ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE-LIYE
Oleh: HENI SINTAWATI NIM: 105051001892
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE-LIYE
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: HENI SINTAWATI NIM: 105051001892
Di bawah bimbingan:
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 150276299
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 24 Maret 2009
Heni Sintawati
ABSTRAK
Heni Sintawati Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye
Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak media yang dapat dijadikan sebagai sarana dakwah. Selain media massa, seperti koran, majalah, radio dan televisi, ada juga sarana lain yang cukup efektif, yaitu melalui buku. Melihat animo masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan menjadikan dakwah melalui buku bisa dijadikan alternative yang cukup representatif. Novel adalah salah satu bentuk buku yang berisi cerita-cerita fiksi atau karangan. Meskipun novel hanya berisi cerita fiksi namun di dalamnya sering mengandung pesan, baik itu pesan moral maupun pesan spiritual. Banyak dari yang mempunyai kemampuan menulis pun memanfaatkan novel untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Belakangan ini kita melihat begitu banyak lahir penulis-penulis muslim Indonesia yang concern dengan pena (dakwah bil qalam) melalui novel. Kita mengenal Helvi Tiana Rosa, yang memelopori tulisan fiksi Islam dengan payung Forum Lingkar Pena Islam (FLP) yang dipimpinnya, Tere-Liye, Asma Nadia, Izzatul Jannah, dan sebagainya. Penulis-penulis novel Islam seperti yang disebut di atas telah melahirkan banyak buku-buku fiksi seperti novel dan kumpulankumpulan cerpen yang isinya kental dengan nuansa dakwah. Dalam skripsi ini saya meneliti salah satu novel yang banyak sekali mengandung pesan dakwah, yaitu novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye. Peneliti ingin mengetahui pesan-pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye? Tema apa saja yang mendominasi pesan dakwah dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye? Metodologi yang digunakan yaitu content analisis atau analisis isi dengan metode kuantitatif melalui pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara. Serta melalui kategorisasi yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Setelah dilakukan pengolahan data kecenderungan isi pesan dakwah dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye adalah 0,92 % dan dilihat dari prosentase hasil olah data tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa pesan yang mendominasi dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye adalah pesan syariah dengan prosentase 49,4 %, diikuti pesan akhlak dengan prosentase 28,1 %, dan pesan aqidah dengan prosentase 22,5 %.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “ ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE-LIYE ’’ telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi “ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ’’, pada tanggal 3 Juni 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 3 Juni 2009 Siadang Munaqasyah Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Murodi, MA NIP : 150254102
Nunung Khaeriyah, MA NIP : 150389353
Anggota Penguji I
Penguji II
Noor Bekti Negoro, M. Si NIP : 150293230
Umi Musyarofah, MA NIP : 150281980
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 150276299
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr, Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah mengatur, membimbing semua hamba-Nya, sekaligus menetapkan ketentuan hidup yang harus dilalui sebagai makhluk ciptaan-Nya. Hanya Dialah yang dengan kekuasaan-Nya senantiasa memberikan berbagai nikmat kepada insan semua. Semoga kenikmatan Iman, Islam, dan Ihsan selalu tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa. Shalawat seiring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi besar Muhammad saw. Kepada para sahabat dan keluarganya yang selalu menjaga dan mencintai beliau semasa hidupnya, para sahabat yang bersungguh-sungguh melaksanakan dakwahnya, juga kepada kita para umatnya yang tetap pada komitmen dalam menegakkan hembusan nafas Islam sampai akhir hayat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata dari pribadi penulis, namun berkat pertolongan Allah swt. Dan bantuan dari semua pihak yang turut andil dalam memberikan do’a, moril materil, serta keikhlasan dalam membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya. Berkat taufik dan hidayah dari Allah beliau dapat melaksanakan amanat berat untuk menjalankan jalannya perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, besrta segenap jajarannya. Yang dengan gigih melaksanakan tugastugasnya sehingga dapat berjalan dengan lancar Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya. 3. Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku ketua Jurusan KPI serta dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, dan juga telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi, membimbing serta mengarahkan penulis guna mendapatkan skripsi yang lebih baik. 4. Umi Musyarofah, MA., selaku sekretaris Jurusan KPI, yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan sebagai konsultan bagi penulis selama menempuh studi di Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Segenap Dosen yang telah membimbing dengan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Kepada staf Perpustakaan Umum dan staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan referensi berupa kepustakaan dan memberikan fasilitasnya. 7. Kepada Kedua Orang Tua yang sangat aku cintai Bapak H. Muhammad Zein dan Ibu Hj. Masroh semoga Allah swt. Selalu memberi taufiq, hidayah, dan inayah-Nya agar menjadi orang yang khusnul khotimah di akhir hayatnya.
8. Saudara-saudaraku yang tercinta di rumah, kakak-kakakku, Ustadzah Hj. Zainab, Romlih Zein, H. Abd Azis, H. Abd Rosyid, Suryanah, Iwan Setiawan, Afan Dedi SE, Yakub Arifin, serta kakak-kakak iparku dan keponakan-keponakanku, Saiful, M. Yusuf SE, Nuraifah Hasan, Ayang, Umi, Imam, Irgi, Wilda, Jihan, Rafi, Wahda, Ade Zakiyah, Kayla, Kia dan si mungil pendatang baru, Misselli, M. Faisal Ridho yang menjadikanku selalu semangat untuk memberikan contoh yang terbaik. 9. Terkhusus buat cintaku Eko Tri Qurnianto, S.Th.I,. yang dengan sepenuh hatinya membimbing dan menyayangiku, yang menjadikanku selalu semangat dalam menjalani hari-hariku. 10. Kepada teman-teman seperjuangan Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya KPI B, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kelak kita semua menjadi manusia-manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Akihranya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia biasa, mungikin mempunyai kekurangan atau kelemahan. Begitupun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Semoga Allah swt. Membalas semua kebaikan dan jasa mereka serta dilimpahkan pahala yang berlipat ganda dan segala bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai amal salih di sisi-Nya. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2009
HENI SINTAWATI
DAFTAR ISI ABSTRAK...................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... D. Metodologi Penelitian ...................................................... E. Tinjauan Pustaka.............................................................. F. Sistematika Penulisan.......................................................
BAB II
LANDASAN TEORITIS A. Analisis Isi ....................................................................... B. Pesan Dakwah................................................................. C. Nevel dan Unsur Intrinsik dalam Novel............................ D. Dialog dalam Novel .........................................................
BAB III
DESKRIPSI NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA A. Riwayat Hidup Tere-Liye................................................. B. Deskripsi Novel Hafalan Shalat Delisa............................. C. Unsur Intrinsik Novel Hafalan Shalat Delisa .................... D. Sinopsis ...........................................................................
1
BAB VI
PESAN DAKWAH SHALAT DELISA
DALAM
NOVEL
HAFALAN
A. Dialog Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa...................... B. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa...... 1.
Pesan Akidah ............................................................
2. Pesan Syari’ah............................................................ 3. Pesan Akhlak ............................................................. C. Kategori Pesan Dominan dalam Novel Hafalan Shalat Delisa............................................................................... BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................... B. Saran-saran ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Kategoriasasi Tabel 2 Tabel Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah Tabel 3 Tabel Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah Tabel 4 Tabel Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak Tabel 5 Tabel Hasil Prosentase Data
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sangat banyak hal yang dapat dipelajari dari karya sastra, masalah yang diperbincangkannya dapat meluaskan pengalaman seseorang dari sudut sosial, budaya, politik, ekonomi, sejarah, agama, seni bahkan filsafat. Tokoh-tokoh yang ditemukan di sana juga memperkenalkan pembaca pada keluasan kemungkinan pengenalan hidup manusia, apakah itu dilihat dari keragaman wataknya, kualitas perkembangannya, tenaga dan pekerjaannya, serta harapan dari impiannya. Tak ketinggalan cara pengungkapannya juga dapat memperhalus budi dan perasaan kita, mengajari empati dan toleransi, dan karena pengalaman itu secara perlahan membentuk seseorang menjadi manusia yang lebih manusiawi.1 Secara umum bentuk karya sastra terbagi tiga yaitu prosa, puisi dan drama. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif dan biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. 1
h. 7
Pemasuk Eneste, Buku Pintar Sastra Indonesia, (Jakarta, Kompas: 2001), edisi ke-3,
Sudah jelas motivasi Al-Qur’an yang memerintahkan umatnya untuk belajar menulis. Hal itu secara eksplisit disebutkan dalam lima ayat permulaan surat Al-Alaq [96] yang memiliki arti sebagai berikut:2 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Bagi Thanthawi Jauhari, 3sebagaimana dikutip oleh Suf Kasman dalam bukunya Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi AlQalam dalam Al-Qur’an, menyebutkan bahwa ayat tersebut mendobrak kejumudan masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi penginderaan, hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal-hal yang tidak kalah penting, yaitu: tulisan. 4 Dakwah sendiri menurut Syaikh Ali Makhfudz dalam Hidayat AlMursyidin sebagaimana dikutip oleh Nurul Badrutammam, adalah hatstsa an naas’ala al khyri wa al hadiist wa al amru bi al ma’ruf wa an nahyu ‘an al munkaar liyafuuzuu bi sa’aadati al ‘aajil wa al aajil (usaha mendorong manusia kearah kebajikan dan petunjuk Tuhan dan mengajak berbuat yang
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989), h. 1079 3 Thanthawi Jawhari adalah seorang cendikiawan mesir kelahiran tahun 1870 beliau adalah salah seorang tokoh pembaharu yang memotivasi kaum muslimin untuk menguasai ilmu secara luas. Beliau juga seorang ahli filsafat dan seorang tokoh “mufasir ilmu” yang luas ilmunya. Gagasan dan pemikiran membuat Thanthawi diperhitungkan dalam jajaran pemikir islam terlihat dalam 3 hal: (1) obsesinya untuk memajukan daya piker umat islam, (2) pentingnya ilmu bahasa dalam menguasai idiom-idiom modern, (3) pengkajian terhadap Al-Qur,an sebagai satu-satunya kitab suci yang memotivasi pengembang ilmu. Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, jilid 2, h. 107 4 Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qalam, (Jakrata: penerbit TERAJU, 2005), cet. Ke-1, h.87
makruf dan menjauhi yang munkar agar meraih kebahagiaan dunia dan akhirat).5 Sedangkan al-qalam menurut Abdurrahman Bin Nasir AL-Sa’di, seperti yang dikutip oleh Suf Kasman adalah mencakup segala keeluruhan apa yang dipergunakan untuk menulis sebagai ilmu pengetahuan. Al-Mansyur dan AlManuzum (menyiarkan dan sistematis). Dengan demikian dakwah bil qalam sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat dalam Islam Aktual, sebagaimana yang dikutip oleh Suf Kasman adalah dakwah melalui media cetak.6 Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya. Dan salah seorang yang benar-benar memanfaatkan al qalam sebagai media dakwahnya adalah Tere-Liye, ia menuangkan karyanya dalam novel yang berjudul Hafalan Shalat Delisa, yang mengisahkan tentang bacaan shalat anak enam tahun dengan latar bencana tsunami. Buku ini begitu menyentuh hati. Bagaimana seorang gadis kecil mengajarkan arti kesabaran dalam menghadapi cobaan. Bagaimana seorang gadis kecil ingin mempersembahkan shalat yang sempurna untuk-Nya. Dan buku ini juga mengajak kita mencintai kehidupan, juga kematian, mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.
5
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), cet. Ke-1, h. 36 6 Suf Kasman, Ibid, h. 118
Dari banyak novel yang dikarang Tere-Liye, novel Hafalan Shalat Delisa lah yang merupakan best seller setelah terlebih dahulu novel karangan TereLiye yang berjudul Moga Bunda diSayang Allah. Karya-karya Tere-Liye sangat banyak diminati terutama karyanya yang berjudul Hafalan Shalat Delisa, karena novel yang peneliti teliti merupakan edisi revisi terbitan Republika. Selain karena novel ini di sajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh. Dan novel inipun dijasikan tidak hanya untuk remaja saja tetapi juga untuk anak-anak dengan harapan dan tujuan agar anak-anak dapat termotivasi untuk menghafalkan bacaan shalat. Dan ditujukan pula kepada para orang tua agar dapat membimbing dan mengarahkan anakanak mereka untuk melaksanakan rukun islam yang ke dua yaitu shalat lima waktu. Tere-Liye adalah dari bahasa India artinya untuk-Mu, untuk teman, untuk kakak, adik, ibu, bapak, tetangga, tapi sungguh di atas segalanya, hanya untuk-Mu. Awalnya Tere-Liye bersikukuh tidak ingin dikenal pembaca. Tetapi situasinya semakin ke sini, semakin tidak mudah. Akhirnya setiap novel yang diterbitkan Tere-Liye meberikan alamat email bagi pembaca berteman, mengenal, atau sekedar ingin menyapa. Itulah hubungan novel dengan dakwah sebagai media komunikasi dimana di dalamnya terdapat proses komuniksi yang mengandung pesan-pesan moral.
Biasanya pesan moral itu mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran.7 Meurut Ir. Hadiyanto, M.Si dalam bukunya Membudayakan Kebiasaan Menulis, ia mengatakan bahwa kebiasaan menulis (dalam hal ini adalah termasuk novel) bisa diartikan secra sederhana. Namun dapat pula ditafsirkan lebih luas. Jadi tidak sekedar menuangkan informasi atau pesan dari bahasa lisan kebahasa tulisan. Karena dilihat dari pandangan komunikasi, pertanyaan “mengapa kita menulis” dapat ditelusuri dari segi motivasi menulis dan tujuan-tujuan yang paling hakiki dari komunikasi. Tetapi, masih menurut beliau, apapun juga motivasinya tulis-menulis selalu erhubungan dengan usaha
atau
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
seorang
penulis
untuk
mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, dan isi pikirannya secara jelas dan efektif kepada pembaca.8 Dengan mengikuti alur logika tersebut, dapat dikatakan bahwa karya sastra Tere-Liye yang berjudul Hafalan Shalat Delisa yang menjadi pokok penelitian dapat memuat pesan-pesan keagamaan yang terkandung dalam ajaran islam. Karena Tere-Liye adalah seorang penulis novel muslim, dan oleh karenanya tidak mustahil bila ia mendasari pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran sebagaimana yang diajarkan islam. Sejalan dengan ini, Hasyim mengatakan dan telah dikutif oleh Prof. Dr. Nabilah Lubis: “Apabila karya sastra itu mengajak kejalan yang benar, dan menegakkan amal saleh melalui
7 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1995), cet. Ke-1 h. 322 8 Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, (Jakarta: PT. Fikahati Areksa, 2001), cet. Ke-1, h. 9-10
tokoh-tokohnya maka ia berarti mereka menganut ajaran bahwa segala sesuatu dari Allah, untuk Allah, dan karena Allah. Sedangkan bila sastra itu mempunyai tujuan lain dan melepaskan diri dari ajaran agama, maka karyakarya sastranya mengandung ajaran seni untuk seni atau seni untuk sastra.”9 Nabilah Lubis pun mengatakan bahwa seorang “sastrawan” termasuk khalifah Allah dibidang bahasa dan sastra mempunyai tanggung jawab dan kewajiban seperti khalifah Allah pada bidang-bidang yang lain, dan harus bergerak dalam melaksanakan amanat Allah mengajak umat untuk menuju ke jalan yang benar dan menjauhi larangan-Nya, yaitu “amar ma’ruf nahi munkar”. 10 Hal inilah yang menjadi landasan mengapa peneliti tertarik mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada dialog yang terdapat dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye. Mengacu pada hal di atas, dirumuskan ke dalam perumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Pesan-pesan dakwah apa sajakah yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye?
9
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: penerbit Yayasan Media Alo Indonesia, 2001), cet. Ke-2, h. 12 10 Ibid
2. Tema apa yang mendominasi pesan dakwah dalam novel Hafalan Shalat Delisa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
b.
Memperoleh data tentang tema yang mendominasi novel Hafalan Shalat Delisa.
2. Manfaat Penelitian a.
Manfaat Praktis 1). Memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan islam. 2) Memberikan informasi tentang tema pesan yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa.
b. Manfaat Akademis Menemukan teori-teori tentang tulisan sastra dan dakwah di dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Jadi bukan hanya sekedar sebuah tulisan semata melainkan sebagai media yang di dalamnya terdapat pesanpesan dakwah.
D. Metodologi Penelitian 1. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah novel berjudul Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye yang diterbitkan oleh Republika pada tahun 2008. dan unit pengamatannya adalah dialog-dialog yang ada dalam novel tersebut yang mengandung pesan dakwah. 2. Pengumpulan Data a. Observasi atau pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penomena-penomena yang diselidiki. 11 Disini penulis mengutip kemudian mencatat dialog-dialog yang ada dari novel Hafalan Shalat Delisa. b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, internet, dan lain sebagainya. c. Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face) antara peneliti dan sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Tere-Liye sebagai penulis novel Hafalan Shalat Delisa. Wawancara dilakukan melalui email.
11
Cet. Ke-1.
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
3. Kategorisasi a. Kategorisasi Penyusunan kategori isi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Tabel 1 No
Kategori
1
Pesan Aqidah
Sub Kategori a. Iman Kepada Allah b. Iman Kepada Malaikat c. Iman Kepada Kitab d. Iman Kepada Rasul e. Iman Kepada Hari Akhir f. Iman Kepada Qadha dan Qadar
2
Pesan Syari’ah
a. Ibadah b. Muammalah
3
Pesan Akhlak
a. Akhlak Kepada Allah b. Akhlak Kepada Manusia
b. Penjurian Juri ke satu yaitu Ustadzah Hj. Zainab, beliau merupakan da’iyah di kota Tangerang, kecamatan Cipondoh, kelurahan Cipondoh Makmur, memiliki yayasan Majlis Ta’lim Al-Ikhlas, TKQ, TPA dan MDA dan merupakan
mengajar sebanyak 20 Majlis Ta’lim, beliau juga koordinator
FKU
(Forum
Kecematan Cipondoh, Kota Tangerang.
Komunikasi
Ustadzah)
Juri ke dua yaitu Eko Tri Qurnianto, beliau merupakan Sarjana Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juri ke tiga yaitu Muhammad Yusuf Hasan, beliau merupakan Sarjana Sosial Islam
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
beliau juga merupakan pengelola yayasan Majlis Ta’lim Al-Ikhlas. 4. Analisis Data Data akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan menggambarakan tokoh dan menganalisa isi novel Hafalan Shalat Delisa. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategorikategori isi tulisan dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reliabilitas dengan rumus dari Hostly, yaitu:
Koefisien reliabilitas = 2M N1+N2 Komposit reliabilitas =
N (X antar juri) 1=(N-1) (X antar juri)
Berikut ini adalah tahapan-tahapan penulis dalam menganalisa data: a. Melakukan kategorisasi terhadap novel Hafalan Shalat Delisa. b. Memasukkan data kedalam lembaran koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. c. Menentukan koder untuk mengisi lembar koding. d. Kemudian melakukan penghitungan, mendeskripsikan data yang telah diperoleh berdasarkan tema yang ditentukan dan kemudian ditarik kesimpulan mengenai tema yang paling banyak muncul.
E. Tinjauan Pustaka Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku maupun tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis, yang berkaitan dengan objek analisis isi pesan dakwah dalam novel. Adapun skripsi yang membahas tentang analisis isi pesan dakwah dalam novel yaitu yang berjudul : Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel KapasKapas di Langit Karya Pipiet Senja yang ditulis oleh Rahmat Hidayat berisi tentang seorang gadis Remaja bernama Garsini dihadapkan antara dua pilihan kembali ke tanah air dan menerima lamaran seorang dokter atau menerima beasiswa S2 ke universitas berkelas.12 Dalam penelitian peneliti meneliti pesan-pesan dakwah secara perbab. Skripsi lainnya yaitu berjudul : Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Prof. DR. Hamka yang ditulis oleh Muhammad Yusuf berisi tentang cinta 12
Program Sarjana Strata Satu (S1), Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008 dan tidak di publikasikan.
murni diantara sepasang remaja, yang dilandasi keikhlasan dan kesucian jiwa, jalan ceritanya dilatar belakangi dengan peraturan-peraturan adat pusaka yang kokoh kuat, dalam suatu negeri yang bersuku dan berlembaga.13 Dalam penelitian ini peneliti meneliti bagaimana cara mengemas pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel tersebut. Dari penelusuran peneliti bahwa skripsi-skripsi terdahulu meneliti novel cenderung lebih banyak tentang hubungan kisah cinta sepasang remaja, dan cenderung ditujukan hanya untuk remaja saja, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah novel tentang seorang anak usia enam tahun yang berusaha keras untuk menghafal bacaan shalatnya agar dapat shalat dengan sempurna. Novel Hafalan Shalat Delisa ditujukan tidak hanya untuk remaja saja melainkan untuk anak-anak agar lebih terdorong menghafal bacaan shalatnya, dan terlebih juga novel Hafalan Shalat Delisa ini ditujukan juga kepada orang tua agar dapat mendidik putra-putrinya terutama dalam melaksanakan rukun islam yang ke dua yaitu shalat lima waktu.
F. Sistematika Penulisan Bab I
Berisikan pendahuluan, di dalamnya dikemukakan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
13
Program Sarjana Strata Satu (S1), Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008 dan tidak di publikasikan.
Bab II landasan teoritis menjelaskan pengertian analisis isi, pesan dakwah, novel dan unsure intrinsik dalam novel, dialog dalam novel. Bab III Deskripsi novel Hafalan Shalat Delisa dan penulisnya berisikan riwayat hidup Tere-Liye, unsure intrinsik novel hafalan shalat Delisa dan sinopsis. Bab VI Pesan dakwah dalam novel Hafaln Shalat Delisa berisikan dialog dalam novel hafalan shalat Delisa, isi pesan dakwah dalam novel hafalan shalat Delisa dan kategori pesan dominant dalam novel hafalan shalat Delisa. Bab V Merupakan bab penutup yang memaparkan kesimpulan dan saran-saran yang menjadi jawaban atas pokok permasalahan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Analisis Isi 1. Pengertian Analisis Isi Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematis dan relevan. Secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus.14 Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis/tercetak dalam media massa. Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi.15 Barelson mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan komunikatif tentang manifestasi komunikasi.16
14
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta:1993, h. 36 15 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2002), Cet.Ke-11, h.89 16 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta:1999, Cet.Ke-1, h.13
Klaus Krippendorff mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflikatif (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya.17 Menurut R. Holsty, analisis isi adalah suatu metode analisis isi pesan dalam suatu cara yang sistematis dan menjadi petunjuk untuk mengamati serta
menganalisis
pesan-pesan
tertentu
yang
disampaikan
oleh
komunikator. Holsty menjelaskan di dalam pendekatan kualitatif, menggunakan seperangkat tema sebagai pedoman dalam pembahasan seluruh isi pesan dan mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut dikembangkan oleh suatu sumber atau media dan cenderung untuk meneliti masalah yang tidak mencakup jumlah (kuantitas).18 Metode content analysis atau analisis isi konvensional dikalangan ilmuan sosial, khususnya peneliti media amat populer keberadaannya. Karena merupakan suatu metode yang amat efisien untuk menginvestigasi isi media baik yang tercetak maupun media dalam bentuk broadcast.19 Jalaludin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi mengatakan bahwa penelitian dengan menggunakan metode analisis isi mempunyai tahapan sebagai berikut: perumusan masalah,
17
Klaus Krippendorff, Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metodologi, PT. Remaja Grafindo Persada, Jakarta:1993, h.56 18 R. Holsty, et. al, Content Analysis, dalam Hand Book of Social Sosialogy, Editor by Dardenr Lindzey dan Ellrot Aronson, Cambrige Massachuset, Edisson-Wesley: 1994, h. 589-600 19 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2004), Cet. Ke-4. h. 133
perumusan
hipotesis,
penarikan
sampel,
pembuatan
alat
ukur,
pengumpulan data, dan nalisa data.20
B. Pesan Dakwah 1. Pesan Dakwah Pesan seperti halnya tema dilihat dari segi dikotomik bentuk isi karya serta merupakan unsur isi. Ia merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Ia juga makna yang terkandung dalam sebuah karya. Dalam kamus bahasa Indonesia pesan mengandung arti perintah., nasihat, permintaan,
amanat yang harus dilakukan atau disampaikan
kepada orang lain. 21 Dalam buku komunikasi dakwah, Toto Tasmara mengatakan bahwa pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.22 Jadi pesan dakwah mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia (individu atau golongan) baik melalui media lisan maupun
20
tulisan
agar
mengikuti
ajaran
Islam
dan
mampu
Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi; dilengkapi contoh Analisis Statistik, (Bandung, Remaja Rosda Karya: 2002) , Cet. Ke-2, h. 89 21 Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 1988), h. 761 22 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Prata: 1997), h. 43
menyosialisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat : Moh. Natsir membagi dakwah dalam tiga bagian pokok: a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan manusia. c. Mengadakan keseimbangan antara keduanya.23 Adapun
pesan
(materi)
dakwah
secara
garis
besar
dapat
dikelompokkan sebagai berikut: a. Aqidah Aqidah secara etimologis, berarti ikatan, atau sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti: kepercayaan,
keyakinan, atau iman.24
sedangkan secara terminologi, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh Hassan Saleh adalah keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhujam dalam-dalam
pada
lubuk
hati
seseorang,
sehingga
mengikat
kehidupannya,baik dalam sikap, ucapan dan tindakannya.25 Aqidah ini merupakan fundamen bagi sikap muslim yang menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya. Aqidah merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah. Aqidah ini merupakan keimanan kepada Allah sebagai zat yang gaib, yang maha tinggi, bebas berkehendak, maha kuasa, dan yang layak dipatuhi dan diibadati.
23
Ibid, h. 42 E. Hassan Saleh, Study Is;lam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000), CET. KE-2, h. 55 25 Ibid 24
Kemudian keimanan kepada malaikat dan qadha qadar serta masalahmasalah yang berkaitan dengan pokok-pokok keimanan itu.26 b. Syariah Syariah ialah ketentuan (norma) ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan ketetapan Ilahi yang mengatur manusia dengan sesama disebut muamalah. 1) Ibadah Ibadah secara terminologi berarti ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan langsung hamba dengan Tuhannya, dan tata caranya sudah ditentukan Allah melalui Rasulnya. Secara rinci kajian tentang ibadah ini berkisar pada masalah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.27 2) Muamalah Muamalah berarti ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya (alam sekitar) nya. 28 kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan, dan
26 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (tt: Al-Amin Press, 1997), cet. Ke-1, hal. 11 27 E. Hassan Saleh, ibid, h. 56 28 Ibid
sebagainya. Berkenaan dengan masalah ekonomi misalnya, Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara unsur dunia dan akhirat.29 c. Akhlak Ibn Manzhur berkata, khulq dan khuluq (dengan satu dhammah dan dengan dua dhammah) berarti budi pekerti, dan agama. Kata ini dipakai untuk menyatakan perangai seseorang yang tidak terdapat di dalam fitrahnya (dibuat-buat).30 Sedangkan akhlak menurut istilah ialah salah satu sifat yang tertanam dalam jiwa yang memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.31 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu apa adanya. Pesan atau materi akhlak meliputi: b. Akhlak terhadap Allah. c. Akhlak terhadap sesama manusia (orang tua, diri sendiri, tetangga dan masyarakat luas). d. Akhlak terhadap lingkungan.32
29
Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persda, 2004), cet. Ke-9, h. 90 30 Asma Umar Hasan Fad’aq, Mengungkap Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta, Penerbit Lentera: 1999), h.16 31 ibid, h. 17 32 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet. Ke-1, h. 74-79
C. Novel dan Unsur Intrinsik dalam Novel Novel sebagai salah satu bentuk prosa fiksi, mempunyai arti sebagai sebuah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Istilah novel sendiri sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Perancis, dan bagian-bagian Eropa Daratan yang lain.33 Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut membangun cerita, kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi hubungan atau sistem organisme karya sastra unsur-unsur tersebut menurut Wellek dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro, adalah antara lain keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.34
33 Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesussastraan, (Jakarta: Peerbit Gramedia, 1986), cet. Ke-1, h. 29 34 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995), cet. Ke-1, h. 23
Berikut secara rinci penulis akan menjelaskan beberapa unsur intrinsik dalam novel atau karya sastra. 1. Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi lain.35 Plot sendiri menurut Josip Novakovich adalah peristiwa kunci dalam cerita dan logika yang menghubungkan peristiwa utama dengan peristiwa lainnya yang berfungsi memperkuat peristiwa itu. Dan plot menjalin sebab akibat.36 Secara teoritis, plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau plot lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti boleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash-back), yakni peristiwa yang dikisahkan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.37
35
ibid, h. 110 Josip Novakovich, Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani, (Bandung: Penerbit Kaifa, 2003), cet. Ke-1, h.98 37 Burhan Nurgiantoro, ibid, h. 157-154 36
2. Tokoh dan Penokohan Istilah “tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan:” siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?”, atau siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu?”, dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang di katakana Jones sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.38 Tokoh sendiri dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu. a. Tokoh utama Adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk, konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot. b. Tokoh Protagonis Altenbernd dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita
38
Burhan Nurgiantoro, ibid, h. 164-165
kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilainilai yang ideal bagi kita. c. Tokoh Antagonis Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita. d. Tokoh Tritagonis Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dan antagonis. e. Tokoh Pembantu atau Tambahan Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penentang atau sebagai penengah jika terjadi konflik. 3. Setting atau Latar Latar atau setting, menurut M.H. Abrams, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tumpat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar tempat menyarankan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, latar sosial
menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan oleh karya fiksi. 39 4. Point of View Sudut pandang atau point of view oleh Robert Staton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai.40
D. Dialog dalam Novel Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: percakapan (di sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. 41 Dialog tidak bisa hadir sendiri dalam sebuah karya fiksi. Umumnya, dialog ditampilkan bergantian dengan narasi, yaitu semua penuturan yang bukan bentuk percakapan. Artinya, pengarang mengisahkan ceritanya secara langsung, pengungkapan yang bersifat menceritakan, telling. Ia dapat berupa pelukisan dan atau penceritaan tentang latar, tokoh, hubungan antar tokoh, peristiwa, konflik, dan lain-lain.
39
Ibid, h. 181 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung: Katarsis, 2003), cet.ke-1, h. 16 41 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet, ke-1, h. 204 40
BAB III DESKRIPSI NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA DAN PENGARANGNYA
A. Riwayat Hidup Tere-Liye Tere-Liye berasal dari bahasa India, artinya “untuk-Mu” bisa untuk ayah, bunda, adik, kakak ponakan, tetangga, kucing kesayangan, teman, dan seterusnya, tapi di atas segalanya sungguh tentu saja maksudnya “Untuk-Mu”, awalnya Tere-Liye bersikukuh tidak ingin dikenal pembaca. Tetapi situasinya semakin ke sini, semakin tidak mudah. Tere-Liye sering pula dipanggil Bang Darwis, lahir 21 May 1979 di Tandaraja, Palembang. Menempuh pendidikan SMAN 9 Bandar Lampung sejak tahun 1994-1997, dan melanjutkan studynya ke Perguruan Tinggi Universitas Indonesia sejak tahun 1998-2002 mengambil Jurusan Accounting. Hoby yang disukainya yaitu backpero, mendaki, menyelam, fotografi, bird-watching, membaca, menulis, mendengar, dan tentu saja backpackers, keliling-keliling dengan ransel di punggung karena menurutnya ia ingin menargetkan mengunjungi 4-5 tempat setiap tahun. Juga suka naik gunung, ia juga ingin mencoba carstenz pyramid dalam waktu dekat. Pria yang tidak ingin dikenal oleh pembacanya ini memiliki alamat yang berpindah-pindah atau nomaden biasanya 3-4 bulan disatu kota kemudian
pindah lagi ke kota lainnya, oleh karena itu ia memberikan cara terbaik untuk menghubunginya adalah dengan email. Pekerjaan yang ia geluti saat ini adalah mengajar, karena menurutnya mengajar itu banyak mengambil bentuk, dan profesi linnya adalah sebagai dosen disalah satu universitas dan sebagai konsultan. Dari semua karyanya yang paling ia sukai adalah Hafalan Shalat Delisa, karena menurutnya menulis novel tersebut benar-benar menghabiskan energi, ia hingga lupa menghitungnya, berapa kali ia menangis setiap kali tiba dibagian-bagian tertentu, terutama saat ia membuat catatan kaki. Menurutnya yang ia ingat, keyboard komputernya pernah basah oleh air matanya.
42
Novel Hafalan Shalat Delisa, mengisahkan tentang anak-anak karena menurutnya anak-anak bukan karena terlihat lucu, menggemaskan dan sebagainya, tapi di tangan merekalah generasi yang lebih baik, yang lebih indah memaknai hidup dan dunia ini akan datang.43 Buku-buku yang pernah ditulis Tere-Liye yaitu: 1. Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005) 2. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2007) 3. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008) 4. The Gogons Series: James & Incridible Incident (Pernerbit Gramedia Pustaka Umum, 2006) 5. Sang Penandai (Penerbit Serambi) 42
Wawancara penulis dengan Tere-Liye via email di
[email protected], Monday, December 21 2008 09: 30:06 PM. 43 Wawancara penulis dengan Tere-Liye via email di
[email protected], Tursday, march 31 2009 09: 45 PM.
6. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Add book: nicname yang berbeda) 7. Cinta Antara Jakarta & Kuala Lumpur (Add book: nicname yang berbeda)44 B. Deskripsi Novel Hafalan Shalat Delisa Novel Hafalan Shalat Delisa, yang bercerita tentang dunia kanak-kanak mengisahkan bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bencana Tsunami ini, sempurna fiksi dan merupakan hasil imajinasi Tere-Liye. Terus terang saja menurutnya ia bahkan belum pernah ke Aceh. Meminjam istilah Buya Hamka, “Yang pergi ke sana adalah jiwaku bukan fisikku....” Tere-Liye merasa sama seperti jutaan orang-orang yang begitu sedih menatap berita-berita tsunami di televisi. Ketika itu disuatu siang yang panas, di kamar sempit ukuran 2x3m kostannya, selepas shalat dzuhur, saat makan siang sambil menatap televisi, ia tersedu menyaksikan liputan tentang anak-anak Aceh yang kakinya terpaksa diamputasi setelah kejadian itu. Di sela-sela makan sambil menangis, ia bersumpah, akan menulis sebuah kisah yang amat sederhana tentang kejadian menyakitkan itu. Ia ingin setiap kali kita mengenang kejadian tsunami dengan jumlah korban meninggal 100.000 lebih; dan 100.000 lebih lainnya dilaporkan hilang, kita bisa mengenang dengan indah. Mengenangnya dengan pemahaman kalau semua itu pasti ada hikmahnya, maka mengalirlah kisah itu di kepala Tere-Liye. Tokoh-tokoh yang hendak dihadirkannya. Alur cerita yang hendak disampaikannya. Hingga jadilah novel ini. Sungguh Allah memberikan banyak kemudahan. 44
Wawancara penulis dengan Tere-Liye via email di
[email protected], Monday, December 23, 2008 08:00 PM.
Novel ini tidak diniatkan menjadi novel yang mengharukan, karena menurut Tere-Liye ia sendiri pun tidak tahu jawaban baiknya. Yang ia tahu, menulis novel Hafalan Shalat Delisa ini benar-benar menghabiskan energi. Bahkan ia sendiri pun lupa menghitungnya, berapa kali ia menangis setiap kali tiba di bagian-bagian tertentu terutama saat membuat catatan kaki. Yang ia ingat, keyboard komputernya pernah basah oleh air mata. Ia hanya berniat menulis novel yang sederhana. Masalahnya menurutnya, sederhana itu dekat sekali dengan ketulusan. Dan ketulusan itu kunci utama untuk membuka pintu hati. Ia juga berharap kepada pembaca jika pembaca benar-benar menangis membaca buku ini, tangisan itu bermanfaat. Membalut luka, menuju perbaikan diri. Sayang sekali kalau tangisan itu hanya sementara. Menipu. Sekarang menangis, besok lusa sama saja hasilnya. Novel-novel yang pernah ditulis Tere-Liye yaitu, untuk yang ber-genre reeligius, ada tiga yang diterbitkan oleh Penerbit Republika. Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda diSayang Allah, dan Bidadari-Bidadari Surga (yang rilis mei 2008). Menurut Tere-Liye sebenarnya novel-novel itu tidak tepat dibilang religius, karena menurutnya pembaca akan kesulitan mencari sepotong ayatayat suci di dalamnya. Novel-novel itu juga tidak ‘bergumam’ tentang khotbah agama, atau paragraf-paragraf panjang tentang itu. Menurutnya ia lebih suka menyebutnya novel-novel yang semoga menginspirasi orang untuk hidup sederhana, terus berbuat baik, bekerja keras, dan senantiasa bersyukur. Bagi Tere-Liye menulis adalah bukan pekerjaan yang utama, karena ternyata ia lebih suka mengajar, karena mengajar itu menurutnya banyak
mengambil bentuk, akhirnya profesinya jadi bermacam-macam yaitu dosen, konsultan dan seterusnya. Untuk memperoleh
inspirasi dalam
menulis
biasanya
Tere-Liye
memperolehnya dari mana saja, kadang ia memperolehnya ketika ia sedang duduk di halte bisa dapet ide, tapi itu semua terkadang tidak semuanya sukses, kadang pula ia peroleh hanya satu paragraf saja. Ketika ditanya apakah novel tersebut bertujuan untuk berdakwah dan apakah memberikan nilai moral, menurutnya kalau dibilang untuk berdakwah semuanya kembali kepada pembaca, karena ia hanya ingin melalui novelnovel karyanya terutama Hafalan Shalat Delisa, harapannya semoga pembaca terinspirasi untuk hidup sederhana, terus berbuat baik, bekerja keras, dan senantiasa bersyukur. Novel Hafalan Shalat Delisa bercerita tentang dunia kanak-kanak dengan pilihan kalimat yang simpel, yang ceritanya jauh dari glamour novel percintaan, karena Tere-Liye juga menyukai anak-anak, itu bukan karena mereka terlihat lucu, menggemaskan dan sebagainya, tapi menututnya di tangan merekalah generasi yang lebih baik, yang lebih indah memaknai hidup dan dunia ini akan datang. Adapun deskripsi novel Hafalan Shalat Delisa tiap halamannya yaitu: Shalat Lebih Baik dari Tidur (hal 1-18) Adzan subuh dari Meunasah terdengar syahdu. Keluarga yang penuh harmonis itu memulai hari-harinya dengan mengerjakan shalat subuh berjamaah. Walau Delisa agak susah untuk dibangunkan. Ummi Delisa nggak
mau bangun. Aisyah berteriak kencang-kencang. “Ummi kenapa yah Delisa selalu susah bangun subuh-subuh?” “karena kamu sering lupa do’a sebelum tidur kan?” “nggak...Delisa nggak pernah lupa!” “memangnya kamu baca do’a apa?” “Delisa bilang ya Allah Delisa mau bobo dijaga yah?” “tetapi do’anya tetap nggak seperti itu kan Delisa?” “kamu kan dikasih tahu artinya oleh Ustadz Rahman...nah kamu boleh baca seperti artinya itu. Itu lebih pas. Atau kalau Delisa mau lebih afdhal lagi, ya pakai bahasa arabnya! Nanti insya Allah bangunnya tidak akan suah lagi....ada malaikat yang membangunkan Delisa”. Keluarga Abi Usman memang bahagia, apalagi yang kurang? Empat anak yang salehah, kehidupan yang berkecukupan, bertetangga dengan baik dan bersahaja, apa adanya, mereka tinggal di komplek perumahan sederhana dekat sekali dengan tubir pantai Lhok Nga. Ummi sehari-hari bekerja menjahit, dan membordir pakaian pesanan tetangga. Sedangkan Abi bekerja di tanker perusahaan minyak internasional. Berkeliling dari satu benua ke benua lainnya membawa ribuan meter kubik minyak mentah. Setiap tiga bulan baru kembali merapat di pelabuhan Arun. Kemudian kembali ke Lhok Nga selama dua minggu, sebelum balik lagi berlayar mengelilingi lautan. Fatimah tipikal anak sulung yang bisa diandalkan, umurnya 16 tahun, meski masih kelas satu Madrasah Aliyah, Fatimah bisa menggantikan peran umi dengan baik juga partner umi kalau abi tidak ada dirumah.
Cut Aisyah dan Cut Zahra meski kembar benar-benar bertabiat bagai bumi dan langit, yang satu jahilnya minta ampun (Aisyah), yang satu kalem dan pendiamnya minta ampun (Zahra), tapi mereka anak-anak yang baikdan penurut, anak-anak yang cerdas. Delisa si bungsu, berwajah paling menggemaskan. Ia sungguh tidak terlihat seperti anak Lhok Nga lainnya. Beda sekali dengan kakak-kakaknya. Rambut Delisa ikal berwarna, kulitnya putih kemerah-merahan bersih, matanya hijau, Delisa lebih terlihat seperti anak keturunan. Meskipun itu tidak aneh umi Delisa memang keturunan Turki-Spanyol. Delisa juga punya hobi beda dengan anak-anak gadis kecil di komplek perumahan mereka. Setiap sore ia lebih suka bermain bola bersama teman laki-lakinya dibandingkan dengan kakak-kakak dan teman-teman ceweknya. Delisa saat ini sedang berjuang menghafal bacaan shalatnya mingguminggu ini, setiap kesempatan yang ada ia pasti menenteng buku hafalan shalatnya. Kata Ummi, umi mau ke pasar Lhok Nga membeli kalung hadiah hafalan bacaan shalat Delisa. Kalung yang dijanjikan umi sebulan lalu, kalung yang membuatnya semangat belajar menghafal bacaan shalat minggu-minggu terakhir. Kalung yang sungguh tanpa disadari Delisa akan membawanya kesemua lingkaran mengharukan cerita ini. Kalung Separuh Harga (hal 19-34) “Haiya, kalau begitu kalungnya separuh harga saja Umi Salamah, Koh Acan tersenyum riang” “ah anggak usah biar saya bayar penuh Koh Acan?” “tidaklah kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Umi Salamah bayar separuh
saja, haiya” “jangan koh saya jadi tidak enak hati, dulu waktu Fatimah beli koh Acan juga hanya mau dibayar separuh waktu Zahra dan Aisyah beli juga kali ini biarlah Delisa bayar penuh” “kata Abi Usman dulu shalat itu untuk amar makhruf nahi munkar “ “saya senang sekali anak-anak kecil belajar shalat itu berarti Lhok Nga akan menjadi lebih baik kan, apalagi anak-anak Abi Usman dan Umi Salamah sudah seperti anak saya sendiri” Setibanya di rumah Delisa dengan bangga memamerkan kalung itu setelah membujuk umi habis-habisan agar bisa memperlihatkan kalung tersebut kepada kakak-kakaknya. Kalung emas 2 gram, sama seperti milik Fatimah, Zahra, juga Aisyah. Yang membuatnya berbeda karena kalung itu diberikan gantungan huruf. Huruf D. Hal itulah yang sangat membuat Aisyah cemburu kepada Delisa karena, kalung milik Delisa jelas-jelas lebih bagus dibandingkan miliknya. “kamu tuh aneh, Aisyah...Zahra saja nggak cemburu kok Delisa dapat kalung lebih bagus....kak Fatimah juga nggak! Lagian Cuma beda huruf doang” “ummi kan pernah bilang sayang....jangan pernah lihat hadiah dari bentuknya....lihat dari niatnya....abi kan juga sering bilang kalau kamu lihat hadiah dari niatnya, insya Allah hadiahnya terasa lebih indah, ah iya bukankah Ustadz Rahman juga pernah bilang: kita belajar shalat itu hadiahnya nggak sebanding dengan kalung...hadiahnya sebanding dengan surga...” Jembatan Keledai (hal 35-50) “Ustadz kenapa yah Delisa sering kebolak-balik?” “biar nggak kebolakbalik kamu mesti menghafalnya berkali-kali...baca berkali-kali....nanti nggak
lagi! Nanti pasti terbiasa” “ustadz memang nggak boleh ya kita baca bacaan shalatnya kebolak-balik?” “ergh nggak boleh Delisa” “kalau Delisa pakai sepatu di kepala....terus kerudung di kaki bisa nggak kebolak-balik gitu?” “pernah ada sahabat rasul, saking khusuknya shalat Kalajengking besar menggigit punggungnya dia tidak merasakan sama sekali...ya Kalajengking besar” “ustadz? Delisia bertanya” “kenapa dia nggak kersa sakit kan badannya jadi bengkak?” “karena orang yang khusuk pikirannya selalu fokus, pikirannya satu” “nah jadi kalian shalat harus khusuk. Harus satu pikirannya, andai kata ada suara ribut-ribut disekitar, tetapa khusuk, ada suara gedabakgedebuk, tetap khusuk” Malam datang menjelang, “tadi siapa yang ngacak-ngacak lemari pakaian? Zahra bertanya” “nggak kok Delisa Cuma cari pakaian ngaji doang...sama sekali nggak ngacak-ngacak!” “iya tapi kamu kan nyarinya pbisa lebih pelan dikit? Nggak mesti merusak lipatan pakian yang lain kan?” “Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek di atas mejanya dulu kalau nyari sesuatu, fatimah mengingatkan” “jangan-jangan Delisa juga belum lihat meja belajar sore ini, entah mengapa Aisyah tiba-tiba bertanya kepada Delisa” “kan k.Aisyah sudah taruh di atas meja Habis pulang latihan tari saman tadi, kamu nggak lihat?Aisyah berkata serius” Delisa menggeleng. Mengernyitkan dahi, apanya yang ditaruh di atas mejanya? Orang Delisa memang nggak lihat-lihat tuh meja. Tapi ia menhentiakn makannya, turun dari kursinya, beranjak ke meja belaja. Penasaran. Dia atas meja itu ada selembar kertas. Kertas apa? Mata Delisa
menyapu setiap senti-nya. Jembatan keledai. Itu petunjuk cara menghafal shalat yang baik. Seperti bagaimana agar bacaan ruku tidak ketukar dengan bacaan sujud. Bagaimana agar bacaan di antara dua sujud tidak kebolak-balik. Semuanya
ada
‘jembatan
keledainya’nya.
Cara
menghafal
dengan
menganalogkan hafalan dengan urutan huruf atau benda-benda menarik lainnya. Delisa setelah menyadari apa kertas itu, bersorak senang! Kertas ini menyelamatkannya! Ia semangat berlari ke meja makan lagi. Yang membuat jembatan keledai itu adalah; Aisyah. Tadi siang ketika di sekolah pas pelajaran agama, pak guru Jamal bilang begini: sungguh saudara-saudara kita akan menjadi tameng api neraka. Maka berbuat baiklah kepada mereka. Sungguh adik-kakak kita akan menjadi perisai cambuk malaikat. Maka berbuat baiklah kepada mereka. Sunggugh saudara-saudara kita akan menjadi penghalang siksa dan azab himpitan liang kubur. Maka berbuat baiklah kepada mereka. Aisyah ingat cemburunya. Ia mat malu sepanjang penjelasan pak guru Jamal. Ya Allah, Aisyah malu sekali. Lihatlah, ia justru menggangu adiknya saat Delisa sedang berjuang menghafal bacaan shalat. Aisyah hampir menangis mendengar penjelasan pak guru Jamal. Tertunduk di ats meja. Menutup wajahnya dengan tas. Ia memang sering jahil kepada Delisa, tapi hatinya juga bagai mutiara. Siang itu sambil menunggu latihan tari saman, ia membuat kertas petunjuk “jambatan keledai” itu. “Terima kasih K.Aisyah, Delisa memeluk kakaknya” Delisa Cinta Ummi Karena Allah (hal 51-74) Mereka shubuh itu kembali shalat berjamaah, sabtu pagi 25 Desember 2004. sehari sebul tanggal yang akan diingat banyak orang. Rutinitas harian
biasa. Delisa seminggu terakhir sudah bisa bangun tepat waktu. Keributan kamar mandi berkurang banyak. Aisyah juga melakukan tugasnya dengan baik dan benar, Delisa juga tidak banyak protes. Yang tidak rutin shubuh itu sehabis shalat ketika ummi memimpin dzikir. Delisa tiba-tiba maju ke depan. Merangkak dengan mukena masih membungkus wajahnya. Fatimah melotot menyuruhnya duduk kembali. Tapi Delisa tidak peduli tetap mendekati sajadah ummi. Aisyah nyengir. Zahra tak memperhatikan melanjutkan zikir meniru suara ummi. Delisa duduk berletakan lutut di belakang ummi. Kemudian pelan memeluk leher ummi yang duduk berdzikir di depannya. “Ummi bertanya, ada apa sayang?” “u-m-m-i” “ummi...Delisa cinta ummi karena Allah! Ummi Salamh terpana. Ya Allah kalimat itu sungguh indah. Ya Allah kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika. Delisa cinta ummi karena Allah...tasbih ummi terlepas. Matanya berkaca-kaca. Apa yang barusan dikatan bungsunya? Ya Allah di mana Delisa dapat ide untuk mengatakan kalimat seindah itu. “ummi juga cinta sekali ummi cinta Delisa karena Allah” Waktu pun berlalu ketika di pengajian TPA Delisa langsung melapor kepada Ustadz Rahman bahwa ia telah sukses bilang ke uminya bahwa ia cinta ummi karena Allah, dan itu semua atas ajaran dan perintah usatadz Rahman kepadanya dan teman-temannya yang lain kemarin saat belajar dengan imbalan hadiah sebatang cokelat. Akhirnya Delisa pun menerima hadiah tersebut. Setibanya di rumah Aisyah menemukan coklat tersebut dan bertanya kepada Delisa bahwa coklat tersebut dari siapa tapi Delisa takut dan belum
berani cerita apa adanya ia hanya bilang hadiah itu karena ia anak yang baik. Dalam hatinya ia merasa menyesal karena ia memanfaat kan ummi hanya demi untuk sebatang coklat. Tapi suatu saat ia pasti akan cerita. 26 Desember 2004 Itu! (hal 63-74) Delisa bangun dengan semangat, shalat shubuh dengan semangat. Tadi bacaannya nyaris sempurna. Kecuali sujud, bukan ketukar tapi tentah mengapa Delisa lupa bacaan sujudnya. Delisa semangat berangkat ke sekolah hari ini. Jaji kalung itu membuatnya sumringah. Ibu guru Nur sengaja memindahkan praktek hafalan shalat kelas satu ibtidaiyah pada hari minggu karena agar anak-anak lebih rileks dan orang tua murid dapat mengantarkan anak-anak mereka. Anak sudah berjejer di depan sekolah, sementara di kelas tegang sekali, ibu guru nur mengambil daftar absen. Satu persatu anak-anak maju. Satu anak lagi maju. Patah-patah juga, akhirnya tiba giliran Delisa. “Allahu akbar” Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok-Nga. Persis ketika Delisa usai takbiratul ihram, lantai laut retak seketika, tanah bergetar dahsyat, gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika, Lhok Nga menyusul, tepat ketika diujung Delisa mengucapkan kata wamamati lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan, papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai, tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama bolak-baliknya, Lhok Nga bergetar bolak-balik. Situasi menjadi panik. Kacau balau. GEMPA! GEMPA! Orang-orang di luar sana berteriak.
Gelombang itu menyentuh tembok sekolah, tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud, tepat sebelu kepalanya menghantam tembok itu, air keruh mulai masuk menyergap kerongkongan Delisa. Delisa terbatuk, badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesan-kemari. Ibu guru Nur yang sesat terlempar dari ruang kelas sempat berpegangan pada sebilah papan beberapa detik melihat Delisa yang terseret didekatnya. Ibu guru Nur tidak berpikir panjang saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam. Ibu guru Nur melepas kerudungnya yang robek. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan dengan sekuat tenaga dan sambil berbisik kau harus menyelesaikan hafalan shalat itu sayang...kau harus meneylesaikannya! Tubuh lemah Delisa terus terseret jauh gelombang tsunami. Terikat di atas papan. Bersama ribuan orang lainnya. Hari itu pagi Ahad, 26 Desember 2004. penduduk dunia mencatatnya! Hari itu pagi Ahad, 26 Desember 2004, penduduk langit mencatatnya. Mencatat manusia-manusia terbaik. Berita-Berita Televisi (hal 75-90) Gempa berkekuatan 8,9 skal ricther menghantam pulau Sumatera, Indoneisa. Banda Aceh Sumatera Utara dan sekitarnya. Konfirmasi terakhir mengatakan sekitar 3000 orang meninggal. Tidak ada yang tahu apakah catatan korban akan bertambah atau tidak.
Yang pasti gempa tesebut
merupakan gempa terbesar yang pernah terjadi di daerah tersebut. Bahkan diseluruh dunia....seorang ibu menelan ludah, pembawa acara News Morning! CNN di layar televisi telah pindah membaca berita dari belahan dunia lainnya.
Berita itu mungikin biasa-biasa saja disalah satu neighborhood sudut kota Holinsk, Finladia tempat rumahnya berada apalagi kejadian itu puluhan ribu kolometer dari negara mereka, terlalu jauh untuk dianggap penting. Tetapi istilah ujung pulau Sumatera, Indonesia penting bagi keluarga itu, Banda Aceh. Ia
terus menelpon suaminya telepon itu pun bergetar riang tetapi
sayang jemari itu sudah membeku, tangan itu tertimbun sampah dan lumpur, muka bule itu sudah tidak di kenali. Nama bule itu adalah Dr. Michael J Fox. Pakar sosiologi unuversitas ternama di Holinski, Finlandia itu menjemput maut. Saat melakukan penelitian tentang struktur dan tingkah laku religius masyarakat Banda Aceh dan Lhok Nga. Panglima perang Indonesia mengontak negara-negara sahabat. Bantuan harus segera dikirimkan. Apa saja yang ada! Apa saja yang tersedia! Helikop[ter tempur berbagai negara, bantuan obat-obatan militer negaranegara sebrang meleset menuju ujung pulau Sumatera. Sama cepatnya dengan ucapan belasungkawa. Televisi-televisi mulai menggurat kesedihan di layar beningnya, mulai mendendang lengah ratapan. Mulau memukul tifa luka berenda air mata. Memilukan menatap potongan gambar yang sebenarnya jauh dari lengkap. Video amatir menghias profesional biangkai televisi di rumah-rumah warga. Elementaery School Rose the Elizabeth. Tepat di jantung kota London. Michelle dan Margaretha kembar enam tahun berdiam diri. Mukanya tertunduk takjim. Tangannya merapat. Mata birunya terpejam. Seluruh isi kelas hening.
Pagi ini sebelum mereka memulai pelajaran kelas satu
Elementary School Michelle dan Margareh mereka berdiri di dapan kelas. Memimpin do’a teman-temannya. Berkata lemah “untuk teman-teman kami di Aceh....untuk teman-teman kami di Indonesia....somoga Tuhan selalu menyertai kalian. Burung-Burung Pembawa Buah (hal 91-104) Delisa tak bisa bergerak kaki kanannya hingga ke betis sempurna terjepi di sela-sela dahan semak. Tubuh mungilnya terjerembab di semak-semak, kaki kanannya menggantung tak berdaya. Muka Delisa biru lebam, sekujur tubuhnya juga penuh dengan baret luka, sisa guratan pohon kelapa rantingranting pohon lainnya. Betis kanannya sungguh menyedihkan, remuk, darah membeku menggumpal, Delisa nyaris telanjang, seragam sekolahnya robek besar di mana-mana. Delisa masih hidup, terseret hingga empat kilo meter ke kaki bukit Lhok Nga. Tersangkut di semak-semak, siku kanan Delisa juga patah. Hujan deras mengguyur tubuh Delisa. Tubuh itu pucat kedinginan, ia melihat mayat Tiur yang berada didekatnya, Delisa meringis ia lapar, Delisa teramat lapar sudah enam hari enam malam perutnya kosong Delisa juga tiba-tiba merasa amat haus. Kemana pula ia harus mencari makanan. Lama tak ada yang peduli, tak ada yang melihat dan tak ada yang membantu, hingga kesadaran itu membuka dan di tanamkan di kepalanya kemudian ia membuka mulutnya. Ia haus. Dan air yang turun dari langit menjadi berkah baginya. Tapi Delisa juga lapar kaman ia harus mencari makan? Dan lima buah apel yang ranum tergeletak begitu saja didekatnya, rapih tersusun membentuk
formasi bintang para Delisa senang melihatnya. Dan sangat lezat saat Delisa mulai mengunyahnya mencair begitu saja di dalam mulutnya dengan sejuta rasa yang tak pernah terkatakan oleh penduduk dunia apel itu entah dari mana datangnya tak ada buah selezat ini yang tumbuh di atas bumi. Minggu 2 Januarai 2005 hari ketujuh setelah bencana menggetarkan dunis itu terjadi langit Aceh bagai penuh ribuan helikopter pengatur landing/take-off landasan kapal induk John F Kennedy memberikan tanda, hijau, sersan Ahmed
pemuda usia tiga puluh lima tahun lulusan terbaik pendidikan
tamtama marinir Amerika Serikat lima belas tahun silam, pemuda Afrika kelahiran Boston, sedikit di antara tentara muslim yang bertugas di gugus perang J F Kennedy sersan Ahmed muallaf setelah pertempuran badai padang pasir Irak dulu. Hidayah Itu Akhirnya Datang (hal 105-114) Jam tujuh pagi super puma itu melesat lagi dari kapal induk. Sersan ahmed semakin galak memeriaki prajurinya. Sersan ahmed menggigit bibir. Mereka harus menemukan lebih banyak mayat lagi. Mungkin jika beruntung satu-dua yang masih bernyawa. Meskipun itu benar-benar sebuah keajaiban. “sersan Ahmed bertanya kepada prajuri Smith, apa yang kau kunyah?” “permen karet sir” Smith adalah anak buahnya yang baru enam bulan silam beruntun kehilangan anak semata wayang dan istrinya di California. Dalam waktu enam bulan, dua orang yang paling dicintai Smith meninggal begitu saja. Delisa siang itu pingsan untuk kesekian kalinya. Dua belas prajurit sersan Ahmed juga sudah hampir habis. Kelelahan. Lelah fisik dan lelah mental.
Hanya suara Sersan Ahmed yang masih garanglah membuat mereka tetap bertahan. Mereka tadi pagi mendarat jauh dari bekas lapangan sekolah Delisa. Menyisir kota Lhok Nga dengan radius lebih jauh lagi. Prajurit Smith sudah kehabisan permen karet yang kedua belas. Itu permen karet terakhirnya. Dia gontai mendekati semak belukar itu. Lemah menatap semua pemandangan menyedihkan ini. Bau bangkai menyeruak hidungnya. Prajurit Smith mendekat. Mencari tahu sumbernya. Mayat Tiur Prajurit Smith menelan ludah melihat mayat Tiur yang membusuk. Lemah melangkah mendekat. Menghela nafas menyiapkan kantong mayat. Saat itulah sudut mata prajurit Smith tak sengaja menangkap siluet pemandangan yang menggetarkan itu. Menatap semak belukar yang sebenarnya kalau tak ada semua ini terlihat amat menawan. Tubuh yang tersangkut di semak belukar itulah yang membuat Prajurit Smith tak bisa bernafas. Tubuh yang biru mengeriput. “jesus christ!” Smith mendesis menelan ludah. Lututnya bergerak kehilangan tenaga dan dia sintak jatuh terduduk. Berdebam lututnya menghantam tanah, hatinya gentar sekali. Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung di tengah-tengah semak belukar. “ada yang hidup sir Prajurit Smith berteriak kepada Sersan Ahmed” setibanya di kapal induk Prajurit Smith tergugu. Menangis tersungkur ke lantai keramik. Mendekap mukanya. Ya Tuhan dia ingat anak semata wayangnya yang meninggal karena kanker enam bulan yang lalu. Persis
seumuran dengan gadis kecil yang berada dihadapannya. Dia ingat istrinya yang meninggal dua bulan setelah kepergian anaknya. Lihatlah gadis kecil ini menderita lebih banyak tetapi wajahnya teramat teduh. Gadis kecil ini sungguh menderita lebih banyak di bandingkan dirinya, namun wajahnya bercahaya oleh penerimaan. Pengertian itu datang kepada Prajurit Smith, pemahaman yang indah. Esok subuh prajurit Smith akan mendatangi ruangan mushalla yang terdapat di kapal induk itu. Patah-patah dibimbing sersan Ahmed mengambil wudhu. Lantas bergetar menahan tangis mengucap syahadat. Esok pagi prajurit Smith memutuskan untuk menjalani hidup baru, bukan soal pilihan agamanya karena itu datang memanggilnya begitu saja. Tapi bagaiman soal ia menyikapi kehilangannya selama ini. Penerimaan yang tulus. Mereka Semua Pergi (hal 115-126) Empat hari empat malam berlalu. Delisa belum menujukkan tanda-tanda akan siuman. Tetap terbaring tak bergerak di atas ranjang. Sementara itu Abi sedang melangkah patah-patah menuju lokasi bekas rumah mereka. Abi tiba di Lhok Nga beberapa menit lalu setelah membujuk kesana kemari akhirnya bisa menumpang helikopter tentara tadi pagi dari Banda Aceh. Suster Sofi masih menatap tubuh Delisa yang masih berbaring tak berdaya, gadis kecil ini sungguh tak beruntung di manakah keluarganya sekarang? Suster Shopi satu diantara suster muslimah yang bekerja di rumah sakit kapal induk itu. Ia kelahiran negara bagian Virginia, 25 tahun silam. Sudah tiga tahun bertugas di gugus kapal induk ini. Keturunan Turki.
Sore datang menjelang. Cut Aisyah mayatnya sudah ditemukan empat hari lalu, mayatnya ditemukan sudah membusuk. Berpelukan dengan Cut Zahra. Kata koh Acan lirih, berrkata kepada Abi Usman, keluarga saya musnah mayat Chi-bi sudah dikuburkan, papa Liem, Tian Er, pembantu-pembantu di toko. Kemudian Teuku Dien berkata kepada Abi Usman yang merupakan tetangga Abi Usman, Cut Fatimah sudah dikuburkan tiga hari yang lalu. Kalau begitu hanya tinggal Delisa dan Ummi Salamah abi mengusap mukanyai. Abi balik bertanya keluargamu? Teuku Dien tersenyum pahit senyum yang sama dengan Koh Acan kemarin, senyum yang sama dengan sisa-sisa penduduk Lhok Nga yang selamat lainnya. Senyum itu! Hanya Ummam anak bungsunya yang selamat. Istri dan enam anaknya yang lain hilang entah tak tahu di mana rimbanya. Kalung Yang Indah Itu (hal 127-140) Gadis kecil itu pelan-pelan siuman, “kakak siapa?” Delisa tiba-tiba bertanya, tangan shopi terhenti. Menatap Delisa yang menyeriangai, dan suster Shopi menjawab “Shopi”. Shopi selalu menemaninya meski itu bukan jadwal piketnya. Gadis 25 tahun itu menggantikan peran Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, Kak Aisyah dengan baik. Juga teman yang baik. Delisa terdiam menatap Kak Shopi, Kak Shopi berkata kita pasti akan menemukan Abi, Ummi, K, Fatimah, K, Zahra, K, Aisyah sayang....tidak! Delisa tidak sedih teringat Ummi, Abi dan Kakak-kakaknya, Delisa sedang terdiam melihat leher kak Shopi di foto itu, itu foto shopi tiga tahun silam,
sebelum ia berjilbab. Di leher Kak Shopi ada kalung. Kalung yang indah, ada huruf S. S untuk Shopi Kalung? Bukakankah kosa kata itu selama ini teramat penting baginya? Kalung? Bukankah kata-kata itu benar-benar penting baginya? Mengapa hilang begitu saja. Delisa lupa apa maksudnya. Seolah ada yang misterius di kepalanya. Kalung? Ada apa dengan kalung? Yang ia tahu kalung milik kak Shopi indah sekali. Dan ia ingin punya kalung seperti itu. Shopi mengerti kalung? Delisa melihat kalung di fotonya. Shopi tersenyum. Menyikap kerudung birunya. Memperlihatkan lehernya, kalung itu tergantung di sana. S untuk shopi. Indah sekali. Gemetar tangan Delisa menyentuhnya. Ia ingat banyak hal, Delisa ingat hampir semua kenangan itu. Tetapi tidak yang ini. Ia lupa tentang kalung itu! Kalung yang dibeli dari Koh Acan, kalung yang membuat Kak Aisyah merajuk semalaman, kalung emas 2 gram dengan huruf yang tergantung D untuk Delisa. Kalung indah hafalan bacaan shalatnya. Pertemuan (hal 141-152) Dan inilah gunanya daftar isian itu. Suster Shopi menyerahkan data tersebut kapada Sersan Ahmed. Nama Delisa seketika tergabung dengan daftar ribuan nama lainnya yang selamat dari bencana tsunami dan sekarang terpisah entah kemana. Abi yang sedang mencari informasi di tenda marinir kapal induk kota Lhok Nga mendekat. “Delisa” dan gemetar Abi menyebut nama yang tertera di atas kertas tersebut.
Saat itu juga Abi segera menumpang helikopter Super Puma. Perjalanan satu setengah jam. Sersan Ahmed menjelaskan detail semuanya kepada Abi Usman. Setibanya Delisa saat sedang bermain bersama suster Shopi, duduk bersandar di ranjangnya. Sekejap! Boneka teddi bear telah terlepas dari tangan Delisa dalam gerakan lamabat yang menggetarkan Delisa berteriak.... Abi...Abi... Delisa memeluk Abi, kaki Delisa di potong bi...gigi Delisa lepas dua bi... ya Allah pemandangan ini sungguh menyakitkan teramat menusuk hatinya, bagaimana mungkin bungsunya yang cantik bagai puteri di penuhi barut luka. Kaki terpotong... dan yang lebih membuat hati Abi bagai diaduk-aduk, lihatlah, Delisa ringan saja menyampaikan semua berita itu...melapor persis seperti dia melaporkan Kak Aisyah yang nakal sepanjang tiga bulan. Tidak keberatan sedikitpun atas keputusanMu. Abi memeluk Delisa lagi. Pulang Ke Lhok Nga (hal 153-170) Hari itu enam minggu sudah gelombang tsunami menghantam Lhok Nga. Tiga minggu setelah Delisa di rawat di rumah sakit kapal induk Delisa akhirnya diizinkan pulang. Delisa benar-benar terdiam saat melihat sekolahnya. Tak ada yang tersisa kecuali semen tiang bendera setinggi mata kaki. Tembok sekolah tak ada. Meunasah itu juga musnah. Hanya menyisakan sepotong pondasi di sudutsudutnya. “abi berkata kita malam ini tidur di tenda darurat sayang” “bagaimana hafalan shalat mu sayang?” “susah Bi”.
Esok sorenya di kuburan massal itu. Yang mana kuburan Kak Fatimah Bi? Tidak tahu sayang! Abi tidak tahu yang mana kuburannya, sayang mereka menguburkan semuanya disini dalam satu lubang yang besar, kak fatimah, kaka aisyah, dan kak zahra. Tiur, ummi tiur, kakak-kakak Tiur, ibu guru Nur. Kalau sebanyak itu berarti kak Fatimah, Kak Aisyah dan Kak Zahra tidak akan kesepian di sana Bi?. Tiba-tiba ada istri Jhon Fox beserta anaknya Junior di sana sedang mengunjungi makam suaminya, “Delisa bertanya siapa yang meninggal? Dan istri J Fox menjawab Michael J Fox!” Delisa berdiri tersenyum kearah istri Michael J Fox menujuk guratan tersebut, nisan! Dia sekarang bersama Kak Fatimah, kak Aisyah dan Kak Zahra, Tiur, ibu guru Nur, di sana pasti ramai sekali. Istri J Fox seketika juga mengerti apa maksudnya. Anak ini jelas lebih banyak kehilangan dibandingkan ia. Anak aini jelas kehilangan nama-nama itu, kehilangan rumah, teman-teman, sekolah, tempat bermain dan segalanya. Tetapi lihatlah gadis kecil ini menganggap semua kepergian itu dengan sederhana.
Benar-benar
sederhana,
tidak ada
penolakan,
tidak ada
pengingkaran, bahkan gadis kecil dengan mata hijau beningnya itu ringan hati telah membuatkan almarhum suaminya nisan yang indah. Delisa hanya nyengir menerima pelukan tersebut. Hari-Hari Berlalu Cepat (hal 171-186) Selama enam minggu kemudian Abi memutuskan untuk membangun kembali rumah mereka. Dengan bahan bangunan apa adanya, hanya
berdinding bata merah tanpa diplester. Dan Abi juga memutuskan untuk berhenti bekerja dari kapal tanker. Dan kabar baiknya bagi Delisa setelah memasuki bulan ke tiga sekolah darurat akhirnya di mulai. Di tenda-tenda. Mereka belajar menghampar, tidak ada meja, kursi dan baju seragam yang mengajar adalah ibu guru Ani. Ibu guru Ani adalah satu-satunya guru SD yang selamat, dulu ibu guru Ani mengajar kelas enam. Yang sulit dan memberatkan bagi Delisa sekarang adalah hafalan shalatnya. Sulit sekali. Padahal pengajian TPA mereka sudah dimulai. Adalah Kak Ubai salah seorang sukarelawan dari Jakarta yang mengambil inisiatif memulai pengajian buat anak-anak di meunasah darurat. Sorenya Delisa berjalan cepat dengan kurk di lengan. Menuju meunasah darurat. Untuk mengikuti belajr TPA. Delisa terkejut ternyata ada Ustadz Rahman. Delisa sumringah dan bertanya Ustadz kemana saja sih? Ustadz ke meulabih! Nikahnya gimana Ustadz? Nikahnya tidak jadi Delisa. Kenapa tidak jadi? Karena ibu guru Eli sudah pergi untuk selamanya. Pergi bersama gelombang tsunami itu. Delisa Cinta Abi Karena Allah (hal 187-196) Delisa seperti biasa bergabung dengan teman-temannya. Bermain bola. Tidak ada yang berbeda dengan hari-hari yang sebelumnya. Kecuali mereka sore itu lagi-lagi kekurangan satu orang. Delisa celingukan mencari teman yang bisa diajak bergabung. Ada Teuku Umam di pinggir lapangan. Sendirian duduk di atas pelepah tua pohon kelapa yang jatuh. Menggurat-gurat pasir di hadapannya.
Delisa mengajak Umam untuk bergabung bersamanya bermain bola dengan alasan kekurangan pemain. Tapi Delisa tidak berhasil. Ketika ada prajurit Salam dan ia menawarkan diri untuk bergabung bermain bola bersama Delisa. Tiga bulan setelah bencana tsunami itu. Tiga bulan setelah begitu banyak kehilangan akibat air bah itu. Lhok Nga menjelma menjadi kota antar-bangsa. Kembali merajut masa depannya. Tumbuh dengan bangunan-bangunan baru. Warna-warna baru. Hingga petak-petak tanah baru. Tetapi Lhok Nga tidak akan
pernah
kehilangan
semangat
bersahabat,
kekeluagaan
dan
kesederhanaannya. Lhok Nga tidak akan kehilangan spirit religiusnya. Malam sudah sempurna. Gelap bulan menyabit hilang ditelan awan, hening hanya debur ombak terdengar berirama di tubir pantai. Lhok Nga terlelap. Abi sedang shalat tahajud. Muka Abi basah oleh wudhu dan air mata. Sajadahnya basah. Basah oleh pengaduan. Ya Allah berat sekali semua urusan ini. Dia kehilangan istri yang salehah dan anak-anak yang tercinta. Dia kehilangan lebih dari separuh kehidupannya. Kehidupan Yang dia pupukegitu lamanya. Kehidupan yang menjajikan begitu banyak kebahagiaan. Tetapi musanah sekejap begitu saja. Abi menagis semakin dalam. Tetapi suara tangisan Abi tidak sendiri sekarang. Berdua. Delisa sudah terbangun. “ maafkan Abi kamu jadi terbangun” “Abi sedang apa?” “Abi ingat Umi, ya? Abi ingat K. Fatimah, K. Zahra dan K. Aisyah ya? Sambil merangkul pundak Abi” “Abi....Delisa cinta Abi karena Allah” “Abi juga Cinta Delisa karena Allah”
Hanya itu yang bisa ia katakan. Hatri Abi terlanjur mencair oleh perasaan haru. Abi memeluk Delisa erat. Menciumi dahi Delisa. Rambutnya. Matanya basah lagi. Menangis. Semua persaan ini. Semua kenyataan ini semua kejadian-kejadian ini. Lihatlah bungsunya benar-benar mengajarkan hakikat cinta yang sebenarnya. Mengajarkan hakikat perasaan yang sebenarnya. Ketika semuanya tumbuh dan terjadi karenaMu. Negeri-Negeri Jauh! (hal 197-208) Beberapa hari kemudian saat Delisa sedang asyik berkejaran di depan sekolah tenda daruratnya. Ibu Guru Ani sambil memegang amplop coklat besar memanggilnya kencang-kencang. Ada Abi di sana. Juga ada Suster Shopi, Sersan Ahmed, dan Prajurit Salam di depan tenda. Mereka bertiga tersenyum menyambut Delisa. Abi berjalan di belakang. Mereka akan pergi sayang, pergi? Delisa menjawab, bukannya mereka beru tiba di sekolah, mereka akan pergi kemana? Abi menjawab mereka akan pulang ke negara mereka. Amerika. Jauh seperti yang Abi pernah tunjukkan lewat peta-peta!. Waktupun berlalu. Ketika di dalam kelas saat Ibu Guru Ani sedang menjelaskan pelajaran berhitung. Anak-anak coba lihat ke depan Ibu Guru baru saja mendapat surat buat kalian. Dari anak-anak kelas 1 Elementary School Rose The Elizabeth, London. Inggris. Ibu Guru Ani menterjemahkan keras-keras. Ibu Guru Ani menyuruh Delisa untuk membalas surat. Urusan ini benarbenar tidak mengenal bats waktu lagi. Semuanya ikut membantu menyiapakan
balasan surat tersebut dengan riang. Padahal mereka kan tidak mengenal siapa Michael dan Margareth. Di mana rumahnya. Di mana sekolahnya. Senang saja melakukan semuanya. Dan itu tidak membutuhkan lagi penjelasan mengapa. Serta mereka pun ikut dibantu oleh kakak PMI untuk mengikut sertakan gambar-gambar mereka karena di posko kakak-kakak PMI banyak terdapat photo-photo meraka. Ibu Kembali! (hal 209-246) Minggu pagi selepas shalat shubuh bersama Abi Delisa menyalin kembali surat balasan yang akan dikirim. Delisa berkata kepada Abi, Bi nanti setelah Delisa mengantarkan surat ini Delisa boleh main ya? Satu jam kemudian Delisa tiba di hamparan gundukkan tanah tersebut. Lapangan luas kuburan massal. Sepi di sini. Hanya desau angin. Pagi yang mengisi langit-langit hamparan. Gundukkan tanah kosong nan luas. Ya Allah Delisa rindu sekali dengan Ummi. Delisa ingin bertemu. Delisa bukan sekedar ingin mengaku soal coklat itu. Delisa benar-benar ingin memeluk Ummi. Bercerita banyak hal. Menarik-narik baju dan kerudung Ummi. Delisa rindu melihat Ummi yang sedang menjahit. Delisa bukan rindu cubitan Ummi kalau ia lagi-lagi bandel pulang main kesorean. Ya Allah, Delisa rindu semuanya. Delisa rindu sekali... .. Tiba-tiba saja Delisa melihat bahwa di sana juga terdapat Umam yang sedang menagis. Dan Delisa kebetulan membawa coklat dan membagi setengah batang coklatnya kepada Umam. Umam pun menerimanya dengan
senag hati. Delisa pun mengajak Umam untuk nanti sore mengajak nya bermain bola dan Umam pun mengangguk mau. Delisa sangat senang. Tiba-tiba Teuku Dien berteriak memanggil Umam mengatakan bahwa Umminya sudah di temukan. Dan Delisa langsung bertanya Ummi Delisa gimana? Tapi Teuku Dien menjawab hanya Ummi Ummalah yang di temukan dan ternyata di rawat di medan. Semua ini sama sekali tidak adil! Delisa benci! Delisa benci semuanya. Kenapa Umam yang Kau berikan Umminya? Kenapa bukan Delisa? Semuanya bohong, bohong! Delisa menyambar kurknya. Lantas berlari menagis dari pemakaman massal. Menjauh dari tempat menyebalkan itu. Delisa ingin hilang begitu saja dari kutukan ini. Ingin lenyap dari semua kedengkian hatinya. Baru sepuluh langkah. Ya Allah tubuhnya yang limbung berdebam jatuh. Sempurna menghantam gundukkan tanah. Kurknya bahkan menghantam kepala Delisa. Delisa menangis semakin keras. Bangkit tertatih-tatih. Kakinya sakit sekali. Juga lengan tangannya. Badan dan rambut ikalnya kotor oleh tanah. Kepalanya bengkak oleh hantaman kurk. Teramat sakit. Tetapi lebih sakit lagi hatinya. Lebih kotor lagi hatinya. Delisa tertatih sambil menagis meneruskan larinya. Ajarkan Kami Arti Ikhlas! Pulang dari pemakaman massal itu Delisa jatuh sakit. Sakit mendadak begitu saja. Tanpa sebab tanpa musabab. Awalnya hanya meriang, tapi menjelang sore badan Delisa mulai panas tidak terkendali. Demam. Bengkak
di kepalanya membesar. Persendiannya melemah. Dan dalam hitungan menit, Delisa sudah terkapar tak berdaya di atas ranjang. “bagaimana ceritanya bisa demam seperti ini Usman? Dokter Peter memeriksa panik kondisi Delisa. Ini serius sekali. Kita harus membawanya ke rumah sakit Usman? Segera! Dokter Peter langsung meneriaki Ubai agar menggendong tubuh Delisa. Satu jam berlalu tanpa kabar dari ruang UGD. Satu jam yang panjang pula buat Abi. “kalau Engkau baik saat itu kepada Delisa ya Allah, menjaganya dari selaksa air bah, maka tak ada sulitnya Engkau akan baik pula saat ini, hamba mohon....” Abi tertunduk menghadap dinding lorong UGD, sungguhsungguh mendesahkan do’a. Siangnya Ibu Guru Ani dan anak-anak sekolah tenda darurat datang menjenguk. Koh Acan datang sore menjelang membawa martabak Aceh, sayang martabak itu langsung disita oleh perawat rumah sakit. Beberapa kakak-kakak sukarelawan juga datang berkunjung ke kamar Delisa. Selepas isya Kak Ubai datang lagi. Abi pulang sebentar untuk mengambil pakaian ganti dan membenahi rumah yang sudah ditinggal 24 jam. Abi menitipkan Delisa kepada Kak Ubai. Ada surat buat Delisa. Nih? Surat? Mata Delisa langsung membesar. Dari siapa? Delisa bertanya. Kak Shopia! Ubai tersenyum. Kak Shopi bahkan titip salam dari mam & dad Kak Shopi dari Virginia. Bilang mereka akan senang sekali menjadi Opa dan Oma buat Delisa. Bilang mereka ingin sekali menyempatkan datang berkunjung ke Lhok Nga.
Delisa bertanya kepada Kak Ubai. “Kak Ubai kenapa Delisa sekarang susah sekali mengerjakan sesuatu!” “Hm...memangnya Delisa lagi susah mengerjakan apa?” “ada deh...pokoknya Delisa susah sekali melakukannya!” “Kak Ubai menjawab, orang-oarang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa...hatinya tidak ikhlas!” “tidak ikhlas?” “ya, misalnya kalau orang tersebut merasa terpaksa melakukan sesuatu itu. Misalnya seperti Delisa yang terpaksa disuruh Abi membersihkan rumah, atau apalah! Itu namanya tidak ikhlas”. Ajarkan Kami Arti Memahami! (hal 247-254) Malam datang menjelang. Kak Ubai sudah lama pulang. Abi datang menggantikannya berjaga. Delisa juga terlelap. Dua pertiga malam. Waktu yang mulia. Waktu yang dijanjikan dalam ayat-ayatMu. Dan Delisa sekali lagi berkesempatan mendapatkan penjelasan dari langit. Penjelasan tentang urusan hafalan bacaan shalatnya. Penjelasan itu datang lewat mimpi. Mimpi terakhirnya dalam semua urusan ini. Mimpi yang kali ini Delisa diijinkan untuk mengingatnya. Mimpi yang sebenarnya ia akan ingat sesalu. Sepanjang hayatnya. Dalam mimpinya Delisa bertemu Umminya dan ia ingin tinggal di sana bersama Umminya. Tapi Umminya tak mengijinkannya. Tidak Delisa harus kembali sayang. Delisa harus menyelesaikan hafalan bacaan shalat itu sayang. Dalam seketika Delisa ingat, ya Allah Delisa jahat sekali. Delisa menipu Ummi hanya dengan sebatang coklat. Ia juga dulu pernah menipu Abi. Menipu Kak Fatimah. Kak Zahra. Juga Kak Aisyah. Ustadz Rahman. Ibu
Guru Nur. Delisalah yang lebih jahat dibandingkan siapapun. Juga dibandingkan Umam. Tidak sayang kalung ini akan tetap menjadi hadiah hafalan bacaan shalat dari Ummi. Sementara dari langit Allah akan menyiapkan hadiah yang lebih indah. Hadiah yang lebih baik dari bumu dan seisinya. Delisa tidak ingin kalung ini. Delisa tidak ingin lagi. Delisa hanya ingin bisa shalat dengan baik. Delisa hanya ingin mendoakan Kak Aisyah, mendoakan Kak Zahra, Mendoakan Kak Fatimah. Delisa hanya ingin mendoakan mereka dalam shalat. Delisa tidak inginlagi kalung itu. Delisa hanya ingin hafal shalatnya! Delisa hanya ingin berdoa agar Delisa selalu bersama Ummi dalam shalat. Delisa hanya ingin itu. Delisa hanya ingin shalat. Delisa hanya ingin berdoa agar bisa bertemu Ummi. Delisa kan mendapatkannya sayang, Ummi berbisik. Oleh karena itu Delisa harus kembali.
Delisa
harus
menyelesaikannya
sayang....Delisa
harus
menyelesaiknnya di sana! Bukan di sini!. Delisa terbagun. Terbangun sambil menangis. Ia sekarang bisa merangkaikan semua kejadian itu menjadi sebuah penjelasan yang indah. Sebuah
pemahaman
yang
baik.
Jawaban
atas
masalahnya.
Menggabungkannya dengan kata-kata Kak Ubai tadi sore. Kata-kata Abi dulu. Kata-kata Ustadz Rahman di Meunasah. Kata-kata Ibu Guru di kelas. Katakata Ummi barusan. Tidak! Semuanya tidak bohong! Semuanya benar. Hanya Delisalah yang tidak mengerti. Hanya Delisalah yang belum tahu selama ini. Karena Delisa lalai untuk melihatnya.
Hafalan Shalat Delisa (hal 225-262) Bacaan shalat itu seperti berbicara kepada Delisa. Esok sorenya Dokter Peter mengijinkan Delisa pulang. Seorang kakak-kakak sukarelawan teman Kak Ubai menyerahkan sesuatu kepadanya. Bungkusan yang besar. Kaki palsu. Kaki palsu dari Dokter Eliza. Baru tiba di posko PMI tadi sore. Dan sisa malam itu, esok paginya, hari-hari berikutnya berjalan amat cepat bagi Delisa. Hari-hari yang indah. Ini yang jauh lebih penting dari semuanya. Setelah pulang dari rumah sakit tersebut, ketika Delisa membuka hafalan bacaan shalatnya. Kalimat-kalimat bacaan shalat itu seperti berbicara kepadanya. Cepat sekali Delisa menghafalnya. Lepas satu minggu, Delisa sudah nyaris hafal seluruhnya. Shalatnya jauh lebih nyaman. Shalatnya jauh lebih khusuk. Delisa bisa berdoa lebih baik. Sabtu sore. Kak Ubai mengajak kelas mengaji TPA-nya belajar di luar. Kak Ubai mengajak mereka ke salah satu bukit yang banyak terdapat di Lhok Nga. Delisa dan teman-temannya akan belajar menggurat kaligrafi di atas pasir. Pelajaran selesai terdengar suara adzan ashar dari kejauhan. Delisa shalat. Semesta alam bersiap. Itulah! Tanpa Delisa sadari, itulah shalat pertamanya yang akan sempurna. Itulah shalat pertamanya yang lengkap. Utuh. Tak lupa satu bacaan-pun. Tak lalai satu gerakan-pun. Dan Delisa entah mengapa terisak pelan. Delisa menangis. Matanya basah. Ya Allah, Delisa akhirnya menyadari kalau ia baru saja bisa mengerjakan shalatnya dengan lengkap. Gadis kecil itu bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan shalatnya dengan baik. Shalat yang indah. Delisa
membaca dari awal hingga akhir bacaan shalatnya. Tidak lupa! Tidak tertukartukar. Kak Ubai merengkuh Delisa yang terisak. Teman-teman lainnya memandang tak mengerti. Kak Ubai juga tak tahu kenapa Delisa menangis. Yang Kak Ubai tahu muka,kerudung, Delisa bercahaya. Bagai terbuat dari air. Epilog: (hal 263-265) Sore itu, sabtu, 21 Mei 2005. selepas shalat ashar yang penuh makna, Delisa menlanjutkan belajar menggurat kaligrafi di atas pasir di dalam ember plastik. Kak Ubai sekarang mengajarkan mereka menulis kata-kata Ummi! Dan Delisa tidak sekedar menulis kata-kata itu, Delisa menggurat wajah Ummi dengan kata-kata itu di atas pasirnya. Sore datang menjelang. Saat mereka akan pulang. Delisa ingin mencuci kedua tangannya yang kotor oleh pasir ke sungai kecil di dekat langan tersebut. Kak Ubai membiarkan saja meskipun anak-anak yang lain cukup mengibas-ngibaskan tangannya. Mereka bersiap-siap pulang. Delisa sedang menuju tempat pertemuannya. Ketika Delisa patah-patah menuruni sungai kecil tersebut. Ketika Delisa menyibak rambut ikal pirangnya yang menutupi dahi. Ketika ujung jemari Delisa menyentuh sejuknya air sungai. Ketika itulah. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikan air di mukanya. Delisa terperanjat. Mengangakat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah, saat menatap ekor burung belibis yang hilang di semak-semak bukit, Delisa menatap
sesuatu di seberang sungai yang lebarnya hanya terbilang dua-tiga meter tersebut. Sesuatu di seberang. Kemilau kuning. Indah menabjukan memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai. Terjuntai di sebuah semak belukar. Semak belukar itu juga indah. Semak belukar liar itu sedang berbuah. Buahnya kecil-kecil. Berwarna merah ranum. Demi melihat kemilau kuning itu, Delisa gemetar menyebrangi sungai. Celananya basah hingga sepaha. Mendadak hati Delisa gemetar sekali. Ya Allah! Bukankah itu? Bukankah itu seuntai kalung? Seuntai kalung yang indah. Delisa serasa mengenalinya. Ya Allah, ada huruf D di sana. D untuk Delisa. Delisa terkesiap. Seluruh persendiah tubuhnya bergetar. Tidak! Bukan karena menatap kalung tersebut. Di sana. Di atas semak belukar yang merah oleh buahnya. Kalung itu ternyata bukan tersangkut di dedahanan. Tidak juga tersangkut di dedaunan. Tetapi kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Tulang-belulang. Utuh. Bersandarkan semak belukar tersebut. “U-m-m-i!” Delisa mendesis lemah, lantas detik berikutnya, jatuh terjerambab ke dalam sejuknya air sungai. Delisa buncah oleh sejuta persaan itu. Dan seribu malaikat yang mengungkung bukit mengucap namaMu....seribu malaikat yang mengungkung bukit melesat ke atas langit.....kembali! semua urusan sudah usai.
C. Unsur Intrinsik Novel Hafalan Shalat Delisa a. Plot Novel Hafalan Shalat Delisa ini menganut karya fiksi yang berplot campuran atau progresif-regresif. Dalam novel ini terdapat beberapa adegan atau peristiwa sorot-balik yang cukup panjang dan bersifat mendukung tema dan penokohan dalam novel ini. Berikut ini dialog-dialog terpenting, dikutip dari beberapa bab, diantaranya: a. Halaman 1 bagian 1 (Shalat Lebih Baik Dari Tidur) “Ummi, kenapa ya Delisa selalu suasah bangun shubuh-shubuh? “karena kamu sering lupa do’a sebelum tidur,kan?” “nggak….Delisa nggak pernah lupa!” “ehh….Delisa bilang, b-i-l-a-n-g….ya Allah, Delisa mau bobo, dijaga ya….b-e-g-i-t-u!” “tapi kata Ustadz Rahman doanya boleh pakai bahasa Indonesia, kok….” “bisa kan Ummi? “tetapi do’anya tetap nggak seperti itu kan, Delisa….” “kamu kan dikasih tahu artinya oleh Ustadz Rahman….nah kamu boleh baca seperti artinya itu. Itu lebih pas. Atau kalau Delisa mau lebih afdhal lagi, ya pakai bahasa arabnya! Nanti bangunnya insya Allah nggak susah lagi….ada malaikat yang membangunkan Delisa.”(h.6-7)
b. Halaman 1 bagian 1 (Shalat Lebih Baik Dari Tidur) “In-na sha-la-ti, wa-nu-su-ki, wa-ma….wa-ma….wa-ma…ma-ti….wamah ya-ya….” “kan nggak mungkin mati dulu, baru yaya…makanya Delisa kalau menghafal ingat artinya jangan cuma dihafal”(h.12-13) c. Halaman 19 bagian 2 (Kalung Separuh Harga) “tidaklah ….kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!” “kata Abi Usman dulu, shalat itu kan untuk amm-mar-mak-rup na-khi mhung-khar” “saya senang sekali anak-anak kecil belajar shalat….itu berarti Lhok Nga akan jadi lebih baik, kan…apalagi anak-anak Abi Usaman dan Ummi Salamah sudah seperti anak saya sendiri ini….”(h.19-20) d. Halaman 51 bagian 4 (Delisa Cinta Ummi Karena Allah) “U-m-m-i…..Delisa….D-e-l-i-s-a…. cinta ummi karena Allah!” “U-m-m-i juga cinta sekali Delisa….U-m-m-i c-i-n-t-a Delisa karena Allah!” “kata Ustadz Rahman: teman yang baik, berbuat dua kali lebih baik dengan temannya yang yatim….”(h.52-53)
b. Tokoh dan Penokohan a. Tokoh Hafalan Shalat Delisa menampilkan beberapa tokoh cerita yang disebut dengan nama diri atau pun tidak. Tokoh yang disebut dengan
nama diri sebanyak 28 orang, yaitu: Delisa, Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisyah, Ummi Salamah, Abi Usman, Ustadz Rahman, Ibu Guru Eli, Tiur, Teuku Umam, Koh Acan, K.Ubay, Ibu Guru Nur, Suster Sofy, Ibu Guru Ani, K.Tiro, K.Umar, K.Pasat, Teuku Dien, Sersan Ahmed, Prajurit Smith atau Prajurit Salam, Chi-bi, Papa Liem, Tien Er, Dokter Eliza, Dr. Micheal J Fox (pakar sosiologi Univ ternama Helsinki, Finlandia), Junior, Jinny. Tokoh-tokoh tersebut terdiri atas tokoh yang terlibat intensif dalam setiap peristiwa dan tokoh yang hanya muncul dalam satu peristiwa. Dan tokoh-tokoh tanpa nama diri, antara lain: anak-anak kelas satu teman-teman Delisa, para korban tsunami, anak-anak kelas satu London, Inggris, kakak-kakak PMI. Tokoh-tokoh yang muncul tanpa penyebutan nama diri tersebut merupakan tokoh yang tidak terlibat secara intensif dalam setiap peristiwa atau hanya berfungsi sebagai pelengkap. 1. Tokoh Utama Tokoh utama dalam novel Hafalan Shalat Delisa adalah Delisa dapat dikatakan sebagai tokoh utama karena Delisa dalam novel tersebut berperan tunggal. Kisah keharmonisan keluarga yang
membangun
cerita.
Terutama
Delisa,
yang
selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh cerita, dan menjadi pusat sorotan dalam cerita karena waktu yang digunakan untuk mengisahkan pengalaman tokoh tersebut lebih panjang.
2. Tokoh Protagonis Selain tokoh utama, Delisa, Umi Salamah, Abi Usman, Cut Fatimah, Cut Zahra dan Cut Aisyah juga dapat disebut sebagai tokoh protagonis dalam novel Hafalan Shalat Delisa
ini.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II, bahwa tokoh utama dan tambahan dengan tokoh protagonis dan antagonis dapat digabungkan. 3. Tokoh Antagonis Tokoh antagonis dalam novel ini adalah: Cut Aisyah dan Teuku Umam ia dapat pula dikatakan sebagai tokoh utamaantagonis, karena Cut Aisyah selalu meledek dan mengganggu Delisa ketika Delisa menghafal bacaan shalatnya, sedangkan Teuku Umam selalu jail dan nakal di dalam kelas dan dikeluarganya pun Umam selalu nakal terkadang menyembunyikan baju kakaknya. 4. Tokoh Tritagonis Tokoh tritagonis dalam novel ini adalah: Ustadz Rahman, Koh Acan, Ibu Guru Nur, Tiur. 5. Tokoh Pembantu Tokoh pembantu dalam novel Syahadat Cinta adalah selain Delisa.
b. Penokohan Dan beberapa tokoh yang digambarkan berikut adalah tokoh yang mendominasi dan banyak berhubungan dengan Delisa dalam rangkaian cerita pada novel ini. 1) Alisa Delisa, seorang putri bungsu dari Abi Usman dan Umi Salamah—seorang bocah berusia enam tahun—yang dengan semangatnya menghafal bacaan shalatnya karena dorongan Umi dan Abinya serta kakak-kakaknya, dan hadiah hafalannya tersebut mendapatkan sebuah kalung.
Hadiah
ini
diberikan untuk
penyemangat baginya, sebelumnya kakak-kakaknya pun mendapat hadiah kalung atas hafalan shalat mereka. 2) Cut Fatimah, adalah kakak pertama Delisa, Cut Fatimah masih duduk di bangku Aliyah. 3) Cut Zahra, adalah kakak kedua Delisa yang merupakan saudara kembar Cut Aisyah namum mereka memiliki watak yang sangat berbeda, Cut Zahra memiliki watak yang pendiam, dan ia masih duduk dibangku Tsanawiyah. 4) Cut Aisyah, adalah kakak ketiga Delisa yang memiliki sifat yang sangat berbeda dari Cut Zahra walaupun mereka saudara kembar. 5) Ummi Salamah, adalah ibunda Delisa yang yang sangat memiliki sifat penyayang dan tidak membeda-bedakan terhadap keempat anaknya, ia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sesekali menerima jahitan.
6) Abi Usman, adalah ayah dari Delisa yang bekerja disebuah kapal Tanker, Abi Usman jarang pulang karena bekerja dari negara satu ke negara lainnya. 7) Ustadz Rahman, adalah guru mengaji Delisa. Ia adalah guru yang sangat bijaksana, ia belum menikah namun dalam waktu dekat akan menikah dengan Bu Guru Eli yaitu tetangga kampungnya di Meulaboh. 8) Tiur, adalah teman dekat Delisa yang kebetulan rumahnya berdekatan, terkadang mereka berangkat mengaji bareng karena Tiur selalu membawa sepeda, dan Tiur sudah tidak mempunyai ayah karena ayahnya meninggal ketika sedang berlayar mencari ikan. 9) Koh Acan, adalah penjual perhisan di pasar Lhok Nga, ia selalu baik kepada keluarga Delisa karena Abi Usman sudah lama mengenal Koh Acan dan sudah dianggap seperti keluarga. 10) Teuku Umam, adalah teman sepermainan Delisa, teuku umam memiliki sifat yang sangat nakal. 11) Ibu Guru Nur, adalah guru Deliasa di sekolah yang membuat perlombaan menghafal bacaan shalat.
c. Setting atau Latar Dalam Hafalan Shalat Delisa terdapat beberapa latar tempat seperti nama kota atau daerah tempat peristiwa berlangsung yang disebut secara eksplisit, dan ada pula yang disebut secara implisit.
Secara garis besar, Lhok Nga, Banda Aceh, merupakan latar tempat yang dominan dalam Hafalan Shalat Delisa. Sebagian besar cerita dalam Hafalan Shalat Delisa terjadi di Lhok Nga, Banda Aceh. Namun, secara khusus terdapat beberapa tempat yang juga disebut secara dominan, yaitu di kapal tanker tepat Abi Usman bekerja. Sedangkan latar waktu yang digunakan dalam Hafalan Shalat Delisa ialah pada masa-masa Delisa berusia 6 tahun pada saat Lhok Nga, Banda Aceh sebelum dan sesudah terkena tsunami. Hal ini dapat dilihat pada sebuah dialog dalam novel ini, yaitu: “ibu guru nur memang sengaja memindahkan praktek shalat anak-anak kelas satu ibtidaiyah ke hari ahad biar anak-anak lebih rileks” (h. 64). “saya senang sekali anak-anak kecil belajar shalat….itu berarti Lhok Nga akan jadi lebih baik kan….”(h. 20). “meunasah itu juga musnah. Dimana rihal-rihalnya? Dimana papan tulis? Sajadah-sajadah?”(h. 155).
d. Point of View Dalam Hafalan Shalat Delisa, pengarang, dalam hal ini adalah, TereLiye menggunakan sudut pandang “dia” sebagai pencerita yang serba tahu atau third person omniscient. Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari pengarang.
D. Sinopsis Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah novel yang mengisahkan tentang bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bencana Tsunami. Delisa adalah seorang bocah usia 6 tahun yang berusaha keras menghafal kan bacaan shalatnya didukung hadiah dari Umi yaitu sebuah kalung emas dengan buah kalung bertulis kan huruf “D” beda dari Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisyah yang merupakan ke tiga kakaknya, serta dukungan hadiah dari Abi yaitu sebuah sepeda ketika nanti setibanya Abi di tanah air karena Abi bekerja disebuah kapal Tanker yang singgah dari pulau ke pulau. Dan hal ini pula yang menyebabkan Cut Aisyah begitu cemburunya terhadap Delisa. Cut Aisyah merupakan saudara kembar dari Cut Zahra tapi sifat dari keduanya sangatlah berbeda Cut Aisyah memiliki sifat yang keras dan sering menggoda Delisa, sementara Cut Zahra memiliki sifat yang pendiam. Walaupun Cut Aisyah selalu menggoda Delisa, sebagai seorang kakak Cut Aisyah sangat sayang kepada Delisa, terbukti Aisya lah yang membuatkan jembatan keladai untuk Delisa agar Delisa cepat dalam menghafal bacaan shalatnya. Delisa memang selalu bersemangat menghafalakan bacaan shalatnya selain karena mendapatkan hadiah dari Umi dan Abi, hafalan shalat tersebut juga merupakan praktek shalat yang deselenggarakan di sekolahnya oleh Ibu Guru Nur, dan biasanya praktek shalat itu diadakan di hari minggu dimaksudkan agar anak-anak lebih rileks dan orang tua murid dapat menyaksikan anak-anaknya.
Hari itu 26 Desember 2004 tepat ketika Delisa mencoba mempraktekan bacaan shalatnya di hadapan Ibu Guru Nur, gelombang tsunami menghempas seisi Banda Aceh termasuk Lhok Nga, gedung-gedung, rumah, sekolah, meunasah, pohon-pohon hancur lebur. Beruntunglah Delisa selamat namun dalam kondisi yang begitu mengenaskan, kaki kanannya hingga kebetis sempurna terjepit di sela-sela dahan semak. Tubuh mungilnya terjerembab di atas semak-semak belukar tersebut. Badannya terbaring dengan bagian sebelah kiri menyentuh tanah. Sementara kaki kanannya menggantung tak berdaya. Kondisi itu dilewatinya selama 2 minggu, melalui burung-burung pembawa buah dan air hujan ia dapat bertahan hidup. Hingga akhirnya Hidayah itu datang, relawan dari negara tetangga menemukannya dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Hari-hari berlalu cepat kini Delisa hanya tinggal bersama Abi, karena saat Tsunami menghempas Banda Aceh Abi sedang berada di kapal Tanker tempatnya bekerja namun semua keluarganya meninggal dalam bencana Tsunami itu tapi hanya mayat Umi lah yang hingga saat ini belum ditemukan. Delisa dan Abi tinggal di tenda-tenda penampungan beserta penduduk lain yang selamat. Hingga beberapa bulan berlalu warga membangun rumahrumah mereka kembali di atas temapat tinggal mereka dahulu dibantu oleh kakak-kakak relawan. Keadaan pun mulai pulih kembali walaupun tidak seperti semula. Sore itu selepas shalat Ashar yang penuh makna, shalat yang pertama kalinya ia lakukan dengan bacaan yang sempurna. seperti biasa Delisa
mengikuti belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang di ajarkan oleh K, Ubay yang merupakan relawan dari Jakarta yang dengan senang hati dan baik mengajarkan anak-anak korban Tsunami, termasuk Delisa. Dan ketika Delisa akan mencuci tangannya di sungai dan ketika ujung jemari Delisa menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung Belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air dimukanya. Delisa terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah, saat menatap ekor belibis yang menghilang di semak-semak bukit, Delisa menatap sesuatu di seberang sungai yang lebarnya hanya terbilang dua-tiga meter tersebut. Sesuatu di seberang kemilau kuning. Indah menabjubkan memantulkan cahaya matahri senja. Sesuatuu itu terjuntai di sebuah semak belukar. Semak belukar itu juga indah. Semak belukar liar itu sedang berbuah. Buahnya kecilkecil. Berwarna merah ranum. Demi melihat kemilau kuning itu Delisa gemetar menyebrangi sungai. Celananya basah hungga sepaha. Mendadak hati Delisa gemetar sekali. Ya Allah! Bukankah itu seuntai kalung? Seuntai kalung yang indah. Delisa serasa mengenalinya, ya Allah, ada huruf D di sana. D untuk Delisa. Delisa terkesiap. Seluruh persendian tubuhnya bergetar. Tidak bukan karena menatap kalung tersebut. Di sana. Di atas semak belukar yang merah oleh buahnya. Kalung itu ternyata bukan tersangkut di dedahanan. Tetapi kalung tersebut tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih, tulang-belulang utuh. Bersandarkan semak belukar tersebut. “U-m-m-i!” Delisa Mendesis lemah, Lantas detik
berikutnya jatuh terjerembab ke dalam sejuknya air sungai. Delisa buncah oleh sejuta perasaan itu. Dan seribu malaikat yang mengungkung bukit mengucap namaMu.....seribu malaikat yang mengungkung bukit melesat ke atas langit.....kembali! semua urusan sudah usai.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menjelaskan dan menganalisa pembahasan-pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 4. Dialog-dialog yang memuat pesan dakwah dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, secara garis besar terbagi menjadi tiga kategori besar, yaitu kategori pesan aqidah, syari’ah, dan akhlak. 5. Tema yang mendominasi pesan dakwah dalam novel Hafalan Shalat Delisa adalah pesan syari’ah dengan prosentase 49,4 % diikuti oleh pesan akhlak dengan prosentase 28,1 %, dan pesan akidah dengan prosentase 22,5 %.
B. Saran-Saran Dalam sebuah penciptaan, hakikat kesempurnaan hanyalah milik Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Maka dalam hal ini, peneliti menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan novel Hafalan Shalat Delisa ini: 1. Kepada praktisi dan ilmuan yang bergerak dalam bidang dakwah agar lebih memperhatikan dunia kepenulisan atau media cetak sebagai sarana dakwah. Karena pada zaman sekarang sarana media cetak sangat efektif dan juga efisien dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.
2. Dosen-dosen dan mahasiswa fakultas dakwah lebih memperdalam diskusi tentang media novel yang bisa dijadikan media dakwah. 3. Pengarang dan penulis pada umumnya sebaiknya menulis karya-karya yang mempunyai pesan-pesan moral dan humanis untuk mencerahkan kehidupan umat manusia. 4. Pengarang novel Hafalan Shalat Delisa, pada umumnya novel itu disertai dengan biografi pengarang, maka menurut peneliti, novel Hafalan Shalat Delisa ini perlu dilengkapi dengan biografi pengarang, agar semua pembaca dapat mengenal dan mengetahui sisi besar pengarangnya. Dan semoga tidak berhenti berjuang membuat karya-karya yang mempunyai pesan-pesan dakwah yang lebih banyak. 5. Masyarakat dan pembaca agar lebih selektif dalam memilih bacaan. Pilihlah bacaan yang bisa memberikan pencerahan. Hindari bacaan-bacaan yang bisa merusak akhlak dan moral. 6. Penerbit buku-buku Islami agar agar lebih konsisten dan komitmen menerbitkan buku-buku baik fiksi maupun nonfiksi yang banyak menyampaikan ajaran islam. Buat tampilan buku yang lebih menarik dan juga meningkatkan manajemen pemasaran agar lebih meluas keseluruh lapisan masyarakat.
BAB VI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA
A. Dialog Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Novel Hafalan Shalat Delisa terdiri dari 71 dialog. Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang dialog dengan beberapa karakteristik yang dijumpai dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Pertama, berdasarkan panjang pendeknya suatu dialog. Dalam novel ini, banyak ditemukan dialog-dialog panjang dengan banyaknya baris. Dan dialogdialog terpanjang setelah dilakukan pengamatan adalah: “ummi kan pernah bilang sayang….jangan pernah lihat hadiah dari bentuknya ….lihat dari niatnya….Abi kan juga sering bilang….kalau kamu lihat hadiah dari niatnya insya Allah hadiahnya terasa lebih indah….ah iya, bukankah Ustadz Rahman juga pernah bilang: kita belajar shalat itu hadiahnya nggak sebanding dengan kalung….hadiahnya sebanding dengan surga…..”(h. 33) Sedangkan dialog pendek dapat ditemukan di beberapa halaman dalam novel ini, di antaranya yaitu: “Sama”, “Iya”, (h.25) “Apa”, “Kenapa?” (h.14). dan masih banyak lagi dialog-dialog terpendek dalam novel ini. Kedua, berdasarkan isi dialog. Dalam novel Hafalan Shalat Delisa ini terdapat kata-kata yang dinilai kurang atau tidak pantas untuk diucapkan
berdasarkan norma atau etika Islam, dan terdapat juga kata-kata yang pantas atau tepatnya sopan untuk diucapkan. Kata-kata tersebut di antaranya dapat digambarkan dalam dialog sebagai berikut: “Bangun! Bangun pemalas!”(h. 1) “suara kamu tuh juga ngelebihin sepuluh speaker meunasah, tahu!” (h.2) Selain itu banyak pula ditemukan kata-kata yang pantas untuk diucapkan atau tepatnya ditulis dalam novel ini, di antaranya adalah: “Delisa bangun, sayang…shubuh!” (h.2) “kenapa? Ngak pa-pa kan, sayang? Kerudung ummi yang lain lagi kotor! Yang tersisa tinggal ini…”(h.14) Dialog di atas adalah sebagian kecil contoh dialog dengan kategori yang pantas diucapkan atau ditulis. Namun masih banyak contoh-contoh lain yang terdapat dalam novel ini. Ketiga, berdasarkan bentuk-bentuk penampilan kalimat yang berupa perintah, pertanyaan, dan pernyataan. Ketiga bentuk kalimat tersebut dapat dilihat secara berurutan dari kutipan dialog di bawah ini: “Abi Ummi di mana? K.Fatimah, K. Zahra, K. Aisyah di mana?” “kenapa Ummi tidak ikut sekalian menjenguk Delisa? Ummi menunggu di rumah yah?” (h. 145) Demikianlah karakteristik dialog-dialog dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Dan selanjutnya akan dijelaskan mengenai pesan dakwah yang terdapat dalam novel ini.
B. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa 1. Pesan Aqidah Dalam menghayati ajaran Islam, maka aqidah menduduki tempat yang paling pokok. Ibarat bangunan gedung, ia merupakan pondasi, bila pondasinya rapuh, maka kondisi gedung itu pun akan mudah roboh, ia akan mudah terkena pengaruh goncangan dari kanan kiri. Aqidah atau keyakinan akan kebenaran sesuatu dan terhujam dalam hati seseorang akan dapat mengikat kehidupannya, baik sikap, ucapan, maupun tindakannya. Ayat yang berkaitan dengan aqidah atau keimanan, telah termaktub dalam surat An-Nisa ayat 136:
!"
+,* - * #$ %&'() !" ./01
+ *- 3* #$ %&2() 689:' 4 . 5627 4 <%7'> 0$ !B" <?@%A H7I7J E8&F%G C6D() PLEQ >DO M⌧ 0$KL ,5KL Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasulNya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. Dalam pesan aqidah yang dianalisis adalah berkaitan dengan iman kepada Allah, kitab-kitab, Rasul, Hari Akhir, serta Qadha dan Qadar.
Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan menggunakan rumus: P=
F x 100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi data N = Jumlah Data yang dimaksud
Tabel 2 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah Novel Hafalan Shalat Delisa N= 71 No
Kategori Pesan
Frekuensi Data
Prosentase
Aqidah 1
Iman kepada Allah
13
0,82
2
Iman
1
0,06
kepada
Malaikat 3
Iman kepada Rasul
-
-
4
Iman kepada Kitab
-
-
5
Iman kepada Hari
-
-
2
0,12
16
1,00
Akhir 6
Iman kepada Qodho dan Qodar
Jumlah
Berdasarkan pengolahan data serta analisa data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rincian hasil penelitian kategori pesan aqidah yang paling
dominan adalah Iman Kepada Allah dengan prosentase 0,82%, diikuti Iman Kepada Qodho dan Qodar dengan prosentase 0,12% dan Iman Kepada Malaikat dengan prosentase 0,06%, sedangkan Iman Kepada Rosul, Iman Kepada Kitab dan Iman Kepada Hari Akhir tidak ada. a. Iman Kepada Allah Kata “iman” berasal dari bahasa Arab, artinya percaya. Sedangkan percaya berarti: pengakuan terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau sesuatu itu benar. Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah adalah satusatunya tempat mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu (tauhid al-
ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri). Firman Allah yang berkaitan dengan hal ini adalah terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 21-22:
B,,) R'S" @2H
6R'7I0$7T * 6R'U$GO7) 6R'$627 4 Y5GOGZ * PXLQ V9ISW71 \ 8J [6"%T R'7) ☯a G☺__) G☺__) F4 + *- F4 < Gb 8F7J ☯ 6R') d(e" R 8G☺,\) hG- g O$GO(f Y⌧7J i ☺0$O71 6R@%- Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutusekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui.
Dalam Hafalan Shalat Delisa, salah satu pesan yang berkaitan dengan iman kepada Allah adalah pada dialog di bawah ini:
"Delisa cinta Ummi karena Allah." b. Iman Kepada Kitab Setiap Rasul yang diutus Allah, masing-masing diturunkan kepada mereka Kitabullah. Kitab itulah yang dijadikan pedoman untuk memimpin manusia dan sekaligus menjadi pedoman hidup manusia itu sendiri. Firman Allah yang berkaitan dengan hal ini adalah surat al-Maidah ayat 48:
G?(D7)I j() *- QklG7() K$ W&'() o3 G☺n) dkKm #$ W&2() F4 <G <(D0$ ☺(DGf G☺ q far R9207J Ht2uM71 Ys U + *- v☺ 6ROkk . QklG7() F4 ⌧wG4 6R'j aJ$GOGZ )x5') 67) . ☯4Gf j y&z 6R920$GOG{7) U ⌧ 4&' 7) jaG0 j,| / 6RAO$6?hn) 9I? %!7J 6R'w71 /0I . Ry68G~() OD☺GZ 6R92O&Z68 q@WA G☺ R'<2 h7J PQ V9:$ %(
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu, Al-Qur’an adalah salah satu kitab Allah, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud a.s, Taurat, yang diturunkan kepada nabi Musa a.s, dan Injil kepada nabi Isa a.s. Iman kepada kitab Allah berarti kita wajib percaya dan yakin bahwa Allah mempunyai beberapa kitab suci yang diturunkan kepada para RasulNya. c. Iman Kepada Rasul Rasul mengandung arti “utusan”, yakni utusan Allah. Sedangkan menurut istilah adalah orang yang diberi wahyu Allah berupa syari’at tertentu, kemudian wahyu yang diterima tersebut diperintahkan untuk disampaikan kepada umatnya. Setiap orang yang beriman wajib mengimani adanya rasul. Karena melalui adanya para rasul inilah wahyu atau agama Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Di sinilah peranan para rasul untuk menyampaikan wahyu. Allah berfirman dalam surat al-anbiya ayat 25:
4 jJ$G!6" P@-
sI 5+ !" 4 $627
sI < 7)I s @<- <(D7)I PXQ QV @?H7J q - Artinya: Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". Arti iman kepada rasul adalah kita mempercayai dan meyakini bahwa Allah lah yang telah mengutus para rasul untuk membimbing manusia kea rah jalan hidup yang baik dan diridhai Allah, sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. d. Iman Kepada Hari Akhir Dalam pernyataan-pernyataan Allah dan rasul-Nya, persoalan iman kepada Hari Akhir tidak dapat dilepaskan dari iman kepada Allah. Firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 18:
o 9Iu1 j H v7 , (: - 689j %() . 9I,1 ? ) G☺ ?y8?GF ,VI PLQ VO$G☺O71 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kehidupan akhirat adalah kehidupan setelah kehidupan manusia sesudah ruhnya terpisah dari jasad. e. Iman Kepada Qadha dan Qadar Qadha memiliki arti “rencana” dan ketentuan Allah yang pasti berlaku atas setiap makhluk sejak zaman azali. Seluruhnya berlaku
menurut apa yang dikehendaki Allah. Sedang Qadar adalah “kenyataan” tersebut terlaksana atas dasar rencana Allah, dan menjadi kenyataan. Setiap muslim wajib beriman bahwa Allah Maha Kuasa untuk berbuat apa saja terhadap makhluk-Nya. Juga wajib beriman bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib dirinya, dengan segala usahanya, serta memohon kepada-Nya. Firman Allah yang berkaitan dengan hal tersebut adalah termaktub dalam surat al-Hadid ayat 22:
/ ? 2h&m 4 FK 6R'&_9:- / Ys P[6"%T V Q5627 4 $ W& /
sI )7 ,VI . Gky6)PXXQ y8&_a /01 Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Manusia dalam mengembangkan dirinya telah diikat oleh ketentuanketentuan sunnatullah dan syari’at Allah, apa yang terjadi bagi seseorang sebenarnya tidak lepas dari ikhtiar dirinya atau lingkungannya sekaigus merupakan kepurusan Allah bagi seseorang. 2. Pesan Syari’ah Selain hal yang sifatnya asasi (pokok dasar), Islam juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah dalam posisinya menjadi pokok utama, maka di atasnya dibina suatu perundang-undangan (syari’ah) sebagai cabangnya.
Berbicara mengenai syari’ah, Syaikh Mahmud Syalthut, sebagaimana dikutip H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, menulis:45 Keyakinan merupakan dasar daripada syari’ah. Dan syari’ah adalah hasil dari kepercayaan, sebab, perundang-undangan tanpa keimanan bagaikan bangunan yang tidak bertumpuan dan keimanan dengan tidak disertai syari’ah untuk melaksanakannya, hanyalah akan merupakan teori, ajaran, yang tiada berdaya dan berhasil. Oleh karena itu, dalam Islam kita temukan suatu hubungan yang erat antara iman dan syari’ah yang mengatur segala tingkah laku; dan barang siapa menolak hal itu, maka mereka tidak dapat dianggap orang muslim. Allah SWT berfirman dalam surat al-Jaatsiyah ayat 17-18:
a#r f ar71 G☺7J E8(%T F4 O A4
sI 9:0$ WF qJ$O() ROkG4 ,VI . q far ☺h( 6Rjr &(I S" G☺hJ G☺ h#I()
6 i9:$ W(7
k PLQ V ☺0$HO Artinya: Dan kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); Maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan Karena kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. Kemudian kami jadikan kamu 45
Endang Saefuddin Anshari, Kuliah al-Islam: pendidikan Agama Islam di perguruan Tinggi, Jakarta, Rajawali:1992. cet. Ke-3, edisi 2, h.91.
berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui. Dalam pesan syari’ah yang dianalisis adalah berkaitan dengan ibadah dan muamalah. Berikut ini adalah rincian hasil penelitian kategori pesan syari’ah.
Tabel 3 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah Pada Novel
Hafalan Shalat Delisa N= 71 No
Kategori Pesan syari’ah
Frekuensi Data
Prosentase
1
Ibadah
27
0,77
2
Muamalah
8
0,23
35
1,00
Jumlah
Berdasarkan pengolahan data serta analisa data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rincian hasil penelitian kategori pesan syariah yang paling dominan adalah Pesan Ibadah dengan prosentase 0,77%, dan diikuti Pesan Muamalah dengan prosentase 0,23%. a. Ibadah Dalam Islam, ibadah lah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah yang ada di dalam Islam; shalat, puasa, zakat, dan haji, bertujuan untuk membuat ruh manusia agar senantiasa tidak lupa kepada Allah SWT, bahkan senantiasa dekat dengan-Nya. Karena tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman dalam surat adz-Dzariyaat ayat 56:
v4&f( 9(I0$GF PQ QV @?OD)
sI - Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. b. Muamalah Kata muamalah berasal dari fiil madhi “amala” yang berarti bergaul dengannya, berurusan (dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam sekitar) nya. Dengan demikian, seorang muslim tidak hanya menyatakan kepatuhannya kepada Allah melalui ibadah mahdhah, melainkan juga mengemban fungsi khalifah yang berarti turut menciptakan kehidupan yang harmonis dengan sesama. Firman Allah yang menyatakan tentang hal ini terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 112:
R6y0$ H y9
( O)x F4 )562
sI 9:#IOq ,,) F4 )562G< F4 $Y¡ B R6y0$ H y9 )7 . Oj7'_G☺() @-⌧A 6R f- V89:'
VO$@W(I y68 h-%T Km G☺ G?)7 . )klG<
V WO @-⌧A, Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu. Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Berikut ini adalah dialog yang menggambarkan pesan dakwah yang berisi muamalah:
"teman yang baik akan berbuat dua kali lebih baik dari temannya yang yatim” 3. Pesan Akhlak Selain pesan aqidah dan syari’ah, novel Syahadat Cinta juga mengandung pesan akhlak. Akhlak, sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II, adalah tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, mengemban missi untuk memperbaiki akhlak manusia melalui sabda beliau:
( !" وا$%اَِ ُُِْ ََُِ ََرِمَ اْ ََْقْ )روا& ا Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (HR. Ahmad dan Al-Baihaqy). Seorang penyair, Ahmad Syauqi Bey dalam sebuah syairnya mengatakan:
ا+ُ!َُ ُْ ذَه.ََْْ ذَهَ!َْ ا+ُُِنْ ه0َ1 # َْ)َِ َ ُإَِ اْ َُُ اْ ََْق Artinya: Bertahannya suatu bangsa terletak pada terpeliharanya akhlak bangsa yang bersangkutan. Jika akhlak bangsa itu rusak, maka bangsa itu pun akan lenyap”.
Tabel 4
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak Pada Novel
Hafalan Shalat Delisa N= 71 No
Sub Kategori Pesan Akhlak
Frekuensi
Prosentase
Data 1
Akhlak kepada Allah
4
0,20
2
Akhlak kepada manusia
16
0,80
20
1,00
Jumlah
Berdasarkan pengolahan data serta analisa data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rincian hasil penelitian kategori pesan akhlak yang paling dominan adalah Pesan Akhlak Kepada Manusia dengan prosentase 0,20%, dan diikuti Pesan Akhlak Kepada Allah dengan prosentase 0,80%. a. Akhlak kepada Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khalik. Sekurang-kurangnya ada empat alas an mengapa manusia berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah lah yang telah menciptakan manusia.
Kedua, karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, akal pikiran dan hati sanubari di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasala dari tumbuh-tumbuhan, udara, binatang ternak, dan lain sebagainya. Keempat, Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Berkaitan dengan akhlak kepada Allah, Allah telah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 11:
o 8A( (I 6R92(D0$ KG☺O£_62 V ¢67 RGk v7'7J q f 6R'(h7)I 6R92j q f /01 . 9I,1 Q5A WhJ$7J i7 ☺() Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan Hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal. Dan pesan dakwah yang berkaitan dengan akhlak kepada Allah dapat terlihat dalam dialog berikut :
"dan Allah menutup pintu-pintu kebaikan dari orang-orang yang tidak ikhlas”. Tobat atau taubat adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang telah dilakukan, dan disertai amal kebajikan. Orang yang bertaubat adalah orang yang cinta kepada Allah, dan orang yang demikian senantiasa mengadakan kontemplasi dengan allah.
b. Akhlak kepada manusia
Seorang manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk ciptaan Allah, tidak hanya berkewajiban untuk beribadah dan beriman sebagai titik tolak akhlak kepada Allah, tetapi juga memiliki kewajiban untuk menebar kasihsayang, menciptakan rasa aman, saling menghormati, menghargai (toleransi), bekerjasama dalam kebaikan, saling mendo’akan, dan kesemuanya bermuara pada tegaknya amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:46
:ِ ْ)َ;َ9 ُ<ْلُ ا< =َ;َ ا+ُ>ََلَ ر. :ََل. ٍ4ِ)ْ5َ ِ6ْ َِْن78"ِ ا6َ9 ُ?ََ ِْ ِ@َAَََُِ ِْ و%َا4َََادهِْ و+َ ِ1 َ6ْ)ِ8ِْCُْ" ََ?ُ ا:;َ>َو ِ4َ D"ِ ِ$َDَE"ُ ا4ِFَ> ُ:َ" َ9َا$َ ٌ+ْHُ9 ُ:ْ8ِ ََُIِْ اِذَا ﺵ$َDَEْ"ا (;D &ُ )رواK"وَا Artinya: Dari Nu’man Bin Basyir r.a, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi, bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh merasa sakit, tidak dapat tidur, dan terasa demam. Dan pesan dakwah yang berkaitan dengan akhlak kepada manusia terdapat dalam dialog berikut:
“kan? Abinya Delisa bisa jadi Abinya Tiur?” Pada kutipan dialog di atas, menunjukkan akhlak kepada manusia yaitu saling mendoakan. Kaitan dengan sikap saling mendo’akan, Rasulullah SAW pernah bersabda:47
46
Daud, Ma’mur, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Jakarta, Penerbit Widjaya, 1996. cet. Ke-4, Jilid 4, h.216 47 Ibid, h.279
َLَ"َ و: ُLَ;َ"َلَ ا. ِِ اMْ)َN"ِ ا4ْ َOِ ِ:ْ)َِِ" ْ+ُ9ْ$َْ;ٍِ یDُ ٍ$ْ!َ9 6 ْ َِ ٍ?ِِْ Artinya: Tidak seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat mendoakannya pula:’Mudah-mudahan engkau beroleh kebaikan pula” (HR. Muslim)
C. Kategori Pesan Dominan dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Dalam mencari pesan dakwah yang dominan dalam novel Hafalan
Shalat Delisa ini, peneliti menggunakan rumus: P=
F x 100% N
Tabel 5 Tabel Hasil Prosentase Data NO
Kategorisasi
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Aqidah
16
22,5
2
Syari’ah
35
49,4
3
Akhlak
20
28,1
71
100
Total
Dan berdasarkan pengolahan data serta analisa data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah yang paling banyak muncul adalah pesan Syari’ah dengan prosentase 49,4%, diikuti pesan Akhlak dengan prosentase 28,1%, kemudian pesan Aqidah dengan prosentase 22,5%.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sayuti, Suminto, Berkenalan Dengan Prosa Fiksi, Yogyakarta: Gama Media, 2000, Cet.Ke-1 Amin, M. Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, cet. Ke-1 Ambary, Abdullah, Intisari Sastra Indonesia, Bandung: Djatmika,1983 Anshari, M. Isa, Mujahid Da’wah: Pembimbing Mubaligh Islam, Bandung: CV, Diponegoro, 1991, cet. Ke-4 Asti, Bidayah Muchlisin, Berdakwah dengan Menulis Buku, Bandung: Penerbit MQ Media Qalbu, 2004, cet. Ke-1 Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafind, 2005, cet. Ke-1 Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004,cet. Ke-4 Daud, Ma’mur, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Jakarta, Penerbit Widjaya, 1996. cet. Ke-4, Jilid 4, Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka: 1988 Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, Jakarta: PT Fikahati Areksa, 2001, cet. Ke-1 Holsty, R, et. al, Content Analysis dalam Hand Book of Social Sosiology, editor by Dardnr Lindzey dan Ellrot Aronson, Cambrige Massachuset, EdissonWesley: 1994 Juhara, Erwan, dkk, Cendikia Berbahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Setia Purna Inves Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet. Ke-1
Kasman, Suf, Jurnalisme Universal; Mendasari Prinsif-Prinsif Dakwah Bi AlQalam, Jakarta: Penerbit Teraju, 2005, cet. Ke 1 Krippendorff, Klaus, Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metodologi, PT. Remaja Grafindo Persada, Jakarta:1993 Lubis, Nabilah, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta: penerbit Yayasan Media Alo Indonesia, 2001, cet. Ke-2 Ma’mur, Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Jakarta: Penerbit Widjaja, 1996, cet. Ke-4, jilid 4 Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002, cet. Ke-1 Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta:1993 Nata, Abudin, Metodologi Study Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-9 Novakovich, Josip, Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani, Bandung: Penerbit Kaifa, 2003, cet. Ke-1 Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1995, cet. Ke-1 Pemasuk Eneste, Buku Pintar Sastra Indonesia, Jakarta: Kompas, 2001, edisi ke-3 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2002, Cet.Ke-11 Saefuddin Anshari, Endang, Kuliah Al-Islam; Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali, 1992, cet. Ke-3, edisi ke-2 Saleh, E. Hasan, Study Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, Jakarta: Penerbit ISTN, 2000, Cet. Ke-2 Semi, M. Atar, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, Cet. Ke-2 Soehartono, Irawan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2004, Cet.Ke-6 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta:1999, Cet.Ke-1 Sofia, Adib, dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, Bandung: Katarsis, 2003, cet. Ke-1
Sumardjo, Jakob, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977, Bandung: Penerbit Alumni, 1999, Cet.Ke-1 Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, Apresiasi Kesussastraan, Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986, cet. Ke-1 Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Prata, 1997 Trigan, Henry Guntur, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 1993 Umar Hasan Fad’aq, Asma, Mengungkap Makna dan Hikmah Sabar, Jakarta: Penerbit Lentera, 1999 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-1 www.id.wikipidia.org
Hasil Wawancara Penulis dengan Pengarang melalui email di
[email protected]
Tere Liye Author profile Born May 21, 1979 Place of birth Tandaraja (Palembang), Indonesia
heni sintawati ke maibelopah 18/12/08 Kak Tere-Liye apakah novel ini kisah nyata? Maibelopah ke saya 21/12/08 Tidak. Novel ini sempurna fiksi. Hasil imajinasi. Terus-terang saja, saya bahkan belum pernah ke Aceh. Meminjam istilah Buya Hamka, “ yang pergi ke sana adalah jiwaku, bukan fisikku….” Saya sama seperti jutaan orang yang begitu sedih menatap berita-berita tsunami di televisi. Di suatu siang yang panas, di kamar sempit ukuran 2x3m kostan saya, selepas shalat Dzuhur, saat makan siang sambil menatap televisi, saya tersedu menyaksikan liputan tentang anak-anak Aceh yang kakinya terpaksa diamputasi setelah kejadian itu. Di sela-sela makan sambil menagis, saya bersumpah, akan menulis sebuah kisah yang amat sederhanaaa tentang kejadian menyakitkan itu. Saya ingin, setiap kali kita mengenang kejadian tsunami tersebut (dengan jumlah korban meninggal 100.000 lebih; dan 100.000 lebih lainnya dilaporkan hilang) kita bisa mengenangnya dengan indah. Mengenangnya dengan pemahaman kalau semua itu pasti ada hikmah-nya. Maka mengalirlah kisah itu di kepala. Tokoh-tokoh yang hendak saya hadirkan. Alur cerita yang hendak saya sampaikan. Hingga jadilah novel ini. Sungguh Allah memberikan banyak kemudahan. From: heni sintawati
To: [email protected] Sent: Monday, December 18, 2008 09:30:06 PM Subject: profile tere-liye
heni sintawati Sunday, December 21, 2008 9:00:00 PM Apakah novel ini diniatkan menjadi novel yang mengharukan? Maibelopah ke saya 22/12/08 Saya tidak tahu jawabannya baiknya. Yang saya tahu, menulis novel ini benarbenar menghabiskan energi. Saya lupa menghitungnya, berapa kali saya menangis setiap kali tiba di bagian-bagian tertentu (terutama saat membuat catatan kaki). Yang saya ingat, keyboard komputer saya pernah basah oleh air-mata. Saya hanya berniat menulis novel yang sederhana. Masalahnya, sederhana itu dekat sekali dengan ketulusan. Dan ketulusan itu kunci utama untuk membuka pintu hati. Semoga jika kalian benar-benar menagis membaca buku ini, tangisan itu bermanfaat. Membalut luka, menuju perbaikan diri. Sayang kan, kalau tangisan itu hanya sementara. Menipu. sekarang menangis, besok lusa sama saja hasilnya. From: heni sintawati To: [email protected] Sent: Monday, December 21, 2008 09:30:06 PM Subject: profile tere-liye
heni sintawati Tuesday, December 23, 2008 08:00 PM Novel apa saja yang pernah ditulis Kak Tere-Liye? Untuk novel yang ber-genre religius, ada tiga yang diterbitkan oleh Penerbit Republika. Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, dan BidadariBidadari Surga (yang baru rilis mei 2008). Sebenarnya novel-novel itu tidak tepat dibilang religius, karena kalian akan kesuliatan mencari sepotong ayat-ayat suci di dalamnya. Novel-novel itu juga tidak ‘bergumam’ tentang khotbah agama, atau paragraf-paragraf panjang tentang itu. Saya lebih suka menyebutnya novel-novel yang (semoga) menginspirasi orang untuk hidup sederhana, terus berbuat baik, bekerja keras, dan senantiasa bersyukur. From: heni sintawati To: [email protected]
Sent: Monday, December 23, 2008 08:00 PM Subject: profile tere-liye heni sintawati Tuesday, December 23, 2008 08:00 PM Apakah menulis pekerjaan utama Kak Tere-Liye? Dan apa Apa arti Tere-Liye? Maibelopah ke saya 24/12/2008 Nat. saya juga suka ngajar, nah karena ngajar itu banyak mengambil bentuk jadilah profesinya gado-gado. Dosen, Konsultan, dst….Tere-Liye itu dari bahasa India, artinya “Untuk-Mu”….bisa untuk ayah, bunda, adik, kakak, ponakan, tetangga, kucing kesayangan, teman, dst….tapi di atas segalanya sungguh tentu saja maksudnya “Untuk-Mu”. From: heni sintawati To: [email protected] Sent: Monday, December 23, 2008 08:00 PM Subject: profile tere-liye
heni sintawati Tursday, December 24, 2008 2:43 PM Dari mana Kak Tere-Liye mendapat inspirasi menulis? Maibelopah ke saya 25/12/08 Hmm….dari mana saja, kadang lagi duduk bengong di halate bisa dapat ide, tapi nggak semua sukses, kadang hanya satu paragraf, mental….males…. From: heni sintawati To: [email protected] Sent: Tursday, December 24, 2008 2:43 PM Subject: profile tere-liye
heni sintawati Sunday, march 30, 2009 08:00 PM Apakah novel Hafalan Shalat Delisa bertujuan untuk berdakwah dan apakah bertujuan memberikan nilai moral? Maibelopah ke saya 31/03/09 kalau dibilang untuk berdakwah semuanya kembali kepada pembaca, karena saya hanya ingin melalui novel-novel karya saya terutama Hafalan Shalat Delisa, harapan saya semoga pembaca terinspirasi untuk hidup sederhana, terus berbuat baik, bekerja keras, dan senantiasa bersyukur. From: heni sintawati To: [email protected] Sent: Sunday, march 30, 2009 08:00 PM Subject: profile tere-liye
heni sintawati Tursday, march 31, 2009 09:45 PM Mengapa Kakak mengambil ide cerita tentang anak-anak? Maibelopah ke saya 1/04/09 Karena novel kebanyakan saat ini ceritanya jauh dari glamour novel percintaan, dan karena saya juga menyukai anak-anak, itu bukan karena mereka terlihat lucu, menggemaskan dan sebagainya, tapi di tangan merekalah generasi yang lebih baik, yang lebih indah memaknai hidup dan dunia ini akan datang.
From: heni sintawati To: [email protected] Sent: Tursday, march 31, 2009 09:45 PM Subject: profile tere-liye
Tabel Koding Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye
I. 1. 2. 3.
II.
Petunjuk Isilah table koding dengan cara memberi tanda cek list (V) setiap kolom kategorisasi yang telah disediakan. Koder boleh mengisi setiap table kategori/ salah satunya sesuai penilaian koder/ juri. Identitas koder Nama : Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan
:
Tabel Koding Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pesan Aqidah
Pesan Syari’ah
Pesan Akhlak
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
64 65 66 67 68 69 70 71
Dialog Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa
NO
Dialog
1
Ashalaatu hairum minan naum…
2
Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin Delisa nggak pakai teriakteriak apa?
3
Ashalaatu hairum minan naum… Delisa bangun, sayang….shubuh!
4
Kak Fatimah dan Kak Aisyah jahat….bangunin Delisa maksa!
5
Aisyah jangan ganggu Delisa…lagian kamu kenapa nggak dari tadi wudhu!
6
Ah iya, kalau sudah khatam pertama kali, berarti besok lusa pasti ada syukuran….kalau
ada
syukuran,
pasti
ada
uang
receh
yang
dilempar…kan, lumayan buat beli manisan di sekolah… 7
Ummi, kenapa ya Delisa selalu susah bangun shubuh-shubuh?
8
Karena kamu sering lupa do’a sebelum tidur, kan?
9
Nggak, Delisa nggak pernah lupa! Ehh..Delisa bilang, b-i-l-a-n-g ya Allah Delisa mau bobo dijaga ya? Begitu! Tapi kata Ustadz Rahman do’anya boleh pakai bahasa Indonesia, kok…bisa kan Ummi?
10
Tetapi do’anya tetap nggak seperti kan Delisa…kamu kan dikasih tau artinya oleh Ustadz Rahman, nah kamu baca seperti artinya itu, itu lebih pas, atau kalau Delisa mau lebih afdhal lagi, ya pakai bahasa Arabnya! Nanti bangunnya insya Allah nggak susah lagi…ada malaikat yang membangunkan Delisa…
11
Lagian kalau Aisyah keras-keras, memangnya dengar? Kamu kan ngantuk sepanjang shalat tadi…qunut aja dia lupa Mi…! kita-kita qunut, Delisa malah turun mau sujud
12
Satu lagi Ummi…kenapa kalau Delisa sudah baca do’a sebelum tidur, Delisa tetap saja ngantuk pas sudah bangunnya….kata Ummi tadi
Delisa pasti bisa bangun lebih cepat dan nggak nagntuk lagi kan? 13
Itu karena kamu nggak baca do’a bangun tidur sayang….
14
Ah, sudahlah Ummi nggak percaya deh kalau Delisa bilang sudah baca tapi ya do’anya dalam bahasa Indonesia ya Allah Delisa sudah bangun makasih ya…
15
Inna shalati wa nusuki wamamati wamah yaya
16
Kan nggak mungkin mati dulu baru yaya, makanya Delisa kalau menghafal ingat artinya! Jangan Cuma dihafal…
17
Yeee, belum tentu juga Delisa hafal ini bacaan shalatnya! Gak boleh tau berharap yang berlebihan
18
Tidaklah, kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!
19
Kata Abi Usman dulu, shalat itu untuk amar makhruf nahi munkar
20
Saya senag sekali anak-anak kecil belajar shalat, itu berarti Lhok-Nga akan jadi lebih baik kan, apalagi anak-anak Abi Usman dan Ummi Salamah sudah seperti anak saya sendiri
21
Subhana rabial ala wabihamdhi! Ups ketukar lagi kan?
22
Tapi Abi kan disana bisa merasakan kalau Ummi sedang sedang tersenyum, sayang….ah, Delisa nanati kalau kamu sudah besar kamu bakal tahu, istri yang baik selalu bersikap sungguh-sungguh melayani suaminya…
23
Assalamualaikum, Delisa…
24
Walaikumsalam, Abi kemarin Delisa ke pasar beli kalung untuk Delisa buat hafalan shalat. Kalungnya bagus ada huruf D uantuk Delisa. Koh Acan baik sekali masak Ummi bayar separuh tapi Ummi payah nggak mau, Delisa sih mau, ah iya minggu depan Delisa harus maju praktek shalat depan Bu Guru Nur, Abi bantu do’a yah…
25
Ummi kan pernah bilang sayang…jangan pernah lihat hadiah dari bentuknya….lihat dari niatnya…Abi kan juga sering bilang…kalau
kamu lihat hadiah dari niatnya insya Allah hadiahnya akan terlihat lebih indah…ah iya bukan kah Ustadz Rahman juga pernah bilang kita belajar shalat itu hadiahnya nggak sebanding dengan kalung….hadiahnya sebanding dengan surga… 26
Nah, kalau bukan untuk kalung kamu nggak sepantasnya cemburu dengan hadiah adikmu, kan? Ah iya besok lusa kita kan bisa ketempat Koh Acan lagi masing-masing nanti beli huruf untuk kalungnya…F untuk Fatimah, Z untuk Zahra, dan A untuk Aisyah…
27
Kata Ustadz Rahman muslim yang baik selalu bisa menghargai waktu. Itu berarti kita harus datang tepat waktu, nggak boleh terlambat
28
Pernah ada sahabat Rasul, saking khusuknya shalat, kalajengking besar menggigit punggungnya dia tidak merasakan sama sekali…ya kalajengking besar…
29
Nah, jadi kalian shalat harus khusuk. Harus satu pikirannya…andai kata ada suara ribut di sekitar, tetapa khusuk. Ada suara gedebak-gedebuk, tetap khusuk, jangan bergerak. Siapa di sini yang kalau shalat di Meunasah sering gangguin temannya?
30
Ooo iya….Ustadz mau nikah, ya?
31
Kalau begitu kamu shalat dzuhur bareng Ummi, ya!
32
Ummi tau nggak, Ibu Guru Eli calon istri Ustadz Rahman itu kan cacat!
33
Tadi siang ketika di sekolah, pas pelajaran agama, Pak Guru Jamal bilang begini:
34
sungguh saudara-saudara kita akan menjadi tameng api neraka, maka berbuat baiklah kepada mereka, sungguh adik-kakak kita akan menjadi perisai cambuk malaikat, berbuat baiklah kepada mereka, sungguh saudara-saudara kita akan menjadi penghalang siksa dan azab himpitan liang kubur. Maka berbuat baiklah kepda mereka Ummi…Delisa…D-e-l-i-s-a cinta Ummi karena Allah!
35
Ummi juga cinta sekali Delisa…U-m-m-I cinta Delisa karena Allah!
36
Kata Ustadz Rahman: teman yang baik, berbuat dua kali lebih baik dengan temannya yang yatim….
37
Bangsa Amerika ikut berduka cita….
38
Ini kerudungmu, sayang…ini kerudung yang kau pinjamkan…kaulah yang membuat Ibu mendapatkan kerudung seindah ini ketahuilah sayang, kau kelak akan mendapatkan kerudung yang sepuluh kali lebih indah dari kerudung ini….kau akan mendaptkannya. Kami semua akan menunggumu…
39
Untuk teman-teman kami di Aceh…untuk teman-teman kami di Indonesia…semoga Tuhan selalu menyertai kalian….
40
Delisa mau shalat sekarang
41
Hidayah itu akhirnya datang padanya
42
Ya Allah…Astagfirullah ! Ya Aziz…
43
Berdo’alah, semoga Delisa dan Salamah selamat, Usman!
44
Ibu-ibu itu ingin shalat. Sekarang. Malam ini
45
Ya Allah, Delisa ingin sujud
46
Ya Allah, sungguh puji syukur, akhirnya keajaiban itu ada
47
Maafkan Delisa, Delisa juga belum hafal bacaan shalatnya, Bi! Delisa belum hafal….
48
Nanti seperti janji Abi dulu, Abi akan belikan sepeda untuk Delisa, kalau sudah hafal….
49
Dimana rihal-rihalnya? Dimana papan tulis? Sajadah-sajada? Tempat ini…di tempat inilah aku belajar mengaji TPA dengan Ustadz Rahman
50
Sabar…anakku! Allah akan membalas semua kesabaran dengan pahala yang besar
51
Bagaimana hafalan shalatmu, sayang?
52
Pernikahan itu…jadinya kapan, Ustadz?
53
Nikahnya tidak jadi, Delisa
54
Delisa akan bertanya ke siapa soal hafalan shalat dan coklat itu?
55
Ya Allah, amanah itu berat sekali
56
Delisa cinta Abi karena Allah?
57
Abi juga cinta Delisa karena Allah!
58
Abi teringat, bukankah dulu saat-saat seperti ini Abi sering tahajud
bersama Ummi? 59
Akulah yang harus banyak berterima kasih Abi?
60
Dari anak-anak kelas 1 Elementary School Rose The Elizabeth, London,
Inggris 61
Kata Abi kita harus membalas surat orang, kan?
62
Allah cinta keindahan dan hal-hal yang indah hanya bisa dihasilkan oleh cinta
63
Delisa, Delisa lagi-lagi lupa bacn shalatnya. Benar-benar lupa. Delisa tidak tau kenapa. Padahal kemarin Delisa sudah hafal do’a iftitah…tadi pagi lupa lagi…padahal kemarin Delisa juga sudah hafal bacaan sujud, tadi pagi lagi-lagi lupa. Delisa bingung kenapa ya?
64
Anak yang baik, adalah anak yang bisa membantu Abi dan Umminya dikala susah, ingatlah anak yang baik do’anya selalu terkabul
65
Kalau Engkau baik saat itu kepada Delisa ya Allah, menjaganya dari selaksa air bah, maka tak ada sulitnya Engakau akan baiak pula saat ini, hamba mohon…
66
Delisa harus menyelesaikan hafalan bacaan shalat itu, sayang. Delisa harus menyelesaikannya!
67
Kak Cofi bahkan titip salam dari man&dad Kak Cofi dari Virginia. Mereka bilang merekan akan senang sekali menjadi Opa dan Oma buat Delisa
68
Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu mungkin karena hatinya Delisa…hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan….
69
Delisa menipu Engkau ya Allah. Berani sekali Delisa hanya menghafal bacaan shalat itu demi seuntai kalung ini?
70
Tidak sayang…kalung itu tetap akan menjadi hadiah hafalan bacaan shalat dari Ummi
71
Delisa hanya ingin bisa shalat dengan baik….
Nilai Kesepakatan Antar Juri Pesan Aqidah Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidak
Nilai
sepakatan 1 dan 2
71
63
8
0,88
1 dan 3
71
59
12
0,83
2 dan 3
71
61
10
0,85
Jumlah
2,56
Rata-rata perbandingan niali keputusan antar juri Komposit Reliabilitas = N ( X Antar Juri) 1+ ( N-1) ( X Antar Juri) Keterangan: N= Jumlah Juri X= Rata-rata Koefisian Antar Juri Pesan Aqidah Komposit Reliabilitas = N (X Antar Juri) = 1+(N-1) (X Antar Juri) =
3 × 2,56 1 + (3 − 1) (2,56)
=
3 × 2,56 1 + 2 × 2,56
=
7,68 6,12
=
6,12 7,68
= 0,79 Nilai Kesepakatan Antar Juri Pesan Syari’ah
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidak
Nilai
sepakatan 1 dan 2
71
51
20
0,71
1 dan 3
71
62
9
0,87
2 dan 3
71
52
19
0,73
Jumlah
2,31
Rata-rata perbandingan niali keputusan antar juri Komposit Reliabilitas = N ( X Antar Juri) 1+ ( N-1) ( X Antar Juri) Keterangan: N= Jumlah Juri X= Rata-rata Koefisian Antar Juri
Pesan Syari’ah Komposit Reliabilitas = N (X Antar Juri) = 1+(N-1) (X Antar Juri) =
3 × 2,31 1 + (3 − 1) (2,31)
=
3 × 2,31 1 + 2 × 2,31
=
6,93 5,62
=
5,62 6,93
= 0,81 Nilai Kesepakatan Antar Juri Pesan Akhlak
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidak
Nilai
sepakatan 1 dan 2
71
58
13
0,81
1 dan 3
71
56
15
0,78
2 dan 3
71
59
12
0,83
Jumlah
2,42
Rata-rata perbandingan niali keputusan antar juri Komposit Reliabilitas = N ( X Antar Juri) 1+ ( N-1) ( X Antar Juri) Keterangan: N= Jumlah Juri X= Rata-rata Koefisian Antar Juri
Pesan Akhlak Komposit Reliabilitas = N (X Antar Juri) = 1+(N-1) (X Antar Juri) =
3 × 2,42 1 + (3 − 1) (2,42)
=
3 × 2,42 1 + 2 × 2,42
=
7,26 5,84
=
5,84 7,26
= 0,80 Tabel di atas menujukkan bahwa hasil nilai perhitungan ke tiga juri, pada Pesan Aqidah adalah 0,79, Pesan Syari'ah adalah 0,81, dan Pesan Akhlak adalah 0,80. berdasarkan rumus koefisien reliability: Nilai rata-rata (X)
= 0,79 + 0,81 + 0,80 = 2,40 : 3 = 0,80
Komposit Reliability = N (X Antar Juri) = 1 + (N – 1) (X Antar Juri) =
3 × 0,80 1 + (3 − 1) (0,80)
=
3 × 0,80 1 + 2 × 0,80
=
2,40 2,60
= 0,92