ANALISIS JURNAL ILMIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA ARAB PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH
Dosen Pengampu : Dr. H. Khudori Soleh. M.Ag
Disusun oleh : Dony Ahmad Ramadhani (1320089)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2013
KATA PENGANTAR
اﻟﺮ ْﲪ ِﻦ اﻟﱠﺮ ِﺣْﻴ ِﻢ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﷲ ﱠ Segala puji bagi Allah yang Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan seru sekalian alam, karena atas limpahan taufik, hidayah serta Inayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai hari akhir zaman. Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya “Analisis Jurnal Ilmiah (Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada masa Dinasti Bani Umayyah yang ditulis oleh Fadlil Munawwar Manshur)” dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan analisis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi arahan dan masukan yang berguna. Penulis menyadari bahwa analisis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga analisis ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Malang, 14 November 2013 Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Tujuan Masalah ............................................................... 3
BAB II
: TEORI A. Pengertian Analisis.......................................................... 4 B. Tujuan Analisis Sejarah................................................... 4 C. Manfaat Analisis Sejarah ................................................. 5 D. Prosedur Analisis Sejarah ................................................ 5
BAB III
: ANALISIS A. Sekilas Tentang Jurnal..................................................... 6 B. Analisis Isi ...................................................................... 6
BAB IV
: PENUTUP A. Simpulan ......................................................................... 16 B. Saran ............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah. Karya tulis ilmiah diartikankan sebagai suatu tulisan seseorang yang
mengungkapkan buah pikiran sebagai dasar ilmiah, Kemahiran menulis merupakan keahlian umat manusia yang paling penting. Bahkan tulisan diyakini sebagai salah satu unsur utama pembentuk peradaban manusia saat ini, karena tidak ada peradaban yang tidak dimulai dengan buku dan membaca1, yang artinya tulisan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan manusia karena akan ada terdapat peradaban disana. Pemikiran kompleks dari generasi kegenerasi untuk kemudian dikembangkanhanya dapat dilakukan secara efektif melalui tulisan. Dalam setiap tulisan tentunya memiliki dua hal sangat penting yaitu orang yang menulis dan pembaca tulisan tersebut, tanpa diiringi keduanya kehidupan tidak akan berarti apa-apa, Karena dasar dari berkembangnya kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari hal tersebut, manusia tidak akan mengalami kemajuan jika tidak ada suatu tulisan yang memberikan dia pengetahuan, namun terkadang tulisan-tulisan yang ada dari dulu sampai sekarang hanya dianggap sebagai tulisan atau catatan biasa tanpa memaknai lebih dalam apa yang dimaksud di dalamnya. Padahal, jika diamati lebih mendalam, tulisan adalah sebuah usaha perbaikan yang dilakukan oleh segelintir orang agar menjadi lebih cemerlang dan menjadi lebih baik dari sebelumnya, tidak ada manusia yang tidak memerlukan kebaikan serta perbaikan, tidak ada manusia yang selalu benar dalam menjalani kehidupan, maka dari itu manusia perlu suatu tulisan yang membimbing dia agar menjadi pribadi lebih baik dari sebelumnya dan akan menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
1
Disampaikan oleh Bapak Khudori Soleh pada waktu proses pembelajaran Sejarah Peradaban Islam di PASCA SARJANA UIN Maliki Malang, Tgl 02 November 2013
1
Namun seperti yang telah disinggung sebelumnya, tulisan tidak akan menjadikan manusia lebih baik jika tidak diteliti dan dipahami lebih dalam, sebuah tulisan akan menjadi lebih berharga jika kita bisa memaknai lebih dari sekedar bahasa yang disampaikan, bahkan melebihi dari pemaknaan pemikiran pengarang tulisan tersebut. Oleh karena itu, sesuatu yang penting ketika seseorang membaca sebuah tulisan adalah analisis sehingga dapat memberikan pemahan lebih dari sebuah tulisan yang dibaca Analisis adalah sebuah kemampuan untuk merinci menghubungkan suatu masalah dengan hal lainnya, dan jika analisis tersebut dihubungkan dengan kehidupan, maka hal yang paling kontras adalah sejarah. Dengan sejarah, manusia akan mengetahui kelemahan-kelemahan orang terdahulu dan diusahakan agar hal itu tidak terjadi, namun jika untuk mengetahui kelebihan-kelebihannya, dengan pengetahuan tersebut kehidupan akan semakin maju dan dapat dikembang sehingga menjadi lebih baik dari sebelumya. Salah satu hal yang mempengaruhi suatu peradaban adalah budaya, budaya salah satu dari sekian faktor terbentuknya lingkungan dan masyarakat terbentuk dari lingkungan tersebut.2 Dan budaya yang sesuai dengan masyarakat kita adalah Budaya Arab yang Islamy, karena mempunyai karakter istimewa.3 Salah satunya, budaya Arab pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti Umayyah adalah sebuah rezim pemerintahan Islam yang berada di bawah kekuasaan keluarga Umayyah yang berlangsung dari tahun 661 sampai dengan tahun 750 Masehi. Pendiri dinasti ini adalah Muawiyah (661-680), putra Abu Sufyan yang pernah menentang Rasulullah saw, tetapi kemudian masuk Islam setelah kota Mekah ditaklukkan oleh pasukan Islam dari Madinah. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menganalisis sebuah jurnal ilmiah yang berhubungan sejarah tersebut, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA ARAB PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH 2 Hilmy Ahmad Wakil dan Muhammad Amin Al Mufty, Asas Bina Al Manhaj Wa Tandzimatiha (Dar Al Masirah, 2007), Cetakan ke 2, Hal. 86 3 Rusydi Ahmad Tha’imah, Al Asas Al ‘Ammah Li Manahiji Ta’limi Allughah Al Arabiyyah (Al Qahirah : Dar Al Fikri Al ‘Araby, 2000), Cetakan ke 2, Hal. 51
2
B.
Tujuan Masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan masalah yang akan dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Mengetahui pengertian analisis.
2.
Analisis jurnal ilmiah seputar pertumbuhan dan perkembangan budaya arab pada masa Dinasti Bani Umayyah
3
BAB II TEORI
A.
Pengertian Analisis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian/faktor yang satu dengan lainnya.4 Menurut
Nitko, analisis butir soal
menggambarkan suatu proses
pengambilan data dan penggunaan informasi tentang respons siswa terhadap setiap butir soal.5jika pendapat ini dihubungkan dengan analisis sejarah, maka hasilnya adalah analisis sejarah menggambarkan suatu proses pengambilan data dan penggunaan informasi oleh masyarakat terhadap kehidupan yang dihadapi.
B.
Tujuan Analisis. Analisis sejarah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap orang
sebagai perangkat yang digunakan untuk evaluasi dari sejarah itu sendiri dengan kehidupan yang sedang dijalani maupun pemerkayaan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis sejarah dimaksudkan untuk mengetahui apakah dapat diikuti atau sebagai sarana untuk evaluasi perbaikan untuk kehidupan dimasa mendatang sehingga hal-hal buruk yang terjadi pada masa tersebut, tidak terjadi lagi pada masa sekarang dan seterusnya Analisis ini antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi sejarah yang baik, kurang baik dan yang jelek. Dari analisis tersebut dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah sejarah dan petunjuk untuk melakukan perbaikan. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 281 5 Hartinah, dkk, Makalah Analisis Soal UAMBN Mata Pelajaran Bahasa Arab Tingkat Mts Tahun Pelajaran 2010/2011 (Amuntai, 2011), hal.3
4
C.
Manfaat Analisis Sejarah. Adapun manfaat dari analisis butir soal diantaranya, yaitu : 1.
Sebagai sarana informasi.
2.
Secara materi dapat memperbaiki kehidupan.
3.
Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
4.
Menambah wawasan berfikir.
5.
Menjadikan sejarah sebagai pedoman dan sarana pembelajaran.
6.
Untuk pengembangan kurikulum, kenapa kurikulum dimuat penulis sebagai manfaat analisis sejarah? Karena di dalam sejarah terdapat budaya, dan budaya berperan dalam pembentukan kurikulum.6
D. Prosedur Analisis Sejarah. 1. Mereview kembali sejarah tersebut. 2. Menggambarkan sejarah tersebut, kemudian dihubungkan dengan masyarakat pada masa sekarang. 3. Memberikan pemikiran-pemikiran yang muncul ketika menganalisis sejarah. 4. Memberikan kesimpulan.
6
Muhyiddin Shabir, At Tagyir Al Hadhary Wa Tanmiyatu Al Mujtama’ (Al Qahirah : Dar Al Ma’arif, 1962), Hal. 38
5
BAB III ANALISIS
A.
Sekilas Tentang Jurnal Sebelum melakukan analisis sejarah yang sudah dicantumkan pada bab
pertama, alangkah lebih indah mengenal terlebih dahulu sekilas tentang jurnal yang akan dibahas. Jurnal ini berjudul pertumbuhan dan perkembangan budaya arab pada masa dinasti bani umayyah yang ditulis oleh Fadlil Munawwar Manshur.7 Dan ditulis dalam sebuah buku yang bernama Humaniora volume 15, no. 2, Juni 2003, Halaman 172-180. Adapun jurnal ini membahas tentang :
B.
1.
Khulafa Ar Rasyidin dan Dinasti Umayyah : Sistem politik berbeda
2.
Dinasti Umayyah dan penciptaan budaya baru
3.
Budaya Arab dan budaya Eropa
4.
Kehidupan Budaya Arab pada masa Dinasti Umayyah
Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti Bani Umayyah 1.
Khulafa Ar Rasyidin dan Dinasti Umayyah : Sistem politik berbeda Pada masa Khulafa Ar Rasyidin rakyat biasa pun bisa mengeluarkan
pendapatnya, namun hal demikian tidak terjadi pada masa Dinasti Umayyah. Ini juga terjadi pada zaman Soeharto yang mana rakyat tidak bebas mengeluarkan pendapatnya. Dari segi pemerintahan, peraturan seperti ini mungkin akan memperkuat kedudukan, karena tidak ada yang berani menentang kehendak sang penguasa, tetapi dapat menimbulkan kebencian yang bertumpuktumpuk jika keinginan penguasa tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Ketika 7
Doktorandus. Magister Sains, Staf Pengajar Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gajah Mada .Yogyakarta
6
kebencian dan rasa sabar sudah memuncak maka pemberontakan pun pasti akan terjadi, hal ini dapat dibuktikan terjadinya kecemburuan dan persaingan antara keluarga Mudariyyah dan Himyariyyah yang sebelumnya hilang akhirnya muncul kembali dan salah satu faktor runtuhnya Dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah juga mengganti sistem pemerintahan monarki dan Muawiyyah adalah orang pertama mengganti tradisi demokrasi kesukuan nenek moyang menjadi pola kekuasaan individu dan otokrasi. Muawiyyah sendiri mengikuti tradisi absolutisme yang berkembang di Byzantium dan Persia Dengan segala keputusannya yang kontroversial, Muawiyyah juga mempunyai sisi baik, salah satunya adalah berhasil menjaga kerukunan bangsa arab wilayah utara (Kaisaniyyah) dengan bangsa arab wilayah selatan (Kalbiyyah). Manusia memiliki dua sisi yang bertentangan, maka nilailah dari segi kebaikannya. adapun segi buruknya, alangkah lebih bagusnya tidak mencela namun berusaha untuk memperbaikinya agar hal tersebut tidak terjadi lagi dimasa mendatang, toh kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa dengan mencela, beda halnya dengan perbaikan. 2.
Dinasti Umayyah dan penciptaan budaya baru Adapun menurut Fadlil Munawwar Manshur, budaya baru pada Dinasti
Umayyah : Muawiyyah 1 2 3
4 5
Membangun
dinas
pos
termasuk
penyediaaan
kuda
dan
senjata
bila
perlengkapannya Mengangkat Qadi atau Hakim sebagai profesi Memerintahkan
prajurit-prajuritnya
mengangkat
mereka berada dihadapannya Membuat anjung dalam mesjid tempatnya sholat untuk menjaga dirinya dari serangan musuh Membangun
dinas
pos
7
termasuk
penyediaaan
kuda
dan
perlengkapannya
Abdul Malik 1
Mencetak mata uang sendiri yang menggunakan tulisan arab sebagai pengganti uang Byzantium dan Persia
Walid 1 Membangun panti asuhan untuk orang cacat 2 Pekerja pembangunan rumah dibayar sebagai pegawai 3
Membangun infrastruktur berupa jalan raya yang menghubungkan antar wilayah
4 Membangun bangunan pemerintahan, mesjid, bahkan pabrik
Umar Ibn Abdul Aziz 1 Toleransi dalam hal beribadah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya dapat diartikan sebagai pikiran, akal budi,adat istiadat. Segala sesuatu yang bersumber dari pikiran, kemudian dituangkan kedalam suatu sikap atau tingkah laku dan menjadi adat istiadat maka hal tersebut dalam dikatakan sebagai budaya. Ini dapat dipahami dari penjelasan tentang budaya baru yang dibuat pada masa Dinasti Umayyah. Dari budaya-budaya yang diciptakan pada masa Dinasti Umayyah, dapat digambarkan bahwa budaya dapat dibuat sesuai dengan kehendak dari pemilik pikiran, yang berarti sikap manusia sekarang tidak mustahil dapat menjadi budaya dimasa depan. Hanya saja, tidak semua budaya itu berupa kebaikan. Manusia yang benar-benar memikirkan masa depan adalah manusia yang selalu berfikiran positif serta melakukan hal-hal baik. Salah satu alasan Dinasti Umayyah dapat bertahan sekian lama dikarenakan budaya-budaya yang tercipta sebagian besar berpihak kepada rakyat. Ini semua dapat
8
diartikan adalah bentuk perhatian penguasa kepada bawahannya. Ketika rakyat merasa diperhatikan maka mereka akan semakin patuh terhadap aturan-aturan yang ada. Kepercayaan tidak dibangun dengan janji namun dengan sikap yang lebih memihak kepada rakyat. Contoh yang paling menarik pada masa Umar Ibn Aziz, yaitu toleransi beribadah, dengan hal tersebut tidak akan ada kecemburuan sosial, sehingga semua pihak merasa diuntungkan. Masalah yang paling menghinggapi masyarakat adalah masalah sosialitas, dimana sikap diskriminasi lebih mengedepankan yang satu dengan lainnya tidak dapat diterima dengan baik. Sebuah negara tidak akan dapat bertahan lama dalam kedamaian dengan seperti itu. Oleh karena itu, dalam setiap sikap yang diambil memerlukan observasi dan pengamatan agar langkah yang diambil tidak merugikan orang lain. Begitu juga dimasa sekarang, kita tidak akan merasakan kebahagiaan jika bertindak tanpa memikirkan orang lain. 3.
Budaya Arab dan Budaya Eropa Dengan dikuasainya beberapa kota besar di Eropa, terutama
Spanyol, maka budaya Arab Islam secara langsung telah bersentuhan dengan budaya Eropa. Meskipun umat Islam memiliki budaya yang khas yang sebagian besar berasal dari tradisi dan budaya Arab, tetapi persentuhan budaya Arab Islam dengan budaya Eropa mengakibatkan terjadinya akulturasi melalui proses identifikasi, seleksi, resepsi, dan adaptasi antara budaya Arab-Islam dengan budaya Eropa itu. Persentuhan dua budaya besar itu terjadi pada bidang pemerintahan dan militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, gaya hidup, dan lain sebagainya. Budaya tidak hanya berasal dari satu golongan dan diperuntukkan untuk golongan tersebut, namun jaga dapat disebarluaskan kepada yang lainnya. Dapat dipahami selama budaya tersebut bermanfaat, tidak ada salahnya untuk mengadopsi dan menjadikannya sebagai budaya sendiri. Namun tidak semua budaya itu baik dan sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi, oleh karena itu diharuskan untuk melihat apakah budaya
9
tersebut dapat dipakai dan bermanfaat atau tidak serta mempertahan budaya-budaya sendiri jaga merupakan keharusan. Pada zaman pemerintahan Dinasti Umayyah yang berakhir pada tahun 750 M, penduduk non Arab yang memeluk Islam disebut mawali. Kaum ini biasanya bernaung di bawah kabilah-kabilah Arab. Mereka dianggap golongan masyarakat bawah dan menerima perlakuan yang rendah dibandingkan dengan orang Arab. Kebanyakan kaum mawali terdiri atas kaum Barbar yang berasal dari Afrika Utara. Mereka ini tidak suka kepada pemerintahan Dinasti Umayyah yang membeda-bedakan orang Arab dengan orang bukan Arab. Faktor inilah yang menyebabkan kejatuhan Dinasti Umayyah di Damaskus. Sikap diskriminasi merupakan hal yang sangat bertentangan dengan toleransi, karena disatu sisi menguntungkan namun disisi lain merugikan orang lain dengan adanya pembedaan. Pembedaan hanya akan menyebabkan perpecahan yang pada akhirnya menimbulkan kehancuran. 4.
Kehidupan Budaya Arab Pada Dinasti Umayyah Ada beberapa kehidupan budaya arab yang sangat ditekankan pada
masa ini, yaitu :
Politik dan Pemerintahan Politik tidak akan pernah lepas dari yang namanya pemerintahan,
sang penguasa akan berusaha mempertahankan kedudukannya agar dapat bertahan lama dikursi tersebut seperti halnya yang dilakukan Muawiyyah dengan cara mengganti sistem demokrasi menjadi monarki. Bangsa arab adalah bangsa yang menjunjung tinggi keluarganya, sistem pemerintahan tersebut tidak hanya untuk Muawiyyah tetapi juga dia peruntukkan untuk keturunannya. Pada masa ini pajak negara dialihkan menjadi milik pribadi khalifah, dengan demikian para khalifah mempunyai banyak harta dan hal tersebut tidak akan mendapat kritikan karena rakyat tidak bebas mengeluarkan pendapatnya
10
Merupakan kekuasaan yang sempurna bagi sang penguasa, namun tidak demikian dengan rakyatnya. Menurut pendapat penulis, pemerintah bukan hanya dilandasi dengan kesenangan dan keinginan pemimipinnya, tetapi juga sesuai dengan keinginan rakyat yang dipimpin, dengan demikian kemaslahatan akan tercipta untuk semua golongan.
Pengembangan militer Perkembangan militer bangsa arab telah mencapai kemajuan yang
sangat signifikan pada masa Umayyah. Bangsa ini mempelajari kelebihan-kelebihan militer Romawi dan menggunakannya sebagai model mereka. Dan pada akhir pemerintahan bani Umayyah, bangsa arab memiliki suatu armada angakatan laut yang besar terdiri atas 1.700 kapal perang, dengan kekuatan yang sedemikian besar merupakan hal yang wajar dinasti ini dapat memperluas wilayah kekuasaannya dengan sangat pesat. Hal ini pula salah satu yang melandasi dinasti Umayyah lebih menekankan kepada perluasan wilayah. Tidak semua budaya barat itu jelek, hal ini dapat dibuktikan dengan adopsi budaya yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah dalam bidang militer.
Kondisi sosial Pada masa Dinasti Umayyah ini mulai dikenal stratifikasi sosial.
Rakyat dari seluruh imperium Arab terbagi ke dalam empat macam golongan. Golongan pertama adalah golongan tertinggi terdiri atas kaum Muslimin yang memegang kekuasaan, dikepalai oleh anggota-anggota istana dan kaum ningrat dari para penakluk Arab. Golongan kedua adalah golongan neomuslim (kaum Muslim baru), yang dengan keyakinan sendiri atau terpaksa memeluk Islam dan secara teori memiliki hak-hak penuh dari kewargaan Islam. Golongan ketiga adalah anggota mazhab-mazhab, pemeluk agama-agama yang umum atau yang disebut dengan zimmi, yaitu kaum Kristen, Yahudi, dan Saba yang mengikat perjanjian dengan
11
kaum Muslim. Mereka memiliki kemerdekaan beragama dengan jalan membayar pajak tanah atau uang kepala. Golongan keempat adalah golongan budak-budak. Meskipun perlakuan terhadap para budak telah diperbaiki, tetapi dalam praktiknya mereka tetap menjadi penduduk kelas rendah. Stratifikasi sosial dapat menyebabkan kecemburuan sosial, sehingga
hal
ini
dapat
menjadi
penyebab
hancurnya
suatu
pemerintahan. Dengan demikian yang diatas tetap di atas, dan yang di bawah tetap di bawah selamanya. Tidak ada keadilan dan penyetaraan hak asasi sebagai manusia, apalagi terhadap golongan yang keempat. Islam melarang adanya perbudakan dengan cara yang halus dan sopan, hal ini dibuktikan adanya pembebasan budak jika melakukan hal-hal yang dilarang. Dan ini adalah satu cara untuk menghapus perbudakan dimuka bumi, merupakan suatu kemustahilan jika larangan tersebut dilakukan secara terang-terangan, karena akan menimbulkan penolakan besar-besaran oleh kalangan arab pada masa Nabi Muhammad Shallahhu Alaihi Wasallam. Dengan demikian, sekte-sekte harusnya dihindari dengan alasan persamaan hak dan menghindari kecemburuan sosial. Para penguasa, kecuali Umar II, menempuh kehidupan mewah dan penuh kebesaran, dan mempertahankan standar istana menurut cara para kaisar. Kemewahan melambangkan sikap boros dan hanya menyiakan harta
rakyat,
pemimpin
yang
baik
adalah
pemimpin
yang
menggunakan sesuatu sesuai pada tempatnya. Kehidupan pribadi para khalifah Dinasti Umayyah juga tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan. Hampir semua khalifah mempunyai gundik dalam harem. Yazid II sangat mencintai dua gadis penyanyinya, Salamah dan Habibah, sehingga ketika Habibah meninggal karena tersumbat sebuah anggur yang dilempar Khalifah ke dalam mulutnya ketika sedang bercanda, khalifah yang tengah dimabuk asmara itu
12
sangat menyesal hingga meninggal dunia. Di bawah penguasa Yazid I, penggunaan anggur menjadi sebuah tradisi. Penggunaan anggur yang terlalu banyak membuat Yazid II memperoleh gelar Yazid AlKhumur. Kebiasaan memingit wanita juga mulai masuk ke dalam budaya Arab, terutama sejak pemerintahan Walid II. Pemerintahan tidak mungkin bisa lepas dari hal-hal buruk, namun lebih baik berusaha menghindarinya. Khamar adalah minuman yang sangat dilarang, sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah orang tua yazid sudah mendidik anaknya dengan baik sehingga pantas menjadi khalifah yang baik? Orang tua sangat berperan dalam kehidupan anaknya, ketika orang tuanya baik dan mengajarkan kebaikan kepada keturunannya, sedikit banyaknya akan mempengaruhi kehidupan anak tersebut. Segala sesuatu yang dilakukan dapat menjadi contoh buat orang yang melihatnya, lebih-lebih orang yang sering bersama dengannya, maka sudah seharusnya untuk memperbaiki segala sikap-sikap buruk yang ada pada diri sendiri. Bukan merupakan hal yang mustahil jika manusia pada saat ini menjadi sejarah dimasa depan. Sejak pemerintahan Dinasti Umayyah juga mulai berkembang. Makanan disajikan dengan model dan pola makan di Barat dengan penggunaan serbet, sendok, dan garpu. Itulah mungkin dampak dari persentuhan antara budaya Arab-Islam dengan budaya Barat, terutama Spanyol. Budaya memiliki pengaruh sangat besar bagi penganutnya dan bagi golongan yang bersebelahan dengannya, sehingga dengan keadaan Bani Umayyah yang dekat dengan orang-orang barat dapat mempengaruhi budaya dinasti ini.
Kemajuan pendidikan Di bidang pendidikan, Dinasti Umayyah memberikan andil yang
cukup signifikan bagi pengembangan budaya Arab pada masa-masa
13
sedudahnya, terutama dalam pendidikan dan pengembangan ilmuilmu agama Islam, sastra, dan filsafat. Pada masa dinasti ini, mulai dikembangkan cabang-cabang ilmu
baru
yang
sebelumnya
tidak
diajarkan
dalam
sistem
pendidikan Arab. Diajarkanlah cabang-cabang ilmu baru, seperti tata-bahasa, sejarah, geografi, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain. Meskipun
demikian,
perkembangan
sistem
pendidikan
baru
berlangsung pada paroh terakhir Dinasti Umayyah dan tidak pada awal dinasti ini. Khalifah Umar II menyokong pengajaran dan orangorang terpelajar, dan menurut suatu kabar, ia telah memindahkan sekolah kedokteran dari Alexandria ke Antiokia. Di bawah pemerintahannya, banyak karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Negara yang tidak dapat mengimbangi perkembangan pengetahuan akan menjadi Negara terkebelakang, hal ini yang mendasari setiap Negara barusaha untuk terus mendalami ilmu pangetahuan mereka, termasuk pada masa Bani Umayyah. Negara berkembang pasti diiringi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Pengetahuan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan,tidak mungkin suatu Negara dikatakan berkembang jika memiliki pengetahhuan yang minim. Dan usaha yang dilakukan khalufah Umar II merupakan hal yang sangat tepat, dalam artian tidak ada pengetahuan jika tidak ditopang dengan dana yang cukup. Dengan demikian pemerintah juga dapaat memanfaatkan pengetahuan yang sudah didapat dan mengembangkan serta mendalami lebih lanjut. Pengetahuan tidak hanya didapat dari satu tempat saja. Namun selama masih ada kehidupan maka disana terdapat pengetahuan yang perlu dikaji, salah satunya penejemahan yang dilakukan Umar II dari bahasa Yunani ke dalam bahasa arab.
14
Keindahan Arsitektur Perkembangan arsitektur tidak bisa dilepaskan dari peranan
khalifah.
Para
khalifah
Dinasti
Umayyah
amat
menyokong
perkembangan seni ini. misalnya menara, diperkenalkan oleh Muawiyah. Kubah Karang (Kubah As-Sakra) di Yerussalem yang didirikan oleh oleh Abdul Malik pada tahun 691 M, merupakan salah satu contoh paling cantik dari hasil karya arsitektur Muslim zaman permulaan. Bangunan ini merupakan masjid pertama yang ditutup dengan sebuah kubah. Arsitektur merupak peradaban dari suatu Negara secara simbolik, dengan simbol-simbol tersebut pemerintah dapat memperkenalkan budaya mereka dan dikenal khalayak ramai baik dimasa pemerintahan tersebut ada atau dimasa mendatang. Namun tidak selamanya simbol merupakan hal yang paling diutamakan, karena hal paling penting dalam suatu Negara adalah kualitas. Negara yang berkualitas akan memiliki simbol yang yang bagus, tetapi negara yang memiliki simbol yang baik belum tentu memiliki kualitas yang baik pula.
15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Analisis adalah suatu kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian/faktor yang satu dengan lainnya. Dalam hal ini menganalisis budaya sehingga dapat memilah budaya yang dapat diikuti dan dijadikan sebagai bahan renungan. Budaya
dapat diartikan sebagai pikiran, akal budi,adat istiadat. Seperti
pembaharuan budaya yang telah dilakukan Dinasti Umayyah, baik dalam pemerintahan, politik, bidang sosial dan arsitektur. Tidak semua budaya bersumber dan menghasilkan kebaikan, oleh karena itu manusia dituntut untuk memeriksa dan mengamati apakah budaya tersebut sesuai dengan kehidupan masyarakat atau tidak. Dengan demikian tidak akan merugikan orang lain. Memang suatu pemerintahan tidak akan lepas dari kebenaran dan kesalahan seperti halnya Dinasti Umayyah, namun dengan berbagai kesalahan tersebut kita dapat memperbaiki agar tidak terjadi dimasa depan dan mengikuti serta mengembangkan hal-hal baik yang terdapat pada suatu pemerintahan tersebut. Tidak ada tulang yang tidak mempunyai daging. Budaya yang baik adalah budaya yang memiliki kualitas yang baik dan memberikan manfaat kepada orang yang melaksanakan budaya tersebut.
B. Saran Kita dituntut untuk mengamati dulu sebelum melakukan sesuatu, apalagi sesuatu yang berhubungan dengan orang lain. Tentunya analisis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis memohon kritik dan sarannya agar dapat diperbaiki dikemudian hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wakil, Hilmy Ahmad dan Al Mufty. Muhammad Amin. Asas Bina Al Manhaj Wa Tandzimatiha (Dar Al Masirah, 2007), Cetakan ke 2 Tha’imah, Rusydi Ahmad. Al Asas Al ‘Ammah Li Manahiji Ta’limi Allughah Al Arabiyyah (Al Qahirah : Dar Al Fikri Al ‘Araby, 2000), Cetakan ke 2 Djamarah. Syaiful Bahri. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) Hartinah, dkk, Makalah Analisis Soal UAMBN Mata Pelajaran Bahasa Arab Tingkat Mts Tahun Pelajaran 2010/2011 (Amuntai, 2011) Shabir. Muhyiddin. At Tagyir Al Hadhary Wa Tanmiyatu Al Mujtama’ (Al Qahirah : Dar Al Ma’arif, 1962)
17