ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583
JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997
WISHNU EKA SAPUTRA. Fakultas Pertanian. Jurusan limu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Analisis Pola Kemitraan pada lndustri Kerajinan Ukir Kayu dan Mebel di Kabupaten Jepara. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Salah satu bentuk ekonorni rakyat yang selarna ini dipandang rnarnpu rnernberikan andil untuk rnengatasi permasalahan lebarnya jurang pernisah antara si kaya dan si rniskin adalah industri kecil. Untuk rnengurangi segala keterbatasan yang ada agar industri kecil tersebut dapat tetap bertahan: pernerintah rnelaksanakan berbagai kebijakan, salah satunya adalah kebijakan keterkaitan dalarn suatu bentuk kernitraan antara industri kecil dengan industri besar. Jepara sebagai salah 'satu kota yang rnenjadi sentral industri kecil ukirukiran terbesar di Indonesia, tidak lepas dari sasaran program keterkaitan. Mengingat jurnlah industri kecil jauh lebih banyak dari industri besar, industri besar rnernpunyai banyak keleluasaan dalarn rnernilih industri kecil yang akan dijadikan rnitra usaha, sehingga posisi industri besar rnenjadi lebih dorninan Tujuan penelitian ini adalah : (1) rnengetahui bentuk kernitraan pada industri kerajinan ukir kayu dan rnebel di Kabupaten Jepara, (2) rnengetahui peranan industri besar dalarn kegiatan industri kecil ukir kayu dan rnebel di Kabupaten Jepara sehubungan dengan pelaksanaan program keterkaitan dan (3) rnengetahui tingkat skala usaha pada industri kecil ukir kayu dan rnebel.
Jenis data yang dikurnpulkan rneliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang diarnbil rneliputi hal-ha1 yang berhubungan dengan nilai output, pengeluaran untuk tenaga kerja, pengeluaran untuk bahan baku kayu, nilai
peralatan, jurnlah bapak angkat serta keikutsertaan dalarn asosiasi pengusaha kecil. Walaupun sering disebut-sebut bahwa hubungan keterkaitan yang terjadi antara industri besar dan industri kecil ukir kayu dan rnebel di Jepara adalah hubungan keterkaitan bapak-anak angkat, akan tetapi kenyataannya yang tejadi adalah hubungan keterkaitan rnurni. Hubungan tersebut rnerupakan hubungan jual beli biasa dengan dorongan motivasi sosial yang sangat minimum. Hal ini tejadi karena permintaan produk pada industri besar semakin tinggi, tetapi tidak bisa diirnbangi dengan perluasan skala usaha rnengingat : (1) industri ini rnerupakan industri yang rnenonjolkan keterarnpilan tangan rnanusia bukan kecanggihan rnesin, dengan tingkat keterampilan yang berbeda-beda antara masing-masingtenaga kerja, (2) adanya perrnintaan jenis dan corak produk yang bervariasi, sehingga untuk berpindah dari satu produk ke produk yang lain tidak dapat dilakukan dengan cepat, rnelainkan rnernerlukan waktu yang seringkali tidak sedikit (proses produksi yang dapat dikuasai oleh industri besar serta tidak rnernpunyai variasi yang tinggi adalah pada tingkat finishing saja), (3) adanya spesialisasi industri kecil dalarn rnernproduksi jenis-jenis barang tertentu, (4) industri besar rnenghadapi permintaan produk yang berfluktuasi dari bulan ke bulan dalarn setiap tahunnya dan (5) untuk rnelakukan proses produksi harus rnenyediakan ternpat yang cukup luas.
Ke-lirna alasan tersebut rnernaksa
industri besar untuk rnelakukan hubungan dengan industri kecil, selain diperolehnya keuntungan-keuntungan yang lain seperti pengalihan resiko maupun jarninan sosial yang harus diberikan kepada tenaga keja. Beberapa faktor peubah ekonomi yaitu rnasukan upah tukang kayu dan upah tukang ukir berpengaruh positif terhadap nilai output industri kecil dengan
taraf sangat nyata satu persen, sedangkan peubah rnasukan bahan baku kayu berpengaruh nyata pada taraf lirna persen. Kondisi ini rnenunjukkan bahwa setiap peningkatan penggunaan rnasukan-rnasukan tersebut akan rneningkatkan nilai output produk. Parameter rnasukan peralatan bernilai negatif pada taraf yang nyata (lima persen). Hal ini kernungkinan disebabkan karena mesin-mesin yang ada kurang dapat digunakan secara rnaksirnal atau karena perrnintaan produk bergeser pada produk-produk yang rnenonjolkan keterarnpilan tangan rnanusia. Jurnlah bapak angkat yang lebih banyak dari satu berpengamh positif terhadap keuntungan dan nyata pada taraf lirna persen, masing-masing untuk industri kecil yang rnerniliki dua sarnpai tiga bapak angkat dan industri kecil yang rnerniliki ernpat sarnpai lirna bapak angkat dan dengan taraf nyata satu persen untuk industri kecil yang rnerniliki enarn bapak angkat atau lebih. Didasarkan pada pendugaan fungsi produksi, industri kecil ukir kayu dan rnebel rnasih berada dalarn skala usaha dengan kenaikan hasil bertarnbah (increasing returns to scale). Artinya penarnbahan faktor-faktor produksi rnasih dapat rnenumnkan biaya rata-rata. Untuk rnengefektikan pelaksanaan kebijakan keterkaitan, serta untuk rneningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil ukir kayu dan rnebel, beberapa ha1 dibawah ini dapat digunakan sebagai bahan pertirnbangan untuk pelaksanaan pada waktu-waktu rnendatang : (1) perlu adanya pengawasan yang lebih baik terhadap kualitas produk ukir kayu dan rnebel (2) diperlukan peran aktif lernbaga-lernbaga terkait dalarn usaha penyediaan bahan baku
kayu, (3)
asosiasi selain dapat berperan sebagai penyedia bahan baku, dapat juga rnengorganisasikan mesin-mesin yang digunakan untuk motif-motif ukiran
tertentu, sehingga industri kecil tidak perlu langsung rnelakukan pernbelian peralatan, karena akan merugikan jika motif tersebut kernbali tidak dirninati, (4) sebelurn dilaksanakan program keterkaitan sebaiknya dilakukan penelitian terhadap karakteristik produk, karena karaktristik produk akan ikut rnenentukan apakah penerapan program keterkaitan tersebut tepat atau tidak.