1
PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK
AMALIA EMANNULISA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kecamatan Sawangan Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2015
Amalia Emannulisa H44100049
4
5
ABSTRAK AMALIA EMANNULISA. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kecamatan Sawangan Kota Depok. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan BENNY OSTA NABABAN Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk mengakibatkan timbulnya eksternalitas negatif misalnya sampah. Sampah rumah tangga adalah penyumbang terbesar sampah di Kota Depok. Perubahan komposisi sampah rumah tangga masyarakat Kecamatan Sawangan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui karakteristik masyarakat Sawangan (2) mengetahui seberapa besar pengaruh sosial ekonomi terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Sawangan (3) mengetahui perilaku masyarakat terhadap sampah dan (4) memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah setempat dalam pengelolaan sampah. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat peluang kondisi masyarakat tertentu dalam memproduksi sampah organik dan anorganik. Selain itu analisis deskriptif digunakan untuk menceritakan karakteristik masyarakat, serta perilakunya terhadap sampah. Rumah tangga di perumahan real estate lebih banyak menghasilkan sampah anorganik dibandingkan perumahan sederhana dan perkampungan. Produksi sampah perumahan real estate didominasi oleh sampah anorganik yakni sebesar 55,19% dibandingkan sampah organik yakni sebesar 44,81%. Tingkat pendidikan dan pendapatan yang tinggi tidak mempengaruhi perilaku rumah tangga dalam mengelola sampah yang baik. Pemerintah Kecamatan Sawangan diharapkan mampu membuat sistem perencanaan baru berupa advokasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan persampahan yang baik serta pemberian insentif berupa pembangunan TPS dan modal untuk kegiatan lingkungan. Kata kunci: pengelolaan, rumah tangga, sampah, sosial ekonomi
6
ABSTRACT AMALIA EMANNULISA. The Influence of Socio-Economy to Behavior of Household Waste Management in Sawangan District Depok City. Supervised by AKHMAD FAUZI and BENNY OSTA NABABAN. Economic growth and population give negative externalities such as garbage. Household waste is the largest contributor of garbage in Depok. Changes of household waste composition in Sawangan District is affected by social and economic condition. This study aims to (1) determine the characteristics of community in Sawangan (2) determine how much does the socio-economic change the composition of household waste in Sawangan District (3) determine the community behavior to household waste and (4) provide policy recommendations to the local government in waste management. Logistic regression analysis was used to know the opportunities of particular communities condition in producing the organic and the inorganic waste. Furthermore descriptive analysis was used to tell the community characteristics, and their behavior to household waste. Real estate residential tends to produce more inorganik waste than humble and rural residential. The production of real estate residential’s wastes are dominated by inorganic waste which are 55,19 % compared by organic waste which are 44,81 %. Higher education level and higher household income does not affect the household behavior in waste management. The government of Sawangan district is expected to create a new system such as advocacy to the people about household waste management and gives incentives as TPS building and capital for environmental activities. Keywords: household, management, socio-economy, waste
7
PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK
AMALIA EMANNULISA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
8
10
11
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orang tua Ibu Siti Zubaedah dan Bapak Ichsan Fadlil untuk kasih sayang serta bantuan doa dan usahanya selama ini, kedua adik tersayang Dwika Muhammad Fahmi dan Riyadh Satria Utama untuk keceriaannya. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, kesabaran, ilmu, dan waktu yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini; 3. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Dr. Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji departemen yang telah memberi ilmu, saran, dan kritik dalam perbaikan skripsi ini; Seluruh pihak yang terkait dengan penelitian ini Dinas Kebersihan dan 4. Pertamanan (DKP) Kota Depok, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok, Kantor Kecamatan Sawangan, Staff dan penghuni Komplek Perumahan Sawangan Golf, Komplek Bappenas serta Kampung Legok Menang atas bantuan dan partisipasinya; 5. Seluruh dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor atas semua bantuannya; 6. Teman-teman satu bimbingan Prof Fauzi: Amal, Gita, Ulan, Bayu, Dimas dan Shara. Satu bimbingan Pak Benny: Ayas, PN, Taufik dan Reza atas kebersamaan dan dorongan semangatnya; Teman-teman asrama sekaligus kosan: Risca, Lia, Evy, Delis, Dewi, Devi, 7. Alvinda, Amal, Ayas, Ute dan adik-adik Vilga untuk ketulusannya; 8. Sahabat dan teman tercinta Dokter Lingkungan: Insan, Melin, Dhea, Gita, Amal, Donna, Nana, Aldi, Dwi, Rifal, Rizal atas ribuan senyum dan pundak berkeluh kesah; Sahabat pelipur lara dan penyemangat suasana: Dimas, Bagus, Ka Endita, 9. Bang Cuga, Ka Uti, Ka BF, Tria, Gery dan Ka Oje, always ‘miss u all’, serta Komunitas Seni Budaya Masyarakat Roempoet (KSBMR) Fahutan; 10. Teman-teman pengurus Resources and Environmental Economics Student Assossiation (REESA) periode 2011-2013 atas semua pengalaman dan pelajarannya; Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2015
Amalia Emannulisa
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv
I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7 2.1 Definisi Sosial Ekonomi ........................................................................... 7 2.2 Definisi Sampah ....................................................................................... 8 2.3 Definisi Rumah Tangga ............................................................................ 9 2.4 Pengertian Lingkungan dan Degradasi Lingkungan .............................. 12 2.5 Analisis Regresi Logistik ....................................................................... 13 2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 16 III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 19 IV. METODE PENELITIAN............................................................................... 23 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 23 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 23 4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ................................................... 25 4.4 Analisis Deskriptif .................................................................................. 25 4.5 Analisis Regresi Logistik ....................................................................... 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 29 5.1 Gambaran Umum Kondisi Wilayah dan Lingkungan Penelitian ........... 29 5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sawangan ............................ 31 5.3 Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Komposisi Sampah .... 33 5.4 Perilaku Rumah Tangga ......................................................................... 46
ii
5.5 Rekomendasi Kebijakan ......................................................................... 51 VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 55 6.1 Simpulan ................................................................................................. 55 6.2 Saran ....................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 58 LAMPIRAN.......................................................................................................... 61
iii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008-2012 .................................... 1 2. Matriks penelitian terdahulu ........................................................................... 18 3. Matriks metode analisis data ........................................................................... 27 4. Karakteristik responden rumah tangga masyarakat ........................................ 31 5. Pendapatan masyarakat ................................................................................... 33 6. Hasil perhitungan model hari kerja binary logistic ......................................... 36 7. Uji model summary hari kerja ......................................................................... 37 8. Uji omnimbus terhadap koefisien model hari kerja......................................... 37 9. Uji hosmer and lemeshow hari kerja ............................................................... 37 10. Nilai persentase keseluruhan model hari kerja................................................ 38 11. Hasil perhitungan model hari libur binary logistic ......................................... 41 12. Uji model summary hari libur ......................................................................... 42 13. Uji omnimbus terhadap koefisien model hari libur ......................................... 42 14. Uji hosmer and lemeshow model hari libur .................................................... 42 15. Nilai persentase keseluruhan model hari libur ................................................ 43 16. Perilaku masyarakat Sawangan berdasarkan klaster perumahan .................... 46 17. Rekomendasi kebijakan untuk pemerintah Kecamatan Sawangan ................. 53
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Grafik peningkatan PDRB Kota Depok 2006-2012............................................ 2 2. Grafik peningkatan volume sampah Kota Depok 2010-2013 ............................. 3 3. Kurva logistik .................................................................................................... 13 4. Kerangka pemikiran .......................................................................................... 21 5. Lokasi penelitian ............................................................................................... 23
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner penelitian .......................................................................................... 63 2. Rekapitulasi data penelitian perumahan perkampungan ................................... 72 3. Rekapitulasi data penelitian perumahan sederhana ........................................... 75 4. Rekapitulasi data penelitian perumahan mewah ............................................... 78 5. Hasil pengolahan data regresi logistik model hari kerja ................................... 81 6. Hasil pengolahan data regresi logistik model hari libur .................................... 85 7. Dokumentasi penelitian ..................................................................................... 89
1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang mengalami pertumbuhan penduduk
yang pesat. Hal ini sangat terlihat pada kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya. Kota Depok yang letaknya bersebelahan dengan ibu kota negara ini juga mengalami pertumbuhan penduduk yang meningkat selama beberapa tahun terakhir. Tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) 2013/2014, jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2013 sebanyak 9.797 jiwa/km2. Jumlah ini meningkat dari tahun 2012 yakni sebanyak 9.479 jiwa/km2. Peningkatan jumlah penduduk Kota Depok tahun 2013 mencapai 1.962.160 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 990.289 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 971.871 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Depok ini terjadi akibat tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok akibat pesatnya pengembangan kota dan meningkatnya pengembangan kawasan perumahan (Bappeda Depok, 2010).
Pertumbuhan penduduk Kota Depok dari
tahun 2008-2013 di setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008-2012 per kecamatan (jiwa) Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Sawangan 169.727 173.362 123.356 128.905 134.943 Bojongsari 99.768 104.040 108.913 Pancoran Mas 275.103 281.005 210.204 219.601 229.887 Cipayung 127.707 133.439 139.689 Sukmajaya 350.331 358.110 232.895 242.335 253.687 Cilodong 123.713 130.410 136.519 Cimanggis 412.388 421.630 242.214 252.424 264.248 Tapos 216.581 225.547 236.113 Beji 143.190 146.441 164.682 173.064 181.171 Limo 152.938 156.432 87.615 91.749 96.047 Cinere 107.830 112.099 117.350 Kota Depok 1.503.677 1.536.980 1.736.565 1.813.613 1.898.567 Sumber: Pertumbuhan penduduk Kota Depok Badan Pusat Statistik (BPS) Depok 2013/2014
2013 (7) 139.473 112.603 237.556 144.379 262.145 141.106 273.040 243.984 187.227 99.319 121.328 1.962.160 dalam DDA
Pertumbuhan penduduk ini mengakibatkan kebutuhan akan sandang, pangan dan papan meningkat. Selain itu sosial masyarakat juga akan berkembang pesat dengan adanya status pendidikan yang semakin tinggi serta terbukanya lapangan
2
pekerjaan yang lebih baik. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Depok memicu berbagai
kegiatan
perekonomian
di
dalamnya.
Hal
ini
menyebabkan
perekonomian di Depok mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi yang kini memasuki segala sektor menjadi tolak ukur terhadap kemajuan pembangunan kota. Pergerakan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ini dapat dilihat dari pendapatan per kapita penduduk setiap tahunnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok tahun 2006-2012 terus mengalami peningkatan. BPS Kota Depok menyatakan bahwa ditinjau atas dasar harga konstan, sebanyak Rp 6.948.502,76 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 7.445.661,89 juta pada tahun 2012 (BPS Kota Depok, 2014). 8000000
PDRB (Juta Rupiah)
7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 12006
2 2007
3 2008
4 2009
5 2010
6 2011
72012
Sumber : BPS Kota Depok 2014
Gambar 1Grafik peningkatan PDRB Kota Depok 2006-2012 atas dasar harga konstan 2000. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi menimbulkan dampak yang secara tidak sadar membawa perubahan terhadap lingkungan. Adanya peningkatan penduduk maka akan meningkatkan perekonomian. Peningkatan perekonomian akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa. Peningkatan konsumsi terhadap barang dan jasa akan memicu peningkatan timbulan sampah. Sampah adalah salah satu indikator degradasi lingkungan selain pencemaran sungai dan pencemaran udara. Berdasarkan data yang dikutip dari Dinas
3
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok, 2014 sekitar 4.500 m3 sampah diproduksi setiap harinya. Sampah ini didominasi oleh sampah rumah tangga dengan komposisi sampah organik dan anorganik. Setiap hari sekitar 1.200 m3 sampah diangkut oleh DKP Kota Depok ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung. Total produksi sampah rata-rata warga Depok masih ada sekitar 3.300 m3 sampah tidak terangkut berada di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) resmi dan TPS liar. Sampah yang berada di TPS dan TPA ini didominasi oleh sampah rumah tangga. Kota Depok memiliki 24 Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang tersebar merata disetiap kecamatan. UPS ini berfungsi sebagai tempat pengelolaan sampah sebelum sampah dikirim ke TPA Cipayung. Peningkatan produksi sampah rumah tangga dipengaruhi oleh pola konsumsi dari setiap individu. Apabila pendapatan seseorang meningkat maka akan berbanding lurus dengan konsumsi terhadap suatu barang dan jasa (Keyness, 1964). Keyness menjelaskan bahwa jika pendapatan meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hal inilah yang mungkin menjadi faktor pemicu masyarakat dalam memproduksi sampah. Data peningkatan volume sampah di Kota Depok dari tahun 2010-2013 dapat dilihat pada Gambar 2. 100.000 90.000 Volume sampah (M3)
80.000 70.000 60.000 50.000
vol sampah yang masuk
40.000
organik
30.000
anorganik
20.000 10.000 0 2010
2011 2012 Tahun
2013
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok 2014
Gambar 2 Grafik peningkatan volume sampah Kota Depok 2010-2013
4
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, Kecamatan Sawangan merupakan
kecamatan
yang
kepadatan
penduduknya
rendah
sehingga
mengakibatkan kecamatan ini menjadi kawasan hunian favorit yang dekat dengan wilayah ibu kota. Kondisi alam yang masih tergolong asri, kepadatan penduduk yang masih rendah, serta kondisi sosial ekonomi yang baik menjadi daya tarik untuk mengkaji permasalahan tentang pengaruh sosial ekonomi terhadap timbulan sampah rumah tangga. Penelitian ini dibagi ke dalam 3 cluster perumahan sebagai tolak ukur pendapatan rumah tangga yang didapatkan serta strata sosial yang ada di kecamatan ini. Ketertarikan lain yakni untuk mengetahui penyebab peningkatan jumlah volume sampah serta kecenderungan memproduksi sampah organik dan anorganik pada kondisi sosial ekonomi rumah tangga tertentu. Kecamatan Sawangan memiliki tiga klaster kriteria perumahan untuk diteliti yakni non-real estate atau perkampungan, kompleks perumahan sederhana serta real estate atau perumahan mewah. Selain itu pertumbuhan penduduk dan peningkatan taraf ekonomi dari tahun ke tahun lebih mudah dihitung karena jumlah penduduknya belum kompleks seperti di Kecamatan Cimanggis. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan kajian mengenai keterkaitan antara elemen sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, pendapatan, status pekerjaan, tingkat pendidikan dan lain-lain dengan produksi sampah serta komposisi sampah berdasarkan tiga klaster perumahan yang ada. Berbagai komponen tersebut akan diteliti untuk mengetahui apakah ada hubungan yang erat dari setiap komponen tersebut. Selain itu apakah perilaku masyarakat juga mempengaruhi meningkatnya timbulan sampah di Kecamatan Sawangan ini.
1.2
Perumusan Masalah Kemajuan suatu kota dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan pada sektor ekonominya. Meningkatnya jumlah manusia akan meningkatkan kebutuhan hidupnya juga. Pangan, sandang, papan yang dibutuhkan akan semakin banyak. Kegiatan perekonomian juga akan terus meningkat. Hal ini juga menyebabkan arus pertumbuhan ekonomi yang semakin
5
baik, peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu kota. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan, namun peningkatan ini selalu diiringi dengan fenomena degradasi lingkungan yang ditandai dengan peningkatan jumlah volume sampah. Masalah sampah selalu menjadi masalah yang sulit diselesaikan di setiap kota besar di Indonesia. Adanya keterkaitan antara peningkatan PDRB dengan peningkatan volume sampah memicu banyak penelitian terkait hal ini. Beberapa mengangkat masalah tentang degradasi lingkungan, analisis Environmental Kuznets Curve (EKC), serta sistem pengelolaan sampah terpadu. Sampah merupakan salah satu indikator terjadinya degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi. Manusia pasti menghasilkan sampah setiap hari, maka tidak heran apabila diakumulasi Indonesia per hari bisa menghasilkan ratusan ribu ton sampah. Kota Depok menghasilkan sekitar 4.500 m3 sampah sehari dan terus bertambah setiap harinya. Tercatat kurang lebih 60% sampah yang masuk ke TPA Cipayung adalah sampah organik dan selebihnya adalah sampah anorganik. Rumah tangga adalah penyumbang sampah terbesar dari timbulan sampah di Kota Depok. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Berdasarkan beberapa penelitian terkait peningkatan volume sampah ternyata terdapat beberapa faktor sosial ekonomi yang melatarbelakangi fenomena timbulan sampah di Kota Depok ini. Faktor tersebut antara lain tempat tinggal, kondisi lingkungan, tingkat pendidikan, serta tingkat pendapatan rumah tangga. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang perlu dibahas dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa saja karakteristik masyarakat Kecamatan Sawangan, Kota Depok?
2.
Bagaimana pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah yang dihasilkan serta peluang timbulannya pada rumah tangga di Kecamatan Sawangan, Kota Depok?
3.
Bagaimana perilaku masyarakat di Kecamatan Sawangan terhadap pengelolaan sampah rumah tangga?
6
4.
Langkah apa yang harus diambil oleh pemerintah dalam pengelolaan produksi sampah rumah tangga di Kecamatan Sawangan, Kota Depok?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui karakteristik masyarakat Kecamatan Sawangan, Kota Depok.
2.
Mengetahui pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah yang dihasilkan serta peluang timbulannya pada rumah tangga di Kecamatan Sawangan, Kota Depok.
3.
Mengetahui perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
4.
Memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat dalam upaya pengolahan produksi sampah rumah tangga di Kecamatan Sawangan, Kota Depok.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ditujukan kepada banyak pihak antara lain:
1.
Bagi individu identifikasi keterkaitan antara sosial ekonomi khususnya pendapatan dan komposisi sampah rumah tangga ini memberikan pengetahuan lebih luas tentang keterkaitan ekonomi dan perilaku terhadap lingkungan.
2.
Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan acuan terhadap pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penelitian
3.
Bagi akademisi sebagai referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh sosial ekonomi dan komposisi sampah.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Pemukiman di Kecamatan Sawangan meliputi tiga klaster yakni perkampungan
(Kampung
Legok
Menang,
Kedaung,
Sawangan),
perumahan sederhana (Komplek Bappenas, Kedaung, Sawangan), dan perumahan real estate (Telaga Golf Sawangan).
2.
Sampah rumah tangga pada hari kerja dan hari libur meliputi sampah organik
7
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi sulit untuk dijelaskan secara bersamaan. Sosial
ekonomi adalah sebuah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan status atau kondisi masyarakat. Sosial adalah kata yang merujuk kepada hal-hal yang berkaitan
dengan
masyarakat
dan
kemasyarakatan.
Dalam
konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya, 2007). Sedangkan ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia
yang
berhubungan
dengan produksi,
distribusi,
dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan νόμος (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum”. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga” (Gilarso, 2004). Menurut Smith (1904), secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami. Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial dan ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan bentuk gaya hidup keluarga (Soetjiningsih, 2004). Sedangkan menurut Melly (1982) kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.
8
2.1.1 Kelas Sosial Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda. Sumarwan (2004) menjelaskan bahwa kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata
akan menggambarkan perbedaan pendidikan,
pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga. Abdulsyani (1994) menjabarkan beberapa faktor yang dapat menentukan
tinggi
rendahnya
keadaan sosial ekonomi seseorang
dalam masyarakat yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, keadaan rumah tangga, tempat tinggal, kepemilikan kekayaan, jabatan dalam organisasi, aktivitas ekonomi. 2.1.2 Status ekonomi Berdasarkan status ekonomi, Aristoteles membagi masyarakat menjadi kelas atau golongan yaitu golongan sangat kaya, kaya dan miskin. 1.
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
2.
Golongan kedua: merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dan sebagainya.
3.
Golongan ketiga: merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan dibagi menjadi 3
kelompok. Pembagian ini disesuaikan dengan keadaan status sosial ekonomi masyarakat pada umumnya yakni golongan atas, menengah dan bawah. 2.2
Definisi Sampah Definisi sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah menjelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Selain itu jenis sampah yang ada di
9
sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berasal dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari institusi atau kantor atau sekolah dan lain-lain. Murthado dan Said (1998) dalam Bintoro (2008) menjelaskan bahwa sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya berarti suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan. Sampah diklasifikasikan menjadi dua komponen yakni sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang bersifat semi basah dan mudah terurai. Sampah ini berasal dari sampah dapur dan restoran yang didominasi oleh sayur dan buah-bahan. Sedangkan sampah anorganik yang sukar terurai, karena memiliki rantai ikatan kimiawi yang panjang, misalnya plastik, kaca dan selulosa (Bintoro, 2005). Penggolongan sampah atau pembagiannya dapat dipilah berdasarkan beberapa cara. Menurut Said (1987) ada dua cara pembagian yang sering digunakan yakni berdasarkan teknis dan berdasarkan sumbernya. Berdasarkan teknis sampah dibagi menjadi sampah semi basah, sampah anorganik, sampah abu, sampah jasad hewan mati, sampah jalanan, sampah industri. Sedangkan berdasarkan sumbernya minimal ada dua jenis sampah yakni sampah domestik dan sampah komersil.
2.3
Definisi Rumah Tangga Pengertian rumah tangga tidak dapat dipisahkan dari pengertian keluarga.
Sebelum menjelaskan tentang rumah tangga maka diperlukan pengetahuan terhadap perbedaan antara rumah tangga dan keluarga. Menurut BPS (2000) dalam Survey Sosial Ekonomi Nasional menjelaskan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh
10
perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) dan adopsi. Kelompok orang tersebut biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Rumah tangga adalah istilah yang lebih luas dari keluarga, dan keluarga adalah bagian dari rumah tangga. Keluarga memiliki arti hubungan antar anggotanya. Sedangkan rumah tangga menggambarkan pengelolaan suatu tempat tinggal oleh sekelompok orang yang terikat oleh keluarga atau sebuah kelompok orang yang tidak memiliki ikatan keluarga (BPS, 2000). Menurut Havilland (2003) rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang
tinggal
bersama-sama
di
sebuah tempat
tinggal dan
juga
berbagi makanan atau akomodasi hidup, dan terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang. Sebuah tempat tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tangga jika penghuninya tidak berbagi makanan atau ruangan. Rumah tangga adalah dasar bagi unit analisis dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi. Dalam arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga, berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga biasa, dan lain sebagainya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan istilah rumah tangga juga didefinisikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah. Sedangkan istilah berumah tangga secara umum diartikan sebagai berkeluarga. Rumah tangga juga bisa dibagi kedalam tiga strata sosial yang sudah dijelaskan di atas yakni golongan miskin, sederhana dan kaya.
2.3.1 Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga bukanlah pendapatan yang biasa didapatkan oleh perseorangan melainkan pendapatan yang didapatkan dari seluruh anggota keluarga yang bekerja. Sebelum menjelaskan teori tentang pendapatan rumah tangga maka akan diberikan beberapa pengertian yang menyangkut pendapatan rumah tangga. Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984).
11
Secara teori, pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, Net National Income (NNI) harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja) (Anonim 2014). Menurut
definisi
BPS
(2006)
pendapatan
rumah
tangga
adalah pendapatan / penghasilan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor
produksi
tenaga
kerja
/ pekerja (upah dan gaji,
keuntungan
/ untung, bonus, dan lain lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain lain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer). Sumarwan (2004) menjelaskan bahwa masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pegawai negeri biasanya pendapatan yang mereka dapatkan terdiri atas gaji pokok, tunjangan, bonus, dan pendapatan lainnya. Namun yang mereka dapatkan setiap bulan belum tentu semuanya. Gaji pokok akan dibayarkan setiap bulan namun tunjangan, bonus ataupun pendapatan lain didapatkan sesuai dengan perjanjian atau kontrak kerja dengan perusahaan atau lembaga yang bersangkutan.
12
2.4
Pengertian Lingkungan dan Degradasi Lingkungan Menurut Poerwadarminta (1952) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
lingkungan adalah kata yang berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkungi atau melingkari, sekalian yang terlingkung di suatu daerah sekitarnya. Sedangkan pada Ensiklopedia Umum (1983), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer, dan lainnya, (2) lingkungan hidup (biotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Degradasi lingkungan adalah penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsinya secara baik komponen-komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah (Setiawan, 2013). Secara umum degradasi lingkungan disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan berasal dari dalam bumi atau alam itu sendiri, dan faktor eksternal dimana degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya (Wardhana, 1995). Degradasi lingkungan merupakan eksternalitas negatif dari kegiatan ekonomi. Indikator degradasi lingkungan bisa bermacam-macam bisa pencemaran udara, pencemaran air sungai ataupun penumpukan sampah yang mengakibatkan pencemaran pada air tanah dan udara. Berbagai macam permasalahan lingkungan muncul karena beberapa faktor yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi serta kemajuan teknologi.
13
2.5
Analisis Regresi Logistik Regresi logistik merupakan suatu metode analisis statistika yang sudah biasa
digunakan untuk menganalisis data kategorik. Regresi ini dinamakan dengan regresi logistik karena pembentukan modelnya didasarkan pada bentuk kurva logistik. Persamaan regresi ini tidak menghasilkan nilai pada variabel respon, namun menghasilkan peluang kejadian pada variabel respon. Nilai peluang ini yang dipakai sebagai ukuran untuk mengklasifikasikan pengamatan (Mutaqin, 2008). Persamaan logistik dapat menggambarkan pertumbuhan populasi dalam suatu lingkungan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang terbatas. Perbedaan bentuk kurva regresi logistik dengan regresi linier biasa adalah sebagai berikut
Gambar 3 Kurva logistik Persamaan logistik menghasilkan suatu kurva berbentuk S, yaitu bahwa pada awal adalah serupa dengan eksponensial, proses dapat dilihat terus meningkat sampai titik tertentu, kemudian akan konvergen pada titik tertentu. Jadi titik belok akan membagi lintasan menjadi dua pola: bagian pertama adalah cekung ke atas terhadap sumbu horizontal, dan bagian sesudahnya cekung ke bawah. Pada bagian pertama pertumbuhan dipercepat, pada bagian kedua ini masih positif, tapi melambat. Pada titik tertentu proses konvergen menuju satu titik tertentu lainnya (Florio & Colautti, 2005).
14
Model logit merupakan model non linear, baik dalam parameternya maupun dalam variabelnya. Menurut Juanda (2009) model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikasikan. Model logit merupakan model non linear, baik dalam parameternya maupun dalam variabelnya. Menurut Juanda (2009) model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikasikan sebagai berikut: 1
𝑃𝑖 = 𝐹(𝑍𝑖 ) = 𝐹(𝛼 + 𝛽𝑋𝑖 ) = 1+𝑒 −𝑧 =
1 1+𝑒 −(𝛼+𝛽𝑋𝑖 )
………………………(1)
Dalam persamaan diatas e merupakan bilangan dasar logaritma natural (e=2.718....) atau bila dijabarkan dengan penjabaran biasa maka persamaannya menjadi sebagai berikut:
𝑒𝑧 =
𝑃𝑖 1−𝑃𝑖
…………………………………………………………………(2)
Peubah Pi / 1 – Pi dalam persamaan diatas disebut sebagai odds, yaitu rasio peluang terjadinya pilihan 1 terhadap peluang terjadinya pilihan 0 alternatif. Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood (ML). Dengan persamaan logaritma natural, maka :
𝑍𝑖 = ln
𝑃𝑖 1−𝑃𝑖
→ ln
𝑃𝑖 1−𝑃𝑖
= 𝑍𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖 ………………………..…………(3)
2.5.1 Uji Model Uji yang digunakan pada model regresi logistik ini adalah uji Wald (uji tiap parameter) dan uji G (uji seluruh model).
Uji Wald merupakan
uji yang
digunakan untuk melihat signifikansi tiap-tiap parameter (Nachrowi dan Usman, 2002). Hipotesis pada uji Wald ini sebagai berikut : H0 : prediktor secara univariat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons (βi = 0; = 0,1,2,3,…,p) H1 : prediktor secara univariat berpengaruh signifikan terhadap respons (βi≠0; = 0,1,2,3,…,p)
15
Statistik uji yang digunakan adalah 𝛽𝑗
𝑊𝑗 = [𝑆𝐸 (𝛽𝑗)]2
; j = 0, 1, 2, ......,p
...............................(4)
Statistik ini berdistribusi Khi Kuadrat dengan derajat bebas 1 atau secara simbolis ditulis Wj ~ X2 . H0 ditolak jika Wj > X2α, 1 ; dengan α adalah tingkat signifikansi yang dipilih. Bila H0 ditolak, artinya parameter tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi sebesar α. Uji selanjutnya adalah uji G yang digunakan untuk melihat keseluruhan model. Uji G merupakan uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) untuk peranan variabel bebas (Hosmer, 2000). Hipotesis pada uji G adalah sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = β3 = … = βp = 0 H1 : minimal 1 nilai yang βi≠0 i = 1,2,3,…,p Statistik uji yang digunakan: 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 (𝑀𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐵)
𝐺 = −2 ln [𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 (𝑀𝑜𝑑𝑒𝑙 𝐴)] .......................................................................... (5)
Keterangan
:
Model B
= model yang hanya terdiri dari konstanta saja
Model A
= model yang terdiri dari seluruh variabel
G terdistribusi Khi Kuadrat dengan derajat bebas p atau G ~ Xp2 . H0 ditolak jika G > X2α.
P
; α ; tingkat signifikansi. Bila H0 ditolak, artinya model A
signifikan pada tingkat signifikansi sebesar α.
2.5.2 Interpretasi Model Interpretasi koefisien dalam model regresi logistik dilihat dari odds ratio. Odds ratio merupakan peluang terjadinya suatu kejadian dibandingkan peluang tidak terjadinya kejadian tersebut. Secara lebih singkat Nachrowi dan Usman
16
menjelaskan bahwa odds ratio merupakan perbandingan resiko. Odd didefinisikan sebagai: 𝑃
𝑜𝑑𝑑𝑠 = 1−𝑃 ............................................................................................... (6) P menjelaskan probabilitas sukses (terjadinya peristiwa y = 1) dan 1-P menyatakan probabilas kegagalan (terjadinya peristiwa y = 0). Odds ratio (perbandingan resiko) adalah perbandingan nilai odds atau resiko pada dua individu; misalkan individu A dan individu B (Nachrowi dan Usman, 2002).
2.6
Penelitian Terdahulu Chalik (2008) dengan judul penelitian Formulasi Kebijakan Sistem
Pengolahan Sampah Perkotaan Berkelanjutan (Studi Kasus : DKI Jakarta). Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji timbulan sampah pada strata pendapatan rumah tangga tertentu. Hasilnya adalah terdapat korelasi antara pendapatan, timbulan sampah dan komposisi sampah. Bagi pemukiman dengan strata tinggi menghasilkan sampah organik sekitar 65% dan anorganiknya 35%. Pemukiman dengan strata menengah menghasilkan sampah organik 61% dan anorganiknya 39%. Selanjutnya untuk strata rendah sampah organik yang dihasilkan 60% sedangkan anorganiknya 40%. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula konsumsinya. Konsumsi terhadap barangbarang organik lebih mendominasi dibandingkan anorganik. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan. Penelitian lain dikaji oleh Ramandhani (2011) mengenai analisis timbulan dan komposisi sampah rumah tangga dihubungkan dengan pendapatan, pendidikan, pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penelitian ini bertempat di Kelurahan Mekarjaya, Depok. Latar belakang tempat dan beberapa tujuan yang dikaji terdapat kesamaan dengan penelitian ini. Perbedaannya terdapat pada metode dan beberapa objek yang diuji. Penelitian ini menggunakan metode annova dan objek penelitian sampahnya lebih spesifik. Perumahan sederhana yang diasumsikan memiliki tingkat ekonomi lebih rendah daripada perumahan mewah justru menghasilkan timbulan sampah yang paling besar. Sedangkan kelompok perumahan mewah yang diasumsikan memiliki tingkat ekonomi tinggi
17
menghasilkan sampah yang paling kecil. Hal ini kontras sekali dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi semakin besar timbulan sampahnya. Hanya kelompok perumahan menengah yang memiliki peringkat sesuai dengan hipotesis, yaitu timbulan sampah berada pada posisi kedua atau diantara perumahan mewah dan perumahan sederhana (Ramandhani, 2011). Penelitian ketiga yakni berasal dari jurnal internasional tahun 2010 dengan judul The Role of Socio-Economic Factors on Household Waste Generation: A Study in a Waste Management Program in Dhaka City, Bangladesh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah rumah tangga di Dhaka, Bangladesh. Penelitian yang dilakukan oleh tiga orang dari tiga universitas dan program studi berbeda ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dijelskan di atas.
Rafia Afroz, Keisuke Hanaki dan
Rabbah Tuddin menggunakan metode regresi linier berganda.
Variabel
dugaannya antara lain jumlah anggota keluarga, pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap lingkungan serta keinginan untuk mengurangi sampah. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya hubungan yang erat antara variabelvariabel dugaan dengan timbulan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga pada setiap bulannya. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai salah satu acuan penelitian. Kesamaaan latar belakang seperti tema, lokasi, tujuan dan metode penelitian yang digunakan menjadi salah satu pembanding pada penelitian yang akan dilakukan. Biasanya acuan ini diambil untuk membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Selain itu penelitian terdahulu berfungsi sebagai referensi dalam penulisan ilmiah sehingga menambah wawasan bagi yang membacanya. Beberapa perbedaan penelitian di atas terhadap penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
18
Tabel 2 Matriks penelitian terdahulu No 1
2
3
Judul penelitian
Penulis
Formulasi Kebijakan Sistem Pengolahan Sampah Berkelanjutan (Studi Kasus: DKI Jakarta) Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan PendapatanPendidikanPengetahuan-SikapPerilaku Masyarakat The Role of SocioEconomic Factors on Household Waste Generation: A Study in a Waste Management Program in Dhaka City, Bangladesh
Alex Abdi Chalik
Rekomendasi kebijakan pengolahan sampah
Tri Astuti Ramandhani
Mencari hubungan antara pendapatan dan timbulan sampah, mencari hubungan antara pendapatan dengan komposisi sampah Mengetahui korelasi antara timbulan dan komposisi sampah rumah tangga dengan komponen sosial ekonomi
Rafia Afroz, Keisuke Hanaki dan Rabbah Tuddin
Tujuan
Metode yang digunakan Analisis Kebijakan
Annova (analysis variance)
of
OLS (ordinary least square)
Alat VENSIM
Ms. Excel, SPSS
Ms. Excel
19
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar dari rencana penelitian ini adalah sosial ekonomi masyarakat Sawangan terkait dengan perubahan komposisi sampah rumah tangga. Bertambahnya jumlah penduduk ini diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya peningkatan PDRB. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk yang memicu berbagai permasalahan baik sosial, ekonomi dan lingkungan. Eksternalitas yang ditimbulkan dari tingginya kebutuhan akan barang dan jasa menjadi faktor utama timbulnya sampah. Hal ini terbukti dari peningkatan volume sampah di 24 UPS di Depok setiap tahunnya. Tercatat oleh DKP Kota Depok (2014) UPS Bojongsari (menampung sampah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari) pada tahun 2010 volume sampahnya adalah sebesar 2210 m3 meningkat pada tahun 2013 yakni sebesar 5519 m3. Selain itu peningkatan volume sampah anorganik yang meningkat setiap tahunnya juga menjadi sebuah pemicu timbulnya dugaan yang harus diteliti lebih jauh. Pendapatan masyarakat dibagi kedalam tiga golongan yakni pendapatan tinggi, sedang, rendah. Dasar pembagian golongan ini adalah strata sosial yang dilihat dari tempat tinggal. Menurut Darmasetiawan (2004) tingkat ekonomi dapat dilihat dari pendapatan, sedangkan pendapatan itu sendiri tercermin dari jenis pemukiman dan kondisi rumah yang ditinggali. Sesuai dengan uraian tersebut maka pemukiman warga yang dibagi menjadi tiga klaster yaitu klaster perkampungan, perumahan sederhana dan perumahan real estate atau mewah. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sawangan yang meningkat setiap tahunnya baik angka kelahiran ataupun arus migrasi membuat permintaan akan kebutuhan hidup meningkat. Imbasnya terjadilah banyak kegiatan ekonomi yang meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pendapatan bertindak sebagai indikator dari kondisi sosial ekonomi masyarakat. Menurut Keyness (1964) apabila pendapatan yang didapatkan oleh rumah tangga meningkat maka tingkat konsumsi keluarga tersebut akan meningkat pula. Hal ini menyebabkan kemampuan rumah tangga untuk membeli berbagai kebutuhan meningkat atau setidaknya menuntut kualitas yang lebih baik.
20
Peningkatan konsumsi inilah yang menjadi penyebab utama peningkatan jumlah volume sampah. UPS Bojongsari untuk tempat pembuangan wilayah Sawangan dan Bojongsari turut menyumbang sekitar 200-250 m3 sampah per bulannya (DKP Depok, 2014).
Produksi sampah rumah tangga dapat dibagi
menjadi dua golongan sesuai dengan jenis sampah itu sendiri, yakni organik dan anorganik. Kebenaran dari dugaan sementara perlu dicari yakni adanya hubungan antara pendapatan masyarakat dan peningkatan jumlah volume sampah. Tingkat pendapatan akan berpengaruh langsung terhadap perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah itu sendiri. Tempat tinggal dijadikan indikator dalam pembagian klaster karena mampu mewakili beberapa faktor sosial ekonomi masyarakat seperti tingkat pendapatan dan pendidikan. Selain itu tempat tinggal dapat mewakili perilaku suatu rumah tangga dalam mengelola sampah karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Permasalahan dasar dari penelitian ini adalah seberapa banyak timbulan sampah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi tertentu, serta mengetahui perilaku rumah tangga dalam mengelola sampah dihubungkan dengan beberapa faktor sosial ekonomi. Selanjutnya apakah ada perbedaan produksi sampah pada hari kerja dan hari libur? Hipotesis pada penelitian ini adalah sampah organik akan lebih banyak dihasilkan oleh rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah dan produksi sampah pada hari libur akan lebih banyak dibandingkan produksi sampah pada hari kerja. Selanjutnya untuk
pembuktian beberapa hipotesis di atas maka perlu
adanya pencarian data. Data yang didapatkan berupa karakteristik masyarakat serta data produksi sampah harian akan diolah dengan beberapa metode analisis data yang dimasukkan kedalam analisis regresi logistik. Selain itu analisis deskriptif akan menjelaskan tentang beberapa karakteristik sosial masyarakat dan perilaku masyarakat terhadap sampah itu sendiri. Akhirnya penelitian ini akan menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan yang bisa dilakukan terhadap permasalahan peningkatan jumlah volume sampah serta bagaimana perilaku pengelolaan sampah rumah tangga oleh masyarakat di Kecamatan Sawangan. Rekomendasi kebijakan ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah persampahan di Kecamatan Sawangan.
21
Secara sistematis kerangka pemikiran ini dapat disajikan dalam bentuk bagan alur berpikir pada Gambar 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Sawangan
Sosial Ekonomi
Produksi sampah
Karakterisik masyarakat Sawangan : Usia Jenis kelamin Pendidikan Pendapatan Status pekerjaan Anggota keluarga Lokasi tempat tinggal
Organik
Anorganik
Hubungan sosial ekonomi terhadap produksi sampah organik dan anorganik rumah tangga
Analisis regresi logistik
Analisis deskriptif
Pengaruh sosial ekonomi terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga
Perilaku masyarakat terhadap sampah berdasarkan komponen sosial ekonomi
Rekomendasi kebijakan Gambar 4 Kerangka pemikiran
22
23
IV.
4.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Sawangan, Kota Depok meliputi tiga
klaster yaitu klaster perkampungan (non-real estate), perumahan BTN (sederhana) dan perumahan real estate. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli
2014.
Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah
perkampungan (Kampung Legok Menang, Kedaung, Sawangan), perumahan sederhana (Komplek Bappenas, Kedaung, Sawangan), dan perumahan real estate (Telaga Golf Sawangan). Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Lokasi penelitian Kecamatan Sawangan, Kota Depok Sumber : Bappeda Kota Depok 2012
Gambar 5 Lokasi penelitian
4.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur dan penentuan data primer.
Sumber data berupa data primer. Data primer ini didapatkan dengan sistem cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan sistem pengambilan
24
sampel secara acak yang membagi populasi sebagai klaster-klaster kecil. Survey ini banyak digunakan untuk penelitian pemukiman di daerah perkotaan. Walpole (1992) menjelaskan bahwa jumlah minimal pengambilan sampel dari suatu populasi adalah 30 sesuai dengan sebaran normalnya, sehingga diputuskan untuk mengambil sampel data minimal sebanyak 30 responden dari setiap klaster. Data primer diambil dari klaster perumahan yang telah dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama yakni sebanyak 40 rumah tangga per satu kepala keluarga dari perumahan perkampungan, kedua sebanyak 40 rumah tangga per satu kepala keluarga dari perumahan sederhana dan ketiga sebanyak 33 rumah tangga per satu kepala keluarga dari perumahan real estate. Data ini didapatkan dari hasil wawancara dan kuesioner kepada rumah tangga. Selain itu data sampah didapatkan dari sampah rumah tangga setiap rumah pada hari kerja dan hari libur. Sampah tersebut dipisahkan sesuai jenisnya yakni sampah organik dan anorganik. Setelah itu sampah ditimbang sesuai dengan jenis dan harinya untuk mengetahui berat sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga per hari. Studi literatur digunakan untuk menunjang beberapa argumen pada penelitian ini. Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini berupa data panel yang berasal dari data time series pada beberapa tahun terakhir. Variabel yang diamati adalah jumlah penduduk, pendapatan masyarakat lewat peningkatan PDRB Kota Depok, beberapa komponen sosial ekonomi, serta produksi dan jenis sampah yang dihasilkan dari masing-masing kelas. Data populasi, PDRB, produksi dan komposisi sampah kota didapatkan dari laporan tahunan kota. Sedangkan data yang berhubungan dengan sosial ekonomi masyarakat serta jenis sampah yang dihasilkan dari masing-masing kelas didapatkan dari survey lapang lewat wawancara dan kuesioner (data primer). Selain itu data juga didapatkan dari buku laporan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Kota Depok, internet, dan sumber lain yang bisa menunjang penelitian ini.
25
4.3
Metode Analisis dan Pengolahan Data Penelitian ini menggunakan dua metode yang akan menjawab tujuan-tujuan
yang sudah dipaparkan pada Bab 1. Setelah mendapatkan sampel sebanyak 113 Kepala Keluarga (KK)
yang dianggap mampu mewakili kondisi masyarakat
Sawangan, maka selanjutnya akan digunakan metode-metode analisis data untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Dua metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Secara rinci metode pengolahan data tersebut disajikan dalam poin berikut ini.
4.4
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan sebuah pendekatan yang menganalisa secara
kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif adalah analisis tertulis dalam menggambarkan permasalahan penelitian. Hal ini berupa narasi-narasi yang menceritakan tentang kasus yang terjadi serta alur penyelesaiannya. Berbeda dengan analisis kuantitatif yang menjelaskan permasalahan serta pengolahan datanya melalui angka. Analisis kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabulasi sehingga korelasi angkanya dapat langsung terlihat. Analisis kualitatif akan menjelaskan tabulasi-tabulasi tentang karakteristik responden, perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga serta langkah apa yang harus diambil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sampah di Kecamatan Sawangan ini. Karakteristik masyarakat Kecamatan Sawangan Kota Depok meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan jumlah jiwa per KK serta lokasi tinggal. Karakteristik ini sangat butuh untuk diketahui karena beberapa komponen karakteristik yang bisa dianalisis secara kuantitatif nantinya akan dimasukkan ke dalam perhitungan pada metode selanjutnya. Perhitungan yang digunakan yakni regresi logistik untuk mengetahui peluang membuang sampah organik dan anorganik masyarakat dengan tingkat ekonomi rumah tangga tertentu serta pengaruhnya pada timbulan sampah di Kecamatan Sawangan. Penelitian ini mengelompokkan perumahan ke dalam tiga kelas guna melihat kebiasaan masyarakat terhadap kegiatan konsumsi dan pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan tiga strata sosial yakni ekonomi
rendah,
sederhana dan tinggi. Klaster perkampungan mewakili kondisi rumah tangga yang
26
ekonomi rendah, klaster kompleks sederhana mewakili kondisi rumah tangga ekonomi sederhana sedangkan klaster real estate atau perumahan mewah mewakili kondisi rumah tangga ekonomi tinggi. Kondisi lingkungan dari dari setiap lokasi tinggal juga akan mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengelolaan sampah rumah tangga masyarakat Sawangan.
4.5
Analisis Regresi Logistik Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode analisis regresi logistik.
Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan ke dua yaitu pengaruh sosial ekonomi terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga. Kondisi sosial ekonomi ini dititik beratkan pada pendapatan rumah tangga. Variabel pendapatan menjelaskan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga setiap bulannya. Sumber pendapatan ini bukan hanya dari kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah melainkan didapatkan dari penjumlahan seluruh anggota keluarga yang memiliki penghasilan tetap setiap bulan. Nilai pendapatan akan dibagi Rp 100.000,00 untuk menyederhanakan perhitungan pada saat data diolah. Model yang akan disajikan adalah sebanyak dua model. Model yang pertama adalah model hari kerja dan yang kedua adalah model hari libur. Hal ini dilakukan karena adanya dugaan perbedaan produksi sampah rumah tangga pada hari kerja dan hari libur. Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi komposisi sampah rumah tangga adalah sebagai berikut : 𝑃
ln 1−𝑃𝑖 = 𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 SKRJ + 𝛽2 U + 𝛽3 PDPT + 𝛽4 SK ; SL + 𝛽5 SDRN + 𝑖
𝛽6 MWH + 𝜀........................................................................ (7) Keterangan: Y
=
Komposisi sampah rumah tangga (1 untuk organik dan 0 untuk anorganik) (kg/hari)
α
=
konstanta
β1.......β2
=
koefisien regresi
SKRJ
=
variabel dummy status pekerjaan (1 = pekerja aktif ; 0 = pekerja pasif )
27
U
=
variabel usia (tahun)
PDPT
=
variabel pendapatan (Rp)
SK ; SL
=
Variable berat sampah per hari kerja atau libur (kg/hari)
SDRN
=
variabel dummy komposisi sampah perumahan sederhana (1 = perumahan sederhana ; 0 = perkampungan)
MWH
=
variabel dummy komposisi sampah perumahan mewah (1 = perumahan mewah ; 0 = perkampungan)
ε
=
galat
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks metode analisis data No.
Metode Analisis Data
Tujuan
Jenis dan Sumber Data
1
Karakteristik Responden
Primer melalui wawancara (kuesioner) dan studi literatur. Data yang dibutuhkan yaki jenis kelamin, usia kepala keluarga, status pekerjaan kepala keluarga, pendidkan kepala keluarga, total penghuni setiap rumah, pendapatan rumah tangga, keikutsertaan jasa kebersihan.
Analisis deskriptif (kuantitatif berupa tabulasi dan kualitatif berupa narasi)
2
Mengetahui pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah yang dihasilkan serta peluang yang ditimbulkan oleh rumah tangga
Primer melalui observasi lapang. Data yang dibutuhkan yakni usia, pendpatan, berat sampah organik dan anorganik pada hari kerja, berat sampah organik dan anorganik pada hari libur, status pekerjaan kepala keluarga.
Regresi Logistik
3
Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
Primer melalui wawancara (kuesioner). Data yang dibutuhkan yakni produksi sampah rumah tangga per hari, jenis sampah yang dihasilkan, konsumsi harian, kebiasaan berbelanja bulanan dan harian, pengeluaran harian untuk konsumsi, cara mengelola sampah, pengelola sampah rumah tangga, muara pembuangan akhir sampah rumah tangga, tingkat pendidikan dan iuran kebersihan.
Analisis deskriptif (kuantitatif berupa tabulasi dan kualitatif berupa narasi)
4
Rekomendasi kebijakan yang tepat dalam upaya pengurangan produksi sampah rumah tangga
Primer dan sekunder melalui wawancara (kuesioner) dan literatur
Analisis deskriptif (analisis kualitatif mengacu pada hasil dari tujuan 1, 2, dan 3)
28
29
V.
5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kondisi Wilayah dan Lingkungan Lokasi Penelitian Kota Depok resmi menjadi wilayah administratif baru di Propinsi Jawa
Barat pada tahun 1999 atas dasar Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1999. Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’0’’ - 6° 28’00’’ Lintang Selatan dan 106° 43’00’’ - 106° 55’30’’ Bujur Timur. Depok diapit oleh tiga kota yakni Kota Tangerang Selatan di bagian utara, Kota Bekasi dan DKI Jakarta di bagian Timur serta Kota dan Kabupaten Bogor di bagian selatan dan Barat. Letak Kota Depok yang strategis ini menyebabkan banyaknya akses jaringan transportasi yang menghubungkan Depok dengan kota-kota lainnya. Selain letaknya yang strategis Kota Depok ini merupakan kota yang didominasi oleh pemukiman penduduk. Pengembangan kawasan perumahan terus dilakukan sehingga mengakibatkan arus migrasi penduduk semakin pesat (BPS Kota Depok, 2014). Wilayah administratif Kota Depok dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Sawangan, Bojongsari, Pancoran Mas, Cipayung, Sukmajaya, Cilodong, Cimanggis, Tapos, Beji, Limo dan Cinere. Kecamatan Sawangan menjadi lokasi penelitian pada penelitian ini. Kecamatan Sawangan memiliki 7 kelurahan yaitu Pasir Putih, Bedahan, Pengasinan, Cinangka, Sawangan, Sawangan Baru, dan Kedaung. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Sawangan Baru dan Kedaung (BPS Kota Depok, 2014). Kecamatan Sawangan memiliki luas wilayah mencapai 4.671,20 km2 dan luas area sekitar 2.928,93 Ha. Seluas 695 Ha atau sekitar 23,73% lahan digunakan untuk kawasan perumahan dan seluas 1.468,5 Ha atau sekitar 50,14% lahan digunakan untuk pekarangan, sawah dan ladang. Sisanya digunakan untuk kebutuhan lain seperti jalan, kuburan, industri dan lain sebagainya (BPS Kota Depok, 2014). Kecamatan Sawangan terdiri dari 7 kelurahan, 618 RT (Rukun Tetangga) dan 142 RW (Rukun Warga). Tujuh kelurahan yang ada di Kecamatan Sawangan yakni Pasir Putih, Bedahan, Pengasinan, Cinangka, Sawangan, Sawangan Baru dan Kedaung. Kecamatan ini berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan di
30
sebelah utara, Kecamatan Parung dan Kabupaten Bogor di sebelah selatan, Kecamatan Limo, Pancoran Mas dan Cipayung di sebelah timur dan Kecamatan Bojongsari untuk wilayah bagian barat (Bappeda Depok, 2013). Tercatat jumlah penduduk Kecamatan Sawangan pada tahun 2013 mencapai 139.473 jiwa. Menurut BPS Kota Depok 2013/2014 Kecamatan Sawangan merupakan kecamatan yang kepadatan penduduknya paling rendah yakni sebesar 5.385 jiwa/km2 lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Sukmajaya yakni sebesar 14.531 jiwa/km2. Kondisi kependudukan yang tidak begitu padat membuat kecamatan ini banyak dilirik sebagai kawasan hunian. Begitu banyak perumahan yang didirikan mulai dari perumahan sederhana sampai perumahan mewah. Hal inilah yang menjadi alasan pemilihan kawasan penelitian oleh peneliti. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sawangan sangatlah beragam yakni petani, wiraswasta, perajin/ industri kecil, buruh, pedagang, PNS, TNI/POLRI, pensiunan, dan lain-lain. Tercatat oleh Kecamatan Sawangan sampai bulan Januari 2014 jenis pekerjaan sebagai buruh menempati peringkat pertama yakni sebanyak 12.142 jiwa. Sedangkan TNI/POLRI menempati peringkat terkecil yakni sebanyak 200 jiwa (DDA, 2013/2014). Kondisi lingkungan Kecamatan Sawangan masih tergolong bersih dibandingkan dengan kecamatan lain di Depok. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kecamatan ini masih sangat banyak karena kepadatan penduduknya masih relatif rendah. Namun karena kepadatan penduduknya yang masih relatif rendah ini membuat infrastruktur di kecamatan ini sedikit terabaikan oleh pemerintah kota. Misalnya saja kurangnya penyediaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta akses untuk masuk ke pemukiman warga masih buruk seperti kondisi jalan dan kendaraan umumnya. Kecamatan ini memiliki Unit Pembuangan Sampah (UPS) sementara yakni UPS Bojongsari. UPS ini menampung sampah sementara dari dua kecamatan yakni Sawangan dan Bojongsari. Setiap harinya sebanyak 10-12 m3 sampah diangkut dari UPS Bojongsari menuju TPA Cipayung dengan menggunakan 4 unit truk sampah dari DKP Kota Depok.
31
5.2
Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sawangan Karakteristik umum sosial ekonomi masyarakat Sawangan didapatkan dari
penelitian terhadap 113 responden warga Sawangan yang dianggap mampu mewakili masyarakat Sawangan. Penelitian ini meliputi tiga klaster perumahan yakni perkampungan, sederhana, dan mewah. Karakteristik ini meliputi jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah penghuni dan pendapatan. Karakteristik ini tidak menjelaskan per klaster melainkan keseluruhan responden mewakili penduduk Kecamatan Sawangan. Karakteristik umum masyarakat Sawangan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik responden rumah tangga masyarakat Kecamatan Sawangan Karakteristik Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan TOTAL Usia (tahun) : ≤20 21-30 31-40 41-50 51-60 >60 TOTAL Status Pekerjaan : Kerja Tidak kerja TOTAL Pendidikan (tahun) : 1-6 7-9 10 - 12 13 - 16 17 - 19 TOTAL Jumlah penghuni (orang) : 1-3 4-6 ≥7 TOTAL Pendapatan (Rp) : < 2.500.000 2.500.000 - 5.000.000 5.000.001 - 7.500.000 7.500.001 - 10.000.000 10.000.001 - 12.500.000 12.500.001 - 15.000.000 > 15.000.000 TOTAL
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19 94 113
16,8 83,2 100
1 8 37 41 23 3 113
0,9 7,1 32,7 36,3 20,4 2,7 100
105 8 113
92,9 7,1 100
9 6 43 41 14 113
8 5,3 38,1 36,3 12,4 100
31 81 1 113
27,4 71,7 0,9 100
13 35 18 13 6 4 24 113
11,5 31 15,9 11,5 5,3 3,5 21,2 100
32
Karakteristik Jasa Angkut Sampah : Ikut Tidak ikut TOTAL Sumber: Pengolahan data primer
Jumlah (orang)
Persentase (%)
73 40 113
64,6 35,4 100
Sebanyak 113 responden yang telah diwawancarai dianggap mampu mewakili
masyarakat
Kecamatan
Sawangan.
Responden
yang
bersedia
diwawancarai didominasi oleh perempuan yakni sebanyak 94 dari 113 responden dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 19 orang. Hal ini karena waktu wawancara yang dilaksanakan pada siang hari ketika mayoritas kepala keluarga sedang melakukan kegiatan di luar rumah. Faktor penyebab yang lain adalah perempuan berperan penting lebih dalam mengelola rumah tangga. Variabel usia cukup beragam karena meliputi umur 20 – 60 tahun ke atas. Usia yang dimaksud adalah usia dari kepala keluarga responden. Usia 41-50 tahun merupakan range usia terbanyak yakni sebesar 36,3% atau sebanyak 41dari 113 orang. Sedangkan range usia paling sedikit diperoleh pada usia ≥ 20 tahun yakni sebesar 0,9%. Status pekerjaan yang dimiliki oleh responden didominasi oleh para pekerja aktif. Hanya ada 8 dari 113 responden yang tidak bekerja aktif meliputi pengangguran dan pensiunan. Jenis pekerjaan dari responden cukup beragam yaitu petani, wiraswasta, perajin/ industri kecil, buruh, pedagang, PNS, TNI/POLRI, pensiunan, dan lain-lain. Mayoritas usia kepala keluarga responden berada pada usia produktif yakni sekitar 20 – 55 tahun. Hal ini juga menyebabkan tingginya nilai persentase pekerja aktif pada variabel status pekerjaan yakni sebesar 92,9%. Status pendidikan masyarakat Sawangan didominasi oleh tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Mayoritas masyarakat ini mengenyam bangku pendidikan selama 10-12 tahun. Dilihat dari status pendidikan yang cukup tinggi Kecamatan Sawangan bukan merupakan kecamatan tertinggal. Jumlah penghuni dalam satu rumah menjelaskan tentang kepadatan penduduk yang terjadi di kecamatan ini. Menurut DDA 2013-2014, Kecamatan Sawangan merupakan salah satu kecamatan yang mengalami pertumbuhan penduduk lambat sehingga kepadatan penduduknya menempati urutan terakhir. Namun tercatat setiap tahunnya kecamatan ini selalu mengalami peningktan penduduk. Hal ini terbukti dari jumlah penghuni yang tinggal dalam satu rumah
33
sebanyak 4 – 6 orang. Jumlah ini mendominasi sebanyak 71,7% dari total responden. Mayoritas responden memiliki pendapatan di atas Upah Minimum Ratarata (UMR) Kota Depok yakni sebesar Rp 2.397.000,00
pada tahun 2014.
Responden yang memililki pendapatan di bawah UMR berasal dari klaster perkampungan yakni sebanyak 11,5% dari total responden. Pendapatan terbanyak adalah pendapatan dengan range 2.500.000 - 5.000.000 rupiah yaitu sebanyak 35 dari 113 responden. Responden dengan pendapatan tersebut berasal dari seluruh klaster perkampungan, sederhana dan mewah. Karakteristik terakhir yang dibahas yakni keikutsertaan
jasa angkut
sampah rumah tangga. Sebanyak 40 responden atau sekitar 35,4% dari total responden tidak menggunakan jasa angkut sampah. Angka ini didominasi oleh warga yang tinggal di perkampungan sisanya berasal dari perumahan sederhana. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan kawasan perumahan yang masih sangat minim. Perumahan mewah dan sederhana seluruhnya menggunakan jasa angkut sampah yakni sebanyak 64,6%. Kedua perumahan ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih jelas dibandingkan perkampungan. Pendapatan masyarakat dapat dijadikan alasan lain mengapa penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas sosial. UMR Kota Depok tahun 2014 yakni sebesar Rp 2.397.000,00 bisa dijadikan tolak ukur pendapatan masyarakat di atas atau di bawah UMR yang berlaku. Perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat apabila dibagi berdasarkan kelas sosialnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pendapatan masyarakat No. 1 2 3
Pendapatan (Rp) < 2.397.000 2.397.000 - 7.000.000 >7.000.000
Perumahan (%) Perkampungan BTN Real Estate 22,5 7,5 0 60 67,5 0 17,5 25 100
Sumber: Pengolahan data primer
5.3
Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Komposisi Sampah Rumah Tangga Pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah rumah tangga di
Kecamatan Sawangan selanjutnya dapat dilihat dari hasil perhitungan logistik.
34
Sosial ekonomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kondisi rumah tangga berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan lokasi tempat tinggalnya. Sosial ekonomi masyarakat pada penelitian ini dititikberatkan pada keempat elemen di atas. Sesuai dengan hasil observasi di lapangan ternyata pola expenditure atau pengeluaran rumah tangga berbeda-beda tergantung pada pendapatan yang didapatkan setiap bulannya. Rumah tangga dengan pendapatan di atas Rp 10.000.000,00 mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan mewah. Mereka cenderung lebih senang mengonsumsi makanan-makanan cepat saji atau makanan kemasan. Hal ini mengakibatkan timbulan sampah anorganik seperti plastik, botol kaca dan kaleng lebih banyak dibandingkan dengan sampah organiknya. Keadaan sebaliknya terjadi pada rumah tangga dengan pendapatan di bawah Rp 7.500.000,00, mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan perkampungan. Pada dua jenis perumahan ini rumah tangganya cenderung lebih senang memasak sendiri di rumah dibandingkan harus membeli makanan cepat saji, sehingga sampah yang dihasilkan akan lebih banyak jenis sampah organik. Data dapat dilihat pada Tabel 16. Berat sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya juga beragam. Pada penelitian ini tidak dipisahkan secara spesifik jenis sampahnya. Artinya sampah dicampur berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik saja, bukan dipisahkan lagi seperti sampah sisa makanan, sisa memasak, plastik, kaleng, beling, kertas dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan berat sampah organik akan dipengaruhi dengan kadar air di dalam sampah itu sendiri. Kondisi lain terjadi pada berat sampah anorganik. Berat sampah anorganik yang ada juga dipengaruhi dengan jenis sampahnya misalnya plastik dan botol minuman kaca. Botol minuman kaca jelas akan mendominasi berat sampah anorganik karena komponennya lebih berat dari sampah plastik. Jadi sedikit saja jenis sampah anorganik yang dihasilkan maka tetap akan terasa berat disebabkan oleh komponen sampahnya. Model yang disajikan akan dibagi menjadi dua yakni model untuk hari kerja serta model untuk hari libur. Penyajian dalam bentuk dua model logistik ini sebab produksi sampah rumah tangga ketika hari kerja dan hari libur dianggap berbeda.
35
Dugaannya adalah bahwa produksi sampah di hari libur akan lebih banyak dibandingkan hari kerja karena penghuni rumah akan lebih banyak melakukan kegiatan di rumah sehingga akan timbul eksternalitas negatif berupa sampah. Hari kerja yang dimaksud adalah hari Senin – Jumat, sedangkan hari libur yang dimaksud adalah hari Sabtu dan Minggu bukan hari libur di musim liburan seperti libur lebaran atau natal dan tahun baru. Komposisi sampah rumah tangga sebagai variabel dependent yakni Y untuk model hari kerja dan Y2 untuk model hari libur. Variabel indenpendent-nya antara lain usia, pendapatan, status pekerjaan, jumlah sampah, jumlah sampah hari kerja dan libur, klaster perumahan sederhana (dummy), serta klaster perumahan mewah (dummy). Dalam model ini, data Y1 dan Y2 yang dimaksud adalah dominansi rumah tangga dalam memproduksi sampah apakah lebih banyak sampah organik atau anorganik. Apabila sampah yang dihasilkan lebih banyak sampah organik maka dikategorikan 1 dan apabila sampah yang dihasilkan lebih banyak anorganik dikategorikan 0. Selanjutnya data tersebut akan dimasukkan ke dalam model. Tempat tinggal klaster perkampungan sebagai indikator perhitungan pada variabel perumahan. Perkampungan dipilih karena memiliki perbandingan yang ekstrem pada variabel pendapatan sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan jelas.
5.3.1 Hasil dan Pembahasan Perhitungan Logistik Hari Kerja Pengolahan data primer menggunakan metode analisis regresi logistik dengan bantuan software SPSS 14. Data didapatkan dari hasil survei terhadap 113 rumah tangga yang terdiri dari tiga klaster berbeda di Kecamatan Sawangan. Hasil pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent dan variabel independent pada hari kerja dari model ini dapat disajikan dalam Tabel 6.
36
Tabel 6 Hasil perhitungan model hari kerja binary logistic dengan menggunakan SPSS 14 B
S.E.
Wald
Constant 4,441 2,193 4,099 Usia -0,043 0,030 2,061 Pendapatan -0,015 0,004 11,827 Sampah_kerja 2,544 0,778 10,704 Status_kerja(1) -1,921 1,319 2,120 Perkampungan 3,516 Sederhana(1) -1,176 0,667 3,105 Rumah_mewah(2) -0,181 0,994 0,033 Sumber : Pengolahan data primer Keterangan :*) Signifikan pada taraf nyata 5% **) Signifikan pada taraf nyata 10% ***) Signifikan pada taraf nyata 15%
df 1 1 1 1 1 2 1 1
Sig.
Exp(B)
0,043 0,151 0,001* 0,001* 0,145*** 0,172 0,078** 0,856
84,830 0,958 0,985 12,731 0,146 0,309 0,834
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka didapatkan model persamaan regresi logistik sebagai berikut 𝐿𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑌1 = 4,441 − 0,043 𝑈 − 0,015 𝑃𝐷𝑃𝑇 + 2,544 𝑆𝐾 −1,921 𝑆𝐾𝑅𝐽 − 1,176 𝑆𝐷𝑅𝑁 − 0,181 𝑀𝑊𝐻...........................(8)
a.
Uji signifikansi model hari kerja Model regresi logistik tersebut diatas setelah diuji dengan uji G dan uji
Wald telah memenuhi syarat materi uji, sehingga dapat dikatakan ketepatan model sudah sangat baik. Uji G merupakan uji yang digunakan untuk melihat keseluruhan model. Menurut Hosmer (2002) uji G merupakan uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) untuk peranan variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diperoleh Log-likelihood sebesar 95,660. Log-likelihood menggambarkan uji statistik untuk hipotesis nol bahwa semua koefisien sama dengan nol, dengan hipotesis alternatif semua koefisien tidak sama dengan nol. Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Hasil dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7 Uji model summary hari kerja Model Summary
Step
-2 Log
Cox & Snell
Nagelkerke R
likelihood
R Square
Square
1
95,660(a)
0,342
0,476
a Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than 0,001.
Dari hasil analisis pada Tabel 7 juga didapat nilai Cox and Snell R Square sebesar 0,342 dan Nagelkerke R Square sebesar 0.476. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox and Snell R Square menunjukkan kemampuan keenam variabel bebas dalam menjelaskan perubahan komposisi sampah organik dan anorganik rumah tangga Kecamatan Sawangan sebesar 47,6%. Tabel 8 Uji omnimbus terhadap koefisien model hari kerja Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 47,250 47,250 47,250
df 6 6 6
Sig. 0,000 0,000 0,000
Nilai signifikansi pada Omnimbus test sebesar 0,000 dapat dilihat pada Tabel 8. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 15% (0,000 < 0,15), artinya variabel bebas yang digunakan berpengaruh terhadap komposisi sampah rumah tangga Kecamatan Sawangan. Tabel 9 Uji hosmer and lemeshow hari kerja Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 8,949
df
Sig. 8
0,347
Berdasarkan Tabel 9 nilai signifikansi pada Hosmer and Lemeshow Test yang diperoleh adalah sebesar 0,510. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 15% (0,510>0,15), artinya model yang dibuat telah memenuhi goodness of fit model atau dengan kata lain model dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan. Selain itu nilai persentase dari seluruh model dapat dilihat pada Tabel 10.
38
Tabel 10 Nilai persentase keseluruhan model hari kerja Classification Table (a) Observed
Predicted Dummy SAMPAH H
Step 1
Dummy SAMPAH H
anorganik organik
anorganik 24 6
Percentage Correct
organik 13 70
Overall Percentage
64,9 92,1 83,2
Nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 83,2%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dari 113 data yang ada terdapat 94 data yang tepat pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik. Rincian hasil regresi logistik dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji berikutnya adalah uji Wald, yakni uji yang digunakan untuk melihat signifikansi tiap-tiap parameter. Berdasarkan hasil perhitungan regresi logistik dapat dilihat bahwa terdapat 4 variabel yang signifikan dengan taraf nyata sebesar 15%. Variabel status kerja, pendapatan, sampah kerja, dan perumahan sederhana berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga (variabel dependent). Terdapat dua variabel penduga yang tidak signifikan terhadap timbulan sampah organik dan anorganik. Hasil dapat dilihat pada Tabel 6. b.
Hasil analisis model hari kerja Variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai tersebut
berarti bahwa pendapatan berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 5% (0,001<0,05). Koefisien hasil yang diperoleh -0,015 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 0,985. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,00 , maka peluang rumah tangga untuk menghasilkan sampah organik lebih kecil dibandingkan dengan sampah anorganik atau dengan kata lain ketika pendapatan rumah tangga meningkat sebesar Rp 100.000,00 maka peluang membuang sampah anorganik lebih tinggi 0,985 kali dibandingkan membuang sampah organik. Kenaikan atau penurunan sebesar pembagian nominal rupiah pada proses pengolahan data.
Rp 100.000,00 akibat
39
Variabel jumlah sampah hari kerja memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai tersebut berarti bahwa jumlah sampah pada hari kerja berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 5% (0,001<0,05). Koefisien hasil yang diperoleh 2,544 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 12,731. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan jumlah berat sampah pada hari kerja, maka peluang rumah tangga untuk menghasilkan sampah organik lebih besar 12,731 kali dibandingkan sampah anorganik. Dalam artian lain rumah tangga yang membuang lebih banyak sampah di hari kerja memiliki peluang lebih besar untuk membuang sampah organik dibandingkan sampah anorganik. Variabel status pekerjaan merupakan variabel dummy yang menyatakan 0 = pekerja pasif (pensiunan, pengangguran atau bekerja di rumah) dan 1 = pekerja aktif. Variabel status pekerjaan ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0,145. Nilai tersebut berarti bahwa status pekerjaan masyarakat Sawangan berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga pada taraf nyata 15% (0,145<0,15). Koefisien hasil yang diperoleh -1,921 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 0,146. Hal ini berarti apabila status pekerjaan kepala keluarga suatu rumah tangga adalah pekerja aktif maka peluang untuk membuang sampah organik sebesar 0,146 kali lebih kecil dibandingkan sampah anorganik. Rumah tangga dengan kepala keluarga berstatus sebagai pekerja aktif menghasilkan lebih banyak sampah anorganik dibandingkan pekerja pasif di hari kerja. Sebaliknya rumah tangga dengan kepala keluarga berstatus sebagai pekerja pasif cenderung lebih banyak membuang sampah organik dibandingkan pekerja aktif di hari kerja. Semakin sering seseorang berdiam diri di rumah maka sampah organik yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak memilih untuk masak sendiri dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dibandingkan membeli, sehingga produksi sampah organiknya akan lebih banyak. Variabel
perumahan
sederhana
merupakan
variabel
dummy
yang
menyatakan 0 = komposisi sampah perkampungan dan 1 = komposisi sampah perumahan sederhana. Variabel perumahan sederhana memiliki nilai signifikansi sebesar 0,078. Nilai tersebut berarti bahwa komposisi sampah perumahan sederhana berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah
40
tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 10% (0,078<0,10). Koefisien hasil yang diperoleh -1,176 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 0,309. Hal ini berarti tempat tinggal perumahan sederhana memiliki peluang membuang sampah organik di hari kerja sebesar 0,309 kali lebih kecil dibandingkan sampah anorganik. Tempat tinggal perumahan sederhana cenderung lebih banyak membuang sampah anorganik dibandingkan dengan tempat tinggal perkampungan di hari kerja. Sebaliknya tempat tinggal perkampungan cenderung lebih banyak membuang sampah organik dibandingkan dengan
tempat tinggal perumahan
sederhana di hari kerja. Hasil pengolahan data di atas menunjukkan ada dua variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap timbulan sampah organik dan anorganik rumah tangga yakni variabel usia danperumahan mewah. Variabel usia memiliki nilai signifikansi sebesar 0,151. Nilai tersebut berarti bahwa usia tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 15% (0,151>0,15). Hal ini disebabkan karena usia pada responden yang diwawancarai cenderung homogen, sehingga banyak terjadi kesamaan pada data yang diolah. Variabel perumahan mewah memiliki nilai signifikansi sebesar 0,856. Artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 15% (0,856>0,15). Hal ini karena tidak adanya perbedaan yang mencolok antara perumahan mewah dan perkampungan atau data yang diambil cenderung homogen. Hasil perhitungan secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.3.2 Hasil Perhitungan Logistik Hari Libur Setelah dilakukan pengolahan data pada hari kerja maka selanjutnya dilakukan pengolahan data hari libur menggunakan metode yang sama dengan bantuan software SPSS 14. Hasil pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent dan variabel independent pada hari libur dari model ini dapat disajikan dalam Tabel 11.
41
Tabel 11 Hasil perhitungan model hari libur binary logistic dengan menggunakan SPSS 14
Constant Usia Pendapatan Sampah_libur Status_kerja(1) Perkampungan Sederhana(1) Rumah_mewah(2)
B 1,710 -0,013 -0,007 1,555 -0,255
S.E. 2,007 0,029 0,004 0,513 1,184
-2,224 -2,511
0,632 0,966
Wald 0,726 0,214 3,904 9,202 0,046 13,279 12,368 6,756
df 1 1 1 1 1 2 1 1
Sig. 0,394 0,643 0,048* 0,002* 0,829 0,001 0,000* 0,009*
Exp(B) 5,527 0,987 0,993 4,737 0,775 0,108 0,081
Sumber : Pengolahan data primer Keterangan : *) Signifikan pada taraf nyata 5% **) Signifikan pada taraf nyata 10% ***) Signifikan pada taraf nyata 15%
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka didapatkan model persamaan regresi logistik sebagai berikut 𝐿𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑌2 = 1,710 − 0,013 𝑈 − 0,007 𝑃𝐷𝑃𝑇 + 1,555 𝑆𝐿 − 0,255 𝑆𝐾𝑅𝐽 − 2,224 𝑆𝐷𝑅𝑁 − 2,511 𝑀𝑊𝐻................(9)
a.
Uji signifikansi model hari libur Model regresi logistik tersebut setelah diuji dengan uji G dan uji Wald telah
memenuhi syarat materi uji, sehingga dapat dikatakan ketepatan model sudah sangat baik. Uji G merupakan uji yang digunakan untuk melihat keseluruhan model. Menurut Hosmer (2002) uji G merupakan uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) untuk peranan variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diperoleh Log-likelihood sebesar 106,809. Log-likelihood menggambarkan uji statistik untuk hipotesis nol bahwa semua koefisien sama dengan nol, dengan hipotesis alternatif semua koefisien tidak sama dengan nol. Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Hasil dapat dilihat pada Tabel 12.
42
Tabel 12 Uji model summary hari libur Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
106,809(a)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
0,342
0,459
a Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Dari hasil analisis pada Tabel 12 juga didapat nilai Cox and Snell R Square sebesar 0,342 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,459. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox and Snell R Square menunjukkan kemampuan keenam variabel bebas dalam menjelaskan perubahan komposisi sampah organik dan anorganik rumah tangga Kecamatan Sawangan sebesar 45,9%. Tabel 13 Uji omnimbus terhadap koefisien model hari libur Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 47,275 47,275 47,275
df
Sig. 0,000 0,000 0,000
6 6 6
Tabel 13 menjelaskan nilai signifikansi pada Omnimbus test sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu
15%
(0,000<0,15), artinya variabel bebas yang digunakan berpengaruh terhadap komposisi sampah rumah tangga Kecamatan Sawangan. Tabel 14 Uji hosmer and lemeshow model hari libur Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 8,949
df
Sig. 8
0,347
Berdasarkan Tabel 14 nilai signifikansi pada Hosmer and Lemeshow Test yang diperoleh adalah sebesar 0,347. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 15% (0,347>0,15), artinya model yang dibuat telah memenuhi goodness of fit model atau dengan kata lain model dapat diterima dan
43
pengujian hipotesis dapat dilakukan.Selain itu nilai persentase dari seluruh model dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai persentase keseluruhan model hari libur Classification Table(a) Observed
Predicted Dummy SAMPAH L
Step 1
Dummy SAMPAH L
anorganik organik
anorganik 33 12
Percentage Correct
organik 15 53
Overall Percentage a The cut value is 0.500
68,8 81,5 76,1
Nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 76,1%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dari 113 data yang ada terdapat 86 data yang tepat pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik. Rincian hasil regresi logistik dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji berikutnya adalah uji Wald, yakni uji yang digunakan untuk melihat signifikansi tiap-tiap parameter. Berdasarkan hasil perhitungan regresi logistik dapat dilihat bahwa terdapat empat variabel yang signifikan dengan taraf nyata sebesar 15%. Variabel pendapatan, sampah libur, perumahan sederhana dan perumahan mewah berpengaruh nyata terhadap timbulan sampah organik dan anorganik (variabel dependent). Terdapat dua variabel penduga yang tidak signifikan terhadap peubahan komposisi sampah rumah yakni variabel status kerja dan usia. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 11. b.
Hasil analisis model hari libur Variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,048. Nilai
tersebut berarti bahwa pendapatan berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 15% (0,048<0,15). Koefisien hasil yang diperoleh
-0,007 dan odds ratio yang
diperoleh sebesar 0,993. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,00, maka peluang rumah tangga untuk menghasilkan sampah organik di hari libur lebih kecil dibandingkan dengan sampah anorganik atau dengan kata lain ketika pendapatan rumah tangga meningkat sebesar Rp 100.000,00 maka peluang membuang sampah anorganik
44
lebih tinggi 0,993 kali dibandingkan membuang sampah organik. Kenaikan atau penurunan sebesar Rp 100.000,00 akibat pembagian nominal rupiah pada proses pengolahan data. Variabel jumlah sampah hari libur memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai tersebut berarti bahwa jumlah sampah pada hari liburberpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 5% (0,002<0,05). Koefisien hasil yang diperoleh 1,555 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 4,737. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan jumlah berat sampah pada hari libur, maka peluang rumah tangga untuk menghasilkan sampah organik lebih besar 4,737 kali dibandingkan sampah anorganik. Dalam artian lain rumah tangga yang membuang lebih banyak sampah di hari libur memiliki peluang lebih besar untuk membuang sampah organik dibandingkan sampah anorganik. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan variabel jumlah sampah hari kerja pada model sebelumnya. Kedua variabel pada dua model yang berbeda ini memiliki perbedaan pada peluang rumah tangga membuang sampah namun keduanya sama-sama mempengaruhi perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan. Variabel perumahan sederhana merupakan variabel dummy yang menyatakan 0 = komposisi sampah perkampungan dan 1 = komposisi sampah perumahan sederhana. Variabel perumahan sederhana memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut berarti bahwa komposisi sampah perumahan sederhana berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 5% (0,000<0,05). Koefisien hasil yang diperoleh -2,224 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 0,108. Hal ini berarti tempat tinggal perumahan sederhana memiliki peluang membuang sampah organik pada hari libur sebesar 0,108 kali lebih kecil dibandingkan sampah anorganik. Tempat tinggal perumahan sederhana cenderung lebih banyak membuang sampah anorganik dibandingkan tempat tinggal perkampungan di hari libur. Sebaliknya tempat tinggal perkampungan cenderung lebih banyak membuang sampah organik dibandingkan dengan sederhana di hari libur.
tempat tinggal perumahan
45
Variabel perumahan mewah merupakan variabel dummy yang menyatakan 0 = komposisi sampah perkampungan dan 1 = komposisi sampah perumahan mewah. Variabel perumahan mewah memiliki nilai signifikansi sebesar 0,009. Nilai tersebut berarti bahwa komposisi sampah perumahan mewah berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 5% (0,009<0,05). Koefisien hasil yang diperoleh bertanda -2,511 dan odds ratio yang diperoleh sebesar 0,081. Hal ini berarti tempat tinggal perumahan mewah memiliki peluang membuang sampah organik pada hari libur sebesar 0,081 kali lebih kecil dibandingkan sampah anorganik. Tempat tinggal perumahan mewah cenderung lebih banyak membuang sampah anorganik dibandingkan tempat tinggal perkampungan di hari libur. Sebaliknya bahwa tempat tinggal perkampungan cenderung lebih banyak membuang sampah organik dibandingkan dengan tempat tinggal perumahan mewah di hari libur. Hasil pengolahan data di atas menunjukkan ada dua variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap timbulan sampah organik dan anorganik rumah tangga yakni variabel status pekerjaan dan usia. Variabel status pekerjaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,829. Artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 15% (0,829>0,15). Hal ini disebabkan karena pada hari libur para pekerja aktif akan tinggal di rumah seharian sehingga diasumsikan mereka akan menambah jumlah sampah rumah tangga pada hari libur. Selain itu beberapa di antara responden lebih memilih berkegiatan di luar rumah ketika hari libur sehingga timbulan sampah yang dihasilkan akan berkurang. Variabel usia memiliki nilai signifikansi sebesar 0,643. Nilai tersebut berarti bahwa usia
tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan komposisi sampah
rumah tangga yang dihasilkan pada taraf nyata 15% (0,643>0,15). Hal ini disebabkan karena usia pada responden yang diwawancarai cenderung homogen, sehingga banyak terjadi kesamaan pada data. Hasil perhitungan secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Dugaan awal bahwa produksi sampah pada hari libur lebih banyak dibandingkan produksi sampah pada hari kerja ternyata terbantahkan apabila dilihat dari model logit Y1 dan Y2. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6
46
dan 11. Koefisien dan odds ratio produksi sampah hari libur ternyata lebih kecil dibandingkan dengan produksi sampah hari kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas keluarga yang tinggal di perumahan mewah dan sederhana memanfaatkan waktu libur mereka untuk berkegiatan di luar rumah bersama seluruh anggota keluarga sehingga produksi sampahnya lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
5.4
Perilaku Rumah Tangga Perilaku rumah tangga masyarakat Kecamatan Sawangan akan dijelaskan
sesuai
dengan
kelompok
masing-masing.
Perbedaan
kelompok
tersebut
berdasarkan kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi masyarakat. Perbedaan ini juga mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan dan pola konsumsi masyarakat dalam mengelola rumah tangga, karena pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan sosial ekonomi. Berdasarkan status ekonominya, masyarakat dibagi menjadi 3 kelas yakni atas, menengah dan bawah. Perumahan real estate mewakili kelas atas, sederhana mewakili kelas
menengah dan perkampungan mewakili kelas bawah.
Berdasarkan hasil observasi lapang maka dapat dilihat beberapa perbedaan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, timbulan sampah serta jenis sampah yang dihasilkan. Tabel 16 merupakan hasil penelitian terhadap 3 kelompok perumahan. Tabel 16 Perilaku masyarakat Sawangan berdasarkan klaster perumahan No 1 2
3
4
5
6
Perilaku Produksi sampah (kg/hari) Jenis sampah (%) a. Organik b. Anorganik Konsumsi harian (%) a. Beli b. Masak c. Kombinasi Kebiasaan berbelanja bulanan(%) a. Pasar/ agen b. Minimarket/supermarket c. Hypermarket Kebiasaan berbelanja harian (%) a. Pasar b. Warung/ tukang sayur c. Minimarket/ supermarket Pengeluaran konsumsi harian (Rp)
Perkampungan 0,96
Sederhana 1,19
Real estate 1,23
63,34 36,66
57,71 42,29
44,81 55,19
5 87,5 7,5
5 72,5 22,5
18,18 39,39 42,42
37,5 55 7,5
20 62,5 17,5
0 42,42 57,58
7,5 92,5 0 36.750
7,5 77,5 15 45.875
15,15 42,42 42,42 175.757
47
No 7
Perilaku Cara mengelola sampah (%) a. Dipisah b. Tidak dipisah 8 Muara sampah rumah tangga(%) a. Sungai b. Lahan Kosong c. Angkut truk d. Bakar 9 Tingkat pendidikan (%) a. SD b. SMP c. SLTA d. Perguruan Tinggi 10 Pengelola sampah rumah tangga a. Ibu rumah tangga b. Asisten rumah tangga c. Lainnya(anggota keluarga) 11 Iuran sampah (Rp) Sumber : Pengolahan data primer
Perkampungan
Sederhana
Real estate
60 40
25 75
21,21 78,79
7,5 80 0 12,5
0 0 100 0
0 0 100 0
22,5 12,5 55 10
0 2,5 45 52,5
0 0 9,09 90,91
28 3 9 8.000
20 16 4 15.000
3 30 0 12.500-17.500
Data produksi sampah harian didapatkan dari rata-rata berat sampah rumah tangga setiap harinya. Semakin tinggi tingkat ekonominya maka sampah yang ditimbulkan juga semakin besar. Produksi sampah yang dihasilkan merupakan jumlah berat dari sampah organik dan anorganik rumah tangga. Perumahan real estate memproduksi sampah seberat 1,23 kg/hari. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan perumahan sederhana dan perkampungan yakni masingmasing 1,19 kg/hari dan 0,96 kg/hari. Produksi sampah perumahan real estate didominasi oleh sampah anorganik yakni sebesar
55,19% dibandingkan sampah organik yakni sebesar 44,81%.
Sampah anorganik yang dihasilkan meliputi plastik, kertas, kardus, botol kaca dan kaleng. Berbeda dengan perumahan sederana yang produksi sampah anorganiknya didominasi oleh plastik dan kertas yakni sebesar 42,29%. Jumlah ini juga tidak jauh berbeda dengan perumahan perkampungan yakni sebesar 36,66% dengan komposisi sampah anorganik yang sama. Sampah organik mendominasi perumahan sederhana dan perkampungan. Kedua perumahan ini masing-masing menghasilkan 57,71% dan 63,34%. Sampah organik yang dihasilkan kebanyakan berasal dari sampah dapur. Perilaku pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari masyarakat Sawangan sangat beragam mulai dari memasak makanan sendiri, membeli makanan jadi ataupun kombinasi dari keduanya. Perumahan perkampungan dan sederhana masyarakat lebih sering memasak sendiri di rumah, selain lebih hemat mereka
48
menganggap
memasak
sendiri
akan
membuat
makanan
lebih
higienis
dibandingkan membeli diluar. Pada Tabel 16 juga dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat perumahan real estate dalam memenuhi kebutuhan konsumsi hariannya adalah dengan memasak dan membeli makanan di luar (kombinasi). Berdasarkan penelitian langsung diketahui bahwa pola mereka adalah masak di pagi hari dan membeli makan untuk siang dan malam hari. Hal ini karena mereka lebih banyak beraktivitas di luar rumah dan hanya sedikit orang yang tinggal di rumah. Kebiasaan berbelanja bulanan masyarakat Sawangan juga beragam. Sebenarnya tidak semua rumah tangga di kecamatan ini mempunyai kebiasaan untuk berbelanja bulanan, namun pada data yang didapatkan ternyata angka mereka lebih sedikit dibandingkan rumah tangga yang biasa berbelanja bulanan. Akibatnya jumlah mereka tidak dihitung atau diabaikan. Masyarakat real estate sebanyak 57,58% lebih menyukai berbelanja di hypermarket dibandingkan dengan pasar atau minimarket/supermarket. Sebanyak 62,5% dari masyarakat yang bertempat tinggal di perumahan sederhana lebih sering berbelanja bulanan di minimarket/supermarket. Hal yang sama juga terjadi pada perkampungan, sebanyak 55% dari warga perkampungan lebih memilih berbelanja bulanan di minimarket/supermarket. Mereka lebih mengutamakan faktor kelengkapan dan kenyamanan dalam berbelanja dibandingkan harus berbelanja ke pasar tradisional yang becek atau agen sembako yang kadang kurang lengkap. Kebiasaan
berbelanja
harian/mingguan
berbeda
dengan
kebiasaan
berbelanja bulanan. Apabila tempat berbelanja bulanan yang dipilih berdasarkan kenyamanan dan kebersihan maka pemilihan tempat berbelanja harian/mingguan tergantung pada harga bahan makanan serta kualitasnya. Sebab bahan makanan yang digunakan adalah bahan makanan organik seperti sayur, buah-buahan, ikan, daging, ayam dan telur. Berdasarkan pertimbangan inilah mayoritas masyarakat Sawangan dari seluruh kelompok perumahan memilih warung/tukang sayur sebagai
tempat
berbelanja
untuk
kebutuhan
harian/mingguan.
Jumlah
persentasenya dapat dilihat pada Tabel 16 poin 5 a, b dan c. Hubungan tempat berbelanja dengan perilaku mengelola sampah yakni semakin modern tempat
49
berbelanja yang dipilih maka akan mempengaruhi jenis sampah yang dihasilkan rumah tangga. Pengeluaran harian rumah tangga merupakan variabel
lain
yang
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Semakin banyak rupiah yang dikeluarkan untuk konsumsi maka asumsinya adalah rumah tangga tersebut akan menghasilkan lebih banyak sampah. Pengeluaran harian sendiri didapatkan dari kebutuhan konsumsi setiap harinya ari masing-masing rumah tangga. Apabila dilihat poin 6 dengan poin 1 maka asumsi diatas terbukti karena pengeluaran harian masyarakat real estate > sederhana > perkampungan. Sama dengan poin 1 yakni produksi sampah perkampungan < sederhana < real estate. Selanjutnya masyarakat diberikan pertanyaan tentang cara mengelola sampah rumah tangga. Sebagian sudah memisahkan antara sampah organik dan anorganik dan sebagian lagi belum. Sebanyak 60% dari penduduk yang tinggal diperumahan perkampungan membiasakan diri untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini karena di lokasi penelitian yang dipilih terdapat bank sampah. Sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk memilah sampah yang nantinya akan dijual dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam tabungan masyarakat. Kondisi ini justru berbeda dengan penduduk yang tinggal di perumahan sederhana dan real estate. Sangat sedikit di antara mereka yang mau memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Variabel selanjutnya yang dibahas adalah bagian terpenting dari perilaku masyarakat terhadap sampah yakni muara pembuangan sampah. Dugaan sebelum dilakukan penelitian adalah muara pembuangan sampah itu semuaya diangkut oleh truk sampah yang nantinya akan dibawa ke UPS atau TPA. Kondisi yang terjadi di lapang nyatanya tidak seperti itu. Masih banyak rumah tangga yang sampahnya tidak terangkut ke TPA. Hal ini terkendala biaya dan akses yang cukup sulit. Sebanyak 100% sampah rumah tangga warga perumahan real esate diangkut oleh truk kebersihan dari DKP setiap dua hari sekali. Hal ini sama dengan yang terjadi di perumahan sederhana, bedanya adalah sistem pengambilan sampah di sini dikumpulkan terlebih dahulu di TPS setempat untuk nanti diangkut oleh truk DKP setiap satu minggu sekali. Kondisi yang berbeda terjadi di
50
perumahan perkampungan yakni sebanyak 80% warganya membuang sampah di lahan kosong milik salah satu warga atau milik bersama dan ditumpuk begitu saja tanpa ada pengangkutan sampah ke TPA. Sesekali ada dari warga yang sengaja membakar sampah untuk mengurangi volume sampah di lahan kosong tersebut. Bahkan beberapa dari warga masih ada yang membuang sampah ke sungai atau membakar sampahnya sendiri. Data dapat dilihat pada Tabel 15 poin 8. Selain itu faktor iuran kebersihan juga menjadi beban warga dalam pengelolaan sampah yang baik. Biaya jasa angkut sampah oleh truk sampah DKP adalah sekitar Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00 untuk setiap rumah sesuai dengan luas rumah dan lahan. Sedangkan di perkampungan iuran kebersihan digunakan untuk membayar sewa lahan/bulan yang dijadikan tempat sampah. Apabila dihitung secara keseluruhan maka masyarakat yang menggunakan jasa pengangkutan sampah oleh DKP Kota Depok adalah sebanyak 63,7% dari total responden sedangkan sisanya tidak. Tingkat pendidikan ternyata tidak berpengaruh pada perilaku masyarakat terhadap pengolahan sampah rumah tangga. Warga perkampugan yang mayoritas lulusan SD (22,5%) justru memilah sampah lebih banyak dibandingkan warga real estate. Warga real estate yang mayoritas warganya lulusan perguruan tinggi (90,91%) tidak memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenisnya. Kebanyakan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengerti bahwa sampah itu harusnya dipilah sesuai jenisnya, namun eksekusi pengelolaan sampahnya bukan oleh penghuni rumah. Beberapa rumah tangga pengelolaan sampahnya diberikan pada asisten rumah tangga yang mayoritas tingkat pendidikannya rendah. Selain itu warga perkampungan yang mayoritas lulusan SD justru memilah sampah lebih banyak. Hal ini karena di perumahan perkampungan terdapat kegiatan sosial masyarakat yakni bank sampah. Seperti yng sudah dijelaskan di atas, bank sampah ini mendorong kemauan masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga. Iuran kebersihan atau retribusi persampahan ini memunculkan efek kobra. Efek kobra merupakan istilah untuk efek insentif yang memberikan dampak buruk. Efek kobra ini dikhawatirkan muncul dengan retribusi sampah tersebut.
51
Perumahan perkampungan iuran sampahnya yakni sebesar Rp 8.000,00, perumahan sederhana sebesar Rp 15.000,00 dan perumahan mewah Rp 12.500,00 – Rp 17.500,00. Akibat dari retribusi sampah yang cenderung tinggi membuat perumahan real estate membuang sampah lebih banyak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat Sawangan terhadap pengelolaan sampah rumah tangga ini sebenarnya sudah baik tetapi masih kurang karena masih banyak TPS liar yang tersebar diseluruh kawasan pemukiman warga. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah di sembarang tempat. Sistem pengelolaan sampah belum bisa dilakukan secara benar di ketiga kelompok perumahan. Ternyata tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini karna pengelola sampah bukanlah penghuni rumah melainkan asisten rumh tangga. 5.5
Rekomendasi Kebijakan Sistem pengelolaan sampah yang baik tidak bisa terlepas dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan laju pertumbuhan penduduk, tingkat sosial ekonomi penduduk, dan teknologi yang berkembang begitu cepat. Pengelolaan sampah yang baik diperlukan untuk menghindari atau mencegah timbulnya penyakit serta tidak merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang meliputi semua aspek yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga bahwa sampah rumah tangga seharusnya memang sudah dipilah sesuai dengan jenisnya agar kegiatan pengelolaan sampah selanjutnya mudah. Peraturan pemerintah ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-undang No. 18 Tahun 2008
tentang
pengelolaan
sampah
memperkuat
landasan
hukum
bagi
penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia. Pemerintah sudah mengatur sedemikian rupa segala kegiatan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir guna melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, menekan terjadinya kecelakaan dan bencana yang terkait dengan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, serta mendukung pembangunan
52
ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini yang menjadi dasar dari pengelolaan sampah mandiri di setiap daerah. Kota Depok sendiri sudah memiliki peraturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan retribusi sampah yang dibebankan kepada tiap-tiap tempat yang memproduksi sampah. Peraturan tersebut tercantum pada Perda Kota Depok No 05 tahun 2012 tentang retribrusi pelayanan persampahan/ kebersihan. Dalam Perda ini sudah dijelaskan bahwa semua tempat yang berpotensi menghasilkan sampah seperti perumahan dan fasilitas umum lainnya akan dikenakan biaya retribusi sampah untuk pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah. Perumahan biasa dan perumahan real estate dibedakan pembayarannya. Pada perumahan real estate pembayarannya lebih mahal karena dianggap pendapatanya lebih tinggi sehingga retrbusi ini akan di subsidi silang untuk biaya teknologi yakni alat pengolahan sampah terpadu di TPA Kota Depok. Sebenarnya pemerintah Kota Depok sudah memberikan berbagai macam insentif untuk masyarakat berupa pelayanan barang dan jasa berupa pemberian truk sampah kecil dan jasa pengangkutan sampah ke perumahan. Namun sayang kenyataannya hanya mereka yang membayar retribusilah yang akan diberikan pelayanan tersebut. Masih sangat banyak perumahan yang tidak menggunakan jasa pelayanan ini sehingga sampah yang menumpuk akan menimbulkan pecemaran udara, air dan tanah karena sampah tidak diproses secara benar. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah juga dijadikan sebagai acuan pembuatan rekomendasi kebijakan di Kecamatan Sawangan ini. Ternyata dari hasil penelitian, masih ada masyarakat yang tidak menggunakan jasa pengangkutan sampah oleh DKP. Hal ini mengakibatkan beberapa masyarakat membuang sampah sembarangan seperti sungai, dan lahan kosong. Bahkan diantara mereka masih ada yang membakar sampah di ruang terbuka sehingga menimulkan pencemaran udara. Pihak pemerintah kecamatan diharapkan lebih tegas dalam pengelolaan sampah di daerahnya. Perlu adanya controlling atau pengawasan terhadap perumahan-perumahan yang membuang sampahya secara sembarangan. Selain itu pengawasan terhadap sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan sampah sebagian masyarakat perlu ditingkatkan lagi.
53
Produksi sampah rumah tangga dari berat dan jenis sampah juga menjadi pertimbangan adanya rekomendasi kebijakan untuk pemerintah Kecamatan Sawangan. Berat sampah yang dihasilkan serta kecenderungan bagi perumahanperumahan tertentu dalam memproduksi jenis sampah bisa dijadikan landasan untuk kebijakan baru. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 poin 1 dan 2. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka sampah yang dihasilkan semakin berat. Jenis sampah organik lebih banyak dihasilkan di perumahan perkampungan,sedangkan anorganik lebih banyak dihasilkan di perumahan real estate. Penerapan retribusi yang lebih tinggi terhadap perumahan real estate dianggap sudah baik namun pembebanan biaya yang lebih tinggi ini akan lebih baik jika digunakan untuk meningkatkan teknologi pengolahan sampah di TPS dan TPA setempat. Sebenarnya retribusi sampah yang tinggi ini dikhawatirkan akan menmbulkan efek kobra. Pada perumahan perkampungan rekomendasi kebijakan yang ditawarkan bisa berupa advokasi mengenai pengelolaan persampahan yang baik. Sebagai contoh larangan membuang sampah sembarangan, melakukan pemilahan sampah di rumah, melaksanakan program 3R (reuse, reduce and recycle). Advokasi ini dapat berupa pelatihan workshop yang bekerjasama dengan DKP, bantuan pembangunan TPS baru. Selain itu pemerintah Kecamatan Sawangan bisa memberikan insentif berupa bantuan modal kepada kegiatan masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan seperti bank sampah. Hal ini dianggap penting karena mampu meningkatkan partisipasi dan pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Tabel 17 merupakan rangkuman dari pembahasan rekomendasi kebijakan di atas. Tabel 17 Rekomendasi kebijakan untuk pemerintah Kecamatan Sawangan No 1
Permasalahan Pengangkutan sampah secara rutin
Lokasi Perkampungan
Rekomendasi Kebijakan Insentif awal berupa pelayanan pengangkutan sampah gratis (3 bulan pertama). Setelah warga sudah mulai tebiasa bahkan cenderung menjadi kebutuhan maka setelah masa percobaan tersebut, masyarakat diharapkan mampu membayar retribusi persampahan secara mandiri.
54
No 2
Permasalahan Produksi sampah organik dan anorganik
Lokasi Perkampungan, BTN, dan real estate
Rekomendasi Kebijakan
3
Tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga
Sederhana dan perkampungan
Memberikan advokasi kepada masyarakat dalam pengelolaan persampahan yang baik (iklan, poster, penyuluhan, ajakan) Insentif awal berupa modal (uang dan barang) kepada organisasi masyarakat seperti bank sampah
Insentif berupa pembangunan tempat sampah resmi Pengawasan terhadap lokasilokasi yang dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal Pemberian sanksi kepada masyarakat yang melanggar peraturan pembuangan sampah
55
VI.
6.1
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian ini, maka dari hasil penelitian
dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut 1.
Karakteristik masyarakat Kecamatan Sawangan dilihat dari kelas sosial ekonominya sangat beragam. Komponen karakteristik ini meliputi beberapa variabel yakni jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah penghuni dalam satu rumah, pendapatan dan jasa angkut sampah. Masyarakat didominasi oleh penduduk wanita. Masyarakat didominasi oleh pekerja aktif. Tingkat pendidikan mayoritas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Tingkat pendapatan masyarakat Sawangan antara < Rp 2.500.000 – > Rp 15.000.000. tingkat pendapatan ini didominasi pendapatan dengan kisaran sebesar Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 dan > Rp 15.000.000. Mayoritas jumlah penghuni yang tinggal dalam satu KK atau rumah tangga adalah sebanyak 4-6 jiwa meliputi keluarga inti seperti pasangan suami istri dan anak-anaknya.
2.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi komposisi sampah rumah tangga antara lain pendapatan, status pekerjaan, tempat tinggal serta berat sampah yang dihasilkan setiap harinya. Peluang timbulan sampah organik lebih besar di perumahan perkampungan dibandingkan perumahan sederhana dan real estate, sedangkan peluang timbulan sampah anorganik lebih besar berada di perumahan real estate dibandingkan perumahan sederhana dan perkampungan. Dugaan awal bahwa produksi sampah pada hari libur lebih banyak dibandingkan produksi sampah pada hari kerja ternyata terbantahkan.
3.
Perilaku masyarakat Sawangan terhadap pengelolaan sampah rumah tangga ini sebenarnya sudah baik tetapi masih banyak TPS liar yang tersebar diseluruh kawasan pemukiman warga. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah di sembarang tempat. Sistem pengelolaan sampah belum bisa dilakukan secara benar di ketiga kelompok perumahan. Ternyata tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah
56
tangga. Hal ini karena pengelola sampah bukanlah penghuni rumah melainkan asisten rumah tangga. 4.
Rekomendasi
kebijakan
tentang
pengelolaan
sampah
yang
bisa
diimplementasikan di Kecamatan Sawangan adalah dengan membuat sistem perencanaan
baru
berupa
advokasi
kepada
masyarakat
mengenai
pengelolaan persampahan yang baik serta pemberian insentif awal berupa pembangunan TPS dan pengangkutan sampah gratis pada tiga bulan pertama sehingga masyarakat terbiasa dan untuk selanjutnya setelah masa percobaan tersebut, masyarakat diharapkan mampu membayar retribusi persampahan secara mandiri. Pemberian modal awal dianggap perlu untuk kegiatan sosial masyarakat seperti bank sampah.
6.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas terhadap penelitian ini
maka beberapa saran yang bisa diberikan adalah sebagai berikut 1.
Pemerintah Kecamatan
Sawangan diharapkan
lebih gencar dalam
penyuluhan tentang sampah dan pengelolaannya kepada seluruh lapisan masyarakat Kecamatan Sawangan. 2.
Pemerintah Kecamatan Sawangan bisa membuat kebijakan baru tentang retribusi pelayanan kebersihan bagi masyarakat. Faktor sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Sawangan yang mempengaruhi komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan bisa dijadikan landasan penetapan tarif baru retribusi pelayanan kebersihan di Kecamatan Sawangan.
3.
Masyarakat tidak perlu menunggu sosialisasi dari pemerintah setempat untuk melakukan upaya pengelolaan sampah misalnya dengan cara pemilahan sampah organik dan anorganik dalam rumah tangga. Masyarakat diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mengurangi timbulan sampah contohnya dengan memberi informasi kepada masyarakat yang belum paham terhadap sampah dan lingkungan, melaksanakan program 3R atau lebih baik lagi mendirikan bank sampah di kawasan tempat tinggal mereka.
57
4.
Pemerintah Kecamatan Sawangan diharapkan bisa mengajak tokoh-tokoh masyarakat dalam implementasi kebijakannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat bisa berpartisipasi lebih banyak lagi dalam pengelolaan sampah.
5.
Penelitian selanjutnya tidak hanya memisahkan sampah menjadi dua jenis (organik dan anorganik) tetapi akan lebih baik apabila jenisnya lebih spesifik seperti sampah plastik, botol, kaca, sampah sisa dapur, residu dan lain-lain.
6.
Penelitian selanjutnya dapat menghubungkan faktor lain selain sosial ekonomi yang mempengaruhi komposisi sampah rumah tangga.
58
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika. Jakarta (ID): Bumi Aksara Afroz R, Hanaki K, Tuddin R. 2010. The Role of Socio-Economic Factors on Household Waste Generation: A Study in a Waste Management Program in Dhaka City, Bangladesh. Medwell Journals. Vol 5 (3): 183-190 Anonim. 2014. Upah Minimum Rata-rata Kota Depok 2014. Depok.com [Internet]. [diunduh 2014 Nov 16]. Tersedia pada: http//depok.com/upahminimum-kota-depok.html [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2008. Depok Dalam Angka 2008. Depok (ID): Bappeda Depok [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2009. Depok Dalam Angka 2009. Depok (ID): Bappeda Depok [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2010. Depok Dalam Angka 2010. Depok (ID): Bappeda Depok [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2011. Depok Dalam Angka 2011. Depok (ID): Bappeda Depok [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2012. Depok Dalam Angka 2012. Depok (ID): Bappeda Depok [Bappeda] Badan Perncanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. 2013/2014. Depok Dalam Angka 2013/2014. Depok (ID): Bappeda Depok Bintoro MH. 2008. Sampah Kota, Kompos dan Banjir. Bogor (ID). IPB Press [BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Survei Sosial Ekonomi Nasional: Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1999. Jakarta (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Pengertian Pendapatan Rumah Tangga. Jakarta (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2014. Produk Domestik Regional Bruto 2012. Depok (ID): BPS Depok [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2014. Produk Domestik Regional Bruto 2013. Depok (ID): BPS Depok Chalik AA. 2011. Formulasi Kebijakan Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Berkelanjutan (Studi Kasus: DKI Jakarta) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Darmasetiawan, Martin. 2004. Sampah dan Sistem Pengelolaannya. Jakarta (ID). Ekamitra Engineering Deaton A. 1998. The Analysis of Households Surveys. United States of America (USA): The Johns Hopkins University Press [DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok. 2014. Volume Sampah Kota Depok 2010-2013. Depok (ID): DKP Depok
59
Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara Florio M, Colautti S. 2005. A logistic growth theory of public expenditure: A study of five countries over 100 years. Public Choice – Springer, ISSN 0048-5829, ZBD-ID 2075970. Vol 122: 355-393 Gilarso T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta (ID): Kanisius Gujarati DN. 2002. Ekonometrika Dasar. Jakarta (ID): Erlangga Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika (Jilid 1). Jakarta (ID): Erlangga Havilland WA. 2003.Anthropology. Wadsworth (UK) : Belmont, CA Hosmer DW, Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. New York (USA): John Wiley & Sons Juanda B. 2009. Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press Keyness. 1964. The General Theory of Employement, Interest, and Money. United States of America (USA): Harcourt Brace Jovanovich Melly GT. 1982. Keadaan Kemiskinan di Daerah Pedesaan (Pokok-Pokok Pikiran)’ : Buletin Leknas Nomor 2 Nachrowi ND. 2008. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada Neolaka A. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta (ID): Rineka Cipta Partiredja A. 1985. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta (ID): BPFE [Pemkot] Pemerintah Kota Depok. 2012. Peraturan Daerah No. 05 tahun 2012 Tentang Retribrusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kota Depok. Depok (ID) : Pemkot Depok Poerwadarminta. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Bahasa Rahmaniah D. 2014. Estimasi Nilai Willingness to Pay dan Identifikasi Perilaku Ekonomi Petani Ikan Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Ramandhani TA. 2011. Analisis Timbulan Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Mekarjaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat PendapatanPendidikan-Pengetahuan-Sikap-Perilaku Masyarakat [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia [RI] Republik Indonesia. 1997. Undang-undang No. 23 tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): RI [RI] Republik Indonesia. 2008. Undang-undang No.18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta (ID): RI Schiffman LG, Kanuk LL. 2000. Cosumer Behavior. 7th Edition. New Jersey (USA): Prentice Hall
60
Smith A. 1904. An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of Nations. Connan E, editor. London (UK): Methuen and Co. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta (ID): Sagung Seto Soma S. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan. Bogor (ID). IPB Press Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka Utama Waluya B. 2007. Sosiologi. Bandung (ID): PT Setia Purna Inves Wardhana W. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta (ID): Andi Offset
61
LAMPIRAN
62
63
Lampiran 1 Kuesioner penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762
KUESIONER Tanggal: ……… Nomor : ………
Nama
: …………………………………
Alamat
: …………………………………
Umur
: …………………………………
Jenis Kelamin : P/L No. Telepon
: …………………………………
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Pengaruh Pendapatan terhadap Komposisi Sampah Rumah Tangga Kecamatan Sawangan Kota Depok”. Saya memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atasperhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Keluarga 1. Berapa banyak jumlah penghuni di rumah Anda? a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. Lainnya sebutkan ……
2. Apa pekerjaan kepala keluarga Anda? a. Tidak bekerja
c. Pegawai swasta
b. PNS/ TNI/ Polisi
d. Wiraswasta
3. Apakah ada anggota keluarga yang bekerja selain kepala keluarga? a. Ada
b. Tidak ada
4. Apa pekerjaan orang tersebut (jawaban terkait dengan jawaban nomor A.3)? a.
Tidak bekerja
c.
Pegawai swasta
b.
PNS/ TNI/ Polisi
d.
Wiraswasta
64
5. Berapa lama kepala keluarga bersekolah terhitung sejak sekolah dasar (SD)? ………… tahun 6. Berapa lama anggota keluarga yang bekerja bersekolah terhitung sejak sekolah dasar (SD)? ………… tahun (jawaban terkait dengan jawaban nomor A.4)
B. Pendapatan dan Pengeluaran 1.
Berapa total pendapatan dalam satu rumah Anda setiap bulan? Rp…………………………………………………………………
2.
Berapa rata-rata tagihan listrik rumah Anda setiap bulan? Rp…………………………………………………………………
3.
Berapa rata-rata tagihan air rumah Anda setiap bulan (jawab jika Anda menggunakan jasa PDAM)? Rp…………………………………………………………………
4.
Berapa total pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga setiap bulan (belanja bulanan seperti bahan makanan dan sabun)? Rp…………………………………………………………………
5.
Berapa total pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga setiap hari? Rp…………………………………………………………………
C. Pola Konsumsi 1.
Apakah Anda memiliki kebiasaan belanja bulanan? a. Iya b. Tidak
2.
Terkait jawaban C.1, Dimana biasanya Anda berbelanja bulanan? a. Pasar/agen b. Minimarket/ supermarket c. Hypermarket
65
3.
Dimana biasanya Anda berbelanja harian? a. Pasar b. Warung/ tukang sayur c. Minimarket/ supermarket
4.
Seberapa sering Anda berbelanja untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (seperti sayur, buah-buahan dan daging)? a. Tidak pernah b. Setiap hari c. Seminggu 1 kali d. Seminggu 2 kali e. Lainnya sebutkan ………
5.
Bagaimana Anda memenuhi kebutuhan konsumsi setiap hari? a. Masak sendiri b. Membeli makanan di luar c. Kombinasi masak dan beli
6.
Bagaimana Anda memenuhi kebutuhan Anda di akhir pekan? a. Masak sendiri b. Membeli makanan di luar c. Kombinasi
D.
Produksi Sampah 1.
Siapa yang membuang sampah di rumah Anda? a. Anda sendiri b. Asisten rumah tangga
2.
c.Lainnya ………
Apakah Anda tau tentang sampah organik dan anorganik? a. Iya b. Tidak
3.
Apakah Anda memilah antara sampah organik dan anorganik? a. Iya b. Tidak
4.
Berapa banyak rata-rata sampah yang dihasilkan rumah Anda per hari? Kantong plastik yang digunakan adalah kantong plastik ukuran kecil, sedang atau besar. Lebih jelasnya contoh ukuran plastik dibawa oleh peneliti/ pewawancara/ penanya.
66
………………………kantong dengan ukuran plastik ……… Berapa banyak rata-rata sampah yang dihasilkan rumah Anda pada akhir pekan (weekend)? ………………………kantong dengan ukuran plastik …………… Berat …… kg Pertanyaan nomor D.5 – D.8 terkait dengan jawaban Iya pada nomor D.3 5.
Berapa banyak rata-rata sampah organik yang dihasilkan setiap hari? Sampah organik sampah yang bersifat semi basah dan mudah terurai. Sampah ini berasal dari sampah dapur dan restoran yang didominasi oleh sayur dan buahbuahan.
………………………kantong dengan ukuran plastik …………… Berat …… kg 6.
Berapa banyak rata-rata sampah organik yang dihasilkan pada akhir pekan (weekend)? ………………………kantong dengan ukuran plastik …….…....... Berat …… kg
7.
Berapa banyak rata-rata sampah anorganik yang dihasilkan setiap hari? Sampah anorganik yang sukar terurai, karena memiliki rantai ikatan kimiawi yang panjang, misalnya plastik, kaca dan selulosa
………………………kantong dengan ukuran plastik ……………Berat …… kg 8.
Berapa banyak rata-rata sampah organik yang dihasilkan pada akhir pekan (weekend)? ………………………kantong dengan ukuran plastik ……………Berat …… kg
67
9.
Berapa banyak hari libur yang didapatkan oleh anggota keluarga bulan ini? Bapak ……… hari Ibu
……… hari
Anak 1 ……… hari Anak 2.……….hari Lainnya ……… hari 10. Jika Anda belum memilah sampah organik dan anorganik, apakah Anda bersedia untuk melakukannya? a. Iya b. Tidak 11. Berapa lama Anda bersedia untuk melakukannya? a. 1 hari
d. Sebulan
b. 2-4 hari
e. Selamanya
c. Seminggu
E. Pengetahuan Umum Sampah dan Lingkungan 1.
Apakah Anda mengetahui tentang lingkungan? a. Iya b. Tidak
2.
Apa yang anda ketahui tentang lingkungan? ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
3.
Apakah Anda mengetahui tentang degradasi lingkungan/ kerusakan lingkungan? a. Iya b. Tidak
4.
Terkait jawaban E.3, Jika iya apa yang Anda ketahui tentang kerusakan lingkungan? ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
5.
Apakah Anda mengetahui tentang sampah dan jenisnya? a. Iya b. Tidak
68
6.
Terkait jawaban E.5, jika iya dari mana Anda mengetahui hal tersebut? a. Sekolah b. Buku c. Berita/ artikel/ internet d. Seminar e. Orang lain
7.
Apakah Anda mengetahui tentang lingkungan? a. Iya b. Tidak
8.
Apa yang anda ketahui tentang lingkungan? ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
9.
Apakah Anda mengetahui tentang degradasi lingkungan/ kerusakan lingkungan? c. Iya b. Tidak
10. Terkait jawaban E.3, Jika iya apa yang Anda ketahui tentang kerusakan lingkungan? ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 11. Apakah Anda mengetahui tentang sampah dan jenisnya? a. Iya b. Tidak 12. Terkait jawaban E.5, jika iya dari mana Anda mengetahui hal tersebut? a. Sekolah b. Buku c. Berita/ artikel/ internet d. Seminar e. Orang lain 13. Apakah Anda mengetahui tentang lingkungan? a. Iya b.Tidak 14. Apakah Anda mengetahui tentang lingkungan? a. Iya b. Tidak
69
15.
Apakah Anda mengetahui tentang lingkungan? a. Iya
16.
b. Tidak
Apa yang anda ketahui tentang lingkungan?
……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 17.
Apakah Anda mengetahui tentang degradasi lingkungan/ kerusakan lingkungan? a. Iya
18.
b. Tidak
Terkait jawaban E.3, Jika iya apa yang Anda ketahui tentang kerusakan lingkungan?
……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 19.
Apakah Anda mengetahui tentang sampah dan jenisnya? a. Iya
20.
b. Tidak
Terkait jawaban E.5, jika iya dari mana Anda mengetahui hal tersebut? a. Sekolah b. Buku c. Berita/ artikel/ internet d. Seminar e. Orang lain
72 72
Lampiran 2 Rekapitulasi data penelitian perumahan perkampungan
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
4
30000
0,55
0,3
0,85
0,67
0,56
1,23
665000
6
40000
0,51
0,52
1,03
0,63
0,7
2500000
715000
4
40000
0,18
0,51
0,69
0,32
6
6000000
1715000
4
50000
0,73
0,11
0,84
6
4
7300000
1717000
5
50000
0,8
0,48
45
12
4
6000000
2415000
4
40000
0,8
1
43
6
4
2400000
665000
4
30000
1
45
12
2
1250000
715000
5
1
39
12
4
4300000
1665000
0
54
11
6
10500000
1
42
12
6
0
52
12
1
42
12
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
0
60
12
1
54
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
3
2200000
465000
9
5
3500000
35
9
4
1
42
12
1
58
1
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
8000
1
1
1,33
8000
0
1
0,41
0,73
8000
0
0
0,75
0,2
0,95
8000
1
1
1,28
0,98
0,51
1,49
8000
1
1
0,76
1,56
0,87
0,78
1,58
8000
1
1
0,38
0,28
0,66
0,4
0,23
0,63
8000
1
1
25000
0,51
0,2
0,71
0,56
0,3
0,86
8000
1
1
6
30000
0,8
0,48
1,28
0,45
0,76
1,21
8000
1
0
2165000
6
50000
2
0,48
2,48
1,87
0,73
2,6
8000
1
1
5000000
765000
4
40000
0,65
0,4
1,05
0,71
0,4
1,11
8000
1
1
3
3280000
765000
2
25000
0,29
0,12
0,41
0,3
0,24
0,54
8000
1
1
4
10000000
2189000
5
50000
2
1,28
3, 28
2,12
1
3,12
8000
1
1
73
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
8
35000
0,57
0,13
0,7
0,7
0,21
0,91
3315000
5
40000
0,57
0,39
0,96
0,567
0,5
1400000
800000
6
30000
0,45
0,39
0,84
0,46
3
20000000
12685000
4
100000
0,37
0,2
0,57
9
3
4800000
1120000
4
25000
0,45
0,36
55
12
6
7500000
2045000
8
50000
0,77
1
34
13
4
3000000
955000
6
30000
1
34
12
3
4000000
2665000
4
1
55
6
4
8000000
2515000
1
33
12
4
3000000
1
44
6
1
1
32
12
1
34
1 1
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
30
12
1
37
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
3
4500000
1165000
15
4
5000000
54
6
5
1
41
12
1
34
0
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
8000
1
1
1,067
8000
1
1
0,39
0,85
8000
1
1
0,28
0,3
0,58
8000
1
0
0,81
0,47
0,36
0,83
8000
1
1
0,46
1,23
0,73
0,57
1,3
8000
1
1
0,56
0,27
0,83
0,68
0,36
1,04
8000
1
1
35000
0,91
0,35
1,26
0,76
0,43
1,19
8000
1
1
4
40000
1,15
0,4
1,55
0,97
0,45
1,42
8000
1
1
1353000
6
30000
0,38
0,13
0,51
0,41
0,3
0,71
8000
1
1
1900000
695000
4
20000
0,41
0,19
0,6
0,34
0,25
0,59
8000
1
1
4
3500000
1215000
3
30000
0,35
0,225
0,575
0,4
0,31
0,71
8000
1
1
6
4
2000000
400000
4
25000
0,11
0,05
0,16
0,43
0,12
0,55
8000
1
1
46
12
5
8000000
3315000
5
60000
0,685
0,38
1,065
0,73
0,41
1,14
8000
1
1
22
9
4
1800000
875000
6
20000
0,98
0,16
1,14
0,8
0,23
1,03
8000
1
1
73
74
74
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
4
40000
0,675
0,1
0,775
0,56
0,32
0,88
1465000
6
45000
0,86
0,42
1,28
0,74
0,32
2000000
355000
2
20000
0,3
0,2
0,5
0,41
2
3000000
965000
6
30000
0,12
0,1
0,22
12
2
2500000
280500
4
30000
0,1
0,03
40
6
2
3000000
1021700
6
30000
0,3
1
46
12
3
7000000
2380000
8
40000
1
21
9
3
1500000
765000
7
1
40
16
5
4500000
1635000
1
58
12
5
3600000
1
27
18
4
1
52
6
2
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
35
12
1
31
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
3
6000000
1585000
12
6
6300000
56
6
5
1
38
12
1
55
1
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
8000
1
1
1,06
8000
1
1
0,2
0,61
8000
1
1
0,14
0,1
0,24
8000
1
1
0,13
0
0,12
0,12
8000
1
0
0,12
0,42
0,321
0,17
0,491
8000
0
1
0,36
0,485
0,845
0,45
0,53
0,89
8000
0
0
15000
0,56
0,27
0,83
0,42
0,35
0,77
8000
1
1
6
40000
0,45
0,29
0,74
0,53
0,31
0,84
8000
1
1
870000
6
35000
0,685
0,32
1,005
1,41
0,67
2,08
8000
1
1
6500000
1965000
6
50000
0,31
0,35
0,66
0,43
0,32
0,75
8000
0
1
1500000
465000
8
25000
0,11
0,05
0,16
0,3
0
0,3
8000
1
1
75
Lampiran 3 Rekapitulasi data penelitian perumahan sederhana
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
0,45
0,39
0,84
0,77
0,79
1,56
15000
1
0
60000
1
0,39
1,39
1,23
0,4
1,63
15000
1
1
7
40000
0,761
0,087
0,848
0,82
0,12
0,94
15000
1
1
2875000
6
40000
2
1,2
3,2
2,34
1,3
3,64
15000
1
1
4000000
2400000
2
50000
0,325
0,56
0,885
0,1
0,34
0,44
15000
0
0
3
5000000
2070000
6
50000
0,23
1
1,23
0,65
1
1,65
15000
0
0
16
5
5000000
3370000
8
50000
2
1,4
3,4
1
1,23
2
15000
1
0
48
12
4
4000000
1050000
8
40000
1,32
0,68
2
1,67
0,81
2,48
15000
1
1
1
42
16
4
4200000
1800000
8
40000
0,93
0,34
1,27
0,96
0,58
1,54
15000
1
1
1
35
16
4
8000000
4365000
4
60000
0,325
0,51
0,835
0,52
0,67
1,19
15000
0
0
1
35
16
5
6000000
2700000
7
50000
0,86
0,42
1,28
0,71
0,54
1,25
15000
1
1
1
42
16
6
8500000
2350000
7
60000
0,45
0,39
0,84
0,43
0,78
1,21
15000
1
0
1
35
9
6
1200000
605000
4
20000
0,3
0,57
0,87
0,4
0,63
1,03
15000
0
0
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
46
18
1
48
1
Jumlah hari libur (hari)
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
Pengeluaran/ hari (Rp)
3
10000000
2666500
8
50000
19
4
10000000
2316000
8
50
12
5
4500000
1875000
1
46
16
6
5000000
1
40
16
2
1
54
16
1
44
1
Sampah organik H (kg/hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
75
76
76
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
0,57
0,39
0,96
0,67
0,56
1,23
15000
1
1
25000
0,3
0,12
0,42
0,77
0,871
1,641
15000
1
0
6
40000
0,65
0,4
1,05
0,69
0,43
1,12
15000
1
1
1635000
4
35000
0,51
0,24
0,75
1,3
0,46
1,76
15000
1
1
5300000
2350000
4
40000
0,41
0,19
0,6
0,33
0,365
0,695
15000
1
0
4
5500000
1613000
6
50000
0,12
0,39
0,51
0,4
0,62
1,02
15000
0
0
12
5
9500000
2850000
8
50000
1,3
0,19
1,49
0,93
0,33
1,26
15000
1
1
46
12
5
2000000
860000
8
30000
0,45
0,36
0,81
0,65
0,36
0,81
15000
1
1
1
45
12
5
6000000
3400000
7
50000
0,2
0,23
0,43
0,54
0,32
0,86
15000
0
1
1
41
12
5
4500000
1295000
6
40000
0,41
0,37
0,78
0,461
0,42
0,881
15000
1
1
1
51
12
3
7500000
1430000
8
50000
2,5
0,95
3,45
2,78
1,12
3,9
15000
1
1
0
58
12
6
12300000
1600000
4
50000
0,1
0,13
0,23
0,2
0,18
0,38
15000
0
1
1
36
12
5
2500000
1195000
6
30000
0,67
0,33
1
0,97
0,412
1,382
15000
1
1
1
27
12
2
2500000
630000
2
30000
0
0,13
0,13
0,11
0,34
0,45
15000
0
0
1
48
12
5
5000000
1110000
8
50000
0,65
0,38
1,03
0,41
0,46
0,87
15000
1
0
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
42
12
0
60
1
Jumlah hari libur (hari)
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
Pengeluaran/ hari (Rp)
5
6700000
1816500
7
50000
12
2
1500000
450000
8
37
14
3
6000000
2460000
1
20
15
4
5000000
1
28
15
4
1
49
12
1
59
1
Sampah organik H (kg/hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
77
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
0,93
0,56
1,49
1,31
0,96
2,27
15000
1
1
60000
0,32
0,45
0,77
0,64
1,21
1,85
15000
0
0
5
50000
0,64
0,23
0,87
0,66
0,31
0,97
15000
1
1
2100000
6
60000
0,76
0,42
1,18
0,88
0,52
1,4
15000
1
1
5000000
1815000
6
40000
0,35
0,21
0,56
0,37
0,33
0,7
15000
1
1
6
4500000
2350000
8
50000
0,77
0,35
1,12
0,79
0,46
1,25
15000
1
1
16
6
10000000
3450000
8
60000
0,43
0,58
1,01
0,62
0,97
1,59
15000
0
0
38
15
2
5000000
1730000
8
40000
0,21
0,2
0,41
0
0,12
0,12
15000
1
0
0
63
12
2
3000000
8750000
8
35000
0,15
0,12
0,27
0,18
0,2
0,38
15000
1
0
1
45
12
4
6000000
1150000
5
60000
0,69
0,56
1,25
0,67
0,78
1,45
15000
1
0
1
40
18
4
12000000
4120000
8
60000
0
0,43
0,43
0,56
0,76
1,32
15000
0
0
1
41
16
5
5000000
2300000
8
40000
0,45
0,39
0,84
0,58
0,5
1,08
15000
1
1
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
43
16
1
50
1
Jumlah hari libur (hari)
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
Pengeluaran/ hari (Rp)
5
6500000
3565000
8
50000
16
4
8000000
2750000
8
37
15
5
5500000
2050000
1
40
16
6
5000000
1
46
12
4
1
40
12
1
47
1
Sampah organik H (kg/hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
77
78
78
Lampiran 4 Rekapitulasi data penelitian perumahan mewah
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
8
150000
1
0,39
1,39
1,21
0,97
2,18
17500
1
1
5190600
9
250000
0,34
0,81
1,15
0,44
1
1,44
17500
0
0
40000000
16530000
4
200000
0,17
0,78
0,95
0,34
0,89
1,23
17500
0
0
7
50000000
5200000
6
300000
0,71
1,32
2,03
0,68
1,2
1,88
17500
0
0
18
4
11000000
4440000
8
150000
0,36
0,41
0,77
0,51
0,65
1,16
17500
0
0
31
18
6
10000000
3350000
6
100000
0,57
0,54
1,11
0,78
1,13
1,91
17500
1
0
1
61
12
4
25000000
15150000
8
150000
0,23
0,87
1,1
0,12
0,89
1,01
17500
0
0
1
72
18
3
11500000
4430000
8
100000
0,334
0,75
1,084
0,41
0,8
1,21
17500
0
0
1
36
16
5
30000000
5090000
8
200000
0,31
0,65
0,96
0,43
0,76
1,19
17500
0
0
1
37
16
5
10000000
4730000
8
100000
0,51
0,25
0,76
0,64
0,42
1,06
12500
1
1
1
39
16
4
15000000
3570000
8
100000
2
0,48
2,48
1,8
0,65
2,45
12500
1
1
1
40
16
3
30000000
3370000
8
150000
0,15
0,24
0,39
0,11
0,14
0,25
12500
0
0
1
29
16
5
50000000
4968000
4
100000
0,47
0,93
1,4
0,55
1,1
1,65
12500
0
0
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
47
18
1
38
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
5
15000000
4800000
18
5
40000000
35
15
5
1
23
18
1
55
1
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
79
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
8
150000
0,3
0,41
0,71
0,26
0,44
0,7
12500
0
0
22120000
8
250000
0,57
1,1
1,67
1,22
1,3
2,52
12500
0
0
15000000
4140000
8
150000
0,48
0,21
0,69
0,51
0,81
1,32
12500
1
0
2
9500000
4120000
10
100000
0,16
0,34
0,5
0,18
0,24
0,42
12500
0
0
16
4
33200000
4275000
7
250000
0,27
0,44
0,71
0,42
0,8
1,22
12500
0
0
43
18
4
30000000
9200000
8
150000
0,23
0,79
1,02
0,36
1,23
1,59
12500
0
0
1
45
16
5
26000000
11500000
6
300000
0,24
0,66
0,9
0,31
0,93
1,24
12500
0
0
1
37
15
3
15000000
5120000
8
150000
0,31
0,22
0,53
0,2
0,32
0,52
17500
1
0
1
45
16
5
20000000
4850000
4
200000
0,43
0,58
1,01
0,62
0,97
1,59
17500
0
0
1
50
16
6
17000000
4250000
4
200000
0,18
0,43
0,61
0,56
0,76
1,32
17500
0
0
1
43
18
5
30000000
5130000
7
250000
0,41
0,51
0,92
0,43
0,72
1,15
17500
0
0
1
51
18
4
25000000
4680000
8
150000
0,33
0,31
0,64
0,78
0,37
1,15
17500
1
1
1
40
16
4
25000000
5330000
6
200000
1,3
0,67
1,97
1
0,78
1,78
17500
1
1
1
35
15
4
20000000
4200000
5
200000
0,31
0,22
0,53
1,2
0,71
1,91
17500
1
1
1
52
16
5
30000000
9640000
8
150000
1,03
0,95
1,98
1,4
1,1
2,5
17500
1
1
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
45
18
1
47
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
3
35000000
5940000
16
5
60000000
45
15
5
1
55
16
0
57
1
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
79
80
80
Pengeluaran/ hari (Rp)
Sampah organik H (kg/hari)
Sampah anorganik H (kg/hari)
Sampah H (kg/hari)
Sampah organik L (kg/hari)
Sampah anorganik L (kg/hari)
Sampah L (kg/hari)
Iuran sampah (Rp)
8
150000
0,25
0,2
0,45
0,26
0,29
0,55
17500
1
0
7200000
7
200000
0,26
0,56
0,82
0,31
0,67
0,98
17500
0
0
40000000
11800000
6
200000
1,13
0,85
1,98
1,2
0,76
1,96
17500
1
1
5
35000000
8650000
6
150000
0,38
0,76
1,14
0,71
1,23
1,94
17500
0
0
3
25000000
7500000
5
200000
0,46
0,63
1,09
0,24
0,51
0,75
17500
0
0
kerja
Usia (tahun)
Pendidikan (tahun)
Jumlah penghuni (jiwa)
1
36
16
1
39
1
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran/ bulan (Rp)
3
12000000
3250000
12
4
40000000
60
16
6
1
44
16
1
47
12
Jumlah hari libur (hari)
Dummy SAMPAH H
Dummy SAMPAH L
81
Lampiran 5 Hasil pengolahan data regresi logistik model hari kerja
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 113
100,0
0
,0
113
100,0
0
,0
113
100,0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
anorganik
0
organik
1
Categorical Variables Codings
Parameter coding Frequency Tempat tinggal
Kode kerja
(1)
(2)
perkampungan
40
,000
,000
sederhana
40
1,000
,000
real estate
33
,000
1,000
pekerja pasif
8
,000
pekerja aktif
105
1,000
82
Block 0: Beginning Block Classification Table(a,b)
Observed
Predicted Percentage Correct
Dummy SAMPAH H anorganik Step 0
Dummy SAMPAH H
organik
anorganik
0
37
,0
organik
0
76
100,0
Overall Percentage
67,3
a Constant is included in the model. b The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. ,720
,200
Wald
df
Sig.
12,894
1
Exp(B)
,000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
Sig.
Kode_kerja(1)
,234
1
,628
Umur
,337
1
,562
Pendapatan
27,314
1
,000
Sampah_H
3,173
1
,075
22,244
2
,000
Tempat_tinggal(1)
,773
1
,379
Tempat_tinggal(2)
20,201
1
,000
38,575
6
,000
Tempat_tinggal
Overall Statistics
df
2,054
83
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
47,250
6
,000
Block
47,250
6
,000
Model
47,250
6
,000
Model Summary -2 Log likelihood
Step 1
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
,342
,476
95,660(a)
a Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
7,245
Sig. 8
,510
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Dummy SAMPAH H = anorganik
Dummy SAMPAH H = organik
Observed
Observed
Expected
Expected
Total
1
10
10,013
1
,987
11
2
8
8,035
3
2,965
11
3
6
5,879
5
5,121
11
4
5
4,436
6
6,564
11
5
0
2,931
11
8,069
11
6
4
2,134
7
8,866
11
7
1
1,436
10
9,564
11
8
2
1,165
9
9,835
11
9
1
,771
10
10,229
11
10
0
,200
14
13,800
14
84
Classification Table(a) Observed
Predicted Percentage Correct
Dummy SAMPAH H anorganik Step 1
Dummy SAMPAH H
anorganik organik
organik
24
13
64,9
6
70
92,1
Overall Percentage
83,2
a The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1(a)
Kode_kerja(1)
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-1,921
1,319
2,120
1
,145
,146
Umur
-,043
,030
2,061
1
,151
,958
Pendapatan
-,015
,004
11,827
1
,001
,985
Sampah_H
2,544
,778
10,704
1
,001
12,731
3,516
2
,172
Tempat_tinggal Tempat_tinggal(1)
-1,176
,667
3,105
1
,078
,309
Tempat_tinggal(2)
-,181
,994
,033
1
,856
,834
Constant
4,441
2,193
4,099
1
,043
84,830
a Variable(s) entered on step 1: Kode_kerja, Umur, Pendapatan, Sampah_H, Tempat_tinggal.
85
Lampiran 6 Hasil pengolahan data regresi logistik model hari libur
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases(a) Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 113
100,0
0
,0
113
100,0
0
,0
113
100,0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
anorganik
0
organik
1
Categorical Variables Codings Parameter coding Frequency Tempat tinggal
Kode kerja
(1)
(2)
perkampungan
40
,000
,000
sederhana
40
1,000
,000
real estate
33
,000
1,000
pekerja pasif
8
,000
pekerja aktif
105
1,000
86
Block 0: Beginning Block Classification Table(a,b) Observed
Predicted Percentage Correct
Dummy SAMPAH L anorganik Step 0
Dummy SAMPAH L
organik
anorganik
0
48
,0
organik
0
65
100,0
Overall Percentage
57,5
a Constant is included in the model. b The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. ,303
,190
Wald
df
Sig.
2,538
1
Exp(B)
,111
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
Sig.
Kode_kerja(1)
,087
1
,768
Umur
,250
1
,617
Pendapatan
20,195
1
,000
Tempat_tinggal
29,774
2
,000
Tempat_tinggal(1)
,161
1
,688
Tempat_tinggal(2)
21,128
1
,000
1,592
1
,207
40,159
6
,000
Sampah_L Overall Statistics
df
1,354
87
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
47,275
6
,000
Block
47,275
6
,000
Model
47,275
6
,000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
106,809(a)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
,342
,459
a Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
8,949
Sig. 8
,347
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Dummy SAMPAH L = anorganik Observed Step 1
Expected
Dummy SAMPAH L = organik Observed
Expected
Total
1
11
10,058
0
,942
11
2
8
9,221
3
1,779
11
3
9
7,561
2
3,439
11
4
4
6,353
7
4,647
11
5
4
5,147
7
5,853
11
6
6
3,920
5
7,080
11
7
3
2,361
8
8,639
11
8
2
1,517
9
9,483
11
9
0
1,140
11
9,860
11
10
1
,721
13
13,279
14
88
Classification Table(a) Observed
Predicted Percentage Correct
Dummy SAMPAH L anorganik Step 1
Dummy SAMPAH L
organik
anorganik
33
15
68,8
organik
12
53
81,5
Overall Percentage
76,1
a The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 1(a)
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Kode_kerja(1)
-,255
1,184
,046
1
,829
,775
Umur
-,013
,029
,214
1
,643
,987
Pendapatan
-,007
,004
3,904
1
,048
,993
13,279
2
,001
Tempat_tinggal Tempat_tinggal(1)
-2,224
,632
12,368
1
,000
,108
Tempat_tinggal(2)
-2,511
,966
6,756
1
,009
,081
Sampah_L
1,555
,513
9,202
1
,002
4,737
Constant
1,710
2,007
,726
1
,394
5,527
a Variable(s) entered on step 1: Kode_kerja, Umur, Pendapatan, Tempat_tinggal, Sampah_L.
89
Lampiran 7 Dokumentasi penelitian
Sampah anorganik rumah tangga (libur)
Sampah organik rumah tangga (libur)
Sampah anorganik rumah tangga (kerja)
Sampah organik rumah tangga (kerja)
Penimbangan berat sampah
Penimbangan berat sampah
90
TPS perumahan perkampungan
TPS perumahan BTN (sederhana)
Gerobak sampah perumahan BTN
TPS perumahan BTN (sederhana)
TPS perumahan real estate terletak di depan rumah masing-masing rumah tangga
91
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 17 Juni 1992 dari ibu Siti Zubaedah dan ayah Ichsan Fadlil. Penulis merupakan sulung dari tiga bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari MAN 4 Model Jakarta dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi (Himpro) Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) di Divisi Enterpreneurship pada periode 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus seperti Orange FEM 2012 sebagai divisi acara, The 3rd dan 4th GreenBase, dan The 10th dan 11th Economy Contest sebagai divisi dana usaha dan sponsorship. Penulis juga sering menjadi Mistrees of Ceremony (MC) di beberapa acara fakultas dan departemen seperti Masa Perkenalan Departemen 2012, The 11th Economy Contest, Pelantikan Bersama LK & LS FEM 2013, The 3rd Bogor Art Festival, The 5th GreenBase, dan Trees For being Green Village 2013. Selain itu penulis aktif dalam kegiatan seni teater di kampus dengan bergabung bersama Komunitas Seni Budaya Masyarakat Roempoet (KSBMR). Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis semasa kuliah yakni Juara 3 Lomba Tulis Lakon IPB Art Contest (IAC) 2012 dan Juara 2 Lomba Tulis Lakon IAC 2013.