PENAMPILAN PEMBAWA ACARA PROGRAM MUSIK DI TV PUBLIK (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM PROGRAM “SOUNDCHECK” DI LPP TVRI) Andreas WisnuLigawirady
Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Telp. (62-21) 5350660 Fax. (62-21) 5350644
[email protected]
Abstract RESEARCH OBJECTIVE is to know the appearance of the host program Sound Check music as a representation of the public TV .METHODS in this study used with a qualitative approach was obtained by interview and direct observation, which produces descriptive data in the form of written words. As for the source of the data obtained are looking for internal company and conduct in-depth interviews (in-depth interviews) with three speakers, namely producers, the creative team and the host of the program "Soundcheck" as an informant criteria most relevant to the research problem. ANALYSIS This research used semiotic analysis, to see how to use the mark, namely Symbol, index, icon. RESULTS OBTAINEDdescribe PoopyPutri appearance as host of the music program as a representation of the Public Sound Check. CONCLUSION host is an icon of a program. Because the host has a big role for the success of a program. Appearance and style displayed by Poppy Putri as host in accordance with Sound Check music programs in public TV. (AW) Keywords: Host, Semiotics, Sound Check.
Abstrak
TUJUAN PENELITIAN adalah mengetahui penampilan pembawa acara program music Sound Check sebagai representasi TV public METODE PENELITIAN yang digunakan dengan pendekatan kualitatif yang diperoleh dengan teknik wawancara dan observasi langsung, yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. adapun sumber yang diperoleh adalah mencari data internal perusahaan dan melakukan wawancara mendalam (in depth interview) dengan tiganarasumber yaitu produser, tim kreatif dan pembawa acara dalam program “Soundcheck” karena merupakan kriteria informan yang paling relevan dengan masalah penelitian. ANALISIS Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, untuk melihat bagaimana menggunakan tanda, yaitu Symbol, indeks, icon. HASILYANG DICAPAI menggambarkan penampilan Poopy Putri sebagai pembawa acara program music Sound Check sebagai representasi Publik. SIMPULAN pembawa acara merupakan sebuah icon dari sebuah program.Karenapembawaacaramempunyaiperanan yang besar untuk keberhasilan dari sebuah program. Penampilan dan gaya yang ditampilkan oleh Poppy Putri sebagai pembawa acara sesuai dengan program musik Sound Check di TV publik. (AW) Kata Kunci : Pembawa Acara, Semiotika, Sound Check.
PENDAHULUAN Latar Belakang Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan penonton.Program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor utama untuk membuat penonton tertarik untuk menyajikan dan mengikuti siaran yang disajikan (Morissan, 2008).Program televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jika penonton merasa terharu dengan apa yang mereka lihat di layar televisi, hal itu bukan sesuatu yang aneh atau istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari tayangan televisi yaitu seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang ditayangkan televisi (Effendy, 2007: 182). Program televisi dibagi menjadi berbagai jenis seperti talk show, musik, documenter, drama, dll.LPP TVRI merupakan stasiun televisi milik negara Indonesia.LPP TVRI merupakan TV publik yang pertama kali ditayangkan secara resmi dimulai pada tahun 1962.Televisi publik tidak mementingkan ratting tetapi mengedepankan kualitas dari program yang ditayangan, sehingga televisi publik identik dengan mendahulukan kepentingan publik. Maulana (2012) mengatakan bahwa logika komersialisme dan komodifikasi itu telah menjadi cara berpikir para pengelola pers dalam kegiatan jurnalistik. Pers diarahkan sebagai mesin pencetak uang, pemasok iklan, dan pemburu rating. Dalam logika budaya seperti ini jelas sulit menempatkan kepentingan publik di atas atau setara dengan kepentingan modal dan kuasa (Maulana, 2012). Program hiburan seperti program musik, acara pencarian bakat, komedi, atau permainan memperoleh porsi jam menonton terbesar kedua dari penonton, yakni sekitar 20% atau selama 168 jam setahun (Hendriani, 2013). Program musik yang ada dalam LPP TVRI
sangat beragam seperti genre pop, dangdut, jazz, rock, dll. Salah satu tayangan program musiknya adalah Sound Check.Sound Check merupakan tayangan program music bergenre pop yang dikemas secara unik dan menarik yang di segmentasikan dengan target penonton remaja. Sound Check ditayangkan pada hari senin dan selasa pada pukul 21:00 WIB.Yang berlokasi di sebuah Cafe dimana para pengisi acara latihan lagu-lagu mereka pada saat café sebelum buka, dan kegiatan itu di rekam pada saat mereka latihan dan pembawa acara disini berperan mewawancara sedikit ulasan tentang album mereka serta merequest lagu. Dalam sebuah program, pembawa acara memiliki peranan penting dalam membawakan program tayangan.Keberhasilan dalam suatu program acara dapat ditentukan oleh pembawa acara. Dengan menyesuaikan target penonton, peranan pembawa acara menjadi salah satu kekuatan untuk membangun karakteristik sebuah program sehingga gambaran melekat diingatan penonton. Menurut Baksin (2006: 36), pembawa acara adalah orang yang membawakan acara atau program televisi. Sebagai komunikator, pembawa acara diberi tugas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menyampaikan informasi yang menjadi kebutuhan orang banyak.Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembawa acara ialah bagaimana pembawa acara dapat menggiring penonton untuk dapat lebih tertarik dalam acara tersebut.Keberadaan pembawa acara identik dengan acara yang dibawakan. Pada saat membawakan acara, para pembawa acara harus tampil maksimal, dengan menerapkan gesture yang tepat terhadap target penonton, yaitu dengan gesture yang santun, karena kriteria dari televisi publik yang mengedepankan kepentingan masyarakat yang luas (Baskin, 2006). Dalam tayangan televisi publik, tampilan setiap acara yang ditampilkan selalu menjaga etika dalam berbicara, berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak (Taringan, 2008) serta gaya berbusana di TV publik , dalam membawakan acara di televisi publik, erat kaitannya dengan busana yang santun, dengan tujuan untuk menarik perhatian dan menonjolkan identitas dari TV publik itu sendiri (Budiman, 2005). Penampilan pembawa acara program tayangan TV publik berbeda dengan TV swasta, dimana pembawa acara TV publik menonjolkan kesederhanaan dan tidak berpenampilan yang mencolok. Menurut Scholes (Budiman, 2011) semiotika didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, dapat dipersepsi oleh indra. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri dan bergantung padaa pengenalan oleh pengguna sehingga disebut tanda. Menurut Sobur (2008), tanda dalam semiotika adalah unsur fundamental dalam Semiotika dan Komunikasi, yaitu segala sesuatu yang mengandung makna. Keberadaannya mempunyai dua unsur yaitu penanda (bentuk) dan petanda (makna). Penanda merupakan element tanda yang bersifat kasat mata, fisik atau material, sedangkan petanda merupakan konsep mental atau makna yang diacu oleh penanda.Kedua element ini bersama-sama membentuk tanda verbal maupun tanda visual (Sobur, 2008).Secara umum pakaian dipahami sebagai alat untuk melindungi tubuh atau sebagai alat untuk memperelok penampilan.tetapi, selain untuk memenuhi kedua fungsi tersebut, pakaian dapat berfungsi sebagai komunikasi yang bersifat non-verbal, karena pakaian mengandung simbol-simbol yang memiliki beragam makna. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, namun dapat menjadi sebagai pembangkit makna. Ketika seorang pembawa acara berkomunikasi dengan penonton, penonton harus memahami maksud dari pesan atau tanda yang disampaikan pembawa acara.Makna yang
dibawa oleh bentuk-bentuk verbal dan nonverbal adalah terikat dengan konteks atau sebagian ditentukan oleh situasi dimana bentuk-bentuk verbal dan nonverbal itu dihasilkan.Baik bahasa dan bentuk-bentuk nonverbal memungkinkan komunikator untuk menggabungkan sejumlah kecil tanda kedalam berbagai ekspresi atau ungkapan makna yang kompleks tanpa batas (Morissan, 2013: 93).Penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembawa acara sangat penting dalam menunjang kesuksesan suatu acara.Bahasa adalah produk komunikasi pembicara dari tanda-tanda untuk pendengar (Budiman, 2011: 66).Dapat disimpulkan bahwa peranan pembawa acara dalam membawakan program acara tidak terlepas dari semiotika.Dari perspektif semiotika, harus memiliki pemahaman bersama dalam kata-kata, tetapi juga pada struktur bahasa, masyarakat, dan budaya agar komunikasi dapat mengambil peranannya (Littlejohn, 2009: 56). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Penampilan Pembawa Acara Program Musik di TV Publik (Analisis Semiotika dalam Program Sound Check di LPP TVRI)” karena sangat erat kaitan antara peranan pembawa acara dengan analisis semiotika.Serta untuk menganalisis semiotika yang digunakan oleh pembawa acara. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penampilan pembawa acara program musik “Sound Check” sebagai representasi TV publik.
LANDASAN TEORI
Analisis Semiotika Menurut Kriyantono (2008), Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain,pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakanya. Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris adalah ilmu yang mempelajari system tanda seperti bahasa, kode, signal, dan sebagainya (Piliang, 2005: 66). Manusia dengan perantaraan tandatanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Semiotika menjadi salah satu kajian yang merupakan tradisi dalam teori komunikasi.Tradisi semiotika terdiri atas sekumpulan teori mengenai bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri (Littlejohn, 2009: 53).Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkan ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda (Kriyantono, 2008). Menurut Pierce (Bungin, 2014), hubungan kenyataan dengan jenis dasar tanda dibagi menjadi tiga, yaitu ikon, indeks,dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.Dan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di dalam masyarakat.
Peranan Pembawa acara Menurut Wiyanto dan Astuti (Hartono, 2005) Pembawa Acara adalah orang pertama yang berbicara dalam suatu acara.Sebagai pembawa acara, dia harus bisa menarik perhatian hadirin untuk segera merasa terlibat dalam pertemuan itu.Jika upaya ini gagal, jalannya acara menjadi hambar, tidak berkesan dan mengecewakan.Sebaliknya bila pembawa acara pandai menguasai dan mengasyiki hadirin, maka acara menjadi lancar dan menyenangkan.Dengan demikian kesuksesan sebuah acara berada di tangan pembawa acara.Sedangkan, menurut Baksin (2006: 36) pembawa acara adalah orang yang membawakan acara atau program televisi sehingga dapat disimpulkan bahwa pembawa acara adalah orang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi atau narasi sebuah program acara di televisi. Keberadaan pembawa acarabiasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figure pembawa acara yang bersangkutan juga memegang peranan penting (Baksin, 2006: 155). Untuk itu seorang pembawa acaraselain memiliki kredibilitas, integritas, keunggulan fisik, popularitas, juga harus memiliki karakter untuk menjadi daya tarik acaranya.Menurut Rakhmat (2005: 257) karakter merupakan sebuah peranan penting karena sebuah program harus memiliki kredibilitas dan karakteristik yang ditunjang serta didukung oleh pembawa acarasebagai ujung tombak dari program tersebut.Untuk membentuk kredibilitas tersebut seseorang akan cenderung merubah identitasnya. Menurut Goffman (Hendraningrum, 2008: 27) identitas atau karakter dapat dibentuk dalam dua hal yaitu aspek penampilan (appearance) dan gaya (manner). Penampilan terdiri dari pakaian, jenis kelamin, ras, ekspresi muka dan bahasa tubuh. Sedangkan gaya adalah mengacu pada bentuk peran yang dimainkan dalam suatu situasi dalam bentuk sikap. Menunjang penampilan dari seorang pembawa acara cara berpakaian sangat berperan penting dimana gaya berpakaian bagian dari cara seseorang membawa diri dalam lingkungan (Widyarini, 2011: 72). Seorang pembawa acara juga tidak terlepas dari keterampilan dalam berbicara dan menguasai aspek-aspek berbahasa, seperti yang dikemukakan oleh Taringan (2008 : 16-17) berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Selain itu, bahasa tubuh juga memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan verbal yang disampaikan oleh seseorang.Bahasa tubuh tidak hanya digunakan untuk memberikan kualitas dari komunikasi tetapi juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan.Dimana bahasa tubuh adalah suatu campuran kompleks dari gerak, postur, dan nada suara (Verma, 2005:3).Bahasa tubuh tidak hanya bergerak dan tidak memiliki arti, tetapi juga memiliki fungsi sebagai penegas bahasa verbal (Aston, 1994).
METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Dalam penggambaran Kriyantono (2008), hubungan antara pendekatan paradigma, metodologi hingga pemilihan metode riset menggunakan pendekatan paradigma kritis terhadap metode riset semiotik. Menurut Elvinaro (2009), paradigma kritis yang sering menjadi landasan berpikir dalam analisis semiotika berupaya mempertautkan hubungan antara media massa dan keberadaan struktur sosial. Ragam analisis kritis umumnya menguji kandungan-kandungan makna ideologis media melalui pembongkaran terhadap isi media atau teks.Paradigma kritis mendasarkan penelitian pada penafsiran penampilan yang menjadi objek penelitian ini yaitu penampilan pembawa acara sebagai representasi di TV publik. Menurut Elvinaro (2009), Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan kontruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reprosuksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Analisis teori kritis tidak berpusat pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada konstruktivisme. Beberapa teori yang dinaungi oleh Paradigma Kritis diantaranya yakni Teori Feminis dan Teori Analisis Wacana. Feminisme berdasarkan pada asumsi bahwa gender merupakan konstruksi sosial yang didominasi oleh pemahaman yang bias laki-laki dan menindas perempuan. Feminisme secara umum menantang asumsi dasar masyarakat dan mencari alternatif pemahaman yang lebih membebaskan, yaitu pemahaman yang meletakkan wanita dan pria dalam posisi yang seimbang. Yang kedua, Teori analisis wacana termasuk dalam proses komunikasi yang menggunakan simbol-simbol, berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril.Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain.Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana penampilan pembawa acara program musik di TV publik (analisis semiotika dalam program SoundCheck di LPP TVRI).Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.Menurut Moleong (2005: 5) penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Sedangkan, menurut Creswell (2007) penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.Kedalaman data (kualitas) lebih diutamakan, dibanding dengan banyaknya data (kuantitas).
Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini akan memfokuskan pada program Sound Check yang disiarkan di LPP TVRI, sebagai suatu program music yang bergenre pop .
Lokasi Penelitian Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :
Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama (tanpa perantara).Data primer lebih diutamakan, karena sumber berkaitan langsung dengan penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan 2 teknik untuk mendapatkan data primer, yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan.Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara si pewawancara dan narasumber.Wawancara juga digunakan untuk menggali berbagai konten di sekitar masalah yang diteliti, (Bungin, 2014).Teknik wawancara yang tepat untuk penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Menurut Moleong (2005), metode wawancara mendalam adalah metode riset di mana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terusmenerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden (informan). Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya (Kriyantono, 2012). Kemudian data yang telah didapatkan akan peneliti analisis dan buat suatu kesimpulan.
2. Pengamatan (Observasi) Teknik pengamatan relevan digunakan dalam penelitian kualitatif demi mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang objek penelitian dan membantu pemahaman soal konteks penelitian. Observasi partisipatif di mana diharuskan untuk benarbenar terlibat dalam keseharian subjek selama proses produksi.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau sumber yang telah dipublikasikan. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rundown program acara Sound Check, foto, dan beberapa data lainnya.
Analisis Data Menurut Sugiyono (2007: 244), yang dimaksudkan dengan analisis data adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan catatan kecil di lapangan. Dalam penelitian ini, analisis data di sederhanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Tahapan pertama mengindentifikasi data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan cara wawancara, observasi, maupun dokumentasi, yang bersumber dari buku, literature, dan foto. Tahapan kedua, yakni mengklasifikasikan data yang masuk, kemudian disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.Tahapan ketiga, yakni melakukan interpretatif terhadap faktor yang mempengaruhi. Menurut Bogdan (Sugiyono, 2007) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Berikut adalah 3 bentuk coding yang akan dibuat peneliti dalam penelitian ini: -
Koding terbuka atau Open Coding. Koding aksial atau Axial Coding. Koding selektif atau Selective Coding.
Teknik Keabsahan Data Keabsahan data adalah kegiatan yang dilakukan agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan dari segala sisi.Dalam menguji keabsahan data penelitian ‘Peran host dalam karakteristik program’ digunakan teknik triangulasi data, member check dan konfirmability (Sugiyono, 2009). Menurut (Sugiyono. 2010) teknik pengumpulan data triagulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi data terbagi dalam tiga teknik yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu pengumpulan data, sebagai berikut: a. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. c. Triangulasi waktu yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara membandingkan waktu saat melakukan wawancara. Teknik triangluasi yang digunakan dalam penelitian Penampilan pembawa acara program musik sebagai representasi di TV publik adalah triangulasi sumber data yaitu dengan menguji kredibilitas data dari tiga orang narasumber yang berbeda, dan yang kedua adalah dengan melakukan triangulasi teknik pengumpulan data yaitu menguji kredibilitas data dengan membandingkan data dari teknik pengambilan yang berbeda, yaitu berdasarkan hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Sound Check Sound Check adalah program musik yang bergenre pop yang dikemas secara unik, program ini berdurasi 60menit dan ditayangkan pada hari senin dan selasa pada pukul 21:00 – 22:00 WIB.Lokasi produksi di sebuah café dengan bintang tamu personeil band yang sedang latihan lagu-lagu mereka pada saat sebelum café dibuka.Dipandu oleh pembawa acara yang cantik dan elegant, Poppy Putri.Konsep unik dari pembawa acara dengan berperan sebagai waiters, dan dibawa dengan santai serta dapat merequest lagu dari bintang tamu yang diundang. Para tim kreatif dari Sound Check di tuntut untuk selalu kreatif dalam menyajikan tayangan musik sesuai dengan target penonton yaitu remaja. Poppy Putri juga akan membawakan program ini dengan semenarik mungkin sehingga membentuk karakter dari program tersebut. Sebagian besar remaja menyukai music, program dikemas dengan tampilan anak muda atau remaja serta gaya bahasa dan gesture yang ditampilkan oleh Poppy Putri seperti sapaan anak remaja pada zaman sekarang misalnya “loe” yang berarti anda dan “gue” yang berarti saya. Tidak hanya pembawa acara yang berperan penting dalam program acara ini, tetapi content, tema serta pengemasan dari acara tersebut juga harus menarik disetiap episodenya.Program ini mengedepankan kualitas terhadap penonton, dimana Sound Check tidak mengedepankan ratting sebagai acuan program tayangannya.
Struktur Organisasi Program Sound Check Jabatan
Nama
Penanggung jawab siaran
M. Irfan
Penanggung jawab produksi
Barno Tiar
Penanggung jawab teknik
Alam Zakir
Supervisi teknik
Yuni Sutrisno
Perencana siaran
Doni Putra
Eksekutif produser
Wijoyo N.K
Kamerawan
Rian Abin Ucup Rizal
Penata cahaya
Jawir Temy Amar
Penata suara
Budi
Penyunting gambar
S-Cinema
Pimpinan unit
Margiat
Kreatif
Edmon Mardita
Pengarah lapangan
Deni Wisnu
Asisten pengarah lapangan
Rahmat
Pengarah acara
S-Cinema
Semiotika Menurut Kriyantono (2008), semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tandatanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaanya oleh mereka yang menggunakan tanda tersebut. Dalam analisis semiotika menurut Pierce (Bungin, 2014), hubungan kenyataan dengan jenis dasar tanda dibagi menjadi tiga yaitu ikon, indeks,dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.Dan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di dalam masyarakat.
Dengan demikian semiotika Sound Check menggungkapkan makna yang ada dari sebuah tanda yang ada dari penampilan seorang pembawa acara yang dapat di representasikan oleh penonton. Dan pesan atau isi dari program tersebut dapat diterima dengan baik oleh penonton.
Ikon Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan (Sobur, 2005). Pembawa acara diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu, keberadaan seorang pembawa acara biasanya identik dengan acara yang dibawakan, Baksin (2008 :155). Dengan kata lain seorang pembawa acaramenjadi ikonuntuk program acaranya juga bagi stasiun televisi. Menganalisis ikon dari program Sound Check dapat dikatakan poppy putri adalah ikon dari program musik Sound Check di LPP TVRI. Pembawa acara menjadi seorang ikon dalam suatu program acara, dengan keberhasilan seorang pembawa acara membawakan suatu program acara, maka images yang melekat dalam ingatan penonton yang dibangun oleh seorang pembawa acara sangat penting dalam keberhasilan suatu program yang dibawakan. Dapat disimpulkan ikon yang melekat di dalam ingatan penonton yaitu Poppy putri sebagai pembawa Acara Sound Check. Pembawa acara dalam program musik SoundCheck di LPP TVRI adalah seorang wanita, karena dianggap sesuai dengan konsep acara, dimana peran seorang pembawa acara disini adalah sebagai waiters.Dapat dikatakan ikonitas dari pembawa acara Sound Check adalah seorang wanita.
Indeks Menurut Sobur (2008), Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Analisis indeks dalam pemilihan pembawa acara dalam program musik Sound Check di LPP TVRI, yaitu dapat dilihat dari hasil perundingan dan kesepakatan bersama dari produser dan semua tim dalam tahapan pra produksi yang matang dalam memilih seorang pembawa acara demi keberhasilan program acara tersebut. Dalam membuat suatu program acara, banyak aspek yang harus dipikirkan seperti halnya dalam biaya produksi, lokasi, serta pemilihan pembawa acara yang tepat serta dengan anggaran yang cukup, dalam tahapan proses produksi ini, analisis dari indeks nya yaitu pemilihan pembawa acara bedasarkan persetujuan bersama yang sudah di tetapkan oleh seorang produser dalam aspek anggran dan kecocokan pembawa acara dalam membawakan program Sound Check. Menunjang dari aspek penampilan dari seorang pembawa acara cara berpakaian sangat berperan penting dimana gaya berpakaian bagian dari cara seseorang membawa diri dalam lingkungan (Widyarini, 2011: 72). Analisis indeks dari cara berpakaian dari seorang pembawa acara program Sound Check, dimana berpakaian ala waiters karena format konsepnya disebuah café dan Poppy Putri sebagai pelayan, jadi ditentukan oleh produser dan tim kreatif pembawa acara memakai pakaian ala waiters. Dapat disimpulkan analisis indeks gaya bicara yang disampaikan dalam penampilan Poppy Putri sebagai pembawa acara, dalam pandangan seorang penonton pembawa acara menampilkan gaya bicara yang sopan santun dan tidak membuat penonton merasa bosan dalam membawakan program Sound Check, dimana analisis indeks disini terlihat
menggunakan gaya bahasa yang santun dan tidak membuat penonton bosan dengan bertujuan mengedepankan kepentingan penonton.
Simbol Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di dalam masyarakat. Ada keunikan dari cara berpakaian yang dikenakan oleh Poppy Putri sebagai pembawa acara Sound Check dengan mengenakan model pakaian ala waiters dimana konsep awal dari Sound Check ini adalah para bintang tamu yang dating disuatu café sebelum café tersebut buka. Dan peran dari Poppy Putri yang menjadi pembawa acara disini sebagai Waiters. Dapat dikatakan cara berpakaian ala waiters yang dikenakan Poppy Putri menjadi sebuah simbol program acara musik Sound Check di LPP TVRI.menurut mulyana (2005), cara berpakaian dapat menjadi sebuah simbol.
Menurut Mulyana (2005), cara berpakaian dapat menjadi sebuah simbol. Dapat disimpulkan, analisis simbol terhadap baju atau busana yang dikenakan oleh seorang pembawa acara Sound Check, yaitu dengan memakai pakaian ala waiters, dimana peran yang dimainkan oleh Poppy Putri dalam membawakan acara adalah sebagai host. Dimana konteks acara tersebut yang dikemas secara unik dan menarik oleh produser dan tim kreatif yang bertujuan melayani para bintang tamu atau para tamu-tamu di café tersebut. Dimana proses produksi Sound Check berlokasi disebuah café. Maka darai itu produser bersama tim kreatif menetapkan Poppy Putri sebagai pembawa acara yang menjadi seorang waiters yang bertujuan melayani para tamu dengan baik dan terbuka.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan data, maka disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu: 1. Poppy Putri sebagai pembawa acara program musik Sound Check dapat merepresentasikan penampilannya sesuai dengan target audiens di TV publik. 2. Produser memilih pembawa acara bedasarkan dengan kesesuaian dalam konsep program, karena dinilai mempunyai improve yang bagus dan lebih natural, dimana program ditayangkan di TV publik. 3. Konsep program sesuai dengan penampilan yang dibawakan oleh pembawa acara yaitu Poppy Putri, konsep program seperti drama musical dimana interaksi pembawa acara dengan para bintang tamu yang mengisi acara yang sedang check sound yang berjalan natural. 4. Pembawa acara mampu beradaptasi dengan cepat terhadap konteks dari konsep program yang di buat oleh produser dan tim kreatif.
Saran Sebagai bahan masukan penulisan akan memberikan saran berdasarkan hasil yang didapat dari selama penelitian dilakukan: 1.
Images Poppy Putri sudah melekat sebagai pembawa acara program Sound Check, sebaiknya dipertahankan tetap sebagai pembawa acara.
2.
Sebuah program televisi yang berhasil merupakan hasil kerja keras dari tim yang solid dan kompak, sebaiknya para tim dari program Sound Check agar lebih kompak dalam memberikan ide konsep tiap episodenya 3. Dalam mempertahankan kualitas program perlu dilakukan evaluasi apa kekurangan dari program itu sendiri dan perlu melihat apa yang diinginkan oleh pemirsa itu sendiri. 4. Dalam tahap pasca produksi, sebaiknya Poppy Putri sebagai pembawa acara juga harus ikut dalam evaluasi pada tahapan pasca produksi, agar mengetahui kekurangan dan kelebihan pada saat proses produksi yang bertujuan agar episode selanjutnya lebih maksimal.
REFERENSI Ardianto, E., & Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Aryati, Lies. (2007). Panduan Menjadi MC Professional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Baksin, Askurifai. (2006). Jurnalistik Televisi : Teori Dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. (2014).Penelitian Kualitatif edisi kedua.Jakarta :Prenada Media Group Effendy, O. U. (2007).Ilmu Komunikasi Teori dan PraktekBandung: PT. Remaja Rosdakarya Fachruddin, Andi (2012). Dasar – dasar Produksi Televisi : Produksi berita, Features, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana. Kriyantono, R. (2008).Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta :Kencana Prenada Media Group. Littlejohn.Stephen.W (2009).Theories Of Human Communication.Jakarta : Salemba Humanika Morissan.
(2008).Manajemen Media &Televisi.Jakarta :Kencana
Penyiaran
:
Strategi
Mengelola
Radio
Sobur, Alex. (2008).Semiotika Komunikasi Visual.Yogyakarta : Jalasutra Wiryanto.Ardianto (2005).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : Gramedia Wiasarana
RIWAYAT PENULIS Andreas Wisnu Ligawirady, lahir di kota Pangkalpinang, Bangka belitung pada 29 Juni 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komunikasi Pemasaran (Broadcasting) pada tahun 2015.