ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
ERI SUHASNI WULANDARI NIM 104051101939
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 29 Juli 2008
Eri Suhasni Wulandari
ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
ERI SUHASNI WULANDARI NIM 104051101939
Di bawah bimbingan :
GUN GUN HERYANTO, M.Si NIP 150371094
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juli 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Program Studi Konsentrasi Jurnalistik. Jakarta, 15 Juli 2007 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Arief Subhan MA. NIP: 150262442
Rubiyanah, MA NIP: 150286373
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Suhaimi, M.Si. NIP: 150270810
Dra. Asriati Jamil, M. Hum NIP: 150244766
Pembimbing,
Gun Gun Heryanto, M.Si NIP 150371094
ABSTRAK Eri Suhasni Wulandari Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Di Harian Media Indonesia Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat. Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Media Indonesia mempunyai cara tersendiri dalam mengemas/ mengkonstruksi berita yang disajikan kepada khlayak, bisa pro atau pun kontra terhadap suatu isu. Biasanya, apa yang ditulis oleh seorang jurnalis dengan tulisannya ia dapat memasukan gagasan serta ide-ide yang ada dipikirannya juga tidak terlepas dari visi misi media tempat ia bekerja. Setiap media mempunyai penekanan sendiri dalam menyajikan berita. Maka, bagaimana pengemasan pemberitaan aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007? dan bagaimana kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah dilihat dari pembingkaian yang mereka tampilkan? yang bertujuan untuk mengetahui pengemasan dan kecenderungan keberpihakan Media Indonesia dalam pemberitaan isu aliran sesat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis framing. Teori framing menunjukkan bagaimana seorang jurnalis membuat simplifikasi, prioritas, dan struktur tertentu dari peristiwa. Karenanya, framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke dalam bentuk berita. Dengan mengacu kepada sumber-sumber tulisan/ studi pustaka. Data yang diperoleh akan diolah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak dalam bentuk teks berita. Dalam penulisan isu aliran al Qiyadah al Islamiyah, Media Indonesia selalu menggunakan lead model pernyataan, dan bila dilihat dari 5W+1H yang dipakai antara lead when dan where. Dari bentuk penyajian kalimat, Media Indonesia lebih sering menggunakan jenis kalimat deduktif, dimana pokok permasalahan di tulis lebih awal. Dan juga bersifat aktif dalam penulisannya. Kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terjadi jika pernyataan atau informasi yang didapat wartawan dari satu narasumber melimpah. Seperti halnya penerbitan pers pada umumnya, Media Indonesia mengunggulkan kualitas dalam semua pemberitaan yang dipublikasikan kepada publik. Dari kelima berita yang dianalisis dengan menggunakan analisis framing, Media Indonesia berusaha bersikap netral, karena berita seputar al Qiyadah al Islamiyah sangat sensitif di masyarakat Indonesia.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim Puji syukur penulis haturkan kepada Zat Allah SWT, atas limpahan karunia dan atas Ridho-Nya Penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I). Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jalan kesesatan menuju alam berperadaban, dari kegelapan menuju cahaya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari betul bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Semua berkat arahan, bimbingan, bantuan, petunjuk serta motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1.
Kepada kedua orang tuaku yang kucintai, Drs. Sunarko dan Azhariyah. Kasih sayang ibu dan Bapak tiada terbalas, seperti mentari menyinari alam ini, hanya doaku kepada Allah SWT Semoga Ridho-Nya beserta Ibunda dan Ayahandaku tercinta.
2.
Dr. Murodi M.A. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
3.
Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Pudek Akademik
4.
Drs. Studi Rizal LK. MA. Selaku Pudek Kemahasiswaan.
5.
Drs. Suhaimi, M.Si. Selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, sekaligus penguji I dan Rubiyanah, M.A. Selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan banyak pengarahan kepada penulis tentang jurusan.
6.
Gun Gun Heryanto, M.Si. selaku Pembimbing yang telah banyak mencurahkan bimbingan, arahan, petunjuk dan pemikirannya kepada Penulis di sela-sela kesibukan beliau.
7.
Dra. Asriati Jamil, M. Hum, selaku penguji II.
8.
Para dosen, karyawan dan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
9.
Mas Hapsoro Poetro, yang telah menyisihkan sebagian waktunya di sela-sela padatnya jadwal kerja redaksi harian Media Indonesia. Jazakallahu khoiron katsiron.
10.
Kakakku Yuli, dan Adik-adikku tercinta, Firza, Anis, dan Ilham. Semoga kita menjadi anak-anak yang berbakti kepada Allah SWT dan kepada kedua orangtua kita.
11.
Kakek dan Nenek yang selalu mendoakanku agar cepat lulus dengan nilai yang membanggakan.
12.
Om (Iyank, Siswanto, Villa, Igas, Agus) dan Tanteku (Juju, Ella, Amel), yang senantiasa ada saat suka maupun dukaku.
13.
Sandi Permanasidi yang selalu memberikan support yang sangat berarti bagi penulis. Terima kasih atas segala waktu dan perhatiannya.
14.
Sahabat-sahabatku, Neneng H, Putri M, Diah y, Desta dan Pipit, semoga persahabatan kita tidak sampai di sini. Sofwan, Ratna, dan Rahma teman seperjuangan menanti sang pembimbing hadir untuk bimbingan. Maju terus, keep u’r spirit friends!
15.
Kelas Konsentrasi Jurnalistik (2004) beserta adik-adikku di konsentrasi jurnalistik dan kawan-kawan KKS Nanggung, Bogor 2007. Teman-teman dari Kessos, KPI, BPI, MD, dan PMI.
Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi pelajaran hidup kepada penulis. Semoga Allah SWT semakin menambah karuniaNya kepada kita semua. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak ada manusia yang sempurna. Jakarta, Juli 2008 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR ………..……………………………………………… vi DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................ x BAB I.
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ………………..…………………. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 8 C. Tujuan dan Manfaat……………………………………….. 8 D. Tinjauan Pustaka ………...………………………………… 10 E. Metodologi Penelitian ……………......……...……..…….. 11 F. Sistematika Penulisan …………………………..…………. 17
BAB II.
TINJAUAN TEORITIS............................................................ 19 A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ......................... 19 B. Framing .............................................................................. 23 1. Definisi Framing ………………………………………… 23 2. Konseptualisasi Framing ………….. ……….……………. 26 3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki …………………………………………………… 27 4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.. …………………………………………………. 29 C. Konseptualisasi Berita ....................................................... 38 1. Pengertian Berita ………………………….……..……….. 38 2. Jenis Berita ……………………….... ………………….… 43 3. Struktur Berita ……………………………………………. 46
BAB III
GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK HARIAN MEDIA INDONESIA ............................................................................. 49 A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Indonesia ……………………………………………....….. 49 B. Visi dan Misi Perusahaan Media Indonesia ….………… 53 1. Visi Perusahaan Media Indonesia ………………………. 54
2. Misi Perusahaan Media Indonesia ……………………….. 54 3. Nilai-nilai Perusahaan Media Indonesia ………………… 55 C. Struktur Redaksional ………………… …….………….. 56 D. Mekanisme Kerja Redaksi …………………… ………. 58 E. Profil Pembaca …………………………………………… 59 BAB IV.
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ................................ 60 A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Pada Harian Media Indonesia ................... 60 A.1. Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah ....................................................................... 61 A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat ........................................................................... 71 A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta ................... 80 A.4. Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah .................................................................... 90 A.5. Frame 5: Pengikut Al Qiyadah Bertobat ................... 99 B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media Indonesia .......................................................................... 109
BAB V.
PENUTUP ............................................................................... 112 A. Kesimpulan ........................................................................ 112 B. Saran .................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 117 Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar Tabel: 1. Tabel 1 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……… 17 2. Tabel 2 Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki .….……. 31 3. Tabel 3 Nilai-nilai Berita ………………………………………………....... 42 4. Tabel 4 Jenis-jenis Berita …………………………….……………………. 44 5. Tabel 5 Rangkaian Berita Al Qiyadah Al Islamiyah Harian Media Indonesia ………………………………………………….. 61 6. Tabel 6 Framing Edisi 28 Oktober 2007 “Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah” ……………….
69
7. Tabel 7 Framing Edisi 31 Oktober 2007 “Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”……….
78
8. Tabel 8 Framing Edisi 1 November 2007 “Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta”…………
88
9. Tabel 9 Framing Edisi 7 November 2007 “Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”……………..
97
10. Tabel 10 Framing Edisi 10 November 2007 “Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”………….…... 107 Daftar Gambar: 12. Gambar 1 Struktur Piramida Terbalik…………………………………… 47 13. Gambar 2 Proses Kerja Bagian Redaksi Harian Media Indonesia ………
58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Suatu realitas atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu
kebutuhan
bagi
manusia.
Alhasil,
kemajuan
teknologi
tersebut
mempermudah kepentingan manusia. Terlebih semakin semaraknya surat kabar menghiasi dunia pers di Indonesia yang beraneka ragam bentuk dan pembingkaian yang dilakukan oleh para pembuat berita. Dewasa ini surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa bagi kita, manusia zaman sekarang, yang sudah memasuki masyarakat informasi. Koran sudah masuk desa. Koran sudah bukan barang konsumsi mahal. John Tebbel berpendapat bahwa Koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.1 Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka. Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak 1
John Tebbel, Karier Jurnalistik, Penyadur: Dean Praty Rahayuningsih, (Semarang: Dahara Prize, 2003), h.1.
penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa. Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers. Membaca tulisan dalam sebuah surat kabar berarti kita menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang disampaikan terlepas dari baik atau buruk di mata khalayak. Hal ini dapat mengubah mental, sikap, perilaku dan gaya hidup mereka. Onong Uchjana Effendi mengemukakan Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media.2 Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun, pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas/ fakta yang diliput oleh wartawan, dan pada gilirannya akan dilaporkan secara 2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1986), h. 15.
terbuka oleh media massa. Dengan demikian dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana/ keadaan, orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk mengkonstruksikan realitas.3 Era informasi sekarang ini masih dirasakan dengan langkanya para penulis- juga wartawan- muslim yang mampu melakukan Da’wah bil Qolam melalui media massa. Kemampuan menulis menjadikan seorang Imam Al-Ghazali dapat mewariskan dan mendakwahkan ilmunya lewat kitab Ihya ‘Ulumuddin dan lain-lain. Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf dan cendekiawan muslim lain dari berbagai disiplin ilmu, “pikiran mereka”, kata Plato, “terekam di ujung pena mereka”.4 Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.5 Sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, berita mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide ataupun gagasan. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai
3
M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.
168. 4 Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 131. 5 Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M, Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69.
apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/ latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Di sisi lain, dunia tulis menulis merupakan “lapangan kerja” terbuka yang selalu siap menerima karyawan baru. Tulisan yang ada di media massa di samping sebagai sarana Da’wah bil Qolam, juga dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dengan khalayak untuk mempublikasikan ide-ide, opini, atau pemikiran tentang berbagai masalah. Melalui tulisan di media massa, seseorang dapat menciptakan
opini
publik,
mempengaruhi
massa,
bahkan
melakukan
“propaganda”. Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layak berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.6
6
Luwi Ishwara, Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006), h. 53.
Dari ketentuan yang ditetapkan oleh Kode etik Jurnalistik Wartawan Indonesia pasal 5 yang berbunyi :7 “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”. Karya ilmiah ini akan mengambil objek pemberitaan aliran sesat yang marak diberitakan di setiap surat kabar, khususnya selama tahun 2007. banyaknya pemberitaan tentang aliran sesat membuat penulis tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya pandangan dari wartawan yang menulis berita tentang beberapa aliran sesat yang semakin marak di Indonesia. Dengan hadirnya aliran Ahmadiyah, Quran Suci, AlQiyadah Al Islamiyah, Lia Eden, dan masih banyak lagi yang lainnya. Karena itulah dengan pemberitaan yang menyangkut perpecahan umat muslim ini semakin menarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pendapat seorang wartawan yang ada di sebuah surat kabar. Karena, setidaknya ada lima peranan jurnalis Muslim, yaitu: Sebagai Pendidik (Muaddib), Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid),Sebagai Pembaharu (Mujaddid), Sebagai Pemersatu (Muwahid), dan Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang pembela Islam.8 Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang
7
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) pertama kali dibuat pada tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian disusun kembali dan ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1955 di Prapat, Sumatera Utara, dan mengalami penyempurnaan pada Kongres Kerja Nasional PWI tahun 1994 di Batam, Riau. Kemudian dalam Kongres XXI PWI di Palangkaraya< Kalimantan Tengah, 2-5 Oktober 2003, Kode Etik Jurnalistik Ini lebih disempurnakan lagi. (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 47. 8 Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2005), Cetakan ke-6, h. 122-123.
dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat dari satu kesimpulan yang satu kepada kesimpulan yang lainnya. Karena itu, selain surat kabar menyampaikan pemberitaan, ia juga berfungsi sebagai media dakwah. Media seringkali menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya. Dengan cara itu media massa membentuk citra khalayaknya ke arah yang dikehendaki media tersebut. Tetapi pengaruh media massa tidak berhenti sampai di situ, media juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki khalayaknya.9 Media massa sebagai salah satu institusi sosial, menurut Dennis McQuail (1989), media massa memiliki kekuatan besar, antara lain: 1. Media massa dapat menarik perhatian dalam memecahkan masalah, 2. Media massa dapat memberikan legitimasi dan status pada seseorang, 3. Media massa itu merupakan saluran bagi proses persuasi dan mobilisasi, 4. Media massa itu merupakan wahana yang dapat memberikan penghargaan dan kepuasan kepada publik.10 Pers, sesuai dengan sifat yang dimilikinya, selalu menyajikan informasi yang terbaru bagi para pembacanya. Disamping sebagai unsur ke-baru-an (aktualitas), informasi itu pun mengandung dan sekaligus menyebarkan ide-ide atau opini yang juga dianggap baru dan relevan dengan kondisi masyarakat di mana pers itu menyebar. Dalam dunia pers di Indonesia, terdapat Harian Media Indonesia. Yang sudah lama berkiprah selama masa pembangunan. Dengan jangka waktu yang
9 Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Edisi Revisi, h. 226. 10 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Terjemahan Agus Dharma, dkk, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.
lama, Harian Media Indonesia telah menjadi surat kabar yang banyak peminatnya dan telah menjadi Koran Harian Nasional. Sehingga bukan tidak mungkin Harian ini mampu mempengaruhi daya pikir para pembacanya Karya ilmiah ini berupaya menyoroti bagaimana harian tersebut mengemas berita tentang aliran sesat. Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki11 yang membaginya dalam empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan Retoris (cara wartawan menekankan fakta). Maka, akan diketahui seperti apa surat kabar tersebut mengemasnya. Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif serba instan dan sebagainya.
Soejono
Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”,
menyatakan Perubahan-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.12 Akhirnya surat kabar sebagai salah satu media yang menyampaikan informasi kepada khalayak, tidak disangsikan lagi eksistensinya sebagai media dakwah. Pemberitaan melalui media cetak akan lebih signifikan di masyarakat. Analisis ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana konstruksi berita seputar aliran sesat yang dikemas oleh Harian Media Indonesia. Karena begitu menariknya isu-isu tentang Islam apalagi bila isu itu telah dijadikan sebagai suatu pemberitaan yang dikemas semenarik mungkin oleh wartawan yang menulisnya. Islam telah menjadi pembicaraan yang negatif di 11
Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 256. 12 Soejono Soekamto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987), h. 30.
Dunia internasional, karena hadirnya berbagai aliran sesat tersebut. Karena itulah pemberitaan tentang aliran sesat ini menjadi hal yang sangat serius untuk citra positif Islam di Indonesia bahkan mungkin juga untuk dunia internasional. Selama tahun 2007 sudah banyak pemberitaan seputar aliran sesat di beberapa surat kabar, khususnya Harian Media Indonesia. Namun, penulis mengangkat tema tentang aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah, karena Harian ini lebih banyak memuat pemberitaan seputar berita tersebut. Khususnya pada bulan Oktober dan November 2007. Berdasar pada permasalahan di atas, untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana cara suatu surat kabar mengemas berita serta apa pandangan yang disuguhkan kepada khalayak, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah Di Harian Media Indonesia”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam skripsi ini, penulis mencoba untuk membatasi permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan. Maka penulis membatasi hanya pada tim redaksi surat kabar harian Media Indonesia. Pesan yang dimaksud pada penulisan skripsi ini dibatasi pada pemberitaan tentang aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang telah dipublikasikan di harian Media Indonesia pada periode Oktober - November 2007. Sementara khalayak yang ditelusuri dibatasi hanya pada profil lembaga surat kabar yang dimaksud. Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode Oktober- November 2007? 2. Bagaimana kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Mengacu kepada masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tentang bagaimana cara harian Media Indonesia mengemas pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang berkembang di Indonesia selama kurun waktu Oktober November 2007. Adapun tujuan penelitian adalah untuk: 1. Mendeskripsikan pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode Oktober – November 2007; 2. Mendeskripsikan kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang mereka tampilkan.
Adapun manfaat penelitian adalah: a. Manfaat Akademis
Manfaat yang ingin dicapai ialah berpusat pada pengembangan ilmu pengetahuan. Karena saat ini masih banyak penelitian mau pun kajian analisis teks berita yang menggunakan analisis isi (content analysis) dari pada analisis framing (framing analysis) yang memusatkan pada pemaknaan atas suatu peristiwa dalam teks berita. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan akademik. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan data yang dapat digunakan oleh Mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid Jakarta khususnya Mahasiswa Komunikasi dan Jurnalistik dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan mutu pendidikan Komunikasi dan Jurnalistik.
b. Manfaat Praktis Kajian tentang frame surat kabar dalam mengemas berita ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan beranalisis dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan penelitian selanjutnya sehingga akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan beranalisis. Selain itu, juga untuk mendorong agar para peneliti teks berita berikutnya untuk mulai menekuni analisis framing (framing analysis) dalam mengkaji suatu teks berita dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan beranalisis, khususnya analisis framing.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syahid Jakarta, penulis menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing, hanya saja objek yang dianalisis tidak sama dengan yang ingin penulis kaji yaitu pemberitaan aliran sesat AlQiyadah Al-Islamiyah. Adapun judul-judul skripsi yang penulis temukan sebagai berikut: Citra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media Massa (Analisis Framing Berita Perubahan Status IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media Indonesia, Republika, dan Kompas): Desy Puspitasari (2004); Kontribusi Berita Musibah Tsunami di Aceh (Analisis Framing Berita Pada Majalah Hidayatullah dan Gatra): Husniah (2006); Analisis Framing Berita Sebelas Fatwa MUI Dalam Majalah Sabili dan Syir’ah: Ade Saripullah (2006); Analisis Framing Berita Rancangan UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (RUU KMIP) di www.bipnewsroom. Info Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan Informatika: Untung Sutomo (2007); Pesan Dakwah di Media Cetak (Analisis Framing Terhadap Rubrik Dirosat edisi 145 dan 148 di Majalah Tarbawi): Iis Diana Ucik (2007); Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata: Junaidi (2007); dan Sinetron Sebagai Media Dakwah: Pemikiran Dakwah H. Deddy Mizwar dan Bingkai Sinetronnya (analisis framing model Robert N. Entman), Deden Sandi Permanasidi (2007). Beberapa skripsi di atas juga merupakan rujukan bagi penulis dalam meneliti, yang sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, artikel, dan lainnya.
E. Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif. Berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis/ studi pustaka mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Data-data dikumpulkan dengan cara observasi dari teks berita surat kabar tersebut. Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip oleh Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial, menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Dimana objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.14
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif eksplanatif yang bertujuan untuk mencari sebab dan alasan mengapa sesuatu dapat terjadi, diantaranya
menjelaskan
secara
akurat
mengenai
satu
bahasan
topik,
menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan
13 Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Arifin, M.Ag, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 30. 14 Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h. 302.
membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti untuk mendukung sebuah penjelasan atau teori.15 Eksplanatif tidak hanya sekedar memberikan gambaran (deskriptif) dari sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan pembahasan yang tengah diteliti secara lebih mendalam lagi.16
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan, yakni sejak Oktober-November 2007. Tempat penelitian akan penulis lakukan pada alamat tim Redaksi Harian Media Indonesia, yaitu: Kompleks Delta Kedoya, JL. Pilar Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11520.
Tahapan Penelitian 1. Pengumpulan Data a. Observasi Penelitian ini menggunakan instrumen observasi terhadap berita yang disajikan oleh Harian Media Indonesia. Unit analisis adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Kategori dalam penelitian ini meliputi empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan Retoris (cara wartawan menekankan fakta).
15 Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syahid JKT, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36. 16 Junaidi, Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata, (Jakarta: Penelitian. Univ. Islam, 2007), h. 10.
Karena, pada dasarnya Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat di lihat dari bagaimana seorang wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam suatu pemberitaan yang ia beritakan.17 Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki. 18
b. Wawancara (Interview) Mendalam Wawancara atau interview merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.19 Wawancara mendalam atau dialog secara langsung dengan pihak yang terkait yang berhubungan langsung dengan tema yang penulis kaji. Adapun instrumen yang digunakan dalam wawancara yang digunakan adalah alat perekam (tape recorder) atau kamera, untuk memperoleh beberapa kriteria yang disebutkan di atas. Wawancara ini juga merupakan cara yang penulis gunakan dalam rangka mengumpulkan data dengan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.20 Penulis melakukan wawancara bebas terpimpin, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpedoman pada sistematika pertanyaan yang telah disediakan, data-data yang diperoleh dalam teknis ini adalah dengan cara Tanya
17
Eriyanto, Analisis Framing, h. 15. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92. 19 Ibid, h. 49. 20 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE- UII, 1995), h. 62. 18
jawab secara lisan dan bertatap muka langsung, dan narasumber dapat menjawab dengan bebas dan terbuka.
C. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data melalui telaah dan mengkaji buku-buku, majalah-majalah, website, dan literatur-literatur lain yang ada relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi, untuk kemudian menjadi bahan penelitian skripsi ini. Dalam penelitian ini dibutuhkan pencarian sumber-sumber, yaitu berupa arsip tentang aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang ada di surat kabar yang dimaksud. Selain itu, berbagai bahan yang berhubungan dengan pemberitaan aliran tersebut yang terdapat di harian Media Indonesia.
2. Pengolahan Data Data yang diperoleh melalui instrumen tersebut akan diolah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari penyajian tabel tersebut akan tampak bagaimana harian Media Indonesia mengemas pemberitaan aliran sesat berdasarkan rumusan masalah.
3. Teknik Analisis Data Dengan analisis data maka penelitian ini menampilkan temuan tentang letak perbedaan teks berita yang disajikan dan menafsirkan hasil temuan berdasarkan model analisis framing yang diterapkan. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian: a. Sintaksis adalah cara wartawan menyususn berita. Struktur sintaksis memiliki perangkat: 1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media 2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa. 3. Latar informasi 4. Kutipan 5. Sumber 6. Pernyataan 7. Penutup b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita: 1. What (apa) 2. When (kapan) 3. Who (siapa) 4. Where (di mana) 5. Why (mengapa) 6. How (bagaimana) c. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta. Struktur tematik mempunyai perangkat framing:
1. Detail 2. Maksud dan hubungan kalimat 3. Nominalisasi antar kalimat 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Struktur retoris mempunyai perangkat framing: 1. Leksikon/pilihan kata Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting. 2. Grafis 3. Metafora Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut:
Tabel 1 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
Sintaksis (Cara wartawan menyusun fakta)
1. Skema berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup.
Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta)
2. Kelengkapan Berita
5W + 1H
Tematik (cara wartawan menulis fakta)
3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti
Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat
Retoris (cara Wartawan menekankan fakta)
7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
Kata, idiom, gambar/ foto, grafik
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima Bab, dimana setiap babnya memiliki spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu, yaitu: Bab I, Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II, Merupakan pembahasan mengenai Landasan Teori yang meliputi: A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah; B. Framing, yang meliputi: 1. Definisi Framing; 2. Konseptualisasi Framing; 3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki; 4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. C. Konseptualisasi Berita, yang meliputi: 1. Pengertian, 2. Jenis, dan 3. Struktur.
Bab III,
Merupakan pembahasan mengenai Gambaran Umum media
cetak Harian Media Indonesia, meliputi: A. Sejarah singkat dan perkembangan harian Media Indonesia, B. Visi dan misi Perusahaan, C. Struktur Redaksional, D. Mekanisme Kerja Redaksi; E. Profil Pembaca. Bab IV, Merupakan Temuan dan Hasil Penelitian yang membahas mengenai A. Analisis framing berita seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah pada harian Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007, yang meliputi: A.1 Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah; A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat; A.3. Aliran Al Qiyadah Dilarang di Jakarta; A.4. Pemeriksaan 168 Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah; dan A.5. Pengikut Al Qiyadah Bertobat; B. kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat dilihat dari pembingkaian berita yang mereka tampilkan. Bab V, Merupakan penutup yang meliputi: Kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Kemunculan aliran al Qiyadah al Islamiyah di Indonesia pada setahun lalu, mendapat aksi penolakan yang keras dari masyarakat. MUI sendiri telah menyatakan bahwa aliran ini sesat serta sudah meminta pihak kepolisian untuk menindak tegas aliran ini.21 Respon umat Islam terhadap sekte-sekte baru kurang lebih sama dengan masyarakat Arab saat nabi membawa Islam. Mulanya Islam sebagai agama baru di jazirah Arab yang sudah beurat akar harus menghadapi ajaran-ajaran baru. Bukan hanya pada aspek teologis, Islam juga menawarkan solusi atas problemproblem sosial saat itu.22 Kemapanan struktur sosial yang berdasarkan kabilah, suku, dan status sosial secara tiba-tiba dianggap sama oleh Muhammad. Karena kontrodiksi konsep teologis dan sosiologis itulah yang menjadi faktor utama permusuhan masyarakat Arab terhadap Arab.23 Pengkafiran (takfir), permusuhan bahkan pembubaran terhadap sekte atau aliran baru ini seakan sudah menjadi trend umat Islam masa kini. Cara respon yang lebih dewasa dan manusiawi hampir tidak pernah ditemukan dalam lembaran sejarah umat Islam Indonesia.24
21
Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang. 22 Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007 23 . Ibid. 24 Ibid.
Terhadap hal inilah, penting menanggapi respon umat Islam terhadap lahirnya al Qiyadah al Islamiyah. Aliran yang dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq ini mendapatkan pengalaman yang sama dengan Lia Aminuddin (Lia Eden) yang mengaku pernah bertemu jibril as, bahkan lebih.25 Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi terbesar dan moderat di Indonesia juga mengambil bagian dalam menghadapi kasus al Qiyadah al Islamiyah. Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi, menyatakan sesat terhadap aliran yang belum mewajibkan shalat dan puasa ini.26 Secara teologis agama semakin lari dari persoalan-persoalan kemanusiaan. Problem sosial yang demikian akut semakin sulit ditemukan penyelesaiannya. Kriminalitas, korupsi, nepotisme, dan tindakan lainnya terus meningkat. Di tengah situasi yang demikian itulah, sebuah keyakinan baru muncul. Ketika kejahatan dan ketidakadilan merajalela di Arab, Islam hadir untuk merombak tatanan sosial tersebut. Begitu juga semangat dari bermunculannya sejumlah aliran baru. Mereka menganggap bahwa keberadaan agama saat ini sudah tidak pas. Karenanya, perlu meremajakan agama. Ahmad Moshaddeq menyatakan bahwa sekte yang dipimpinnya bukan sebagai agama baru tetapi untuk melengkapi nubuah yang dibawa oleh Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad.27 Fatwa MUI telah menetapkan bahwa aliran al Qiyadah al Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq sesat dan menyesatkan. Fatwa tersebut dikeluarkan MUI setelah mempelajari ajaran tersebut yang telah menyimpang dari ajaran syariat Islam.28
25
Ibid. Ibid. 27 Ibid. 28 Ibid. 26
Aliran (Islam) sesat ini dinilai melenceng dari Islam karena beberapa hal: 1. Adanya pengakuan si ‘pendiri’ aliran, bahwa dirinya adalah Nabi dan Rasul. 2. Tidak mengakui Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir (dalam syahadat mereka, tidak mengikutsertakan nama Rasulullah SAW). 3. Tidak perlu menjalankan rukun Islam. 4. Tidak perlu sholat lima waktu.29 Aliran ini mempunyai buku pegangan. Buku pegangan al Qiyadah adalah tafsir al Quran bernama Tafsir Wa Takwil, yang diterjemahkan sesuai dengan selera penganjurnya. Kemudian buku putih al Qiyadah terbitan 20 Februari 2007, bertajuk Ruh Kudus yang Turun Kepada Almasih Mau’ud, Ruh Kudus yang Turun Kepada Almasih Mau’ud, yang dipercaya sebagai nabi mereka. Buku itu diberi pengantar oleh Micheil Muchaddas, yang diduga sebagai Almasih Mau’ud.30 Di tengah ketidakpuasan terhadap agama dan fakta sosial yang ada, al Qiyadah al Islamiyah sebagaimana juga aliran-aliran lainnya yang muncul. Mereka beranggapan bahwa dengan keyakinan yang dimilikinya bisa memberikan secercah harapan tentang masa depan. Merombak tatanan teologis yang dilakukan al Qiyadah seperti tidak mewajibkan shalat, puasa, dan haji.31 Penganut aliran al Qiyadah menolak kenabian Muhammad SAW karena kenabiannya sudah berakhir sejak ia meninggal. Hadisnya pun tidak dipercaya karena dirawikan setelah 320 tahun kemudian. Lalu mereka mengangkat nabi
29 Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang. 30 Ibid. 31 Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007.
sendiri bernama Almasih Mau’ud, yang dideklarasikan pada 23 Juli 2006 di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat.32 Syahadat mereka pun diganti menjadi “asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Masihal Mau’udar Rasulullah”. Pengikutnya dilarang menunaikan salat lima waktu. Mereka hanya melakukan salat satu kali di malam hari yang disebut dengan qiyamul lail. Umat Islam selain pengikut al Qiyadah al Islamiyah dianggap musyrik dan najis yang wajib diperangi.33 Menurut Buya H. Gusrizal Gahazar, seperti yang dikutip oleh Fachrul Rasyid dalam tulisannya pada Gatra, Edisi khusus kamis yang terbit pada 11 Oktober 2007 di Padang, Sumatera Barat, mengungkapkan bahwa dari beberapa penyimpangan penafsiran Al Quran dan buku Ruh Kudus itu terbukti al Qiyadah mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran Yesus Kristus sebagaimana dipercaya pengikut Injil.34 Gusrizal juga mengingatkan bahwa ajaran al Qiyadah menyebarkan gerakan yang berpotensi memecah belah umat dan bangsa. Setiap fatwa yang dikeluarkan oleh MUI selalu dibarengi dengan imbauan untuk tidak melakukan tindakan anarkis. MUI pusat juga telah melakukan koordinasi dengan MUI di setiap daerah untuk menjaga umatnya agar tidak main hakim sendiri. Ketua MUI mengatakan bahwa masalah aliran ini harus dibedakan antara kebebasan beragama dengan penyimpangan dalam beragama. Islam sangat memberikan toleransi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih dan menganut agama apa pun tanpa paksaan. Namun, manakala seseorang sudah
32 Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang. 33 Ibid. 34 Ibid.
memilih suatu agama dan melakukan penyimpangan, maka mereka harus segera diluruskan.35
B. Framing 1. Definisi Framing Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk
pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari
media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Jadi, frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi.36 Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.37
35
Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007. Darmanto, Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing, (Makalah, Universitas Brawijaya, 2004). 37 Ibid. 36
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses tersebut adalah:38 1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kajian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. 2. Proses
framing
merupakan
bagian
tak
terpisahkan
dari
proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan. 3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masingmasing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya 38
Http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html. Diakses tanggal 17 Maret 2008 Pukul 14.38 WIB.
(sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca. Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu:39 1. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. 2. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. 3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
39
Ibid.
2. Konseptualisasi Framing Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A.Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionis yang melihat proses framing sebagai proses konstruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana media dan publik yang terbentuk di masyarakat.40 Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.41 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah
40
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
220. 41
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-4, h. 162.
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.42
3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: Sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication.43 Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya tersebut, Pan dan Kosicki tidak hanya membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Di sini, media dipandang sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk
42
Ibid. h. 162. Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to News Discourse”, Political Communication, Vol. 10, No.1, 1993, hal 55-75. 43
disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas suatu isu atau peristiwa.44 Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita – kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu – ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan.45 1. Dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemenelemen yang diseleksi dari suatu isu mau pun peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. 2. Konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada 44
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 252. 45 Ibid. h. 252-253.
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.46 Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realita menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar.47 Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa – pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa – ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati
46 Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69. 47 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 255.
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita. Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idom yang dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua
strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat dilihat ke dalam tabel berikut ini:
Tabel 2 Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki48 Struktur
Perangkat Framing
Unit yang Diamati
Sintaksis
1. Skema berita
Headline, lead, latar
(Cara wartawan
informasi, kutipan,
menyusun fakta)
sumber, pernyataan, penutup. 2. Kelengkapan Berita
5W + 1H
Tematik
3. Detail
Paragraf, proposisi
(cara wartawan
4. Maksud kalimat, hubungan
menulis fakta)
5. Nominalisasi antarkalimat
Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta)
6. Koherensi 7. Bentuk Kalimat 8. Kata Ganti Retoris
9. Leksikon
Kata, idiom, gambar/
(cara Wartawan
10. Grafis
foto, grafik
menekankan fakta) 11. Metafora 12. Pengandaian
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Dalam
48
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-4, h. 176.
wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, penutup – dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.49 Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Selain headline/judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditulis wartawan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.50 Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang akan ditampilkan. Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam pengutipan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas – prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa berita yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.
49
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 257. 50 Ibid. h. 258.
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.51 Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H – who, what, when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan – semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.
51
Ibid. h. 260.
Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema sebuah cerita. Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.52 Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Detail
merupakan
strategi
bagaimana
wartawan
(komunikator)
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap yang dikembangkan oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi detail bagaimana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan.53 Detail merupakan elemen yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
52 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 67. 53 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 238.
Proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.54 Dalam elemen ini juga terdapat bentuk kalimat. Bentuk kalimat merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Kata Ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Proposisi menurut Poespoprodjo (1999) adalah suatu penuturan yang utuh. Atau ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.55 Proposisi juga merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.56 Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis.57 Retoris. struktur retoris dari wacana berita mengambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita
54
Ibid. h. 263. Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), h. 170. 56 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud. 57 Gunawan Sudarsana, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), h. 61. (lihat kamus besar bahasa Indonesia (2002)). 55
juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. 58 Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Leksikon merupakan kosa kata; kamus yang sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.59 Dalam arti lain, leksikon dapat diartikan sebagai tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain; keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi; hubungan logis antara bagian-bagian karangan atau antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf, daya tarik antara molekulmolekul untuk menghindarkan terpisahnya bagian-bagian bila ada kekuatan dari luar.60Kalimat adalah satuan bahasa terikat dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.61 Selain leksikon, dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari mana unsur gabungan (misal: “kambing hitam” yang berarti ‘orang yang dipersalahkan’; kebiasaan khusus dalam suatu bahasa. Dalam ensiklopedia jilid 3 dikatakan, “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa; segala ungkapan, susun – 58
Ibid. h. 264. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud. 60 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud, h. 449. 61 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Edisi Baru, Cetakan Ke-1, h. 78. 59
kata yang tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa pada umumnya. Idiom juga meliputi segala ungkapan, rangkaian kata, serta susun – kata yang menunjukkan kekhususan dalam suatu bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa-bahasa lain; idiom biasanya tidak diterjemahkan.62 Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini muncul dalam bentuk foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan. Dalam elemen yang keempat ini juga terdapat unsur metafora. Yakni pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan,
62
29.
JS Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h.
ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama.
C. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita Setiap hari, setiap jam bahkan tiap menit kita dapat mendengar ataupun melihat cuplikan berita lewat media massa. Tidak hanya lewat TV, Radio, Surat Kabar, Majalah, atau bahkan Internet. Berita bahkan menjadi primadona di pelosok bumi. Berita bersifat relatif. Dalam pengertian rinci, berita memiliki rentang hidup yang singkat. Tak ada yang lebih tua selain berita hari kemarin, sebuah ungkapan mengatakan begitu. Guna menjaga supaya produk tersebut tetap segar, kantor berita berusaha menyampaikan informasi kepada khalayak sesegera mungkin, dan media siaran sangat cocok dengan pemberitaan segera dari peristiwa berita atau isu berita.63 Herbert juga berpendapat bahwa berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).64 Begitu banyak definisi berita yang dapat diketahui dari berbagai literature, yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut pandang yang berbeda.
63
Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 46. 64 Ibid. h. 47.
Beberapa tahun yang lalu, para ahli mendefinisikan berita dengan pandangan dari sudut surat kabar saja. Kini media elektronik yang juga menyiarkan berita harus diperhitungkan. Dan kenyataan menunjukkan bahwa penyiaran berita oleh stasiun radio dan televisi sangat berpengaruh terhadap jurnalistik surat kabar. Dengan kecepatan sampainya berita kepada khalayak. Akan tetapi, karena ketiga media massa itu (surat kabar, radio, dan televisi) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka pada akhirnya terjadi upaya saling mengisi. Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, “News is difficult to define, because it involves many variable factors,” kata Earl English dan Clrarence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variabel. “Berita lebih mudah dikenali daripada diberi batasannya,” timpal Irving Resenthall dan Marton Yarmen.65 Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi (batasan pengertian) berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife misalnya, menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity).66 Pakar lain seperti Dean M. Lyle Spencer, Willard C. Bleyer, William S. Maulsby, dan Eric C. Hepwood, seperti dikutip oleh Dja’far Assegaff, sama-sama menekankan unsur “menarik perhatian” dalam definisi berita yang mereka buat.
65
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 3. 66 Ibid, h. 4.
“Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca,” kata mereka.67 Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan – untuk keperluan praktis – layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan: “Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka”. 68 Dari pengertian tersebut, kita melihat ada empat unsur yang harus dipenuhi sebuah berita, sekaligus menjadi “karakteristik utama” sebuah berita dapat
dipublikasikan
di
media
massa
(layak
muat).
Keempat
unsur
ini
yang dikenal dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik. 1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). 2. Nyata (factuality), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya. 3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas,
67
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 4. 68 Ibid. h. 5.
atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada banyak orang, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya. 4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan).69 Secara ringkas dan praktis dapat disimpulkan, berita adalah peristiwa yang memenuhi keempat unsur tersebut – karena tidak semua peristiwa layak untuk dilaporkan. Dalam bukunya, Herbert Strentz mengutip pemikiran Ben Bagdikian tentang sifat rasional dari sebuah berita. “Sebagian dari kita yang mengamati pemerintahan dari luar menganggap bahwa kebijakan adalah produk dari pembuatan keputusan rasional oleh sekelompok kecil orang, seperti halnya mereka yang mengamati surat kabar dari luar menganggap bahwa berita adalah produk pembuatan keputusan rasional oleh sekelompok kecil orang”70. Berita mengimplikasikan bahwa sesuatu itu baru dan berbeda. Berita bisa berupa:71 •
Suatu produk baru
•
Sebuah kontrak baru yang penting
69
Ibid. h. 5-6. Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, h. 48. 71 Michael Bland, Alison Theaker, David Wragg, Seri Praktik PR Hubungan Media Yang Efektif, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), Edisi Kedua, h. 64. 70
•
Penunjukkan senior
•
Hasil yang lebih baik
•
Investasi-investasi penting
•
Kampanye atau proyek penting
•
Kesimpulan penelitian
•
Akuisisi atau merger
•
Keberhasilan staf penting, mungkin pengumpulan dana untuk amal. Tidak semua memiliki bobot yang sama. Yang terpenting adalah daya tarik
untuk pembaca. Kategori berita: Hard News (berita keras), Soft News (berita ringan) khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas72 , Spot News, Developing News,dan Continuing News dan Pembagian nilai berita: Tabel 3 Nilai-nilai Berita73 No 1.
Nilai Berita Prominance
Keterangan Nilai
berita
peristiwanya.
diukur
dari
kebesaran
Peristiwa
yang
diberitakan
adalah peristiwa yang dipandang penting. Kecelakaan yang menewaskan satu orang buat
berita,
tetapi
kecelakaan
yang
menewaskan penumpang satu bus baru berita. 2.
Human Interest
Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak.
72
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia; menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 150. 73 Ibid, h. 80.
3.
Conflict/ Controversy
Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja.
4.
Unusual
Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi.
5.
Proximity
Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh. Baik dari fisik maupun emosional dengan khalayak.
2. Jenis Berita Dalam dunia kursus bahasa asing, terutama kursus bahasa Inggris, kita mengenal jenjang kemampuan penguasaan materi. Orang yang termasuk pemula, harus masuk kelas dasar (elementary), setelah itu naik ke kelas lanjutan (intermediate). Setelah beberapa lama dan ia lulus tes, barulah dia diizinkan masuk kelas mahir (advance). Peserta yang masuk kelas mahir, diasumsikan sudah mampu menulis dan berbicara dalam bahasa Inggris yang masuk kategori sangat baik dan sangat memuaskan. Dalam dunia jurnalistik tidak jauh berbeda. Seorang wartawan pemula misalnya, tidak akan mampu menuliskan pelaporan investigasi. Jenis pelaporan seperti itu hanya bisa dikuasai dan dilakukan oleh wartawan senior tingkat advance. Kebanyakan jurnalis hanya menguasai tingkat elementary dan tingkat intermediate .Sedikit sekali yang menguasai tingkat advance. Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok itu: elementary, intermediate, advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive
news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretative (interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing). Berikut ini penjelasan tentang straight news report, depth news report, interpretative report, investigative report, dan feature seperti di tulis Rivers.74 Sedangkan penjelasan tentang comprehensive news, depth reporting berasal dari Sumadiria.75 Yang terangkum dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4 Jenis-jenis Berita No. 1
JENIS BERITA Straight News
PENGERTIAN Laporan langsung mengenai peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita memiliki nilai penyajian objektif tentang faktafakta yang dapat dibuktikan. Di dalamnya terkandung unsur 5W+1H.
2
Depth News Report
Berita
mendalam.
Reporter
menghimpun informasi dengan mengenai
peristiwa
itu
(wartawan) fakta-fakta
sendiri
sebagai
informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar.
74
William L Rivers, Bryce Mcintyre, Alison Work, Editorial, Penyunting: Dedy Djamaluddin Malik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cetakan Pertama, h. 6-7. 75 Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h. 69-70.
3
Comprehensive News
Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat jelas.
4
Interpretative Report
Biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian,
fokus
laporan beritanya
masih
berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. Pendeknya, berita interpretative bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa tersebut. 5
Feature Story
Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
6
Depth Reporting
Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar.
7
Investigative Reporting
Berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretative. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun, pada laporan ini, para wartawan
melakukan
penyelidikan
dari
berbagai sumber untuk memperoleh fakta yang tersembunyi
demi
tujuan,
sering ilegal dan tidak etis.
pelaksanaannya
8
Editorial Writing
Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang
pendapat
umum.
Editorial
adalah
penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.
3. Struktur Berita Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan fakta atau data yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya. Bagian paling penting ini dituangkan ke dalam lead – bagian kepala atau alinea pertama berita. “sudah menjadi hukum jurnalistik,” kata Al Hester, “bagi sebagian besar berita yang akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu faktafakta yang paling penting.”76 Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca. Selain itu, bentuk ini pun memudahkan kerja redaktur atau editor atau penyunting untuk melakukan pemotongan naskah (cutting) jika kolom atau ruang yang tersedia terbatas atau tidak cukup untuk memuat seluruh bagian berita. Struktur berita selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Judul (head)
76
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi, Cet ke-6, h. 12.
2. Dateline, yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. Contoh: Jakarta, Kompas; Jakarta Republika, Senin, “PR”, 3. Teras berita (Lead) 4. Isi berita (Body). Perhatikan gambar piramida terbalik berikut ini.77
Paragraf Pertama Rangkuman berita: biasanya meliputi pertanyaanPertanyaan Siapa, apa, kapan, dimana Paragraf Kedua Deskripsi agak lengkap tentang Pertanyaan-pertanyaan di atas Paragraf Ketiga Uraian yang kurang Penting Paragraf Keempat Masih uraian yang Kurang penting Dst…
Gambar 1. Struktur Piramida Terbalik. Keterangan gambar: Gaya piramida terbalik ini merupakan desain dasar yang banyak digunakan oleh wartawan, terutama dalam penulisan berita langsung (straight news stories). Penempatan fakta-fakta yang dimulai dari fakta yang paling penting sampai fakta yang kurang dan bahkan tidak penting seperti pada gambar di atas, dapat memberikan peluang kepada pembaca untuk mengetahui pesan utama sesuatu berita dalam waktu yang lebih cepat.
77
Asep Saeful Muhtadi, M. A, Drs, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),Cetakan Ke-2, h. 182.
Fakta-fakta yang dianggap penting ditempatkan pada paragraf pertama yang biasa disebut lead. Sedangkan fakta-fakta lainnya ditempatkan pada paragraf-paragraf berikutnya sesuai dengan urutan tingkat kepentingannya mulai dari yang penting, kurang penting, sampai yang tidak penting. Pembaca yang tidak memiliki waktu lebih banyak tetapi merasa perlu mendapatkan informasi aktual tentang berbagai peristiwa yang terjadi, masih bisa memenuhi hasratnya dengan cara membaca setiap lead dari berita-berita yang tersedia. Sedangkan paragraf-paragraf berikutnya hanya akan terus dibaca oleh pembaca yang punya waktu panjang dan merasa perlu. Dan, tidak ada seorang pun yang dapat menduga-duga siapa yang akan membaca keseluruhan kolom, sebagiannya, atau bahkan tidak membacanya sama sekali. Dengan cara penulisan seperti itu, para pembaca tidak akan kehilangan informasi utamanya meskipun tidak sempat membaca isi keseluruhan berita; dan bagi penulisnya sendiri, juga tidak akan kehilangan informasi yang menurutnya paling penting ketika berita yang ditulisnya dipotong oleh redaktur karena dianggap terlalu panjang. Jadi, penulisan berita dengan gaya piramida terbalik ini merupakan teknik penulisan yang disesuaikan baik dengan sifat khalayak pembaca maupun dengan cara kerja reporter. Sedangkan anatomi berita secara keseluruhan meliputi judul berita atau biasa juga disebut headline, baris tanggal (dateline) atau hanya dengan menyebutkan tempat kejadian, teras berita (lead), dan tubuh berita.
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK HARIAN MEDIA INDONESIA
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Indonesia Media Indonesia, pertama kali didirikan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai Surat kabar umum yang terbit waktu itu, edisi perdana Media Indonesia terbit sebanyak empat halaman dengan modal yang amat terbatas. Berkantor di Jl. M.T. Haryono, Jakarta, di situlah sebuah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia kala itu adalah yayasan Warta Indonesia.78 Tahun 1976, surat kabar ini berkembang menjadi delapan halaman. Sementara itu, perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Diantaranya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Dengan perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya, tetapi juga harus tumbuh sebagai sebuah badan usaha.79 Dengan kesadaran itu, pada tahun 1988 Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si selaku pendiri Media Indonesia bergandengan dengan seorang pengusaha muda Surya Dharma Paloh. Surya sebelumnya juga dikenal sebagai mantan pimpinan 78
Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 79 Ibid.
surat kabar harian PRIORITAS, yang dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu vocal.80 Pada tahun 1989, ia mengambil alih Media Indonesia, yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah kompas di Indonesia. Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Adanya bentuk kerjasama ini melahirkan dua kekuatan bersatu. Kekuatan pengalaman bergabung dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun itu lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru, di bawah bendera PT Citra Media Nusa Purnama. Duduk sebagai Direktur Utama, Surya Dharma Paloh, sedangkan Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si sebagai pimpinan umum atau pimpinan redaksi, sementara pimpinan perusahaan dijabat oleh Lestary Luhur. Dengan perubahan ini, kantor pusat Media Indonesia mengalami perubahan lokasi, yaitu pindah ke Jl. Gondangdia Lama No. 46, Jakarta.81 Perubahan manajemen baru ini menjadikan Media Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Modal yang meningkat diikuti dengan wilayah peredarannya yang meluas ke seluruh penjuru nusantara Indonesia. Karyawan pun bertambah dengan spesifikasi keahlian yang berbeda-beda. Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya yang ke-25, Media Indonesia menempati kantor barunya di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Di gedung baru ini, 80
Dokumen company profile Media Indonesia. Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 81
semua kegiatan dilakukan dibawah satu atap, mulai dari redaksi, usaha, percetakan, sampai dengan fasilitas penunjang karyawan. Kendati pendiri harian Media Indonesia, Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si telah tiada, harian ini tidak pernah surut dalam dunia informasi. Siapapun pasti mengenal harian ini. Editorialnya kerap mengkritisi kondisi bangsa ini dengan sikap berani dan jujur. Media Indonesia, demikian orang mengenal harian ini. Tercatat bukan sekali dua kali harian yang sekarang dipimpin Lestari Moerdijat ini terancam pembredelan. Idealisme jurnalistik bergaya Surya yang sarat kritikan ini memang kerap mewarnai gaya tulisan di media ini.82 Dengan beralamatkan di Kompleks Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Harian ini hadir bagi pembacanya dibawah naungan PT. Citra Media Harian Nusa Purnama. Grupnya Media Indonesia antara lain, Media Indonesia, Lampung Post, Borneo News, Metro TV, Yayasan Sukma dan Kick Andy yang bertahan sampai saat ini.83 Sebelumnya, Media Indonesia juga mempunyai grup yang bernama Sumatra Exspress (tahun 1990). Namun Tidak bertahan lama karena secara bisnis hadirnya harian ini sangat tidak menguntungkan bahkan selalu merugi.84 Dengan sejarah tersebut, motto Pembawa Suara Rakyat yang dimiliki Media Indonesia bukan sekedar omong kosong dan sia-sia. Ia menjadi lebih bermakna dengan spirit yang terus terbawa hingga saat ini. Oleh karena itu untuk mewujudkan semua itu lahirlah Media Indonesia Online. MIOL sendiri lahir pada 82
Profil Perusahaan Media Indonesia pada www.mediaIndonesia.com. Diakses tanggal 5 Juni 2008. Pukul 17.38 WIB. 83 Dokumen company profile Media Indonesia. 84 Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
awal 1990-an dilatarbelakangi dengan adanya
perkembangan
teknologi
komunikasi yang semakin berkembang pesat di Indonesia saat itu. MIOL menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perusahaan Media Indonesia.85 Kelahiran MIOL sendiri bertujuan sebagai upaya meningkatkan pelayanan mutu dan kualitas informasi bagi khalayak pembaca.86 Surat kabar yang masih satu grup dengan metro TV ini memang terus menerus melakukan inovasi dan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya. Dengan cukup mengklik www.media-Indonesia.com, siapa saja bisa mengakses berita yang tersedia pada website ini. Dengan lahirnya Media Indonesia Online tersebut, bertujuan agar meningkatkan mutu pelayanan yang maksimal terhadap pembaca, dengan hadirnya MIOL itu, maka informasi yang teraktual bisa diakses dengan media internet. Manajemen MIOL sendiri masih satu atap dengan Harian Media Indonesia, alasannya terletak pada penyajian berita-berita teraktual yang belum diterbitkan pada Harian Media Indonesia bisa diakses melalui Media Indonesia Online, dengan cara seperti itu kepuasan bagi pembaca akan terpenuhi. Bahkan dengan adanya MIOL, para pelanggan setia harian ini dimanjakan dengan dimudahkannya untuk menyalurkan pendapat secara bebas dan terbuka. Cara mengaksesnya pun mudah. Apalagi bagi pelanggan setia ini diberikan ruang yang sangat luas untuk dapat berpartisipasi memberikan komentarnya dengan mendaftar sebagai anggota Media Indonesia Community. Dengan cara melengkapi
85
Dokumen company profile Media Indonesia. Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 86
biodata, dan biodata yang telah terisi lengkap akan terjaga kerahasiaanya dari publik. Dalam MIOL tersedia kolom Edisi Aktual, Edisi Cetak, Rubrik Aktual, Forum Editorial, Media Konsultasi, Media Kami, Media Anda, serta Media Galeri. Sebanyak 51% pengakses media online berasal dari kalangan S1 dan proporsi terbesar 30% pengakses berpenghasilan di atas Rp. 3,5 Juta.87
B. Visi dan Misi Perusahaan Media Indonesia “Pembawa Suara Rakyat”, demikian motto surat kabar ini. Tidak tanggung-tanggung, demi memuaskan pelanggannya, kolom opini disediakan satu halaman penuh bagi siapa saja yang ingin berkomentar. Visi dan Misi perusahaan Media Indonesia disusun berdasarkan pemikiran berikut: Media Indonesia pada saat ini adalah Penerbitan Surat Kabar, Percetakan, dan media Online. Bidang usaha terkait lain yang belum dimasuki adalah bidang Percetakan Komersil, Penerbitan Buku, Majalah, Radio, dan konsultan teknologi Informasi. Pada saat ini pangsa pasar Media Indonesia termasuk jajaran papan atas di Indonesia baik dari segi pemasaran maupun redaksional. Walaupun demikian, sasaran Media Indonesia adalah untuk menjadi surat kabar paling berpengaruh.88
87
www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 8 Juni 2008. Pukul 16.30 Wib. Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 88
1. Visi Perusahaan Media Indonesia Independen, yaitu menjaga sikap non partisan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus partai politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda. Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia; serta secara terus menerus mengembangkan rubrik, halaman, dan penyempurnaan perwajahan. Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung. Terpercaya, yaitu selalu melakukan cek dan ricek, meliputi berita dari kedua pihak yang seimbang, serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman. Paling berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan; memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambil keputusan; mampu membangun kemampuan antisipatif; mampu membangun jaringan nara sumber, dan memiliki pemasaran atau distribusi yang handal.89
2. Misi Perusahaan Media Indonesia a. Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional dan berpengaruh bagi pengambil keputusan. b. Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar. c.
Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang profesional dan unggul; mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.90 89 90
Dokumen company profile Media Indonesia. Ibid.
3. Nilai-Nilai Perusahaan Media Indonesia a. Menghargai Individu dan Membina Kerjasama Perusahaan Media Indonesia menghargai martabat individu, dan karena itu bersikap adil dan profesional kepada setiap individu yang bekerjasama dengan Perusahaan Media Indonesia. b. Excellence Perusahaan Media Indonesia menyadari hanya kualitas produk dan layanan jasa yang handal yang mampu membuat perusahaan meraih keunggulan jangka panjang. C. Dipercaya Dalam industri penerbitan dan percetakan, perusahaan Media Indonesia tampil di depan sebagai perusahaan yang dipercaya dan menjadi acuan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberitaan yang selalu menjaga akurasi, independensi, berani, dan tepat waktu. D. Integritas Integritas adalah ciri utama insan Media Indonesia. Perusahaan Media Indonesia selalu beroperasi dengan standar etika tinggi, cerdas, dan konsisten, baik secara pribadi maupun sebagai perusahaan. E. Aset Bangsa Semangat perusahaan Media Indonesia adalah semangat kebangsaan yang tercermin dalam pemberitaan dan perilaku sehari-hari.
F. Pertanggungjawaban Kepada pemegang Saham Karyawan perusahaan Media Indonesia bertanggung jawab kepada pemegang saham yang telah memberikan kesejahteraan dengan komitmen mencapai pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata. G. Setia Perusahaan Media Indonesia menjaga hubungan jangka panjang dengan pembaca, pemasang iklan, agen pemasok, pengguna jasa dan komunitas tempat bekerja. H. Responsive Perusahaan Media Indonesia berkomitmen memberikan tanggapan yang cepat dan tepat terhadap kebutuhan pembaca. 91
Tentunya karena visi dan misi harian ini sebagai pembela amanat rakyat, maka harian ini sangat memanjakan para pelanggannya untuk dapat berpartisipasi dalam setiap permasalahan publik yang hadir pada saat itu. Dan akan selalu menyediakan berita terhangat dan lain dari berita yang ada di media lainnya. Media Indonesia selalu mendahulukan hal yang menyangkut kepentingan umum dari pada memberitakan tentang suatu golongan ataupun lembaga tertentu.92
C. Struktur Redaksional Pendiri
: Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm)
Direktur Utama
: Lestari Moerdijat
Direktur Pemberitaan
: Saur Hutabarat
91
Dokumen company profile Media Indonesia. Wawancara pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 92
Deputi Dir. Pemberitaan
: Luki Sutrisno
Dewan Redaksi Media Grup
: Toety Adhitama (ketua) Djafar Husin Assegaff Saur Hutabarat Andy F. Noya Laurens Tato Djadjat Sudradjat Elman Saragih Lestari Moerdijat Jeanette Sudjunadi Bambang Eka Wijaya Saiful Mujani Sugeng Suparwoto Usman Hasan
Redaktur Senior
: Laurens Tato Muchlis Hasyim T. taufiqulhadi
Kepala Divisi Pemberitaan
: Elman Saragih
Deputi KaDiv. Pemberitaan
: Dadi R. Suriaatmadja
Ass. KaDiv. Pemberitaan
: Abdul Khohar Ade Alawi Kleden Suban Ono Sarwono Tatang Ramadhan Bouqie Teguh Nirwahjudi
Sekretariat Redaksi
:--
Redaktur
: Agus Wahyu Kristianto Asnawi Khaddaf Fitriana Siregar Gantyo Koespradono Gaudensius Suhardi Gino F. Hadi
Hapsoro Poetro Hariyanto Haryo Prasetyo Ida Farida Jaka Budisantosa Lintang Rowe Mathias S. Brahmana Rosmery C. Sihombing Sadyo Kristriarto Soelistijono Victor JP. Nababan Redaktur MI.Com
: Agus Tri Wibowo Patna Budi Utami Tjahyo Utomo : Widhoroso93
Ass. Redaktur MI.Com
D. Mekanisme Kerja Redaksi Bagian redaksi harus bekerja keras agar menghasilkan kajian utama atau liputan utama yang baik, dan tentunya dapat memberikan inspirasi bagi pembaca. Berikut mekanisme kerja redaksi harian Media Indonesia:
Semua naskah
File edit
Di koreksi oleh Hapsoro P
File OK
Naskah sudah siap dilayout
Gambar 2. Proses Kerja Bagian Redaksi Harian Media Indonesia.
93
Dokumen company profile Media Indonesia. Profil Struktur Redaksional.
E. Profil Pembaca Sebagai harian berskala Nasional, Media Indonesia tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, tercatat sebagai wilayah penyebaran harian terbesar. Sebanyak 52% pembaca berprofesi sebagai pegawai swasta, diikuti sebanyak 13% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan sebanyak 11% pembaca berasal dari kalangan mahasiswa. Data dari para pembaca Media Indonesia, sebanyak 30% pembaca memiliki pengeluaran Rp. 3,5 juta. Diikuti sebanyak 19% pembaca terdiri dari kalangan yang berpenghasilan Rp. 1 juta. Ini cukup menjadi bukti bahwa Media Indonesia dibaca dari kalangan Menengah ke atas.94 Profil pembaca berita Media Indonesia, secara jenis kelaminnya sebanyak 87% laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Dilihat dari segi pendidikan, ratarata pembaca yang berpendidikan S1 lebih mendominasi, yakni sekitar 51%. Serta para pembacanya mayoritas adalah khalayak yang berada pada usia produktif sebanyak 45%.95
94 95
www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 8 Juni 2008. Pukul 16.30 Wib. www.mediaindonesia.com. Diakses tanggal 9 Juni 2008. Pukul 19.00 Wib.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
Dengan hadirnya beberapa pemberitaan aliran sesat di harian Media Indonesia, maka peneliti akan mencoba menganalisis pemberitaan yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia dalam kurun waktu dua bulan, yakni edisi Oktober dan November 2007. Berita yang peneliti analisis adalah berita tentang aliran al Qiyadah al Islamiyah. Berdasarkan data yang telah didapat berupa teks berita seputar al Qiyadah al Islamiyah, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data berdasarkan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Yakni memuat empat kerangka analisis yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Berdasarkan kerangka tersebut, maka penelitian ini pun dianalisis berdasarkan kerangka Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yaitu :
A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah pada Harian Media Indonesia. Analisis berita al Qiyadah al Islamiyah pada harian Media Indonesia ini dilakukan dengan mengacu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset peneliti. Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.96
96
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 164.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka tentu peneliti harus terlebih dahulu menjelaskan susunan berita yang akan dianalisis. Untuk itu rangkaian berita yang akan menjadi bahan analisis tersebut adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 5 Rangkaian Berita Al Qiyadah Al Islamiyah Harian Media Indonesia No. Edisi 1. Minggu, 28 Okt 2007 2. Rabu, 31Okt 2007 3.
Kamis, 1 Nov 2007
4.
Rabu, 7 Nov 2007
5.
Sabtu, 10 Nov 2007
Judul Berita Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah ALIRAN SESAT Penanganannya Harus Tegas dan Bijak KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat
Hlm 03-04
Rubrik Metropolitan
02-04
Politik dan HAM
04-07
Jabodetabek
06-03
Nusantara
07-02
Nusantara
Penulis (DD/J2) (Tim Media/ P-2) (BT/Ss r/DD/J2) [(JI/E M/SG/ N-3)] [(FL/ EM/SG /N-2)]
Rangkaian berita di atas dipublikasikan kepada khalayak oleh harian Media Indonesia dengan rubrik yang berbeda-beda. Tidak ada satu pun pemberitaan tentang aliran al Qiyadah al Islamiyah ditempatkan pada rubrik headline. Namun, dalam analisis pemberitaannya, peneliti tetap mengambil semua pemberitaan seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat pada harian Media Indonesia meskipun terdapat dalam rubrik yang berbeda.
A.1. Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah. Pada Tanggal 28 Oktober 2007 harian Media Indonesia mengangkat berita tentang Pemimpin al Qiyadah yang mengaku sebagai rasul terakhir juga
mengubah kalimat syahadat. Berita yang berisi tentang warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang men-‘sweeping’ dua Vila milik pemimpin aliran al Qiyadah al Islamiyah di kawasan wisata Gunung Salak Endah tersebut, menjadi berita pertama tentang aliran ini di harian Media Indonesia. Dalam berita itu, warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor merasa gerah dengan adanya kegiatan aliran sesat di wilayah tempat tinggal mereka. Lebih lanjut pada berita tersebut warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor melakukan ‘sweeping’ pada dua Vila milik Abdul Salam, pemimpin aliran tersebut. Namun, masalah ini telah dilaporkan kepada Komisi Pengkajian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI sendiri berpendapat bahwa ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam97.
A.1.1. Sintaksis. Struktur sintaksis adalah bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Adapun elemennya sebagai berikut: a. Headline Pada bagian headline, pemberitaan isu aliran sesat yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia cukup mewakili isi dari berita. Petikan headline tersebut adalah: Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah Secara sintaksis headline dari berita itu diterangkan kembali pada bagian tengah tulisan,98 yang berbunyi:
97
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
98
Ibid, Paragraf 4.
h. 3.
Aditya yang sudah bekerja selama satu tahun menyebutkan gubuk itu kerap digunakan Abdul Salam untuk mencari wangsit. Konon di gubuk itulah Abdul Salam mendapatkan wahyu dan kemudian mengklaim dirinya sebagai rasul Tuhan setelah Nabi Muhammad SAW.
b. Lead. Dilihat dari analisis sintaksis, harian Media Indonesia memandang perbuatan warga men-‘sweeping’ kedua Vila milik Abdul Salam ini adalah sebagai bentuk keresahan masyarakat kepada kegiatan ajaran ini yang kerap menggunakan vila ini sebagai tempat pengajian. Sebagaimana Kutipan lead beritanya tertulis: BOGOR (Media): Warga men-sweeping dua vila di kawasan wisata Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, karena menduga menjadi pusat kegiatan Al Qiyadah Al Islamiyah. Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Karena berisi tentang alasan warga melakukan ‘sweeping’ terhadap dua vila milik pemimpin al Qiyadah al Islamiyah. Selain itu, bila diamati berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras berita di mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’ tersebut. Lead tersebut sengaja disusun oleh harian Media Indonesia sehingga mempunyai makna bahwa kelakuan warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor ditanggapi dengan memberikan kesan mendukung tetapi hanya sebatas informasi biasa saja. Bila dilihat dengan teliti makna yang akan ditekankan dalam penyusunan lead itu diarahkan sebagai simbol bahwa warga telah melakukan ‘sweeping’ terhadap aliran sesat tersebut.99
99
Ibid. Paragraf 1 dan 2.
c. Latar Latar yang ingin disampaikan oleh harian Media Indonesia adalah pada bagian teks yang tertulis bahwa aksi warga sekitar men-‘sweeping’ dua vila milik pemimpin al Qiyadah tersebut karena Moshaddeq telah mengaku bahwa dirinya sebagai Rasul yang terakhir dan mengganti kalimat syahadat. Yang tertulis sebagai berikut: Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat. 100 d. Kutipan. Dalam penulisan berita tidak dicantumkan kutipan langsung, tetapi tetap mengutip dari pengurus Rukun Warga (RW) setempat yang tertulis: Vila milik Abdul Salam disewakan untuk umum. Ahmad selaku pengurus RW setempat mengungkapkan dua vila milik Abdul Salam itu sering dipakai untuk pengajian. Masalah itu telah dilaporkan ke Komisi Pengkajian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).....Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam.101 Dalam pandangan peneliti, kutipan pernyataan Ahmad, selaku pengurus RW setempat itu disusun berdampingan dengan pendapat anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang Haitami. Kutipan tersebut, tidak lain adalah mencoba untuk membuat skema berita menjadi lebih teridentifikasi bahwa aliran al Qiyadah al Islamiyah adalah sesat. e. Pernyataan. Kutipan pernyataan yang mendukung gagasan pokok harian Media Indonesia berada dalam penggalan teks berita berikut ini:
100
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
Paragraf 7. 101
Ibid. Paragraf 5 dan 6.
Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam...Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat...Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.102 Petikan berita tersebut disusun harian Media Indonesia sebagai pencitraan terhadap aliran al Qiyadah al Islamiyah sebagai aliran yang sesat dan murtad. Dalam petikan berita tersebut juga dapat terlihat bagaimana harian Media Indonesia memorsikan pernyataan dalam pemberitaannya. Dari kutipan pernyataan dalam teks berita tersebut peneliti mengambil sebuah kesimpulan bahwa kutipan pernyataan itu memiliki kecenderungan sikap tertutup bagi perkembangan aliran tersebut, dan lebih jauh menanggapi kesesatan aliran yang dipimpin oleh Abdul Salam tersebut.
A.1.2. Skrip Dari analisis skrip, yang dilihat dari kelengkapan berita belum sepenuhnya dituntaskan harian Media Indonesia, sejak awal berita hingga akhir berita peneliti tidak menemukan salah satu entitas yang kurang diperjelas yaitu unsur when atau kapan, tidak dihadirkan dengan tuntas, sehingga peneliti sendiri mempunyai pertanyaan terhadap isi berita itu kapan peristiwa ‘sweeping’ warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor terhadap vila milik Abdul Salam itu terjadi. Yang menjadi bahan analisis peneliti adalah kapan peristiwa yang menghebohkan warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor itu terjadi. Sedangkan yang perlu digaris bawahi adalah peristiwa itu terjadi setelah berapa
102
Ibid. Paragraf 6-8.
lama informasi aliran sesat ini mencuat ke permukaan. Hal itu tidak mendapat penjelasan yang rinci.
A.1.3. Tematik a. Detail. Detail merupakan elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Dari analisis tematik, peneliti mengamati beberapa poin tentang bagaimana wartawan harian Media Indonesia menuliskan fakta dari berita tersebut. Pertama, dalam berita itu peneliti menemukan detail pernyataan Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang Haitami. Yang dijelaskan secara singkat namun langsung kepada intinya. Kedua, sudah cukup jelas masyarakat mana yang menjadi objeknya karena memang dijelaskan pada bagian leadnya. Ketiga, berita tersebut lebih mengarah pada pencitraan al Qiyadah al Islamiyah. Sehingga relevansi judul dengan isi berita lebih kepada penonjolan alasan sikap warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor kepada aliran tersebut. b. Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Dalam berita ini peneliti menemukan ada pertalian antara kalimat pada bagian terakhir dan sebelumnya dari berita. Itu merupakan koherensi sebab-akibat. Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat....Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah
atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.
c. Bentuk Kalimat. Bentuk kalimat adalah yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Dari bentuk kalimat yang digunakan dalam penulisan berita itu menurut peneliti, harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat induksi yang menguraikan inti berita pada akhir kalimat, setelah sebelumnya diuraikan pada awal kalimat. Selain itu dalam uraiannya harian Media Indonesia menekankan dan memaknai aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah sebagai aliran yang murtad karena telah menyimpang dari ajaran syariat Islam. Dengan petikan teks yang berbunyi: Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase Makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad.103 Dari kalimat yang digunakan oleh harian Media Indonesia termasuk ke dalam kalimat aktif, karena pada setiap kalimat mau pun paragrafnya, harian ini lebih cenderung menggunakan awalan (me-), yang terdiri dari: men-sweeping, menduga, menjadi, mendatangi, mendapati, melanjutkan, menyusuri, menemukan, menyendiri, menyebutkan, mencari, mendapatkan, mengklaim, mengungkapkan, menyimpang, mengaku, mengubah, menganggap, dan mengawal. Hal ini membuktikan bahwa harian Media Indonesia ikut berperan aktif dalam menanggapi isu aliran al Qiyadah ini.
103
Ibid. Paragraf 8.
A.1.4. Retoris. Dari aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah retorika aliran ini adalah sesat seperti yang ditulis wartawan pada 3 paragraf terakhir. Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam...Selain pimpinannya mengaku sebagai rasul yang terakhir, kelompok ini juga mengubah syahadat...Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliah atau fase makiyah. Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Karena itu harus ada rasul baru yang mengawal Alquran. Kesimpulan dari kajian tersebut, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad Dengan menuliskan pendapat
dari Anggota Komisi Pendidikan MUI
Kabupaten Bogor. Hal itulah yang ingin ditekankan terhadap teks berita itu sehingga pembaca merasa yakin dengan keberadaan Abdul Salam di tengahtengah masyarakat awam bisa membawa kesesatan.
a. Leksikon (pemilihan kata) Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dalam pemberitaan ini ada beberapa kata yang digunakan oleh wartawan untuk menguatkan idenya, seperti men-sweeping, bukti-bukti, gubuk, wangsit, Konon, dan mengklaim. Pada dasarnya, kata-kata tersebut biasa digunakan dalam istilah seharihari. men-sweeping yang berarti melakukan penyergapan, bukti-bukti adalah kata yang juga dipakai dalam sebuah penyelidikan hukum, juga kata-kata gubuk, wangsit, konon, dan mengklaim yang biasa digunakan oleh orang-orang tertentu yang sesuai dengan ilmunya.
Tabel 6 Framing Edisi 28 Oktober 2007 “Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah” Frame 1: ‘Sweeping’ Terhadap Kelompok Al Qiyadah. Struktur
Variabel
Headline: Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah. → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian tengah tulisan. Lead: Bogor (Media): Warga men-sweeping dua vila di kawasan wisata Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, karena menduga menjadi pusat kegiatan Al Qiyadah Al Islamiyah. → Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras berita di mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’ tersebut. Latar Informasi: Pemimpin Al Qiyadah mengaku sebagai rasul yang terakhir juga mengubah syahadat. → Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia selaras dengan judul yang dipakai. Kutipan: Ahmad selaku pengurus RW setempat mengungkapkan dua vila milik Abdul Salam itu sering dipakai untuk pengajian. → Ditulis kutipan tidak langsung. Sumber: Pengurus RW setempat Pernyataan: Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor Tatang Haitami berpendapat ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam. → Merupakan pernyataan yang memperkuat berita. Penutup: Kelompok tersebut menganggap saat ini zaman jahiliyah atau fase makiyah....Al Qiyadah Al Islamiyah adalah murtad. Harian Media Indonesia menempatkan alasan warga melakukan sweeping di vila pengajian al Qiyadah al Islamiyah menjelang akhir tulisan, yang kemudian disusul pendapat Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Tatang Haitami yang menyatakan ajaran kelompok tersebut menyimpang dari syariat Islam (murtad). Sintaksis
Skrip
Who: Warga Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. What: Vila pink milik Abdul Salam di sweeping warga sekitar. When: Where: Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Why: Kelompok tersebut menyimpang dari ajaran syariat Islam. How: Warga mendatangi vila Abdul Salam dan melaporkan ke Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI. Pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini harian Media Indonesia terkesan netral kepada kedua belah pihak karena porsi pemberitaan seimbang. Tematik Detail: Pertama, ditemukan detail pernyataan Anggota Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, tatang Haitami. Yang dijelaskan secara singkat namun langsung kepada intinya. Kedua, sudah cukup jelas masyarakat mana yang menjadi objeknya karena memang dijelaskan pada bagian leadnya. Ketiga, berita tersebut lebih mengarah pada pencitraan al Qiyadah al Islamiyah. Koherensi: Ada pertalian antara kalimat pada bagian terakhir dan sebelumnya dari berita. Itu merupakan koherensi sebab-akibat. Bentuk Kalimat: Harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat induksi yang menguraikan inti berita pada akhir kalimat, setelah sebelumnya diuraikan pada awal kalimat. Dari kalimat yang digunakan oleh harian Media Indonesia termasuk ke dalam kalimat aktif, karena pada setiap kalimat mau pun paragrafnya, harian ini lebih cenderung menggunakan awalan (me-). (1). Citra kelompok al Qiyadah al Islamiyah yang menyimpang dari syariat Islam. (2). Alasan warga sekitar men-sweeping vila pimpinan al Qiyadah al Islamiyah karena mengaku sebagai rasul yang terakhir juga mengubah kalimat Syahadat. (3). Dengan menganggap Alquran tinggal tulisan karena rohnya telah dicabut. Membuktikan bahwa pengikut al Qiyadah al Islamiyah adalah murtad. Retoris Kata: Ditemukan beberapa kata seperti: men-sweeping, bukti-bukti, gubuk, wangsit, Konon, dan mengklaim. Idiom: Foto: Grafis: Harian Media Indonesia menggunakan Pemakaian klaim yuridis (yang berhubungan dengan hukum) dan otoritas keilmuan untuk mendukung pendapat atau gagasannya dalam pemberitaannya.
A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat. Pada tanggal 31 Oktober 2007 harian Media Indonesia menulis berita tentang kian merebaknya aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam) dan masyarakat diminta untuk menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran sesat tersebut.104
A.2.1. Sintaksis. a. Headline ALIRAN SESAT Penanganannya Harus Tegas dan Bijak Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia pada tanggal 31 Oktober 2007 ini, berisikan tentang sebuah penanganan yang tegas dan bijak terhadap aliran sesat yang berkembang di Indonesia. Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini dengan memakai pernyataan dari Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Marwah Daud Effendy, yang terangkum dalam kutipan leadnya. b. Lead. Dari sisi sintaksis peneliti menilai bahwa berita tersebut mengangkat nuansa organisasi massa. Dari judul berita sudah terlihat bahwa sebuah organisasi massa yang dipimpin oleh Marwah Daud Ibrahim yakni, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mendominasi awal pemberitaan (lead). MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah melakukannya dengan tegas namun bijak. 104
2007. h. 2
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober
Dari lead berita di atas peneliti melihat bahwa wartawan harian Media Indonesia menyoroti sebuah organisasi massa, dalam hal ini adalah ICMI. Di sisi lain harian Media Indonesia menekankan berita tersebut dengan menyoroti langkah ICMI ke depan yang akan tetap berkonsentrasi membangun kualitas iman dan takwa yang dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lead yang dipakai pada pemberitaan kali ini adalah lead jenis statement lead (teras berita pernyataan). Seperti yang tertulis, yaitu pernyataan dari Ketua Presidium ICMI, Marwah Daud Ibrahim. Sedangkan berdasarkan 5W+1H, ini termasuk jenis lead who (teras berita siapa). Siapa yang ada dalam petikan lead pada pemberitaan tersebut. c. Latar. Harian Media Indonesia menyusun berita ke arah sikap otoritas ICMI yang merupakan kumpulan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas iman dan takwa masyarakat dengan mengungkapkan bahwa ICMI tidak hanya berkonsentrasi membangun kualitas iman dan takwa saja tetapi juga diikuti ilmu pengetahuan dan teknologi.105 Hal itu tidak terlepas dari pengaruh wartawan dalam menyusun sebuah berita dan melakukan proses pemaknaan terhadap isinya sehingga segala bentuk penekanan mengarah pada upaya pembentukan karakter tertentu bagi siapa yang menjadi sorotannya. Menurut pengakuan Moshaddeq yang menyerahkan diri bersama enam pengikutnya, kemarin, jumlah pengikut ajarannya sudah mencapai 41.000 orang tersebar di sembilan daerah di Indonesia. Pengikut terbesar di Jakarta, Lampung, dan Makassar. Sekitar 60% pengikutnya merupakan pelajar dan mahasiswa. 106 105 106
Ibid, Paragraf 4 Ibid. Paragraf Tetakhir.
Di akhir berita, harian Media Indonesia menyusun berita tersebut secara implisit menekankan bahwa sudah banyak masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa yang menjadi pengikut aliran ini. Sehingga dengan adanya hal ini maka benar pernyataan dari ICMI bahwa untuk menangani kasus ini pemerintah harus bersikap tegas dan bijak. Hal ini menurut peneliti, harian Media Indonesia menyusun berita dengan penekanan makna terhadap aliran al Qiyadah al Islamiyah, maka itulah fungsi berita ini disajikan di akhir paragraf, dengan tujuan supaya pembaca mengetahui bahwa kenyataannya al Qiyadah sudah menjamur di masyarakat luas. d. Kutipan Dalam berita seputar penanganan al Qiyadah harus tegas dan bijak, terdapat kutipan langsung yang bersumber pada pendapat Marwah Daud Ibrahim, Ketua presidium ICMI, yang tertulis: "Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah.107 e. Pernyataan Untuk memperkuat pemberitaannya kali ini, harian Media Indonesia juga mengutip pernyataan dari Kapolri Jawa Barat, Jendral Sutanto. Di dalam pernyataannya, peneliti seperti melihat adanya kekuatan bagi harian Media Indonesia memberitakannya untuk memperkuat gagasan dan ide yang dituangkan dalam berita tersebut. Di Sukabumi, Jawa Barat, Kapolri Jenderal Sutanto, menegaskan dasar hukum larangan keberadaan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dinilai sesat, karena telah meresahkan masyarakat, adalah penistaan agama.
107
Ibid, Paragraf 3.
A.2.2. Skrip. Dari analisis skrip atau cara wartawan mengisahkan fakta, unsur yang diamati adalah kelengkapan 5W+1H. Peneliti menemukan uraian yang kurang tuntas terutama dari sisi why atau mengapa dalam pemberitaan tersebut. Menurut pandangan peneliti, dalam berita tersebut peneliti melihat ada upaya harian Media Indonesia untuk mencoba bersikap netral. Namun, tetap saja terlihat porsi penulisan untuk organisasi ICMI lebih besar terhadap sumber lainnya. Pada berita itu dari awal sampai setengah tulisan peneliti menemukan kecenderungan harian Media Indonesia menulis ICMI lebih banyak. Hal ini memperlihatkan ada pemihakan terhadap organisasi massa ICMI yang dilakukan oleh harian Media Indonesia dalam isi berita itu, dan inilah yang menurut peneliti salah satu kekurangan dalam kelengkapan berita dilihat dari sisi why. Jadi, pada prinsipnya berita yang dimuat pada tanggal 31 Oktober itu dianalisis melalui skrip beritanya mempunyai dua kekurangan, pertama, salah satu unsur kelengkapan dalam penulisan berita yaitu unsur why atau mengapa berita itu tidak diuraikan dengan jelas. Kedua, faktor lainnya yaitu unsur kapan atau when juga tidak diuraikan dengan tuntas dan jelas.
A.2.3. Tematik. a. Detail Dari pandangan tematik berita tersebut, peneliti menganalisisnya dari detail dan bentuk kalimat. Pada detail berita tersebut peneliti hanya menemukan pernyataan dari Marwah Daud Ibrahim yang diuraikan dengan detail dan panjang,
sedangkan pendapat yang lainnya hanya mendapatkan porsi lebih sedikit dari Marwah Daud Ibrahim. Melihat pada kenyataan bahwa kutipan dari sumber lain hanya sedikit porsinya, menandakan
hal itu sebagai upaya harian Media Indonesia untuk
mengangkat ICMI, hal tersebut kemudian ditafsirkan oleh pembaca bahwa ICMI mempunyai misi untuk mengoptimalkan peran Da’i atau tokoh agama, sedangkan MUI mempunyai otoritas mengeluarkan fatwa suatu agama itu sesat atau tidak. Dari detail cerita tersebut peneliti melihat bahwa wartawan harian Media Indonesia ingin menyampaikan pendapat ICMI hal ini terlihat dari teks yang tertulis: MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah melakukannya dengan tegas namun bijak...Menurut Marwah, tumbuhnya berbagai aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam) karena berbagai faktor, antara lain kian suburnya gairah untuk kembali ke spiritual namun tidak dibarengi dengan cara-cara yang benar..."Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah...ICMI ke depan, akan tetap berkonsentrasi membangun kualitas iman dan takwa yang dibarengi ilmu pengetahuan dan teknologi.108
b. Koherensi. Adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan.
108
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober 2007. h. 2, Paragraf 1-4.
Bila dianalisis melalui koherensi antar paragraf, peneliti melihat bahwa pernyataan Marwah Daud Ibrahim tersebut ditujukan sebagai penegasan terhadap tekanan teks berita. Mulai dari awal paragraf sampai dengan berikutnya terdapat koherensi penjelas yang menguatkan legalitas ICMI dalam menangani kasus aliran sesat. c. Bentuk Kalimat Dari sisi bentuk kalimatnya. Kalimat tersebut memakai bentuk kalimat deduksi yang menyimpan gagasan atau inti berita di awal paragraf dan disusul dengan uraian kembali dibawahnya. Dalam pemberitaan tersebut harian Media Indonesia menyediakan porsi pernyataan yang lumayan dominan bagi ICMI, Marwah Daud. Ibrahim Sedangkan pernyataan sumber lainnya hanya ditulis satu paragraf. Jenis kalimat yang digunakan dalam pemberitaan aliran al Qiyadah pada tanggal 31 Oktober 2007 ini adalah kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang.
A.2.4. Retoris. Sedangkan dilihat dari analisis retoris atau penekanan maknanya harian Media Indonesia berkali-kali di setiap kalimat menekankan legalitas keilmuan. Label otoritas keilmuan yang ditekankan dalam penulisan berita tersebut mengarah pada legalitas suatu organisasi massa. Dalam petikan berita berikut ini sesungguhnya harian Media Indonesia menekankan bahwa ICMI juga mempunyai kekuatan untuk menentukan aliran ini sesat atau tidak, namun masih tetap yang berhak mengeluarkan fatwa adalah MUI. Otoritas keilmuan itulah yang dijadikan
harian Media Indonesia menuliskan pendapat Marwah Daud Ibrahim lebih banyak. a. Leksikon (kata) Terdapat beberapa pemilihan kata yang ditulis oleh harian Media Indonesia, seperti gairah pada paragraf 2, yang sebenarnya bisa dengan kata lain, yakni keinginan atau pun kemauan. Lalu wilayah yang biasanya diartikan daerah atau kawasan. Namun dalam pemberitaannya yang dimaksud dengan wilayah adalah urusan atau pun tanggungjawab. Kata yang lainnya adalah bertapa yang juga bisa disebut dengan berdiam diri. b. Grafis Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam petikan teks berikut ini terdapat grafis yang ditekankan dalam pemberitaannya. Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah didirikan Ahmad Moshaddeq. Ia mengaku pada 3 Juli 2006, setelah bertapa selama 40 hari 40 malam mendapat 'wahyu dari Allah' sebagai rasul menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Dalam ajarannya, pengikut aliran ini tidak diwajibkan melaksanakan salat, ibadah puasa, dan menunaikan ibadah haji.109 Dari tulisan tersebut, terlihat bahwa grafis yang digunakan untuk menekankan fakta yang diungkap oleh harian Media Indonesia adalah dengan menggunakan tanda petik. Tanda petik ini digunakan agar khalayak dapat mengamati dengan jelas penekanan yang ditonjolkan dalam pemberitaannya kali ini.
109
“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia. 31 Oktober 2007. h. 2, Paragraf 9.
Tabel 7 Framing Edisi 31 Oktober 2007 “Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak” Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat. Struktur
Variabel
Headline: ALIRAN SESAT Penanganannya Harus Tegas dan Bijak → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan. Lead: MAJENE (Media): Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim meminta masyarakat menahan diri terkait dengan terbongkarnya berbagai aliran yang dinilai sesat dan mengatasnamakan agama. Dalam menangani masalah tersebut pemerintah dinilai telah melakukannya dengan tegas namun bijak. → Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk jenis lead who (teras berita siapa). Siapa yang ada dalam petikan lead dalam pemberitaan tersebut. Latar Informasi: Di akhir berita, harian Media Indonesia menyusun berita tersebut secara implisit menekankan bahwa sudah banyak masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa yang menjadi pengikut aliran ini. Sehingga dengan adanya hal ini maka benar pernyataan dari ICMI bahwa untuk menangani kasus ini pemerintah harus bersikap tegas dan bijak. → Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia disampaikan mengarah kepada narasumber. Kutipan: "Ini sebenarnya persoalan lama dan bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak seperti ini," jelas Marwah. → Ditulis kutipan langsung dari salah satu narasumber. Sumber: Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim. Pernyataan: Kapolri Jenderal Sutanto, menegaskan dasar hukum larangan keberadaan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dinilai sesat, karena telah meresahkan masyarakat, adalah penistaan agama → Merupakan pernyataan yang memperkuat berita. Penutup: Wawancara dilakukan kepada berbagai narasumber, khususnya mengenai al Qiyadah Al Islamiyah. Harian Media Indonesia menempatkan pernyataan Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Marwah Daud Ibrahim pada Sintaksis
awal tulisan, baru disusul pernyataan kepala kepolisian Sukabumi, Jendral Sutanto. Perihal penanganan aliran sesat harus tegas dan bijak. Skrip Who: Aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah What: Penanganan kasus aliran sesat di Indonesia. When: Where: Jawa Barat, Sukabumi. Why: How: Setiap mencuat kasus aliran sesat maka harus bijak dan tegas dalam menanganinya dan sebuah aliran dinilai sesat adalah wewenang dari MUI. Harian Media Indonesia menuliskan pendapat dari ketua Presidium ICMI ditempatkan pada porsi yang lebih besar. Wartawan memberikan tekanan yang didahulukan pada narasumber ICMI, di sini harian Media Indonesia terlihat memihak pada salah satu narasumber. Tematik Detail: Detail yang disampaikan oleh harian Media Indonesia adalah pendapat dari ketua presidium ICMI, Marwah Daud Ibrahim. Koherensi: Pernyataan Marwah Daud Ibrahim yang ditujukan sebagai penegasan terhadap tekanan teks berita. Mulai dari awal paragraf sampai dengan paragraf berikutnya. → Terdapat koherensi penjelas yang menguatkan legalitas ICMI dalam menangani kasus aliran sesat. Bentuk Kalimat: Dari sisi bentuk kalimatnya, harian Media Indonesia memakai bentuk kalimat deduksi yang menyimpan gagasan atau inti berita di awal paragraf dan disusul dengan uraian kembali dibawahnya. Dan Jenis kalimat yang digunakan dalam pemberitaan aliran al Qiyadah pada tanggal 31 Oktober ini adalah kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang. (1). Tumbuhnya berbagai aliran yang dinilai menyimpang dari syariat (Islam). (2). Setiap hadir sesuatu aliran yang dianggap sesat, maka penanganannya harus tegas dan bijak. (3). Fatwa mengenai sebuah aliran tetap menjadi wilayah dari MUI. Retoris Kata: Ada beberapa kata yang digunakan dalam penulisannya, yaitu gairah, wilayah, dan bertapa. Idiom: Foto: Grafis: ‘Wahyu dari Allah’ → Dengan menggunakan tanda petik, tulisan ini menjadi terlihat beda dan jelas. Dengan begitu, harian Media Indonesia telah memberikan penekanan dalam pemberitaannya.
Harian Media Indonesia memakai otoritas keilmuan untuk mendukung gagasan atau pendapat wartawan. Pemberian label otoritas keilmuan dari pakar yang diwawancarai.
A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta Berita yang diturunkan harian Media Indonesia pada tanggal 1 November 2007 menyoroti tentang pelarangan berkembangnya ajaran aliran al Qiyadah al Islamiyah di wilayah Provinsi DKI Jakarta mulai tanggal 31 Oktober 2007 yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta.110 Dengan judul Keagamaan, Ajaran al Qiyadah dilarang di Jakarta. Dalam berita tersebut terdapat larangan ajaran al Qiyadah yang merupakan putusan dari beberapa instansi pemerintahan. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang menghadiri pertemuan tersebut di Balai Kota untuk menandatangani keputusan itu.111 Harian Media Indonesia mencoba konsisten dengan visi dan misinya yang menyajikan berita sesuai fakta yang ada.112
A.3.1. Sintaksis. a. Headline Pada bagian headline, pemberitaan isu aliran sesat yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia cukup mewakili isi dari berita. Petikan headline tersebut adalah: KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta
110
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November
2007, h. 4 111
Ibid, Paragraf 2 Wawancara Pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia, 2 Juni 2007, di Kedoya, Kebun Jeruk. 112
Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia pada tanggal 1 November 2007 ini, berisikan tentang sebuah pernyataan yang menegaskan bahwa aliran al Qiyadah dilarang penyebarannya di DKI Jakarta. Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini dengan memakai pernyataan dari Peraturan Gubernur (Pergub) DKI yang ditetapkan pada 31 Oktober 2007 di Jakarta. b. Lead Dilihat dari analisis sintaksis terutama dari sisi lead dan judul berita tersebut yang berbunyi sebagai berikut: KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta. Dan leadnya, JAKARTA (Media): Kegiatan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dilarang di wilayah Provinsi DKI Jakarta terhitung 31 Oktober. Larangan itu dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI.
Judul dan lead berita tersebut menceritakan bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersungguh-sungguh untuk melakukan pelarangan terhadap ajaran aliran yang disebut sebagai aliran sesat tersebut. Selain itu teks berita tersebut mempunyai pesan bahwa sejak tanggal diberlakukannya pelarangan ajaran sesat itu membuktikan bahwa sudah tidak ada tempat buat para pengikut aliran tersebut. Berita ini menggunakan lead jenis pernyataan, yang berisi dengan pelarangan kegiatan ajaran al Qiyadah di wilayah DKI Jakarta. Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis mulai tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di Provinsi DKI Jakarta.
c. Latar. Dari wacana latar informasinya peneliti menemukan teks berita yang berbunyi: Pergub sudah disiapkan dan ditandatangani Fauzi Bowo dan tinggal memberi nomor. "Polda Metro Jaya bersama Pemprov DKI akan melakukan penertiban dan langkah hukumnya ditangani Kejaksaan Tinggi DKI," jelas Fauzi Bowo dalam jumpa pers yang dihadiri peserta rapat......Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda.113
Dari kutipan berita tersebut penekanan yang dijadikan latar informasi oleh harian Media Indonesia adalah alasan kenapa ajaran al Qiyadah dilarang di DKI Jakarta, yaitu telah melanggar beberapa Undang-undang Negara Indonesia juga Garis Besar Haluan Negara. Hal itu dipandang sebagai kekuatan untuk membuat peraturan Gubernur tentang hal pelarangan tersebut. Harian Media Indonesia memaknai peraturan tersebut sebagai sebab dari pelanggaran aliran al Qiyadah terhadap UU yang berlaku di Indonesia. Peneliti menafsirkan bahwa harian Media Indonesia menjadikan alasan terjerat beberapa UU dan pasal itu untuk memberatkan aliran al Qiyadah untuk segera menghentikan perkembangan ajarannya di pelosok negeri dan juga sebagai cerminan sikap yang menjunjung tinggi nilai supremasi hukum di Indonesia. Di dalam tubuh berita tersebut peneliti menemukan kalimat berita yang bertuliskan: Moshaddeq telah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, Senin (29/10) malam dan kemarin sudah ditetapkan sebagai tersangka bersama dua
113
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, h. 4, Paragraf 3 dan 7.
pengikutnya Muhammad bin Suid alias Mamat, 35, dan Mujiono, 30. Mamat dan Mujiono dipidana karena memasang pamflet aliran tersebut. Penggalan berita tersebut dimaknai harian Media Indonesia sebagai upaya penegasan pernyataan sebelumnya yang ditujukan bagi proses hukum yang dijalani aliran al Qiyadah al Islamiyah. Namun ada hal yang membedakan dari pernyataan ini terletak pada penekanan yang dilakukan, bila dalam penggalan berita sebelumnya penekanan lebih menjurus kepada upaya penyerahan diri Moshaddeq bersama dua orang pengikutnya. Sedangkan pada penggalan teks berita ini mengacu pada kecaman terhadap perbuatan penyebaran pamflet aliran tersebut.114 Bila ditelusuri lebih jauh pada penggalan berita ini, ada upaya untuk menggulingkan aliran al Qiyadah yang tidak mencerminkan syariat (Islam) ini,115 namun di sisi lain ada kebaikan juga di dalam diri Moshaddeq yang sudah beberapa kali menerbitkan buku bernuansa Islam. Hal itulah yang di sorot dan ingin ditonjolkan oleh harian Media Indonesia bahwa sebelumnya Moshaddeq sudah menyumbangkan bahkan sampai dengan diterbitkannya buku-buku Islam yang dia buat.116 d. Kutipan Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia kembali menyusun beritanya dengan mengutip pernyataan Kapolda yang tertulis:
114
Ibid, Paragraf 6 “Warga Sweeping Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 November 2007, h. 3, Paragraf 6. 116 “Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, Paragraf 8. (Moshaddeq menerbitkan sejumlah buku Islam mau pun berbau Kristen yang telah dijadikan barang bukti. Beberapa bukunya berjudul Al Masih Al Mawud dan Ruhul Qudus, Menyngkap Tabir: Pemisahan Yesus Kristus dari Sejarah, serta Keutamaan Enam Program Pengabdian: Sistem Kehidupan Abraham). 115
Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda.117 Penggalan berita itu kembali menegaskan bahwa aliran ini memang sudah benar-benar salah atau sesat dan juga telah melalaikan UU Negara juga pasal tentang penodaan dan penistaan agama. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa proses hukum yang dijalani Moshaddeq dan dua pengikutnya merusak citra umat Islam secara keseluruhan dan dipandang sebagai keyakinan yang tidak benar. Di samping itu, pelarangan berkembangnya ajaran aliran ini oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan juga beberapa instansi pemerintahan lainnya, yang mengumumkan bahwa sejak tanggal 31 Oktober 2007 tidak diizinkannya aliran al Qiyadah untuk beroperasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta.118 A.3.2. Skrip. Dari wacana analisis skripnya sudah cukup jelas pemaparan dari wartawan perihal kelengkapan 5W+1H. Sehingga akan membuat pembaca merasa menemukan kelengkapan informasi dalam memahami berita tersebut.
A.3.3. Tematik. a. Detail Sementara itu, dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati dari elemen wacana detail dan maksud kalimat serta koherensi antar paragraf dari detail berita tersebut seperti yang terlihat pada teks berikut ini: 117 118
Ibdi, Paragraf 7 Ibid, Paragraf 1
Kekhawatiran Kapolda sudah terjadi di Bogor. Warga merusak bangunan tempat Ahmad Moshaddeq menerima wahyu di Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Warga bersama aparat juga berencana membongkar beberapa vila yang diduga milik Moshaddeq.119
Dari petikan teks tersebut, sepertinya ada informasi penting lainnya yang ingin disampaikan oleh wartawan seputar pengrusakan vila tempat Moshaddeq menerima wahyu di Gunung Sari, Bogor. b. Maksud Kalimat (koherensi) Elemen wacana lainnya adalah maksud kalimat, dalam petikan berita ini ada teks berita yang tertulis: Pergub sudah disiapkan dan ditandatangani Fauzi Bowo dan tinggal memberi nomor. "Polda Metro Jaya bersama Pemprov DKI akan melakukan penertiban dan langkah hukumnya ditangani Kejaksaan Tinggi DKI," jelas Fauzi Bowo dalam jumpa pers yang dihadiri peserta rapat.120
Dalam petikan berita tersebut harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah di DKI Jakarta. Kutipan pernyataan Fauzi Bowo itu sesungguhnya mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi ruang bagi aliran al Qiyadah untuk dapat bergerak bebas di Provinsi DKI Jakarta. Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta ini yang kemudian dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan sosok Moshaddeq yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam. Pesan yang akan dimaknai dan ditonjolkan itu menggunakan pernyataan Kapolda DKI Jakarta perihal pelanggaran hukum oleh aliran ini. Dengan begitu, harian Media Indonesia
119 120
Ibid, Paragraf 5. Ibid, Paragraf 3
mencoba memperkuat gagasannya dengan menggunakan narasumber yang kompeten dan terjun langsung dalam hal ini. c. Bentuk Kalimat Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal yang utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian pelengkap seterusnya. Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif. Seperti beberapa awalan (di-), yang diantaranya: dilarang, dituangkan, dihadiri, disiapkan, ditandatangani, ditangani, diperiksa, diduga, ditetapkan, dijerat, dan dijadikan. d. Kata Ganti. Adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam pemberitaan ini, peneliti menemukan kata ganti ‘kami’ yang dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata
Kapolda Metro Jaya. yang
tertulis: Moshaddeq dijerat dengan Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Ajaran Agama. "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda121
Selain itu peneliti juga menemukan kata ganti yang dipakai untuk menggantikan Mosshadeq yang tertulis pada paragraf berikutnya: Moshaddeq merupakan putra asli Betawi dan pernah menjadi pelatih bulu tangkis di PBSI pada 1971-1992. "Setelah tidak lagi melatih, dia mempelajari Alquran secara autodidak sehingga mempunyai pemahaman dan keyakinan sendiri," jelas Adang.
121
“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, Paragraf 7
Dan "Buku-buku itu buatan Pak Haji?" tanya wartawan kepada Moshaddeq. Pria berkepala setengah botak itu hanya tersenyum dan mengangguk.
A.3.4. Retoris. a. Leksikon (kata) Leksikon, menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dari analisis retorisnya peneliti melihat yang banyak digunakan sebagai retorikanya adalah pada leksikon yang terdapat pada teks berita. Diantaranya ada kata ‘terjerat’ yang dengan kata lain dapat juga diartikan terkena atau dikenakan, juga terdapat kata ‘autodidak’ yang juga berarti belajar sendiri, tanpa ilmu yang didapati sebelumnya. Selain itu pemakain kata ‘berbau’ juga mendapat pengertian sebagai suatu yang bernuansa. b. Foto Dalam pemberitaannya kali ini, harian Media Indonesia menyisipkan foto dari Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta, Adang Firman. Dalam fotonya, yang terlihat hanya bagian muka dari Adang Firman yang di masukan dalam pemberitaannya. Dengan adanya gambar wajah atau foto dari Adang Firman ini, harian Media Indonesia menekankan pada penonjolan eksistensi Kapolda Metro Jaya dalam menangani kasus penyebaran aliran al Qiyadah al Islamiyah yang terjadi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Harian Media Indonesia terlihat mengutamakan pendapat dari Kapolda Metro Jaya, karena di bawah foto terdapat tulisan caption yang cukup besar, yaitu “Saya minta masyarakat tidak main hakim sendiri. Adang Firman, Kapolda Metro Jaya”.
Foto tersebut adalah hasil pengambilan dari harian Media Indonesia sendiri, dengan inisial MEDIA/ADAM DP. Dengan kata lain tidak mengambil dari lembaga pers lain yang ada di Indonesia atau pun luar Indonesia. Tabel 8 Framing Edisi 1 November 2007 “Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta” Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta Struktur
Variabel
Headline: KEAGAMAAN Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan, tepatnya pada bagian teras berita (lead). Lead: JAKARTA (Media): Kegiatan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dilarang di wilayah Provinsi DKI Jakarta terhitung 31 Oktober. Larangan itu dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI. → Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis mulai tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di Provinsi DKI Jakarta. Latar Informasi: Beberapa alasan penyebab pelarangan ajaran al Qiyadah dilarang di Provinsi DKI Jakarta. → Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia selaras dengan judul yang dipakai. Kutipan: "Kejaksaan Tinggi DKI memastikan aliran Al-Qiyadah sesat dan kami juga bisa mengenakan Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama, ancaman hukumannya lima tahun penjara," papar Kapolda. → Ditulis kutipan langsung yang menyatakan bahwa aliran al Qiyadah telah terjerat hukum. Sumber: Kapolda Pemprov DKI Jakarta. Namun tidak disebutkan siapa namanya. Pernyataan: Penutup: Pernyataan Gubernur DKI Jakarta cukup ditulis pada awal tulisan, setelah itu disusul dengan pernyataan dari Kapolda Pemprov DKI Jakarta perihal alasan Sintaksis
penyerahan diri Moshaddeq dan kedua orang pengikutnya. Skrip Who: Ajaran al Qiyadah al Islamiyah dan Pemprov DKI Jakarta. What: Pelarangan penyebaran ajaran al Qiyadah di Jakarta. When: 31 Oktober 2007 Where: DKI Jakarta Why: Aliran al Qiyadah al Islamiyah terbukti sesat. How: Pemimpin al Qiyadah dijerat pasal 3 UU No.1/PNPS Thn 1965 dan UU No.5 Thn 1969 juga pasal 156A KUHP. Harian Media Indonesia menempatkan pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini Harian Media Indonesia terkesan netral kepada kedua belah pihak karena porsi pemberitaan seimbang. Tematik Detail: Detail yang terlihat pada pemberitaan ini, terdapat informasi penting lainnya tentang kejadian peristiwa pengrusakan tempat kelompok al Qiyadah yang terdapat di bogor. Koherensi: harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah di DKI Jakarta dan penonjolan makna pencitraan sosok Moshaddeq yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam. Bentuk Kalimat: Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal yang utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian pelengkap seterusnya. Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif. Kata Ganti: kata ganti ‘kami’ yang dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata orang-orang yang berada di Polda Metro Jaya. Juga terdapat kata ganti untuk menggantikan panggilan Moshaddeq, yaitu ‘dia’ dan ‘Pak Haji’. (1). Kegiatan ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah dilarang di wilayah DKI Jakarta. (2). Perusakan tempat Moshaddeq di daerah Gunung Sari, Bogor. (3). Moshaddeq dijerat Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969, juga terjerat Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama. Retoris Kata: Ditemukan beberapa kata yang dipilih oleh harian Media Indonesia, diantaranya adalah terjerat, autodidak, dan berbau. Idiom: Foto: Sebuah foto bagian muka atau wajah dari Adang Firman, Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta.
Grafis: Pemakaian klaim yuridis juga otoritas keilmuan dari ahlinya tentang penanganan kasus aliran sesat. Dengan begitu apa yang dituliskan oleh wartawan bisa diperkuat dengan pemakaian legalitas keilmuan dari pakarnya.
A.4. Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah. Pada tanggal 7 November 2007 harian Media Indonesia mengangkat berita yang berjudul ‘Aliran Sesat 168 Anggota al Qiyadah Diperiksa’. Dalam pemberitaan itu, kapolda Jawa Tengah melakukan pemeriksaan kepada anggota al Qiyadah al Islamiyah yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Dalam proses pemeriksaan itu juga terdapat puluhan orang mantan pengikut aliran ini yang dengan sengaja mendatangi Polda untuk meminta perlindungan dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang tidak menyukai kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat.122
A.4.1. Sintaksis a. Headline Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia pada tanggal 7 November 2007 ini, berisikan tentang 168 anggota al Qiyadah al Islamiyah yang telah diperiksa oleh Polda wilayah Jawa Tengah. Yang tertulis sebagai berikut: Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa
122
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah di Periksa”, Media Indonesia, 7 November 2007, h. 6, Paragraf 1 dan 4
Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini sesuai dengan lead yang dipakai dan uraian dari judul dapat kembali di simak pada bagian leadnya.
b. Lead Dilihat dari analisis sintaksis, harian Media Indonesia memandang pemeriksaan terhadap 168 anggota aliran ini sebagai bentuk penanganan sigap dari Polda setempat. Kutipan lead beritanya tertulis: PEMALANG (Media): Sebanyak 168 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah di Jawa Tengah (Jateng) hingga kini telah diperiksa polisi. Beberapa di antara mereka telah ditetapkan sebagai tersangka dan sebagian lainnya sengaja mendatangi polda minta perlindungan. Kutipan lead tersebut disusun oleh harian Media Indonesia sehingga mempunyai makna bahwa sudah cukup banyak masyarakat yang terseret masuk ke dalam aliran tersebut dan harus segera ditangani dengan menetapkan beberapa anggotanya sebagai tersangka.123 Bila dilihat dengan teliti makna yang akan ditekankan dalam penyusunan lead itu diarahkan sebagai simbol bahwa aliran ini memang harus segera ditangani sebelum masyarakat yang mengambil tindakan terlebih dahulu, juga untuk menghindari tindakan yang tidak inginkan. Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap konsisten pada lead jenis pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita kapan). Masuk ke dalam teras berita pernyataan karena memang terdapat pernyataan tentang 168 anggota al Qiyadah yang diperiksa, juga terdapat kata hingga kini, yang menerangkan waktu.
123
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah di Periksa”, Media Indonesia, 7 November 2007, h. 6, Paragraf 1
c. Latar. Dalam pemberitaan ini harian Media Indonesia juga terlihat ingin menonjolkan berita seputar orang hilang. Dugaan ini terkait dengan adanya aliran sesat tersebut karena mayoritas orang hilang adalah berstatus mahasiswa. Hal ini berkaitan dengan pengakuan Moshaddeq bahwa anggotanya mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa.124 Sementara itu, Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), masih meneliti modus operandi di balik maraknya orang hilang yang sebagian korbannya berstatus mahasiswa.125 Dalam pandangan peneliti, kutipan teks berita itu disusun berdampingan dengan berita sebelumnya yang telah dipublikasikan oleh harian Media Indonesia. d. Kutipan. Kutipan pernyataan yang mendukug gagasan pokok harian Media Indonesia berada dalam penggalan teks berikut ini: Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan mengatakan jumlah itu diperkirakan terus bertambah. ''Yang jelas jumlah mereka yang kita amankan setiap harinya terus meningkat, terutama dalam tiga hari terakhir,'' ujar Dody......di lapangan Kecamatan Warung pring, Kabupaten Pemalang, Jateng, kemarin.126 Petikan berita tersebut disusun harian Media Indonesia sebagai pencitraan terhadap banyaknya pengikut aliran tersebut, khususnya di kota Surakarta dan Semarang. Juga terdapat kutipan lainnya ditempat yang berbeda, seperti teks berikut ini:
124
“Aliran Sesat, Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”, Media Indonesia, 31 Oktober 2007, h. 2, Paragraf Terakhir. 125 “Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November 2007, Paragraf 6. 126 Ibid, Paragraf 2.
Ketua tim Pakem Bandung Chuk Suryosumpeno mengatakan hingga kini belum menemukan latar belakang di balik maraknya orang hilang tersebut....''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin. e. Pernyataan. Sementara itu untuk melihat bagaimana harian Media Indonesia memorsikan pernyataan dari narasumber bisa dilihat pada bentuk berita yang ditulis sebagai berikut: Dody menyebutkan, dari ratusan anggota Al Qiyadah itu paling banyak berasal dari daerah Surakarta dan Semarang.127
Dari kutipan pernyataan dalam teks berita tersebut peneliti mengambil sebuah kesimpulan bahwa kutipan pernyataan itu memiliki kecenderungan sikap tegas dan cepat dari Polda Jawa Tengah yang diceritakan oleh wartawan dalam beberapa paragraf.
A.4.2. Skrip. Dari analisis skrip, yang dilihat dari kelengkapan berita belum sepenuhnya dituntaskan oleh harian Media Indonesia, sejak awal berita hingga akhir berita peneliti tidak menemukan salah satu entitas yang kurang diperjelas yaitu unsur How atau bagaimana tidak dihadirkan dengan tuntas. Sehingga peneliti sendiri mempuyai pertanyaan terhadap isi berita tersebut. Bagaimana pemeriksaan itu terjadi, seperti apa pemeriksaan yang dilakukan oleh Polda Jawa Tengah terhadap anggota al Qiyadah yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Di dalam berita tidak terlihat upaya penjelasan yang tuntas.
127
Ibid, Paragraf 3.
Yang menjadi bahan analisis peneliti adalah mengapa hanya ditekankan pada pemeriksaan anggota yang dianggap sebagai tersangka di Polda Jawa Tengah. Sedangkan yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana cara atau teknis pemeriksaan anggota-anggota tersebut. Hal itu tidak mendapat penjelasan yang rinci. Sehingga untuk kerangka itulah perlunya penjelasan yang mendetail agar pembaca tidak bertanya-tanya seperti apa pemeriksaan yang dilakukan terhadap berita yang dimuat oleh harian Media Indonesia tersebut. Selain itu, unsur lainnya adalah when. Dalam teks tidak tertera tanggal berapa anggota al Qiyadah diperiksa sehingga menjadi sebanyak 168 orang. When hanya diterangkan dengan kata hingga kini, sehingga peneliti berpendapat berita ini menjadi tidak tuntas dan tidak jelas.
A.4.3. Tematik. Dari analisis tematik, peneliti mengamati beberapa poin tentang bagaimana wartawan harian Media Indonesia menuliskan fakta dari berita tersebut. a. Detail. Dalam berita itu peneliti menemukan detail seputar pemeriksaan anggota al Qiyadah yang berstatus sebagai tersangka. Juga terdapat detail tentang orang hilang, namun tidak dijelaskan secara panjang. Berita tersebut terlihat lebih mengarah kepada pemeriksaan anggota al Qiyadah sehingga relevansi judul dengan isi berita lebih kepada penonjolan pemeriksaan tersebut. Harian ini sangat berhati-hati bila mempublikasikan berita seputar isu Islam.
b. Koherensi. Dalam teks berita terdapat koherensi yang menghubungkan dua kalimat tersebut. Dengan pengamanan anggota al Qiyadah dari ancaman pihak tertentu dan mengawasi serta membina masyarakat dari aliran sesat yang dapat mengganggu ketentraman bersama. Yang tertulis sebagai berikut:
“Sedangkan keberadaan anggota Al Qiyadah yang menginap di polda, tambahnya, itu berkaitan dengan pengamanan dari ancaman anarkistis yang dilakukan pihak tertentu...Dia juga meminta Majelis Ulama Indonesia dan Kantor Departemen Agama serta tokoh agama untuk mengawasi sekaligus ikut membina jika di daerahnya terdapat warga yang dianggap menjalankan aliran agama tidak sesuai dengan ajaran yang ada.”128
c. Bentuk Kalimat. Dari bentuk kalimat yang digunakan dalam berita itu menurut peneliti harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat deduktif yang menguraikan inti berita di awal kalimat, lalu disusul dengan uraian di kalimat berikutnya, selain itu dalam uraiannya harian Media Indonesia menekankan dan memaknai korban yang hilang karena hal tertentu yang tertulis dalam petikan teks berita berikut ini:
''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin.”129 Selain itu, dalam penulisan kali ini, harian Media Indonesia menggunakan jenis kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang dalam tiap kalimat dan paragrafnya.
128
“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November 2007, Paragraf 4 dan 5. 129 Ibid, Paragraf 8.
A.4.4. Retoris. a. Leksikon (kata) Dalam aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah unsur hukum atau memakai klaim hukum. Yang terlihat dari teks seperti tulisan ‘anarkistis’130 yang dimaksud dengan perbuatan yang tidak bertanggungjawab tanpa mementingkan orang lain. Juga terdapat kata yang berarti alasan terjadinya atau bisa juga disebut motif dari perbuatan seseorang maupun lembaga yang dalam istilah hukum berarti ‘modus operandi’.131 Sedangkan keberadaan anggota Al Qiyadah yang menginap di polda, tambahnya, itu berkaitan dengan pengamanan dari ancaman anarkistis yang dilakukan pihak tertentu. Sementara itu, Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), masih meneliti modus operandi di balik maraknya orang hilang yang sebagian korbannya berstatus mahasiswa.
b. Idiom Yakni bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari mana unsur gabungan dalam wacana pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan, dan ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama. Adapun unsur idiom yang ditemukan dalam berita adalah : Seperti kata ‘cuci otak’132 yang biasa dipakai dalam dunia politik yang bisa juga berarti memasuki pikiran orang lain dengan ideologi baru tanpa disadari oleh orang tersebut.
130 “Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”, Media Indonesia, 7 November 2007, h. 6, paragraf 4 131 Ibid. paragraf 6 132 Ibid. Paragraf 8
''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk, yang juga Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, kemarin.133 Tabel 9 Framing Edisi 7 November 2007 “Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa” Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah. Struktur
Variabel
Sintaksis
Headline: Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa. → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian teras berita (lead). Lead: PEMALANG (Media): Sebanyak 168 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah di Jawa Tengah (Jateng) hingga kini telah diperiksa polisi. Beberapa di antara mereka telah ditetapkan sebagai tersangka dan sebagian lainnya sengaja mendatangi polda minta perlindungan. → Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap konsisten pada lead jenis pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita kapan). Masuk ke dalam teras berita pernyataan karena memang terdapat pernyataan tentang 168 anggota al Qiyadah yang diperiksa, juga terdapat kata hingga kini, yang menerangkan waktu. Latar Informasi: Dugaan orang hilang karena adanya aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang mayoritas orang hilang berstatus mahasiswa. → Latar informasi yang dipakai oleh harian Media Indonesia tidak selaras dengan judul yang dipakai, namun tetap mewakili. Kutipan: Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan mengatakan jumlah itu diperkirakan terus bertambah. ''Yang jelas jumlah mereka yang kita amankan setiap harinya terus meningkat, terutama dalam tiga hari terakhir,'' ujar Dody dan ''Bisa saja mereka (korban hilang) dibujuk dan dicuci otaknya untuk kegiatan tertentu. Kami masih melakukan penelitian,'' papar Chuk,Ketua tim Pakem bandung. → Ditulis kutipan langsung dari dua narasumber. Sumber: Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Dody Semantiawan dan Ketua tim Pakem Bandung Chuk Suryosumpeno.s
133
Ibid, Paragraf 8.
Pernyataan: Sikap tegas dan cepat dari Polda Jawa Tengah yang diceritakan oleh wartawan dalam beberapa paragraf. → Merupakan pernyataan yang memperkuat berita. Penutup: Terkait adanya laporan dari Forum Ulama Umat Islam (FUUI) yang menyebutkan, terdapat 50 organisasi yang dinilai sebagai aliran sesat...''Hingga hari ini (kemarin), Tim Pakem belum menerima laporan dari FUUI Jabar terkait dengan temuannya itu,'' tandas Chuk. → Penutup tidak sesuai dengan judul berita. Berita seputar anggota al Qiyadah al Islamiyah yang diperiksa oleh Polisi Daerah Jawa Tengah di tempatkan harian Media Indonesia dari awal tulisan, kemudian disusul dengan berita maraknya orang hilang sebagai korban dari aliran tersebut. Skrip Who: 168 anggota al Qiyadah al Islamiyah. What: Pemeriksaan pada orang yang dianggap sebagai tersangka. When: Where: Jawa Tengah. Why: Pemeriksaan terhadap 168 anggota al Qiyadah yang sudah terproses. How: Tidak ada pendapat yang diutamakan dalam pemberitaan ini. Harian Media Indonesia berusaha menunjukkan sikap netralnya dalam pemberitaannya kali ini. Dengan hanya menyajikan informasi dari fakta yang ada tanpa memihak kepada salah satu narasumber. Tematik Detail: Dalam berita itu peneliti menemukan detail seputar pemeriksaan anggota al Qiyadah yang berstatus sebagai tersangka. Juga terdapat detail tentang orang hilang, namun tidak dijelaskan secara panjang. Berita tersebut terlihat lebih mengarah kepada pemeriksaan anggota al Qiyadah sehingga relevansi judul dengan isi berita lebih kepada penonjolan pemeriksaan tersebut. Koherensi: Dalam teks berita terdapat koherensi yang menghubungkan dua kalimat tersebut. Dengan pengamanan anggota al Qiyadah dari ancaman pihak tertentu dan mengawasi serta membina masyarakat dari aliran sesat yang dapat mengganggu ketentraman bersama. → Koherensi pelengkap. Bentuk Kalimat: Harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat deduktif yang menguraikan inti berita di awal kalimat, lalu disusul dengan uraian di kalimat berikutnya. jenis kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup
berimbang dalam tiap kalimat dan paragrafnya. (1). Kepolisian Daerah Jawa Tengah periksa 168 anggota al Qiyadah al Islamiyah. (2). Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat masih meneliti modus di balik maraknya orang hilang semenjak merebaknya aliran al Qiyadah al Islamiyah di masyarakat. Retoris Kata: Ada dua kata khusus yang dipilih oleh harian Media Indonesia, yaitu kata anarkistis dan modus operandi, yang biasanya digunakan dalam bidang hukum atau bisa disebut klaim yuridis. Idiom: Cuci Otak. → Memasuki ideologi baru kepada orang lain tanpa disadari oleh orang tersebut. Foto: Grafis: Dalam tulisannya wartawan memakai klaim yuridis dari pakarnya juga otoritas keilmuan dari ahlinya tentang penanganan kasus aliran sesat untuk memperkuat gagasannya.
A.5. Frame 5: Pengikut AL Qiyadah Bertaubat. Dalam berita kelima yang dimuat tanggal 10 November 2007 harian Media Indonesia mengangkat berita tentang bertaubatnya 21 orang pengikut aliran al Qiyadah al Islamiyah yang mengucapkan ikrarnya di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian Daerah Jawa Timur pada hari sebelumnya, yakni tanggal 9 November 2007.134 Pada pemberitaannya kali ini harian Media Indonesia menyampaikan kepada khalayak dengan menempatkan pemberitaan pada rubrik Nusantara. Sama dengan rubrik berita sebelumnya, yaitu tanggal 7 November 2007. A.5.1. Sintaksis. a. Headline ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat
134
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November 2007, h. 7, Paragraf 1
Secara sintaksis berita itu ditujukan bagi para pengikut aliran al Qiyadah lainnya yang masih berstatus sebagai anggota untuk mengikuti jejak 21 orang pengikut aliran tersebut.135 Judul berita tersebut disusun harian Media Indonesia menurut peneliti sebagai ungkapan kegembiraan atas bertaubatnya 21 pengikut aliran ini ke jalan yang benar dengan meninggalkan kesesatannya. Selain itu juga terdapat berita yang terjadi di Bandung, yaitu Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar), menyediakan sejumlah posko pengaduan terkait dengan maraknya aliran sesat. Harian Media Indonesia menyusun fakta tersebut sebagai sikap kesigapan Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Bandung, Jawa Barat (Jabar) yang sudah mengantisipasi maraknya perkembangan aliran sesat di Indonesia dengan membuat posko-posko pengaduan.136 b. Lead Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah jenis teras berita pernyataan (Statement lead). Yang berisi tentang pernyataan Polda Jatim perihal sebanyak 21 orang pengikut aliran al Qiyadah bertaubat. Lead tersebut juga termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita di mana). Karena dalam petikan lead ditulis tempat dimana 21 pengikut aliran ini bertaubat. SURABAYA (Media): Sebanyak 21 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah akhirnya menyatakan bertobat dan masuk Islam. Ikrar tobat diucapkan di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim), kemarin. Penggalan lead berita itu disusun dengan skema kebahagiaan terhadap bertaubatnya mantan anggota aliran al Qiyadah meski pun hanya berjumlah 21 135 136
Ibid, Paragraf 7 Ibid. Paragraf 8
orang. Dalam berita itu harian Media Indonesia memandang dengan bertaubatnya 21 orang tersebut, merupakan pencerahan terhadap kasus aliran sesat yang banyak berkembang sampai saat ini. Bertaubatnya para pengikut aliran ini mendapat penekanan dari harian Media Indonesia sebagai sikap yang wajar karena aliran ini memang merupakan aliran yang sesat dan telah merusak syariat Islam seperti pemberitaan yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia beberapa hari sebelumnya.137 Harian Media Indonesia mengartikulasikan sikap 21 pengikut aliran ini sebagai tindakan yang murni tanpa paksaan dari pihak mana pun. Perilaku itu dimaknai oleh harian Media Indonesia sebagai keputusan yang bijak yang berdasar pada kepentingan bersama, dengan tidak meresahkan masyarakat. Pemaknaan dari hasil penyusunan berita tersebut menurut peneliti menimbulkan sebuah persepsi bagi pembaca yang akan menafsirkan bahwa aliran al Qiyadah al Islamiyah adalah aliran sesat yang tidak perlu dikhawatirkan lagi akan merusak moral para pelajar dan mahasiswa karena dengan fakta yang dipublikasikan dengan harian Media Indonesia ini menunjukan aliran ini sudah tidak beroperasi lagi di Indonesia.
c. Latar Secara sintaksis berita tersebut disusun untuk mendukung tindakan yang mementingkan kepentingan bersama. Dari wacana latar informasinya peneliti menemukan teks berita yang berbunyi:
137
h. 3.
“Warga ‘Sweeping’ Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 Oktober 2007,
Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertobat.138
Dari kutipan berita tersebut penekanan yang dijadikan latar informasi oleh harian Media Indonesia adalah bertaubatnya ke 21 pengikut aliran ini terjadi setelah mereka mengikuti proses pemeriksaan oleh tim penyidik Polda Jawa Timur. Harian Media Indonesia memaknai peristiwa tersebut sebagai sebab dari bertaubatnya mereka (21 pengikut). Peneliti menafsirkan bahwa harian Media Indonesia menjadikan alasan penyidikan itu untuk menguatkan pendapat atau gagasan yang tercipta yang dinilai harian Media Indonesia sebagai alasan mereka bertaubat. Di dalam tubuh berita tersebut peneliti menemukan kalimat berita yang berbunyi: Selain mengucapkan kalimat syahadat, mereka juga tidak mengakui Musadeq yang disebut-sebut rasul. Setelah satu per satu menyatakan bertobat, mereka kemudian mengikuti salat Jumat berjemaah.....Seusai bertobat, seluruh dokumen menyangkut ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah dibakar mereka disaksikan sejumlah pejabat. Imam Mustofa, salah satu dari 21 mantan pengikut Al Qiyadah meminta seluruh pengikut aliran itu untuk kembali ke ajaran yang benar.139 Penggalan berita tersebut dimaknai harian Media Indonesia sebagai upaya penegasan pernyataan sebelumnya yang ditujukan bagi para pengikut aliran al Qiyadah lainnya yang masih berstatus sebagai anggota. Bila ditelusuri lebih jauh pada penggalan berita ini, ada upaya untuk menyadarkan publik yang masih
138
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November 2007, h. 7, Paragraf 3. 139 Ibid, Paragraf 4 dan 7.
berstatus anggota al Qiyadah al Islamiyah untuk kembali ke Islam yang sesuai dengan syariat Islam.
d. Kutipan Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia kembali menyusun beritanya dengan kejadian lain di Bandung, yaitu pembentukan posko pengaduan terkait dengan menjamurnya perkembangan aliran sesat di berbagai daerah. Proses sintaksis yang dilakukan harian Media Indonesia hampir di setiap paragraf berita berisi pernyataan-pernyataan yang mengarah pada keinginan untuk menyadarkan anggota atau para pengikut aliran ini untuk segera bertaubat. Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia mengutip pernyataan Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja yang tertulis: ''Mereka masuk Islam kembali bukan karena tekanan dari penyidik, melainkan murni keinginan hati nurani,'' ujar Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja kepada wartawan di Surabaya, kemarin.140 Penggalan berita itu kembali menegaskan secara implisit yang disorot dengan pernyataan Kapolda Jatim itu dengan menyebutkan bahwa mereka masuk Islam kembali tanpa paksaan dari pihak mana pun. Teks berita tersebut mendapat penekanan yang dalam oleh harian Media Indonesia.
e. Pernyataan Secara sintakis penulisan tentang bertaubatnya 21 pengikut aliran al Qiyadah al Islamiyah ke jalan yang sesuai dengan syariat Islam di hampir setiap paragrafnya bertujuan untuk menguatkan gagasan pokok harian Media Indonesia.
140
Ibid, Paragraf 5.
A.5.2. Skrip Dari wacana analisis skripnya sudah cukup jelas bila dilihat dari kelengkapan 5W+1H. Sehingga menurut peneliti, hal ini akan membuat pembaca merasa menemukan kelengkapan informasi dalam memahami berita tersebut.
A.5.3. Tematik. a. Detail Bila dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati dari elemen wacana detail, maksud kalimat dan bentuk kalimat serta koherensi antar paragraf. Dari detail berita tersebut wartawan jelas menerangkan dan menceritakan informasi tentang bertaubatnya pengikut aliran sesat dari paragraf awal sampai dengan paragraf mendekati penutup dari berita. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa dalam pemberitaan ini harian Media Indonesia mengupas tuntas perihal aliran al Qiyadah. b. Maksud Kalimat Elemen wacana lainnya adalah maksud kalimat, dalam petikkan berita ini ada teks berita yang tertulis: Kapolda mengaku gembira karena proses penyidikan tidak hanya sekadar menyusun berkas, tetapi penyidik secara pelan-pelan mengajak mereka untuk kembali ke Islam.141 Dalam petikkan berita tersebut harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan terhadap sikap kapolda Jatim yang gembira karena mereka bertaubat juga karena proses penyidikan yang berlangsung berkali-kali.
141
Ibid, Paragraf 6.
Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta
yang kemudian
dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan Kapolda yang karena melakukan proses penyidikan akhirnya bisa menyadarkan para pengikut al Qiyadah sehingga tanpa merasa dipaksa mereka kembali ke ajaran Islam. c. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat yang disusun oleh harian Media Indonesia dalam berita itu menurut peneliti, menggunakan kalimat Deduktif. Dengan menguraikan inti berita dari awal tulisan kemudian menguraikannya pada paragraf berikutnya. Berita ini juga menggunakan kalimat aktif dalam pemberitaannya kali ini, seperti beberapa kata berikut yang berawalan (me-): menyatakan, mengucapkan, menjalani, mengakui, mengikuti, melainkan, menyusun, mengajak, menyangkut, meminta, menyediakan, mengatakan, dan meminimalisasi. d. Koherensi Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat yang peneliti temukan pada teks berikut ini: Mereka pula mengucapkan kalimat syahadat di depan Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja, Pengurus Majelis Ulama Indonesia, dan pejabat Departemen Agama Jatim....Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertaubat....Selain mengucapkan kalimat syahadat, mereka juga tidak mengakui Musadeq yang disebut-sebut rasul. Setelah satu per satu menyatakan bertaubat, mereka kemudian mengikuti salat Jumat berjemaah.142 Dalam beberapa paragraf dalam berita tersebut, terlihat bahwa alasan mereka (pengikut al Qiyadah yang bertaubat) tidak dipaksa tetapi mereka sadar
142
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November 2007, h. 7, Paragraf 2-4.
sendiri. Dan kesadaran mereka mucul setelah beberapa kali mengikuti proses penyidikan oleh Polda Jawa Timur. e. Kata Ganti. Kata ganti yang peneliti temukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah mengikuti proses penyidikan, yang tertulis sebagai berikut: Sebelumnya, mereka menjalani pemeriksaan lebih dulu di Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda. Mereka menjalani empat kali pemeriksaan sampai akhirnya bertaubat.143
A.5.4. Retoris Dalam analisis retorisnya peneliti melihat yang banyak digunakan sebagai retorikanya adalah proses hukum yang dijalani oleh 21 pengikut aliran al Qiyadah di daerah Jawa Timur. Harian Media Indonesia menjadikan alasan setelah mengikuti proses penyidikan beberapa kali mereka bertaubat dan kembali ke ajaran Islam sebagai penguat atas gagasan yang ditimbulkan oleh wartawan harian Media Indonesia. a. Leksikon (kata) Dalam pemberitaan itu terdapat beberapa kata yang disebut juga dengan leksikon. Seperti kata ‘satu per satu’144 dengan maksud lainnya adalah masingmasing atau juga bisa disebut tiap individu. Selain itu juga terdapat pemisalan ‘meminimalisasi’ yang juga berarti mengurangi terjadinya atau juga dapat diartikan memperlambat penyebaran.
143
Ibid, Paragraf 3. “Aliran Sesat, 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”, Harian Media Indonesia, Edisi 10 November 2007, h. 7, Paragraf 4. 144
Tabel 10 Framing Edisi 10 November 2007 “Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat” Frame 5: Pengikut Al Qiyadah Bertaubat Struktur
Variabel
Headline: ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat → Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan, yakni teras berita (lead).. Lead: SURABAYA (Media): Sebanyak 21 anggota Al Qiyadah Al Islamiyah akhirnya menyatakan bertobat dan masuk Islam. Ikrar tobat diucapkan di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim), kemarin. → Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah jenis teras berita pernyataan (Statement lead). Lead tersebut juga termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita di mana). Karena dalam petikan lead ditulis tempat dimana 21 pengikut aliran ini bertaubat. Latar Informasi: bertaubatnya ke 21 pengikut aliran ini terjadi setelah mereka mengikuti proses pemeriksaan oleh tim penyidik Polda Jawa Timur. → Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia selaras dengan judul yang dipakai. Kutipan: ''Mereka masuk Islam kembali bukan karena tekanan dari penyidik, melainkan murni keinginan hati nurani,'' ujar Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja kepada wartawan di Surabaya, kemarin. → Terdapat kutipan langsung.yang ditulis oleh Media Indonesia. Sumber: Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja. Pernyataan: Hampir pada setiap paragrafnya memperkuat gagasan atau ide pokok wartawan dalam pemberitaannya. Penutup: Harian Media Indonesia menempatkan informasi penting perihal bertaubatnya 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah sejak awal tulisan, diiringi dengan pernyataan dari Kapolda Jawa Timur, kemudian mendekati akhir tulisan terdapat informasi tentang Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Jawa Barat, Bandung. Sintaksis
Skrip
Who: Anggota al Qiyadah al Islamiyah What: 21 pengikut al Qiyadah bertaubat. When: 9 November 2007. → Dalam teks berita tidak dijelaskan tanggalnya secara eksplisit, namun dari kata kemarin, maka jelas yang dimaksud adalah sehari sebelum berita dipublikasikan. Where: Surabaya, Jawa Timur. Why: 21 pengikutnya bertaubat setelah menjalani 4 kali penyidikan oleh Reserse Kriminalitas (Reskrim) Polda Jatim. How: Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan tidak mau mengakui Moshaddeq sebagai Rasul, mereka telah kembali ke agama Islam. Wawancara dilakukan oleh dua narasumber. Namun, harian Media Indonesia menempatkan porsi yang lebih banyak kepada Polda Metro Jatim. Harian Media Indonesia terlihat seperti ingin tetap bersikap netral, namun dalam pemberitaannya terlihat porsi Polda Jatim lebih besar. Tematik
Detail: Dari detail berita tersebut wartawan jelas menerangkan dan menceritakan informasi tentang bertaubatnya pengikut aliran sesat dari paragraf awal sampai dengan paragraf mendekati penutup dari berita. Koherensi: Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat. Bentuk Kalimat: Berita kali ini harian Media Indonesia masih menggunakan bentuk kalimat Deduktif dan juga kalimat aktif.
Kata Ganti: Kata ganti yang ditemukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah mengikuti proses penyidikan (1). Sebanyak 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah di Polda Jatim bertaubat. (2). 21 pengikut yang bertaubat tidak lagi mengakui Moshaddeq sebagi Rasul dan juga kembali mengucapkan kalimat syahadat. (3). Seluruh dokumen yang berhubungan dengan aliran al Qiyadah al Islamiyah dibakar. Retoris
Kata: Terdapat satu kata yang khusus yaitu kata ‘satu per satu’. Idiom: Foto: -
Grafis: Wartawan menggunakan otoritas keilmuan dari pakarnya untuk mendukung setiap gagasan maupun ide yang dituliskan wartawan dalam pemberitaannya.
B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media Indonesia. Dari analisis framing mengenai isu seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah pada harian Media Indonesia, pada lima edisi di atas, harian Media Indonesia terlihat mencoba untuk tidak memihak kepada pihak atau kelompok mana pun. Seperti halnya penerbitan pers pada umumnya, harian Media Indonesia mengunggulkan kualitas dalam semua pemberitaan yang dipublikasikan kepada publik. Dengan memilih cara penyajian yang etis, moralis, dan intelektual. Harian ini benar-benar mengelola beritanya secara konseptual dan profesional walaupun orientasinya pada bisnis komersial. Pada dasarnya dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak bukan saja harus benar, jelas, dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera pembaca.145 Segala pemberitaan yang disajikan kepada khalayak sebisa mungkin harian Media Indonesia menghindari pola dan penyajian berita yang bersifat emosional frontal dalam pemberitaan aliran al Qiyadah al Islamiyah tersebut. Segala sesuatu dilihat menurut pandangan, aturan, norma, etika, dan kebijakan redaksi. Harian ini memilih sebagai harian yang penyebaran persnya lebih banyak berkedudukan di Ibukota Negara. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh Provinsi
145
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), Cetakan ke-2, h. 5.
atau setidaknya sebagian besar Provinsi yang berada dalam jangkauan sirkulasi melalui transportasi udara, darat, sungai, dan laut. Seperti kutipan wawancara sebagai berikut: “Kalo untuk masalah produksi….kita punya cabang atau bisa disebut biro, karena kita masih satu perusahaan dengan lampung post, borneo news, dan juga ada yang di Makasar. Jadi dengan adanya biro-biro kita di seluruh wilayah itu memudahkan arus produksi kita untuk sampai ke para pembaca setia Media Indonesia”.146 Dalam setiap pemberitaannya, harian Media Indonesia mencoba bersikap netral tanpa memihak kepada seseorang ataupun lembaga. Hal ini ditekankan dalam pemberitaannya seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah selama bulan Oktober dan November satu tahun silam. Dalam setiap beritanya, harian ini berusaha untuk menyajikan berita secara objektif.147 Dimana objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Pada tiap pemberitaannya, harian ini tidak ingin menunjukkan bahwa sempat ada keberpihakan kepada salah satu narasumber. Namun, hal ini terjadi karena memang data-data banyak didapat dari narasumber yang bersangkutan. Harian Media Indonesia tetap berpegang pada prinsipnya yang tidak ingin memihak
kepada
pihak
atau
kelompok
mana
pun.
Dengan
selalu
mempublikasikan berita yang menarik khalayak pembaca dengan memperhatikan fakta apa yang telah dilihat dan didengar. Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak menggangu perasaan dan pendapat mereka..Surat kabar
146
Wawancara pribadi dengan redaktur Harian Media Indonesia, Hapsoro Poetro, Senin 2
Juni 2007. 147
Ibid.
yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang sesuai fakta apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya. 148 Dari kelima berita yang peneliti analisis, peneliti mendapatkan hasil bahwa harian Media Indonesia berusaha bersikap netral dalam setiap pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah. Meskipun terdapat dua berita yang dituliskan oleh harian Media Indonesia cenderung salah satu narasumber mendapat porsi yang yang lebih banyak bila dibandingkan dengan narasumber yang lainnya, namun kutipan yang diambil tidak terlihat secara eksplisit diberitakan oleh harian Media Indonesia. Harian Media Indonesia sepertinya menyadari bahwa pers yang dibangun di atas pilar profesionalisme selalu mendapat tempat di masyarakat, melahirkan kebanggan, kecintaan, dan kehormatan bagi siapa pun para pelaku yang terlibat di dalamnya. Sehingga, sebisa mungkin harian Media Indonesia menjauhi keberpihakan kepada siapa pun dalam setiap pemberitaannya dan berusaha meningkatkan keprofesional-annya sebagai koran harian Nasional. “Kita tidak ingin menjadi pendukung ataupun kontra atas nama salah satu agama, tetapi lebih kepada peningkatan ke-profesional-an kita sebagai Koran nasional”.149
148 Drs.AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), Cetakan ke-2, h. 38. 149 Wawancara pribadi dengan redaktur Harian Media Indonesia, Hapsoro Poetro, Senin 2 Juni 2007.
BAB V PENUTUP Kesimpulan Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka. Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak dalam bentuk teks berita. Berdasarkan analisis framing yang dilakukan terhadap harian Media Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari kelima berita terdapat beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut: •
Berita Pertama, Jenis lead yang dipakai termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan 5W+1H. Lead ini termasuk ke dalam lead jenis where (teras berita di mana) yang menjelaskan letak kejadian ‘sweeping’ tersebut. Dalam pemberitaan tanggal 28 Oktober 2007 ini, Media Indonesia (MI) menggunakan bentuk kalimat induksi dan kalimat aktif.
•
Berita Kedua, Jenis lead yang digunakan dalam pemberitaan tanggal 31 Oktober 2007 ini termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita
pernyataan). Selain itu, bila diamati berdasarkan
5W+1H. Lead ini
termasuk jenis lead who (teras berita siapa). Siapa yang ada dalam petikan lead dalam pemberitaan tersebut. Dari sisi bentuk kalimatnya, harian Media Indonesia memakai bentuk kalimat deduksi Dan Jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang. •
Berita Ketiga, Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, Dalam berita ini 1 November 2007, kalimat yang digunakan bersifat pasif. Dalam berita yang ketiga ini, harian Media Indonesia memasukan sebuah foto tampak muka dari Kapolda Metro Jaya, Adang Firman. Dan ini adalah satu-satunya foto yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia selama pemberitaannya seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah.
•
Berita Keempat, Lead yang digunakan oleh harian ini masih tetap konsisten pada lead jenis pernyataan dan juga jenis lead when (teras berita kapan). Tanggal 7 November 2007 harian Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat deduktif dan jenis kalimat aktif dan pasif. Dengan pemakaian awalan (me-) dan (di-) yang cukup berimbang dalam tiap kalimat dan paragrafnya.
•
Berita Kelima, Lead yang digunakan dalam pemberitaan tanggal 10 November 2007 ini adalah masih jenis teras berita pernyataan (Statement lead). Lead tersebut juga termasuk ke dalam jenis lead where (teras berita
di mana). Harian ini juga menggunakan kalimat Deduktif dan kalimat aktif dalam penulisannya kali ini. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penulisan isu aliran al Qiyadah al Islamiyah, harian Media Indonesia selalu menggunakan lead model pernyataan, dan bila dilihat dari 5W+1H yang dipakai antara lead when dan where. Juga bila dilihat dari bentuk penyajian kalimat, MI lebih sering menggunakan jenis kalimat deduktif, dimana pokok permasalahan di tulis lebih awal. Dan juga bersifat aktif dalam penulisannya.
2. Dalam setiap pemberitaannya, harian Media Indonesia mencoba bersikap netral tanpa memihak kepada seseorang ataupun lembaga. Hal ini ditekankan dalam tiap pemberitaannya seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah selama bulan Oktober dan November satu tahun silam. Dalam setiap beritanya, Harian ini berusaha untuk menyajikan berita secara objektif. Dimana objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Diantaranya adalah: •
Berita Pertama, Pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini harian Media Indonesia bersikap netral pada pemberitaannya tanggal 28 Oktober 2007.
•
Berita Kedua, Pada pemberitaannya tanggal 31 Oktober 2007 ini, harian Media Indonesia masih terlihat mencoba netral, namun terdapat penulisan pendapat dari ketua Presidium ICMI ditempatkan pada porsi yang lebih
besar. Wartawan memberikan tekanan yang didahulukan pada narasumber ICMI. •
Berita Ketiga, Harian Media Indonesia menempatkan pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Pada tanggal 1 November 2007 ini, harian Media Indonesia bersikap netral kepada kedua narasumber karena porsi pemberitaan seimbang.
•
Berita Keempat, Tidak ada pendapat yang diutamakan dalam pemberitaan tanggal 7 November 2007 ini. Harian Media Indonesia berusaha menunjukkan sikap netralnya dalam pemberitaannya kali ini. Dengan hanya menyajikan informasi dari fakta yang ada tanpa memihak kepada salah satu narasumber.
•
Berita Kelima, Harian Media Indonesia menempatkan porsi yang lebih banyak kepada Polda Metro Jatim. Harian Media Indonesia terlihat seperti ingin tetap bersikap netral, namun dalam pemberitaannya tanggal 10 November 2007, dalam pemberitaannya terlihat porsi Polda Jatim lebih besar dalam pengambilan kutipannya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kecenderungan keberpihakan
harian Media Indonesia terjadi jika pernyataan atau informasi yang didapat wartawan dari satu narasumber melimpah.
B. Saran Melihat dari hasil analisis framing pada pemberitaan aliran al Qiyadah al Islamiyah di harian Media Indonesia di atas, maka penulis menyarankan:
1. Media massa memiliki ciri khas, yakni berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak. Karena itu, dalam menyusun strategi komunikasi sifat media yang akan digunakan harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan kalayak yang akan dituju. Sebab media massa dapat didokumentasikan, diulang kaji, dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi. 2. Kepada harian Media Indonesia agar senantiasa menyajikan berita yang bersifat objektif dalam setiap pemberitaannya. Tingkatkan terus semangat kejurnalistikan dan ke-profesionalitas-annya dalam mencari berita yang menarik untuk khalayak pembaca setianya. 3. Kepada para dosen Komunikasi, khususnya dosen-dosen yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, agar semakin meningkatkan dan memperdalam kajian komunikasi untuk para mahasiswanya. 4. Bagi mahasiswa yang menyukai dunia jurnalistik, khususnya media cetak, diharapkan mengangkat karya-karya jurnalistik yang baik untuk menjadi sebuah acuan dan motivasi, begitu juga untuk para pekerja pers yang telah menekuni profesi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. 1995. Jakarta: Akademika Pressindo. Edisi Baru. Cetakan Ke-1. Badudu, JS. Inilah Bahasa IndonesiaYang Benar II. 1986. Jakarta: PT Gramedia. Birowo, M. Antonius Metode Penelitian Komunikasi. 2004. Yogyakarta: Gitanyali Bland, Michael, Alison Theaker, David Wragg. Seri Praktik PR Hubungan Media Yang Efektif. 2001. Jakarta: Penerbit Erlangga. Edisi Kedua. Bungin, Burhan. Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. 2007. Jakarta: Kencana. Cet. Ke2. Darmanto. Membongkar Ideologi Di Balik Penulisan Berita Dengan Analisa Framing. 2004. makalah. Universitas Brawijaya Effendi, Onong Uchjana, M.A. Prof Dinamika Komunikasi. 1986. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ______, Ilmu, Teori, dan Filsafat komunikasi. 2003. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Cet, ke-3. Eriyanto. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A. 2005. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syahid JKT. 2006. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press. Hamad, Ibnu dan Agus Sudibyo, M. Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa. 2001. Jakarta: ISAI. Ishwara, Luwi. Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Junaidi. Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata. 2007. Penelitian. Univ. Islam Jakarta.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Pengantar: Prof. Dr. M. Budyatna, M.A. 2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE- UII. 1995. Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Terjemahan Agus Dharma, dkk. 1996. Jakarta: Erlangga. Muhtadi, Asep Saeful M. A, Drs. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. 1999. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Cetkan Ke-2. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 2005. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poespoprodjo. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika Dan Ilmu. 1999. Bandung: Pustaka Grafika. Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Edisi Revisi. Rivers, William L, Bryce Mcintyre, Alison Work. Editorial. Penyunting: Dedy Djamaluddin Malik. 1994. Bandung Remaja Rosdakarya. Cetakan Pertama. Romli, Asep Syamsul M. S.IP. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. 2005. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Salam, Prof. Dr. H. Syamsir MS dan Jaenal Arifin, M.Ag. Metodologi Penelitian Sosial. 2006. Jakarta: UIN Press. Sobur, Alex M. Si, Drs. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing). 2006. Bandung: PT. Renaja Rosdakarya. Cet, Ke-4. Soejono Soekamto. Sosiologi Pengantar. 1987. Jakarta: PT Rajawali Pers. Sudarsana, Gunawan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. 2007. Yogyakarta: Indonesia Tera. (lihat kamus besar bahasa Indonesia (2002). Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta. LKiS. 2001.
Sumadiria, AS Haris M.Si, Drs. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. 2006. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-2. ______, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2006. Sutrisno Hadi. Metodologi Research. (Yogyakarta; Andi Offset. 1983). Strentz, Herbert. Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita. 1993. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tebbel, John. Karier Jurnalistik. Penyadur: Dean Praty Rahayuningsih. 2003. Semarang: Dahara Prize.
Referensi lain: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988. Depdikbud http://Ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html. Http://oliviadwiayu.wordpress.com/2007/01/11/teori-agenda-setting. www.mediaindonesia.com. Dokumen company profile Media Indonesia. Profil Struktur Redaksional Wawancara dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia pada 2 Juni 2008, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Profil Perusahaan Media Indonesia pada www.mediaIndonesia.com.