ANALISIS PRODUKSI PROGRAM ACARA WISATA RELIGI DI TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: SITI RAHMAH NIM: 109051000075
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Maret 2014
Siti Rahmah
ABSTRAK Siti Rahmah NIM 109051000075 Analisis Produksi Program Wisata Religi di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Televisi sebagai media massa elektronik berfungsi memberikan informasi, pendidikan, maupun hiburan bagi masyarakat. TVRI sebagai televisi pemerintah memiliki beragam program acara yang sarat informasi. Dari sekian banyak program yang ditayangkan di TVRI, acara keagamaan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Salah satunya adalah program Wisata Religi, program ini memiliki fungsi memberikan informasi pengetahuan tentang tempat-tempat sejarah Islam. Program ini dikemas dengan format feature. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pertanyaannya adalah, Bagaimana proses produksi program Wisata Religi di TVRI?, Dan adakah kendalaselama proses produksi Wisata Religi? Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan teknik berupa wawancara, analisis data, mendalam yang dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat langsung dengan penelitian yang dimaksud. Selain itu, penulis juga melakukan observasi langsung untuk mendapatkan data yang akurat seputar produksi Wisata Religi ini, serta dokumentasi yang terkait. Untuk menganalisis proses produksi suatu program terdapat teori yang dapat dijadikan pedoman, yaitu teori Standard Operation Procedure (SOP) yang dikemukakan oleh Fred Wibowo yang terdiri dari tiga tahapan yaitu Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Teori Alan Wurtzel yaitu Four Stage of Television Production yang terdiri dari Pre Production Planning, Setup dan Reherseal, Production, dan Post Production. Antara teori Fred Wibowo dan Alan Wurtzel memiliki kesamaan inti dalam proses kerjanya. Hanya saja penulis lebih memilih menggunakan Fred Wibowo dalam menganalisis produksi program Wisata Religi. Dari penelitian ini ditemukan data bahwa program Wisata Religi setiap program acara menggunakan konsep Outdoor yang dikemas secara feature dan harus melewati tiga tahapan proses produksi, yaitu meliputi tahapan pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Demikian pula untuk program Wisata Religi agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat maka program ini dikemas secara ringan agar mudah dimengerti oleh semua kalangan. Selain itu, ada juga beberapa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui dalam proses produksi program Wisata Religi, baik itu bersifat teknis maupun non teknis.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Produksi Program Wisata Religi di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, Keluarga, Sahabat, semoga Allah Swt meridhoi mereka, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Suparto PHd, M.Ed, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, MSi, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Sunandar, MA, Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. 2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Ibu Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Ibu Dra. Rini Laili Prihartini, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis untuk dapat menyusun skripsi ini.
ii
4. Ibu Dr. Fatmawati, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingannya, arahan, kesabaran, waktu, dan semua ilmu yang diberikan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan Staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 6. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDK), yakni bagian akademik, tata usaha, serta karyawan perpustakaan FDK dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Pihak-pihak stasiun TVRI, khususnya Bapak Badriansyah, Bapak Angga serta seluruh staf yang terlibat dalam program Wisata Religi terima kasih banyak untuk kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis. 8. Keluarga besarku tercinta Ayahanda Abdul Aziz, dan Ibunda Maseroh yang selalu memberikan doa dan motivasi moril maupun materil dengan penuh keikhlasan dan kesabaran bagi penulis. 9. Kakak-kakak dan keponakanku tercinta, Mama Nurazizah, Bunda Khusnul, Novi Yanti, Nasrullah, Muh. Amin, Ahmad Faisal dan keponakan yang
iii
ganteng, cantik dan pintar, Djafran, Aufa, Zahri, Zalfa, Nazma, yang selalu memberikan semangat bagi penulis. 10. Keluarga kecilku, suami tercinta Fajar Satria dan calon malaikat kecil yang masih berada di dalam rahimku yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi. 11. Keluarga besar bapak mertua dan ibu mertua, Abi Muhammad Subur, Umi Isah, Kak Ani, Abang Pay, Imam, Aidil Fikri, Rasyid, yang selalu memberikan semangat bagi penulis. 12. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu dan saling mendukung dari TK sampai saat ini Erviana, Nurfitria, Anisa Asriani dan teman-teman KPI 2009 yang tidak mungkin terlupakan Wahyu Ridha, Dessy Eka Driani, Inna Usholihah, Resyana Wilda, Zaini Rahman, Reza Wahyu,
Hasbul, Tri Wibowo,
Manggala, Fadli Arif, dan teman-teman seperjuangan ketika propesa Putri, Siti Muslipah, Awalina. Serta yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya. 13. Teman-teman seperjuangan KPI-C 2009 yang banyak memberikan dukungan dan motivasi satu sama lain yang selalu menjaga silahturahmi dan kekeluargaannya. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca akan saya terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, 25 Maret 2014 Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .........................
4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................
5
D. Metodologi Penelitian ............................................................
6
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
9
F. Kerangka Konsep ...................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ..........................................................
11
LANDASAN TEORITIS A. Program Televisi ..................................................................
13
1. Pengertian Televisi ..........................................................
13
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi ...............................
15
3. Pengertian Program .........................................................
17
4. Format Acara Televisi .....................................................
19
B.Tahapan Produksi Program Televisi ......................................
22
1. Pra Produksi ( Perencanaan dan Persiapan) .....................
23
2. Produksi ( Pelaksanaan ) ..................................................
25
3. Pasca Produksi ( Penyelesaian dan Penayangan ) ............
28
4. Evaluasi Program Televisi ...............................................
30
GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA RELIGI A. Sejarah dan Perkembangan TVRI .........................................
33
B. TVRI pada Era Orde Baru .....................................................
37
v
BAB IV
C. TVRI pada Era Reformasi .....................................................
38
D. TVRI Masa Sekarang ............................................................
39
E. Stasiun-stasiun TVRI ............................................................
41
F. Visi dan Misi .........................................................................
41
G. Logo-logo TVRI....................................................................
42
H. Perkembangan Siaran Keagamaan TVRI ..............................
44
I. Program-program TVRI ........................................................
45
J. Struktur Organisasi TVRI .....................................................
46
K. Program Acara Wisata Religi ................................................
52
ANALISIS PROGRAM WISATA RELIGI A. Analisis Program Acara Wisata Religi di TVRI ..................
55
1. Analisis Pra Produksi Program Wisata Religi ...............
57
2. Analisis Pelaksanaan Produksi Program Wisata Religi ..
63
3. Analisis Pasca Produksi Program Wisata Religi .............
68
4. Analisis Evaluasi Produksi Wisata Religi ......................
71
B. Proses Produksi Program Wisata Religi Pada Tayangan “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal Muasal
BAB V
Kampung Arab di Cisarua Puncak-Bogor”. .........................
72
1. Pra Produksi ....................................................................
72
2. Produksi...........................................................................
73
3. Pasca Produksi.................................................................
74
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
75
B. Saran-Saran ............................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Televisi adalah media komunkasi yang bersifat dengar, lihat (audiovisual kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar, televisi lebih menarik dari radio. Dampak pemberitaan dari media televisi adalah suara dan gambar, sehingga memberi pengaruh yang lebih kuat kepada pemirsa. Kelebihan media televisi dibandingkan dengan media massa lainnya, sifatnya yang audiovisual. Dapat didengar sekaligus dapat dilihat secara langsung, untuk mendapatkan sajian informasi atau berita yang lebih realistis, sesuai dengan keadaan sebenarnya yang diharapkan masyarakat. Beberapa stasiun televisi memiliki program-program yang menarik, diantaranya program acara berita yang selalu memberikan informasi terbaru dan hiburan seperti sinetron, musik, dan reality show. Selain itu, program acara yang menyemarakan dunia pertelevisian sekarang ini yairu program acara yang bernuansa Islami (dakwah). Pada umumnya dakwah disebarkan dengan metode ceramah yang berdiri di atas mimbar dari masjid ke masjid. Namun dengan teknologi yang semakin berkembang dakwah memanfaatkan salah satu teknologi komunikasi, yaitu televisi. Sejak pemerintah membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 Agustus 1962 maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Namun, dalam waktu beberapa
1
2
tahun belakangan ini industri pertelevisian di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat. Bermula dari hanya satu stasiun televisi milik pemerintah, kini telah menjadi belasan televisi swasta yang berada di Jakarta dan daerah. Untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat, maka setiap stasiun televisi di Indonesia berlomba-lomba untuk membuat program yang menarik minat masyarkat dan dikemas semenarik mungkin sehingga hal ini menjadi salah satu persaingan industri televisi pada saat ini dan setiap stasiun televisi lebih banyak menayangkan program acara yang bersifat menghibur dibandingkan dengan program acara yang bersifat mendidik. Dan diformat sedemikian rupa tentunya disesuaikan dengan karakter, visi, dan misi dari stasiun televisi itu sendiri. Televisi juga dapat digunakan sebagai media dakwah, sebab dakwah melalui televisi sangat diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dakwah
sebagai
salah
satu
kegiatan
komunikasi
diharapkan
pada
perkembangan dan kemajuan teknologi yang semaki canggih, memerlukan adaptasi terhadap kemajuan teknologi yang ada. Maksudnya yaitu, dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan media yang dihadapi. Beberapa stasiun televisi memiliki program-program yang menarik, diantaranya program acara berita yang selalu memberikan informasi terbaru dan hiburan seperti sinetron, musik, dan reality show. Selain itu, program acara yang menyemarakan dunia pertelevisian sekarang ini yairu program acara yang bernuansa Islami (dakwah).
3
Pada umumnya dakwah disebarkan
dengan metode ceramah yang
berdiri di atas mimbar dari masjid ke masjid. Namun dengan teknologi yang semakin berkembang dakwah memanfaatkan salah satu teknologi komunikasi, yaitu televisi. Namun dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap berada dalam komunikasi massa Islam, yaitu menggunakan Al.Qur’an dan hadist nabi sebagai landasan teori dan filosofinya, dengan sendirinya komunikasi Islam terikat pesan khusus, yakni Dakwah karena Al-Qur’an adalah rahmat bagi seisi alam semesta dan juga merupakan petunjuk bagi manusia beriman yang berbuat baik. Sehingga hasil dari tujuan dakwah yang dicapai tidak keluar dari konteks agama Islam.1 Menurut Rusjdi Hamka Rafiq, sistem komunikasi massa Islam yaitu: menyebarkan (menyampaikan) informasi kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT.2 Dakwah melalui media massa perlu persiapan dan perencanaan yang matang karena dakwah suatu upaya untuk mengkonstruki masyarakat menuju masyarakat Islami. Munculnya media televisi sebagai wujud dari kemajuan tekhnologi menyadarkan kaum muslimin betapa pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah. Maka dalam menyusun materi dakwah yang menyangkut seluruh aspek kegiatan dakwah. Hal ini penting dilaksanakan mengingat “televisi merupakan rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara tepat, berurutan, dan diiringi unsur radio”.3 1
Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001) Cet. Ke-1, h. 66 Rusdji Hamka Rafiq, Islam dan Era Informasi, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1989) Cet. Ke-1, h. 5 3 P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (Jakarta: PT. Grasindo, 1930. Cet. Ke-1, h.1) 2
4
Dari banyaknya stasiun televisi pada saat ini, terdapat salah satu stasiun televisi yang menghadirkan program keagamaan salah satunya yaitu program Wisata Religi di TVRI. Program ini termasuk program dakwah Islamiyah yang dikemas secara ringan dan menarik acara ini dikhusukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dan dimana tempat sejarah-sejarah Islam yang berada diseluruh nusantara.
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Karena banyaknya efek yang ditimbulkan baik positif maupun negatif dari suatu tayangan televisi, pembatasan masalah ini dilakukan guna menghindari perluasan pembahasan yang tidak penting selain itu menjadi terarah dan agar berhubungan antara masalah yang diteliti dengan pembahasan dalam Analisis Program Wisata Religi di TVRI peneliti membatasinya pada program yang ditayangkan dalam Produksi “Asal Muasal Masjid Atta’awun dan Kampung Arab di Cisarua Puncak Bogor”, pada tanggal 12 juni 2013. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Bagaiman proses pra produksi program acara Wisata Religi di TVRI? b. Bagaimana proses produksi program acara Wisata Religi di TVRI? c. Bagaiaman proses pasca produksi program acara Wisata Religi di TVRI?
5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui secara garis besar bagaimana massa khususnya televisi dalam mengemas suatu acara serta memberikan referensi pada masyarakat dalam memilih program acara yang mendidik. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi program acara Wisata Religi di TVRI. b. Untuk mengetahui berbagai sarana dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan produksi memadai dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada Program Wisata Religi di TVRI c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pra produksi, produksi, dan pasca produksi dalam Wisata Religi di TVRI. 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari segi akademis dan praktis adalah sebagai berikut: a. Secara Akademis Harapan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan tambahan referensi bagi studi-studi selanjutnya mengenai program acara di televisi dan menambah khazanah keilmuan bagi pengembang ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran televisi dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efesien, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah yang melakukan representasi objek tentang semua informasi yang terdapat dalam masalah yang diteliti. Metode ini tidak sebatas pada pengumpulan data , tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut. Secara prakteknya dengan menggambarkan suatu kondisi dalam proses Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi pada Program Wisata Religi di TVRI. 2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini terhadap subjek yang merupakan faktor utama dalam menentukan hasil dari penelitian yaitu semua pengisi acara serta crew-crew yang bekerja dalam Program Wisata Religi di TVRI. Sedangkan objek dari penelitian yaitu Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi Wisata Religi di TVRI.
7
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data di TVRI yang berhubungan dengan program acara “Wisata Religi di TVRI”. a. Data primer Data primer digunakan sebagai acuan utama untuk pembahasan penelitian ini dengan melakukan: 1) Observasi Observasi adalah kegiatan mengamati langsung suatu objek, Tekhnik observasi dalam penelitian ini dengan melakukan kunjungan ke TVRI dan pengamatan secara langsung secara sistematis apa yang dilihatnya. 2) Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh
informasi
langsung
dari
sumbernya.4
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam, yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan menggunakan petunjuk umum berupa dafttar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada narasumber. Penulis mengadakan wawancara langsung kepada Badriansyah selaku eksekutif produser dan Ludwie Anggara selaku pengarah acara program acara Wisata Religi di TVRI dan pihak-pihak yang terlibat dalam produksi Wisata Religi. 4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi Pemasaran, h. 96.
8
b.
Data Sekunder Data sekunder penulis diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau menggunakan
studi pustaka, yaitu dengan mempelajari
bahan-bahan tertulis berupa arsip dan buku yang berhubungan dengan penelitian ini. c. Lokasi dan Waktu Penulisan ini dilaksanakan pada salah satu stasiun televisi negeri milik Pemerintah atau Negara yaitu TVRI yang beralamat Jl. Gerbang Pemuda Senayan Jakarta – 10270, telp: (021) 5732160, 5704720/40, fax: (021) 5731973 dan penulis mengikuti langsung kelapangan dalam proses produksi di Masjid At-Taawun Cisarua, Puncak Bogor pada tanggal 12 Juni. 4. Teknik Pengolahan Data Data diperoleh dari observasi dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dari hasil observasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan mencatat hasil dari apa yang diamati dilapangan, sedangan pengolahan data dari hasil wawancara dilakukan dengan cara, penulis mendengarkan kembali rekaman wawancara kemudian menuliskannya kembali. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis adalah pelaporan data dengan menerangkan,
memberi
gambaran,
dan
mengklasifikasikan
serta
menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, lalu kemudian disimpulkan.
9
5. Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberikan gambaran atau meluksikan mengenai proses program Wisata Religi periode Juni 2013 yang ditayangkan di TVRI, khususnya dalam tayangan “Sejarah Masjid Atta’awun dan Kampung Arab di Cisarua Bogor”. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini. Penelitian ini ditulis berdasarkan penulisan skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku di UIN Jakarta.5
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan kajian pustaka diperpustakaan utama UIN. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan penulis sampai saat ini, beberapa judul skripsi terdahulu mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang berbeda ataupun hampir sama dengan penulis. 1. Anlisis Produksi Program Tabir Sunnah, oleh
Ais Ramdhan Rasyid,
mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
5
KE-34.
Hamid Nasuki, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: CEQDA, 2007), CET.
10
Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2011 NIM 107051003124. Yang membedakan dengan penelitian penulis yaitu, subjeknya dan formatnya. Format dalam program tersebut juga berbeda dengan format acara yang penulis teliti. 2. Analisis Produksi Program Stand Up Comedy di Metro TV, oleh Izzatun Nisa, Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012 NIM 208051000003. Yang membedakan dengan penelitian penulis yaitu, subjeknya penelitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Subjek penelitiannya yaitu Program Stand Up Comedy di MetroTV, sedangkan penulis menggunakan subjek penelitian Program Wisata Religi di TVRI. penelitian ini samasama membahas pra-produksi, produksi, pasca produksi. 3. Analisis Program Islam Itu Indah di Trans TV, oleh Rasyid Hartadi Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012,
NIM 108051000014. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah subjek dan objeknya. Subjek penelitiannya program Islam Itu Indah, sedangkan objek penelitiannya faktor utama dalam menentukan hasil penelitian. Jika penelitian ini meneliti secara luas mengenai suatu program, maka penulis hanya akan fokus meneliti mengenai proses produksi suatu acara, pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
11
F. Kerangka Konsep TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH
produksi
Siaran langsung
Pra produksi
produksi
Gambar 1. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun dengan membagi lima bab: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Pembahasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas pengertian televisi, sejarah dan perkembangannya,
pengertian
program,
pengertian
program
televisi, format program televisi, tahapan produksi program televisi
12
(pra produksi televisi, produksi program televisi, pasca produksi televisi, dan evaluasi program). BAB III
GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA RELIGI Membahas sekilas tentang TVRI, deskripsi program Wisata Religi di TVRI (latar belakang ditayangkannya program Wisata Religi di TVRI, sasaran program Wisata Religi, tujuan ditayangkannya program Wisata Religi di TVRI.
BAB IV
ANALISIS PROGRAM WISATA RELIGI DI TVRI Membahas Pra Produksi
Wisata Religi di TVRI, pelaksanaan
produksi program Wisata Religi di TVRI, pasca produksi program Wisata Religi,garis-garis besar isi program Wisata Religi di TVRI, jenis program Wisata Religi di TVRI, analisis program Wisata Religi, dan evaluasi program Wisata Religi, (Karakter, Sarana dan Pra Sarana, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung) dalam Produksi Wisata Religi di TVRI BAB V
PENUTUP Pada bagian ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Televisi 1. Pengertian Televisi Televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jarak jauh dan “Vision” yang berarti penglihatan.1 Adapun pengertian televisi ini, dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan oleh gambar. Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang bersifat audiovisual. Televisi dalam ensiklopedi nasional mempunyai pengertian, televisi adalah pengubah gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Namun pada umumnya memiliki bagian penting yakni permukaan peka cahaya, peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris. Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian dipindahkan keseluruh permukaan bermuatan listrik.2 Kamus Besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai: televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan 1
Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbow, 1989), cet. Ke-2, h. 221. 2 Enslikopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16), cert. Ke-1, h. 194.
13
14
alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita, dan sebagainya.3 Maurince Gorhan yang dikutip Ton Kertapati mendefinisikan, televisi adalah penyampaian gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya secara simultan di tempat tertentu yang jauh.4 P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video
(1993),
mendefinisikan
pengertian
televisi.
Televisi
pada
hakekaktnya merupakan sesuatu system komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio.5 Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan. Stasiun televisi merupakan suatu tempat terpusatnya kegiatan dari suatu organisasi penyiaran.6 Televisi merupakan media
yang dapat mendominasi
komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan.
3
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 191. 4 Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisitis dalam Perkembangan di Indonesia menjadi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3, h. 59. 5 P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video,(Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. Ke-1, h.1. 6 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 46
15
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi Televisi tergolong penemuan teknologi yang muncul belakangan dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti telepon, telegraf, fotografi, rekaman suara, radio, surat kabar, majalah, dan buku. Sebagaimana media massa lainnya, penemuan televisi melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir pada abad 19 oleh James Clarck Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890.7 Perkembangan televisi diawali pada tahun 1884 ketika Paul Nipkow dari Jerman menemukan suatu alat yang dapat mengubah gambar secara optikal menjadi garis-garis pararel dengan berbagai intensitas, karena pada awalnya televisi adalah proses merekam dan mengirimkan gambar-gambar seperti melalui sel-sel selinium. Alat tersebut kemudian diberi nama Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe yang melahirkan Electrische Telescop atau televisi elektris.8 Televisi mulai diperkenalkan kepada publik pada acara pameran dunia tahun 1939, yakni ketika berlangsungnya World’s Fair di New York, Amerika Serikat. Munculnya siaran televisi pertama di dunia terjadi pada tahun 1946, yakni ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang rapatnya diadakan di gedung Perguruan Tinggi Hunter, New York, Amerika Serikat. Perkembangan televisi tidak hanya di Amerika saja, tetapi juga di Inggris (1924). Jhon Logle Baird mendemonstrasikan televisi 7
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h.126. Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2003.
8
h. 4.
16
pada tahun 1929 melalui BBC, yang merupakan salah satu organisasi terbesar di dunia, mencoba mengadakan siaran. Televisi juga berkembang di Asia, yakni Indonesia (1962), Jepang (1953), Philipina (1953), Muangthai (1955), Singapura (1963), dan Malaysia (1996). Televisi yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menajubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia pada saat sekarang ini baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya, dan sebagainya. Dewasa ini hampir setiap negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa dirumah menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit. Siaran televisi pertama kali di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Saat itu, masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tetapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar. Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, MNC, ANTV, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans 7, TVOne, Global TV, serta stasiun-stasiun televisi lokal seperti O Channel, Jak TV, CTV Banten, dan lain-lain.9 9
Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.12-15.
17
Bagi masyarakat Indonesia, televisi bukan merupakan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perbaikan dan kecanggihan teknologinya yang terus meningkat. Seperti pada mulanya televisi yang pada awalnya hitam putih menjadi berwarna, yang dengan kecanggihan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari ditengah masyarakat Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan, dan lain sebagainya. 3. Pengertian Program Program berasal dari bahasa Inggris yaitu programme yang berarti acara atau rencana.10 Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Secara etimologi, dalam kamus
besar
Bahasa
Indonesia
terbitan
Departemen
Pendidikan
Kebudayaan (1998), program adalah acara (seperti sebuah siaran, pengelolaan dan sebagainya).11 Secara terminology, Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran untuk lebih mengadu 10
kepada pengertian acara. Program adalah segala yang
Morrisan M. A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1, h.199. 11 Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1, h. 702.
18
ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Sedangkan menurut Omar Abidin Gilang program merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran.12 Program merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan financial suatu penyiaran televisi. Program dalam stasiun penyiaran televisi adalah penentu audien dimana dengan sebuah program menarik, maka akan menarik banyak audien atau penonton untuk menyaksikan program tersebut. Dengan kata lain bahwa pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya. Program dapat disamakan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain dalam hal ini pemasang iklan. Berbagai program siaran ditelevisi diproduksi hanya untuk mendapatkan iklan sebanyak mungkin hal ini berkaitan dengan keberhasilan financial program tersebut. Disini seorang programmer atau penata program, harus sangat memahami bahwa program acara harus menjual programnya sebanyak mungkin. Programmer tahu persis siapa yang akan menontonnya maka programnya akan dipilih sesuai apa yang diinginkan penonton. Setiap stasiun televisi memiliki ciri tersendiri dalam program masing-masing. Setiap stasiun memiliki kebijakan sendiri-sendiri terhadap sasaran penontonnya. Seperti teori Herbert Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa penggunaan media televisi memainkan peran aktif 12
Omar Abidin Gilang dalam Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 62.
19
untuk memilih dan mengunakan media televisi tersebut. Dengan kata lain, penggunaan media televisi adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Hubungannya disini bagaimana peran seorang programmer berperan sangat penting dalam membuat program yang baik untuk ditayangkan. Karena pengguna media televisi sangat berperan penting untuk program acaranya. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada empat parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi yaitu: a. Landasan filosofi yang mendasari tujuan semua program. b. Startegi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program. c. Sasaran program. d. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program. 4. Format Acara Televisi Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas penulis naskah, melainkan sangat bergantung pula pada profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast (penyiaran) dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat. Acara yang bagus bisa ambruk karena kurang promosi dan kualitas gambar on-air (ketika ditayangkan) mengalamigangguan frekuensi, seperti suaranya bergema atau tampilannya tidak jernih. Program acara televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi.13
13
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h.62.
20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), format adalah bentuk dan ukuran (buku, surat kabar, dan sebagainya).14 Format juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk atau rupa yang mempunyai kaidah tertentu atau norma tertentu yang lazim digunakan oleh umum (Badan Penyiaran).15 Sementara itu, acara didefinisikan dengan kegiatan yang dipertunjukan, disiarkan, atau diperlombakan; program (televisi, radio, dan sebagainya. Jadi, format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi, yang terbagi dalam berbagai kriteria utama serta disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Sedangkan menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, Talk Show, dan sebagainya. Tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasi suatu stasiun televisi kepada pemirsanya.16 Format bagi suatu program maupun isi penyiaran masing-masing negara adalah berbeda antara negara satu dengan lainnya. Itu semua sangat bergantung terhadap sistem pers yang berlaku dinegara bersangkutan. Stasiun televisi dalam membuat suatu program acara terdiri dari beberapa artis pendukung dan kerabat kerja. Ide/gagasan merupakan suatu rancangan yang tersusun dalam pikiran. Ide merupakan asal mula lahirnya sebuah langkah untuk pembentukan suatu program acara. Ide adalah 14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988), h.224. 15 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 224. 16 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tanggerang: Ramdina Prakarsa, 2005), h.2.
21
sebuah inti pesan yang akan disampaikan pada khalayak, dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan format yang akan dibuat, kemudian diproduksi hingga menjadi suatu paket program siaran. Paket program siaran itulah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan disebarluaskan ke seluruh pelosok jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar hingga akhirnya paket program acara tersebut dapat kita tonton ditelevisi yang ada dirumah kita.17 Format feature terbagi dalam 10 jenis features televisi diantaranya feature perjalanan seperti yang digunakan pada program Wisata Religi ini. Feature perjalanan yang mengajak pemirsa televisi untuk mengenali lebih jelas tentang suatu kegiatan perjalanan wisata yang dinilai memiliki daya tarik
karena
objeknya
yang
populer,
budayanya
yang
eksotik,
masyarakatnya yang bersahabat dan biaya yang terjangkau. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan jurnalis atau seseorang beserta kelompoknya ke objek wisata, yang detail memerinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi yang diperoleh dalam sejumlah biaya.18 Tayangan ini mengajak pemirsa berkreasi mengunjungi berbagai tempat wisata yang populer ataupun belum dikenal tetapi sangat indah (beautiful place), sehingga pemirsa tanpa harus keluar rumah
17
serasa
bertamasya,
menambah
cakrawala
pengetahuannya,
P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. ke-1, h. 1. 18 Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-1, h. 236.
22
kepedulian terhadap lingkungan semakin tajam, dan kecintaan terhadap alam semakin kuat. B. Tahapan Produksi Program Televisi Proses produksi program: Perumusan Ide Ide Premis Riset Sinopsis Treatment
Riset
Prapr oduksi
Mengembangkan ide
Menentu kan karak ter utama
Menentukan premis
Menyusu n sinopsis dan treatmen script
Mengumpulkan data dan referensi
Menentu kan alat produksi dan budget
Produ ksi Proses Shooting
Pascapruduksi Preview hasil shooting Menyusun naskah Editing
Hu nting ke lokasi
Dubbin g Mixing
Script
Gambar 2. Produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah atau membuat suatu acara atau program. Selanjutnya, istilah siaran atau penyiaran secara makro mengacu pada media elektronik baik radio maupun televisi. Dalam pembahasan ini produksi elektronik televisi, dan dalam memproduksi suatu program atau acara ada tujuannya yang ditujukan untuk masyarakat luas antara lain: 1. Media televisi mampu mengarahkan masyarakat untuk secara intens terlibat dalam suatu isu tertentu. 2. Media televisi mampu memperluas horizon wawasan masyarakat, ia berperan seperti halnya jembatan yang menghubungkan antara masyarakat tradisional dan modern. Semua ini sama halnya yang dimaksud seperti teori Herbert Blumer dan elihu Katz yang mengatakan bahwa penggunaan media televisi memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media televisi
23
tersebut. Yang bagaimana pihak televisi dapat menayangkan programprogram yang bisa menambah peran aktif dan wawasan pengguna media televisi. Tahap pelaksanaan produksi saat suatu produksi televisi yang melibatkan banyak peralatan dan biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannnya dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut dengan standart operation procedure (SOP) seperti berikut: 1. Pra Produksi ( Perencanaan dan Persiapan) Sebelum memproduksi sebuah mata acara yang dilaksanakan di luar studio (Outdoor) atau di dalam studio (Indoor), tim produksi haruslah memiliki tempat atau kantor yang biasa disebut base camp . semua treatment atau skenario dan usulan hingga proses produksi dilakukan dalam rapat dikantor yang terdapat dilingkungan setiap stasiun televisi. Usulan biasanya didiskusikan oleh semua tim produksi yang terlibat dalam proses produksi tersebut. Usulan dalam bentuk proposal diserahkan oleh produser atau penggegas mata acara eksekutif produser, lalu proses presentasi dan diskusi serta fokus utama tujuan sebuah acara harus disampaikan. Presentasi dilaksanakan agar produksi mempunya acuan standart operational procedure(SOP). Naratama sutradara mata acara televisi menulis, dalam mengeksplorasi berbagai ide kreatif yang dapat tertuang dan diproduksi secara apik. Menganalisis target penonton, jam tayang, posisi stasiun televisi, dan studi koperasi terhadap competitor acara di stasin televisi lain.
24
Persiapan pra produksi yakni mempersiapkan tim di luar tim inti yang akan menunjang produksi, diantaranya mempersiapkan desain produksi. Pengertian desain produksi adalah sebuah rancangan produksi yang dipersiapkan untuk memproduksi sebuah mata acara. Desain produksi siaran televisi setidaknya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jenis mata acara apa yang akan diproduksi b. Naskah yang digunakan c. Format video d. Bagaimana memulai acara e. Seluk beluk anggaran atau dana f. Memersiapkan crew g. Menyusun tim produksi Tahapan pra produksi meliputi tiga bagian seperti berikut: a. Penemu Ide Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. b. Perencanaan Tahapan ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan secara teliti.
25
c. Persiapan Tahap ini meliputi pemberasan semua kontrak, perizinan, dan surat menyurat. Latihan para artisdan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang telah ditetapkan. Kunci
keberhasilan
produksi
program
televisi
sangat
ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering menabaikan halhal yang sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu berakibat kegagalan.19 2. Produksi (Pelaksanaan) Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai, sutradara berkerjasama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan menjadi gambar. Dalam hal ini produksi pada televisi merupakan suatu proses kreatif yang melibatkan penggunaan peralatan-peralatan yang rumit namun sudah dikendalikan oleh ahlinya sesuai bidangnya masing-masing, crew
mempunyai
kepekaan
dan
kemampuan
teknis
untuk
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada penonton. Perekaman gambar atau shooting dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya pada pra produksi dengan menggunakan naskah sebagai panduan.
19
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT. Gramedia Widiasrama Indonesia, 1997), cet. ke-1, h. 20.
26
Dalam setiap produksi dibutuhkan komponen atau peralatan yang harus sudah tersedia sebelum produksi berlangsung. Penanganan dan penggunaan peralatan produksi memerlukan pengetahuan, pengalaman. Beberapa peralatan penting tersebut antara lain, kamera, lighting, audio, Video Tape Recorder (VTR), Visual effect, Production Control Room. Ada dua model produksi, diantaranya: a. Produksi Lapangan, yaitu proses produksi yang dilakukan diluar studio, diantaranya adalah: 1) ENG (Electronic News
Gathering)
yaitu
produksi
berita
elektronik. 2) Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan peralatan yang mudah dibawa (portable) misalnya: kamera dengan VCR portable dan satu microphone, dengan crew seorang juru kamera disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai reporter. 3) EEP (Electronic Field Production), yaitu produksi lapangan elektronik. Sama dengan ENG, hanya saja jenis program yang diproduksi adalah documenter dan sinetron. 4) MCR (Multi Camera Remote), yaitu produksi lapangan dengan mempergunakan kamera lebih dari satu, dengan dibantu peralatan lain seperti switcher, tv monitor, sound audio sistem. Produksi yang direkam adalah sinetron, musik, olahraga, dan lain sebagainya.
27
b. Produksi Studio seperti: 1) LIVE, program ini disiarkan secara langsung, tahap produksi merupakan tahap akhir dalam suatu proses, kebanyakan programprogram berita, olahraga, upacara kenegaraan yang disiarkan secara langsung/LIVE dilakukan karena mengandung unsur-unsur akualitas. Dengan demikian tidak dilakukan rekaman. Live memerlukan persiapan yang matang dan lebih sulit dari pada rekaman. 2) VIDEO TAPING, merupakan sistem siaran yang menayangkan paket acara yang telah diproduksi sebelumnya misalnya film atau sinetron dan juga iklan, sistem ini menggunakan komputer yang berfungsi sebagai traffic. Program ini direkam dengan video atau video cassette. 3) LIVE ON TAPE, produksi yang berlangsung terus tanpa berhenti sampai akhir program, editing hanya dalam hal-hal khusus (insert editing). Jadi produksi dapat dikatakan bahwa seluruh kehiatan liputan (shooting) baik di dalam studio maupun diluar studio, baik dari tahap set up dan rehearsal sampai general rehearsal. Produksi ada juga yang secara record disebut taping. Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shot yang akan diambil didalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shot atau time code pada akhir pengambilan adegan, kode waktu (time code) adalah nomor yang ada di pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam
28
dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing.20 3. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penayangan) Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan/shooting/ taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Pasca produksi memiliki tiga langkah utama yaitu editing offline, editing online, and mixing, disini akan dijelaskan mengenai ketiga langkah tersebut yaitu: a. Editing Offline Setelah shooting selesai, seorang editor mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya lebih murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synosis
dan treatment.
Sesudah hasil editing offlinedirasa sudah baik barulah editing script. Naskah editingini sudah dilengkapi dengan susunan untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor untuk dibuat online. Kaset VHS hasil shooting dipergunakan sebagai pedoman oleh editor. 20
Departemen Program TVRI, Standart Operating Procedure Production. (Yogyakarta: PT TVRI, 2008).
29
b. Editing Online Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukan dengan level yang sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut denga mixing. c. Mixing Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing keseimbangan antara sound effect suara asli, suara narasi dan suara musik
harus
dibuat
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
saling
mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post production sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Dalam preview tidak ada lagi yang harus diperbaiki. Apabila semua sudah siap maka program ini sudah siap untuk ditayangkan. Penayangan program televisi dibatasi oleh frame waktu. Oleh karena itu dalam hal ini juga perlu diperhatikan, apabila program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong ditempat yang tidak mengganggu kontinuitas program.21
21
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, h. 22-24.
30
4. Evaluasi Program Televisi Evaluasi disini mempunyai dua maksud yaitu: a. Evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program ini bisa dianggap baik menurut sasaran. b. Evaluasi intruksional, disini tidak dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan audiens dalam memahami program yang diselenggarakan. Produksi siaran yang sudah ditayangkan harus dievaluasi apakah tayangan tersebut diminati oleh penonton. Apakah penempatan waktu penyiaran sesuai untuk ditonton orang banyak. Apakah kualitas penggarapan memenuhi standar penyiaran yang berlaku. Apakah penulis cerita, pemain, dan sutradara dapat mengikat penonton. Apakah biaya produksinya dapat menjadi ukuran bagi pembiayaan dalam produksiproduksi sejenis mendatang. Secara rinci tahapan evaluasi dapat dilihat sebagai berikut: a. Setiap judul produksi di copy, diusahakan hasil copy sama dengan master copy yang ditayangkan. b. Hasil copy itulah yang dijadikan bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan dua kali, yaitu: 1) Evaluasi produksi sebelum disiarkan (penekanan pada isi, kualitas, suara dan gambar, sehingga bisa dimasukan kedalam kategori periode quality control),
31
2) Evaluasi ini dilakukan sesudah acara disiarkan, pada evaluasi tahap kedua ini dilibatkan orang ketiga seperti human resource development
(HRD)
atau
sumber
daya
manusia,
bagian
sales/marketing, temasuk juga pendapat-pendapat dari luar termuat dimedia massa dan umumnya penonton. c. Pendapat-pendapat dan berbagai pandangan itu hendaknya ditampung penata program dan bagian produksi untuk dijadikan bahan pertimbangan perbaikan produksi mendatang. d. Pendapat dan pandangan itu dicatat, tetapi tidak perlu dibuat laporan kerja dengan susunan kalimat berkepanjangan. e. Pendapat dan pandangan tersebut mungkin sangat pedas. Adapun sifatnya pendapat dan pandangan tersebut harus dijadikan masukan bagi kerja berikutnya. Apapun isi pendapat yang muncul, pasti ada baiknya, membiasakan memperhatikan pendapat orang lain, selain merupakankepedulian untuk memiliki produk yang sudah dikerjakan.22 Mengenai penelitian terhadap respons dari khalayak maka pokokpokok yang dinilai (evaluasikan) adalah: a. Bagaimana sifat respons itu = lunak, menyenangkan atau berupa kritikan. b. Apakah
respons
tersebut
menguntungkan
atau
tidak,
disampaikansecara resmi atau tidak. c. Apakah respon itu menunjukan bahwa publik atau khalayak, menaruh perhatian atas masalah yang dikemukakan dalam pesan. 22
RM, Soenarto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: IKL, Press, 2007), cet. ke-1, h. 77-78.
32
d. Apakah
respons
memberi
kesimpulan
bahwa
dipahami
oleh
komunikasi. e. Adapun evaluasi mengenai berhasil tidaknya suatu pesan yang telah dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan Reader Interest Study and Readubility Test. Kemungkinan lain untuk mengukur ekeftifitas suatu pesan adalah dengan radio dan televisi Audience Research serta Programme Analysis Test.23
23
Phil Astrid S, Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rindang Mukti, 1997), cet. ke-2, h. 157.
BAB III GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA RELIGI
1. Gambaran Umum TVRI A. Sejarah dan Perkembangan TVRI Kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional. Keputusan yang memiliki wawasan jauh kedepan ini, bermula dengan lahirnya ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, yang menyebutkan pada Bab I, Pasal 18, bahwa pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap pertama dibatasi pada tempattempat yang ada pada universitas di Indonesia. Keputusan ini segera disusul dengan diterbitkannya SK Menpen No. 20/SK/M/61 tertanggal 25 Juli 1961 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Televisi disingkat P2TV. Kepmenpen ini berlaku surut mulai 1 Juli 1961.1 Gagasan konkrit televisi di Indonesia dilahirkan setelah Pemerintah memutuskan pada tahun 1962 untuk memasukan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asean Games IV, di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games pada 25 Juli 1961. Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal sebagai berikut:
1
Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, (Jakarta, Penerbit Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-1, h. 30.
33
34
1. Membangun studio di eks Akademi Penerangan (AKPEN) di Senayan (TVRI sekarang). 2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower (menara) setinggi 80 Meter. 3. Mempersiapkan software (program) dan tenaga manusia (SDM). TVRI sendiri mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt pada 17 Agustus. Sementara TVRI mulai mengudara pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asean Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno pada 24 Agustus 1962. Pada 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan pimpinan umum Presiden RI. Pada 17 Agustus 1962, kerabat kerja pertama TVRI, di bawah produser pelaksana Soeparto, dan produser merangkap Director (pengarah acara) Victor Que (keduanya memperoleh pendidikan singkat di TV luar negeri, Jepang dan London). Siaran percobaan dilangsungkan dari halaman Istana Merdeka, dengan acara tunggal peringatan HUT XVII Proklamasi RI. Nama-nama kerabat kerja yang terlibatantara lain: Rais Baheramsyah, Anwar Nurin, Rustamaji, dan Arijono (sebagai Field director/FD), Alex Leo Zulkarnain, Kadiono, Sastroharjo (reporter), Bugel Supardi (Switcher), B. Sarojo, R.M. Hartoko, T. Johardin, Amar, Sunarto, Budi Sutarjo, dan F.A.
35
Sumampow (kamerawan elektronik), Atmoko (pengarah acara studio), J. Soemarsono, Saroso, Manalu, Saari, Witomo dan Soetipjo. Keberhasilan kerja keras para teknisi Indonesia dan Jepang ini juga menandai berakhirnya tugas P2TV sebagai langkah awal yang mengantar TVRI melaksanakan siaran. Keesokan harinya, pada 24 Agustus 1962, tugastugas P2TV telah beralih ke Biro Radio dan Televisi Organizing Committee Asian Games IV.2 Pembangunan stasiun penyiaran TVRI sendiri dimulai pada 1964; dengan perlahan-lahan merintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah, yang dimulai dari TVRI stasiun Yogyakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang, Manado, Denpasar dan Balikpapan (bantuan pertamina). Sedangkan pembangunan stasiun produksi keliling dimulai pada 1977. Secara bertahap, di beberapa ibukota provinsi dibentuklah stasiun-stasiun Produksi keliling atau SPK. Yang berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah. SPK itu terdiri dari perwakilan wilayah Jayapura, Ambon, Kupang, Malang (tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI stasiun Surabaya), Semarang, Bandung. Banjarmasin, Pontianak, Banda Aceh, Jambi, Padang, dan Lampung. Perkembangan status TVRI terjadi pada Era Orde Baru, tahun 1974. TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan, yang diberi status “Direktorat”, yang langsung bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemen
2
Ibid h. 33
36
Penerangan Republik Indonesia. Perkembangan TVRI di Era Reformasi, Juni 2000, dimulai dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI. Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah no. 9 tahun 2002, sehingga status TVRI pun diubah. Maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun, jika mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002, yang menyebutkan bahwa TVRI berbentuk Persero atau PT. Melalui persero ini, pemerintah mengharapkan direksi TVRI dapat melakukan pembenahan-pembenahan baik di bidang manajemen, struktur, organisasi, SDM, maupun keuangan. Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui perjalanan panjang dan mempunyai peran steategis dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan bangsa. Sementara perkembangan TVRI saat ini, yaitu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-44 (24 Agustus 2006), TVRI resmi menjadi lembaga penyiaran publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial. Sementara, perubahan-perubahan status TVRI sendiri dilatarbelakangi oleh kepentingan politik dari pihak yang berkuasa pada saat itu, dimana perubahan tersebut tidak berpengaruh banyak kepada pegawai maupun program-program TVRI karena mereka mendapatkan anggran Negara, yakni APBN.
37
B. TVRI pada Era Orde Baru Tahun (1974), TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik Indonesia. Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah menyampaikan informasi tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat dan pada waktu yang bersamaan menciptakan ''two-way traffic'' (lalu lintas dua jalur) dari rakyat untuk pemerintah selama tidak mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah. Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan programprogramnya adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera, yang bertujuan agar tiap warga Indonesia mengenyam kesejahteraan lahiriah dan mental spiritual. Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta programnya harus dapat diterjemahkan melalui siaran-siaran dari studio-studio TVRI yang berkedudukan di ibukota maupun daerah dengan cepat, tepat dan baik. Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah harus meletakkan tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI menjadi suatu ''well-integrated mass media'' (media massa yang terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.3 Tahun
(1975),
dikeluarkan
SK
Menpen
No.
55
Bahan
siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai
3
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia(TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org.
38
Yayasan Televisi Republik Indonesia juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi. C. TVRI pada Era Reformasi Bulan Juni Tahun 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI. Bulan Oktober tahun 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN untuk urusan organisasi dan Kementerian Keuangan Indonesia, Departemen Keuangan Republik Indonesia untuk urusan keuangan. Tanggal 17 April tahun 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara Indonesia/Kementerian Negara BUMN. Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang
39
sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1 Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan UHF, setelah selesainya dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor pada 18 Mei 2002 dengan kekuatan 80 Kw. Kota-kota yang telah menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan, selain beberapa kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur. TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB dengan substansi acara bersifat informatif, edukatif dan entertain. D. TVRI Masa Sekarang Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV Publik sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi selama tiga tahun dengan mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002 dimana disebutkan TVRI berbentuk Persero atau PT.
40
Melalui Persero ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI dapat melakukan pembenahan-pembenahan baik di bidang Manajemen, Struktur Organisasi, SDM dan Keuangan. Sehubungan dengan itu Direksi TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui restrukturisasi, pembenahan di bidang Marketing dan Programing, mengingat sikap mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih mengacu pada status Perjan yang kurang memiliki nilai jual. Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi akan diketahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, berdasarkan kemampuan masing-masing individu karyawan untuk mengisi fungsi-fungsi yang ada dalam struktur organisasi sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk mengisi fungsi tersebut di atas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari tenaga profesional dari luar atau dapat memanfaatkan sumberdaya TVRI yang tersedia. Dalam bentuk Persero selama masa transisi ini, TVRI benar-benar diuji untuk belajar mandiri dengan menggali dana dari berbagai sumber antara lain dalam bentuk kerjasama dengan pihak luar baik swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan profesionalisme karyawan.Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan TVRI akan dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh undang-undang penyiaran yaitu sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang jelas.4
4
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org.
41
Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei 2003 yang lalu, TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar stasiun relay TVRI sebanyak 376 buah, yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui perjalanan panjang dan mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-44. Pada 24 Agustus 2006, TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik. E. Stasiun-stasiun TVRI Stasiun Pusat TVRI berada di Jakarta, dan TVRI memiliki stasiun relay pada sejumlah kota di Indonesia. Selain TVRI Stasiun Pusat Jakarta, juga terdapat TVRI Stasiun Daerah pada beberapa ibukota provinsi di Indonesia. TVRI Stasiun Daerah selain merelay TVRI Jakarta, juga memiliki acara yang bersifat lokal (termasuk Berita Daerah) pada jam-jam tertentu. TVRI Stasiun Daerah pada umumnya juga direlay oleh stasiun relay di wilayah provinsi tersebut. F. Visi dan Misi 1. Visi Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional. 2. Misi a. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus kontrol sosial yang dinamis.
42
b. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama. c. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. d. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara di dunia Internasional. 5
G. Logo-logo TVRI 1.
Logo pertama TVRI (24 Agustus 1962-24 Agustus 1974).
2.
Logo kedua TVRI (24 Agustus 1974-24 Agustus 1982).
3.
Logo ketiga TVRI (24 Agustus 1982-23 Agustus 1999).
4.
Logo keempat TVRI (24 Agustus 1999-31 Juli 2001).
5
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org.
43
5.
Logo kelima TVRI (1 Agustus 2001-1 Agustus 2003).
6.
Logo keenam TVRI (1 Agustus 2003-30 Maret 2007).
7.
Logo ketujuh TVRI (sejak 1 April 2007) sampai sekarang.
Pergantian logo-logo TVRI di atas sudah terjadi sejak tahun 1962. Pergantian
logo-logo
tersebut
dilatarbelakangi
dengan
bergantinya
kepemimpinan di TVRI, dimana ketika kepimpinan di TVRI berubah maka semua peraturan dan hal-hal yang berkaitan dengan TVRI berubah termasuk perubahan logo untuk pembaharuan TVRI sendiri sesuai dengan kebijakan redaksi pada saat itu.6 Pada logo yang terdapat pada TVRI pada saat ini yaitu tertanggal 16 April 2007- sekarang, arti simbolis dari bentuk logo tersebut menggambarkan “layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan, dan dinamis. Yang mengandung 5 (lima) layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu: 1. Memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
6
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org.
44
2. Membawa perubahan kearah yang lebih sempurna. 3. Merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia. 4. Merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri dari atas ribuan pulau. 5. Menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat.7
H. Perkembangan Siaran Keagamaan TVRI Dalam menayangkan acara-acaranya yang bersifat informatif, secara kuantitas persentase yang dikomunikasikan TVRI realtif dominan. Karena TVRI secara struktural merupakan badan yang dikelola Departemen Penerangan RI. Oleh karena sistemnya demikian, maka para komunikator TVRI dalam melaksanakan misinya menurut teori komunikasi menggunakan model agenda setting. Acara-acara Religi di TVRI 1. Tele Dakwah 2. Hikmah Pagi 3. Wisata Religi 4. Mimbar Rohani Agama Kristen 5. Mimbar Rohani Agama Katolik 6. Mimbar Rohani Agama Buddha
7
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org
45
7. Mimbar Rohani Agama Hindu 8. Lintas Agama 9. Percik Perenungan 10. Gereja Tiberias Indonesia 11. Salat Jumat dari Masjid Istiqlal Jakarta
I. Program-program TVRI TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik manganut konsep pendidikan menyeluruh atau umum (general education) agar pemirsa bisa menikmati berbagai program baik pendidikan, berita, maupun hiburan. Sebagai salah satu stasiun yang ada di Indonesia dan bisa dikatakan sebagai milik negara yang diatur oleh pemerintah, TVRI mempunyai beberapa program siaran yang tidak kalah bagusnya dari televisis swasta. Strategi TVRI sendiri adalah mencari dan memberikan sesuatu yang berbeda untuk pemirsa dengan memberikan program yang memberikan informasi tentang keindonesiaan dan kedaerahan yang berorientasi untuk keutuhan bangsa dan Negara. Program-program yang disiarkan di TVRI umumnya bersifat informasi, hiburan, dan pendidikan, antara lain: program berita, drama, musik, kuis, pendidikan, agama Islam, dan olahraga. Presentase dari program yang disiarkan sendiri, yakni 40% untuk program berita dan 60% untuk program hiburan.8 TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB, dengan substansi acara bersifat
8
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org
46
informatif, edukatif, dan entertain. Target market melebar menjadi anak-anak, anak muda, dan keluarga. Motto TVRI pada awalnya adalah ''Menjalin Persatuan dan Kesatuan'', dan pada tahun 2001, mottonya berubah menjadi ''Makin Dekat di Hati'' J. Struktur Organisasi TVRI Struktur organisasi TVRI pusat sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI
DE WA N P EN G AW AS
DIR EK TU R UTA MA
D IRE K TO RA T PR O G RA M D AN B ER ITA
D IR EK TO R AT KE U AN G AN
D IRE K TO RA T TE K NIK
SA TU AN PE NG A WA SA N IN TE RN
DI RE KTO R AT U MUM
P US AT P EN D IDIK A N D A N P ELA TIH AN
DIR E KTO R AT PEN G EMB A G AN D AN U SA H A
PU SAT PE NE LITIA N DA N PEN G EMB A NG A N
Gambar 3. 1. Direktur
utama;
berfungsi
sebagai
memimpin,
mengatur,
dan
mengkoordinasikan tugas anggota direksi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk melaksanakan fungsi yang dimaksud, direktur utama dibantu oleh satuan pengawas, sekretariat perusahaan, dan tenaga ahli.
47
2. Direktorat Berita; dipimpin oleh yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan dan menyelenggarakan kegiatan dibidang berita. Direktorat berita terdiri dari bidang pemberitaan, bidang produksi, sekretariat, dan kelompok fungsional. Dibawah ini merupakan fungsi dari direktur berita antara lain: a. Menetapkan kebijakan dibidang produksi dan penyiaran acara pemberitaan. b. Menetapkan kebijakan dibidang produksi dan dokumentasi acara pemberitaan. c. Mengkoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan produksi dan siaran berita dilingkungan TVRI. 3. Direktorat Program; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang siaran, bidang produksi, bidang pemasaran dan penjualan, sekretariat, dan kelompok fungsional. 4. Direktorat Teknik; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang teknik. Direktorat teknik terdiri dari: bidang teknik transmisi dan prasarana, bidang teknik produksi dan penyiaran, bidang kerjasama teknik dan teknologi informasi, sekretariat, dan kelompok fungsional. Untuk menyelenggarakan tugas, direktorat teknik berfungsi sebagai: a. Merencanakan,
mengendalikan,
peralatan teknik dan prasarana.
dan
mengevaluasi
pengadaan
48
b. Merencanakan,
mengendalikan,
dan
mengevaluasi
kegiatan
operasional dan penggunaan peralatan teknik. c. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pemeliharaan peralatan teknik. d. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pengembangan peralatan teknik. e. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi SDM teknik. f. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kerjasama teknik dengan berbagai pihak. 5. Direktorat Keuangan; dipimpin oleh direktur yang menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan keuangan. Direktorat keuangan terdiri dari: bidang anggaran, bidang keuangan, dan investasi, bidang akuntasi dan perpajakan, sekretariat, dan kelompok fungsional. Untuk menyelenggrakan tugas tersebut direktorat keuangan mempunyai tugas sebagai: a. Merencanakan anggaran TVRI meliputi anggaran program, non program, permodalan, dan investasi. b. Merencanakn dan mengusulkan sumber dana untuk pengelolaan kegiatan operasional perusahaan. c. Merencanakan jasa konsultasi dibidang keuangan. d. Merencanakan pengelolaan anggaran kas dan modal kerja perusahaan, termasuk pengelolaan hutang dan piutang perusahaan.
49
e. Melaksanakan analisis anggaran, keuangan, dan laporan keuangan. f. Mengendalikan dan mengevaluasi anggaran dan keuangan. 6. Direktoran umum; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang umum dan sumber daya manusia. Direktorat umum terdiri dari: bidang anggaran, bidang keuangan, dan investasi, bidang akuntasi dan perpajakan, sekretariat, dan kelompok fungsional. Direktorat umum mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Penetapan kebijaksanaan proses pengadaan barang, pengadaan jasa, dan pendistribusian. b. Penetapan kebijasanaan perkembangan, pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana umum serta pengadaan asset. c. Penetapan, pengelolaan SDM. d. Pembinaan kegiatan bidang umum dan personalia seluruh satuan kerja dilingkungan TVRI. 7. Satuan Pengawas Intern; kepala satuan pengawasan intern bertugas melaksanakan pemeriksaan intern keuangan, dan pelaksanaannya pada TVRI, serta memberikan saran-saran perbaikan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud kepala satuan pengawas intern mempunyai fungsi yaitu: a. Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan dibidang keuangan dan operasional, meliputi rencana pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan khusus.
50
b. Mengkoordinasikan
pelaksanaan
pemeriksaan
untuk
mencegah
kerugian dari penyimpangan pelaksaan peraturan di bidang keuangan, operasional, dan penunjang operasional. c. Mengkoordinasikan pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai jadwal terhadap seluruh satuan kerja. d. Mengkoordinasikan permintaan laporan pelaksanaan tindak lanjut atas temuan pemeriksaan kepada satuan kerja terkait. 8. Kepala TVRI Stasiun Daerah; bertugas menetapkan kebijakan operasional penyiaran di
daerah
dan pemancarluasan
siaran nasional,
serta
mengkoordinasikan pengawasan pelaksanaannya sesuai kebijakan direksi. 9. TVRI Sektor Transmisi; bertugas melakukan pengoperasian dan perbaikan pemancar,
prasarana
melakukan
administrasi
keuangan,
serta
mengkoordinasikan pengawasan, pelaksanaan sesuai dengan kebijakan direksi. 10. Kepala Balai Diklat Kepala Pendidikan dan Pelatihan; bertugas merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi jasa pelatihan di bidang pertelevisian, serta jasa pemanfaatan fasilitas sarana produksi baik untuk kepentingan TVRI maupun untuk umum. Selain itu juga bertugas mengkoordinasikan pengawasan pelaksanaannya. 11. Sekretariat Perusahaan; dalam struktur PT. TVRI (persero) berada di antara direktur utama dan pengawasan direksi lainnya. Sekretariat perusahaan dipimpin oleh sekretaris. Ia berperan sebagai penghubung BOD, senior manajemen, dan pemegang saham.9
9
TVRI, Data Kepustakaan TVRI, (Jakarta: Jl. Gerbang Pemuda Senayan).
51
2. Gambaran Umum Program Acara Wisata Religi Tontonan yang disajikan melalui layar kaca saat ini semakin beragam. Tontonan tersebut dikemas dalam beragam program acara TV yang diharapkan pihak pengelola TV bisa diminati pemirsa TV. Sebagai pemirsa adalah sebuah keharusan untuk memilih deretan program TV yang tentunya yang dinilai patut dan layak untuk disimak. Khususnya, tontonan yang Islami dan memiliki identitas masyarakat timur yang sangat menjaga norma-norma kesusilaan dan kesopanan. Saat ini, Indonesia memiliki sebelas stasiun TV nasional, puluhan TV berbayar, dan ratusan TV lokal. TV-TV tersebut memiliki banyak program TV dengan durasi dan jam tayang yang beragam dan “berlomba” menarik pemirsa dengan konten yang tersaji dalam aneka program TV-nya. Saat menyimak deretan program acara harian dari sebelas TV nasional, umumnya hanya satu sampai dua jam saja durasi tayang untuk program Islami setiap harinya. Padahal, untuk TV nasional umumnya memiliki durasi tayang selama 24 jam. Terkecuali, Trans TV dan Trans 7 yang bersiaran sekitar 20-22 jam. Bahkan, TV lokal di Jakarta seperti JakTV dan B-Channel pun memiliki durasi siar 24 jam. Lalu, seperti apa “peta” tontonan Islami di televisi, khususnya TV nasional, Selama tujuh hari dalam seminggu, hampir setiap TV nasional menyiapkan program Islami. Bentuknya beragam, mulai dari tanya-jawab (talk show program yang menampilkan ustadz atau ustadzah, bisa lebih dari satu orang, untuk
52
membahas suatu tema atau topik tertentu. Program dengan format talk show biasanya dipandu oleh seorang moderator) yang merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, ceramah dengan selingan tanya jawab, hingga dikemas dalam format drama atau sinetron. Biasanya, saat hari-hari libur keagamaan, durasi program acara bernuansa Islami pun lebih marak bermunculan. Misalnya, saat peringatan Maulid, Isra Miraj, dan hari raya Idul Fitri dan Adha.Durasi siar acara atau program-program bernuansa Islami bakal semakin bertambah takkala Ramadhan tiba dan memang umumnya mampu menyedot perhatian. Sebagai TV nasional pertama, TVRI memiliki program acara Wisata Religi (05:00 WIB), Wisata Religi merupakan program acara feature yang dikemas secara menarik mengenai tempat-tempat sejarah Islam yang ada di Indonesia, Wisata Religi diadakan karena menganggap tempat-tempat sejarah atau tempat penyebaran agama Islam yang belum banyak diketahui masyarakat luas diulas secara tuntas, hal ini patut dikunjungi oleh para penganggum sejarah Islam dan masyarakat. Perkembangan infrastruktur yang semakin pesat, pertumbuhan gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti apartemen, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya yang berada ditengah pemukiman ternyata masih terdapat bangunan yang luput dari penglihatan warga Indonesia. Yang
melatarbelakangi
lahirnya
program
Wisata
Religi
ini
dikarenakan, untuk memberikan informasi-informasi seputar tempattempat sejarah Islam yang belum diketahui oleh masyarakat luas. Dalam produksi ini dikemas secara feature agar terlihat lebih menarik, ringan,
53
mudah dipahami, dan pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penonton atau khalayak. Dinamakan Wisata Religi karena latar belakang acara dan tayangannya yang dilakukan ditempat-tempat yang bernuansa wisata namun terdapat unsur rohani Islam. 3. Tujuan Program Wisata Religi a. Masyarakat lebih mengetahui keberadaan objek wisata bernuansa religi yang ada di Indonesia. b. Mendorong
masyarakat
untuk
mencintai
sejarah
Islam
dan
melestarikannya. c. Menambah pengetahuan tentang tempat-tempat sejarah Islam yang sebelumnya belum terekspose. 4. Target Audience a. Gender
: Perempuan dan Laki-laki.
b. Agama
: Islam.
c. Usia
: > 8 Tahun.
d. Pendidikan
: > SD.
e. Karakteristik
: Perkotaan dan Pedesaan.
5. Karakteristik Produksi a. Produksi : Single kamera. b. Lokasi
: Outdoor dan Indoor.
c. Durasi
: 30 Menit.
54
Tabel 1. Organisasi Pelaksanaan Program Wisata Religi Penanggung
- F. Kresna Sinulingga
Jawab - Badriansyah
Produser Eksekutif Pengarah Acara
- Ludwie Anggara Samodra M.I. - Suprapto Kom.
Kameramen
- Abdul Fikri - Aldo Pratama - Suryadi
Audio (teknik
direksi,
audio man) Host
- Julia
Editor
- Agung Setyawan - Doddy Hartanto
- Tri Gunawan
BAB IV ANALISIS PROGRAM WISATA RELIGI
A. Analisis Program Acara Wisata Religi di TVRI Stasiun televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Suasana kerja pada stasiun televisi terkadang penuh ketegangan, khususnya menjelang suatu program yang akan ditayangkan, sehingga diperlukan kesigapan dan kecepatan kerja karena dikejar-kejar tenggang waktu (deadline). Komunikasi yang cepat dan baik adalah hal yang vital dalam pemberitaan televisi.1 Untuk menciptakan sebuah program atau siaran, baik itu berita, drama dan non-drama diperlukan proses produksi melalui beberapa tahapan. Seperti yang telah dikemukakan di bab II, ada dua teori yang menjelaskan tahapan proses produksi, yakni J.B Wahyudi dan Fred Wibowo. Sedangkan teori yang penulis gunakan untuk menganalisis produksi program acara Wisata Religi adalah teori Fred Wibowo, yakni: 1. Pra Produksi (ide, perencanaan, dan persiapan) 2. Produksi (pelaksanaan) 3. Pasca Produksi (penyelesaian dan penayangan).2 Dalam
pelaksanaan
produksi
program
mempunyai
perbedaan,
persamaan dan karakteristik yang berbeda-beda. Wisata Religi adalah program acara feature yang dikemas secara menarik dan ringan, sehingga tidak sulit
1 2
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h. 9. Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 21.
55
56
untuk mengerti dan memahami acara dan tema apa yang sedang disajikan, karena diawal program acara Wisata Religi ini dijelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan acara ini, acara wisata religi ini sangat ringan sehingga sasaran audience nya pun tidak ada batasan umur, karakter dari acara Wisata Religi ini dalam setiap produksinya dapat menggunakan latar Indooratau Outdoor. Tempat atau latarnya biasanya berhubungan dengan tempat sejarah Islam yaitu seperti; Mesjid, Kuburan-kuburan orang shaleh, dan tempattempat yang dianggap bersejarah dalam penyebaran agama Islam.Hampir semua stasiun TV dan rata-rata menayangkan acara yang berhubungan dengan religi atau kehidupan sehari-hari, namun berbeda dari yang lainnya acara Wisata Religi yang di Produksi oleh TVRI ini dikemas secara berbeda dan jauh dari unsur-unsur yang berkaitan dengan SARA (suku, agama, dan ras) sehingga dari segi Gender, Usia, dan Pendidikan pun tidak dibatasi. Karakteristik yang paling menonjol dalam acara Wisata Religi yaitu mengangkat hal-hal yang unik dalam suatu tempat dan secara keseluruhan belum diketahui oleh masyarakat luar dan membuat semenarik mungkin agar pengguna media televisi dapat berperan aktif. Karena dikemas secara ringan, maka penonton atau audiens dalam program ini tidak dibatasi secara tingkatan umur. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa sasaran utama dari terbentuknya program Wisata Religi. Seperti pendapat diatas, maka produksi program Wisata Religi TVRI melalui 3 tahapan tersebut yakni:
57
1. Analisis Pra Produksi Program Wisata Religi Tahapan ini sangat penting sebab dalam proses produksi sebelum masuk dalam produksi, dilakukan perisiapan-persiapan yang matang agar proses produksi berjalan dengan baik. Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan dalam proses produksi program Wisata Religi adalah rapat tim produksi. rapat ini dilakukan rutin setiap minggu sekali dan setiap akan melakukan program produksi dari 1 minggu sebelumnya. Rapat tim produksi dihadiri oleh eksekutif produser, pengarah acara, dan pelaksana, rapat tim ini membicarakan produksi yang akan datang dan mengevaluasi program-program apa saja yang sudah tayang dengan membahas-membahas kekurangan/kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi pada produksi sebelumnya. Langkah selanjutnya menetapkan tempat atau lokasi yang menjadi sasaran Wisata Religi, membahas budget(biaya produksi), setelah itu menetukan tim-tim yang bertugas dalam produksi tersebut. Menurut Badriansyah selaku produser eksekutif sekaligus pelaksana Wisata Religi, dalam memilih tempat yang dianggap layak untuk dilakukan produksi dan disampaikan ke masyarakat. Nilai tempat tersebut harus memiliki nilai sejarah dan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada khalayak/penonton.3 Tahapan pra produksi ini meliputi tiga bagian; 3
Wawancara pribadi dengan Badriansyah, Eksekutif Produser Pelaksana Program Wisata Religi, Jakarta 31 Januari 2013.
58
a. Penemuan Ide, tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah sesudah riset. b. Perencanaan, tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan arti, lokasi dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati dan teliti. c. Persiapan, tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuat Setting meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal-hal yang bersifat pemikiran di atas kertas. Dalam produksi program televisi akan berakibat gagal.4 Dalam Proses Pra Pelaksanaan Produksi, terlebih dahulu Tim Kreatif melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Perencanan gagasan/ide Semua siaran televisi baik dari bentuk yang sederhana hingga yang rumit sekalipun, selalu didahului oleh sebuah gagasan atau ide. Dalam 4
Fred Wibowo, Dasar - Dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Cet. Ke-1, h.20.
59
menuangkan sebuah ide kedalam naskah harus memperhatikan faktor pemirsa dan waktu siaran, selera dan kebutuhan pemirsa agar apa yang disajikan dalam bentuk acara siaran dapat mencapai sasaran, serta pemilihan beberapa topik yang memang sedang banyak dibicarakan. Gagasan/ ide merupakan buah pikiran dari seseorang perencana acara siaran yakni seorang produser. Namun ide juga dapat timbul dari kerabat kerja lainnya. Program Wisata Religi sebelum melakukan proses produksi terlebih dahulu melakukan proses perencanaan dalam pembuatan suatu program, karena jika tidak melakukan perencanaan maka tidak akan diketahui apa yang akan dilakukan dan apa saja yang akan menjadi kekurangannya. Sebelum melaksanakan produksi maka crew yang bertugas untuk mencari lokasi dan tempat-tempat yang dianggap mengandung unsur sejarah Islam, setelah itu biasanya crew yang mencari lokasi tersebut bertanya dan mencari tahu dengan masyarakat sekitar tentang tempat tersebut, dan narasumber yang dianggap mengetahui secara keseluruhan tentang tempat tersebut, hal ini berfungsi agar ketika tayangan sudah ditayangkan ke televisi atau masyarakat luas, informasi yang diberikan itu benar dan sesuai fakta, tidak menambah atau mengurang-ngurangi suatu informasi yang sebenarnya. Dalam pencarian ide tentang tema materi yang akan menjadi topik dalam penayangan program, produser dan kerabat kerja perlu memperhatikan hal-hal dibawah ini:
60
1) Apakah tema tersebut cukup menarik 2) Tema tersebut merupapan hal yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat 3) Apa manfaat bagi khalayak dan apa dampaknya Ide yang telah didapat oleh produser dan berbagai element pruduksi lainnya, didiskusikan untuk dapat mengetahui kebutuhan sebuah produksi acara. Dan pada akhirnya ide dasar dapat diwujudkan menjadi program yang layak ditonton. b. Sasaran Program Remaja, anak-anak, dan keluarga merupakan sasaran utama dari terbentuknya program Wisata Religi karena ditayangkan pada hari minggu pagi dimulai pada pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 05.30 WIB. Hal ini dilakukan dengan harapan pada pukul 05.00 WIB remaja, anak-anak, dan keluarga sudah beraktivitas di pagi hari, maka program tersebut diharapkan dapat menemani keluarga pada saat santai tersebut. c. Tujuan Program Dalam perjalanannya wisata religi mempunyai tujuan yaitu dapat menambah wawasan kepada para penonton untuk mengetahui tempat bersejarah Islam yang ada di indonesia. Program ini mengagabungkan Ilmu Agama dengan Ilmu Pengetahuan, jadi disini umat Islam diajak mengulas dan mengetahui tentang tempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan sejarah Islam, wisata religi memiliki tujuan yang
61
paling utama yaitu mempelajari dan membuka wawasan dan mencerahkan karena sebagaimana kita ketahui pada zaman modern seperti sekarang ini banyak remaja dan anak-anak yang tidak tahu dan salah mengartikan tempat-tempat yang berkaitan dengan sejarah Islam. d. Garis-garis Besar Isi Program Dalam program Wisata Religi memiliki garis-garis besar yang akan menjadi isi program yaitu, informasi mengenai tempat-tempat yang dianggap memiliki nilai sejarah dalam Islam yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Program ini tayang pada hari minggu pada pukul 05.00 WIB – 05.30 WIB. Wisata Religi lahir dengan format feature, namun dibuat menarik, kreatif, dengan menampilkan latar / setting alur cerita yang mengambil gambar yang menarik. Dan membahasnya secara santai tidak formal. Dengan format religi dan format pengambilan gambarnya secara taping, pelaksanaan produksi program ini selalu melibatkan warga masyarakat sekitar yang berada tidak jauh dari sekitar wilayah tempat tersebut, masyarakat dilibatkan dalam rangka untuk mengetahui lebih dalam sejarah atau asal mula dari tempat tersebut. Namun tidak semua warga atau masyarakat diikutsertakan dalam produksi Wisata Religi tersebut, warga atau masyarakat yang dianggap memiliki pengetahuan lebih saja yang dilibatkan, biasa disebut dengan (sesepuh desa) atau narasumber bagi program Wisata Religi. Pelaksanaan produksi program Wisata Religi dilakukan diluar studio atau outdoor yang dimana tempat produksi dilaksanakan sesuai
62
dengan tema yang akan ditayangkan. Durasi pada tayangan secara keseluruhan adalah 30 menit dengan beberapa jeda. Ada beberapa tahap dalam pra produksi program Wisata Religi diantaranya: 1) Production Meeting, dalam program produksi Wisata Religi selalu melakukan rapat sebelum memulai proses pelaksanaan. Dalam production meeting ini beberapa divisi berkumpul mulai dari produser,
tim
membicarakan produksi
kreatif, dan
art
director,
membahas
dilaksanakan,
agar
cameramen,
persiapan-persiapan kekurangan
dalam
untuk sebelum
produksi
sebelumnya bisa diperbaiki. 2) Script atau Naskah, dalam program Wisata Religi script atau naskah penting agar supaya tidak ada kesalah pahaman antara host dengan
narasumber
dalam
membahas
materi
yang
akan
ditayangkan, dan tidak keluar dari materi pembahasan. 3) Membuat Rundown, rundown berisikan sebuah perencanaan, gambar, suara, dan durasi waktu. Semua dikemas dan disusun dalam urutan yang disesuaikan dengan nomor adegan dan keterangan dari setiap adegan yang dibutuhkan.5 Yang digunakan untuk keperluan shooting pada program Wisata Religi yang dibuat oleh tim kreatif. Masalah tema yang disajikan dikonfirmasikan terlebih dahulu kepada narasumber sehingga didapatkan tema yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
5
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), cet. Ke-3.
63
2. Analisis Pelaksanaan Produksi Program Wisata Religi Produksi pada televisi merupakan suatu proses kreatif
yang
melibatkan penggunaan peralatan-peralatan yang rumit dan koordinasi sekelompok
individu
yang
memiliki
kemampuan
tehnis
untuk
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada penonton. Pelaksanaan produksi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya pada pra produksi dengan menggunakan naskah atau roundow sebagai panduan. Ada beberapa hal yang harus benar-benar menjadi perhatian tim produksi. Program Wisata Religi dalam pelaksanaan produksi diantaranya: a. Materi Produksi Program Wisata Religi berawal dari ide yang ditentukan bersama antara produser dengan tim inti yang bertugas dalam proses produksi tersebut, lokasi atau tempat yang dilakukan produksi harus mengandung unsur Islam dan sejarahnya. Setelah itu bersama antara produser dan narasumber (masyarakat sekitar yang memberikan informasi) membentuk rundown sekaligus naskah yang sekiranya bisa menarik khalayak/masyarakat (penonton) b. Sarana dan Prasarana Sarana produksi yang menjadi penunjang terwujudnya sebuah ide agar menjadi sebuah program yang siap untuk ditayangkan, dengan diperhatikan kualitas alat sesuai dengan standart broadcastyang mampu menghasilkan suara secara baik, jika kualitas penunjangnya
64
terpenuhi maka proses produksi akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Sarana-sarana yang menunjang antara lain: 1) Kamera, dalam program Wisata Religi menggunakan 2 kamera ini dikarenakan
setting
gambarnya
berpindah-pindah
melaikan
diberbagai tempat pengambilan gambarnya. Karena produksi program
Wisata
Religi
diluar
studio/Outdoor
jadi
tidak
memerlukan banyak kamera. 2) CCU, (Camera Control Unit) alat pengontrol fungsinya dapat mengatur pencahayaan, tempratur warna, kecepatan. 3) VTR (Video Tape Recorder), alat yang digunakan untuk merekam hasil shooting. 4) Lighting, alat yang digunakan untuk pencahayaan dalam proses shooting. 5) Character Generator, merupakan alat yang digunakan untuk membuat serta menampilkan title, subtitle, serta grafik yang digunakan dalam produksi program Wisata Religi. Selain sarana yang digunakan sebagai penunjang, prasarana juga merupakan bagian dari produksi program Wisata Religi diantaranya: 1) Tempat Shooting, pelaksanaan produksi dilakukan sesuai dengan tema atau judul acara yang akan ditayangkan, dengan berbagai macam property yang disesuaikan. 2) Property, yaitu aksesoris yang menghiasi ruang shooting sehingga dapat menunjang proses produksi program.
65
3) Wardrobe/kostum, pakaian yang telah disediakan tim produksi, hal ini guna menunjang penampilan dari host maupun narasumber yang terlibat, agar terlihat lebih menarik di kamera. 4) Set up dan Reheasal, Set Up adalah yang bersifat teknis yang dilakukan oleh tim inti bersama anggota kerabat lainnya. Tugasnya mempersiapkan peralatan shooting, dan mempersiapkan tempat shooting yang sudah ditentukan. Rehearsal atau pelatihan bagi talent. Sedangkan untuk tim produksi untuk mengetahui seberapa jauh persiapan produksi. c. Biaya Produksi Setelah materi dan sarana, selanjutnya hal yang diperlukan dalam pelaksanaan produksi Wisata Religi adalah biaya produksi. Dalam proses produksi program Wisata Religi TVRI biaya produksi tergantung dari pengarahan kru, bensin, dan uang makan. Karena produksi program Wisata Religi ini menggunakan latar belakang Outdoor maka estimasi biaya sangat dan perlu diperhatikan untuk menghindari over budget. Hal ini sangat diperhatikan karena setiap lokasi berbeda-beda jarak, dan
kebutuhan lainnya. Dalam setiap
produksi Wisata Religi diberikan biaya sebesar 5 juta rupiah biaya tersebut harus digunakan secara maksimal dengan tidak melebihi budget yang telah ditentukan dan dalam penggunaan biaya. d. Organisasi Pelaksanaan Produksi Untuk organisasi pelaksanaan produksi program Wisata Religi sudah diungkapkan penulis pada gambaran umum TVRI dan program Wisata Religi. (pada tabel 1).
66
e. Tahap Pelaksanaan Produksi Pelaksanaan produksi program Wisata Religi dimulai dengan rapat tim yang bertugas, menentukan lokasi yang akan dilakukan produksi, mencari tahu tempat atau lokasi yang akan dilakukan shooting. Proses produksi Wisata Religi dalam setiap timnya hanya melibatkan 7-8 orang, hal ini karena produksinya menggunaan latar Outdoor tidak melibatkan banyak SDM, berbeda dengan produksi yang berlatar Indoor bisa melibatkan 30 orang bahkan lebih. Menurut Ludwie Anggara Samodra yang bertugas sebagai pengarah acara, ia juga bertanggung jawab dalam mencari, mengumpulkan, dan menghimpun yang memilik nilai informasi dan layak untuk di produksi dan di tonton oleh khalayak. 6 Dalam setiap produksi dibutuhkan komponen atau peralatan yang harus sudah tersedia sebelum proses produksi berlangsung. Penanganan
dan
penggunaan
peralatan
produksi
memerlukan
pengetahuan, pengalaman dan penghayatan atau seri yang baik. Beberapa peralatan penting tersebut seperti: Kamera, Lighting, Audio, Video Tape Recording (VTR), Visual Effects, dan Production Control . Lokasi Indoor maupun lokasi Outdoor, baik dari tahap set up atau rehearsal sampai general rehearsal.7Proses produksi juga ada yang secara record yang disebut taping (siaran tunda).
6
Wawancara pribadi dengan Ludwie Anggara Samodra, Pengarah Acara Program Wisata Religi, Jakarta, 31 Januari 2013. 7 Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure Produksi, Jakarta, PT. TVRI, 2008.
67
Dalam pelaksanaan proses produksi ini, sutradara menentukan jenis shot yang akan diambil didalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shot atau tine code pada akhir pengambilan adegan, kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu dihidupkan ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya hasil shooting dikontrol setiap diakhir proses produksi hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sudah cukup baik apa belum baik. Apabila tidak cukup baik maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya sampai dianggap baik dan maksimal. Setelah adegan dalam naskah selesai diambil, maka hasil gambar asli (original material or row footage) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses (post production) yaitu editing. Wisata Religi pelaksanaan produksinya tidak dilakukan dengan live melainkan dengan menggunakan taping (siaran tunda). Selama pelaksanaan produksi program ini terbagi 5 segmen diselingi dengan beberapa iklan, berhubung TVRI merupakan TV pemerintah maka iklan yang ditayangkan lebih kepada layanan masyarakat atau acaraacara seputaran TVRI saja. Dalam rundown terdapat beberapa susunan program Wisata Religi yang akan diproduksi antara lain: pertama diawali dengan menampilkan latar tempat tema yang diangkat setelah itu Opening atau pembukaan oleh host (pembawa acara) dilanjutkan
68
dengan gambar-gambar atau cuplikan tentang tema yang akan ditayangkan.Dilanjutkan dengan mengelilingi tempat atau latar produksi yang dianggap memiliki nilai sejarah dan menanyakan dengan narasumber bagaimana dan asal mula dari tempat tersebut, setelah itu diselingi sekitar 3-5 menit iklan, diulang-ulang dengan terus mengeliling tempat tersebut diemani dengan narasumber yang terus menginformasikan. Dalam program Wisata Religi seorang produser selalu memantau perjalanan pelaksanaan produksi, secara keseluruhan seorang produser berperan sebagai pengawas kerja tim produksi dan tim
kreatif
agar
tidak
terjadi
kesalahan
dalam
pelaksanaan
produksinya. Supaya selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan produksi ini memiliki perbedaan dengan programprogram lain karena ketika shooting berlangsung antara host dan narasumber berimprovisasi maksudnya disini yaitu tetap mengikuti tema yang sudah dibuat berdasarkan naskah namun tidak terlalu terpaku, hal ini membuat suasana antara narasumber dan host lebih hangat dan tidak kaku dan berjalan seperti apa adanya tanpa dibuat-buat. Hal ini yang membuat program Wisata Religi berbeda dari program-program lainnya. 3. Analisis Pasca Produksi Program Wisata Religi Tahapan
pada
proses
pasca
produksi
merupakan
tahap
penyelesaian dan mengemas tayangan setelah peliputan/shooting/taping.
69
Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah proses produksi sampai materi selesai dan siap ditayangkan atau diputar kembali. Pelaksanaan pasca produksi melibatkan editor yang bekerjasama dengan tim yang terlibat. Menurut Badriansyah, editor mempunyai tugas dan kewajiban memotong, memilah, dan memanipulasi gambar. Selain itu, seorang editor harus mengetahui seorang editor harus mengetahui aturan yang berlaku dalam program produksi, dimana ia bertugas menyeleksi gambar-gambar yang tidak layak tayang. Editor merupakan penyaring terakhir gambar dan menyelaraskan gambar agar tidak berlawanan (jumping shot).8 Pasca produksi memiliki tiga langkah seperti: a. Editing Offline b. Editing Online c. Mixing Dalam program produksi Wisata Religi memiliki beberapa tahapan-tahapan setelah produksi yang biasa disebut pasca produksi, pasca produksi dalam program ini yang utama adalah proses editing dimana dalam proses ini seorang editor harus mempunyai sikap dan berani untuk menolak gambar-gambar yang diminta oleh reporter atau tim lainnya yang terlibat ternyata tidak layak untuk disiarkan mengingat kualitas cahaya, gambar, dan tidak memenuhi syarat, disini dilakukan beberapa prosedur antara lain: 8
Wawancara pribadi dengan Badriansyah, selaku Produser Program Wisata Religi, Jakarta 31 Januari 2013.
70
a. Prosedur pertama ini adalah memindahkan gambar hasil proses shooting ke komputer, setelah itu membantu proses merekam suara narasai (dubbing) lalu memilih backsound apa yang digunakan dalam program yang ingin ditayangkan dan sesuai dengan tayangannya. b. Setelah prosedur pertama dilakukan maka prosedur selanjutnya adalah, menyatukan gambar, suara narasi, backsound, credit title, sedemikian rupa sehingga terihat dan terdengar baik dan tidak saling mengganggu antara suara dan gambar. Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan produksi program Wisata Religi: a. Kamera (alat penangkap gambar) b. Lighting (alat pencahayaan) c. Sound (alat penangkap suara) d. VTR (Video Tape Recorder) Dalam program Wisata Religi pasca produksi karena acara Wisata Religi tidak ditayangkan secara langsung melainkan dengan taping maka dalam 1 episode dapat dilakukan editingselama 2 hari, dalam proses editing ini dilakukan pemulihan gambar, pemotongan durasi agar tidak terjadi over durasi, selain itu dipilih lagi mana yang layak ditayangkan dan tidak layak ditayangkan. Selanjutnya membuat subtitle, mixing, dan efekefek sehingga terlihat semenarik mungkin.
71
4. Analisis Evaluasi Produksi Wisata Religi Evaluasi disini mempunyai dua maksud yaitu: a. Maksud yang pertama ialah, evaluasi program ini bertujuan untuk menilai seberapa jauh program ini bisa dianggap baik menurut sasaran. b. Maksud yang kedua ialah, evaluasi intruksional, evaluasi ini tidak dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah memampuan audiens dalam memahami program yang diselenggarakan. Produksi siaran yang sudah ditayangkan harus dievaluasi apakah tayangan tersebut diminati penonton. Apakah penempatan waktu penyiaran sesuai untuk ditonton orang banyak. Apakah kualitas penggarapan memenuhi standar penyiaran yang berlaku. Apakah penulis cerita, pemain, dan sutradara mengikat penonton. Apakah biaya produksinya dapat menjadi ukuran bagi pembiayaan dalam produksiproduksi sejenis mendatang. Evaluasi ini menjadi sangat penting karena merupakan bagian terakhir dari rangkaian tim produksi program Wisata Religi. Evaluasi program Wisata Religi ini dilakukan setelah shooting selesai dilakukan. Tujuan dilakukannya evaluasi dalam program ini agar dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam pelaksanaan program Wisata Religi. Dengan adanya evaluasi ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran-pembelajaran apabila ada hal-hal yang dianggap kekurangan dalam produksi setelah program ini ditampilkan.
72
B. Proses Produksi Program Wisata Religi Pada Tayangan “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal Muasal Kampung Arab di Cisarua Bogor-Puncak”. 1. Pra Produksi Langkah awal pra-produksi “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal Muasal Kampung Arab di Cisarua Bogor-Puncak”, adalah mengadakan rapat tim produksi dimulai dengan menentukan lokasi atau tempat yang akan dilakukan produksi/shooting, kemudian sebelum mengadakan produksi tim atau kru yang bertugas mendatangi tempat tersebut, mendatangi tempat tersebut dan mencari informasi kepada orang yang dipercaya dan mengetahui tentang tempat tersebut. “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal Muasal Kampung Arab di Cisarua Puncak Bogor”, dipilih karena terdapat banyak informasi di dalamnya, yang ingin mengetahui asal muasal keberadaan orang-orang Arab di Cisarua Bogor yang disebut sebagai “Kampung Arab”. Dan “Asal muasal kampung Arab di Cisarua Bogor”, kampung Arab ini berada daerah Cisarua Puncak Bogor alasan tim Wisata Religi melakukan produksi disini menurut produser Badriansyah karena banyak ketertarikan ketika orang-orang mengadakan liburan atau weekend ke daerah puncak maka tidak jauh dari taman safari sekitar 500 meter hampir semua toko-toko didaerah sana bertuliskan tulisan Arab, dan banyak orang Arab yang lalu lalang.
73
2. Produksi Pada tahap produksi ini dimulai dengan menentukan materi, sarana produksi, biaya produksi, tim yang bertugas, dan pelaksanaan produksi. Materi produksi untuk program Wisata Religi diperoleh dari tim dan narasumber sekitar tempat tersebut, biaya produksi pada program Produksi Wisata Religi memerlukan dana yang tidak terlalu banyak, karena Wisata Religi merupakan produksi yang terbilang simple. Pada proses produksi ini tim melakukan shootingmembahas sejarah berdirinya masjid Atta’awun dan Asal Muasal Kampung Arab. Sejarah singkat berdirinya Masjid Atta’awun, Masjid yang dibangun pada tahun 1997 ini, dikelola oleh Yayasan Dharma Bhakti dan pembangunannya diprakarsai oleh R. Nuriana, Gubernur Jawa Barat saat itu. Arsitektur masjid tampak unik dan terlihat kokoh. Interior dalam masjid berlantai tiga ini juga terlihat luas dan indah, dindingnya didominasi kaca tembus pandang. Bila berada di dalam masjid, kita bisa melihat pemandangan luar. Tampak hamparan kebun teh yang luas. Sedangkan kalau kita melihat dari luar, kubah masjid ini terlihat menyerupai jamur, yang menurut salah satu pengurus masjid, asitektur kubah yang menyerupai jamur ini merupakan hasil kesepakatan bersama. Karena selain masjid ini berada di daerah dingin juga karena bentuk jamur itu sendiri seperti payung, yang berarti memayungi dan melindungi. Asal-muasal Kampung Arab di Cisarua Bogor-Puncak, ada sebuah desa yang terkenal dengan sebutan "Kampung Arab". Kampung itu nama
74
aslinya adalah Kampung Sampay, Desa Tugu Selatan, Cisarua. Sepanjang jalan sekitar 2,3 kilo meter menuju desa tersebut, terdapat bangunan berupa vila yang sering dijadikan lelaki Arab sebagai tempat singgah. Di vila itu, biasanya pria Arab tinggal dengan seorang perempuan lokal yang telah dikawin kontrak. Sebagian ada yang mengaku akan berpindah kewarganegaraan untuk mencari nafkah, ada juga karena merasa terancam di negara nya, dan banyak faktor yang mengakibatkan banyaknya warga negara Arab yang tinggal di Cisarua Bogor-Puncak. 3. Pasca Produksi Pada tahap pasca produksi ini dimulai dengan memindahkan gambar hasil proses shooting ke komputer dan melakukan editing online, setelah itu membantu proses merekam suara narasai (dubbing) lalu memilih backsound selanjutnya adalah, menyatukan gambar, suara narasi, backsound, credit title, agar terlihat serasi antara gambar dan suara, setelah semua pengeditan selesai selanjutntya produser melakukan review hal ini dimaksudkan agar tidak ada kesalahan dalam penayangan atau kekurangan-kekurangan yang dianggap belum maksimal oleh tim produksi, sebelum program Wisata Religi ini ditayangkan kepada khalayak tim harus me review beberapa kali. Setelah semuanya dianggap telah sempurna baik antara kualitas gambar, suara, dubbing, mixing, baru setelah itu akan ditayangkan kepada khalayak/masyarakat.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta berdasarkan observasi dan wawancara oleh tim produksi Wisata Religi guna mendapatkan jawaban atas rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain: Sebelum melakukan Proses produksi, produksi program Wisata Religi ini Untuk menghasilkan sebuah tayangan yang membahas tentang “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal-Muasal Kampung Arab di Cisarua Puncak Bogor”. Tim produksi ini harus melalui beberapa tahapan seperti: 1. Pra Produksi meliputi: Rapat tim produksi Pencarian lokasi, menentukan tema, menentukan sudut pandang, mengumpulkan data-data, menentukan narasumber, mempersiapakan pertanyaan untuk narasumber,
membuat
naskah, menentukan budget. 2. Produksi: Melakukan shootingyang sudah ditentukan lokasinya, Dalam penggunaan script produksi program Wisata Religi ini menggunakan semi scripted yaitu naskah dibuat berdasarkan informasi awal, namun naskah tersebut memiliki cukup banyak ruang untuk mengembangkan cerita atau berimprovisasi bagi pembawa acara Wisata Religi, agar ketika shooting berlangsung tidak perlu banyak-banyak melihat naskah kembali, hanya mengingat inti-inti dari naskah dan tema tersebut, yang terpenting tidak
75
76
keluar dari pembahasan yang sedang berlangsung, dan agar tema yang dibahas menjadi hangat dan terlihat berjalan secara alami antara pembawa acara dan narasumber. Meskipun pembawa acara boleh melakukan improvisasi namun produser progran Wisata Religi tetap melakukan pengecekan antara gambar naskah, dan suara; sudah sesuai atau belum, agar dalam penayangan nanti tidak terjadi banyak kesalahan. 3. Pasca Produksi: Menyusun gambar dan suara membentuk urutan cerita yang diinginkan, setelah itu membuat urutan gambar dan suara yang tepat dalam kerangka durasi yang direncanakan, dan mengolah untuk menghasilkan karya akhir yang diinginkan.
B. Saran-Saran Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis dapat mengajukan saran-saran kepada tim produksi program acara Wisata Religi sebagai berikut: 1. Proses produksi Wisata Religi di TVRI meliputi: Dalam proses produksi Wisata Religi yang menggunakan tema-tema berlatar belakang sejarah Islam, sebelum ditayangkan ke masyarakat harus dicek kebenarannya terlebih dahulu dengan mewawancarai narasumber yang terpercaya agar tidak salah dalam memberikan informasi dalam mengulas tentang sejarahnya pada lokasi yang dibahas pada saat itu. 2. Proses produksi Wisata Religi hendaknya harus lebih menjaga dan mengontrol keakuratan setiap tema yang ditayangkan, karena acara yang berlatar belakang seperti Wisata Religi ini banyak ditayangkan di stasiun-
77
stasiun televisi swasta lainnya yang dikemas lebih menarik dan unik. Hal ini diharapkan agar bisa terus berjalan dan dapat ditingkatkan secara keseluruhan 3. Karena menggunakan latar belakang outdoor maka dalam produksinya sebelum melakukan proses shooting dan menuju lokasi maka harus mempersiapkan dengan matang membawa peralatan yang dibutukan untuk kegiatan shooting karena lokasi tidak selalu tempat yang dekat dengan kantor sehingga tidak mudah untuk mengambil peralatan yang kurang atau tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Baskin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006 Depdikbud. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Djamal, Hidajanto dan Andi Fachruddin. Dasar – Dasar Penyiaran Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta, Penerbit Prenada Media Group, 2011 Fachruddin, Andi. Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2012 Gilang, Omar Abidin dan Moeryanto Ginting Munthe. Media Komunikasi Radio. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996 Indonesia, Enslikopedi Nasional, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Jilid 16. cet. Ke1. Kertapati, Ton. Dasar-Dasar Publisitis dalam Perkembangan di Indonesia menjadi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara, 1986 Morrisan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana, 2008 Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003 Muis, Abdul. Komunikasi Islam. Bandung: Rosda Karya. 2001. Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: PT. Grasindo, 2004 Nasuki, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CEQDA, 2007. Rafiq, Rusdji, Hamka. Islam dan Era Informasi. Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1989. Rosyidi, Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: Firma Rainbow. 1989. Soenarto, RM. Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: IKL, Press, 2007
77
78
Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994 Susanto, Phil Astrid S. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rindang Mukti, 1997 Sutisno, PCS. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video. Jakarta: PT. Grasindo. 1993. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998 TVRI, Departemen Program. Standart Operating Procedure Production. Yogyakarta: PT TVRI, 2008 Wibowo, Fred. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PT. Gramedia Widiasrama Indonesia, 1997
Internet Wikipedia Bahasa Indonesia. “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada 6 September 2013 dari id.wikipedia.org
Wawancara Wawancara pribadi dengan Badriansyah, Eksekutif Produser Pelaksana Program Wisata Religi, Jakarta 31 Januari 2013. Wawancara pribadi dengan Ludwie Anggara Samodra, Pengarah Acara Program Wisata Religi, Jakarta, 31 Januari 2013.
79
LAMPIRAN
LEMBAGA PENYTARAN PUBUK TELET/ISI REPUBUK INDOIIESIA
GqtrtS Pemrdr. Sflraf..r, .Hrt t. rrF. 1720, sz0{t(l,
iqt).qo ww.luioil
Far lc2t}
t.
No. :
Ol3 lLS.4lRisetfTvRVtlzOLJ Lamp :' 1 (satu)
Hal
berkas.
,
: Permohonanpenelitian/wawancara
Kepada Yth,
Koordinator BApORA Lpp TVR| di
iakarta
Dengah
horma!
sehubungan
surat Dekan Fakultas llmu Dakwah den llmu Komunikasi uNlvERstrAs
NEGERI SYARIF HIDAYATULIAH JAKARTA
nomor
:
lsLA.M
un.oLlFS/KM.01.3/18 2l2oL3 tanggat 15 Januari 2ot3, Hal : Permohonan penelitian/w.""n.rm terkait dalam rangka perispan penulisan skripsi (Pra-skripsi) dengin judul : '?N.{Lrsrs pRoGR,,qM AcARA JATAN-JAIAN lslAMt Dt rvRl", sebagaimana ierlampit, r.t, r.rt'r,,.,," bantuan saudara untuk membantu memberikan data dan atau informasivr tg Jip"rlrkan oleh mahasiswa dimaksud. Demikian disampaikan, atas bantuan dan kerjasamr saudara kamiucapkan terima kasih.
Jakarta, 16Januari2013 lJlanajer Kelembagaan, Hukum dan Humas
W
Afrizal Muslim NiP. 195704211986031003
FS FE,
FS
|0Am
sr}ti22
Televisi Republik Indonesia HASIL WAWANCARA Nama
: Badriansyah ( Eksekutif Produser Program Wisata Religi di
TVRI) Hari, tanggal : 31, Januari 2013. Tempat
Tanya
: Gedung BAPORA LPP TVRI
: Apa yang melatarbelakangi adanya program Wisata Religi di TVRI?
Jawab
: Yang melatarbelakangi adalah karena Jakarta dan kota-kota lain melatarbelakangi berbagai macam hiburan disudutnya ternyata tersimpan “Oase Wisata Religi” yang patut dikunjungi oleh sejarah Islam dan masyarakat. Perkembangan kota dengan pembangunan infrastruktur yang semakin pesat, pertumbuhan gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti apartemen, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan dan lain sebagainya yang berada di tengah pemukinan ternyata masih terdapat bangunan yang luput dari penglihatan warga perkotaan.
Tanya
: Kenapa dinamakan Wisata Religi?
Jawab
: Dinamakan Wisata Religi karena program produksi Wisata Religi merupakan program produksi secra feature dan latar acaranya pun Outdoor yang dikemas sedemikian rupa sehingga mudah ditonton oleh khalayak, karena seperti wisata pada umumnya, namun
memberikan informasi religi (secara Islam) pada penonton atau masyarakat. Tanya
: Apa tujuan program Wisata Religi di TVRI?
Jawab
: Tujuan Produksi program acara Wisata Religi ini antara lain, agar masyarakat lebih mengetahui keberadaan objek wisata bernuansa religi yang ada di Indonesia, dan mendorong masyarakat untuk mencintai sejarah Islam dan melestarikannya.
Tanya
: Bagaimana format produksi program Wisata Religi?
Jawab
: Produksi program Wisata Religi ini termasuk dalam jenis program feature, karena dikemas secara ringan dan mudah dipahami oleh khalayatk/masyarakat.
Tanya
: Bagaimana dengan jam tayang program Wisata Religi?
Jawab
: Wisata Religi tayang pada hari minggu pukul 05.00 WIB, sampai 05.30 WIB ini dikarenakan , pada hari libur setiap keluarga kebanyakan bangun pada pukul tersebut untuk melakukan aktifitas yang pasti seperti solat subuh, dan aktifitas - aktifitas pagi hari lainnya diwaktu liburan, maka dengan ditayangkan pada pukul tersebut diharapkan dapat menemani liburan khalayak dipagi hari.
Tanya
: Berapa lama durasi di tiap episodenya?
Jawab
: Durasinya 30 menit, karena sebuah program feature yang dikemas secara ringan tidak perlu panjang-panjang tetapi informasi yang disampaikan dapat diterima oleh penonton.
Tanya
: Ada berapa segmen dalam satu episode?
Jawab
:
Dalam satu episode terdapat 5 segmen, antara lain yang pertama, tune acar animasi Wisata Religi, kedua menjelaskan latar, sejarah tempat, penyiar mengungkapkan tentang tempat tersebut, penutup.
Tanya
: Bagaimana segmentasi pemirsa program Wisata Religi?
Jawab
: Segmentasi pemirsa cukup baik, di daerah-daerah tidak sedikit masyarakat yang menonton.
Tanya
: Bagaimana dasar pemilihan tema atau materi di setiap episodenya?
Jawab
: Dasar pemilihan tema itu dilihat dari bagaimana tempat itu dan adakah pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar, dan penonoton.
Tanya
: Bagaimana dengan rating dan share program Wisata Religi?
Jawab
: rating pada program ini memang tidak terlalu tinggi, karena banyaknya program-program yang sama yang ditayangkan TV swasta lainnya, namun masih baik, sehingga acara ini masih berjalan.
Tanya
: Bagaimana proses produksi program Wisata Religi TVRI (praproduksi, produksi, dan pasca produksi?
Jawab
: Program Wisata Religi
terdapat seorang produser, dalam
melakukannya produksinya dibantu oleh tim antara lain pengarah acara. Tahap awal proses produksi ini dimulai dengan rapat tim, rapat tersebut diantaranya untuk menentukan tempat yang dianggap memiliki nilai sejarah dan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi ke masyarakat. Seteleh itu mengecek ke lokasi sebelum proses produksi dimulai untuk melakukan perijinan dan segala macam, setelah itu selesai tim produser membuat naskah,
selanjutnya melakukan produksi, setelah produksi selesai editor mengedit gambar dan suara pada tayangan yang dianggap kurang maksimal. Tanya
: Bagaimana proses evaluasi produksinya?
Jawab
: Untuk program Wisata Religi sendiri, dalam menentukan layak atau tidaknya sebuah produksi, biasanya proses editing akan di review
breulang-ulang
agar
dalam
hasil
produksi
setelah
ditayangkan kepada khalayak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tim. Tanya
: Apa faktor pendukung serta kendala yang dihadapi pada proses produksi program Wisata Religi?
Jawab
: Dalam setiap melakukan proses produksi faktor pendukung dan kendala pasti ada, salah satunya karena menggunakan latar Outdoor dan tempat yang akan dilakukan produksi harus melakukan
perijinan
tidak
sedikit
ada
masyarakat
yang
memanfaatkan produksi ini untuk kepentingan pribadi, kalau faktor pendukung yang pasti peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan shooting harus dipersiapkan secara baik agar proses produksi berjalan sesuai rencana. Tanya
: Apa yang dilakukan agar program Wisata Religi tetap menarik ditonton dan bermanfaat bagi para pemirsanya?
Jawab
: TVRI merupakan televisi yang berpihak pada publik sehinnga tayangan-tayangan yang disajikan benar-benar memberikan sebuah informasi yang baik bukan untuk mencari keuntungan. Yang
dilakukan adalah tim harus mencari tempat-tempat yang banyak diketahui oleh masyarakat namun informasi yang sebenarnya belum masyarakat dapatkan, memberikan informasi yang sesuai tanpa dikurang-kurangi dan dilebih-lebihkan namun tidak selalu seperti itu, ada juga tempat-tempat yang jauh dari perkotaan.
Jakarta, 31 Januari 2013 Eksekutif Produser Program Wisata Religi
Badriansyah
Penulis dengan Eksekutif Produser Acara Wisata Religi
Penulis dengan Pengarah Acara Ludwie Anggara Samodra
Penulis dengan Asisten Pengarah Acara Suprapto
Lokasi kampung Arab