ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI
Oleh : Umu Kalsum NIM : 204051002865
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : Umu Kalsum NIM : 204051002865
Dibawah Bimbingan:
Drs. Jumroni, M.Si NIP. 150 254 959
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 September 2008 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap
Dr. H. Murodi, MA NIP. 150 254 102
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 150 299 324 Anggota,
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Study Rizal, LK. M. Ag NIP. 150 262 876
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150 244 766
Pembimbing
Drs. Jumroni, M.Si NIP.150 254 959
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 September 2008
Umu Kalsum
ABSTRAK Umu Kalsum ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat pada saat ini, merupakan sebuah jalan kemudahan bagi semua orang yang ada di atas bumi ini. Selain itu banyak sekali keuntungan-keuntungan yang diperoleh atau didapat dengan adanya perkembangan tersebut salah satunya adalah kemajuan dibidang dakwah. Dakwah merupakan ajakan kepada manusia untuk mengerjakan segala perintah Allah swt dan menjauhi segala larangannya. Pada zaman dahulu kegiatan dakwah sangat terbatas pada ruang dan waktu, sehingga kegiatan dakwah hanya bisa didengar dan disaksikan oleh jemaahjemaah yanga berada disekitarnya saja. Contoh ceramah agama yang diadakan di masjid Al-Ikhlas hanya bisa dinikmati oleh warga sekitar masjid saja padahal kegiatan seperti ini sangat baik apabila disengar dan disaksikan orang banyak apalagi diluar lingkungan sekitar. Dengan adanya terpaan teknologi dan informasi kegiatan dakwah mengalami perkembangan, dimana kegiatan dakwah sekarang melalui media audio dan visual yaitu televisi. Sehingga acara keagamaan yang disiarkan melalui televisi mudah dan dapat dilihat secara langsung serta dapat didengar siapapun dan dimanapun, dengan demikian ruang dan waktu bukan penghalang lagi untuk kegiatan dakwah. Yang perlu diperhatikan oleh kita adalah bahwa kegiatan atau acara dakwah yang ditayangkan melalui televisi harus menggandeng orang-orang yang kreatif dalam menyajikan acara pada sebuah televisi. Mengapa demikian, karena acara dakwah ditelevisi terlihat monoton dan kurang menarik, yang akhirnya menimbulkan orang-orang berpindah tayangan. TVRI merupakan stasiun yang masih konsisten dengan acara keagamaan, salah satunya acara “Untukmu Ibu Indonesia”, acara ini terlihat sangat berbeda karena menghadirkan pakar psikolog yang turut mengulas tema yang dibahas selain itu mengandung banyak pesan dakwah. Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari tanggal 08 2008 yang bersifat audio dan visual serta dominan sebanyak empat keeping kaset CD. Adapun metode yang digunakan adalah analisis isi melalui pendekatan deskriftif kuantitaif dengan menggunakan alat bantu berupa tabel coding dan menggunakan tiga juri dalam menganalisisnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data yang terkumpul, peneliti menyimpulkan bahwa pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara adalah: Pesan dakwah yang mengandung nilai aqidah 12,65%, pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20 % dan pesan dakwah yang mengandung nilaik akhlak 39,15%. Adapun pesan dakwah yang dominan adalah pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20%. Perlu diketahui bahwa pesan dakwah tersebut saling melengkapi dan saling terikat satu sama lainnya.
KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal dalam penulisan skipsi ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah mengajarkan kita kebenaran yang hakiki yaitu Islam. Selain itu peneliti menyadari betul tanpa doa, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini akan sukar diselesaikan, oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi bersama para Pembantu Dekan (I, II, dan III), ketua dan sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, serta para dosen yang telah mentransfer ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi peneliti dan segenap karyawan FDK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan petunjuk yang sangat berharga bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Kepada Abah Achmad dan Mama Jumsiyah tercinta yang telah mengikhlaskan ananda menempuh ilmu di pulau nanjauh, selalu melafadkan doa disetiap perjuangan ananda, selalu membangkitkan semangat ananda
saat ujian menghampiri hari-hari ananda, selalu mengajarkan arti kehidupan yang tak pernah ananda dapatkan dibangku kuliah. Permohonan ananda kepada Allah untuk Abah dan Mama tempatkanlah mereka dalam surga-Mu ya Allah amien. 4. Tersayang Rumlah, Muhammad, Matruji, Kholil, Hamdi dan Kholifah perjalanan yang kita lalui bersama sampai saat ini menjadi kenangan termahal dan terindah dalam garis-garis perjalananku di atas bumi, terimakasih atas doa dan dorongannya. 5. Kepada Segenap pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin beserta ustad/zah, sahabat/i ARI-ZIVA (02), “KPI (04), IKBAL, PMII, Tem-kos dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas doa-doanya. 6. Kepada ibu Nei Kadek Suwardin selaku produser acara ‘Untukmu Ibu Indonesia” beserta generap krunya yang bertugas yang telah memberikan waktunya kepada peneliti dalam menggali data di Stsiun TVRI. Hanya kepada Allah swt peneliti berserah diri, atas segala kebaikan hati dan ketulusan jiwa, peneliti haturkan beribu terimakasih atas semua bantuan dan jasa baik dari semua pihak, semoga Allah swt membalas dengan berlipat ganda. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini menjadi buah karya yang bermanfaat bagi semua orang dan menjadi khasanah keilmuan khususnya Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam. Amin. Jakarta, 10 September 2008
Peneliti
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR ……........................................................................ ii DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iv DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………….. 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………. ...9 D. Metodologi Penelitian ………………………………... 10 E. Sistematika Penulisan ………………………………... 13
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pesan Dakwah …………………… 15 B. Siaran Agama di Televisi …………………………….. 32
BAB III
GAMBARAN UMUM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI A. Visi dan Misi ………………………………………… 43 B. Target Acara …………………………………………. 43 C. Format Acara ………………………………………… 44 D. Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia” … 46 E. Gambaran Umum Program-program Acara di Stasiun TVRI …………………………………………………. 49
BAB IV
ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” A. Bagaimana Pesan-pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” …………………….…………..………53
B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia”………………………………………… 71
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………... 72 B. Saran-saran …………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………74 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1.
Tabel 1 Acara Dakwah Islam di Waktu Pagi di Stasiun TV………… 41
2.
Tabel 2 Program-program Acara TVRI 2008………………………... 50
3.
Table 3 Temuan Data Umum Pesan Dakwah dalam Tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun………………………………54
4.
Table 4 Temuan Data Kategori Pesan Aqidah………………………..55
5.
Table 5 Temuan Data Kategori Pesan Syari’ah………………………56
6.
Table 6 Temuan Data Kategori Pesan Akhlak………………………..56
7.
Tabel 7 Hasil Temuan Data Berdasarkan Rumus Coefisien Reability……………………………………………………………….57
8.
Tabel 8 Hasil Kesepakatan Antar Juri...………………………………58
9.
Tabel 9 Perhitungan Antar Juri ……………………………………….58
10. Tabel 10 Coefisien Reability Antar Juri……………………………..59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekarang dan di masa mendatang masih akan terus berlangsung proses diversivikasi kegiatan dakwah Islamiyah. Proses itu belum selesai menjelang akhir dasawarsa mendatang. Itu disebabkan oleh mekarnya pluralisasi nilai keragamaan, kebutuhan, serta meluasnya lapisan (stratifikasi) sosial. Memasuki abad ke-21 memang terjadi sindrom globalisasi. Seakan-akan menciptakan tuntutan baru terhadap agama, agar agama melakukan adaptasi dengan globalisasi. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualisasi (reidentifikasi) firman-firman Tuhan dalam Al-Quran. Jika tidak demikian, ajaran Islam (kegiatan dakwah) sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi dalam berbagai dimensi kehidupan umat.1 Manusia dalam mencapai tujuannya memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam hal kemampuan, kepandaian, kesehatan, perhatian dan pengalaman. Menyadari kelemahan itu tadi, kemudian orang berusaha menjalin kerja sama dalam pencapaian tujuan tersebut. Termasuk usaha dalam dakwah diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, apalagi dalam era globalisasi saat ini.
1
A. Muis, Komunikasi Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 131.
Misalnya dengan media massa (media cetak atau media elektronik) agar tujuan dalam mendidik umat dapat tercapai dengan baik.2 Perkembangan dakwah sebenarnya ditentukan oleh kerjasama yang baik semua pihak terutama, menghadapi era globalisasi informasi dan keterbukaan seperti saat ini dalam adaptasi, misalnya menggunakan sarana canggih serta memanfaatkan manajemen dan teknologi modern yang ada. Kerjasama yang ideal pada hakekatnya, bentuk-bentuk hubungan antara juru dakwah disatu pihak sebagai penyampai pesan-pesan dakwah dengan pengelola media itu sendiri. Sehingga interaksi positif antara juru dakwah dengan umatnya dapat terjalin secara optimal. Dua istilah yang perlu digaris bawahi di atas adalah: Pertama media elektronik (Televisi), yakni informasi yang disampaikan dan kemudian dikemas dalam bentuk acara yang dapat disaksikan secara langsung oleh audient. Kedua adalah dakwah berasal dari bahasa arab yang artinya: ajakan, seruan dan panggilan. Dakwah islamiyah adalah ajakan kepada semua orang untuk mengakui, menyakini dan mengamalkan ajaran Islam guna kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Orang yang menyeru disebut da’i dan apa-apa yang diserukannya adalah pesan-pesan dakwah. Kewajiban untuk berdakwah datang dari Firman Allah yang berbunyi:
☺ ☺ 2
Baharun, Wawasan Jurnalistik Global ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1999), h. 111.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Imron:104). Maka dari itu peranan TV untuk pengembangan dakwah di sisi lain harus diakui, bahwa dakwah melalui TV sungguh efektif ketimbang dakwah konvensional yang biasa digunakan oleh juru dakwah kita selama ini, seperti mimbar-mimbar dalam momentum jum’at maupun beragam pengajian yang diadakan. Contoh pengajian yang diadakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Sehingga kegiatan seperti ini hanya bisa dinikmati oleh khalayak yang terbatas, sebaliknya dakwah yang disampaikan melalui TV dapat disaksikan oleh siapapun dan dimanapun. Manurut Skomis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibanding media massa lainnya (radio dan lain sebagainya) TV nampaknya mempunyai sisi istimewa. TV merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampain isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh TV mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. 3
3
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 8.
Televisi telah menawarkan berbagai acara yang diformat dan disajikan sedemikian rupa, tentunya sesuai dengan visi dan misi dari TV tersebut. Dakwah sebagai
salah
satu
kegiatan
komunikasi
keagamaan
diharapkan
pada
perkembangan dan kemajuan teknologi yang makin canggih ini dapat beradaptasi terhadap kemajuan tersebut, artinya pesan-pesan dakwah di tuntut dikemas dan disampaikan dengan terapan media komunikasi dan sesuai dengan mad’u yang di hadapi. Tentunya tidak semua stasiun TV dapat diajak kerja sama dalam penyampian dakwah. Karena acara keagamaan pada stasiun TV bisa dibilang kurang diminati sebagian masyarakat. Hanya ada beberapa stasiun TV yang bisa dijadikan sarana untuk penyampain pesan-pesan dakwah, kalau pun ada biasanya acara keagamaan hanya memiliki jam tayang yang sangat pendek selain itu penempatan jam tayangnya kurang tepat. Kita tahu bahwa pemegang dari stasiun-stasiun TV yang ada di Indonesia saat ini dominan dipegang oleh orang-orang nonmuslim, sehingga tidak memiliki komitmen dengan aturan-aturan Islam dalam mewarnai dan memberikan pengaruh yang baik pada acara yang disiarkan, melainkan media TV umumnya dikembangkan sebagai usaha bisnis yang hanya memenuhi selera rendah rohani.4 Kalau kita amati TV memiliki wajah yang kontra diktif dan produks, terutama dalam acara-acara yang ditayangkan. Satu sisi bersifat mendidik dan di sisi lain bersifat tidak mendidik sama sekali. Di satu pihak banyak menayangkan siaran
4
Baharun, Wawasan Jurnalistik Global, h. 113.
rohani, tetapi di lain pihak banyak pula menayangkan acara-acara hiburan yang menawarkan selera rendah kepada pemirsa menurut tolak ukur norma agama. Sementara tiga dasawarsa belakangan ini merupakan kurun waktu yang memadai bagi kita untuk menilai diri sendiri, mental, moral, perilaku, wawasan, cita-cita dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah dampak dari TV yang berhasil menampilkan realitas sosial melalui perangkat elektronik canggih (kamera dan mikrofon). Pemirsa dapat menikmati gambar dan suara yang nyata atas suatu kejadian di belahan bumi lain. Media TV pun pada akhirnya melahirkan istilah baru dalam pola peradaban manusia yang lebih dikenal dengan “mass culture” (kebudayaan massa).5 Di Indonesia kecenderungan TV swasta sudah mulai mengarah kepada system di Amerika Serikat. Ini dimulai dari garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Cara seperti ini memang sangat menguntungkan bagi stasiun TV tersebut karena semuanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan bisnis yaitu untung dan rugi. Pengaruh TV itu diibaratkan pisau bermata dua, ia merupakan alat yang ampuh dalam memberikan manfaat kepada masyarakat sesuai dengan ketepatan dan besarnya pengarahan. Namun sebaliknya secara ektrim dapat membentuk komunitas yang ragu-ragu terhadap suatu keyakinan yang tumbuh dikalangan masyarakat. Karena semua pesan-pesan yang disampaikan oleh TV bisa diterima total tanpa membantah, seolah-olah yang disampaikannya itu suatu kebenaran mutlak, di lain pihak disebut bak pasien yang tak berdaya menerima suntikan tadi,
5
Kuswandi, Komunikasi Massa, h. 22.
dengan harapan ‘sakit’-nya (keinginan dan rasa hausnya terhadap informasi) dapat terobati. Berbeda dengan stasiun yang lain, TVRI adalah stasiun yang dimiliki pemerintah memiliki latar belakang sejarah yang spesifik. Peraturan pemerintah yang saat itu masih belum mengizinkan lahirnya TV swasta sehingga menyebabkan TVRI harus memproduksi acara sendiri.6, di Indonesia media massa bukan saja menyuguhkan acara-acara yang serat dengan pesan-pesan moral dan agama, bahkan secara khusus ia menyajikan program atau kolom “mimbar agama”. Melalui TVRI misalnya, dengan porsi tidak kurang dari 10% dari seluruh acaranya disediakan untuk mimbar agama, masyarakat kita bisa menikmati santapan rohani secara rutin. Bahkan, lebih dari itu pesan-pesan keagamaan bukan saja disalurkan melalui program-program mimbar keagamaan, tetapi juga lewat sajian-sajian film dan syair-syair lagu. Seringkali pesan-pesan itu jauh lebih mudah diterima audien. Ambil saja contoh seperti penayangan sinetron “Desaku Bumiku” arahan Ali Shahab.7 Perlu kita ketahui bahwa TVRI merupakan stasiun awal yang membuat acaraacara keagamaan yang masih eksis sampai saat ini, diantaranya Hikmah Pagi, Mutiara Jum’at, dan teletilawah. Selain itu TVRI juga menayangkan mimbar agama seperti Mimbar Agama Islam, Mimbar Agama Kristen Katholik dan Protestan, Mimbar Agama Hindu, Mimbar Agama Budha dan Mimbar Agama
6
Dedy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 8. 7 Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer, (Bandung: Pusdai Press, 2000), h.80.
Kong Hu Chu. Tidak hanya itu TVRI menjalankan fungsinya sebagai media massa, yakni memberi penerangan (informatif), menghibur (rekreatif) dan mendidik (educatif). Pada saat ini TVRI menambah produksi tayangan baru siaran keagamaan, yang diberi judul “Untukmu Ibu Indonesia”, ini merupakan pergantian dari acara Mutiara jum’at. Acara ini memiliki nuansa yang berbeda dan baru dalam penyajiannya dibandingkan dengan acara keagamaan yang lain dimana acara ini tidak hanya menghadirkan nara sumber bintang tamu dan pakar agama seperti acara-acara sebelumnya atau yang telah ada melainkan acara ini menghadirkan pakar
psikolog
guna
ikut
serta
dalam
mengkaji
topik
yang
sedang
diperbincangkan. Sebelum acara ini masuk pada topik pembahasan terlebih dahulu dihantarkan oleh lagu yang disesuaikan dengan topik yang diangkat, kemudian bintang tamu dan nara sumber mengulas topik yang diangkat, selanjutnya topik tersebut ditanggapi atau dikomentari oleh pakar psikolog dan pakar agama juga terdapat peran aktif dari audien yang bertanya tentang topik tersebut. Acara ini diakhiri dengan lagu yang dinyanyikan oleh presenter sendiri yaitu Hj. Neno Warisman. Topik yang diangkat tidak selalu tentang ibu atau perempuan walaupun dilihat dari judulnya terkesan acara ini khusus untuk ibu atau perempuan, akan tetapi topik yang diangkat bermacam-macam namun semuanya kembali kepada ibu. Bintang tamu, nara sumber dan pakar agamapun tidak melulu perempuan semua disesuaikan dengan topik yang diangkat.
Acara “Untukmu Ibu Indonesia” ditayangkan pada hari jum’at tepatnya jam 11:00-12:00 WIB. Acara ini untuk semua kalangan dan agama, akan tetapi lebih dikhususkan untuk perempuan atau ibu karena pada jam tersebut semua laki-laki muslim sedang melaksanakan sholat jum’at dan biasanya pada jam ini para ibu atau perempuan memiliki waktu kosong alangkah baiknya bila waktu tersebut digunakan atau dimanfaatkan untuk menyaksikan acara “Untukmu Ibu Indonesia”dimana akan memberikan kita tambahan ilmu pengetahuan dalam berbagai hal. Presenter dalam acara ini adalah Hj. Neno Warisman yang mana beliau seorang artis yang lebih banyak berkecimpung dalam kegiatan dakwah. Acara “Untukmu Ibu Indonesia” merupakan acara yang serat dengan ilmu pengetahuan baik pendidikan, psikologi, agama dan banyak mengandung pesan-pesan dakwah di dalamnya. Melihat latar belakang di atas bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui tayangan-tayangan atau acara-acara keagamaan. Hal ini yang membuat peneliti tertarik mengangkat judul skripsi: “Analisis Pesan Dakwah Dalam Acara “Uuntukmu Ibu Indonesia” TVRI
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian, yakni pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh, pakar psikolog dan pakar agama yang bersifat audio yang
terdapat dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Penelitian ini menganalisis acara Tanggal 08-2-2008. dengan tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun Adapun alasannya adalah karena tema yang diangkat atau dibahas pada bulan tersebut adalah bagaimana cara mendidik anak-anak (0-6 tahun) khususnya pendidikan seks yanga mana agar anak-anak memilki dasar dan pengetahuan dalam hal tersebut sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan masuk ke lubang kemaksiatan. Ini semua demi masa depan mereka serta Agama dan bangsa. Anak merupakan generasi penerus untuk masa depan Agama, bangsa dan negara, baik buruknya semua itu berada di tangan mereka dan tak terlepas siapa yang mendidik mereka. Sehingga para orang tua dan kita semua dituntut untuk mampu mendidik anaknya. Didikan yang baik akan menciptakan generasi yang baik dimana ini yang sangat diharapkan Negara kita saat ini bukan sebaliknya. Jadi dengan acara ini para orang tua khususnya ibu dan kita semua di seluruh Indonesia mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan bisa belajar bagaimana mendidik anak yang baik dalam segala hal. 2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: a. Bagaimana pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”? b. Pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui bagaimana pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” b. Untuk mengetahui Pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”
2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat akademis Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya studi dakwah dan komuniksi, selain itu memberikan pengetahuan akan metode atau cara bagaimana dakwah yang dikemas dalam sebuah televisi dan kegunaan teferensi. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan sebagai masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan seperti, teoritis, praktisi dan yang paling utama para aktifis dakwah Islam (dai) dan pengelola televisi. Khususnya yang menjadikan televisi sebagai alternatif untuk menyampaikan, menyebarkan nilai-nilai agama dan pesan-pesan dakwah secara efektif dan efisien sehingga kegiatan dakwah di atas bumi ini terus berjalan demi kemaslahatan kita.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi (content analysis), dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yakni peneliti menganalisis pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008. Dalam analisis ini peneliti dibantu tiga orang juri dengan menggunakan tabel coding guna mendapatkan hasil yang objektif dan akurat. Selain itu peneliti akan menampilkan transkip data dan gambar acara “Untukmu Ibu Indonesia” guna memperkuat data yang telah diperoleh. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah Acara “Untukmu Ibu Indonesia” TVRI adapun objek penelitian adalah Pesan-pesan Dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang yang dilakukan adalah: a. Metode Observasi Observasi yang peneliti lakukan adalah bersifat menyaksikan, mengamati dan mendengarkan secara tidak langsung (melalui kaset) acara “Untukmu Ibu Indonesia” di ruang sensor bersama bapak A. Sattar Gani, kemudian mengkopi acara tersebut khususnya bulan Februari 2008 sebagai bahan yang akan di analisis dalam penelitian ini. b. Metode Wawancara. Tepatnya tanggal 15 Mei 2008 peneliti mengadakan wawancara langsung dengan ibu Nei Kadek Suwardin selaku produser acara “Untukmu Ibu Indonesia” Dalam wawancara peneliti menggali data sebanyak-banyaknya tentang acara
“Untukmu Ibu Indonesia” khususnya gambaran umum acara tersebut. Selain itu peneliti mengadakan wawancara dengan telepon dengan mba’ Rahmah selaku sekretaris NSF (Neno Seto Fondation) yang bekerja sama dengan TVRI dalam acara ini, guna memperbanyak data untuk penelitian ini. c. Dokumentasi Data yang diperoleh berasal dari dokumen-dokumen stasiun TVRI seperti kaset CD, dimana peneliti mentransfer acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008 ke dalam CD (satu keping kaset) yang dibantu oleh pak Sudarsono selaku pasca produksi. Semua ini untuk memudahkan peneliti dalam menganalis pesanpesan dakwah yang terkandung dalam acara tersebut. Selain itu peneliti memperoleh berkas-berkas dan foto yang berhubungan dengan acara ini. 4. Analisa Data Setelah peneliti memperoleh data yang ditentukan sebagai sample yaitu kaset acara ‘Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008 yaitu satu keping kaset CD. kemudian peneliti merekam acara tersebut dan dijadikan ke dalam bentuk transkip data, dalam pengolahan data ini peneliti melakukannya dalam bentuk Cooding Sheet. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian adalah pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008, kategori dibuat berdasarkan pesan dakwah yang terdapat dalam acara tersebut. Dalam analisa data peneliti menggunakan tiga orang juri guna mendapatkan hasil yang objektif dan akurat. Para juri tersebut menganalisa transkip data acara
“Untukmu Ibu Indonesia” di mana mereka telah disediakan terlebih dahulu tabel koding guna memberikan penilaian terhadap data tersebut. Penelitian ini menggunakan rumus Holsti untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut : Koefisien Reabilitas : 2M N1 +N2 Keterangan : 2M
: Nomor keputusan yang sama antar juri
N1, N2
: Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
Komposit Reabilitas : N (X antar juri) 1 + (N-1) (X antar juri) Keterangan : N
: Jumlah juri
X
: Rata-rata koefisien reabilitas antar juri
Selanjutnya diketahui kesepakatan juri terhadap pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia yang bersifat audio dan visual sebagaimana tabel berikut ini: 5. Pedoman Penulisan Adapun teknik penulisan yang digunakan, berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan desertasi) yang disusun oleh Hamid Nasuhi, dkk, (Jakarta: CeQDA 2007) cet ke-2.
E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab-bab dan memiliki beberapa sub-sub yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN: Memuat, Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan
Masalah,
Tujuan
dan
Manfaat
Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II
LANDASAN TEORI: Memuat, Tinjawan Tentang Pesan Dakwah dan Siaran Agama di Televisi.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
ACARA
“UNTUKMU
IBU
INDONESIA” TVRI: Memuat, Visi dan Misi, Target Acara, Format Acara, Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia” dan Gambaran Umum Program-program Acara di Stasiun TVRI. BAB IV
ANALISIS
PESAN
DAKWAH
DALAM
ACARA
“UNTUKMU IBU INDONESIA": Memuat, Bagaimana Pesanpesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia”, Pesan Dakwah yang Dominan dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” BAB V
PENUTUP: Memuat Kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan permasalahan, Saran-saran yang dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain.9 Adapun bentuk pesan adalah: a. Pesan verbal adalah pesan dengan menggunakan symbol-symbol verbal. b. Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.10 c. Informatif adalah bersifat memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikasi mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. d. Persuasif adalah berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
8
Widjaja, Ilmu komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineke Cipta, 1988), h. 32. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 865. 10 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 343. 9
perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksa) perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri. e. Koersif adalah pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksisanksi apabila tidak dilaksanakan.11 Pesan atau materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada dua pokok: Al-Quran dan Sunnah Rasullah saw (hadits). Isi dakwah kalau dianggap perlu bisa ditambah dengan hasil ijtihad dari ulama atau sarjana muslim yang terpercaya dan kuat.12 Oleh karena itu seorang da’i tidak boleh menyimpang dari dua pokok yang menjadi pesan atau materi dakwah. Rasulullah saw di dalam berdakwah menjadikan Al-Quran (wahyu Allah) sebagai materi inti. Setiap Rasulullah berdakwah selalu membawa Firman Allah dan menyampaikan pula penjelasannya. Segala kata-kata dan perbuatan Rasulllah saw, yang merupakan penjelasan dari Al-Quran dipandang sebagai sunnah (hadits). Ajaran-ajaran Islam itu meliputi aspek dunia dan akhirat, maka tentunya pesan atau materi dakwah itu luas sekali. Di sini perlu kiranya disampaikan pokokpokok pesan atau materi dakwah (ajaran Islam) adalah: a. Aqidah Islam, Tauhid dan Keimanan b. Pembentukan pribadi yang sempurna c. Membangun masyarakat yang adil dan makmur d. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat13 11
Widjaja, Ilmu komunikasi…, h. 32. Hasanuddin. Rhethorika Da’wah dan Publisistik dalam Pemimpin (Surabaya: Usaha Ofcet Printing, 1982), h.41. 13 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam (Bandung: Diponegoro, 1981), h. 29-30. 12
Bila kita memperhatikan Al-Quran dan As-Sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan, keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun dengan praktiknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Pesan atau materi dakwah dan metodenya yang tidak tepat sering memberi gambaran (image) dan persepsi yang keliru tentang Islam. Apapun pesan atau materi dakwah yang diberikan, pada dasarnya bersumber dari Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlak.14 1. Aqidah Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam rukun-rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri dari iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Namun aspek aqidah yang terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT. Dalam pandangan dan perspektif Islam, tauhid atau persaksian dan pengakuan tiada Tuhan selain Allah adalah doktrin sentral dan asasi. Semua ajaran Islam berpangkal dan berlandaskan pada doktrin tauhid dengan demikian, keimanan dan keislaman seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana ia memegang doktrin ketauhidan tersebut.
14
Moh Ardani, Memahami Permasalahan Fikh-Dakwah (Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 22.
Bahkan prinsip tauhid ini merupakan inti dari semua ajaran para nabi sebelum datang risalah Muhammad saw. Semenjak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw, tauhid dijadikan sebagai asas dan esensi ajaran. Semua nabi mengemban misi utama yang sama yaitu tegaknya tauhid sebagai landasan hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi.15 Aqidah berupa tauhid Islam, hampir separuh dari misi nabi Muhammad saw dalam waktunya diangkat sebagai Nabi dipergunakan untuk mengajarkan tauhid Islam “La-ila-ha illallah”, dan dosa yang terbesar adalah musyrik kepada Allah16 Dalam Al-Quran Allah menegaskan, bahwa Dia tidak akan pernah memberikan ampunan bagi setiap pelanggar prinsip tauhid. Hal ini ditegaskan dalam surat AnNisaa ayat 48, yang berbunyi:
⌧ ☺ ☺
☺
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi orang yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa
mempersekutukan
Allah
maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (Q.S An-Nisa:48). Sebagai ajaran yang sangat prinsipil, doktrin tauhid bukanlah konsep kosong yang tidak hanya ada dalam ucapan dan kenyakinan seseorang. Justru yang
15 16
Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 74-75. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah (Jakarta: Widjaya, 1982), h. 97.
terpenting adalah bagaimana mengaktualisasikan doktrin tauhid itu dalam prilaku keseharian umat Islam.17 Pembahasan mengenai aqidah Islam pada umumnya berkisar pada Arkanul Iman (rukun iman yang enam), yaitu: 1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya 3. Iman kepada Kitab-kitabnya 4. Iman kepada Rasul-rasulnya 5. Iman kepada Hari Akhir 6. Iman kepada Qadha dan Qadar 18 2. Syari’ah Aspek syari’ah, menurut prof. Dr. Syekh Mahmud Syaltut dalam bukunya “AlIslam Aqidah wa Syari’ah” berisi tentang susunan, aturan dan ketentuan yang disyari’atkan Allah dan Rasul dengan lengkap atau pokok-pokonya saja, supaya manusia mempergunakannya dalam mengatur hubungan dengan Allah, saudara seagama, sesama manusia serta hubungannya dengan alam dan kehidupan. Secara umum syari’at Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amalah jinayah, qadhayah dan siyasah: Aspek ubudiyah disebut dengan ibadah, diperluas lagi menjadi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah seperti shalat, puasa haji dan lain-lain. Tata cara dan pelaksanaan ibadah mahdhah harus mengacu pada titah
17 18
Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah, h. 73-75. Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam (Raja Grafindo persada: Jakarta, 1993) 25
Allah dan Rasul-Nya, sehingga manusia dilarang dan diharamkan menambah atau mengurangi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan di seputar ibadah mahdhah. Sedangkan aspek ghairu mahdhah (mu’amalah, jinayah, qadhayah dan siyasah), kemungkinan untuk menambah atau memperbaharui (tajdid) dan menyempurnakan masih tetap ada, sejauh tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang qath’i, baik qath’i al-wurud maupun qath’i al-dilalah. Adapun yang perlu ditekankan adalah bahwa berbagai ketentuan dan aturan yang termuat dalam aspek syari’at itu adalah keharusan kita umat Islam untuk mematuhi dan mentaati. Sikap dan prilaku taat dan patuh terhadap aturan dan ketentuan yang termuat dalam syari’at itulah yang akan melahirkan kemaslahatan, keadilan, harmonisasi dan keseimbangan kehidupan, baik dalam hubungannnya dengan Allah swt, sesama muslim, sesama manusia maupun lingkungan alam secara keseluruhan. Karena tujuan syari’at Islam pada hakikatnya adalah. pembentukan pribadi dan masyarakat yang: 1.
Bersih dan suci jiwanya
2.
Menegakkan keadilan dalam seluruh aspek kehidupan manusia
3.
Menegakkan hak asasi manusia
4.
Tercapainya kemaslahatan umum.19
Menurut yusuf Qordhowi, kata syari’ah mempunyai arti “jalan” dapat kita jumpai Firmana Allah swt surat Al-Jatsiyah ayat : 18 yang berbunyi :
19
Ibid., h. 82-84.
☺ Artinya: “kemudian kami jadikan kamu berada di atas yang syariat (peraturan) dari urusan (agama itu) , maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Al-Jatsiyah :18) Materi sayari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat manusia di dunia, ia merupakan jantung yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Selain itu sayari’ah bersifat universal yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim bahkan hak seluruh umat manusia, dengan adanya syari’ah maka tatanan system di dunia akan teratur dan sempurna. Di samping itu syari’ah mengandung dan mencakup kemaslahatan social dan moral yang meliputi: 1. Ibadah (dalam arti kusus) : Tharah, Sholat, Zakat , Puasa dan Haji. 2. Mu’amallah (dalam arti khusus) 1) Al-Qununul khas (hukum perdata) • Mu’amallah (niaga) • Mu’amallah (nikah) • Mu’amallah (waris dan sebagainya) 2) Al-Qanunul’am (publik) • Hinayah ( pidana ) • Khilafah (Negara) • Jihat (perang dan damai dan sebagainya)
Mu’amalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antar sesama manusia baik yang seagama maupun tidak , antara manusia dengan kehidupannya dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan kehidupannya, dapat kita lihat antara lain dalam hukum Islam tentang makanan, minuman, mata pencarian yang diharamkan atau sebaliknya. Adapun hubungan manusia dengan alam seperti memanfaatkan kekayaan alam semesta untuk kesejahteraan Jadi jelaslah bahwa mu’amalah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas karena mengenai segala aspek kehidupan manusia misalnya pendidikan terhadap anak dalam segala hal dimana semua itu akan menjadi tongkat atau bekal dalam kehidupan selanjutnya. 3. Akhlak Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan etika, moral dan budi pekerti. Namun demikian konsep akhlak memiliki dimensi yang lebih luas dari pada konsep di atas. Sebab konsepsi akhlak tidak hanya mencakup hubungan antara manusia dengan sesama manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan flora dan fauna, serta hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Menurut ajaran Islam aspek akhlak tidak dapat dipisahkan dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan akhlak itulah manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun demikian konsepsi akhlak tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang baik dan
buruk, melainkan juga berprilaku dan selalu condong pada al-akhlaq al-karimah atau akhlak yang baik dan mulia. Memang harus kita akui, bahwa upaya untuk menggali ajaran-ajaran diseputar al-akhlak al-karimah dari Quran dan Sunnah masih sangat terbatas maka tidak heran, apabila pendidikan akhlak yang biasa diberikan baru berkisar pada konsepkonsep tentang: sabar, tawakal, qanaah, zuhud, iffah, berbakti kepada orang tua, sikap pada tetangga dan konsep sejenis lainnya. Padahal kalau memiliki kemauan dan kemampuan untuk menggali konsepsikonsepsi akhlak menurut Quran dan Sunnah secara lebih mendalam, maka kita akan menemukan solusi-solusi ajaran Islam yang berkaitan dengan etika politik, etika sosial, etika ekonomi, dan etika hubungan internasional. Tanpa disadari bahwa pendidikan akhlak yang diterima oleh kita selama ini, telah membuai kita menjadi masyarakat yang dikuasai dan dikendalikan oleh gaya hidup modern yang materialistik. Dari kondisi ini saja kita sudah dapat mengatakan bahwa krisis yang tengah mendera bangsa kita saat ini, tiada lain diakibatkan oleh adanya krisis akhlak dan krisis moral.20 Selain itu akhlak memiliki pengertian yang sangat luas baik bersifat lahiriyah dan melibatkan pemikiran akhlak mencakup berbagai aspek yang meliputi : a. Akhlak kepada Allah swt, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah b. Akhlak terhadap sesama
20
Ibid., h. 89-94.
c. Akhlak terhadap lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik yang binatang, tumbuh-tumbuhan maupun bendabenda yang tidak bernyawa.21 Adapun perinciannya adalah: 1.
Akhlak terhadap Khalik
2.
Akhlak terhadap Makhluk a. Akhlak terhadap manusia Diri sendiri Tetangga Masyarakat b. Akhlak terhadap bukan manusia Flora Fauna dan sebagainya
Materi dakwah yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan, sebagaimana yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh serta cendikiawan atau ulama muslim. Materi dakwah menyangkut dua hal penting ialah: a. Sifat materi dakwah: i. Hendaknya materi itu berakar kepada akarnya, yakni ajaran Islam yang murni (Kitabullah dan Sunnatur Rasul)
21
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung : Mizan, 200), h. 272
ii. Hendaknya
materi
mampu
memberikan
bahan
atau
pelayanan
kemasyarakatan yang mempunyai segi banyak sesuai dengan keperluan hidupnya dan kemampuan penerimannya. iii. Hendaknya materi berpusat pada hidup dan kehidupan manusia, sebab keberhasilan hidup inilah yang akan menentukan kondisi kebaikan dunia dan akhiratnya. iv. Hendaknya
materi
mampu
memberikan
tuntutan
“keselarasan,
keseimbangan dan keserasian” dalam kehidupan manusia. b. Proses pengembangan materi: i. Dakwah dapat menunjang dan menyempurnakan nilai system sosial para penerima dakwah, sehingga memungkinkan diperkembangkan materi dakwah oleh para penerima. ii. Pemberian sarana pembantu terhadap materi dakwah itu sendiri. iii. Adanya evaluasi terus menerus hasil dakwah yang diberikan. iv. Agar dakwah dengan materi yang diberikan itu mantap, hendaknya dipakai dan dipergunakan sistematik yang baik. v. Perlunya dibina kerjasama yang baik antar penerima dakwah dengan da’i dan masyarakat lingkungan, agar memungkinkah pengembangan yang lebih maju untuk selanjutnya.22 2. Hakikat Pesan Dakwah Hakikat pesan dakwah dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai kitab dakwah, dapat dijelaskan secara singkat berikut ini adalah:
22
Habib, Buku Pedoman…, h. 101-102.
a. Di antara wujud kebenaran hakiki (al-haq) adalah al-Islam dan syari’ah, maka pesan dakwah adalah al-Islam atau syari’ah, sebagaimana kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada para nabi-Nya, dan sampai kepada nabi terakhir, yakni Muhammad saw. Pesan dakwah ini dalam Al-Quran diungkapkan dengan terma yang beragam yang menunjukkan fungsi kandungan ajaran-Nya, misalnya dalam Al-Quran AnNahl ayat 125 disebut dengan sabili rabbika (jalan Tuhanmu), yang berbunyi:
☺ ☺ ☺ ☺ Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik (QS. An-Nahl :125) b. Al-Quran menyebutkan term Islam sebanyak 28 kali dalam bentuk kata kerja sebanyak 110 dalam bentuk kata benda, yang secara eksplisit dalam bentuk
kata
al-Islam
sebanyak
6
kali.
kedamaian,
keselamatan,
kesejahteraan, ketundukan dan tata aturan hidup manusia, yaitu sebuah nama bagi ad-din. Adapun kata ad-din itu disebut Al-Quran sebanyak 93 kali dalam bentuk 7 bentuk kata benda dan 1 kali dalam bentuk kata kerja.
c. Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah Al-Quran itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik, paling tidak ada sepuluh maksud pesan Al-Quran sebagai sumber utama Islam yaitu berikut ini: i. Menjelaskan tiga hakikat agama Islam, yaitu iman, Islam dan ihsan, yang didakwahkan oleh para nabi dan rasul. ii. Menjelaskan segala sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakekat kenabian, risalah dan tugas para rasul Allah. iii. Menyempurnakan aspek psikologi manusia secara individu, kelompok dan masyarakat. iv. Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik di atas dasar kesatuan nilai kedamain dan keselamatan dalam agama. v. Mengokohkan
keistimewaan
universalitas
ajaran
Islam
dalam
pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan. vi. Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik Negara. vii. Membimbing penggunaan urusan harta. viii. Mereformasi system peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi. ix. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya. x. Membebaskan perbudakan d. Al-Quran menjelaskan Islam sebagai pesan dakwah memiliki karakteristik unik dan selalu masa kini yakni: i. Islam sebagai agama fitrah.
ii. Islam sebagai agama nasional dan pemikiran. iii. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah dan fiqhiyah. iv. Islaam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demonstaratif (burhan) v. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan) dan nurani (dhamir). vi. Islam sebagai agama kebebasan (huriyah) dan kemerdekaan (istiqlal). vii. Selain yang telah dikemukakan, Islam sebagai agama kedamian dan kasih sayang bagi seluruh alam (rahmatan lil‘alamin). Murtadha Mutahhari mengemukakan karakteristik filosofis pandangan dunia Islam sebagai pesan dakwah yang dirumuskan dalam proposisi berikut: 1) Alam semesta memiliki sifat Ilahi (devine nature). 2) Alam semesta yang realitasnya bergantung pada-Nya dan yang diciptakan dalam zat-Nya, juga diciptakan dalam arti temporal. 3) Apapun yang nyata dalam dunia ini adalah tingkatan yang lebih rendah dari pada realitas yang termasuk dalam dunia lain yang disebut alam gaib. 4) Alam semesta mempunyai tabiat kembali kepada-Nya. 5) Alam semesta adalah suatu system sebab akibat yang bersifat psikologi saja. 6) System sebab-akibat tidak terbatas pada sebab akibat yang bersifat psikologi saja. 7) Ada serangkian tradisi (sunnah) dan hukum-hukum yang kokoh mengatur dunia dan esensal bagi system sebab dan akibat di dalam semesta. 8) Alam semesta adalah suatu realitas yang terbimbing dan perkembangan alam semesta adalah perkembangan yang terbimbing.
9) Dunia mengandung kebaikan dan kejahatan, keserasian dan ketidak serasian, kemurahan dan kekikiran, cahaya dan kegelapan, cahaya dan diam, tetapi kebaikan, keserasian, kemurahan hati, cahaya dan gerakan mempunyai eksistensi yang asli, sementara kejahatan, kontradiksi, kekikiran, kegelapan dan mempunyai eksistensi yang parasitis dan subordinat. Namun eksistensi yang parasitis itu memainkan peranan penting dalam menciptakan kebaikan, keserasian, kemakmuran hati, cahaya, gerakan dan perkembangan. 10) Karena alam semesta merupakan kesatuan yang hidup, artinya karena alam semesta diatur oleh kekuatan-kekuatan yang cerdas, ia adalah alam semesta aksi dan reaksi. Alam semesta tidaklah acuh terhadap kebaikan dan kejahatan manusia, ada pahala dan hukuman, pertolongan dan pembahasan yang seimbang (qishash) di dunia ini, di samping yang akan datang di akhirat. bersyukur dan berbuat kufur tidaklah sama. 11) Sesudah kehidupan yang sekarang ini, manusia akan mengalami kehidupan abadi, yaitu akan diberi pahala atau hukuman sebagai hasil dari awal perbuatannya dalam kehidupan yang sekarang ini. 12) Ruh manusia adalah kenyataan yang abadi 13) Prinsip dasar dan dasar-dasar kehidupan, yakni perinsip-prinsip kehidupan moral dan manusiawi adalah abadi dan tetap 14) Kebenaran adalah abadi. 15) Alam semesta, bumi dan langit dibangun dengan hak dan adil.
16) Kehendak Ilahi menggariskan kemenagan akhir dan kebenaran atas kebatilan. 17) Manusia diciptakan sederajat dan tak seorangpun mempunyai hak istimewa atas orang lain karena rupa kejadiannya, sebab manusia hanya dibedakan manurut: • Ilmunya (Q.S.Az-Zumar [39] : 9), yang berbunyi:
☺ Artinya: “Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak tidak mengetahui”? (QS. Az-Zumar :9) • Perjuangan keagamaan dan spritual di jalan Tuhan (QS. An-Nisa’: 95), yang berbunyi:
☺
⌧
⌧ ☺ ☺ Artinya: “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang )tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan dengan harta dan jiwanya. Allah
melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan).kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga )dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. An-Nisa: 95) 18) Menurut tabiatnya, manusia mamiliki serangkaian pembawaan dan kapasitas batin, termasuk pembawaan moral dan relegius. 19) Karena setiap orang dilahirkan membawa fitrah manusiawai, orang yang peling jahatpun mempunyai kemampuan untuk menerima nasihat dan tobat. 20) Meskipun manusia merupakan satu kesatuan yang riel, ia juga merupakan gabungan (dari unsur-unsur yang berbeda). 21) Karena manusia memiliki esensial spiritual yang tinggi dan kehendak seseorang bersumber realitas spritualnya, manusia adalah merdeka independent. 22) Umat manusia, seperti halnya individu, juga gabungan (dari unsur-unsur yang betentangan ) dan memiliki hukum tradisi, (sunnah), dan institusi, dan sebagai keseluruhan sepanjang sejarahnya belum pernah bergantung pada hakekat seorang manusia tertentu,. Unsur-unsur bertentangan yang membentuk struktur masyarakat umat manusia, yaitu kelompok intelektual, bisnis, politik dan ekonomi sama sekali tidaklah kehilangan identitas mereka.
23) Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah diri mereka sendiri (terlebih dahulu) mengubah apa yang ada dalam diri mereka. 24) Tuhan yang maha kuasa yang menciptakan alam semesta termasuk manusia adalah zat yang maha kaya, lengkap dalam segala aspek dan sempurna secara mutlak. 25) Alam semesta memiliki ketetapan khusus, seperti keterpaduan organisasi dari suatu makhluk hidup sebab ia berasal dari suatu sumber (Tuhan) dan kembali kepada-Nya dalam jalan yang serasi. Dakwah sebagai aktivitas internalisasi, transmisi, transformasi, dan difusi ajaran Islam, dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan, metode, media dan mad’u yang merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu unsur lainnya. Adapun respon, tujuan dan dimensi ruang dan waktu merupakan sesuatu yang melekat (iltizam) proses dakwah, yaitu sesuatu yang berbeda di luar unsur dakwah, tetapi tidak dapat terpisahkan dari proses dakwah.23
B. Siaran Agama di Televisi Ketika Islam baru datang 14 abad yang lalu, dakwah Islam dilakukan dengan tatap muka langsung satu persatu atau kepada sekelompok orang. Selama berabadabad kecuali di padang Arafah setiap musim haji metode inilah yang sering dilakukan, hal itu sudah memenuhi kebutuhan, yakni menjangkau mad’u.
23
155.
Asep Muhydin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 149-
Pada abad ke-19-20 mulai muncul forum dakwah dalam bentuk ceramah umum, dihadiri oleh sejumlah besar orang dan mulai menggunakan alat bantu, yaitu pengeras suara. Ceramah agama di stadion Senayan misalnya, dihadiri oleh lebih dari seratus ribu orang. Dewasa ini, dikala globalisasi tak bisa dihindari di mana arus informasi dan kebudayaan manca Negara langsung masuk kerumah-rumah penduduk melalui media massa padahal arus kebudayaan asing itu menjadi saingan berat dari seruan dakwah Islam, maka dakwah melalui media massa meski hanya bagaikan setetes embun di tengah dinamika atau lebih tepatnya kegerahan masyarakat bumi merupakan suatu keharusan.24 Dalam buku Empat Windu TVRI disebutkan. TV merupakan temuan orangorang Eropa. Perkembangan pertelevisian di dunia ini sejalan dengan kemajuan teknologi elektronik, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley dan kawan-kawan pada tahun 1946. Media televisi mengalami perubahan teknologi secara bertahap, TV generasi pertama adalah hitam putih, TV generasi kedua adalah warna dan TV generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV) TV inilah yang menjamin kesempurnaan tontonan.25 Karena kemampuannya dalam “menyihir” pemirsa TV mendapat julukanjulukan seperti kotak ajaib, electronic baby sitter, narkotik elektronik, “tuhan kedua” atau bahkan “tuhan pertama”. Julukan terakhir dapat dipahami mengingat TV dianggap sebagai suatu yang terpenting dalam kehidupan manusia dan 24
Ahmad Mubarok,Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 151. Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 7-9. 25
karenanya sangat mendominasi kehidupan mereka, seraya menyisihkan kegiatankegiatan lain.26 Tak bisa dibantah, TV punya banyak keunggulan dibandingkan jenis media massa lainnya yakni: 1. pesan TV disajikan secara audio visual, 2. dilihat dari sisi aktualitas peristiwa TV bisa lebih cepat memberikan informasi paling dini kepada para pemirsa, 3. dari segi khalayak TV menjangkau jutaan pemirsa, 4. efek cultural TV lebih besar. Dilihat dari sisi dakwah, TV jauh lebih efektif dari pada jenis media massa lain. Selain itu dakwah di TV memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama Islam. Secara ekonomis dakwah di TV punya pangsa pasar yang potensial. Fungsi dakwah di TV bisa membantu individu dan masyarakat untuk menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini menjadi bagian dari identitas mereka. 1.
Pertelevisian yang Relegius
Televisi Republik Indonesia harus menampakkan wajah bangsa Indonesia” kata R. Harmoko, ketika ia masih menjabat Menpen, TVRI harus memunculkan nilai-nilai budaya bangsa, bukan nilai-nilai budaya asing. Menpen menekankan, pertelevisian di negara ini harus menjadi tuan di rumah sendiri. Dengan ungkapan lain, sebagaimana meng “Indonesia”kan pertelevisian Indonesia yang sudah relatif lama digaet era globalisasi. Bagaimanapun industri pertelevisian nasional harus memiliki komitmen religius, karena bangsa Indonesia
26
Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 139.
adalah bangsa yang beragama. Negara kitapun menjunjung tinggi agama (Sila Pertama Pancasila). Sebagai sebuah Negara Pancasila yang menjunjung tinggi agama, harus memiliki lembaga penyiaran (TV, radio dan Internet yang relegius). TV Indonsia harus TV yang religius. Kenyataannya TV yang ada justru melakukan desak realisasi agama dan sekularisasi. Konsekuensinya ialah apa yang “haram” bagi komunikasi dakwah belum tentu “haram” bagi kebutuhan industri media massa. Dengan demikian perintah agama melalui dakwah Islam belum tentu sepenuhnya bisa terakomodasikan ke dalam pengolaan media massa yang terikat pada tuntunan industralisasi. Akibatnya terjadilah apa yang biasa di sebut sinkretisme dalam system pemberitaan atau “ siaran rohani” (dakwah bil lisan dan dakwah bil hal). Pada
umumnya
TV
swasta
bersikap
sinkretis.
Artinya,
siarannya
mencampurbaurkan yang haq dan yang bathil. Ada tayangan mimbar agama, pengajian dan sebagainya. Tetapi tayangan-tayangan lain menampilkan film yang menawarkan selera rendah, iklan yang jorok, wanita-wanita yang nyaris “polos” total dan semacamnya, mungkin menurut pengelola siaran hal itu sesuai ciri universalitas media massa yang banyak ragam isinya karena khalayak juga heterogen dan massal. 27 Jika kita simak acara-acara yang muncul di layar TV cenderung mempunyai kesaamaan materi (isi) pertama, kesamaan materi dalam paket acara berita reguler, kedua, kesamaan materi dalam paket acara infotaiment ketiga, kesamaan
27
Andi Abdul Muiz, Komunikasi Islam (Bandung: Rosda Karya, 2001), h. 199-201.
materi dalam paket acara kuis, keempat, kesamaan materi dalam penayangan film-film. Kemajuan dan keberagaman program acara televisi memang menjadi hal urgen Program acara yang sudah ada harus dikembangkan secara baik agar TV yang kini hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi sarana hiburan tapi juga sarana pendidikan dan penegakan moral. Program acara TV hendaknya tidak kebablasan, tidak menimbulkan kesan menjijikkan dan nyinyir.28 Pada dasarnya, tidak ada kelompok masyarakat yang menolak kehadiran TV, tapi bagaimana kebijakan dan format program TV dibuat, khususnya dalam kebijakan format dakwah. Dilihat dari volume program dakwah, proporsi acara dakwah di TV jauh lebih kecil dibanding acara informasi dan hiburan termasuk iklan. Dari segi materi dakwah, para produser TV masih lebih mementingkan siapa orangnya, bukan apa isinya. Agak sulit misalnya kita bisa memperoleh materi dakwah yang runtut tentang berbagai bidang dalam keislaman. Sementara media yang dalam sajian materinya harus mempertimbangkan aktualitas, materi dakwah tampak masih belum kontekstual dan historis. Bagaimana mengangkat realitas kerusuhan, politik Islam, atau ketegangan berbabau SARA sebagai bagian dari bidikan dakwah agak belum terangkat optimal dalam dakwah di TV. Demikian pula sajian hiburan yang bernuansa dakwah atau dakwah yang bernuansa Islam juga kurang tampak mengimbangi dunia sinetron yang berkiblat pada mazhab Multivision-nya Ram Punjabi. Sajian
28
Baksin, Jurnalistik Televisi…, h. 44-45.
informasi, baik berupa komentar maupun feature yang mengangkat pengalamanpengalaman spiritual belum nampak menjadi format acara dakwah. Dilihat dari segi politik informasi, dakwah adalah suplemen dan komponen kecil dari politik penyiaran di TV. Ia bukanlah sebuah target yang ingin membentuk masyarakat religius, tapi sekedar asesoris untuk bisa mengklaim bahwa TV punya komitmen keagamaan. Di balik semua kepentingan muaranya adalah bisnis. Implikasinya informasi apapun, termasuk dakwah haruslah menjadi sebuah komoditas dari sebuah produk yang layak jual. Rating bagi TV menjadi ukuran apakah acaranya lama atau sebentar, cita rasa dan kebutuhan penonton menjadi orientasi utama format siaran. Padahal apa yang dikehendaki kebanyakan orang belum tentu bermutu. Format siaran dakwah yang cenderung formalistik, simbolik dan miskin kreativitas bukan saja ditentukan karena terbatasan penulis skenario atau naskah atau terbatasnya produser dan langkanya agen atau biro iklan yang mendanai acara-acara yang bernuansa Islam, tetapi lebih karena politik penyiaran yang memandang Islam hanya bagian dari sebuah kehidupan kecil di antara aspekaspek kehidupan lainnya. Akibatnya porsi waktu yang disediakan untuk dakwah Islam lebih terbatas. Tidak benar, bila miskin tayangan dakwah lantaran miskin nya kreativitas umat. Buktinya pada bulan Ramadhan, banyak acara bagus yang bernuansa Islami, karena politik penyiaran memberi keleluasaan waktu untuk acara-acara
yang bernuansa Islami. Jadi, kreativitas itu ada dan akan muncul bila ada kebebasan waktu dan acara yang diberikan TV.29 2. Paket Keagamaan di Televisi Diantara banyak paket acara di TV, yang paling menyedihkan dan jumlah pemirsa adalah paket-paket keagamaan. Dahulu sebelum ada RCTI dan TPI, stasiun TVRI berusaha membagi “jatah” untuk paket-paket keagamaan ini setiap hari dalam satu minggu. Kesamaan paket keagamaan ini selalu menampilkan tayangan monoton dan tidak mempunyai daya tarik sebagai tontonan rohani pemirsa. Setelah masuknya RCTI dan TPI dalam khasanah pertelevisian Indonesia, secara tidak langsung mempengaruhi juga penanyangan dan bentuk paket acara di tiap-tiap materi yang disajikan. Salah satunya adalah kuliah subuh yang digarap oleh TPI sekaligus sebagai santapan rohani umat Islam di waktu pagi hari. Ternyata paket kuliah subuh ini mendapat daya tarik luas dan bermanfaat cukup besar bagi pemirsa di rumah. Ini disesuaikan dengan pemirsa tanpa meninggalkan intisari dari nilai agama itu sendiri. Begitu juga pihak RCTI dengan menghadirkan paket penyegaran rohani dengan kemasan yang berbeda dengan TVRI dan TPI. Dengan berfariasinya tayangan paket keagamaan dari ketiga TV di Indonesia ini membuktikan bahwa paket keagamaan memang benar-benar paket yang “wajib” ada dalam setiap program TV.
29
Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer (Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 89-90.
Sampai saat ini mengapa peminat keagamaan yang ada di TV begitu terbatas sekali, apakah ini dikarenakan sudah seringnya ceramah-ceramah keagamaan di setiap tempat ibadah atau memang kemasan yang disajikan terlalu monoton atau istilahnya “ortodok”. Kalau kita mau jujur di tengah derasnya arus globalisasi dunia serta dekadensi moral yang melanda moral manusia perlu segera diambil jalan keluar untuk mengatasi masalah itu. Salah satunya adalah agama. Hadirnya paket keagamaan di TV sedikit banyak memberikan “filter” bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat sesuai aturan agama serta hukum tertulis dan berlaku secara universal. Jadi logis kalau paket keagamaan di TV dibenahi dalam penyajiannya. Hampir sebagian besar paket keagamaan baik di TVRI lebih banyak memberikan topik-topik yang baik dan bermakna tetapi dalam kemasan penyajian tidak “menarik”. Adalah sesuatu yang wajar bila para programmer TV kita mau berbenah dari dalam menyajikan paket keagaman. Paket keagamaan tidak boleh “kalah” dengan paket lainnya yang juga mengisi tayangan layar kaca kita. Bukan tidak mungkin bila paket keagamaan ini kita kemas sebaik mungkin tanpa meninggalkan inti agama itu sendiri, maka paket keagamaan mempunyai tempat “tersendiri” di hadapan pemirsa. Hal ini pun pada akhirnya bermanfaat bagi pemirsa untuk berpola tingkah laku dalam setiap tindakan setelah melihat paket-paket keagamaan tersebut.30 Dakwah bukan lagi merupakan acara yang kaku dan penuh uraian dogmatis kaidah agama, tetapi sudah mengarah keberbagai topik masalah kehidupan seharihari sebagai aplikasi dari ajaran agama, tanpa menghilangkan unsur hiburan.
30
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Jakarta: Rineke Cipta, 1996), 190-192.
Format acara dakwah di TV saat ini adalah: MONOLOG Seorang ulama membawa satu topik dan menguraikan berdasarkan pandangan agama. Cara ini bila tidak dibawakan dengan menarik atau ulama yang kurang menguasai retorika maka kurang disukai pemirsa. Dalam kondisi tertentu masih ditampilkan, misalnya untuk ulama di luar jawa, karena peralatan syuting yang dibawa terbatas. DIALOG Dakwah seperti ini belum lama berkembang, yaitu sejak mulai TV swasta mengudara. Dialog dipandu oleh pembawa acara, kemudian ada satu orang atau lebih ulama atau narasumber, bintang tamu dan peserta diskusi. Dakwah dengan format dialog ini umumnya digemari pemirsa karena ada interaksi antar pengisi acara, sehingga terasa acara menjadi hidup. Dialog ini juga dilaksanakan dalam siaran langsung (live) Bentuk dialog yang lain adalah MOS (Man On the Street), gabungan antara dialog di studio dengan komentar orang-orang yang ditemui di jalan atau berbagai tempat. FILM CERITERA Dakwah dapat juga dikemas dalam bentuk film ceritera, dengan berbagai isinya, baik drama, sejarah maupun sinetron yang akhir-akhir ini makin mempopuler di Indonesia.
LIPUTAN PERJALANAN Liputan perjalanan ketempat-tempat yang bernilai sejarah Islam, umumnya cukup menarik. Peninggalan kuno pada zaman kejayaan Islam yang ada di Spanyol, Maroko, Mesir, Yordania, Israel, Saudi Arabia, India dan Cina, merupakan informasi sejarah Islam yang banyak digemari pemirsa. SIARAN LANGSUNG SHOLAT TARAWIH Yang dimakdus di sini adalah siaran langsung shalat tarawih di Masjid Haram selama bulan Ramadhan, yang dipancarkan oleh TV Saudi Arabia ke-50 negara. Negara-negara yang berminat menyiarkan di wilayahnya bisa meminta untuk memperolehnya secara cuma-cuma. KUIZ BERHADIAH Format dakwah Islam yang lain adalah diselenggarakannya acara siaran langsung talk show pada bulan Ramadhan, dengan menyertakan acara berhadiah (kuiz). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seputar pengetahuan agama Islam. Acara seperti ini cukup banyak menarik pemirsa.31 Tabel 1 Acara Dakwah Islam di Waktu Pagi di Stasiun TV STASIUN ACARA
JAM PENAYANGAN
KETERANGAN
TVRI
Hikmah Pagi
05.30-06.00 WIB
Setiap Minggu
RCTI
Hikmah Fajar
05.30-06.00 WIB
Setiap Hari
TPI
Kuliah Subuh
05.30-06.00 WIB
Setiap Hari
31
Faridl, Dakwah Kontemporer h. 100-101.
ANTEVE
Mutiara Subuh
05.30-06.00 WIB
Setiap hari
SCTV
Di Ambang Fajar
05.00-05.30 WIB
Setiap Hari
IVM
Fajar Imani
05.30-06.00 WIB
Tiap Sabtu dan Minggu
Setelah TV menayangkan berbagai acara keagamaan secara terus-menerus dan berkualitas, maka persepsi negatif terhadap TV dapat dikurangi dan dinetralisir32 3. Wajah Televisi di Bulan Ramadhan Interaksi antara agama dengan media massa meningkat dari waktu-kewaktu. Bukan saja media massa yang mengkhususkan diri sebagai media dakwah atau sebaliknya. Setiap kali tiba bulan Ramadhan semua media massa turut menyemarakkan suasana bulan suci bagi umat Islam, menyebarluaskan syiar Islam serta imbauan-imbaun pemerintah tentang perlunya memelihara kerukunan antar umat beragam. Masalah-masalah agamapun memperoleh porsi yang memadai atau malahan makin banyak dikedepankan dalam tiap bulan Ramadhan, hampir semua stasiun TV menggelar buka puasa dalam berbagai seginya. Acara gema Ramadhan pada setiap tahunnya mengalami peningkatan yang agak tajam di hampir semua stasiun TV. Tampaklah dilayar TV kegiatan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, misalnya tayangan sedekah, infaq atau pemberian bingkisan kepada fakir miskin dan anak yatim. Jika itu terjadi maka semaraknya syiar agama, suasana Ramadhan dan ceramah-ceramh agama, tak lebih dari sekedar kegiatan untuk memenuhi norma32
Ibid., h. 99-100
norma sosial artinya syiar agama lebih sebagai tuntutan norma sosial (norma kelompok) yang jika tidak diikuti atau diramaikan merasa malu.33 Bulan Ramadhan semua stasiun TV seakan berlomba-lomba
untuk
memperbanyak siaran bernuansa Islam. Demikian pula halnya dengan para produsen yang tak mau ketinggalan untuk beriklan di TV swasta pada semua acara keagamaan Islam, dapat dikatakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan “panen” duit.34
33 34
Abdul Muiz, Komunikasi Islam, h. 188-196. Faridl, Dakwah Kontemporer, h. 104.
BAB III GAMBARAN UMUM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI
F. Visi dan Misi Setiap acara yang digarap dan di tampilkan disebuah stasiun televisi pasti memiliki visi dan misi. Begitupun dengan acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Adapun visi dan misi acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah: Visi: Semua Ibu Adalah Bintang dan kebaikan yang dimiliki ibu sekecil apapun adalah bintang. Misi: Untuk menyadarkan kita bahwa apa pun dan siapa pun ibu, memiliki peran yang sangat penting, selain itu acara ini untuk mengangkat derajat seorang ibu.
G. Target Acara Target audien dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah untuk umum, jadi acara ini untuk semua kalangan baik ibu-ibu, bapak-bapak, remaja dan semua agama. Tetapi lebih dikhususkan untuk ibu-ibu. Selain itu target yang ingin dicapai adalah, menyajikan suatu acara agama yang serat dengan berbagai macam pengetahuan baik tentang pendidikan, agama dan psikolologi khususnya bagi kaum ibu.
Format acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah dialog di mana acara ini dipandu oleh presenter yaitu mba’ Neno Warisman, kemudian menghadirkan narasumber, bintang tamu pakar psikolog, pakar agama dan peserta diskusi. Format dialog biasanya digemari pemirsa karena ada interaksi antar pengisi acara, sehingga terasa acara ini menjadi hidup C. Format Acara Format acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah talk show dimana dalam acara ini menghadirkan nara sumber dan bintang tamu yang mengulas topik yang sedang diperbincangkan, menghadirkan audient dan terjadi dialog antara nara sumber, bintang tamu dan audient sehinggga acara ini terlihat hidup. Adapun format acara “Untukmu Ibu Indonesia” sebagai berikut: Format Acara: 1. SEGMEN I 2. OPENING TUNE 3. HOST BUKA ACARA • Host mengucapkan salam • Host menjelaskan sedikit tentang tema yang diangkat • Host sapa peserta dan memperkenalkan peserta, bintang tamu dan nara sumber (TTP masih rahasia) • Host mengantar ke combreak • Lagu : “Semua ibu pasti memberikan yang terbaik tuk generasi masa depan” 4. GO TO BREAK
5. SEGMEN II • Lagu (sesuai dengan tema atau topik yang diangkat) • Host sapa pesera di studio dan rumah • Host perkenalkan bintang tamu dan mengajak untuk berdialog tentang tema yang diangkat • Host perkenalkan nara sumber dan mengajak berdialog tentang tema yang diangkat • Host memberikan kesempatan kepada peserta (1 orang) di studio untuk memberikan tanggapan terhadap pemaparan bintang tamu dan nara sumber • Host mempersilahkan nara sumber memberikan pemaparan selanjutnya • Host mengantar ke combreak • Lagu “Semua ibu pasti memberikan yang terbaik tuk generasi masa depan” 6. GO TO BREAK 7. SEGMEN III • Host menyapa kembali pemirsa di studio dan rumah • Host memperkenalkan narasumber dari psikolog dan mengajak berdialog • Host mengajak nara sumber berdialog lagi • Host memperkenalkan nara sumber dari agama dan mengajak untuk berdialog • Host mengantar ke combreak tapi sebelumnya kita saksikan lagu berikut ini yang dibawakan oleh………
8. GO TO BREAK 9. SEGMEN IV • Host kembali menyapa pemirsa di studio dan rumah dan kembali berdialog dengan nara sumber • Host memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang topik yang di angkat (1 orang) • Host mempersilahkan narasumber dari psikolog untuk menaggapi pertanyaan • Host mempersilahkan narasumber dari agama untuk menaggapi pertanyaan 10. HOST TUTUP ACARA • Host sebelum mengakhiri (menutup) acara memberikan kesimpulan, mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepada peserta, nara sumber, dan kerabat kerja TVRI. • Lagu penutup dibawakan oleh host Hj. Neno Warisman • Rolling telop kerabat kerja produksi TVRI
H. Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia” Acara “Untukmu Ibu Indonesia” merupakan acara pergantian dari Mutiara Jum’at yang mana acara ini lebih menekankan pada dunia muslimah, berbeda dengan acara “Untukmu Ibu Indonesia” yang lebih fokus pada peran ibu itu sendiri.
Asal mula terciptanya atau terbentuknya acara yang berjudul “Untukmu Ibu Indonesia” adalah adanya kerja sama dengan SNF (Seto Neno Fondation) yang perduli masalah keluarga khususnya ibu. Jadi acara “Untukmu Ibu Indonesia” bekerja sama dengan SNF milik Hj. Neno Warisman sendiri selaku presenter dalam acara ini. Awalnya sebelum Mutiara Jum’at berganti acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Mba’ Neno menawarkan sebuah ide acara kepada TVRI yang pada saat itu mba’ Neno sedang membuat buku yang berjudul “Semua Ibu Adalah Bintang”, dalam hal ini mengharapkan kita membangkitkan apapun ibu itu yang istri tukang becak, pemulung, pelacur, semua ibu adalah bintang di dalam hatinya terpercik suatu kebaikan kebaikan yang sekecil itu kita namakan bintang. Apabila yang baik itu kita tumbuhkan dan dibangkitkan, timbullah dia menjadi atau merubah pikiran dia jadi lebih baik. Kita harapkan ibu-ibu Indonesia seperti itu apapun ia kita ingin mengangkat derajatnya dia. Sehingga tercetuslah judul “Untukmu Ibu Indonesia”. Sebelum itu, konsep yang ditawarkan oleh mba’ Neno dirundingkan terlebih dahulu bersama ibu Kadek selaku produser dan tim produksi lainnya. Tutur ibu Kadek “apa yang ditawarkan oleh mba’ Neno tidak kita terima begitu saja tapi kita rundingkan terlebih dahulu yang akhirnya melahirkan sepakatan bersama dengan judul “Untukmu Ibu Indonesia”.35 Selain itu kalau dulu Mutiara Jum’at ditayangkan selama dua jam, pertama iqro’, kedua dialaog dan ketiganya nasihat. Karena waktu yang terlalu panjang akhirnya diambil dialognya saja dan digantikan dengan acara “Untukmu Ibu 35
Nei Kadek Suwardin, Produser Acara “Utukmu Ibu Indonesia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Mei 2008. Kantor Produksi TVRI LT: IV.
Indonesia” Dalam hal pembiayaan acara ini ditanggung oleh kedua belah pihak antara TVRI dan SNF (Seto Neno Fondation). TVRI hanya membiayai kru dan produksinya saja selebihnya ditanggung NSF. Acara ini berbeda dengan acara agama lainnya karena dikemas dengan bentuk yang berbeda dan umum padahal ini acara agama, ini bisa kita lihat pada judulnya “Untukmu Ibu Indonesia” yang terkesan bukan acara agama. Dalam acara ini menghadirkan nara sumber dan bintang tamu dari berbagai kalangan baik dari perempuan dan laki-laki, jadi tidak selalu perempuan yang ditampilkan semuanya itu disesuaikan dengan topik yang sedang diperbincangkan. Uniknya lagi acara ini menghadirkan pakar psikolog dan pakar agama (ustd dan ustadzah) . Topik yang diangkat beraneka ragam contoh narkoba, sedangkan audien yang hadir bermacam-macam seperti tukang pijit tuna netra, mahasiswa dan mahasiswi Universitas Tirtayasa Banten dan sebagainya. Jam tayangnya adalah jam11.0012.00 dengan durasi waktu 1 jam atau 60 menit yang disiarkan secara tidak live dan adanya pengulangan siaran, berlangsungnya acara ini kurang lebih satu tahun dan pertama tayang pada bulan April 2007. Bisa dibilang acara ini merupakan siraman rohani yang berbeda, di mana ada hantaran lagu di awal sebelum masuk ke topik pembahasan, kemudian pemaparan-pemaparan topic dari bintang tamu, nara sumber kemudian tanggapan atau komentar dari pakar psikolog dan tanggapan pakar agama (ustad atau ustadzah) dan diakhiri dengan lagu yang diciptakan Mba’.Neno sendiri. Lagu ini termasuk lagu wajib acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Adapun bait-bait lagu:
Tak ada ibu 3X yang bodoh di muka bumi ini Walaupun ibu2X tidak sempat sekolah tinggi Tak ada ibu3X yang tak kuat hati nurani Walaupun ada2X sisi gelap dihatinya yang tersembunyi Tak ada ibu3X yang tak kenal dengan Tuhan Walaupun ibu2X belum benar-benar teguh ber iman Tak ada ibu3X yang kuat dan tegar Walaupun ibu sesekali pasti mengeluh Semua ibu adalah bintang Semua ibu patut disayang Semua ibu pasti memberikan yang terbaik tuk generasi masa depan Acara ini sangat sarat sekali dengan berbagai macam pengetahuan karena acara ini mengulas bermacam-macam masalah yang timbul di Indonesia khususnya. Selain itu acara “Untukmu Ibu Indonesia” suatu acara yang mengangkat harkat dan martabat seorang ibu karena ibu memiliki peran yang sangat urgen terhadap masa depan selanjutnya. Sehingga diharapkan kepada ibu-ibu Indonesia khususnya menjadi ibu-ibu yang melahirkan generasi-generasi yang berkualitas bagi Agama, bangsa dan Negara. Selain itu acara ini menyadarkan kita apa pun ibu pasti memiliki nilai kebaikan.
I. Gambaran Umum Program-program Acara di Stasiun TVRI TVRI menganut konsep general education sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan pendidikan, berita, hiburan dan sebagainya. Sejak pertama kali
didirikan TVRI tetap pada prinsipnya sebagai TV pemerintah dan masyarakat, karena TVRI mengemban misi harus memberikan pelayanan dan tayangan terbaik dengan berorientasi pada keutuhan Bangsa dan Negara. Adapun strategi yang dilakukan TVRI adalah mencari dan memberikan sesuatu yang berbeda untuk pemirsa dengan memberikan program dan tayangan yang dapat memberikan informasi tentang ke-Indonesiaan dan kedaerahan. Tabel 2 Program-program Acara TVRI 2008 No
Materi Siaran TVRI 2008
1
Menyongsong Pagi
2
Hikmah Pagi
3
Teletilawah
4
Majalah Berita “Selamat Pagi Nusantara”
5
Sport Café Senayan
6
Pelajaran Bahasa Indonesia
7
Pelajaran Bahasa Inggris
8
Pelajaran Matematika
9
Film Kartun Boneka
10
Film Kartun Anak
11
Film Kartun Sore
12
Varia Anak
13
PECI (Pengenalan Cinta Indonesia)
14
Uluran Tangan
15
Kios Pintar
16
Dimensi Pagi
17
Info TVRI
18
Gerai Musik
19
Berita Nusantara
20
Mimbar Agama Budha
21
Mimbar Agama Hindu
22
Mimbar Agama Kong Hu Chu
23
Mimbar Agama Kristen Prostestan
24
Mimbar Agama Katholik
25
RANTANG (Resep Andalan Bintang)
26
Berita Siang
27
Situs-Situs
28
Keliling Indonesia
29
Informasi Seputar Parlemen
30
Kabar Dari Desa
31
Info Otomotif
32
Antar Gelanggang
33
Perempuan Berkarya
34
Kenali Nagerimu Cintai Negerimu
35
PANCAR (Panggung Ceria)
36
Englis News Service
37
Berita Regional
38
Lihg Talk Show-The Lobby
39
Ligh Talk Show-Studio 8
40
Berita Nasional
41
Nusantara Negeri Tercinta
42
Konek (Komedi Nuansa Etnik)
43
BINAR (Bahasa Indonesia yang Benar)
44
Melacak Jejak
45
Service Feature/ News Magazine/ Pelayanan Publik
46
Laporan Internasional
47
Jendela Dunia
48
Jalan-jalan ke Desa
49
Pasar Agro
50
Pengembangan Teknologi Bertani
51
INTERA (Informasi Teknologi Rakyat)
52
Sang Pembangkit
53
Dunia Dalam Berita
54
Monitor Olah Raga
55
Gebyar Keroncong
56
Kamera Ria
57
Dangdut Pro Manis
58
Pesona Indonesia
59
Campur Sari
60
Untukmu Ibu Indonesia
61
CANGLIM (Bincang Ta’lim)
62
Jazz
63
Klasik
64
Country Road
65
Bintang-bintang Blues
66
Bintang Kampung
67
Jangan Cemberut Indonesia
68
Remaja Gaul
69
Selendang
70
Dialog Aktual
71
Film Indonesia
72
Sketsa/Budaya Daerah
73
Pagelaran Budaya Daerah
74
Wayang
75
RESTO (Resep Internasional)
76
Legenda
BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA”
A. Bagaimana Pesan-pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” 1. Temuan data dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” Acara “Untukmu Ibu Indonesia” merupakan acara keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau ditayangkan melalui televisi (stasiun TVRI). Acara ini kemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah yang bermanfaat bagi para orang tua khususnya kaum ibu dan seluruh pemirsa di seluruh Indonesia yang menyaksikannya. Adapun pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalamnya adalah: 1. Pesan dakwah aqidah yang terdiri dari: a. Iman kepada Allah b. Iman kepada Malaikat c. Imanan kepada Kitab d. Iman kepada Rasul e. Iman kepada Hari Akhir f. Iman kepada Qodha dan qodar
2. Pesan dakwah syari’ah yang terdiri dari: a. Ibadah b. Muamalah 3. Pesan dakwah akhlak yang terdiri dari a. Akhlak terhadap Allah b. Akhlak terhadap manusia c. Akhlak terhadap selain manusia Pada bab ini peneliti akan menganalisis pesan-pesan dakwah bulan Februari 2008 dengan tema “Percaya diri bicara seks pada anak usia 0-6 tahun”. Penelitian ini dibantu tiga orang juri dimana mereka memberikan penilaian terhadap transkip data dan semua itu disesuaikan dengan kategori pesan dakwah yang telah ditentukan. Ditemukan beberapa perincian pesan dakwah sebagai berikut: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Tabel 3 Temuan Data Umum Pesan Dakwah dalam Tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” No
Kategori
Frekuensi
Persen
1
Aqidah
21
12,65 %
2
Syari’ah
80
48,20 %
3
Akhlak
65
39,15 %
166
100 %
Jumlah
Berdasarkan hasil temuan di atas, menunjukkan bahwa pesan dakwah yang mengandung nilai aqidah lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar 12,65 %, sedangkan untuk pesan dakwah yang mengandung nilai akhlak juga masih belum dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 39,15 % dan pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah lebih mendominasi dibanding dengan yang lainnya yaitu sebesar 48,20 %.
Tabel 4 Hasil Temuan Data Pesan Aqidah No
Sub Kategori
Frekuensi
Persen
1
Iman kepafa Allah
15
71,43 %
2
Iman kepada Malaikat
0
0%
3
Iman kepada Kitab
6
28,57 %
4
Iman kepada Rasul
0
0%
5
Iman kepada Hari Akhir
0
0%
6
Iman kepada Qodha dan Qodar
0
0%
21
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa kategori pesan aqidah yaitu: iman kepada Allah sebesar 71,43 %, iman kepada Malaikat sebesar 0 %, iman kepada Kitab sebesar 28,57 %, iman kepada Rasul sebesar 0 %, iman kepada Hari Akhir sebesar 0 % dan iman kepada Qodha dan qodar sebesar o %.
Tabel 5 Hasil Temuan Data Pesan Syari’ah No
Sub Kategori
Frekuensi
Persen
1
Ibadah
22
27,5 %
2
Muamalah
58
7,25 %
80
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa kategori pesan syari’ah yaitu: Ibadah sebesar 27,5 % dan Muamalah sebesar 72,5 %.
Tabel 6 Hasil Temuan Data Pesan Akhlak No
Sub Ketegori
Frekuensi
Persen
1
Akhlak terhadap Allah
9
13,85 %
2
Akhlak terhadap manusia
56
86,15 %
3
Akhlak terhadap selain manusia
0
0%
65
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas diperoleh data, bahwa kategori pesan akhlak yaitu: akhlak terhadap Allah sebesar 13,85 %, akhlak terhadap manusia 86,15 % dan akhlak terhadap selain manusia sebesar 0 %.
Tabel 7 Hasil Temuan Data Berdasarkan Rumus Coefisien Reability No
Sub Kategori Aqidah
Juri I
Juri II
Juri III
1
Iman kepada Allah
5
5
5
2
Iman kepada Malaikat
0
0
0
3
Iman kepada Kitab
2
2
2
4
Iman kepada Rasul
0
0
0
5
Iman kepada Hari Akhirat
0
0
0
6
Iman kepada Qodha dan Qodar
0
0
0
7
7
7
Juri I
Juri II
Juri III
Jumlah No
Sub Kategori
1
Ibadah
7
8
7
2
Muamalah
20
19
19
27
27
26
Juri I
Juri II
Juri III
Jumlah No
Sub Kategori
1
Akhlak terhadap Allah
3
3
3
2
Akhlak terhadap Manusia
20
16
20
3
Akhlak terhadap selain manusia
0
0
0
23
19
23
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa, kategori aqidah memiliki penilaian yang sama antara juri 1, 2 dan 3, pada kategori iman kepada Allah sebanyak 5 dan iman kepada kitab sebanyak 2 sedangkan sisanya sebesar 0.
Adapun kategori syari’ah yaitu ibadah, juri 1 dan 3 sama sebanyak 7 dan juri 2 sebanyak 8. Pada muamalah juri 1 sebanyak 20, sedangkan juri 2 dan 3 sama sebanyak 9. Kategori akhlak pada akhlak terhadap Allah memiliki kesamaan antara juri 1, 2 dan 3 sebanyak 3, sedangkan akhlak terhadap manusia juri 1 dan 3 memiliki kesamaan sebanyak 20 dan juri 2 sebanyak 16 dan iman kepada selain manusia juri 1, 2 dan 3 tidak memberi nilai. Tabel 8 Hasil Kesepakatan Antar Juri Antar Juri
Aqidah
Syari’ah
Akhlak
Jumlaj
1 dan 2
7
26
19
52
1 dan 3
7
26
23
56
2 dan 3
7
26
19
52
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa kesepakatan antar juri 1, 2 dan 3 untuk aqidah dan syari’ah memilki kesamaan yaitu aqidah sebesar 7 dan syari’ah sebesar 26. Adapun kesepakatan juri pada akhlak berbeda yaitu juri 1 dan 2 sebesar19, juri 1 dan 3 sebesar 23 dan juri 2 dan 3 sebesar 19. Table 9 Perhitungan Antar Juri Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Jumlah
1 dan 2
166
52
114
0,31
1 dan 3
166
56
110
0,33
2 dan 3
166
52
114
0,31
Dari tabel di atas diketahui bahwa, perhitungan antar juri yaitu: juri 1 dan 2 sebesar 0,31, juri 1 dan 3 sebesar 0,33 dan juri 2 dan 3 sebesar 0,31.
Tabel 10 Coefisien Reability Antar Juri Anatar Juri
Persen
1 dan 2
0,31
1 dqn 3
0,33
2 dan 3
0,31
Jumlah
0,95
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil kesepakatan antar juri yaitu sebesar 0,95. hasil ini didapat dari jumlah semua nilai kesepakatan antar juri. Dengan rumus Komposit Reability sebagai berikut: Komposit Reability
N (X antar juri) 1 + (N-1) (X antar juri)
Keterangan: N = Jumlah Juri X = Rata-rata Coefisien Reability Nilai rara-rata (X) ~ 0,95 : 3 + 0,316 Komposit Reability : 3 X 0,316 = 0,948 = 0,6 1+ 2 X 0,316 1,632 Dari hasil perhitungan tersebut penilaian ini memiliki tingkat validitas yang cukup. Karena penilaian ini menggunakan 3 juri, sehingga tidak akan terjadi kekeliruan data dan penilaian ini dapat dikatakan akurat dan objektif.
2. Deskripsi pesan dakwah dalam tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” Tema
: Percaya Diri Bicara Seks Pada Anak Usia 0-6 Tahun
Disiarkan Tgl
: Jum’at 08 Februari 2008
Pembicara
: Ibu Elly Risman Musa P.Si (pakar psikolog sekaligus pakar agama)
Seksualitas adalah keutuhan diri kita jadi cara kita berfikir, bersikap, menampilkan diri, cara menunjukkan pendapat kita itu sebenarnya seksualitas kita. Misalnya rambut terbuka, pakai anting besar, pakai baju pendek terus saya samperin pak kameraman “halo mas apa kabar?”, beda tidak seksualitas saya yang seperti itu dengan saya yang seperti ini (berpakaian secara muslimah). Yang kita bicarakan tentang anak-anak kita adalah bukan tentang seknya, tapi bagaimana membangun seksualitas yang sehat tidak terkena penyakit dia tumbuhnya lurus, kalau dia laki-laki menjadi laki-laki yang benar kalau dia perempuan menjadi perempuan yang benar, sehat dan benar menurut agama kita. Anak-anak kita hidup di era teknologi, kita sebut era layar seperti TV, kita sebenarnya kurang faham dampak layar tersebut. Pertama adalah layarnya bagi mata anak, sinar biru itu merusak langsung retina secara pelan-pelan, “pada suatu saat saya lihat ibu saya, lihat hidungnya saya lihat matanya. Terus kemudian belum lagi program-program atau isi-isi dari berbagai macam layar tersebut, ya…untuk anak kita. Jadi kalau menjawab pertanyaan bunda tadi “jadi siapa yang paling bertanggung jawab? adalah kedua orang tua yang secara agama ya… maupun secara undang-undang kesejahteraan anak. Penanggung jawab utama dan pertama dalam pengasuhan anak-anak kita, parenting bersama bu! koperenting atau jual parenting, kedua-duanya ga’ bisa lagi dengan semua tantangan era layar ini. “Bapak-bapak pengennya udah ya.. mama aja ya… nanti dimana-mana mama ga’ bisa, udah kuno jadi dua-duanya
harus bertanggung jawab”. Itupun harus dengan konsekuensi dan respek masalah, misalnya, seperti ini ya.. bu kalau kita punya anak perempuan yang sedang tumbuh, kita udah pastilah menyiapkan atau ngomong sedikit banyaknya tentang masalah menstruasi, tapi dan segala macam seputar itulah, bagaimana nanti kalau bocor, bagaimana supaya maaf ya…keringatnya bau kan bu? supaya hidupnya bersih dan sebagainya, tapikan itu saja tidak cukup ya… anak perempuan itu mesti di ajar juga oleh ayahnya. Apa kata laki-laki kalau anaknya ditelpon ngomongnya begini haaaa… hiiii… (tertawa cekikikan) itu kira-kira suara laki-laki di sebelah sana rasanya bagaimana? itukan kita ga’ bisa bilang iakan pemirsa ga’ bisa bilang?”
Bisa juga kita sebagai ibu
menjelaskan kepada anak perempuan kita “bagaimana perasaan laki-laki kalau dia keluar baju tipis, rendah, pendek, misalnya terbuka dan wangi”, harus Ayah yang bilang sama anak perempuannya “apa yang terjadi pada laki-laki kalau anak perempuannya seperti itu” lain gitu lo! itu memang ada bejara-bejara jiwanya yang memang harus ayahnya yang ngisi. Sebaliknya, anak laki-laki mimpi basah kita ga’ bisalah ibu-ibu menjelaskannya orang kita ga’ mimpi basah, iya bu? tetapi harus ayahnya yang ngomong, tapi bu kalau misalnya ga’ sempet ayahnya apa boleh buat untuk dan karena Allah kita harus melakukannya, tapi tidak cukup anak laki-laki itu hanya ayahnya yang ngomong, ibunya mesti ngomong karena dia nanti bisa ga’ mengerti bagaimana perasaan perempuan. “Nah cakep nich, modelnya kombinasi cakep tuh, et kapan kita jalan yah? satu kali begitu si perempuan yang mungkin ga’ pernah diajak ngomong ama orang tuanya di rumah merasa, “gile lu gue ditembak”, misalnya ibunya sempat bicara kepada anak laki-laki itu “jangan bikin begitu, jangan terlalu banyak memuji, jangan memuji berulang-ulang, kamu ga’ tahu ya…? perempuan perasaannya akan seperti ini”. Itu hanya sekedar contoh saja, bagaimana tadi bahwa memang kedua orang tua saatnya kini menjadi pengasuh berdua untuk kehidupan atau kehidupan seksualitas anak-anaknya. Kalau kita menghadapi pertanyaan anak yang tiba-tiba mendadak, ya… tentang hal-hal yang kita tidak sangka dia akan ajukan. Pertama jangan
panik, kedua jangan permalukan anak di depan orang lain. Masalahnya bu adalah, anak-anak kita ini dia tidak tahu bahwa apa yang dia lakukan itu salah ya… jadi kita tenang, caranya ibu-ibu coba tarik nafas itu bikin kita tegang kan? kita sock bu lihatnya. terus kita hampiri “sini sebentar ya… nak coba sini”, bu tarik nafas dulu cuman ibu tarik nafas jangan huah-huah jangan begitu ya… kaget! yang tenang bu tarik nafas. Terus tarik tanganya kita pindahkan ke tempat misalnya ke ruang guru atau ke kelas terus kita bilang begini, “tadi ade’ kenapa? apa ade’ mau pipis? (dengan suara pelan), jangan “kenapa tadi kamu buka buka begitu he da’ malu emangnya”? (dengan suara keras) bu itu anak jadi takutnya setengah mati karena kita ga’ tahu. Pertamanya kita sampaikan kepada ibu-ibu di rumah atau ibu-ibu guru tenang, rileks. Sama juga nich bu contohnya, biasa dilakukan anak-anak umur 3-5 5 tahun itu main dokter-dokteran iyakan bu? “sini-sini aku jadi doktrenya ya.., terus kamu sini kamu tidur dong ya.. silahkan buka bajunya gitu, terus dia buka baju terus dia ngambil itukan dia punya biasanya anak-anak ibu suka belikan alat-alat kedokteran terus dia ambil itu pengukur panas thermometer, kan ada bu dokter-dokter tertentu kasih thermometer bukan di ketiak maaf ya… di anus. nah jadi dia taruh di anusnya berarti diakan mesti buka pakaian dalem padahal temen mainnya ini anak perempuan bagaimana tu caranya ayo ibu bagaimana” sedangkan kita ngikutin. Kita harus mengikuti langkah demi langkah apa yang dilakukan oleh anak-anak kita bermain dalam hal ini ga’ bisa luput, kita ini sekarang yang harus berubah karena kita punya anak balita yang hidup di era layar iakan? jadi bu bagaimana caranya? kita harus masuk kedunianya sama dengan tadi masuk keduanianya dia main dokter-dokteran terus kita panggil, “dokter-Andre-dokter Andre emergenci-emergenci dokter Andre diperlukan di ruang ICU misalnya namanya Andre, terus kita bilang kita pura-pura jadi perawat dokter Andre, ‘dokter Andre ga’ dengar ya…! tadi ada panggilan yu’-yu’ ada pasien di ruang gawat darurat” gitu bu kita alihkan dengan tenang terus kita bilang, “eh kenapa tadi itu pakein thermometer ko’ di anus ko’ ga’ ditaruh disini (ketiak)”, mama kenapa sich panggil-panggil aku
dokter Andre-dokter Andre”, “karena tadi ade’ salah masukin itu, itukan bagian yang tidak boleh dipegang oleh orang lain itukan kemaluan. Bu, pertanyaan apapun dan kelakuan yang ditunjukkan oleh anak kita itu harus kita tutup, harus dikunci dengan agama. Itu tidak boleh karena aurat. Allah tidak membolehkan kita melihat aurat, jadi harus kunci karena kalau tidak kita kunci itu yang membuat anak kita seperti ibu nyuci pakaian terus ibu jemur tapi ga’ pake jepitan lewat angin deras apa yang terjadi? Terbang! anak kita terbang entah kemana
karena pernyataan atau penjelasan yang kita
berikan tidak kita kunci, landasannya harus agama. Jadi seperti bunda Neno bilang tadi ga’ bisa ibu sekarang tidak berilmu. Sangat penting untuk menggunakan istilah ini bagaimana kitab suci kita msing-masing, ya… kalau misalanya dalam Islam kita sebut terjemahan itu menyebutnya kemaluan. Kita harus merifer ke kitab suci masing-masing. Karena begini ibu-ibu dan orang tua di rumah anak-anak itu lahir, kita semua lahir dengan ratusan milliaran sel-sel di otak kita yang belum berhubungan satu dengan lainnya dari gizi yang bagus dan rangsangan yang bagus membuat selsel di otak kita berhubungan, nah dalam proses itu anak berfikir kongkrit yang ada tidak bisa berfikir abstrak. Jadi maafkan saya ya..! kalau kita bilang kemaluan anak laki-laki kita, burung nanti dia pikir “ko’ burung terbang aku punya ko’ ga’ terbang’ atau kita bilang misalnya, ada yang bilang maaf ya..! ada salah seorang bintang kita mengajarkan anaknya bahwa kemaluan perempuan namanya Wiwi, dia masuk TK eh gurunya namanya Wiwi kan ga’ bener iyakan. Misalnya si anak bilang “lihat dong, ga’ bisa kan itu kemaluan”. Kalau kita merifer Al-Quran, kita mengajarkan dari kecil walaupun anak kita masih kecil jangan memandang rendah kemampuan anak ya…. Jadi kita bilang “jadi nak Allah mengajarkan kepada kita supaya kita sebagai orang Islam, yaitu muslim harus menahan pandangan menjaga kemaluan ni dia ni ayatnya”. Jadi dari kecil anak kita memang sudah harus kita latih untuk dia menahan pandangan dan menjadikan Al-Quran dan hadits itu sebagai referensi utama, jadi walaupun dia belum bisa baca kita tunjuk saja “ini nak ya… suratnya, ini ayatnya sekian bunyinya mama bacain”. Itu sebetulnya karena
apa? otaknya belum bersambungan diperlukan pengulangan-pengulangan sehingga menjadi kebiasaan buat dia, kebiasaan untuk menahan pandangannya di era layar sekarang dan menjaga kemaluannya nah jelas ayatnya, nah jadi landasannya harus agama. Kalau tidak, seperti cucian datang angin kencang gimana bu? Terbang! jangan sampai anak kita terbang dibawa teknologi. Jadi ibu-ibu, pemirsa ibu Indonesia di rumah, prinsip pertamanya jangan borongan, seperti “sholat nak, iya.. entar, eh udah jam berapa? belum sholat sudah mama bilang belum juga kenapa sich dari tadi mama bilang belum juga? itu kaya’nya ada merah-merah dicelanaku”, “Astagfirullah sini dudukduduk jadi berarti kamu sekarang sudah haid itu berarti kamu dah baligh, jadi makanya mama bilang sekarang dosamu, niatmu, perbuatanmu, tanggung jawab sendiri ya…dan hati-hati hamil, makanya pergaulan mesti bener”, udah sekali itu ga’ ngomong lagi, ga’ bisa kita mesti mulai sedini mungkin. Sebetulnya kalau kita mau tinjau secara seksama secara ilmiah, itu dimulai dari menyusui bu. Menyusui itu apa bu? menyusui apa sich yang diperlukan? bagaimana kelengketan kita dengan anak. Ternyata kelengketan kita dengan anak itu membuat jalan untuk bersambungnya sinep-sinep di otakotak itu, tapi bu jangan menyususi yang begini, pegang anak terus sambil nyapu, nyusu sambil goreng tempe atau nonton Televisi, yang diperlukan adalah apa bila kita melakukan sesuatu dengan anak kita sambil bicara “jadi sekarang nyusu sayang ah pelan-pelan cepat sedikit atau gimana ih lucu idungnya” nanti anaknya begitu bu kalau udah besar sedikit. itulah yang sebenarnya dibutuhkan kelihatannya sepele,. kemudian kita selalu terus ngomong misalnya, “cebok nich kemaluannya kotor” ngomong terus itu luar biasa, hasil penelitian riset terakhir bu itu menentukan nanti seksualitas anak itu. Kalau anak udah besar sedikit bisa bicara maka kita udah mulai menjelaskan, kita harus pro aktif artinya kita duluan punya rencana mau melakukan, jangan sampai tunggu anak bertanya misalnya, 3,5 tahun kita mandiin kita mesti terus berfikir aku nyampein apa lagi ya.. sama anakku apa lagi. Persoalannya buat ibu-ibu suka ga’ tahu kapan mulainya, apa yang
diomongin, terus sejauh mana, iya kan bu? tiga hal itu rasa iya rasa ga’. Sekarang pelan-pelan ya bu dari kecil, jadi kita mesti pikir apa ini rambut? “keramas yu’ sayang” eh kita keramas dulu terus kita sampoin kan bu, kita sampoin terus nanti kita bilang begini “iih rambutnya Aza udah banyak loh mama pikir dulu botak tau ga’ kitik-kitik” ia bilang “eh iya emang rambutku tipis, jawab ibu iya tipis tapi makin besar semua manusia rambutnya makin banyak terus ia juga tidak hanya tumbuh dikepala tapi antara bibir sama hidung apa ayo? ayo apa ibu ko’ diam? “kumis” “terus juga tumbuh dipipi apa ayo” “jambang” kalau di dagu seperti bapak apa? “jenggot” pinter jadi rambut juga tumbuh di ketiak dan diantara kedua belah paha kalau orang semakin besar gitu lo bu jadi ga’ kaget. “anak mama juga ya.., tanya anak “aku lihat dong, jawab ibu oh ga’ boleh karena itu dekat kemaluan”. Itu penting di situ pun anak-anak kita harus biasakan berpakaian tidak lari kemana-mana. Ada di sebuah kota dalam sebuah audient yang banyak bu ya…empat ratus orang, seorang ibu tanya: “Ibu Elly bagaimana ya.. anak saya itu kalau saya suruh bilang kalau keluar kamar mandi hati-hati dan ga’ pake ditutup bu itunya, ya.. Allah ia lari kelentang-kelentong” gitu dia bilang, terus saya tanya menurut ibu anak itu umur berapa? tebak coba anak laki-laki itu umur berapa? Jawab audient “3 tahun, 4 tahun 5 tahun” ibu ga’ berani yang lebih tinggi, “ga’ taunya anaknya SMA’ pantesan. Kita bicara ini mesti santai dan sambil ketawa-ketawa iyakan bu kenapa bu? karena dari kecil tidak diperkenalkan kemaluan itu aurat kalau jalan mesti ditutup kalau tidak malu dilihat orang lain, kan jadi gampang dari pada menggunakan istilah yang lain. jadi bu, pemirsa di rumah ini masalahnya pertama adalah perasaan dan kedua pikiran. Dari perasaan diangkat kefikiran, malu diangkat ke sini (kepala) “oh iya malu nantinya” jadi kebiasaan. Kalau itu tidak dimulai dari kecil ya sampe besar dia bilang “aduh ibu bagaimana ternyata SMA” pantes kelentang-lelentong nah jadi pertama tadi jangan borongan kita harus pro aktif berfikir bagaimana caranya. Di usia remaja itu pondasinya harus sangat kuat di awal, di mana dibutuhkan sekali waktu. Waktu inilah yang suka kita korupsi kita suka
kurang-kurangkan, pertama kelengketan dan kedua waktu. kita suka tidak sengaja mengekspot tanggung jawab kita ke tangan orang lain, memindahkan yang sebetulnya itu merupakan tanggung jawab kita. Siapa dia?, pendidikannya apa?, kemampuannya apa?, untuk memberikan dan mengisi jiwa itu tadi. Anak-anak yang tumbuh yang tidak mempunyai besik yang kuat itu yang tumbuhnya seperti, gelembung busa kalau ibu nyuci pakaian dengan deterjen kan banyak busa, coba ibu ambil sedikit terus ibu tiup ga’ punya daya berat kenapa ga’ punya daya berat bu? karena kantong-kantong jiwa itu tidak cukup terisi oleh waktu kasih sayang, perhatian yang cukup pada saat dibutuhkan oleh anak terhadap orang tuanya. Lewat kelengketan tadi, jadi kelengketan bukan hanya ketika saat menyusui tapi seterusnya, kemudian setelah itu dialog-dialog yang tadi memang
disengaja
diciptakan
untuk
memperkenalkan
kepada
anak.
Seumpamanyalah misalnya kita bikin gedung setinggi TVRI ini, oke berlantai berapa nih taruhlah sepuluh bisa ga’ kita pake besi ukuran delapan dan kita ga’ gali dalam yang terjadi apa bu? roboh kalau dia ga’ roboh ada angin kencang juga ketiup ya.. jadi jangan jadikan anak kita itu seperti pucuk cemara, dia melambai ke mana angin bertiup, bagaimana pucuk cemara kenapa ga’ punya gaya berat darimana gaya berat itu tadi, itulah pengasuhan dari kecil tadi. Besar sedikit lagi itu lain lagi yang mesti harus kita beritahukan kepada anak kita. Terus kita juga memperkenalkan bagaimana untuk anak umur batita 03 tahun dengan kasih sayang, perhatian dan membedakan dia kamu laki-laki kamu perempuan. Misalnya anak kecil nich 2,5 tahun bertanya misalnya kita bawa ke rumah saudara kita yang baru melahirkan “ mama-mama ko’ de’ sisi atau de’ Lilah pipisnya begitu sich ma?” jawab ibu: “oh de’ Lilah perempuan kamu laki-laki, Allah menciptakan kemaluan laki-laki dan perempuan berbeda” bu itu penting kunci dengan Al-Quran. Kalau dia besar sedikit lagi usia 3 tahun bu, yang pertama sekali kita kenalkan adalah bahwa ada sentuhan yang baik, nah ini ibu guru TK dan ibuibu di rumah yang mempunyai anak balita penting sekali. Ada sentuhan yang baik, ada sentuhan yang buruk dan ada sentuhan yang membingungkan. Jadi
nah sekarang sentuhan yang baik dulu ya.. bu, sentuhan yang baik adalah apabila yang disentuh itu dari bahu atau dari lutut ke bawah, iya jadi sekarang kita contoh “aduh cantik, anak baik, itu sentuhan apa nak? Baik! jadi harus kita contoh “iih sepatunya baru” sentuhan apa nak? Baik! karena dari lutut ke bawah. Sentuhan membingungkan adalah apabila yang disentuh itu dari bawah bahu sampai ke atas lutut, jadi kalau disentuh di sini (pinggang) “eh…gendut” kalau disentuh dibagian itu “ih jangan disentuh-sentuh ga’ boleh disentuh”. Sentuhan yang buruk adalah menyentuh bagian tubuhmu yang ditutupi pakaan renang jadi mau laki-laki atau perempuan apa yang ditutup oleh pakaian renang. Kita mesti harus banyak mendapatkan pelatihan ini karena anak-anak kita. biasanya yang secara umum diketahui oleh anak-anak sentuhan yang buruk. Ibu sebetulnya, sesungguhnya yang kami temukan dalam pertemuan dengan orang-orang tua di rumah, ini terjadi minimal oleh karena dua hal. Pertama maafkan saya ya bu, maafkan juga saya pemirsa di rumah banyak sekali kita tidak paham tentang masalah tahapan perkembangan anak dan bagaimana otak bekerja. Terus banyak sekali orang Indonesia ini suka ga’ tegaan, kalau orang Indonesia termasuk bunda Neno termasuk saya, kita membiarkanlah anak kita tidur bersama kita di atas 2,5 tahun. Tadikan otak yang belum bersambungan bu dengan gizi yang bagus, rangsangan yang bagus jadi hubungannya menjadi banyak. Pada anak 2,5 tahun udah bisa berpurapura, pura-pura pengantin-pengantinan juga pura-pura nich tidur ya bu misalnya, kedengaran bunyi apa-apa ia pura-pura tidur. jadi sebetulnya kita tidak sengaja memperkenalkannya di dalam rumah kita sendiri. Kenapa kalau kita tanya orang tua? pasti jawabannya “ga’ tega gitu”. Kedua itu yang seharusnya termasuk bunda Neno bilang tadi, kita harus berubah jadi sebetulnya siapa bu? yang bikin rusak otak anak kita orang tua sendiri dan dari media. Mau tidak mau segala macam atau seluruh layarlayar itu dan juga media cetak pokoknya media cetak, elektronik dan new media. Misalny, Tanya ibu“itu pacarnya Kessa, emang pacaran apa?, jawab anak itu loh yang temen buat telpon-telponan, sms-smsan gitu, Tanya ibu “oh
gitu menurut kamu itu boleh?, harus dikembalikan bu dari perasaan angkat ke sini (otak) ke kognitif kepikiran supaya dia jadi bisa berpikir oh itu boleh atau tidak karena itu harus ada dalam diri anak bukan di mulut kita. jangan mama bilang “itu ga’ boleh jangan sekali-kali pacaran ya nanti mama cubit awas sekali lagi kalau mama lihat kamu sama Noval ntar mama cubit” Jadi bu sebenarnya kita duduk untuk menjelaskan bahwa pandangan kita bagaimana dan pandangan agama kita bagaimana, “oke berteman tidak apa-apa tapi tidak tiba-tiba ngerangkul, tiba-tiba mencium gitu” nah baru kita jelaskan. . Hasil penelitian kami bu menunjukkan bahwa bukan saja anak-anak terlalu terpapar misalnya maaf ya bu menonton televisi dengan berbagai tayangan yang sehat maupun tidak sehat tetapi justru kadang-kadang ibunya-ibunya yang takut kehilangan episot. Dari pemaparan transkip data di atas dengan tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” diketahui bahwa tema ini lebih banyak membahas bagaimana seharusnya orang tua berkomunikasi dengan anak terutama dalam masalah seks. Sebagai orang tua kita harus berani membicarakan masalah seks terhadap anak walaupun anak tersebut masih balita, banyak orang yang menganggap tabu masalah seks padahal banyak anak yang terjerumus dalam hal tersebut dimana mereka awalnya hanya mau coba-coba saja. Pendidikan seks sebaiknya diajarkan kepada anak dari usia balita itupun dari hal-hal yang ada disekitarnya, dimana semua ini untuk bekal buat si anak dalam menginjak masa-masa selanjutnya. Selain itu adanya pengawasan yang ketat dari orang tua, jadi orang tua memiliki peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan anak tersebut.
Seperti Firman Allah yang berbunyi:
⌧ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan
selalu
mengerjakan
apa
yang
diperintahkan.
(Attahrim:6) Ayat di atas menerangkan bahwa orang tua memiliki peran dan tanggung jawab terhadap anaknya, sehingga para orang tua harus betul-betul menjaga dan memelihara anak tersebut. Karena apa bila pendidikan dan pengasuhan anak tersebut salah maka akan menjerumuskan anak ke dalam keburukan atau kejahatan dan perlu diketahui bahwa perbuatan tersebut akan mendapat balasan yang sangat perih dari Allah. “Syaikh Abu Hamid Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Yusuf Muhammad al-Hasan ketika membahas tentang peran orang tua dalam pendidikan mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condongan kepada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan
diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan diakhirat, juga setiap pendidik dan gurunya, tapi jika dibiasakan kejelekkan dan dibiarkan sebagaimana binatang, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanyapun ditanggung oleh pengurus walinya. Maka hendaklah ia memelihara, membimbing, mendidik dan membina serta mengajari ahklak yang baik. Menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kepada kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.”36 Kegagalan seorang ibu dalam mendidik anak yang selama ini terjadi, bukan tidak mungkin disebabkan oleh komunikasi yang dibangun beralaskan kesenjangan tanpa memperhatikan sejumlah etika komunikasi. Padahal etika komunikasi sangat penting dalam rangka mengakrabkan hubungan ibu dan anak. Dengan beralaskan komunikasi yang harmonis antara ibu dan anak, pendidikan dapat berlangsung dengan baik, tentu saja itu semua tidak terlepas dari perhatian seorang ibu dalam memanfaatkan sejumlah prinsip etika Islam seperti: a. Qawlan Karima (perkataan yang mulia) b. Qawlan Syadidan (perkataan yang benar ataulurus) c. Qawlan Ma’rufan (perkataan yang baik) d. Qawlan Baliqha (perkataan yang efektif/keterbukaan) 36
Yusuf Muhammad Al Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq, 1998), h. 11.
e. Qawlan layyina (perkataan yang lemah lembut) f. Qawlan Masura (perkataan yang pantas) Inilah yang menjadi acuan utama ketika orang tua berkomunikasi dengan anak.37 B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” Dari hasil penghitungan tabel-tabel di atas diketahui bahwa pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “ Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” yang ditayangkan pada tanggal 08-022008 yaitu: Pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20 %, adapun pesan dakwah yang memiliki nilai cukup yaitu pesan dakwah yang mengandung nilai akhlak 39,15 % dan pesan dakwah yang paling rendah yaitu pesan dakwah yang mengandung nilai aqidah sebesar 12,65 %. Dengan diketahui pesan dakwah syari’ah yang mendominasi dalam acara tersebut, ini menunjukkan bahwa acara ini lebih banyak memaparkan laranganlarangan dan batasan-batasan yang harus diketahui anak 0-6 tahun dalam masalah seks selain itu menjadikan bekal untuk orang tua dalam mengajarkan seks terhadap anaknya. Selain itu acara ini mengandung pesan akhlak dimana ini menandakan bahwa ada akhlak yang diajarkan dalam pembelajaran masalah seks baik akhlak berbicara, bertingkah laku dan sebagainya terhadap anak, selain itu terdapat pesan
37
Ummi Aghla, Mengakrabkan Anak Pada Ibadah, (Jakarta: Al-Mahira, 2004), h. 34.
aqidah dimana segala sesuatu yang dibicarakan semuanya berlandaskan pada AlQuran dan Hadits.
BAB V PENUTUP
Setelah dijelaskan dengan tabel-tabel dan menganalisis pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” TVRI bulan Februari 2008, maka peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia, mengandung tiga kategori pesan dakwah yaitu pesan aqidah, syari’ah dan akhlak. Pada pesan dakwah yang mengandung nilai aqidah sebesar 12,65 %, pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20 % dan pesan dakwah yang mengandung nilai akhlak sebesar 39,15 %. 2. Pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “Percaya Diri Bicara Sek pada Anak Usia 0-6 Tahun” yaitu: pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20 %. akan tetapi perlu diketahui bahwa dalam acara ini kandungan pesan dakwah saling mengikat satu sama lainnya.
Saran-saran 1. Kepada segenap tim produksi acara “Untukmu Ibu Indonesia” agar dalam penyampian pesan dakwah tetap berpedoman pada AlQur’an dan hadist, dan lebih ditingkatkan kualitas siaran. 2. Peneliti berharap agar pesan dakwah yang disampaikan lebih mendalam dan memperbanyak pesan-pesan dakwah yang bersifat aqidah (khususnya pesan dakwah bersifat audio) dan syari’ah sehingga pesan yang disampaikan seimbang, karena dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” lebih banyak mengandung pesan akhlak periode Januari-Februari 2008. 3. Peneliti berharap agar Acara “Untukmu ibu Indonesia” konsisten dengan format acara maksunya adalah menghadirkan nara sumber, bintang tamu, pakar psikolog dan pakar agama karena terdapat beberapa tayangan yang tidak menghadirkan pakar agama dan sebagainya. Selain itu agar tidak membosankan pakar psikolog jangan selalu menghadirkan perempuan melainkan diselingi dengan menghadirkan psikolog dari laki-laki. 4. Peneliti berharap acara “Untukmu Ibu Indonesia” menjadi sebuah acara keagamaan yang memberikan kontribusi pengetahuan agama dan sebagainya kepada seluruh umat manusia khususnya para orang tua.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Aghla, Ummi. Mengakrabkan Anak Pada Ibadah, (Jakarta: Al-Mahira, 2004), Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fikh-Dakwah. Mitra Cahaya Utama, 2006. Aziz, Ali. Ilmu Dakwah (Jakarta : Kencana, 2004), Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:Logos, 1997. Baharun. Wawasan Jurnalistik Global. Surabaya: Bina Ilmu, 1999. Djamarah, Syaiful Bahri.. Pola Komunikasi Orang Tua dan anak dalam keluarga (Jakarta: Rineke Cipta, 2004), Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Faridl, Miftah. Dakwah Kontemporer. Bandung: Pusdai Press, 2000. Habib, Syafa’at. Buku Pedoman Da’wah. Jakarta: Widjaya, 1982. Hasanuddin. Rhethorika Da’wah dan Publisistik dalam Pemimpin. Surabaya: Usaha Offet Printing, 1982. Hielmy, Irfan. Dakwah Bil-Hikmah. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002. Jumroni, dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press: 2006. Shihab, Quraish. Wawasan Al-Quran (Bandung : Mizan, 200), Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa. Jakarta: Rineke Cipta, 1996.
Moeslishattoen. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999 Muda, Dedy Iskandar. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Muhammad, Hasan Yusuf. Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq, 1998), Muhidin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Muis A. Komunikasi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. - - - - . Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Kontemporer. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Ramayulis, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Setiawan, Bambang. dan Muntaha, Ahmad. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004. Takariawan, Cahyadi. Prinsip-prinsip Dakwah. Yogyakarta: ‘Izzan Pustaka, 2005. Widjaja. Ilmu komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineke Cipta, 1988. Winarto S. Dasar-dasar Teknik Penelitian. Bandung: Tarsita 1989. Yahya, Toha. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004. Ya’qub, Hamzah. Publisistik Islam. Bandung: Diponegoro,1981.
B. Wawancara Wawancara Pribadi dengan Ibu Nei Kadek Suwardin, Produser Acara “Utukmu Ibu Indonesia” Jakarta, 15 Mei 2008. Kantor Produksi TVRI LT: IV. Wawancara by telepon dengan Mba’ Rahmah, sebagai sekretaris NSF (Neno Seto Fondation) Jakarta, 04 Juni 2008.
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Telp:7432728
IDENTITAS ALUMNI Wisuda Ke : 73 /Tahun Akademik: 2008/2009
Yang bertandatangan di bawah ini, 1. Nama
: Umu Kalsum
2. Nomor Pokok/NIM
: 204051002865
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir
: Banjarmasin 28 Desember 1982
5. Alamat Asal
: Jl. Tembus Mantul Gg. Sartika RT/RW. 018/006
Kelurahan Kelayan Selatan Banjarmasin Kal- Sel 70246 6. Alamat Sekarang
: Jl. Solo RT/RW 004/04 No 26B Kampung Utan
Ciputat 7. Kode Pos 8. Telepon 9. Jurusan/Program Studi 10. Judul Skripsi 11. Pembimbing
: 15412 : 085251436418 : Komunikasi Penyiaran Islam : Analisis Pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” TVRI : Drs. Jumroni, M. Si
12. Penguji 1
: Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum
13. Penguji 2
: Drs. Study Rizal, LK. M. Ag
14. Tanggal Lulus Ujian
: 10 September 2008
15. IP/Yudisium 16. Nomor & Tgl. Ijazah*) 17. Pekerjaan 18. Alamat Pekerjaan
: 3.72 : : : -
Mengetahui,
Jakarta, 10 September 2008
Koordinator Teknis
Tanda Tangan Ybs.
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum
Umu Kalsum
Catatan: *) Diketik Rangkap 2 (dua) - Lembar Pertama Untuk Bag. Akademik/ Kemahasiswaan - Lembar Kedua Untuk Fakultas Yang Bersangkutan **) Coret Yang Tidak Perlu ***) No. Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik Biro AAK Form Wisuda
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Telp: 7432728
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA*) SEMESTER GANJIL/GENAP**) TAHUN AKADEMIK 2008/2009
1. Nama
: Umu Kalsum
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Banjarmasin 28 Desember 1982
3. Nomor Pokok
: 204051002865
4. Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
6. Program
: S1
7. Judul Skripsi
: Analisis Pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” TVRI 8. Tanggal Lulus : 10 September 2008 9. No. Ijazah***) : 10. Indeks Prestasi : 3,72 Yudisium: Cumlaude 11. Jabatan Dalam Organisasi Kemahasiswaan : 12. Alamat Asal : Jl. Tembus Mantul Gg. Sartika RT/RW. 018/006
Kelurahan Kelayan Selatan Banjarmasin Kal- Sel 70246 13. Alamat Sekarang 14. Nama Ayah 15. Pendidikan Ayah
: Jl. Solo RT/RW 004/04 No 26B Kampung Utan Ciputat 15412 : Achmad : Pesantren
16. Pekerjaan Ayah 17. Nama Ibu 18. Pendidikan Ibu 19. Pekerjaan Ibu
: Wiraswasta : Jumsiah : SD : Ibu Rumah Tangga Jakarta, 10 September 2008 Tanda Tangan Ybs.
Umu Kalsum Catatan: *) Diketik Rangkap 2 (dua) - Lembar Pertama Untuk Bag. Akademik/ Kemahasiswaan - Lembar Kedua Untuk Fakultas Yang Bersangkutan **) Coret Yang Tidak Perlu ***) No. Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik Biro AAK
Form Wisuda
Tabel Coding Analisis Pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “Percaya Diri bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” Nama
: Cici Ikeu Rahmasanti
Pendidikan
: SMU Yapira
Fak/Jur
: Ushuluddin/ Perbandingan Agama
Semester
: IX
Juri
:I
Aqidah
Paragraf 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Allah
√
√ √ √
√
Malaikat Kitab
√ √
Rasul Hari Akhir Qodha dan qodar Syari’ah Ibadah
√
√ √ √
√
√
√
Muamalah √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Akhlak Terhadap
√ √
√
Allah Terhadap manusia
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Terhadap selain manusia
Tabel Coding Analisis Pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “Percaya Diri bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” Nama
: Latifah
Pendidikan
: Pondok Pesantern Al-Amien
Fak/Jur
: Tarbiyah/ PBI
Semester
:V
Juri
: II
Aqidah
Paragraf 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Allah
√
√ √ √
Kitab
√
√ √
Rasul Hari Akhir Qodha dan qodar Syari’ah Ibadah Muamalah
√
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √
√
√ √
√
√ √
√
√
√
√
√
Akhlak Terhadap
√ √
√
√
Allah Terhadap manusia Terhadap
√ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selain manusia
Tabel Coding Analisis Pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” dengan tema “Percaya Diri bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun” Nama
: Een Hendrawati
Pendidikan
: Podok Pesantren Darussalam Ciamis
Fak/Jur
: Ushuluddin/ Tafsir Hadits
Semester
: IX
Juri
: III
Paragraf
Aqidah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Allah
√
√ √ √
√
Malaikat Kitab
√ √
Rasul Hari Akhir Qodha dan qodar Syari’ah Ibadah Muamalah
√
√ √ √
√
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Akhlak Terhadap
√ √
√
Allah Terhadap manusia
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Terhadap selain manusia
P Aq A M K R H A √
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Juri I Sy Q I M
√
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan: Aq
: Aqidah A
: Allah
M
: Malaikat
K
: Kitab
R
: Rasul
HA : Hari Akhir
Sy
Q
: Qodha dan Qodar
Sy
: Syari’ah
:Syari’ah
Ak T T A M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TS M
Aq A M K R
Juri II Sy H Q I M A
Ak T T T A M M
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ak
I
: Ibadah
M
: Muamalah
: Akhlak TA : Terhadap Allah TM :Terhadap Manusia TSM :Terhadap Selain Manusia
WAWANCARA Nama
: Nei Kadek Suwardin
Jabatan
: Produser
Tanggal
: 15 Mei 2008
Waktu
: 15.00-16.00
Tempat
: Kantor produksi TVRI LT: IV
(T) Apa yang melatar belakangi acra ini atau asal mulanya? (J) Kalau dulu Mutiara Jum’at dua jam pertama itu iqro’, kedua dialaog dan ketiganya nasihat. Tapi kita rubah karena memang waktunya terlalu panjang dan kita ambil dialognya saja gitu. dialognya satu jam dan kita rubah judulnya dengan “Untukmu Ibu Indonesia” dan ini bekerja sama dengan mba’ Neno. (T) Jadi benar kalau acara ini pergantian dari mutiara jum’at? (J) Ya ,benar pergantian dari Mutiara Jum’at. (T) Mengapa diberi judul “Untukmu Ibu Indonesia”? (J) Kalau dulu mutiara jum’at emang khusus dunia muslimah kalau ini ga’, lebih mengangkat tentang peran ibu. Kita kerja sama dengan mba’ Neno (NSF) dan dia punya suatu kepentingan, dia memang waktu itu lagi membikin buku “semua Ibu adalah Bintang dalam hal ini mengharapkan kita membangkitkan apa pun ibu itu yang istri tukang becak, pemulung, pelacur sekali pun semua ibu adalah bintang. Tetapi di dalam hatinya terpercik suatu kebaikan, kebaikan yang sekecil itu kita namakan bintang apabila yang baik itu kita tumbuhkan dan dibangkitkan, timbullah dia menjadi atau merubah pikiran dia jadi lebih baik. Kita harapkan ibu-ibu Indonesia seperti itu, apa pun ia kita ingin mengangkat derajatnya dia. Sehingga tercetuslah judulnya “Untukmu Ibu Indonesia”
(T) Apa visi dan misi acara ini? (J) Visinya adalah Semua Ibu Adalah Bintang dan kebaikan yang dimiliki ibu sekecil apapun adalah bintang. Adapun Misinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa apa pun dan siapa pun ibu, memiliki peran yang sangat penting, selain itu acara ini untuk mengangkat derajat seorang ibu. (T) Bagaimana format acaranya? (J) Seperti yang kamu lihat di televisi. Awalnya ada musik, mengkaji topik yang diangkat oleh nara sumber dan bintang tamu kemudian dikomentari oleh psikolog dan agama. Tapi formatnya sesuai dengan tema, karena tema itukan berbeda-beda dan nara sumber pun berbeda-beda karena pembahasan selalu berbeda-beda. (T) Dilihat dari judulnya, sepertinya acara ini dikhususkan untuk ibu saja. Jadi apakah acara ini bintang tamunya hanya ibu saja? (J) Sebanarnya acara “Untukmu Ibu Indonesia” bukan hanya mengangkat atau menampilkan tentang ibu-ibu saja disana pun bapak-bapak juga ditampilkan. Jadi tidak mesti nara sumbernya selalu ibu dan bapak pun juga bisa. Semua itu tergantung topik yang kita angkat Contoh kita menghadirkan gubernur pak Subagio dia seorang jenderal tetapi kita mengambil sisi lain sebagai gubernur. Bagaimana dia dikeluarganya, bagaimana keakrabannya bersama ibunya dan bagaimana ibunya mendidiknya. Ya kembali keibunya juga (T) Apa target yang ingin diraih dari acara ini? (J) Target audien dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah untuk umum, jadi acara ini untuk semua kalangan baik ibu-ibu, bapak-bapak, remaja dan semua agama. Tetapi lebih dikhususkan untuk ibu-ibu. Selain itu target yang ingin didacapai adalah, memberikan sajian acara yang mengandung pengetahuan, pendidikan, agama dan psikolologi bagi kaum ibu dan semua, apalagi acara ini ditayangkan saat pelaksanaan sholat jum’at sehingga pada saat itu ibu-ibu bisa menikmati acara yang betul-betul bermanfaat bagi kaum ibu khususnya. (T) Topik atau judul yang diangkat biasanya tentang apa? (J) Bermacam-macam, Kadang-kadang masalah sex, narkoba, seputar masalah ibu-ibu dari segala komunitas seperti pemulung perempuan, WTS, panti pijat
tuna netra, penjual jamu gendong, istri ABRI dan istri penarik becak. Pokoknya macem-macemlah. (T) Acara ini disiarkan secara live atau siaran ulang? (J) Acara tidak disiarkan secara live terus karena waktunya tidak memungkinkan dan biayanya itu mba’. (T) Acara ini tayang setiap hari apa dan jam berapa? (J) Tayangnya cuma hari jum’at, kan pergantian dari Mutiara Jum’at. Jam tayangnya dari jam 11.00-12.00. Ya sekitar satu jaman. (T) Berapa durasi acara ini? (J) Durasinya 1 jam atau 60 menit itu pun tidak bersih karena ada komersial break terdiri dari beberapa program dan iklan. (T) Dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” berbeda dengan acara yang lain karena menghadirkan psikolog. Apa alasannya? (J) Iya. Karena di dalam jiwa itukan gimana ya…. Orang yang pinter dan beriman pun kadang-kadang imannya naik turun, perlulah psikolog yang berbicara di sana kalau kita dapat pengarahan dari psikolog itu semua untuk mengingat kembali jiwa kita yang selalu terombang ambing. Kalau kita menampilkan seorang psikolog kadang-kadang kita disadarkan gitu. (T) Awal acara ini dimulai dengan lagu. Dari sanggar mana? (J) Semua itu asuhan mba Neno Warisman sendiri dan kadang-kadang yang menyanyikan anak mba Neno sendiri. Mba’ Neno juga nyanyi (T) Yang saya tahu host acara ini mba’ Neno Warisman. Kalau boleh tahu alasan ibu menjadikan beliau sebagai host. Alasannya bu? (J) Dia orangya agamanya bagus, dia menguasai materi, dia bisa nyanyi dan susah saya mencari presenter seperi dia. Selain itu lagunya kadang-kadang dia yang menciptakan. Semua ibu adalah bintang ia yang menciptakan dan bukunya pun ia ada. Sebagai host mba’ Neno mampu memberikan pendekatan kepada audien, dengan memberikan pertanyaan tentang masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga audien dan pemirsa di rumah larut di dalamnya. Jadi ga’
semua presenter bisa seperti dia.selain itu acara inikan berkerja sama dengan beliau.
(T) Audien yang diundang siapa saja? (J) Semua ada, kaya kemarin narkoba kita tampilkan mantan-manatan narkoba, masalah WTS kita tampilkan perempuan-perempuan yang jadi wanita nakal, tentang pemulung kita tampilkan istri-istri pemulung, waktu itu tukang becak kita tampilkan istri-istri tukang becak dan juga pernah kita tampilkan suami istri buta tukang pijit pesetanya pun kita tampilkan tukang pijit yang tuna netra semua. Kita tidak pernah menampilkan audien atau jemaahnya asal-asalan gitu. Mahasiswa pun juga, pokoknya audien yang hadir disesuaikan dengan topik yang diangkat. (T) Bagaimana respon pemirsa terhadap acara ini? (J) Respon penonton sampai Malaysia Brunai, Hongkong dengan panduan sms, bahkan banyak sms yang masuk dan pernah bekerjasa sama radio luar. Apa…. ya lupa nama radionya. Ini inisiatifnya radio itu sendiri yang menilai acara kita dan kesepakatan dia sendiri bukan kita yang minta, dia yang menyiarkan sendiri. (T) Apakah ada hambatan-hambatan saat produksi? (J) Alhamdulillah lancar-lancar saja, kalau acara kan dah dipegang oleh mba Neno. (T) Apa kesan-kesan ibu selama memegang acara ini? (J) Akar saya bukan Islam akar saya dari Hindu jadi saya seorang muallaf, ilmu saya sangat kecil begitu saya memegang acara itu dan dikasi kepercayaan dari sana saya bisa dan sambil belajar banyak tentang agama.