan sebesar Rp 181.350.000,00 atau 8,09 persen dari total pembiayaan sebesar Rp 2.242.711.600,00. Strategi mitigasi dan pengelolaan risiko atas kerugian yang mungkin terjadi antara lain adalah (1). Pemberian pembiayaan kepada debitur di semua sektor ekonomi; (2). Penanganan portofolio bemasalah melalui penjadwalan ulang pembiayaan, restukturisasi atau penghapusan piutang; (3). Penggunaan metode CreditRisk+ Portofolio untuk menghitung estimasi risiko pembiyaan satu bulan mendatang; (4). Membentuk cadangan penghapusan piutang yang berasal dari kas sebesar Rp 181.350.000,00 untuk bulan Desember 2004 dan modal ekonomi unrtuk risiko yang berasal dari modal sebesar Rp. 45.073.668,50.
25
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Perkembangan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan, tidak terkecuali PT. PQR Finance. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance dengan rata-rata 55,34 persen (PT. PQR Finance, 2007). Perkembangan positif yang diraih PT. PQR Finance telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT. PQR Finance dihadapkan pada potensi risiko yang mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi oleh PT. PQR Finance berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor, PT. PQR Finance dihadapkan
pada
risiko
kredit.
Peningkatan
persentase
penyisihan
penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR Finance yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun 2006)
mengindikasikan
meningkatnya
risiko
peningkatan
kredit.
kerugian
Persentase
tersebut
yang
diakibatkan
mengindikasikan
peningkatan penghapusan piutang ragu-ragu PT. PQR Finance. Hal tersebut disertai dengan peningkatan jumlah konsumen pembiayaan sepeda motor Honda yang dapat menimbulkan potensi risiko kredit macet apabila tidak dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko exposure dan risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko kredit yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit. Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Risiko recovery
26
berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari konsumen. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin kecil recovery rates (Lampiran 1). Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Pada proses identifikasi diharapkan akan teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance. Analisis rasio dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan terhadap risiko dari suatu kegiatan usaha. Setelah mengetahui kinerja keuangan PT. PQR Finance maka dilakukan analisis kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit terhadap PT. PQR Finance. Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas risiko kredit dilakukan menggunakan metode analisis dampak dan kemungkinan terjadinya risiko dan metode CreditRisk+. Analisis dampak dan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan tabel register risiko. Pada analisis ini dapat diketahui bagaimana kualitas manajemen kredit PT. PQR Finance dalam mengelola kuantitas risiko kredit yang dihadapi. Analisis CreditRisk+ berdasarkan data-data historis perusahaan seperti data Performance Loan, Non Performance Loan (Lampiran 1), exposure per kelompok konsumen, kolektabilitas dan recovery rate selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2006. Pada tahap terakhir proses manajemen risiko kredit, diketahui pengelolaan dan pengendalian risiko kredit di PT. PQR Finance. Pada akhirnya, dapat diketahui sejumlah modal yang efisien untuk dapat menutupi dan meminimalisir kerugian dari risiko kredit sebagai input alternatif bagi PT. PQR Finance dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan dan menurunkan tingkat kerugian perusahaan. Adapun kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat digambarkan pada Gambar 6.
27
Visi dan Misi
PT. PQR Finance Peningkatan Loan Loss Provision per Total Asset Risiko Kredit
Faktor-Faktor Risiko Kredit
Dimensi Risiko
Kuantitas Risiko
Kualitas Risiko
Pengukuran Risiko
Analisis Dampak dan Probabilitas
Credit Risk+ Model
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit (Mitigasi Risiko)
Gambar 6. Kerangka pemikiran konseptual 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT. PQR Finance yang berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dimulai dari bulan April 2007 sampai dengan Juni 2007. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data dan wawancara langsung dengan enam staf ahli yang terkait dengan bidang penelitian. Pengamatan dilakukan langsung di tempat penelitian dengan mengamati proses kredit di Departemen Kredit. Sedangkan
28
wawancara dilakukan terhadap enam staf bagian Risk Portofolio Division dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian di PT. PQR Finance. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui data historis PT. PQR Finance, studi literatur, koran, majalah, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Jenis data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan portofolio risiko PT. PQR Finance tahun 2004 hingga tahun 2006 dan bahan-bahan penunjang yang terkait dengan penelitian. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan secara kualitatif dilakukan dengan mengkaji konsep manajemen risiko kredit PT. PQR Finance berdasarkan teori-teori serta prinsip-prinsip yang telah berkembang. Metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko kredit dan menganalisis pengelolaan serta pengendalian risiko kredit oleh PT. PQR Finance. Metode kualitatif juga digunakan untuk mengukur kualitas manajemen risiko kredit PT. PQR Finance. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Analisis kuantitatif risiko kredit menggunakan konsep analisis rasio keuangan, penilaian risiko dengan tabel register kuantitas risiko kredit dan CreditRisk+. Semua data diolah dengan menggunakan software spreadsheet CreditRisk+ CSFB Microsoft Excel dan Minitab 14. 3.4.1. Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2004), analisis rasio-rasio keuangan diantaranya : a. Gross Return on Assets (Gross ROA) Gross Return on Assets = Earning Before Taxes……………......1 Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset sebelum dikurangi pajak (earning before taxes).
29
b. Net Return on Assets (Net ROA) Net Return on Assets (Net ROA) = Earning After Tax (EAT)......2 Total Assets Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan efesiensi secara keseluruhan setelah dikurangi pajak (earning after taxes). c. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) = Earning After Tax (EAT)..................3 Equity Capital Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan pembiayaan dalam mengelola modal (equity capital) yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan bersih. d. Primary Ratio Primary Ratio= Equity Capital....................................................4 Total Asset Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset dapat tertutupi oleh modal usaha. e.
Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin =
Net income Earning Before Tax
..............................5
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersih (net income) dari kegiatan operasi perusahaan. Menurut Muljono (2001), analisis rasio-rasio keuangan perkreditan antara lain : a. Rasio Risiko Kredit (Credit Risk Ratio) Credit Risk Ratio = Bad Debts.....................................................6 Total loans Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi dana likuiditasnya dengan mengadakan pergeseran atau penarikan kredit macet (bad debts) terhadap total kredit (total loans) untuk memenuhi permintaan kredit lain. b. Rasio Modal (Capital Ratio) Capital Ratio = Equity Capital + Loan Loss Provision...............7 Total Loans
30
Rasio ini untuk mengukur kemampuan permodalan (equity capital) dan cadangan konsumen gagal bayar dalam menghadapi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Loan loss provision merupakan penyisihan piutang ragu-ragu. c. Tingkat Pengembalian Kredit (Rate of Return on Loans) Rate of Return on Loans = Interest and Fees on Loans...............8 Total Loans Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga kredit (interest and fees on loans) terhadap jumlah kredit yang dicairkan. d. Interest Margin Interest Margin = Interest Income – Interest Expense................9 Total Loans Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga bersih dibandingkan total kredit yang dicairkan. 3.4.2. Analisis Dampak dan Probabilitas A. Register Risiko Tabel register risiko digunakan untuk menganalisis kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit yang diterapkan oleh PT. PQR Finance. Indikator-indikator mengenai risiko kredit terkait dengan sumber risiko kredit yang terjadi. Tabel register risiko dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Register risiko Sumber Pernyataan Taksiran Taksiran Nilai Risiko Mengenai Risiko Potensi Dampak Potensi Terjadi Risiko Risiko (H-M-L) Risiko (H-M-L)
...
...
...
...
...
Keterangan : high (H), moderate (M), low (L) Sumber : Tampubolon, 2005 Tabel register risiko di atas diberi penilaian terhadap risiko berdasarkan analisis dampak dan kemungkinan terjadinya risiko. Nilai risiko yang diberikan berdasarkan dampak risiko dan kemungkinan terjadinya risiko di PT. PQR Finance. Penilaian
31
risiko yang berdasarkan dampak risiko dan kemungkinan terjadinya risiko dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian risiko Dampak risiko Mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai semua atau sebagian sasaran dan tujuan dalam jangka panjang Mencegah organisasi memenuhi tujuannya untuk periode tertentu saja Menyebabkan sedikit ketidaknyamanan tapi tidak terlalu berpengaruh pada pencapaian tujuan Sumber : Tampubolon, 2005
Kemungkinan terjadi risiko (probability)
Nilai Risiko
Hampir pasti (75%)
Tinggi (High)
Mungkin (25% – 75%)
Sedang (Moderate)
Kemungkinan kecil (25%)
Rendah (Low)
Penilaian terhadap potensi dampak risiko dan potensi terjadinya risiko diakumulasi menjadi suatu penilaian risiko dengan menggunakan angka. Risiko dianalisis secara subyektif dan diberi nilai mulai dari angka 1 sampai dengan 10. Semakin tinggi potensi dampak risiko dan potensi terjadinya risiko maka semakin tinggi penilaian terhadap risiko. Gambar 7 dapat memberi pedoman mengenai risiko yang masih dapat diterima, memerlukan pengelolaan yang secukupnya atau harus dikelola dengan menggunakan program mitigasi yang lebih ketat. P R High (5) O B A B Moderate (3) I L I Low (1) T Y
Sedang
Cukup tinggi
Sangat tinggi
(5)
(8)
(10)
Rendah
Sedang
Cukup tinggi
(2)
(6)
(9)
Rendah
Rendah
Sedang
(1)
(3)
(7)
Low (1) Moderate (3) High (5) DAMPAK RISIKO YANG DIIDENTIFIKASI
Gambar 7. Hubungan dampak dan probabilitas pemeringkatan risiko (Tampubolon, 2005)
dalam
32
Penilaian hasil akhir untuk tabel kuantitas risiko kredit menggunakan
skala
dampak
dan
probabilitas
dengan
menghitung rata-rata nilai risiko yang disesuaikan dengan judgement ahli (Risk Portofolio Division PT. PQR Finance). Nilai rata-rata kuantitas risiko kredit merupakan perbandingan antara jumlah nilai risiko terhadap sumber risiko. Menurut Tampubolon (2005), skala dampak dan probabilitas pada Gambar 7 dibagi menjadi rendah (1-3), moderate (4-7), tinggi (9-10). Penilaian hasil akhir untuk tabel kualitas manajemen risiko kredit diberi bobot melalui judgement ahli kemudian total akhir dijumlahkan dengan nilai akhir lemah (weak) untuk rentang 100-200, memuaskan (satisfactory) untuk rentang 210390, dan kuat (strong) untuk rentang 400-500. Tabel register risiko yang mengukur kualitas dari manajemen risiko kredit dan kuantitas risiko kredit kemudian dinyatakan dalam suatu Aggregate Risk Matrix. Tabel 5 menunjukkan bagaimana manajemen risiko yang diterapkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko yang dihadapi PT. PQR Finance. Tabel 5. Aggregate risk matrix Quality of Risk Quantity of Risk Management Low Moderate High Weak Low to Moderate High Moderate to High Satisfactory Low Moderate Moderate to High Strong Low Low to Moderate Moderate Sumber : Tampubolon, 2005 B. Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Sugiyono (2005), pengujian validitas atau keabsahan data yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif, antara lain adalah :
33
1. Perpanjangan pengamatan Melalui perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui atau sumber data yang baru. 2. Meningkatkan ketekunan Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti dapat melakukan pengecekan kembali mengenai apakah data yang telah ditemukan tersebut salah atau tidak dan peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang objek yang diamati melalui peningkatan ketekunan. 3. Triangulasi Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi terdiri atas triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan triangulasi teknik melalui wawancara dan tabel register. 4. Diskusi Melakukan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait yaitu dengan staf Risk Portofolio Division PT. PQR Finance. 5. Member check Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut semakin valid dan kredibel.
34
3.4.3. Metode CreditRisk+ Menurut Marisson dalam Winarni (2004), manfaat kuantifikasi risiko kredit yaitu : 1. Supporting origination decision Kuantifikasi risiko berfungsi untuk membantu keputusan penyaluran kredit dengan memperhatikan tingkat risiko yang akan ditanggung. 2. Supporting portofolio optimization Kuantifikasi risiko berfungsi untuk mengoptimisasi risk dan return portofolio yaitu dengan mengetahui konsentrasi dan diversifikasi dari setiap portofolio kredit sehingga dapat meminimumkan risiko terhadap tingkat pengembalian (return) yang diharapkan atau memaksimumkan tingkat pengembalian (return) pada tingkat risiko yang ditetapkan. 3. Supporting capital management Kuantifikasi risiko berfungsi untuk menentukan besarnya cadangan modal yang perlu disediakan untuk menutupi expected loss dari kredit dan mampu memperkirakan besarnya economic capital yang harus tersedia untuk menyerap potensi risiko kredit. Oleh karena itu, kuantifikasi risiko sangat penting. Pada penelitian ini kuantifikasi risiko menggunakan metode CreditRisk+. Metode CreditRisk+ memiliki keunggulan dalam perhitungan karena berasal dari data internal perusahaan yang secara praktis dan efektif mampu mengukur kemungkinan risiko kegagalan dan kerugian konsumen. Penggunaan metode ini mengasumsikan tingkat kemungkinan gagal bayar (probability of default) setiap konsumen yang berasal dari perusahaan
dan
merupakan kejadian historis
maupun hasil
perhitungan atas survei yang dilakukan perusahaan ketika calon konsumen menjadi konsumen. Tahapan yang dilakukan dalam metode CreditRisk+ meliputi :
35
Tahap 1. Menetapkan Exposure Exposure diperoleh dari tagihan kredit sepeda motor Honda dalam status overdue 30 hari (Lampiran 1) atau gagal bayar lebih dari 30 hari. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh PT. PQR Finance berbeda-beda setiap konsumen sehingga penetapan angsuran setiap konsumen juga berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan maka nilai exposure diperoleh dari jumlah pembiayaan konsumen tersebut yang dibagi menjadi 54 kelompok konsumen dengan karakteristik yang sama yaitu kemungkinan gagal bayar (probability of default), nilai dana awal pembayaran sebagai persetujuan transaksi (down payment) dan wilayah. Nilai dari 54 exposure kelompok konsumen tersebut kemudian diurutkan dari nilai yang terkecil hingga yang terbesar. Tahap 2. Menghitung Kemungkinan Gagal Bayar dan Standar Deviasi Tahap ini dilakukan dengan menghitung rata-rata kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi (standard deviation) setiap kelompok konsumen. Probability of default (Lampiran 1) merupakan persentase gagal bayar bersih yang telah dikurangi oleh recovery rate. Recovery rate adalah persentase nilai utang yang dapat dibayar kembali atau persentase rata-rata tagihan tertunggak yang dapat dilunasi konsumen. Nilai recovery rate akan menurunkan tingkat kerugian dimana besarnya kerugian akibat adanya kredit yang gagal bayar akan segera ditutup sebagian dengan adanya recovery. Tahap 3. Mengukur Expected Loss (EL) dan Unexpected Loss (UEL) Expected loss (EL), seperti yang dijelaskan pada Lampiran 1, merupakan kerugian akibat gagal bayar yang harus dapat ditutupi oleh provisi yang telah dicadangkan. Expected loss (EL) untuk seluruh kelompok konsumen dinotasikan sebagai berikut : m
EL = ∑ (Exposure) x (Probability of default).................................10 i=1
36
Dimana, m = jumlah kelompok konsumen Unexpected loss (UEL), seperti yang dijelaskan pada Lampiran 1, merupakan kerugian akibat gagal bayar konsumen yang harus dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected Loss adalah nilai kumulatif kemungkinan gagal (cummulative probability of defaults) mencapai nilai 99 persen yang berarti maksimal rugi dapat terjadi pada tingkat keyakinan tertentu (99%). Cummulative probability of defaults, seperti yang dijelaskan pada Lampiran 1, menggunakan distribusi Poisson dengan asumsi kemungkinan gagal (probability of default) dari sebagian kelompok konsumen bernilai kecil dan kejadian macet antar kelompok konsumen saling independen (www.csfb.com, 1997). Dalam Crouhy (2000), rumus distribusi Poisson dinotasikan sebagai berikut : Probability (n defaults) = Dimana,
..................................................11
n = jumlah kerugian konsumen yang gagal bayar (1,2,3....n) e = nilai distribusi Poisson (2,71828…) µ = nilai rata-rata kemungkinan gagal bayar Menurut Crouhy (2000), untuk menganalisis distribusi kemungkinan kerugian dari seluruh portofolio risiko maka menggunakan fungsi penghasil kemungkinan risiko gagal bayar yang dinotasikan sebagai berikut : ...............................................................12
........................................................13 Dimana, n = jumlah kerugian konsumen yang gagal bayar (1,2,3....n) e = nilai distribusi Poisson (2,71828…) µ = nilai rata-rata kemungkinan gagal bayar p = probabilitas gagal bayar z = portofolio risiko
37
Fungsi di atas menggunakan distribusi Poisson dan Taylor series. Untuk mempermudah pengolahan, maka pada tahap ini dilakukan pengolahan data dengan menggunakan spreadsheet CreditRisk+ CSFB Microsoft Excel dan Minitab 14. Tahap 4. Modal Ekonomi (Economic Capital) Economic capital adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar konsumen pada portofolio kredit. Economic capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UEL dan EL. Economic Capital = UEL – EL.........................................................14 Tahap 5. Backtesting Untuk
menjaga
reliabilitas
suatu
model,
pada
tahap
ini
membandingkan hasil proyeksi pengukuran expected loss (potential loss) yang diperkirakan dengan kerugian aktual (real loss). Menurut Jorion dalam Iqbal (2007), tahap perbandingan ini menggunakan simpangan atau standar deviasi (σ) sebagai berikut : σ = Potential loss – Real loss x 100%.............................................15 Real loss Kerugian aktual (real loss) pada PT. PQR Finance merupakan total penjumlahan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu (written off doubtful accounts) dengan kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net loss from sale and diminution in market value of repossessed collateral) dan dikurangi penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan (recovery of written off receivables) selama periode tahun 2005 dan tahun 2006. Model dapat diterapkan apabila menghasilkan standar deviasi ≤ 6 persen. Jika simpangan berada di antara 6 – 8 persen maka terjadi kesalahan penentuan asumsi, parameter atau kesalahan penghitungan sehingga harus diuji kembali. Jika penyimpangan validasi terlalu besar, berarti diperlukan perbaikan kesalahan asumsi, parameter, proses, teknik, perbaikan data yang dimasukkan atau mengganti dengan model yang lain.
38
IV. PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat PT. PQR Finance PT. PQR Finance merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala. PT. PQR Finance memperoleh ijin usaha sebagai perusahaan pembiayaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1151/KMK.013/1989 tanggal 17 Oktober 1989 dan No. 1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus 1990. PT. PQR Finance memulai operasi komersial pada tahun 1989. PT. PQR Finance didirikan pada tanggal 1 Mei 1989 memperoleh ijin dalam bidang Sewa Guna Usaha, Anjak piutang dan Pembiayaan Konsumen. Pada tahun 2007, PT. PQR Finance telah memiliki 104 cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia
seperti di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Papua. 4.1.2. Visi dan Misi PT. PQR Finance Visi PT. PQR Finance adalah menawarkan solusi keuangan yang terbaik bagi pelanggan secara individual. Misi-misi PT. PQR Finance yaitu : 1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek kehati-hatian. Hal ini berarti menjalankan bisnis dengan prosedur dan aturan main yang sederhana, efisien dan cepat tetapi
tetap
menjalankan
fungsi
pengendalian
untuk
meminimalisir risiko bisnis. 2. Memberikan produk berupa keuntungan finansial atau jasa keuangan kepada segmen konsumen kelas bawah.
39
3. PT. PQR Finance memperkuat dan melebarkan infrastruktur (fasilitas) untuk mendukung kredit mikro (kredit untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif) dan kredit tanpa jaminan. 4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi sepeda motor Honda. 5. Mencapai harapan para konsumen, karyawan, pemegang saham, kreditur dan pemerintah. 4.1.3. Struktur Organisasi PT. PQR Finance PT. PQR Finance memiliki kantor pusat yang berlokasi di Jakarta dan 104 kantor cabang yang berada di seluruh Indonesia. Kantor pusat PT. PQR Finance memiliki peran do the right things yang berarti melakukan sesuatu yang benar atau efektif sedangkan kantor cabang memiliki peran do the things right yang berarti melakukan sesuatu secara benar atau efisien. Struktur organisasi kantor pusat PT. PQR Finance (Lampiran 2) terdiri dari : 1. Dewan Komisaris yang dipimpin oleh Presiden Komisaris Dewan komisaris yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili pemegang
saham
dalam
mengawasi
berjalannya
suatu
perusahaan. 2. Dewan Direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur a. Marketing Director Marketing Director membawahi Marketing Division dan Remedial and Legal Division. Marketing division berperan untuk
meningkatkan
volume
konsumen
baru
dan
meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan penjual sepeda motor Honda seperti dealer sepeda motor Honda. Remedial and Legal Division berperan untuk meningkatkan tingkat recovery terhadap konsumen gagal bayar. b. Operational Director Operational Director membawahi Operational Division dan Finance Division. Operational Division berperan dalam manajemen pengumpulan transaksi kredit terhadap
40
konsumennya (collection management). Finance Division berperan untuk meminimalkan biaya usaha (cost of fund). c. Business Support Director Business Support Director membawahi Information and Technology (IT) Division, Corporate Development Division dan Corporate Community. IT Division berperan untuk mengelola sistem secara keseluruhan dan sistem informasi manajemen. Corporate Development Division berperan dalam sumber daya manusia di lingkungan perusahaan seperti Human Research Development (HRD). Corporate Community berperan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders (karyawan perusahaan, masyarakat, pemerintah, konsumen). 3. Tim Audit 4. Risk Portofolio Division Risk Portofolio Division merupakan divisi lintas divisi (divisi operasional, pemasaran, keuangan serta Remedial and Legal) yang menangani kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko. Struktur organisasi departemen wilayah kantor cabang (Lampiran 3) terdiri dari struktur organisasi kantor cabang itu sendiri dan Marketing Field. Kantor cabang memiliki enam departemen yaitu Departemen Kredit, Account Receivables (AR), Remedial, Finance, Personal and Business Support (PBS) dan Used Motorcycle (UMC). Kantor cabang berperan dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional, memiliki produktivitas yang telah ditetapkan, kecepatan dan akurasi pelayanan terhadap konsumen. 4.1.4.
Skema Kredit dan Business Partner PT. PQR Finance Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam lingkup bisnis PT. PQR Finance yaitu dealer dan konsumen. Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance memiliki kerjasama bisnis dengan dealer yang menjual sepeda motor Honda dengan mencairkan dana tunai kepada dealer tersebut apabila konsumen telah memenuhi
41
persyaratan kreditnya. Konsumen yang telah memenuhi persyaratan tertentu memiliki kewajiban membayar kepada PT. PQR Finance berdasarkan
syarat-syarat
yang
telah
disepakati.
Dealer
mengirimkan sepeda motor Honda kepada konsumen setelah memenuhi persyaratan kredit pada PT. PQR Finance. Gambar 8 menunjukkan skema kredit dan business partner PT. PQR Finance. PT. PQR Finance Pencairan
Dealer
Angsuran
Sepeda Motor Honda
Konsumen
Gambar 8. Skema kredit dan business partner PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2006) 4.1.5.
Perkembangan Aktiva PT. PQR Finance Sejak didirikan pada tahun 1989, PT. PQR Finance mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat dengan pertumbuhan aktiva perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan total aktiva dari Rp 8,73 triliun menjadi Rp 15,33 triliun. Persaingan antar perusahaan pembiayaan dan perekonomian yang kurang baik dibandingkan tahun 2005 menyebabkan total aktiva PT. PQR Finance menurun pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp 10,48 triliun. Penurunan total aktiva PT. PQR Finance mengindikasikan terjadi penurunan kinerja perusahaan tersebut. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance selama kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.
42
Ribuan Rupiah 18000000000 18.000.000.000
15.332.114.268
16.000.000.000 16000000000
14000000000 14.000.000.000 12000000000 12.000.000.000 10000000000 10.000.000.000
10.488.284.625 8.735.276.672
8.000.000.000 8000000000 6.000.000.000 6000000000 4.000.000.000 4000000000 2.000.000.000 2000000000
0 Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Gambar 9. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance tahun 2004-2006 (PT. PQR Finance, 2007)(diolah) 4.1.6.
Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PQR Finance Perkembangan usaha PT. PQR Finance selama tiga tahun terakhir menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selama tahun 2004 hingga tahun 2006 (PT. PQR Finance, 2007). Persaingan usaha antar perusahaan pembiayaan semakin ketat. Hal ini menyebabkan perusahaanperusahaan pembiayaan yang tidak memiliki keuangan yang kuat kurang bisa bertahan dalam industri ini. Sebagai perusahaan pembiayaan dengan keuangan yang cukup kuat, PT. PQR Finance masih tetap terkena dampak dari persaingan usaha dalam industri pembiayaan ini. PT. PQR Finance mengalami peningkatan total kredit kotor dari tahun 2004 sebesar Rp 7,89 triliun, tahun 2005 sebesar Rp 14,05 triliun hingga tahun 2006 sebesar Rp 9,30 triliun. Peningkatan
total
kredit
tersebut
tidak
disertai
dengan
perkembangan kinerja keuangan yang baik. Perkembangan usaha yang kurang baik ini mengindikasikan peningkatan risiko usaha suatu perusahaan. Kinerja keuangan PT. PQR Finance selama kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 6.
43
Tabel 6. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. PQR Finance tahun 2004-2006 Indikator Gross ROA Net ROA ROE Net Profit Margin Rate of Return on Loans Primary Ratio Capital Ratio Credit Risk Ratio Interest Margin
Tahun 2004 (persen) 6,95 4,57 46,26 65,76
Tahun 2005 (persen) 4,11 2,86 33,69 69,62
Tahun 2006 (persen) 4,55 3,25 20,43 71,43
0,76 9,88 14,17 0,20 -11,19
0,79 8,49 14,12 0,37 -8,93
1,72 15,91 25,26 0,50 -14,83
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah) Tabel 6 menunjukkan tingkat profitabilitas usaha (Gross ROA, Net ROA, dan ROE) PT. PQR Finance mengalami penurunan dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Gross Return On Total Assets (ROA) menunjukkan penurunan kinerja dengan ratarata 15,08 persen dari tahun 2004 (6,95%) hingga tahun 2006 (4,55%). Hal ini berarti terjadi penurunan kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan harta yang ada. Net ROA menunjukkan penurunan kinerja dengan rata rata 11,90 persen dari tahun 2004 (4,57%) hingga tahun 2006 (3,25%). Net ROA
pada
manajemen
Tabel dalam
6
menunjukkan
memperoleh
laba
penurunan bersih
kemampuan dan
efisiensi
pengelolaan harta secara keseluruhan. Penurunan Return On Equity (ROE) PT. PQR Finance dengan rata-rata 33,27 persen dari tahun 2004 (46,26%) hingga tahun 2006 (20,43%) menunjukkan penurunan kemampuan manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan pendapatan bersih. Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. PQR Finance menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari peningkatan net profit margin dan rate of return on loans dari tahun 2004 hingga tahun 2006 seperti pada Tabel 6. Net profit margin PT.
44
PQR Finance selama kurun waktu tahun 2004 (65,76%) hingga tahun 2006 (71,43%) mengalami peningkatan dengan rata-rata 4,23 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan tersebut. Begitu pula dengan rate of return on loans yang mengalami peningkatan dengan rata-rata 60,83 persen dari tahun 2004 (0,76%) hingga tahun 2006 (1,72%). Peningkatan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga terhadap jumlah kredit yang dicairkan. Tabel 6 menunjukkan peningkatan tingkat solvabilitas PT. PQR Finance dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Peningkatan tingkat solvabilitas pada Tabel 6 terlihat pada peningkatan primary ratio dan capital ratio. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan PT. PQR Finance dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Tingkat solvabilitas juga dapat menjadi alat ukur untuk melihat kekayaan dan efisiensi bagi manajemen perusahaan. Primary ratio mengalami peningkatan dengan rata-rata 36,66 persen dari tahun 2004 (9,88%) hingga tahun 2006
(15,91%).
Peningkatan
primary
ratio
menunjukkan
peningkatan ketersediaan modal perusahaan untuk menutupi apabila terjadi penurunan total assets. Peningkatan capital ratio PT. PQR Finance dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun 2004 (14,17%) hingga tahun 2006 (25,26%) menunjukkan peningkatan permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan terutama risiko gagal bayar konsumen. Peningkatan credit risk ratio PT. PQR Finance dengan ratarata 60,07 persen dari tahun 2004 (0,20%) hingga tahun 2006 (0,50%) menunjukkan peningkatan risiko kredit macet dapat merugikan perusahaan terhadap kredit yang disalurkan. Interest margin PT. PQR Finance pada Tabel 6 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut
45
pendapatan bunga bersih dibandingkan total kredit yang dicairkan mengalami penurunan dengan rata-rata 22,94 persen dari tahun 2004 (-11,19%) sampai dengan tahun 2006 (-14,93%). Persentase negatif
berarti
pendapatan
kemampuan
ditinjau
dari
perusahaan
pendapatan
untuk
bunga
memperoleh
masih
rendah
dibandingkan dengan beban yang telah dikeluarkan oleh PT. PQR Finance. 4.2. Karakteristik Portofolio Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance Pada tahun 2007, PT. PQR Finance memiliki 2.426.779 konsumen di seluruh Indonesia dengan total kredit sebesar Rp 15,54 triliun (PT. PQR Finance, 2007). Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. PQR Finance memiliki segmentasi konsumen berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan jumlah kredit yang diberikan kepada konsumen, harga sepeda motor Honda, dana awal pembayaran konsumen (down payment), usia konsumen, jangka waktu kredit, pendapatan konsumen dan wilayah penyebaran kredit. Gambar 10 menunjukkan portofolio segmentasi total kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance pada tahun 2007 berdasarkan jumlah kredit terhadap konsumennya. Persentase 60,00% 46,67%
50,00%
50,01%
40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
2,53% x<5
0,76% 5 ≤ x <10
10 ≤ x <15
15 ≤ x <20
0,02% Diatas 20
Keterangan : x = jumlah kredit (juta rupiah)
Gambar 10. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jumlah kredit Tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Gambar 10 menunjukkan bahwa sebesar 50,01 persen dari total kredit PT. PQR Finance berada pada jumlah kredit konsumen antara Rp 10 juta
46
sampai Rp 15 juta. PT. PQR Finance mempunyai jumlah kredit konsumen antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sebesar 46,67 persen dari total kredit dan jumlah kredit konsumen kurang dari Rp 5 juta sebesar 2,53 persen dari total kredit serta jumlah kredit konsumen lebih dari 15 juta sebesar kurang dari satu persen dari total kreditnya. Gambar 11 menunjukkan portofolio segmentasi kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance berdasarkan harga sepeda motor Honda yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Persentase 80,00%
74,59%
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00%
19,89% 5,08%
10,00%
0,44%
0,0% x < 10
10 ≤ x <15
15 ≤ x <20
diatas 20 juta
Keterangan : x = harga sepeda motor (juta rupiah)
Gambar 11. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria harga sepeda motor tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Gambar 11 menunjukkan bahwa sebesar 74,59 persen dari total kredit yang ditujukan pada konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan harga sepeda motor Honda antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Sebesar 19,89 persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen dengan harga sepeda motor kurang dari Rp 10 juta. Sebesar 5,08 persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan harga sepeda motor Honda antara Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Sebesar 0,44 persen dari total kredit untuk kredit konsumen dengan harga sepeda motor lebih dari Rp 20 juta. Berdasarkan data di atas, maka potensi peningkatan risiko kredit di PT. PQR Finance dapat terjadi untuk konsumen dengan kredit pada harga sepeda motor antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Berdasarkan dana awal penyetoran konsumen (down payment), total kredit yang ditujukan untuk konsumen dapat dilihat pada Gambar 12.
47
Persentase 90,00% 80,00%
77,37%
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00%
11,36%
20,00% 10,00%
6,52%
4,76%
20% ≤ x < 25%
25% ≤ x < 30%
0,00% x < 20%
Di atas 30
Keterangan = x = down payment
Gambar 12. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria down payment tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Gambar 12 menunjukkan bahwa sebesar 77,37 persen total kredit ditujukan pada konsumen dengan down payment kurang dari 20 persen. Sedangkan kurang dari delapan persen total kredit tahun 2007 ditujukan konsumen dengan down payment diatas 20 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko kredit PT. PQR Finance terjadi sebagian besar disebabkan pemberian kredit yang ditujukan kepada konsumen dengan down payment yang rendah (kurang dari 20 persen). Pemberian kredit berdasarkan kriteria usia konsumen, dapat dilihat pada Gambar 13. Persentase 40,00% 35,00% 30,00%
36,38% 27,85%
26,76%
25,00% 20,00% 15,00%
9,01%
10,00% 5,00% 0,00% 20 ≤ x < 30
30 ≤ x < 40
40 ≤ x < 50
50 ≤ x < 60
Keterangan : x = usia konsumen
Gambar 13. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria usia konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
48
Gambar 13 menunjukkan bahwa sekitar 36,38 persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen dengan usia antara 30 tahun sampai 40 tahun. Total pemberian kredit untuk usia antara 20 – 30 tahun dan 40 – 50 tahun sejumlah 27,85 persen dan 26,76 persen. Sekitar 9,01 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen antara usia 50 tahun sampai 60 tahun. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan jangka waktu kredit konsumen PT. PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 14. Persentase 80,00%
67,38%
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
20,15% 4,07%
8,41%
x < 12
12 ≤ x < 24 ≤ x < 36 Di atas 36 Gambar … Portofolio Kredit Sepeda24Motor Honda Berdasarkan
Keterangan : x = jangka waktu kredit
Gambar 14. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jangka waktu kredit tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Gambar 14 menunjukkan bahwa sekitar 67,38 persen dari total kredit tahun 2006 ditujukan kepada konsumen dengan jangka waktu kreditnya antara 24 bulan sampai 36 bulan (2 – 3 tahun). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar potensi peningkatan risiko kredit pada PT. PQR Finance terjadi untuk konsumen yang melakukan transaksi kredit dalam jangka waktu yang menengah (2 – 3 tahun). Sekitar 20,15 persen dari total kredit ditujukan pada konsumen dengan jangka waktu kredit antara 12 bulan sampai 24 bulan. Sekitar 8,41 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen dengan jangka waktu diatas 36 bulan (3 tahun) dan 2,89 persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan jangka waktu kredit kurang dari satu tahun. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria pendapatan konsumen PT. PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 15.
49
Persentase 64,94%
70,00% 60,00% 50,00% 40,00%
32,23%
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% x<2
2≤x<5
2,25%
0,38%
0,21%
5 ≤ x < 10
10 ≤ x < 25
diatas 25
Keterangan : x = pendapatan konsumen (juta rupiah)
Gambar 15. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria pendapatan konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Gambar 15 menunjukkan bahwa sekitar 64,94 persen dari total kredit PT. PQR Finance tahun 2007 ditujukan untuk konsumen dengan pendapatan kurang dari Rp 2.000.000,00. Hal ini sesuai dengan misi dari perusahaan tersebut untuk memberikan fasilitas jasa keuangan bagi segmen kelas menengah ke bawah. Kebijakan mengenai segmentasi konsumen ini tidak terlepas dari terjadinya risiko kredit. Sekitar 32,23 persen dari total kredit ditujukan
untuk
konsumen
dengan
pendapatan
antara
Rp 2.000.000,00 sampai Rp 5.000.000,00 sedangkan kurang dari tiga persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan pendapatan diatas Rp 5.000.000,00 Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan wilayah penyebaran konsumen PT. PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 16. B 28%
C 9% D 11%
A 19% I 1%
H 12%
G 6%
F 6%
E 8%
Keterangan : A = JABOTABEK B = SUMATERA C = JABAR D = JATENG E = KALIMANTAN F = SULAWESI G = BALI & LOMBOK H = JATIM I = NTT & PAPUA
Gambar 16. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria wilayah tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
50
Gambar 16 menunjukkan portofolio kredit berdasarkan wilayah di seluruh Indonesia. Gambar tersebut menunjukkan 28 persen total kredit ditujukan untuk konsumen di wilayah Sumatera. Data di atas menunjukkan bahwa wilayah Sumatera merupakan wilayah dengan konsumen kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance terbanyak di antara wilayah lainnya. Sekitar 19 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) dan sekitar 32 persen total kredit ditujukan untuk konsumen di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. 4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance PT. PQR Finance telah menempatkan posisinya sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance tidak terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko
kredit
terjadi
ketika
perusahaan
pembiayaan
menghadapi
kemungkinan ketidakmampuan konsumennya untuk membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT. PQR Finance berkaitan dengan persetujuan suatu kredit atas sepeda motor dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi konsumennya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan syarat-syarat yang telah disepakati. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance 1.
Internal perusahaan
2.
Business partner
3.
Lingkungan eksternal
Sumber faktor a. Kualitas dan kuantitas SDM b. Teknologi dan Informasi (TI) c. Kebijakan perusahaan d. Keuangan a. Dealer b. Konsumen : Overdue, down payment, jangka waktu kredit, (tenor), pendapatan konsumen, angsuran kredit, moral hazard dan morale hazard. a. Kebijakan pemerintah terhadap perusahaan pembiayaan b. Persaingan dalam industri pembiayaan dan sepeda motor c. Kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara
Sumber : Data primer dan data sekunder pada PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
51
Berdasarkan Tabel 7, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit dapat diklasifikasikan menjadi tiga sumber faktor yaitu faktor internal perusahaan, konsumen dan lingkungan. 1. Faktor internal perusahaan Meskipun telah menjadi salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia, PT. PQR Finance harus mampu meningkatkan kualitas internal perusahaannya agar mampu meningkatkan kinerjanya. Faktorfaktor yang mempengaruhi risiko kredit yang berasal dari internal PT. PQR Finance yaitu berasal dari kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM), Teknologi dan Informasi (TI), kebijakan perusahaan dan keuangan. a. Kualitas dan kuantitas SDM Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance harus memiliki kualitas SDM yang baik dan kuantitas SDM yang memadai baik di kantor pusat maupun kantor cabangnya. SDM yang berkualitas dapat memimimalisir kemungkinan terjadinya risiko kredit. Dalam kaitannya dengan operasional perusahaan yang berhubungan dengan kredit sepeda motor yang dijalankan PT. PQR Finance maka faktor SDM sangat penting untuk departemendepartemen yang berperan dalam transaksi kredit seperti Departemen Kredit, Departemen Account Officer (AO), dan Departemen Remedial. Kerugian risiko kredit yang terkait dengan faktor SDM internal perusahaan berkenaan dengan moral hazard dan morale hazard (Lampiran 1). Moral hazard terjadi apabila karyawan internal perusahaan
dengan
sengaja
melakukan
tindakan
demi
menguntungkan diri sendiri terutama dalam menjalankan tugasnya sehingga menimbulkan kerugian risiko kredit bagi perusahaan. Morale hazard dapat terjadi karena kekuranghati-hatian karyawan dalam melakukan transaksi kredit dengan konsumen. Bagi Departemen Kredit, SDM merupakan aspek vital dalam kegiatan usaha perusahaan ini. Dalam departemen kredit, kualitas surveyor harus baik karena memiliki tanggung jawab atas
52
kemungkinan persetujuan kredit sepeda motor terhadap calon konsumennya. Apabila kualitas surveyor rendah maka akan meningkatkan risiko kredit perusahaan ini seperti kesalahan dalam memberikan laporan kelayakan calon konsumen. Ketidakmampuan konsumen dalam membayar angsuran kredit dapat disebabkan karena kesalahan surveyor dalam mensurvei calon konsumen kredit sebelum kredit diberikan. Bagi Departemen Account Officer (AO), kolektor memiliki peran yang sangat penting. Kualitas kolektor yang baik dapat meminimalisir kemungkinan keterlambatan pembayaran angsuran kredit konsumen. Kolektor bertugas untuk mengumpulkan angsuran konsumen untuk angsuran kredit yang jatuh tempo maupun untuk angsuran kredit yang telah melebihi jatuh tempo (overdue) sampai 60 hari. Bagi Departemen Remedial, kualitas eksekutor yang baik dalam menindak konsumen yang tidak mampu membayar sisa angsuran kredit dapat meminimalkan kerugian yang diterima perusahaan. Eksekutor berperan untuk mengumpulkan semaksimal mungkin pendapatan dari angsuran kredit bermasalah yang telah melebihi 60 hari dari jatuh tempo dan melakukan tindakan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan terhadap konsumen tersebut. b. Teknologi dan Informasi (TI) Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat memungkinkan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam dunia usaha, tidak terkecuali PT. PQR Finance. PT. PQR Finance yang memiliki 104 cabang yang tersebar di Indonesia. Oleh karena itu, teknologi dan informasi berperan sangat penting terutama dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan transaksi bisnis perusahaan tersebut (kebijakan mengenai kredit) yang berasal dari kantor pusat kepada kantor cabangnya. PT. PQR Finance memiliki sistem terintegrasi untuk menganalisis kelayakan calon konsumen atau pemeringkatan kredit (credit scoring) secara terkomputerisasi berdasarkan variabel-variabel yang ditetapkan PT.
53
PQR Finance. Sistem ini memungkinkan efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai kelayakan calon konsumen secara tepat. Ketepatan penilaian kelayakan calon konsumen dapat meminimalisir kerugian risiko kredit. Sistem yang diterapkan PT. PQR Finance secara terpusat, hal ini untuk mengendalikan risiko kredit secara ketat. c. Kebijakan perusahaan Kebijakan perusahaan berkenaan dengan kebijakan yang diterapkan terhadap kegiatan usaha PT. PQR Finance yaitu kebijakan mengenai kredit. Kebijakan mengenai kredit dapat berupa kebijakan penetapan suku bunga kredit atau kebijakan mengenai down payment dari calon konsumen. Kebijakan perusahaan tersebut akan dapat meningkatkan atau mengurangi tingkat risiko kredit perusahaan. Kebijakan mengenai tingkat suku bunga dan tingkat down payment yang rendah dapat meningkatkan risiko kredit sedangkan kebijakan mengenai tingkat suku bunga dan tingkat down payment yang tinggi dapat mengurangi risiko kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance. Kebijakan mengenai batas pembayaran awal calon konsumen (down payment) untuk menjadi konsumen dapat mempengaruhi risiko kredit yang berasal dari sudut pandang kemampuan finansial konsumennya. Kebijakan perusahaan menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana merupakan kebijakan untuk mengurangi kerugian risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. PT. Asuransi Astra Buana merupakan perusahaan asuransi yang memiliki hubungan kerjasama dengan PT. PQR Finance. Kebijakan ini memungkinkan konsumen untuk membayar premi dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang disyaratkan oleh PT. PQR Finance. Premi tersebut dibayar oleh konsumen dengan jumlah angsuran kredit setiap bulannya. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir kerugian risiko kredit yang diakibatkan bagi konsumen yang mengalami kehilangan, pencurian, perampasan dan kecelakaan (75 persen masih utuh) selama
54
masa angsuran kredit masih berjalan. Prosedur kontrak merupakan prosedur yang vital dalam suatu transaksi kredit. Kualitas kontrak yang baik, dimana telah memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh PT. PQR Finance, akan meminimalkan terjadinya kerugian risiko kredit. d. Keuangan Kemampuan keuangan PT. PQR Finance berhubungan dengan kemampuan dalam menyediakan sejumlah uang secara tunai terhadap dealer resmi sepeda motor Honda apabila calon konsumen telah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk diberikan fasilitas kredit sepeda motor dari PT. PQR Finance. Kemampuan keuangan PT. PQR Finance ini dapat juga berhubungan dengan kemampuan dalam mencadangkan sejumlah uang (cadangan penghapusan piutang raguragu) untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat konsumen yang gagal bayar sebagai bagian dari kerugian risiko kredit. Cadangan penghapusan piutang ragu-ragu harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan dihadapi oleh PT. PQR Finance secara efisien dan efektif. Peningkatan capital ratio PT. PQR Finance dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun 2004 (14,17%) hingga tahun 2006 (25,26%) menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan yang kuat untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian-kerugian dari kegiatan usahanya. 2. Faktor Business Partner Dalam kegiatan usahanya, PT. PQR Finance tidak terlepas dari kerjasama bisnis (business partner) dengan dealer dan konsumen. a. Dealer Dealer merupakan organisasi bisnis yang berorientasi sebagai penyalur kendaraan bermotor. Dari sudut pandang hubungan kerjasama dengan dealer, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit berupa risiko dari moral hazard yang dilakukan oleh dealer dan kurang baiknya kualitas kerjasama antar perusahaan dengan dealer. PT. PQR Finance memiliki hubungan kerjasama dengan
55
dealer resmi sepeda motor Honda sehingga antar kedua perusahaan tersebut memiliki hubungan kerjasama yang kuat. Oleh karena itu, kemungkinan
kerugian
yang
diakibatkan
oleh
dealer
dapat
diminimalisir. b. Konsumen Dari sisi konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit antara lain : 1. Overdue Overdue merupakan lama waktu tertunggak (hari tertunggak) konsumen dalam melunasi kewajiban-kewajibannya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Hal ini berarti konsumen belum melunasi kewajibannya sampai melebihi jatuh tempo yang telah disepakati. Semakin panjang waktu overdue maka kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin besar dan semakin pendek waktu overdue (termasuk kredit dengan status lancar) maka kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin kecil. 2. Down Payment Down payment merupakan sejumlah uang yang disetorkan oleh konsumen sebagai dana awal untuk memulai kontrak kredit sepeda motor Honda. Tabel 8 menunjukkan hubungan antara down payment terhadap kolektibilitas kredit. Tabel 8. Hubungan antara down payment dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 (triliun rupiah) Kolektibilitas A B C D E Total DP ≤ 5% 4,380 0,250 0,131 0,047 0,023 4,831 DP 5-10% 3,950 0,230 0,096 0,043 0,016 4,335 DP 10-20% 3,640 0,200 0,043 0,039 0,006 3,928 DP 20-25% 0,890 0,020 0,005 0,003 0,001 0,919 DP 25-30% 0,610 0,010 0,003 0,001 0,000 0,627 DP ≥ 30% 1,210 0,010 0,004 0,002 0,001 1,226 Total 14,800 0,720 0,282 0,135 0,047 15,871 Keterangan : DP = Down Payment ; A = Kredit Lancar; B = Kredit Dalam Perhatian Khusus (Overdue 30); C = Kredit Kurang Lancar (Overdue 60); D = Kredit Diragukan (Overdue 90); E = Kredit Macet (Overdue 150 atau lebih) Down Payment
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
56
Tabel 8 menunjukkan bahwa down payment kurang dari lima persen (DP ≤ 5%) memiliki nilai kredit macet tertinggi yang mencapai Rp 0,023 triliun atau 48 persen dari total kredit macet periode Februari 2007. Hal ini mengindikasikan down payment kurang dari lima persen memiliki tingkat risiko kredit macet yang tertinggi. Down payment kurang dari lima persen memiliki tingkat risiko kredit yang tertinggi juga nilai kredit dalam perhatian khusus (Overdue 30), kredit kurang lancar (Overdue 60), dan kredit diragukan (Overdue 90). Nilai risiko kredit untuk down payment antara lima persen sampai 10 persen dan down payment antara 10 persen sampai 20 persen memiliki tingkat risiko kredit yang tinggi pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin rendah persentase down payment konsumen, maka semakin tinggi tingkat risiko kredit gagal bayar yang dihadapi PT. PQR Finance. 3. Jangka waktu kredit (Tenor) Jangka waktu kredit merupakan periode yang diberikan kepada konsumen untuk melunasi kewajibannya berdasarkan persetujuan antar perusahaan dan konsumen tersebut. Tabel 9 menunjukkan hubungan antara jangka waktu kredit (tenor) terhadap kolektibilitas kredit. Tabel 9. Hubungan antara jangka waktu kredit (tenor) dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 Tenor (bulan) < 12 12 - 24 24 - 36 > 36 Total
Kolektibilitas (dalam rupiah) Overdue 30 10.508.574.848 80.496.838.874 583.228.670.715 93.452.378.786 767.686.463.223
Overdue 90 2.146.327.629 14.538.810.055 107.946.000.495 17.255.658.973 141.886.797.152
Total 12.654.902.477 95.035.648.929 691.174.671.210 110.708.037.759 909.573.260.375
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah) Tabel 9 menunjukkan bahwa konsumen dengan jangka waktu kredit (tenor) antara 24 sampai 36 bulan memiliki jumlah tunggakan (overdue 30 hari) yang paling tinggi dengan nilai mencapai Rp 583.228.670.715,00 (75,97 persen dari total
57
kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Untuk jangka waktu kredit (tenor) lebih dari 36 bulan termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang tinggi pada kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) selama periode Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai Rp 93.452.378.786,00 (12,17 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Nilai tunggakan terendah dengan status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) yaitu jangka waktu kredit yang disepakati konsumen kurang dari 12 bulan yang mencapai Rp 10.508.574.848,00 (1,37 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus) dan jangka waktu kredit konsumen antara 12 bulan sampai 24 bulan yang mencapai Rp 80.496.838.874,00 (10,49 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Tabel 9 menunjukkan bahwa konsumen dengan jangka waktu kredit (tenor) antara 24 sampai 36 bulan memiliki jumlah tunggakan (overdue 90 hari) yang paling tinggi dengan nilai mencapai Rp 107.946.000.495,00 (76,08 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Untuk jangka waktu kredit (tenor) lebih dari 36 bulan termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang tinggi pada kredit diragukan (overdue 90) selama periode Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai Rp 17.255.658.973,00 (12,16 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Nilai tunggakan terendah dengan status kredit diragukan (overdue 90) yaitu jangka waktu kredit yang disepakati konsumen kurang dari 12 bulan yang mencapai Rp 2.146.327.629,00 (1,51 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan) dan jangka waktu kredit konsumen antara
12
bulan
sampai
24
bulan
yang
mencapai
Rp 14.538.810.055,00 (10,25 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan).
58
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin panjang jangka waktu kredit konsumen dengan status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90) maka semakin tinggi kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan semakin pendek jangka waktu kredit konsumen dengan status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90), maka semakin rendah kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Hal ini menunjukkan bahwa jangka waktu kredit (tenor) yang panjang memungkinkan konsumen untuk membayar tidak tepat waktu dan tidak secara penuh. 4. Pendapatan konsumen Pendapatan konsumen merupakan aspek kapasitas konsumen dari segi keuangan, diharapkan agar konsumen mampu membayar kewajibannya pada periode kredit yang telah disepakati. Tabel 10 menunjukkan hubungan antara pendapatan konsumen terhadap kolektibilitas kredit. Tabel 10. Hubungan antara pendapatan konsumen dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 Pendapatan Konsumen (rupiah) < 2 juta 2 - 5 juta 5 - 10 juta 10 - 25 juta > 25 juta Total
Kolektibilitas (dalam rupiah) Overdue 30
Overdue 90
Total
507.170.223.002 242.613.360.652 14.343.072.070 2.578.638.687 981.168.812 767.686.463.223
93.456.709.182 44.897.944.030 2.801.956.477 504.883.095 225.304.368 141.886.797.152
600.626.932.184 287.511.304.682 17.145.028.547 3.083.521.782 1.206.473.180 909.573.260.375
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah) Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen dengan pendapatan konsumen kurang dari Rp 2.000.000,00 memiliki jumlah tunggakan (overdue 30 hari) yang paling tinggi dengan nilai mencapai Rp 507.170.223.002,00 (66,06 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Untuk pendapatan konsumen antara Rp 2.000.000,00 hingga Rp 5.000.000,00 termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang
59
tinggi pada kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) selama periode
Februari
tahun
2007
dengan
nilai
mencapai
Rp 242.613.360.652,00 (31,60 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Nilai tunggakan yang termasuk rendah dengan status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) yaitu pendapatan konsumen antara Rp 5.000.000,00 hingga Rp 10.000.000,00 yang mencapai Rp 14.343.072.070,00 (1,87 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus), pendapatan konsumen antara Rp 10.000.000,00 sampai Rp 25.000.000,00 yang mencapai Rp 2.578.638.687,00 (0,34 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus) serta pendapatan konsumen lebih dari Rp 25.000.000,00 yang mencapai Rp 981.168.812,00 (0,13 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen dengan pendapatan konsumen kurang dari Rp 2.000.000,00 memiliki jumlah tunggakan (overdue 90 hari) yang paling tinggi dengan nilai mencapai
Rp
93.456.709.182,00
(65,87
persen
dari
total
kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Untuk pendapatan
konsumen
antara
Rp
2.000.000,00
hingga
Rp 5.000.000,00 termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang tinggi pada status kredit diragukan (overdue 90) selama periode Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai Rp 44.897.944.030,00 (31,64 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Nilai tunggakan yang termasuk rendah dengan status kredit diragukan (overdue 90) yaitu pendapatan konsumen antara Rp 5.000.000,00 hingga Rp 10.000.000,00 yang mencapai Rp 2.801.956.477,00 (1,97 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan), pendapatan konsumen antara Rp 10.000.000,00 sampai Rp 25.000.000,00 yang mencapai Rp 504.883.095,00 (0,36 persen dari total kolektibilitas kredit
60
dengan status kredit diragukan) serta pendapatan konsumen lebih dari Rp 25.000.000,00 yang mencapai Rp 225.304.368,00 (0,16 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin rendah pendapatan konsumen dengan status status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90) maka semakin tinggi kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan semakin tinggi pendapatan konsumen dengan status status kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90), maka semakin rendah kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Hal ini disebabkan karena rata-rata konsumen dengan pendapatan tinggi membayar angsuran secara penuh dan tepat waktu sebelum jatuh tempo (kredit berstatus lancar). Tingginya jumlah konsumen dengan pendapatan kurang dari Rp 2.000.000,00 (1.575.961 konsumen)
sesuai
dengan
misi
PT.
PQR
Finance
yaitu
memberikan kredit untuk konsumen segmen menengah ke bawah. 5. Angsuran kredit Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit sepeda motor untuk kategori angsuran kredit dilihat dari jumlah angsuran yang telah dibayar, periode angsuran yang telah dijalani, dan sisa hutang. Jumlah angsuran kredit yang telah dibayar merupakan total jumlah keseluruhan berdasarkan
angsuran
yang
telah
ketentuan-ketentuan
dipenuhi yang
telah
kewajibannya disepakati
sebelumnya. Semakin besar jumlah angsuran yang dilunasi maka semakin kecil kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan semakin kecil jumlah angsuran yang dilunasi maka semakin besar kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. Periode angsuran yang telah dijalani merupakan jangka waktu kredit yang telah dilalui oleh konsumen secara penuh dalam
61
melunasi kewajibannya. Semakin panjang periode angsuran yang telah dijalani secara penuh, maka semakin kecil kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan semakin pendek periode angsuran yang telah dijalani secara penuh, maka semakin besar kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. Sisa hutang merupakan banyaknya jumlah keseluruhan angsuran yang belum dilunasi oleh konsumen. Semakin besar sisa hutang konsumen, maka semakin besar kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan semakin kecil sisa hutang konsumen, maka semakin kecil kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. 6. Moral hazard dan morale hazard Kemudahan memperoleh kredit untuk pembelian sepeda motor memiliki potensi menimbulkan moral hazard dan morale hazard pada konsumen pembeli sepeda motor. Konsumen dapat dengan mudah memperoleh sepeda motor baru dengan uang muka (down payment) yang relatif rendah. Apabila konsumen tidak mampu membayar angsuran selama jangka waktu yang telah ditetapkan, maka perusahaan pembiayaan yang bersangkutan akan menarik kembali unit sepeda motor tersebut. Bagi perusahaan pembiayaan, hal ini dapat menjadi kerugian karena nilai jual motor tersebut akan menjadi turun. Moral hazard dapat terjadi karena tindakan konsumen melucuti komponen-komponen pada sepeda motor tersebut dan menggantinya dengan harga yang lebih murah dan dengan sengaja melakukan pelanggaran kontrak seperti menunda pembayaran tepat waktu. Sedangkan, morale hazard dapat terjadi karena konsumen secara tidak sengaja melakukan tindakan yang menyalahi persetujuan transaksi, seperti bertindak kurang hati-hati dalam memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan.
62
3. Lingkungan eksternal Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan eksternal yaitu : a. Kebijakan pemerintah terhadap perusahaan pembiayaan Ketentuan dan tata cara mengenai pelaksanaan lembaga pembiayaan diatur oleh pemerintah yang mulai dilandasi sejak tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri (Menteri Keuangan, Menteri Industri dan Menteri Perdagangan) dan pada tahun 1988 melalui Surat Keputusan Presiden No.61/1988 (Economic Review Journal, 2005) serta diperbaharui melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 Bab II Pasal 2 tentang kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Regulasi pemerintah terhadap industri pembiayaan tidak terlalu ketat dibandingkan terhadap bank. Pemerintah kurang memberikan perhatian yang lebih terhadap perusahaan pembiayaan seperti belum jelasnya perumusan terhadap peraturan dan kebijakan terkait risiko dan tingkat kesehatan bagi perusahaan pembiayaan. b. Persaingan dalam industri pembiayaan dan sepeda motor Perusahaan pembiayaan semakin agresif dalam memberikan kredit untuk pemilikan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor. Hal ini, menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam industri pembiayaan. Meningkatnya penjualan sepeda motor yang disebabkan oleh adanya kemudahan dalam memperoleh kredit untuk pembelian sepeda motor memberikan dampak pada peningkatan potensi risiko perusahaan pembiayaan. Dengan semakin mudahnya persyaratan kredit tersebut, maka semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli sepeda motor dengan sistem kredit ini. Kemudahan kredit ini, menimbulkan risiko kredit yang semakin besar bagi perusahaan pembiayaan. c. Kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara Perkembangan
industri
pembiayaan
yang
cukup
pesat
diantaranya dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi, politik, dan keamanan negara. Salah satunya adalah adanya dukungan stabilitas
63
lingkungan ekonomi, antara lain peningkatan konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor dan pengaruh suku bunga yang cukup stabil. Selain hal tersebut, pengaruh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi negara, juga memiliki pengaruh terhadap bisnis pembiayaan yang dijalankan oleh PT. PQR Finance. Pada tahun 2005 hingga tahun 2006, PT. PQR Finance mengalami penurunan pendapatan bunga yang disebabkan oleh peningkatan harga BBM. Perkembangan interest margin PT. PQR Finance tahun 2005 hingga tahun 2006 mengalami penurunan dari -11,19 persen menjadi -14,93 persen (PT. PQR Finance, 2007). 4.4. Analisis Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance 4.4.1. Analisis Kualitas dan Kuantitas Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance Tabel register kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit telah melalui tahap pengisian pendapat dengan enam pakar dari bagian Risk Portofolio Division PT. PQR Finance. Pengujian vailiditas dan reliabilitas terhadap pengisian tabel register kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit dilakukan melalui proses perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi teknik, diskusi dan member check (Sugiyono, 2005). Penilaian para ahli manajemen Risk Portofolio Division PT. PQR Finance menghasilkan suatu pembobotan terhadap kualitas manajemen risiko kredit dengan total bobot sebesar 100. Hasil penilaian tabel register kualitas manajemen risiko kredit (Lampiran 4) menunjukkan bahwa nilai kualitas secara keseluruhan berjumlah 472. Hal ini berarti, kualitas manajemen risiko kredit di PT. PQR Finance tergolong kuat (strong) berdasarkan perkiraan nilai pada rentang 400-500. Implikasi dari kualitas manajemen risiko kredit di PT. PQR Finance, yaitu : 1.
Kebijakan kredit Penerapan kebijakan kredit telah efektif dilaksanakan dari manajemen tingkat atas di kantor pusat sampai dengan kantor
64
cabang. Kebijakan kredit yang dirumuskan telah efektif dikomunikasikan dan sesuai dengan tujuan portofolio kredit seperti penerapan down payment yang rendah dengan kendali yang ketat terhadap masyarakat menengah ke bawah. Penentuan batas risiko yang masih dapat diterima sebagai bagian dari kebijakan kredit telah dilaksanakan secara efektif untuk mengurangi peningkatan kerugian akibat terjadinya risiko kredit seperti
kebijakan
mengenai
ketetapan
prosedur-prosedur
penagihan bagi konsumen yang berpotensial gagal bayar. Jaminan atas pembiayaan (kredit) sepeda motor Honda berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Hal ini telah efektif dilaksanakan dan telah efektif mengurangi kerugian atas peningkatan kerugian risiko kredit. 2.
Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan dan pemilihan risiko Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan memerlukan analisis trend untuk menentukan dampaknya pada kualitas portofolio kreditnya. Analisis trend yang dilakukan dengan menganalisis
kemungkinan-kemungkinan
kecenderungan
penyimpangan kredit konsumen dan menganalisis dampaknya, sehingga dapat mengurangi kemungkinan peningkatan kerugian risiko kredit. Analisis trend dilaksanakan secara efektif dan apabila
terjadi
penyimpangan
dilaporkan
sesuai
dengan
prosedur-prosedur kebijakan kredit yang telah ditetapkan. 3.
Pelaksanaan analisis kredit Pelaksanaan analisis kredit baik, lengkap, sesuai prinsip kehatihatian dan tepat waktu baik saat analisis sebelum transaksi kredit disetujui terhadap calon konsumen maupun penilaian berkala berikutnya. Analisis kredit yang dilaksanakan harus dilakukan secara
dinamis
yaitu
memerlukan
perbaikan
secara
berkesinambungan dan terus menerus sesuai dengan perubahanperubahan dalam industri atau bisnis pembiayaan sepeda motor.
65
Hal ini dilakukan agar analisis kredit yang dilaksanakan akurat untuk mengurangi potensi peningkatan kerugian risiko kredit. 4.
Risk rating dan problem loan identification Pemeringkatan risiko (risk rating) dan identifikasi kredit bermasalah (problem loan identification) dilaksanakan dengan akurat dan tepat waktu. Pemeringkatan risiko dilaksanakan dengan menganalisis risiko-risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Implementasi dari pemeringkatan risiko berupa sistem penaksiran
secara
komprehensif
terhadap
kecenderungan
pemeringkatan risiko akibat konsumen yang berpotensi gagal bayar. Risk rating dan problem loan identification berfungsi sebagai early warning tool yang berarti sebagai alat peringatan dini terhadap potensi kredit bermasalah, menetapkan suku bunga yang tepat berdasarkan tingkat risiko yang dihadapi oleh PT. PQR Finance, menetapkan secara akurat cadangan penghapusan piutang
setiap
periode
tertentu,
dan
penetapan
proses
pengalokasian modal dengan baik. 5.
Credit scoring Credit scoring merupakan penetapan perkiraan calon konsumen untuk dapat diterima menjadi konsumen PT. PQR Finance. Pemeringkatan kredit dalam perhatian (overdue 60) belum menunjukkan masalah dalam manajemen portofolio kredit secara keseluruhan baik di kantor pusat maupun di kantor cabang PT. PQR Finance. Hal ini berarti manajemen portofolio kredit dapat secara akurat menentukan kredit terhadap konsumennnya dan menunjukkan administrasi kredit sesuai dengan prosedurprosedur yang telah ditetapkan. Manajemen portofolio kredit dapat melakukan tindakan yang tepat dan cepat terhadap kredit dengan status overdue 30 (kredit dalam perhatian khusus), overdue 60 (kredit kurang lancar), overdue 90 (kredit diragukan) ataupun overdue lebih dari 150 (kredit macet).
66
6.
Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) akurat, lengkap, dan tepat waktu sehingga berguna bagi manajemen untuk mengelola risiko kredit. PT. PQR Finance mengimplementasikan pelayanan terpadu
manajemen
sistem,
yang
meliputi
manajemen,
receivables management, remedial recovery dan accounting process. Aplikasi dengan teknologi mutakhir melalui sistem terintegrasi yang dikembangkan oleh PT. PQR Finance diterapkan dalam semua aspek bisnis perusahaan, sehingga dapat menghasilkan analisis yang akurat dan mendukung proses pengambilan keputusan manajemen PT. PQR Finance, seperti credit scoring yang dapat memudahkan calon pelanggan untuk pembelian tipe pembiayaan yang diperlukannya. Sistem ini dibangun sesuai dengan kebutuhan stakeholders. 7.
Pengawasan aktif manajemen Manajemen PT. PQR Finance telah secara aktif melakukan pengawasan dan pengelolaan terhadap kegiatan usahanya. Hal tersebut
sesuai
dengan
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG) yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan (fairness). Menurut Hasbullah (2004), transparansi (transparancy) berarti mewajibkan suatu informasi
yang
terbuka,
tepat
waktu,
jelas
dan
dapat
diperbandingkan menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, exposure risiko dan kepemilikan perusahaan. Akuntabilitas (accountability) berarti menjelaskan peran dan tanggung jawab serta penilaian seluruh kinerja manajemen terkait risiko kredit. Tanggung jawab (responsibility) berarti memastikan bahwa perusahaan dikelola secara hati-hati sesuai peraturan yang berlaku. Independensi (independency) berarti bertindak hanya untuk kepentingan perusahaan dan mengurangi conflict of interest. Keadilan (fairness) berarti menjamin perlindungan hak-hak shareholders dan stakeholders.
67
8.
Budaya kredit Budaya kredit adalah pemahaman seluruh karyawan dan anggota perusahaan pembiayaan terhadap seluruh peraturan dan prosedur pemberian kredit, seperti penyeragaman persepsi dan definisi di antara seluruh karyawan perusahaan pembiayaan mengenai pemberian pinjaman yang diharuskan dengan pengembalian pinjaman pokok beserta bunga, sehingga semua karyawan akan berusaha agar seluruh transaksi kredit dibayarkan kembali untuk menghindari terjadinya risiko kredit macet (zero tolerance). Bagi PT. PQR Finance, budaya kredit telah diterapkan dengan baik baik untuk manajemen di kantor pusat maupun di seluruh kantor cabang.
9.
Penyusunan strategi atau business plan Penyusunan strategi bisnis konsisten dengan kecenderungan risiko dan menghasilkan keseimbangan antara pengambilan risiko dan pertumbuhan pendapatan. Produk pelayanan (services) dan inisiatif baru diteliti secara mendalam dan diuji sebelum diimplementasikan. Saat ini, PT. PQR Finance mempunyai 104 kantor cabang di seluruh Indonesia. Perluasan bisnis ditempuh dengan membuka kantor cabang baru PT. PQR Finance di suatu tempat tertentu telah dianalisis secara baik sehingga risiko yang diambil sesuai dengan pendapatan yang akan diterima ke depannya. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa dari PT. PQR Finance
dilakukan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
pendapatan sesuai dengan kemungkinan risiko yang tinggi karena segmentasi konsumen PT. PQR Finance adalah bagi masyarakat menengah ke bawah. 10. Kemampuan pejabat kredit Jumlah
dan
kemampuan
pejabat
kredit
sesuai
dengan
kompleksitas portofolio kredit. Jumlah pejabat kredit yang cukup memadai dan kemampuan pejabat kredit yang baik sesuai dengan banyaknya jumlah konsumen PT. PQR Finance yang
68
mencapai 2,4 juta konsumen per Februari 2007. Tingkat turnover pegawai di PT. PQR Finance yang rendah dan tingkat pendidikan yang baik memungkinkan pengalihan tanggung jawab yang rendah. 11. Struktur kompensasi Struktur
kompensasi
memadai
dibandingkan
dengan
produktivitas, hasil kredit, kualitas kredit yang baik, dan pengelolaan portofolio termasuk pengelolaan kredit yang baik. Hasil penilaian pada tabel register kuantitas risiko kredit (Lampiran
6)
menunjukkan
bahwa
nilai
rata-rata
kuantitas
manajemen risiko kredit yaitu lima. Kuantitas risiko kredit yang terjadi di PT. PQR Finance tergolong moderate pada rentang 1-10, hal ini berarti risiko kredit yang terjadi masih dapat dikelola oleh PT. PQR Finance. Implikasinya adalah terdapat beberapa potensi dampak risiko yang tergolong tinggi tetapi potensi terjadinya risiko rendah yaitu level of loan to total asset, loan to capital ratio, risk and return, pendapatan bunga yang masih harus diterima, perubahan bauran portofolio kredit, kecukupan penyisihan piutang ragu-ragu, tingkat kredit jatuh tempo 30 hingga 150 hari, dan tingkat kecenderungan kredit jatuh tempo lebih dari 150 hari. Implikasi dari kuantitas risiko kredit di PT. PQR Finance yaitu : 1.
Level loan to total asset Tingginya tingkat total pembiayaan terhadap total asset (level of loan to total asset) berdampak pada tingginya risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Peningkatan risiko kredit macet yang dihadapi dapat meningkatkan cadangan penghapusan piutang (written off doubtful accounts) dan peningkatan kerugian dari penjualan serta penyisihan penurunan nilai pasar yang diambil alih sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan bersih (net income) yang diterima oleh PT. PQR Finance. Potensi terjadinya risiko dari tingginya level of loan to total asset
69
tergolong rendah karena diimbangi dengan prosedur dan manajemen kredit yang baik. 2.
Loan to capital ratio Tingginya rasio total pembiayaan terhadap modal perusahaan (loan to capital ratio) berdampak pada meningkatnya risiko kredit dimana apabila tingkat kredit macet yang terjadi mengalami peningkatan maka perusahaan harus mempunyai modal yang kuat untuk menutupi kerugian yang diakibatkan kredit macet tersebut. Apabila perusahaan tidak mempunyai modal yang kuat berarti perusahaan tersebut tidak mampu menutupi kerugian yang diakibatkan oleh adanya risiko kredit yang terjadi sehingga menimbulkan kebangkrutan. Potensi terjadinya risiko dari dampak yang tidak diharapkan tersebut tergolong rendah, karena PT. PQR Finance mempunyai keuangan yang cukup kuat untuk menutupi kerugian yang terjadi dan mempunyai manajemen kredit yang baik sehingga potensi kerugian kredit macet dapat ditekan seminimal mungkin.
3.
Pertumbuhan kredit Pertumbuhan kredit yang terjadi selama beberapa tahun terakhir telah melampaui rencana sesuai dengan pertumbuhan ekonomi, demografi dan persaingan. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance dengan rata-rata 55,34 persen (PT. PQR Finance, 2007). Dampak risiko dari pertumbuhan kredit ini tergolong moderate, berarti tidak mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan kerugian risiko kredit yang terjadi. Pertumbuhan kredit selama kurun waktu tersebut disertai juga dengan tingkat profitabilitas PT. PQR Finance yang cukup tinggi. Potensi terjadinya risiko tergolong rendah yang berarti dampak negatif dari pertumbuhan kredit memiliki kemungkinan yang kecil dikarenakan PT. PQR Finance telah memiliki manajemen yang kuat.
70
4.
Pendapatan kredit Pendapatan PT. PQR Finance sangat tergantung pada usaha perkreditannya namun telah terdiversifikasi. Pendapatan dari kegiatan perkreditan yang terdiversifikasi berarti pendapatan diperoleh dari pengelolaan kredit terhadap segmentasi konsumen tertentu telah baik dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakannya sehingga dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, potensi terjadinya risiko cukup rendah dan tidak mempunyai pengaruh cukup besar terhadap peningkatan kerugian dari usaha perkreditannya.
5.
Persentase penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kredit Persentase penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kredit memiliki dampak moderate yang berarti cukup berpengaruh terhadap pengurangan pendapatan bersih. Potensi terjadinya risiko ini tergolong rendah. Hal ini terlihat dengan rendahnya rasio penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kreditnya yang kurang dari 10 persen (PT. PQR Finance, 2007).
6.
Risk and return Dampak dari risk and return tergolong tinggi, berarti PT. PQR Finance menghadapi tingkat risiko yang tinggi dengan diimbangi tingkat imbal hasil (return) yang tinggi. Hal ini dikarenakan dengan misi PT. PQR Finance yang melakukan transaksi kredit sebagian besar untuk masyarakat menengah ke bawah yang memiliki potensi risiko gagal bayar (macet) yang tinggi. Akan tetapi, potensi dari risiko tergolong rendah karena manajemen kredit yang baik yaitu dari prosedur yang ketat dan kualitas SDM yang baik sehingga tingkat profitabilitas yang dicapai cukup tinggi.
7.
Kebijakan kredit dan pemilihan risiko Kebijakan kredit, pemilihan risiko dan jaminan kredit tergolong moderate yang berarti pada pelaksanaannya tidak terlalu menyimpang
dan
sesuai
dengan
yang
direncanakan.
71
Penyimpangan dari penerapan kebijakan kredit dan kesalahan dalam pemilihan risiko, dalam hal penerimaan konsumen, dapat berakibat pada meningkatnya kredit macet dan menurunnya pangsa pasar PT. PQR Finance. Potensi terjadinya risiko kredit tersebut tergolong rendah. 8.
Struktur kredit Struktur kredit yaitu prosedur kredit, jangka waktu (tenor), suku bunga, dan syarat lain yang akan diberikan kepada konsumen. Struktur kredit memiliki dampak moderate yang berarti terdapat sedikit
kelemahan
penyimpangan
dalam
jaminan
struktur
serta
kredit
seimbang
dan
terdapat
dengan
tekanan
persaingan dalam industri pembiayaan. Potensi terjadinya risiko tersebut tergolong rendah yang berarti struktur kredit di PT. PQR Finance cenderung kuat sesuai dengan prosedur dan kebijakan kredit yang ditetapkan. 9.
Persyaratan dan dokumentasi collateral Persyaratan collateral mempunyai dampak dengan adanya pelanggaran dalam penentuan syarat-syarat jaminan terhadap calon konsumen. Tetapi dampak tersebut tergolong rendah karena jaminan berupa BPKB bagi konsumen tergolong cukup baik untuk mengurangi kemungkinan peningkatan kerugian dari risiko gagal bayar konsumen.
10. Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total kredit Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total kredit yang tinggi berdampak pada berkurangnya pendapatan bersih dan meningkatnya potensi kerugian (penghapusan piutang ragu-ragu) dari usaha perkreditan PT. PQR Finance. Tetapi, potensi risiko yang terjadi di PT. PQR Finance tergolong rendah yang berarti pendapatan bunga yang diterima sesuai dengan rencana dan tepat waktu.
72
11. Perubahan bauran portofolio kredit Perubahan bauran portofolio kredit memiliki dampak yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan risiko kredit. Perubahan bauran portofolio ini dapat terjadi ketika sebagian besar konsumen PT. PQR Finance rata-rata memiliki periode jangka waktu kredit yang semakin panjang seperti dari rata-rata dengan jangka waktu satu sampai dua tahun menjadi dua sampai tiga tahun. Hal ini berdampak pada meningkatnya potensi gagal bayar konsumen dan meningkatkan potensi kerugian akibat meningkatnya risiko tersebut. Potensi dari dampak risiko tersebut tergolong rendah karena
manajemen
menganalisis
dan
PT.
PQR
memantau
Finance
secara
periodik
konsumen-konsumen
yang
berpotensi gagal bayar dengan ketat. 12. Kecukupan penyisihan piutang ragu-ragu Kecukupan
penyisihan
mempunyai
dampak
piutang
yang
ragu-ragu
sangat
besar
yang
rendah
dalam
industri
pembiayaan sehingga menyebabkan perusahaan tidak dapat menutupi kerugian dari konsumen yang gagal bayar dan menyebabkan kebangkrutan. Bagi PT. PQR Finance, potensi dari dampak risiko tersebut tergolong rendah karena PT. PQR Finance mempunyai keuangan yang cukup kuat dengan total asset mencapai Rp 10,49 triliun untuk tahun 2007. 13. Trend migrasi kredit Trend migrasi kredit pada konsumen PT. PQR Finance mempunyai dampak yang moderate dan berpotensi rendah yang berarti perpindahan status konsumen yang tergolong lancar ke konsumen dengan status yang meragukan (overdue 90 hari) cukup rendah karena proses transaksi kredit yang ketat. Trend migrasi kredit yang rendah menunjukkan baiknya manajemen PT. PQR Finance dalam memperoleh pendapatan dan tingkat kolektibilitas yang tinggi.
73
14. Tingkat kredit overdue 30 hingga 150 hari Tingkat kredit jatuh tempo (overdue) antara 30 hingga 150 hari mempunyai dampak yang moderate, berarti cukup memberikan kontribusi terhadap peningkatan kerugian yang disebabkan pembayaran yang tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan yang direncanakan. Potensi terjadinya risiko dari tingkat jatuh tempo (overdue) antara 30 hingga 150 hari tergolong rendah yang berarti pendapatan yang diterima tepat waktu dan kerugian dapat diminimalisir. 15. Tingkat dan kecenderungan kredit overdue lebih dari 150 hari Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo (overdue) lebih dari 150 hari (kredit macet) mempunyai dampak yang tinggi yaitu potensi kerugian yang diakibatkan kredit macet sangat besar dan dapat mengurangi pendapatan bersih (net income) perusahaan. Potensi dari terjadinya risiko tersebut bagi PT. PQR Finance tergolong rendah karena tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo lebih dari 150 hari (macet) sangat kecil yaitu kurang dari lima persen sehingga kerugian dapat ditekan semaksimal mungkin. Kualitas manajemen risiko kredit dan kuantitas risiko kredit disesuaikan dengan aggregate risk matrix. Aggregate risk matrix seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukkan bahwa peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate. Hal ini berarti, dengan kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance masih dapat dengan baik mengelola risiko kredit yang dihadapinya. Tetapi, manajemen risiko kredit PT. PQR Finance tetap memerlukan pengelolaan terhadap risiko kredit dengan baik sehingga dapat meminimalisir kerugian dari usaha perkreditannya.
74
Tabel 11. Aggregate risk matrix PT. PQR Finance Quality of Risk Management
Quantity of Risk
Weak Satisfactory
Low Low to Moderate Low
Moderate Moderate to High Moderate
Strong
Low
Low to Moderate
High High Moderate to High Moderate
4.4.2. Analisis Internal Risiko Kredit Metode CreditRisk+ Portofolio Analisis internal risiko kredit dengan metode CreditRisk+ digunakan untuk mengukur tingkat potensi kerugian dari risiko kredit yang terjadi di PT. PQR Finance. Analisis dengan menggunakan metode ini berasal dari portofolio konsumen PT. PQR Finance yang memiliki potensi gagal bayar atau meningkatkan kredit macet. 1. Menetapkan exposure, kemungkinan gagal bayar dan standar deviasi Nilai exposure diperoleh dari konsumen dengan status overdue 30 hari atau gagal bayar lebih dari 30 hari per bulan. Hal ini bertujuan bahwa status overdue 30 hari sebagai alat peringatan dini (early warning tool) untuk mengukur tingkat kredit macet yang terjadi pada status overdue lebih dari 150 hari. Kelompok konsumen ini dikelompokkan berdasarkan asumsi kemungkinan gagal bayar (probability of default), recovery rate, down payment dan wilayah yang sama. Nilai exposure dari kelompok konsumen dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari 54 kelompok konsumen, nilai exposure terkecil pada tahun 2005 sebesar Rp 1.347.735.711,59 dan nilai exposure terbesar yaitu Rp 902.008.133.877,62. Pada tahun Rp
2006,
nilai
2.425.500.657,17
exposure dan
nilai
terkecil
yaitu
exposure
terbesar
sebesar yaitu
Rp 1.316.118.185.190,81. Pada tahun 2005, rata-rata persentase exposure terhadap total kredit yang mencapai 4,07 persen sedangkan pada tahun 2006 mencapai 5,12 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan risiko exposure sebesar 1,05 persen.
75
Rata-rata
maksimum
exposure
(Lampiran
1),
yaitu
penyimpangan exposure yang masih dapat ditolelir, diperkirakan mencapai 0,54 persen (tahun 2005) dan 0,70 persen (tahun 2006) dari kemungkinan terjadinya risiko exposure pada periode analisis tersebut. Persentase total exposure selama kurun waktu Januari 2005 sampai Februari 2007 dapat dilihat pada Gambar 17. 7% 6%
exposure
5% 4% 3% 2% 1%
jan.07
feb.07
des.06
okt.06
nov.06
ags.06
sept.06
jul.06
jun.06
apr.06
mei.06
mar.06
jan.06
feb.06
des.05
okt.05
nov.05
ags.05
sept.05
jul.05
jun.05
apr.05
mei.05
mar.05
jan.05
feb.05
0%
Gambar 17. Persentase total exposure terhadap total kredit selama kurun waktu Januari 2005 sampai Februari 2007(PT. PQR Finance, 2007) (diolah) Peningkatan persentase dari tahun 2005 sampai tahun 2006 berpotensi pada meningkatnya potensi kredit macet dan menyebabkan meningkatnya kerugian. Peningkatan persentase exposure dan exposure maksimum disebabkan pada pertumbuhan kredit dan faktor-faktor eksternal perusahaan. Persentase exposure ini dapat menjadi ukuran peringatan dini atas potensi kerugian dari kredit macet konsumen pada saat overdue lebih dari 150 hari (kredit macet). Pengelolaan dan pengendalian atas besarnya nilai exposure ini memerlukan manajemen yang kuat sehingga mampu meminimalisir potensi kerugian tersebut. Pengukuran potensi risiko kredit yang dianalisis dengan metode CreditRisk+ menggunakan asumsi kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi (Lampiran 1) yang berasal dari PT. PQR Finance selama periode yang dianalisis
76
yaitu tahun 2005 dan tahun 2006. Penentuan perubahan kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi (standard deviation) dari PT. PQR Finance atas dasar pertimbangan pertumbuhan kredit dan faktor-faktor eksternal perusahaaan. Kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi tiap kelompok konsumen dapat dilihat pada Lampiran 9. Perubahan kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi dari tahun 2005 sampai tahun 2006 pada tiap kelompok konsumen diakibatkan oleh perkembangan kredit sepeda motor Honda dan ruang lingkup manajemen kredit di PT. PQR Finance (kebijakan kredit, prosedur, sistem, dan hal-hal yang terkait dengan transaksi kredit) yang terjadi selama kurun waktu tersebut di PT. PQR Finance. Standar deviasi pada Lampiran 9 menyatakan tingkat kerugian maksimum yang tidak dapat diperkirakan bagi tiap kelompok konsumen tetapi masih dapat ditolelir. Sedangkan nilai value at risk merupakan unexpected loss yang berarti tingkat kerugian maksimum (katastropik) yang tidak dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Persentase kerugian dari penetapan kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi pada Lampiran 9 telah dikurangi dengan kemungkinan recovery rate. 2. Penghitungan Expected Loss (EL) dan Unexpected Loss (UL) Expected Loss (EL) merupakan potensi kerugian yang dapat diperkirakan selama kurun waktu tertentu. Lampiran 10 menunjukkan nilai expected loss pada tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 atau 11 persen dari total exposure yang diperkirakan sebesar Rp 5.676.476.499.458,44. Hal ini berarti total potensi kerugian yang diperkirakan untuk tahun 2005 dari 54 kelompok konsumen dengan total 38.524 konsumen mencapai Rp 624.209.403.115,00. Unexpected loss (UEL) menggunakan tingkat kepercayaan 99 persen seperti yang disarankan oleh Credit
77
Suisse Group Boston (1997). Pada tahun 2005, nilai unexpected loss mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 yang berarti merupakan kerugian katastropik (terburuk) yang harus mampu ditutupi oleh PT. PQR Finance agar mampu bertahan dalam persaingan di industri pembiayaan. Nilai expected loss, unexpected loss dan Probabilitas
economic capital dapat dilihat pada Gambar 18.
6,00%
5,00%
Rp 624.209.403.115,08
Unexpected Loss (99%)
Economic Capital
Expected Loss
4,00%
Rp 2.291.182.236.209,00
3,00%
2,00%
1,00%
0,00% 0
500.000.000.000
1.000.000.000.000
1.500.000.000.000
2.000.000.000.000
2.500.000.000.000
3.000.000.000.000
3.500.000.000.000
4.000.000.000.000
Jumlah kerugian risiko kredit (rupiah)
Gambar 18. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2005 Lampiran 11 menunjukkan nilai expected loss pada tahun 2006 mencapai Rp 1.336.277.928.654,00 atau 14,96 persen dari
total
exposure
yang
diperkirakan
sebesar
Rp 8.934.926.821.495,23. Hal ini berarti total potensi kerugian yang diperkirakan untuk tahun 2006 dari 54 kelompok konsumen
dengan
total
38.879
konsumen
mencapai
Rp 1.336.277.928.654,00. Pada tahun 2006, nilai unexpected loss pada
tingkat
kepercayaan
99
persen
mencapai
Rp 4.579.060.206.464,00. Nilai expected loss, unexpected loss dan economic capital dapat dilihat pada Gambar 19.
78 Probabilitas 3,50%
3,00%
Rp 1.336.277.928.653,90 2,50%
Expected Loss
Rp 4.579.060.206.464,00
Unexpected Loss (99%)
Economic Capital
2,00%
1,50%
1,00%
0,50%
0,00% 0
1.000.000.000.000
2.000.000.000.000
3.000.000.000.000
4.000.000.000.000
5.000.000.000.000
6.000.000.000.000
7.000.000.000.000
Jumlah kerugian risiko kredit (rupiah)
Gambar 19. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2006 Dari 54 kelas konsumen, kelas konsumen DP<5.1 dan DP<5.2 memiliki tingkat exposure dan kemungkinan gagal bayar (probability of default) yang tinggi sehingga kedua kelas konsumen tersebut memiliki expected loss tertinggi. Oleh karena itu, PT. PQR Finance perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap kedua kelas konsumen tersebut karena memiliki tingkat risiko kerugian kredit yang tinggi yaitu dengan menetapkan suku bunga yang lebih tinggi secara merata terhadap calon konsumen pada
kedua
kelas
tersebut
dengan
pertimbangan
risiko
kemungkinan gagal bayar dan melakukan pengawasan yang ketat secara periodik. Ditinjau
dari
persentase
kemungkinan
gagal
bayar
(probability of default) pada Lampiran 9, kelas konsumen DP<5.9 dan DP5-10.9 memiliki persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan tingkat profitabilitas rendah yang berarti tingkat kolektibilitas PT. PQR Finance untuk kedua kelas konsumen tersebut tergolong rendah dibandingkan kelas konsumen lainnya. Oleh karena itu, PT. PQR Finance pun perlu memberikan perhatian khusus untuk kelas konsumen DP<5.9 dan DP5-10.9 karena memiliki tingkat profitabilitas yang rendah dan tingkat risiko yang sangat tinggi seperti penetapan tingkat suku bunga yang tinggi, pemilihan
79
terhadap calon konsumen secara sangat selektif dan pengawasan secara periodik terhadap transaksi kredit konsumen yang termasuk kelas konsumen tersebut. Peningkatan kerugian yang terjadi pada tahun 2006 baik expected loss maupun unexpected loss diakibatkan pertumbuhan kredit di PT. PQR Finance itu sendiri dan faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM. Nilai expected loss dapat ditutupi dengan persentase recovery rate yang dilakukan oleh PT. PQR Finance, perolehan laba kemudian cadangan (provisi) yang ditetapkan setiap periode, dan sejumlah dana yang dapat diperoleh dari mitigasi risiko seperti asuransi. Persentase penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan dapat dilihat pada Gambar 20. 100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
-40.00%
Dec-06
Nov-06
Oct-06
Sep-06
Jul-06
Aug-06
Jun-06
Apr-06
May-06
Mar-06
Jan-06
Feb-06
Dec-05
Nov-05
Oct-05
Sep-05
Jul-05
Aug-05
Jun-05
Apr-05
May-05
Mar-05
Jan-05
-20.00%
Feb-05
0.00%
written off nett loss from sale and diminution in market value of repossessed collateral recovery rate
Gambar 20. Persentase cadangan penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan terhadap total real loss tahun 2005-2006 (PT. PQR Finance, 2007)(diolah)
80
Nilai expected loss dapat tercermin dalam persentase kecukupan laba dan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu (written off doubtful accounts), kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net loss from sale and diminution in market value of repossessed collateral)
dan
penerimaan
kembali
piutang
yang
telah
dihapusbukukan (recovery of written off receivables) pada Lampiran 15. Gambar 20 menunjukkan persentase penghapusan piutang ragu-ragu (written off) terhadap total real loss dengan rata-rata tahun 2005 sebesar 67,70 persen dan tahun 2006 sebesar 61,30 persen. Persentase kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net loss from sale and diminution in market value of repossessed collateral) terhadap total real loss untuk tahun 2005 dengan rata-rata sebesar 43,69 persen dan tahun 2006 dengan rata-rata sebesar 52,03 persen. Persentase
penerimaan
kembali
piutang
yang
telah
dihapusbukukan (recovery of written off receivables) terhadap total real loss untuk tahun 2005 dengan rata-rata sebesar -11,29 persen dan tahun 2006 dengan rata-rata sebesar -13,33 persen. Nilai rata-rata recovery rate tersebut memiliki implikasi bahwa semakin negatif nilai recovery rate maka semakin besar persentase kerugian dari kredit macet yang dapat dikurangi. Kecenderungan rata-rata persentase Gambar 20 di atas dapat dijadikan indikator penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan yang akan ditetapkan berdasarkan perhitungan expected loss. 3. Penghitungan modal ekonomi (economic capital) Informasi mengenai economic capital (Lampiran 1) diperlukan sebagai ukuran risiko yang harus ditanggung oleh PT. PQR Finance dari kerugian kredit macet yang tidak terduga. Economic capital merupakan selisih dari nilai unexpected loss
81
(tingkat kepercayaan 99 persen) dan expected loss. Tahun 2005, economic capital mencapai Rp 1.666.972.833.094,00. Tahun 2006, economic capital mencapai Rp. 3.242.782.277.810,00. Economic capital tersebut dapat ditetapkan sebagai indikator yang harus mampu diperoleh dari pendapatan kegiatan perkreditan, perolehan dari asuransi yang dibayarkan konsumen setiap periode transaksi dan modal yang ditetapkan oleh PT. PQR Finance sebagai antisipasi dari kerugian macet yang harus ditanggung terhadap kejadian yang tidak terduga. 4. Uji validitas dengan backtesting Uji validitas dilakukan dengan menggunakan backtesting dari nilai expected loss terhadap kerugian aktual (real loss) untuk periode 2005 dan 2006. Total real loss dari seluruh kelompok konsumen tahun 2005 yaitu sebesar Rp 631.490.838.000,00 dan tahun 2006 sebesar Rp 1.280.904.003.460,00. Jika dibandingkan dengan nilai potensi kerugian yang diperkirakan, terdapat selisih sebesar Rp 7.281.434.885,00 (penyimpangan sekitar 1,15 persen) pada tahun 2005 dan Rp 55.373.925.194,00 (penyimpangan sekitar 4,32 persen) pada tahun 2006. Jika selisih antara potensi kerugian dengan real loss masih berada di bawah enam persen, berarti penghitungan potensi kerugian masih dapat diterima (Jorion dalam Iqbal, 2007). Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar (probability of default) dari seluruh kelompok konsumen cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang terjadi dan metode CreditRisk+ dapat digunakan sebagai input alternatif perhitungan potensi kerugian akibat kredit macet. 4.5. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor terbesar di Indonesia, PT. PQR Finance harus memiliki pengelolaan yang baik terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian risiko kredit. PT. PQR Finance yang memiliki 104 cabang di seluruh Indonesia memiliki sistem
82
pengelolaan online dan terintegrasi dalam proses kredit yang cepat dengan pengendalian yang ketat. Program mitigasi risiko merupakan program pengarah yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menghilangkan, mengurangi, menetapkan atau justru meningkatkan risiko yang ada. Program mitigasi risiko yang dilakukan PT. PQR Finance berupa kebijakan terkait dengan risiko kredit yang dirumuskan oleh manajemen tingkat atas, pemantauan secara ketat terhadap manajemen kredit di kantor-kantor cabang dan pembangunan sistem terintegrasi. Keseluruhan penggunaan sistem ini dilakukan secara terpusat atas dasar efisiensi dan peningkatan produktivitas berdasarkan visi, misi dan tujuan perusahaan tersebut. Program mitigasi risiko dapat juga berupa asuransi, pembentukan sistem pengukuran kerugian dari risiko kredit, penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu (written off doubtful accounts) dan penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan (recovery of written off receivables) sebagai ukuran risiko atas kejadian yang tidak terduga. Sebagai bagian dari pengendalian risiko kredit, program mitigasi risiko yang dilakukan oleh PT. PQR Finance telah dirumuskan dengan baik. Program mitigasi tersebut diterapkan menjadi pengelolaan dan pengendalian. Pengelolaan risiko kredit sebagai antisipasi terjadinya kerugian dari terjadinya risiko kredit yang dilakukan oleh PT. PQR Finance dinamakan acquisition, yaitu sebagai proses pengelolaan yang dilakukan secara terpusat terhadap seluruh kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Proses acquisition yang diterapkan oleh PT. PQR Finance antara lain sebagai berikut : 1. Membangun supply chain management yang baik antara kantor pusat maupun kantor cabang Supply chain management (Lampiran 1) yang diterapkan oleh PT. PQR Finance antara konsumen, dealer, dan departemen-departemen kantor pusat atau cabang yang terkait dengan kegiatan usaha perusahaan tersebut untuk mencapai efektivitas dan efisiensi. Dalam kegiatan perkreditannya, PT. PQR Finance berhubungan erat dengan dealerdealer resmi sepeda motor Honda dan konsumen-konsumennya. Order
83
management merupakan suatu proses yang terkait dengan dealer mengenai penawaran penyediaan fasilitas kredit untuk konsumen dealer yang telah memenuhi kriteria layak dan penyediaan dana secara tunai berdasarkan nilai yang telah disepakati untuk konsumen yang telah layak menerima fasilitas kredit dari PT. PQR Finance. Hal-hal yang terkait dengan order management yaitu origination (keaslian dan kebenaran suatu transaksi atau perjanjian), credit approval (penerimaan fasilitas kredit bagi calon konsumen yang layak), documentation (dokumentasi mengenai calon konsumen) dan disbursement (pembayaran down payment dari konsumen sebagai perjanjian awal transaksi). Proses order management didukung oleh proses product development, promosi, printing, dan networking. Account management merupakan
suatu
proses
perencanaan,
pengorganisasian
dan
pengendalian terhadap konsumen agar dapat melakukan pembayaran secara penuh sesuai kesepakatan dan tepat waktu, serta apabila konsumen melakukan penyimpangan maka dapat diambil tindakan cepat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk mendukung proses account management maka dilakukan collateral management. Collateral management merupakan proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian terhadap jaminan konsumen sebagai bagian dari proses transaksi kredit, dalam hal ini PT. PQR Finance mensyaratkan BPKB sebagai jaminan wajib. Proses yang terkait dengan account management antara lain kendali piutang (account receivables control), pengumpulan angsuran kredit (credit collection), pengendalian penyimpangan dari konsumen (remedial) dan pemasaran kembali unit sepeda motor yang telah ditarik dari konsumen yang tidak mampu membayar kembali dengan ketentuan yang telah disepakati (remarketing). Untuk mengambil alih BPKB dari dealer bagi calon konsumen yang telah layak mendapatkan fasilitas kredit, maka PT. PQR Finance melakukan proses pendanaan dalam rangka mempersiapkan dana secara tunai untuk dealer melalui proses order management dan selanjutnya BPKB disimpan di PT. PQR Finance
84
hingga transaksi kredit telah selesai kemudian diberikan kepada konsumen. Keseluruhan proses didukung oleh departemen-departemen yang terkait yang dinamakan business support, seperti human resource departement, informasi dan teknologi, accounting, audit dan business support departement (fasilitas). 2. Penetapan prosedur dan kebijakan yang terkait dengan transaksi kredit. PT. PQR Finance menetapkan dan mengelola prosedur transaksi kredit, yang meliputi proses transaksi, proses penagihan piutang, dan proses remedial. Proses transaksi kredit yang terdapat pada Lampiran 12 menjelaskan bahwa konsumen dapat mengajukan permohonan kredit sepeda motor Honda melalui kantor cabang PT. PQR Finance, kantor pos, ataupun dealer. Konsumen dapat mengisi form aplikasi pembayaran atau dokumen pendukung yang kemudian akan dianalisis oleh manajemen kredit melalui credit scoring dan survei. Konsumen yang tidak layak dalam persetujuan kredit akan dimasukkan dalam data bad customer file. Sedangkan konsumen yang layak untuk diberikan kredit, akan menerima kontrak dan unit sepeda motor akan dikirimkan kepada konsumen yang bersangkutan melalui dealer ataupun PT. PQR Finance. Bagi transaksi melalui dealer, PT. PQR Finance akan secara langsung mentransfer sejumlah dana kepada dealer tersebut berdasarkan persyaratan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Bagian keuangan akan melakukan pencatatan proses transaksi kredit dengan konsumen berdasarkan persyaratan yang telah disepakati. Proses penagihan piutang sebagaimana yang terdapat pada Lampiran
13
menjelaskan
bahwa
konsumen
dapat
melakukan
pembayaran melalui bank, kantor cabang PT. PQR Finance, ataupun kantor pos dengan tanda bukti berupa slip setoran dan kwitansi. Apabila konsumen melanggar pembayaran (terlambat membayar selama 10 hari dan 23 hari), maka konsumen yang bersangkutan akan terkena somasi. Pembayaran yang terlambat lebih dari 30 hari (overdue lebih dari 30 hari) akan ditangani oleh pihak Departemen Account Receivable dan
85
Departemen Remedial. Proses penagihan terhadap konsumen akan dilakukan oleh bagian kolektor. Proses remedial (Lampiran 14) dilakukan bagi konsumen yang melanggar pembayaran terlambat lebih dari 60 hari. Data konsumen diterima dari Departemen Account Receivable menuju Departemen Remedial, kemudian akan dimasukkan ke dalam daftar problem account dan dianalisis menggunakan remedial tool. Pada proses selanjutnya, debt collector akan melakukan proses penagihan. Apabila konsumen telah terlambat membayar pada jangka waktu lebih dari 150 hari, maka akan dilakukan penarikan unit sepeda motor (pick up) dan proses transaksi kredit akan dihentikan oleh eksekutor. Sepeda motor yang telah ditarik dan diterima dari konsumen yang telah melanggar kontrak akan diproses sebagai sepeda motor bekas (used motorcycle). 3. Pembangunan sistem terintegrasi Sistem terintegrasi digunakan sebagai sistem credit scoring dengan prinsip 5C terhadap calon konsumen dan business intelligence system untuk keakuratan dan kecepatan informasi dalam keputusan bisnis strategis serta jaringan komunikasi internal perusahaan yang ekstensif. Pembangunan yang sistem terintegrasi ini memungkinkan keakuratan dalam menentukan tingkat gagal bayar konsumen (probability of default) dan standar deviasi melalui credit scoring sehingga kegagalan konsumen yang diperkirakan dapat diantisipasi pada awal persetujuan. Keakuratan sistem tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kolektibilitas selama beberapa bulan terakhir pada tahun 2006 seperti yang terdapat pada Tabel 12.
86
Tabel 12. Persentase kolektibilitas portofolio kredit terhadap total kredit PT. PQR Finance selama tahun 2006 Periode
Kredit Lancar (tepat waktu)
Januari 89,78% Februari 89,39% Maret 89,41% April 90,08% Mei 90,76% Juni 91,85% Juli 92,43% Agustus 92,91% September 93,32% Oktober 91,82% November 92,59% Desember 92,74% Rata-rata 91,42%
Kredit Dalam Perhatian Khusus (overdue 30) 6,04% 6,06% 5,98% 5,58% 5,25% 4,69% 4,52% 4,33% 4,12% 5,49% 4,79% 4,55% 5,12%
Kredit Kurang Lancar (overdue 60)
Kredit Diragukan (overdue 90)
Kredit Macet (overdue 150)
2,46% 2,63% 2,53% 2,32% 2,06% 1,86% 1,61% 1,54% 1,42% 1,57% 1,52% 1,56% 1,92%
1,30% 1,41% 1,52% 1,43% 1,27% 1,10% 0,95% 0,86% 0,80% 0,82% 0,81% 0,86% 1,09%
0,42% 0,51% 0,57% 0,59% 0,65% 0,51% 0,49% 0,36% 0,34% 0,30% 0,30% 0,29% 0,44%
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah) Tabel 12 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kolektibilitas untuk kredit lancar mengalami perkembangan yang cukup baik selama tahun 2006. Rata-rata persentase kredit lancar PT. PQR Finance selama tahun 2006 mencapai 91,42 persen, dan lebih tinggi dibandingkan kategori kredit yang lain seperti kredit macet yang mencapai 0,44 persen. Hal ini dapat menunjukkan bahwa PT. PQR Finance memiliki sistem manajemen kredit yang baik sehingga sebagian besar angsuran kredit dan sisa hutang konsumen dapat dibayar secara penuh pada periode yang telah ditetapkan. Pengendalian atas kemungkinan kerugian dari terjadinya risiko kredit yang akan diterima oleh PT. XYZ. Finance antara lain : 1. Rescheduling dan reconditioning Rescheduling dan reconditioning yang dilakukan oleh Departemen Account Officer (AO) dan Departemen Remedial di kantor cabang. Rescheduling dilakukan melalui penjadwalan ulang dimana konsumen yang terlambat membayar diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan PT. PQR Finance. Reconditioning dilakukan dengan cara mengubah berbagai persyaratan dan prosedur seperti penundaan pembayaran bunga sampai dengan
87
waktu tertentu, dimana penundaan pembayaran hanya berlaku untuk bunga pinjaman, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayarkan seperti biasa. 2. Kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana Kerjasama ini dapat mengurangi kemungkinan kerugian dari konsumennya. Dalam setiap transaksi konsumen diwajibkan membayar premi asuransi dengan persentase yang telah ditetapkan oleh PT. PQR Finance. Asuransi tersebut akan diberikan kepada PT. PQR Finance untuk menutupi kerugian akibat kecelakaan sepeda motor Honda konsumen selama masa transaksi. 3. Menetapkan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu, penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan dan modal ekonomi (economy capital). Penetapan penyisihan piutang ragu-ragu dan perolehan penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan (recovery rate) tergantung pada seberapa baik manajemen PT. PQR Finance memperoleh pendapatan dari piutang yang telah dihapusbukukan. Departemen Account Receivables (AR) dan Remedial berperan dalam perkembangan recovery rate setiap konsumen yang gagal bayar. Penetapan modal ekonomi (economic capital) sebagai informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yang harus ditanggung oleh PT. PQR Finance dari kerugian kredit macet yang tidak terduga. Economic capital tersebut harus mampu diperoleh dari pendapatan kegiatan perkreditan, perolehan dari asuransi yang dibayarkan konsumen setiap periode transaksi dan modal yang telah ditetapkan oleh PT. PQR Finance sebagai antisipasi dari kerugian macet yang harus ditanggung terhadap kejadian yang tidak terduga. Keakuratan penetapan economic capital dapat berdasarkan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Oleh karena itu, sistem credit scoring untuk menentukan kemungkinan gagal bayar (probability of default) bagi tiap konsumen harus cukup akurat dan tepat.
88
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan, dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri pembiayaan sepeda motor, dan kondisi ekonomi serta keamanan negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment, jangka waktu kredit (tenor), pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. 2. Peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate yang berarti dengan kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance masih dapat dengan baik mengelola risiko kredit yang terjadi. Nilai expected loss pada tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 1.336.277.928.654,00. Pada tahun 2005, nilai unexpected loss mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 4.579.060.206.464,00 yang berarti kerugian katastropik yang harus mampu ditutupi oleh PT. PQR Finance dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Kelas konsumen DP<5.1 dan DP<5.2 memiliki tingkat exposure dan probability of default yang tinggi sehingga kedua kelas konsumen tersebut memiliki expected loss tertinggi. 3. Pengelolaan risiko kredit yang dilakukan PT. PQR Finance adalah membangun supply chain management yang baik antara kantor pusat maupun kantor cabang, penetapan prosedur dan kebijakan transaksi kredit dan pembangunan sistem terintegrasi (credit scoring dan business intelligence system). Pengendalian terhadap risiko kredit yang dilakukan PT. PQR Finance yaitu rescheduling dan reconditioning oleh departemen Account Officer (AO) dan Departemen Remedial, kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana, serta menetapkan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu dan penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan.
89
B. Saran 1. PT. PQR Finance sebaiknya mengelola dengan baik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko kredit terutama faktor-faktor yang berasal dari sisi konsumen melalui penetapan kebijakan dan prosedur transaksi kredit seperti dengan memperbesar rata-rata persentase down payment konsumen dan memperketat penentuan jangka waktu kredit bagi calon konsumen. 2. Untuk mengurangi kuantitas risiko kredit PT. PQR Finance perlu lebih meningkatkan kualitas manajemen risiko kredit. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan secara terus menerus untuk aspek-aspek yang mengurangi efisiensi dan efektivitas kinerja seperti dari segi SDM dan sistem analisis terhadap konsumen serta prosedur dan kebijakan transaksi kredit. Metode CreditRisk+ dapat ditetapkan sebagai alternatif perhitungan di PT. PQR Finance, dengan overdue 30 hari sebagai early warning tool dan penetapan tingkat probability of default tiap konsumen untuk tahun 2007 dan tahuntahun selanjutnya. Berdasarkan kemungkinan tingkat gagal (probability of default) dan expected loss yang tinggi, PT. PQR Finance perlu memberikan perhatian khusus terhadap konsumen pada kelas konsumen DP<5.1 dan DP<5.2 yaitu dengan menetapkan suku bunga yang lebih tinggi dan pengawasan yang ketat secara periodik. 3. Pengendalian atas kemungkinan kerugian risiko kredit dapat dilakukan dengan meningkatkan recovery rate terhadap konsumen gagal bayar. Kualitas kolektor dan eksekutor dapat ditingkatkan sehingga diharapkan recovery rate mampu ditingkatkan untuk tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 (11,29 persen) dan tahun 2006 (13,33 persen). Modal ekonomi dapat ditetapkan di PT. PQR Finance sebagai indikator awal bagi perolehan tingkat pendapatan dari kegiatan perkreditan yang harus dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2006. Kondisi Perusahaan Pembiayaan Tahun 2006 dalam Economic Review Journal. http://www.google.com. [ 24 Februari 2007 ]. Coyle, B. 2000. Framework For Credit Risk Management. CIB Publishing. United Kingdom. Credit Suisse First Boston Group. 1997. CreditRisk+ A Credit Risk Management Framework. http://www.csfb.com. [ 13 Maret 2007 ]. Crouhy, M dan Dan Galai et al. 2000. Risk Management. Mc Graw Hill, Inc. New York Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2006. Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan melalui Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006. http://www.pajak.go.id. [ 23 September 2006 ]. Dewi. 2005. Tren Industri Pembiayaan di Indonesia dalam Economic Review Journal No.201. September 2005. http://www.bni.co.id/document. [ 23 November 2006 ]. Djinarto, B. 2000. Banking Asset Liability Management. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Djohanputro, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM. Jakarta. Hasbullah, Yudistira. 2004. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Kredit di Perbankan dalam rangka Good Corporate Governance. Jurnal pada Usahawan No.12 edisi Desember. Institute of Risk Management. 2002. http://www.irm.com. [ 16 Oktober 2006 ]. Iqbal, A. 2007. Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode CreditRisk+ Portofolio (Studi Kasus: BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah). Skripsi pada Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Penerbit PPM. Jakarta.
91
Lam, J. 2003. Enterprise Risk Management From Incentives to Controls.Wiley Finance. New Jersey. Muljono, TP. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFEYogyakarta. Yogyakarta. Olof, R. 2006. Penerapan Metode Credit Risk+ dalam Pengukuran Risiko Kredit pada Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus PT. XYZ). Tesis pada Magister Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. PT. PQR Finance. 2006. Corporate Social Responsibility PT. PQR Finance. PT. PQR Finance Cabang Bogor. Bogor ________. 2007. Financial Report PT. PQR Finance 31 Desember 2001 - 2003. http://www.bes.co.id. [ 12 Maret 2007 ]. ________. 2007. Financial Report PT. PQR Finance 31 Desember 2004 - 2006. http://www.bes.co.id. [ 12 Maret 2007 ]. ________. 2007. Risk Portofolio Segmentation PT. PQR Finance Periode 2004 2007. http://www.bes.co.id. [ 15 April 2007 ]. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Tampubolon, R. 2005. Risk and System Based Internal Auditing. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Wibowo, F. 2004. Pemahaman Risk Management. Makalah Seminar Pemahaman dan Implementasi Risk Management Dalam Surat Utang. 18 Februari 2004. Jakarta. http://sinarmas.co.id. [ 16 Desember 2006 ]. Winarni, Endang Sri dan Cut Indriani. 2004. Probabilitas Transisi Kualitas Kredit dan Besarnya Risiko Kredit dengan Macro Simulation Approach. Jurnal pada Usahawan No. 06 edisi Juni. www.infobanknews.com. [ 28 Desember 2006 ]. www.aisi.co.id. [ 28 Desember 2006 ]. www.bi.go.id. [ 06 Juli 2007 ]
Board of Directors President Director AUDIT
Marketing Director Marketing Division
Operating Director Operating Division
Business Support Director IT Division
Corporate Development Division Remidial and Legal Division
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. PQR Finance
Board of Commissioners
Finance Division
94
Corporate Communication
Branch Credit AR (Account Receivable) Remedial Finance PBS (Personnel & Business Support)
UMC
Marketing Field NMC UMC Electronic Marketing Service
Lampiran 2. Struktur Organisasi Kantor Cabang PT. PQR Finance
Area Department
(Used Motorcycle)
95
SURVEYOR
CREDIT OPTR.
Lampiran 12. Proses Transaksi Kredit
BRANCH
- survey - Tanda tangan kontrak
CUSTOMER - Mencetak kontrak
- customer data entry
CREDIT OPERATION
CUSTOMER
- Mengisi aplikasi - Mengisi dokumen pendukung
yes
Marginal CREDIT OPERATION
CREDIT COMMITTEE
CROSS CHECK
yes
POS
-credit scoring -document checking no
- Permintaan dana
- document checking no
FINANCE HO
FINANCE
Bad customer file - customer data entry
Up date status A/R
for blacklist
Rp.
Tagihan dealer Mengirim aplikasi konsumen kepada PQR Finance DEALER
Pengiriman unit sepeda motor
Persetujuan pembiayaan ( PO )
Direct Transfer to dealer
DATA BASE A/R
Collecting process
110
SLIP SETORAN
PROSES REMEDIAL
BRANCH CUSTOMER
rupiah
KWITANSI
POS
DATA BASE A/R
Lampiran 13. Proses Penagihan Piutang
BANK
A/R overdue over 30 days
SOMASI - 10 hari - 23 hari KOLEKTOR
DAFTAR KUNJUNGAN HARIAN KWITANSI
111
96
Lampiran 4. Tabel Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PT. PQR FINANCE
Pernyataan Mengenai Kualitas Manajemen Risiko Kredit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kebijakan kredit yang ada Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan dan pemilihan risiko Pelaksanaan analisis kredit Risk rating dan problem loan identification Credit scoring Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan aktif manajemen Budaya kredit Penyusunan strategi atau business plan Kemampuan pejabat kredit Struktur kompensasi
Taksiran Potensi Kualitas Manajemen Risiko Kredit (K-M-L)
Rating
Bobot
K M
5 3
10 11
5 5 5 5 5 3 5 5 5
7 15 6 14 5 3 4 13 12 100
K K K K K M K K K TOTAL BOBOT
Keterangan : K = Kuat (5)
M = Memuaskan (3)
Lemah = (1)
Skala total nilai kualitas risiko : weak (100-200); satisfactory (210-390); strong (400-500)
Nilai kualitas = [(5 x 10) + (3 x 11) + (5 x 7) + (5 x 15) + (5 x 6) + (5 x 14) + (5 x 5) + (3 x 3) + (5 x 4) + (5 x 13) + (5 x 12)] = 472 (Strong)
97
Lampiran 5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit Indikator
Kuat (Strong)
1
Kebijakan kredit yang ada
Efektif, menunjukkan secara jelas tujuan portofolio, toleransi risiko dan standar pemilihan risiko
2
Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan, dan pemilihan risiko
Diidentifikasi, disetujui, dipantau dan dilaporkan secara efektif per individu dan agregat kredit
3
Pelaksanaan analisis kredit
4
Risk rating dan problem loan identification
5
Credit scoring
6
Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM)
7
Pengawasan aktif manajemen
Lengkap dan berhatihati, tepat waktu baik saat underwriting atau penilaian berkala berikutnya Dilaksanakan dengan akurat dan tepat waktu. Berfungsi sebagai early warning tool dan mendukung penetapan suku bunga berbasis risiko, loan loss provision, dan proses alokasi modal Belum menunjukkan masalah manajemen portofolio kredit Menyajikan informasi portofolio, untuk penyimpanan secara akurat, lengkap dan tepat waktu dan berguna bagi manajemen untuk mengelola risiko kredit Baik dalam pengelolaan risiko kredit dengan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas
Memuaskan (Satisfactory) Pada dasarnya cukup. Perlu beberapa perbaikan khusus toleransi risiko
Lemah (Weak)
Kebijakan tidak memadai dan butuh perbaikan. Tidak cukup jelas atau terlalu umum dalam mengkomunikasikan tujuan portofolio, risk tolerance, dan seleksi risiko Ada kebijakan Memerlukan sedikit penyimpangan, namun analisis trend untuk tidak dilaporkan atau tidak menentukan dianalisis dampaknya dampaknya pada terhadap kualitas portofolio kualitas portofolio kredit atau penyimpangan kredit tidak mendapat persetujuan Analisis setelah Analisis kredit tidak underwriting memadai, dilakukan secara memerlukan formal dan mengabaikan beberapa perbaikan risiko kunci dan data kredit tidak lengkap Masalah kredit tidak Masih memadai teridentifkasi tepat waktu untuk mendeteksi dan risiko portofolio salah kredit bermasalah disajikan. Loan grading yang berkembang. Perlu perbaikan untuk tidak memadai untuk penetapan suku bunga, loan mendukung loss provision, dan alokasi penetapan suku bunga berbasis risiko, modal loan loss provision, dan proses alokasi modal Menunjukkan kurang Menunjukkan administrasi baiknya manajemen kredit yang buruk portofolio kredit SIM tidak akurat, tidak Manajemen lengkap dan tidak tepat menerima laporan yang memadai untuk waktu. Manajemen dapat salah dalam mengambil menganalisis risiko keputusan dan menilai kredit tetapi masih profil risiko kredit dibutuhkan penyempurnaan
Manajemen mengelola risiko secukupnya, namun masih dibutuhkan tambahan kemampuan
Manajemen tidak memiliki kemampuan untuk mengelola risiko kredit. Tanggung jawab tidak jelas
98 Lanjutan Lampiran 5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit 8
Budaya kredit
9
Penyusunan strategi atau business plan
10 Kemampuan pejabat kredit
11 Struktur kompensasi
Terdapat budaya kredit yang jelas dan sehat. Toleransi risiko dari manajemen dikomunikasikan dan dimengerti secara jelas Konsisten dengan kecenderungan risiko dan menghasilkan keseimbangan antara pengambilan risiko dengan pertumbuhan pendapatan. Produk dan inisiatif baru diriset secara mendalam dan diuji sebelum diimplementasikan Jumlah dan kemampuan sesuai dengan kompleksitas portofolio kredit. Turnover pegawai rendah dan pendidikan memungkinkan pengalihan tanggung jawab rendah
Kompensasi memadai dibandingkan dengan produktivitas hasil kredit, kualitas kredit dan pengelolaan portofolio termasuk risiko
Terdapat budaya kredit namun kurang dikomunikasikan atau diinformasikan secara jelas
Budaya kredit tidak memadai atau gagal. Toleransi risiko tidak dipahami dengan benar
Konsisten dengan kecenderungan risiko. Terjadi kepanikan untuk meningkatkan pendapatan dengan risiko yang lebih tinggi meski pengambilan risiko tetap seimbang dengan pertumbuhan dan tujuan menambah pendapatan Kemampuan pejabat masih sesuai dengan besar dan kompleksitas portofolio kredit. Turnover pegawai moderat dapat menghasilkan gap dengan pejabat. Inisiatif training mungkin tidak konsisten Manajemen kredit dan struktur kompensasi pegawai memberi keseimbangan antara produksi loan/revenue, kualitas kredit dan administrasi kredit
Strategi atau business plan menganjurkan tingkat risiko yang tidak moderate karena kurangnya waktu untuk mencari pendapatan yang tinggi. Strategi yang dibuat dengan memasuki usaha atau produk baru tanpa antisipasi yang cukup
Jumlah staf atau keterampilan pejabat kredit tidak memadai, turnover dan gap tinggi serta tidak didukung training yang memadai
Pengelolaan kredit dan struktur kompensasi tidak seimbang dengan produktifitas loan/revenue.
99 Lampiran 6. Tabel Register Kuantitas Risiko Kredit Sumber Risiko
1 2 3
Loan dan Total Asset Rasio Loan terhadap Modal Pertumbuhan Kredit
4
Pendapatan kredit
5
6 7
Penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu Risk and Return Kebijakan kredit
8 9
Struktur kredit Kolateral
10
Pendapatan bunga
11 12
Portofolio kredit Penyisihan Penghapusan Piutang Ragu-ragu Migrasi kredit konsumen Kredit jatuh tempo konsumen Kredit jatuh tempo konsumen
13 14 15
Keterangan : H = High (5)
Taksiran Potensi Dampak Risiko (H-M-L) H
Taksiran Potensi Terjadi Risiko (H-M-L) L
Nilai Risiko
Loan to Capital Ratio
H
L
7
Pertumbuhan kredit terhadap rencana sesuai pertumbuhan ekonomi, demografi dan persaingan Diversifikasi dan independensi pendapatan terhadap kredit Persentase penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu terhadap total kredit Risk and Return Kebijakan kredit, pemilihan risiko dan prosedur kredit Struktur kredit Persyaratan dan dokumentasi kolateral Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total kredit Perubahan bauran portofolio kredit Kecukupan Penyisihan Penghapusan Piutang Ragu-ragu
M
L
3
M
L
3
M
L
3
H M
L L
7 3
M L
L L
3 1
H
L
7
H H
L L
7 7
M
L
3
H
L
7
H
L
7
Pernyataan Mengenai Risiko
Level of Loan to Total Asset
Trend migrasi kredit khususnya antar kategori lancar Tingkat kredit jatuh tempo antara 30 hingga 150 hari Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo >150 hari Total Nilai Risiko
M = Moderate (3)
L = Low (1)
Skala dampak dan probabilitas : Rendah (1-3); Moderate (4-7); Tinggi (9-10). Rata-rata = jumlah nilai risiko = 75 = 5 (Moderate) sumber risiko 15
7
75
100 Lampiran 7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit 1 2 3
4
5
6
Indikator Level of Loan to Total Asset Loan to Capital Ratio Pertumbuhan kredit terhadap rencana sesuai pertumbuhan ekonomi, demografi dan persaingan Diversifikasi dan independensi pendapatan terhadap kredit
Rendah (Low) Relatif rendah
Sedang (Moderate) Relatif moderat
Tinggi (High) Relatif tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Sesuai rencana
Melampaui rencana
Jauh melampaui rencana
Terdiversifikasi dengan baik dan dependensi rendah
Ketergantungan pada kredit namun terdiversifikasi
Persen penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu terhadap total kredit Risk and Return
Tinggi
Moderate
Ketergantungan penuh pada bunga kredit dengan dampak trend siklis Rendah
Seimbang dan loan yields moderat
Risk and Return sedikit seimbang dan loan yields moderat
7
Kebijakan kredit, pemilihan risiko dan prosedur kredit
Konservatif yang tercermin dari kredit yang diberikan atau diperpanjang
Antara konservatif dan moderat
8
Struktur kredit
Struktur kredit kuat dengan sedikit penyimpangan prosedur kredit
9
Persyaratan collateral
Dimintakan dalam prosedur kredit dan dinilai secara tepat waktu
Terdapat sedikit kelemahan dalam struktur dan penyimpangan prosedur kredit, seimbang dengan tekanan persaingan Syarat kolateral sedikit dilanggar.
10
Pendapatan bunga berbanding total kredit
Rendah
Moderate
11
Perubahan bauran portofolio kredit
Rendah dengan risiko yang netral atau dikurangi
Cenderung meningkat namun masih moderat
Risiko lebih tinggi dari pengembaliannya dan loan yields tinggi Kebijakan yang terlalu liberal atau terlalu menyimpang dari kebijakan Banyak struktur kredit lemah atau penyimpangan terhadap prosedur kredit yang sangat berisiko Syarat kolateral yang liberal atau banyak penyimpangan dan tanpa penilaian Mengarah tidak tertagih dengan jumlah besar Tinggi dan meningkatkan risiko portofolio
101 Lanjutan Lampiran 7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit 12
13
14
15
Kecukupan penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu Trend migrasi kredit khususnya antar kategori lancar Tingkat kredit jatuh tempo antara 30 hingga 150 hari Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo >150 hari
Stabil
Moderat, pencadangan harus ditingkatkan
Rendah. Butuh tambahan cadangan besar
Rendah dan mengarah ke peringkat yang lebih tinggi Rendah dengan trend stabil
Trend migrasi naik dan cenderung risiko moderat
Banyak terjadi penurunan ke peringkat rendah
Moderate, trend stabil atau sedikit meningkat Moderate, trend stabil atau sedikit meningkat
Moderate ke tinggi dengan trend cepat Moderate ke tinggi dengan trend cepat
Rendah dengan trend stabil
102 Lampiran 8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 (dalam Rupiah) Kelas Konsumen DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP5-10.9 DP<5.9 DP25-30.3 DP10-20.9 DP25-30.6 DP>30.6 DP25-30.7 DP25-30.1 DP25-30.8 DP>30.3 DP25-30.4 DP>30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP>30.8 DP25-30.5 DP>30.7 DP20-25.8 DP20-25.1 DP>30.5 DP20-25.7 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.5 DP25-30.2 DP>30.2 DP20-25.2 DP5-10.8 DP10-20.8 DP<5.7 DP10-20.3 DP10-20.6 DP10-20.4 DP5-10.7 DP5-10.5 DP5-10.4 DP5-10.6 DP10-20.7 DP10-20.5 DP<5.4 DP5-10.3 DP<5.5 DP<5.8 DP<5.6 DP10-20.1 DP5-10.1 DP<5.3 DP10-20.2 DP<5.1 DP5-10.2 DP<5.2 Total exposure
Total Exposure Tahun 2005 1.347.735.711,59 1.578.762.398,74 1.703.111.823,93 3.033.660.578,56 3.252.047.207,30 6.616.418.007,50 8.497.365.194,79 8.661.315.753,85 9.153.473.096,59 9.255.758.866,59 9.461.304.425,30 9.876.756.593,93 10.974.460.084,07 12.356.655.457,09 13.373.394.001,47 13.389.651.004,40 13.526.966.528,89 13.643.613.112,83 14.132.900.747,99 14.870.083.254,70 16.320.677.711,30 16.897.171.767,99 18.606.618.578,87 19.167.249.507,20 22.045.026.723,25 23.213.259.490,25 27.418.411.507,58 37.823.096.156,83 45.216.524.856,07 64.926.684.778,34 79.679.763.812,37 82.083.353.603,48 83.110.012.939,22 83.649.454.424,55 94.278.442.959,89 102.241.238.067,36 109.811.790.664,57 117.959.647.452,87 124.763.764.200,04 129.631.136.098,80 130.561.025.726,77 138.418.916.647,88 149.803.915.601,52 153.854.117.547,40 176.369.795.926,75 196.422.719.360,09 220.483.003.567,92 233.327.785.407,51 280.571.610.814,96 297.139.449.094,06 349.882.107.444,67 398.959.589.748,50 571.125.569.541,88 902.008.133.877,62 5.676.476.499.458,44
103 Lanjutan Lampiran 8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 (dalam Rupiah) Kelas Konsumen DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP25-30.3 DP25-30.7 DP25-30.6 DP<5.9 DP>30.3 DP5-10.9 DP>30.7 DP>30.6 DP25-30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP20-25.7 DP10-20.9 DP>30.1 DP25-30.8 DP25-30.5 DP20-25.1 DP>30.8 DP>30.5 DP25-30.4 DP20-25.8 DP25-30.2 DP20-25.5 DP>30.2 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.2 DP<5.7 DP10-20.3 DP5-10.7 DP10-20.7 DP10-20.6 DP<5.6 DP10-20.8 DP10-20.5 DP10-20.4 DP5-10.5 DP10-20.1 DP<5.4 DP<5.5 DP5-10.8 DP5-10.4 DP5-10.6 DP5-10.3 DP10-20.2 DP<5.8 DP5-10.1 DP<5.3 DP5-10.2 DP<5.1 DP<5.2 Total Exposure
Total Exposure Tahun 2006 2.425.500.657,17 2.534.176.337,05 3.057.347.451,93 6.479.352.729,89 7.588.646.351,25 8.672.738.593,18 8.829.950.784,89 9.284.328.536,70 9.821.890.469,49 9.953.878.792,17 10.101.213.105,22 10.823.514.929,31 11.263.947.267,62 12.777.519.311,12 14.341.052.065,91 14.955.942.458,16 16.273.715.314,28 16.274.023.697,73 18.017.352.219,47 18.683.312.807,76 20.096.302.861,11 21.011.675.540,96 22.224.788.443,07 24.528.517.218,70 30.508.017.374,86 31.458.234.200,62 39.464.709.031,54 41.582.709.722,59 44.953.695.094,33 58.690.306.610,15 66.313.948.793,41 93.497.936.688,37 97.071.773.831,76 98.659.929.608,09 101.953.408.316,83 134.258.493.835,72 153.886.650.137,63 180.025.832.563,20 204.559.840.983,15 205.432.388.397,30 216.019.883.953,36 243.558.206.914,18 251.745.417.096,26 278.131.898.676,21 284.410.195.938,60 313.007.673.661,11 347.709.604.952,36 374.361.292.489,74 416.506.127.323,77 512.652.189.601,10 592.288.013.017,18 792.235.179.441,22 1.113.844.390.105,66 1.316.118.185.190,81 8.934.926.821.495,23
104 Lampiran 9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006 Kelas Konsumen DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP5-10.9 DP<5.9 DP25-30.3 DP10-20.9 DP25-30.6 DP>30.6 DP25-30.7 DP25-30.1 DP25-30.8 DP>30.3 DP25-30.4 DP>30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP>30.8 DP25-30.5 DP>30.7 DP20-25.8 DP20-25.1 DP>30.5 DP20-25.7 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.5 DP25-30.2 DP>30.2 DP20-25.2 DP5-10.8 DP10-20.8 DP<5.7 DP10-20.3 DP10-20.6 DP10-20.4 DP5-10.7 DP5-10.5 DP5-10.4 DP5-10.6 DP10-20.7 DP10-20.5 DP<5.4 DP5-10.3 DP<5.5 DP<5.8 DP<5.6 DP10-20.1 DP5-10.1 DP<5.3 DP10-20.2 DP<5.1 DP5-10.2 DP<5.2
Probability of default Tahun 2005 4,55% 3,73% 6,22% 24,06% 34,43% 3,34% 21,87% 1,76% 1,34% 2,15% 5,36% 4,10% 1,99% 3,23% 2,70% 2,27% 3,37% 3,34% 2,28% 1,47% 4,35% 6,04% 1,51% 2,33% 3,48% 2,25% 2,43% 2,56% 1,73% 3,07% 14,38% 11,58% 8,96% 8,99% 5,78% 9,29% 6,68% 10,08% 11,00% 8,83% 5,91% 6,44% 11,03% 14,40% 12,85% 17,26% 10,59% 11,22% 15,34% 18,87% 8,05% 17,83% 8,89% 11,30%
Standar Deviasi Tahun 2005 4,29% 3,96% 5,56% 4,74% 10,79% 3,27% 10,04% 1,60% 1,36% 1,85% 5,41% 4,05% 2,09% 3,17% 2,99% 2,03% 3,12% 3,54% 2,09% 1,42% 3,92% 5,66% 1,60% 1,96% 3,13% 2,32% 2,19% 2,42% 1,79% 2,71% 2,12% 2,38% 1,26% 1,99% 1,23% 1,89% 0,94% 1,14% 1,15% 1,54% 1,50% 1,18% 1,64% 4,87% 2,27% 2,13% 2,00% 4,51% 4,14% 5,61% 1,66% 3,14% 1,72% 2,60%
105 Lanjutan Lampiran 9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006 Kelas Konsumen DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP25-30.3 DP25-30.7 DP25-30.6 DP<5.9 DP>30.3 DP5-10.9 DP>30.7 DP>30.6 DP25-30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP20-25.7 DP10-20.9 DP>30.1 DP25-30.8 DP25-30.5 DP20-25.1 DP>30.8 DP>30.5 DP25-30.4 DP20-25.8 DP25-30.2 DP20-25.5 DP>30.2 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.2 DP<5.7 DP10-20.3 DP5-10.7 DP10-20.7 DP10-20.6 DP<5.6 DP10-20.8 DP10-20.5 DP10-20.4 DP5-10.5 DP10-20.1 DP<5.4 DP<5.5 DP5-10.8 DP5-10.4 DP5-10.6 DP5-10.3 DP10-20.2 DP<5.8 DP5-10.1 DP<5.3 DP5-10.2 DP<5.1 DP<5.2
Probability of default Tahun 2006 1,52% 0,94% 3,71% 1,34% 1,80% 0,74% 39,95% 0,55% 40,83% 1,04% 0,37% 1,56% 1,90% 2,68% 2,94% 15,94% 0,57% 1,30% 0,86% 3,74% 0,66% 0,46% 0,91% 2,97% 1,29% 1,60% 0,61% 2,02% 0,44% 2,65% 18,54% 9,60% 14,17% 8,86% 7,27% 15,17% 10,15% 6,41% 8,33% 13,44% 8,98% 13,04% 14,73% 17,86% 11,36% 13,18% 13,34% 8,77% 18,68% 16,62% 17,53% 13,73% 25,10% 17,42%
Standar Deviasi Tahun 2006 2,43% 2,26% 3,05% 1,94% 3,72% 1,13% 11,72% 1,27% 11,19% 2,80% 0,79% 2,11% 1,62% 2,11% 2,78% 6,20% 1,20% 1,73% 1,38% 2,83% 1,37% 1,07% 1,17% 2,29% 1,86% 1,21% 1,35% 1,63% 0,89% 1,96% 4,54% 2,59% 2,32% 1,51% 1,68% 3,50% 2,63% 1,48% 3,30% 1,50% 2,38% 3,23% 3,12% 3,08% 2,52% 1,69% 2,34% 2,18% 4,08% 3,84% 5,07% 3,40% 7,80% 5,60%
106 Lampiran 10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 Outputs - Percentiles and loss distribution 2005 Kelas Konsumen Expected Loss Standar Deviasi DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP5-10.9 DP<5.9 DP25-30.3 DP10-20.9 DP25-30.6 DP>30.6 DP25-30.7 DP25-30.1 DP25-30.8 DP>30.3 DP25-30.4 DP>30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP>30.8 DP25-30.5 DP>30.7 DP20-25.8 DP20-25.1 DP>30.5 DP20-25.7 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.5 DP25-30.2 DP>30.2 DP20-25.2 DP5-10.8 DP10-20.8 DP<5.7 DP10-20.3 DP10-20.6 DP10-20.4 DP5-10.7 DP5-10.5 DP5-10.4 DP5-10.6 DP10-20.7 DP10-20.5 DP<5.4 DP5-10.3 DP<5.5 DP<5.8 DP<5.6 DP10-20.1 DP5-10.1 DP<5.3 DP10-20.2 DP<5.1 DP5-10.2 DP<5.2 Total
61.381.378,17 58.834.209,78 105.891.049,44 729.996.318,75 1.119.659.796,72 221.222.878,61 1.858.734.991,91 152.778.817,68 122.331.594,98 198.876.144,98 507.036.489,08 404.759.540,56 217.875.433,56 398.804.433,25 361.309.834,93 303.305.590,16 455.792.813,68 455.625.043,88 321.883.385,61 218.396.564,17 709.820.159,21 1.020.446.024,66 280.323.036,92 446.684.740,41 766.959.667,12 521.293.125,38 665.612.299,73 967.028.146,32 784.333.276,96 1.991.469.999,37 11.461.383.710,35 9.504.795.291,82 7.446.733.238,16 7.516.199.136,32 5.444.667.421,25 9.502.211.567,85 7.337.276.538,17 11.887.240.953,97 13.722.122.100,63 11.451.715.848,55 7.719.172.355,02 8.910.906.025,93 16.525.742.572,25 22.154.891.731,36 22.671.328.138,52 33.892.926.875,96 23.348.939.235,55 26.173.203.635,19 43.028.737.773,40 56.065.019.039,51 28.174.531.429,60 71.144.682.188,26 50.747.500.063,02 101.949.009.458,49 624.209.403.115,08
57.753.289,36 62.488.494,77 94.691.984,76 143.766.749,18 350.852.884,39 216.054.898,05 853.117.406,17 138.863.215,27 124.853.889,42 171.155.534,89 511.923.112,53 399.973.112,36 229.041.723,02 392.191.326,66 400.355.140,11 271.760.923,29 421.377.839,30 482.556.515,42 295.042.298,73 211.383.645,64 639.092.912,29 957.059.761,93 298.608.806,86 375.842.198,40 690.209.986,62 539.692.353,58 599.124.298,98 914.290.948,36 811.622.868,27 1.762.312.283,80 1.692.518.115,08 1.955.516.361,22 1.046.404.513,94 1.667.285.018,04 1.159.748.502,53 1.936.602.209,99 1.029.405.980,18 1.343.589.923,54 1.431.312.357,30 1.996.531.941,63 1.960.871.578,43 1.635.953.655,70 2.455.713.593,85 7.491.032.792,47 3.997.829.077,91 4.188.986.606,00 4.399.011.029,49 10.530.262.117,33 11.610.523.327,49 16.663.704.996,77 5.812.539.486,09 12.546.251.546,61 9.845.782.253,98 23.427.218.337,85 145.241.655.726
Risk Contribution 259.282.291 220.764.856 376.057.854 1.775.605.962 2.615.706.464 366.508.623 2.809.228.356 229.425.820 251.445.453 406.458.670 1.024.772.444 800.675.375 409.673.944 710.606.628 622.320.511 522.147.898 781.319.942 778.250.269 541.916.163 360.286.806 1.129.995.217 1.603.885.953 520.578.163 818.324.909 1.321.768.318 879.411.991 1.228.906.568 1.770.619.662 1.489.074.579 3.891.153.962 22.111.954.024 19.593.053.979 15.252.956.724 15.344.431.336 11.287.429.161 20.300.973.884 16.169.275.981 26.916.961.288 30.125.606.490 26.211.206.149 17.597.133.387 20.883.380.229 39.234.084.941 54.798.260.276 57.543.806.261 89.068.851.711 65.683.322.215 74.224.738.497 138.171.374.554 179.799.756.420 99.726.260.056 277.336.497.284 249.293.782.937 693.990.964.774 2.291.182.236.209
107 Lanjutan Lampiran 10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 Outputs - Percentiles and loss distribution 2005 Percentile Credit loss amount Expected Loss Mean 624.209.403.115 50,00 495.799.596.099 75,00 897.446.581.084 95,00 1.640.464.049.270 97,50 1.929.463.850.634 99,00 2.291.182.236.209 Unexpected Loss 99,50 2.552.457.354.312 99,75 2.807.817.105.097 99,90 3.135.971.653.000 Percentile Mean 50,00 75,00 95,00 97,50 99,00 99,50 99,75 99,90
Credit loss amount 624.209.403.115 495.799.596.099 897.446.581.084 1.640.464.049.270 1.929.463.850.634 2.291.182.236.209 2.552.457.354.312 2.807.817.105.097 3.135.971.653.000
Economic Capital Tahun 2005
Credit loss amount per Expected loss 1,00 0,79 1,44 2,63 3,09 3,67 4,09 4,50 5,02
Hasil Pengolahan Minitab 14 Probability Density Function
Cumulative Distribution Function
Poisson with mean = 1
Poisson with mean = 1
x 0,00 0,50 0,79 1,00 1,44 1,50 2,00 2,50 2,63 3,00 3,09 3,50 3,67 4,00 4,09 4,50 5,00 5,02
x 0,00 0,50 0,79 1,00 1,44 1,50 2,00 2,50 2,63 3,00 3,09 3,50 3,67 4,00 4,09 4,50 5,00 5,02
P( X = x ) 0,367879 0,000000 0,000000 0,367879 0,000000 0,000000 0,183940 0,000000 0,000000 0,061313 0,000000 0,000000 0,000000 0,015328 0,000000 0,000000 0,003066 0,000000
P( X <= x ) 0,367879 0,367879 0,367879 0,735759 0,735759 0,735759 0,919699 0,919699 0,919699 0,981012 0,981012 0,981012 0,981012 0,996340 0,996340 0,996340 0,999406 0,999406
108 Lampiran 11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 Outputs - Percentiles and loss distribution 2006 Kelas Konsumen Expected Loss Standar Deviasi DP25-30.9 DP>30.9 DP20-25.9 DP25-30.3 DP25-30.7 DP25-30.6 DP<5.9 DP>30.3 DP5-10.9 DP>30.7 DP>30.6 DP25-30.1 DP20-25.6 DP20-25.3 DP20-25.7 DP10-20.9 DP>30.1 DP25-30.8 DP25-30.5 DP20-25.1 DP>30.8 DP>30.5 DP25-30.4 DP20-25.8 DP25-30.2 DP20-25.5 DP>30.2 DP20-25.4 DP>30.4 DP20-25.2 DP<5.7 DP10-20.3 DP5-10.7 DP10-20.7 DP10-20.6 DP<5.6 DP10-20.8 DP10-20.5 DP10-20.4 DP5-10.5 DP10-20.1 DP<5.4 DP<5.5 DP5-10.8 DP5-10.4 DP5-10.6 DP5-10.3 DP10-20.2 DP<5.8 DP5-10.1 DP<5.3 DP5-10.2 DP<5.1 DP<5.2 Total
36.752.789,86 23.711.139,48 113.573.226,47 86.780.725,83 136.336.112,07 63.809.012,13 3.527.425.573,39 51.407.264,26 4.010.053.195,17 103.115.007,28 37.574.027,46 168.506.717,91 214.004.219,37 343.045.179,67 421.496.417,55 2.384.408.000,38 92.846.345,25 211.740.125,59 154.374.761,34 699.537.281,21 133.421.777,07 96.565.178,32 201.979.362,16 728.478.169,45 392.410.593,07 503.238.735,73 239.902.501,69 841.911.010,57 199.237.965,89 1.553.965.277,33 12.297.236.560,87 8.977.662.101,40 13.753.648.137,18 8.737.448.173,92 7.410.840.768,79 20.362.288.175,86 15.624.485.348,71 11.535.621.961,74 17.045.356.244,87 27.605.226.378,17 19.408.589.672,91 31.761.398.330,42 37.070.986.662,78 49.673.813.960,65 32.306.165.354,74 41.259.226.532,58 46.372.630.063,19 32.834.846.593,94 77.797.331.913,10 85.217.822.917,32 103.847.559.101,67 108.758.731.170,49 279.613.294.454,98 229.234.110.380,70 1.336.277.928.653,90
59.018.690,75 57.252.537,34 93.279.766,76 125.693.890,55 282.627.187,88 98.060.525,59 1.034.443.129,42 118.202.095,33 1.098.990.919,91 278.225.683,56 79.668.332,06 228.135.562,64 182.365.342,36 268.984.149,04 398.986.768,62 926.920.267,24 195.910.804,93 281.215.567,62 248.087.308,41 528.182.309,45 274.539.613,73 224.844.160,26 260.151.600,49 561.637.731,98 567.787.282,01 379.885.513,93 531.324.783,33 676.926.248,23 398.861.958,15 1.148.256.524,27 3.009.817.451,62 2.420.660.716,04 2.248.911.099,96 1.487.382.344,41 1.716.011.635,30 4.705.264.780,43 4.052.474.358,80 2.669.349.607,91 6.758.593.658,30 3.072.989.802,19 5.142.454.592,10 7.862.967.680,87 7.844.837.400,64 8.565.093.837,63 7.166.562.256,63 5.303.432.631,81 8.140.553.807,49 8.152.551.107,21 17.013.313.922,12 19.695.351.657,98 30.032.309.537,20 26.931.099.689,40 86.867.123.773,18 73.678.324.644,78 356.145.898.249,88
Risk Contribution 117.392.415 73.504.929 311.265.981 158.058.026 231.946.741 102.963.843 5.653.405.513 80.874.105 6.182.827.583 158.245.150 57.369.861 251.359.765 315.113.568 485.922.850 763.417.792 4.239.135.707 159.219.349 363.103.777 254.052.621 1.135.119.712 210.658.516 150.030.629 307.705.590 1.073.986.578 635.966.664 806.147.573 355.008.537 1.393.166.381 319.909.861 2.520.617.391 20.972.139.903 15.727.210.283 23.713.168.344 14.962.705.167 12.520.350.216 37.498.505.147 28.742.347.719 22.082.231.819 34.039.357.567 55.010.386.277 39.633.409.242 67.022.684.692 80.441.899.664 111.425.759.215 71.580.983.885 94.110.726.845 111.877.054.961 81.623.322.695 201.321.502.714 241.657.384.159 326.416.199.038 402.024.593.624 1.280.359.900.659 1.175.428.885.621 4.579.060.206.464
109 Lanjutan Lampiran 11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 Outputs - Percentiles and loss distribution 2006 Percentile Mean 50,00 75,00 95,00 97,50 99,00 99,50 99,75 99,90
Credit loss amount 1.336.277.928.654 1.126.132.184.808 1.915.065.751.816 3.357.081.055.569 3.903.360.059.112 4.579.060.206.464 5.069.976.460.015 5.543.449.545.739 6.150.747.923.834
Percentile
Credit loss amount
Mean 50,00 75,00 95,00 97,50 99,00 99,50 99,75 99,90
1.336.277.928.654 1.126.132.184.808 1.915.065.751.816 3.357.081.055.569 3.903.360.059.112 4.579.060.206.464 5.069.976.460.015 5.543.449.545.739 6.150.747.923.834
Expected Loss Economic Capital Tahun 2006 Unexpected Loss
Credit loss amount per Expected loss 1,00 0,84 1,43 2,51 2,92 3,43 3,79 4,15 4,60
Hasil Pengolahan Minitab 14 Probability Density Function
Cumulative Distribution Function
Poisson with mean = 1
Poisson with mean = 1
x 0,00 0,50 0,84 1,00 1,43 2,50 2,51 2,92 3,00 3,43 3,50 3,79 4,00 4,15 4,50 4,60
x 0,00 0,50 0,84 1,00 1,43 2,50 2,51 2,92 3,00 3,43 3,50 3,79 4,00 4,15 4,50 4,60
P( X = x ) 0,367879 0,000000 0,000000 0,367879 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,061313 0,000000 0,000000 0,000000 0,015328 0,000000 0,000000 0,000000
P( X <= x ) 0,367879 0,367879 0,367879 0,735759 0,735759 0,919699 0,919699 0,919699 0,981012 0,981012 0,981012 0,981012 0,996340 0,996340 0,996340 0,996340
113 Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE NERACA 31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2004 AKTIVA Kas dan setara kas Efek Piutang pembiayaan konsumen (bersih) Piutang lain-lain Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka Aktiva pajak tangguhan (bersih) Aktiva tetap Aktiva lain-lain JUMLAH AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN Hutang lain-lain Hutang premi asuransi Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Pinjaman Hutang obligasi Pinjaman subordinasi Kewajiban derivatif JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS Modal saham Saldo laba yang dicadangkan Saldo laba yang belum dicadangkan JUMLAH EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2005
149.549.588 411.809.590 20.212.732 8.297.801.852 14.286.504.032 88.822.531 298.777.585 9.088.075 20.788.079 100.699.991 209.698.277 54.716.822 88.993.809 14.385.081 15.542.896 8.735.276.672 15,332.114.268
28.972.397 63.722.731 101.618.342 461.262.595 156.104.472 191.155.318 130.711.535 113.217.995 5.491.124.611 10.978.692.695 1.763.741.515 2.014.288.146 200.000.000 200.000.000 8.375.323 7.872.272.872 14.030.714.803
2006 471.958.267 9.149.908.840 332.591.348 160.593.933 44.046.553 184.021.151 123.485.339 21.679.194 10,488.284.625
48.279.295 191.765.831 169.783.962 43.977.809 6.580.898.244 1.667.001.024 117.800.429 8.819.506.594
80.000.000 80.000.000 280.000.000 200.000 300.000 400.000 782.803.800 1.221.099.465 1.388.378.031 863.003.800 1.301.399.465 1.668.778.031 8.735.276.672 15.332.114.268 10.488.284.625
114 Lanjutan Lampiran 15.
Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2004 PENDAPATAN Pembiayaan konsumen Administrasi Bunga dan denda Jumlah pendapatan BEBAN Beban usaha Beban bunga dan keuangan Penyisihan piutang ragu-ragu Beban lain-lain (bersih) Jumlah beban LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN LABA BERSIH LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Rupiah penuh)
2005
2006
2.079.759.746 3.373.671.011 3.788.920.367 301.500.129 505.931.073 493.456.958 59.591.968 110.591.198 160.223.964 2.440.851.843 3.990.193.282 4.442.601.289 631.612.719 1.078.446.146 1.333.235.533 942.130.709 1.364.839.464 1.539.845.668 254.521.290 683.336.003 680.334.121 5.516.875 233.897.490 411.928.709 1.833.781.593 3.360.519.103 3.965.344.031 607.070.250 629.674.179 477.257.258 207.861.822 191.278.514 136.359.992 399.208.428 438.395.665 340.897.266 4.990 5.480 1.217
115 Lanjutan Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2004 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari : Konsumen Pembiayaan bersama Pendapatan bunga Pinjaman karyawan Lain-lain Jumlah Pengeluaran kas untuk : Pembayaran kepada penyalur kendaraan Pembayaran pembiayaan bersama Pembayaran premi asuransi konsumen Beban usaha Beban bunga dan keuangan Pajak penghasilan badan Pinjaman karyawan Lain-lain Jumlah Arus kas bersih diperoleh dari atau (digunakan untuk) aktivitas operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Hasil penjualan aktiva tetap Hasil penjualan efek Pembelian aktiva tetap Pembelian efek Arus kas bersih (digunakan untuk) atau diperoleh dari aktivitas investasi
10.046.856.163 371.186.796 24.156.406 3.334.186 9.132.024 10.454.665.575
2005
11.078.693.832 3.266.699.235 19.442.872 4.746.744 43.604.782 14.413.187.465
2006
15.502.175.537 6.208.988.221 15.883.857 6.416.923 62.235.410 21.795.699.948
(10.692.398.137) (13.885.750.817) (12.233.379.812) (825.577.887) (3.037.240.860) (4.824.923.114) (325.304.374) (384.092.850) (834.361.428) (444.191.567) (928.099.515) (1.116.891.420) (967.524.198) (1.167.871.652) (1.355.688.911) (205.465.390) (325.770.067) (343.136.933) (2.912.756) (6.057.219) (7.465.226) (28.082.266) (49.161.867) (98.503.728) (13.491.456.575) (19.784.044.847) (20.814.350.572) -3.036.791.000
-5.370.857.382
981.349.376
789.321 376.368.325 (29.004.315) (305.000.000)
1.696.752 669.000.000 (58.964.511) (649.000.000)
2.679.194 67.817.781 -
43.153.331
-37.267.759
-65.138.587
116 Lanjutan Lampiran 15.
Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN (BERSIH) 31 DESEMBER 2006, 2005 DAN 2004 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Cicilan piutang pembiayaan konsumen (bruto) yang akan diterima sesuai dengan tanggal jatuh temponya : 2005 10.804.292.904 6.835.636.730 3.021.842.436 20.661.772.070
2006 10.080.661.572 6.813.160.195 2.441.148.607 19.334.970.374
Perubahan pada penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 2004 2005 Saldo awal 186.158.146 304.770.459
2006 603.033.514
Penambahan penyisihan piutang ragu-ragu Penghapusan piutang ragu-ragu Saldo akhir
680.334.121 789.452.217 493.915.418
< 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun
2004 6.637.309.964 3.756.192.866 1.525.285.789 11.918.788.619
254.521.290 135.908.977 304.770.459
683.336.003 385.072.948 603.033.514
Sebagai jaminan atas piutang pembiayaan konsumen, Perseroan menerima jaminan dari konsumen berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dari kendaraan bermotor yang dibiayai Perseroan.
(BEBAN) atau PENDAPATAN LAIN-LAIN (BERSIH) 31 DESEMBER 2006, 2005 DAN 2004 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan Selisih lebih penerimaan pembayaran dari konsumen Keuntungan dari penjualan aktiva tetap (bersih) Kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambilalih Lain-lain
2004 44.453.262 3.515.862 788.201 (53.550.540) (723.660) -5.516.875
2005 71.568.190 10.778.537 833.198 (317.986.080) 908.665 -233.897.490
2006 162.881.286 51.555.120 455.973 (631.306.790) 4.485.702 -411.928.709
A/R OD > 60 PK
REMED. OPS Problem Account List
Analyze by Remedial Tool
Lampiran 14. Proses Remedial
3
4 Distribute to
A/R DATA BASE
Executor
Debt Collector
5 Pick Up
6a 6b PROSES UMC 112