ANALISIS MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (UPS) DI KOTA DEPOK
RENDY RAZAK
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA KELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengembangan Unit Pengelolaan Sampah Organik (UPS) di Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Rendy Razak NIM H44100081
ABSTRAK RENDY RAZAK. Analisis Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengembangan Unit Pengelolaan Sampah Organik (UPS) di Kota Depok. Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN. Penanganan sampah di kota dengan jumlah penduduk yang padat menjadi hal yang penting untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih. Disisi lain, penanganan sampah dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang dirasakan baik untuk pengelola sampah maupun masyarakat. Manfaat ekonomi berupa hasil olahan sampah dan penyerapan tenaga kerja yang diperoleh Kota Depok dalam membangun Unit Pengolahan Sampah (UPS), menjadikan sampah bukan lagi sebagai sumber masalah melainkan manfaat yang dapat digunakan. UPS merupakan pengolahan sampah yang hanya mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. Kota Depok saat ini memiliki 10 UPS yang terdapat di beberapa kecamatan. Pengolahan sampah organik yang diolah UPS Kota Depok sudah mencapai 0.6 persen perhari atau sebesar 2.84 ton perhari. Nilai perolehan manfaat bersih yang diterima proyek UPS, yaitu sebesar Rp 472 959 990. Perolehan manfaat bersih ini didapat dari hasil olahan sampah dan biaya retribusi warga yang dikurangi oleh biaya operasionalnya, selain itu, salah satu proyek UPS yang dianalisis manfaat dan biayanya yaitu UPS Merdeka I dinyatakan layak untuk dijalankan karena memiliki NPV sebesar Rp 540 336 932, Net B/C 7.56 dan IRR 15.68% dalam skala waktu 5 tahun dengan tingkat diskonto sebesar 14%. Analisis ini menunjukan bahwa proyek ini memiliki manfaat yang lebih daripada biayanya apabila terdapat asumsi penjualan pupuk yang dihasilkan oleh UPS Merdeka I dan biaya retribusi terhadap warga sekitar. Manfaat lain adalah pengangguran yang menurun sebesar 0.15%. Strategi dalam mengembangkan proyek UPS pemerintah yaitu mendukung secara agresif kebijakan yang telah dilakukan. Kata kunci
: penyerapan tenaga kerja, sampah pengembangan, total manfaat ekonomi
organik,
strategi
ABSTRACT RENDY RAZAK. Analysis Benefit of Economy and Development Strategy of Organic Waste Management Unit (UPS) in Depok City. Supervised by UJANG SEHABUDIN. Waste management in a big city is essential for keeping clean the environment. In the other hand, there are several benefits through operational of waste management itself that could be acceptence by owner or even society. The benefits are the operational of making fertilizer and decreasing unemployment. Depok city recently has built program due to solve waste problem especially organic waste called UPS (Unit Pengelolaan Sampah). In this case, UPS just concerns about processing the organic waste into fertilizer. There are 10 UPS in Depok city which active to contribute recycling organic waste. Organic waste which produce in Depok city has been recycled by UPS up to 0.6% or 2.84 ton per day from total 480 ton per day. The total net benefit could be received from operational of waste management is Rp 472 959 990. Besides, as if one of UPS could be analyze by looking how feasible the project using NPV, IRR and Net B/C with discount rate 14% in 5 years then it shows feasible because it has NPV by Rp 540 336 932, Net B/C by 7.56 and IRR by 15.68%. The other benefit from waste management is labour growth, UPS has decreased unemployment by 0.15 %. The strategy to develop UPS is aggresive strategy which means keep supporting goverment program by participating on it. Keywords : decreasing unemployment, development strategy, organic waste, total economic benefit,
ANALISIS MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (UPS) DI KOTA DEPOK
RENDY RAZAK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam kesempatan kali ini saya selaku penulis dapat mengerjakan tugas akhir untuk menempuh gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor. Penelitian dengan judul “Analisis Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengembangan Unit Pengelolaan Sampah Organik (UPS) di Kota Depok” dibuat karena besarnya keingintahuan penulis terhadap bagaimana UPS di Kota Depok memberikan manfaat ekonomi dari pengolahan sampah dan pengaruhnya terhadap masyarakat di Kota Depok. Penulisan skripsi ini melibatkan institusi terkait seperti Unit Pengelolaan Sampah (UPS) dan Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Depok sebagai data masukan terhadap penelitian yang nantinya akan diolah dan menjadi hasil karya yang bermanfaat untuk pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerja sama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ayahanda tercinta (Ahmad Rizki S.E), Ibunda tercinta (Badariah Pratami), Kakak dan Adik tersayang (Reza Rizatama S.E dan Rivanza Ilham) yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan selesai. 3. Dosen penguji utama bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A dan dosen penguji perwakilan departemen Osmaleli, S.E, M.Si yang telah memberi ilmu, saran dan masukan pada skripsi ini. 4. Bapak Isnarto dan bapak Heryanto selaku pengelola UPS Merdeka I, bapak Burhanudin selaku pengurus dibidang operasional UPS, mas Erwin dan bang Rahman selaku petugas UP S di Merdeka I, bapak Hamzah selaku PNS di DKP dan bapak Zamrowi selaku Kepala Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Depok yang memberi ilmu mengenai pengelolaan sampah organik. 5. Seluruh dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas dukungan selama masa kuliah 6. Seluruh rekan–rekan ESL 47, rekan-rekan DPM TPB IPB, rekan-rekan DPM FEM IPB atas kerjasama dan semangat yang diberikan kepada penulis. 7. Sahabat di kampus: Taufiq, Yaris, Azfar, Reza, Adi, Fikri, Aldi, Rizaldi, Nana Uswa, Shiraz dan lain-lain yang tidak bisa disebut satu per satu. Teman satu bimbingan: Rima, II, Dila, Jaza, Rendy, Andry, Firman, Kurnia, Sara, Novia, Inggit, dan Deni serta sahabat-sahabat di SMA: Dimas, Yusi, Agung, Richi, Nanda, Ahmad, Karjo, Laode, Dimas T dan Toro yang telah membantu suka dan duka dalam proses pembuatan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat untuk kita semua. Bogor, Agustus 2015
Rendy Razak
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 7 II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9 2.1 Kajian Teoritis ................................................................................. 9 2.1.1 Sampah dan Jenisnya............................................................. 9 2.1.2 Pengolahan dan Penanganannya............................................ 9 2.1.3 Proyek .................................................................................... 11 2.1.4 Pemasaran Produk Olahan Sampah ....................................... 12 2.1.5 Analisis SWOT...................................................................... 13 2.1.6 Ketenagakerjaan .................................................................... 15 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 16 III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 19 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 19 3.1.1 Perhitungan Biaya dan Manfaat Ekonomi .............................. 19 3.1.2 Economy Waste Management................................................. 20 3.1.3 Sistem Tata Kelola Sampah di Kota Depok .......................... 22 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................... 24 IV METODE PENELITIAN..................................................................... 27 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 27 4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 28 4.4 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 29 4.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 29 4.5.1 Manfaat Ekonomi UPS ........................................................... 29 4.5.2 Analisis Manfaat Ekonomi Proyek ......................................... 30 4.5.3 Analisis SWOT dan Pembobotannya ..................................... 32 4.6 Asumsi Dasar ................................................................................... 36 V GAMBARAN UMUM .......................................................................... 37 5.1 Letak Geografis Kota Depok .......................................................... 37 5.2 Kondisi Sampah Kota Depok .......................................................... 39 5.3 Unit Pengelolaan Sampah................................................................ 40 5.3.1 Unit Pengelolaan Sampah Merdeka I ..................................... 45 VI ANALISIS MANFAAT EKONOMI DAN PENGEMBANGAN STRATEGI UPS ................................................................................... 49 6.1 Manfaat Ekonomi Proyek UPS....................................................... 49 6.2 Analisis Manfaat dan Biaya Proyek UPS Merdeka I ...................... 54 6.2.1 Arus Penerimaan UPS Merdeka I .......................................... 54 6.2.2 Arus Pengeluaran UPS Merdeka I ......................................... 55 6.2.3 Hasil Analisis Finansial Proyek UPS Merdeka I ................... 56
6.3 Pengembangan Strategi Unit Pengelolaan Sampah Merdeka I ...... 6.3.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal UPS .................... 6.3.2 Analisis Data Kualitatif Matriks SWOT ................................ 6.3.3 Evaluasi Faktor Internal dan Ekternal .................................... 6.3.4 Program Pengembangan UPS ................................................ VII PENUTUP ............................................................................................. 7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 7.2 Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
57 57 61 63 69 71 71 71 73 98
Nomor
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2005 hingga 2010 ............................. 2
2
Indeks daya beli (IDB) masyarakat Kota Depok tahun 2005- 2009 .................... 3
3
Diagram proses pengambilan keputusan strategis ............................................... 14
4
Diagram analisis SWOT ...................................................................................... 15
5
Tingkat pencemaran yang efisien......................................................................... 21
6
Diagram tata kelola sampah Kota Depok ............................................................ 23
7
Diagram alur rekomendasi strategi ...................................................................... 25
8
Diagram matriks SWOT ...................................................................................... 32
9
Posisi penilaian proyek melalui pendekatan kuantitatif ....................................... 35
10 Letak geografis Kota Depok ................................................................................ 38 11 Produksi sampah domestik di Kota Depok per hari ............................................. 39 12 Komposisi sumber sampah di Kota Depok .......................................................... 40 13 Status kepemilikan atas lahan UPS di Kota Depok ............................................. 42 14 Presentase tingkat pendidikan tenaga kerja UPS Kota Depok ............................. 44 15 Alur pengolahan sampah di lapangan .................................................................. 47 16 Posisi proyek UPS dalam diagram analisis SWOT ............................................. 68 Nomor
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Kepadatan penduduk Kota Depok berdasarkan kecamatan tahun 2010 .............. 3
2
Pengelolaan sampah rumah tangga menurut kecamatan di Kota Depok .............. 5
3
Jenis dan sumber data penelitian .......................................................................... 27
4
Data responden yang diwawancara ...................................................................... 28
5
Pembobotan faktor internal proyek ...................................................................... 34
6
Pembobotan faktor eksternal proyek .................................................................... 34
7
Jumlah penduduk dan KK (kartu keluarga) Kota Depok tahun 2013 .................. 38
8
Nama dan lokasi unit pengelolaan sampah organik di Kota Depok .................... 43
Nomor 9
Halaman
Jumlah pegawai UPS di Kota Depok tahun 2013 ............................................... 44
10 Jumlah KK yang berpartisipasi pada pemilihan sampah di UPS Merdeka I ...... 46 11 Penerimaan sampah organik dan anorganik UPS Merdeka I beserta hasil pupuk organiknya pada bulan Februari s/d Mei 2014 ........................................ 48 12 Data pengolahan sampah di 10 UPS per tahunnya ............................................. 49 13 Potensi manfaat ekonomi pengelolaan UPS dari hasil pengolahan dan biaya retribusi dalam satu tahun ................................................................................... 51 14 Total manfaat ekonomi proyek UPS dalam satu tahun ....................................... 52 15 Biaya pembangunan UPS tahun 2014 ................................................................. 53 16 Biaya operasional UPS Kota Depok per bulannya ............................................. 53 17 Data penerimaan proyek UPS Merdeka I ........................................................... 54 18 Data biaya investasi UPS Merdeka I yang dikeluarkan pada tahun 2013........... 55 19 Data biaya operasional UPS Merdeka I per bulannya ........................................ 56 20 Analisis biaya dan manfaat proyek UPS Merdeka I ........................................... 56 21 Matriks SWOT strategi pengembangan proyek UPS.......................................... 61 22 Nilai faktor internal (strenghts) oleh pengelola UPS .......................................... 64 23 Nilai faktor internal (weaknesses) oleh pengelola UPS ...................................... 65 24 Nilai faktor eksternal (opportunities) oleh pengelola UPS ................................. 66 25 Nilai faktor eksternal (threats) oleh pengelola UPS ........................................... 67 26 Data pengembangan UPS di Kota Depok ............................................................ 70
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Dokumentasi kegiatan UPS dan kondisi UPS..................................................... 79 2
Kuisioner pengembangan strategi SWOT ........................................................... 81
3
Cashflow.............................................................................................................. 85
4
Tenaga kerja di 10 UPS Kota Depok .................................................................. 87
5
Data Sampah Organik dan Anorganik Unit Pengolahan Sampah Di Kota Depok Tahun 2014.............................................................................................. 97
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan konsumsi akan pangan, sandang, dan papan adalah dasar pemenuhan yang harus didapat oleh setiap orang. Kebutuhan tersebut sejalan dengan tingkat populasi yang ada di suatu daerah, apabila tingkat populasi di suatu daerah tinggi maka kebutuhan konsumsi masyarakat di daerah tersebut akan semakin meningkat dan sampah yang dihasilkan akan meningkat pula. Masyarakat yang tidak mampu menangani sampah cenderung untuk membuang sampah disembarang tempat seperti di jalan atau di sungai. Sampah ini akan mencemari lingkungan sekitar dan menimbulkan bau yang tidak sedap, selain itu dampak umum yang terjadi oleh sampah adalah banjir dan banyaknya penyakit yang timbul seperti diare dan demam berdarah (DBD). Keterbatasan lahan di suatu daerah yang memiliki populasi tinggi tidak akan mampu menampung volume sampah yang dihasilkan dari sisa konsumsi masyarakat. Belum lagi banyaknya transaksi ekonomi seperti banyaknya pedagang kecil maupun pedagang besar yang mulai berkembang di suatu daerah. Ramainya pedagang dan banyaknya pemukiman menjadi indikator penting bagi pemerintah daerah dalam mengantisipasi masalah sampah yang nantinya akan ditampung. Saat ini, sampah masih menjadi permasalahan karena dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar daripada dampak positifnya. Sampah selain berkorelasi positif dengan jumlah penduduk juga merupakan ancaman bagi peningkatan taraf hidup masyarakat karena ternyata timbulan sampah semakin tinggi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Menurut Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
2
dapat mengubah perilaku masyarakat. Pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien. Sampah menjadi permasalahan serius sejalan dengan bertambahnya penduduk dan perubahan pola hidup masyarakat di suatu lingkungan (Cahyani 2009). Salah satu kota yang memiliki peningkatan pertumbuhan penduduk dan pola hidup masyarakat yang cepat adalah Kota Depok. Kota Depok merupakan kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk
Juta Jiwa
terbesar ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bekasi. 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun Sumber: Bappeda Kota Depok (2010)
Gambar 1. Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2005 hingga 2010 Kota Depok memiliki pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya, tercatat pada Gambar 1 penduduk Kota Depok memiliki jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.736 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4.27 persen. Hal ini menunjukan dengan bertambahnya penduduk di Kota Depok maka tingkat volume sampah yang dihasilkan akan semakin bertambah karena konsumsi dari masyarakat Kota Depok. Kota Depok memiliki luas sebesar 200.29 km2 terlihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Kepadatan penduduk Kota Depok berdasarkan Kecamatan tahun 2010 No
Kecamatan
Jumlah Kelurahan 1 Pancoran Mas 6 2 Cimanggis 6 3 Sawangan 7 4 Limo 4 5 Sukmajaya 6 6 Beji 6 7 Cipayung 5 8 Cilodong 5 9 Cinere 4 10 Tapos 7 11 Bojong Sari 7 Depok 63 Sumber: Bapedda Kota Depok (2010)
Luas (km2) 18.17 21.3 26.13 12.12 17.99 14.3 11.66 16.14 10.68 32.24 19.56 200.29
Jumlah RT 608 637 356 214 876 371 321 318 203 597 301 4802
Jumlah RW 104 91 75 45 122 72 52 60 41 126 77 865
Kepadatan Rata- Rata 11.569 11.372 4.721 7.229 12.946 11.516 10.953 7.665 10.096 6.718 5.101 9.080
Tingkat kepadatan penduduk terbesar pada tahun 2010, yaitu terdapat di kecamatan Sukmajaya sebesar 12.946. Kota Depok memiliki 11 kecamatan dengan total kelurahan sebanyak 63 kelurahan.
Sumber: Bapedda Kota Depok (2010)
Gambar 2. Indeks Daya Beli (IDB) masyarakat Kota Depok tahun 2005-2009 Kota Depok memiliki Indeks Daya Beli (IDB) masyarakat yang setiap tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan IDB masyarakat ini ditunjukan pada Gambar 2, selain itu pencapaian laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok pada tahun 2009 yaitu sebesar 6.22 persen. Pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Depok ini mengakibatkan kapasitas penanganan sampah yang biasa dilakukan oleh pemerintah Kota Depok (kumpul-angkut-buang) tidak mampu menyesuaikan
4
laju produksi sampah sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan antara kapasitas sampah dan kebutuhan pelayanan. Pemerintah Kota Depok telah memberikan langkah - langkah insentif dalam penangan permasalahan sampah karena meningkatnya sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di daerah Cipayung, Depok. Pada dua tahun terakhir, akibat migrasi, angka tumpukan sampah meningkat kurang lebih 3 ribu meter kubik per hari, kini menjadi 4500 meter kubik per hari. Berdasarkan kebutuhan akan sistem penanganan sampah Kota Depok, maka pada tahun 2013 pemerintah Kota Depok telah mencanangkan program pengelolaan sampah terpadu, yaitu Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang dinilai dapat mengatasi permasalahan sampah khususnya sampah organik. Keberadaan program pengelolaan sampah yang terpadu ini tidak hanya menyangkut masalah kebersihan dan lingkungan saja, namun juga menyimpan potensi manfaat ekonomi dan sosial. Masuknya unsur teknologi, SDM, sistem, hukum, sosial, dan dana dalam suatu program pengelolaan sampah, akan menjadikan sampah tidak lagi diletakkan sebagai sumber masalah, tetapi sebaliknya, dipandang sebagai sumber daya yang dapat diolah dan dikelola untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Manfaat tersebut antara lain adalah menghasilkan produk bernilai jual seperti pupuk kompos dan menciptakan lapangan kerja. 1.2 Rumusan Masalah Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut (Sudrajat 2007). 1.
Volume sampah yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir atau TPA.
2.
Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain
3.
Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pembusukannya.
4.
Sampah yang sudah matang dan telah berubah menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA karena berbagai pertimbangan.
5.
Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.
5
6.
Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan.
7.
Kurangnya
dukungan
kebijakan
dari
pemerintah,
terutama
dalam
memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA. Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial, bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultur karena dampaknya terkena pada sisi kehidupan terutama di kota–kota besar. Rumus yang telah diteliti oleh pemerintah Kota Depok, yaitu volume sampah yang dihasilkan per orang rata-rata sekitar 0.6 kg/kapita/hari dan jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 2 juta jiwa, apabila diakumulasikan ke dalam angka maka satu hari warga depok menghasilkan sampah sebesar 1200 ton per hari. Tabel 2. Pengelolaan sampah rumah tangga menurut kecamatan di Kota Depok (m3/hari) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan
Sawangan Bojong Sari Cipayung Pancoran Mas Cilodong Sukmajaya Tapos Cimanggis Beji Limo Cinere Kota Depok
Dibuang dan Dikubur 40 102 139 261
Diangkut ke TPS
122 161 124 8 213 95 5 1270
Dibakar
Dibuang ke Sungai
Dibiarkan
Lain nya
3 1 0 0
Dibuang ke Lahan kosong 28 42 14 17
60 8 11 4
287 253 111 59
2 2 21 16
12 105 3 212 25 8 191 639
143 57 263 89 80 94 32 1468
2 2 12 5 6 8 2 78
Total
0 9 4 3
420 417 300 360
0 0 2 1 1 0 0 8
14 22 15 32 23 35 10 252
6 8 0 12 11 0 0 53
299 355 419 359 359 240 240 3768
Sumber: Bappeda Kota Depok (2012)
Pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa dibakar menjadi tindakan masyarakat Kota Depok dalam mengelola sampah di lingkungan sekitar, namun menurut peraturan pemerintah Kota Depok nomor 5 tahun 2014, bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah, perlu dilakukan penanganan sampah secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir. Kegiatan penanganan sampah yang komprehensif dan terpadu tentunya perlu melibatkan peran serta masyarakat dan badan secara proposional, efektif dan efisien. Penanganan sampah seperti yang dimaksud tentunya tidak mudah dijalankan dan membutuhkan waktu yang tidak singkat,
6
oleh karena itu, Unit Pengelolaan Sampah (UPS) menjadi salah satu program pemerintah Kota Depok dalam mengontrol sampah organik dan membuat sampah tersebut menjadi barang yang berguna dan dipakai, yaitu pupuk kompos. Pupuk kompos merupakan barang hasil olahan sampah organik yang mempunyai nilai dan mampu memberikan harga pasar. Saat ini, pupuk yang dihasilkan dari UPS telah diuji di labolatorium Jepang dapat membuat tanaman menjadi tumbuh subur karena pupuk tersebut memiliki kualitas yang tinggi namun pupuk tersebut masih belum memiliki harga pasar atau diperdagangkan dan perlu diketahui nilai ekonominya. Nilai pupuk tersebut nantinya akan memberikan manfaat pada proyek tersebut, selain itu, dengan dibangunnya UPS manfaat ekonomi lain yang dihasilkan yaitu tidak adanya biaya retribusi bagi warga yang memilah sampah dan banyaknya tenaga kerja lokal yang diperkerjakan pada proyek tersebut. Dari penjelasan di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Berapa besar manfaat ekonomi UPS yang dilihat dari besarnya nilai pengolahan sampah, biaya retribusi warga dan penyerapan tenaga kerja?
2.
Bagaimana manfaat dan biaya dari salah satu proyek UPS apabila proyek UPS dikelola oleh pihak swasta?
3.
Bagaimana strategi pengembangan dan perencanaan dalam pengelolaan sampah pada UPS Kota Depok? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis manfaat ekonomi
proyek UPS dan strategi pengembangannya, adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Mengestimasi nilai manfaat ekonomi UPS yang dilihat dari besarnya nilai manfaat ekonomi pengolahan sampah organik, biaya retribusi warga, dan penyerapan tenaga kerja lokal.
2.
Menganalisis kelayakan (NPV, IRR dan Net B/C) dari salah satu proyek UPS, yaitu proyek UPS Merdeka I apabila dikelola oleh pihak swasta.
3.
Menganalisis strategi pengembangan UPS menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities, and Threats) dalam merancang
7
strategi sistem pengelolaan sampah di UPS di Kota Depok dan pengembangannya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh yaitu bagi institusi terkait akan menambah studi pustaka mengenai manfaat ekonomi langsung dari proyek pengolahan sampah organik; bagi pemerintah Kota Depok khususnya Dinas Kebersihan
dan
Pertanaman,
penelitian
ini
diharapkan
menjadi
bahan
pertimbangan untuk melakukan kebijakan strategi mengenai pengelolaan sampah; bagi penulis, penelitian ini akan menambah pengalaman serta pengetahuan mengenai sampah dan pengelolaannya selain itu, sebagai implementasi pelajaran yang telah dipelajari selama masa kuliah; bagi pembaca, penelitian ini akan menjadi studi lanjutan mengenai topik yang bersangkutan; bagi pihak swasta, penelitian ini akan menjadikan referensi dalam menjalankan proyek sampah dengan melihat biaya dan maanfaat yang diperoleh. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meneliti pada ruang lingkup skala UPS, pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sampah di Kota Depok seperti Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Depok. Manfaat ekonomi yang diteliti bersifat countable (dapat dihitung) saja. Manfaat ekonomi yang diteliti, yaitu hasil produksi pupuk tiap UPS hingga penyerapan tenaga kerja. Setelah itu, salah satu proyek UPS dari pemerintah ini akan diasumsikan bahwa proyek UPS dikelola oleh pihak swasta dan dianalisis biaya dan manfaat proyeknya. Perolehan manfaat yang didapat yaitu dari produksi pupuk dan biaya retribusi warga terhadap pelayanan sampah, selain itu, untuk menganalisis strategi pengembangan UPS pertama-tama melihat kondisi seluruh UPS saat ini lalu mengambil langkah-langkah yang tertera pada peraturan pemerintah Kota Depok no 5 tahun 2014.
8
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Sampah dan Jenisnya Sampah didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia lain-lainnya (Manik 2009). Jenis sampah berdasarkan zat pembentuknya, dibedakan sebagai sampah organik dan sampah anorganik. Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi limbah benda padat (waste), limbah cair atau air bekas (sewage), kotoran manusia (human waste). Secara umum, pengelompokan sampah hanya untuk benda-benda padat dengan pembagian sebagai berikut: 1.
Sampah yang mudah membusuk (garbage), misalnya sisa makanan.
2.
Sampah yang tidak mudah membusuk (rubbish), terdiri dari: a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, kayu, dan b. Sampah yang tidak mudah terbakar, misalnya kaca, kaleng
3.
Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar (kucing, anjing, tikus)
4.
Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes), misalnya pembakaran kayu, batu bara, arang.
5.
Sampah padat hasil industri (industrial waste), misalnya potongan besi, kaleng kaca.
6.
Sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping), yaitu sampah yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi berkendaraan bermotor.
2.1.2 Pengolahan dan Penanganan Sampah Menurut Soma (2010), metode penanganan sampah setempat akan berbeda untuk setiap kegiatan yang berbeda. Penanganan sampah dikawasan perumahan berbeda dengan di daerah perdagangan, apartemen, industri, memerlukan perlakuan yang berbeda. Penangan setempat untuk daerah perumahan dapat dibedakan antara perumahan biasa (horizontal atau tidak lebih dari dua lantai) dan
10
apartemen dan sejenisnya (vertikal atau bangunan lebih dari dua lantai). Untuk perumahan biasa dapat dibedakan antara perumahan teratur dan tidak teratur. Perumahan teratur umumnya berupa kompleks perumahan, yang penanganan sampahnya dapat dilakukan masing-masing rumah dengan menempatkan sampahnya didepan rumah untuk diambil oleh petugas kebersihan pada hari dan waktu yang ditentukan. Untuk perumahan teratur yang memiliki halaman yang luas dianjurkan untuk memproses sampah basah(organik)nya menjadi kompos dengan cara sederhana (menimbun). Jika lingkungan tidak memiliki lahan untuk pengumpulan, pemerintah kota harus menyediakan kontainer. Menurut UU No 18 tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa transformasi listrik (pemilahan dan pengurangan), kimia (insenerasi) dan biologi (pengomposan). Beberapa pendekatan teknologi pengelolaan sampah, dikemukakan oleh Tusy (1999) dalam Basyarat 2006, yaitu: 1.
Penanganan sampah terintegrasi (integrated solid waste management), dilakukan melalui hirarki pengelolaan sebagai berikut: a.
Pengurangan sampah pada sumbernya (source reduction). Tahap ini meliputi pengurangan jumlah atau toksisitas sampah, hal ini sangat efektif dalam mengurangi kuantitas sampah, biaya penanganan, serta dampak terhadap lingkungan yang dilakukan melalui perancangan dan fabrikasi bahan pengemas produk dengan kandungan toksisitas yang rendah, volume bahan yang minimum serta tahan lama.
b.
Daur ulang sampah melalui pemisahan dan pengelompokan sampah; persiapan sampah untuk diguna ulang, diproses ulang, dan difabrikasi ulang; penggunaan, pemrosesan dan fabrikasi sampah.
c.
Transformasi limbah dalam upaya merubah bentuk sampah melalui proses fisika, kimia maupun biologi. Keuntungan tahap ini antara lain meningkatnya efisiensi sistem dan operasi pengelolaan sampah;
11
diperolehnya bahan yang dapat diguna ulang (re-use) dan di daur ulang (recycling); dan diperolehnya produk hasil konversi (seperti kompos) dan energi dalam bentuk panas dan biogas. d.
Landfilling, cara ini merupakan alternatif terakhir dan dilakukan terhadap sampah yang tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat dimanfaatkan lagi
2.
Teknologi proses dan pemisahan sampah, teknologi ini digunakan untuk pemisahan pemrosesan bahan sampah.
3.
Teknologi konversi secara termal, teknologi ini digunakan untuk mengurangi volume sampah sekaligus untuk mendapatkan energi yang dapat dikelompokan
menjadi
proses
pembakaran
(combustion),
gasifikasi
(gasification) dan pirolisa (pyrolisis). 4.
Teknologi konversi secara biologis, teknologi ini digunakan untuk memanfaatkan sampah melalui proses biologis yang dapat menghasilkan kompos, energi (gas methan) atau gabungan keduanya.
5.
Teknologi konversi secara kimiawi, cara ini digunakan untuk memproses sampah dengan menghasilkan produk kimia seperti glukosa, furtural, minyak, gas sintetis, selulosa asetat.
6.
Landfilling, merupakan usaha terakhir setelah dilakukan proses-proses sebelumnnya.
2.1.3 Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya–biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan–kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian (Gittinger, 1986), sedangkan menurut Kasmir et al (2003) secara umum pengertian proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai sasaran tertentu.
12
Kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang, antara lain (Kasmir, et al 2003): 1.
Pembangunan fasilitas baru, artinya merupakan kegiatan yang benar–benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga ada penambahan usaha baru.
2.
Perbaikan fasilitas yang sudah ada, merupakan kelanjutan dari usaha yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan sebelumnya, namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang diinginkan.
3.
Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul dimasyarakat, lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam praktiknya timbulnya suatu proyek disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain: 1.
Permintaan pasar Artinya adanya suatu kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang tersedia belum mencukupi atau memang belum ada sama sekali.
2.
Meningkatkan kualitas produk Bagi perusahaan tertentu proyek yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas atau mutu suatu produk. Hal ini dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang ada.
3.
Kegiatan pemerintah Artinya merupakan kehendak pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat atas suatu produk atau pelayanan melalui proyek – proyek tertentu.
2.1.4 Pemasaran Produk Hasil Olahan Sampah Produk dari kegiatan pengolahan sampah kota adalah kompos, tenaga listrik, dan bahan yang bisa dijual. Peluang pasar tenaga listrik selalu ada karena Indonesia dewasa ini dan dimasa yang akan datang akan selalu kekurangan energi. Tenaga listrik yang dibangkitkan dari sampah kota termasuk murah dibandingkan
13
dengan PLTD, oleh karena itu aspek pemasarannya tidak menjadi masalah. Sementara bahan organik dan anorganik yang dapat dijual habis dan merupakan bagian sosial dari kegiatan ini untuk meningkatkan kehidupan masyarakat golongan ekonomi lemah. Kompos adalah suatu produk yang sangat diperlukan dan seharusnya mudah untuk dijual di Indonesia. Ada beberapa alasan yang mendukung hal tersebut yaitu sebagai berikut (Sudradjat 2007). 1.
Daratan Indonesia, khususnya di luar Jawa, sebagian besar merupakan tanah yang miskin hara dan miskin bahan organik (podsolik). Tanah yang subur hanya di P. Jawa
2.
Sebagian besar tekstur, sifat fisik, dan keasaman tanah lahan pertanian yang subur sudah rusak oleh pupuk kimia.
3.
Harga pupuk kimia yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh harga minyak bumi. Selain itu, pupuk kimia banyak dipalsukan dan dapat merusak tanah.
4.
Di masa depan, pertanian Indonesia, bahkan dunia akan kembali ke pertanian organik. Berdasarkan alasan tersebut, sebaiknya kebutuhan pupuk di dalam negeri
digantikan oleh pupuk kompos. Pergantian ini hanya bisa dilaksanakan dengan bantuan kebijakan pemerintah yang mengharuskan menggunakan pupuk kompos untuk seluruh bidang kegiatan seperti pertanian pangan, perkebunan, dan kehutanan. Selain itu, perlu juga dibuat peraturan yang mengalihkan pemasaran pupuk kimia secara bertahap untuk tujuan ekspor. Proses pergantian ini harus dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan terbentuknya sistem produksi dan tata niaga kompos di setiap kodya atau kabupaten. Secara
bertahap
tetapi
pasti,
pupuk
kompos
akan
meningkatkan
produktivitas tanaman. Produktivitasnya akan melampaui tanaman yang diberi pupuk kimia pada tahun ke-4. Dengan aplikasi kompos secara sinabung dan teratur, sifat kimia dan tekstur tanah yang rusak oleh pupuk kimia juga akan dapat direhabilitasi (Sudradjat 2007). 2.1.5 Analisis SWOT (Strengths,Weaknesses,Opportunities,Threats) Menurut Rangkuti (2011) analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan
14
strategi perusahaan atau proyek. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi proyek serta lingkungan internal kekuatan dan kelemahan.
Analisis Lingkungan Eksternal
Evaluasi kinerja perubahan saat ini
Evaluasi misi, tujuan, kebijakan , Analisis Internal
Pemilihan Faktor Strategi: Peluang, Ancaman
Analisis budaya manajer
Analisis faktor strategis S.W.OT
Lingkungan
Pilih alternatif terbaik
Pemilihan Faktor Strategi: Kekuatan, Kelemahan
FORMULASI STRATEGI
Implementasi strategi
Evaluasi dan Pengendalian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Sumber: Freddy Rangkuti (2011)
Gambar 3. Diagram proses pengambilan keputusan strategis Penelitian dengan menggunakann SWOT menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strenghts dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threaths yang dihadapi suatu proyek. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threaths)
dengan
faktor
internal
kekuatan
(strenghts)
dan
kelemahan
(weaknesses) (Rangkuti 2011). Kuadran 1 :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. proyek tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategis).
Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, proyek ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang diterapkan
15
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3 :
Fokus strategi proyek ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
Kuadran 4 :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, proyek tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Berbagai Peluang 3.
Mendukung strategi turnaround
1.
Mendukung strategi agresif
Kelemahan Internal 4.
Kekuatan Internal Mendukung strategi defensif
2.
Mendukung strategi diversifikasi
Berbagai Ancaman Sumber : Freddy Rangkuti (2011)
Gambar 4. Diagram analisis SWOT 2.1.6 Ketenagakerjaan Pengertian tenaga kerja atau man power mulai sering dipergunakan di Indonesia. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga, secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya dari batas umur. Setiap negara memberikan batasan umur yang berbeda beda. India sebagai contoh menggunakan batasan umur 14 sampai dengan 60 tahun sedangkan orang yang berumur di bawah 14 tahun dan di atas 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Amerika Serikat menggunakan batas minimum 14 tahun tanpa batas umur maksimum, kemudian sejak tahun 1967 batas umur dinaikan menjadi 16 tahun. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberi sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Tiap negara memilih umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja di masing-masing negara juga berbeda. Indonesia semula dipilih batas umur 10 tahun tanpa batas usia
16
maksimum, dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 atau lebih. Penduduk berumur dibawah 10 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur 10 terutama di desa-desa sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Meningkatnya kegiatan pendidikan akan mengakibatkan jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang, apabila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah, dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikan menjadi 15 tahun. Pertimbangan tersebut sesuai undang – undang no 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun (Simanjuntak 1998). 2.2 Penelitian Terdahulu Dewi (2008) melakukan penelitian yang serupa di Kota Depok. Penelitian dengan judul Evaluasi Ekonomi dan Sosial Unit Pengolahan Sampah Kota Depok memiliki tujuan untuk melihat berapa manfaat bersih yang dihasilkan pada UPS pilot project di RW 11 Griya Tugu Asri, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Metode yang digunakan yaitu menggunakan anlasis biaya-manfaat, avoided transportation cost, uji perubahan perilaku. UPS dengan volume sampah yang diolah sebesar 7.56 m3/hari mampu menghasilkan potensi nilai olahan sampah Rp 51 634 264/ tahun dan Rp 81 059 694 857 jika seluruh sampah domestik Kota Depok diolah lebih lanjut. Manfaat bersih pengolahan sampah Kota Depok, terdiri dari manfaat bersih operasional dan avoided transportation cost, yang dihasilkan mampu mencapai Rp 105 101 317 536/ tahun walaupun manfaat bersih dalam skala UPS bernilai negatif hal tersebut disebabkan tidak semua sampah dikota Depok dapat terlayani. Cahyani (2009) melakukan penelitian mengenai topik yang serupa namun berbeda dengan metode yang digunakan. Penelitian dengan judul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah dan Kelayakan Finansial Usaha Pengelolaan Sampah Rumah Tangga memiliki tujuan dalam menganalisis lebih
17
jauh faktor faktor yang berpengaruh terhadap produksi sampah diperumahan Cipinang Elok yang akan diolah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, selain itu, penelitian ini juga menganalisis kelayakan secara finansial dari usaha pengelolaan sampah pabrik kompos “Mutu Elok” di perumahan Cipinang Elok dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, dan Net B/C. Dalam analisis kelayakan finansialnya dilakukan uji sensitivitas dengan tiga skenario yaitu adanya subsidi harga kompos pemerintah sebesar Rp 350/kg, perubahan alokasi dana dari kas warga untuk pabrik kompos “Mutu Elok” sebesar 5% dan perubahan tarif retribusi kebersihan di perumahan Cipinang Elok sebesar 5%. Pada penelitian ini hanya ingin melihat sisi lain studi kasus dari daerah yang berbeda dan melihat pustaka yang digunakan dalam penelitiannya. Gustiyana (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur. Analisis yang digunakan, yaitu analisis regresi linear berganda dan analisis SWOT. Dalam
pengembangan
kawasan
tersebut
menunjukan
bahwa
perlunya
pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian. Penelitian ini hanya mengambil aspek dari metode yang digunakan dalam mengembangkan strategi pada suatu proyek.
18
19
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perhitungan Biaya dan Manfaat Ekonomi Proyek Publik Tujuan analisis proyek harus disertai dengan definisi biaya–biaya dan manfaat–manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang dapat mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat merupakan segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang diterima. Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut: 1.
Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2.
Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
3.
Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1.
Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan penurunan biaya
2.
Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau keahlian, perbaikan distribusi pendapatan dan lain sebagainya. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dan investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986). Perhitungan benefit dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau finansial, bila yang
20
berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini, yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang – orang atau badan – badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut. 3.1.2 Economy of Waste Management Residu atau limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas tersebut. Oleh karenanya, pencemaran merupakan fenomena yang bersifat pervasive (akan tetap ada) sebagai akibat dari aktivitas ekonomi, pada sudut prinsip ekonomi sumberdaya, jalan yang terbaik dalam menangani pencemaran adalah bagaimana mengendalikan pencemaran tersebut ketingkat yang paling efisien (Fauzi, 2004) Kelangkaan membuat manusia harus menentukan pilihan yang secara tidak langsung
menyiratkan
adanya
biaya.
Keputusan
atau
pilihan
tersebut
menimbulkan yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai biaya (opportunity cost). Biaya peluang adalah biaya yang dikorbankan untuk menggunakan sumberdaya untuk tujuan tertentu, yang diukur dari manfaat yang dilepasnya karena tidak menggunakannya untuk tujuan lain, atau dengan kata lain, diukur dengan satuan komoditi lain yang seharusnya diperoleh (Lipsey et al, 1993). Biaya untuk melakukan aktivitas pengurangan pencemaran disebut Abatement Cost. Untuk analisis ekonomi pencemaran, akan lebih mudah jika menggunakan pengukuran marjinal, yakni Marjinal Abatement Cost (MAC) yang menggambarkan penambahan biaya akibat pengurangan satu unit pencemaran atau biaya yang dihematkan jika pencemaran ditingkatkan sebesar satu unit (Fauzi,
2004).
Biaya
tersebut
didasari
konsep
bahwa
mengurangi
emisi/pencemaran dapat mengurangi kerusakan yang diderita akibat polusi lingkungan, sedangkan disisi lain, mengurangi emisi/pencemaran membutuhkan sumberdaya yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya
21
(opportunity). Gambar 5 menunjukan tingkat pencemaran yang efisien adalah tingkat pencemaran dimana MAC sama dengan MD (e*). Rp MAC
MD
w
e*
Pencemaran
Sumber: Fauzi (2004)
Gambar 5. Tingkat pencemaran yang efisien Menurut Bernstein (1992), terdapat tiga macam pengenaan biaya yang dapat dikenakan dalam proses pengumpulan dan pembuangan sampah yaitu biaya penggunaan, biaya pembuangan, dan biaya produk. Biaya pengguna pada umumnya dikenakan pada pelayanan pengumpulan dan pemeliharaan sarana pemerintah dalam mengelola sampah dan dianggap sebagai pelayanan yang wajar. Biaya penggunaan dikenakan untuk menutupi total biaya operasional dan tidak mencerminkan biaya marjinal sosial dampak lingkungan. Biaya pembuangan adalah biaya yang dikenakan dalam layanan pembuangan sampah, sedangkan biaya produk dikenakan pada sampah yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Bartone et al (1990) menyatakan municipal solid waste management (MSWM) sebagian besar berupa pelayanan yang mensyaratkan adanya peralatan dan fasilitas khusus umumnya menghabiskan 20-50% anggaran dana operasional pemerintah. Pembiayaan MSWM dapat diperoleh dari penerimaan pemerintah seperti pajak lokal dan retribusi bagi pengguna jasa. Untuk memulihkan biaya (cost recovery), perancang suatu proyek MSWM harus memperhitungkan pelayanan persampahan sebagai suatu private goods dan juga public goods. Perhitungan tersebut dilakukan karena MSWM menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan rumah tangga ataupun pengusaha (privat) serta memberikan dampak positif terhadap sektor kesehatan publik dan lingkungan hidup lokal. Oleh karenanya, dalam menentukan cara memulihkan MSWM, perancang proyek harus merencanakan sebagian porsi pemulihan biaya dari manfaat dari sektor
22
swasta/privat sedangkan untuk manfaat sosial/publik dapat dibayar oleh pemerintah. Menurut Bartone et al. (1990), ada dua instrumen finansial dasar dalam skema pemulihan biaya
MSWM, yaitu: 1) penerimaan pemerintah, yang
termasuk pajak lokal dan transfer antar pemerintah (Pemda), dan 2) retribusi/pungutan biaya pada pengguna jasa, yang termasuk pajak keuntungan dan biaya sukarela (tarif) yang dikenakan langsung pada objek yang menerima layanan persampahan, untuk layanan pengangkutan dan pembuangan sampah jika hanya memberikan manfaat secara sosial maka biaya tersebut dapat dipulihkan dengan pendapatan pemerintah. Jika dilakukan oleh swasta, pemilihan biaya dilakukan melalui pemungutan retribusi (tipping fees) yaitu pungutan yang langsung
dikenakan
untuk
mengoperasikan
fasilitas
pengangkutan
dan
pembuangan sampah. Tipping fees dikenakan berdasarkan volume, berat, dan terkadang jenis sampah yang diangkut. Efisiensi ekonomi menjadi hal yang penting dalam suatu pengelolaan pencemaran. Efisiensi ekonomi adalah kriteria yang dapat diterapkan pada beberapa tingkatan input untuk mencerminkan suatu tingkatan output tertentu. Suatu perusahaan, dalam hal ini proyek pengolahan sampah, dinyatakan efisien jika meminimumkan biaya dan memperoleh laba. Efisiensi ekonomi pengelolaan sampah salah satunya dapat dinilai dari manfaat bersih (net benefit) yang dihasilkan. Manfaat bersih dapat berupa selisih antara potensi penerimaan dari hasil olahan sampah, dan biaya retribusi dengan biaya pengelolaan sampah. 3.1.3 Sistem Tata Kelola Sampah di UPS Warga depok yang berpartisipasi diharuskan untuk memilah sampahnya masing - masing. Sumber sampah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: sampah organik, sampah anorganik dan residu. Pengertian dari sampah organik adalah material sisa yang dapat terurai seperti sampah daun, sampah hasil rumah tangga dan industri seperti makanan sisa dan limbah hasil industri, sedangkan pengertian dari sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terurai dengan mikroba seperti plastik, dan pecahan kaca. Pengolahan sampah warga dibebaskan untuk mengolah sampahnya, apakah dengan pengolahan mandiri atau langsung diserahkan ke UPS dalam mengolahnya. Teknik dalam mengolah sampah madiri
23
terutama organik sangat banyak, seperti melalui lubang biopori jika terdapat lahan halaman atau yang tidak memiliki lahan/halaman dengan menggunakan wadah seperti pot atau baskom, sedangkan anorganik sampah tersebut bisa langsung dijual di bank sampah. Setelah semua sudah dilakukan usaha pengolahan, hasil olahan tersebut tidak semuanya terolah dan menjadi pupuk. Hasil sisa olahan tersebut disebut residu dan akan berakhir di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Saat ini, residu yang dihasilkan di UPS masih belum dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pengertian residu adalah material sisa dari hasil olahan sampah atau material sisa yang tidak dapat diolah hanya dengan menggunakan perlengkapan sederhana. Penanganan sampah residu sangatlah sulit dibandingkan dengan sampah jenis lainnya, maka dari itu diperlukan penanganan khusus di TPA agar sampah residu dapat diolah kembali menjadi energi layak guna. Sampah residu yang diolah nantinya tidak semuanya bisa terolah, melainkan akan menghasilkan residu kembali berupa serbuk putih seperti tepung dan residu tersebut tidak berbahaya pada lingkungan. TPA Kota Depok belum menerapkan penanganan sampah residu dengan baik, sehingga sampah residu tersebut masih ditampung di lahan luas. Sampah residu yang menumpuk akan menghasilkan gas etanol yang berbahaya bagi lingkungan apabila dibiarkan begitu saja. Sumber Sampah ORGANIK: sampah daun, sampah rumah tangga dan industri yang dapat terurai
Wajib Memilah
NON-ORGANIK sampah kaleng, sampah kertas, dan sampah kaca Dijual
Pengolahan mandiri
UPS
Diolah
Pupuk kompos
Tidak diolah (residu)
Bank Sampah
Residu
TPA
Gambar 6. Diagram tata kelola sampah Kota Depok
24
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pemerintah Kota Depok telah berupaya untuk menangani permasalahan sampah yang semakin lama semakin tidak terkontrol. Meningkatnya penduduk dan taraf hidup atau ekonomi masyarakat Kota Depok maka meningkat pula produksi sampah yang dihasilkan. TPA yang berada di Kota Depok tidak mampu lagi menampung sampah yang diproduksi masyarakat karena lahan yang terbatas dan sistem yang digunakan TPA hanya menggunakan sistem controlled sanitary landfill dan penumpukan sampah tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan dana dalam menyediakan pelayanan sampah berupa unit pengelolaan sampah (UPS) dengan upaya mengoptimalkan usaha dalam mengurangi produksi sampah yang dihasilkan khususnya sampah organik. Pembangunan proyek UPS ini menyimpan berbagai manfaat ekonomi mulai dari manfaat langsung (direct benefit) hingga manfaat tidak langsung (indirect benefit). Manfaat langsung yang dapat dirasakan adalah hasil pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan pertanian atau pertamanan, pada kasus ini, pupuk yang dihasilkan oleh UPS tidak dijual, maka, manfaat langsung dari hasil olahan sampah tersebut akan diakumulasikan dari besarnya harga pupuk yang dijual dipasar dengan jumlah produksi pupuk yang dihasilkan di UPS. Selain itu, manfaat langsung yang dapat dirasakan dari proyek UPS, yaitu akan melihat dari nilai ekonomi biaya pelayanan retribusi warga dan nilai ekonomi penyerapan tenaga kerja lokal. Seperti yang diketahui bahwa warga yang telah ikut berpartisipasi dalam proses pemilahan sampah sudah tidak membayar retribusi sampah, maka nilai tersebut akan menjadi manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari proyek UPS kepada masyarakat apabila masyarakat membayar pelayananan retribusi sampah dengan melihat jumlah partisipan UPS yang dikalikan dengan besarnya biaya retribusi masyarakat. Manfaat yang dihasilkan ini akan dijumlahkan dan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya pembangunan UPS agar mendapatkan manfaat bersih (net benefit) dari proyek UPS. Dalam mengkaji kelayakan proyek UPS yang akan dikelola oleh pihak swasta, maka akan dilakukan analisis kelayakan dari salah satu proyek UPS yaitu
25
UPS Merdeka I dengan melihat nilai kelayakan dari NPV, IRR dan Net B/C. Penelitian ini juga mengkaji strategi mengenai kekuatan dan kelemahan kondisi internal proyek UPS serta peluang dan ancaman kondisi eksternalnya melalui dua data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Metode yang digunakan dalam mengkaji strategi yaitu dengan menggunakan metode analisis SWOT. Data kualititatif melihat dari sisi kondisi UPS melalui peraturan pemerintah no 5 tahun 2014 dan dibuat matriks SWOT lalu dikembangkan dalam data kuantitatif yang melihat dari penilaian sisi pengelola UPS. Semua dianalisis dan menjadi satu kesatuan rekomendasi strategi dalam mengelola UPS menjadi proyek yang lebih baik. Timbunan sampah yang menumpuk akibat : - Jumlah penduduk yang terus meningkat - Lahan yang terbatas
Kebutuhan sistem penanganan sampah UPS
Sistem UPS pemilahan sampah (kumpul-angkutolah) bekerja sama dengan masyarakat
Manfaat dan biaya
Nilai manfaat ekonomi UPS (Total Net Benefit)
Identifikasi faktor internal dan eksternal UPS
Analisis biaya manfaat proyek salah satu proyek UPS (NPV,IRR,Net B/C)
Analisis SWOT dan pengembangannya
Rekomendasi Strategi
Gambar 7. Diagram alur rekomendasi strategi
26
27
IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), UPS Merdeka I dan sembilan UPS di Kota Depok. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2014, dan dilanjutkan pada bulan Januari 2015. 4.2 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Hasan (2004) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan atau yang memerlukannya, contohnya seperti pemberian kuisioner, data survei, data observasi, dan sebagainya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber - sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan laporan penelitian terdahulu, contohnya seperti data yang sudah tersedia ditempattempat tertentu seperti perpustakaan dan BPS. Data sekunder diperoleh melalui berbagai lembaga yang terkait seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, Badan Pusat Statistik Kota Depok, instansi yang terkait, buku, skripsi, dan internet. Tabel 3. Jenis dan sumber data penelitian No 1
Tujuan Mengestimasi nilai manfaat ekonomi UPS yang dilihat dari besarnya nilai pengolahan sampah organik, penyerapan tenaga kerja dan penurunan biaya pemerintah akan penggunaan pupuk
2
Menganalisis biaya dan manfaat proyek UPS
3
Menganalisis strategi pengembangan UPS menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities, and Threats) dalam merancang strategi sistem pengelolaan di UPS di Kota Depok dan pengembangannya.
Sumber Data Produksi pupuk kompos di setiap UPS Kota Depok, jumlah KK yang terlibat, harga jual kompos di pasar, data tenaga kerja dan upah, data penggunaan pupuk kompos di UPS Kota Depok Sumber: DKP Data finansial proyek UPS (biaya investasi, biaya operasional, biaya lain-lain), data produksi pupuk di UPS Merdeka I, dan data jumlah KK yang terlibat Sumber:UPS Merdeka I Peraturan pemerintah Kota Depok no 5 tahun 2014, wawancara pengelola UPS terkait kondisi UPS Sumber: DKP dan UPS Merdeka I
Alat Analisis Total net benefit, analisis deskriptif
NPV (Net Present Value) , IRR (Internal Rate Return), dan Net B/C
Analisis SWOT dan analisis deskriptif
28
4.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dimaksudkan sebagai pencatat peristiwa atau karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen populasi penelitian. Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan berdasarkan cara-cara tertentu. Berdasarkan cara pengumpulannya, dikenal beberapa cara pengumpulan data penelitian, antara lain pengamatan (observasi), literatur, penggunaan angket (kuisioner), dan wawancara (Hasan 2004). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan empat cara, yaitu pengamatan (observasi), penelusuran literatur, penggunaan kuisioner dan wawancara. Adapun penjelasan dari ke empat cara tersebut kepada penelitian ini. 1.
Pengamatan (observasi) terhadap kondisi di lapangan keadaan UPS yang selama ini berjalan, apakah keadaan UPS di Kota Depok berjalan dengan baik atau terdapat kendala yang dapat menghambat pengolahan sampah, pengamatan dilapangan ini akan langsung dicatat dan dianalisa agar dapat memahami kondisi di UPS.
2.
Penelusuran literatur dengan melihat penelitian terdahulu dan melalui instansi terkait yang nantinya akan dilihat perbandingannya apakah UPS tetap memiliki dampak yang sama atau menjadi signifikan meningkat atau menurun terhadap masyarakat. Penelitian ini akan menjadi bahan pertimbangan kembali bagi peneliti yang berminat dengan tema atau topik yang sesuai dan menjadi bahan acuan yang akan tetap terus berjalan.
3.
Wawancara langsung terhadap pengelola UPS dengan melampirkan kuisioner dan pekerja yang bertugas di lokasi UPS serta masyarakat sekitar.
Tabel 4. Data responden yang diwawancara No 1
2
Responden Koordinator UPS
Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertanaman
Jumlah (orang) 10
4
Keterangan mengetahui strategi pengembangan UPS di Kota Depok mengetahui biaya pembangunan UPS dan kegiatan UPS
Tabel 4 menunjukan responden yang diwawancara pada penelitian ini. Wawancara terhadap koordinator UPS memiliki tujuan untuk mengetahui strategi pengembangan UPS dengan melampirkan kuisioner, sedangkan pegawai Dinas Kebersihan dan Pertanaman yang terdiri dari kepala dinas, kepala bagian
29
operasional dan stafnya memiliki tujuan untuk mengetahui kegiatan operasional UPS dan pembiayaan investasi UPS. Masyarakat sekitar yang diwawancara hanya untuk mengetahui keberadaan UPS di lingkungan sekitar. 4.4
Metode Pengambilan Sampel
Terdapat 44 UPS di Kota Depok yang terdaftar pada Dinas Kebersihan dan Pertanaman, namun dipilih 10 UPS secara purposive sampling atau pengambilan sampel dipilih secara sengaja karena 10 UPS tersebut hanya mengolah sampah organik saja sedangkan 34 UPS lainnya masih berbentuk TPS (tempat pembuangan sementara). Sepuluh UPS tersebut, yaitu: UPS Merdeka I, UPS Merdeka II, UPS Permata Regency, UPS Cilangkap, UPS Ratu Jaya, UPS Universitas Indonesia, UPS Gunadarma, UPS Walikota, UPS Bojong Sari, dan UPS Pondok Petir. 4.5
Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu terdapat tiga alat analisis yang digunakan. Pertama, menganalisis manfaat ekonomi UPS dengan melihat besarnya hasil pupuk yang dihasilkan di UPS, penyerapan tenaga kerja dan biaya retribusi yang dapat diberikan. Kedua, menganalisis biaya dan manfaat proyek UPS apabila dikelola oleh pihak swasta dengan melihat NPV, IRR dan Net B/C, dan yang terakhir, menganalisis strategi yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari 10 proyek UPS di Kota Depok dan pengembangannya. Alat untuk mengolah data menggunakan Microsoft Office Excel. Berikut metode-metode analisis yang digunakan dalam penelitian: 4.5.1 Manfaat Ekonomi UPS Menghitung manfaat ekonomi UPS harus terlebih dahulu mengetahui besarnya produksi pupuk kompos yang dihasilkan UPS dan manfaat dari kegiatan operasionalnya agar mendapatkan total manfaat bersih (net benefit). Pupuk kompos yang dihasilkan akan dikalikan dengan harga pasar yang dijual di Kota Depok agar mendapat nilai dari pupuk kompos. Setelah itu, manfaat dari biaya retribusi didapatkan dari jumlah KK pada masyarakat yang berpartisipasi pada kegiatan UPS, yang dikalikan dengan biaya retribusi yang diterima oleh masing masing masyarakat lokal yang biasa dibayarkan menurut peraturan pemerintah
30
Kota Depok no 5 tahun 2012 dan dalam mencari nilai penyerapan tenaga kerja dibutuhkan data jumlah UPS, jumlah pekerja dari masyarakat lokal dan tingkat upah tenaga kerja di UPS. Nilai pupuk kompos dari hasil UPS akan dihitung dengan kegiatan operasional UPS berupa manfaat dari biaya retribusi warga dan nilai penyerapan tenaga
kerja
lalu
diselisihkan
dengan
biaya
pembangunan
UPS
dan
operasionalnya agar mendapatkan manfaat bersih total (total net benefit). Total net benefit = (nilai produksi pupuk + biaya retribusi warga + nilai penyerapan tenaga kerja) – (biaya pembangunan UPS + biaya operasional UPS) NPK = JPH x HP..........................................................................................(1) keterangan : NPK
= Nilai pupuk kompos
JPH
= Jumlah pupuk yang dihasilkan
HP
= Harga pupuk yang dijual dipasaran
BR = JKK x TrC...........................................................................................(2) keterangan :
NPTK keterangan :
BR
= Biaya retribusi warga
JKK
= Jumlah kartu keluarga yang berpartisipasi
TrC
= Transportation cost
=
𝑈𝑘 x 𝑄𝑘 x 𝐻𝑘 ........................................................................(3)
NPTK = Nilai penyerapan pekerja (Rp/tahun) Uk
= Upah kerja (Rp/hari/orang)
Qk
= Jumlah pekerja (orang)
Uk = Jumlah UPS di Kota Depok 4.5.2 Analisis Finansial Proyek UPS UPS yang dikelola pemerintah ini akan dicoba untuk dianalisis kelayakannya apabila dikelola oleh pihak swasta dengan memasukan nilai manfaat dari hasil olahan sampah (pupuk organik) dan biaya retribusi dengan melihat besarnya NPV, IRR, dan Net B/C. a.
Net Present Value (NPV) Keuntungan bersih suatu proyek adalah pendapatan kotor dikurangi
jumlah biaya, maka NPV suatu proyek adalah selisih PV (present value) arus benefit dengan PV arus biaya. Rumus NPV dapat dituliskan sebagai berikut:
31
𝑁𝑃𝑉 =
𝑛 𝑖=1 𝑁𝐵𝑖(1
+ 𝑖)−𝑛 .........................................................................(4)
keterangan: NB = Net benefit = benefit – cost i = Discount factor (suku bunga dengan 16 %) n = Tahun b. Internal Rate of Return IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol), dengan demikian hasil perhitungan IRR lebih besar dari social opportunity cost of capital (SOCC) dikatakan proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan SOCC maka peluang pokok dan dibawah SOCC proyek tersebut tidak feasible. Besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan nilai NPV2 dengan cara coba-coba, apabila nilai NPV1 telah menunjukan angka positif maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan sebaliknya apabila NPV1 menunjukan angka negatif maka discount factor yang kedua berada di bawah SOCC atau discount factor. Nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV negatif yaitu pada NPV = 0. Rumus untuk IRR dapat dirumuskan sebagai berikut. 𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉
1 −𝑁𝑃𝑉2 )
𝑥 (𝑖2 − 𝑖1 )...........................................................(5)
keterangan : i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1 i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2 nilai kelayakan bagi IRR apabila IRR > i pada tingkat diskonto awal dan tidak layak apabila IRR < i pada tingkat diskonto awal. c.
Net Benefit Cost Ratio Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit
yang telah di-discount (NPV) positif (+) dengan net benefit yang telah di-discount (NPV) negatif (-), dengan formula sebagai berikut: 𝐵
𝑁𝑃𝑉(+)
𝐶
𝑁𝑃𝑉 −
𝑁𝐸𝑇 =
........................................................................................(6)
Nilai net B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk dikerjakan. Net B/C sama dengan 1 (satu) berarti cash in flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut dengan break event point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue.
32
4.5.3 Analisis SWOT dan Pembobotannya a.
Data Kualitatif Data kualitatif pada analisis SWOT, yaitu pembuatan matriks. Matriks yang
dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis proyek dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi proyek dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Penentuan strategi ini melihat dari kondisi UPS yang sedang berlangsung yang nantinya dibandingkan dengan peraturan Pemerintah no 5 tahun 2014. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis. Internal Faktor
STRENGHTS Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
WEAKNESSES Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATHS Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghidari ancaman
Eksternal Faktor
Sumber : Freddy Rangkuti (2011)
Gambar 8. Diagram matriks SWOT Keterangan: a.
Strategi SO: strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran proyek, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
b.
Strategi ST: ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki proyek untuk mengatasi ancaman
c.
Strategi WO: strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
d.
Strategi WT: strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman .
33
b.
Data Kuantitatif Data SWOT kualitatif sebelumnya dapat dikembangkan secara kuantitatif
melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1997). Metode ini melibatkan pengelola pada penilaian suatu proyek agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1.
Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi, namun pada penelitian ini akurasi penilaian ditentukan dari 1 sampai 5 berdasarkan jumlah faktor. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya, sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2.
Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
3.
Mencari posisi proyek yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT
34
Tabel 5. Pembobotan faktor internal proyek No
Strengths
Skor
Bobot
Total
Skor
Bobot
Total
1 2
dst. Total Kekuatan
No
Weaknesses
1 2
dst. Total Kelemahan Selisish Total Kekuatan – Total Kelemahan = S – W = x
Tabel 6. Pembobotan faktor eksternal proyek No
Opportunities
Skor
Bobot
Total
Skor
Bobot
Total
1 2
dst. Total Peluang
No
Threats
1 2
dst. Total Ancaman Selisish Total Peluang – Total Ancaman = S – W = y
Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukan format penilaian dalam menganalisis data kuantitatif SWOT. Pengelola UPS akan disajikan dengan kuisioner dengan indikator penilaian berdasarkan jumlah faktor yang tersedia. Pengisian kuisioner tersebut tidak melibatkan pengelola yang memiliki ikatan dari Dinas Kebersihan dan Pertanaman agar penilaian yang dilakukan akan bersifat objektif.
35
Opportunity (-,+) Ubah strategi
(+,+) Progresif Kuadran III
Kuadran I
Weakness
(-,-) Strategi bertahan
Strength Kuadran IV
Kuadran II
(+,-) Divesifikasi strategi
Threat
Gambar 9. Posisi Penilaian Proyek Melalui Pendekatan Kuantitatif Gambar 9 menunjukan letak posisi proyek setelah melakukan penilaian. Posisi ini sangat menentukan proyek dalam pemilihan strategi yang akan diputuskan melalui data kualitatif atau matriks SWOT. Kuadran I (positif,positif) Posisi ini menandakan sebuah proyek yang kuat dan berpeluang, rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal Kuadran II (positif,negatif) Posisi ini menandakan sebuah proyek yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya proyek dalam kondisi mantap namu menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda proyek akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, proyek disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III (negatif,positif) Posisi ini menandakan sebuah proyek lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi, artinya proyek disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya sebab strategi yang lama
36
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja proyek. Kuadran VI (negatif,negatif) Posisi ini menandakan sebuah proyek yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal proyek berada pada pilihan dilematis, oleh karenanya proyek disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan agar terus membenahi diri. 4.5.4 Asumsi Dasar Asumsi ini dibuat agar mempermudah peneliti dalam mengolah data agar hasil yang diperoleh menjadi lebih relevan dan diterima. Asumsi yang digunakan dalam menganalisis manfaat ekonomi dan strategi pengembangan UPS, yaitu: a. Proyek UPS yang diteliti dalam menganalisis nilai potensi manfaat ekonomi UPS, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan strategi, yaitu sepuluh UPS di Kota Depok sedangkan untuk analisis kelayakan dipilih secara sengaja, yaitu UPS Merdeka I b. Umur proyek yang akan dianalisis yaitu selama 5 tahun dengan melihat umur ekonomis bangunan proyek. c. Sumber modal awal dalam menganalisis kelayakan proyek UPS pada UPS Merdeka I menggunakan sumber dana pinjaman dari bank BRI dengan dana sebesar Rp 200 000 000 di akhir bulan Desember tahun 2013 d. Tingkat discount rate yang akan digunakan dalam menganalisis kelayakan proyek UPS berdasarkan suku bunga pinjaman bank BRI sebesar 14% dari peminjaman dana sebagai modal sebesar Rp 200 000 000.
37
V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis Kota Depok Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’00’’ – 6o 28’00’’ Lintang Selatan dan 106o43’00’’ – 106o55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200.29 km2. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Provinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas – batas sebagai berikut: a.
Sebelah
Utara
berbatasan
dengan
Kecamatan
Ciputat
Kabupaten
Tanggerang dan wilayah daerah khusus ibukota Jakarta. b.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokdede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur. Secara administratif, berdasarkan Perda No 8 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Wilayah Kecamatan di Kota Depok, pemerintah Kota Depok yang terdiri dari 6 kecamatan diperluas menjadi 11 kecamatan yakni kec. Cimanggis, kec. Sukmajaya, kec. Tapos, kec. Sawangan, kec. Pancoran Mas, kec. Limo, kec. Beji, kec. Cinere, kec. Bojongsari, kec. Cipayung dan kec. Cilodong sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10, dari sisi topografi, umumnya kemiringan lahan di Kota Depok berkisar 8-15%, namun terdapat pula kecamatan dengan kemiringan rendah yaitu di sebagian kecamatan Cinere, kecamatan Beji, kecamatan Cimanggis. Sedangkan daerah dengan kemiringan >15% terbentang dari Selatan ke Utara yaitu di sepanjang sungai yang melintasi Kota Depok. Berdasarkan kondisi hidrogeologi, Kota Depok didominasi oleh kelompok litiligi endapan lanau, pasir, kerikil dan kerakal hasil pengendapan kembali endapan vulkanik kwarter (kipas alluvial muda) serta konglomerat dan pasir sungai (endapan alluvial tua), dengan tingkat kelulusan air sedang sampai tinggi termasuk akuifer dengan
38
produktivitas tinggi di bagian utara dan akifer dengan produktivitas sedang di bagian selatan dengan penyebaran akifer luas dengan debit antara 1-5 liter/detik. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki kandungan air tanah yang cukup baik. Selain sumberdaya air tanah di Kota Depok juga terdapat sumberdaya air lain yang berasal dari sumberdaya air permukaan yang meliputi 30 setu dan 14 sungai yang melintasi Kota Depok.
Sumber: Bappeda Kota Depok (2014)
Gambar 10. Letak geografis Kota Depok Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota – kota lainnya. Tabel 7. Jumlah penduduk dan KK (kartu keluarga) Kota Depok tahun 2013 No Kecamatan Jumlah Penduduk 1 Pancoran Mas 259 124 2 Cimanggis 266 879 3 Sawangan 148 815 4 Limo 89 601 5 Sukmajaya 275 510 6 Baji 171 267 7 Cipayung 155 223 8 Cilodong 149 674 9 Cinere 113 112 10 Tapos 263 602 11 Bojong Sari 114 793 Sumber: diakses pada disdukcapil.depok.go.id (2014)
Jumlah KK 72 877 77 945 40 682 24 775 78 252 50 977 41 860 42 071 31 995 77 438 31 619
39
Tabel 7 menunjukan jumlah penduduk Kota Depok tahun 2013 mencapai 1 962 160 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 990 289 jiwa dan penduduk perempuan 971 871 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Depok tahun 2013 mencapai 9 797 jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 13 431 jiwa/km2. Kemudian pancoran mas dengan tingkat kepadatan 13 043 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 5 385 jiwa/km2 . 5.2 Kondisi Sampah di Kota Depok Sampah yang terdapat di Kota Depok saat ini telah mencapai kurang lebih 1200 ton per hari, perolehan nilai ini didapat dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dan sebagian besar sampah domestik yang dihasilkan berasal dari sampah rumah tangga. Produksi sampah di Kota Depok pada Gambar 11 yang berasal dari rumah tangga sebesar 60%, pasar tradisional 10%, kawasan 10%, pasar perniagaan 8%, fasilitas publik 5%, kantor 2%, lainnya seperti di sungai atau di lahan kosong sebesar 5%. Jumlah Timbulan Sampah Harian Menurut Sumber
5%
Rumah tangga
10%
10%
Kantor Pasar Perniagaan
10%
Pasar Tradisional 60%
8%
FasPub Kawasan Lainnya
2%
Sumber : DKP Kota Depok (2014)
Gambar 11. Produksi sampah domestik di Kota Depok per hari Saat ini, Kota Depok sudah memiliki jembatan timbang dalam mengukur sampah yang masuk ke TPA, sehingga perolehan produksi sampah dinyatakan dalam satuan berat yaitu ton atau kilogram (kg). Perolehan sumber produksi
40
sampah yang didapat membuat pemerintah melakukan berbagai tindakan agar sampah yang berasal dari rumah tangga dapat berkurang atau terkontrol melalui berbagai program terutama program dari proyek UPS. Gambar 12 menunjukan sisa makanan menjadi sumber sampah yang terbesar sehingga perlu ada pengolahan sampah organik agar menciptakan lingkungan yang bersih.
Komposisi Sampah Menurut Materi Sisa Makanan Kayu, Ranting, dan Daun
15%
Kertas 8%
40%
3% 2% 2%
Plastik Karet dan Kulit
10%
Logam 15%
5%
Kaca Kain dan Tekstil
Sumber : DKP Kota Depok (2014)
Gambar 12. Komposisi sumber sampah di Kota Depok Sampah organik merupakan sampah yang tidak memiliki nilai jual apabila tidak diolah terlebih dahulu. Berbeda dengan sampah dengan jenis lain yaitu plastik atau logam yang dapat langsung dijual meskipun tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan dari sampah organik juga besar, sehingga penanganan sampah organik menjadi sangat penting agar menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di Kota Depok 5.3 Unit Pengelolaan Sampah Unit Pengelolaan Sampah (UPS) ini dibentuk sebagai suatu strategi untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Depok terutama sampah organik. UPS ini merupakan bagian dari misi Walikota Depok pada periode 2006-2011, yaitu misi membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup baik dan merata. Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendistribusian pelayanan sarana dan prasarana yang merata di seluruh wilayah Kota Depok, salah satunya adalah pelayanan persampahan. Paradigma pengelolaan sampah di Kota Depok sebelumnya hanya sebatas kumpul-angkut-buang dengan tetap meninggalkan masalah, meskipun ada program “sanitary landfill” di TPA tetapi kenyataannya berakhir dengan “open dumping” yang meninggalkan masalah. oleh
41
karena itu, paradigma pengelolaan sampah perlu diganti secara bertahap kearah “Reduce-Reuse-Recycle-Participation” sehingga tidak semua sampah akan menjadi masalah, sebaliknya akan berkontribusi membuka lapangan pekerjaan dan manfaat lainnya. Pemerintah Kota Depok pada tahun 2006 membentuk tempat percontohan (pilot project) pengolahan sampah, yaitu SIPESAT (Sistem Pengolahan
dan
Pengelolaan Sampah) di Kompleks Griya Tugu Asri, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis untuk mengatasi permasalahan sampah di satu kawasan kelurahan, namun di tahun 2008, nama SIPESAT diganti menjadi Unit Pengolahan Sampah (UPS) karena pertimbangan spesifikasi ruang lingkup pelaksanaan program yang meluas dan pertimbangan lainnya. UPS saat ini merupakan bagian dari DKP Kota Depok yang memiliki tugas untuk mengolah sampah dimasing-masing kecamatan. Target dalam membangun UPS yang harus tersebar diberbagai titik Kota Depok yaitu 60 UPS, namun hingga tahun 2012, UPS yang benar-benar beroperasi hanya 19 UPS. Jumlah UPS yang beroperasi ini belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Kota Depok karena partisipasinya belum sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. UPS merupakan program yang melibatkan masyarakat, swasta, dan pemerintah daerah. Peran serta swasta dan masyarakat sangat penting terutama dalam penyediaan lahan untuk pengelolaan skala kawasan, tenaga kerja, maupun dari sisi ppendanaan. Ada tiga pendekatan yang dilakukan oleh Pemkot Depok dalam mengelola sampah, yaitu: 1.
Skala TPA, peranan TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir Kota Depok sementara masih diperlukan, namun beban sampah yang dibuang ke TPS akan terus direduksi sampai akhir fungsi TPA
sebagai tempat
pembuangan akhir berubah menjadi tempat composting terintegrasi atau fungsi-fungsi lainnya yang lebih ramah lingkungan. 2.
Skala kawasan, program yang dilakukan dengan pendekatan skala kawasan merupakan upaya untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah yang lama, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat. Program yang dilakukan adalah membangun Unit Pengolahan Sampah dalam skala
42
kawasan di berbagai kawasan perumahan, pemukiman penduduk, kawasan industri, pasar dan areal publik lainnya. 3.
Skala rumah tangga, program yang sangat penting dalam pengelolaan sampah perumahan adalah menyadarkan dan melibatkan masyarakat terutama pada tingkat rumah tangga untuk melakukan pemilahan sampah, walaupun walaupun
upaya
–
upaya tersebut
bukanlah pekerjaan
mudahkarena berkaitan dengan perubahan kultur dan cara pandang. Cakupan layanan pada tahun 2013 persampahan baru mencapai 45 persen dari target 59 persen, kurangnya dorongan maupun kesadaran penduduk menjadi faktor kurangnya pencapaian layanan persampahan. Masyarakat seharusnya sudah mulai mengelola sampah sendiri sehingga timbunan sampah sudah tidak dapat ditemui hingga badan sungai. Kondisi TPA Cipayung juga sudah melewati daya tampungnya dan diperkirakan hanya dapat dipertahankan maksimal 1 tahun ke depan. maka dari itu pemerintah membuat kebijakan mengenai pengelolaan sampah dengan mengeluarkan peraturan pemerintah no 5 tahun 2014. Menurut Perda Kota Depok no 5 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah menjelaskan bahwa Unit Pengelolaan Sampah, yang selanjutnya disingkat dengan UPS adalah tempat dilaksanakannya pengelolaan sampah organik menjadi kompos. Kota Depok pada 2014 sudah memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) sebesar 44 unit, diantaranya 24 unit beroperasional secara baik, 15 unit belum beroperasional dan 5 unit tidak beroperasional. Status Kepemilikan UPS (unit)
3
18
12
Pemerintah FASOS-FASUM Masyarakat Institusi Lain
10
Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Gambar 13. Status kepemilikan atas lahan UPS di Kota Depok
43
Gambar 13 menunjukan kepemilikan atas lahan UPS di Kota Depok, meskipun jumlah terbesar terdapat pada pemerintah namun kepemilikan lahan atas masyarakat menjadi faktor masalah berjalannya operasional UPS, selain itu penolakan warga akan didirikan UPS hingga belum adanya jalan masuk menjadi kendala operasional UPS untuk dijalankan. Saat ini, dari 24 unit yang beroperasional hanya 10 unit yang beroperasi dengan menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas baik atau mengikuti pengertian dari Perda Kota Depok no 5 tahun 2014, dan sisanya masih menggunakan cara lama, yaitu dengan cara mencampurkan sampah organik dan anorganik tanpa dipilah terlebih dahulu dengan benar lalu sampah tersebut dicacah dan dijadikan pupuk. Pupuk kompos yang memiliki kualitas baik adalah pupuk kompos yang terhindar dari campuran sampah anorganik. Meskipun terdapat sedikit saja sampah anorganik akan merubah kualitas pada pupuk kompos. Gambar 13 menunjukann pula bahwa proyek UPS tidak semuanya dikelola oleh pemerintah namun UPS yang saat ini beroperasi masih dimonitoring oleh pemerintah dalam melaksanakan kegitan pengelolaan sampah agar berjalan dengan baik. Pelaksanaan UPS yang hanya mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos hanya terdapat 10 UPS yang terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Nama dan lokasi unit pengelolaan sampah organik di Kota Depok No 1 2 3 4 5 6
7
8 9 10
Nama dan Lokasi UPS UPS Merdeka 1, Jl Merdeka UPS Merdeka 2, Jl Merdeka UPS Permata Regency, Jl Cipayung UPS Gunadarma, Kampus Gunadarma UPS UI, Kampus Universitas Indonesia UPS Pondok Petir, Sebelah TPU Pondok Petir UPS Bojong Sari Baru, Jl. Raya Bojong Sari Baru-Curug UPS Cilangkap, Kp Banjaran Puncung UPS Ratu Jaya, Kp Rawa Geni UPS Pemkot Depok, Jl Margonda Raya
Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Kelurahan
Kecamatan
Abadijaya
Sukmajaya
Status Kepemilikan Fasos-Fasum
Abadijaya
Sukmajaya
Fasos-Fasum
Ratujaya
Cipayung
Fasos-Fasum
Pondok Cina
Beji
Institusi lain
Pondok Cina
Beji
Institusi lain
Pondok Petir
Bojong Sari
Pemerintah Kota Depok
Pondok Petir
Bojong Sari
Pemerintah Kota Depok
Cilangkap
Tapos
Rayu Jaya
Cipayung
Beji
Beji
Pemerintah Kota Depok Pemerintah Kota Depok Pemerintah Kota Depok
44
Tenaga kerja lokal saat ini yang bekerja di 10 UPS yaitu sebanyak 106 orang. Data tersebut didapat dari Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Depok tahun 2013. Terlihat pada Tabel 9 bahwa tenaga kerja terbanyak yaitu terdapat di UPS Cilangkap, UPS Pondok Petir dan UPS Merdeka II. Tabel 9. Jumlah pegawai UPS di Kota Depok tahun 2013 Nama UPS
Jumlah Tenaga Kerja
UPS Merdeka I
9
UPS Merdeka II
14
UPS Permata Regency
12
UPS Cilangkap
14
UPS Ratu Jaya
14
UPS Universitas Indonesia
7
UPS Gunadarma
7
UPS Walikota
6
UPS Bojong Sari
12
UPS Pondok Petir
14
Total
106
Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Tenaga kerja yang bekerja di UPS juga memiliki usia dan tingkat pendidikan akhir yang berbeda, jenjang usia dari mulai 18-55 tahun sebanyak 90 orang, dan lebih dari 55 tahun sebanyak 16. sedangkan untuk tingkat pendidikan mulai
tingkat sekolah dasar hingga tingkat diploma atau sarjana. Tingkat
pendidikan untuk tenaga kerja yang bekerja di UPS, yaitu sebanyak 32 pekerja menempuh pendidikan akhir di sekolah dasar (SD), 45 pekerja sekolah menengah pertama (SMP), 26 pekerja sekolah menegah atas (SMA) dan 3 pekerja diploma atau sarjana. Tingkat Pendidikan Pekerja UPS 3% SD 25%
30%
SMP SMA/SMK
42%
S1/Diploma
Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Gambar 14. Presentase tingkat pendidikan tenaga kerja UPS Kota Depok
45
Gambar 14 menunjukan bahwa sebagian besar pekerja di UPS adalah usia pada masa produktif dan juga pendidikan yang ditempuh selama 9 tahun menjadi hal penting terhadap pekerja untuk dapat memahami proses pengolahan sampah organik dengan baik dan cepat. Koordinator dalam pengolahan sampah di UPS memiliki tingkat pendidikan rata-rata diatas sekolah menengah atas (SMA). 5.3.1 Unit Pengelolaan Sampah Merdeka I Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Merdeka I dibangun pada tahun 2008 dan berada di Kelurahan Abadijaya. Pada tahun 2009, UPS Merdeka sudah mulai beroperasi. Namun, pada tahun 2010 tidak difungsikan lagi sebagai tempat pengolahan sampah. Hal ini terjadi karena penolakan dari masyarakat setempat, sehingga operasional UPS ini terhenti, sebab terjadinya penolakan karena letak UPS Merdeka I yang sangat dekat dengan Perumahan Cipayung. Warga merasa terganggu dengan bau dan tumpukan sampah di UPS tersebut. Penolakan ini diwujudkan masyarakat dengan cara membawa ke pengadilan, namun tuntutan masyarakat untuk menutup UPS Merdeka I ini kalah dipengadilan. Meskipun demikian, operasional UPS Merdeka I tetap dihentikan oleh pemerintah. Pada tahun 2013, pemerintah Kota Depok mulai membangun kembali pengolahan sampah UPS Merdeka I dengan berbasiskan pengolahan sampah yang ramah lingkungan. UPS Merdeka I saat ini baru beroperasi selama satu tahun dari masa aktifnya, yaitu pada bulan November 2013 dan UPS Merdeka I menjadi pusat dari kegiatan
pengolahan sampah di Kota Depok. UPS Merdeka I mampu
mengolah sampah organik dengan kapasitas 300 kg per harinya dengan luas lahan sebesar 1000 m2 dan luas bangunan 540m2. UPS Merdeka I memiliki sembilan tenaga kerja terlatih yang telah dibagi tugas dan fungsinya. Terdapat satu sebagai mandor yaitu bapak Herry, satu sebagai penjaga pengamanan, yaitu bapak Madi dan tujuh pekerja sebagai pengolah sampah. UPS Merdeka I melayani pengambilan sampah organik hanya di 5 kawasan tertentu di daerah sekitar UPS Merdeka I. Daerah – daerah tersebut yaitu Griya Lembah RW 24 dan RW 25, Griya Depok Asri RW 01 sampai dengan RW 05, Jalan Proklamasi RW 15 dan RW 16, Jalan KSU RW 05 dan Jalan Merdeka RW 08. Pada pengangkutan sampah warga, dilakukan sistem bergilir yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat
46
petugas UPS mengangkut sampah di Perum. Griya Lembah, Perum Griya Depok Asri dan Jalan Proklamasi. Pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu petugas mengangkut sampah di Jl KSU dan Jl Merdeka. Tabel 10.
Jumlah KK yang berpartisipasi pada pemilahan sampah di UPS Merdeka I
Lokasi Perum. Griya Lembah Perum. Griya Depok Asri Jl. Proklamasi Jl KSU Jl Merdeka Raya
RW 24 dan 25 01 sampai 05 15 dan 16 05 08
Jumlah KK
Total Sumber: UPS Merdeka I (2014)
510 650 350 181 65 1756
Pengambilan sampah organik menggunakan gerobak motor yang telah disediakan oleh pemerintah melalui dana PAD. Dalam teori yang dijelaskan oleh pengelola sampah di UPS Merdeka I bahwa penanganan sampah organik satu orang pekerja dapat melayani 500 KK (kartu keluarga) namun UPS Merdeka I hanya dapat melayani pengolahan sampah organik sebesar 1756 KK. Dalam pengambilan sampah organik terdapat beberapa kriteria yang digunakan di UPS Merdeka I agar diolah dengan baik dan benar. Berikut kriteria sampah yang diterima, yaitu: 1.
Sampah yang diterima adalah sampah organik yang terdiri dari ; a. Sisa makanan yang sudah ditiriskan airnya b. Sisa potongan buah yang sudah ditiriskan c. Sisa daging ikan atau ayam yang ditiriskan d. Potongan daun, dahan atau batang pohon
2.
Sampah organik harus bersih dari sampah anorganik
3.
Sampah organik ditempatkan pada wadah tertentu
4.
Dianjurkan tidak menggunakan kantong plastik dalam pengumpulannya
5.
Potongan daun dan dahan pohon jangan dicampurkan dengan sampah organik
6.
Ikat dahan pohon secara terpisah
47
Sampah dahan dan daun
Sampah organik rumah tangga
Mesin pencacah
Gundukan sampah Tumpukan sampah dibalik di area yang diberi tanda panah Mesin Penyaring
Keterangan: Sampah yang sudah tidak dapat dicampur kembali ketika gundukan sampah sudah mencapai 1 minggu setelah itu gundukan dapat kembali dibuat baru
Sampah mulai disaring ketika waktu gundukan mencapai 2 bulan Gundukan sampah berubah menjadi pupuk kompos dengan suhu 30 derajat
Sumber: UPS Merdeka I (2014)
Gambar 15. Alur pengolahan sampah di lapangan Gambar 15 menunjukan alur pengolahan sampah di lapang, pembuatan pupuk kompos dilakukan setiap harinya dari mulai pengangkutan hingga pencampuran sampah organik dengan daun kecuali di hari libur atau perayaan. Waktu jam pengoperasian mulai dari jam 08.00 hingga jam 16.00 dan pelaksanaan dilakukan disemua unit pengelolaan sampah, dalam menghasilkan pupuk kompos terbaik pencampuran sampah dan pengukuran suhu sangat menentukan kualitas dari pupuk kompos. Sampah yang dicampur dengan daun dan dahan pohon yang sama – sama telah dicacah sebelumnya haruslah memiliki perbandingan 1 : 1. Sampah setelah itu dapat dicampur dan dibuat gundukan. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat pupuk yaitu sekitar 12 minggu atau 4 bulan dengan suhu yang sudah ditentukan yaitu sebesar 30 derajat celcius. Penyaringan dilakukan setelah 2 bulan pencampuran dilakukan. Tabel 11 menunjukan penerimaan sampah dan hasil pupuk yang dihasilkan dari UPS Merdeka I. Penerimaan ini menjadi salah satu contoh pencatatan di UPS Merdeka I dan sembilan UPS lainnya.
48
Tabel 11. Penerimaan sampah organik dan anorganik UPS Merdeka I beserta hasil pupuk organiknya pada bulan Februari s/d Mei 2014 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Bulan
Sampah Organik (Kg)
Februari Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Maret Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 April Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Mei Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Sampah Non-Organik (Kg)
Pupuk Kompos (Kg)
1031.23 1027.08 806.20 982.00
10.30 9.90 8.10 7.30
390 330 340 390
544.32 963.02 686.11 621.74
4.40 10.40 7,.50 11.10
340 370 330 350
1215.40 823.50 1051.86 930.93
12.60 7.60 11.10 10.40
350 360 410 395
1326.95 1478.39 1404.17 1324.94
14.50 17.50 18.10 16.70
405 390 410 320
Sumber: UPS Merdeka I (2014) UPS Merdeka I memproduksi pupuk kompos dengan tanpa menggunakan bahan kimia, maka dari itu hasil yang diperoleh dari proses fermentasi sampah sangatlah alami dan memiliki kualitas yang sangat baik. Kualitas pupuknya pun sudah di uji di labolatorium luar negeri, yaitu di Osaki Jepang.
49
VI ANALISIS MANFAAT EKONOMI DAN PENGEMBANGAN STRATEGI UPS 6.1 Manfaat Ekonomi Proyek UPS Manfaat ekonomi UPS akan dilihat dari berbagai aspek. Aspek – aspek tersebut akan diestimasi dan menghasilkan manfaat bersih dari hasil olahan sampah
dan
kegiatan
operasionalnya.
Aspek
yang
dibutuhkan
dalam
mengestimasi manfaat ekonomi UPS, yaitu besarnya sampah yang diolah di UPS, besarnya biaya operasional UPS, jumlah partisipasi warga yang ikut memilah sampah dalam proyek UPS, besar biaya retribusi yang biasa dikeluarkan, besar jumlah pupuk yang diproduksi, nilai harga pupuk kompos yang dipasarkan dan jumlah tenaga kerja di setiap UPS beserta tingkat upahnya. Terdapat sepuluh UPS di Kota Depok yang telah menjadi proyek pemerintah dalam mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dengan baik. UPS – UPS tersebut, yaitu UPS Merdeka I, UPS Merdeka II, UPS Permata, UPS Ratu Jaya, UPS Universitas Indonesia, UPS Gunadarma, UPS Walikota, UPS Bojong Sari, UPS Pondok Petir, dan UPS Cilangkap. Tabel 12. Data pengolahan sampah di 10 UPS Kota Depok per tahunnya Besar Sampah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama UPS
UPS Merdeka I UPS Merdeka II UPS Permata Regency UPS Cilangkap UPS Ratu Jaya UPS Universitas Indonesia UPS Gunadarma UPS Walikota UPS Bojong Sari UPS Pondok Petir Total
Luas Bangunan (m2) 540 466 500
Sampah Organik (kg) 71 238.83 25 182.20 503 433.58
Sampah Anorganik (kg) 828.10 234.00 2234.18
400 540 350
32 589.00 43 277.00 32 370.00
150 200 540 540
11 596.00 33 774.00 80 337.00 45 997.00 879 794.61
Jumlah Partisipan (KK)
Produksi Pupuk (kg)
1756 650 796
19 584.37 6923.97 13 8399.65
378.30 11 036.00 279.50
1560 2229 0
8959.08 11 897.34 8898.88
169.00 328.90 278.00 123.60 15 889.58
0 0 1258 780 9029
796.96 9284.85 22 085.56 12 644.00 239 474.66
Sumber: Data primer
Tabel 12 menunjukan nilai besarnya pengolahan sampah organik, anorganik, jumlah partisipan dan produksi pupuk. Masing – masing UPS memiliki hasil olahan sampah yang berbeda dan jumlah partisipasi yang berbeda pula. Data tersebut tidak semua diperoleh langsung secara sekunder melainkan data tersebut harus diolah berdasarkan rata-rata per bulannya. Hal ini dikarenakan tidak semua
50
UPS memiliki masa aktif yang sama dan lebih dari satu tahun, maka rumus yang digunakan dalam pengolahan data tersebut, yaitu: 𝑇𝑆𝐻/𝑇𝑃𝐻
JST/JPT = 𝐽𝐵𝑆𝐻 /𝐽𝐵𝑃𝐻 𝑥 12 ...................................................................................(7) =
𝑆𝐻/𝑃𝐻 𝐽𝐵𝑆𝐻 /𝐽𝐵𝑃𝐻
𝑥 12.................................................................................(8)
Keterangan: TSH
: Total sampah yang dihasilkan
TPH
: Total pupuk yang dihasilkan
JBSH : Jumlah bulan dalam penerimaan sampah JBPH : Jumlah bulan dalam produksi pupuk Jumlah partisipan yang ikut dalam kegiatan UPS ini tidak menggambarkan besarnya sampah organik dan anorganik yang masuk ke UPS di setiap tempatnya, hal ini dikarenakan pengaruh dari beberapa faktor seperti aktifitas warga sekitar, pengambilan sampah diluar lingkup kawasan perumahan seperti jalan raya, taman dan tempat umum serta keterlibatan ketua RW/RT yang aktif mengkordinir warga sekitar dalam memilah sampah. Tabel 12 menunjukan setiap satu UPS di Kota Depok apabila dirata ratakan mampu mengolah sampah organik sebesar 87 979.461 kg per tahun. Pupuk kompos yang dapat dihasilkan di setiap satu UPS dari pengolahan sampah organik memiliki rata-rata yaitu sebesar 23 947.466 kg per tahun, maka dalam sehari sampah organik yang dapat diolah oleh sepuluh UPS Kota Depok yaitu 2838.04 kg per hari atau sama dengan 2.84 ton sampah organik per hari dengan pupuk kompos yang dapat dihasilkan sebesar 765.09 kg per hari. Perolehan nilai dari pupuk kompos akan diasumsikan dengan menggunakan pendekatan pasar atau melihat nilai harga pupuk kompos yang dijual dipasar. Harga pupuk yang berlaku dipasar saat ini sebesar Rp 1500/Kg, selain itu besarnya biaya retribusi warga dikalikan dengan jumlah KK yang berpartisipasi di UPS dalam memilah sampah. Nilai biaya retribusi didapatkan dari peraturan pemerintah no 5 tahun 2012. Menurut Peraturan Pemerintah no 5 tahun 2012 struktur tarif digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis serta volume sampah yang dihasilkan dan kemampuan masyarakat. Tarif retibusi pelayanan persampahan sebagai berikut:
51
a.
Pengambilan pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah non real estate berdasarkan luas bangunan:
1.
Lebih kecil atau sama dengan 21 m2
Rp 4000/bulan
2.
22 m2 sampai dengan 70 m2
Rp 7000/bulan
3.
71m2 sampai dengan 200 m2
Rp 9000/bulan
4.
201m2 sampai dengan 300 m2
Rp 12 000/bulan
5.
Diatas 300 m2
Rp 17 000/bulan
b.
Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah rumah real estate ditetapkan berdasarkan luas bangunan:
1.
21 m2 sampai dengan 36 m2
Rp 14 000/bulan
2.
37 m2 sampai dengan 54 m2
Rp 17 000/bulan
3.
55 m2 sampai dengan 70 m2
Rp 20 000/bulan
4.
71 m2 sampai dengan 120 m2
Rp 25 000/bulan
5.
Diatas 120 m
2
Rp 35 000/bulan
Pengambilan nilai tengah ini dilakukan karena data yang diperoleh tidak mencakup jumlah luas rumah warga dalam pembayaran retribusi sampah sehingga pengambilan nilai tengah ini perlu digunakan pada perhitungan, maka nilai tengah dari tarif retribusi PP no 5 tahun 2012 yaitu sebesar Rp 16 000 per KK. Tabel 13. Potensi manfaat ekonomi pengelolaan UPS dari hasil pengolahan dan biaya retribusi dalam satu tahun No
Nama UPS
Produksi Pupuk (kg)
1 2 3
UPS Merdeka I UPS Merdeka II UPS Permata Regency UPS Cilangkap UPS Ratu Jaya UPS Universitas Indonesia UPS Gunadarma UPS Walikota UPS Bojong Sari UPS Pondok Petir Total
19 584.37 6 923.97 138 399.65
1756 650 796
8 959.08 11 897.34 8 898.88
4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Partisipan (KK)
Nilai Produksi Pupuk (Rp/tahun) (Produksi Pupuk x Rp 1500) 29 376 555 10 385 955
Nilai Retribusi Warga (Rp/tahun) (Jumlah KK x Rp 16000 x 12 bulan) 337 152 000 124 800 000
207 599 475
152 832 000
1560 2229 0
13 438 620 17 846 010
299 520 000 427 968 000
13 348 320
0
796.96 9 284.85 22 085.56
0 0 1258
1 195 440 13 927 275
0 0
33 128 340
241 536 000
12 644.00
780
18 9660 00
149 760 000
239 474.66
9029
359 211 990
1 733 568 000
Sumber: Data primer
Tabel 13 menunjukan penerimaan nilai manfaat produksi pupuk kompos sebesar Rp 359 211 990 per tahun dan retribusi warga dari jumlah KK sebesar
52
9029, yaitu sebesar Rp 1 733 568 000 per tahun. Manfaat ekonomi proyek UPS lainnya yaitu penyerapan tenaga kerja lokal di UPS. Sebanyak 10 UPS, pemerintah Kota Depok telah membuka lapangan pekerjaan kepada warga Kota Depok sesuai dengan angkatan kerja yaitu 18 tahun keatas sebanyak 106 angkatan kerja. Jumlah total angkatan kerja yang berkerja di Kota Depok pada tahun 2014, yaitu sebanyak 894 860 jiwa dan yang menganggur sebanyak 68 669 jiwa (BPS 2013). Hal ini menunjukan bahwa dengan pemerintah membangun proyek sebanyak 10 UPS pengangguran yang dapat ditangani sebesar 0.15 per sen. Nilai ekonomi yang diberikan dari penyerapan tenaga kerja di UPS Kota Depok dapat di lihat pada Tabel 14 Tabel 14 Total manfaat ekonomi proyek UPS dalam satu tahun No
Nama UPS
1 2 3
UPS Merdeka I UPS Merdeka II UPS Permata Regency UPS Cilangkap UPS Ratu Jaya UPS Universitas Indonesia UPS Gunadarma UPS Walikota UPS Bojong Sari UPS Pondok Petir Total
4 5 6
7 8 9 10
Jumlah Tenaga Kerja Lokal (Orang)
Nilai Upah (Rp)
9 14 12
111 000 000 171 000 000 147 000 000
14 10 6
171 000 000 123 000 000 75 000 000
Nilai Produksi Pupuk (Rp/tahun) (Produksi Pupuk x Rp 1500) 29 376 555 10 385 955
Nilai Retribusi Warga (Rp/tahun) (Jumlah KK x Rp 16000 x 12 bulan)
337 152 000 124 800 000
207 599 475
152 832 000
13 438 620 17 846 010
299 520 000 427 968 000
13 348 320
0
Total Manfaat Ekonomi UPS
375 778 555 149 435 955 372 681 475 327 208 620 456 064 010
19 598 320 7
87 000 000
6 12
75 000 000 147 000 000
14
171 000 000 1 278 000 000
1 195 440
0
13 927 275
0
33 128 340
241 536 000
18 9660 00
149 760 000
359 211 990
1 733 568 000
8 445 440 20 177 275 286 914 340 182 976 000 3 370 779 990
Sumber: data primer Nilai manfaat ini belum termasuk ke dalam nilai manfaat bersih (total net benefit) karena total net benefit didapat dengan cara mengurangkan nilai seluruh manfaat ekonomi UPS dengan biaya pembangunan UPS dan biaya operasionalnya agar dapat mengetahui manfaat bersih yang diterima dari proyek sosial tersebut. Biaya pembangunan UPS meliputi biaya investasi dan biaya peralatan tenaga kerja dari masing masing proyek. Biaya investasi terdiri dari lahan, gedung, mesin pencacah, mesin pengayak, dan gerobak motor. Biaya peralatan tenaga kerja terdiri dari terpal, congkrang, sekop, sarung tangan pekerja, helm
53
pekerja, masker pekerja, kaca mata plastik, baju dan celana kerja, sepatu bot pekerja dan suhu. Tabel 15 menunjukan biaya pembangunan di setiap UPS. Tabel 15. Biaya pembangunan UPS tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama UPS UPS Merdeka I UPS Merdeka II UPS Permata Regency UPS Cilangkap UPS Ratu Jaya UPS Universitas Indonesia UPS Gunadarma UPS Walikota UPS Bojong Sari UPS Pondok Petir Total biaya pembangunan UPS
Biaya Pembangunan UPS (Rp/tahun) 280 440 000 240 500 000 273 850 000 208 050 000 280 440 000 180 780 000 190 450 000 230 950 000 260 850 000 245 950 000 2 392 260 000
Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Biaya operasional yang biasa dikeluarkan pemerintah setiap bulannya terdapat di Tabel 16, namun biaya operasional tersebut harus dikurangi dengan perolehan manfaat dari upah yang diterima masyarakat lokal agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting). Biaya operasional yang dikeluarkan pemerintah terdiri dari upah tenaga kerja lokal, dan biaya perlengkapan tenaga kerja. Tabel 16. Biaya operasional UPS Kota Depok per bulannya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama UPS UPS Merdeka I UPS Merdeka II UPS Permata Regency UPS Cilangkap UPS Ratu Jaya UPS Universitas Indonesia UPS Gunadarma UPS Walikota UPS Bojong Sari UPS Pondok Petir Total biaya operasional per bulan (Rp/bulan) Total biaya operasional per tahun (Rp/tahun) Upah pegawai dalam satu tahun (Rp/tahun) Nilai biaya operasional (Rp/tahun) Sumber: DKP Kota Depok (2014)
Biaya operasional (Rp/bulan) 13 325 000 22 334 000 12 324 000 22 334 000 12 324 000 5 000 000 13 325 000 7 000 000 20 332 000 20 332 000 148 630 000 1 783 560 000 1 278 000 000 505 560 000
Total manfaat bersih (total net benefit) yang didapat dari proyek UPS meliputi total manfaat ekonomi UPS dikurangi dengan biaya pembangunan UPS dan biaya operasionalnya.
54
Total net benefit = (nilai produksi pupuk + biaya retribusi warga + nilai penyerapan tenaga kerja) – (biaya pembangunan UPS + biaya operasional UPS) Total net benefit
= (Rp 359 211 990 + Rp 1 733 568 000 + Rp 1 278 000 000) – (2 392 260 000 + 505 560 000)
Total net benefit
= Rp 472 959 990
Hal ini menunjukan bahwa potensi nilai manfaat ekonomi proyek UPS memiliki manfaat bersih yang lebih besar dari pada biaya pembangunan dan operasionalnya. Maka dari itu, pembangunan proyek UPS yang dibangun oleh pemerintah saat ini sangat menguntungkan untuk masyarakat yang turut serta dalam melakukan kegiatan operasional pengolahan sampah organik 6.2 Analisis Manfaat dan Biaya Proyek UPS Merdeka I Hal utama yang perlu diketahui dalam menganalisis manfaat dan biaya proyek UPS adalah arus penerimaan proyek dan arus pengeluaran proyek. Salah satu proyek UPS yang dianalisis untuk diketahui manfaat dan biayanya pada penelitian ini, yaitu UPS Merdeka I. Arus penerimaan yang diperoleh akan diasumsikan dari penerimaan hasil olahan sampah yaitu pupuk kompos dan biaya retribusi dari masyarakat, sedangkan arus pengeluaran diterima oleh proyek dari biaya investasi UPS dan biaya operasional UPS. 6.2.1 Arus Penerimaan UPS Merdeka I Penerimaan manfaat dari proyek UPS diperoleh dari asumsi penjualan pupuk kompos yang dihasilkan dari kegiatan operasional di UPS Merdeka I dan biaya retribusi warga sekitar yang berpartisipasi. Perolehan penerimaan proyek UPS Merdeka I terlihat pada Tabel 17. Tabel 17. Data penerimaan proyek UPS Merdeka I per bulan Penerimaan Penjualan pupuk kompos Biaya retribusi warga
Jumlah 1632.03 kg
Harga (Rp) 1500/kg
Total (Rp) 2 448 046.25
1756 KK
16 000/KK
28 096 000.00
Total
30 544 046.25
Sumber: Data primer
Tabel 17 menunjukan penerimaan proyek UPS Merdeka I sebesar Rp 30 544 046.25 per bulannya, maka apabila penerimaan tersebut diakumulasikan ke dalam tahun perolehan manfaat yang diterima sebesar Rp 366 528 555/tahun.
55
Terdapat penerimaan tambahan diakhir tahun umur proyek, yaitu nilai sisa mesin. Nilai sisa mesin diperoleh dari dua unit mesin yaitu mesin pencacah dan mesin penyaring. Perhitungan nilai sisa mesin,yaitu harga mesin dibagi dengan jumlah waktu pemakaian dalam bulan sehingga didapat nilai mesin sebesar Rp 725 000. 6.2.2 Arus Pengeluaran UPS Merdeka I a.
Biaya Investasi UPS Pada biaya investasi, terdapat biaya lahan, gedung, peralatan dan
perlengkapan. Tabel 18. Data biaya investasi UPS Merdeka I pada tahun 2013 No
Uraian
Satuan
Jumlah Satuan 1000 1 1 1 5 4 5 8 8 8 8 8 8 1 1 1
m2 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Total Sumber : Wawancara dengan pengelola dan literatur (2014) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Lahan Gedung Mesin Pencacah Mesin Pengayak Terpal 4x3m Congkrang Sekop Sarung Tangan Helm Masker Kaca Mata Plastik Baju dan Celana Kerja Sepatu Boat Suhu (Termometer) Timbangan Gerobak Motor
Harga Satuan 50 000 150 000 000 20 000 000 23 500 000 340 000 90 000 100 000 10 000 25 000 10 000 15 000 150 000 200 000 100 000 3000 000 28 000 000
Total 50 000 000 150 000 000 20 000 000 23 500 000 1700 000 360 000 500 000 80 000 200 000 80 000 120 000 1200 000 1600 000 100 000 3000 000 28 000 000 280 440 000
Tabel 18 menunjukan data investasi yang diperoleh dari tahun pembangunan awal UPS Merdeka I, yaitu Desember tahun 2013. Data biaya investasi ini merupakan hasil dari wawancara dengan pengelola dan literatur yang dicari dari berbagai sumber yang ada seperti skripsi terdahulu dan internet. Berikut data biaya investasi yang dikeluarkan. b.
Biaya Operasional UPS Biaya operasional ini merupakan data kesuluruhan yang dikeluarkan setiap
bulannya Biaya operasional ini tidak memiliki biaya input produksi untuk menghasilkan pupuk melainkan sudah didapat dari partisipasi warga dalam memilah sampah, dengan begitu pengolahan sampah di UPS hanya memerlukan beberapa biaya operasional seperti tenaga kerja, bahan bakar, perawatan dan lain-
56
lain. Berikut data biaya operasional yang diambil dari wawancara dengan pengelola UPS yang dikeluarkan berdasarkan kebutuhan per bulannya. Tabel 19. Data biaya operasional UPS Merdeka I per bulannya No 1 2 3 4 5
Uraian Biaya tenaga kerja (9 TK) Biaya bahan bakar Biaya perawatan mesin Biaya perawatan gedung (air, listrik,dll) Biaya lain – lain Total Sumber: Wawancara dengan DKP (2014)
Biaya (Rp) 9 250 000 2000 000 1005 000 1000 000 70 000 13 325 000
Biaya tenaga kerja sebesar Rp 9 250 000,- meliputi delapan tenaga kerja berpenghasilan Rp 1000 000,- per bulan dan mandornya berpenghasilan Rp 1250 000,- per bulan. Biaya bahan bakar mencapai Rp 2000 000 konsumsi dengan harga BBM yang masih Rp 6500, bahan bakar yang digunakan sebesar 307.7 L per bulan. Biaya perawatan mesin sebagai penunjang kinerja (penggantian oli dan perbaikan) sebesar Rp 1005 000. Pembayaran air, listrik, dan yang memiliki hubungan dengan perawatan gedung sebesar Rp 1000 000. Dan yang terakhir biaya lain-lain yang dikeluarkan apabila ada kebutuhan yang mendadak dan barang tersebut bersifat barang habis pakai sebesar Rp 70 000,-. 6.2.3 Hasil Analisis Finansial Proyek UPS Merdeka I Arus penerimaan dan arus pengeluaran yang telah diperoleh lalu dianalisis dengan menggunakan kriteria analisis, yaitu NPV, IRR dan Net B/C, maka diperoleh hasil analisis pada Tabel 20. dan tingkat diskonto yang digunakan yaitu sebesar 14 %. Tabel 20. Analisis biaya dan manfaat proyek UPS Merdeka I Kriteria Kelayakan Investasi
Jumlah
NPV
Rp 540 336 932,-
IRR
15.68%
Net B/C
7.56
Sumber: Data primer
Tabel 20 menunjukan bahwa hasil analisis biaya dan manfaat untuk proyek UPS Merdeka I dengan suku bunga 14% memenuhi semua kriteria investasi dengan asumsi arus penerimaan manfaat yang diperoleh dari UPS Merdeka I,
57
yaitu penjualan pupuk kompos dan biaya retribusi warga. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa : 1.
Nilai NPV yang diperoleh memiliki nilai yang melebihi sama dengan 1 (NPV ≥ 1), artinya jumlah manfaat bersih yang diterima UPS dengan umur proyek 5 tahun memiliki nilai sebesar Rp 540 336 932,- sehingga UPS Merdeka I dapat dikatakan layak untuk dijalankan. NPV sama dengan Rp Rp 540 336 932,- juga dapat menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama 5 tahun akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 540 336 932,- pada tingkat suku bunga 14%.
2.
Pada kriteria IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 15.68% selama umur proyek 5 tahun. Hal ini menunjukan tingkat pengembalian internal terhadap investasi proyek UPS yang diperoleh lebih besar dibandingkan tingkat diskonto yang berlaku, yaitu sebesar 14% sehingga proyek UPS ini mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan investasi tersebut dibandingkan hanya mendepositokan modal investasinya di bank. Hasil dari IRR yang diperoleh dapat dijadikan informasi bagi investor (swasta) untuk menjalankan proyek UPS dengan kerja sama dengan pemerintah
3.
Pada kriteria Net B/C yang diperoleh sebesar 7.56 perolehan hasil ini lebih besar dari 1 artinya, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh proyek UPS selama umur usaha yaitu 5 tahun mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 7.56 sehingga usaha tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan. Berdasarkan ketiga kriteria yang telah dianalisis menunjukan bahwa proyek
UPS Merdeka I yang dijalankan dapat memperoleh manfaat lebih dan layak untuk dijalankan apabila dijalankan oleh pihak swasta dengan asumsi perolehan manfaat dari hasil olahan sampah dan biaya retribusi warga. 6.3 Pengembangan Strategi Unit Pengelolaan Sampah 6.3.1 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Analisis pengembangan strategi UPS menggunakan analisis SWOT, hal utama yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal dari suatu proyek objek penelitian. Cara mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yaitu dengan cara melihat visi dan misi dari proyek tersebut. Faktor
58
internal merupakan suatu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu proyek sedangkan faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu proyek. UPS merupakan proyek yang dibangun oleh pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) dalam meningkatkan pelayanan akan kebersihan dan kenyamanan di Kota Depok. Visi dan misi proyek ini termasuk kedalam visi dan misi DKP dalam meningkatkan kebersihan dan kenyamanan Kota Depok. Visi dan misinya yaitu: Visi Terwujudnya Kota Depok yang bersih dan indah Misi 1. Meningkatkan kualitas pengolahan sampah 2.
Meningkatkan penataan taman kota
3.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manajemen Terteranya visi dan misi maka kita bisa mencari faktor – faktor internal dan
eksternal yang terdapat pada proyek UPS, selain itu, kita juga bisa mencari faktorfaktor tersebut dari peraturan atau undang undang yang berlaku di Kota Depok mengenai pengelolaan sampah. Kota Depok telah memiliki peraturan yang mengatur tentang pengelolaan sampah. Peraturan Daerah (Perda) no 5 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah merupakan peraturan daerah yang baru disahkan pada bulan Mei 2014 oleh Walikota Depok yaitu Bapak Nurmahmudi. Peraturan tersebut berisi mengenai hal-hal yang bisa kita jadikan sebagai faktor-faktor internal maupun eksternal pada UPS dengan melihat kondisi UPS yang sedang berlangsung. Tujuan pengelolaan sampah menurut Perda no 5 tahun 2014, yaitu: a.
Mewujudkan budaya hidup bersih, indah, dan sehat bagi seluruh masyarakat.
b.
Mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat di semua kawasan
c.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengolahan sampah Terdapat pula azas pengelolaan sampah pada Perda no 5 tahun 2014 yang
dapat menjadi masukan terhadap faktor internal dan eksternal suatu UPS. Azas tersebut,
yaitu:
harmoni
dan
kelestarian
lingkungan,
tanggung
jawab,
berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan, kesehatan, keamanan, dan nilai ekonomi
59
Visi dan misi serta tujuan dan azas yang telah dijabarkan maka kita bisa mengambil faktor internal dan eksternal tersebut yang nantinya akan diberikan skor dan bobot oleh pengelola. Berikut beberapa point dari faktor-faktor yang telah ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari proyek UPS ini. Faktor Internal Kekuatan (Strengths) 1.
UPS dapat mengurangi sampah organik yang dihasilkan dari warga Produksi sampah menjadi berkurang karena sampah memanfaatkan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos.
2.
UPS meningkatkan pelayanan kebersihan di Kota Depok.
3.
UPS meningkatkan kesadaran warga dalam memilah sampah.
4.
UPS menjadi salah satu pengelolaan sampah yang baik untuk diijalankan contoh dalam pengolahan sampah.
5.
UPS menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas baik dan dapat digunakan untuk kegiatan pertamanan.
Kelemahan (Weaknesses) 1.
Fasilitas yang ada di UPS banyak yang kurang memadai dan perlu untuk ditingkatkan
2.
Sumberdaya manusia yang dimiliki masih kurang
3.
Informasi mengenai pengelolaan sampah organik di kawasan Kota Depok dan keberadaan UPS masih kecil Warga Kota Depok masih belum banyak yang mengetahui keberadaan UPS (pengolahan sampah organik)
4.
Sulitnya mengontrol warga dalam pemilahan sampah.
5.
Sosialisasi yang masih belum menyeluruh di berbagai kelurahan hingga kecamatan karena terkendala di SDM
Faktor Ekternal Peluang (Opportunities) 1. Terdapat visi Kota Depok, yaitu menjadikan Kota Depok menjadi kota yang lebih bersih dan nyaman dari pengadaan UPS
60
2. Proyek UPS ini akan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang dengan bekerjasama dengan pemerintah (keuntungan jangka panjang) 3. Meningkatkan tenaga kerja terlatih dalam mengolah sampah (mengurangi pengangguran) 4. Meningkatkan warga dalam memiliki taman kecil disekitar rumah (memiliki tanaman) 5. Mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pengurangan sampah Ancaman (Threats) 1. Banyaknya penolakan warga setempat karena aktivitas UPS Salah satu UPS di Kota Depok, yaitu UPS Merdeka I pernah mengalami penolakan pembangunan terhadap warga sekitar pada tahun 2010 ini dikarenakan aktivitas pengolahan sampah yang menimbulkan dampak negatif 2. Menimbulkan banyak polusi mulai dari polusi udara hingga suara 3. Menimbulkan banyak penyakit yang ditimbulkan karena aktivitas UPS 4. Sanksi hukum yang melanggar apabila tidak mengikuti aturan yang berlaku. Peraturan Pemerintah no 5 tahun 2014 dan juga perjanjian akan menjaga kebersihan
UPS
dalam
pengolahan
sampah
terhadap
warga
telah
diberlakukan, oleh karena itu apabila terdapat pelanggaran dalam pengelolaan UPS maka terdapat sanksi 5. Banyaknya warga yang masih tidak perduli akan kebersihan dan keindahan lingkungan setempat
61
6.3.2 Analisis Data Kualitatif Matriks SWOT Tabel 21. Matriks SWOT strategi pengembangan proyek UPS Internal
Kekuatan (Strenghts) S1 UPS dapat mengurangi sampah organik yang dihasilkan dari warga S2 UPS meningkatnya pelayanan kebersihan S3 UPS meningkatkan kesadaran warga dalam memilah sampah S4 UPS menjadikan satu contoh baik dalam pengelolaan sampah S5 UPS menghasilkan pupuk yang berkualitas baik
Eksternal Peluang (Opportunities) Strategi S-O O1 Mengacu pada visi 1. Meningkatkan produksi Kota Depok, yaitu sampah organik dengan Menjadikan Kota meningkatkan partisipasi Depok menjadi lebih warga. bersih dan nyaman 2. Melakukan kerjasama O2 Keuntungan jangka dengan pihak swasta dalam panjang mengelola sampah organik O3 Meningkatkan tenaga agar pencapaian manfaat kerja terlatih dalam optimum mengolah sampah 3. Mengadakan kegiatan aksi O4 Meningkatkan warga tanam pohon di lingkungan dalam memiliki taman Kota Depok dengan kecil disekitar rumah menggunakan pupuk O5 Mendorong masyarakat kompos yg dihasilkan UPS untuk melakukan kegiatan pengurangan sampah Ancaman (Threats) Strategi S-T T1 Banyaknya penolakan 1. Menciptakan lingkungan warga setempat karena bersih di lingkungan UPS aktivitas UPS agar menjadi contoh kepada T2 Menimbulkan banyak warga Kota Depok polusi mulai dari polusi 2. Membuat papan udara hingga suara pengumuman atau T3 Menimbulkan banyak pemberitahuan secara penyakit yang menarik bahwa warga harus ditimbulkan karena memulai memilah sampah aktivitas UPS karena akan berdampak baik T4 Sanksi hukum yang bagi lingkungan dan apabila melanggar apabila ada yang melanggar maka tidak mengikuti aturan dikenakan sanksi atau denda yang berlaku. T5 Banyaknya warga yang masih tidak perduli akan kebersihan dan keindahan lingkungan setempat Sumber: Hasil analisis data primer (2014)
Kelemahan (Weaknesess) W1 Fasilitas yang ada di UPS banyak yang kurang memadai W2 Sumberdaya Manusia yang dimiliki masih kurang W3 Informasi mengenai pengelolaan sampah organik masih kecil W4 Partisipasi warga yang kurang optimal mencampurkan W5 Sosialisasi yang masih belum menyeluruh Strategi W-O 1. Melatih tenaga kerja tidak terdidik yang terdapat dikawasan kecamatan Sukmajaya dalam mengolah sampah yang baik 2. Mengadakan kegiatan kompetisi lingkungan bersih antar kecamatan dengan mengukur tingkat produksi sampah, banyaknya jumlah tanaman yg ada disekitar lingkungan dan kondisi lingkungan
Stratergi W-T 1. Memberikan info kepada warga melalui media massa mengenai keberadaan UPS dan peraturan pemilahan sampah 2. Menigkatkan sosialisasi kepada warga mengenai pengolahan sampah organik yang baik dan benar 3. Meningkatkan fasilitas pengolahan seperti mesin dan gedung
62
Berdasarkan Tabel 21, maka dapat diperoleh suatu rekomendasi strategi dalam upaya pengembangan proyek UPS, seperti berikut: a.
Strategi S-O, yaitu strategi yang diciptakan dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat 3 strategi didalamnya, yaitu: 1.
Meningkatkan produksi sampah organik dengan meningkatkan partisipasi warga. Banyaknya warga yang masih tidak perduli akan pemilahan sampah, maka dari itu partisipasi warga sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi sampah organik (S2, S4, O1, O5).
2.
Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam mengelola sampah organik agar pencapaian manfaat optimum (S1, S3, O2 ,O5).
3.
Mengadakan kegiatan aksi tanam pohon di Kota Depok dengan menggunakan pupuk kompos yg dihasilkan UPS Merdeka I (S5, O4).
b.
Strategi S-T, yaitu strategi yang diciptakan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Terdapat 2 strategi didalamnya, yaitu: 1.
Menciptakan lingkungan bersih di lingkungan UPS agar menjadi contoh kepada warga Kota Depok. Berawal dari proyek UPS yang menciptakan lingkungan bersih lalu menjadi daya tarik warga dalam menciptakan lingkungan bersih (S4, S5, T1, T2, T3).
2.
Membuat papan pengumuman atau pemberitahuan secara menarik bahwa warga harus memulai memilah sampah karena akan berdampak baik bagi lingkungan dan apabila ada yang melanggar (S4, T4, T5).
c.
Strategi W-O, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat 2 strategi didalamnya, yaitu: 1.
Melatih tenaga kerja tidak terdidik yang terdapat di Kota Depok dalam mengolah sampah yang baik (W2, O3).
2.
Mengadakan kegiatan kompetisi lingkungan bersih antar kecamatan dengan mengukur tingkat produksi sampah, banyaknya jumlah tanaman yg ada disekitar lingkungan dan kondisi lingkungan (W4, W5, O1, O5).
63
d.
Strategi W-T, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman. Terdapat 3 strategi didalamnya: 1.
Memberikan info kepada warga melalui media massa mengenai keberadaan UPS dan peraturan daerah pemilahan sampah (W3, T4, T5).
2.
Meningkatkan sosilisasi kepada warga mengenai pengolahan sampah organik yang baik dan benar (W3, W4, W5, T1).
3.
Meningkatkan fasilitas pengolahan seperti mesin dan gedung (W1, T1, T2, T3).
6.3.3 Analisis Data Kuantitatif Penentuan Strategi Matriks SWOT Pada penilaian faktor internal dan eksternal UPS, rentang nilai skor yang digunakan yaitu 1 hingga 5, yang memiliki pengertian semakin kecil angka yang diterima maka faktor tersebut memiliki pengaruh yang kecil begitu pula sebaliknya semakin besar angka yang diterima maka faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar, sedangkan bobot rentang nilainya sama dengan jumlah faktor yang ditentukan, dalam kasus ini rentang bobot yang dimiliki adalah nilai 1 hingga 5 sesuai dengan jumlah faktornya kemudian dibagi dengan jumlah faktor yang ditentukan. Penilaian pada skor dilihat dari seberapa besar faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap apa yang telah diberikan atau dirasakan sedangkan pada penilaian bobot dilihat dari sebesar apa pengaruh faktor tersebut terhadap faktor lain dengan membandingkan faktor satu dengan faktor lainnya. Pada dasarnya suatu proyek sudah memiliki strategi dalam mengembangkan proyek yang sedang dijalankan, namun yang menjadi permasalahan adalah apakah strategi tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya, setelah mewawancarai sepuluh koordinator UPS
dengan melampirkan kuisioner yang sama dengan
faktor-faktor yang telah ditentukan, maka diperoleh nilai sebagai berikut:
64
Keterangan: 1 : UPS Merdeka I 2 : UPS Merdeka II 3 : UPS Permata Regency 4 : UPS Cilangkap
5 6 7 8
: UPS Ratu Jaya : UPS UI : UPS Gunadarma : UPS Walikota
9 10
: UPS Bojong Sari : UPS Pondok Petir
Tabel 22. Nilai faktor internal (strengths) pengelola UPS STRENGTHS No 1
2 3
4
5
Kriteria Penilaian UPS mengurangi produksi sampah yang berlebih dengan memanfaatkan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos UPS meningkatkan pelayanan kebersihan UPS meningkatkan kesadaran warga dalam memilah sampah UPS menjadikan satu contoh baik dalam pengolahan sampah UPS menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas baik dan dapat digunakan untuk kegiatan petamanan
Skor 2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
5
3
4
4
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
4
3
5
4
4
5
5
4
5
3
4
3
4
5
5
3
3
4
4
5
5
4
5
2
3
3
5
5
5
4
4
4
3
3
3
4
1
1
1
Total
Sumber: Data primer
Bobot 6 7
1
Total 8
9
10
5
5
5
4
41.6
5
4
4
4
4
38
4
3
4
5
4
3
32.8
2
3
3
3
2
2
4
23.4
2
1
1
2
1
2
2
10.8 146.6
65
Tabel 23. Nilai faktor internal (weaknesses) pengelola UPS WEAKNESSES No 1
2
3
4
5
Kriteria Penilaian Fasilitas yang ada di UPS banyak yang kurang memadai dan butuh untuk ditingkatkan Sumberdaya Manusia yang dimiliki masih kurang Informasi mengenai pengelolaan sampah organik di kawasan Depok dan keberadaan UPS masih kecil Partisipasi warga yang kurang optimal dalam memilah sampah. Sosialisasi yang masih belum menyeluruh diberbagai kecamatan dan kelurahan karena terkendala di SDM
Skor 2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
3
4
3
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
5
5
3
4
5
4
4
5
4
3
4
4
4
5
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
5
5
4
5
4
4
2
4
4
5
4
3
4
3
3
2
2
3
4
Total
Sumber: Data primer
Bobot 6 7
1
Total 8
9
10
4
5
4
5
36.2
5
5
4
4
3
34.6
3
3
3
3
3
3
19.2
3
3
4
5
4
4
4
31.2
5
4
3
3
4
4
4
25.2 146.4
66
Tabel 24. Nilai faktor eksternal (opportunities) pengelola UPS OPPORTUNITIES No 1
2
3
4
5
Kriteria Penilaian Mengacu kepada visi Kota Depok, yaitu menjadikan kota yang lebih bersih dan nyaman Proyek UPS ini akan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang dengan bekerjasama dengan pemerintah (keuntungan jangka panjang) Meningkatkan tenaga kerja terlatih dalam mengolah sampah (mengurangi pengangguran) Meningkatkan warga dalam memiliki taman kecil disekitar rumah (memiliki tanaman) Mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pengurangan sampah
Skor 2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
3
4
4
3
4
5
2
1
2
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
3
3
5
5
4
4
3
3
3
3
3
4
2
2
3
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
5
Total
Sumber: Data primer
Bobot 6 7
1
Total 8
9
10
5
5
5
5
44.4
3
3
2
1
1
15.2
4
3
4
4
4
4
35
3
2
3
4
4
4
4
22.2
4
5
5
5
4
4
4
39.6 156.4
67
Tabel 25. Nilai faktor eksternal (threats) pengelola UPS THREATS No 1
2
3
4
5
Kriteria Penilaian Banyaknya penolakan warga setempat karena aktivitas UPS Menimbulkan banyak polusi mulai dari polusi udara hingga suara Menimbulkan banyak penyakit yang ditimbulkan karena aktivitas UPS Sanksi hukum yang melanggar apabila tidak mengikuti aturan yang berlaku. Banyaknya warga yang masih tidak perduli akan kebersihan dan keindahan lingkungan setempat
Skor 2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
2
1
3
2
2
3
3
2
2
2
4
5
4
4
5
3
3
1
3
3
2
2
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
1
1
1
2
1
3
3
2
2
2
2
4
3
4
1
2
2
2
2
3
3
2
3
4
4
4
3
2
3
2
3
2
1
2
3
2
5
4
4
Total
Sumber: Data primer
Bobot 6 7
1
Total 8
9
10
4
4
5
5
18.4
5
4
4
4
3
19.6
3
4
3
4
3
3
11.6
3
4
4
3
3
3
4
17.2
5
5
4
5
4
5
5
21.2
88
68
Nilai yang didapat oleh pengelola dari Tabel 23, Tabel 24, Tabel 25, dan Tabel 26 mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman proyek UPS maka diperoleh nilai yang dapat menentukan dimana letak UPS berada yang ditunjukan dari sumbu X dan Y. Sumbu X diperoleh dari hasil pengurangan total nilai kekuatan (strengths) dengan total nilai kelemahan (weaknesess), sedangkan sumbu Y diperoleh dari hasil pengurangan total nilai peluang (opportunities) dengan total nilai ancaman (threats). Apabila kedua faktor tersebut bernilai positif maka proyek tersebut termasuk ke dalam kuadran 1 (x,y) yang memiliki arti bahwa proyek ini sangat menguntungkan dan harus didukung keberadaannya. Sebaliknya apabila kedua faktor tersebut bernilai negatif maka proyek tersebut termasuk ke dalam kuadran 4 (-x,-y) yang memiliki arti bahwa proyek ini tidak menguntungkan secara kekuatan dan peluang proyek tidak mendukung untuk dijalankan, maka dari itu pemerintah harus mencari cara pertahanan (defensive) agar proyek ini harus tetap berjalan dengan meningkatkan faktor kekuatan dan peluang proyek atau menghentikan proyek tersebut (alokasi proyek lain), namun apabila terdapat salah satu faktor yang bernilai negatif (x,-y) kuadran 2 dan (-x,y) kuadran 3 maka pada situasi tersebut pemerintah harus mengerahkan pengembangan strategi pada faktor yang bernilai negatif agar kekuatan dan peluang proyek dapat ditingkatkan atau meminimalisir kelemahan dan ancaman. Perolehan nilai yang diperoleh diatas sebagai berikut. Sumbu X = 146.6 – 146.4 = 0.2 (positif) Sumbu Y = 156.4 – 88 = 68.4 (positif) Kuadran III : Mendukung strategi turn - around
Berbagai Peluang Kuadran I : Mendukung strategi agresif
68.4
Kekuatan Internal
Kelemahan Internal 0.2 Kuadran IV : Mendukung strategi defensif
Berbagai Ancaman
Kuadran II : Mendukung strategi diversifikasi
Sumber: Data primer
Gambar 16. Posisi proyek UPS dalam diagram analisis SWOT
69
Berdasarkan Gambar 16 menunjukan posisi proyek UPS yang dikelola oleh pemerintah terdapat diperpotongan kuadran I (strategi S-O) yang menandakan mendukung strategi agresif. Posisi UPS ini memiliki kondisi proyek yang sangat menguntungkan karena kekuatan dan peluang sangatlah besar. Pada situasi seperti ini, strategi harus dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Bentuk strategi agresif dengan penguatan potensi yang ada yang dapat diterapkan oleh proyek UPS salah satunya adalah dengan terus meningkatkan produksi sampah organik dengan menjalin kerja sama dengan warga dalam pemilihan sampah organik dengan anorganik dan mensosialisakan UPS kepada warga yang masih belum berpartisipasi. Pencapaian strategi S-O ini merupakan salah satu dukungan agresif dalam upaya mengembangkan UPS di Kota Depok. Partisipasi warga sangatlah penting dalam upaya pengoptimalan kinerja UPS dalam mengolah sampah agar dapat mengurangi sampah yang berlebih dan meningkatkan manfaat akan sampah terutama sampah jenis organik, selain itu, mengadakan kerja sama dengan pihak swasta merupakan dukungan secara meluas agar pihak swasta atau perusahaan dapat membuka mata bahwa sampah yang dihasilkan harus dikelola agar dampak negatif dari sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan perusahaan dapat berkurang, dan yang terakhir adalah mengadakan kegiatan aksi menanam pohon di lingkungan Kota Depok dengan menggunakan pupuk kompos yang dihasilkan dari UPS. Strategi - strategi tersebut merupakan langkah kongkrit bagi UPS dalam mempromosikan atau menyebarluaskan kepada warga Kota Depok bahwa perlu adanya bantuan dari warga dan pihak swasta setempat dalam mengelola sampah dengan cara memilah sampah yang baik dan benar agar hasilnya dapat dirasakan yaitu berupa pupuk kompos. 6.3.4 Program Pengembangan UPS Pengembangan UPS ini memiliki tujuan dalam menganalisa perkembangan UPS berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan berapa besar manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan dari pembangunan UPS yang dapat diterapkan di 34 UPS lainnya yang terdaftar pada Dinas Kebersihan dan Pertanaman dengan besar anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah.
70
Tabel 26. Data pengembangan UPS di Kota Depok No
Uraian
1
Target pembangunan (unit)
2
Anggaran DKP dalam pembangunan hanggar UPS (Rp/tahun)
3
Kebutuhan biaya per UPS terdiri dari:
Jumlah 34 3 199 635 000
(a) Biaya operasional (Rp/tahun)
178 356 000
(b) Biaya investasi (Rp/tahun)
280 440 000
Total biaya per UPS (Rp/tahun)
458 796 000
4.
Kebutuhan total biaya untuk 34 UPS (Rp)
15 599 064 000
5
Target pembangunan UPS dalam setahun (unit)
7
6
Waktu yang dibutuhkan untuk membangun 34 UPS (tahun)
5
7
Manfaat ekonomi yang diterima: (a) Potensi olahan sampah untuk 34 UPS (ton per hari)
9.8
(b) Potensi produksi pupuk oleh 34 UPS (kg per tahun)
814 213.844
(c) Nilai produksi pupuk (Rp) (produksi pupuk x Rp 1500)
1 221 320 766
(d) Tenaga kerja yang dapat diserap untuk 34 UPS (orang) 8
Kebutuhan UPS apabila 5% total sampah organik dapat diolah (unit)
340 85
Sumber: Data primer
Tabel 26 menunjukan data pengembangan UPS di Kota Depok. Saat ini, pemerintah hanya dapat mengolah sampah organik sebesar 0,6% atau 2,84 ton per hari dari total produksi sampah organik sebesar 480 ton per hari. Kebutuhan waktu yang dibutuhkan pemerintah untuk membangun UPS sebanyak 44 UPS dapat tercapai hingga akhir 2019 dari tahun 2014. Dengan pembangunan tersebut, pemerintah hanya dapat mengolah sampah sebesar 2% saja. Pembangunan proyek UPS ini hanya mengolah sampah sebagian kecil saja dari total sampah organik yang diproduksi di Kota Depok per harinya, sehingga diperlukan partisipasi warga dan perusahaan dalam mengelola sampah agar mendapatkan dampak positif dari perbaikan lingkungan yang dirasakan oleh seluruh masyarakat di Kota Depok.
71
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1.
Perolehan total manfaat ekonomi bersih sepuluh UPS yang diterima dari nilai pupuk kompos, biaya retribusi, dan penyerapan tenaga kerja lebih besar dari nilai biaya pembangunan UPS dan nilai biaya operasionalnya. Maka dari itu, pembangunan proyek UPS yang dibangun oleh pemerintah saat ini sangat menguntungkan untuk masyarakat yang turut serta dalam melakukan kegiatan operasional pengolahan sampah organik.
2.
Proyek UPS Merdeka I yang dijalankan oleh pihak swasta dinyatakan layak karena telah memenuhi seluruh kriteria dari NPV, IRR dan Net B/C. Penerimaan yang diperoleh, yaitu melalui penjualan hasil olahan pupuk kompos dan biaya retribusi warga.
3.
Strategi dalam mengembangkan proyek UPS pemerintah yaitu mendukung secara agresif kebijakan yang telah dilakukan. Strategi – strategi tersebut adalah meningkatkan produksi sampah organik dengan meningkatkan partisipasi warga, melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam mengelola sampah organik, dan mengadakan kegiatan aksi tanam pohon dengan menggunakan pupuk kompos yg dihasilkan dari UPS. 7.2 Saran Saran yang diberikan dari penelitian ini, yaitu:
1.
Proyek UPS ini hanya mengolah 2% saja dari total sampah organik yang dihasilkan Kota Depok, maka diperlukan penambahan anggaran untuk pembangunan UPS dan peningkatan kualitas pengolahan sampah organik agar tercapainya visi Kota Depok, yaitu terwujudnya Kota Depok yang bersih dan indah.
2.
Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan warga dan pihak swasta dalam mendukung kebersihan lingkungan dengan cara memilah sampah agar sampah tersebut dapat diolah dan menegaskan Perda no 5 tahun 2014 terhadap warga serta perusahaan tentang kewajiban dalam pengurangan sampah dan penanganan sampah seperti menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan mudah diurai oleh alam.
72
3.
Melakukan berbagai aksi yang diadakan oleh pemerintah seperti menanam pohon menggunakan pupuk kompos yang dihasilkan dari UPS dalam upaya mensosialisasikan keberadaan UPS agar warga ikut turut berpartisipasi dalam upaya menjaga kebersihan di lingkungan Kota Depok.
4.
Penelitian lebih lanjut dapat membahas mengenai manfaat ekonomi dan struktur kelembagaan dari pengolahan sampah anorganik atau bank sampah, agar dapat mengetahui secara keseluruhan besarnya sampah yang telah diolah di Kota Depok.
73
DAFTAR PUSTAKA Bappeda. 2010. Jumlah Penduduk Kota Depok pada Tahun 2005 hingga 2010 (Diambil tanggal 24 Oktober 2014) Bappeda. 2010. Kepadatan Penduduk Kota Depok Berdasarkan Kecamatan (Diambil tanggal 24 Oktober 2014) Bappeda. 2010. Indeks Daya Beli (IDB) Masyarakat Kota Depok Tahun 20052009 (Diambil tanggal 24 Oktober 2014) Bappeda. 2012. Pengolahan Sampah Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kota Depok (Diambil 31 Oktober 2014) Bappeda. 2014. Letak Geografis Kota Depok (Diambil 31 Oktober 2014) Bartone, et al. 1990. Investment in Solid Wastemanagement: Opportunities for Environmental Improvement. World Bank Paper. Washington D.C: USA Basyarat, A. 2006. Kajian Terhadap Penetapan Lokasi TPA Sampah Leuwinanggung Kota Depok. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.Semarang Bernstein, JD. 1992. Alternative Approches to Pollution Control and Waste Management. World Bank Publication. Washington D.C: USA Cahyani, DG.2009.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah dan Kelayakan Finansial Usaha Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Skripsi. Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor Dewi, SR. 2008. Evaluasi Ekonomi dan Sosial Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Kota Depok. Skripsi. Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor DKP Kota Depok. 2014. Produksi Sampah Domestik di Kota Depok per Hari (Diambil 13 Januari 2015) DKP Kota Depok. 2014. Komposisi Sumber Sampah di Kota Depok (Diambil 13 Januari 2015) DKP Kota Depok. Status Kepemilikan Atas Lahan UPS di Kota Depok (Diambil 13 Januari 2015)
74
Fauzi. Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hasan, I. 2004. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif) Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta Kasmir, J, et al. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Lipsey, RG, et al. 1993. Pengantar Mikroekonomi Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara LKPJ Kota Depok. 2014. Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah, www.depok.go.id (Diakses tanggal 29 Juni 2015) Manik, KES. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Sutomo S dan Mangiri K, penerjemah. Jakarta :UI-Press. Terjemahan dari: Economic Analysis Of Agriculture Grahanida, S. 2012. Kinerja Unit Sampah Kota Depok (Studi Kasus: UPS di Kecamatan Sukmajaya. Skripsi. Program Sarjana Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia. Depok Gray, C, et al. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: PT Gramedia Gustiyana, R. 2013. Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur. Skripsi. Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor Pearce, JA, and Robinson RB. 1997. Strategic Management: Formula- tion, Implementation, and Control. 6th ed. Chicago: Irwin Pemerintah Kota Depok. 2006. Ringkasan Eksekutif Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok tahun 2006 Pemerintah Kota Depok. 2008. Perda no 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota Depok. 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2011-2016
75
Pemerintah Kota Depok. 2012. Peraturan Pemerintah no 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Pemerintah Kota Depok. 2014. Peraturan Pemerintah no 5 Tahun 2014 Tentang Pengolahan Sampah Rangkuti, F. 2011. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Simanjuntak, PJ. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Soma, S. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan. Bogor: IPB Press Sudradjat, R. 2007. Mengelola Sampah Kota. Jakarta: Penebar Swadaya Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta UU No. 18 tentang Pengelolaan Sampah, www.scribd.com/doc/5029210 (Diakses tanggal 27 Juli 2014) Virdhani, MH. 2013. TPA Overload, Depok Targetkan Bangun 2000 Bank Sampah[internet].
[diacu
2014
Juli
02].
Tersedia
http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/25/501/917361/tpa-overloaddepok-targetkan-bangun-2-000-bank-sampah
dari:
76
77
LAMPIRAN
78
79
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan UPS dan Kondisi UPS
Gambar 1. Gedung UPS Merdeka I
Gambar 2. Pekerja melakukan pencacahan
Gambar 3. Pekerja melakukan pembalikan sampah untuk mencapai suhu yang sesuai dan merata
Gambar 4. Pekerja melakukan penimbangan sampah organik
Gambar 5. Tanaman di sekitar Gedung UPS Merdeka I
80
Lampiran 1. Lanjutan
Gambar 6. Gedung UPS Bojongsari
Gambar 8. Gedung UPS UI
Gambar 10. Gedung UPS Gunadarma
Gambar 7. Gedung UPS Permata Regency
Gambar 9. Gedung UPS Walikota
Gambar 11. Gedung UPS Merdeka II
81
Lampiran 2. Kuisioner Pengembangan Strategi SWOT Kuisioner ini dibuat dalam rangka melengkapi data penelitian yang nanti akan diolah menjadi skripsi yang bermanfaat untuk semua dan juga untuk menempuh gelar Sarjana Ekonomi di Institut Pertanian Bogor. Judul: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Strategi Pengembangan Unit Pengelolaan Sampah Organik di Kota Depok Nama: Rendy Razak, H44100081,Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Petunjuk :
Pengelola UPS yang mengelola maupun yang bersangkutan memberikan penilaian dari kriteria – kriteria yang ada dibawah ini, terdapat skor dan bobot dari setiap masing masing kriteria. Kriteria dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah faktor internal atau faktor dari pengaruh dalam proyek, dan kedua adalah faktor eksternal atau faktor dari pengaruh luar proyek
Skor
:
Penilaian tidak berdasarkan pengaruh dari kriteria lain, namun hanya besaran perolehan nilai dari satu faktor (penilaian 1 s/d 5)
Bobot
:
Penilaian berdasarkan pengaruh dari kriteria lain, mana yang diutamakan tetapi bukan peringkat (penilaian 1 s/d 5)
Nama Pengelola
:
Usia
:
I.
Penilaian Faktor Internal UPS di Kota Depok (Sampah Organik)
STRENGHTS Kriteria
Skor
UPS mengurangi volume sampah yang berlebih
di
memanfaatkan
Kota
Depok
kembali
dengan sampah
organik menjadi pupuk kompos
Bobot
82 Lampiran 2. Lanjutan UPS meningkatkan
pelayanan
kebersihan di Kota Depok UPS meningkatkan kesadaran warga dalam memilah sampah UPS menjadi satu contoh pengolahan sampah yang baik UPS menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas baik
dan dapat
digunakan untuk kegiatan petamanan
WEAKNESSES Kriteria
Skor
Fasilitas yang ada di UPS banyak yang kurang memadai dan butuh untuk ditingkatkan Sumberdaya manusia yang dimiliki masih kurang Informasi
mengenai
pengelolaan
sampah organik di kawasan sekitar dan keberadaan UPS masih kecil Partisipasi warga yang kurang optimal dalam memilah sampah, warga masih belum terbiasa mencampurkan sampah organik dengan anorganik dan masih sedikit volume dalam pemilahannya Sosialisasi
yang
masih
belum
menyeluruh di berbagai kelurahan
Bobot
83 Lampiran 2. Lanjutan II. Penilaian Faktor Eksternal UPS di Kota Depok (Sampah Organik) OPPORTUNITIES Kriteria
Skor
Menjadikan Kota Depok menjadi kota yang lebih bersih dan nyaman
Apabila proyek UPS ini dijadikan usaha maka berkemungkinan akan mendapatkan
keuntungan
dalam
jangka panjang dengan bekerjasama dengan
pemerintah
(keuntungan
jangka panjang)
Meningkatkan tenaga kerja terlatih dalam mengolah sampah (mengurangi pengangguran)
Meningkatkan warga dalam memiliki taman kecil disekitar rumah (memiliki tanaman) Mendorong melakukan sampah
masyarakat kegiatan
untuk
pengurangan
Bobot
84 Lampiran 2. Lanjutan THREATS Kriteria
Skor
Bobot
Banyaknya penolakan warga setempat karena aktivitas UPS Menimbulkan banyak polusi mulai dari polusi udara hingga suara Menimbulkan banyak penyakit yang ditimbulkan karena aktivitas UPS Sanksi hukum yang melanggar apabila tidak mengikuti aturan yang berlaku. Banyaknya warga yang masih tidak perduli akan kebersihan dan keindahan lingkungan setempat Tambahan :
Jika masih terdapat faktor internal maupun eksternal yang belum menjadi salah satu penilaian pada kuisioner ini, diharapkan untuk menulis saran faktor dan besar skor dan bobotnya.
Faktor
:
Saran
:
SKOR :
BOBOT :
Terima Kasih
85
Lampiran 3. CashFlow Tahun No
Uraian
2013
2014
2015
2016
2017
2018
INFLOW 1
Modal awal
200000000
0
0
0
0
0
2
Retribusi Warga Penjualan Pupuk Kompos Nilai Sisa Mesin Total Inflow
0
337152000
337152000
337152000
337152000
337152000
0
29376555
29376555
29376555
29376555
29376555
0
0
0
0
0
725000
200000000
366528555
366528555
366528555
366528555
367253555
1
I. Biaya Investasi Lahan
50000000
0
0
0
0
0
2
Gedung
150000000
0
0
0
0
0
3
20000000
0
0
0
0
0
23500000
0
0
0
0
0
5
Mesin Pencacah Mesin Pengayak Terpal 4x3 m
1700000
0
0
0
0
0
6
Garpu Tanah
360000
0
0
0
0
0
7
Sekop
500000
0
0
0
0
0
8
80000
0
0
0
0
0
9
Sarung Tangan Helm
200000
0
0
0
0
0
10
Masker
80000
0
0
0
0
0
11
120000
0
0
0
0
0
12
Kaca Mata Plastik Pakaian Kerja
1200000
0
0
0
0
0
13
Sepatu Boat
1600000
0
0
0
0
0
14
Termometer
100000
0
0
0
0
0
15
Timbangan
3000000
0
0
0
0
0
16
Gerobak Motor Total Biaya Investasi II. Biaya Operasional Biaya Tenaga Kerja Biaya Bahan Bakar Biaya Perawatan Mesin Biaya Perawatan Gedung Biaya Lainlain Total Biaya
28000000
0
0
0
0
0
280440000
0
0
0
0
0
9250000
111000000
111000000
111000000
111000000
111000000
2000000
24000000
24000000
24000000
24000000
24000000
1005000
12060000
12060000
12060000
12060000
12060000
1000000
12000000
12000000
12000000
12000000
12000000
70000
840000
840000
840000
840000
840000
13325000
159900000
159900000
159900000
159900000
159900000
3
4
OUTFLOW
4
1 2 3
4
5
86
Operasional Total Outflow
293765000
159900000
159900000
159900000
159900000
159900000
Net Benefit
-93765000
206628555
206628555
206628555
206628555
207353555
0,87719298
0,7694675
0,6749715
0,5920803
0,5193687
0,455586548
PV/Tahun
-82250000
158993964
139468389
122340692
107316397
94467490,27
PV Positif
622586932
PV Negatif
-82250000
NPV
540336932
DF 14%
IRR Net B/C
15,68 7,56
87
Lampiran 4. Tenaga Kerja di 10 UPS Kota Depok UPS Cilangkap No 1 2
Nama MAIN IBRAHIM AKAT ARUP
Bogor
T/T/L 15
3
63
Bogor
14
6
68
3
ARIFIN
Bogor
13
2
72
4
JUNAEDI
Bogor
22
4
74
5
SYAEFUDIN
Bogor
10
8
71
6
M JOHAN
Bogor
5
2
83
7
NIKMAT
Bogor
4
7
76
8
Karawang
17
9
89
Bogor
18
1
89
10
MUHAMMA D SYAHRI ANDRI RUSMAWAN SAPRUDIN
Bogor
22
2
77
11
RUSNANDI
Bogor
5
5
67
12
SAMIN
Bogor
20
1
82
13
SANUDIN
Bogor
9
1
86
14
ANANG
Bogor
4
4
75
9
UPS CILANGKAP
Alamat Kp Cilangkap Rt 002/017 Kp Cilangkap Rt 003/017 Kp Cilangkap Rt 002/017 Kp Cilangkap Rt 001/011 Kp Cilangkap Rt 003/004 Kp Cilangkap Rt 003/011 Kp Cilangkap Rt 003/017 Kp Cilangkap Rt 002/017 Kp Cilangkap Rt 002/017 Kp Cilangkap Rt 001/017 Kp Cilangkap Rt 001/011 Kp Cilangkap Rt 002/011 Kp Cilangkap Rt 002/017 Kp cilangkap Rt 003/017
Kelurahan Cilangkap
Kecamatan Tapos
Kota Depok
SP SLTA
Cilangkap
Tapos
Depok
SLTP
Cilangkap
Tapos
Depok
SD
Cilangkap
Tapos
Depok
SD
Cilangkap
Tapos
Depok
SMP
Cilangkap
Tapos
Depok
SMK
Cilangkap
Tapos
Depok
SMP
Cilangkap
Tapos
Depok
SLTP
Cilangkap
Tapos
Depok
SLTA
Cilangkap
Tapos
Depok
SLTP
Cilangkap
Tapos
Depok
SD
Cilangkap
Tapos
Depok
SD
Cilangkap
Tapos
Depok
SMP
Cilangkap
Tapos
Depok
SMP
Keterangan Koordinator
Keamanan
88
Lampiran 4. Lanjutan UPS Bojong Sari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
UPS BOJONGSARI
Nama NAIM RACHMAN ENTAH DARUSMAN DONI SUGANTI SURYA MAREP NASIK
Bogor
T/T/L 14 2
71
Alamat Jl Ali Andong Rt 002/009 Jl Ali Andong Rt 002/009 Bojongsari Rt 003/009
Kelurahan Bojongsari
Kecamatan Bojongsari
Kota Depok
SP SLTP
Bojongsari
Bojongsari
Depok
SMK
Bojongsari
Bojongsari
Depok
SMA
Bojongsari Rt 003/009 Bojongsari Rt 003/009 Jl Ali Andong Rt 002/009 Bojongsari Rt 003/009
Bojongsari Bojongsari Bojongsari
Bojongsari Bojongsari Bojongsari
Depok Depok Depok
SLTP SD SD
Bojongsari
Bojongsari
Depok
SLTA
Bojongsari
Bojongsari
Depok
Bojongsari
Bojongsari
Depok
SMK H SMA
Bojongsari Bojongsari Bojongsari
Bojongsari Bojongsari Bojongsari
Depok Depok Depok
SMA SMP SLTA
Bogor
10
11
81
Bogor
16
1
64
Bogor Bogor Bogor
15 28 19
6 2 6
64 63 64
ATIN SUPRIYATIN TONIH
Bogor
1
9
67
Bogor
28
3
88
RENDI PRISTIAN SADELIH FERDIANSYAH NURLAELA ANAM
Bogor
22
10
86
Jl Ali Andong Rt 002/009 Bojongsari Rt 003/009
Depok Bogor Bogor
3 20 7
3 2 8
75 89 64
Bojongsari Rt 002/009 Bojongsari Rt 003/009 Bojongsari Rt 001/008
Keterangan Koordinator
Keamanan
89
Lampiran 4. Lanjutan UPS Permata Regency No 1
UPS PERMATA REGENCY
Nama H ARIFIN
T/T/L Bogor 4 5
58
2 3 4 5 6 7 8 9 10
AGUS GUNAWAN JUWENDI HERMAWAN CIPTO SUHARDI FIRMAN ABDUL GOFUR SOMALI ARIF BUDAMIL ARIFIN GUNAWAN
Bogor Bogor Bogor Bogor
12 2 10 23
8 11 3 3
85 92 76 72
Bogor Bogor Bogor Bogor
18 14 6 13
12 1 6 3
89 81 79 79
11 12
AMIR SUDIAR AGUS GUNAWAN
Bogor Bogor
23 20
11 8
72 81
Alamat Ratu Jaya Rt 03/06
Kelurahan Ratu Jaya
Kecamatan Cipayung
Kota Depok
SP SLTP
Keterangan Koordinator
Ratu Jaya Rt 03/06 Taman Jaya Rt 001/001 Ratu Jaya Rt 02/06 Ratu Jaya Rt 003/006 Ratu Jaya Rt 003/006 Taman Jaya Rt 001/001 Jl Gandaria I Rt 006/006 Jl Gandaria I Rt 001/006 Jl Kencana Kbn Duren Rt 006/008 Ratu Jaya Rt 001/006 Ratu Jaya Rt 003/006
Ratu Jaya Cipayung Ratu Jaya Ratu Jaya Ratu Jaya Cipayung Ratu Jaya Ratu Jaya Kalimulya
Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cilodong
Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok
SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP
Keamanan
Ratu Jaya Ratu Jaya
Cipayung Cipayung
Depok Depok
SLTP SLTP
90
Lampiran 4. Lanjutan UPS Merdeka II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
UPS MERDEKA 2
Nama IRAWAN SETYABUDI MUSA SUPRIYATNA SLAMET M NURSIDIK MARJUKI NURHADI M RUSLI ECE SATIBI ACEP BURHANUDIN NANANG SURISMAN ACEP SAHRONI RACHMAT KURNIAWAN
T/T/L Purworejo 11
70
Alamat Jl Merdeka Raya No 16
Kelurahan Abadijaya
Kecamatan Sukmajaya
Kota Depok
SP D3
3
Depok Depok Depok Jakarta Depok Jakarta Bogor Cianjur Jakarta Depok Jakarta
5 7 12 2 7 10 8 14 26 16 19
5 8 6 3 2 1 1 6 12 8 8
60 65 72 70 75 79 73 68 59 75 84
Link Cipayung Rt 003/028 Kp Bojong Rt 003/020 Link Cipayung Rt 003/028 Link Cipayung Rt 003/028 Link Cipayung Rt 003/028 Link Cipayung Rt 003/028 Kp Bojong Rt 009/020 Link Cipayung Rt 003/028 Link Cipayung Rt 005/028 Link Cipayung Rt 004/028 Link Cipayung Rt 003/028
Abadijaya Baktijaya Abadijaya Abadijaya Abadijaya Abadijaya Baktijaya Abadijaya Abadijaya Abadijaya Abadijaya
Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya Sukmajaya
Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok Depok
SD SMA SD SMA SMP SD SD SMP SD SMP SMP
Bogor
6
2
75
Link Cipayung Rt 003/028
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SMP
Depok
28
2
90
Link Cipayung Rt 001/028
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SMP
Keterangan Koordinator Keamanan
91
Lampiran 4. Lanjutan UPS Ratu Jaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
UPS RATU JAYA
Nama ANDI LALA DEDI DAMHUDI HARI TARMUDJI AHMAD MAULANA WAHYUDI AGUS AGUS TRIYONO ABDUL MAJID ISKANDAR BENNY NURCAHYO
BOGOR
T/T/L 10
1
74
Alamat Rawa Geni Rt 001/001
Kelurahan Ratu Jaya
Kecamatan Cipayung
Kota Depok
SP SMK
BOGOR SURABAYA BOGOR
7 29 4
10 5 10
78 55 95
Rawa Geni Rt 001/001 Rawa Geni Rt 002/001 Rawa Geni Rt 004/001
Ratu Jaya Ratu Jaya Ratu Jaya
Cipayung Cipayung Cipayung
Depok Depok Depok
SD SD SD
DEPOK BOGOR CILACAP BOGOR JAKARTA PONOROGO
6 12 8 15 10 27
6 9 8 8 9 9
75 56 79 66 74 78
Rawa Geni Rt 004/001 Rawa Geni Rt 003/001 Rawa Geni Rt 004/001 Rawa Geni Rt 007/001 Rawa Geni Rt 003/001 Pdk Sukmajaya Rt 002/003 Blok BB/24
Ratu Jaya Ratu Jaya Ratu Jaya Ratu Jaya Ratu Jaya Sukmajaya
Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Cipayung Sukmajaya
Depok Depok Depok Depok Depok Depok
SD SD SD SD SD SMA
Keterangan Koordinator Keamanan
92
Lampiran 4. Lanjutan UPS Gunadarma No
UPS
1
GUNADARMA
Nama
T/T/L
Alamat
Kelurahan
Kecamatan
Kota
SP
Keterangan Koordinator
HARTONO
Jakarta
29
5
67
Kp Kelapa Dua Rt 007/010
Tugu
Cimanggis
Depok
SLTP
2
SUNARTO
Pekalon gan
27
10
64
Tugu
Cimanggis
Depok
DIPLOMA/D 3
3
YADI
Ponoro go
10
11
72
Jl RTM GG H Salim No 61 Kelapa Dua Kp Kelapa Dua Rt 003/010
Tugu
Cimanggis
Depok
SLTP
4
NUR ALAMSYAH PUTRA AGUS SUPRIATNA
Jakarta
29
10
74
Jl RTM Kelapa dua Rt 002/011
Tugu
Cimanggis
Depok
SLTA
Jakarta
10
8
87
Kp Kelapa Dua Rt 002/011
Tugu
Cimanggis
Depok
SLTA
6
LASDI
Bojone goro
25
6
60
Kp Kelapa Dua Rt 006/009
Tugu
Cimanggis
Depok
SD
7
SURYA
Cirebon
2
3
87
Kp Kelapa Dua Rt 007/010
Tugu
Cimanggis
Depok
SMA
5
Keamanan
93
Lampiran 4. Lanjutan UPS Merdeka I No 1
UPS Merdeka I
Nama
T/T/L
Alamat
Kelurahan
Kecamatan
Kota
SP
HERIYANTO
Bogor
2
7
70
Link Cipayung Rt 005/001
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SMA
2
H. SAHIR
Bogor
21
3
50
Jl.Limo Raya Rt 002/005
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SR
3
M JOHAN
Bogor
17
6
43
Kp Sasak Rt 003/006
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SR
4
TUSIYONO
Jakarta
12
8
84
Jl Limo Raya Rt 001/005
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SLTP
5
TAROJI
Jakarta
6
7
94
Jl Sawi No 2 Rt 003/005
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SD
6
MALIK IBRAHIM
Bogor
3
1
88
Jl.Pelita Rt 04/03
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SLTP
7
KASIM
Bogor
6
8
75
Jl Limo Tengah Rt 004/003
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SD
8
ROHILI
Bogor
20
5
80
Jl Limo Tengah Rt 004/003
Abadijaya
Sukmajaya
Depok
SLTP
9
DADANG BAHTIAR
Karawang
11
12
91
DSN Sadariwan Rt 009/003
Abadijaya
Sukmajaya
krwg
SLTP
Keterangan Koordinator
94
Lampiran 4. Lanjutan UPS Walikota No 1
UPS
Nama ANDRIANSYAH
T/T/L Bogor 20 9
82
2 3 4
SUHENDRA BOBBY H RAHMAT
Jakarta Depok Bogor
17 1 6
4 1 5
71 55 90
5
R JOHAN RIZKI
Jakarta
15
8
68
6
DEKY KUTRIAWAN JAYA
Jakarta
15
12
83
Alamat Jl Kembang No 50A Rt 001/002 Jl H Muslih Rt 006/002 Jl Mangga Rt 006/005 Jl Beringin II No 4 Rt 003/012 Jl Kembang No 50A Rt 001/002 Jl Pulo Jaya Rt 006/012
Kelurahan Beji
Kecamatan Beji
Kota Depok
SP SMK
Keterangan Koordinator
Beji Beji Beji
Beji Beji Beji
Depok Depok Depok
SMA SD SMP
Keamanan
Beji
Beji
Depok
SMA
Beji
Beji
Depok
SMA
95
Lampiran 4. Lanjutan UPS Pondok Petir No
UPS
1
PONDOK PETIR
Nama
T/T/L
Alamat
2
Ir. SUWARNA WIRYA S WIDARTI
3
ANDI
Krang Ayar Soko Harjo Depok
4
SOBARI
Bogor
10
10
65
5
MUHAMAD RIDWAN
Jakarta
10
11
83
6
HERIK
Bogor
23
3
84
7
YADI
Bogor
25
7
85
8
DAYAT SUYATNO
Jakarta
7
6
58
9
Jakarta
1
10
93
10
ROZAQ BANIS SYUHADA HENDRA
Bogor
8
8
89
11
JONI YOHANES TIMO
16
9
69
12
SUPRIATNA
Sy Kp Lima Jakarta
10
3
85
13
TEGUH RAHMATTULLOH MAT NASAN
Bogor
2
9
90
Bogor
12
4
53
14
24
4
65
27
4
66
Kp Lio Rt 006/007 Kp Lio Rt 006/007 Kp Lio Rt 002/009 Kp Lio Rt 006/007 Kp Lio Rt 002/007 Kp Lio Rt 003/007 Kp Lio Rt 005/007 Kp Lio Rt 003/007 Kp Lio Rt 006/007 Kp Lio Rt 003/007 Kp Lio Rt 006/007 Kp Lio Rt 003/007 Kp Bulak barat Rt 002/008 Kp lio Rt 003/007
Kelurahan
Kecamatan
Kota
SP
Keterangan
Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir Pondok Petir
Bojongsari
Depok
S1
Koordinator
Bojongsari
Depok
SLTA
Bojongsari
Depok
SMP
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SLTA
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SLTP
Bojongsari
Depok
SLTA
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SMP
Bojongsari
Depok
SD
Bojongsari
Depok
SD
Keamanan
96
Lampiran 4. Lanjutan UPS Universitas Indonesia No 1
Nama RASIDI
T/T/L Jakarta 27 12
72
SUGENG KRISTIARTO AGUS SUPRIYANTO
Jakarta
3
11
72
Jakarta
25
1
70
Serang
3
3
45
5
MUHAMMAD DJUNAEDI URIP SUDARMONO
Jakarta
22
12
76
6
SLAMET RIYADI
Jakarta
16
12
68
7
SUHANDI
Jakarta
20
7
70
2 3 4
UPS Univ. Indonesia
Alamat Jl sadewa II No 164 Rt 003/018 Jl Citra yudha I No 122 Rt 003/019 Jl Citra yudha I No 122 Rt 003/019 Jl Citra Yudha II No 155 Rt 002/019 Jl. Sekatak III No 51 Rt 002/015 Kp Sugu tamu Rt 003/021 Jl sadewa II No 164 Rt 003/018
Kelurahan Tapos
Kecamatan Beji
Kota Depok
SP STM
Keterangan
Tapos
Beji
Depok
SMA
Koordinator
Tapos
Beji
Depok
SMP
Tapos
Beji
Depok
SD
Tapos
Beji
Depok
SMU
Tapos
Beji
Depok
SMP
Tapos
Beji
Depok
SDI
Keamanan
97
Lampiran 5. Data Sampah Organik dan Anorganik Unit Pengolahan Sampah Di Kota Depok Tahun 2014 Sampah Masuk per Tahun Produksi Pupuk Kompos Jumlah KK yang Berpartisipasi Juli Agustus September Oktober November Desember Organik Anorganik Organik Anorganik Organik Anorganik Organik Anorganik Organik AnorganikOrganik Anorganik Organik Anorganik 1 Merdeka I 7017,9 78,43 6772.07 65,2 6096,72 63,97 5576,66 75,53 4660,16 73,54 5495,94 57,34 71238,83 828,1 19584,37 1756 2 Merdeka II 1937,4 26,3 2576,04 13,5 1438,41 21,2 2442,22 17 25182,2 234 6923,97 650 3 Pondok Petir 3973 13,1 3697 9,1 4086 8,5 3576 10,5 45997 123,6 12644 780 4 Cilangkap 3235 30,4 2456 41,3 3082 26,2 2090 28,2 32589 378,3 8959,08 1560 5 Walikota 3065 27,3 2675 25,5 2847 31,4 2661 25,4 33774 328,9 9284,85 0 6 Gunadarma 874,55 9,3 1058,11 18,8 11596 169 796,96 0 7 UI 4404 22,6 2457 24,6 2517 25,8 1412 20,2 32370 279,5 8898,88 0 8 Ratu Jaya 3378,2 1073,1 3521,3 763,7 3697,1 838,8 3829,1 1003,1 43277 11036 11897,34 2229 9 Permata Regency 47030.22 213,4 49405,6 195,6 32649,7 152,5 38725,66 183,3 503433,58 2234,18 138399,65 796 10 Bojong Sari 7236 25,7 6072 18,3 6837 21,9 6634 26,8 80337 278 22085,56 1258 Total 7010,9 78,43 6772,07 65,2 33325,3 1495,87 78436,6 1167,13 62689 1209,14 67924,03 1390,64 879794,61 15889,58 239474,66 9029
No
UPS
98
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 September 1992 sebagai putra kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Rizki, S.E dan Ibu Badariah Pratami. Pada tahun 1998, penulis memulai pendidikan dasar di SD Pemuda Bangsa kemudian dilanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4 Depok dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 2 Depok dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis menerima Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Semasa kuliah penulis aktif pada berbagai kegiatan dan organisasi kampus. Penulis pernah menjadi anggota komisi III Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2010-2011, anggota komisi III Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2011-2012, dan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa pada tahun 2012-2013. Kepanitiaan yang diikuti oleh penulis yaitu pernah menjadi anggota Panitia Pemilihan Raya Tingkat Persiapan Bersama di bidang acara pada tahun 2010 dan Ketua Panitia Pemilihan Raya Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2012. Penulis juga aktif menjadi Master of Ceremony (MC) di berbagai acara, salah satunya acara di FORMASI (Lembaga Struktural di FEM) yaitu PEGAS (Pentas Seni Gema Alunan Syukur) pada tahun 2011. Pada bidang akademis, penulis mengikuti kegiatan belajar di luar kampus seperti mengikuti les Bahasa Inggris di LIA Course dan les MYOB dan Akutansi Dasar di LM Patra Depok. Penulis juga pernah mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar Kota Bogor, salah satu seminar di luar Kota Bogor yaitu seminar kepemimpinan di Universitas Jambi, Jambi.