ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SATU TAHUN PEMERINTAHAN SBY BUDIONO DI HARIAN MEDIA INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Muhammad Rifat Syauqi NIM: 107051002468
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoloeh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dkemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Juli 2011
Muhammad Rifat Syauqi
ABSTRAK
MUHAMMAD RIFAT SYAUQI Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun Pemerintahan SBY Budiono Di harian Media Indonesia Berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono merupakan berita yang menarik bagi media massa dan penting serta menyedot perhatian publik karena menyangkut perkembangan pemerintahan yang dipimpin SBY Budiono selama satu tahun pertama. Seluruh media massa baik media cetak maupun elektronik mempublikasikan berita “satu tahun pemerintahan SBY Budiono” namun dalam penelitian ini media massa yang digunakan adalah Media Indonesia yang meruapakan surat kabar yang sudah lama terbit, yakni sejak 1970 dan Media Indoensia selalu kritis terhadap pemerintah. Adapun rumusan masalahnya adalah pertama bagaimana pengemasan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono di harian Media Indonesia dan kedua Bagaimana bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah di Media Indonesia terhadap penguasa dalam evaluasi satu tahun pemerintahan SBY - Budiono” Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori ekonomi politik namun hanya komodifikasi saja. Adapun metodologi yang dipakai adalah metode kualitatif, dengan pendekatan analisis framing model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil penelitian ini menunjukan semua berita di Media Indonesia terkait satu tahun pemerintahan SBY Budiono lebih menekankan kepada evaluasi selama satu tahun pemerintahan yang dipimpin SBY dan Budiono. Terlihat dari berita yang disajikan, terdapat angka merah terhadap kinerja dari pemerintahan yakni di bidang hubungan internasional, kinerja ekonomi, kinerja hukum, dan kinerja politik dan kemungkinan adanya reshuffle. Bahasa jurnalistik dan pesan dakwah terhadap pemerintahan SBY di Media Indonesia masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik yakni tidak tunduk kepada etika seperti kata “mendepak” dan “penggulingan” dan secara dakwah, kata – kata tersebut tidak sesuai dengan qoulan karimah atau perkataan yang mulia apalagi ini berita tentang seorang pemimpin di sebuah Negara.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil‟alamin... Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan “satu tahun Pemerintahan SBY Budiono” di harian Media Indonesia”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ayahanda Burhanuddin, BA dan bundaku Tarliah, S.Pd.I yang tak pernah bosan memberi semangat dan nasehat kepada
penulis untuk terus
membaca dan menyelesaikan skripsi ini, adikku Muhammad Iqbal Tawakkal Terimakasih untuk semua bantuan moril dan materil selama ini. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs.
Mahmud
Jalal,
M.A,
serta
Pembantu
Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.
ii
Dekan
III
Bidang
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Jumroni M.Si, beserta Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarafah M.A, atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini. 4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada penulisan skripsi ini. 5. Tim Redaksi Media Indonesia. Terimakasih untuk penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya yang telah membantu dalam wawancara. 6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Terimakasih buat anak-anak KPI C 2007, yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Terima kasih yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skirpsi ini. semua teman-teman penulis baik di dalam FIDKOM maupun diluar. Terimakasih untuk semua dukungannya. 8. Terimakasih untuk anak-anak KKN “SOCIAL COMMUNITY” 2010, Panji, Farhan, Wawan, Mery, Ida, Ara, Fitha, Reza, Zacky, Ola, Siti, Nawi, Endang 9. Terimakasih untuk sahabat-sahabat SMA. Razky (Oky), Daryadi (Djrot), Iksan, Mamet, Inong, Eeng, yang selalu memberikan support. 10. Terimakasih untuk Sahabat-sahabat ku, Irfan Mulyana, Maulana Yusuf, Sofyan Hadi Rahman, Suchi Annisa, Hj. Rojatil „Ula, Risda Sefrianita yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
11. Terimakasih juga untuk “adikku”, Dewi Mozza Febriyanti yang telah terus mengingatkan penulis untuk jangan menyerah dan teatap semangat. Dan kakak Sagita Ningtiyas yang telah membantu meminjamkan buku tentang Teori Ekonomi Politik dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan. 12. Terimakasih khusus untuk Dara Farah Diba yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi hingga membantu saat sidang. 13. Terakhir terimaksih untuk semua pihak yang membantu penulis yang tidak dapat sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Jakarta 29 Juli 2011 Muhammad Rifat Syauqi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................. vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7 D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7 E. Kerangka Konsep ............................................................................... 8 F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 11 G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Ekonomi Politik ........................................................................ 15 B. Konseptualisasi Bahasa Dakwah ........................................................ 19 C. Konseptualisasi Pemberitaan.............................................................. 21 D. Evaluasi Pemerintah ........................................................................... 33 E. Konseptualisasi Framing.................................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM A. Surat Kabar Media Indonesia 1. Sejarah Singkat Media Indonesia .................................................. 40 2. Visi dan Misi ................................................................................. 43 B. Sinopsis Berita Satu Tahun Pemerintahan SBY Budiono .................. 45
BAB IV TEMUAN dan ANALISIS A. Bingkai Media Indonesia .................................................................... 48 vi
B. Bahasa Jurnalistik dan Bentuk Pesan Dakwah Terhadap Pemerintahan SBY .................................................................................................... 75 C. Interpretasi ........................................................................................... 77
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 82 B. Saran-saran ......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 84 LAMPIRAN
vii
Daftra tabel Tabel 2.1 Nilai berita Tabel 2.2 Definisi framing menurut beberapa tokoh Tabel 4.1 Judul berita : “Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan” (19 Oktober 2010) Tabel 5.1 Judul berita : “Demokrat Nilai Posisi Golkar di Sekber Sia-Sia” ( 20 Oktober 2010) Tabel 6.1 Judul berita : “Lebih 50 % Publik Kota tidak Puas Terhadap Budiono” (21 Oktober 2010)
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternberg di Jerman. Sedangkan keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde baru serta orde baru. Setelah mengalami berbagai perkembangan, dewasa ini surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa. Manusia zaman sekarang sudah memasuki masyarakat informasi. Koran sudah masuk desa. Koran sudah bukan barang konsumsi yang mahal. Jhon Tebbel berpendapat bahwa koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.1 Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan, hiburan dan desas-desus. Membaca tulisan dalam sebuah surat kabar berarti menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang disampaikan terlepas dari baik 1
Jhon Tebbel, Karier Jurnalistik. Penerjemah Dean Prataty Rahayuningsi, (Semarang:Dahara Prize, 2003), h.1.
1
2
atau buruk dimata khalayak. Hal ini dapat mengubah mental, sikap, perilaku dan gaya hidup mereka. Onong Uchjana Effendi mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media.2 Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas/fakta yang diliputi oleh wartawan, dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka oleh media massa. Dengan demikian dapat pula dikatakan secara sederhana bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana/keadan, orang, dan benda bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk mengkonstruksi realitas. 3 Sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, berita mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide ataupun gagasan. Lebih dari itu penyampaian sebuah berita ternyata mempunyai subjektifitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektifitas. Namun berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul 2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1986), h.15. 3 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004) h.168.
3
gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh dilapangan. Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan layak berita (newsworhty). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya mengandung konflik, berencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks dan aneka nilai lainnya.4 Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang bersifat „cash‟ , cepat dan berubah atau bergeser pada saat yang singkat dari satu kesimpulan yang satu kepada kesimpulan yang lainnya. Media massa sebagai salah satu institusi sosial, menurut Dennis McQuail media massa memiliki kekuatan besar5, antara lain: 1.
Media massa dapat menarik perhatian dalam memecahkan masalah 4
Luwi Ishwara, Seri Jurnalisitik Kompas: Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: penerbit Buku Kompas, 2006), h. 53. 5 Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengatar, Penerjemah Agus Dharma, dkk (Jakarta:Erlangga, 1996)h.256.
4
2.
Media massa dapat memberikan legitimasi dan status pada seseorang
3.
Media massa itu meruapkan saluran bagi proses persuasi dan mobilisasi
4.
Media massa itu merupakan wahana yang dapat memberikan penghargaan dan kepuasan kepada publik.
Berita tentang satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dipublikasikan di seluruh media massa di indonesia. Berita ini sangat penting karena merekam jejak pemerintahan Republik Indonesia selama satu tahun dibawah pemerintahan SBY Budiono dan merupakan pertanggung jawaban selama satu tahun menjabat sebagai presiden. Presiden SBY dan wakilnya Budiono menjabat sebagai presiden dan wakil presiden pada hari selasa tanggal 20 Oktober 2009 di gedung DPR/MPR. SBY kali ini terpilih sebagai kepala Negara untuk periode keduanya.
Sementara
Wakil
Presiden,
Budiono
akan
bertugas
menggantikan Muhammad Jusuf Kalla. Dalam dunia pers indonesia, terdapat harian Media Indonesia yang sudah cukup lama berkiprah di dunia pers indonesia. Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Dengan jangka waktu yang cukup lama tersebut, harian Media Indonesia telah menjadi surat kabar yang banyak peminatnya dan telah menjadi koran nasional. Sehingga bukan tidak mungkin harian ini mampu mempengaruhi daya pikir para pembacanya dan koran ini juga terkenal sangat kritis tentang pemerintahan SBY. Selama bulan oktober 2010 sudah banyak pemberitaan tentang satu tahun pemerintahan SBY - Budiono di beberapa surat kabar, Namun penulis mengangkat tema tentang satu tahun pemerintahan SBY di harian Media
5
Indonesia karena harian ini membahas berita ini cukup banyak yang dikemas secara menarik agar sesuai dengan segmennya, dan yang terpenting adalah harian Media Indonesia dikenal sebagai koran yang kritis mengenai pemerintahan. Setiap media pasti memiliki visi dan misi, berdasrkan ideologi tersebut yang dipercaya sepenuhnya oleh pekerja media yang bersangkutan dan tercermin dalam konstruksi realitas yang dilakukan oleh media tersebut. Perbedaan ideologi karenanya akan tertuang dalam perbedaan pilihan berita, perbedaan sudut pandang yang diambil dan perbedaan framing yang dilakukan atas suatu wacana. Alasan kenapa peneliti mengambil judul ini adalah : 1. Berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono merupakan berita yang menarik bagi media massa. 2. Berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono sangat penting bagi bangsa Indonesia, karena masyarakat dapat mengetahui perkembangan selama satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dan berita ini di publikasikan oleh seluruh media massa di Indonesia, baik cetak maupun elektronik. 3. Alasan kenapa memilih harian Media indonesia karena harian Media Indonesia surat kabar yang sudah lama terbit, yakni sejak 19 Januari 1970. 4. Harian Media indonesia dikenal sangat kritis terhadap pemerintahan SBY dibanding media lainnya.
6
Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis memberi judul “Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun Pemerintahan SBY Boediono Di Harian Media Indonesia ”. B. Pembatasan Masalah Tentu banyak surat kabar yang memberikan perhatian pada masalah ini, untuk mempermudah, penulis membatasi hanya pada surat kabar Media Indonesia tanggal 17 oktober 2010 sampai 23 Oktober 2010 pada kolom headline. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, disusunlah perumusan masalah. Yaitu: 1. Bagaimana pengemasan berita Satu tahun pemerintahan SBY Budiono di harian Media Indonesia? 2. Bagaimana bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah di Media Indonesia terhadap penguasa dalam evaluasi satu tahun pemerintahan SBY - Budiono ?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengemasan berita Satu tahun pemerintahan SBY Budiono di harian Media Indonesia.
7
2. Untuk mengetahui bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah di Media Indonesia terhadap penguasa dalam evaluasi satu tahun pemerintahan SBY - Budiono.
E. Manfaat penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi terutama komunikasi massa melalui pendekatan analisis framing. 2. Manfaat Praktis Memberi kontribusi pada para praktisi media cetak dalam menganalisis berita melalui analisis framing dan juga dapat memberi gambaran untuk penelitan selanjutnya dalam menganalisis suatu berita dalam media dengan menggunakan framing. F. Tinajuan Pustaka Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ternyata ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan dalam penelitian ini dan juga perbedaan dalam penelitian ini. Persamaan dalam penelitian terdahulu adalah kesamaan model framing yang digunakan, yakni model framing Zongdang pan dan Gerald M.Kosicky yang terdapat pada skripsi Imam Santoso, Lisa Kholisa, Fatimatuzzahro dan Dede
8
Nugraha. Meskipun peneliti melakukan rujukan terhadap peneltian terhdahulu, penelitian ini tetaplah berbeda dalam dalam hal isu berita yang digunakan, model framing dan teori yang digunakan. Isu – isu yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah tentang Muntazer Al Zaidi terhadap George Walker Bush6, Program Nuklir Iran7, Berita Haji dan Idul Adha8, Berita Kriminal Mutilasi9, dan Berita tentang Ahmadiyah10. Adapaun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan dari model framing yang digunakan oleh salah satu peneliti terhdaulu. Yakni model yang digunakan pada penelitian itu menggunakan model framing Robert N Etman.11 Dalam hal teori, sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian terhdaulu teori yang digunakan adalah teori konsturksi sosial dan ada juga yang memakai teori agenda setting 12 G. Kerangka Konsep 1. Bingkai Pesan Qoulan Karimah Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qoulan karimah diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut, sorang da‟i dalam perhubungan dengan lapiasn mad‟u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap 6
Akbar Fitriadi, Analisis Framing Berita Muntazer Al-Zaidi Terhadap George Walker Bush Terkait Pakta Politik Bilateral Irak Terhadap Arogansi Amerika Serikat Pada Koran Seputar Indonesia dan Republika, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2010) 7
Dede Nugraha, Konsturksi Pemberitaan Program Nuklir Iran (Analaisis Framing Pada harian repbulika dan Media Indoensia. (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UINI Jakarta, 2010). 8 Lisa Kholisha, Analisis Framing Berita Haji dan Idul Adha pada Surat Kabar SINDO dan Republika, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2009) 9 Fatimatuzaahro, Analisasi Framing Berita Kriminal Mutilasi Koran harian Umum Republika, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2009) 10 Imam Santoso, Konsturksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah pada majalah Gatra edisi bulan Juli s/d Agustus 2005), (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2008 11 Akbar Fitriadi, h. 14 12 Imam Santoso, h. 22
9
seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak berkata kasar kepadanya. Karena manusia walaupun sudah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah, atau melakukan hal-hal yang sesat menurut ukuran agama. Adapun macam-macam qoulan selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Qoulan baligha dapat diterjemahkan ke dalam komonikasi yang efektif. Merujuk asal katanya, Baligha artinya sampai atau fashih. Jadi, untuk orang munafik diperlukan komunikasi efektif yang bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang mengesankan atau membekas pada hatinya. b. Al-Qosyani menafsirkan Qoulan sadidah dengan : kata yang lururs (Qowwiman); kata yang benar (Haqqan): kata yang betul, tepat (Shawaban). Al-Qosyani berkata bahwa sadad dalam pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari di situlah terletak unsur segala kebahagiaan. c. Dakwah dengan qoulan karima sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan tidak emngguri tidak perlu retorika yang meledak-ledak. 2. Bingkai Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicky a. Struktur
Sintaksis.
Sintaksis
berhubungan
dengan
bagaimana
wartawan menyusun peristiwa – peristiwa – peryataaan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa - kedalam bentuk susunan umum berita. Sturktur sintaksis ini dengan dapat diamati dari bagan berita
10
(lead yang dipakai, headline, kutipan yang diambil, latar informasi, sumber, pernyataan, penutup). b. Sturktur Skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Sturktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W = 1 H who, what, when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan. Kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting. c. Struktur Tematik. Yaitu bagaimana fakta ditulis, penempatan dan penulisan sumber berita kedalam teks secara keseluruhan. Dalam menulis berita seorang wartawan mempunyai tema tertentu asa suatu peristiwa. Tema itulah yang akan dibuktikan dengan susunana atau bentuk kalimat tertentu, proposisi, atau hubungan antar proposisi. Dalam suatu peristiwa tertentu pembuat teks dapat memanipulasi penafsiran pembaca tentang suatu peristiwa. Struktur Tematik bisa dilihat dari unsur detail, koherensi dan bentuk kalimat. d. Struktur Retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartwan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar
11
yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.
H. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Menurut pemikiran Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip Dedy Nur Hidayat, paradigma ilmu pengetahuan (komunikasi) terbagi menjadi tiga,yaitu
paradigma
positivist,
paradigma
kritis
dan
paragima
konstruktivis.13 Karena penelitian ini menggunakan analisis framing, yaitu analisis yang melihat wacana sebagai hasil dari konstruksi realitas sosial, maka penelitian ini termasuk kedalam paradigma konstruktivis. Paradigma ini, mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konstruktivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
2. Pendekatan Penelitian pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala seosial di dalam masyarakat. 13
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta:Kencana,2007),h.237.
12
Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.14 Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Kedua, penelitit kualitatif lebih memperhatikan interpretasi. Ketiga, penelitit kualitatif merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan
observasi
di
lapangan.
Keempat
,
penelii
kualiatif
menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.15 Menurut Bogdan Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menhasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.16 3. Tahapan Penelitian Prosedur penelitan adalah sebagai instrumen berikut: a) Telaah teks, mencari data mengenai hal-hal yang akan diteltiti berupa catatan, transkip, buku, surat kabar. Dalam hal ini harian Media Indonesia.
14
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Agus salim, Teori dan Paradigma Sosial dari Denzin Guba dan Penerapannya, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2001), cet ke-1 h. 204 16 Syamsir Salam dan Jaenal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:UIN Press, 2006), h. 302 15
13
b) Wawancara atau inerview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil beratap
muka
antara
pewawancara
dengan
orang
yang
diwawancarai17: dalam hal ini wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap yakni sebagai alat untuk melengkapi informasi yang telah diperoleh. Yang diwawancarai adalah asisten kepala divisi pemberitaan Media Indonesia bapak Abdul Kohar. c) Observasi. Sebagai metode ilmiah observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki18. observasi teks: pembagian data yang diperoleh kedalam dua bagian, yaitu data primer dan data skunder. Data primer: meneliti teks berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono di harian Media Indonesia. Data skunder: mencari data lain yang mendukung objek penelitian, seperti buku-buku dan tulisan.
4. Tekhnik Pengolahan Data Untuk pengolahan data, menggunakan metode framing Zong dang Pan dan Gerald M. Kosickyi yang menggunakan 4 perangkat, yakni Sintaksis, Tematik, Retoris, dan Skrip.19
17
Moh. Nazin, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h.234 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.92 19 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 199 18
14
I.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri
dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengna penyusunan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Peneltian,
Metodologi
Penelitian,
Tinjauan
Pustaka
serta
Sistematika Penulisan BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN Membahas tentang Teori Ekonomi Politik, Konseptualisasi Bahasa Dakwah, Konseptualiasasi Berita, Evaluasi Pemerintah, Konseptualisasi Framing.
BAB III
MEDIA INDONESIA membahas Sejarah Perusahaan, Visi dan Misi.
BAB IV
ANALISIS
FRAMING
BERITA
SATU
TAHUN
PEMERINTAHAN SBY - BUDIONO DI HARIAN MEDIA INDONESIA membahas tentang Pengemasan Pesan Berita Satu Tahun Pemerintahan SBY - Budiono di Harian Media Indonesia dan Konstruksi yang Melatarbelakangi Proses Pemberitaan Tentang Satu Tahun Pemerintahan SBY - Budiono BAB V
Bab terakhir membahas tentang Kesimpulan dan Saran
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Ekonomi Politik Media Teori ekonomi politik media merupakan nama lama yang dihidupkan kembali untuk digunakan dalam menyebutkan sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi dari pada muatan (isi) ideologis media. Teori ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Menurut tinjauan ini, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang masyarakat, yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar pelbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pasar, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan. Berbagai kepentingan tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil kerja media dan juga dengan keinginan bidang usaha lainnya untuk memperoleh keuntungan, sebagai akibat dari adanya kecenderungan monopolistis dan proses integrasi, baik secara vertikal maupun horizontal (sebagaimana halnya menyangkut minyak, kertas, telekomunikasi, waktu luang, kepariwisataan, dan lain sebagainya).1 Politik ekonomi pada dasarnya dapat di artikan sebagai suatu unsur atau elemen yang menjadi alat dari ekonomi dan rasionalisasi kekuatan politik dalam melaksanakan rencana-rencana aplikasi ekonomi itu sendiri untuk mencapai 1
“Materi Ilmu Komunikasi”, artikel diakses pada tanggal 5 April melalui web http://komunikasi.maherna.com/2011/01/teori-ekonomi-politik-media/
15
16
sasaran yang dikehendaki. Kekuatan politik secara formal dilambangkan oleh eksistensi dan otoritas negara/pemerintah dalam merumuskan haluan negara berupa strategi maupun kebijakan ekonomi dan kemudian melaksanakannya untuk mengubah situasi tertentu menjadi situasi yang lain dalam kehidupan masyarakat. Pengertian ekonomi politik dalam pandangan sempit menurut Vincent Mosco, dapat diartikan sebagai kajian tentang hubungan sosial, khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan dalam bidang produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya dalam komunikasi. 2 Dalam hal ini Mosco merumuskan empat karakteristik penting mengenai ekonomi-politik. Pertama, ekonomi politik merupakan bagian dari studi mengenai perubahan sosial dan transformasi sejarah. Dalam hal ini terdapat varian yang berbeda, ada yang critical dan juga ada yang liberal. Bagi teoritisi critical political economy menurut Golding & Murdoch, ekonomi politik secara khusus tertarik dalam menginvestigasi dan mendeskripsikan kepada late capitalism, hal ini pada dasarnya bersifat holistik. Isu dan fokusnya terutama mengenai cara-cara bagaimana aktivitas komunikasi distruktukan oleh distribusi yang tidak merata mengenai sumber daya material dan simbolik. Kedua, ekonomi-politik mempunyai minat dalam menguji keseluruhan sosial atau totalitas dari hubungan sosial yang meliputi bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam suatu masyarakat, serta menghindari dari kecenderungan mengabstraksikan realitas-realitas sosial ke dalam bidang teori ekonomi maupun teori politik.
2
Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, (London: SAGE Publication, 1996),h.25.
17
Ketiga, berhubungan dengan filsafat moral, artinya hal ini mengacu kepada nilai-nilai sosial (wants about wants) dan konsepsi megenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public good merupakan reference utama dari pertanyaan moral mendasar ekonomi-politik. Perhatian ini tdak hanya ditujukan pada “what is” (apa itu), tetapi “what ought be” (apa yang seharusnya). Keempat, karakterisitiknya praxis, yakni suatu ide mengacu kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas keratif dan bebas dimana orang dapat mengahsilkan dan mengubah dunia dan diri mereka.3 Bagi Mosco, ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi politik media4, yaitu komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi namun dalam penelitian ini khusus membahas tentang komodifikasi. Commodification (komodifikasi) Komodifikasi menurut Vincent Mosco digambarkan sebagai cara kapitalisme dengan membawa akumulasi tujuan kapitalnya atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Dan sekarang ini telah sangat banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul dalam perkembangan kehidupan manusia. Karena mulai banyak juga yang dijadikan komoditas oleh manusia. Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada tiga macam, yaitu: a. Intrinsic commodification (komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi), yakni proses pengubahan pesan dari sekumpulan data ke dalam sistem makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media. Banyak contoh yang dapat kita ambil dan lihat dari media-media di Indonesia. Konten media dibuat 3 4
Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h.27-37 Ibid, h.141-245.
18
sedemikian rupa sehingga agar benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan kebutuhan publik. Pengesahan segala cara termasuk cara licik dilakukan demi mendapat perhatian audiens yang tinggi. b.
Ekstrinsik
commodification
(komodifikasi
ekstrinsik
atau
komodifikasi khalayak), yakni proses modifikasi peran media massa oleh perusahaan media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media kepada konsumen produk yang bukan media di mana perusahaan media memproduksi kahlayak dan kemudian menyerahkannya pada pengiklan.
Kenapa hal ini dapat terjadi?
Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Kasarnya media biasanya menjual rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan air time mereka. Caranya adalah dengan membuat program yang dapat mencapai angka tertnggi daripada program di station lain. c.
Cybernetic commodification (komodifikasi cibernetik), yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam prakteknya dapat dibagi dua, yaitu: pertama , komodifikasi intrinsik adalah khalayak sebagai media yang berpusat pada pelayanan jasa rating khalayak. Kedua, komodifikasi ekstensif adalah proses komodifikasi yang menjangkau seluruh kelembagaan pendidikan informasi pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motif atau pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses.
19
B. Konseptualisasi Bahasa Dakwah Bahasa dakwah yang diperintahkan al-qur’an sunyi dari kekasaran, lembut, indah, santun, juga membekas pada jiwa, memeberi pengharapan hingga mad’u dapat dikendalikan dan dikendalikan perilakunya oleh da’i. Term Qoulan Sadida merupakan persyaratan umum suatu pesan dakwah agar dakwah persuasif dengan field of experience dan frame of reference komunikan telah dilansir dalam beberapa bentuk oleh al-qur’an5, diantaranya: 1. Qoulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa). Ungkapan qaulan baligha terhdapat pada surat an-Nisa ayat 63. Qoulan baligha dapat diterjemahkan ke dalam komonikasi yang efektif. Merujuk asal katanya, Baligha artinya sampai atau fashih. Jadi, untuk orang munafik diperlukan komunikasi efektif yang bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang mengesankan atau membekas pada hatinya. Sebab hatinya banyak dusta, khiatat, dan ingkar janji. Kalu hatinya tidak tersentuh sulit untuk menundukannya. 2. Qoulan sadidah Sadied menurut bahasa berarti yang benar, tepat. Al-Qosyani menafsirkan Qoulan sadidah dengan : kata yang lurus (Qowwiman); kata yang benar (Haqqan): kata yang betul, tepat (Shawaban). AlQosyani berkata bahwa sadad dalam pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari di situlah terletak unsur segala kebahagiaan. Menurut Moh. Natsir dalam Fiqhud Dakwah-nya
5
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2003),h. 165
20
mengatakan bahwa, Qoulan sadidah adalah kata yang lurus (tidak berbelit-belit), kata yang benar, keluar dari hati suci yang bersih, dan diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju. 3. Qoulan karimah (perkataan yang mulia) Dakwah dengan qoulan karima sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan tidak emngguri tidak perlu retorika yang meledak-ledak. Term qoulan karima terdapat dalam surat al-isyra ayat 23. Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qoulan karima diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut, sorang da’i dalam perhubungan dengan lapiasn mad’u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak berkata kasar kepadanya. Karena manusia walaupun sudah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah, atau melakukan hal-hal yang sesat menurut ukuran agama. 4. Qoulan layyinan (perkataan lembut) Term qoulan layyinan terdapat dalam surah Thaha ayat 43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin). Al-qur’an mengajarkan agar dakwah kepada mereka haruslah bersifat sejuk dan lemah lembut, tidak kasar dan lantang perkataan yang lantang kepada penguasa tiran dapat memancing respon keras dalam waktu spontan,
21
sehingga menghilangkan peluang untuk berdialog atau komunikasi antar kedua belah pihak, da’i dan penguasa sebagai mad’u.
C. Konseptualisasi Pemberitaan 1. Pengertian berita Berita berasal dari Bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan vritta, artinya “kejadian”atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.6 Menurut Mitchel U. Charrley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menraik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.7 Kata news itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu, apa yang new, apa yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat.8 Menurut Micthel V Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan untuk keperluan praktis – layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan: berita adalah laporan tercepat dari suatu perisitwa atau
6
Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet ke-1. h.46. 7 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet ke-1h.64. 8 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-2 h.57.
22
kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.9 Ada beberapa definisi tentang berita dari pakar komunikasi, ilmuwan dan penulis diantaranya: a.
Dean M. Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian pembaca.
b.
Dr. Wiliar C. Balayer, berita adalah sesuatu yang termasuk (baru) yang dipilih wartawan untuk dimuat dalam media cetak oleh karena itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca surat kabar tersebut.
c.
William S. Maaulsby menyebutkan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi.
d.
Eric C. Hesfwood, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan menarik perhatian pembaca.
e.
Djafar H. Assegaf mengartikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih oleh staf redaksi suatu media massa untuk disiarkan dengan harapan dapat menarik perhatian khalayak. Sementara J.B Wahyudi mendefinisikan berita sebagai laporan
tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui
9
Asep Syamsul M. Romli, S.ip, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (BandungL PT Remaja Rosdakarya, 2005), edisi Revisi, Cet ke-6, h.4
23
media massa. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan secara periodik.10 Dengan demikian berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan, diinformasikan yang menarik perhatian sejumlah orang yang memiliki pertimbangan, diantaranya 11: a. Akurat, singkat, padat dan sesuai kenyataan. b. Tepat waktu dan aktual. c. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis. d. Menarik, disajikan degnan kata-kata dan kalimat yang khas, segar dan enak dibaca. e. Baru. Berita juga harus lengkap, adil dan berimbang tidak boleh mencampurkan fakta dan opini sendiri dengan kata lainberita harus obyektif dan tentu saja harus ringkas, jelas dan hangat sebagai syarat praktis penulisan berita. 2. Klasifikasi Berita Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori: berita berat (hard news ) dan berita ringan (soft news). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi
10
Totok Djunarto, Manajamen Penerbitan Pers, h. 47 Maria Assumti Kumanti, Dasar-Dasar Publik Relation Teori dan Praktik, (Jakarta: Grasindo, 2002) h. 130. 11
24
berita diduga dan berita tak terduga. Selebihnya, berita juga dapat dilihat menurut materi isinya yang beraneka macam.12 Berita berat, sesuai dengan namanya menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian seperti kebakara, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan berita ringan, juga sesuai dengan namanya, menunjuk pada peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.13 Berdasarkan sifatnya, berita terbagi atas berita diduga dan berita tak terduga. Berita di duga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. Sedangkan berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba dan tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling.14 Singkat kata, hard news dan soft news hanya menunjuk pada kualtias berita, dan bukan pada lokasi peristiwa. Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokkan ke dalam: a. Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news) b. Berita ekonomi (economic news) c. Berita keuangan (financial news) d. Berita politik (political news) e. Berita sosial kemasyarakatan (social news) 12
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, h. 65. 13 Ibid, h. 66. 14 Ibid, h. 66.
25
f. Berita pendidikan (education news) g. Berita hukum dan keadilan (law and justice news) h. Berita olah raga (sport news) i. Berita kriminal (crime news) j. Berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news) k. Berita perang (war news) l. Berita ilmiah (scientifict news) m. Berita hiburan (entertainment news) n. Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news). 3. Jenis-Jenis Berita Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok itu: elementary, intermediate, advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (dept news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam (dept reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writin). Berikut penjelasan tentang straight news reprot, depth news report, interpretative report, investigative reporting, dan feature 15 : a. Straight news report, adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-
15
Ibid, h. 69
26
berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Biasanya berita ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W + H) b. Depth news report, merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report. Reporter menghimpun fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk perisitwa itu tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar. c. Comprehensive news, merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh
ditinjau
dari
berbagai
aspek.
Berita
menyeluruh, sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung. Berita menyeluruh mencoba menggabungkan beberapa serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas. d. Interpretative report, lebih dari sekedar straight news dan depth news. Berita interpretatif biasanya memfokuskan sebuah isu, maslah atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun fokus laporan beritanya masih berbicara fakta bukan opini. Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. e. Feature story, berbeda dengan straight news, depth news atau interpretative news. Dalam laporan tersebut –laporan berita
27
tersebut, reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca. Sedangkan dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. f. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang. Biasanya dalam pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu. g. Investigative reproting, berisikan hal-hal- yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatakan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif para wartawan memerlukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. h. Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. 4. Nilai Berita Dalam Media Massa Dalam berita ada beberapa karakteristik interinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang
28
berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layat berita (news worthy).16 Suatu peristiwa dikatakan memiliki nilai berita jika peristiwa tersebut
mengandung
konflik,
bencana
dan
kemajuan,
dampak,
kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.17 Tabel 2.1 Nilai Berita Immediacy
Proximity
Consequence Conflik
Oddity Sex
Emotion
Prominence
h. 53.
Immediacy disebut juga timeless (waktu). Terkait degnan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Peristiwa yang terjadi dekat lokasinya dengan khalayak pembaca, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita-berita yang menyangkut kehidupan mereka, tempat tinggal mereka, dan sahabat. Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi, kriminal, bentrokan antar kelompok dan konflik antar negara, merupakan contoh elemen konflik dalam pemberitaan. Peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah seseuatu yang akan diperhatiakn segera oleh masyarakat. Seks kerap dijadikan satu elemen utama dair sebuah pemberitaan. Tapi, seks juga bisa sebagai elemen tambahan dalam sebuah berita. Misalnya, skandal seks anggota Dewan perwakilan Rakyat, sakndal seks selebritis. Elemen ini disebut juga sebagai human interest. Elemen ini menyangkut nilai kesedihan, keamarahan, sipati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, humor dan tragedi. Menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Seperti nama-nama tokoh, pemimpin politik, petuah hidup dan hari raya.
16
Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), cet. Ke -3,
17
Ibid, h. 53.
29
Suspense
Elemen ini merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa. Misalnya, masyarakat menunggu pecahnya perang (invasi) AS ke Irak Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat. Misalnya, setelah terjadinya invasi AS ke Irak, masyarakat tetap menunggu bagaimana pemerntahan selanjutnya yang akan dijalankan.
Progress
Sumber : Septiawan Santara, Jurnalisme Kontemporer, h. 18-20.
D. Karakteristik Bahasa Jurnalistik Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahas jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media on line internet. Bahasa jurnalistik surat kabar, misalnya, kecuali harus tunduk kepada kaidah atau prinsip prinsip umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Berikut karakterisitik bahas jurnalisitik18 : 1. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh kahlayak pembaca yang sanga heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
2. Singkat
18
AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik (Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis), (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006) h. 14
30
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. 3. Padat Padat dalam bahasa jurnalistik, berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk kahalayak pembaca. 4. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufeisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. 5. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelsas disini mengandung tiga art: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya dengan kaidah subjek-obbjek-predikat-keterangan, jelas sasaran atau maksudnya. 6. Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. 7. Menarik
31
Bahasa
jurnalistik
harus
menarik,
menarik
artinya
mampu
membangkitkan minta dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. 8. Demokratis Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Secara ideologis, bahasa jurnalisitik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama di depan hukum sehingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta perlakuan yang berbeda. 9. Populis Populis berarti setiap kata, istilah atau kalimat apapun yang terdapa dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca. Bahasa jurnalitik harus merakyat, aritnya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. 10. Logis Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat. 11. Gramatikal Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya.
32
12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan seharihari secara informal. Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota. 13. Menghindari kata dan istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita
atau laporan banyak yang diselipi kata asing, selain tidak
informatif dan komunikatif juga membingungkan. 14. Pilihan kata (diksi) yang tepat Bahasa jurnalitik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga keluar dari asas efektifitas. 15. Mengutamakan kalimat aktif Kalimat akitf lembih udah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat akti lebih mempermudah pengeritan dan memeprjelas pemahaman. 16. Menghindari kata atau istilah teknis Kata atau istilah teknis hanya belaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Sebagai contoh isitlah kedokteran tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat dalam berita, laporan atau tulisan pers. 17. Tunduk kepada kaidah etika
33
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik. Dalam menjalankan fungsinya mendidik khalayak, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak sopan, vulgar, sumpah serapah, hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama. Pers juga tidak boleh menggunakan katakata porno
dan berselera rendah lainnya dengna membangkitkan
asosiasi serata fantasi seksual pembacanya. E. Evaluasi Pemerintah 1. Pengeritan evaluasi Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “Evaluation”. Evaluasi secara etimologi dalam kamus ilmiah populer adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan dan penentu nilai.
19
sedangkan secara
terminologi pengeritan evaluasi menurut Casley dan Kumar adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, sementara Fink dan Kosecoff memberikian definisi evaluasi adalah merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program.20 Evaluasi adalah usaha yang di lakukan untuk menentukan apakah pelaksanaan kegiatan program telah mencapai tujuan dan sasaran
19
yang
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka,1994). H. 163 20 Fredy S. Nggao, Evaluasi Program, (Jakarta: Nuansa Madani, 2003), h. 15
34
ditetapkan sebelumnya, serta mengidentifikasi bidang program yang perlu serta memutuskan suatu program perlu di teruskan atau tidak21 2. Pengertian Pemerintah22 Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan negara. Government dari bahasa Inggris dan Gouvernment dari bahasa Perancis yang keduanya berasal dari bahasa Latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti kemudi, tetapi diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Pemerintah atau Pemerintahan dan terkadang juga menjadi Penguasa. Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif. (C.F. Strong) Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya
dan
kepentingan Negara sendiri. Jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya temasuk legislatif dan yudikatif. 21
Hisham Al Thalib, Panduang Latihan Bagi Juru Dakwah, ( Jakarta: Media Dakwah, 1991), h. 128 22 Artikel diakses pada 18 Maret 2011 dari http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=108:per&cati d=47:mnpemr&Itemid= 29
35
Pemerintahan adalah lembaga atau badan public yang mempunyai fungsi dan tujuan Negara, sedangkan pemerintahan adalah lembaga atau badan-badan publik dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara (Ermaya Suradinata) Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia. Sebagai contoh: Republik, Monarki / Kerajaan, Persemakmuran (Commonwealth). Dari bentuk-bentuk utama tersebut, terdapat beragam cabang, seperti: Monarki Konstitusional, Demokrasi, dan Monarki Absolut / Mutlak. Proses dimana pemerintahan seharusnya bekerja menurut fungsi fungsinya banyak dirumuskan oleh sarjana pemerintahan seperti Rosenbloom atau
Michael
Goldsmith
yang
lebih
menegaskan
pada
fungsi
negara.Sementara itu, dari aspek manajemen, pemerintahan terkait dengan fungsi fungsi memimpin, memberi petunjuk, memerintah, menggerakkan, koordinasi, pengawasan dan motivasi dalam hubungan pemerintahan.Hal ini digambarkan oleh Karl W Deutsch bahwa penyelenggaraan pemerintahan itu ibarat membawa kapal di tengah samudra. Di Athena sendiri, fungsi fungsi pemerintahan dapat ditemukan dalam konstitusi berupa fungsi peradilan, perencanaan anggaran belanja, pajak, militer dan polisi. Rasyid membagi fungsi pemerintahan menjadi 4 bagian yaitu: 1. Fungsi pelayanan (public service) 2. Fungsi pembangunan (development)
36
3. Fungsi pemberdayaan (empowering) 4. Fungsi pengaturan (regulation) F.
Konseptualisasi Framing Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai sturktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam
membaca
realitas.23 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.24 Dengan frame, jurnalis memproses berbgai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. 23
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), cet. Ke – 4 h. 161-162 24 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002). h. 66-77
37
Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realtias dalam arit obyektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realtias objektif tertentu. Karena realitas pada dasarnya bukan ditangkap dan tulis, realitas sebaliknya dikonstruksi. 25 Framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengtahui bagaimana perspektif atau cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.26 Dalam memframing sebuah berita, media harus melihat dua aspek penting yang menjadi dasar bagaimana sebuah realtas dari peristiwa itu dibangun dan akhrinya ditulis dengan frame yang dianutnya seperti yang dituliskan Eriyanto, yaitu: Pertama,memilih fakta/realitas. Fakta dipilih berdasarkan asumsi bahwa wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam melihat fakta selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realtias, bagian mana dari realtias yang diberikan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekenana aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu
25
Ibid, h. 139 Nugroho, Eriyanto, Frans Suadiarsis, Politik Media Mengemas Media, (Jakarta: institut studi Arus Informasi, 1999) h. 21. 26
38
dan melupakan fakta yang hingga peristiwa itu dilihat dari sisi tertentu akibatnya bisa jadi berbeda antara satu media degan media yang lain. Kedua, menuliskan fakta, berhubungan dengan bagaimana fakta dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa dengan bantuka aksentuasi fot dan gambaran apa dan sebagainya. Bagaimana fakta yang dipilih ditekankan dengan permaianan perangkat tertentu: seperti penempatan mencolok (headline
bagian depan
atau belakang),
pengulangan. Label tertentu ketika menggambarkan peristiwa itu diberitakan. Asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan pemkaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.27 Definisi framing, dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya: Tabel 2.2 Robert N. Entman
Wiliam A. Gamson
Todd Gitlin
27
Proses seleksi dri berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari penelitian itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasiinformasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat kan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Cara bercerita (gugusan ide-ide) yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu dibentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemaahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang disampaikan, menafsirkan makan pesan-pesan yang ia terima. Strategi bagaimana realtias/dunia dibentuk, disederhanakan untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Periwitwaperisitwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian kahlayak pembaca. Itu
Eriyanto, Analisis Framing, h. 69-70
39
dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan peresentasi aspek tertentu dari realitas. David E. Snow Pemberian makna untuk menafsirkan perisitwa dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, Robert Benford anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Amy Binder Skema interpretasiyang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir perisitiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna perisitiwa. Zhongdang Pan Strategi komunikasi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, Gerald M. Kosicki menafsirkan peristiwa dan dihubungkan dengan rutinitas kkonvensi pembentukan berita. Sumber : Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Idiologi dan Politik Media, h.67-68 Namun dalam penelitian ini menggunakan model framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki merupakan model yang paling populer dan banyak dipakai. Perangkat framing Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicki terdiri dari empat struktur,yakni sintaksis, tematik, skrip dan retoris. Alasan kenapa mengambil model Zongdang Pan dan Geral M. Kosicki adalah : a. Model ini sangat cocok dengan pembahasan analisis teks media di koran. Karena perangkat yang di gunakan dalam model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicky sangat mendukung. b. Model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicky memudahkan untuk menganalisis framing yang ada di media.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Surat Kabar Media Indonesia 1.
Sejarah Singkat Media Indonesia Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.1 Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha. 2 Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan 1 2
Company Profil Media Indonesia Ibid
40
41
kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.3 Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta. Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.4 Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat“ yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun. Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dengan Media 3 4
Ibid Ibid
42
Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu dalam karakter kebangsaannya. 5 Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air. Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Sejak 2005, Pemimpin Redaksi dijabat oleh Djajat Sudradjat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang langsung oleh Surya Paloh, di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan Wakil Pemimpin Umum dijabat oleh Andy F. Noya. 6 Pada tahun 2006 sampai dengan saat ini, terjadi beberapa perubahan struktur organisasi. Posisi jabatan saat ini, sebagai berikut : Direktur
5 6
Ibid Ibid
Pemberitaan
dijabat
oleh
Saur
Hutabarat,
Direktur
43
Pengembangan Bisnis dijabat oleh Alexander Stefanus, sedangkan Direktur Umum dijabat oleh Rahni Lowhur-Schad. 2.
Visi dan Misi Media Indonesia Surat Kabar Media Indonesia yang lahir sejah tahun 1970, memiliki visi dan misi yang hingga sekarang terus menjadi acuan dalam setiap menggali dan mengungkap berita untuk disampaikan kepada masyarakat. Adapun visi dan misi tersebut adalah 7 : a. Visi Media Indonesia Media Indonesia memiliki visi sebagai berikut : “Menjadi Surat Kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya, dan paling Berpengaruh” Uraian Visi : 1) Independen Yaitu menjaga sikap nonpartisipan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus partai politi; menolak segala bentuk pemberian yang dapat memepengaruhi objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda. 2) Inovatif Yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia; serta secara terus-menerus
mengembangkan
penyempurnaan perwajahan.
7
Ibid
rubrik,
halaman
dan
44
3) Lugas Yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung.
4) Terpercaya Yaitu selalu melakukan chek dan richek; meliputi berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman. 5) Paling berpengaruh Yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan; memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambil keputusan; mampu membangun kemmapuan antisipatif; mampu membangun network nara sumber; dan memiliki pemasaran atau distribusi yang andal. b. Misi Media Indonesia Adapun misi dari Surat kabar Media Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi pengambil keputusan. 2) Memepertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar. 3) Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang professional dan unggul, mampu mengembangkan perushaaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.
45
B. Siopsis Berita Satu Tahun Pemerintahan SBY Budiono Berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono merupakan berita yang sangat penting. Karena menyangkut perkembangan pemerintahan yang dipimpin SBY Budiono selama satu tahun pertama. Sejumlah peningkatan telah dicapai oleh pemerintahan SBY Budiono, namun banyak juga programprogram pemerintah yang belum maksimal. Evaluasi menjadi salah satu kunci
sukses tidaknya sebuah
pemerintahan. Termasuk bagi kabinet Presiden SBY. Fakta memang memperlihatkan di bidang ekonomi, paling tidak secara makro, klaim keberhasilan itu bukan sekedar bualan. Angka kemiskinan dan pengangguran juga menunjukan tren penurunan. Tidak Cuma itu, peringkat daya saing Indonesia juga meningkat signifikan. Di bidang politik dan keamanan pun, dalam
setahun
belakangan,
memperlihatkan
sejumlah
keberhasilan.
Setidaknya itu yang ditunjukkan Polri. 8 Di tengah sejumlah keberhasilan itu, harus jujur diakui kinerja kabinet belum memuaskan. Salah satunya upaya untuk merevisi UU No.13/2003 tentang ketenagakerjaan. Padahal upaya revisi itu sudah dilakukan sejak 2006. Yang belum memuaskan tentu saja kinerja kabinet terkait dengan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Pengungkapan kasus mafia hukum baru menyentuh pelaku-pelaku kelas teri, belum kakap. Sementara skandal kasus Bank Century juga belum tuntas. Persoalan-persoalan lain seperti lapangan kerja, sektor rill dan penyerapan anggaran yang belum
8
Harian Media Indonesia, Edisi 20 Oktober 2010
46
menunjukkan
perbaikan.
Perkara-perkara
itulah
yang
menimbulkan
ketidakpuasan.9 Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1 Oktober 2010, empat angka merah itu diberikan untuk kinerja hubungan internasional, kinerja ekonomi, kinerja hukum dan kinerja politik. Tingkat kepuasan untuk empat bidang itu berada di bawah 50 %.10 Ketidakpuasan yang diperlihatkan publik terhadap pencapaian yang terlalu sedikit dari yang seharusnya bisa, kemudian menjelma menjadi revolusi, dari pengalaman sejarah, terjadi karena terlalu sedikit orang yang menikmati keuntungan dari penderitaan terlalu banyak orang dalam proses bernegara. Bibit-bibit itu mulai dari dalam demonstrasi yang merebak pada setiap momentum.
9
Ibid Harian Media Indonesia, Edisi 21 Oktober 2010
10
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono merupakan berita yang penting dan mendapat perhatian publik. Karena menyangkut perkembangan pemerintahan yang dipimpin SBY - Budiono selama satu tahun pertama di periode kedua. Berita ini menyita perhatian publik bahkan sejak beberapa hari sebelum tanggal 20 Oktober 2010 atau yang bertepatan dengan satu tahun pemerintahan SBY - Budiono. Beberapa hari sebelum satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, para pemimpin lembaga Negara berkumpul di gedung DPR. para pemimpin lembaga negara bertemu setelah sebelumnya mereka bertemu di Istana Bogor. Kemudian menariknya ini, situasi politik pada saat itu ada kencang sekali isu penggulingan SBY dan akan ada demo besar-besaran. walaupun tidak dibahas secara khusus dalam pertemuan itu namun pertemuan itu tetap menjadi menarik apalagi ini di Oktober 2010 dan apalagi ada pertemuan sebelumnya tanggal 21 Januari 2010. Jadi tanggal 21 Januari itu para elit Negara bertemu, dan tanggal 18 itu pertemuan lanjutan dari Bogor. Kalau di Bogor itu bicara tentang tidak akan ada pemakzulan karena waktu itu masih kencang isu tentang century kemudian di tanggal 19 Oktober itu terkait pertemuan tanggal 18 Oktober terkait dengan demo besarbesaran untuk menggulingkan SBY.1
1
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
47
48
Salah satu media yang cukup intens dalam melaporkan perkembangan Satu Tahun Pemerintahan SBY - Budiono adalah harian Media Indonesia. Harian yang memberitakan satu tahun pemerintahan SBY - Budiono sejak sebelum hari H hingga sesudah hari H dengan kritis. Media Indonesia memberitakan pada edisi 19 Oktober 2010 hingga 21 Oktober. Bahkan pada tanggal 20 Oktober memberikan rubrik khusus tentang perkembangan pemerintahan yang dipimpin Presiden SBY beserta Wapres Budiono. Pemberitaan seputar satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dikemas dalam rubrik Headline. Pengemasan pesan pada masing-masing berita tentang satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dianalisis dengan metode analisis framing model Pan dan Kosicki. A. Bingkai Media Indonesia 1. Judul berita : “Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan” (19 Oktober 2010) Di edisi ini, Media Indonesia mengangkat berita terkait satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dengan juduh Headline “Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan” dan diteruskan dengan Lead “Pertemuan itu terkesan sebagai sarana proteksi konstitusional dan ekspresi ketakutan yang berlebihan” dengan latar “ 2 hari menjelang setahun usia pemerintahan SBY - Budiono, tujuh pemimpin lembaga negara berkonsolidasi”. Adapun narasumber yang digunakan tekait berita ini adalah dari Effedy Ghazalli (pakar komunikasi politik), Taufik Kiemas (Ketua MPR), Irman Putra Siddin (pakar hukum tata negara), Lukman Hakim Syaifuddin (wakil ketua MPR / politisi Partai Persatuan Pembangunan).
49
Tabel 4.1 Judul berita : “Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan” (19 Oktober 2010) Elemen
Unit Headline Lead
Latar
Kutipan
Sintaksis Pernyataan
Startegi penulisan Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan Pertemuan itu terkesan sebagai sarana proteksi konstitusional dan ekspresi ketakutan yang berlebihan 2 hari menjelang setahun usia pemerintahan SBY - Budiono, tujuh pemimpin lembaga negara berkonsolidasi. 1. Effendi Ghazali (pakar komunikasi politik) “Setiap pertemuan itu pasti terkait konteks”. 2. Taufik Kiemas (Ketua MPR) “bagus kalau kita bisa bertemu setidaknya empat kali setahun”.
Keterangan Headline Quotation Lead
Paragraf 2
Paragraf 5
Paragraf 9
1. Irmanputra Siddin (Pakar Paragraf 1 hukum tata Negara) “pertemuan itu terkesan sebagai sarana proteksi konstitusional yang lahir dari kecemasan politik pemerintah. Jauh lebih bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara jika pertemuan itu digelar sebelum presiden berpidato soal Malaysia atau setelah terjadi bencana Wasior.” 2. Lukman Hakim Saifuddin (wakil ketua MPR/politikus PPP) “pertemuan itu tidak membahas secara khusus antisipasi penggulingan pemerintahan. Pertemuan itu
50
justru mencari kesepahaman fungsi penyeimbang antarlembaga negara. Penutup
Who
What Skrip Why
When
Tematik (paragraf proposisi, hubungan antar kalimat)
Retoris
“pertemuan menyepakati pentingnya empat pilar utama negara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.” Irmanputra Siddin, Effendi Ghazali, Taufik Kiemas, Lukman Hakim Saifuddin Tujuh pemimpin lembaga Negara bertemu dan berkonsolidasi Para pemimpin itu bertemu ditengah merebaknya mimpi – mimpi penggulingan SBY Budiono. Pukul 10.00 WIB
Paragraf 10
paragraf 5,9,10 Lead
Paragraf 4
Paragraf 3
Where Gedung Parlemen, Jakarta Paragraf 3 How Detail,koherensi, 1. Hanya dua hari menjelang bentuk kalimat setahun usia pemernintahan Presiden SBY, tujuh pemimpin lembaga negara berkonsolidasi. 2. Para pemimpin itu bertemu di tengah merebaknya mimpimimpi penggulingan SBY pada 20 Oktober, tepat setahun usia pemerintahan SBY-Boediono. karena itulah, muncul tafsir bahwa pertemuan itu untuk merapatkan barisan. Leksikon 1. Diplomatis = berhati-hati Paragraf 1 dalam mengungkapkan pendapat 2. Merebak = tersebar 3. Proteksi = perlindungan 4. Penggulingan = penjatuhan Grafis
Tampak foto Taufik Kiemas
1,
51
yang sedang menatap presiden SBY,beserta Presiden SBY sambil memegang kedua tangannya, Ketua MK Mahfud MD, Ketua KY Busro Muqoddas dan Ketua DPR Marzuki Ali
Penjelasan: Frame Media Indonesia mengenai pemberitaan satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dapat dilihat dari Sintaksis. Pada edisi 19 Oktober 2010 atau H-1 sebelum tepat satu tahun pemerintahan SBY - Budiono diawali dengan judul “Pemimpin Lembaga Negara Rapatkan Barisan”. Judul berita di edisi ini nampak memperlihatkan pandangan Media Indonesia mengenai pertemuan ini sebagai sarana untuk memperkuat posisi dari pemerintah. Hal ini karena pertemuan yang berlangsung di Gedung DPR itu dihadiri oleh pemimpin Lembaga Negara seperti Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua MK Mahfud MD, ketua KY Busro Muqoddas dan Ketua BPK Hadi Purnomo. Pertemuan ini meruapakan pertemuan lanjutan yang sebelumya pernah terjadi, tanggal 21 Januari itu para elit Negara bertemu di Bogor, dan tanggal 19 itu pertemuan lanjutan. Kalau di Bogor itu bicara tentang tidak akan ada pemakzulan karena waktu itu masih kencang isu tentang century kemudian di tanggal 19 Oktober itu terkait pertemuan tanggal 18 Oktober terkait dengan demo besar-besaran untuk menggulingkan SBY.2
2
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
52
Pada lead tertulis “pertemuan itu terkesan sebagai sararan proteksi konstitusional dan ekspresi ketakutan yang berlebihan.” Dari lead yang ditampilkan merupakan jenis quotation lead karena pada lead tersebut mengambil kutipan dari narasumber, yakni dari pernyataan Irmanputra Siddin. Lead tersebut menunjukkan ketakutan yang berlebihan dari pemerintah. Sehingga mengadakan pertemuan untuk kedua kalinya sebagai sarana untuk memperkuat diri. Hal ini karena ada isu yang merebak pada tanggal 20 Oktober 2010 akan ada demo besarbesaran untuk menggulingkan pemerintahan SBY - Budiono. Latar informasi berisi tentang, 2 hari menjelang setahun usia pemerintahan SBY - Budiono, tujuh pemimpin lembaga negara berkonsolidasi. Mereka menggelar pertemuan selama 4 jam kemarin. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan yang dilakukan di Bogor dan pertemuan itu memang tidak membahas secara khusus tentang antisipasi demo besar-besaran namun walaupun tidak dibahas secara khusus pertemuan itu tetap menjadi menarik apalagi di Oktober 2010. Mereka berkumpul saja itu bagi Media Indonesia peristiwa politik besar karena di tengah isu tentang bagaimana para pemimpin, bagaimana kekuatan sippil ingin menggusur SBY pada waktu itu.3 Media Indonesia mengutip narasumber sebagai seumber informasinya terkait pemberitaan tentang Satu tahun pemerintahan SBY - Budiono dari sisi tata Negara, Komunikasi Politik, dan dari sisi anggota koalisi mengenai pertemuan tersebut. Dalam pengutipan narasumber, Media Indonesia menyoroti pertemuan
3
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten kepala divisi pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
53
itu. Pertama dari sisi tata negara, Media Indonesia mengutip dari pakar tata negara Irman Putra sidin. Yang menyatakan : “Pertemuan itu terkesan sebagai sarana proteksi konstitusional yang lahir dari kecemasan politik pemerintah. Jauh lebih bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara jika pertemuan itu digelar sebelum Presiden berpidato soal Malaysia atau setelah terjadi bencana Wasior.” Dari sisi ini, terlihat Media Indonesia memang menyoroti pertemuan ini apakah etis dilaksanakan atau tidak. Mengingat pada saat yang bersamaan ada bencana di Wasior. Dari segi komunikasi politik, Media Indonesia mengutip dari Effendy Ghazali mengenai hal ini. “Setiap pertemuan itu pasti terkait konteks”. Dari kutipan tersebut, konteks yang dimaksud lebih menekankan pada pertemuan yang berlangsung di Gedung DPR yang ditafsirkan sebagai sarana konstitusional karena adanya isu-isu yang merebak bahwa pada tanggal 20 Oktober 2010 merupakan hari penggulingan pemerintahan SBY - Budiono. Media Indonesia menulis kutipan dari Lukam Hakim Syaifuddin yang merupakan anggota koalisi dari pemerintah dan ditutup dengan pernyataan dari Taufik Kiemas agar lebih berimbang. “pertemuan itu tidak membahas secara khusus antisipasi pengulingan pemerintahan. Pertemuan itu justru mencari kesepahaman fungsi penyeimbang antarlembaga Negara.”
Pada analisis Skrip dapat dilihat dari unsur kelengkapan berita yakni 5W+1H yaitu: (Who) Pemimpin Lembaga Negara, (What) Tujuh pemimpin Lembaga Negara bertemu dan berkonsolidasi, (Why) Para pemimpin itu bertemu
54
ditengah merebaknya mimpi – mimpi penggulingan SBY - Budiono, (When) Pukul 10.00 WIB, (Where) Gedung Parlemen, Jakarta. Yang ditonjolkan dalam pemberitaan ini adalah aspek What yakni tujuh pemimpin Lembaga Negara bertemu dan berkonsolidasi. Hal ini mengindikasikan bahwa Media Indonesia ingin agar pembacanya tampak menyoroti pertemuan tersebut yang ditafsirkan sebagai sarana proteksi konstitusional karena terkait isu-isu yang merebaknya mimpi-mimpi penggulingan SBY pada 20 Oktober 2010. Pada analisis tematik, ada dua tema yang dikemukakan oleh Media Indonesia dalam berita ini. tema yang pertama adalah hanya dua hari menjelang setahun usia pemernintahan Presiden SBY, tujuh pemimpin lembaga negara berkonsolidasi. Tema yang kedua yaitu Para pemimpin itu bertemu di tengah merebaknya mimpi-mimpi penggulingan SBY pada 20 Oktober,tepat setahun usia pemerintahan SBY-Boediono.karena itulah, muncul tafsir bahwa pertemuan itu untuk merapatkan barisan. Pada analisis retoris Media Indonesia memperlihatkan dengan perangkat leksikon untuk menonjolkan yakni berupa kata-kata untuk menekankan pesan berita yang hendak disampaikan yakni “merebak, penggulingan dan mimpimimpi. pada kata merebak, mimpi-mimpi dan penggulingan terdapat pada kalimat “para pemimpin itu bertemu di tengah merebaknya mimpi-mimpi penggulingan SBYpada 20 Oktober 2010”. Kata merebak berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah meluas.4 Kata merebak merupakan kata ganti dari kata meluas
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008). h.1151
55
sehingga lebih menarik. Penggunaan kata mimpi-mimpi penggulingan merupakan penegasan Media Indonesia kalau menjatuhkan pemerintahan SBY - Budiono hanyalah angan-angan belaka dan sulit untuk terjadi. Dari unsur grafis, yaitu gambar Taufik Kiemas yang sedang menatap presiden SBY,beserta Presiden SBY sambil memegang kedua tangannya, dan didampingiMahfud MD (Ketua MK), Marzuki Alie (Ketua DPR), Busyro Muqoddas (Ketua KY). 2. Berita dengan judul “Demokrat Nilai Posisi Golkar di Sekber Sia-Sia” (edisi 20 Oktober 2010) Pada edisi 20 Oktober, Media
Indonesia mengangkat berita tentang
gesekan yang terjadi antara partai Demokrat dan partai Golkar. Dari Headline, media mengangkat dengan judul “Demokrat Nilai posisi Golkar di Sekber SiaSia” dilanjutkan dengan Lead “Hubungan Demokrat PDIP kian mesra. Namun, PDIP menolak jadi alat untuk menakut-nakuti Golkar.” Latar dalam berita ini adalah “Partai Demokrat melancarkan serangan kepada partai Golkar”. Naarasumber yang digunakan dalam berita ini adalah Jafar Hafsah (Ketua Fraksi Partai Demokrat), dan Setya Novanto (Ketua Fraksi Partai Golkar)
56
Tabel 4.2 Berita dengan judul “Demokrat Nilai Posisi Golkar di Sekber Sia-Sia” (edisi 20 Oktober 2010) Elemen
Unit Headline Lead
Latar
Kutipan
Sintaksis Pernyataan
Startegi penulisan Demokrat Nilai posisi Golkar di Sekber Sia-sia Hubungan Demokrat – PDIP kian mesra. Namun, PDIP menolak jadi alat Demokrat untuk menakutnakuti Golkar Partai Demokrat melancarkan serangan kepada partai Golkar. 1. Jafar hafsah,(ketua fraksi partai Demokrrat) “Kadang bermanfaat,kadang tidak. Jadi manfaatnya kadang-kadang saja” 1. “Tidak sepenuhnya Golkar menopang kebijakan pemerintah. Ia menyatakan sikap oportunistis Golkartampak dalam pembahasan kasus Bank Century di DPR”. (Setya Novanto) 2. “semua anggota koalisi mempercayai komitmen Gokar. Komitmen Golkar antara lain tetap bersikap kritis terhadap pemerintah.” (Setya Novanto) 3. “setiap anggota sekber jangan saling menyerang karena hal itu sama sekali tidak efektif. Juga jangan mencampuri hal-hal
Keterangan Headline Quotation Lead
Paragraf 2
Paragraf dan 8
Paragraf 5
paragraf 6
Paragraf 7
3,5
57
Skrip
Tematik (paragraf proposisi, hubungan antar kalimat)
yang menjadi urusan fraksi atau partai masing-masing” (Setya Novanto) 4. “pihaknya masih terikat dengan hasil Kongres bali yang meneteapkan PDIP sebagai partai penyeimbang. PDIP tidak mau menjadi alat Demokrat untuk menakut-nakuti Golkar.” (Puan Maharani) Penutup Evaluasi itu berpeluang berujung apda permobakan kabinet sehingga wapres Boediono pun terpaksa memepersingkat kunjungannya ke China agar bisa menghadiri rapat tersebut. Who Demokrat dan Golkar What Gesekan antara Demokrat dan Golkar Why Demokrat menilai sia – sia keberadaaan Golkar di Sekber When 6 Mei 2010 Where Jakarta Paragraf 2 Istana Bogor Bali How Presiden akan menggelar rapat kabinet di Istana Bogor, evaluasi itu berpeluang berujung perombakan kabinet. Detail,koherensi, 1. Partai Demokrat Paragraf 2 bentuk kalimat melancarkan serangan kepada Partai Golkar. 2. gesekan antara Demokrat Paragraf 8 dan Golkar dipicu wacana perombakan kabinet. Golkar ingin menambah jumlah
58
3.
Retoris
menterinya sehingga memicu kemarahan elite Demokrat. Hubungan demokrat dan PDIP kian mesra sejak Dan Kepastian apakah PDIP masuk kabinet atau tidak. Kontribusi Menopang Mesra mendepak
Leksikon
1. 2. 3. 4.
Grafis
Tampak grafis yang menjelaskan tentang pasang surut Demokrat vs Golkar
Paragraf dan 11
10
Paragraf 3 Paragraf 5
Pada tanggal 20 Oktober 2010 atau bertepatan dengan satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, Media Indonesia mengangkat berita tentang gesekan antara kubu dari partai Golkar dan partai Demokrat. Gesekan tersebut terkait kasus century sebetulnya. Sebelumnya ada kongsi yang dibangun pada 6 Mei 2010 tetapi Golkar itu suaranya hingga berita ini di turunkan pada saat itu tanggal 20 Oktber 2010 Golkar tetap lebih oposisi dari oposisi.5 Dari gesekan tersebut, kembali memperkuat dugaan kalau partai PDIP akan bergabung di kabinet. Berikut penjelasannya dari struktur Sintaksi, Skrip, Tematik dan Retoris Dari unsur Sintaksis, headline yang dituliskan Media Indonesia “Demokrat Nilai Posisi Golkar di Sekber Sia-Sia”. Headline yang dituliskan Media Indonesia menjelaskan secara langsung bahwa adanya konflik internal antar partai koalisi di kubu penguasa, yakni partai Golkar dan partai Demokrat.
5
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
59
Dalam hal ini partai Demokrat menganggap Partai Golkar di koalisi hanya sia-sia. Kemudian dilanjutkan pada lead, yaitu : “Hubungan Demokrat – PDIP kian mesra. Namun, PDIP menolak jadi alat Demokrat untuk menakut-nakuti Golkar”
Dari lead tersebut, merupakan jenis lead quotation lead. Karena mengutip pernyataan dari Puan Maharani. Penjelasan pada lead di atas merupakan lanjutan dari judul di atas. Yakni Demokrat mulai memanas-manassi Golkar dengan mendekati PDIP yang kian hari semakin mesra. Terbukti dengan beberapa kali nya Taufik Kiemas dan Puan Maharani bertemu dengan Presiden SBY yang membahas kemungkinan masuknya PDIP ke dalam kabinet. Media indonesia mengangkat berita ini dengan Latar informasi dalam berita ini adalah Partai Demokrat melancarkan serangan kepada partai Golkar. Karena selama berkoalisi sejak awal pemerintahan, Demokrat menilai Golkar memiliki kontribusi yang rendah terhadap semua kebijakan pemerintah. Seperti dalam contoh kasus Century, Demokrat mempertanyakan sikap oportunis Golkar dalam pembahasan Century. Media Indonesia mengutip narasumber sebagai seumber informasinya terkait pemberitaan tentang gesekan antara partai Golkar dan Demokrat dari sisi Demokrat, Golkar dan PDIP. Demokrat melancarkan serangan kepada Golkar melalui ketua Fraksi partai Demokrat, yakni Jafar Hafsah. Media Indonesia mengutip pernyataan dari Jafar Hafsah, yakni : “Kadang bermanfaat, kadang tidak. Jadi manfaatnya kadang-kadang saja”
60
Dari kata “kadang-kadang” yang dikeluarkan Jafar Hafsah, Hal ini memang mengindikasikan kalau Demokrat menilai Golkar hanya bermanfaat disaat – saat tertentu saja. Kemudian diperkuat dengan lanjutan dari pernyataan Jafar Hafsah : “Tidak sepenuhnya Golkar menopang kebijakan pemerintah. Ia menyatakan sikap oportunistis Golkar tampak dalam pembahasan kasus Bank Century di DPR.” “komunikasi kami dengan PDIP bagus” Dari pernyataan tersebut semakin menguatkan serangan Demokrat terhadap Golkar yang dinilai memiliki kontribusi rendah terhadap kebijakan pemerintah. Dengan pemberian contoh pada kasus Century. Ditambah dengan kutipan pernyataan dari Jafar Hafsah, yang menngklaim kalau partai Demokrat sudah memiliki komunikasi yang baik dengan PDIP. Hal ini semakin menguatkan kalau PDIP akan masuk di kabinet dan partai Golkar akan di depak dari kabinet. Dari sisi partai Golkar, Media Indonesia mengutip pernyataan dari Setya Novanto yang merupakan ketua Fraksi Partai Golkar. Pernyataan tersebut adalah : “semua anggota koalisi mempercayai komitmen Golkar. Komitmen Golkar antara lain tetap bersikap kritis terhadap pemerintah.” “setiap anggota sekber jangan saling menyerang karena hal itu sama sekali tidak efektif. Juga jangan mencampuri hal-hal yang menjadi urusan fraksi atau partai masing-masing” Dari pernyataan tersebut, Golkar mengklaim kalau semua anggota koalisi masih mempercayai komitmen Golkar yang tetap kritis terhadap pemerintah. ini mengindikasikan kalau Golkar masih merasa nyaman di Sekber partai koalisi walaupun ada isu yang berkembang masuknya partai PDIP dan dikeluarkannya partai Golkar dari koalisi. dari pernyaataan kedua, golkar memberi keterangan
61
yang halus dan seolah menetralisir dengan mengingatkan dengan kalimat “sesama anggota sekber jangan saling menyerang”. Dari pihak PDIP, menanggapi kemungkinan masuknya PDIP ke kabinet Media Indonesia mengutip pernyataan dari Ketua DPP PDIP Puan Maharani. “pihaknya masih terikat dengan hasil Kongres Bali yang meneteapkan PDIP sebagai partai penyeimbang. PDIP tidak mau menjadi alat Demokrat untuk menakut-nakuti Golkar.” Dari pernyataan tersebut, kemungkinan PDIP masuk ke Kabinet menunggu hasil kongres di Bali, apakah masuk atau tidak kedalam pemerintah. PDIP pun menolak sebagai alat pancingan untuk menakuti Golkar karena memang PDIP belum tentu masuk ke koalisi pemerintahan. Pada analisis Skrip dapat dilihat dari unsur kelengkapan berita yakni 5W+1H yaitu: (Who) Partai Demokrat dan Golkar, (What) gesekan antara Demokrat dan Golkar , (Why) Demokrat menilai sia – sia keberadaaan Golkar di Sekber, (When) 6 Mei 2010, (Where) Jakarta, Istana Bogor, (How) Presiden akan menggelar rapat kabinet di Istana Bogor, evaluasi itu berpeluang berujung perombakan kabinet. Dari semua unsur ini, unsur What dan Why yang di tonjolkan dari berita ini yang membahas gesekan antara Demokrat dan Golkar. Dari unsur Tematik, Ada 4 tema yang diangkat dalam berita ini. pertama, yaitu Partai Demokrat melancarkan serangan kepada Partai Golkar. Demokrat menganggap sia-sia keberadaan Golkar di Sekber partai Koalisi. Diawal berita ini, Media Indonesia langsung mengutip dari Jafar Hafsah yang merupakan Ketua Fraksi partai Demokrat yang membeberkan kalau Golkar memberikan kontribusi yang rendah terhadap kebijakan pemerintah. Di tema kedua, Media Indonesia
62
memberikan penjelasan kenapa bisa terjadi gesekan antara Demokrat dan Golkar. Yakni karena adanya wacana perombakan kabinet dan Golkar ingin menambah jumlah menterinya sehingga memicu kemarahan elite Demokrat. Di tema ketiga, Media Indonesia seolah memanas-manasi Golkar dengan membahas tentang kemungkinan masuknya PDIP di kabinet dan didepaknya Golkar dari Kabinet. Ini dibuktikan dengan bertemunya Taufik Kiemas dan Puan Maharani dengan Presiden SBY. Walaupun kemungkinan tersebut masih menunggu Kongres di Bali yang menetapkan apakah PDIP masuk ke dalam kabinet atau tidak dan menunggu sesudah rapat kabinet yang dilakukan di Istana Bogor. Pada analisis Retoris Media Indonesia memperlihatkan dengan perangkat leksikon untuk menonjolkan yakni berupa kata-kata untuk menekankan pesan berita yang hendak disampaikan yakni “Kontribusi, menopang, mesra, mendepak”. Kata kontribusi sebagai kata ganti mempunyai andil.6 Kata ini ditulis untuk mempertegas dan menghemat kata dalam penulisan berita. Pada kata menopang merupakan kata ganti membantu. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, kata menopang berarti membantu.7 Kata mesra pilihan kata yang menggambarkan kalau hubungan Demokrat dan PDIP semakin dekat dan kemungkinan masuknya PDIP dalam kabinet. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, kata mesra berarti sangat erat.8 Kata mendepak berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, berarti mengeluarkan dari perkumpulan.9 Pilihan kata ini
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h.730 Ibid, h. 1481 8 Ibid, h. 908 9 Ibid, h. 314 7
63
untuk memojokan posisi golkar yang memang dalam hal ini akan di keluarkan dari koalisi. Dari grafis Tampak grafis yang menjelaskan tentang pasang surut Demokrat vs Golkar. Grafis ini menjelaskan seluruh gesekan antara Golkar dan Demokrat dari awal sejak dibentuknya sekber, hingga terjadi lagi gesekan karena adanya isu reshuffle kabinet. 3. Berita dengan judul : “Lebih 50% Publik Kota tidak Puas terhadap Budiono” (disi 21 Oktober 2010) Pada edisi 21 Oktobher atau 1 hari setelah satu tahun pemerintahan SBY Budiono, Media Idonesia mengankat berita dari hasil survei yang dilaksanakan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) terkait tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah. Media Indonesia mengangkat Headline “Lebih 50% Publik Kota tidak Puas terhadap Boediono” dilanjutkan dengan Lead “Sebagian besar masyarakat justru merindukan sosok JK yang dianggap mampu mengisi kelemahan SBY”. Latar dalam berita ini adalah “Setahun pemerintahan SBY Budiono
menghasilkan empat angka merah dalam rapor yang dikeluarkan
Lingkaran Survei Indonesia (LSI)”. Narasumber yang digunakan dalam berita ini adalah “Agustinus Budi Prasetyohadi (Direktur strategi pemenangan LSI), Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat), Daniel Sparringa (Staf khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik)
64
Tabel 4.3 Berita dengan judul : “Lebih 50% Publik Kota tidak Puas terhadap Budiono” (disi 21 Oktober 2010) Elemen Sintaksis
Unit Headline
Lead
Latar
Kutipan
Strategi penulisan Lebih 50% Publik Kota tidak Puas terhadap Boediono Sebagian besar masyarakat justru merindukan sosok JK yang dianggap mampu mengisi kelemahan SBY Setahun pemerintahan SBY - Budiono menghasilkan empat angka merah dalam rapor yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) 1. Agustinus Budi Prasetyohadi (Direktur strategi pemenangan LSI) “kan katanya pertumbuhan ekonomi Indonesia 6% lebih, keaaan rupiah makin membaik,tetapi di tingkat bawah tidak begitu. Bukitnya harga naik, masyarakat semakin sulit membeli kebutuhan pokok.” “pemerintah dianggap absen melindungi warga minoritas” “Di bidang keamanan itu masyarakat puas karena penuntasan masalah Aceh. Aceh semakin terintegrasi dengan Indonesia. Sementara itu, di bidang sosial, masyarakat mengaggap SBY tanggap dalam menghadapi bencana-
Keterangan Headline
Quotation Lead
Paragraf 2
Paragraf 6
Paragraf 7
Paragraf 9
65
Pernyataan
Penutup
bencana yang melanda Indonesia”. “di kalangan perkotaan, kepuasan masyarakat merosot menjadi 36,6% dan di kalangan pelajar sebesar 37,5%. Ini menunjukkan publik menginginkan menteri yang lebih kompeten, punya leadership dan militan dalam mencari solusi” 2. Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat) “soal apakah pascaevaluasi itu perlu ada perombakan kabiet atau tidak, Presidenlah yang paling tahu” 3. Daniel Sparringa (Staf khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. “pada akhirnya siapa yang harus digeser dan digusur itu hak dan keputusan Presiden” Agustinus Budi Prasetyohadi (Direktur strategi pemenangan LSI). “tingkat kepuasan terhadap Budiono tidak menyentuh angka 50%. Hanya 32,9 % dari kalangan perkotaan dan 49,9% dari kalangan perdesaan yang menyatakan puas terhadap Budiono. Dari kalangan pelajar, yang mengaku puas dengan kinerja Budiono Cuma 36,6%” Daniel Sparringa (Staf khusus Presiden Bidang
Paragraf 13
Paragraf 14
Paragraf 15
Paragraf 10
Paragraf 15
66
Skrip
Who
What Why
When Where How
Tematik (paragraf proposisi, hubungan antar kalimat)
Detail, koherensi, bentuk kalimat
Retoris
Leksikon
Grafis
Komunikasi Politik. “pada akhirnya siapa yang harus digeser dan digusur itu hak dan keputusan Presiden” 1. Agustinus Budi Prasetyohadi (Direktur strategi pemenangan LSI) 2. Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat) 4. Daniel Sparringa (Staf khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Lebih 50 % Publik tidak puas dengan Budiono Sosok Budiono tidak mampu mengisi kelemahan SBY 1- 10 Oktober 2010 1. Jakarta 2. Istana Bogor Presiden akan menggelar evaulasi kabinet di Istana Bogor 1. Setahun pemerintahan Presiden SBY dan Wapres Budiono menghasilkan empat angka merah dalam rapor yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) 2. Publik ingin wakil presiden seperti JK yang dianggap memiliki karakter yang cepat dan tegas dalam bekerja. Makro dan mikro Paragraf 5 Rapor : buku yang berisi nilai prestasi 1. Tampak foto aksi mahasiswa dengan tidur di depan istana Negara dan foto aksi seorang
67
mahasiswa sedang memeluk guling. 2. Tampak hasil survei yang dikeluarkan LSI tentang tingkat kepuasan publik.
Pada tanggal 21 Oktober 2010 Media Indonesia kembali membahas berita tentang Satu Tahun Pemerintahan SBY - Budiono. Pada edisi kali ini Media Indonesia membahas Survei yang dikeluarkan oleh Lingakaran Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan selama bulan Oktober dan dirilis pada tanggal 20 Oktober mengenai tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah.10 Dari sudut Sintaksis, Headline yang ditampilkan Media Indonesia “Lebih 50% Publik Kota tidak Puas terhadap Budiono”. Headline yang ditulisan Media Indonesia langsung menyoroti sosok Budiono yang dikeluarkan survei LSI dengan hasil tidak puas dari Publik kota. Itu disebabkan karena adanya kasus yang mengganjal dari Budiono, yakni kasus Century. Kemudian dilanjutkan Lead, Lead yang ditampilkan Media Indonesia “Sebagian besar masyarakat justru merindukan sosok JK yang dianggap mampu mengisi kelemahan SBY”. Dari Lead yang ditampilkan, jenis lead ini merupakan quotation lead karena merupakan pernyataan dari Agustinus Budi Prasetyohadi. Dari lead ini, Media Indonesia mengaggap sosok Budiono tidak pas mendampingi SBY yang lebih hati-hati dalam mengambil keputusan sehingga ditafsirkan sebagai sosok yang lamban. Media Indonesia menganggap sosok JK lah yang lebih cocok mendampingi SBY. 10
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pada pukl 17.00
68
Latar yang ditampilkan Media Indonesia menyoroti hasil negatif dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang mengahasilkan empat angka merah dalam pemerintahan. Empat angka merah itu diberikan untuk kinerja hubungan Internasional, kinerja ekonomi, kinerja hukum, dan kinerja politik. Media Indonesia mengambil narasumber untuk pemberitaan ini dari pihak LSI yakni Agustinus Budi Prasetyohadi (Direktur strategi pemenangan LSI), Anas Urbaningrum (Ketua umum Partai Demokrat) dan Daniel Sparringa (Staf khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik). Namun lebih banyak diambil kutipan dari pihak LSI karena terkait penjelasan tentang hasil survei. Dari kutipan yang diambil dari Agustinus Budi Prasetyohadi, hampir semua membahas hasil merah yang ditampilkan LSI. Hanya sedikit yang membahas hasil positif yang dihasilkan pemerintah. kutipan pernyataan Budi yang menunjukan hasil merah yakni “kan katanya pertumbuhan ekonomi Indonesia 6% lebih, keadaan rupiah makin membaik,tetapi di tingkat bawah tidak begitu. Bukitnya harga naik, masyarakat semakin sulit membeli kebutuhan pokok.” “pemerintah dianggap absen melindungi warga minoritas” “di kalangan perkotaan, kepuasan masyarakat merosot menjadi 36,6% dan di kalangan pelajar sebesar 37,5%. Ini menunjukkan publik menginginkan menteri yang lebih kompeten, punya leadership dan militan dalam mencari solusi”
Dari pernyataan itu, menyoroti bagaimana tingkat ekonomi hanya dirasakan oleh sebagian orang. Kata “pertumbuhan ekonomi Indonesia 6%, keadaan rupiah makin membaik” ini membuktikan kalau ekonomi Indonesia
69
hanya mementingkan kalangan tertentu saja, dan tidak benar-benar menyentuh kalangan mikro, terbukti harga-harga semakin naik. Dari kinerja hukum, angka merah yang dikeluarkan LSI karena munculnya kasus penganiayaan terhadap jemaat Ahmadiyyah dan HKBP. Disisi lain, tingkat kepuasan secara keseluruhan dari masyarakat perkotaan menurun menjadi 36,6% dan di kalangan pelajar sebesar 37,5%. Ini menunjukkan masyarakat memang hanya sedikit yang puas terhadap pemerintah. Pada analisis Skrip dapat dilihat dari unsur kelengkapan berita yakni 5W+1H yaitu: (Who) Agustinus Budi Prasetyohadi, Anas Urbaningrum, Daniel Sparringa (What) Lebih 50 % Publik tidak puas dengan Budiono, (Why) Sosok Budiono tidak mampu mengisi kelemahan SBY (When) 1 – 10 Oktber 2010, (Where) Jakarta, Istana Bogor, (How) Presiden akan menggelar evaulasi kabinet di Istana Bogor. Yang ditonjolkan dalam pemberitaan ini adalah sosok Budiono yang tidak mampu mengisi kelemahan SBY. Selama ini masyarakat pun menilai sosok SBY terlalu berhati-hati dan terkesan lamban, karena itulah Budiono yang sebagai wakilnya dianggap tidak mampu mengisi kelemahan SBY. Tingkat kepuasan terhadap Budiono tidak menyentuh angka 50%, hanya 32,9 % dari kalangan perkotaan dan 49,9% dari kalangan perdesaan. Sebagian masyarakat merindukan sosok JK yang dianggap memiliki karakter cepat dan tegas dalam bekerja. Ada 2 tema yang diangkat dalam berita ini, tema pertama yakni Setahun pemerintahan Presiden SBY dan Wapres Budiono menghasilkan empat angka merah dalam rapor yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Pada
70
tema pertama ini Media Indonesia langsung mengagkat tentang hasil survei yang dilakukan LSI mengenai tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah yang menghasilkan empat angka merah. Yakni dibidang ekonomi, hukum, hubungan Internasional, dan kinerja politik. Dari keempat bidang itu, tingkat kepuasan nya tidak menyentuh angka 50%. Pada tema yang kedua dalam pemberitaan ini, Publik ingin wakil presiden seperti JK yang dianggap memiliki karakter yang cepat dan tegas dalam bekerja. Pada tema ini, sosok Budiono diangkat tetapi bukan dari keberhasilannya dalam membantu SBY namun karena sosok Budiono tidak bisa menutupi kekurangan SBY. Sosok JK kembali dimunculkan karena dalam survei LSI, sebagian besar masyarakat justru merindukan sosok JK yang dianggap mampu megisi kelemahan SBY. Dari aspek Retoris Media Indonesia memperlihatkan dengan perangkat leksikon untuk menonjolkan yakni Kata makro dan mikro merupakan kata yang ada pada kalimat “performa ekonomi makro dan mikro”. Kata makro merupakan kata ganti dari kalangan pasar bebas, dan kalangan mikro merupakan kata ganti dari kalangan miskin. Penggunaan kata “rapor” dalam penulisan berita di Media Indonesia, adalah untuk lebih menarik perhatian pembaca karena dalam berita tersebut terkait evaluasi. Kata rapor sendiri berarti buku hasil prestasi belajar, namun Media Indonesia memilih kata ini bukan dari pengertian tersebut, tetapi lebih kepada kata ganti sebagai hasil dari pemerintahan selama satu tahun pemerintahan SBY.
71
4. Komodifikasi Berita di Media Indonesia Pada penelitian ini menggunakan teori ekonomi politik. Di dalam teori ekonomi politik ada 3 entry consep yakni yaitu komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi namun dalam penelitian ini khusus membahas tentang komodifikasi karena komodifikasi terkait perubahan isi dari suatu media yang bisa menjadi nilai tukar. Commodification (komodifikasi) menurut Vincent Mosco digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Kaitannya dalam berita Satu tahun pemerintahan SBY - Budiono yakni adanya sisi yang ditonjolkan oleh Media Indonesia untuk menjadikannya menjadi nilai tukar atau keuntungan. Ada 3 judul yang berkaitan dengan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono di Media Indoensia. Di edisi 19 Oktober 2010 adalah pertemuan pemimpin lembaga negara yang terjadi di Gedung DPR. Pada edisi 20 Oktober 2010, berita yang disajikan di Media Indonesia adalah tentang gesekan yang terjadi antara Demokrat dan Golkar. Pada edisi 21 Oktober 2010, berita yang disajikan di Media Indonesia adalah tentang hasil survei dari Lingakaran Survei Indonesia (LSI) terkait tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan SBY Budiono. Dari ketiga berita yang disajikan tentu menyedot perhatian publik dan dengan mendapat banyak perhatian dari publik tentu Media Indonesia mendapat keuntungan dari hasil penjualan dengan menyajikan Headline berita tersebut.
72
Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada tiga macam yakni Intrinsic commodification (komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi), Ekstrinsik commodification
(komodifikasi
ekstrinsik
atau
komodifikasi
khalayak),
Cybernetic commodification (komodifikasi cibernetik). Pertama, Intrinsic commodification (komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi) yakni proses pengubahan pesan dari sekumpulan data ke dalam sistem makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media. Jadi dalam komodifikasi Intrinsik mengubah isi menjadi nilai tukar. Kaitannya dengan penelitain ini adalah pada proses pembuatan berita di Media Indonesia. Prosesnya berawal dari rapat tingkat kompartemen pada jam 9 dan namanya rapat proyeksi untuk memproyeksikan apa berita-berita yang menarik keesokan harinya, hasil rapat itu yang dihadiri semua kompartemen itu dilaporkan di rapat budjet pukul 12 nah disitu berita apa yang dirapatkan dan dihasilkan muat di halaman berapa berita itu, hingga pukaul 12 itu belum menentukan apa berita utamanya baru kita menentukan berita utamanya itu di pukul setengah 3 disitu baru akan ditentukan judulnya apa, materinya apa kalau kurang ya harus dicari dan mana yang harus di kejar di pukul setengah 3 itu jadi apa pertimbangan utama satu isu menjadi berita utama dari pada yang lain lebih kepada apa yang menurut kami penting untuk di jual kepada publik.11 Dari setiap rapat tersebut, modifikasi disetiap pemberitaan di Media Indonesia akan di lakukan sesuai dengan ideologis dari Media Indonesia agar lebih menarik dan tentu diharapkan untuk mendapat keuntungan. Nilai keuntungan koran ditentukan dari oplah perhari, luas 11
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
73
penyebarannya dan seberapa besar pengaruh berita-berita headline mempengaruhi opini publik / ditindak lanjuti pemberitaannya oleh media massa lain (tv, radio, koran, online) dan pihak-pihak pemegang kebijakan.
Kedua,
Ekstrinsik
commodification
(komodifikasi
ekstrinsik
atau
komodifikasi khalayak) yakni proses modifikasi peran media massa oleh perusahaan media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media kepada konsumen produk yang bukan media di mana perusahaan media memproduksi kahlayak dan kemudian menyerahkannya pada pengiklan. Jadi komodifikasi ekstrinsik adalah khalayak atau pembaca yang bisa menjadi nilai jual. Kaitannya dengan berita satu tahun pesmerintahan SBY - Budiono adalah dengan proses komodifikasi isi seperti yang diatas dan akhirnya menyajikan berita yang menarik perhatian publik seperti momen satu tahun pemerintahan SBY Budiono, tentu Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan jumlah pembaca yang banyak. Dengan jumlah pembaca dan wilayah sebaran koran yang berskala nasional, tentu dapat menjadi nilai jual kepada pengiklan karena dengan jumlah tersebut tentu pengiklan tidak akan ragu mengeluarkan dana untuk memasang iklan di Media Indonesia. Ketiga, Cybernetic commodification (komodifikasi cibernetik) yakni yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam prakteknya dapat dibagi dua, yaitu: a.
Komodifikasi intrinsik adalah khalayak sebagai media yang berpusat pada pelayanan jasa rating khalayak. Media cetak bukan dari rating khalayak namun dari banyaknya oplah karena banyak segmen pada
74
cetak diukur dengan oplah dan luas wilayah koran Media Indonesia. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono yakni pada momen tersebut tentu menyedot perhatian publik sehingga Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan oplah perhari dan sebaran /luas wilayah koran Media Indonesia yang berskala Nasional Karena nilai keuntungan koran ditentukan dari oplah perhari, luas penyebarannya dan seberapa besar pengaruh berita-berita headline mempengaruhi opini publik / ditindak lanjuti pemberitaannya oleh media massa lain (tv, radio, koran, online) dan pihak-pihak pemegang kebijakan. b.
Komodifikasi ekstensif adalah proses komodifikasi yang menjangkau seluruh kelembagaan pendidikan, informasi pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motif atau pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses. Jadi komodifikasi ekstensif adalah sama dengan komodifikasi pekerja namun yang berasal dari luar. Jadi dalam hal ini, SBY dan Budino lah yang menjadi alat untuk menjadi nilai jual dalam pemberitaan ini karena sosok SBY merupakan presiden dan selama satu tahun ini banyak kasus-kasus yang bermunculan seperti kasus century yang menyedot perhatian publik sehingga mendorong media baik media cetak maupun elektronik untuk menjadikan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono menjadi headline.
75
B.
Bahasa Jurnalistik dan Bentuk Pesan Dakwah Terhadap pemerintahan SBY Seperti diketahui, bahasa jurnalistik
dapat dibedakan berdasarkan
bentuknya yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media on line internet. Dalam penelitian ini menggunakan Bahasa jurnalistik surat kabar. Seperti diketahui, karakteristik bahasa jurnalistik ada 17 yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya. Pada penelitian ini, membahas tentang pemberitaan satu tahun pemerintahan SBY Budiono di Harian Media Indonesia. Seperti yang telah di analaisis di atas, terdapat bahasa – bahasa yang digunakan oleh Media Indonesia yang melenceng berdasarkan karakteristik bahasa Jurnalisitk yang telah dikutip di BAB sebelumnya. Seperti contoh kata “mendepak” yang terdapat dalam berita di edisi 20 Oktober 2010. Bahasa tersebut melenceng dari kaidah bahasa jurnalistik, yakni tidak tunduk kepada kaidah etika. Salah satu utama fungsi pers adalah edukasi, mendidik, dengan penggunaan bahasa tersebut mencerminkan Media Indonesia tidak menunjukan etika dalam pemilihan kata-kata di setiap berita. Dalam konteks dakwah, terdapat bentuk pesan dakwah dimana pengertian tersebut membahas tentang pemilihan kata yang tepat. Secara qoulan karimah atau perkataan yang mulia, kata “mendepak” sama sekali tidak mencerminkan kata-kata yang mulia. Berita ini membahasa tentang satu tahun pemerintahan SBY Budiono, seharusnya
76
media lebih memilih kata-kata yang pantas untuk memberitakan seorang pemimpin agar secara etika tidak melenceng. Ada pula kata “penggulingan” yang digunakan Media Indonesia, kata tersebut juga melenceng secara kaidah bahasa jurnalistik. Yakni tidak tunduk kepada etika dalam setiap penulisan kata-kata dalam berita. Secara dakwah, tidak termasuk kedalam qoulan karima karena kata ini tidak termasuk kata-kata yang mulia
dan tidak pantas digunakan untuk pemberitaan seorang pemimpin di
sebuah Negara. Namun tidak semua kata-kata yang digunakan Media Indonesia dalam menyusun berita melenceng dari kaidah bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah. Seperti kata “diplomatis, mesra, rapor” kata – kata tersebut lebih halus dan lebih tepat dalam penulisan berita. Kata “diplomatis”, secara jurnalistik kata tersebut memenuhi kaidah bahasa jurnalistik yakni tunduk kepada etika dan populis. Secara bentuk pesan dakwah juga lebih cocok dan ini termasuk kedalam qoulan karima karena kata ini termasuk kata yang mulia dan sangat pas penggunaannya ketika dalam penulisan berita yang membahas pemimpin dalam sebuah Negara. Penggunaan kata “mesra” dalam penulisan berita di Media Indonesia, sangat pas dalam pemberitaan ini karena secara kaidah bahasa jurnalistik, pemilihan kata ini agar lebih menarik pembaca. Secara dakwah, kata ini termasuk qoulan karimah karena kata ini termasuk kata yang mulia dan pantas digunakan untuk pemberitaan seorang pemimpin di sebuah Negara.
77
Penggunaan kata “rapor” dalam penulisan berita di Media Indonesia, adalah untuk lebih menarik perhatian pembaca karena dalam berita tersebut terkait evaluasi. Kata rapor sendiri berarti buku hasil prestasi belajar, namun Media Indonesia memilih kata ini bukan dari pengertian tersebut, tetapi lebih kepada kata ganti sebagai hasil dari pemerintahan selama satu tahun pemerintahan SBY. Secara jurnalistik, kata ini termasuk kaidah bahasa jurnalistik yakni menarik. Secara dakwah, kata ini juga termasuk qoulan karimah atau kata – kata yang mulia.
C.
Interpretasi Berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono tentu menyedot perhatian
publik. Karena menyangkut perkembangan selama satu tahun pemerintahan di bawah pimpinan SBY di periode yang kedua dengan wakilnya Budiono. Pada penelitian ini, Media cetak yang digunakan adalah Media Indonesia karena Media Indonesia memang dikenal kritis mengenai pemerintahan, terlebih kini berita yang diangkat mengenai satu tahun pemerintahan SBY - Budiono walaupun pada saat yang bersamaan ada bencana alam di Wasior tetapi Media ini tetap mengangkat berita satu tahun pemerintahan SBY- Budiono di bagian Headline. Media Indonesia mengangkat berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono di tiga edisi, yakni 19, 20 dan 21 Oktober 2010. Berita yang diangkat pada edisi 19 Oktober 2010, seputar para pemimpin lembaga Negara yang kembali
bertemu
untuk
berkonsolidasi.
Media
Indonesia
tentu
punya
pertimbangan kenapa mengangkat berita ini, karena bagi Media Indonesia bukan
78
apa yang disepakati dalam pertemuan itu, mereka berkumpul saja itu bagi Media Indonesia peristiwa politik besar karena di tengah isu tentang bagaimana kekuatan sippil ingin menggusur SBY pada waktu itu.12 Pada edisi ini Media Indonesia menganggap menjatuhkan pemerintahan SBY - Budiono hanyalah angan-angan belakan dan sulit terjadi. Beberapa kata yang digunakan untuk mempertegas pandangan Media Indonesia adalah
“mimpi-mimpi penggulingan” mengenai
menjatuhkan SBY – Budiono hanyalah angan-angan belaka. Pada edisi 20 Oktober 2010, seputar gesekan yang terjadi antara Demokrat dan Golkar. Di edisi ini tentang masih terkait century sebetulnya jadi kalau di lihat, ada kongsi yang dibangun pada 6 Mei 2010 tetapi Golkar itu suaranya hingga berita ini di turunkan pada saat itu tanggal 20 Oktber 2010 tetap lebih oposisi dari oposisi Golkarnya.13 Pada edisi ini, Media Indonesia menggunakan beberapa kata untuk mempertegas pandangannya yakni menggunakan kata “mesra dan mendepak”. Kata mesra pilihan kata yang menggambarkan kalau hubungan Demokrat dan PDIP semakin dekat dan kemungkinan masuknya PDIP dalam kabinet. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, kata mesra berarti sangat erat.14 Kata mendepak berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, berarti mengeluarkan dari perkumpulan.15 Kata mendepak kata ganti dari mengeluarkan. Pilihan kata ini untuk memojokan posisi golkar yang memang dalam hal ini akan di keluarkan dari koalisi. 12
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00 13 Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00 14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 908 15 Ibid, h. 314
79
Pada edisi 21 Oktober 2010 itu terkait hasil penelitian itu bicara tentang tingkat kepuasan publik kota.16 Di edisi ini bukan hanya mengangkat hasil dari pemerintah yang mendapat angka merah dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tetapi membahas sosok Budiono yang dianggap tidak dapat mengisi kekurangan SBY yang dianggap sosok yang lamban. Di edisi ini sosok Budiono menjadi sorotan, karena memang menurut Media Indonesia kinerja Budiono dianggap kurang maksimal. Terbukti, bukan hasil merah yang diangkat menjadi Headline pada edisi ini melainkan hasil angka merah yang mengarahkan ke sosok Budiono yang tingkat kepuasan publik kota menyatakan tidak puas. Terkait berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, Media Indonesia membuat rubrik khusus tentang satu tathun pemerintahan SBY - Budiono yang berisi evaluasi di berbagai bidang namun Lebih kepada puji-pujian lah. Orang mau pasang iklan semua itu saja.17 Pada penelitian ini menggunakan teori ekonomi politik. Di dalam teori ekonomi politik ada 3 entry consep yakni yaitu komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi namun dalam penelitian ini khusus membahas tentang komodifikasi karena komodifikasi terkait perubahan isi dari suatu media yang bisa menjadi nilai tukar. Di analisis seperti yang diungkapkan di atas, ada keterkaitan antara teori ekonomi politik dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono. Di komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi, yakni Media Indonesia memodifikasi
16
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00 17 Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
80
berita sesuai dengan ideologis nya membuat berita dengan menonjolkan sisi tertentu disetiap pemberitaannya agar lebih menarik perhatian publik dan mendapat keuntungan penjualan dari berita tersebut. Di Ekstrinsik commodification (komodifikasi ekstrinsik atau komodifikasi khalayak) yakni khalayak atau pembaca yang bisa menjadi nilai jual. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono adalah dengan komodifikasi isi dan akhirnya menyajikan berita yang menarik perhatian publik seperti momen satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, tentu Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan jumlah pembaca yang banyak dan jumlah pembaca yang banyak inilah yang menjadi nilai jual kepada pengiklan sehingga pengiklan tidak akan ragu untuk memasang iklan di Media Indonesia. Di komodifikasi cybernetik, dalam praktiknya ada 2 yakni komodifikasi intrinsik dan komodifikasi ekstensif. Di komofikasi intrinsik, banyaknya oplah karena banyak segmen pada cetak diukur dengan oplah dan luas wilayah koran Media Indonesia. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono yakni pada momen tersebut tentu menyedot perhatian publik sehingga Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan oplah perhari. Komodifikasi ekstensif sama dengan komodifikasi pekerja. Pekerja disini merupakan yang berasal dari luar karena. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono, SBY dan Budiono lah yang menjadi nilai jual. Karena sosok SBY yang merupakan presiden terlebih ini periode ke duanya dan Budiono merupakan wakil presiden di periode kedua SBY ditambah dengan timbulnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik seperti kasus century yang mendorong seluruh media
81
baik media cetak dan elektronik untuk menjadikan satu tahun pemerintahan SBY Budiono menjadi headline di media massa khususnya Media Indonesia sebagai evaluasi selama satu tahun pemerintahan SBY Budiono. Dalam penelitian ini juga melihat bagaimana berita – berita yang ditampilkan sesuai dengan bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwahnya. Secara bahasa jurnalistik dan secara dakwah, masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik seperti kata “mendepak, penggulingan” kata ini tidak tunduk kepada etika yang termasuk kedalam kaidah bahasa jurnalistik dan secara dakwah kata ini tidak termasuk kedalam qoulan karimah atau perkataan yang mulia. Dalam setiap penulisan berita di Media Indonesia memang banyak prosesnya dan ada pertimbangan khusus di setiap pemilihan kata. Namun seharusnya Media Indonesia harus lebih memperhatikan kata-kata yang lebih sopan terlebih ketika memeberitakan sorang pemimpin di sebuah Negara.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis mengenai framing analysis untuk menganalisis teks meia cetak dalam mengemas berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono di harian Media Indonesia pada edisi 19 sampai 21 Oktober 2010. Dari pembahasan sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengemasan berita yang dilakukan Media Indonesia terkait satu tahun pemerintahan SBY Budiono lebih menekankan kepada evaluasi selama satu tahun pemerintahan yang dipimpin SBY dan Budiono. Terlihat dari berita yang disajikan, evaluasi tersebut menyangkut kinerja pemerintahan yakni dibidang hubungan internasional, bidang ekonomi, bidang penegakan hukum dan kinerja politik. Dari keempat angka merah tersebut kemungkinan adanya reshufle. 2. Bahasa jurnalistik dan pesan dakwah terhadap pemerintahan SBY di Media Indonesia masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik yakni tidak tunduk kepada etika seperti kata “mendepak” dan “penggulingan” dan secara dakwah, kata – kata tersebut tidak sesuai dengan qoulan karimah atau perkataan yang mulia apalagi ini berita tentang seorang pemimpin di sebuah Negara.
82
83
B. Saran 1.
Redaksi Harian Media Indonesia sebagai perusahaan yang produknya informasi, maka seharusnya menjadikan Media Indonesia sebagai sarana menyampaikan informasi, bukan sebagai agent of Propaganda bagi pembaca.
2.
Seorang
wartawan,
ketika
melaporkan
berita,
diarapkan
dapat
menanggalkan bias-bias, (tidak mengikut sertakan opini, ideologi, dan keberpihakan wartawan terhadap suatu persitiwa) 3.
Bagi seorang wartawan dan tim redaksi Media Indonesia seharusnya lebih menggunakan kata-kata yang sesuai kaidah bahasa jurnalistik agar sesuai etika dan lebih menggunakan kata-kata yang mulia terlebih dalam memberitakan seorang pemimpin di sebuah Negara.
4.
Bagi pembaca, hendaknya dapat memahami makna yang terdapat di media massa, dengan mencermati kata, kalimat istilah, isi berita serta validitas sumber informasi yang tersaji di media masa. Serta aktif mencari informasi yang sama dari sumber media cetak yang berbeda, untuk mengetahui kualitas kebenaran sebuah informasi, serta tidak meneriman informasi secara apriori.
5.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dalam penelitian menengai Analisis Framing
dan
menggunakan
Teori
Ekonomi
Politik
mampu
mengembangkan dari penelitian ini dan tidak hanya pada tataran Komodifikasi, melainkan menggunakan Spasialisasi dan Sturkturasi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Al Thalib, Hisham, Panduang Latihan Bagi Juru Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1991
Assumti Kumanti, Maria, Dasar-Dasar Publik Relation Teori dan Praktik, Jakarta: Grasindo, 2002 A Partanto, Pius dan M. Dahlan Al bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka,1994
Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta:Kencana,2007
Djunarto, Totok, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000
Effendi, Onong Uchjana.
Dinamika
Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 1986
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengatar, Penerjemah Agus Dharma, dkk . Jakarta: Erlangga, 1996
Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication, London: SAGE Publication, 1996 M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003 Nazin, Moh., Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 1999
85
Nugroho, Eriyanto, Frans Suadiarsis, Politik Media Mengemas Media, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999
S. Nggao, Fredy, Evaluasi Program, Jakarta: Nuansa Madani, 2003
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Sosial dari Denzin Guba dan Penerapannya, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2001
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Sumadiria,AS. Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005
_________________. Bahasa Jurnalistik, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006
Syamsul M. Romli, S.ip, Asep, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (BandungL PT Remaja Rosdakarya, 2005
Tebbel, Jhon. Karier Jurnalistik. Penerjemah Dean Prataty Rahayuningsi, Semarang: Dahara Prize, 2003
Sumber dari internet
“Materi Ilmu Komunikasi”, artikel diakses pada tanggal 5 April melalui web http://komunikasi.maherna.com/2011/01/teori-ekonomi-politik-media/ Fajar, “Pengertian Evaluasi Menurut Pakar.” Artikel diakses pada 18 Maret 2011 dari http://bangfajars.wordpress.com/2009/09/03/pengertian-evaluasi-menurut-pakar/ Artikel diakses pada 18 Maret 2011 dari http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=108:per&cati d=47:mnpemr&Itemid= 29
86