ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN 1
Sunanto1 dan Nasrullah2 Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, 2Livestock research center
ABSTRAK Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan pada lahan kering dan lahan sawah setelah padi. Luas panen jagung di Sulawesi Selatan mencapai 252.195,60 ha/tahun. Produksi ikutan tanaman adalah brangkasan jagung yang disebut sebagai limbah tanaman jagung. Limbah ini dapat ditingkatkan menjadi pakan ternak dengan perlakuan khusus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya dukung tanaman jagung terhadap ketersediaan pakan ternak sapi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Nopember 2012 di Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang dilakukan dengan metode survey dan analisis proksimat pada limbah tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jagung dilakukan oleh petani yang sebagian besar juga memelihara ternak sapi. Perlakuan fermentasi pada limbah jagung dapat meningkatkan kandungan protein kasar sebesar 117,62 % dan lemak kasar sebesar 39,81 % serta menurunkan serat kasar sebesar (25,82 %). Usahatani jagung dan pemeliharaan ternak sapi memberikan pendapatan petani sebesar Rp. 6.212.067/ha+1 ekor sapi/musim tanam dengan nilai R/C 1,59. Kata Kunci: Sapi, Pakan, Limbah Jagung, dan Nilai Tambah. PENDAHULUAN Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan pada lahan kering dan lahan sawah setelah padi. Musim penanamannya di Sulawesi Selatan terbagi menjadi 2 musim, yaitu masim pantai barat jatuh pada bulan Nopember – Mei dan musim pantai timur jatuh pada bulan April – Oktober. Pengembangan pada lahan kering penanamannya bisa dua kali tanam, sedangkan pada lahan sawah hanya satu kali penanaman setelah tanaman padi. Luas panen jagung di Sulawesi Selatan mencapai 252.195,60 ha/tahun (BPS Prop. Sulsel, 2012). Usahatani jagung ini memberikan hasil pokok adalah biji jagung dan hasil ikutan adalah jerami jagung (Nasrullah dan Sunanto, 2012). Jerami jagung masih dianggap limbah pertanian oleh sebagian petani, namun demikian dapat dijadikan sebagai pakan (Syamsu dkk, 2003; Rouf, 2010). Limbah tanaman jagung mempunyai nilai tambah sebagai pakan ternak baik dalam kondisi segar maupun sudah difermentasi. Perlakuan fermentasi pada limbah jagung dapat memberikan nilai tambah pada kandungan nutrisi dan daya penyimpananya, serta nilai ekonomi (Yulistiani, dkk, 2012; Nasrullah, dkk., 2012). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai tambah limbah jagung dari segi nutrisi maupun finansial. Sehingga limbah jagung dapat menjadi daya dukung dalam penyediaan pakan ternak sapi di Sulawesi Selatan. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan. Pelaksanaannya pada bulan Mei–Nopember 2012. Penentuan lokasi tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa 1) lokasi pengembangan ternak sapi, 2) lokasi pengembangan tanaman jagung, dan 3) petani sudah banyak yang memamfaatkan jerami jagung sebagai pakan segar pada ternak sapi.
Metode penelitian dengan pendekatan survey pada petani jagung yang memelihara sapi dan analisis proksimat pada sampel limbah jagung. Survey dilakukan pada 45 petani jagung/sapi. Jumlah responden ini sudah memenuhi syarat ilmiah (Lewangka, 2003). Adapun analisis proksimat untuk mengetahui komponen nutrisi protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar air, dan kadar abu. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis. Analisis financial menggunakan biaya, pendapatan, dan R/C (Soekartawi, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha Pertanian Petani dalam mengelola lahan untuk menghasilkan sebagai pendapatan rumah tangga terbagi menjadi beberapa cabang usaha. Usahatani tani yang dilakukan petani memiliki lahan kering dan sawah setelah padi adalah tanaman jagung. Luas panen tanaman jagung selama satu tahun mencapai 252.195,60 ha (BPS Prop. Sulsel, 2012). Sehingga limbah jagung diestimasi menghasilkan sekitar 1.134.880,2 ton jerami jagung/tahun (diasumsikan produksi ikutan 4,5 ton/ha). Kontribusi protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar dapat memenuhi kebutuhan hijauan pakan pada ternak sapi dengan nutrisi tinggi. Perkembangan Populasi ternak sapi Perkembangan populasi ternak sapi mengalami peningkatan. Karena adanya terobosan program Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan untuk mencapai populasi 1,5 juta ekor sapi pada tahun 2014. Antara tahun 2005 – 2012 terjadi tren peningkatan populasi ternak sapi di Sulawesi Selatan, dengan rataan populasi 786.639 ekor/tahun (BPS Prop. Sulsel, 2012 dan Dirjenakkeswan, 2012). Perbandingan populasi sapi, jumlah sapi perah di Sulawesi Selatan masih sangat sedikit, hanya berkisar 0,37 persen dari jumlah populasi ternak sapi. Hingga tahun 2012, populasi sapi perah terus meningkat, akan tetapi terjadi penurunan populasi pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing sebanyak 93 ekor dan 266 ekor. Nilai Nutrisi Limbah Jagung Ternak sapi memerlukan nutrisi baik dari hijauan maupun dari konsentrat. Khusus hijauan seperti limbah jagung dapat ditingkatkan kandungan nutrisinya melalui fermentasi. Kandungan nutrisi limbah jagung sebelum dan sesudah fermentasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan nilai tambah kandungan nutrisi limbah jagung melalui fermentasi, 2012 No 1 2 3 4 5 6
Kandungan Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Abu (%) Kadar Air (%) BetaN
Fermentasi Sebelum 4,71 1,08 34,62 9,69 10,03 39,87
Sesudah 10,25 1,51 25,68 8,67 5,77 37,79
Perubahan 5,24 0,43 (8,94) (1,02) (4,26) (2,08)
Sumber: Analisis proksimat BPTP Sulawesi Selatan, (2012). Berdasarkan Tabel 2 tersebut menunjukan bahwa penambahan kandungan protein dan lemak kasar disebabkan terjadinya degradasi kandungan serat kasar. Ternak sapi membutuhkan paling dominan pada kandungan protein dan lemak kasar. Semakin tinggi kandungan protein dan lemak kasar semakin baik untuk dijadikan pakan ternak sapi. Penambahan Bobot Sapi Pemeliharaan ternak sapi dengan perlakuan pengandangan dan pemberian pakan dari limbah jagung dapat memberikan pertumbuhan bobot badan yang berbeda. Adapun hasil penambahan bobot disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Penambahan bobot, penambahan bobot harian ternak sapi di Kabupaten Bantaeng, 2012 No
Perlakuan Pemberian pakan
1
Bobot Awal 8 Agst (kg) 146,55
Bobot Akhir 15 Okt (kg) 167,75
Penambahan Bobot 72 hari (kg)
Penambahan Bobot Harian (kg)
Limbah jagung fermentasi, kandang 21,20 a 0,2944 a kolektif 2 Pola petani, kandang kolektif 177,00 191,45 14,45 b 0,2007 b 3 Pola petani, kandang individu 178,38 192,43 13,83 b 0,1921 b Rataan 167,38 183,88 16,4933 0,2291 Keterangan: *) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5 %. **) Analisis SAS programming versi 9,00.
Sumber : Hasil analisis penimbangan ternak sapi, 2012. Ternak sapi pada percobaan masih kategori remaja atau umur sekitar 1,5 – 2 tahun. Pengukuran ternak sapi yang kedua dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2012. Penambahan bobot badan harian untuk perlakuan pemberian pakan 1 kg limbah jagung fermentasi + 0,1 kg bungkil kelapa + 0,5 kg dedak halus + hijauan per hari berbeda nyata dan lebih baik terhadap perlakuan pemeliharaan pola petani dengan kandang kolektif dan pemeliharaan pola petani dengan kandang individu. Sedangkan perlakuan B: pola petani, kandang kolektif dan perlakuan C: pola petani, kandang individu tidak berbeda nyata. Analisis Finansial Usaha Terintegrasi Jagung-Sapi Tujuan dalam usaha pertanian dan peternakan melalui kegiatan integrasi jagung – ternak sapi untuk memperoleh tambahan penerimaan dan keuntungan secara bersinergi antara tanaman jagung dan pemeliharaan ternak sapi. Adapun analisis usaha integrasi jagung – ternak sapi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis usaha integrasi tanaman jagung – ternak sapi di Prop. Sulawesi Selatan, 2012. No 1 2
3 4
5
Uraian Sarana Input Tanaman Jagung Sarana Input Ternak Sapi a. Bibit Sapi b. Pakan 4 bulan c. Penyusutan Kandang Jumlah A (Rp) Penggunaan tenaga (Rp) Jumlah A+3 (Rp) Penerimaan (Rp) a. Biji jagung b. Limbah Jagung c. Modal Bakalan Sapi d. Penambahan Bobot e. Pupuk Organik Pendapatan (Rp) R/C {4/(A+3)}
1 paket
Harha Satuan (Rp/Unit) 2.270.600
1 ekor 720 kg 1 paket
4.000.000 200 150
135 OH
30.000
5.930 kg 5.400 kg 1 ekor 6,67 kg 600 kg
2.000 100 4.000.000 40.000 100
Volume
Jumlah (Rp) 2.270.600 4.000.000 144.000 150.000 6.464.600 4.050.000 10.514.600 16.726.667 11.860.000 540.000 4.000.000 266.667 60.000 6.212.067 1,59
Sumber : Analisis data primer, 2012. Usaha pertanian sistem integrasi memperoleh hasil yang terdiri dari; biji jagung, limbah jagung, kembalian modal bibit sapi, penambahan bobot sapi selama pemeliharaan, dan limbah ternak sapi (feses). Total penerimaan yang diterima oleh petani dengan sistem integrasi mencapai Rp. 16.772.667. Penerimaan dari usahatani jagung diperoleh dari biji jagung sebesar Rp. 11.860.000/ha/musim (70,71 %), dengan produksi biji jagung pipil kering 5.930 kg dan diasumsikan harga biji jagung Rp. 2.000/kg. Sedangkan hasil limbah jagung yang dinilaikan
pengembalian modal bibit sapi sebesar Rp. 4.000.000, dan penambahan bobot badan sebesar Rp. 266.667, selama pemeliharaan 72 hari seberat 6,67 kg dengan asumsi harga daging sapi Rp. 40.000/kg, serta limbah ternak sapi dalam bentuk pupuk organik dinilai Rp. 600.000 dengan asumsi produksi 600 kg pupuk organik dengan harga Rp. 100/kg. Pendapatan usahatani sistem integrasi selama satu musim tanam jagung dan 72 hari pemeliharaan sapi mencapai Rp. 6.212.067. Hasil ini diperoleh selisih antara total penerimaan Rp. 16.772.667 dan total biaya Rp. 10.514.600. Dengan demikian dapat ditentukan juga nilai R/C sebesar 1,59. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jagung dilakukan oleh petani yang sebagian besar juga memelihara ternak sapi. Perlakuan fermentasi pada limbah jagung dapat meningkatkan kandungan protein kasar sebesar 117,62 % dan lemak kasar sebesar 39,81 % serta menurunkan serat kasar sebesar (25,82 %). Usahatani jagung dan pemeliharaan ternak sapi memberikan pendapatan petani sebesar Rp. 6.212.067/ha+1 ekor sapi/musim tanam dengan nilai R/C 1,59. Saran Direkomendasikan kepada petani dan instansi terkait untuk mengembangan model system integrasi jagung-ternak sapi guna meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2012. Sulawesi Dalam Angka. BPS Prop. Sulawesi Selatan. 983 hal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. 2012. Hasil Analisis Proksimat Jerami Jagung. BPTP Sulawesi Selatan 3 hal. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Dirjenakeswan. Kementan. 167 hal. Lewangka, O. 2003. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Laporan Penelitian Bisnis. Program Studi Manajemen. Universitas Hasanuddin, Makassar. 55 hal. Narullah, M. Sariubang, Sunanto, dan N. Qomariah. 2012. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Limbah Jagung Sebagai Pakan Ternak Sapi Mendukung Program 1,5 Juta Ekor Sapi di Sulawesi Selatan. Laporan Kegiatan INSINAS 2012. 28 hal. ---------- dan Sunanto. 2012. Peningkatan Nilai Tambah Limbah Jagung Sebagai Pakan Ternak Sapi di Sulawesi Selatan. Prosiding Semnas Teknologi Peternakan, Mataram, 11 Desember 2012. Hal 131-142. Rouf A.A. 2010. Potensi Limbah Pertanian Sebagai Pakan Sapi di Propinsi Gorontalo. Prosiding Semnas Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010. Hal 235-242. Soekartawi. 2003. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasinya). Edisi Revisi, PT. Raja Grafika Persada. Jakarta. Syamsu J.A., L.A. Sofyan, K. Mudikdjo, dan E.G. Said. 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia. Wartazoa 13 (1). Hal 32–37. Yulistiani D., W. Puastuti, E. Wina, dan Supriati. 2012. Pengaruh Berbagai Pengolahan Terhadap Nilai Nutrisi Tongkol Jagung: Komposisi Kimia dan Kecernakan In Vitro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 17 (1) Tahun 2012. Hal 59-66. Sumber : Buletin Peternakan Disnak Keswan Prov. Sul Sel, 2014