1
PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN SESUAI KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR DALAM NOVEL DAN FILM “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYE Oleh Nanik Erma Wati1, Otang Kurniaman2, Erlisnawati3 Abstract One form literary works is quite known to the public as one of the popular reading is novel and films, both novel and films that contains romance, household violence and religion. A novel has extrinsic elements contained therein. These elements includes social values, cultural values, educational values and others. The work of Tere liye is a works that creative and imaginative with still want to deploy the understanding that life is simple, and contained therein value education. The research problem is how the comparison of value of social education, religious and moral character in accordance elementary school children in the novel and the film "Hafalan Shalat Delisa" by Tere Liye? The purpose of this research describing comparison of the value of social education, religious and moral character in accordance elementary school children in the novel and the film "Hafalan Shalat Delisa" Tere Liye work. This research method is the method descriptions. Educational value contained in the novel and the film "Hafalan Shalat Delisa" is social education valus, religious education value and moral education value. Social education value contained in the novel and the film include: helping each the life, interwoven together, helping each other life and remind each other on good things. Value of religious education contained in the novel and the film includes: faith, Islam, ihsan and sincere. While the value of moral education contained in the novel and the film includes: the value of respect, understanding values, responsibility value and respect value. Educational value contained in the novel and the film teaching valuable lessons for life. And in accordance with the application of character for elementary school children.
Keyword: Education Value PENDAHULUAN Sastra adalah suatu proses kreatif imajinatif, dalam menyampaikan suatu jenis pengetahuan dengan memperkaya wawasan pembacanya. Menurut S. Effendi dalam Aminuddin (2009:35) mengungkapkan bahwa apresiasi sastra 1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0905120750, e-mail
[email protected] 2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
[email protected] 3. Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
[email protected]
2
adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang cukup dikenal masyarakat sebagai salah satu bacaan populer adalah novel. Novel merupakan salah satu karya sastra yang tergolong dalam prosa fiksi. Novel berasal dari bahasa italia, yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil. Dalam perkembangannya novel diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Menurut H. B. Jassin dalam (Suroto 1989:19) novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh (Kosasih 2008:54). Sedangkan film merupakan sebuah karya seni yaitu seni sastra. Apresiasi seni berarti penghargaan terhadap kehadiran sebuah karya seni. Menurut Monaco dalam (Sumarno 1996:27) Film merupakan yang direkam dalam media yang tergolong rumpun cerita bergerak. Sebuah novel memiliki unsur-unsur ekstrinsik yang terkandung di dalamnya. Unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra Suroto (1989:138).Unsur-unsur tersebut meliputi nilai sosial, nilai kebudayaan, nilai pendidikan dan lain-lain. Nilai pendidikan ini meliputi nilai pendidikan sosial, pendidikan agama, dan pendidikan moral. Nilai pendidikan dalam novel dan film yaitu nilai pendidikan sosial meliputi kehidupan tolong menolong, kebersamaan yang terjalin dan saling mengingatkan pada hal baik. Nilai pendidikan agama meliputi iman, islam, ihsan, ikhlas, taqwa, syukur, tawakal dan sabar. Nilai pendidikan moral meliputi menghormati, menghargai, bertanggung jawab dan memahami. Dalam penelitian ini penulis memilih novel dan film berjudul “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye (2008). Alasan penulis memilih novel ini karena unsur-unsur ekstrinsik yang terkandung di dalam novel tersebut sangat lengkap baik nilai pendidikan moral, pendidikan agama maupun pendidikan sosial yang sesuai dengan karakter anak sekolah dasar sehingga dapat diterapkan di sekolah dasar. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu Wiyani (2013:24). Heritage foundation merumuskan sembilan pendidikan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, antara lain : cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin, mandiri,jujur, hormat dan santun,kasih sayang peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,keadilan, kepemimpinan, baik dan rendah hati. Karakter inilah yang akan disesuaikan dengan perbandingan nilai pendidikan dalam novel dan film hafalan shalat delisa. Selain itu dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya tercermin tidak hanya dalam sikap dan tingkah laku tokoh utama dan tokoh-tokoh lainnya tetapi juga pada ungkapan-ungkapan dan percakapan antara tokoh yang ada dalam novel tersebut yang dapat diambil menjadi pembelajaran karakter di sekolah dasar. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang diteliti yaitu mengenai nilai-nilai pendidikan sosial, agama dan moral sesuai karakter anak sekolah dasar. Bagaimanakah perbandingan nilai pendidikan sosial, agama dan moral sesuai karakter anak sekolah dasar dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” karya
3
Tere Liye? Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan sosial, agama dan moral sesuai dengan karakter anak sekolah dasar yang terdapat dalam novel dan film “ Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye. Sehingga dapat membawa manfaat praktis dan teoritis. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di rumah dengan mengunjungi beberapa perpustakaan yang ada di FKIP dan Universitas Riau serta di kota Pekanbaru. Waktu penelitian ini diadakan dari Mei 2012 sampai dengan Juni 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitan misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah Maleong (2005:6). Dengan metode deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar dan ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia Sukmadinata (2012:72). Penulis memanfaatkan beberapa teori yang bersumber dari buku-buku sastra dan buku-buku lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah novel dan film yang berjudul “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye. Novel yang diterbitkan oleh Penerbit Republika pada bulan Juni 2008, cetakan ke-8. Novel ini memiliki ketebalan 226 halaman + vi halaman dan berukuran 20,5 x 13,5 cm. Sedangkan untuk film dengan judul “Hafalan Shalat Delisa” yang diangkat dari novel karya Tere Liye dan disutradarai oleh Sony Gaoksak. Untuk penulis naskahnya ditulis oleh Armantono, produser film Chand Parwez Servia serta di produksi oleh PT. Kharisma Starvision Plus dan durasi film selama 1 jam 40 menit. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi Kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang nilai-nilai pendidikan dalam novel dan film, serta mengklasifikasikan data ke dalam beberapa bagian yang diperlukan. Kemudian membandingkan nilai-nilai pendidikan dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa”. Teknik analisis yang digunakan adalah secara deskripif yaitu dengan menguraikan temuan-temuan yang penulis peroleh setelah membaca novel dan menonton film “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye dan kemudian membandingkannya berdasarkan teoriteori mengenai nilai-nilai pendidikan dalam sebuah novel dan film. Langkah teknik analisis datanya ialah membaca novel dan menonton film “Hafalan Shalat Delisa”, membuat sinopsis, menentukan nilai-nilai pendidikan dalam novel dan film, menyesuaikan dengan karakter anak sekolah dasar, dan membuat kesimpulan yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pertama penulis membaca dan menonton data yang akan diteliti, kemudian penulis mengklasifikasikan data yang berupa konsep nilai pendidikan sesuai dengan landasan teoretis. Lalu penulis dengan teliti menelaah dan
4
membandingkan data antara novel dan film yang didapat. Dan hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut ini : 1. Nilai Pendidikan Sosial Tere Liye lewat Hafalan Shalat Delisa mencoba mengungkapkan fenomena sosial manusia. Kehidupan sosial secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai yaitu nilai pendidikan. Nilai pendidikan itu dapat disebut nilai pendidikan sosial karena nilai pendidikan yang mengatur hubungan antara sesama. Nilai-nilai pendidikan sosial dalam sebuah novel dan film dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu : (1) kehidupan tolong menolong, (2) kebersamaan yang terjalin, (3) saling mengingatkan kepada hal-hal yang baik, nilai pendidikan sosial ini sesuai dengan karakter anak sekolah dasar. Nilai perbandingan pendidikan sosial dalam novel dan film terungkap pada kutipan berikut ini : a. Kehidupan tolong menolong Memperhatikan marinir yang bersama-sama mendirikan meunasah darurat. Sersan Ahmed yang memimpin renovasi itu sempat mendekati Delisa yang berdiri. Kemudian memberikan hadiah kacamata hitam yang sedang dipakai sersan Ahmed. (halaman : 162). Dalam film tidak terdapat kehidupan tolong menolong seperti yang tampak dalam kutipan novel tersebut. Dalam film hanya terdapat penggambaran kehidupan tolong menolong secara umum dan tidak terperinci seperti dalam kutipan novel tersebut. Dalam kutipan tersebut prajurit membantu masyarakat setempat untuk mendirikan meunasah darurat, yang dipimpin sersan Ahmed. Hal ini menandakan bahwa kita hidup sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan orang lain. b. Kebersamaan yang terjalin Mereka makan malam bersama. (halaman :48). Kutipan di atas tidak terdapat di dalam film, padahal nilai pendidikan sosial kebersamaan yang terjalin sangat tampak nyata dalam kutipan tersebut. Padahal nilai pendidikan sosial pada poin kebersamaan yang terjalin membawa pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak agar dapat diketahui pentingnya kebersamaan itu, karena manusia makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kutipan di atas menggambarkan kebersamaan mereka yang terjalin secara harmonis dan nyata Ummi, Fatimah, Zahra, Aisyah dan Delisa makan malam bersama. c. Saling mengingatkan pada hal baik “Berdoalah semoga Delisa dan Salamah selamat Usman!” Teuku Dien menepuk bahunya sekali lagi.( halaman : 123) Dalam film tidak dinampakkan kutipan novel di atas, nilai saling mengingatkan pada hal baik hanya banyak ditemui dalam dialog-dialog antara Delisa dan kakaknya di dalam film tersebut. Dalam kutipan di atas terdapat nilai pendidikan sosial saling mengingatkan. Teuku Dien mengingatkan kepada Abi tentang hal baik agar berdoa kepada Tuhan supaya Delisa dan Ummi diberi keselamatan. Dari perbandingan kutipan dalam novel dan film hafalan shalat Delisa dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan sosial yang berkaitan dengan karakter anak sekolah dasar dan dapat diterapkan pada anak sekolah dasar. Kutipan tersebut
5
sesuai dengan karakter anak sekolah dasar yang diungkapkan oleh Herritage Foundation yaitu karakter tentang baik dan rendah hati yang diperoleh dari nilai pendidikan sosial dalam novel dan film tersebut. 2. Nilai Pendidikan Agama Agama berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan dan alam gaib, pengaturan tentang upacara-upacara ritual, serta aturan-aturan dan norma-norma yang mengikat para penganutnya. Dalam novel Hafalan Shalat Delisa ini dilatarbelakangi dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Nilai pendidikan agama Islam dalam novel dan film dapat dilihat dari berbagai aspek berikut ini (1) Iman (2) Islam (3) Ihsan (4) Takwa (5) Ikhlas (6) Tawakal (7) Syukur (8) Sabar. Nilai agama Islam ini tergambar jelas di dalam novel dan film ini tetapi terdapat juga perbandingan antara novel dan filmnya, seperti kutipan berikut ini : a. Iman Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut Zahra. Sedangkan Fatimah membaca Al-Quran sendiri, tidak lagi dajari Ummi. Ini jadwal rutin mereka setiap habis subuh. Belajar ngaji dengan Ummi, meskipun juga belajar ngaji di TPA dengan Ustadz Rahman di meunasah.(halaman : 5) Nilai pendidikan agama tentang iman di dalam film hanya dinampakkan secara garis besar saja tidak keseluruhan seperti didalam novel. Didalam novel dijelaskan secara terperinci bagaimana keimanan seseorang tersebut dengan shalat dan mengaji. Di dalam film hanya dilakukan adegan shalat wajib dan untuk setoran membaca Al-qur’an tidak terlihat didalam film. Shalat shubuh bersama abi pun tidak nampak di filmnya. Kutipan novel di atas menceritakan bagaimana keimanan seorang hamba Allah. Dalam kutipan tersebut menggambarkan seorang Ayah dan ibu yang shalehah mendidik empat orang anaknya dengan iman kepada Allah, tradisi dalam keluarga tersebut mengaji Al-Quran setelah shubuh secara bergiliran menyetorkan mengajinya kepada Umminya. b. Islam Abi berkali-kali mendesah menyebut istigfar. (halaman : 228) Kutipan di atas tidak terdapat di dalam film, padahal sangat banyak pelajaran tentang sikap sebagai muslim yang taat dan pasrah terhadap aturan Allah. Tetapi dalam filmnya tidak terlihat sama sekali. Kutipan di atas menggambarkan sikap Abi Usman yang pasrah dan taat pada aturan Allah. Sambil menuunggu Delisa yang sedang sakit diperiksa oleh dokter Petter salah seorang dokter jaga posko PMI. Tokoh dokter Petter tidak dinampakkan di dalam film begitu juga dengan kutipan di atas. c. Ihsan Ibu-ibu disebelah Delisa entah apa sebabnya, tiba-tiba ingin shalat. Ia ingin shalat malam tahajud. Kesadaran itu datang begitu saja mungkin karena mendengar pembicaraan Sersan Ahmed, Prajurit salam dan Suster Shopi selepas isya tadi.mungkin setelah menyadari bahwa dimana-mana ternyata terdapat hambaMu yang baik dan selalu mengingatMu. Mungkin setelah menyadari banyak hal. Ibu-ibu itu ingin shalat sekarang, malam ini. (halaman :123-124)
6
Kutipan di atas tidak terdapat di dalam filmnya, kutipan di atas memberikan pelajaran penting kepada pembaca bahwa kita sebagai manusia harus sadar akan hidup kita di dunia karena kita senantiasa terawasi oleh Allah Swt. Penggalan kutipan novel di atas menggambarkan tentang kesadaran hamba Allah yang menyadari bahwa semua perbuatan yang ia lakukan di muka bumi ini selalu terawasi oleh Allah. Dan ibu-ibu tersebut menyadari semua bahwasannya Allah selalu berada bersama kita. d. Ikhlas “Delisa sudah ikhlas abi, walaupun Delisa masih suka kangen sama Ummi (Delisa, menit ke 01 :37 : 40) Dalam novel tidak terdapat kutipan atau dialog yang ada di dalam film, padahal sikap ikhlas Delisa dalam film tersebut dapat menjadi contoh bagi anakanak yang menontonnya dan memberikan pelajaran tentang ilmu keikhlasan yang sangat baik. Kutipan di atas menggambarkan sikap ikhlas Delisa yang merelakan Umminya pergi tetapi Delisa masih kelihatan manja. Sikapnya yang tegar dan ikhlas membuat semua orang merasa kagum. Tetapi kutipan di atas tidak terdapat dalam novel. e. Tawakkal dan Sabar Sikap tawakkal dan sabar ini hanya terlihat pada sikap dan tingkah laku tokoh utama dan lainnya dalam menghadapi kehidupannya. Delisa yang selalu sabar dalam mnghadapi berbagai cobaan yang menimpa dirinya. Dan Abinya yang selalu bertawakkal dalam menghadapi hidup ini. f. Syukur Abi jatuh terduduk. MemujiMu Sujud syukur matanya basah. (halaman : 230) Sikap Abi yang ikhlas dalam kutipan novel tersebut tidak terdapat di dalam film, padahal kutipan tersebut sangat membawa pelajaran yang berharga untuk kita belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki. Kutipan di atas menggambarkan sikap syukur seorang hamba Allah yang mengucapkan sikap terimakasih atas semua yang telah diberikan oleh Allah. Tetapi adegan tersebut tidak ada didalam filmnya. Dari perbandingan kutipan dalam novel dan film hafalan shalat Delisa dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan agama yang berkaitan dengan karakter anak sekolah dasar dan dapat diterapkan pada anak sekolah dasar. Kutipan tersebut sesuai dengan karakter anak sekolah dasar yang diungkapkan oleh Herritage Foundation yaitu cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya. Karakter yang sesuai dengan kutipan diatas yaitu tentang nilai pendidikan agama iman, islam, ihsan, ikhlas, syukur yang mengajarkan tentang pendidikan agama islam shalat, puasa, dan seluruh ajaran kebaikan umat islam yang dapat dijadikan pembelajaran dan contoh untuk mengembangkan karakter anak sekolah dasar yang dapat diterapkan untuk di sekolah dasar. Dengan penerapan pembelajaran karakter akan dihasilkan siswa yang cendikia dan bernurani. 3. Nilai Pendidikan Moral Moral dalam bahasa Indonesia disebut susila. Yang dimaksud dengan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang
7
umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Nilai pendidikan moral dalam novel dan film terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu (1) Nilai menghormati (2) Nilai Memahami orang lain (3) Nilai bertanggung jawab (4) Nilai Menghargai. Sejalan dengan pernyataan di atas, terdapat perbandingan nilainilai pendidikan moral antara novel dan film. Seperti kutipan berikut ini: a. Nilai menghormati Beberapa detik kemudian reflek kepala Prajurit Salam menunduk menggapai lemah tangan Abi di hadapannya. Mencium takjim tangan Abi. (halaman :142) Kutipan dalam novel di atas tentang sikap menghormati orang lain tidak terdapat di dalam film. Padahal sikap menghormati tersebut sangat patut dicontoh oleh orang lain. Kutipan di atas menggambarkan sikap Prajurit Salam yang menghormati Abi. Menghormati orang lain merupakan hal yang sangat penting dalam pergaulan makhluk sosial. Jika sikap menghormati diabaikan dapat menyebabkan hal yang kurang baik. b. Nilai memahami orang lain Professor Strout mengenggam lengannya menghela nafas panjang, berbisik berkali-kali sabar! Situasi ini sungguh tidak terkendali. (halaman :79) Kutipan di atas tidak terdapat di dalam filmnya, padahal sangat banyak pelajaran moral tentang memahami penderitaan orang lain dan antar bangsa yang patut ditiru untuk menjadi contoh. Kutipan di atas mengambarkan perasaan memahami orang lain dan bangsa lain. Profesor Strout merupakan teman dari Michael salah satu korban tsunami Aceh yang merupakan bangsa Asing. c. Nilai bertanggung jawab Ia membantu Abi menyapu rumah, mencuci piring bahkan sudah bisa mencuci pakaian dan belajar menyetrika. Delisa juga tidak banyak berseru meminta tolong. (halaman :177) Nilai moral tentang tanggung jawab pada kutipan di atas tidak terdapat dalam filmnya. Padahal dari kutipan tersebut sangat banyak nilai-nilai moral yang dapat diambil dan dijadikan pelajaran bagi kita semua. Pada kutipan di atas terdapat nilai pendidikan moral tentang tanggung jawab yakni tergambar pada tokoh Delisa. Ia seorang anak perempuan yang ceria dan setelah kejadian itu delisa lebih mengerti dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri dengan melakukan hal-hal kecil yang bisa ia lakukan dan ia juga tidak ingin merepotkan Abi lagi. d. Nilai menghargai Tahajud Abi malam itu membuat Delisa mengerti suatu hal. Delisa memutuskan untuk memakan habis apa saja yang Abi masak. Meski dengan muka menyeringai, meski dengan mata mengerjap-ngerjap, meski dengan hidung meringis. Lagi pula belakangan ini masakan Abi mulai ada rasanya terlalu pedas, terlalu asin dan terlalu lainnya. Abi tertawa kecil ketika delisa mulai memuji-muji masakannya. (halaman : 197) Kutipan di atas tidak terdapat didalam filmnya, padahal kita dapat mengambil pelajaran tentang menghargai dari sikap Delisa kepada Abinya. Kutipan di atas menggambarkan Delisa yang mencoba untuk menghargai masakan Abinya
8
meskipun rasa masakan Abinya tidak seperti masakan umminya. Nmun sikap menghargai Delisa kepada Abi ini tidak begitu dinampakkan didalam filmya. Dari perbandingan kutipan dalam novel dan film hafalan shalat Delisa dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan moral yang berkaitan dengan karakter anak sekolah dasar dan dapat diterapkan pada anak sekolah dasar. Kutipan tersebut sesuai dengan karakter anak sekolah dasar yang diungkapkan oleh Herritage Foundation yaitu tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat, santun dan toleransi. Karakter tersebut sesuai dengan karakter nilai pendidikan moral dalam novel dan film hafalan shalat Delisa yang banyak mengajarkan dan memberi pembelajaran karakter yang dapat diterapkan pada anak sekolah dasar. SIMPULAN Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap unsur ekstrinsik nilai pendidikan sesuai karakter anak sekolah dasar pada novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Perbandingan nilai pendidikan sosial dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” dapat dilihat dari hubungan yang ada antara tokoh utama dengan masyarakat desa maupun pendatang didalam novel dan film. Hubungan saling membantu, kebersamaan dan kehidupan sosial serta saling menghargai antar sesama manusia. 2. Perbandingan nilai pendidikan agama dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” terlihat dalam sikap dan tingkah laku tokoh utama maupun tokoh lainnya yang mana dalam novel dan film ini dilatarbelakangi oleh nilai pendidikan agama islam. Sikap dan tingkah laku tokoh utama sesuai dengan nilai pendidikan agama islam seperti iman, pasrah, sadar, ikhlas, yakin, syukur dan sabar menghadapi hidup dengan ketentuan Allah. 3. Perbandingan nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel dan film “Hafalan Shalat Delisa” dapat dilihat dari hubungan yang terjalin antara tokoh utama dengan ibu dan ayahnya. Dimana sang ibu dan ayah memberikan pendidikan kepada sang anak dengan harapan sang anak menjadi lebih baik bertanggung jawab, memahami, menghormati dan menghargai diri sendiri dan orang lain. 4. Nilai pendidikan dalam novel dan film sesuai dengan karakter siswa sekolah dasar dan nilai pendidikan tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk mengembangkan pendidikan karakter pada anak sekolah dasar. SARAN Setelah dilakukannya penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Hendaknya pengkajian tentang unsur ekstrinsik dalam sebuah novel dan film dapat diteliti dengan lebih baik dan lebih lengkap oleh peneliti berikutnya sehingga penelitian ini akan lebih sempurna. 2. Pengkajian tentang unsur-unsur ekstrinsik yang diteliti oleh peneliti terdahulu hanya mencakup beberapa unsur saja. Untuk itu bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat melanjutkan terhadap berbagai unsur lainnya yang memiliki keterkaitan.
9
3. Penulis berharap kepada pembaca sekalian, jika melanjutkan penelitian ini agar dapat melanjutkannya dan lebih terarah. 4. Penulis mengharapkan agar penelitian selanjutnya pendidikan karakter yang dapat diterapkan pada siswa lebih terperinci lagi.
berkeinginan untuk agar lebih sempurna dapat menerapkan sekolah dasar secara
UCAPAN TERIMA KASIH 1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M. Pd selaku Dekan FKIP Universitas Riau. 2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn. selaku ketua jurusan ilmu pendidikan. 3. Drs. Drs.H.Lazim, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Otang Kurniaman, M. Pd selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. 5. Erlisnawati, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan sehingga skripsi ini selesai. 6. Bapak atau Ibu dosen program studi PGSD FKIP UR yang memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan. 7. Kedua orang tua tercinta ayahanda Sadjimin dan ibunda Ponirah, serta abang tercinta Andi Subarkah S.sos, dan kakak Dwi Purwaningsih serta abang Tri Nur Agunawan dan Eddy Purnomo. Serta ponakan yang senantiasa mendoakan untuk kesuksesan serta semangat baik moril maupun materil kepada penulis dan membesarkan, mendidik sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di UR Pekanbaru. 8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2009, semua pihak yang memberikan motivasi dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung demi penyelesaian penulisan skripsi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2009. Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Bandung. Sinar Baru Algesindo. Anneahira. 2013. Unsur Ekstrinsik Karya Sastra. 4 April 2013 Aristhaserenade .2013. Unsur Dan Nilai Sastra. 4 April 2013 Blogspot m-wali. 2012. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel. 10 Mei 2012 Kurniaman Otang. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pekanbaru. Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel Edumedia. Liye Tere. 2008. Hafalan Shalat Delisa. Jakarta : Republika. Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrensikalitas Sastra Indonesia. Jakarta : Rajawali Gresindo Press. Moleong Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Bandung. Poespoprodjo, W. 1999. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Pustaka Grafika. Setiadi Elly dkk. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
10
Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung : Angkasa. Sukmadinata, Nana Syaodih.2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sumarno Marselli. 1996. Dasar-Dasa Apresiasi Film. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA. Jakarta : Erlangga. Syah Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan karakter. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Wiyani, Novan Ardy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.