ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN PERUMAHAAN DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ABSTRAK AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI. Analisis Risiko Pembiayaan Perumahaan di Kota Bogor. Dibimbing JAENAL EFFENDI Pembiayaan perumahaan adalah salah satu kebutuhan primer masyarakat dan termasuk ke dalam sektor konstruksi. Kendala yang dihadapi pembiayaan perumahaan adalah NPF dan penduduk kota Bogor yang memiliki trend meningkat selama periode 2011-2014. Penelitan ini menganalisis risiko pembiayaan perumahaan syariah di kota bogor dengan menggunakan metode Enterprise Risk Management. Hasil penelitian menunjukan risiko dengan nilai tertinggi adalah nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan, hilangnya berkas dan arsip, nasabah mengalami default karena usahanya mengalami kebangkrutan. Tindakan mitigasi risiko yang dapat diambil adalah dengan rescheduling dan mengambil agunan nasabah atas kompensasi kerugian yang dialami oleh bank, serta menyediakan salinan lebih dari satu berkas dan dokumen agar tidak kembali hilang Kata kunci: Bank Syariah , ERM, Konstruksi ABSTRACT AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI, Housing Finance Risk Analysis at Bogor City. It Supervised by JAENAL EFFENDI. Housing finance is one of main society needs and includes into construction sector. The problem which was faced the Housing finance is NPF and population of Bogor city that had a growing during periode of 2011-2014. This study analyzed the sharia housing finance risk in Bogor city using method of Enterprise Risk Management. The Result of study showed the highest score of risk is customers having delay in financing return, lost of files and documents, the customer had default situation because of their effort in bankruptcy. The risk mitigation action which could be taken with rescheduling and took customer collaterals for loss compesations experienced by bank, provided more copies files and documents due to having lost. Keyword: Islamic banking, ERM, Construction
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN PERUMAHAAN DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Risiko Pembiayaan Perumahaan di Kota Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Prabowo dan Ibu Apriana Dian serta adik dari penulis atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Jaenal Effendi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan motivasi dalam membantu penulisan skripsi ini. 2. Bapak Deni Lubis selaku dosen penguji dari komisi pendidikan dan Ibu Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. BTN Syariah cabang Bogor, baik para pegawai maupun nasabah serta pihakpihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 5. Teman-teman satu bimbingan, Afrial Hasbi, Rizha Rizki, Akbar Nur Pribadi dan yang lainnya, yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49 terimakasih atas doa dan dukungannya. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Bogor, Desember 2015
Ahmad Fathan Mujadidi Haqqoni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Bank Syariah
6
Pembiayaan Syariah
6
Risiko
8
Manajemen Risiko
10
ERM
10
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Pikir
14
METODE PENELITIAN
15
Jenis dan Sumber Data
15
Waktu dan Tempat Penelitian
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
15
PEMBAHASAN
19
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
19
Analisis Risiko Pembiayaan
20
Identifikasi Risiko
22
Pengukuran dan Pemetaan Risiko
26
Mitigasi Risiko
30
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
34 34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL 1 Identifikasi Risiko Bank BTN Syariah
25
2 Indikator Kemungkinan Terjadinya Risiko
26
3 Indikator Dampak Terjadinya Risiko
27
4 Klasfikasi Risiko Bank BTN Syariah
28
5 Hasil pemetaan risiko
29
6 Tindakan mitigasi risiko Bank BTN Syariah
32
DAFTAR GAMBAR 1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014
1
2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 2009-2014
2
3 Jumlah penduduk Kota Bogor
3
4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan
3
5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi
4
6 Kubus ERM
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Struktur Organiasi Bank BTN Syariah
37
2 Tabel lengkap hasil analisis
38
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menegaskan kejelasan hukum atas eksistensi perbankan syariah di Indonesia. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 perbankan syariah telah berkembang dari kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, perkembangan perbankan syariah ditunjukan dengan meningkatnya jumlah BUS menjadi 12 BUS pada Juli 2014 dan UUS yang berjumlah 22 pada tahun 2014 (OJK 2015). Sementara dari sisi kualitas, perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari perkembangan neraca laba rugi, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) serta jumlah pembiayaan yang disalurkan yang memiliki tren meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. 3,500
miliar rupiah
3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun Sumber: OJK 2015
Gambar 1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014 Perkembangan perbankan syariah merupakan indikator feedback yang positif dari masyarakat atas kinerja sistem perbankan syariah di Indonesia. Sebagai mediator antara debitur dan kreditur, bank syariah dituntut berhati-hati dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan yang diberikan disalurkan melalui berbagai sektor ekonomi. Sektor ekonomi dikategorikan menjadi delapan, yaitu pertanian kehutanan dan sarana pertanian; pertambangan; perindustrian; listirk, gas, dan air, konstruksi; perdagangan, restoran, dan hotel; pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi; jasa guna usaha dan jasa sosial. Berdasarkan Gambar 2, DPK yang meningkat tiap tahunnya diharapkan dapat mendorong berkembangnya pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Meningkatnya pembiayaan yang disalurkan kepada sektor-sektor tersebut diharapkan mampu meningkatkan laju ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
2
miliar rupiah
180,000 150,000 120,000 90,000 60,000 30,000 0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun DPK
total pembiayaan
Sumber: OJK (2015)
Gambar 2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 20092014 Menurut Al-Syaitibi dalam kitab Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, kebutuhan manusia dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan papan merupakan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak. Perumahaan merupakan bagian dari sektor konstruksi. Sektor konstruksi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, hal ini dibuktikan pada Gambar 2 dengan adanya jumlah pembiayaan pada sektor konstruksi yang terus meningkat. Kota bogor memiliki potensi pembiayaan perumahan yang baik, menurut BPS kota Bogor pada tahun 1990 jumlah penduduk di kota Bogor sebanyak 272.251 jiwa, sensus pada tahun 2000 kota Bogor memiliki 750.819 jiwa, dan pada sensus 2010 jumlah penduduk kota Bogor mendekati 1 juta jiwa, dengan jumlah detail sebesar 950.334 jiwa, pertumbuhan jumlah penduduk dapat dilihat pada Gambar 3. Pertumbuhan jumlah penduduk dikarenakan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di kota Bogor, meningkatnya IPM diukur dari tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan yang dicapai, dan standart hidup. Indikator IPM di kota bogor mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya angka harapan hidup pada tahun 2012 sebesar 69,7% mengalami peningkatan sebesar 0,5% sehungga besar nya angka harapan hidup pada tahun 2013 sebesar 70,2%, angka masyarakat melek huruf juga mengalami peningkatan sebesar 1,5% sehingga pada tahun 2013 masyarakat melek huruf sebesar 96,77%, dan peningkatan rata-rata lamanya sekolah sebesar 0,01% yang pada tahun 2013 angka peningkatan rata-rata lamanya sekolah sebesar 8,01%.
3
Jumlah Penduduk Kota Bogor 1000000
jiwa
800000 600000 400000 200000
0 1990
2000
2010
tahun Jumlah
Sumber: BPRS Kota Bogor (2014)
Gambar 3 Jumlah Penduduk Kota Bogor. Perkembangan jumlah penduduk selaras dengan perkembangan jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan, pada tahun 2010 jumlah total sebesar 233.975 kepala keluarga dan yang memiliki bangunan pribadi sebesar 155.839 kepala keluarga, tahun 2011 meningkat menjadi 238.227 kepala keluarga dan jumlah kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 158.671 kepala keluarga, pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga mencapai 252.967 kepala keluarga dan kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 166.489 kepala keluarga, perkembangan ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Penguasaan Bangunan dan Bangunan Pribadi 300000
kepala keluarga
250000 200000 150000
Jumlah
100000
Pribadi
50000 0 2010
2011
2012
2013
2014
tahun Sumber: BPS Kota Bogor (2014)
Gambar 4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan dan bangunan pribadi.
4
Rumusan Masalah Salah satu lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan perumahaan adalah Bank Tabungan Negara (BTN). BTN merupakan salah satu bank yang memiliki peran penting dalam perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Hal ini sesuai dengan visi BTN yakni menjadi lembaga keuangan terbaik dalam jasa pembiayaan perumahan di Indonesia. Menurut BPS (2010) , jumlah penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1.49% per tahun. Perkembangan pembiayaan di sektor konstruksi dan pembiayaan KPR bersubsidi meningkat sebesar 40% meningkat sebesar 45% pada periode 2012-2014. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Menurut Karim (2005), pembiayaan tidak terlepas dari risiko. Risiko kredit menjadi salah satu risiko yang dihadapi oleh bank dan lembaga pembiayaan. Risiko pembiayaan sendiri meliputi risiko terhadap produk dan risiko yang berhubungan dengan pembiayaan perusahaan. Salah satu risiko pembiayaan adalah adanya pembiayaan bermasalah yang menyebabkan gagal bayar. Sebagai sumber pendapatan utama bank syariah, praktik pembiayaan tidak terlepas dari berbagai risiko yang mungkin terjadi sehingga membuat bank syariah perlu memperhatikan risiko munculnya pembiayaan bemasalah. Tingkat pembiayan bermasalah dicerminkan dengan rasio Non Performing Financing (NPF) pada bank tersebut. Tingginya tingkat NPF menunjukkan kesehatan bank yang rendah karena banyaknya pembiayaan bermasalah yang terjadi dalam kegiatan bank tersebut. Ismail (2010) menyatakan keberadaan NPF dalam jumlah besar dapat berdampak pada bank yang terlibat berupa kerugian yang ditanggung oleh bank karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan. Selain itu, NPF juga berdampak pada berkurangnya income dari kredit tersebut yang dapat mengurangi laba bank dan kemampuan memberikan kredit. 9.00
10,000
7.00
8,000
5.00
6,000 3.00
4,000
persen
miliar rupiah
12,000
1.00
2,000 0
-1.00 2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun Pembiayaan sektor konstruksi
Sumber: OJK (2015)
Gambar 5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi yang meningkat memiliki tingkat gagal bayar dengan trend positif periode 2009 hingga 2014. Hal ini menunjukan bahwa adanya kenaikan alokasi pembiayaan pada sektor konstruksi tidak terlepas dari risiko yang mungkin terjadi pada sektor tersebut. Penelitian ini
5
menjadikan bank syariah sebagai objek penelitian dan terfokus kepada BTN syariah, sebagai lembaga keuangan syariah yang berfokus pada bidang pembiayaan sektor konstrusksi dan perumahaan. Dengan urgensi masyarakat harus memiliki tempat tinggal yang layak, perbankan syariah memiliki peran yang penting untuk menjembatani kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Adanya kenaikan proporsi pembiayaan berpotensi adanya kenaikan tingkat moral hazard oleh masyarakat sehingga risiko yang dihadapi bank juga meningkat. Oleh karena itu, diperlukan kajian perkembangan pembiayaan syariah untuk sektor konstruksi terutama pada aspek risiko. Kajian terhadap risiko pembiayaan syariah pada sektor konstruksi dapat memberikan gambaran mengenai potensi risiko yang sebenarnya sehingga dapat dijadikan acuan ke depan untuk dapat lebih mengoptimalkan pembiyaan syariah pada sektor konstruksi. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: 1. Apa risiko dihadapi dalam pebiayaan perumahan oleh BTN Syariah cabang bogor? 2. Bagaimana pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan perumahan pada BTN syariah cabang Bogor? 3. Apa saja tindakan mitigasi risiko yang dilakukan Bank BTN Syariah dalam proses pembiayaan perumahaan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi risiko pembiayaan dan risiko perumahan bersubsidi pada proses pembiayaan Bank BTN cabang Bogor. 2. Menganalisis pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan untuk dan risiko lainnya pada proses pembiayaan di Bank BTN cabang Bogor. 3. Menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan dan risiko lainnya pada proses pembiayaan di Bank BTN cabang bogor. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi pihak Bank BTN syariah cabang Bogor dapat dijadikan sumber informasi serta rekomendasi mengenai pemetaan risiko pembiayaan dan tindakan mitigasi risiko pembiayaan, khususnya yang berkaitan dengan prmbiayaan perumahaan 2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan salah satu referensi dan kajian studi lapang mengenai risiko pembiayaan syariah. 3. Bagi masyarakat yang ingin mengakses jasa pembiayaan perumahaan bersubsidi bank BTN syariah, dapat dijadikan sumber informasi awal mengenai pembiayaan syariah.
6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko pembiayaan Bank BTN syariah. Penelitian ini hanya mencakup risiko yang terdapat pada kegiatan funding dan financing di BTN syariah. Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan terhadap lingkup risiko yang diteliti, yakni hanya mencakup pada risiko pembiayaan dan risiko operasional pada Bank BTN syariah dan tidak mempertimbangkan risiko pasar. Pembatasan juga dilakukan terhadap lingkup sektoral yang diteliti, yakni berfokus kepada pembiayaan syariah untuk perumahaan bersubsidi. TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsipprinsip syariah. Bank syariah bukan hanya sekadar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Karakteristik Bank Syariah Undang-Undang Nomor 12 juga menjelaskan secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah, antara lain 1. Penghapusan riba. 2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisakan sasaran sosio-ekonomi Islam. 3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan bank investasi. 4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing. 5. Bagi hasil cenderung mempercepat hubungan antara bank syariah dan pengusaha. 6. Kerangka yang dibangun dalam membantu instrumen pasar uang antarbank syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah. Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi tabungan dengan cara yang adil. Sumber dana bank syariah berasal dari modal yang diberikan dan hasil mobilisasi kegiatan penghimpunan dana melalui rekening giro, rekening tabungan, rekening investasi umum dan rekening investasi khusus. Pembiayaan Syariah Definisi Pembiayaan Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengannya, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan. Antonio
7
(2001) menyatakan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk pemenuhan kebutuhan pihak-pihak yang merupakan unit defisit. Kategori Pembiayaan Syariah Rivai (2008) mengatakan bahwa pembiayaan merupakan kepercayaan (trust), yang berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus dipergunakan dengan benar, adil, disertai dengan syarat-syarat yang jelas dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Penyaluran dana pada nasabah, terbagi ke dalam delapan kelompok secara garis besar dan dibedakan sesuai dengan tujuan penggunaannya, yaitu: 1. Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. 2. Akad salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati. 3. Akad isitihna' adalah akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuataan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pembeli dan penjual. 4. Akad mudharabah dalam pembiayaan adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai yang sudah disepakati dalam akad, dan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pihak pertama. 5. Akad musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. 6. Akad qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembailkan pokok pinjaman tanpa tambahan baik secara sekaligus maupun cicilan. 7. Akad ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan kepemilikan barang itu sendiri. 8. Akad ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan pemindahan kepemilikan barang. Definis Fungsi Pembiayaan Rivai (2008) menjelaskan bahwa pembiayaan memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting dalam sistem perekonomian baik secara makro maupun mikro. Fungsi-fungsi tersebut adalah: 1. Dapat meningkatkan daya guna dari modal/uang, 2. Dapat meningkatan daya guna dari suatu barang, 3. Dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 4. Dapat menimbulkan gairah usaha masyrakat, 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi negara, seperti: pengendalian inflasi,
8
peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan pokok rakyat, 6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. Risiko Pengertian Risiko Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian dan berkaitan dengan kemungkinan kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Risiko yang muncul harus dikelola dengan proses sistematis yang disebut manajemen risiko (Siahaan 2009). Jika dilihat dari sudut pandang lembaga keuangan, risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan memiliki dampak negatif terhadap pendapatan maupun permodalan bank (Karim 2009). Kategori Risiko Bank Umum Risiko yang dihadapi oleh bank umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu risiko finansial dan risiko non finansial. Risiko finansial selanjutnya dibagi menjadi menjadi risiko pasar dan risiko kredit. Sedangkan risiko non finansial diantaranya meliputi: risiko operasional, risiko reguler dan risiko hukum. Berikut adalah karakteristik risiko-risiko tersebut: 1. Risiko Pasar adalah risiko yang melekat pada instrumen dan aset yang diperdagangkan di pasar. Fluktuasi harga dipasar akibat pengaruh mikro maupun makro menimbulkan jenis-jenis risiko pasar yang lain yaitu risiko suku bunga. 2. Risiko Kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibanya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Risiko ini dapat muncul dalam banking book dan trading book. Dalam banking book, risiko kredit muncul pada saat nasabah gagal memenuhi kewajiban untuk membayar hutangnya secara penuh pada waktu yang telah disepakati. Adapun risiko kredit pada trading book, juga muncul akibat tidak mampu atau ke \engganan nasabah untuk memenuhi kewajiban yang ada dalam kontrak. 3. Risiko Likuiditas muncul akibat tidak cukupnya liquiditas untuk memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh tempo. 4. Risiko Operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas, risiko ini muncul karena kesalahan atau kecelakan manusiawi ataupun teknis. Definisi Risiko Pembiayaan Syariah Menurut Karim (2005) secara umum, faktor-faktor yang terdapat risiko aktifitas fungsional dari perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu, risiko finansial, risiko pasar, dan risiko operasional. Risiko Pembiayaan adalah risiko yang dapat menyebabkan pihak ketiga gagal untuk memenuhi kewajibanya. Dalam konteks perbankan syariah, risiko pembiayaan meliputi risiko yang berhubungan dengan produk dan berhubungan dengan pembiayaan perusahaan. 1. Risiko yang berhubungan dengan produk a. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan Natural Certainty Contract (NCC) dengan menganalisis risiko pembiayaan yang berdasarkan NCC. Proses dari indentifikasi dan menganalisis semua dampak yang berhubungan dengan individual klien yang menggunaan jasa pembiayaan NCC, seperti murabahah,
9
ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam dan istishna ketika client telah memutuskan untuk menggunakan salah satu pembiayaan tersebut, makan akan dihitung semua faktor-faktor risiko yang terkandung didalam setiap akadnya. b. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan dari Natural Uncertainty Contract (NUC) dengan menganlisis risiko pembiayaan yang berbasiskan NUC, seperti mudharabah dan musyarakah, sehingga ketika ketika diputuskan akad mana yang akan dipilih, maka bank telah menghitung semua faktor risiko yang terkandung didalamnya. 2. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan korporasi Kerumitan dan jumlah dari pembiyaan korporasi telah memberian kenaikan terhadap risiko tambahan dibandingkan dengan produk perbankan yang lainya. Tambahan risiko yang harus diantispasi antara lain meliputi risiko timbul dari kondisi bisnis yang berubah setelah penyaluran pembiayaan. Terdapat tiga tipe risiko yang mungkin muncul dari perubahan kondisi bisnis klien setelah pembiayaan diberikan, diantaranya over trading, adverse trading serta liquidty run. Risiko yang timbul dari komitmen modal yang berlebihan dan risiko yang muncul akibat analisis yang tidak sehat oleh bank. Terdapat tiga tipe risiko yang akan muncul dari analisis yang tidak sehat oleh bank, yaitu analisi keuangan yang salah manipulasi akutansi dan karakter klien. 3. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko yang diantara faktornya disebabkan oleh ketidakcukupan atau ketidakmampuan dari proses internal bank, human errors, kesalahan sistematis atau masalah eksternal lainya yang mempengaruhi fungsi operasional, tiga faktor utama yang menyebabkan risiko operasional: a. risiko yang berhubungan dengan infrastruktur. b. risiko yang berhubungan dengan proses. c. risiko yang berhubungan dengan sumber daya. Ketiga risiko diatas menimbulkan lima tipe risiko lainya yaitu risiko reputasi, compliance risk, risiko transaksional, risiko strategi dan risiko legalitas. Manajemen Risiko Definisi dan Tujuan Manajemen Risiko Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah juga memerlukan serangkaian proses manajemen risiko. Manajemen risiko berperan sebagai permberi peringatan dini terhadap kegiatan usaha bank syariah, Karim (2009) mengemukakan tujuan manajemen risiko itu sendiri, yaitu: 1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. 3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled. 4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
10
Karakteristik Manajemen Risiko Islam Menurut Karim (2009) karakteristik dari manajemen risiko dalam perbankan syariah berbeda dari perbankan konvensional, terutama dari adanya beberapa faktor unik yang terkandung dalam sharia-compliance. Perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional diukur berdasarkan apa dan bukan bagaimana. Perbedaan akan terlihat jelas ketika dalam proses operasional dari perbankan syariah, yang meliputi identifikasi, penilaian, antisipisasi, dan pengawasan risiko. Enterprise Risk Management Pengertian Enterprise Risk Management Enterprise Risk Management (ERM) adalah seluruh metode dan proses yang digunakan organisasi perusahaan untuk mengelola risiko, baik dalam menghindari kerugian maupun untuk meraih peluang yang menguntungkan, berkaitan dengan pencapaian tujuan oraganisasi perusahaan (Siahaan 2009). Dalam kerangka ERM, dibandingkan sebagai sesuatu yang harus dikurangai atau dihilangkan. Tahapan pada pengembalian keputusan dalam ERM pun juga meningkat, tidak hanya berhenti pada tingkatan manajer risiko, namun harus sampai kepada dewan direksi perusahaan dan dapat menghadapi risio sebagai sebuah peluang yang menguntungkan menurut Kawamoto dalam D’Arcy (2013). Secara garis besar, ERM meliputi 3 tahap. Pertama, Pengidentifikasian keadaan-keadaan yang terjadi berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan risiko kerugian dengan pencapaian tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan risiko kerugian dan meraih risiko peluang yang menguntungkan. Kedua¸menilai risiko dengan 2 dimensi, yaitu dimensi keumungkinan terjadinya (probability) dan dimensi dampak terjadinya (Impact). Ketiga, menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi risiko yang akan terjadi. Praktisnya, ERM membantu sebuah lembaga atau perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasi dan menghindari risiko-risiko yang terjadi alam perjalanan menuju tujuan tersebut. Siahaan (2009) merujuk pada COSO Standart of Enterprise Risk Management Integrated Framework, menjelaskan bahwa pengertian ERM adalah suatu proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan lainya dalam mengaplikasikan pengaturan strategi melingkupi seluruh perusahaan. ERM dirancang untuk mengidentifikasi potensi kejadian yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan mengelola risiko yang ada memberikan kepastian terhadap pencapian tujuan perusahaan. RIMS (Risk and Insurance Management Society) dalam Siahaan (2009) menjelaskan bahwa ERM memiliki pengertian yaitu budaya, proses dan alat-alat mengidentifikasi peluang strategis dan perspektif strategi, dan merupakan proses yang mendukung pengurangan ketidakpastian serta meningkatkan eskploitasi peluang yang menguntungkan. Kountur (2008) mengatakan ERM adalah suatu proses atau metode yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. ERM diartikan secara luas agar dapat diperoleh konsepkonsep penting bagaimana cara perusahaan dalam mengelola risiko dan memberikan dasar bagi suatu perusahaan. ERM dapat diaplikasikan oleh berbagai perusahaan. Termasuk perbankan syariah karena pada dasarnya yang ditawarkan oleh ERM adalah sebuah konsep dan integrasi dalam pengelolaan risiko.
11
Tujuan ERM Kerangka kerja ERM diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam 4 kategori, yaitu: 1. Strategy, yakni sasaran tertinggi harus selalu disesuaikan dan selaras dengan misi perusahaan. 2. Operation, yakni tujuan operasi menyangkut efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. 3. Reporting, yakni tujuan menyangkut dapat dipercaya atau tidaknya sebuah laporan operasional perusahaan dan laporan-laporan lainnya yang berujung pada kualitas kendali internal perusahaan. 4. Compliance, yakni tujuan menyangkut ketaatan pada hukum dan regulasi yang berlaku, misalnya pada bank syariah, ketaatan terhadap peraturan perbankan dari Bank Indonesia dan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tahapan Komponen ERM Kerangka ERM memiliki delapan tahapan komponen penting yang saling berkaitan dan berhubungan dalam pengelolaan risiko yang diterapkan oleh sebuah perusahaan. Delapan tahapan komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Internal environment Lingkungan internal meliputi jenis organisasi, penetapan dasar tentang bagaimana cara memandang risiko, termasuk falsafah manajemenrisiko, selera, integritas, nilai-nilai kepercayaan, etika, dan lingkungan dimana mereka beroperasi. 2. Objective setting Perusahaan harus menetapkan tujuan terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi potensi kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan. ERM memastikan bahwa manajemen telah menetapkan tujuan-tujuan yang telah dipilih tersebut agar selaras dengan misi yang ingin dicapai serta konsisten dengan tingkat risikonya. 3. Event identification Kejadian-kejadian internal dan eksternal yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan perusahaan harus dapat diidentifikasi dan dibedakan antara risiko dan peluang. Setiap peluang disalurkan kembali pada strategi manajemen atau pada proses penentuan tujuan. 4. Risk assessment Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan terjadinya (probability) dan dampak terjadinya (impact) sebagai bahan untuk menentukan bagaimana cara pengelolaannya. 5. Risk response Manajemen memilih cara untuk merespon setiap risiko yang ada. Risiko yang ada dapat dihindari, diterima, dikurangi, dihilangkan atau dibagi. Selanjutnya, manajemen dapat mengembangkan serangkaian tindakan untuk dapat menyelaraskan risiko dengan toleransi terhadap risiko itu sendiri dan penilaian risiko. 6. Control activities Kebijakan dan prosedur dibentuk dan diimplementasikan untuk memastikan respon terhadap risiko telah dilaksanakan secara efektif.
12
7. Information and Communication Setiap informasi yang relevan dan terkait kemudian diidentifikasi, diproses serta dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang membuat setiap individu dalam perusahaan mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem informasi dalam laporan juga berperan dalam pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. Komunikasi efektif dapat diartikan secara luas yaitu komunikasi vertikal, horisontal, maupun dengan pihak luar (nasabah, regulator, dan para pemegang saham). 8. Monitoring Seluruh manajemen risiko perusahaan dipantau dan dimodifikasi apabila dibutuhkan. Pemantauan dilakukan melalui kegiatan manajemen yang sedang berjalan, dievaluasi secara terpisah atau dilakukan secara rutin. Kubus ERM Kubus ERM memperlihatkan hubungan langsung antara tujuan dan komponen ERM. Hubungan ini menggambarkan apa saja kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut. Kubus ERM dapat dlihat pada Gambar 1. Keempat tujuan ERM digambarkan dalam sumbu Y (kolom vertical). 8 komponen ERM digambarkan dalam sumbu X (kolom horizontal) dan urut organisasi digambarkan dalam sumbu Z. ketiga sumbu ini saling terhubung dan membentu keterkaitan dalam kerangka kerja ERM.
Gambar 6 Kubus ERM Efektifitas dan Keterbatasan ERM Efektivitas ERM dapat dicapai apabila 8 komponen ERM berfungsi secara efektif dan setiap risiko sudah diperhitungkan sesuai dengan tingkat risiko yang dapat diterima. Selain itu, dewan direksi dan manajemen harus memahami sejauh mana tujuan strategis dan opersional perusahaan serta laporan perusahaan yang dapat dipercaya dan sesuai dengan prinsip maupun hukum yang berlaku. Keterbatasan dalam ERM terdapat pada penelitian manusia yang subyektif dalam mengambil keputusan sehingga berujung pada kesalahan atau kegagalan, kesalahan dapat terjadi karena faktor manusia seperti salah prediksi, adanya korupsi, kolusi dan adanya wewenang untuk menyampingan hasil keputusan dari ERM.
13
Keterbatasan itulah yang menghalangi adanya jaminan mutlak dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Penelitian Terdahulu Tsabita (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa risiko utama dari pembiayaan syariah pada sektor pertanian yaitu nasabah gagal bayar karena karekter buruk/moral hazard dan tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan yakni melakukan rescheduling, restrukturisasi dan pencairan jaminan nasabah. Penelitian ini mengambil studi kasus di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Analisis risiko pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan tahapan Enterprise Risk Management (ERM) dan metode creditrisk+. Mauliani (2014) dalam penelitian yang bertujuan menganalisis perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Konvensional ( Bank Mandiri Tbk dan Bank Mega Tbk) dan Bank Umum Syariah (PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mega Syariah) menunjukkan bahwa Bank Mandiri memiliki kinerja yang lebih baik daripada Bank Mega. Sementara PT Bank Mega Syariah memiliki kinerja yang lebih baik daripada PT Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder pada periode 2009 hingga 2013. Metode yang digunakan adalah analisis kinerja berbasis risiko dengan metode Risk Adjusted Return on Capital (RAROC). Rokhmana (2012) menunjukkan bahwa rasio NPF memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dengan metode regresi linear sederhana dengan program SPSS 16.0 for Windows. Hernawati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen risiko pembiayaan di BMT Fortisima telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembiayaan macet sebesar 0.12% dari jumlah pembiayaan. Pembiayaan pada BMT Fortisima mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun. Manajemen risiko pembiayaan yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko pembiayaan yaitu survei dan wawancara. Setelah diidentifikasi, BMT melakukan pengukuran dengan membagi kedalam empat golongan, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam pemantauannya, BMT menggunakan beberapa cara seperti memantau pelunasan nasabah, rekening anggota, usaha nasabah dan lainnya. Kemudian untuk mengendalikan risiko, BMT memiliki empat cara, yaitu penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan SDM dan penagihan intensif. Penelitian ini bersifat deskriptif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya observasi, wawancara dan dokumentasi langsung kepada manajer, karyawan dan nasabah BMT Fortisima. Penelitian yang dilakukan Anindhita (2012) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memprediksi kolektibiltas debitur BMT Al-Fath IKMI, menghitung pencadangan yang harus disediakan akibat terjadinya default dan menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan untuk mengurangi kerugian. Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kolektibilitas debitur yakni usia, pendidikan terakhir, jenis jaminan, total
14
pendapatan dan total biaya hidup. Potensi kerugian pembiayaan yang akan dialami BMT Al-Fath IKMI dengan menggunakan metode Creditrisk+ Rp 460 050 000 atau 7.06% dari total pembiayaan murabahah dan ijarah dan tindakan mitigasi risiko yang dilakukan yaitu tidak memberikan pembiayaan kepada debitur yang masuk pada kolektibilitas 3-5, mensyaratkan jaminan tidak memberikan pembayaan yang terlalu besar, rescheduling, reconditioning serta meminta izin untuk menjual jaminan debitur. Kerangka Pikir Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia mengalami peningkatan pada periode 2009 hingga 2014. Sementara itu, tingkat gagal bayar pada sektor tersebut mengalami pertumbuhan fluktuatif dengan tren meningkat. Meningkatnya pembiayaan gagal bayar pada sektor konstruksi tidak terlepas dari berbagai risiko yang dihadapi oleh lembaga pembiayaan, dalam hal ini BTN syariah cabang Bogor, sebagai salah satu lembaga keuangan yang bereperan dalam pembiayaan perumahan. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan bersubsidi. Penelitian ini meggunakan metode Enterprise Risk Management (ERM). Setelah dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan bersubsidi, diharapkan ada output yang dapat dijadikan sebagai saran atau rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pembiayaan perumahan bersubsidi di Indonesia. Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia meningkat Tingkat NPF sektor konstruksi meningkat BTN syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang fokus pada pembiayaan perumahan.
Analisis risiko
Pengukuran dan pemetaan risiko Saran dan rekomendasi kebijakan
METODE PENELITIAN Gambar 6 Kerangka pemikiran
15
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak BTN Syariah cabang Bogor. Data sekunder diperoleh dari arsip dokumen dan laporan tahunan BTN Syariah di Kota Bogor selain itu pencarian data sekunder juga dilakukan melalui literatur dari jurnal, buku, artikel, makalah dan internet yang berkaitan dengan peneilitan ini. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu peneilitan dimulai dari bulan Januari hingga Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di BTN Syariah cabang Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan BTN syariah merupakan lembaga keuangan yang berfokus kepada pembiayaan perumahan. Selain itu, alasan pemilihan BTN syariah memiliki performa perbankan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari laporan tahunan yang lebih baik dibandingkan dengan bank BTN. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), penelusaran literatur, wawancara dan diskusi mendalam. Informasi atau keterangan diperoleh melalui wawancara, baik tatap muka maupun dengan alat komunikasi dengan pihak BTN Syariah cabang bogor. Metode Pengumpulan Responden Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive. Dengan metode ini, responden telah dipilih dengan pertimbangan bahwa responden yang dipilih memiliki pengetahuan, keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang dikaji. Responden dari pihak BTN syariah yang dipilih meliputi Kepala cabang, audit internal, kabid operasional, kabid marketing, dan bagian-bagian dibawahnya ( account officer, legal officer, administrasi pembiayaan (ADMP). Metode Pengolahan dan Analisis Data Secara garis besar, pengolahan analisis data dalam penilitian ini adalah: Metode ERM dan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi risiko pembiayaan pada proses pembiayaan di BTN syariah. 1. ERM 1: internal environment Identifikasi lingkungan internal pada BTN syariah didapat dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala cabang BTN syariah. 2. ERM 2: Objective setting Identifikasi objective setting diperoleh dari jabaran visi dan misi serta
16
sasaran perusahaan yang telah ditetapkan oleh bank BTN syariah. 3. ERM 3 : Event Identification Mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas pembiayaan dengan cara mendaftar seluruh risiko yang mungkin terjadi. Teknik atau proses yang dapat digunakan antara lain dengan brainstorming, wawancara dengan responden yang dipilih, pengamatan secara langsung, serta pengumpulan data statistic dan data historis dari pihak BTN syariah. Metode ERM dan metode aproskimasi menganalisis pengkuruan dan pemetaan risiko pembiayaan di BTN syariah. 4. ERM 4: Risk Assesment Godfrey (1996) mengatakan bahwa risiko dapat diukur dalam 2 prospektif yaitu berdasarkan probability (peluang atau kemungkinan terjadi) dan impact (dampak jika terjadi risiko). Penilaian mengenai kemungkinan terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Probabilitas risiko Angka 1 2 3 4 5
Skala Probabilitas Sangat Rendah (Improbable) Rendah (Remote) Sedang (Occasional) Tinggi (Probable) Sangat Tinggi (frequent)
Keterangan Hampir tidak mungkin terjadi Kadang terjadi Mungkin terjadi Sangat mungkin terjadi Hampir pasti terjadi
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 1 menunjukan angka yang berarti nilai skala. Keterangan mununjukkan penjelasan kualitatif mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya, penilaian mengenai dampak terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Dampak Risiko Angka 1 2
Skala Dampak Sangat rendah (negligible) Rendah (marginal)
3
Sedang (serious)
4
Tinggi (critical)
5
Sangat tinggi (catastrophic)
Keterangan Tidak menimbulkan masalah Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi dengan pengelolaan rutin. Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk periode tertentu saja. Mengakibatikan perusahaan tidak dapat mencapai sebagaian tujuan jangka panjang, mengganggu likuiditas perusahaan. Mengakibatan perusahaan tidak dapat mencapai seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan kebangkrutan, kematian, dan hukuman pidana.
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 2 menunjukan anga yang berarti nilai skala. Keterangan menunjukan penjelasan kualitatif mengenai dampak terjadinya risiko. Evaluasi dampa risiko seringkali cukup sulit untuk diukur karena bekaitan dengan berbagai macam aspek dan pertimbangan. Pengukuran risiko juga dapat menggunakan metode aproksimasi. Kountur (2008) menjelaskan bahwa metode aprosimasi adalah cara untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan berapa estimasi probabilitas dan dampak dari suatu risiko kepada orang lain. Pengumpulan informasi menggunakan metode aproksimasi dapat dilakukan dengan menanyakan
17
opini para ahli. Opini para ahli merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dimana seseorang yang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan atau probabilitas dan berapa besar dampak yang terjadi dari suatu risiko. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya ditunjukankan kepada para ahli dan diminta pendapatnya untuk memberikan perikiraan. Godfrey (1996) menjelaskan bahwa nilai risiko merupakan perkalian dari probabilitas dan dampak. Untuk mengukur risiko dapat digunakan rumus R=PxI Keterangan: = Tingkat risiko R P = Kemungkinan risko terjadi I = Dampak bila risiko benar-benar terjadi Selanjutnya, hasil dari pengukuruan risiko dapat dikelompokan ke dalam pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko sesuai dengan tingkatan risikonya. Pemetaan tingkat risiko dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3 Pemetaan dan tingkat penerimaan risiko Kemungkinan (Probability)
Catastrophic 5 25 Unacceptable
Crititcal 4 20 Unacceptable
Dampak (Impact) Serious 3 15 Unacceptable
Marginal 2 10 Undesireable
Negligible 1 5 Undesireable
Frequent
5
Probable
4
20 Unacceptable
16 Unacceptable
12 Undesireable
8 Undesireable
4 Acceptable
Occasional
3
jmnRemote
2
Improbable
1
15 Undesireable 10 Undesireable 5 Undesireable
12 Undesireable 8 Undesireable 4 Acceptable
9 Undesireable 6 Undesireable 3 Acceptable
6 Acceptable 4 Acceptable 2 Negligible
3 Negligible 2 Negligible 1 Negligible
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 3 menunjukan bahwa pemetaan risiko dapat dilihat perkalian nilai kemungkinan terjadinya risiko (probability) dan dampak jika risiko terjadi (impact). Setelah itu, Godfrey (1996) membagi 4 tingkat penerimaan risiko berdasarkan kencenderungan peluang terjadinya risiko dan dampaknya, seperti yang ditunjukan pada Tabel 3. Tingkat penerimaan risiko ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil respon tindakan mitigasi risiko. Tabel 3 menunjukan empat tingkatan penerimaan risiko yaitu unacceptable, undesirable, acceptable, dan negligible. Tingkatan pertama adalah unacceptable. Unacceptable adalah risiko tinggi karena memberian pengaruh signifikan yang merugikan perusahaan dan memiliki efek domino dalam jangka panjang sehingga harus mendapat prioritas utama. Respon tindakan utama dalam mengendalikan risiko ini yaitu dihindari atau ditransfer. Tingkatan kedua adalah undesirable adalah risiko yang harus diwaspadai karena sudah melewati batas toleransi bank dan berpengaruh signifikan terhadap perusahaan. Respon tindakan dalam mengendalikan risiko yaitu dihindari dan dikurangi.
18
Tingkatan ketika adalah acceptable adalah risiko yang dapat diterima. Risiko ini memberikan dampak bagi perusahaan tetapi masih dalam batas toleransi sehingga masih dapat diatasi. Respon tindakan dalam mengendalikan ini yaitu tidak mengambil tindakan apapun (menerinma) atau mengurangi kemunginan terjadinya risiko (jika memungkinkan). Tingkatan keempat adalah negligible adalah risiko yang jarang terjadi dan bila terjadi memiliki dampak yang relatif kecil. Efek dari risiko dapat dikurangi, namum biasanya dapat saja melebihi dampak risiko yang ditumbulkan. Pada kasus ini, mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut 1. ERM 5: Risk Response Respon terhadap peristiwa risiko dianalisis dari hasil pemetaan risiko, studi literature, dan diskusi dengan pihak BTN Syariah. Risk response dianalisis secara deskriptif dan dibagi kedalam respon menerima (accept), berbagi (transfer), mengurangi (reduce), dan menghilangkan risiko (remove). Menerima risiko berarti pihak bank tidak dapat berbuat banyak terhadap terjadinya risiko tetapi dapat menyesuaikannya. Mengurangi risiko berarti risiko tetap terjadi, namun pihak bank dapat melakukan kegiatan untuk meminimalisisr dampak terjadinya risiko. Berbagi risiko berarti tidak menghilangkan risiko tetapi memindahkan risiko kepada pihak lain seperti jasa asuransi. Menghindari risiko berarti pihak bank melakukan kegiatan antisipasi sebelumnya, misalnya membuat kontrak terlebih dahulu sehingga dapat terhindar dari risiko tersebut. Menghilangkan risiko berarti mengeliminasi bahaya tertentu dari kegiatan tersebut atau melakukan tindakan lain sehingga risiko tidak lagi menimbulkan ancaman. Tindakan mitigasi risiko yang sudah dijalankan oleh BTN Syariah juga akan diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif. 2. ERM 6: Control Activities Kendali terhadap risiko akan dijelaskan melalui pendekatan analisis deskriptif. Penjalan mengenai kendali aktivitas juga akan melengkapi uraian dari tindakan mitgasi risiko sebelumnya (Risk Response). 3. ERM 7: Information and Communication Tindakan mitigasi risiko yang berkaitan dengan alur penyampaian informasi dan komunikasi dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan dibagi berdasarkan pihak-pihak yang terkait dalam keseluruhan proses pembiayaan dan operasional. Pihak-pihak terkait yaitu pihak internal bank, nasabah bank, para pemegang saham, pihak regulator dan pengawas, serta pihak eksternal lainnya. 4. ERM 8: Monitoring Tindakan pengendalian sebagai salah satu komponen mitigasi risiko dianalisis secara deskriptif dan perolehan informasi didapat dari data internal BTN Syariah, diskusi dengan pihak BTN syariah, dan observasi langsung.
19
PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian BTN syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari BTN konvensional yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah. BTN syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini bertujuan melayani tingginya minat masyarkat dalam memanfaatkan jasa keuangan syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip perbankan syariah, adanya Fatwa MUI tentang bunga bank serta melaksanakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham tahun (RUPS) 2004. Pengembangan perbankan syariah di Indonesia sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) melalui sistem perbankan ganda (Dual Banking System) yang bertujuan untuk mensinergikan BTN konvensional dan syariah untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu memobilisasi dana masyarakat secara lebih luas guna meningkatkan perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2014, BTN syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan BTN syariah dalam memberikan pembiayaan KPR bersubsidi. Pada tahun 2014, BTN syariah mampu menyalurkan KPR subsidi sebesar 616 miliar, dengan jumlah 7.292 unit rumah. Total aset BTN syariah mengalami pertumbuhan sebesar 16.45% dari tahun 2013 sebesar Rp 9,57 truliun menjadi sebesar Rp11,15 triliun pada tahun 2014. Laba dan realisasi pembiayaan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 11,88% dan 8,33% dari tahun 2013. Pekembangan jaringan BTN syariah berkembang pada tahun 2011 dari 39 unit menjadi 50 unit hingga tahun 2014. Total 50 unit BTN syariah tersebut terdiri 22 unit kantor cabang syariah, 21 unit kantor cabang pembantu syariah dan tujuh kantor kas syariah.
Perkembangan ROA, NPF Gross & Netto 5.00
persen
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
2010
2011
2012
2013
2014
tahun ROA
NPF Gross
NPF Netto
Sumber: Laporan Tahunan BTN (2015)
Gambar 6 Perkembangan ROA, NPF Gross, dan NPF Netto BTN syariah Kinerja BTN Syariah dapat dilihat dari perkembangan rasio keuangan internal diantaranya Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan NPF. ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
20
aktivitas investasi. Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa tingkat ROA BTN syariah mengalami penurunan. Pada tahun 2010 ROA sebesar 2,05%, pada tahun 2011 ROA turun sebesar 0,04% menjadi 2,01% dan pada tahun 2014 ROA turun menjadi 1,12%. hal ini diikuti oleh kenaikan tingkat gagal bayar BTN syariah. NPF gross dan netto mengalami perkembangan yang fluktuatif dengan tren meningkat.
Perkembangan ROE dan CAR
persen
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 2010
2011
2012
2013
2014
tahun ROE
CAR
Sumber: Laporan Tahunan BTN (2015)
Gambar 7 Perkembangan ROE dan CAR bank BTN syariah Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa ROE dan CAR mengalami perkembangan fluktuasi dengan tren menurun. ROE merupakan rasio yang menyatakan presentase laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal) dan CAR merupakan rasio yang menunjukkan kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank. Pada tahun 2010, ROE tercatat sebesar 16,56% dan meningkat hingga 18,73% pada tahun 2012. Pada tahun 2013, ROE turun hingga mencapai 16.05% dan pada tahun 2014 ROE tercatat menurun hingga sebesar 10,56%. CAR BTN syariah pada tahun 2010 tercatat sebesar 16,74% dan pada tahun 2011 menurun sebesar 1,71% dan menyebabkan nilai CAR menjadi 15,03% dan pada tahun 2012 meningkat kembali dan diikuti penurunan hingga tahun 2014 dan tercatat sebesar 10,66% dapat dilihat pada Gambar 7. Analisis Risiko Pembiayaan ERM 1: Internal Environment Bank BTN adalah lembaga keuangan yang berdiri dari tahun 1897 dengan tujuan agar masyarakat rajin menabung pada saat itu BTN bernama Postpaarbank. Hingga jepang menajajah, Postspaarbank dibekukan oleh pihak jepang dengan mengubah semua bentuk pemerintahan dan segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia sesuai dengan kehendak jepang yang berhasil mengusir belanda pada saat itu dari wilayah Indonesia. Lalu nama Postspaarbank diganti menjadi Tyokin Kyoku yang dalam perjalanan mengalami kegagalan dan akhirnya diganti menjadi Kantor Tabungan Pos (KTP). Pada 9 Februari 1950, Bank Tabungan Pos dibekukan dan selanjutnya dibentuklah Bank Tabungan Negara (BTN). Selanjutnya, tanggal tersebut diperingati sebagai kelahiran Bank BTN yang hingga kini memiliki 1.102 kantor di seluruh Indonesia.
21
Bank BTN Syariah memandang bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang unggul dan konsisten merupakan suatu kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan, sehingga dapat mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham. Bank BTN juga memandang tata kelola perusahaan sebagai suatu sistem penunjang kinerja, pemenuhan aspek kepatuhan, serta yang terpenting sebagai sebuah kesadaran untuk menerapkan budaya bisnis yang beretika. Sebagai Bank yang fokus pada pembiayaan perumahaan, BTN memiliki tujuan untuk membantu masyarakat Indonesia dalam mewujudkan impian mereka untuk memiliki rumah idaman. Keinginan ini ditunjukkan dengan konsistensi selama lebih dari enam dekade, dalam menyediakan produk dan layanan di bidang perumahan terutama melalui KPR, baik KPR subsidi untuk segmen menengah ke bawah maupun KPR non subsidi untuk segmen mengengah ke atas. Bank BTN juga mengukuhkan posisi yang solid dengan prestasi sebagai bank ke sembilan terbesar di Indonesia dari segi aset serta penyaluran kredit. Bank BTN Syariah juga memiliki impian menjadi the world class company dengan tujuan memberikan hasil terbaik kepada para pemangku kepentingan, BTN juga senantiasa konsisten dalam menekankan fokusnya sebagai pemimpin pembiayaan perumahaan. Saat ini, perseroan fokus pada pembiayaan sektor perumahaan melalui tiga produk utama, yakni KPR dan Perbankan Konsumer; Perumahan dan Perbankan Komersial; serta Perbankan Syariah. Setiap bidang menjalankan bisnis lewat pembiayaan, pendanaan serta jasa yang terkait dengan ruang lingkupnya. ERM 2: Objective Setting Visi Bank BTN Syariah yang merupakan Unit Usaha Syariah dengan peran untuk meningkatkan pelayanan sehingga BTN dapat tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. BTN Syariah juga sebagai pelengkap dari bisnis perbankan dimana secara konvensional tidak dapat terlayani. Adapun sasaran atau misi BTN Syariah dapat memberikan pelayanan jasa keuangan Syariah yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan produk jasa keuangan syariah lainya, melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha, memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap stakeholders. Adapun arahan strategi dari OJK yaitu perbankan syariah difokuskan untuk pengembangan industry perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan dengan berbagai program konkrit, antara lain sebagai berikut: 1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah melalui tiga fase. Fase pertama pada tahun 2008 membangun pemahaman perbanan syariah sebagai Beyond banking¸ fase kedua pada tahun 2009 menjadikan perbankan syariah di Indonesia sebagai perbankan syariah teraktraktif di ASEAN, dan pada tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industry 81%. 2. Program pencitraan baru perbankan syariah meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan
22
3.
4.
5.
6.
keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten dalam keuangan yang beretika, teknologi informasi yang update dan user friendly. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank”. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan nilai yang ditawarkan dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyariaan teknologi informais yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Program sosialisi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Identifikasi Risiko
ERM 3: Event Identification Pengidentifikasian risiko yang terjadi pada BTN syariah dapat dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak internal bank. Secara garis besar, risiko pada BTN syariah yang yang diteliti dalam penelitian ini terbagai menjadi 2 kelompok yaitu kolompok internal dan eksternal. Risiko internal terbagi menjadi risiko pembiayaan dan risiko operasional sedangkan risiko eksternal mencakup risiko secara umum yang dipengaruhi oleh pihak luar bank. Identifikasi pertama yaitu risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang diesebabkan oleh adanya kegagalan counterparty (pihak ketiga) dalam memenuhi kewajibanya (Karim 2009). Risiko utama dalam pembiayaan adalah timbulnya pembiayaan berasalah atau bahkan macet. Pembiayaan macet atau non performing finance adalah kondisi pembiayaan bermasalah yang tidak menunjukan tanda-tanda perbaikan, cenderung tidak dapat ditagih lagi, dan tidak dapat dilakukan tindakan penyelamatan kembali. Pembiayaan bermasalah dan macet dapat menimbulkan beberapa kerugian untuk bank, seperti kehilangan pendapatan margin, bagi hasil, dan saldo pokok pembiayaan, turunnya rentabilitas usaha bank, dan kehilangan kesempatan pengembangan usaha. Kerugian yang lain yaitu dapat menimbulkan reputasi buruk terhadap bank, timbulnya penambahan biaya untuk pengacara atau kolektor, kerugian personlia seperti waktu, tenaga dan moral, serta penurunan permodalan bank. Potensi-potensi risiko pada tahapan proses pembiayaan di BTN syariah dapat dijelaskan sebagai berikut.
23
1. Pengajuan Pembiayaan Risiko yang mungkin terjadi dalam tahap ini adanya pemalsuan data dan ketidakjujuran dari nasabah saat mengajukan pembiayaan dan melengkapi persyaratanya. Risiko lainya yatu kurangnya pengetahuan nasabah yang akan meminjam dana akan produk dan prinsip pembiayaan syariah sehingga berpotensi untuk menimbulan kekeliruan dalam memilih pembiayaan yang dibutuhkan. 2. Analisis Pembiayaan Pada tahap ini, risiko yang terkandung yaitu pihak bank gagal/kurang teliti dalam menganalisi aspek 5C (character, capacity, capital, condition, dan collateral) dari nasabah, adanya pemalsuan jaminan dari nasabah, rendahnya nilai jual kembali jaminan yang diberikan nasabah, adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah, dan adanya sertifikat ganda (misalnya pada sertifikat tanah). 3 Penilaian Dokumen Tidak ditemukan potensi risiko dalam proses ini karena analisi dan pembuatan prosposal pengajuan pembiayaan dilakukan secara objektif oleh Housing and Commercial Financing Unit yang sudah melakukan survei langung ke lapangan. 4. Pengajuan ke komite kebijakan pembiayaan Tidak ditemukan potensi risiko dalam proses ini karena persetujuan terhadap pengajuan pembiayaan telah diputuskan oleh pihak yang ahli dalam menganalisis pembiayaan dari bank. 5. Persetujuan dan pengikatan. Pada tahap ini, ditemukan potensi risiko yaitu adanya kekeliruan dalam penetapan akad pembiayaan yang nantinya dapat menimbulkan ketidak cocokan antara kebutuhan pembiayaan usaha dengan produk pembiayaan itu sendiri. 6. Pencairan Pada tahap ini, risiko yang terkandung adalah keterlambatan pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan nasabah dan adanya kesalahan prosedur dalam melakukan serangkaian prosese pembiayaan tersebut. 7. Pembinaan dan Pengawasaan Risiko yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah kurangnya follow-up dari pihak bank kepada nasabah yang diberikan pembiayaan sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontrol dan terlambatnya pembayaran angsuran. Risiko lainya yaitu adanya keterlambatan pihak bank dalam pembiayaan bermasalah. 8. Pelunasaan Pada tahap terakhir ini, tidak semua nasabah selesai membayar seluruh angsuran tepat pada waktunya. Terkadang ada nasabah yang terlambat dalam mengembalikan pembiayaan atau bahkan mengalami default/gagal bayar. Risiko gagal bayar ini dapat terjadi karena beberapa hal, seperti karakter buruk dan faktor moral (moral hazard) nasabah, usaha nasabah mengalami kebangkrutan atau usaha nasabah mengalami bencana alam. Kegiatan pembiayaan untuk sektor perumahan memiliki prosedur yang sama dengan kegiatan pembiayaan untuk sektor lain. Oleh karena itu, risiko-risiko yang telah dijelaksan sebelumnya dapat digolongkan ke dalam risiko pembiayaan
24
sektor perumahan. Beberapa hal yang membedakanya adalah jangka waktu ratarata tergolong lama, dan memiliki risiko yang cukup tinggi. Keunikan risiko pembiayan syariah, terletak pada penerapan prinsip syariah serta sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas terhadap ilmu syariah yang tidak ada dalam praktik perbanan konvensional. Identifikasi kedua yaitu risiko opersional. Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia, kegagalan sistem, serta kegagalan sarana dan infrastruktur. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Risiko SDM dapat ditimbulkan dari tidak berfungsinya fungsi internal dan human error. Tidak berfungsinya fungsi internal yang terjadi pada BTN syariah yaitu seperti adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi dari pimpinan kepada karyawan atau bagian di bawahnya, adanya persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank, dan perhitungan pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP) yang tidak dilakukan secara rutin. Selain itu terdapat human error yang terjadi pada tiap bagian baik disengaja maupun tidak. Human error dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketidakmampuan sumber daya manusia dan kelelahan. Pada BTN syariah, risiko yang dapat ditimbulkan karena human error adalah adanya kesalahan dalam pencatatan trasaksi, serta hilangnya berkas dan arsip. Faktor kurangnya emampuan komunikasi dan budaya kerja yang kurang sesuai degan SOP bank juga dapat menjadi risiko. 2. Sistem Risiko sistem yang terkandung dalam kegagalan sistem pada BTN syariah adalah sistem teknologi informasi dan jaringan bank mengalami offline atau error akibat hal teknis seperti rusak/gagal berfungsi nya hardware penunjang yang penting dalam sistem jaringan bank BTN Syariah. 3. Sarana Risiko sarana yang mungkin terjadi yaitu kegagalan sarana seperti komunikasi, listrik, dan air atau sarana dasar yang dibutuhan oleh bank BTN untuk beroperasi secara optimal. Terjadinya hal tersebut di luar perkiraan bank dan dapat menghambat kegiatan operasional bank. Risiko lainya yaitu rusanya barang yang disewakan karena pemaikan di luar normal atau tidak sesuai prosedur. Ringkasan mengenai identifikasi risiko yang telah diuraikan beserta kemungkinan kejadian risiko dan dampak terjadinya risiko dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil dari identifikasi risiko menunjukan ada 17 risiko pembiayaan yang terdiri dari tujuh risiko pengajuan, tiga risiko persetujuan dan pengikatan akad, tiga pembinaan dan pengawasan, empat risiko pelunasan. Risiko operasional terdiri dari dua risiko SDM, dan satu risiko pada sarana dan satu risiko sistem sehingga berjumlah empat risiko secara total Tabel 1 Identifikasi risiko No
Identifikasi Risiko
1
Pengajuan Pembiayaan
Identifikasi Risiko
Kejadian Risiko A. Risiko Pembiayaan
Adanya pemalsuan data dan ketidakjujuran dari nasabah
1-5 kali dalam setahun
Dampak Risiko
Berpengaruh pada pencarian data di BI dan memperlambat proses pembiayaan
25
No
Identifikasi Risiko
Kejadian Risiko 5-10 kali dalam setahun
Dampak Risiko
2
Kurangnya pengetahuan nasabah pembiayaan akan produk dan prinsip pembiayaan syariah Pemalsuan jaminan dari nasabah Rendahnya nilai jual kembali jaminan
Tidak Terjadi 1-5 kali dalam setahun Tidak Terjadi
Tidak menimbulkan maslah berarti Cover agunan menurun
Tidak Terjadi
Tidak menimbulkan maslah berarti
Tidak Terjadi
Tidak menimbulkan maslah berarti
Tidak Terjadi 1-5 kali dalam setahun Tidak Terjadi
Ketidaksesuaian dengan kebutuhan nasabah. Proses Pelayanan pembiayaan terhambat.
1-5 kali dalam setahun
Proses pelayanan pembiayaan terhambat.
1-5 kali dalam setahun
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas ban
Rusaknya barang yang disewakan karena pemakaian diluar normal Nasabah mengalami default karena karakter buruk dan bahaya moral (moral hazard) nasabah
5-10 kali dalam setahun Tidak Terjadi
Proses Pelayanan
15
Pihak bank gagal/kurang teliti dalam menganalisisaspek 5C dari nasabah
Tidak Terjadi
Kesalahan dalam pemberian plafon pembiayaan kepada nasabah
16
Nasabah mengalami Tidak default karena mengalami Terjadi bencana alam Nasabah terlambat dalam 5-10 kali mengembalikan dalam pembiayaan yang setahun diberikan oleh bank B. Risiko Operasional
3 4
5
6
7
8 9
Persetujuan dan Pengikatan Akad Pencairan
10
11
Pembinaan dan Pengawasaan
12
13
14
17
Pelunasaan
Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi kepada staf dari keputusan pimpinan rapat Adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah Adanya sertifikasi ganda ( pada agunan seperti tanah, rumah, dll ) Adanya kekeliruan dalam penetapan akad Keterlambatan pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan Kesalahan prosedur dalam melakukan proses pembiayaan Kurangnya follow-up dari pihak bank kepada nasabah yang diberikan pembiayaan Terlambatnya pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan
Berpengaruh pada proses pembiayaan
Terganggunya alur komunikasi.
Proses pelayanan pembiayaan terhambat.
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank.
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank Terjadinya kredit macet dan terganggunya stabilitas bank
26
No
Identifikasi Risiko
18
SDM
Kesalahan dalam pencatatan transaksi/posting Hilangnya berkas dan arsip
19
20
Sistem
21
Sarana
Sistem teknologi informasi bank mengalami offlineatau error Kegagalan sarana: komunikasi, listrik, dan air
Kejadian Risiko Tidak Terjadi
Dampak Risiko
21-50 kali dalam satu tahun 5-10 kali dalam setahun
Pencatatan Administrasi dan berkurangnya informasi dalam database bank.
5-10 kali dalam setahun
Terhambatnya kegiatan operasional dan terganggunya pelayanan terhadap nasabah
Menghambat dan merusak sistem pencatatan.
Terganggunya sistem dan akses data dan informasi
Sumber: Data Primer (2015)
Pengukuran dan Pemataan Risiko ERM 4: Risk Assesment Penilaian risiko di BTN syariah dilakukan dengan melalui wawancara dengan pihak terakait. Hal hal yang ditanyakan adalah kemungkinan terjadinya risiko yang berkaitan dengan bidang masing-masing dan seberapa besar dampa yang diterima jika risiko tersebut terjadi. Risiko risiko yang sudah diidentifikasi sebelumnya kemudian dinilai dengan standart pengukuran yang menjadi ukuran risiko. Pada kasus ini, kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya dinilai berdasarkan diskusi dan wawancara dengan kepala cabang karena dinilai berkompeten dan paling memahami seluruh kegiatan pebiayaan di BTN Syariah cabang bogor. Selanjutnya, hasil penilaian ditaksir dengan menggunakan metode aproksimasi. Penggunaan metode aproksimasi menjadikan pengukuran risiko tetap dapat dilakukan jika data statistik, informasi historis atau data kuantitatif lainnya tidak tersedia Kountur (2008). Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Indikator Kemungkinan Terjadinya Risiko Kategori
Keterangan Hampir tidak mungkin terjadi Kadang terjadi Mungkin terjadi Sangat mungin terjadi Hampir pasti terjadi
Improbable Remote Occasional Probable Frequent
Probabilitas
Skor
<5 kali pertahun
1
5-10 kali pertahun 11-20 kali pertahun 21-50 kali pertahun >50 kali pertahun
2 3 4 5
Sumber: Godfrey (2013)
Tabel 3 Indikator Dampak Terjadinya Risiko Kategori Negligible Marginal Serious Critical Catastropich
Keterangan Tidak menimbulkan masalah berarti bagi pihak bank Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi dengan pengelolaan rutin Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk periode tertentu saja Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai sebagaian tujuan jangka panjang, menggagu likuiditas bank Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan kebangkrutan, kematian atau hukuman pidana
Sumber: Godfrey (2013)
Skor 1 2 3 4 5
27
Kemungkinan risiko dan dampak terjadinya risiko yang dijelaskan pada Tabel 3 dikonversikan ke dalam bentuk skor berdasarkan indikator pada Tabel 2 dan Tabel 3. Setelah itu, masing-masing skor probabilitas dan skor dampak pada peristiwa risiko dikalikan untuk mendapatkan total risikonya kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori tingkatan risiko. Hasl perkalian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi risiko No
1
Identifikasi Risiko
Pengajuan Pembiayaan
2
3
Analisis Pembiayaan
Identifikasi Risiko Adanya pemalsuan data dan ketidakjujuran dari nasabah Kurangnya pengetahuan nasabah pembiayaan akan produk dan prinsip pembiayaan syariah Pihak bank gagal/kurang teliti dalam menganalisi aspek 5C dari nasabah
4
Pemalsuan jaminan dari nasabah
5
Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi epada staf dari keputusan pimpinan/rapat Rendahnya nilai jual kembali jaminan Adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah
6
7
Adanya sertifikasi ganda
8
9
Persetujuan dan Pengikatan Akad
Adanya kekiliruan dalam penetapan akad
Dampak Skor Risiko Probabilitas A. Risiko Pembiayaan Berpengaruh pada pencarian data di BI dan 1 memperlamba t proses pembiayaan
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
3
3
Acceptable
2
2
4
Acceptable
1
3
3
Acceptable
1
1
1
Negligable
Tidak menimbulkan masalah berarti
1
2
2
Negligable
Cover agunan menurun
2
4
8
Undisireable
1
1
1
Negligable
1
1
1
Negligable
1
2
2
Negligable
Berpengaruh pada proses pembiayaan
Kesalahan pemberian plafon pembiayaan kepada nasabah Tidak menimbulkan masalah berarti
Tidak menimbulkan masalah berarti Tidak menimbulkan masalah berarti Tidak menimbulkan masalah berarti
28
No
Identifikasi Risiko
10
11
12
Pembinaan dan Pengawasaan
13
14
Pelunasaan
15
16
17
Identifikasi Risiko Keterlambatan pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan Kesalahan prosedur dalam melakukan proses pembiayaan Kurangnya follow-updari pihak bank kepada nasabah yang diberikan pembiayaan Terlambatnya pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan Nasabah mengalamidefau ltkarena karakter buruk dan bahaya moral (moral hazard) nasabah Nasabah mengalamidefau ltkarena usahanya mengalami kebangkrutan Nasabah mengalamidefau ltkarena mengalami bencana alam Nasabah terlembat dalam mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh bank
Dampak Risiko
Skor Probabilitas
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
Proses Pelayanan
1
2
2
Negligable
Tidak menimbulkan masalah berarti
1
1
1
Negligable
Proses pelayanan terganggu
1
2
2
Negligable
Terjadi kredit macet
1
2
2
Negligable
Tidak menimbulkan masalah berarti
1
4
4
Acceptable
Terjadi kredit macet
2
4
8
Undisireable
Tidak menimbulkan maslah berarti
1
4
4
Acceptable
Terjadinya kredit macet dan terganggunya stabilitas bank
2
4
8
Undisireable
2
2
Negligable
Kesalahan dalam pencatatan transaksi/posting
B. Risiko Operasional Tidak menimbulkan 1 masalah berarti
19
Hilangnya berkas dan arsip
Pencatatan Administrasi
4
2
8
Undisireable
20
Sistem teknologi informasi bank mengalami offline atau error
Terganggunya sistem dan akses data dan informasi
2
3
6
Undisireable
18
SDM
Sistem
29
No
21
Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko
Sarana
Kegagalan sarana: komunikasi, listrik, dan air
Dampak Risiko Terhambatnya kegiatan operasional dan terganggunya pelayanan terhadap nasabah
Skor Probabilitas
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
2
2
4
Acceptable
Sumber : Data Primer (2015)
Setelah dilakukan pengelompokan risiko, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap risiko tersebut. Pemetaan risiko dapat dilakukan ke dalam empat tingkatan, yaitu negligible, acceptable, undesirable, dan unacceptable (Godfrey 1996). Hasil pemetaan risiko tersebut dapat ditunjukan oleh Tabel 5. Tabel 5 Hasil pemetaan risiko Kemungkinan (Probability)
Catastrophic 5 25 Unacceptable
Crititcal 4 20 Unacceptable
Dampak (Impact) Serious 3 15 Unacceptable
Frequent
5
Probable
4
20 Unacceptable
16 Unacceptable
12 Undesireable
Occasional
3
Remote
2
15 Undesireable 10 Undesireable
Improbable
1
12 Undesireable 8 Undesireable (6,15,17) 4 Acceptable (14,16)
9 Undesireable 6 Undesireable (20) 3 Acceptable (1,3,19)
5 Undesireable
Marginal 2 10 Undesireable
Negligible 1 5 Undesireable
8 Undesireable (19) 6 Acceptable 4 Acceptable (2,21,22) 2 Negligible (5,9,10,12,13,18,20)
4 Acceptable 3 Negligible 2 Negligible 1 Negligible (4,8,11,7)
Sumber: Data primer (2015), No risiko pada tabel 4 (x)
Tabel 5 menunjukan pemetaan risiko degan 4 tingkatan. Penjelasaan mengenai masing-masing risiko sesuai dengan tingkatanya yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat Negligible Risiko-risiko yang termasuk ke dalam tingkatan ini adalah adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah, adanya sertifikasi ganda, adanya kekeliruan dalam penetapan akad, keterlambatan pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan, kesalahan prosedur dalam melakukan pembiayaan, kurangya follow-up dari pihak bank kepada nasabah yang diberikan pembiayaan, terlambatnya pihak bank dalam memporses pengajuan pembiayaan, adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi kepada staf dari keputusan pimpinan atau hasil rapat, kesalahan dalam pencatatan transaksi. Risiko-risiko tersebut masuk ke dalam tingkatan negligible karena jarang terjadi dan apabila terjadi, akan memberikan dampak yang tidak terlalu merugikan bagi bank sehingga dapat diatasi oleh perbaikan dan pengelolaan rutin. 2. Tingkat Acceptable Adanya pemalsuan data dan ketidakjujuran dari nasabah, kurangnya pengetahuan nasabah pembiyaan akan produk dan prinsip pembiayaan syariah, pihak bank kurang teliti dalam menganalisis aspek 5C dari nasabah,
30
nasabah mengalami default karena karakter buruk dan bahaya moral nasabah, nasabah mengalami default karena mengalami bencana alam. Merupakan risiko-risiko yang termasuk dalam tingkatan ini, jika risiko ini terjadi, proses pembiayaan dan kegiataan operasional masih bisa berjalan walau agak terlambat dari jadwal dan target yang telah ditetapkan. 3. Tingkat Undesirable Rendahnya nilai jual kembali jaminan, nasabah mengalami default karena usahanya mengalami kebangkrutan, nasabah terlambat dalam mengembalikan pembiayaan yang diberikan bank, hilangnya berkas dan arsip, sistem teknologi informasi bank mengalami offline atau error. Risikorisiko tersebut harus diwaspadai karena dapat menimbulkan kerugian yang cukup signifikan pada bank. Salah satu risiko yang cukup tinggi dan dapat menggangu kestabilan likuiditas bank apabila pembiayaan yang diberikan kepada nasabah termasuk ke dalam jumlah yang besar. 4. Tingkat Unacceptable Dalam tingkatan risiko ini, bank BTN tidak memiliki tingkatan unacceptable. Karena BTN Syariah sangat jarang mengalami risiko dengan dampak yang besar dan berakibat fatal. Mitigasi Risiko ERM 5: Risk Response Bank BTN syariah memahami bahwa pengelolaan risiko sangat penting dalam sebuah perusahaan jasa keuangan yang berfungsi sebagai mediator dan telah menyusun beberapa tindakan mitigasi sebagai respon terhadap risiko. Tindakan risiko tersebut sebagai berikut. 1. Bank BTN sedang merencanakan penerapan four eyes principle (Pemisahan fungsi) dalam proses bisnis kredit komersial. 2. Bank telah melaksanakan pendekatan standar sesuai dengan SE BI No.13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011. 3. Pemantauan risiko secara regular dilakukan oleh RMD (Risk Management Division) untuk memastikan bahwa unit kerja telah melakukan proses manajemen risiko kredit dengan memadai. 4. Melakukan penyebaran risiko kredit dan pengendalian risiko konsentrasi kredit dengan meningatkan portofolio kredit Bank maupun pembiayaan di luar sektor perumahaan. 5. Bank BTN melaksanakan ketentuan berdasarkan SE Bank Indonesia No 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 untuk Risiko operasional dihitung dengan Pendekatan Indikator Dasar (PID). Tindak lanjut yang dilakukan pihak Bank BTN syariah dalam menangani pembiayaan beramasalah yaitu terlebih dahulu menganalisis penyebab terjadinya mengapa nasabah tersebut mengalami pembiayaan bermasalah. Jika penyebab terjadinya karena adanya moral hazard, dan terjadinya akibat karakter nasabah yang buruk dan rendah atau tidak adanya keinginan untuk membayar maka pihak bank akan menarik jaminan nasabah agar dapat dicairkan agar dapat membayar kerugian yang dialami oleh pihak bank. Namun apabila masalah yang dihadapi nasabah berasal dari internal usaha nasabah, maka bank akan melakukan melakukan
31
rescheduling pada nasabah. Rescheduling dilakukan dengan cara menjadwal ulang seluruh atau sebagian kewajiban nasabah yang bermasalah dalam pembiayaaan, jangka waktu yang diperpanjang, jumlah angsuran yang diubah, margin awal dikurangi dengan diberikan diskon. Apabila nasabah mengalami musibah seperti bencana alam dan bangkrutnya usaha maka pihak bank akan menempuh tindakan restrukturisasi. Untuk penanganan keseluruhan risiko yang telah dibahas sebelumnya terdapat beberapa kemungkinan respon atas risiko yaitu menerima risiko (accept), mengurangi risiko (reduce), berbagi risiko (transfer), menghindari risiko (avoid), dan menghilangkan risiko (remove). Respon terhadap risiko ini dianalisis berdasarkan setiap peristiwa risiko yang ada. Kemungkinan respond dan tindakan mitigasi risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tindakan Mitigasi Bank BTN Syariah No
Peristiwa Risiko
1
Adanya pemalsuan data dan ketidajujuran dari nasabah Kurangnya pengetahuan nasabah pembiayaan syariah Pihak bank gagal menganalisis aspek 5c
2 3
4 5 6
7 8 9
10
11
Respon Tindakan Mitigasi Risiko A.Risiko Pembiayaan Reduce Merekrut SDM di bidang hukum, dan menciptakan lingkungan hubungan yang baik dengan nasabah. Reduce
Reduce
Memberikan penjelasan dan edukasi kepada nasabah mengenai informasi produk dan prinsip pembiayaan syariah. Melakukan training dan pembinaan, peningkatan peran Housing and commercial Financing Unit yang menjadi investment manager. Merekrut SDM di bidang hukum dan membina hubungan baik dengan nasabah Merekrut SDM di bidang hukun dan mentaksasi jaminan Merekrut SDM di bidang hukum
Reduce
Merekrut SDM di bidang hukum
Reduce
Penetapan prosedur yang jelas dan pengecekan ulang Pemeriksaan dan pengendalian secara ketat oleh kabid marketing, penetapan SOP yang jelas.
Reduce
Pemalsuan jaminan nasabah Rendahnya nilai jual jaminan Adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah Adanya sertifikasi ganda Adanya kekliruan akad Bank terlambat memproses pengajuan pembiayaan Kesalahan prosedur dalam proses pembiayaan
Reduce
Reduce
Penerapan SOP secara jelas dan pemrikasaan rutin oleh audit internal di setiap tahap proses pembiayaan
Kurangnya follow-up dari pihak bank.
Reduce
Adanya pengawasaan dan pengecekan secara ketat dari audit internal agar Housing and Commercial Financing Unit melakukan follow-up secara rutin.
Reduce
Reduce
32
No Peristiwa Risiko 12
13
14
15
16
17
18 19 20 21
Terlambatnya pihak bank dalam menangani pembiyaan yang bermasalah Nasabah mengalami gagal bayar arena karakter nasabah yang buruk. Nasabah mengalami gagal bayar karena usahanya mengalami kebangkrutan Nasabah Mengalami gagal bayar arena usahanya terkena bencana alam Nasabah terlambat dalam mengembalikan pembiayaan Keterlambatan penyebaran hasil pimpinan/rapat Kesalahan dalam pencatatan transaksi/posiing Hilangnya berkas dan arsip. Sistem teknologi informasi bank mengalami offline. Kegagalan sarana dasar.
Respon Risiko Reduce
Tindakan Mitigasi
Reduce
Melakuan analisis mendalam sebelum memberikan pembiayaan kepada nasabah, mencairkan jaminan.
Avoid
Melakukan analisis kelayakan usaha lebih spesifik dan kontrol terhadap perkembangan usaha yang dijalankan nasabah melakukan tindakan rescheduling. Mengestimasi cadangan PPAP dengan akurat menempuh tindakan restruktursasi yang sumber dananya berasal dari cadangan PPAP tersebut. Melakukan pembinaan dan pengawasaan berkala dan langsung di tempat nasabah.
Accept
Reduce
Penerapan SOP secara tegas dan adanya peringatan dini terdapat nasabah yang mengalami gejala pembiayaan bermasalah.
Reduce
Diadakan rapat rutinan seluruh karyawan dan media informasi baik digital maupun tidak yang dapat dilihat oleh seluruh karyawan. B.Risiko Operasional Reduce Adanya SOP yang jelas dan melakukan pengecekan ulang sebelum posting. Reduce Reduce Remove
Memiliki lebih dari satu salinan arsip dan berkas. Merekrut SDM yang memiliki keahlian IT dan memiliki kemampuan yang baik di bidangnya. Menyediakan peralatan basic seperti generator listrik dan melakukan pemeliharaan dengan rutin
Sumber: Data Primer (2015)
ERM 6: Control Activites Tindakan pengendalian dilakukan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh risiko dan menjamin respon terhadap risiko yang berjalan dengan efektif. Bank BTN juga memiliki sistem pengendalian intern yang merupakan suatu mekanisme proses pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen Bank secara berkesinambungan (On going basis) yang kualitas desain dan pelaksanaanya dipengaruhi oleh dewan komisaris, Direksi serta seluruh pejabat dan pegawai Bank. Sistem pengendalian internal memiliki tujuan untuk mengamankan harta kekayaan Bank, menjamin kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, mengurangi dampak kerugian keuangan, penyimpangan termasuk kecurangan (Fraud) dan pelanggaran aspek kehati-hatian, serta meningkatkan efektifitas organisasi dan
33
meningatan efesiensi biaya. ERM 7: Information and Communication Tindakan mitigasi risiko juga harus didukung dengan komunikasi dan alur informasi yang efektif dan efisien. Setiap informasi yang relevan dan berhubungan kemudian diidentifikasi, diproses, dan dikomuniasikan dengan deskripsi yang jelas agar setiap individu dalam perusahaan mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Kegiatan komuniasi termasuk ke dalam pihak internal bank, nasabah bank, para pemagang saham bank, pihak regulator dan pengawas, dan pihak eksternal lainnya. Pada pihak internal bank, komunikasi dan informasi yang dilakukan untuk meminimalisir risiko yaitu dengan mengadakan rapat rutin mingguan dalam membahas kinerja. Selain itu, dapat diadakan acara rutin kebersamaan dalam kurun waktu tertentu, misalnya dengan pergi ke luar kota untuk meningkatkan keakraban dan kekompakan tim. Koordinasi antar bidang juga sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi adanya kesalahpahaman dan disertai pengawasan berkala dari dewan direksi dan audit internal. Terkait dengan pemeliharaan hubungan baik dengan nasabah, beberapa tindakan komunkasi dan informasi yang dapat dilakukan pihak bank yaitu dengan : 1. Komunikasi secara regular dengan nasabah. 2. Mengirim kartu ucapan ulang tahun, hari raya, dan lainnya. 3. Memperbaharui media informasi secara berkala. Selain pembinaan komunikasi yang baik dengan nasabah, hal yang penting lainya melakukan pembinaan komunikasi dan penyampaian informasi yang transparan dengan para pemegang saham. Para pemegang saham memiliki hak dalam pengambilan keputusan penting dalam perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan dan mengantisipasi timbulnya kecurigaan dalam pelaksanaan kegiatan opersional bank. BTN Syariah merupakan lembaga dengan dual regulatory body yang harus memperhatikan hubungan komunasi dua arah antara pihak bank dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) meupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK). DPS melakuan tindakan pengawasan terhadap sharia compliance yang dilakukan bank agar tidak ada kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah. OJK melakukan tindakan pengawsan secara umum dan penetapan kebijakan mengenai tata kelola aktivitas bank. Pihak bank juga harus mengirimkan laporan secara berakala baik kepada DPS maupun OJK agar dapat dipantau, diperiksam dan diantsipasi sedini mungkin jika ada deteksi ketidaksesuaian dengan prinsip dan kebijakan yang telah ditetapkan. ERM 8: Monitoring Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui proses manajemen yang sedang berjalan (on going basis) dan dievaluasi secara rutin. Pada BTN syariah kegiatan monitoring dalam pembiayaan dilakukan karena beberapa alasan penting seperti pembiyaan merupakan hubungan bisnis bank dengan nasabah di mulai melalui tahap pembiayaan diberikan hingga tahap pelunasaan, pembiayaan merupakan aktiva produktif yang menghasilkan pengembalian kepada bank, pembiayaan memberikan porsi terbesar sebagai sumber pendapatan bank, jika terjadi pembiayaan bermasalah maka akan membebani modal bank sehingga mempengaruhi ekspansi bank atau menurunya CAR. Beberapa pihak yang berperan aktif dalam tahap monitoring dan supervisi
34
adalah dewan pengwas syariah (DPS), dewan komsaris, dewan direksi dan audit internal. DPS bertugas memenuhi prinsip syariah baik yang berasal dari internal bank maupun eksternal (misalnya dari nasabah). Dewan komisaris berperan aktif melaksanakan supervisi dan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Salah satunya dengan menyelenggarakan rapat rutin mingguan. Dewan direksi bertugas memimpin kegiatan bank sehari-hari dengan kebijakan umum yang telah disetujui oleh dewan komisaris. Dewan direksi juga berkewajiban memimpin rapat, menandatangani berkas dan dokumen, menerima laporan kegiatan, mengkontrol dan mengawasi likuiditas bank, serta memberikan pertanggung jawaban kepada RUPS atas jalannya usaha bank. Audit internal berperan dalam supervisi kegiatan pembiayaan yang dilakukan, mengaudit bank secara berkala minimal 6 bulan sekali meliputi neraca, administrasi pembiayaan, dan manajemen bank serta melakukan evaluasi terhadap semua bagian struktur organisasi BTN syariah. Secara umum, bank sudah melakukan kegiatan monitoring dengan baik dan kegiatan ini sudah menjadi bagian dari tindakan mitigasi risiko. Fokus utama dalam kegiatan monitoring adalah menghindari terjadinya risiko pembiayaan bermasalah atau macet. Terdapat beberapa langkah supervise dan monitoring yang ditetapkan oleh BTN syariah untuk menghindari terjadinya risiko pembiayaan, yaitu: 1. Supervisi dan monitoring pembiayaan prapencairan Pemantuan pembiayaan prapencairan dilakukan dengan menganalisis jenis dan karakter usaha nasabah, karakter nasabah itu sendiri dan produk atau skema pembiayaaan yang akan diterapkan pada masing masing nasabah. Kegiataan pemantauan lainya juga dapat dilihat dari evaluasi penggunaan modal kerja nasabah, evaluasi laporan keuangan nasabah secara berkala, ketepatan angsuran nasabah (jika pernah mendpatkan pembiayaan sebelumnya), dan kelengkapan dokumen. Kegiataan monitoring juga dilihat dari peninjauaan ke lokasi usaha nasabah untuk melihat perkembangan usaha nasabah, kunjungan ke rumah nasabah untuk mengenal lebih dekat karakter nasabah. 2. Supervisi dan monitoring pembiayaan pasca pencarian. Pemantauan pembiayaan pasca pencairan dilakukan lebih intensif dan lebih tertib. Tertib administrasi pembiyaan dilakukan berdasarkan kualitas pembiayaan sesuai dengan ketentuan bank. Kegitan tertib adminstrasi ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan pembiayaan mengelola akun pembiyaan dan kolektibilitas, menjaga kesehataan bank, serta membuat perencanaan penyelsaian pembiayaan bermasalah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dengan prestasi sebagai bank terbesar ke sembilan di Indonesia risiko yang dihadapi bank BTN Syariah adalah beberapa masalah umum perbankan di Indonesia seperti nasabah yang mengalami keterlambatan pembayaran, nasabah mengalami pembiayaan bermasalah adalah beberapa risiko dan beberapa risiko opersional yang sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Karim (2009) tentang risiko aktifitas pembiayaan syariah. Penelitian tesis yang dilakuan oleh Tosca Nina Claudia (2011) dengan judul Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management Terhadap Kinerja Non Performing Finance dan Harga Saham di Bank Mandiri
35
menunujukan bahwa penerapan ERM dapat menurunkan tingkat NPL dan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil identifikasi risiko pembiayaan dan risiko operasional yang berikaitan dengan sektor perumahaan bersubsidi di BTN syariah baik secara langsung maupun tidak langusng, menghasilkan 29 peristiwa risiko yang terdiri dari 16 peristiiwa risiko pembiyaan, 11 peristiwa risiko operasional, dan 2 perisitiwa risiko eksternal. Hasil pengukuran risiko pembiayaan dan risiko operasional berkaitan dengan sektor perumahaan menghasilkan pemetaan risiko dengan komposisi yaitu 14 peristiwa risiko dengan tingkatan negligible seperti pemalsuan jaminan dari nasabah dan adanya jaminan bersetifikat ganda. Sepuluh peristiwa risiko dengan tingkatan acceptable dan lima undisireable. Dengan empat risiko tertinggi yaitu rendahnya nilai jual kembali agunan, mengalami default karena usahanya mengalami kebangkrutan, nasabah terlambat mengembalikan pinjaman, dan hilangnya berkas atau arsip. Terdapat lima tindakan mitigasi risiko yang telah ditetapkan BTN Syaiah dan ada pula beberapa kemungkinan respon risiko yang dapat diambil oleh BTN syariah. Salah satu risiko utama dalam pembiyaan bermasalah sehingga tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan yaitu rescheduling, restrukturisasi, dan pencairan jaminan nasabah. Tindakan mitigasi risiko yang lainnya juga dianalisis dari aspek kendali aktivitas, alur informasi dan komunikasi, serta pemantuan secara berkala. Dengan hasil 23 risiko di respon mengurangi, 3 dihindari, 1 menerima, dan 2 transfer. Mitigasi empat risiko tertinggi yang dialami oleh BTN Syariah adalah dengan merekrut SDM dan mentakasasi nilai agunan, melakukan pengawasan. Saran Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yaitu berkaitan dengan beberapa hal berikut, yaitu dengan menganalisis risiko pasar dan pengaruhnya terhadap pembiyaan perumahaan, baik secara langsung maupun tidak, mengembangkan penggunaan metode ERM pada perbankan syariah untuk dapat menganalisa secara komperhensif, dan melakukan penelitian risiko pada sektor pembiayaan lainya agar dapat mengukur dan melakukan pemetaan oleh pembiayaan sektor yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ishaq Al-Syatibi. 2004. Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah. Bairut (LB): Darul Kutub Ilmiyah. Anindhita AE. 2012. Kajian Manajemen Risiko Pembiayaan UMKM pada Produk Murabahah dan ijarah (Studi Kasus BMT Al-Fath IKMI Ciputat) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Antonio MS. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani Press. [BI] Bank Indonesia. 2009. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/3/DPNP tentang Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar. Jakarta (ID).
36
[BI] Bank Indonesia. 2008. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bank wajib menghitung Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 19902010. Bogor (ID). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Penguasaan Bangunan dan Bangunan Pribadi pada Tahun 2010-2014. Bogor (ID). [BTN] BTN Syariah. 2010. Laporan Tahunan (Annual Report) 2010 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2011. Laporan Tahunan (Annual Report) 2011 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2012. Laporan Tahunan (Annual Report) 2012 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2013. Laporan Tahunan (Annual Report) 2013 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2014. Laporan Tahunan (Annual Report) 2014 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2010. Laporan Berkelanjutan (Sustainable Growth) 2010 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2011. Laporan Berkelanjutan (Sustainable Growth) 2011 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2012. Laporan Berkelanjutan (Sustainable Growth) 2012 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2013. Laporan Berkelanjutan (Sustainable Growth) 2013 BTN Syariah. Jakarta (ID). [BTN] BTN Syariah. 2014. Laporan Berkelanjutan (Sustainable Growth) 2014 BTN Syariah. Jakarta (ID). [COSO] COSO 2004. Enterprise Risk Management-Intgrated Framework 2004 COSO. [COSO] COSO 2012. Risk Asssement in Practice 2012 COSO D’Arcy, Stephen P. 2001. Enterprise Risk Management. Forthcoming in the Journal of Risk Management of Korea [Internet]. [diunduh pada 2015 Januari 17]; http://business.illinois.edu/~s12(1): 1-24. Tersedia pada: darcy/papers/erm.pdf. Godfrey PS. 1996. Control of Risk: A Guide to the Systematic Management of Risk from Construction. London (GB): Construction Industry Research and Information Assoc. Hernawati ES. 2014. Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Kalijaga. Karim AA. 2009. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. [Kementrian PU&Pera] Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyaat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarkat Berpenghasilan Rendah. (ID):
37
Kementrian PU&Pera. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta (ID):Penerbit PPM. Mauliani A. 2014. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia Menggunakan Metode Risk Adjusted Return On Capital (RAROC) [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Telkom. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2004. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Bunga (Interest/Fa’idah) [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Syariah Februari 2014. Jakarta (ID). [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Statistik Perbankan Syariah April 2015. Jakarta (ID). [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Statistik Perbankan Syariah Februari 2013. Jakarta (ID). Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Lembaran Negara RI Tahun 1998, No. 4790. Sekertariat Negara. Jakarta (ID). Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 4867. Sekertariat Negara. Jakarta (ID). Rivai V, Veithzal AP. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Rokhmana. 2012. Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Bank Muamalat Semarang) [Skripsi]. Semarang (ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Siahaan H. 2009. Manajemen Risiko: pada Perusahaan dan Birokrasi. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Tsabita K. 2013. Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian Kasus: BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tosca Nina Claudia. 2011. Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management Terhadap Kinerja Non Performing Loan dan Harga Saham di Bank Mandiri, Depok [Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia
38
Lampiran 1` Asvianti Handaru /5652 Branch Manager
Adi Pradana/6672 Mortgage & Consumer Financing Unit Head
Rin Megawatty/8688 Junior Secretary
Housing & Commercial Financing Unit
Operation Unit Head Megapuspita Maduratna/6486 Head Teller Sub Unit
Ryana Nuraini / 7017 Febrina R/6201 Teller
Lina Retno K/8960 Teller
Martino Ariesandy/8790
Dadang Gunawan/11182 Consumer Financing Analyst
Commercial Funding & Service Unit
Vault Staff
Hilmi Azam/12539 Transaction Processing & IT Support Staff
Clearing Staff Herdy Noviandy/9785
Post Office Alliance
Junior Educational Instantcy & Others Marketing Officer
General Admin Sub Unit
Andelan Ajiyasa/8786 Human Capital Support Staff Logistic Support Staff
Financing Admin & Document Sub Unit Adityo Wahyu P/8687 Financing Document Staff Prizilla W/6988 Financing Admin Staff
Collection & Workout Unit
A Khair/7090 Andromeda TD/9918 Armansyah/2677 Field Collection Staff
Transaction Processing Sub Unit
Customer Funding & Service Unit
Pamulat Agung W /11578 Consumer Funding Marketing
Mulyanto/4255 Accounting Control Head
Internal Control Staff Restructuring Analyst
Legal & Financing Recovery
Lampiran 2 Kejadian Risiko
Dampak Risiko
1
Adanya pemalsuan data dan ketidakjujuran dari nasabah
1-5 kali dalam setahun
Berpengaruh pada pencarian data di BI dan memperlambat proses pembiayaan
1
3
3
Acceptable
2
Kurangnya pengetahuan nasabah pembiayaan akan produk dan prinsip pembiayaan syariah
5-10 kali dalam setahun
Berpengaruh pada proses pembiayaan
2
2
4
Acceptable
3
Pihak bank gagal/kurang teliti dalam menganalisi aspek 5C dari nasabah
Tidak Terjadi
Kesalahan dalam pemberian plafon pembiayaan kepada nasabah
1
3
3
Acceptable
4
Pemalsuan jaminan dari nasabah
Tidak Terjadi
Tidak menimbulkan masalah berarti
1
1
1
Negligable
No
Identifikasi Risiko A. Risiko Pembiayaan Pengajuan Pembiayaan
Identifikasi Risiko
Analisis Pembiayaan
5
6
Rendahnya nilai jual kembali jaminan Adanya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan dari nasabah
1-5 kali dalam setahun Tidak Terjadi
Cover agunan menurun Tidak menimbulkan masalah berarti
Skor Probabilitas
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
2
4
8
Undisireable
1
1
1
Negligable
Mitigasi risiko
Merekrut SDM di bidang hukum, dan menciptakan lingkungan hubungan yang baik dengan nasabah. Memberikan penjelasan dan edukasi kepada nasabah mengenai informasi produk dan prinsip pembiayaan syariah. Melakukan training dan pembinaan, peningkatan peran AO yang menjadi investment manager. Merekrut SDM di bidang hukum dan membina hubungan baik dengan nasabah
Respond Risiko
Reduce
Reduce
Reduce
Reduce
Merekrut SDM di bidang hukun dan mentaksasi jaminan
Reduce
Merekrut SDM di bidang hukum
Reduce
39
40
No
Identifikasi Risiko
7
8
Persetujuan dan Pengikatan Akad Pencairan
Adanya sertifikasi ganda
Tidak Terjadi
Dampak Risiko Tidak menimbulkan masalah berarti
Adanya kekiliruan dalam penetapan akad
Tidak Terjadi
Ketidaksesuaian dengan kebutuhan nasabah.
Keterlambatan pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan
9
Kesalahan prosedur dalam melakukan proses pembiayaan
10
Kejadian Risiko
1-5 kali dalam setahun
Tidak Terjadi
Proses Pelayanan pembiayaan terhambat.
Proses pelayanan pembiayaan terhambat.
Skor Probabilitas
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
1
Mitigasi risiko
Respon Risiko
Negligable
Merekrut SDM di bidang hukum
Reduce
Negligable
Penetapan prosedur yang jelas dan pengecekan ulang
Reduce
Negligable
Pemeriksaan dan pengendalian secara ketat oleh kabid marketing, penetapan SOP yang jelas.
Reduce
Negligable
Penerapan SOP secara jelas dan pemrikasaan rutin oleh audit internal di setiap tahap proses pembiayaan
Reduce
Pembinaan dan Pengawasaan
11
Kurangnya follow-up dari pihak bank kepada nasabah yang diberikan pembiayaan
1-5 kali dalam setahun
Proses pelayanan pembiayaan terhambat.
1
2
2
Negligable
12
Terlambatnya pihak bank dalam memproses pengajuan pembiayaan
1-5 kali dalam setahun
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank
1
2
2
Negligable
Adanya pengawasaan dan pengecekan secara ketat dari audit internal agar AO melakukan follow-up secara rutin. Pernerapan SOP secara tegas dan adanya peringatan dini terdapat nasabah yang mengalami gejala pembiayaan bermasalah
Reduce
Reduce
Pelunasaan
13
14
Nasabah mengalamidefaultkarena karakter buruk dan bahaya moral (moral hazard) nasabah
Nasabah mengalamidefaultkarena usahanya mengalami kebangkrutan
16
Nasabah terlembat dalam mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh bank
5-10 kali dalam setahun
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank.
Tidak Terjadi
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank
5-10 kali dalam setahun
Terjadinya kredit macet dan terganggunya stabilitas bank
1
2
1
2
4
4
4
4
4
8
4
8
Acceptable
Reduce
Undisireable
Melakukan analisis kelayakan usaha lebih spesifik dan kontrol terhadap perkembangan usaha yang dijalankan nasabah melakukan tindakan rescheduling.
Avoid
Acceptable
Mengestimasi cadangan PPAP dengan akurat menempuh tindakan restruktursasi yang sumber dananya berasal dari cadangan PPAP tersebut.
Accept
Undisireable
Melakukan pembinaan dan pengawasaan berkala dan langsung di tempat nasabah.
Reduce
41
15
Nasabah mengalamidefaultkarena mengalami bencana alam
Tidak Terjadi
Terjadi kredit macet dan menggangu likuiditas bank.
Melakuan analisis mendalam sebalum memberikan pembiayaan kepada nasabah, mencairkan jaminan
42
No
Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko
Kejadian Risiko
Skor Dampak Risiko Probabilitas B. Risiko Operasional
Skor dampak
Skor total
Tingkat risiko
Mitigasi risiko
Respon Risiko
Negligable
Diadakan rapat rutinan seluruh karyawan dan media informasi baik digital maupun tidak yang dapat dilihat oleh seluruh karyawan.
Reduce
Negligable
Pembentukan dan pembangunan infrasturktur untuk menampung kritik dan saran dari nasabah terkait dengan penanganan complain nasbah dengan sigapm dan mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud internal.
Reduce
Acceptable
Melakukan perhitungan secara rutin dan diawasi oleh audit internal, system komputerisasi dalam perhitungan PPAP.
Reduce
SDM
17
18
19
Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi epada staf dari keptusan pimpinan/rapat
Adanya persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank
Perhitungan PPAP tidak dilakukan secara rutin
Tidak Terjadi
Tidak Terjadi
Tidak Terjadi
Terganggunya alur komunikasi.
Menurunya kredibilitas bank dalam sudut pandang masyarakat.
Menganggu stabilitas ban dan menimbulan kerugian signifikan terhadap bank.
1
1
1
2
2
3
2
2
3
Kesalahan dalam pencatatan transaksi/posting
20
Hilangnya berkas dan arsip
21
22
23
Menghambat dan merusak sistem pencatatan. Pencatatan Administrasi dan berkurangnya informasi dalam database bank.
Kurangnya kemampuan komunikasi dan budaya kerja
Tidak Terjadi
Menimbulkan lingkungan dan suasana kerja yang tidak optimal.
Adanya moral hazard
Tidak Terjadi
Kerugian dalam segi finansial dan sistemik
Kurangnya pengetahuan SDM ban mengenai pembiayaan syariah
24
Tidak Terjadi 21-50 kali dalam satu tahun
Tidak Terjadi
Tidak menimbulkan maslah berarti
1
4
1
1
1
2
2
1
4
1
2
8
1
4
1
Reduce
Undisireable
Adanya SOP yang jelas dan melakukan pengecekan ulang sebelum posting.
Reduce
Negligable
Pemasangan CCTV dalam kantor, dan membuat SOP yang jelas dan tegas, dan pengwasan yang ketat.
Reduce
Acceptable
Memiliki lebih dari satu salinan arsip/berkas
Reduce
Negligable
Pelatihan secara berkala dan mengadakan acara kebersamaan untuk seluruh pegawai bank.
Reduce
Merekrut SDM yang memiliki keahlian IT dan memiliki kemampuan yang baik di bidangnya.
Reduce
Sistem
25
Sistem teknologi informasi bank mengalami offlineatau error
5-10 kali dalam setahun
Terganggunya sistem dan akses data dan informasi
2
3
6
Undisireable
43
Negligable
Mengadakan kuliah dan pelatihan secara rutin mengenai prinsip dan praktik pembiayan syariah kepada seluruh karywan dan merekrut SDM yang ahli dalam bidangnya.
44
No
26
Identifikasi Risiko Sarana
Identifikasi Risiko
Kegagalan sarana: komunikasi, listrik, dan air
Kejadian Risiko
Dampak Risiko
5-10 kali dalam setahun
Terhambatnya kegiatan operasional dan terganggunya pelayanan terhadap nasabah
27
Rusaknya barang yang disewakan karena pemakaian diluar normal
5-10 kali dalam setahun
28
Terjadi bencana alam seperti gempa bumi, banjir
Tidak Terjadi
29
Adanya kebijakan dari bank indonesia yang merugikan bank
Tidak Terjadi
Skor Probabilitas
2
Proses Pelayanan 2 C. Risiko Eksternal Bank tidak dapat beroperasi secara optimal hingga tidak dapat beroperasi sepenuhnya 1
Tidak menimbulkan masalah berarti
1
Skor dampak
2
Skor total
4
Tingkat risiko
Mitigasi risiko
Respon Risiko
Acceptable
Menyediakan peralatan basic seperti generator listrik dan melakukan pemeliharaan dengan rutin
Remove
Avoid and Transfer
Transfer
2
4
Acceptable
Mengasuransikan barang adanya perjanjian yang jelas dalam akad, mencadangkan dana antisipasi kerusakan barang
4
4
Acceptable
Mendaftarkan kepada asuransi
Negligable
Menyesuaikan kebijakan tersebut dengan serangkaian kebijakan internal pada bank.
1
1
Avoid
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 April 1993 dari pasangan Prabowo dan Apriana Dian. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDIT Ummul Quro Bogor, pendidikan menengah pertama di SMPIT Ummul Quro Bogor, dan pendidikan menengah atas di SMA PU Al-Bayan Sukabumi. Penulis melanjutkan studi perguruan tinggi melalui jalur SNMPT tulis, dan diterima masuk IPB departemen Ilmu Ekonomi dengan program studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kepanitian acara kampus dan non kampus. Penulis menjadi staf pengajar biologi di bimbingan belajar Quin, dan mengikuti kepanitian Bogor Art Festival, bakti sosial yang dilakuan pada masa orientasi di department, dan acara masa orientasi mahasiswa 49 atau yang dikenal dengan MPKMB 49.