ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH
Muhamad Zulfahmi
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH
Muhamad Zulfahmi 107092003408
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432
PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah”, yang ditulis oleh Muhamad Zulfahmi NIM 107092003408, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis tanggal 28 Juli 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP
Ir. Junaidi, M.Si
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Siti Rochaeni, M.Si
Drs. Acep Muhib, MM
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Drs. Acep Muhib, MM NIP. 19690605 200112 1 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN
Jakarta, Agustus 2011
Muhamad Zulfahmi 107092003408
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Kewarganegaraan Status Tinggi, Berat Badan Agama Alamat Nomor Kontak e-mail IPK
: Muhamad Zulfahmi, SP : Laki-Laki : Jakarta, 18 April 1989 : Indonesia : Belum Menikah : 170 cm, 65 kg : Islam : Jl. Olahraga II No. 18, Rt. 012 Rw. 05, Kel. Cililitan, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur, 13640 : Hp. 0857-80061671 / 021-91952739 Hm. 021-8001560 :
[email protected] : 3,84
RIWAYAT PENDIDIKAN 2007 – 2011 2004 – 2007 2001 – 2004
: S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta : SMA Negeri 48 Jakarta : SMP Negeri 126 Jakarta
KEMAMPUAN 1. 2.
Mampu mengoperasikan Microsoft Office, Internet dan aplikasi e-mail serta berbagai program piranti lunak (software). Kreatif, inisiatif, jujur, disiplin, bekerja keras, memiliki jiwa kepemimpinan, kemauan untuk belajar, mampu bekerja mandiri maupun di dalam tim, dan mampu berkomunikasi dengan sangat baik.
PENGALAMAN ORGANISASI 2008 – 2009
: Staf Litbang, BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan) Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN TUGAS 2010
: Wakil Ketua Program KKN/S (Kuliah Kerja Nyata / Sosial) Mengembangkan Potensi Perdesaan Menuju Masyarakat Mandiri dengan Proyek Utama Agribisnis Ikan Lele kerjasama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Desa Tajur Halang, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.
RINGKASAN
MUHAMAD ZULFAHMI, Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah (di bawah bimbingan IR. SITI ROCHAENI, M.Si dan DRS. ACEP MUHIB, MM)
Jamur tiram putih adalah komoditi yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi. Usaha jamur tiram putih terlihat menjanjikan karena melihat minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat sehingga berpengaruh positif terhadap permintaan jamur. Model usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah saat ini memiliki beberapa variasi kegiatan, yaitu produksi baglog (media tanam) jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Oleh karena itu, terjadi perubahan pada struktur biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sehingga dinilai perlu dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut mengingat suatu usaha harus mampu mengelola usahanya secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis besar biaya dan tingkat pendapatan pada P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih, dan (2) mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan break event point (BEP). Penelitian yang dibahas melingkupi kajian kegiatan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah serta struktur biaya dan pendapatan selama periode kemitraaan dengan wirausahawan jamur tiram putih. Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah, Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Mei - Juni 2011. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara (depth interview). Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dan informasi dari berbagai literature ilmiah, buku-buku dan lembaga-lembaga terkait. Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode tabulasi dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel 2003. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui besar biaya, tingkat pendapatan dan kelayakan usaha jamur tiram putih. Analisis finansial meliputi analisis pendapatan usaha, analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan atas biaya, dan analisis Break Event Point (BEP).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui besar biaya yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 245.852.240,-. Sejumlah dana yang dikeluarkan tersebut terdiri dari biaya tunai yang menyumbang 96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43% dari keseluruhan biaya. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp. 38.168.010,- dengan 73,65% berasal dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen, 18,99% berasal dari paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan 7,35% berasal dari budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha tersebut mampu menutup keseluruhan pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh dan menghasilkan keuntungan. Berdasarkan hasil analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio) diperolah nilai sebesar 1,16 yang berarti usaha jamur tiram putih tersebut mampu menghasilkan penerimaan Rp. 1.160,- dari setiap seribu rupiah uang yang dikeluarkan. Kemudian pada hasil analisis perbandingan keuntungan atas biaya (B/C ratio) mengeluarkan nilai sebesar 0,16 yang mengindikasikan dari setiap Rp. 1.000,- pengeluaran mampu memberikan keuntungan sebesar Rp. 160,-. Pada hasil analisis break even point (BEP) untuk produksi baglog jamur tiram putih dihasilkan nilai 48.155 baglog (BEP volume produksi), Rp. 1.498,13,- (BEP harga jual), dan Rp. 18.283.272,- (BEP penerimaan), sedangkan untuk paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih diperoleh nilai sebesar 3,25 kumbung (BEP volume produksi), Rp. 8.187.500,- (BEP harga jual), dan Rp. 3.750.000,- (BEP penerimaan) kemudian untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan didapatkan nilai sebesar 13.690,50 kg (BEP volume produksi), Rp. 8.799,62,- (BEP harga jual), dan Rp. 62.209.803,- (BEP penerimaan). Hal tersebut mengindikasikan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah mampu memberikan keuntungan dan tidak merugikan P4S Nusa Indah mengingat kondisi aktual produksinya lebih tinggi dari pada nilai titik impas (BEP). Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besar biaya yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih merupakan gabungan dari biaya tunai yang menyumbang sebesar 96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan dengan persentase tersebut masing-masing terdiri dari biaya produksi baglog jamur tiram putih siap panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%, serta biaya budidaya jamur tiram putih dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74% dan 32,45%. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih yang bernilai positif sehingga mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan. Unit usaha ini memperoleh pendapatan dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen (73,65%), paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih (18,99%), dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan (7,35%). Usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh P4S Nusa Indah dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan mengingat perolehan pendapatan yang cenderung menguntungkan. Hal ini juga ditunjang oleh beberapa hasil analisis usaha yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator kelayakan suatu usaha, yaitu analisis R/C ratio, B/C ratio, dan BEP yang menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah“. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan Allah SWT. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Sejak awal penyusunan skripsi ini hingga terbentuknya suatu karya ilmiah yang utuh dibutuhkan proses yang tidak mudah. Namun, hal tersebut dapat terlewati dengan adanya peran serta orang-orang di sekitar penulis yang selalu memberi dorongan dan dukungan hingga skripsi ini tersusun. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada: 1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Papa Ahmad Zayadi dan Mama Fauziah yang tidak pernah letih memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, doa, semangat, dan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil. Sesungguhnya ananda tak akan pernah dapat membalas semua itu, semoga Allah SWT. selalu memberikan pahala, berkah, kasih sayang, dan perlindungan-Nya kepada mama dan papa tercinta. Syukron jazakumullah khairan katsir atas perjuangannya. 2. Adikku tersayang, Siti Nurochmah dan Muhammad Ilham Ramdani yang memberikan doa, semangat, dan keceriaan disaat penulis merasakan penurunan motivasi dan semangat. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat. Amin. 3. Bibi dan Paman terhormat, Uwa Hj. Tafsiyah dan Uwa H. Ilyas yang sangat baik membantu penulis menyelesaikan anggaran biaya kuliah selama ini. Semoga kebaikannya terbalas dengan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin
4. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir. 5. Drs. Acep Muhib selaku Dosen Pembimbing 2 sekaligus Ketua Program Studi Agribisnis yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir. 6. Achmad Tjahcha Nugraha, SP, MP selaku Dosen Penguji 1 dalam sidang munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir. 7. Ir. Junaidi, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat, dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir. 8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis, yaitu Ir. Mudatsir Najamuddin, M.MA, Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, Ir. Iwan Aminuddin, M.Si, Dr. Edmon Daris, MS, Rizki Adi Puspita Sari, SP, M.MA, Rahmi Purnowati, SP, M.Si, dan masih banyak lagi yang tidak penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis sampaikan atas segala ilmu dan pelajaran selama di bangku perkuliahan maupun di luar itu. Semoga Allah SWT membalasnya. 9. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi, Dekan Fakultas, yaitu Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Pembantu Dekan, yaitu Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA, Dr. Agus Salim, M.Si, Drs. Tabah Rosyadi, MA. Selain itu, Ibu Tari, Pak Amin, Pak Somari, khususnya Kak Dewi Rohmawati dan semua yang selama ini membantu penulis dalam penyelesaian surat-surat administrasi untuk seminar proposal, seminar hasil, sampai ujian munaqosyah skripsi. Semoga Allah SWT membalasnya. 10. Cucu Komalasari dan segenap keluarga selaku pengelola P4S Nusa Indah yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan banyak membantu penulis selama pengumpulan data. viii
11. Umi Haji, Bapak Haji, Dede Supriatna, Teteh Yuyun beserta keluarga, dan Teteh Nyai beserta keluarga yang berkenan menyediakan penulis tempat bernaung sementara selama penelitian dilakukan dan memberikan segala doa, bantuan, dan pengalaman. Semoga Allah membalas dengan Nikmat yang tidak terhingga untuk kalian dan tali silaturahmi kita tetap terjaga. 12. Sahabat, mitra, sekaligus kekasih hati, Rukiyah yang selalu memberikan perhatian, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan bantuan yang tiada henti. Semoga mahabbah ini akan selalu menautkan kita kepada Allah SWT. Amin 13. Keluarga baru, Ibu Umi Kalsum, Bapak Rahmadi, Kakak Rahmi Yuningsih, Umi Arifiyani, Annisa Mareta, dan Sabrina Alifia Nadira serta Kakak Upuko Usamah yang banyak memberikan doa, bantuan, harapan, dan motivasi. Semoga tali silaturahmi dan persaudaraan ini akan selalu terjaga dengan baik. Amin. 14. My pal (“braders” Irvan, Lisan, Andry, Adam, Teguh, Suryadi, Aan, Wahyu, Mico, Abdul, Mamet, Arul, Faisal, Dana, Rian, dan Dudi) serta Agri‟s Girl 2007 atas diskusi, doa dan dukungannya. Semoga Allah membalas dengan Nikmat tak terhingga untuk kalian “brad”, dan tali silaturahmi ini tetap terjaga. 15. Rekan-rekan senior (Ka Mughni ‟04, Ka Buyung „05, Ka Aris ‟05, Ka Jelita ‟05, Ka Reza ‟06, Ka Ajeng ‟06, Ka Ulfa ‟06, Ka Purwanto ‟06, Ka Andi ‟06) dan adik kelas penulis di seluruh angkatan atas doa dan dukungannya. 16. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT memberi keberkahan kepada kita semua. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin. Jakarta, Agustus 2011
Muhamad Zulfahmi ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7 2.1 Biaya Usahatani ................................................................................... 7 2.2 Pendapatan Usahatani ......................................................................... 8 2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani .......................................... 9 2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) ................ 10 2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)................ 10 2.3.2 Analisis Break Event Point (BEP) .......................................... 11 2.4 Jamur Tiram Putih ............................................................................. 12 2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih .................................................. 12 2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih .................................................... 16 2.5 Usaha Jamur Tiram Putih .................................................................. 18 2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih .................. 19 2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih.................................... 24 2.6 Kemitraan Usaha ............................................................................... 30 2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36 2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 45 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 45 3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 45 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 46 3.4.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 47 3.4.2 Analisis Finansial .................................................................... 47 3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 51 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 53 4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah .................................... 53 4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah ..................................................... 54 4.4.1 Azas......................................................................................... 54 4.4.2 Prinsip ..................................................................................... 55 4.3 Lokasi P4S Nusa Indah ..................................................................... 55 4.4 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah ................................................. 59 4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah ....................................................... 62 4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah............. 67 4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ......................... 69 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 87 5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ......... 87 5.1.1 Biaya Tunai ............................................................................. 87 5.1.2 Biaya Diperhitungkan ............................................................. 98 5.1.3 Biaya Total ............................................................................ 103 5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ... 104 5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen ............................................................................. 105 5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih ................................................................ 106 5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan ................................................................. 108 5.2.4 Penerimaan Total .................................................................... 109
xi
5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ...................................................................................... 110 5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ..................................................................... 111 5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) .............. 112 5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio).............. 114 5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP) ......................................... 116 5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ...... 122 5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen ............... 124 5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar .................................... 126 5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ... 128 5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah ..... 131 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 136 6.1 Kesimpulan...................................................................................... 136 6.2 Saran ................................................................................................ 137 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran .................................................... 2 2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007 .......................... 3 3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram ................... 15 4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g ..................................................................... 16 5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram .................... 25 6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan Sebagai Acuan ................. 41 7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Tamansari Tahun 2011 ...................................................................................... 57 8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011 ........... 57 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011......... 58 10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ..................................................................................... 59 11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011 ................. 60 12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah .............................................................. 63 13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011 ...................................................... 65 14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah per Satu Paket (155 Baglog) .............................................................................. 70 15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................. 88 16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 ............ 95 17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ............. 96 18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 99
19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 .... 100 20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 .... 101 21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 103 22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011 ....................... 105 23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011 ......... 107 24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011 .................... 108 25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 109 26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 110 27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 112 28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 114 29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 117 30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 118 31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................... 120 32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011 ............................................... 124 33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah ............... 125 34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011 .................. 127
xiv
35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................................. 131 36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................... 133 37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ............................................................. 134
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Jamur Tiram Putih ............................................................................................. 13 2. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 44 3. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah, Bogor Tahun 2011................................... 61 4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih ............ 62 5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ................................. 119 6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih ......................................... 129 7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan .................................. 130
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 143 2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011...................... 144 3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................ 145 4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 146 5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147 6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147 7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010................................ 148 8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 ............................................................. 148 9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010.......... 149 10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010.......... 149 11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 150 12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 150 13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151
14. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151 15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152 16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152 17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 153 18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah .................. 154 19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 155 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................................ 156
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan kondisi alam yang baik. Daratan yang subur, iklim tropis dengan curah hujan tinggi, matahari yang bersinar sepanjang tahun, serta keanekaragaman hayatinya membuat Indonesia sebagai negara agraris yang potensial. Salah satu yang dimiliki adalah potensi untuk mengembangkan produksi jamur. Hal tersebut dikarenakan sumber daya alam yang dimiliki dan dapat dijadikan sebagai bahan produksi jamur. Bahan tersebut tersedia dalam jumlah banyak dan tersedia sepanjang tahun. Sebagai contoh adalah serbuk gergaji yang berasal dari sisa-sisa penggergajian kayu yang menjadi limbah dan belum termanfaatkan. Menurut Chang (1991) dalam Meiganati (2007:20), serbuk gergaji tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku bagi media pertumbuhan jamur kayu karena jamur kayu dapat tumbuh di semua bahan yang mengandung selulosa, termasuk serbuk kayu yang merupakan limbah industri penggergajian karena mengandung selulosa yang ada dalam semua bagian dalam kayu. Jamur kayu yang umum dibudidayakan dan dikonsumsi antara lain jamur tiram, jamur merang, jamur champignon, jamur morel, jamur lingzhi, jamur emas, dan jamur payung (Suriawiria, 1986:33).
Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Salah satu jenis komoditi tersebut adalah jamur tiram putih yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Jamur tiram memiliki kandungan protein yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jamur dan sayuran lainnya. Kandungan lemak jamur tiram relatif lebih rendah dibandingkan jamur shitake dan tauge. Oleh sebab itu mengkonsumsi jamur tiram sangat baik untuk kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran No
Kandungan Gizi
1
Protein (%)
2
Lemak (%)
3
Jamur Jamur Kuping Shitake 7,7 17,7
Jenis Sayuran Jamur Jamur Tauge Bayam Tiram Merang 30,4 16,0 9,0 3,5
0,8
8,0
2,2
0,9
2,6
0,5
Karbohidrat (%)
87,6
67,5
57,6
64,5
6,4
6,5
4
Serat (%)
14,6
8,0
8,7
4,0
-
-
5
Vitamin C (mg)
-
-
0
0
-
80,6
6
Kalori (Kkal)
347
387
345
274
67
36
7
Calcium (mg)
287
98
33
51
-
257
Sumber : Departemen Pertanian (1982) dalam Manullang (2008:2) Keterangan : (-) Tidak ada data
Salah satu penghasil jamur tiram putih di Jawa Barat adalah di Kabupaten Bogor. Produksi jamur tiram putih di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. 2
Tabel 2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6
Kecamatan
Produksi (kg)
Cisarua Tamansari Pamijahan Rancabungur Leuwi Sadeng Cijeruk Jumlah
173.250 38.300 8.638 4.420 3.000 2.040 229.648
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2007:47)
Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat pada tahun 2004 - 2008 sehingga berpengaruh positif terhadap permintaan jamur. Permintaan jamur yang terus meningkat berapapun jumlah jamur yang diproduksi petani selalu habis terserap oleh pasar. Kenaikannya sekitar 20-25 % per tahun (www.agrina-online.com/show_article, 2008 dalam Manullang, 2008:3). Walaupun demikian, berdasarkan penelitian Meiganati pada tahun 2007, menunjukkan bahwa usaha petani jamur akhir-akhir ini mengalami banyak kemunduran, bahkan di daerah Cisarua, kelompok tani Kaliwung Kalimuncar yang dibina oleh Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, terhenti karena naiknya biaya operasional. Di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, usaha jamur rakyat atas swadaya masyarakat terhenti karena kurangnya SDM yang mampu bekerja pada budidaya jamur. Hal tersebut salah satunya diakibatkan karena bagian tersulit dan paling beresiko dalam kegiatan budidaya jamur adalah dalam pembuatan media tanam (baglog) yang akan diberi bibit (diinokulasi). Kegagalan pada pembuatan baglog tidak akan menghasilkan pertumbuhan jamur. Banyak petani jamur yang belum menguasai teknik pembuatan baglog. Itu sebabnya banyak petani jamur yang
3
memilih untuk membeli baglog yang sudah berusia 40 – 45 hari untuk kemudian dibudidayakan karena petani cukup membuka tutup dan melakukan perawatan, maka jamur tiram putih pun segera tumbuh. Usaha pembuatan baglog (media tanam) jamur tiram putih siap panen inilah yang menjadi fokus utama unit usaha jamur tiram putih di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, namun dalam perjalanannya juga membudidaya dan memasarkan jamur tiram putih apabila ada mitra usaha atau pembeli baglog yang ingin bekerjasama dalam hal tersebut. Salah satu unit usaha unggulan di P4S Nusa Indah ini telah lama berkecimpung pada usaha pembuatan baglog jamur tiram putih siap panen sehingga mampu menghasilkan baglog berkualitas yang siap panen dalam waktu 4 – 5 hari. Dalam pengamatan penulis selama survei pra penelitian, saat ini unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini memproduksi sekitar tujuh paket yang setara dengan mampu menghasilkan 1155 baglog ukuran 17 cm x 35 cm dalam kurun waktu satu pekan. Sementara produksi yang lebih besar dilakukan berdasarkan pesanan. Jika ada yang memesan dalam jumlah besar, maka produksi bisa mencapai 10.000 baglog per bulan. Selain itu, saat ini P4S Nusa Indah juga bekerjasama dengan wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya jamur tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan investasi, pengelolaan, perawatan, dan pemasaran jamur tiram putih. Oleh karena itu, terjadi perubahan pada sumber penerimaan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dilihat perlu dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut.
4
Suatu usaha harus mampu mengelola usahanya secara tepat, mengingat masih terbukanya peluang pasar untuk jamur tiram putih dan perkembangan dunia usaha saat ini yang mengalami kemajuan cukup pesat, namun tingkat persaingan cukup ketat, dan banyak bermunculan berbagai macam jenis usaha baru yang sejenis. Dengan demikian diperlukan suatu analisis terhadap usaha yang dilakukan, oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih yang mengambil lokasi penelitian di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan (P4S) Nusa Indah pada unit usaha jamur tiram putih yang terletak di Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini penelitian ini dapat disusun dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut : 1. Berapakah besar biaya dan tingkat pendapatan pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih? 2. Bagaimanakah kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas (break event point)?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis besar biaya dan tingkat pendapatan pada P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih.
5
2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas (break event point). 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut antara lain, 1. P4S Nusa Indah, hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai bahan informasi dalam melihat dan mengevaluasi kinerja usaha jamur tiram putih. 2. Peneliti, hasil peneltian ini dapat bermanfaat untuk melatih kemampuan penerapan teori perkuliahan, menambah pengetahuan mengenai jamur tiram putih, dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Perguruan Tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi untuk menambah bahan literature serta pengetahuan mengenai usaha jamur tiram putih. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dibahas dalam analisis usaha ini meliputi kajian kegiatan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang terdiri dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Selain itu juga dibahas analisis deskriptif untuk mengetahui keragaan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah. Serta dilakukan pula analisis finansial untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha jamur tiram putih yang dapat dilihat melalui hasil analisis biaya dan pendapatan, R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biaya Usahatani Pengertian biaya dalam usahatani adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal (Soekartawi, 1994:2). Menurut Hermanto (1989:30), biaya dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan atas : a. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : 1) Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. 2) Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalanya : pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja. b. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari: 1) Biaya tunai, adalah untuk biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.
2) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan peralatan, bangunan, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. 2.2 Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi, dkk (1994:76), untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan. Menurut Soekartawi (1994:5) penerimaan adalah total nilai produk yang dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut. Penerimaan usaha yaitu penerimaan dari semua sumber usaha. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani yang dimaksud adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lainlain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Analisis pendapatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang sesungguhnya diperoleh oleh petani dan untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha pertanian. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi biaya hidup, biaya produksi, dan cadangan untuk perkembangan usahatani. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Bagi seorang petani, analisis pendapatan membantu untuk mengukur apakah usaha pada saat itu berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973:23). 8
Lebih lanjut Soeharjo dan Patong (1973:25) menambahkan bahwa usahatani dikatakan sukses bila pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut : a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang melekat pada pembelian tersebut. b. Cukup membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk pembayaran sewa tanah atau pembayaran dana depresiasi modal). c. Cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. 2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Beberapa pengukuran dalam analisis biaya dan pendapatan usahatani yang dikenal adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan, dan merupakan ukuran kemampuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya total termasuk didalamnya biaya-biaya yang diperhitungkan. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan usaha dengan pengeluaran tunai usaha dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai hutang usahatani yang mungkin terjadi. (Soekartawi dkk, 1994:78). Selain itu, untuk menganalisis biaya dan pendapatan usahatani, umumnya disertai dengan analisis lain seperti analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan atas biaya, dan analisis titik impas (break even point). 9
2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) Soeharjo dan Patong (1991:19) menyatakan bahwa rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan biaya satu satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) maka akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada satu satuan mata uang. Sebaliknya, jika nilai rasio lebih kecil dari satu berarti penambahan biaya satu satuan mata uang maka akan menghasilkan penerimaan kurang dari satu satuan mata uang. Suatu usahatani dapat dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, begitupun sebaliknya.
2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) Menurut Soeharto (1997:441), B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) yang dikeluarkan. B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol, semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat
10
yang diperoleh dari usaha tersebut dan menunjukkan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
2.3.3 Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Harmaizar dan Rosidayati (2004:261), analisis break even point (BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjulaan / produksi dan juga dikenal dengan analisis CPV (Cost-Profit-Volume) untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut perusahaan atau suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Titik impas (break even point) merupakan jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan dengan biaya total atau dalam kalimat lain dapat disebutkan bahwa jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi Rp. 0 (nol rupiah) (Horngren, dkk (2005:75). Break even point menjelaskan berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi operasi. Kegunaan dari analisis titik impas antara lain untuk mengetahui volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum memperoleh laba, menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi perusahaan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
11
2.4 Jamur Tiram Putih 2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih Menurut Redaksi Trubus (2010:4), jamur merupakan tumbuhan sederhana. Tubuhnya hanya terdiri dari dua bagian, yaitu tudung dan batang. Tumbuhan ini tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mampu menolah sendiri makanannya. Tudung merupakan bagian yang selama ini dikonsumsi adalah tubuh buah, salah satu fase dalam siklus hidup. Tubuh buah akan menghasilkan spora yang merupakan alat perkembangbiakan. Tudung pada jamur merupakan penciri kelas Basidiomycetes (jamur tingkat tinggi). Salah satu jamur kelas tinggi tersebut adalah jamur tiram (Pleurotus). Di antara semua anggota spesies Pleurotus yang terdiri dari jamur tiram kuning (Pleurotus citrinipileatus), jamur tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jamur tiram merah muda (Pleurotus flabellatus), jamur tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus), jamur tiram raja (Pleurotus umbellatus), dan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), hanya jamur tiram putih yang akhirnya dikenal khalayak. Sekujur tubuh buah jamur tiram ini berwarna putih karena sporanya tak berwarna. Permukaan tudung licin dan agak berminyak. Pada kondisi lembap, tepiannya bergelombang. Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, enak, gurih, dan agak kenyal, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan (Redaksi Trubus, 2010:7).
12
Batang jamur tiram putih setinggi 5 - 10 cm. Batang tersebut menopang tudung tetapi „pertemuan‟ tidak pada pusat lingkaran, melainkan bergeser beberapa sentimeter (cm). Pada jamur liar, di bagian atas batang terdapat cincin yang melingkari batang. Di pangkal, tumbuh cabang-cabang atau batang kecil yang juga menopang tudung. Spora terdapat di permukaan dan di dalam batang. Bagian dalam sering dimanfaatkan untuk perbanyakan di laboratorium karena spora lebih steril (Redaksi Trubus, 2010:4). Jamur tiram putih dikenali dari sosoknya yang seperti payung dengan bentuk tudung (cap) membulat, lonjong, dan agak cekung sehingga mirip cangkang tiram. Lebar tudung 4 - 14 cm, bahkan ada yang mencapai 25 cm. Warna tudung jamur tiram putih adalah sesuai dengan namanya, yaitu putih. Daya tahan tubuh buah (tudung) hanya 1 - 2 hari, setelah itu layu dan keriput. Bentuk tudung ada dua macam, yakni tiram dan corong. Pada bagian bawah dari tudung terdapat sekat-sekat yang disebut gill. Sekat-sekat panjang itu mulai dari batang menuju tudung. Setelah mencapai tudung, sekat bercabang dua. Di sekat-sekat itu juga terdapat jutaan spora sebagai alat generatif yang memenuhi hampir sekujur tubuh buah dan berukuran sangat kecil (Redaksi Trubus, 2010:4-5). Rupa bentuk jamur tiram putih secara umum dapat dilihat pada gambar 1. .
Gambar 1. Jamur Tiram Putih 13
Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram putih. Suhu pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan. Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 26-280C dengan kelembaban 60-80%. Sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 22-250C dengan kelembaban 80-90 % (Redaksi Trubus, 2010:46). Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:16) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor lingkungan yang perlu menjadi pertimbangan bila membudidayakan jamur tiram, yaitu kelembapan, suhu, dan cahaya. Di samping itu, pertumbuhan jamur tiram memerlukan beberapa parameter persyaratan, terutama mencakup temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan, CO2 , dan cahaya. Parameter tersebut memilki pengaruh berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan pertumbuhan, misalnya: a) terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam; b) terhadap pembentukan bakal kuncup jamur; c) terhadap pembentukan tubuh buah; d) terhadap siklus panen; dan e) terhadap rasio antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur Tabel 3 berikut ini menunjukkan faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan budidaya jamur tiram.
14
Tabel 3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram Parameter Pertumbuhan Pertumbuhan Miselia pada Substrat Tanam
Besaran
a.
Temperatur Inkubasi
240C – 290C
b.
RH
90% - 100%
c.
Waktu Tumbuh
10 – 14 hari
d.
Kandungan CO2
5.000 – 20.000 ppm
e.
Cahaya
f.
Sirkulasi Udara
500 – 1000 lux 1 – 2 jam
Pembentukan Bakal Kuncup a.
Temperatur inisiasi pertumbuhan
210C – 270C
b.
RH
90% – 100%
c.
Waktu Tumbuh
3 – 5 hari
d.
Kandungan CO2
< 1.000 ppm
e.
Cahaya
f.
Sirkulasi Udara
500 – 1.000 lux 4 – 8 jam
Pembentukan Tubuh Buah a.
Temperatur inisiasi pertumbuhan
210C – 280C
b.
RH
90% – 95%
c.
Waktu Tumbuh
3 – 5 hari
d.
Kandungan CO2
< 1.000 ppm
e.
Cahaya
500 – 1.000 lux Siap Panen
a.
Interval Waktu
3 - 4 kali / 10 – 14 hari
b.
Jangka Waktu Masa Panen
2 - 4 kali / 7 – 10 hari
c.
Nilai BER
40 - 85
d.
Produksi Rata-rata per log tanam
350 gr
Sumber : Suriawiria (2002:22)
15
Kandungan gizi jamur tiram putih sangat lengkap. Nutrisinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu unsur makro, vitamin, dan mineral, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Karena kelengkapannya itulah maka tumbuhan ini dapat diolah menjadi bahan farmasi. Di antaranya sebagai antikolesterol. Tabel 4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g Kelompok
Unsur Makro
Vitamin
Mineral
Nutrisi
Kandungan
Protein
10 - 30 g
Lemak
0,3 g
Karbohidrat
4,6 g
Serat
2,3 g
Energi
20 kkal
Vitamin A
30 - 144 mg
Vitamin C
4 mg
Niacin
76,90 mg
Vitamin B
65 mg
Karotene
10 mg
Kalsium
5 mg
Fosfor
86 mg
Kalium
258 mg
Besi
1 mg
Sumber : Redaksi Trubus (2010:9)
2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih mempunyai kadar protein tinggi dengan asam amino yang lengkap dan mengandung Vitamin Bl, B2, dan beberapa gram mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K (Pikiran Rakyat (1992) dalam Wati (2000:10)). Manurut Redaksi Trubus (2010:4), kandungan logam berat di jamur tiram juga 16
masih jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam undang-undang Fruit Product Order and Prevention of Food Adulteration Act tahun 1954. Oleh karena itu jamur tiram aman dikonsumsi setiap hari. Jamur tiram dapat disajikan sebagai sayuran yang bisa diolah menjadi “daging” dan sebagai sayur dalam bakso. Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:10) menambahkan bahwa selain lezat, jamur tiram mempunyai manfaat sebagai obat beberapa penyakit. Jamur tiram dikenal masyarakat luas sebagai penurun kolesterol yang ampuh. Berdasarkan hasil penelitian, pleurotus mengandung 2,8 % lovastatin yang dapat menurunkan kolesterol. Selain itu, jamur tiram putih juga memiliki kandungan serat mulai 7,4% sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan Paduan jamur tiram-yoghurt sebagai makanan kesehatan sangat sesuai. Yoghurt terkenal sebagai probiotik, sementara jamur tiram sebagai antikolesterol. Jamur tiram yang digunakan dalam perpaduan ini dapat berupa bentuk potongan ataupun serbuk. Penambahan serbuk jamur tiram mampu menaikkan kadar protein yoghurt menjadi 2,10 % dari sebelumnya 1,84 %, dan kandungan asam laktat menjadi 1,53 % dari sebelumnya 1,08 %. Di samping itu, juga mampu menurunkan kadar lemak yoghurt dari 7,73 % menjadi 4,40 % dan kadar keasaman (pH) dari 3,53 % menjadi 3,45 % (Redaksi Trubus, 2010:10). Peneliti
mycoremediation
menggunakan
jamur
tiram
untuk
mengembalikan atau mengurangi polutan pada tanah. Jamur itu menghasilkan enzim yang dapat memecah senyawa anorganik seperti minyak, racun, dan pestisida. Jamur kayu itu sangat efektif menurunkan kontaminasi pada lahan (Redaksi Trubus, 2010:10). 17
Jamur yang ditanam pada serbuk limbah penggergajian akan merombak limbah tersebut menjadi suatu komoditas yang bermanfaat untuk mengurangi dampak negatif dari limbah serbuk tersebut dan juga dapat menjadi suatu bidang usaha bagi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan karakteristik jamur kayu yang dimiliki jamur tiram putih sehingga mampu tumbuh di semua bahan yang mengandung selulosa (Meiganati, 2007:15). Budidaya jamur tiram putih, selain hasilnya memuaskan dilihat dari produktivitas dan peluang pasarnya, juga masih mempunyai nilai tambah dari baglognya. Baglog jamur tiram putih siap panen dapat dijual kepada petani untuk dibudidayakan, hal ini karena hal tersulit dan berisiko tinggi dalam usaha budidaya jamur tiram putih adalah dalam pembuatan baglog (Wati, 2000:22).
2.5 Usaha Jamur Tiram Putih Berdasarkan penelitian Windyastuti di tahun 2000, usaha jamur tiram putih adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan pada produksi tanaman jamur tiram putih. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Usaha jamur tiram putih yang dilaksanakan dengan tujuan komersil dan bukan untuk keperluan petaninya sendiri mengandung beberapa unsur, seperti unsur lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Keempat unsur tersebut digunakan untuk menghasilkan produk berupa jamur tiram putih yang dipasarkan. Secara umum pemilihan lokasi lahan untuk kepentingan budidaya jamur tiram putih didasarkan pada sifat-sifat hidup jamur, kelembaban dan temperatur. 18
Unsur yang kedua adalah tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Tenaga kerja tetap diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kemampuan khusus, misalnya pemeliharaan, inokulasi dan penangkaran bibit. Tenaga kerja tetap harus diberi bekal kemampuan khusus yang dituntut dalam tugasnya. Unsur usaha jamur tiram putih yang ketiga adalah modal. Modal yang dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram putih terdiri dari modal tetap (investasi) dan modal kerja. Unsur yang keempat adalah pengelolaan. Pengelolaan usaha jamur tiram putih mensyaratkan kemampuan petani untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan usaha dengan mengorganisir dan mengkoordinasikan faktorfaktor produksi yang dikuasai dengan baik untuk menghasilkan produksi yang diharapkan dan memberikan keuntungan bagi usahanya.
2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih Menurut Cahyana, dkk (1999:30), sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih antara lain bangunan, peralatan dan bahanbahan. Budidaya jamur tiram putih secara komersial memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (12 m x 7m) dan tinggi 3,5 m. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri atas beberapa ruangan, yaitu ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman, dan ruang pembibitan.
19
Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan kapur apabila skala produksi usaha itu tidak terlalu besar. Namun, bila skala produksi sudah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan pada ruang terpisah (gudang bahan). Ruang inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat fentilasi yang terbuka lebar. Fentilasi sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Pada perusahaan-perusahaan budidaya jamur tiram putih skala besar, biasanya ruang inokulasi dilengkapi dengan alat pendingin udara (air conditioning). Sterilisasi ruang inokulasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan formalin 2% ke dalam ruangan. Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miserium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi biasa disebut dengan ruang spawning. Ruang ini tidak boleh terlalu lembab, kondisi ruang sebaiknya diatur pada suhu 22-280C dengan kelembaban 60-80%. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. 20
Ruang penanaman atau sering disebut juga dengan ruang growing digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram putih. Ruang ini dilengkapi pula dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan yang dipasang pada rak penanaman ataupun pengabutan yang terpisah dari rak. Pengabutan tersebut berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan dapat diatur dalam kondisi yang optimal (suhu 16-22°C dengan kelembaban 80-90%). Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan untuk proses produksi bibit. Ruang ini diperlukan bila produksi sudah besar. Namun, bila yang digunakan masih sedikit maka lebih efektif bibit dibeli dari produsen bibit sehingga ruang pembibitan tidak diperlukan lagi. Usaha budidaya jamur tiram putih secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh seperti cangkul, sekop, botol atau kayu (untuk memadatkan media tanam), alat pensteril, lampu spiritus dan keranjang pengangkutan yang dibuat dari anyaman bambu atau keranjang plastik. Sprayer penyemporotan (pengabut) untuk penyiraman yang paling sederhana dapat dibuat dari plastik mirip dengan semprotan nyamuk. Sprayer yang cukup efektif untuk penyiraman pada kumbung besar adalah sprayer tabung yang dilengkapi pompa tangan atau tangkai nozzle yang dihubungkan dengan pipa dari tower atau pompa. Untuk kapasitas produksi yang cukup besar diperlukan peralatan yang cukup besar seperti mesin ayakan, mixer (sebagai alat pencampur), filler (sebagai alat pengisi media ke dalam kantong plastik), boiler (sebagai sumber pemanas), dan chamber sterilizer (sebagai alat untuk sterilisasi). 21
Bahan yang perlu disediakan dalam pembuatan subrat jamur adalah serbuk kayu, bekatul, kapur (CaCO3), gips (CaSO4), dapat pula ditambahkan tepung tapioka atau tepung biji-bijian yang lain. Adapun bahan yang perlu disediakan dalam pemeliharaan jamur tiram adalah bibit jamur, kapur, air bersih, lembaran plastik, kawat kasa, daun rumbia, paku, tali dan lain-lainnya. Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat, serat lignin dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidrat, lignin dan serat, sedangkan faktor yarig menghambat antara lain adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Beberapa contoh kayu seperti itu antara lain kayu albasia, randu dan meranti. Serbuk kayu dapat diperoleh secara melimpah pada industri penggergajian atau pabrik-pabrik penggergajian kayu. Serbuk kayu hasil penggergajian dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Namun, hingga saat ini masih banyak pabrik penggergajian kayu yang hanya membuang serbuk kayu tersebut. Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu, serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang terbaik adalah serbuk 22
yang terdiri kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun getah. Namun demikian, serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama sebelum proses lebih lanjut. Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen (N). Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan wangi, rojo lele ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru, belum berbau dan tidak rusak. Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya. Di samping itu, penggunaan bahan gips juga dilakukan guna memperkokoh media agar media tidak mudah rusak. Penggunaan kantong plastik bertujuan untuk mempermudah pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan panas sampai dengan suhu 100°C. Jenis plastik dipilih dari jenis plastik polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budidaya jamur tiram putih antara lain 20 cm x 30 cm, 17 cm x 35 cm, 14cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3 mm - 0,7 mm atau dapat juga lebih tebal. 23
2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Penjelasan lebih lanjut mengenai setiap tahapan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. a. Pemilihan Lokasi Memilih dan menentukan lokasi tanam harus sesuai dengan persyaratan tumbuh jamur tiram putih. Lokasi yang baik untuk tumbuh jamur tiram putih adalah (a) ketinggian tempat 600-1200 m dpl; (b) suhu udara 20-30ºC; (c) lahan produksi diusahakan dekat dengan sumber bahan baku media tanam; (d) terdapat sarana jalan untuk mempermudah transportasi; dan (e) terdapat sumber air yang selalu tersedia. b. Pembuatan Kumbung Kumbung adalah bangunan tempat menyimpan baglog sebagai media tumbuhnya jamur tiram putih yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen. Ukuran kumbung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Adapun tujuannya untuk menyimpan baglog yang tersusun di dalam rak-rak tempat media tumbuh jamur tiram putih. Rak dalam kumbung disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga. c. Pembuatan Media Tanam 1) Persiapan Bahan-bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Pada Tabel 5 berikut ini terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan jamur tiram. Formulasi tersebut 24
umum digunakan oleh beberapa pengusaha jamur kayu. Formulasi dapat dipilih sesuai dengan kondisi tempat budidaya jamur tiram putih. Perbandingan kebutuhan bahan-bahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram No. 1 2 3 4
Formulasi I II III IV
Serbuk Kayu Bekatul (kg) (kg) 100,0 15,0 100,0 5,0 100,0 10,0 100,0 10,0
Kapur (kg) 5,0 2,5 2,5 5,0
Gips (kg) 1,0 0,5 0,5 1,0
Tapioka (kg) 5,0
TSP (kg) 0,5 0,5 0,5
Sumber : Cahyana, dkk (1999:62)
2) Pengayakan Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik karena didalamnya biasanya terdapat potongan kayu yang cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Untuk itu maka serbuk gergaji perlu diayak. dengan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata. Serbuk gergaji yang dipilih berasal dari pohon berdaun lebar yang tidak bergetah seperti albasia, akasia dan kaliandra. 3) Pencampuran Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya dicampur dengan serbuk gergaji. Pencampuran dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pencampur (mixer). Pencampuran harus dilakukan secara merata. Pencampuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips sebagai bahan utama 25
untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber hara atau nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sampai siap dipanen. Bahan-bahan tersebut telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup. 4) Pemeraman Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu malam. Tujuannya untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik. 5) Pewadahan Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan atau campuran media ke dalam plastik polipropiline (PP) yang relatif tahan panas kemudian dipadatkan dengan kepadatan tertentu menggunakan botol atau alat yang lain agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal. Media/baglog yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal. Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan media tanam bagi bibit jamur. 6) Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Menurut Cahyana, dkk (1999:73) sterilisasi 26
dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80-90°C selama 6-8 jam. 7) Pendinginan Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam baglog tidak mati. Pendinginan dilakukan selama 8-12 jam sebelum inokulasi. 8) Inokulasi Kegiatan proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya dengan taburan dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar ±3 sendok makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sedalam 3/4 dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisi bibit yang telah dihancurkan. 9) Inkubasi Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan bibit pada kondisi tertentu, agar miselia jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-28°C. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata. Biasanya media akan tampak putih secara merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak 2 minggu setelah inkubasi. 27
d. Penumbuhan Kegiatan menstimulasi media tanam yang telah maksimal pertumbuhan miselianya agar terjadi pertumbuhan badan jamur. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan perubahan pertumbuhan miselia ke arah pembentukan primordia badan buah jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka tutup baglog agar terjadi proses aerasi. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur sudah siap untuk dilakukan penanaman {growing or farming). Penanaman dengan cara membuka plastik media tumbuh yang sudah penuh miselia tersebut. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka biasanya akan tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut, selanjutnya dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapainya pertumbuhan yang optimal Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 1622°C dengan kelembaban 80-90%. e. Penyiraman Kegiatan penyemprotan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan pada ruang kubung dan media tumbuh jamur. Adapun tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban kubung. Penyiraman dilakukan dengan cara pengkabutan atau disemprot dengan butiran air lembut. f. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan yang dilakukan untuk mengkondisikan media tumbuh dan tubuh buah yang bebas dari organisme pengganggu. Tujuannya untuk menghindari kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama, penyakit dan cendawan pengganggu. Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah tikus 28
dan jamur Neurospora sp (cendawan oncom), Trichoderma sp (cendawam hijau) dan Aspergillus sp (cendawan jelaga). Dalam pengendalian hama pada jamur tiram tidak menggunakan pestisida tetapi menggunakan perangkap serangga. Selain itu, pengendalian penyakit juga dilakukan dengan memperbaiki proses sterilisasi sebagai langkah preventif serta dengan menyingkirkan baglog jamur tiram putih yang terinfeksi penyakit dari kumbung budidaya jamur tiram putih. g. Pengaturan Suhu Ruangan Pengaturan suhu ruangan merupakan suatu kegiatan membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kumbung. Hal ini bertujuan untuk mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan budidaya jamur tiram putih yang. Sasaran perlakuan ini yaitu mendapatkan pertumbuhan jamur yang optimal. h. Pemanenan Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, yaitu cukup besar dengan diameter rata-rata 5-10 cm, tetapi belum mekar penuh. Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur ini umumnya pada 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau 2-3 hari setelah munculnya primordia. Menurut Cahyana, dkk (1999:84) pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pada umur 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel dibagian akarnya saja. Sehingga disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan simpan jamur pun akan lebih lama.
29
2.6 Kemitraan Usaha Secara harfiah kemitraan diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2000:18). Lebih lanjut Hafsah (2000:25) menambahkan bahwa kemitraan adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Kemitraan
merupakan
suatu
strategi
bisnis
maka
keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan sebuah solusi untuk mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi sebagian lapisan masyarakat dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa mendatang. Kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaannya maupun fungsi dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat Menurut Kartasasmita dalam Badan Agribisnis (1999b : 97), kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha antara badan usaha yang sinergis bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, menghidupi, memperkuat dan menguntungkan yang hasilnya bukanlah zero sum game melainkan positive sum game atau win-win solution. Dalam kemitraan usaha jangan sampai ada pihak yang diuntungkan di atas kerugian pihak lain yang merupakan mitra usahanya. Semua pihak yang bermitra harus merasakan keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari kemitraan.
30
Adapun definisi kemitraan secara resmi diatur dalam Undang-Undang Usaha Kecil No 9 Tahun 1995. Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Usaha Kecil menyatakan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Sementara berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97 yang dimaksud dengan kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dan menengah dalam percaturan perekonomian nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi kesenjangan sosial. Kemitraan yang ideal adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat dengan pengusaha kecil yang kuat yang didasari oleh kesejajaran kedudukan dan derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra (Hafsah, 2000:33). Sementara tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan, adalah (1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000: 45).
31
Adapun pola-pola kemitraan yang banyak dilaksanakan oleh beberapa kemitraan usaha pertanian di Indonesia menurut Direktorat Pengembangan Usaha Departemen Pertanian (2002:52) meliputi : 1.
Inti-Plasma Merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra bertindak sebagai plasma. Dalam hal ini, perusahaan mitra mempunyai kewajiban : (1) berperan sebagai perusahaan inti, (2) menampung hasil produksi, (3) membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberikan pelayanan kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi, dan teknologi, (6) mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan perusahaan, dan (7) menyediakan lahan. Sementara kewajiban kelompok mitra : (1) berperan sebagai plasma, (2) mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen, (3) menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra, (4) memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari pola ini adalah : (1) kedua belah pihak saling mempunyai ketergantungan dan sama-sama memperoleh keuntungan, (2) terciptanya peningkatan usaha, dan (3) dapat mendorong perkembangan ekonomi. Namun, dikarenakan belum adanya kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma, kelemahan pola ini menyebabkan perusahaan inti mempermainkan harga komoditi plasma. 32
2.
Subkontrak Subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Kelompok mitra dalam hal ini memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Tugas perusahaan mitra dalam pola subkontrak, meliputi : (1) menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, (2) menyediakan bahan baku / modal kerja, dan (3) melakukan kontrol kualitas produksi. Sementara tugas kelompok mitra adalah : (1) memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, (2) menyediakan tenaga kerja, dan (3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga, dan waktu. Pola subkontrak ini sangat kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas serta terjaminnya
pemasaran
produk
pada
kelompok
mitra.
Namun
sisi
kelemahannya tampak dari hubungan yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi produsen kecil dan mengarah pada monopoli atau monopsoni. 3.
Dagang Umum Salah satu pola kemitraan di mana perusahaan mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Keuntungan pola ini adalah pihak kelompok mitra tidak perlu bersusah payah dalam memasarkan hasil produksnya sampai ke konsumen. Sementara kelemahannya terletak pada
33
harga dan volume produk yang sering ditentukan secara sepihak oleh perusahaan mitra sehingga merugikan kelompok mitra. 4.
Keagenan Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan di mana kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Sementara perusahaan mitra bertanggung jawab atas mutu dan volume produk. Keuntungan pola ini bagi kelompok mitra bersumber dari komisi yang diberikan perusahaan mitra sesuai dengan kesepakatan. Namun disisi lain pola ini memiliki kelemahan dikarenakan kelompok mitra dapat menetapkan harga produk secara sepihak. Selain itu kelompok mitra tidak dapat memenuhi target dikarenakan pemasaran produknya terbatas pada beberapa mitra usaha saja.
5.
Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Dalam pola ini perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian, sedangkan kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja. Keunggulan pola ini hampir sama dengan pola intiplasma, namun dalam pola ini lebih menekankan pada bentuk bagi hasil.
6.
Waralaba Merupakan pola hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, di mana perusahaan mitra memberikan hak lisensi, merek dagang, saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usahanya sebagai penerima waralaba. Kelebihan pola ini, kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan 34
tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghematan modal, dan efisiensi. Selain itu pola ini membuka kesempatan kerja yang luas. Kelemahannya, bila salah satu pihak ingkar dalam menepati kesepakatan sehingga terjadi perselisihan. Selain itu, pola ini menyebabkan ketergantungan yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat. Sebaliknya perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas mengontrol atau mengendalikan perusahaan terwaralaba terutama dalam hal jumlah penjualan. 7.
Pola Kemitraan (Penyertaan) Saham Dalam pola kemitraan ini, terdapat penyertaan modal (equity) antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-kurangnya 20 % dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Lebih lanjut Williamson dalam LPM–UNILA (2006:37) menyatakan
bahwa terdapat beberapa kemungkinan hubungan kontrak yang bisa diciptakan antara pihak perusahaan besar dan petani. Hubungan kontrak tersebut dapat dilahat lebih rinci pada penjelasan berikut ini. a.
Marketing Contract adalah kontrak yang menetapkan macam dan jumlah produk pertanian yang akan diserahkan, tetapi jarang menyebutkan kegiatankegiatan atau metode-metode khusus yang harus diikuti oleh proses produksi. Selain itu, kontrak ini tidak mengharuskan pihak pengelola (inti) untuk menyediakan masukan seperti bibit, makanan, atau peralatan. Kontrak ini merupakan kesepakatan untuk membeli hasil produksi di kemudian hari. 35
b.
Production Contract adalah kesepakatan antara petani dengan perusahaan bukan pertanian yang menentukan macam dan jumlah produk tertentu yang dihasilkan, serta dapat menetapkan varietas bibit, kegiatan-kegiatan dalam proses produksi dan masukan-masukan yang digunakan.
Bantuan teknis
disediakan oleh perusahaan (pemberi kontrak). c.
Vertical Integration, yakni semua tahap produksi dilaksanakan oleh suatu perusahaan, dimana pasar tidak berperan dalam pengkoordinasian beberapa faktor produksi. Dalam kasus ini, petani bukan pemilik bahan baku, saranasarana produksi, atau hasil produksi. Petani lebih berperan sebagai manajer, pengawas upahan atau seorang pekerja borongan. Ketiga model di atas pada intinya membahas hubungan yang mengikat
para petani untuk bersedia menyediakan sejumlah produk pertanian sekaligus membebani para petani dengan kriteria mutu, kuantitas, dan harga disertai dengan bantuan teknis.
Model atau bentuk kelembagaan organisasi sebagai wadah
koordinasi vertikal antara para petani dan perusahaan bisa mengambil salah satu atau gabungan dari beberapa model di atas atau sama sekali mengambil pola lain yang berbeda dari model di atas.
2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya dengan mengangkat komoditi jamur tiram putih terdiri dari penelitian mengenai analisis usahatani jamur tiram putih, analisis tataniaga jamur tiram putih, analisis finansial dan kelembagaan usaha jamur tiram putih, analisis efisiensi saluran pemasaran jamur tiram segar, dan analisis kelayakan usahatani jamur tiram putih. 36
Puspa Herawati Nasution di tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih, Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor”. Berdasarkan analisis usaha jamur tiram putih KPJI, diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 1,63 sedangkan nilai R/C atas biaya total adalah 1,58. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas dapat dikatakan efisien dan layak untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C > 1. Total penerimaan pihak KPJI diperoleh dari hasil penjualan jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani, 20 % dari hasil produksi petani dan pengembalian pinjaman baglog dari petani. Juanto dalam penelitiannya pada tahun 2008 yang berjudul ”Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari, Bogor”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai sebesar 1,63, sedangkan berdasarkan pendekatan Return to Family Labor yaitu sebesar Rp 61,418,- per HOK dan Return to Total Capital sebesar 36,91 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Adapun saluran tataniaga jamur tiram putih yang terjadi terdiri dari tiga saluran. Pada saluran I dan saluran II jamur yang dihasilkan petani dijual di sekitar wilayah Bogor. Sedangkan pada saluran III jamur di jual ke luar wilayah Bogor, dari ketiga saluran tersebut pola saluran I lebih efisien, hal ini dilihat dari alokasi penjualan per hari di wilayah Bogor sebesar 65,51 %.
37
Maharani melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung)” pada 2007 yang bertujuan untuk menganalisis efisiensi usahatani dan sistem pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai adalah 2,69 dan besarnya R/C atas biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih ini menguntungkan dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih, serbuk kayu dan minyak tanah merupakan variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi jamur tiram putih. Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan ketiga variabel tersebut, maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat dipertahankan. Berdasarkan hasil analisis tataniaga, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan keuntungan yang dioeroleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga. “Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih untuk Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian” adalah judul penelitian Kustin Bintani Meiganati pada tahun 2007 yang mendapatkan hasil analisis finansial dari dua komunitas menunjukkan hasil yang positif, yaitu Internal Rate Return (IRR) > r, Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dan hasil analisis sensitivitas juga menunjukkan hasil yang positif. Hasil analisis SWOT aspek finansial pada komunitas P4S berada pada kuadran III sedangkan komunitas Kertawangi pada kuadran I. Analisis SWOT aspek kelembagaan menunjukkan hasil yang sama, yaitu pada kuadran I. 38
Penelitian Ruillah di tahun 2006 dengan judul “Analisis Usahatani jamur Tiram Putih (Kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)”, menggunakan tiga skala usahatani dalam menganalisis perbandingan pendapatan. Pendapatan usahatani jamur tiram putih lebih ditentukan oleh jumlah log dibandingkan luas kumbung. Hal ini ditunjukkan dari pendapatan skala I yang mempunyai luas kumbung paling sempit lebih tinggi dibandingkan skala II dan skala III. Usahatani jamur tiram putih di desa Kartawangi masih menguntungkan akan tetapi produksi masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Hal ini dikarenakan petani masih kekurangan modal untuk menambah produksi. Penyebab lain dikarenakan meningkatnya harga faktor produksi jamur tiram putih diikuti pula oleh meningkatnya harga jamur tiram putih.. Hasil analisis faktor produksi menunjukkan bahwa faktor produksi bibit, serbuk kayu, kapur, bekatul dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi. Elastisitas produksi yang terbesar bibit yaitu sebesar 0,22 %. Penelitian Novita di tahun 2004 mengambil judul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram (kasus di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi)”, yang diketahui bahwa terdapat 3 pola usahatani yang dilakukan yaitu usahatani pembibitan dan pembudidayaan jamur tiram, usahatani pembudidayaan jamur tiram dengan 2 skala usaha serta usahatani pembudidayaan jamur tiram pemeliharaan baglog. Hasil analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada semua pola usahatani yang dilakukan layak untuk diusahakan. Pada pola 1 nilai NPV sebesar Rp 26.783.397,-, NPV pada pola 2A1 dan 2A2 masing-masing sebesar Rp 11.191.770,- dan Rp 8.133.275,-. nilai NPV pada pola 39
2B1 dan 2B2 masing-masing sebesar Rp 36.495.436,- dan Rp 45.748.183,sedangkan pada pola 3 sebesar Rp 3.378.776,-. IRR yang dihasilkan berkisar antara 20 - 41 % dengan Net B/C >1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pola usahatani yang dijalankan layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya mengetahui pendapatan usahatani dan efisiensi. Suatu usahatani layak atau tidak layak untuk diusahakan dapat dilihat dari besarnya keuntungan usaha tersebut dan tingkat efisiensi usahatani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) dan R/C rasio. Perbedaannya adalah penelitian Juanto dan Maharani yaitu menambahkan dengan sistem saluran Tataniaga Jamur Tiram Putih. Penelitian Ruillah membagi atas tiga skala, sedangkan Novita meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial rencana usaha budidaya jamur tiram putih. Perbedaan lainnya yaitu pada lokasi penelitian yang dilakukan, yaitu di P4S Nusa Indah yang berada di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini, objek penelitian merupakan suatu lembaga pendidikan pertanian yang melakukan kerjasama berupa kemitraan, yaitu antara P4S Nusa Indah dengan dengan wirusahawan jamur tiram putih. Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian tertera pada Tabel 6 berikut ini.
40
Tabel 6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan sebagai Acuan Nama
Nasution
Tahun
2010
Judul Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih
Analisis Usahatani Juanto
2008
dan Tataniaga Jamur Tiram Putih.
Maharani
2007
Lokasi Penelitian Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
Metode Analisis Pendapatan, R/C rasio
Kecamatan
Pendapatan,
Tamansari, Bogor
R/C rasio
Analisis Usahatani
Desa Kartawangi,
dan Tataniaga
Kecamatan Cisarua,
Jamur Tiram Putih. Kabupaten Bandung.
Pendapatan, R/C rasio
Analisis Finansial Meiganati 2007
dan Kelembagaan
Kecamatan
NPV, IRR,
Usaha Jamur
Tamansari, Bogor
SWOT
Tiram Putih
Ruillah
2006
Usahatani Jamur Tiram Putih
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat
Analisis Kelayakan Kecamatan Novita
2004
Finansial
Parungkuda dan
Usahatani Jamur
Kecamatan Cicurug,
Tiram Putih.
Kabupaten Sukabumi
Pendapatan, R/C rasio
NPV, Net B/C, IRR, PP
Sumber : Data Sekunder, diolah
41
2.8 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini membahas mengenai analisis biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah yang memeiliki beberapa model usaha, yaitu produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Penelitian ini dimulai dengan pencarian mengenai karakteristik pelaku usaha jamur tiram putih yang meliputi umur, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan pelaku usaha dalam mengelola usaha jamur tiram putih yang berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha jamur tiram putih ini selanjutnya. Gambaran umum mengenai usaha jamur tiram putih yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah baglog jamur tiram putih, produktivitas jamur tiram putih, dan tatalaksana usaha jamur tiram putih. Penelitian mengenai gambaran umum usaha jamur tiram putih penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana manajemen bisnis yang dilakukan. Analisis biaya usaha jamur tiram putih merupakan semua masukan yang terpakai atau dikeluarkan dalam produksi usaha jamur tiram putih yang berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Penerimaan atau nilai produksi yang dihasilkan dalam bentuk penerimaan usaha jamur tiram putih diperoleh dari hasil kali antara jumlah produk dengan tingkat harga yang berlaku. Penerimaan ini meliputi penerimaan penjualan. Analisis penerimaan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai produksi yang dihasilkan dalam satu periode pemeliharaan sehingga mampu menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani. 42
Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih selalu diikuti dengan pengukuran agar dapat diketahui apakah suatu usaha jamur tiram putih menguntungkan atau merugikan. Ukuran laba dapat diperoleh berdasarkan selisih antara penerimaan dengan biaya. Nilai positif yang diperoleh dari selisih tersebut merupakan indikator bahwa usaha tersebut mampu menutup keseluruhan pengeluaran serta dapat memberikan keuntungan. Analisis biaya dan pendapatan umumnya disertai dengan perbandingan penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dan keuntungan dengan biaya total serta penentuan titik impas. Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) menunjukkan berapa penerimaan total yang diterima petani jamur untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Nilai R/C ratio lebih dari satu mengindikasikan usaha jamur tiram putih tersebut menguntungkan. Perbandingan antara keuntungan dengan biaya (B/C ratio) digunakan dalam rangka mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih dikatakan mendatangkan manfaat apabila nilai B/C lebih besar daripada nol. Semakin besar nilai B/C, maka semakin bermanfaat usaha jamur tiram putih. Kemudian untuk mengetahui tingkat produksi yang tidak menyebabkan kerugian maupun keuntungan dapat ditunjukkan dengan analisis break event point atau titik impas. Dalam analisis ini, BEP selain dinyatakan dalam kuantitas, juga dinyatakan dalam harga jual dan hasil penjualan dengan satuan rupiah. Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. 43
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah
1. Unit Usaha Jamur Tiram Putih 2. Unit Usaha Tanaman Hias 3. Unit Usaha Ayam Buras 4. Unit Usaha Palawija
Unit Usaha Jamur Tiram Putih
Model Usaha Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Model Usaha Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
Model Usaha BudidayaJamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
Karakteristik Pelaku Usaha Jamur Tiram Putih
Biaya dan Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih
Gambaran Usaha Jamur Tiram Putih
Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih - Analisis Deskriptif Tabulasi - Analisis Finansial R/C rasio B/C rasio BEP
1. Besar Biaya dan Tingkat Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih 2. Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih
Berlanjut atau Tidak Gambar 2. Kerangka Pemikiran “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah” 44
BAB III METODE PENELITAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja), berdasarkan pertimbangan bahwa P4S Nusa Indah merupakan suatu lembaga pelatihan dan pendidikan pada bidang pertanian yang menjalankan usaha jamur tiram putih dan berada di bawah binaan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2011. Periode tersebut digunakan
untuk
memperoleh
data
dan
keterangan
dari
pihak-pihak
berkepentingan dengan penelitian, sebanyak dan selengkap mungkin. Sebelum melakukan penelitian, penulis telah terlebih dahulu melakukan pra-penelitian yang terangkum dalam survei pendahuluan, wawancara ketua P4S Nusa Indah, serta turut mengikuti kegiatan praktik pembuatan baglog jamur tiram putih siap panen dan budidaya jamur tiram putih.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data komponen biaya investasi, harga input, biaya operasional, biaya yang diperhitungkan, produksi dan harga jual output (keluaran). Data sekunder yang digunakan antara lain berupa
data-data P4S Nusa Indah, data kondisi sosial-ekonomi wilayah setempat, teoriteori dan hasil-hasil penelitian terkait dengan penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara (depth interview) dengan ketua P4S Nusa Indah menggunakan panduan pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dari studi literatur atau dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini dan dari lembaga-lembaga terkait seperti Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4 Bogor, BP3K Wilayah Dramaga Bogor, Kecamatan Tamansari, serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode tabulasi dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel 2003. Data yang diperoleh baik berupa data primer maupun data sekunder disusun dan disederhanakan serta disajikan dalam bentuk tabulasi. Setelah proses tabulasi selesai, maka data dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui besar biaya, tingkat pendapatan dan kelayakan usaha jamur tiram putih.
46
3.4.1 Analisis Deskriptif Analisa deskriptif tabulasi dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik pelaku usaha jamur tiram putih dan gambaran umum kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, serta melengkapi hasil analisis kuantitatif yang dilakukan. Data yang digunakan dalam analisis deskriptif adalah baik data primer maupun data sekunder yang berupa data kualitatif ataupun data kuantitatif.
3.4.2 Analisis Finansial Analisis yang dilakukan meliputi kegiatan usaha jamur tiram putih yang menjadi fokus utama P4S Nusa Indah yaitu produksi baglog jamur tiram putih siap panen serta ditambah dengan kegiatan jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah bersama mitra. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan pada akhirnya akan dinilai besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara keduanya (penerimaan dikurangi biaya), akan menghasilkan pendapatan yang akan digunakan sebagai indikator awal tingkat kelayakan usaha jamur tiram putih tersebut. Analisis finansial dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usaha, analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio), analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio), dan analisis titik impas (Break Event Point). Beberapa penjelasan mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
47
1. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Menurut Soeharjo dan Patong (1991:26), analisis pendapatan usaha jamur tiram putih digunakan untuk menghitung pendapatan petani jamur dari hasil usaha jamur tiram putih. Pendapatan usaha jamur tiram putih dibedakan menjadi dua, pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, dan kedua pendapatan atas biaya total dimana semua input milik petani juga diperhitungkan sebagai biaya. Pendapatan jenis pertama disebut pendapatan tunai, dan pendapatan jenis kedua disebut juga pendapatan total.Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih dapat dinyatakan dalam persamaan sebagi berikut: π tunai = NP - BT π total = NP - (BT + BD) Dimana: π
= Pendapatan (Rp)
NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp). BT = Biaya tunai (Rp). BD = Biaya yang diperhitungkan (Rp). Penerimaan atau nilai produksi merupakan jumlah fisik produk dikalikan dengan tingkat harga yang sedang berlaku. Rumus penerimaan adalah sebagai berikut : NP = HJ x PT Dimana: NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp) HP = Harga jual produk (Rp/Kg) P
= Produksi total (Kg)
48
Biaya tunai merupakan adalah seluruh biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga kerja. Biaya tunai merupakan biaya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap per usahatanidengan satuan rupiah. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa pendapatan kerja petani jika tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan investasi dan nilai sewa lahan sendiri diperhitungkan.
2. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Total Menurut Tjakrawiralaksana (1983:8), untuk mengukur efisiensi usaha jamur tiram putih dapat diketahui dari perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya, yang dirumuskan sebagai berikut:
R/C
Penerimaan Total Total Biaya
Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih dari satu. Semakin besar nilai R/C rasio, maka semakin menguntungkan usaha jamur tiram putih tersebut karena setiap nilai rupiah yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan.
3. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Menurut Rahardi dan Hartono (2003:69), rasio keuntungan atas biaya merupakan perbandingan antara keuntugan atau pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perbandingan B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
49
B/C
Pendapatan Bersih Total Biaya
Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan efisien apabila nilai B/C lebih dari nol. Semakin besar nilai B/C, maka semakin efisien dan bermanfaat usaha jamur tiram putih tersebut.
4. Analisis Break Event Point Analisis titik impas atau BEP merupakan cara untuk mengetahui batas penjualan minimum agar suatu perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum memperoleh laba atau laba sama dengan nol. Hal yang perlu diketahui untuk menentukan BEP yaitu biaya produksi total dan penerimaan total. Biaya produksi total dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, namun Harmaizar dan Rosidayati (2004:261) memberikan tambahan biaya semi variabel (biaya yang ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi tetapi tidak secara proporsional). Secara matematik, analisis BEP dapat dihitung dengan rumus (Gray C, dkk (1993)dalam Rochaeni, 2010:7) sebagai berikut :
BEP produksi Biaya Total Harga Jual atau
BEP harga jual
Biaya Total Volume Produksi Total atau
BEP penerimaan
Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total 1- ( ) Penerimaan Total
50
3. 5 Definisi Operasional Menurut Bungin (2006:36), definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal definitif yang dapat diukur dan diamati, sebagai titik tolak persamaan persepsi dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Usaha jamur tiram putihadalah suatu usaha budidaya jamur tiram putih untuk menghasilkan jamur tiram putih segar dan baglog jamur tiram putih. 2. Jamur tiram putih adalah jamur kayu warna putih yang layak dikonsumsi. 3. Inokulasi adalah pemasukan bibit jamur ke dalam baglog yang steril. 4. Bibit jamur F2 dan F3 adalah bibit jamur tiram putih yang merupakan anakan keturunan kedua dan ketiga dari induk murni. 5. Baglog adalah media tanam jamur tiram putih dalam plastik. 6. Tatalaksana usaha jamur tiram putihadalah tahapan dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. 7. Produktivitas jamur tiram putihadalah banyaknya jamur tiram putih yang dihasilkan oleh satu buah baglog jamur tiram putih yang dinyatakan dalam persen (%). 8. Total biaya adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani jamur tiram putih baik yang tunai maupun yang diperhitungkan. 9. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai. Biaya tunai umumnya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya
51
pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga. 10.Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada volume produksi atau tidak habis dipakai dalam satu kali produksi. Biaya ini terdiri dari sewa lahan dan iuran-iuran seperti iuran PBB, listrik dan telepon. 11. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan mengalami perubahan sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akantetap. 12. Biaya diperhitungkanadalah biaya faktor produksi milik sendiri yang digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani. 13. Biaya penyusutanmerupakan biaya karena pemakaian peralatan dan bangunan yang menyebabkan penurunan nilai inventaris. Biaya inidihitung per tahun dengan dengan diasumsikan penyusutan tiap tahun konstan. 17. Nilai lahan sendiri dihitung berdasarkan nilai sewa lahan di daerah penelitian. 18. Penerimaan petani adalah nilai semua produk yang dihasilkan dari suatu usaha baik yang dijual maupun digunakan sendiri seperti konsumsi keluarga dan lainnya, diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dikali tingkat harga yang berlaku ditingkat petani pada saat penelitian, dihitung dalam rupiah/tahun. 19. Pendapatan usaha jamur tiram putihadalah nilai uang yang diperoleh dari usaha jamur tiram putih yang merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total usaha jamur tiram putih, dihitung dalam rupiah/tahun.
52
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah awalnya adalah kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan wadah Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada 17 Juli 1996 dan kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi P4S Nusa Indah yang diresmikan oleh Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor. Setelah beberapa tahun P4S Nusa Indah melaksanakan kegiatan yang berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia pertanian pedesaan, maka pada tahun 2003 dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor pada tanggal 17 Juli 2003 dengan Nomor 520.13/242/KIPP/VII/2003, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan anggota berjumlah 20 orang. Dibentuknya P4S Nusa Indah dalam rangka menyebarluaskan teknologi dan keterampilan yang dimilikinya dan sebagai mitra pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang usahatani yang berorientasi agribisnis. Pengelola P4S adalah petani atau kelompok tani yang memenuhi syarat, yaitu mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu menjalin kerjasama, mempunyai jiwa sosial yang tinggi, memiliki sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan pamagangan dan mampu menularkan kemampuannya kepada orang lain.
4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah 4.2.1 Azas a. Keswadayaan P4S dikembangkan dengan tetap menjaga kemandirian melalui kemampuan memecahkan sendiri masalah yang dihadipi baik masalah teknis, sosial maupun ekonomi. b. Demokrasi Dalam melaksanakan setiap kegiatan, pengelola P4S dan pengguna jasa mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif. c. Kekeluargaan P4S tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh menjalin kekerabatan antara pengelola dan fasilitator dengan peserta yang mengikuti pelatihan / pemagangan. d. Kemanfaatan Keberadaan P4S dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan pengguna jasa lainnya. e. Keterpaduan Penumbuhan dan pengembangan P4S merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pedesaan, sehingga tercapai keselarasan, keserasian, dan sinergi. f. Kesederhanaan Pelatihan / permagangan di P4S dilaksanakan secara sederhana dan bertahap sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
54
4.2.2 Prinsip a. Kemandirian Dukungan pihak lain tidak boleh menyebabkan ketergantungan P4S, namun sebaliknya harus mampu mendorong tumbuh kembangnya keswadayaan. b. Kerakyatan Penumbuhan dan pengembangan P4S dilakukan dari, oleh dan untuk petani serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang dimiliki. c. Kemitraan P4S merupakan mitra kerja pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia pertanian, khususnya petani dan masyarakat perdesaan. d. Sinergi Keberadaan P4S merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian / perdesaan dan dilakukan dengan mengerahkan segala sumberdaya pada berbagai pemangku kepentingan secara sinergis. e. Berkelanjutan Aktivitas P4S dilaksanakan sesuai kemampuan dan kondisi setempat secara berkelanjutan. 4.3 Lokasi P4S Nusa Indah P4S Nusa Indah berada di Kecamatan Tamansari dan merupakan P4S unggulan kecamatan seluas 2.630.936 ha ini. Kecamatan ini terletak 35 km dari Ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 60 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Luas wilayah Kecamatan Tamansari tempat P4S Nusa Indah berada ini terdiri dari 1.364.711 ha tanah darat dan 1.266.225 ha tanah sawah (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1). 55
Lokasi P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Nusa Indah berada di Jl. Ciapus Raya, Gg. Pala No. 51 RT. 02 RW. 01, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berada pada salah satu kawasan berbukit karena terletak di kaki Gunung Salak, oleh sebab itu secara geografis permukaan tanah di Kecamatan Tamansari dapat dikatakan berombak dengan ketinggian 600-700 m dpl. Kondisi udara di kecamatan ini sejuk dengan suhu rata-rata 270-280 C, dan curah hujan 250-300 mm/th (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1). Berdasarkan ciri-ciri topografi tersebut, Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran tinggi sehingga cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram putih. Kecamatan Tamansari merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Ciomas pada tahun 2001 dengan jumlah desa sebayak 8 desa, meliputi 91 RW dan 361 RT. Sedangkan klasifikasi desanya adalah desa swakarya. Berdasarkan Laporan
Kinerja
Tahunan
Kecamatan
Tamansari
(2010:3),
Kecamatan
Tamanasari tempat P4S Nusa Indah ini berbatasan wilayah dengan Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan pada sebelah utara, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi dan Gunung Salak, dengan Kecamatan Cijeruk pada sebelah Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tenjoloya dan Dramaga. Secara administratif Kecamatan Tamansari terbagi dalam delapan desa seperti yang terlihat dalam Tabel 7 berikut ini.
56
Tabel 7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Tamansari Tahun 2011
1
Sukamantri
Jumlah Penduduk (Jiwa) 13.484
2 3 4 5 6
Sirnagalih Pasir Eurih Tamansari Sukaresmi Sukaluyu
12.598 11.206 10.897 10.881 8.568
200.592 210.880 181.200 306.310 301.000
7 8 9
Sukajaya Sukajadi Total
10.057 7.765 85.456
288.650 503.304 2.630.936
No.
Nama Desa
Luas Wilayah (Ha) 639.000
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:15)
Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk Kecamatan Tamansari dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Mayoritas penduduk Kecamatan Tamansari bekerja sebagai petani sebanyak 17.867 orang atau sebanyak 82,6 %. Sedangkan persentase terkecil adalah sebagai pengemudi sebanyak 0,51 %. Tabel 8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011 No
Mata Pencaharian
1
Petani
2
Pengusaha
3
Pengrajin
4
Buruh
5 6 7 8
Pedagang Pengemudi Pegawai Negeri Sipil TNI / POLRI
9
Total
Buruh Industri Buruh Bangunan
Jumlah Penduduk (Jiwa) 17.867
Persentase (%) 82,6
311
1,44
361 735 1.744 115 110 265 124
1,67 3,40 8,06 0,53 0,51 1,23 0,57
21.632
100
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2), diolah
57
Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari sebanyak 85.456 jiwa, yang terdiri dari 43.678 orang laki-laki dan 41.778 orang perempuan (Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:15). Porsi terbesar ada pada usia muda (di bawah 20 tahun) seperti terlihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011 No.
Kelompok Usia
Jumlah Jiwa Laki-laki Perempuan 5.455 5.338
Jumlah Penduduk (Jiwa) 10.793
1.
0-4
tahun
2.
5-9
tahun
4.474
4.394
8.868
3.
15-19 tahun
4.325
4.156
8.481
4.
11-14 tahun
3.972
3.596
7.568
5.
20-24 tahun
3.922
4.083
8.005
6.
25-29 tahun
3.823
3.803
7.626
7.
30-34 tahun
3.681
3.540
7.221
8.
35-39 tahun
3.247
3.105
6.352
9.
40-44 tahun
2.913
2.685
5.598
10.
45-49 tahun
2.745
2.409
5.154
11.
50-54 tahun
1.948
1.752
3.700
12.
55-59 tahun
1.537
1.374
2.911
13.
60-64 tahun
1.344
1.286
2.630
14.
65-69 tahun
873
878
1.751
15.
70 tahun ke atas
413
392
805
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2)
Komposisi penduduk di Kecamatan tempat P4S Nusa Indah berada berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat, selain itu sudah terdapat penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi atau perguruan tinggi, namun masih ada penduduk yang masih buta huruf sampai bulan Maret 2011 seperti yang terlihat pada Tabel 10 di bawah ini.
58
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Jumlah Penduduk No. Tingkat Pendidikan (Jiwa) 1. Buta huruf 478 2.
Belum sekolah
1.918
3.
Tidak tamat SD / sederajat
4.
Tamat SD / sederajat
9.357
5.
Tamat SLTP / sederajat
7.355
6.
Tamat SMU / sederajat
6.356
7.
Tamat D1, D2, D3, D4
465
8.
Tamat S1
635
9.
Tamat S2
51
10.
Tamat S3
32
528
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:3)
4.3 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah Struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini lebih mengarah kepada kepengurusan unit usaha jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan unit-unit usaha yang ada telah mampu mandiri dan menjalankan usaha masing-masing berdasarkan prinsip yang berbeda-beda pula. Sebelumnya ketua dari unit-unit usaha yang ada di P4S Nusa Indah masuk dalam kepengurusan struktural organisasi P4S Nusa Indah, namun karena berbagai hal serta untuk mempermudah koordinasi maka struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini disusun dengan mengarah kepada kepengurusan usaha jamur tiram putih. Pada P4S Nusa Indah ini, anggota berperan sebagai tenaga kerja dan ketua P4S Nusa Indah berperan sebagai pemilik usaha jamur tiram putih. Pada Tabel 11 berikut ini tersaji karakteristik biodata pengurus dan anggota P4S Nusa Indah saat ini.
59
Tabel 11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011 No.
Nama
5.
Cucu Komalasari Andri, M.H Endang Rukmana Fian Alfiandi M. Oib
6.
Syaeful
7.
Koko
8.
Dika
9.
Piah
10.
Reno R.
11.
Anjay
1. 2. 3. 4.
Jabatan
Jenis Kelamin
Usia Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Perempuan
55
SMA
1
Wakil Ketua
Laki-laki
29
SMA
3
Bendahara
Laki-laki
20
SMP
-
Sekretaris I
Laki-laki
20
SMA
-
Sekretaris II
Laki-laki
18
SMP
-
Laki-laki Seksi SDM Seksi Laki-laki Produksi Seksi Laki-laki Produksi Seksi Perempuan Pasca Panen Seksi Laki-laki Pemasaran Seksi Laki-laki Pemasaran Laki-laki Anggota
19
SMP
-
17
SMP
-
18
SMA
-
47
SD
-
22
SMP
-
17
SMP
-
22
SMP
-
Anggota
Laki-laki
22
SMP
-
Ketua
13.
Nana Permana Jana
14.
Heri H.
Anggota
Laki-laki
17
SMP
-
15.
Eko S.
Anggota
Laki-laki
16
SMP
-
16.
Agung
Anggota
Laki-laki
17
SMP
-
17.
Mulyadi
Anggota
Laki-laki
20
SMP
-
18.
Dani
Anggota
Laki-laki
16
SMP
-
12.
Sumber : Data Primer, diolah
Struktur organisasi ini dibuat untuk mengatur pembagian pekerjaan yang ada, dan membentuk perbedaan tingkat pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan. Terdapatnya pembagian kerja mempermudah karyawan dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan mereka, meskipun dalam pelaksanaan di lapangan hal ini tidak dilaksanakan atau diterapkan secara kaku. 60
P4S Nusa Indah memiliki pengurus yang cukup sederhana namun mencakup seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S Nusa Indah. Ketua berperan sebagai pemegang kekuasaan yang dinaungi oleh Camat Tamansari dan BP3K Wilayah Dramaga. Ketua dibantu oleh beberapa staf seperti sekretaris, bendahara, seksi SDM, seksi produksi, seksi pasca panen, dan seksi pemasaran. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah Tamansari adalah seperti pada Gambar 3 di bawah ini. Pembina 1. Camat Tamansari 2. BP3K Wilayah Dramaga
Ketua Cucu Komalasari
Wakil Ketua Andri, M.H Sekretaris 1.Fian Alfiandi 2.M. Oib
Seksi SDM Syaeful
Seksi Produksi 1. Koko / Omen 2. Dika
Bendahara Endang Rukmana
Seksi Pascapanen Piah
Seksi Pemasaran 1. Reno 2. M. Ajay
Gambar 3. Susunan Pengurus P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah, Bogor Tahun 2011 Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:5)
61
4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) adalah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani baik perorangan maupun kelompok, dimana lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha lainnya. Tujuan umum P4S adalah terselenggaranya program-program pelatihan bagi petani dibidang pertanian, perindustrian dan usaha pedesaan lainnya secara teratur dan berkesinambungan. Fasilitas yang dimiliki P4S Nusa Indah saat ini adalah satu ruangan pelatihan, kamar penginapan, satu ruangan pembuatan baglog, satu satu ruangan sterilisasi, ruangan isolasi, dan satu kumbung inkubasi. Sebagai gambaran, beberapa fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih Keterangan : A. Ruangan Pelatihan; B. Ruangan Pembuatan Baglog; C. Drum Sterilisasi; D. Ruangan Isolasi; E. Ruangan Inkubasi Sumber : Data Primer, diolah
62
Sarana dan prasarana P4S Nusa Indah berlokasi di tanah milik Ibu Cucu, berada tepat di depan rumah dan dekat lokasi produksi baglog siap panen. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah No
Sarana dan Prasarana
1.
Bangunan - Kantor - Ruang Belajar
Satuan/Ukuran
Jumlah
Kapasitas (Orang)
Kondisi
m2 (4x6)
1
5–6
Baik
m2 (8x10)
1
40 - 50
Baik
- Bengkel
2
m (2x6)
1
5–7
Baik
- Asrama
Unit
2
20 – 30
Baik
- Gudang
Unit (2x2)
2
-
-
m2 (2x4)
2
-
-
- Kursi
Unit
30
30
Baik
- Meja
Unit
3
-
Baik
- Papan tulis
Unit
2
-
Baik
- Lemari Buku
Unit
2
-
Baik
3.
Sound System
Unit
2
-
Baik
4.
Handy Cam.
Unit
1
-
Baik
5.
Kendaraan (Motor)
Unit
2
-
Baik
6.
Lahan Praktik
- MCK 2.
Meubeler
Baik
- Lahan Percontohan
ha
0.5
-
Baik
- Lahan Usahatani
ha
1.5
-
Baik
Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:9)
Pendidikan pelatihan yang terdapat di P4S Nusa Indah adalah program pembelajaran atau pelatihan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Program-program tersebut adalah sebagai berikut :
63
Teknologi pembibitan dan budidaya Penanganan panen Pengolahan pasca panen Pemasaran Pengembangan usaha Kegiatan pemagangan yang dilaksanakan di P4S Nusa Indah adalah pemagangan jamur tiram putih dan tanaman hias. Sejak awal berdirinya sampai sekarang P4S Nuda Indah telah menyelenggarakan lebih dari 100 kali pelatihan dengan jumlah peserta lebih dari 1000 orang yang berasal dari berbagai provinsi. Selain menyelenggarakan pelatihan sendiri P4S Nuda Indah juga seringkali diminta untuk menyelenggarakan pelatihan agribisnis baik jamur tiram putih maupun komoditi lain yang masih bernaung di P4S Nusa Indah oleh instansi baik pemerintah maupun non pemerintah. P4S Nusa Indah merupakan lembaga swadaya yang permodalannya berjalan secara mandiri walaupun terkadang ada bantuan atau hibah dari instansi pemerintah, namun secara keseluruhan lembaga ini bergerak dari usaha sendiri. P4S memang suatu lembaga, namun bagaimanapun juga agar lembaga tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka pasti dibutuhkan dana. Dalam hal ini, P4S mendapatkan dana dari usaha yang dijalankan, salah satu usaha unggulan adalah unit usaha jamur tiram putih. Unit usaha P4S Nusa Indah ini pada awalnya bergerak di bidang produksi dan pemasaran baglog jamur tiram putih dan jamur tiram putih, namun karena suatu hal saat ini fokus utama unit usaha unggulan P4S Nusa Indah adalah produksi dan pemasaran baglog jamur. Hal ini didorong oleh faktor keterbatasan
64
keterampilan petani jamur dalam hal pembuatan media yang memang cukup beresiko jika terjadi kesalahan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa Indah maka walaupun tidak lagi bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur tiram putih namun banyak mitra dan pelanggan yang membeli baglog jamur tiram putih mempercayakan pengelolaan usaha jamur tiram putihnya kepada Ibu Cucu (Ketua P4S Nusa Indah) dan tenaga kerja unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sebagai staf ahli. Usaha baglog jamur tiram yang dijalankan lebih kepada usaha home industry, dimana sistem manajemen yang terlaksana cukup sederhana dan direncanakan, diorganisasikan, dipimpin serta diawasi sepenuhnya oleh pemilik usaha. Dalam kegiatan usahanya, usaha Ibu Cucu ini memiliki dua pekerja tetap. Untuk pesanan besar, Ibu Cucu menggunakan tenaga kerja dengan upah borongan yang bersifat musiman. Adapun dua pekerja tetap ini merupakan anggota dari P4S Nusa Indah sendiri. Sementara untuk manajerial, seluruhnya diurus oleh Ibu Cucu dengan dibantu oleh Bapak Dayat (suami Ibu Cucu). Unit usaha yang terdapat di P4S Nusa Indah antara lain jamur tiram putih, tanaman hias, palawija, dan ayam buras. Beberapa unit usaha yang dimiliki P4S Nusa Indah, seperti ada pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011 No
Unit Usaha
Jumlah Anggota
1
Jamur Tiram Putih
20
2
Tanaman Hias
40
3
Palawija
20
4
Ayam Buras
20
5
Total
100
Sumber : Data Primer, diolah
65
Saat ini berbagai unit usaha ini bukan merupakan sumber dana keuangan tetap bagi P4S Nusa Indah, setiap laba dan rugi pada unit usaha tersebut dikelola dan ditanggung oleh menajemen unit usaha tersebut namun P4S Nusa Indah tidak serta merta melepas tanggung jawab begitu saja. Terkadang P4S Nusa Indah mendapatkan beberapa bagian dari laba yang didapatkan unit usaha tersebut dan terkadang juga P4S Nusa Indah turut memberikan bantuan atas rugi yang diderita unit usaha tersebut. Manajemen setiap unit usaha tersebut berbeda dengan unit usaha jamur tiram putih yang berada langsung di bawah kendali P4S Nusa Indah, sehingga unit usaha inilah yang menjadi sumber dana bagi P4S Nusa Indah sebagai lembaga pendidikan pertanian swadaya. Hal ini terkait dengan sejarah terbentuknya P4S Nusa Indah yang awalnya merupakan sebuah kelompok tani jamur tiram putih. Sehingga sumber keuangan dan operasional lembaga pendidikan dan pelatihan ini berasal dari unit usaha jamur tiram putih dan pelatihan mengenai jamur tiram putih. Kegunaan dari unit-unit usaha lain adalah sebagai sumber keuangan dan operasional P4S Nusa Indah yaitu pada saat ada kebutuhan pelatihan dan pendidikan mengenai tanaman hias, palawija, dan ayam buras maka unit usaha tersebut diamanatkan untuk menjadi narasumber pada pelatihan tersebut sesuai dengan unit usaha yang bersangkutan dan kompeten di bidangnya. Setiap pemasukan dari pelatihan dan pendidikan tersebut akan dibagi secara adil berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama antara unit usaha pengisi pelatihan dan pendidikan dengan P4S Nusa Indah.
66
4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Usaha jamur tiram putih pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah berada di Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ini dilakukan sejak tahun 1996. Pada tahun 2006-2010 unit usaha unggulan P4S Nusa Indah yang beberapa tahun sebelumnya menjalankan usaha jamur tiram putih dari hulu ke hilir, kini hanya bergerak di bidang produksi dan pemasaran baglog jamur tiram putih siap panen. Namun pada penghujung tahun 2010, seiring semakin bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa Indah, maka walaupun tidak lagi bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar namun kini ada mitra dan pelanggan baglog jamur tiram putih yang mempercayakan pengelolaan usaha jamur tiram putih dari mulai aspek pemeliharan sampai pemasaran jamur tiram putih segar kepada P4S Nusa Indah). Sehingga kini, selain memproduksi dan memasarkan baglog jamur tiram putih siap panen namun P4S Nusa Indah juga membudidayakan dan memasarkan jamur tiram putih segar dengan sistem kemitraan bersama wirausahawan jamur tiram putih. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa beberapa tahun sebelumnya P4S Nusa Indah juga memproduksi jamur tiram putih segar dan memahami pasar jamur tiram putih. Serta ditambah lagi karena lokasi budidaya milik wirausahawan jamur yang berada dalam jangkauan P4S Nusa Indah, namun sebaliknya, jauh dari wirausahawan jamur yang berada di Jakarta. Awalnya Ibu Cucu selaku ketua P4S Nusa Indah hanya menginginkan menjual dan memasok media tanam jamur tiram putih saja, namun karena jiwa sosial yang tinggi dan merasa turut bertanggung jawab mengingat lokasi budidaya
67
jamur milik wirausahawan jamur tersebut berada dalam satu kawasan kecamatan dengan P4S Nusa Indah. Jadi mulai penghujung tahun lalu pun P4S Nusa Indah memproduksi dan memasarkan jamur tiram putih segar selama periode kemitraan berlangsung, tanpa mengesampingkan fokus utama usaha yang memproduksi dan memasarkan baglog jamur tiram putih siap panen. Baglog jamur tiram putih siap panen merupakan murni output P4S Nusa Indah, sedangkan jamur tiram putih segar merupakan hasil produksi wirausahawan jamur yang bermitra dengan P4S Nusa Indah dalam hal perawatan dan pemasaran. Jadi dapat dikatakan jamur tiram putih segar juga merupakan output P4S Nusa Indah walaupun biaya investasi kumbung dan baglog jamur tiram putih siap panen untuk budidaya jamur merupakan korbanan yang dikeluarkan wirausahawan jamur tersebut. Dalam kalimat lain dapat dijelaskan bahwa wirausahawan jamur tiram putih bekerja sama dengan P4S Nusa Indah dalam usaha jamur tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan yang memilki syarat dan ketentuan tertentu. Kemitraan yang terjadi ada dua macam, pertama kemitraan dalam investasi usahatani jamur tiram putih yang terdiri dari jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram puih. Kemitraan yang kedua adalah budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang terdiri dari pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar. Pola usaha budidaya jamur tiram putih segar di P4S Nusa Indah diimplementasikan dalam bentuk kemitraan dengan wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra. Wirausahawan jamur juga meminta jasa P4S Nusa Indah menentukan lokasi budidaya yang tepat dan mendirikan empat kumbung budidaya
68
jamur tiram putih dengan memberikan dana sebesar Rp. 40.000.000,- dan kemudian mitra membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa Indah untuk dibudidayakan di kumbung budidaya tersebut. Kemudian dalam hal perawatan hingga pemasaran jamur tiram putih dilakukan oleh P4S Nusa Indah karena diminta oleh mitra tersebut. Hasil panen jamur tiram putih segar dipasarkan langsung oleh P4S Nusa Indah ke pedagang dengan harga Rp. 9.000,- per kg, kemudian penerimaan yang diperoleh dibagi hasil dengan mitra dengan kesepakatan tertentu, yaitu 94 % untuk mitra dan 6% untuk P4S Nusa Indah. P4S Nusa Indah sudah bekerja sama dengan pedagang sehingga jamur tiram putih segar diantar ke pedagang. Pedagang dalam hal ini bertindak selaku supllier jamur tiram putih segar di pasar tradisional Bogor dengan pembayaran dilakukan sehari setelah pengiriman jamur tiram putih.
4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Proses budidaya jamur tiram putih secara keseluruhan yang terdiri dari dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan waktu 40-50 hari. Kegiatan usaha ini secara menyeluruh dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Skala usaha produksi pada P4S Nusa Indah sebesar 10.000 baglog/3 pekan dan kapasitas empat kumbung produksi jamur milik wirausahawan jamur masing-masing sebesar 10.000 baglog dengan luas setiap kumbung 70 m2 (7 m x 10 m). Proses budidaya jamur tiram putih dimulai dari penyediaan input usahatani yang terdiri dari bibit jamur tiram putih dan media tanam. Selain itu, juga
69
diperlukan sarana pendukung dalam kegiatan usahatani jamur tiram adalah kayu bakar, spritus, plastik, karet, alkohol, dan cincin bambu. Input tenaga kerja diperoleh dari dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berikut ini disajikan penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah per Satu Paket (155 Baglog) No. 1
Input Produksi Bibit Jamur Serbuk Gergaji
2
Media Tanam
Satuan
Penggunaan
Baglog
3
Karung*
Kapur
Kg
7 2
Gips
Kg
1
Dedak
Kg
12,5
Air
%
30-40
Keterangan : * = Karung pakan ternak ukuran 120 cm x 80 cm Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 14 di atas, penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih tergantung dari jumlah baglog dan formulasi media. Semakin besar jumlah baglog yang digunakan untuk budidaya jamur tiram, maka penggunaan jumlah inputnya akan lebih banyak. Perbedaan komposisi input disebabkan oleh formulasi media yang dipakai. Pemakaian formulasi media ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing- masing petani. Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Kegiatan usaha jamur tiram putih yang menjadi fokus utama di P4S Nusa Indah meliputi
70
persiapan bibit, pembuatan media tanam, pembibitan (inokulasi), dan inkubasi. Selain itu kegiatan usaha jamur tiram putih yang dlilakukan dengan kemitraan bersama
wirausahawan
pembangunan
kumbung,
jamur
antara
penumbuhan,
lain
pemilihan
penyiraman,
lokasi
budidaya,
pengendalian
hama,
pengaturan suhu ruangan, panen, dan pasca panen.
4.5.2.1 Pemilihan Lokasi Lokasi usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah berada di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah dataran di atas ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan lokasi budidaya jamur tiram putih berada pada tempat yang lebih tinggi, yaitu sekitar 700 meter dari permukaan laut, namun masih berada pada satu kawasan kecamatan dengan P4S Nusa Indah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa lokasi tersebut didukung dengan kondisi iklim yang cocok untuk usahatani jamur tiram putih serta dekat dengan sumber bahan baku dan pasar. Pabrik penggergajian kayu, penggilingan padi, dan hutan untuk pengambilan kayu bakar, yang merupakan sumber-sumber bahan baku produksi yang dekat dengan lokasi usaha sehingga sedikit mengeluarkan biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Pasar tradisional Bogor sebagai pasar sasaran utama produksi berada sekitar 30 km dari lokasi budidaya. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah layak untuk diusahakan karena dekat dengan sumber-sumber bahan baku dan pasar.
71
4.5.2.2 Pembuatan Kumbung Usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah memiliki kumbung inkubasi kapasitas 5000 baglog dengan luas 39 m2 (6 m x 6,5 m). Sedangkan kumbung budidaya sebanyak empat unit dengan luas 70 m2 (7 m x 10 m) yang memiliki kapasitas 10.000 baglog setiap unitnya merupakan milik wirausahawan jamur. Kumbung inkubasi yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah merupakan kumbung yang terbuat perpaduan dinding beton dengan bilik bambu dan beratapkan asbes sedangkan kumbung budidaya terbuat dari kerangka bambu yang dikombinasikan dengan jaring net sebagai dinding dan beratapkan serabut daun kelapa kering (rumbia). Dalam kumbung terdapat rak-rak bertingkat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan baglog pada saat pertumbuhan dan pemeliharaan. Kumbung dilengkapi dengan ventilasi udara yang berfungsi untuk mengatur dan menjaga suhu dan kelembaban di dalam kumbung. Pada kumbung inkubasi terdapat empat rak dengan enam tingkat pada setiap rak kecuali satu rak di tengah yang bertingkat lima. Sedangkan kumbung budidaya jamur memiliki lima rak dengan lima tingkat di setiap rak. Ukuran rak pada kumbung inkubasi rata-rata adalah 5,5 m x 0,75 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 0,6 m dan ukuran rak pada kumbung budidaya jamur ratarata adalah 9,5 m x 1 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 1 m.
4.5.2.3 Persiapan Bibit Budidaya jamur yang berhasil dengan baik dipengaruhi beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama, diantaranya adalah bibit jamur. Meskipun semua faktor dalam budidaya jamur telah dipenuhi dengan baik
72
tetapi bibit jamur yang digunakan berkualitas kurang baik maka produksi jamur yang diharapkan akan kurang optimal atau tidak akan menghasilkan sama sekali Bibit jamur tiram putih yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini merupakan bibit F2 yang berasal dari Bapak Tono sebagai salah seorang pensiunan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia) yang berkediaman di dekat lokasi P4S Nusa Indah. Kualitas merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit jamur tiram putih ini adalah sebagai berikut: 1) Bibit berasal dari strain atau varietas unggul. 2) Umur bibit optimal 45-60 hari. 3) Warna bibit merata. 4) Bibit tidak terkontaminasi. 5) Belum ditumbuhi jamur. 4.5.2.4 Pembuatan Media Tanam Dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah membuat media tanam jamur (baglog) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persiapan Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahanbahan lain seperti dedak, gips, kapur (CaCO3) juga digunakan dalam mempersiapakan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media tanam disiapkan sesuai dengan kabutuhan dan komposisi yang sesuai. 73
b. Pengayakan Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik karena di dalamnya biasa terdapat potonganpotongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai media tempat tanam yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata. Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir terlebih dahulu untuk melihat kondisi fisik dari serbuk kayu tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji. Serbuk kayu diayak secara manual dengan tenaga manusia. Ukuran ayakan yang digunakan sama dengan ukuran ayakan yang digunakan untuk mengayak pasir. c. Pencampuran Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur yang sebelumnya dilakukan penimbangan. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk gergaji, dedak, gips, kapur dan air. Pencampuran dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Bahan-bahan yang dicampur mempunyai komposisi seperti pada Tabel 14 tersebut. Pencampuran dilakukan dengan terlebih dahulu menebarkan serbuk kayu, lalu meratakannya. Kemudian dedak, gips, dan kapur ditaburkan satu per satu secara merata di atas permukaan serbuk kayu. Setelah itu, bahan-bahan terebut dicampur dicampur hingga rata dan diberikan air kurang lebih sebanyak 40% dari jumlah adonan. Kadar penggunaan air ini tidaklah mutlak. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah tecampur air. Kepalan adonan adonan yang tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air menandakan air yang digunakan sebagai campuran sudah cukup. Pencampuran harus dilakukan
74
secara merata, diusahakan tidak terdapat gumpalan terutama serbuk gergaji dan kapur. Gumpalan tersebut dapat mengakibatkan kompoisi media yang diperoleh tidak merata sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi jamur. d. Pengomposan Setelah semua bahan pembuat media tanam jamur (baglog) dicampur, kemudian bahan-bahan tersebut dikomposkan selama satu hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus diatur pada kondisi 50-65 %. Adonan yang terlalu banyak air akan memacu pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media. e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan ke dalam plastik polipropilen karena plastik ini relatih tahan panas dalam proses sterilisasi (pengukusan). Ukuran plastik yang digunakan oleh P4S Nusa Indah dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih selama November 2010-Mei 2011 adalah 17 cm x 35 cm dengan ketebalam 0,3 mm. Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan ke dalam kantong plastik pengisian baglog. Kemudian adonan tersebut dipadatkan dengan botol atau alat lainnya. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media cepat busuk sehingga produktifitas akan rendah. Berat media sekitar 1,2 kg per baglog. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi tersebut diikat dengan karet.
75
f. Sterilisasi Media yang telah diisi dengan adonan, kemudian disterilisasi. Sterilisasi baglog adalah suatu proses yang dilakukan untuk mensterilkan baglog dari berbagai miroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Hal ini dilakukan untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium jamur yang akan ditanam. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, sterilisasi media tanam menggunakan drum dengan kapasitas 900 - 1100 baglog. Proses sterilisasi dilakukan pada suhu 900-1200 C dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum lalu mengukus baglog selama 8 - 10 jam. Setelah itu, baglog didinginkan selama 6 - 8 jam dan temperatur baglog menjadi 300 - 400 C sebelum diinokulasi.
4.5.2.5 Inokulasi (Pemberian Bibit) Inokulasi yaitu memasukkan bibit ke dalam media tanam jamur yang telah disterilisasi. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, sehingga P4S Nusa Indah sangat memerhatikan tiga hal berikut: a. Kebersihan Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasnya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spritus. Peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.
76
Sementara itu, sterilisasi tempat atau ruangan dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% selama 15 menit. Ruang yang digunakan untuk inokulasi merupakan ruang yang terbatas (bukan tempat lalu-lalang) dan tertutup. b. Bibit P4S Nusa Indah selalu bertujuan menghasilkan output produk yang berkualitas, baik baglog jamur tiram putih siap panen maupun jamur tiram putih. Untuk itu, bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal, bertudung banyak (4-5 tudung dalam satu batang), tebal dan tidak mudah patah. c. Teknik Inokulasi Inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan taburan dan tusukan. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, inokulasi dilakukan dengan taburan, yaitu menaburkan bibit ke dalam baglog secara langsung. Unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah menggunakan 1 (satu) baglog bibit jamur tiram putih untuk inokulasi pada 50 (lima puluh) media tanam jamur tiram putih. Proses inokulasi yaitu bibit jamur ditabur di atas permukaan media tanam jamur sebanyak kurang lebih tiga sendok spatula atau hingga kurang lebih mencapai 2 cm menggunakan spatula atau garpu. Kemudian ujung plastik disatukan dan dipasang cincin bambu. Setelah itu, ditutup dengan kertas steril yang kemudian diikat rapat dengan karet pada bagian leher plastik media tanam jamur sehingga menjadi menyerupai sebuah botol.
77
Penutupan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur yang tidak terlalu membutuhkan banyak oksigen. Namun penutupan yang dilakukan dengan terlalu rapat tidak baik, karena akan menghambat pertumbuhan miselia jamur sehingga akan berakibat dalam pembentukan tubuh buahnya.
4.5.2.6 Inkubasi Pada P4S Nusa Indah, seluruh media tanam jamur yang sudah diinokulasi kemudian diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Media tanam jamur dalam tahap inkubasi (proses penumbuhan miselia jamur sampai memenuhi seluruh media tanam) akan tampak putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia jamur adalah 250 - 300 C. Apabila suhu kurang optimal, misalnya terlalu tinggi maka suhu ruangan perlu diatur. Untuk mengatur suhu dan kelembaban kumbung, dilakukan teknik pengembunan (tidak langsung pada baglog jamur) dengan menyemprotkan air menggunakan handsprayer. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi miselia jamur tersebut maka perlu dilakukan sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik (rusak).
78
4.5.2.7 Penumbuhan Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur + 30-40 hari dan telah putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka media tanam (baglog) jamur. Pembukaan baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas penutup baglog, atau pun dengan menyobek plastik baglog (disobek sedikit) di berbagai sisi baglog. Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen (O2) yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Jamur tiram yang merupakan jamur mesofil (jamur kayu) menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 180 - 250 C, kelembaban relatif 75-90 %. Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama empat sampai enam hari. Agar mendapatkan tubuh buah jamur tiram putih secara optimal unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah melakukan pengendalian suhu dan kelembaban dengan penyiraman. Setelah itu, pada hari ke tujuh akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah) yang siap dipanen.
79
4.5.2.8 Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan Penyiraman diawali oleh pembukaan cincin baglog yang ditutup kertas dan diikat dengan karet. Selama proses pemeliharaan, baglog disiram dengan air bersih dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari dengan menggunakan sprayer. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehingga miselia dapat tumbuh dengan baik. Pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan cara membuka dan atau menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga dan sesuai untuk pertumbuhan optimal miselia jamur.
4.5.2.9 Pengendalian Hama dan Penyakit Sebagai tumbuhan, jamur juga tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Saat masih dalam proses inkubasi saja, penyakit sudah mulai mengunjungi. Setelah masa pertumbuhan tubuh buah pun masih ada binatang yang suka menyambangi (Redaksi Trubus, 2010:52). Pengendalian hama pada jamur tiram putih dilakukan tidak menggunakan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dilakukan secara manual yaitu dengan membuang hama yang ada agar tidak memakan baglog dan tubuh buah jamur tiram putih. Hama yang mengganggu dapat mengakibatkan baglog cepat rusak dan mudah terkontaminasi mikroorganisme sehingga berujung pada terjangkit penyakit.
80
Hama dan penyakit dapat dikendalikan dengan menjaga kebersihan sewaktu proses produksi. Oleh karena itu, alat-alat yang digunakan, rak-rak, dan ruang pemeliharaan harus bersih dan steril dimana pembersihan dan pensterilan tidak menggunakan zat sintetis kimia buatan yang berbahaya. Hama yang menyerang baglog antara lain ulat, serangga kecil, dan lainlain. Sedangkan yang menyerang tubuh buah jamur tiram putih antara lain adalah kumbang, kutu, dan sebagainya. Penjelasan singkat mengenai hama-hama tersebut dan cara pengendaliannya dapat dilihat di bawah ini. a. Ulat (Lycoriella sp) Hama ini menyerang saat kelembapan udara berlebihan yang biasanya menyerang saat musim hujan namun jarang saat musim kemarau. Penyebab lain ialah kumbung kurang bersih. Serangan hama ini tertuju pada baglog lama, atau pada hari ke-80. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyegerakan panen semua jamur tiram putih hingga tak tersisa pada waktu panen. Selain itu, baglog dan kumbung dibersihkan dengan menyemprot insektisida organik. Kemudian kondisi lingkungan pun harus diperbaiki, di antaranya membuat sirkulasi udara menjadi lancar yang dapat dilakukan dengan melengkapi kumbung dengan jendela yang dapat dibuka dan ditutup. b. Serangga Kecil Kumbung budidaya jamur tiram putih yang kurang bersih juga mengundang serangga-serangga kecil. Penyebabnya adalah sisa-sisa baglog atau tangkai jamur yang banyak berserakan di sekitar rak. Baglog apkir dan limbah itu mengundang serangga kecil datang dan kemudian bersembunyi di lamela jamur.
81
Untuk mengendalikan hama ini, dapat memanfaatkan gelas air mineral putih. Limbah itu kemudian di cat kuning agar lebih menarik perhatian hama kecil tersebut. Dinding gelas kemudian diberi perekat dan sedikit minyak agar serangga yang hinggap sulit lepas hingga akhirnya mati di sana. c. Kumbang (Cyllodes bifacies) Kumbang Cyllodes merusak jamur dengan cara memakan tubuh buah dan menggerogoti tudung. Tudung jamur tiram putih yang terserang akan menjadi lembek berair dan akan terlepas dalam waktu singkat (2 - 3 hari) sehingga tidak dapat dipanen. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan membersihkan areal sekitar dan di dalam kumbung. Selain itu, dapat pula dilakukan pengendalian dengan menyemprotkan insektisida nabati, seperti bawang putih dan tembakau. d. Kutu Kehadiran kutu pada tudung akan merugikan pertumbuhan jamur tiram ptuih. Namun pengendalian hama ini dengan insektisida kimia tidak mungkin dilakukan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan air saringan bawang putih (Allium sativum) yang telah diblender. Baglog jamur tiram putih yang terserang penyakit umumnya disebabkan karena sudah terkontaminasi mikroorganisme. Pengendaliannya adalah baglog yang terkontaminasi dibuang karena jika tidak disingkirkan dari populasi baglog yang di dalam kumbung maka umumnya akan menular kepada baglog lain. Musuh utama usaha budidaya jamur tiram putih adalah kapang. Jenis kapang pada baglog yang terkontaminasi diantaranya adalah:
82
a. Kapang Aspergillus niger Kapang ini menyebabkan baglog jamur berwarna hijau kehitaman. Hal ini disebabkan pada saat melakukan pembibitan, alat yang digunakan kurang steril. b. Kapang mucor sp Baglog jamur tiram putih berwarna hitam merupakan dampak dari kontaminasi kapang ini. Hal tersebut disebabkan pada saat pencampuran bahan baku, adonan terlalu basah. c. Kapang Oncom Merah atau Neurospora sito philla Kontaminasi kapang jenis ini mengakibatkan baglog jamur berwana kunig seperti jamur oncom. Hal ini disebabkan kurang lamanya proses sterilisasi. Baglog jamur yang terkontaminasi kapang ini cepat sekali menular atau menyebar pada baglog lain belum terkontaminasi. d. Jamur Parasit/Saprofit Jamur ini mengganggu pertumbuhan dan kehidupan jamur tiram putih. Jamur parasit ini dideteksi dengan melihat perubahan pada warna spora dan miselia jamur tiram putih. Hal ini disebabakan oleh persiapan yang kurang baik atau terkontaminasi pada saat inkubasi dan penumbuhan.
4.5.2.10 Panen dan Pasca Panen Kegiatan pemanenan ikut menentukan kualitas jamur tiram putih yang dipanen, sehingga P4S Nusa Indah mempertimbangkan beberapa hal berikut: a. Penentuan Waktu Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat yang optimal, yaitu cukup besar namun belum mekar penuh. Pemanenan ini
83
biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur (bakal buah). Pada saat itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5-10 cm dan bagian daun terasa tipis saat disentuh. Pemanenan dilakukan setiap hari selama periode produktif baglog jamur tirma putih (4 - 6 bulan) yang sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. Pada model usaha budidaya jamur tiram putih P4S Nusa Indah bersama dengan mitra wirausahawan jamur pemanenan dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kesegaran jamur tiram putih dan mempermudah pemasaran. Setiap baglog jamur tiram putih dapat dipanen 8-9 kali dalam 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk dengan berat rata-rata 0,4 kg per baglog. Rentang waktu antara panen pertama dan seterusnya pada setiap baglog jamur tiram putih rata-rata berkisar pada 9 – 10 hari. b. Teknik Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut atau memetik seluruh rumpun jamur tiram putih yang ada. Hal ini dilakukan agar semua bagian jamur tercabut dan tidak meninggalkan sisa yang dapat menyebabkan kebusukan. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja sebab dalam satu rumpun jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk).
84
Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. Pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja secara bergilir setiap hari sebanyak 3 - 4 orang. c. Penanganan Pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar dan pangkal batang. Dengan cara tersebut, disamping keberhasilannya lebih terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang atau memisahkan batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan menggunakan pisau atau gunting kecil. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci jamur tiram hasil putih panen. Jamur tiram putih yang tergolong baik selain dilihat dari keutuhan batang dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tua dan dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan panen produksi diperkirakan 80 % berdasarkan tingkat pengalaman dalam melakukan usaha tersebut.
85
Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di suhu kamar dengan temperatur + 200 C. Kemudian dilakukan pengemasan menggunakan kantung plastik transparan ukuran 5 kg. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengandung kesehatan manusia. Pengemasan yang baik, maka akan dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu produk yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan mekanis dan fisiologi, selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasarannya. Pengemasan hasil panen yang akan dipasarkan menggunakan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm. Plastik yang dibutuhkan sehari kurang lebih 18 lembar plastik. Proses pengemasan divakumkan agar jamur tiram putih lebih awet, setelah selesai kemudian langkah selanjutnya siap dipasarkan.
86
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Biaya usaha jamur tiram putih yang dikeluarkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Biaya total yang dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai). Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan petani dalam bentuk Rupiah yang harus dimiliki petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya seperti biaya pembelian bibit, pembelian bahan baku dan pendukung serta upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai) digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal, dan menilai kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan peralatan, bangunan dan sewa lahan milik sendiri juga dapat dimasukkan ke dalam biaya diperhitungkan.
5.1.1 Biaya Tunai Biaya tunai merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam bentuk tunai. Biaya tunai dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian bibit, serbuk kayu, dedak, kapur, gipsum, plastik media, karet gelang, kayu bakar, cincin bambu, kertas, spirtus, alkohol, gaji tenaga kerja baglog, bonus lembur tenaga kerja baglog, biaya transportasi baglog, biaya listrik dan air, biaya paket pembangunan kumbung budidaya, plastik kemasan jamur, transportasi pemasaran jamur, gaji tenaga kerja jamur, dan bagi hasil. 87
Biaya tunai pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dikelompokan menjadi tiga, yaitu biaya tunai untuk produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Pengelompokan ini didasarkan karena P4S Nusa Indah mampu menghasilkan produk dan jasa yang berbeda selama periode November 2010 - Mei 2011 sehingga perlu adanya pengelompokan biaya beserta komponennya, termasuk pada perhitungan biaya tunai ini. Informasi mengenai keseluruhan komponen biaya tunai pada masing-masing produksi disajikan pada Tabel 15, 16, dan 17. Kelompok biaya tunai yang pertama yaitu biaya tunai produksi baglog jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No.
Komponen Biaya Tunai
1 Bibit 2 Serbuk Kayu 3 Dedak 4 Kapur 5 Gipsum 6 Plastik Media 7 Karet Gelang 8 Kayu Bakar 9 Cincin Bambu 10 Kertas 11 Spirtus 12 Alkohol 13 Gaji Tenaga Kerja Baglog 14 Bonus Lembur Tenaga Kerja 15 Transportasi Baglog 16 Listrik dan Air Total Biaya Tunai
Kebutuhan
Satuan
1.200 Baglog 3.190 Karung 4.839 Kg 774 Kg 387 Kg 9 Karung 6 Kg 2 Mobil 40.000 Ring 60 Kg 18 L 6 L 3.114 HOK 519 HOK 10 Hari/Mobil 7 Bulan
Harga (Rp) 5.000 2.000 1.600 3.000 5.000 440.000 53.000 200.000 25 1.000 7.000 15.000 15.000 10.000 250.000 30.000
Nilai (Rp) 6.000.000 6.379.355 7.741.935 2.322.581 1.935.484 3.960.000 318.000 400.000 1.000.000 60.000 126.000 90.000 46.710.000 5.190.000 2.500.000 210.000 84.943.355
Sumber : Data Primer, diolah
88
% 7.06 7.51 9.11 2.73 2.28 4.66 0.37 0.47 1.18 0.07 0.15 0.11 54.99 6.11 2.94 0,25 100
Pada Tabel 15 tersebut terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen selama November 2010 - Mei 2011 adalah untuk gaji tenaga kerja. Selama durasi tersebut terdapat 212 hari, sedangkan untuk hari kerja unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah berjumlah 173 hari. Tenaga kerja sekaligus anggota P4S Nusa Indah ini bekerja dari hari Senin hingga Sabtu (kecuali hari libur nasional) dengan jam kerja selama + 8 jam ditambah dengan istirahat masing-masing 15 menit pada saat sarapan dan waktu Ashar serta 30 menit pada waktu Zuhur. Satu hari orang kerja (HOK) di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dihargai Rp. 15.000,-/orang ditambah dengan sarapan pada pukul 10.00 WIB, makanan ringan dan kopi saat istirahat Zuhur, serta makan sore pada penghujung kerja (pukul 17.00 WIB) untuk 18 orang tenaga kerja. Penggunaan bibit jamur tiram putih selama masa produksi November 2010Mei 2011 yaitu sebanyak 1.200 baglog bibit. Selama periode tersebut P4S Nusa Indah memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen sehingga kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 1.200 baglog bibit. Hal ini disebabkan setiap baglog bibit ukuran 18 cm x 35 cm yang digunakan dapat menginokulasi lima puluh (50) media tanam (baglog) jamur tiram putih. Harga jual satuan untuk satu baglog bibit jamur tiram putih dari pemasok bibit ini adalah Rp. 7.000,-, namun P4S Nusa Indah membeli dengan harga Rp. 5.000,- per baglog bibit karena volume pembelian dalam kuantitas banyak, yaitu 200 baglog bibit jamur tiram putih setiap kali transaksi dan kestabilan pembelian bibit dari P4S Nusa Indah.
89
Serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku produksi baglog jamur tiram putih siap panen selama masa produksi November 2010 - Mei 2011 adalah sebanyak 3.190 karung. Baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan sebanyak 60.000 ternyata menggunakan 2.710 karung serbuk kayu sebagai campuran adonan media tanam jamur tiram putih atau setara dengan penggunaan untuk 388 paket (1 paket menghasilkan 155 baglog jamur tiram putih), dan 480 karung (80 karung untuk pengukusan 10.000 baglog jamur tiram putih) sebagai campuran bahan bakar pensterilan dan pengukusan media tanam jamur tiram putih. Karung yang digunakan sebagai satuan serbuk kayu adalah karung pakan ternak dengan ukuran + 120 cm x 80 cm dengan berat isi rata-rata 35 kg. Satuan ini pula yang digunakan industri penggergajian kayu sebagai pemasok serbuk kayu dalam menentukan harga jual limbah penggergajian kayu, yaitu Rp. 2.000,- untuk setiap karung serbuk kayu yang dihasilkan. Untuk tetap menjaga kualitas baglog jamur tiram putih, P4S Nusa Indah meminta industri penggergajian tersebut tidak mencampur serbuk dari kayu yang banyak mengandung getah dengan kayu yang tidak bergetah. Getah kayu dapat mengurangi optimalisasi produksi jamur tiram putih karena akan menghasilkan suhu baglog menjadi panas sehingga miselia jamur tiram putih tidak mampu tumbuh optimal. Jumlah pemasok serbuk kayu untuk usaha jamur tiram putih sebanyak tiga tempat penggergajian kayu dengan lokasi yang relatif dekat, baik dari P4S Nusa Indah maupun dari setiap tempat penggergajian tersebut. Dedak sebagai salah satu bahan pembuat media tanam (baglog) jamur tiram putih yang digunakan P4S Nusa Indah menjadi bahan baku dengan biaya terbesar dibandingkan dengan bahan baku lainnya, yaitu serbuk kayu, kapur, dan gipsum. 90
Sebanyak 4.839 kg dedak atau bekatul dengan harga beli Rp. 1.600,- per kg digunakan sebagai bahan campuran adonan media tanam jamur tiram putih untuk menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen atau setara dengan 388 paket selama November 2010 - Mei 2011. Sedangkan pemakaian kapur dan gipsum sehingga menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen pada masa produksi yang sama adalah sebanyak 774 kg dan 387 kg dengan harga masingmasing Rp. 3.000,-/kg dan Rp. 5.000,- /kg (1 paket membutuhkan 12,5 kg dedak, 2 kg kapur, dan 1 kg gipsum untuk menghasilkan 155 baglog). Penggunaan plastik sebagai wadah media tanam (baglog) dalam memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama masa produksi November 2011 Mei 2011 adalah sebanyak 9 karung dengan harga beli Rp. 440.000,- untuk setiap karung plastik sedangkan untuk harga beli eceran plastik tersebut adalah Rp. 11.500,- untuk setiap ikat (1 ikat = 2 pack = 140 helai plastik). Penggunaan plastik tergantung pada banyaknya media tanam yang dihasilkan dalam setiap paket. Perhitungan secara detail adalah untuk setiap karung plastik memiliki berat 25 kg yang berisi 100 pack plastik dengan isi 70 helai plastik ukuran 17 cm x 35 cm. Jadi setiap karung plastik berisi 7.000 helai plastik, sedangkan baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan adalah 60.000 baglog. Berdasarkan wawancara dengan Ketua P4S Nusa Indah, untuk menghasilkan 10.000 baglog dibutuhkan 1,5 karung plastik sehingga untuk membuat sejumlah baglog selama November 2010 - Mei 2011 tersebut dibutuhkan 9 karung plastik baglog (media tanam) ukuran 17 cm x 35 cm. Hal ini dilakukan dalam rangka memperhitungkan plastik media tanam yang rusak atau sobek saat proses pemasukkan adonan media tanam ke dalam plastik. 91
Sarana produksi lain yang termasuk dalam biaya tunai adalah pembelian karet gelang. Selama periode November 2010 - Mei 2011, pemakaian karet gelang dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen mencapai 6 kg dengan harga Rp 53.000/kg. Banyaknya karet yang digunakan dalam tiap paket tergantung dari banyaknya log yang dihasilkan, karena karet gelang yang digunakan untuk mengikat ujung plastik baglog yang telah diisi adonan media tanam. Sebanyak 1 kg karet gelang atau setara dengan 2 bungkus dapat digunakan untuk memproduksi 10.000 baglog jamur tiram putih siap panen, sehingga untuk 60.000 baglog membutuhkan 6 kg karet gelang. Kayu bakar yang digunakan P4S Nusa Indah dalam memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap penen selama November 2010-Mei 2011 adalah sebanyak 2 mobil atau setara dengan 3 kubik kayu bakar. Mobil yang dimaksud adalah mobil bak terbuka (pick up) yang mampu menampung 1,5 kubik kayu bakar dengan harga Rp. 200.000,- untuk satu mobil pick up. Setiap muatan maksimal mobil pick up tersebut mampu dimanfaatkan untuk 30 kali mengukus sehingga mampu menghasilkan 30.000 media tanam (baglog) steril yang siap diinokulasi. Jadi, untuk menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih membutuhkan 3 kubik kayu bakar atau setara dengan 2 mobil pick up. Dana sebesar Rp. 1.400.000,- harus dikeluarkan P4S Nusa Indah untuk memenuhi kebuhan 40.000 ring cincin bambu agar mampu menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen. Cincin bambu yang digunakan berukuran diameter + 5 cm dan ketebalan + 2 cm dengan harga satuan Rp. 25,-. Penggunaan 40.000 ring cincim bambu selama periode November 2010 - Mei 2011 untuk 92
menghasilkan sejumlah baglog jamur tiram putih siap panen tersebut berdasarkan perhitungan bahwa setiap baglog harus menggunakan satu cincin bambu, namun satu cincin bambu dapat digunakan untuk beberap baglog yang berbeda. Hal ini dikarenakan cincin bambu yang ada pada 35.000 baglog yang dibudidayakan dapat digunakan kembali mengingat setelah panen pertama, cincin baglog jamur tiram putih tersebut dilepaskan dari leher baglog jamur tiram putih. Pada tahap inokulasi (pemberian bibit), dibutuhkan kertas untuk menutup baglog jamur tiram putih yang telah diinokulasi dan dipasangkan cincin bambu. Kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei 2011 pada kertas tersebut adalah 60 kg, karena setiap 10 kg kertas dengan harga Rp. 1.000,-/kg dapat digunakan untuk 10.000 baglog yang telah diinokulasi. Jumlah spirtus sebanyak 18 liter digunakan sebagai bahan bakar lampu bunsen untuk mensterilkan alat saat proses inokulasi dilakukan. Bahan tersebut merupakan salah satu kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei 2011 dalam memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen. Setiap 3 liter spirtus dapat digunakan untuk memproduksi 10.000 baglog pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah, sehingga 60.000 baglog yang diproduksi selama periode tersebut menggunakan 18 liter spirtus dengan harga Rp. 7.000,-/l.. Penggunaan alkohol dalam memproduksi baglog jamur tiram putih bertujuan untuk mensterilkan ruangan inokulasi dan petugas yang menginokulasi. Alkohol dengan konsentrasi 70% itu dibeli dengan harga Rp. 15.000,-/l. Selama periode November 2010 - Mei 2011, jumlah alkohol yang digunakan sebanyak 6 liter mengingat setiap liter alkohol cukup untuk produksi 10.000 baglog jamur tiram putih siap panen. 93
Selain pengeluaran untuk tenaga kerja yang telah dipaparkan di atas, P4S Nusa Indah juga memiliki komponen biaya untuk bonus lembur para tenaga kerja baglog jamur tiram putih siap panen. Perhitungan bonus lembur tenaga kerja adalah Rp. 10.000,- untuk setiap orang yang dihitung mulai dari pukul 19.00 s/d 22.00 WIB. Tidak semua tenaga kerja mengambil bonus lembur ini, sehingga hanya tenaga kerja yang mengingingkan saja. Berdasarkan wawancara dengan ketua P4S Nusa Indah, rata-rata setiap hari kerja hampir selalu ada tenaga kerja yang lembur yaitu + 3 orang per hari. Jumlah pesanan baglog jamur tiram putih siap panen sebanyak 10 kali dengan jumlah pembelian yang lebih dari 1.500 baglog selama periode November 2010 - Mei 2011 pada setiap kali pesanan. Pesanan dengan volume pembelian di atas 1.500 baglog diperkenankan untuk menggunakan jasa pengiriman baglog dengan syarat dan ketentuan tertentu. Syarat dan ketentuan tersebut adalah pelanggan dibebankan biaya tambahan sebesar Rp. 100,- untuk setiap baglog. Transportasi pengantaran pesanan baglog dengan volume pembelian > 1.500 ini menggunakan mobil pick up yang disewa dengan harga Rp. 250.000,- untuk sebuah mobil yang sudah termasuk bahan bakar minyak (BBM) selama satu hari. Biaya penggunaan mobil pick up yang tergolong mahal dimanfaatkan bukan hanya untuk mengantar pesanan baglog, namun juga sekaligus untuk membeli bahan-bahan kebutuhan produksi. Jadi setiap kali mengantar pesanan baglog jamur tiram putih siap panen, transportasi baglog juga digunakan untuk membeli faktor produksi, baik sebelum mengantar pesanan baglog maupun sesudahnya. Penggunaan mobil bak terbuka (pick up) yang disewa sebagai transportasi baglog jamur tiram putih siap 94
panen tidak dimanfaatkan untuk pemasaran jamur tiram putih segar. Hal ini dikarenakan panen jamur tiram putih dilakukan pada sore hari dan pemasarannya dilakukan pada malam hari, sehingga tidak dapat menggunakan mobil sewaan tersebut mengingat mobil tersebut sudah dikembalikan dan telah habis masa penyewaan untuk sehari. Salah satu komponen biaya tunai yang terakhir dan termasuk ke adalah pengeluaran untuk penggunaan listrik dan air. Biaya listrik pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog merupakan pengeluaran untuk pembayaran abodemen listrik ditambah dengan penggunaan rata-rata listrik pada mesin jet pump air setiap bulan selama periode November 2010 - Mei 2011. Pada periode tersebut, berdasarkan paparan ketua P4S Nusa Indah pada saat wawancara, pengeluaran untuk listrik dan air berarti pembayaran listrik pasca bayar untuk 7 bulan dengan biaya rata-rata setiap bulan Rp. 30.000,-. Kemudian kelompok biaya tunai yang kedua yaitu biaya tunai untuk paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Komponen biaya tunai dalam paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini terdiri dari pengeluaran untuk pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 No. Komponen Biaya Tunai 1
Pembangunan Kumbung
Total Biaya Tunai
Kebutuhan 4
Satuan unit
Harga (Rp) 8.000.000
Nilai (Rp) 32.000.000
100
32.000.000
100
%
Sumber : Data Primer, diolah
95
Pola kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya. Berdasarkan Tabel 16 tersebut, untuk jasa pembangunan kumbung, P4S Nusa Indah menganggarkan dana sebagai biaya pembangunan kumbung budidaya adalah sebesar Rp. 8.000.000,- pada setiap unit kumbung budidaya. Kumbung budidaya yang didirikan sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m yang di dalamnya terdapat 5 unit rak dengan 5 - 6 tingkat pada setiap rak. Selanjutnya kelompok biaya tunai yang ketiga yaitu biaya tunai untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini meliputi kerjasama P4S Nusa Indah dengan mitra dalam rangka pengelolaan, perawatan, dan pemasaran jamur tiram putih segar. Komponen biaya tunai itraan ini meliputi pengeluaran untuk pembelian plastik kemasan jamur, biaya transportasi pemasaran jamur, gaji tenaga kerja jamur, dan bagi hasil seperti yang tersaji pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 Harga Nilai No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan % (Rp) (Rp) 1 Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000 0,46 2 Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000 1,21 3 Bagi Hasil 118.459.035 98,32 Total Biaya Tunai 120.479.035 100 Sumber : Data Primer, diolah
Pada Tabel 17 di atas terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan adalah untuk bagi hasil. Bagi hasil di sini mengandung arti bahwa P4S Nusa Indah membagi perolehan hasil penjualan jamur tiram putih segar kepada wirusahawan 96
jamur selaku mitra yang meminta bantuan jasa budidaya jamur tiram putih kepada P4S Nusa Indah. Kesepakatan yang terjadi dalam bagi hasil ini adalah mitra memperoleh 94% dan P4S Nusa Indah mendapatkan 6% dari hasil penjualan jamur tiram putih segar. Selama periode November 2010 - April 2011, jamur tiram putih segar dihasilkan sebanyak 14.002,25 kg sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 126.020.250,-. Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka P4S Nusa Indah memberikan bagi hasil penerimaan kepada mitra sebesar Rp. 118.459.035,- . P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011, sebanyak 35.000 baglog jamur tiram putih mampu memproduksi 14.002,25 kg jamur tiram putih segar sehingga membutuhkan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm sebanyak 28 kg plastik untuk proses pemasarannya. Harga beli plastik kemasan adalah Rp. 20.000,- untuk setiap kilogram plastik yang terdiri dari dari 2 pack dengan isi masing-masing 45 lembar plastik ukuran 40 cm x 60 cm. Setiap lembar plastik kemasan tersebut mampu menampung + 5 kg jamur tiram putih segar. Budidaya jamur tiram putih oleh P4S Nusa Indah bersama dengan wirausahawan jamur tiram putih memiliki durasi + 146 hari pada periode November 2010 - April 2011 (terhitung saat panen pertama hingga panen terakhir). Budidaya jamur tiram putih ini mampu memproduksi jamur tiram putih segar sebanyak 14.002,25 kg yang dihasilkan dari 35.000 baglog jamur tiram putih di empat kumbung budidaya. Panen jamur tiram putih dilakukan setiap sore hari itu dikarenakan pemasaran dilakukan pada malam hari mengingat pusat aktivitas pemasokan (supply) barang dan komoditi pertanian di pasar tradisional Bogor dilakukan saat dini hari. Jamur tiram putih yang dipasarkan di pasar 97
tradisional Bogor untuk dijual kembali oleh para pedagang pasar sehingga P4S Nusa Indah harus memasok jamur tiram putih pada malam hari. Pada periode produksi tersebut, jamur tiram putih dipanen selama + 146 hari dan pemasaran jamur tiram putih segar dilakukan pada setiap kali panen, sehingga penggunaan transportasi
pemasaran
jamur tiram
putih sebanyak 146 kali
dengan
memanfaatkan kendaraan pribadi milik wakil ketua P4S Nusa Indah yang menelan biaya Rp. 10.000,- setiap kali memasarkan jamur tiram putih segar.
5.1.2 Biaya Diperhitungkan Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan tidak dalam bentuk tunai atau tidak secara langsung dikeluarkan, namun harus diperhitungkan karena bagaimana pun juga biaya itu tetap ada. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, dan biaya sewa lahan sendiri. Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi tiga berdasarkan output (keluaran) yang dihasilkan P4S Nusa Indah, yaitu biaya diperhitungkan pada produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Informasi mengenai keseluruhan komponen biaya diperhitungkan pada setiap kelompok biaya diperhitungkan di masing-masing output (keluaran) P4S Nusa Indah tersaji pada Tabel 18, 19 dan 20. Kelompok biaya diperhitungkan yang pertama yaitu biaya diperhitungkan produksi baglog jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. 98
Tabel 18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
1
Komponen Biaya Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam Keluarga
2
Penyusutan Peralatan
3
Penyusutan Bangunan
4
Nilai Sewa Lahan Sendiri
No.
Kebutuhan 173
Satuan HOK
Harga (Rp) 15.000
Nilai % (Rp) 2.595.000 52,48 740.133 14,97 1.540.000 31,15
0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun
Total Biaya Diperhitungkan
2.000.000
69.300
1,40
4.944.433
100
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 18 di atas, biaya untuk memperhitungkan tenaga anggota keluarga yang terpakai di P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen ini memiliki porsi yang paling besar yaitu sebesar 52,48% dari keseluruhan biaya tidak tunai. Anggota keluarga yang ikut serta dalam menjalankan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini hanya satu orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh anggota keluarga yang turut serta dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen termasuk ke dalam salah satu komponen biaya mengingat bagaimanapun juga tenaga yang dipakai tersebut harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering terlupa dalam perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada usaha produksi baglog jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga yang turut mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 15.000,-/hari. Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November 2010 - Mei 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa dimasukkan ke dalam biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya penyusutan peralatan selama periode yang berdurasi 7 bulan tersebut adalah sebesar Rp. 740.133,-. 99
Biaya penyusutan bangunan pada P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November 2010 - Mei 2011 ternyata merupakan penyumbang porsi terbesar kedua dalam keseluruhan biaya yang diperhitungkan. Komponen biaya penyusutan bangunan menyumbang 31,15% dari keseluruhan biaya yang diperhitungkan. Biaya penyusutan bangunan ini selama periode produksi tersebut menelan biaya sebesar Rp. 1.540.000,-. Lahan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen adalah seluas 594 m2. Berdasarkan informasi dari Ketua P4S Nusa Indah dan beberapa masyarakat sekitar, diketahui biaya sewa lahan di daerah lokasi penelitian adalah Rp. 2.000.000,- per hektar selama setahun, sehingga perhitungan biaya sewa lahan sendiri untuk penggunaan 594 m2 lahan selama November 2010 - Mei 2011 dalam memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen akan bernilai Rp. 69.300,-. Kemudian kelompok biaya diperhitungkan yang kedua yaitu biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Komponen biaya diperhitungkan dalam paket kemitraan ini meliputi pengeluaran dan pengalokasian anggaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga. Informasi mengenai komponen biaya diperhitungkan yang melekat pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 No. 1
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK
Total Biaya Diperhitungkan
Harga (Rp) 15.000
Nilai (Rp) 750.000
100
750.000
100
%
Sumber : Data Primer, diolah
100
Pada Tabel 19 tersebut dapat terlihat bahwa satu-satunya pengisi komponen biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih adalah pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga yang turut serta dalam kegiatan pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Pengeluaran ini memakan biaya sebesar Rp. 1.500.000,- yang ditujukan kepada seorang anggota keluarga yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Perhitungan biaya ini adalah anggota keluarga tersebut dihargai Rp. 15.000,- untuk setiap hari kerja pada Senin s/d Sabtu (kecuali hari libur nasional) selama dua bulan. Pengerjaan paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih ini memakan waktu selama dua bulan yang terhitung sejak awal November hingga akhir Desember 2010. Selanjutnya kelompok biaya diperhitungkan yang ketiga yaitu biaya diperhitungkan pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Komponen biaya diperhitungkan ini terdiri dari pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan peralatan. pada Tabel 20 di bawah ini tersaji informasi mengenai keseluruhan komponen biaya diperhitungkan yang ada pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Tabel 20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 Komponen Biaya Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam 1 Keluarga 2 Penyusutan Peralatan Total Biaya Diperhitungkan
No.
Kebutuhan
Satuan
180
HOK
Harga (Rp) 15.000
Nilai (Rp)
%
2.700.000 98,71 35.417 2.735.417
1,29 100
Sumber : Data Primer, diolah
101
Berdasarkan Tabel 20 tersebut, dapat diketahui bahwa biaya untuk memperhitungkan tenaga anggota keluarga di P4S Nusa Indah yang terpakai dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini memiliki porsi yang paling besar yaitu sebesar 98,71% dari keseluruhan biaya tidak tunai ini. Anggota keluarga yang ikut serta dalam menjalankan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan di P4S Nusa Indah ini hanya satu orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh anggota keluarga yang turut serta dalam budidaya jamur tiram putih termasuk ke dalam salah satu komponen biaya mengingat bagaimana pun juga tenaga yang dipakai tersebut harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering terlupa dalam perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga yang turut mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 10.000,/hari. Selama periode November 2010 - April 2011 hari kerja untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini sebanyak 180 hari. Tenaga kerja dalam keluarga yang turut serta dalam pembudidayaan jamur tiram putih ini mengalokasikan tenaga dan waktunya pada pukul 14.00 s/d 17.00 WIB setiap satu pekan dalam budidaya jamur tiram putih (kecuali hari libur nasional). Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar selama periode November 2010 - April 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa dimasukkan ke dalam biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan akibat penurunan nilai peralatan selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 35.417,-.
102
5.1.3 Biaya Total Biaya total usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011 merupakan penjumlahan seluruh komponen biaya, baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Keseluruhan komponen biaya total pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini. Tabel 21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 Jenis Biaya
I. Biaya Tunai
Kelompok Produksi
Nilai (Rp)
Jumlah (Rp)
%
Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
84.943.355
Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
32.000.000 237.422.390
Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen II. Biaya Paket Kemitraan Investasi Diperhitungkan Usahatani Jamur Tiram Putih Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Biaya Total
96,57
120.479.035 4.944.433 750.000
8.429.850
3,43
245.852.240
100
2.735.417
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 21 di atas, komponen biaya terbesar dalam porsi keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya tunai dengan persentase 96,57%. Besarnya biaya tunai tersebut didominasi oleh tingginya biaya pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Sedangkan porsi terkecil dalam keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya diperhitungkan dengan biaya yang melekat pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebagai komponen biaya diperhitungkan yang terkecil. 103
Tingkat persentase yang tinggi dari pengeluaran tunai pada biaya total yang didominasi biaya tunai budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini disebabkan oleh besarnya biaya untuk bagi hasil dengan wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra. Hal ini dilakukan mengingat P4S Nusa Indah bekerjasama dengan mitra dalam mengelola, merawat, dan memasarkan jamur tiram putih segar. Selanjutnya porsi terkecil dalam keseluruhan biaya (biaya total) usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah adalah biaya diperhitungkan. Selaku biaya dengan persentase terkecil dari keseluruhan biaya (biaya total) pada usaha jamur tiram putih, biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih memiliki sumbangsih terkecil. Hal ini dikarenakan biaya tenaga kerja dalam keluarga sebagai satu-satunya pengisi komponen biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi tersebut hanya menyumbang sedikit sekali pengeluaran. Rendahnya tingkat sumbangsih biaya ini dikarenakan jumlah anggota keluarga yang ikut serta dalam kegiatan ini sedikit dan ditambah lagi dengan durasi kerja yang relatif singkat karena hanya memakan waktu dua bulan.
5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Penerimaan usaha ini merupakan nilai produksi yang diterima usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah. Penerimaan utama unit usaha jamur tiram putih P4S unggulan Kecamatan Tamansari ini diperoleh dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen yang merupakan hasil kali antara produksi dengan harga jual baglog jamur tiram putih tersebut atau yang biasa disebut dengan hasil penjualan. Selain itu, saat ini penerimaan bagi P4S Nusa Indah juga diperoleh dari budidaya jamur tiram putih yang jika dilihat lebih rinci bersumber bukan hanya dari 104
hasil penjualan baglog jamur tiram putih siap panen saja, namun juga berasal dari jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih, dan penjualan jamur tiram putih segar yang dibudidayakan dengan sistem kemitraan. Lebih lanjut setiap penerimaan yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini akan dibahas berikut ini.
5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Selama periode November 2010 - Mei 2011, unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah telah menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen dengan ukuran 17 cm x 35 cm dan berat rata-rata 1,2 kg untuk setiap baglog. Data penerimaan P4S Nusa Indah yang diperoleh dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen dapat pada Tabel 22 di bawah ini. Tabel 22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011 No. 1
Volume Produksi (baglog) 40.000 Penjualan Sistem Pembelian Borongan Baglog Sistem Pembelian Eceran 20.000
2
Komponen Penerimaan
Jasa Pengiriman Baglog
Total
60.000
Harga Jual (Rp.) 1.800
Penerimaan (Rp.) 72.000.000
2.000
40.000.000
100
6.000.000 118.000.000
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 22 di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat dua macam harga jual baglog jamur tiram putih siap panen yang ditetapkan P4S Nusa Indah. Harga jual yang pertama ditetapkan untuk pembelian borongan dan yang kedua harga jual untuk pembelian eceran. Pembelian borongan atau sistem partai merupakan pembelian baglog jamur tiram putih siap panen dengan volume lebih dari sama dengan lima ribu baglog (> 5.000 baglog) dan harga jual yang ditetapkan sebesar 105
Rp. 1.800,- untuk setiap media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen. Selama periode November 2010 - Mei 2010 terdapat 3 kali pesanan baglog dengan sistem partai dan telah menjual 40.000 baglog jamur tiram putih siap panen. Sedangkan harga jual media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen sebesar Rp. 2.000,-/baglog ditetapkan untuk pembelian eceran atau sistem satuan. Harga jual baglog jamur tiram putih siap panen tersebut diberikan terhadap pembelian baglog dengan jumlah < 5.000 baglog. Pada periode yang sama unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini juga telah menjual 20.000 baglog tiram putih siap panen untuk 7 kali pesanan baglog dengan sistem pembelian satuan (eceran). Kemudian pada Tabel 22 tersebut, dapat juga terlihat bahwa terdapat sumber penerimaan dari jasa pengiriman baglog jamur tiram putih siap panen. Jasa pengiriman ini dapat digunakan oleh pelanggan baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah dengan syarat dan ketentuan tertentu. Volume pembelian minimal adalah 1.500 baglog dan akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 100,-/baglog untuk dapat memanfaatkan fasilitas ini. Selama periode November 2010 - Mei 2011, setiap volume pembelian adalah lebih dari 1.500 baglog dan semua pelanggan meminta pesanan baglog jamur tiram putih siap panen dikirim ke lokasi budidaya.
5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Pada selang waktu November 2010 - Mei 2011 P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih memperoleh penerimaan bukan hanya dari fokus usaha yang selama ini dijalankan, yaitu produksi baglog jamur tiram putih siap panen, namun juga berasal dari dua sumber lain yang salah satunya adalah paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Sumber penerimaan yang 106
satu ini diperoleh P4S Nusa Indah dengan memberikan jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih yang dilakukan selama rentang waktu dua bulan (November - Desember 2010). Paket kemitraan investasi ini merupakan penjualan jasa P4S Nusa Indah dalam membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Hal ini dilakukan mengingat wirausahawan jamur tiram putih yang pada awalnya hanya berniat membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa Indah saja, namun pada suatu momentum akhirnya meminta P4S Nusa Indah untuk mendirikan kumbung budidaya jamur tiram putih dan menentukan lokasi penempatan kumbung budidaya yang sesuai. Kumbung budidaya jamur tiram putih merupakan salah satu investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih. Informasi lebih lanjut tersaji pada Tabel 23 di bawah ini. Tabel 23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011 No.
Jenis Penerimaan
1
Jasa Pembangunan Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih
Total
Volume Produksi 4
Satuan
Harga Jual (Rp.)
Penerimaan (Rp.)
Unit
10.000.000
40.000.000 40.000.000
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 23 di atas, paket kemitraan investasi ini sepakat untuk mendirikan kumbung budidaya sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m. Pola kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya. Secara lebih rinci dijelaskan bahwa untuk jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih, P4S Nusa Indah menawarkan harga Rp. 10.000.000,- kepada mitra untuk setiap unit kumbung. 107
5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Sumber perolehan peneriman lain bagi P4S Nusa Indah berasal dari budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. P4S Nusa Indah bermitra dengan wirausahawan jamur tiram putih untuk membudidayakan jamur tiram putih selama periode November 2010 - April 2011. Sistem kemitraan yang terjadi yaitu mitra meminta P4S Nusa Indah untuk melakukan pengelolaan, perawatan hingga pemasaran jamur tiram putih. Kemudian dilakukan pembagian hasil perolehan penjualan jamur tiram putih segar antara P4S Nusa Indah dengan mitra dengan perbandingan 94% untuk wirausahawan jamur tiram putih dan 6% untuk P4S Nusa Indah. Harga jual di pasaran untuk setiap kilogram jamur tiram putih segar yang ditetapkan P4S Nusa Indah adalah Rp. 9.000,-/kg. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 24 di bawah ini. Tabel 24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011 No. Kumbung 1 2 3 4
I II III IV Total
Kapasitas Volume Produksi Harga Jual Nilai (Baglog) (Kg) (Rp./Kg) (Rp.) 10.000 4.101,50 36.913.500 10.000 3.937,50 35.437.500 10.000 3.864,85 9.000 34.783.650 5.000 2.098,40 18.885.600 35.000 14.002,25 126.020.250
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 24 di atas, dapat dilihat bahwa kumbung budidaya sebagai tempat budidaya jamur tiram putih hasil kerjasama P4S Nusa Indah dengan mitra dalam menghasilkan jamur tiram putih segar yang terisi dengan 35.000 baglog mampu menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap baglog jamur tiram putih mampu menghasilkan rata-rata 4 ons jamur 108
tiram putih segar. Kemudian dari sejumlah jamur tiram putih segar hasil budidaya tersebut, dipasarkan dan dijual oleh P4S Nusa Indah dengan harga Rp. 9.000,-/kg. Oleh karena itu, penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar adalah sebesar Rp. 126.020.250,-.
5.5.3 Penerimaan Total Seluruh pemasukan pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah merupakan penerimaan total. Penerimaan yang terjadi di P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih bersumber dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Keseluruhan penerimaan pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 Nilai No. Sumber Penerimaan (Rp.) 1 Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 118.000.000 2 Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 40.000.000 3 Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 126.020.250 Penerimaan Total 284.020.250 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 25 tersebut, terlihat bahwa penerimaan dari budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan menyumbang pemasukan terbesar terhadap keseluruhan penerimaan, yaitu sebesar 44,37%. Sedangkan penerimaan yang diperoleh dari paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih memiliki porsi terkecil yaitu sebesar 14,08% pada komponen penerimaan total. 109
% 41,55 14,08 44,37 100
Besarnya penerimaan yang diperoleh dari budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan tersebut didukung oleh sumbangsih hasil penjualan jamur tiram putih segar. Hasil penjualan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar tersebut memunculkan perolehan penerimaan dengan nilai nominal Rp. 126.020.250,-. Nilai penerimaan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar ini dapat menyumbang dengan porsi yang cukup besar pada penerimaan total karena kuantitas volume produksi yang cukup banyak dan ditunjang dengan tingkat harga jual yang stabil.
5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Pendapatan usaha jamur tiram putih merupakan selisih antara keseluruhan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini. Tabel 26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Penerimaan Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Biaya Total (2 + 3) Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4)
Nilai (Rp) 284.020.250 237.422.390 8.429.850 245.852.240 46.597.860 38.168.010
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 26 di atas dapat diketahui bahwa nilai pendapatan atas biaya tunai (pendapatan kotor) terlihat lebih besar dari nilai pendapatan atas biaya total (pendapatan bersih). Hal ini terjadi karena pendapatan atas biaya tunai tidak 110
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan seperti gaji tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan, dan nilai lahan sendiri. Sedangkan pendapatan atas biaya total memasukkan seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan untuk diperhitungkan selisihnya dengan penerimaan total. Nilai pendapatan total tersebut menggambarkan keuntungan yang sebenarnya diperoleh oleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah. Besarnya pendapatan usaha jamur tiram putih ini telah cukup memadai karena pendapatan yang diperoleh telah cukup untuk membayar seluruh biaya pembelian sarana produksi termasuk seluruh biaya adrninistrasi yang melekat pada pembelian tersebut. Usaha jamur tiram putih seperti ini sudah dapat dikatakan berhasil karena penerimaan yang diperoleh sudah mencukupi untuk membayar seluruh biaya yang dikeluarkan selama masa produksi baik tunai maupun yang diperhitungkan dan masih tetap menghasilkan selisih yang positif berupa laba.
5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Nilai pendapatan yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya belum cukup menunjukkan keberhasilan, keefisiensian, bahkan kelayakan suatu usaha, termasuk pada usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah. Dibutuhkan analisa lebih mendalam utnuk melihat hal tersebut. Analisis tersebut dapat dilakukan melalui analisis R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP (titik impas). Analisis lebih mendalam mengenai usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah dengan menggunakan beberapa alat analisis yang telah disebutkan di atas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
111
5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) Keuntungan relatif dari usaha jamur tiram putih ini dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C ratio. Analisis ini membandingkan keseluruhan penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan. Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. Pengelompokan ini dilakukan untuk melihat imbangan antara penerimaan yang diterima dengan pengeluaran tunai dan memantau imbangan yang terjadi pada penerimaan dengan biaya yang diperhitungkan seperti yang dapat dilahat pada Tabel 27 di bawah ini. Tabel 27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. 1
Penerimaan
Nilai (Rp) 284.020.250
2
Biaya Tunai
237.422.390
3
Biaya yang Diperhitungkan
4
Biaya Total (2 + 3)
5
R/C ratio atas Biaya Tunai (1 / 2)
1,20
6
R/C ratio atas Biaya Total (1 / 4)
1,16
Uraian
8.429.850 245.852.240
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 27 di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,20. Hal ini berarti setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maka akan memberikan penerimaan kembali sebesar Rp 1.120,-. Sedangkan nilai R/C ratio atas biaya total diperoleh sebesar 1,16 yang mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1.000,- atas keseluruhan biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1.160,- kepada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah. 112
Dari kedua nilai R/C atas biaya tunai dan atas biaya total tersebut, walaupun berbeda namun dapat menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah menguntungkan. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dikatakan efisien karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih dari satu (R/C ratio > 1) sehingga kegiatan usaha jamur tiram putih layak karena memberikan penerimaan lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C ratio pada analisis imbangan penerimaan dengan biaya ini memiliki nada yang sama dengan penelitian-penelitian tentang analisis usaha jamur tiram putih yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian Juanto di tahun 2008 yang mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Tamansari misalnya, nilai R/C ratio atas biaya tunai diperoleh sebesar 1,63. Hal serupa juga dikemukakan penelitian Nasution di tahun 2010 yang menyebutkan bahwa usaha jamur tiram putih mampu memberikan penerimaan yang lebih besar daripada pengeluaran dengan nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,63. Pada penelitian ini, walaupun nilai R/C ratio yang diperoleh tidak sebesar beberapa penelitian di atas, namun perbedaannya tidak terpaut jauh. Kecilnya nilai R/C ratio penelitian ini tidak menyurutkan makna bahwa usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah tidak menguntungkan dan tidak layak, namun hasil R/C ratio tetap berada di atas indikator analisis perbandingan penerimaan atas biaya. Selain itu, usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh P4S Nusa Indah bukan semata-mata profit oriented (orientasi keuntungan) namun lebih kepada social oriented yang mengajarkan petani dan masyarakat sekitar tentang usaha jamur tiram putih dengan menjadi contoh langsung. 113
5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) Dalam melaksanakan suatu usaha, terlebih itu merupakan usaha di bidang pertanian maka sasaran utama adalah mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Oleh karena itu diperlukan sesuatu yang diberikan (inputi) pada komoditi pertanian yang dibisniskan, baik mengeluarkan biaya atau tidak sehingga dapat diperoleh sesuatu output. Upaya para pelaku usaha dalam memperhitungkan input dan output semakin nyata dilakukan dan dikenal dengan sebutan analisis usaha yang salah satu alatnya adalah analisis B/C Ratio. Perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha seperti usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini merupakan analisis yang digunakan untuk melihat tingkat nilai pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Nilai B/C ratio yang digunakan pada analisis ini meliputi nilai B/C ratio atas biaya tunai dan nilai B/C ratio atas biaya total. Komponen rasio keuntungan atas biaya pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini. Tabel 28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
1
Penerimaan
Nilai (Rp) 284.020.250
2
Biaya Tunai
237.422.390
3
Biaya yang Diperhitungkan
4
Biaya Total (2 + 3)
5
Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2)
46.597.860
6
Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4)
38.168.010
7
B/C ratio atas Biaya Tunai (E / B)
0,20
8
B/C ratio atas Biaya Total (F / D)
0,16
No.
Uraian
8.429.850 245.852.240
Sumber : Data Primer, diolah
114
Berdasarkan Tabel 28 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio atas biaya tunai selama periode November 2010 - Mei 2011 sebesar 0,20 yang mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang dikeluarkan untuk usaha jamur tiram putih akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 200,-. Sedangkan nilai B/C ratio atas biaya total sebesar 0,16 dapat mengandung arti bahwa setiap Rp. 1.000,- yang dikeluarkan untuk biaya total pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 160,-. Perbedaan pada hasil perhitungan B/C ratio atas biaya tunai dengan B/C ratio atas biaya total dikarenakan perbedaan pada biaya yang dipakai dalam perhitungan sehingga membuat nilai B/C raio atas biaya total lebih kecil dibandingkan B/C ratio atas biaya tunai. Nilai B/C ratio atas biaya total menggunakan biaya secara keseluruhan baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan perbandingan dengan keuntungan yang diperoleh. Nilai B/C ratio atas biaya tunai dan B/C ratio atas biaya total memang menunjukkan perbedaaan. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut akan menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah masih mendatangkan keuntungan mengingat baik nilai B/C ratio atas biaya tunai maupun B/C ratio atas biaya total lebih besar dari nol (B/C ratio > 0). Hal ini berarti usaha jamur tiram putih tersebut dapat memberikan manfaat dan bahkan dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan.
115
5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Oleh karena itu analisis break even point atau titik impas produksi digunakan guna menunjukkan tingkat produksi, dalam hal ini produksi pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah yang tidak menyebabkan kerugian maupun keuntungan. Selain itu, analisis BEP yang dilakukan dapat mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan, serta mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan. Dengan kata lain, dalam kondisi demikian laba yang diperoleh adalah nol (impas). Pada analisis ini, titik impas produksi selain dinyatakan dalam satuan kilogram, juga dinyatakan dalam satuan rupiah. Menurut Halim (2007:188), penggunaan rumus BEP agar bisa diterapkan, harus memenuhi asumsi bahwa suatu perusahaan dengan produk output lebih dari satu maka perhitungan BEP-nya dilakukan satu per satu secara terpisah. Dalam menentukan titik impas (BEP) produksi perlu diketahui biaya produksi total dan penerimaan total. Untuk biaya produksi total harus diketahui terlebih dahulu biaya tetap total dan biaya variabel total seperti yang terlihat pada Tabel 29 berikut ini.
116
Tabel 29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 1) Listrik dan Air 210.000 2) Penyusutan Peralatan 740.133 Biaya Tetap 3) Penyusutan Bangunan 1.540.000 4) Nilai Sewa Lahan Sendiri 69.300 5) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.595.000 1) Bibit 6.000.000 2) Serbuk Kayu 6.379.355 3) Dedak 7.741.935 4) Kapur 2.322.581 5) Gipsum 1.935.484 6) Plastik Media 3.960.000 7) Karet Gelang 318.000 Biaya 8) Kayu Bakar 400.000 Variabel 9) Cincin Bambu 1.000.000 10) Kertas 60.000 11) Spirtus 126.000 12) Alkohol 90.000 13) Gaji TK (Tenaga Kerja) 46.710.000 14) Bonus Lembur TK 5.190.000 15) Transportasi Baglog 2.500.000 Total Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Komponen Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Biaya Tetap 1) Tenaga Kerja dalam Keluarga 750.000 Biaya 1) Jasa Pembangunan Kumbung 32.000.000 Variabel Total Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
Jumlah
5.154.433
84.733.355
89.887.788 Jumlah 750.000 32.000.000 32.750.000
Komponen Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Dengan Sistem Kemitraan Jumlah 1) Penyusutan Peralatan 35.417 Biaya Tetap 2.735.417 2) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.700.000 1) Plastik Kemasan Jamur 560.000 Biaya 2) Tranportasi Pemasaran Jamur 1.460.000 120.479.035 Variabel 3) Bagi Hasil 118.459.035 Total Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 123.214.452 Biaya Total
245.852.240
Sumber : Data Primer, diolah
117
Pada Tabel 29 tersebut, dapat diketahui nilai biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu maka dapat dilakukan analisis break even point di usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah seperti yang terlihat pada Tabel 30 di bawah ini. Tabel 30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. 1
2
3
Kelompok Volume Biaya Total Harga Jual BEP Volume BEP Harga Jual Produksi Produksi (Rp.) (Rp.) Produksi (Rp.) Baglog Jamur 60.000 48.155 Tiram Putih Siap 89.887.788 1.866,67* 1.498,13 Baglog Baglog Panen Paket Kemitraan 4 3,25 Investasi Usahatani 32.750.000 10.000.000 8.187.500 Kumbung Kumbung Jamur Tiram Putih Budidaya Jamur 14.002,25 123.214.45 13.690,50 Tiram Putih dengan 9.000 8.799,62 Kg 2 Kg Sistem Kemitraan
Sumber : Data Primer, diolah Keterangan : * Harga Jual Pokok untuk Setiap Produk Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Berdasarkan hasil analisis break even point seperti yang terlihat pada Tabel 30 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah mampu mendatangkan keuntungan karena volume produksi dan harga jual baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang dihasilkan lebih tinggi daripada titik impasnya atau BEP (Break Even Point). Produk baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan sebanyak 60.000 baglog dengan harga jual pokok sebesar Rp. 1.866,67,- yang berarti lebih tinggi daripada nilai titik impas produksi sebesar 48.155 baglog dan titik impas harga jual sebesar Rp. 1.498,13,-. Begitu pun dengan volume produksi dan harga jual paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang diberikan P4S Nusa Indah juga lebih tinggi daripada titik impasnya. Nilai BEP volume produksi yang 118
dihasilkan sebanyak 3,25 kumbung (setara dengan 3 kumbung ukuran 70 m2 dan 1 kumbung ukuran 17,5 m2) dan BEP harga jual sebesar Rp. 8.187.500,- sedangkan volume produksi pada jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebanyak 4 kumbung ukuran 70 m2 serta harga jual dalam paket ini sebesar Rp. 10.000.000,-. Hal yang sama juga terjadi pada hasil analisis BEP volume produksi dan BEP harga jual pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Volume produksi dan harga jual yang ada ternyata lebih tinggi dari nilai titik impas volume produksi dan harga jual. Volume produksi pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan berada pada tingkat 14.002,25 kg sedangkan BEP volume produksi menempati level (tingkat) 13.690,50 kg dan harga jual yang ditetapkan sebesar Rp. 9.000,- sedangkan nilai titik impasnya sebesar Rp. 8.799,62,-. Walaupun perbedaan antara nilai BEP volume produksi dan harga jual dengan volume produksi dan harga jual yang ada tidak terlalu besar bahkan cenderung relatif kecil. Hal ini tidak sampai menggeser makna bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama perode November 2010 - Mei 2011 menjadi tidak menguntungkan dan tidak layak. Namun justru sebaliknya, usaha tersebut telah mampu memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya berdasarkan hasil analisis break even point. Lebih lanjut analisis break even point dapat pula dinyatakan dalam nilai BEP penerimaan. Nilai BEP penerimaan merupakan suatu titik yang dapat menjadi salah satu indikator keseimbangan antara laba dan rugi suatu usaha. Pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, saat dianalisis menggunakan BEP penerimaan maka akan diperoleh nilai sebesar Rp. 18.283.272,- untuk titik impas produksi 119
baglog jamur tiram putih siap panen, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 3.750.000,sebagai titik impas paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 62.209.803,- sebagai titik impas pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Informasi lebih lanjut dapat terlihat seperti yang ada pada Tabel 31 di bawah ini. Tabel 31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. 1
2
3
Kelompok Penerimaan Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total BEP Penerimaan Produksi (Rp,) (Rp.) (Rp.) (Rp.) Baglog Jamur Tiram Putih Siap 118.000.000 84.733.355 5.154.433 18.283.272 Panen Paket Kemitraan Investasi Usahatani 40.000.000 32.000.000 750.000 3.750.000 Jamur Tiram Putih Budidaya Jamur Tiram Putih dengan 126.020.250 120.479.035 2.735.417 62.209.803 Sistem Kemitraan
Sumber : Data Primer. Diolah
Hasil penjualan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 118.000.000,- sedangkan titik impas (break even point) penerimaan yang diperoleh berada pada nilai Rp. 18.283.272,-, berarti tingkat penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dari pada nilai BEP penerimaan. Hal serupa juga ditemui pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang memperoleh penerimaan lebih tinggi daripada hasil perhitungan titik impas. Penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 40.000.000,-. sedangkan nilai perolehan rupiah minimum berdasarkan hasil perhitungan BEP penerimaan berada pada posisi Rp. 3.750.000,-. Kemudian sama halnya pada budidaya jamur tiram 120
putih dengan sistem kemitraan yang memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dari pada nilai titik impas. Hasil perhitungan analisis BEP penerimaan memunculkan nilai sebesar Rp. 62.209.803,-, sedangkan jumlah penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 126.020.250,-. Hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu indikator keuntungan dan bahkan kelayakan suatu usaha. Ini berarti dapat ditafsirkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011 mampu memberikan keuntungan karena kondisi dan posisi penerimaan yang ada saat itu lebih tinggi daripada nilai titik impas yang dimunculkan oleh hasil analisis BEP penerimaan. Hal ini berarti untuk mencegah kerugian dan mempertahankan tingkat penerimaan maka unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah harus menstabilkan volume produksi lebih dari titik minimum. Untuk baglog jamur tiram putih siap panen yang dijual harus dipertahankan pada titik produksi lebih dari 48.155 baglog dan harga jual per baglog tidak kurang dari Rp. 1.498,13,-. Selain itu, dari sejumlah baglog yang dihasilkan tersebut batas minimum hasil penjualan baglog jamur tiram putih siap penen adalah Rp. 18.283.272,-. Sedangkan untuk paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih agar tetap berada pada kondisi menguntungkan maka minimal permintaan jasa adalah pembangunan 3,25 unit kumbung (setara dengan 3 unit kumbung ukuran 70 m2 dan 1 unit kumbung ukuran 17,5 m2) dengan tingkat penerimaan harus lebih dari Rp. 3.750.000,-. Kemudian untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan, batas minimum produksi jamur tiram putih segar adalah 13.690,50 kg dan harga jual tidak kurang dari Rp. 8.799,62,-/kg dengan tingkat terendah penerimaan akan hasil penjualan sebesar Rp. 62.209.803,-. 121
Semua fenomena di atas mengindikasikan bahwa kegiatan-kegiatan produktif yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih tidak merugikan P4S Nusa Indah mengingat nilai titik impas ketiganya yang lebih rendah daripada volume produksi, harga jual, dan nilai penjualan (penerimaan). Oleh karena itu, produksi sejumlah 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen, dan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar serta jasa pembangunan 4 kumbung dengan harga jual masingmasing yang menghasilkan sejumlah penerimaan dari setiap produk mampu memberikan keuntungan. Selama periode November 2010 - Mei 2011 tersebut. P4S Nusa Indah mampu memproduksi dan menjual produknya pada tingkat yang lebih tinggi daripada batas minimum penjualan dan memperoleh penerimaan yang lebih tinggi daripada tingkat terendah hasil penjualan. Sehingga dapat dikatakan usaha jamur tiram putih yang dijalankan menguntungkan dan layak untuk terus dilanjutkan.
5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini dapat dikatakan menghasilkan tiga output yang terdiri dari produk dan jasa, yaitu baglog (media tanam) jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Produksi baglog menghasilkan baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan terdiri dari jasa pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar dengan bekerja sama dalam suatu sistem kemitraan. 122
Masing-masing output (keluaran) tersebut memiliki karakteristik pemasaran yang berbeda. Output baglog jamur tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah bisa dikatakan sudah memiliki pasar tetap dengan jumlah pelanggan yang masih terus bertambah. Semenjak dimulainya kerjasama antara P4S Nusa Indah dengan wirausahawan jamur tiram putih pada bulan November 2010 hingga bulan Mei 2011. jumlah output baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan P4S Nusa Indah adalah 60.000 baglog. Paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang oleh ditawarkan P4S Nusa Indah sejauh ini baru yang pertama kali. Pelanggannya adalah wirausahawan jamur tiram putih yang sebenarnya merupakan pemain baru dalam usaha budidaya jamur tiram putih. Sehingga mitra tersebut tertarik untuk menempatkan dan mendirikan kumbung budidaya yang tepat dan sesuai dalam usahatani jamur tiram putih Wirausahawan jamur tiram putih tersebut berasal dari daerah Jakarta dengan domisili berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. Kemudian untuk paket kemitraan budidya jamur tiram putih ini juga baru pertama kali dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Pelanggan yang memakai jasa P4S Nusa Indah ini merupakan orang yang sama dengan pelanggan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di atas. Pada paket kemitraan ini, didalamnya terdapat aktivitas produksi jamur tiram putih segar dan P4S Nusa Indah berkewajiban memasarkannya. Dalam memasarkan produk jamur tiram putih, P4S Nusa Indah memilih pasar lokal seperti pasar Bogor, pasar Kemang (Parung), dan pasar Cisarua.
123
Pada pembahasan mengenai pemasaran kali ini, akan lebih ditampilkan pemasaran ouput P4S Nusa Indah yang berwujud produk, seperti baglog jamur tiram putih siap panen dan jamur tiram putih segar. Berikut dipaparkan mengenai pemasaran produk-produk pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.
5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang menghasilkan baglog jamur tiram putih siap panen ini telah memiliki beberapa pelanggan tetap. Pada dasarnya pelanggan tersebut merupakan kalangan petani dan wirausahawan jamur tiram putih. Pelanggan baglog jamur tiram putih ini bukan hanya di daerah Bogor, namun juga dari luar Bogor seperti Lampung, Jakarta, Cipanas, Parung, dan lain-lain. Data pelanggan baglog jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 32 di bawah ini. Tabel 32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011 No.
Pelanggan
1
Pelanggan Tetap
2
Pelanggan Baru
1) Pak Isa 2) Pak H. Rifai (Lampung) 3) Pak Isa 4) Dipa 5) Pak H. Rifai (Lampung) 1) Pak Ismail 2) Ibu Hj. Beti 3) Pak Rudi 4) Herman 5) Edi Total
Volume Pembelian (baglog) 20.000 3.000 15.000 4.000 3.000 5.000 3.000 2.000 3.000 2.000
Jumlah (Baglog)
45.000
15.000
60.000
Sumber : Data Primer. diolah
124
Permintaan terhadap jamur tiram putih segar masih tinggi sehingga peluang masih terbuka dan memungkinkan bertambahnya pendatang baru pada usaha jamur tiram putih, khususnya budidaya jamur tiram putih. Secara tidak langsung, permintaan akan jamur tiram putih segar ini juga akan meningkatkan permintaan baglog jamur tiram putih siap panen. Hal ini dikarenakan tingkat risiko pada pembuatan media tanam (baglog) yang tinggi membuat banyak petani dan wirausahawan jamur tiram putih memilih untuk membeli dan menggunakan baglog jamur tiram putih yang siap panen. Harga jual untuk baglog jamur tiram putih siap panen bervariasi berdasarkan jumlah pembelian. Dengan kata lain, ada dua variasi harga yang berlaku. yaitu harga partai (borongan) dan harga satuan (eceran). Namun pada dasarnya harga jual baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah mengacu kepada harga jual pokok, harga partai digunakan sebagai bentuk diskon atau potongan harga karena membeli dalam jumlah banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 33 di bawah ini. Tabel 33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah No
Sistem Pembelian
1
Partai (Borongan)
2
Satuan (Eceran)
Harga (Rp.) 1.800
Pembelian > 5.000 baglog
2.000
Pembelian < 5.000 baglog
Keterangan
Sumber : Data Primer. diolah
Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem pembayaran tunai (cash) , baik transaksi pembelian langsung maupun pesanan. Pada pembelian pesanan, pembayaran dilakukan secara tunai dan pada umumnya dibayar di muka walaupun produk diproduksi. 125
5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar Memasarkan jamur relatif mudah karena jamur termasuk komoditi yang langka dan juga istimewa karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan serta harganya terjangkau oleh semua kalangan. Untuk mempertahankan kesegaran jamur hingga ke tangan konsumen maka pemasarannya harus dilakukan sesegera mungkin. Jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dihasilkan memiliki dua saluran pemasaran seperti dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
P4S Nusa Indah
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir
Gambar 5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Sumber : Data Primer. diolah
Pada saluran pertama, P4S Nusa Indah langsung menjual ke pedagang pengumpul dengan harga Rp. 9.000.- per kg. Pada saluran pemasaran ini, harga jual jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah lebih rendah dibandingkan pada saluran pemasaran kedua. Hal ini disebabkan jamur tiram putih akan dijual kembali oleh pedagang pengumpul ke pedagang pengecer atau konsumen akhir di pasar sehingga keuntungan dari pedagang pengumpul diperoleh dari harga beli yang lebih rendah dari harga beli konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi usaha P4S Nusa Indah. dan karena volume pembelian pedagang pengumpul jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumen akhir di sekitar lokasi usaha P4S Nusa Indah. Volume pembelian pedagang pengumpul adalah total jumlah jamur tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah setiap kali panen.
126
Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang pengecer dan pengumpul, pasar tradisional Bogor dapat menyerap jamur tiram putih setiap hari 600 kg tetapi baru terpenuhi 400 kg, sedangkan penawaran yang tersedia di P4S Nusa Indah saat ini masih berkisar rata-rata 28 kg setiap hari untuk satu kumbung budidaya, seperti dapat dilihat pada Tabel 34. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram putih selalu terjual habis di pasar. P4S Nusa Indah memilih sasaran utama yaitu pasar tradisional Bogor karena jarak dari lokasi usaha jamur tiram putih tergolong tidak terlalu jauh (hanya sekali naik kendaran umum). sehingga dapat menghemat waktu dan biaya transportasi. Tabel 34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011
1
November
14 hari
Volume Produksi (kg) 471
2
Desember
31 hari
1020
3
Januari
31 hari
961.5
4
Februari
28 hari
683.5
5
Maret
31 hari
658
6
April
11 hari
307.7
146 hari
4.101,50
No.
Bulan
Jumlah Hari
Total Rata-rata Produksi per Hari
28,09
Sumber : Data primer. diolah
Selain itu, pasar dan pelanggan jamur tiram putih P4S Nusa Indah juga merupakan konsumen akhir yang mendatangi langsung lokasi usaha karena dekat dengan kediaman konsumen akhir tersebut. Hal ini merupakan saluran pemasaran yang kedua pada pemasaran output jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah.
127
Pada saluran pemasaran ini, harga jual jamur tiram putih segar dari P4S Nusa Indah selaku produsen lebih tinggi dari pada harga jual ke pedagang pengumpul, yaitu Rp. 10.000,- per kg. Hal ini karena oleh konsumen akhir jamur tiram putih segar tidak dijual kembali tetapi langsung dikonsumsi dan konsumen akhir tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli jamur tiram putih segar di pasar, serta volume pembelian konsumen akhir yang lebih sedikit (+ 2 kg per hari) dibandingkan dengan pedagang pengumpul.
5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Pada periode November 2010 – April 2011 di P4S Nusa Indah terdapat suatu kerjasama dalam usaha jamur tiram putih. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dalam suatu model kemitraan yang di dalamnya saat ini terdiri dari kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Model kemitraan yang terjadi oleh P4S Nusa Indah dalam kaitannya dengan usaha jamur tiram putih yang selama ini digeluti merupakan suatu hal yang baru pertama kali dilakukan. Kerjasama yang dilakukan bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra ini diwujudkan dalam suatu model kemitraan. Kemitraan yang terjadi adalah kerjasama dalam paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih. Pada paket kemitraan investasi usahatania jamur tiram putih ini, kerjasama dilakukan dalam pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih yang merupakan suatu investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih. Sistem kemitraan ini yaitu mitra memberikan sejumlah dana untuk pendirian kumbung budidaya jamur tiram putih kepada P4S Nusa Indah, kemudian P4S Nusa 128
Indah melakukan pembangunan kumbung budidaya. Pada kesempatan kali ini, kesepakatan yang terjadi adalah pembangunan empat (4) unit kumbung budidaya jamur tiram putih dengan ukuran 7 m x 10 m di lahan milik mitra yang ternyata memiliki kesesuaian dengan habitat hidup jamur tiram putih. Secara umum, garis besar skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambr 6 di bawah ini.
Dana Kemitraan Investas
Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)
Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
P4S Nusa Indah
Pembangunan Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih
Gambar 6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Sumber : Data Primer, diolah
Kemudian pada model kemitraan selanjutnya yang dilakukan P4S Nusa Indah bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra yang sama dengan model kemitraan di atas adalah budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. P4S Nusa Indah pada beberapa tahun belakangan ini yang hanya memiliki fokus kegiatan usaha produksi baglog jamur tiram putih siap panen saja namun pada periode kali ini kembali membudidayakan jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Secara garis besar kemitraan ini dapat dijelaskan bahwa mitra yang telah membangun kumbung budidaya jamur tiram putih tadi dan mengisi kumbungnya dengan baglog jamur tiram putih yang dibeli dari P4S Nusa Indah kemudian meminta P4S Nusa Indah untuk membudidayakan serta memasarkan jamur tiram putih. Skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini. 129
Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)
Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
P4S Nusa Indah
Produksi dan Penjualan Jamur Tiram Putih Segar
Bagi Hasil
Gambar 7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Sumber : Data Primer, diolah
Wirausahawan jamur tiram putih tersebut merupakan pemain baru dalam usaha jamur tiram putih sehingga belum cukup pengalaman dan pengetahuan membudidayakan jamur tiram putih. Oleh karena itu, mitra tersebut meminta jasa P4S Nusa Indah untuk merawat, mengelola, memproduksi, dan memasarkan jamur tiram putih mengingat lokasi kumbung budidaya yang relatif dekat dengan P4S Nusa Indah karena masih dalam satu kawasan kecamatan dan ditambah dengan peranan P4S Nusa Indah sebagai suatu lembaga dengan label pusat pelatihan pertanian maka hal ini yang membuat P4S Nusa Indah bersedia bermitra dengan wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya sampai pemasaran jamur tiram putih. Tentu saja hal ini dilakukan bukan tanpa balas jasa walaupun P4S Nusa Indah tidak berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu terjadi suatu kesepakatan bagi hasil atas hasil penjualan jamur tiram putih segar tersebut. Kesepakatannya adalah setiap hasil penjualan jamur tiram putih segar maka di antara kedua belah pihak akan meneriman penerimaan masing-masing sebesar 6% untuk P4S Nusa Indah dan 94% untuk wirausahawan jamur tiram putih. 130
5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan secara garis besar komponen pengeluaran dan penerimaan yang diterima wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra dalam melakukan kemitraan dengan P4S Nusa Indah. Yang pertama adalah biaya yang dikeluarkan mitra tersebut saat bekerjasama dalam menjalankan bisnis jamur tiram putihnya dengan P4S Nusa Indah. Pengeluaran yang ada pada mitra adalah biaya untuk jasa P4S Nusa Indah dalam pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih, pembelian baglog jamur tiram putih siap panen, biaya penyusutan kumbung budidaya, dan biaya sewa lahan sendiri. Komponen keseluruhan biaya pada mitra tersebut dapat dilihat pada Tabel 35 di bawah ini. Tabel 35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 Komponen Biaya
Kebutuhan
Satuan
Harga Beli (Rp.)
Nilai (Rp.)
Pembangunan 4 Unit 10.000.000 40.000.000 Kumbung Pembelian 35.000 Baglog 1.800 63.000.000 I. Biaya Baglog Tunai Pengantaran 35.000 Baglog 100 3.500.000 Baglog Total Biaya Tunai 106.500.000 Penyusutan 3.800.000 Bangunan II. Biaya Sewa Lahan 0,0875 / 7 Bulan Ha 2.000.000 / Tahun 102.083 Diperhitungkan Sendiri Total Biaya Diperhitungkan 3.902.083 Biaya Total 110.402.083 Sumber : Data Primer, diolah
131
Berdasarkan Tabel 35 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pengeluaran untuk pembangunan kumbung termasuk komponen biaya dengan porsi terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh wirausahawan jamur tiram putih. Hal ini terjadi karena pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih tersebut berukuran cukup besar. Ukuran kumbung budidaya jamur tiram putih yang dibangun adalah 7 m x 10 m yang dapat diisi baglog jamur tiram putih sebanyak 10.000 baglog. Pembangunan kumbung ini melalui penggunaan jasa P4S Nusa Indah yang terlebih dahulu menentukan lokasi yang sesuai dengan habitat jamur tiram putih dan kemudian membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Oleh karena itu wirausahawan jamur tiram putih tidak perlu susah payah untuk menyediakan satu per satu bahan dan material pendukung untuk pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih karena semua sudah ditangani oleh P4S Nusa Indah, dan wirausahawan jamur tiram putih hanya tinggal menunggu penyelesaian pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Wirausahawan jamur tiram putih juga memperoleh penerimaan setelah adanya sejumlah biaya yang dikorbankan di atas. Penerimaan bagi wirausahawan jamur tiram putih ini diperoleh dari bagi hasil penjualan jamur tiram putih segar. Hal ini dikarenakan pemasaran dan penjualan jamur tiram putih segar dilakukan oleh P4S Nusa Indah selaku mitra dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini.
132
Sehingga setiap penerimaan akan hasil penjualan jamur tiram putih segar yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih ini berasal dari kegiatan pemasaran jamur tiram putih segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Keseluruhan penerimaan wirausahawan jamur tiram putih tersaji pada Tabel 36 di bawah ini. Tabel 36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 Komponen Penerimaan Bagi Hasil Penjualan Jamur Tiram Putih Segar
Volume Produksi Harga Jual (Kg) (Rp) 14.002,25
9.000
Nilai (Rp) 126.020.250
Rasio Bagi Penerimaan Hasil (Rp.) 94%
Penerimaan Total
118.459.035 118.459.035
Sumber : Data Primer, diolah
Pada Tabel 36 di atas dapat dilihat bahwa penerimaan bagi wirausahawan jamur tiram putih berasal hanya dari satu sumber, yaitu bagi hasil penjualan jamur tiram putih segar. Penerimaan dengan sistem bagi hasil yang terjadi tersebut memiliki perbandingan atau rasio yaitu 94% : 6%. Persentase yang lebih tinggi sebagai milik wirausahawan jamur tiram putih dan sisanya hak P4S Nusa Indah. Selama periode produksi November 2010 - April 2011, budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan tersebut menghasilkan jamur tiram putih segar sebanyak 14.000,25 kg yang kemudian dipasarkan oleh P4S Nusa Indah sehingga memberikan penerimaan bagi wirausahawan jamur tiram putih sebesar 94% dari nilai penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan P4S Nusa Indah. Penerimaan 94% tersebut berasal dari hasil penjualan sejumlah jamur tiram putih segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah selaku mitra sehingga memberikan pundi-pundi pemasukan yang setara dengan nominal Rp. 118.459.035,-. 133
Sejumlah penerimaan yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram putih dan sejumlah biaya yang turut serta dikeluarkan pada usaha ini lebih lanjut akan dianalisis secara sederhana untuk melihat tingkat pendapatan yang diterima. Langkah-langkah yang dilakukan pada analisis ini meliputi perlakuan selisih antara keseluruhan penerimaan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Selisih di antara keduanya apabila memberikan hasil yang bernilai positif maka dapat diindikasikan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih tersebut menguntungkan, dan begitu pun sebaliknya. Pada Tabel 37 di bawah ini dapat dilihat analisis pendapatan pada usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalankan wirausahawan jamur tiram putih bersama P4S Nusa Indah dengan sistem kemitraan. Tabel 37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Penerimaan Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Biaya Total (2 + 3) Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4)
Nilai (Rp) 118.459.035 106.500.000 3.902.083 110.402.083 11.959.035 8.056.952
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 37 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan bagi wirausahawan jamur tiram putih bernilai positif, baik pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya jamur tiram dengan sistem kemitraan yang dijalankan bersama P4S Nusa Indah dapat dikatakan menguntungkan. 134
Informasi pada Tabel 37 tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya total terlihat lebih besar dari pada pendapatan atas biaya tunai. Perbedaan yang terjadi tersebut dikarenakan pendapatan atas biaya tunai menselisihkan keseluruhan penerimaan dengan biaya tunai tanpa memperhitungkan biaya penyusutan bangunan (kumbung budidaya) dan biaya sewa lahan sendiri. Sedangkan pendapatan atas biaya total justru memasukkan komponen biaya-biaya tersebut, oleh karena itu pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan total dengan keseluruhan biaya yang terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Walaupun muncul perbedaan hasil di antara kedua perhitungan pendapatan tersebut, namun tetap memberikan makna yang menunjukkan bahwa usaha tersebut menguntungkan. Pendapatan yang diperoleh ini selain dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan bersama P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - April 2011 juga ternyata dapat memberikan keuntungan materi berupa laba. Di samping harga beli baglog jamur tiram putih siap panen yang relatif murah yang juga memberikan keuntungan lain walaupun secara tidak langsung, ada juga keuntungan lain yang berasal dari pasar sasaran penjualan jamur tiram putih segar. Hal ini dikarenakan pada debut pertamanya, produksi jamur tiram putih segar telah memiliki pasar yang dapat menyerap seluruh volume produksi yang dihasilkan. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh adalah wirausahawan jamur tiram putih tersebut pada periode perdana usaha budidaya jamur tiram putih tidak perlu terlalu repot terjun langsung memproduksi jamur tiram putih segar karena telah di-handle oleh P4S Nusa Indah. 135
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah merupakan suatu lembaga pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian yang memiliki spesifikasi keahlian dan keterampilan pada bidang hortikultura, khususnya jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini terdiri dari kegiatan utama yang menjadi fokus utama usaha dan ditambah dengan kegiatan lain yang dilakukan dengan kemitraan bersama wirausahawan jamur tiram putih. Fokus utama usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah model usaha produksi baglog jamur tiram putih siap panen. Tambahan kegiatan terdiri dari jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih yang terangkum dalam model usaha kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan model usaha budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Besar biaya yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih merupakan gabungan dari biaya tunai yang menyumbang sebesar 96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan dengan persentase tersebut masing-masing terdiri dari biaya produksi baglog jamur tiram putih siap panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%, serta biaya budidaya jamur tiram putih dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74% dan 32,45%.
Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih yang bernilai positif sehingga mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan. Unit usaha ini memperoleh pendapatan berasal dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Pendapatan yang disumbangkan beberapa model usaha tersebut terhadap keseluruhan pendapatan yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah masingmasing sebesar 73,65%, 18,99%, dan 7,35%. Usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh P4S Nusa Indah selama periode November 2010 – Mei 2011 dengan menghasilkan produk dan jasa dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan mengingat perolehan pendapatan yang cenderung menguntungkan. Hal ini juga ditunjang oleh beberapa hasil analisis usaha, yaitu analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio), perbandingan keuntungan atas biaya (B/C ratio), dan titik impas (break even point) yang menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kelayakan suatu usaha.
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah :
137
1. Diperlukan pencatatan dan pembukuan keungan secara lebih seksama sehingga akan lebih mudah memantau kondisi keungan. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi laporan keuangan secara periodik di P4S Nusa Indah, baik dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maupun pada kegiatan lain seperti pelatihan dan pemagangan pertanian. 2. Berdasarkan pengalaman yang dipaparkan Ketua P4S Nusa Indah 2011 pada saat wawancara, maka dapat disarankan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan lebih baik menggunakan bilik bambu sebagai dinding kumbung budidaya agar produktiftas jamur tiram putih dapat meningkat, mengingat bilik bambu bersifat lebih dapat menahan kelembaban di dalam kumbung budidya dibandingkan dengan jaring net serta dilakukan peningkatan intensitas penyiraman pada waktu hujan jarang turun.
138
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Sebelum dan Sesudah Isu Flu Burung (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera, Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat) [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010. Badan Agribisnis. Kebijaksanaan dan Pola Kemitraan Usaha Pertanian. (Jakarta: Departemen Pertanian; 1999b) Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers; 2006). Cahyana, Y.A., M. Muchrodji, dan Bakrun. Jamur Tiram (Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis Usaha). (Jakarta: Penebar Swadaya; 1999). Debertin, David L. Agricultural Production Economics. (New York: Macmilian Publishing Company; 1986) Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Jumlah, Produksi, dan Produktifitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor. (Jakarta: Departemen Pertanian; 2007). Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Luas Panen, Produktivitas dan Produkis Jamur Tiram Putih. (Bogor: Departemen Pertanian; 2007). Direktorat Pengembangan Usaha. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. (Jakarta: Departemen Pertanian; 2002) Downey, W. David dan Steven P. Erickson.Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Erlangga, 1987). Faiq, AZ. Analisis Pendapatan Getah Damar (Agathis Loranthifolia. S) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010. Firdaus, Muhammad. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009). Gumbira-Said, E. dan A. Harizt Intan. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004).
Hafsah, M.J. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2000) Halim, Abdul. Manajemen Keuangan Bisnis. (Bogor: Ghalia Indonesia; 2007). Harmaizar dan Rosidayati Rozalina. Pedoman Lengkap Pendirian & Pengembangan Usaha (Studi Kelayakan Bisnis). (Bekasi: CV Dian Anugerah Prakasa, 2004). Hernanto, Fadholi. Ilmu Usahatani. (Jakarta: PT Penebar Swadaya; 1995). Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, dan George Foster. Akuntansi Biaya ; Penekanan Manajerial. (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005). Juanto. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih Kecamatan Tamansari, Bogor [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2008. Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Tahunan Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Tahun 2010. (Bogor: Kecamatan Tamansari; 2010). Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Bulan Maret 2011. (Bogor: Kecamatan Tamansari; 2011). Keown. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. (Jakarta: Salemba 4, 2001). Kotler, P dan Armstrong, G. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jakarta: Inremedia, 1994). LPM UNILA. Pengembangan Model Kemitraan Agroindustri Ketan di Kabupaten Subang dan Garut. (Lampung: UNILA, Lembaga Pengabdian Masyarakat; 2006) Maharani. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih di Kartawangi Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2007. Manullang, NE. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kapasitas Produksi Baglog Jamur Tiram Putih pada Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Tamansari - Bogor [Tugas Akhir]. Bogor: IPB, Direktorat Program Diploma; 2008.
140
Meiganati, KB. Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih untuk Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian [Tesis]. Bogor: IPB, Sekolah Pasca Sarjana; 2007. Nasution, Andi Hakim. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2000). Napitupulu,Debie N.F.F. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2009. Nasution, PH. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Ekonomi dan Manajemen; 2010. Novita, I. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2004. Nugraha, AP. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor, Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006. Pasaribu, T., D.R. Permana, dan E.R. Alda. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; 2002) Purnawisuda, W. Analisis Tataniaga Ayam Buras Ramah Lingkungan (Studi Kasus: Pusat Pelatihan Penyuluhan Pertanian Pertanian Swadaya Eka Jaya - Ciganjur Jakarta Selatan) [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2008. Rahardi, F. dan Rudi Hartono. Agribisnis Peternakan. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2003). Redaksi Trubus. Jamur Tiram Dua Alam; Dataran Rendah dan Dataran Tinggi. (Jakarta: Trubus, 2010). Rochaeni, Siti. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif pada Kolam Terpal. (Bogor, 2010) Ruillah. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006. 141
Soeharjo dan Patong. Ilmu Usahatani. (Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Institut Pertanian, 1973). Soeharto, Iman. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997). Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: UI-Press, 1994). Soetriono, Anik Suwandari, dan Rijanto. PengantarIlmuPertanian ;Agraris, Agribisnis, dan Industri. (Jember:Bayu Media Publishing, 2003). Suriawiria, U. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. (Bandung: Angkasa, 1986). Suriawiria, H.U. Budidaya Jamur Tiram. (Yogyakarta: Kanisius, 2002). Tjaksawiralaksana. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: PT Gramedia, 1983). Umar, H. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: PT Gramedia; 1997). Wati, R. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Titik Impas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreoatus) (Studi Kasus Usaha Agribisnis Supa Jamur Tiram Mandiri di Kebun Percobaan Cikabayan Faperta IPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2000. Windyastuti, PW. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus di Desa Tugu Utara,Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2000.
142
Lampiran 1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya Investasi
Bangunan
Peralatan
Kumbung Inkubasi + rak Ruang Inokulasi Ruang Sterilisasi Ruang Pencampuran Total Investasi Bangunan Drum Pompa Air (jet pump) Selang Karung gbgbbdfx Bak air Sekop Ember Gayung Terpal Pisau Cutter Timbangan Ayakan Serbuk Handsprayer Botol Kapak Spatula Lampu spirtus Cangkul Total Investasi Peralatan
39 13 28 26
m2 m2 m2 m2
Harga Beli (Rp.) 100.000 400.000 400.000 700.000
1 1 50 300 2 1 2 4 144 3 1 1 1 18 1 2 1 1
unit (d= 1.5 m ; T= 2 m) unit m (d= 3.5 cm) buah (120 cm x 80 cm) unit (d= 90 cm ; T= 30 cm) unit unit (d= 30 cm ; T= 50 cm) unit m2 unit unit (kapasitas 10 kg) unit (150 cm x 100 cm) unit buah (d= 10 cm ; T= 25 cm) unit unit unit unit
4.000.000 300.000 5.000 1.000 10.000 35.000 25.000 3.000 7.000 10.000 75.000 39.000 250.000 1.000 35.000 6.000 15.000 30.000
Kebutuhan
Total Investasi
Satuan
Nilai (Rp.) 3.900.000 5.200.000 11.200.000 18.200.000 38.500.000 4.000.000 300.000 250.000 300.000 20.000 35.000 50.000 12.000 1.008.000 30.000 75.000 39.000 250.000 18.000 35.000 12.000 15.000 30.000 6.479.000 44.979.000
Lampiran 2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya Penyusutan
Bangunan
Peralatan
Kumbung Inkubasi + Rak Ruang Inokulasi Ruang Sterilisasi Ruang Pencampuran Total Penyusutan Bangunan Drum Pompa Air (jet pump) Selang Karung Bak air Sekop Ember Gayung Terpal Pisau Cutter Timbangan Ayakan Serbuk Handsprayer Botol Kapak Spatula Lampu spirtus Cangkul Total Penyusutan Peralatan
Biaya Investasi Umur Ekonomis (Rp.) (Tahun) 3.900.000 10 5.200.000 10 11.200.000 10 18.200.000 20 4.000.000 300.000 250.000 300.000 20.000 35.000 50.000 12.000 1.008.000 30.000 75.000 39.000 250.000 18.000 35.000 12.000 15.000 30.000
5 5 10 5 5 5 5 1 5 0.50 10 5 10 0.25 10 5 3 5
Nilai Sisa (Rp.) 1.000.000 1.000.000 1.000.000 -
Penyusutan per Tahun 290.000 420.000 1.020.000 910.000
500.000 -
700.000 60.000 25.000 60.000 4.000 7.000 10.000 12.000 201.600 60.000 7.500 7.800 25.000 72.000 3.500 2.400 5.000 6.000
Penyusutan Penyusutan per Bulan selama Periode 24.167 169.167 35.000 245.000 85.000 595.000 75.833 530.833 1.540.000 58.333 408.333 5.000 35.000 2.083 14.583 5.000 35.000 333 2.333 583 4.083 833 5.833 1.000 7.000 16.800 117.600 5.000 35.000 625 4.375 650 4.550 2.083 14.583 6.000 42.000 292 2.042 200 1.400 417 2.917 500 3.500 740.133
144
Lampiran 3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya
Kebutuhan
1. Bibit 1.200 2. Serbuk Kayu 3.190 3. Dedak 4.839 4. Kapur 774 5. Gipsum 387 6. Plastik Media 9 7. Karet Gelang 6 8. Kayu Bakar 2 Biaya Tunai 9. Cincin Bambu 40.000 10. Kertas 60 11. Spirtus 18 12. Alkohol 6 13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 14. Bonus Lembur TK 519 15. Transportasi Baglog 10 16. Listrik dan Air 7 Total Biaya Tunai 1. Penyusutan Peralatan 2. Penyusutan Bangunan Biaya 3. Nilai Sewa Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Diperhitungkan 4. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total
Satuan Baglog Karung Kg Kg Kg Karung Kg Mobil Ring Kg L L HOK HOK Hari/Mobil Bulan
Ha / Tahun HOK
Harga Beli (Rp.) 5.000 2.000 1.600 3.000 5.000 440.000 53.000 200.000 25 1.000 7.000 15.000 15.000 10.000 250.000 30.000
2.000.000 15.000
Nilai (Rp.) 6.000.000 6.379.355 7.741.935 2.322.581 1.935.484 3.960.000 318.000 400.000 1.000.000 60.000 126.000 90.000 46.710.000 5.190.000 2.500.000 210.000 84.943.355 740.133 1.540.000 69.300 2.595.000 4.944.433 89.887.788
145
Lampiran 4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Kebutuhan
Satuan (Rp.) Bulan
1. Listrik dan Air 7 2. Penyusutan Peralatan 3. Penyusutan Bangunan 4. Nilai Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 5. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK Total Biaya Tetap 1. Bibit 1.200 Baglog 2. Serbuk Kayu 3.190 Karung 3. Dedak 4.839 Kg 4. Kapur 774 Kg 5. Gipsum 387 Kg 6. Plastik Media 9 Karung 7. Karet Gelang 6 Kg 8. Kayu Bakar 2 Mobil 9. Cincin Bambu 40.000 Ring 10. Kertas 60 Kg 11. Spirtus 18 L 12. Alkohol 6 L 13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 HOK 14. Bonus Lembur TK 519 HOK 15. Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil Total Biaya Variabel Biaya Total
Harga Beli (Rp.) 30.000
2.000.000 15.000 5.000 2.000 1.600 3.000 5.000 440.000 53.000 200.000 25 1.000 7.000 15.000 15.000 10.000 250.000
Nilai (Rp.) 210.000 740.133 1.540.000 69.300 2.595.000 5.154.433 6.000.000 6.379.355 7.741.935 2.322.581 1.935.484 3.960.000 318.000 400.000 1.000.000 60.000 126.000 90.000 46.710.000 5.190.000 2.500.000 84.733.355 89.887.788
146
Lampiran 5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Penerimaan
Penjualan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Volume Produksi (baglog) 20.000 3.000 5.000 3.000 15.000 4.000 3.000 2.000 3.000 2.000
Jasa Pengiriman Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Total
60.000
Harga Jual (Rp.) 1.800 2.000 1.800 2.000 1.800 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 100
Penerimaan (Rp.) 36.000.000 6.000.000 9.000.000 6.000.000 27.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 6.000.000 4.000.000
Waktu November 2010 Desember 2010 Januari 2011 Januari 2011 Februari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Mei 2011
6.000.000 118.000.000
Lampiran 6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 Uraian A. Penerimaan B. Biaya Tunai C. Biaya yang Diperhitungkan D. Biaya Total (B+C) E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D)
Nilai (Rp) 118.000.000 84.943.355 4.944.433 89.887.788 33.056.645 28.112.212
147
Lampiran 7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010 Komponen Biaya
Kebutuhan
Pembangunan Kumbung
Biaya Tunai
Satuan
4
unit
Harga Beli (Rp.) 8.000.000
Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan
Nilai 32.000.000 32.000.000
Tenaga Kerja dalam Keluarga
50
HOK
15.000
Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total
750.000 750.000 32.750.000
Lampiran 8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 Komponen Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel
Kebutuhan
Tenaga Kerja dalam Keluarga Total Biaya Tetap Paket Pembangunan Kumbung Total Biaya Variabel Biaya Total
50 4
Satuan HOK unit
Harga (Rp.) 15.000
Nilai (Rp.) 750.000
8.000.000
1.500.000 32.000.000 32.000.000 32.750.000
148
Lampiran 9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 Volume Produksi
Jenis Penerimaan Jasa Pembangunan Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih
4
Satuan Unit
Harga Jual
Penerimaan
(Rp.)
(Rp.)
10.000.000
Penerimaan Total
40.000.000 40.000.000
Lampiran 10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010
A. Penerimaan
Nilai (Rp) 40.000.000
B. Biaya Tunai
32.000.000
Uraian
C. Biaya yang Diperhitungkan D. Biaya Total (B+C)
750.000 32.750.000
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B)
8.000.000
F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D)
7.250.000
149
Lampiran 11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011
Keranjang Panen
2
unit
Harga Beli (Rp.) 50.000
Pisau Cutter
3
unit
10.000
30.000
Timbangan
1
unit (kapasitas 10 kg)
75.000
75.000
Komponen Biaya Investasi
Kebutuhan
Satuan
Total Investasi
Nilai (Rp.) 100.000
205.000
Lampiran 12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Penyusutan Keranjang Panen
Biaya Investasi
Umur Ekonomis
Nilai Sisa
(Rp.)
(Tahun)
(Rp.)
Penyusutan per Tahun
Penyusutan per Bulan
Penyusutan selama Periode
100.000
3
-
33.333
2.778
16.667
Pisau Cutter
30.000
1
-
30.000
2.500
15.000
Timbangan
75.000
10
-
7.500
625
3.750
Total Biaya Penyusutan
35.417
150
Lampiran 13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 Komponen Biaya
Biaya Tunai
Biaya Diperhitungkan
28 146
Kg Hari
Harga Beli (Rp.) 20.000 10.000
180
HOK
15.000
Kebutuhan
1. Plastik Kemasan Jamur 2. Tranportasi Pemasaran Jamur 3. Bagi Hasil Total Biaya Tunai 1. Penyusutan Peralatan 2. Tenaga Kerja dalam Keluarga Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total
Satuan
Nilai 560.000 1.460.000 118.459.035 120.479.035 35.417 2.700.000 2.735.417 123.214.452
Lampiran 14. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 Komponen Biaya Biaya Tetap
Biaya Variabel
180
HOK
Harga (Rp.) 15.000
28 146
Kg Hari
20.000 10.000
Kebutuhan
1. Tenaga Kerja dalam Keluarga 2. Penyusutan Peralatan Total Biaya Tetap 1. Plastik Kemasan Jamur 2. Tranportasi Pemasaran Jamur 3. Bagi Hasil Total Biaya Variabel Biaya Total
Satuan
Nilai (Rp.) 2.700.000 35.417 2.735.417 560.000 1.460.000 118.459.035 120.479.035 123.214.452 151
Lampiran 15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011
Kumbung
Volume Produksi (Kg)
Kapasitas (Baglog)
Harga Jual (Rp.)
Nilai (Rp.)
I
10.000
4.101,50
36.913.500
II
10.000
3.937,50
35.437.500
III
10.000
3.864,85
IV
5.000
2.098,40
18.885.600
Total
35.000
14.002,25
126.020.250
9.000
34.783.650
Lampiran 16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 Uraian A. Penerimaan B. Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan D. Biaya Total (B+C)
Nilai (Rp) 126.020.250 120.479.035 1.835.417 122.314.452
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B)
5.541.215
F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D)
3.705.798
152
Lampiran 17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011
U LIMBAH DRUM STERILISASI KAYU BAKAR
RUANGAN STERILISASI
RUANG INOKULASI
GUDANG
RUANG PENDINGINAN BAGLOG
TOILET
Kumbung Inkubasi
Ruang P e n c a m p u r a n
RUANG PENDINGINAN BAGLOG
TOILET
KAPUR & GIPS
LOCKER ROOM
Aula Pelatihan
SERBUK & DEDAK
PEKARANGAN
Keterangan : : Pintu : Alur Produksi === : Pagar : Dinding Skala 1 : 200
153
Lampiran 18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah
A
B Keterangan Gambar : A. Pintu Masuk P4S Nusa Indah B. Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih
154
Lampiran 19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Keterangan Gambar : A. Pengambilan Bahan Baku (Serbuk Kayu) dari Tempat Penggergajian Kayu B. Pengambilan Bahan Tambahan (Dedak) dari Tempat Penggilingan Padi C. Pencampuran dan Pengadukan Bahan-bahan D. Pembuatan Baglog (Media Tanam) E. Pensterilan Baglog (Media Tanam) F. Inokulasi (Pemberian Bibit) G. Inkubasi Baglog (Media Tanam) H. Pemindahan ke Kumbung Budidaya I. Panen Jamur Tiram Putih
155
Lampiran 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian
SURAT KETERANGAN Nomor : I / NI / 6 / 2011 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan
: :
CUCU KOMALASARI Ketua P4S Nusa Indah
Dengan ini menerangkan bahwa : Nama NIM Prodi / Semester Tahun Akademik Program Fakultas Universitas
: : : : : : :
MUHAMAD ZULFAHMI 107092003408 Agribisnis / VIII (Delapan) 2010/2011 S-1 Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan surat Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Nomor Un.01/F9/TL.00/4071/2011 perihal Permohonan Penelitian/Riset, dengan ini menyatakan bahwa yang bersangkutan benar telah melaksanakan Penelitian/Riset dengan judul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah” dari tanggal 9 Mei – 9 Juni 2011 di P4S Nusa Indah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bogor, 9 Juli 2011 Ketua P4S Nusa Indah
CUCU KOMALASARI
156
113