ANALISIS PERAN DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN WONOGIRI Oleh : Ahmad Fitra Yuza, MA., S.IP Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol – Universitas Islam Riau Pekanbaru
Abstract This research entitled “Analysis of the role and functions of Wonogiri regency" in Agricultural Sector as one of the sectors that have an important role in determining the stability of economic, social and political in Wonogiri regency, it proved at a time of crisis a few years ago that the agricultural sector could contribute in the formation of GDP according to constant prices over the last 5 years that are 50.53%, 50.59%, 48.09%, 47.37% and 45.41%. From data in 2001 showed the number of households (HH) farmers who are below the poverty in a number of 54.415 households by the number of family members of 207.762 inhabitants. So necessary in the handling is a better planning system. Decision the title of this thesis is to investigate how the implementation of the role and function of the Department of Agriculture and what factors are to be supporting and inhibiting factors in developing the agricultural sector in Wonogiri. Author in making this research is using qualitative descriptive research type. Unit of analysis in this study is the Department of Agriculture Wonogiri regency. Type of data used in this study were primary and secondary data. Data collection techniques used were interviews and documentation. Data analysis techniques are descriptive qualitative. 79
Role and Functions of Wonogiri regency in the development of agriculture sector in 2006 by making 4 programs : the first, increase in productivity and production of food crops by activities: breeding seed quality, pest control, irrigation improvements and the addition of water pumps, SLHTP , and land consevation. The second, increase in productivity and production of plantation crops by activities : pest control, comparative studies, selection of specific superior commodities. The Third, development of aglibusiness and agro-industry with intensification quality improvement activities, food avalibility monitoring of food distribution. The fourt, increase in the quality of agricultural extension by activities: Training on a periodic basis, activate the existence of BPP as counseling and information centers of agriculture, develop monographs group to investigate the potential of the region, all of these activities have been implemented, although not all activities can be implemented as specified. Keywords : poverty, developing agricultural potential
LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan sistem pertanian merupakan pembangunan yang mengintegrasikan pertanian dengan industri dan jasa, di bidang pengairan di arahkan pada usaha pengembangan, pemanfaatan air dari sumber-sumber dengan perencanaan teknis yang teratur dan serasi untuk mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan perkehidupan, menunjang perekonomian daerah yang efektif dan kuat, serta meningkatkan taraf hidup petani itu sendiri. Pembangunan pertanian diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan taraf hidup petani dan kualitas kehidupan melalui peningkatan diversifikasi produk pertanian guna memenuhi kebutuhan pengan, gizi serta keperluan ekspor. Pola pengembangan melalui pola pertanian inti rakyat dengan penerapan teknologi maju, teknologi tepat guna. Disini peran 80
pemerintah sangat dibutuhkan, misal pemerintah melalui kebijakan –kebijakannya yang tidak memberatkan petani dengan tetap menyelenggarakan kredit dengan bunga rendah untuk modal petani, mengadakan program pupuk murah yang didistribusikan lewat KUD. Semua itu guna menciptakan struktur pertanian nasional yang handal dan kuat guna memenuhi kebutuhan pangan nasional, sehingga dimasa mendatang kita tidak perlu lagi impor pangan, bahkan produksi pangan nasional bisa dieksport. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Wonogiri ternyata masih banyak menghadapi berbagai masalah dan hambatan, sehingga diddalam penanganannya diperlukan suatu sistem perencanaan yang lebih baik. Pendapatan perkapita penduduk kabupeten wonogiri selama tahun 1994-2000 atas dasar harga konstan tahun 1993 juga mengalami fluktuasi. Persentase pendapatan perkapita cendrung menurun bahkan pada tahun 1998 mengalami minus sebesar 5.30% dibanding tahun 1997. Pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita penduduk cenderung menurun apabila dibanding dengan pertumbuhan dan pendapatan perkapita sebelum terjadi krisis. Berdasarkan perhitungan dari BPS, sejalan dengan penurunan tersebut terjadi pula menambah jumlah penduduk miskin di kabupaten wonogiri, yaitu 24,29% pada tahun 1996 meningkat menjadi 26,94% pada tahun 1999. Dengan kondisi tersebut di atas, maka pada saat krisis telah terjadi penurunan penduduk dan produktivitas tanaman pangan, palawijaya, holtikultura dan tanaman perkebunan. Akibat ketahanan pangan yang selama ini sudah mantap menjadi goyah, tanaman perkebunan sebagai tambahan penghasilan mengalami penurunan dan jumlah penduduk miskin bertambah. Dari data tahun 2001 menunjukkan, jumlah kepala keluarga (KK) tani yang berada dibawah garis kemiskinan (pendapatan < 320 kg setara berat pertahun) sejumlah 54.415 KK dengan jumlah anggota keluarga 207.762 jiwa5. Peran aktif Dinas pertanian Kabupaten Wonogiri dituntut lebih maksimal dalam pengembangan pembangunan, terutama sektor pertanian pangan dan diimbangi peran aktif masyarakat setempat untuk membangun sektor pertaniannya. 81
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat peneliti sampaikan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan peran dan fungsi Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri ? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran dan fungsi Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri? KERANGKA TEORI Goal organisasi Menurut Achmad Nurmandi mempunyi makna yang berbeda menurut teori strategi rasional dan teori emergent strategy yaitu: a) Dalam teori strategi rasional goal organisasi di sebut dengan official goal. Yang mana official goal bersifat kaku dan general. b) Dalam teori emergent strategi dikenal sebagai operational goal yang bersifat spesifik dan operasional. Bagi emergent strategy, goal organisani tidak fix dan selalu berubah karena dorongan dari dalam maupun dari luar. (dalam Manajemen Perkotaan; 2006, Hal.195) Bila dikaitkan dengan teori diatas maka Dinas pertanian kabupaten Wonogiri mempunyai official goal yaitu mengembangkan dan meningkatkan mutu sektor pertanian yang meliputi, bidang pangan, perkebunan dan ketahanan pangan seperti yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam operasional goal dalam melaksanakan tujuan utamanya yang dituangkan dalam programprogram dan kegiatan, dapat berubah-ubah karena dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh berbagi faktor. Wilson dalam bukunya What Government Agiencies Do and What They Do it, membedakan empat jenis instansi, yaitu organisasi produksi, organisasi prosedural, organisasi Craft dan organisasi coping. Dari empat jenis organisasi yang dogilongkan wilson, maka dinas peryanian Kabupaten Wonogiri dapat digolongkan pada organisasi craft. Yang mana organisasi craft 82
menjalankan tugas-tugas yang rutin yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam organisasi ini, outcome dapat diukur dengan jelas. Pembangunan Pertanian Nasikun menyatakan Pembangunan adalah merupakan konsep yang tersusun dan terencana secara sistematis, yang bertujuan untuk menciptakan suasana serta sistem yang baru. Sistem itulah yang kemnudian akan menberikan kondisi bagi berkembangnya tata nilai dalam kehidupan masyarakat. Kerap kali ketimpangan pembagian hasil pembangunan tidak merata dan cendrung eksploitatif dan banyak masyarakat yang tidak menikmatinya dari proses inilah kita akan menjumpai kesenjangan pada proses penerimaan hasil dari upaya memajukan peradaban(dalam majalah agro; No 22. Hal 81). Pembangunan pertanian di indonesia di anggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional beberapa alasan yang mendasari pentingnya pembanguna pertanian di indonesia a) profesi sumber daya yang besar dan beragam b) pangsa sektor pertanian ini terhadap pendapatan nasional cukup besar. c) besarnya pangsa terhadap ekspor pertanian nasional. d) besarnya penduduk yangf menggantungkan hidupnya pada sektir ini. e) peranan sektor pertanian dalam menyediakan pangan masyarakat cukup seknifikian f) mernjadi basis pertumbunhan perekonomi di pedesaan Potensi pertanian yang besar namun sampai saat ini sebagian besar dari petani banyak yang termasuk dari golongan mikin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memperdayakan petani tetapi sektor pertanian secara keseluruhan. Peran Disan Pertanian Dalam Mengembangkan Sektor Pertanian 83
Sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam menentukan stabilitas, ekonomi, sosial dan politik dikabupaten wonogiri. Apalagi sebagian besar mata pencarian penduduknya adalah petani. Peran dan fungsi dinas yang dituangkan dalam peraturan daerah kabupaten wonogiri no 3 tahun 2001 tentang susunan organisasi dinas kabupaten wonogiri yang meliputi urusan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan bimas ketahanan pangan. Berdasarkan perda tersebut dinas pertanian wonogiri mempunyai program-program atau arah kebijakan pembanguna bidang pertanian di antaranya a. Bidang tanaman pangan 1) Peningkatan produktivitas dan Produksi tanaman pangan 2) Pendayagunaan lahan secara opotimal dengan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. 3) Peningkatan SDM petani b. Bidang perkebunan 1) Peningkatan produktivitas dan produksi tanaman perkebunan. 2) Peningkatan efisiensi usaha tani perkebunan 3) Peningkatan SDM petani 4) Pemanfaatan SDA secara optimal dan berkelanjutan c. Bidang bimas ketahanan pangan 1) Pemantapan ketersediaan pangan 2) Pendistribusian pangan 3) Pola pangan harapan 4) Pengembangan agribisnis dan agroindustri 5) Peningkatan SDM d. Bidang penyuluhan pertanian 1) Peningkatan kualitas penyuluhan pertanian 2) Penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian 3) Penguatan kelembagaan tani 4) Merubah pengetahuan sikap dan keterampilan petani dari orientasi produksi ke pendapatan. 84
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto karena penelitian ini hanya mengungkapkan fakta saja tanpa adanya manipulasi variabel atau menciptakan kondisi tertentu. Dilihat dari sifatnya penelitian dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, karena hanya mencari fakta dan selanjutnya menjelaskan secara deskriptif tentang fakta yang bersangkutan dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi menggambarkan apa adanya. 1. Unit Analisis Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka unit analisisnya adalah Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri dengan kebijakan-kebijakannya menyangkut pembangunan sektor pertanian dan usaha meningkatkan pendapatan petani. 2. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di interpretasikan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisa kualitatif dimana pengertian kualitatif tidak selalu mencari sebab akibat, tetapi lebih berupaya untuk memahami situasi dengan menginterpretasikan dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya. Peningkatan Produktifitas dan Produksi Tanaman Pangan Bidang pertanian tanaman pangan di kabupaten wonogiri selama lima tahun terakhir mampu menjadi penggerak utama perekonomian, karena memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB (produk Domestik Regional Brutto), namun karena pertanian tanaman pangan ini belum diberdayakan secara optimal, maka sumbangan yang diberikan belum maksimal, baik untuk padi, palawija,sayuran dan buah-buahan. Berikut data laporan tentang penggunaan lahan di Kabupaten wonogiri. Laporan penggunaan lahan (Dalam Hektar Bilangan Bulat) 85
Propinsi Kabupaten
: Jawa Tengah : Wonogiri
No
Penggunaan lahan
1
2
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Lahan Sawah Irigasi Sawah Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa/ Non PU Tadah Hujan Pasang Surut Lebak Polder dan Lainnya Jumlah
Dalam satu tahun ditanami padi >Dua Satu kali kali 3 4
Sementara tidak Jumlah digunakan 5
6
4.935 3.677 5.627 1.341 935 -
1.324 9.60 3.145 2.377 6.391 238 -
20
6.259 4.637 8.772 3.718 7.326 238 20
16.515
14.435
20
30
Sumber: Dinas Pertanian Wonogiri Guna meningkatkan produktifotas dan produksi tanaman pangan, Dinas kabupaten wonogiri melakukan dalam kegiatan sebagai berikut: a. Penangkatan benih bermutu, Kegiatannya menumbuh kembangkan kelompok penangkar yang setiap daerahnya berpotensi sudah 10 kelompok petani yang telah ikut serta dalam BPSB ( balai pengawasan sertifikasi benih). b. Pengendalian OPT (organisasi pengganggu tanaman) dilakukan dengan sistem organisasi antara petani dengan dinas pertanian, dalam halini disetiap kecamatan ada 86
petugas PHT (pengamat hama tanaman). Dalam penyerangan hama tersebut menyerang tanaman padi di beberapa kecamatan. Dalam penanganan hama memang dibutuhkan peran pemerintah yang banyak para petani yang tidak tau jenis-jenis dan macam-macam hama. Dari hasil wawancara dan analisis data maka peran dan pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin. Hal ini sangat penting mengingat luasnya penggunaan lahan baik pangan maupun perkebunan. c. Perbaikan irigasi dan penambahan pompa air, arah pembangunan dibidang perairan diarahkan pada usaha mengembangkan, pemanfaatan air, dari sumber-sumber air di waduk gajah mungkur, dengan perencanaan tehnis yang teratur dan serasi untuk mencapai manfaat sebesarbesarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan, menunjang perekonomian daerah yang efektif dan kuat, terutama dalam bidang pertanian, irigasi terdiri dari: 1) Irigasi non tehnis adalah yang mana mengandalkan tadah hujan tidak adanya irigasi yang permanen. Irigasi non tehnis biasanya terjadi didaerah dekat pegunungan. 2) Irigasi tehnis yang mana mengandalkan saluran irigasi yang telah dibuat oleh pemerintah. Tercatat ada beberapa dikecamatan saluran irigasinya mengalami kerasukan dan sekarang masih dalam pembenahan salurannya. Untuk mengantisipasi kekeringan maka dinas pertanian melakukan pengadaan pompa air tercatat sebanyak 1.770 dengan berbagai macam jenis. Dalam pengadaan pompa air para kelompok tani bisa mengajukan proposal kepada bupati yang selanjutnya diproses dan di tuangkan dalam APBD. Untuk pembagian air yang rawan kekeringan dilakukan pembuatan mbung-mbung (waduk kecil) yang bermanfaat untuk irigasi pertanian yang mana dilakukan oleh dinas pertanian, biaya pembuan digunakan tidak lebih dari 12 juta, jika lebih dari biaya tersebut maka akan dilelang. 87
Berdasarkan kondisi tersebut, maka salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam rangka pendayagunaan dan penggunaan alsintan milik pemerintah akan diarahkan menuju optimalisasi dengan menumbuh kembangkan kelompok-kelompok usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) melalui polapola kemitraan serta kerja sama operasional (KSO) baik dengan institusi yang berbadan hukum maupun perorangan yang mewakili kelompok tani UPJA. Yang mana sekarang dalam pengadaan alsintan bekerja sam dengan CV. Karya hidup sentosa. Dalam pengembangan alsintan atau pengembangan UPJA harus slalu ditingkatkan untuk dapat meningkatkan penghasilan produksi pertanian. d. SLPHT (sekolah lapang pengendali hama terpadu), diselenggarakan oleh dinas bekerja sama PHT (pengamat hama tanaman), yang mana sekolah ini sekolah ini pesertanya para petani, yang mana dilakukan satu kali dalam setahun, yang mana petani diberi pembekalan dalam mengamati hama dan mencari solusi. e. konservasi lahan, lahan yang rusak diperbaiki, misalnya lahan yang longsor ditanami tanaman kembali (reboisasi) yang mana dalam penanganan ini ditangani oleh RPL (reabilitasi pengembangan lahan ) yang mana sering dilakukan reboisasi lahan, dilakukan perbaiki lahan yang rusak, baik karena hujan, maupun karna penggunaan pupuk organik yang berlebihan. Perbaikan lahan ini dilakukan setiap tahun sesuai dengan kondisinya. Dari 32 ( tiga puluh dua ) kegiatan program yang di alokasikan di bidang pertanian tanaman dengan sumber dana berasal dari APBD kabupaten ada 11 (sebelas) kegiatan, APBD profinsi ada 5 (lima) kegiatan, APBN ada 16 (enam belas) kegiata. Realisasi keuangan mencapai 92,65% sehingga terjadi penghematan sebesar 7,35%. Penghematan terjadi pada kegiatankegiatan yang dibiayai dari APBD kabupaten. Kegiatan yang dibiayai darai APBD provinsi dan APBN penanggung jawab atau 88
pimpinan kegiatan tidak berada di kabupaten wonogiri, tetapi langsung berada di provinsi sedangkan tingkat kabupaten sebagai PIMBBAGPRO dan pelaksanaan kegiatan.
Peningkatan Produktifitas dan Produksi Tanaman Perkebunan Bidang perkebunan memberikan sumbangan yang siknifikan terhadap PDRB (produk domestik regional brutto). Selama 5 tahun terakhir, mengalami peningkatan dari 4,08% pada tahun 1955 menjadi 5,64% pada tahun 1999, atas dasar harga konstan 1993. Apabila bidang perkebunan ini di kelolah dan diberdayakan secara optimal, sumbangan yang diberikan akan lebih besar lagi terhadap PDRB kabupaten wonogiri. Usaha un tuk mengupayakan hutan dan kebun pada masa datang mendapat tantangan sejalan dengan tuntutan paradikma baru yang berkaitan dengan : a) Efisiensi pengelolaan perkebunan serta kelestarian dan keseimbangan sumber daya. b) Tuntutan pemberdayaan masyarakat dan otonomi daerah. Diversifikasi yang mana keanekaragaman tanaman pada satu lahan yang sama di budidayakan. Dalam hal sosialisasi lapangan yang berhubungan dengan masalah perkeb unan dengan melibat kan PPL (penyuluhan pertanian lapangan). Hal ini dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Dari pengumpulan data baik dari hasil wawancara dan dokumentasi bahwa dapat disimpulkan dalam melaksanakan kegiatan ini masih kurang maksimal. Yang mana kegiatan ini belum dapat dilakukan seperti apa yang telah ditetapkan sebelumnya. a) Bimbingan kursus tani, studi banding, magang tani, SLPHT, dalam hal ini peserta kursus adalah para petani dilakukan sekali dalam setahun tergantung atas sumber dana yang kursuskan adalah ketua kelompok tani, yang nantinya bisa menyebarkan informasi pada anggota kelompoknya 89
masing-masing. Materinya tentang teknologi, teknik budidaya dan administrasi kelompok. Studi banding dilakukan setiap tahun berdasarkan komoditas tanaman yang diikutioleh kelompok tani yang dibiayai oleh dinas pertanian tercatat study banding yang dilakukan 3 tahun terakhir ini tahun 2004 komoditas tebu studi banding dikendal jawa tengah, tahun 2005 komoditas kelapa diciamis jawa barat, tahun 2006 nilam diPorbolinggo jawa timur. Peserta studi banding terdiri dari 40 kelompok tani perkomoditas jenis perkebunan. Dalam studi banding ini terbukti mempunyai dampak yang yang positif bagi para petani. Pada tahun 2006 mengalami kenaikan dari 1.774 ton tahun 2002 menjadi 2.084 ton. b) Pemilihan komoditas unggulan spesifik lokasi. Hal ini dilakukan sesuai dengan peluang pasar, menjalin kemitraan. Kabupaten Wonogiri terkenal dengan jambu mente, cengkeh, kakao, dan jenggelan yang mana janggelan ini menjadi bahan ekspor ke Hongkong, Philipina dan Vietnam. Dinas berfungsi sebagai fasilitator penyebaran informasi dalam bidang perkebunan, baik itu komoditas unggulan maupun cara pemasarannya. Kegiatan yang dialokasikan dibidang perkebunan sebanyak 16 ( enam belas) kegiatan terdiri dari 10 (sepuluh ) kegiatan sumber dsana dari APBD kabupaten, 4 (empat) kegiatan sumber dari dana dari APBD provinsi dan 2 ( dua) kegiatan sumber dana dari APBN. Kegiatan UPTD ( unit pelayanan teknis daerah kebun dinas) adalah pemberdayaan kebun dinas bersumber dari kabupaten, realisasi keuangan mencapai 99,88% terjadi penghematan 0,12%. Pengembangan agribisnis dan agroindustri Pertanian di kabupaten wonogiri saat ini telah mendapatkan tekanan yang besar akibat pertambahan penduduk yang mengakibatkan semakin menurutnya skala usaha belum lagi struktur penguasaan tanah yang tidak seimbang menyebabkan semakin banyak alih fungsi lahan menjadi basis industri dan perumahan. 90
Penelitian ini menguraikan cara bagaimana mengatur produksi pertanian dengan melibatkan petani dalam menyediakan produk-produk pertanian untuk sebuah usaha sentral sesuai dengan perjanjiannya. Badan sentral seperti KUD, INKUD atau PUSKUD melakukan pembelian terhadap produk komoditas pertanian bahan baku industri dan agrobisnis. Dalam pengembangan agrabisnis dan agroindustri Dinas Pertanian Wonogiri melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Peningkatan mutu intensifikasi. Yang mana dalam hal ini dinas pertanian selalu melakukan koordinasi dengan masyarakat dengan melakukan sosialisasi dengan penyuluhan-penyuluhan dan pendampingan bagaimana acara bercocoktanam yang baiu dengan plot-plot percontohan dan demplot aplikasi duduk organik baik tanaman dengan maupun perkebunan serta penyuluhan yang sering dilakukan untuk pengelolaan lahan usaha tani yang berwawasan dan berkelanjutan. Hal ini dilakukan pra panen dan pasca panen pada tiap tahunnya. Dalam pelaksanaan kegiatan in i peran dan fungsi dinas belum berjalan seperti apa yang telah ditetapkan karena tidak adanya data yang menunjukkan bahwa kegiatan ini dilakukan tiap tahunnya. b) Pemantauan ketersediaan pangan, analisis ketersediaan pangan, untuk pemantauan dan analisa ketersediaan pangan dilakukan di perkecamatan baru kemudian data itu dikumpulkan secara keseluruhan dengan cara ini dinas bisa mengetahui ketersedian pangan di kabupaten wonogiri. Sebagai acuan perhitungannya adalah sesuai dengan pedoman yang diperoleh dari BBMKP propinsi jawa tengah dan biro pusat statistik propinsi jawa tengah. Dalam beberapa tahun ini ketersediaan pangan dikabupaten wonogiri dapat dikatakan dalam status (aman). c) Memantau pendistribusian pangan, sehingga pangan merata, aman dikonsumsi dan harga terjangkau, misalnya dalam hal ini wilayah yang minus pangan dinas melakukan Op (operasi pasar) yang mana setiap kecamatan ada PPL (penyuluh pertanian lapangan). Selama ini dinas pertanian 91
selalu melakukan pengawasan terhadap pasar, kegiatan ini dilkukan minimal sekali dalam setahun sesuai dengan kondisi dan situasi. Kegiatan ini sangat efektif sehingga ketersediaan pangan merata dan harga terjangkau. d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pola konsumsi masyarakat secara berimbang (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral), sesuai pola pangan harapan nasional. Biaya produksi beras/ kg masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hal ini berarti usaha pertanian padi kurang efisien bila ditinjau dari segi produktifitas. Jadi berdasarkan uraian tadi, nampak bahwa program pembangunan sektor pertanian khususnya padi dengan campur tangan pemerintah yang sangat besar, kearah program diversifikasi pertanian yang berorientasi mekanisme pasar dan prinsip ekonomi keunggulan koperatif sehingga suasta dean koperasi sangat banyak mengambil peran. Peningkatan kualitas penyuluhan pertanian Kelompok tani yang sudah ada dibimbing oleh penyuluh pertanian dengan cara dikunjungi atau kunjungan kelompok pada hari seni dan kamis, tempat pertemuan atau kunjungan bisa di gubuk pertemuan, rumah ketua kelompok, hamparan usaha tani atau tempat lain yang telah di sepakati bersama antara penyuluh pertanian dengan para petani anggota kelompok tani tersebut. Dalam meningkatkan kualitas penyuluhan pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri melakukan kegiatan yaitu: a. Training secara priodik. Dalam hal ini para penyuluh diberikan pelatihan sebanyak 12 kali dalam setahun. Ini dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia aparat penyuluh yang terbesar di setiap kecamatan. Aparat penyuluh pertanian di masing-masing kecamatan mempunyai WKPP (wilayah kerja penyuluh pertanian) yang mana penyuluh pertanian lapangan berjumlah sebanyak 120 yang tersebar di 25 kecamatan. Dengan berlakunya undang-undang No. 32 tahun 2004, maka penyelenggaraan penyuluhan pertanian 92
menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah. Penyelenggaraan penyuluh pertanian meliputi aspek-aspek pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana-prasarana, pendanaan, kebijaksanaan, regulasi dan tata laksana dan serta kerja sama penyuluhan pertanian. Dalam meningkatkan SDM memang dibutuhkan training secara priodik, namun dari analisa data yang dilakukan bahwa dapat disimpulkan pelaksanaan kegiatan ini belum dilaksanakan seperti apa yang telah ditetapkan. b. Mengaktifkan keberadaan BPP sebagai hombes penyuluhan dan pusat informasi pertanian. Sebelum keluarnya undang-undang tentang otonomi daerah, di kabupaten Wonogiri mempunyai sebuah balai yang disebut BIPP (Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kab. Wonogiri). Balai ini di anggap kurang efektif karena tidak menyentuh kegiatan pertanian yang dilaksanakan di tiap-tiap kecamatan dan desa. Maka dengan keluarnya undang-undang tentang otonomi daerah timbul lah ide yang mana dinas pertanian menyalurkan kegiatan penyuluhan dan informasi di setiap perkecamatan, dengan mengaktifkan BPP ( Balai Penyuluh Pertanian) dengan ini setiap kegiatan penyuluhan mempunyai basis di setiap kecamatan. c. Menyusun monografi kelompok untuk mengaetahui potensi wilayah dan mengikuti pelatihan, seminar dan studi banding. Mengetahui monografi tersebut PPL yang mempunyai wilayah kerja mengumpulkan monografi. Yang mana setiap aparat PPL mempunyai koordinasi dengan beberapa kelompok petani sesuai ruang lingkup wilayah kerjanya. Dengan melibatkan masyarakat petani. Dengan cara inilah dapat diketahui masalah atau potensi yang terdapat di suatu wilayah pertanian. Usaha penyuluhan ini diharapkan dapat merubah pola pikir, usaha dan pengetahuan petani dan penyuluhan sehingga petani dapat mengembangkan bantuan yang 93
diberikan oleh aparat agar petani dapat mengembangkan bantuan yang diberikan oleh aparat agar petani dapat memenuhi kebutuhan pertaniannya. Dengan usaha penyuluhan yang dilaksanakan oleh dinas pertanian untuk petani, hal ini dapat dilihat dengan adanya usaha sampingan yang dikerjakan sebagai usaha industri keluarga maupun industri berskala sedang yang mengolah hasil produksi dari sektor pertanian. Dari hasil wawancara dari salah satu kelompok tani menyatakan bahwa penyuluhan ini jarang dilakukuan walupun dilakukan hanya untuk sekelompok kecil saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyuluhan ini belum dapat dilakukan secara intensif seperti apa yang telah ditetapkan. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pengembangan Sektor Pertanian Tahun di Kabupaten Wonogiri. Faktor penghambat antara lain: 1) Masih rendahnya SDM. Yang mana terbatasnya pendidikan/ pelatihan aparatur dealam pembinaan karier, jumlah karyawan dinas pertanian kabupaten wonogiri 223 orang, terdiri dari pendidikan serjana ( SI): 46 orang, D III: 31 orang, D IV: 1 orang, SLTA: 128 orang, SLTP: 6 orang, SD: 9 orang. 2) Banyaknya pegunungan sehingga kesulitan dalam mengakses yang mana luas tanah tegalan tercatat seluas 57.583 Ha. 3) Penurunan kualitas dan kuantitas lahan usaha tani akibat ahli fungsi kenon pertanian. Tercatat tahun 2006 luas tanah pekarangan/ bangunan: 37.306 Ha. 4) Keterbatasan jumlah alsintan pra dan pasca panen, karena keterbatasan modal petani. Berdasarkan indeks pertanaman (IP), lahan sawah yang mempunyai IP ≥ 200% seluas 16.863 Ha, yang mempunyai IP 100% seluas 13.241 Ha, lain-lain seluas 500 Ha. 94
Faktor pendukung antara lain 1) Adanya undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang-undang no. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. 2) Adanya peraturan daerah no. 3 tahun 2001 tentang susunan organisasi dinas didaerah lingkungan pemerintah kabupaten wonogiri. 3) Adanya LAKIP (Laporan Akuntabilitia Kinerja Pemerintah) yang di buat tiap tahun. 4) Tersedianya sarana dan pra sarana yang cukup memadai. a. Kendaraan roda 4 : 3 Unit. b. Kendaraan roda 4 : 125 Unit c. Alat pengolahan data/ komputer : 10 Unit. 5) Komitmen aparatur pemerintah. Berdasarkan uraian diatas, pada dasarnya program dan kegiatan dinas pertanian sudah dilaksanakan selama tahun 2004-2005 dapat kita ketahui dimana pelaksanaannya masih kurang maksimal. Karena masih banyak kebijakan tersebut yang berfungsi secara optimal dalam pengembangan potensi pertanian, lebih jauh kebijakan tersebut lebih berorientasi pada kegiatan kedinasan. Informasi pertanian dan iptek pertanian belum bisa di akses oleh masyarakat petani secara baik, karena kegiatan. Pembinaan dan penyuluhan pertanian tidak menyentuh kepetani secara langsung. Disamping itu akses permodalan yang disalurkan oleh dinas pertanian belum tepat sasaran karena akses pemodalan belum merata hal ini cendrung dikuasai olehgolongan-golongan tertentu yang berfiliasi langsung dengan kegiatan pertanian. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab III yang mana menjelaskan dari defenisi operasional pada bab I yang kemudian dibahas pada bab III maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peran dan fungsi Dinas pertanian kabupaten wonogiri, dapat dikatakan belum maksimal dalam mengembangkan potensi pertanian. Karena belum semua program dan kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. 95
Peran Dinas Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas dan Produk Tanaman Pangan yang mana Dituangkan dalam Kegiatan-Kegiatan Yaitu: a. Penangkaran benih bermutu b. Pengendalian OPT (organisasi pengganggu tanaman) c. Perbaikan irigasi dan penambahan pompa air d. SLPHT ( Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) e. Konservasi lahan. Semua kegiatan ini belum dapat dilaksanakan dengan baik. Pertanian di kabupaten Wonogiri sangat tergantung pada curah hujan, di beberapa kecamatan kegiatan sebagian ada yang tertunda, terutama yang berhubungan dengn kegiatan tanam. Peran Dinas pertanian dalam peningkatan produktivitas dan produksi tanaman perkebunan yang diwujudkan dalam kegiatan yaitu: a. Dengan peningkatan muu intensifikasi, pengendalian OPT, diversifikasi, rehabilitasi dan permajaan tanaman. b. Membimbing kursus tani, studi banding, magang tani, SLPHT. c. Pemilihan komoditas unggulan spesifik lokasi, sesuai peluang pasar. Menjalin kemitraan. Semua kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun belum seluruhnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Peran Dinas Pertanian Dalam Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri yang Mana Dituangkan dalam kegiatan antara lain: a. Peningkatan mutu intensifikasi b. Pemantauan ketersedian pangan, analis ketersediaan pangan c. Memantau pendistribusian pangan, sehingga pangan merata, aman untuk di konsumsi dan harga terjangkau 96
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pola konsumsi masyarakat secara berimbang (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) sesuai pola pangan harapan nasional. Dalam melaksakan kegiatan ini masih kurang maksimal. Yang mana dinas pertanian mempunyai fungsi sebagai fasilitator dan melakukan pengawasan secara intensif untuk dapat meningkatkan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dalam Meningkatkan Kualitas Penyuluhan Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri Melakukan Beberapa Kegiatan yaitu: a. Training secara periodik kepada para penyuluh pertanian. b. Mengaktifkan keberadaan BPP (balai penyuluh pertanian ) sebagai hombes penyuluhan dan pusat informasi penyuluhan dan pusat informasi pertanian c. Menyusun monografi kelompok untuk mengetahui potensi wilayah dan mengikuti pelatihan, seminar dan studi banding. Dalam melaksanakan kegiatan ini masih kurang maksimal, yang mana tolak ukur keberhasilan sangat ditentukan kemampuan para pelaksana program, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mengingat penyuluh pertanian berhubungan langsung dengan para petani. DAFTAR PUSTAKA Achmad Nurmandi, 2006, Manajemen Perkotaan, Cetakan Ketiga, Edisi Revisi, Sinergi, Yogyakarta. Arikunto, 1992, Metode Penelitian Sosial, Gramedia Pustaka Tama. Asnawi, S. 1991, industrialisasi dan Pertanian Serta Pemerataan Pendapatan di Indonesia,.Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional V, 3-7 September 1991, Jakarta Pusat Analisa Perkembangan IPTEK- LIPI Jakarta. Budiman, A,2001, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Gramedia Pustaka Tama, Jakarta. 97
Effendi, Sofyan, 1986, “Hubungan Masyarakat Suatu Study Komunikologis”, Remadja Karya, Bandung. Erani Yustika Ahmad, 2002, Pembangunan dan Krisis (memetakan Perekonomian Indonesia dan Globalisasi), Jakarta; PT. Grasindo, Jakarta. Harjono, Joan, 1990, Tanah, Pekerjaan dan nafkah di pedesaan Jawa Barat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Jabal Tarik Ibrahim, 2003, “Sebuah Pemikiran Baru”. LAPPERA 03.25 Cetakan I Mei. Jimmi Mohammad Ibrahim, 1999, “Prospek Otonomi Daerah”. Dahara Prize. Koentjaraningrat, 1989, “ Pengantar Ilmu Antropologi, Bumi Aksara Jakarta. Kaslan A Tohir, Pengantar ekonomi Pertanian,(Bandung;Vorkink Van Hoeve, 1952) Lexy, J. Moleong, 2001, “Metode Penelitian Kualitatif”, Remaja Resdakarya, Bandung. Rencana Strategis Tahun 2002-2005 Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri. Saragih, Bungaran, 1998, Agrobisnis; Paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian, CV. Nasional Pustaka, Cetakan II Maret 2000. Soekanto, Soerjono. 1987, “Sosiologi Suatu Pengantar” Rajawali Press, Jakarta. Soekanto, S, 1979, Teori Perubahan Sosial , Gramedia Pustaka Tama, Jakarta. Undang- undang Otonomi Daerah. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Karya Utama, Jakarta.
98