HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI UNTUK PULIH DARI KETERGANTUNGAN NARKOTIKA ALKOHOL PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) PADA PENDERITA DI WILAYAH BEKASI UTARA-LEMBAGA KASIH INDONESIA.
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh Abstrak Penyalahgunaan narkoba atau narkotika dan obat-obatan terlarang, di Indonesia kini semakin meresahkan. Penyebaran narkoba saat ini sudah banyak tersebar dalam masyarakat. Baik dari kalangan menengah keatas hingga kalangan menengah kebawah. Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi dan bertahan terhadap kesulitan hidup dan tantangan yang dialami serta perubahan yang terus menghadang dan menghadapi semua kesulitan tersebut sebagai suatu proses untuk mengembangkan diri dan potensi-potensinya. Usaha itu dilakukan mencapai suatu tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara adversity quotient dan dukungan sosial dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA di wilayah Bekasi Utara- Lembaga Kasih Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara adversity quotient dan dukungan sosial dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA di wilayah Bekasi Utara- Lembaga Kasih Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik sampling incidental sampling dengan jumlah sampel 60 orang dari jumlah populasi 606 orang yang merupakan pecandu atau penasun yang menjadi dampingan dari Lembaga Kasih Indonesia yang berada di wilayah Bekasi Utara. Untuk menganalisa hasil penelitian digunakan teknik uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan antara adversity quotient, dukungan sosial dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA dan uji regresi linear untuk menguji perbedaan sigifikansi hubungan antara adversity quotient dan dukungan sosial dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA. Hasil analisa data menunjukkan nilai koefisien korelasi adversity quotient dengan intensi pulih adalah sebesar 0.247 dan memiliki korelasi lemah. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi pula intensi pulihnya. Sedangkan, nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan intensi pulih sebesar 0.718 yang menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan intensi adalah positif dan memiliki korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula intensi.pulihnya Pada analisa hasil uji regresi linear antara adversity quotient dan dukungan sosial dengan intensi pulih, diperoleh data 0.000 < 0.05. hal ini menunjukkan bahwa adversity quotient dan dukungan sosial berpengaruh terhadap intensi pulihnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient dan dukungan sosial dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA dikarenakan hipotesis yang diajukan peneliti sesuai dengan hasil penelitian. Hal ini mendukung beberapa teori tentang ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Kata Kunci : Adversity Quotient, Dukungan Sosial, Intensi Untuk Pulih, NAPZA.
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
bahkan mungkin sampai meninggal,
Pendahuluan Permasalahan
yang
dialami
(Pranoto & Astuti, 2006). Menurut
seorang pecandu tidak hanya timbul ketika
mereka
masih
aktif
mengkonsumsi NAPZA, tetapi juga muncul
ketika
mencoba
untuk
sembuh dari kecanduannya (berhenti mengunakan obat-obatan). Banyak masalah
yang
harus
ditanggung
pencandu dalam perjalanan untuk sembuh. Kendala terberat dari para pecandu adalah adanya craving, yaitu perasaan
kangen
menggunakan
untuk
NAPZA.
kembali Craving
menjadi suatu faktor penting yang harus diketahui oleh seorang pecandu atau
individu
kecanduan mudah
yang
sebagai
untuk
menganggap sesuatu
yang
dihilangkan
atau
Seorang pecandu yang berupaya untuk sembuh sesungguhnya harus untuk
memperbaiki
komponen-komponen
yang
telah
rusak dalam kehidupannya, tidak hanya fisik, namun juga mental, sosial, dan spiritual. Oleh karena itu pecandu
harus
terus
berjuang
melawan faktor craving ini yang akan selalu
ada
(2008)
agar
seorang pecandu dapat pulih dari ketergantungan
NAPZA,
maka
pecandu harus memiliki adversity quotient dalam dirinya, yaitu respon seseorang dalam menghadapi situasi sulit dan cara mengatasinya. (Stoltz, 2007). Adversity quotient mempunyai tiga
bentuk
adversity
konsep.
quotient
Pertama,
adalah
suatu
kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua
segi
adversity
kesuksesan.
quotient
Kedua,
adalah
suatu
ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan. Ketiga, adversity quotient adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar untuk
disembuhkan.
berusaha
Ziyad
dalam
memperbaiki
respon
seseorang
terhadap
kesulitan,
berakibat
memperbaiki
pribadi
dan
keseluruhan. merupakan
yang
efektifitas
profesional Ketiga sebuah
akan
secara
konsep paket
ini yang
lengkap sebagai pengetahuan, tolak ukur, dan peralatan yang praktis untuk memahami dan memperbaiki
kehidupannya
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
109
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
kehidupan seseorang dalam sehari-
normatif, motivasi, keyakinan akan
hari dan seumur hidup.
kemudahan/kesulitan
Berdasarkan
penelitian
dilakukan oleh (2009)
pada
rehabilitasi
pengon-trolan
yang
perilaku. Dari hasil penelitian sub
Wulandari, dkk
aspek dari intensi sembuh diperoleh
pecandu
dapat
di
pusat
dilihat
bahwa
rata-rata paling besar yaitu keyakinan akan
kemudahan
atau
kesulitan
adanya hubungan antara adversity
pengontrolan perilaku dengan jumlah
quotient dengan intensi sembuh dan
83.3375.
pengguna
bahwa keyakinan tentang kemudahan
narkoba
rehabilitasi
di
panti
termasuk
kedalam
kategori sedang ke bawah. Dari
hasil
bahwa
sebuah
dinamika
masa lalu, dukungan dari orang lain,
aspek
adversity
serta keyakinan dalam diri untuk
frekuensi
terletak
pada
dengan
rata-rata
Angka
ini
kesulitan
mengontrol
dipengaruhi oleh adanya pengalaman
quotient
kemampuan
dalam
menunjukkan
juga
beberapa
sebagian
kesulitan
ini
perilaku untuk sembuh dari narkoba
penelitian
mengemukakan
dan
Hasil
yang
aspek
terbesar
”mencapai”
sembuh dari narkoba. Dari
hasil
wawancara
yang
sebesar
54.55.
dilakukan pada salah satu kelompok
menunjukkan
bahwa
dampingan di Yayasan Lembaga
subyek
memiliki
Kasih Indonesia, ditemukan indikasi
untuk
merespon
penasun atau pecandu yang memiliki
yang
keinginan yang besar serta keyakinan
spesifik dan terbatas. Semakin efektif
yang tinggi untuk dapat berhenti serta
menahan atau membatasi jangkauan
pulih dari ketergantungan narkoba
kesulitan maka akan merasa semakin
namun mengalami kesulitan untuk
berdaya dan perasaan kewalahan
mencapai hal tersebut, sulit baginya
akan berkurang dalam menghadapi
untuk menghindari faktor-faktor yang
suatu permasalahan.
menghambat yaitu faktor halusianasi,
Niat
sebagai
dari
sugesti, craving yaitu kangen ingin
perilaku
mengunakan zat tersebut kembali
keyakinan, evaluasi hasil, keyakinan
serta faktor relapse (kambuh) yang
beberapa
110
sembuh
sesuatu
aspek,
dilihat yaitu
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
kapan pun dapat terjadi pada dirinya
terlanjur mendapatkan stigma negatif
dan butuh proses yang sangat panjang
dari masyarakat, terlebih lagi apabila
untuk
pecandu tersebut didapati menderita
berubah
atau
berhenti
menggunakan NAPZA.
penyakit bawaan seperti HIV maupun
Selain faktor adversity quotient yang dapat mempengaruhi pecandu
Hepatitis
akibat
penyalahgunaan
narkotika.
untuk pulih faktor dukungan sosial
Untuk
membantu
secepatnya
juga memiliki peran yang besar
pemulihan (recovery) klien narkoba
terhadap kesembuhan para pecandu,
(pecandu),
agar
merasa
dukungan keluarga seperti ayah, ibu,
diperhatikan dan termotivasi untuk
saudara, istri, suami, pacar, dan
kembali
keluarga
para
pecandu
normal
ketergantungan
dan
pulih
NAPZA.
dari
Menurut
agar
kecanduan
terhadap
mengalami
dekat
diperlukan
lainnya.
Dengan
bantuan konselor sebagai fasilitator
World Book 2004, orang-orang yang narkoba
sangat
terjadi
keterbukaan
keluarga,
klien
sebaliknya
akibat-akibat medis dan sosial, antara
anggota keluarga mempunyai rasa
lain menurunnya motivasi, memori,
tanggung jawab yang tinggi terhadap
terjadi perubahan kepribadian, dan
pemulihan klien. Dampaknya adalah
hubungan dengan keluarga terputus,
tumbuh rasa aman, percaya diri, dan
(Willis, 2010).
rasa tanggung jawab klien terhadap
Para
korban
penyalahguna
narkotika merupakan pihak yang
diri dan keluarga, (Willis, 2010). Rehabilitasi
memang
dapat
sangat membutuhkan pertolongan,
dianggap efektif sebagai salah satu
tidak hanya pertolongan dari bidang
cara untuk mengobati para pecandu
medis, melainkan juga dukungan
narkotika
moral dari semua pihak, baik dari
ketergantungannya,
keluarga, teman, maupun lingkungan
berarti keluarga maupun teman-teman
tempat tinggal mereka. Para pecandu
dekat korban melepaskannya begitu
yang merupakan korban penyalah-
saja ke tempat terapi dan rehabilitasi.
gunaan dan peredaran gelap narkotika
Mereka tetap harus terus mengamati
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
agar
lepas
dari
namun
bukan
111
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
perkembangannya serta memberikan
pengertian dukungan sosial sebagai
dukungan
sumber daya yang disediakan lewat
kepada
si
korban.
Demikian pula halnya ketika pecandu
interaksi dengan orang lain.
sudah melalui tahap rehabilitasi. Pada
House membedakan empat jenis
tahap pasca rehabilitasi, dukungan
atau dimensi dukungan sosial (Nevid,
keluarga dan teman-temannya sangat
dkk
penting sekali agar korban merasa
Dukungan emosional yang mencakup
diterima dan tidak tergoda untuk
ungkapan empati, kepedulian dan
menyalahgunakan narkotika kembali
perhatian
(relaps).
bersangkutan (misalnya : umpan
Menurut Siegel (dalam Kadriati, 2008)
dukungan
sosial
adalah
(2005)
:
Pertama
terhadap
adalah
orang
yang
balik, penegasan). Kedua Dukungan penghargaan
yaitu
terjadi
informasi dari orang lain bahwa ia
ungkapan
dicintai dan diperhatikan, memiliki
positif untuk orang itu, dorongan
harga
maju
diri
merupakan
dan
dihargai,
bagian
atau
(penghargaan)
persetujuan
dengan
jaringan
gagasan atau perasaan individu, dan
komunikasi dan kewajiban bersama.
perbandingan positif orang itu dengan
Gottlieb
2008)
orang-orang lain, seperti orang-orang
sosial
yang kurang mampu atau lebih buruk
sebagai informasi verbal atau non
keadaannya (menambah penghargaan
verbal, saran, bantuan, bantuan yang
diri). Ketiga Dukungan instrumental
nyata
yang
yang mencakup bantuan langsung,
diberikan oleh orang-orang yang
seperti menolong pekerjaan pada
akrab
dalam
waktu mengalami stress. Keempat
lingkungan sosialnya atau berupa
adalah Dukungan informatif yaitu
kehadiran dan hal-hal yang dapat
mencakup
memberikan keuntungan emosional
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau
atau berpengaruh pada tingkah laku
umpan balik.
penerimanya. Selain itu, Sheriden dan
Menurut
(dalam
mendefinisikan
atau
112
Sahbana, dukungan
tingkah
dengan
Radmacher
dari
serta
hormat
lewat
subyek
(1992),
laku
di
menekankan
memberi
Cohen,
nasehat,
Brook,
&
kandel (dalam Santrock, 2003), orang
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
tua, teman sebaya, dan dukungan
penggunaan
sosial yang lain juga memainkan
remaja, Hughes, Power, & Francis
peranan penting untuk mencegah
(dalam Santrock, 2003). Pada sebuah
remaja
menyalahgunakan
penelitian,
obatan.
Langkah
obat-
terlarang
ditemukan
pada
bahwa
dalam
dukungan sosial (berupa hubungan
oleh
yang baik dengan orang tua, saudara,
remaja ada pada masa kanak-kanak
orang dewasa, dan teman sebaya)
mereka, dimana masa anak-anak
yang diterima selama masa remaja
tidak memperoleh pengasuhan orang
dapat mengurangi penyalahgunaan
tua
obat-obatan (Newcomb & Bentler
penyalahgunaan
mereka
awal
obat
obat-obatan
dan
tumbuh
dalam
keluarga yang penuh dengan konflik. Anak-anak
seperti
ini
dalam Santock, 2003).
gagal
Berdasarkan hasil wawancara
menginternalisasi kepribadian, sikap,
yang
dan tingkah laku orang tua mereka,
dampingan Lembaga kasih Indonesia,
dan kemudian membawa ketiadaan
ditemukan pula indikasi penasun atau
ikatan dengan orang tua ini kedalam
pecandu yang sudah mendapatkan
masa remaja mereka. Karakteristik
dukungan serta perhatian yang lebih
remaja, seperti tidak adanya nilai-
dari orang-orang terdekatnya masih
nilai
juga
yang
konvensional
ketidakmampuan mengendalikan
dan mereka
emosi,
dilakukan
mengalami
mencapai
pada
kelompok
kesulitan
kesembuhan,
untuk bentuk
kemudia
dukungan yang diberikan kepada
diungkapkan dengan cara berteman
penasun ini yaitu membawanya ke
dengan teman-teman sebaya yang
rehabilitasi, namun tetap pecandu ini
mengkonsumsi obat-obat terlarang,
tidak dapat berhenti mengguanakan
sehingga membuat mereka kemudian
narkoba,
juga menggunakan obat terlarang,
membawanya ke rumah sakit untuk
(Santock, 2003).
menjalani
sehingga
program
keluarga
pengalihan
Hubungan yang positif dengan
narkoba jenis suntik dengan metadon
orang tua dan orang lain menjadi hal
yang pada dasarnya masih sejenis
yang
NAPZA untuk memperkecil dosis
penting
untuk
mengurangi
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
113
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
serta menghindari faktor relapse.
bersih
Dukungan sosial tersebut diberikan
mendatang. Dukungan sosial dari
oleh “mama gank” (sebutan yang
semua keluarga (motivasi, menjenguk
diberikan oleh para pecandu) yaitu
dan memberiakan perhatian) serta
seorang ibu yang sangat perduli
adversity Quotient yang tinggi dari
terhadap permasalahan yang dialami
pecandu merupakan beberapa faktor
para pecandu serta membantu mereka
yang sangat diperlukan untuk dapat
untuk keluar dari jerat narkoba.
bertahan dan menghindari faktor
Lembaga Kasih Indonesia turut berperan
penting
dan
normal
di
masa
craving dan sugesti dalam proses
memberikan
pemulihan sehingga pada akhirya
dukungan kepada mereka dengan
pecandu dapat mewujudkan apa yang
melakukan
diinginkan
penjangkauan
dan
yaitu
keadaan bersih.
memberikan penyuluhan-penyuluhan
Kendati demikian, situasi di lapangan
tentang
serta
tidak selalu menunjukkan demikian,
untuk
artinya pecandu yang terbukti telah
bahaya
narkoba
melakukan
sharing
menyelesaikan
permasalahan
atau
memiliki
dukungan
sosial
serta
kesulitan yang dialami pecandu baik
memiliki adversity quetiont tinggi,
dalam proses pemulihan maupun
ternyata seringkali masih merasakan
terhadap
sulit mencapai kondisi bersih dari
kesehatannya.
Sehingga
pecandu akan mampu mengatasi dan bertahan terhadap kesulitan tersebut.
nakoba. Berdasarkan
latar
belakang
Dari permasalahan yang telah
permasalahan diatas, maka penulis
diuraikan diatas, diperoleh gambaran
tertarik ingin meneliti lebih lanjut
bahwa
kendala
tentang hubungan antara Adversity
terhadap kehidupan seorang pecandu
Quotient dan dukungan sosial dengan
terutama dalam melepaskan diri dari
intensi
jerat
ketergantungan
adanya
berbagai
obat-obatan
seringkali
untuk
pulih
dari
Narkotika
menimbulkan kesulitan bagi seorang
Psikotropika dan Zat Adiktif pada
pecandu untuk meraih apa yang
penderita di wilayah Bekasi Utara-
diinginkan dalam mencapai kondisi
Lembaga kasih Indonesia.
114
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
Perumusan Masalah dan Tujuan
Lembaga kasih Indonesia. Adapun tujuan daru
penelitian ini untuk
Dari latar belakang masalah
memberikan jawaban-jawaban atas
diatas, maka penulis merumuskan
munculnya beberapa rumusan diatas
masalah-masalah sebagai berikut : 1).
yang
Bagaimana
antar variabel diatas.
karakteristik Adversity
mencari indikasi hubungan
quotient, dukungan sosial dan intensi untuk
pulih
Narkotika
dari
ketergantungan
Psikotropika
dan
Zat
Adiktif pada penderita di wilayah Bekasi
Stoltz (2007) mengajukan konsep
Indonesia ; 2). Apakah ada hubungan
AQ (Adversity Quotient) sebagai
antara adversity quotient
suatu
Untuk
ketergantungan
Lembaga
Adversity Quotient
Kasih
Intensi
Utara-
Tinjauan Pustaka
dengan
Pulih
dari Narkotika
konsep
memberikan
yang
gambaran
mampu mengenai
ketangguhan seorang individu dalam
Psikotropika dan Zat Adiktif pada
menghadapi
penderita di wilayah Bekasi Utara-
kemampuan individu tersebut untuk
Lembaga Kasih Indonesia ; 3).
merubah
Apakah
hambatan menjadi peluang untuk
ada
hubungan
antara
kegagalan
suatu
dukungan sosial dengan intensi untuk
memperoleh
pulih dari ketergantungan Narkotika
hidupnya.
Psikotropika dan Zat Adiktif pada
Stoltz
kegagalan
peningkatan
(2007),
dan
atau
dalam
mendefinisikan
penderita di wilayah Bekasi Utara-
Adversity Quotient dalam tiga bentuk,
Lembaga Kasih Indonesia ; 4).
yaitu :
Apakah
antara
1. Adversity Quotient adalah suau
Adversity quotient dan dukungan
kerangka kerja konseptual yang
sosial dengan intensi untuk pulih dari
baru
ketergantungan
meningkatkan
ada
hubungan
Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif pada
untuk
memahami
dan
semua
segi
kesuksesan.
penderita di wilayah Bekasi Utara-
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
115
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
2. Adversity Quotient adalah suatu
mempunyai beragam variasi bentuk
ukuran untuk mengetahui respon
dan kekuatan dari sebuah tragedi
seseorang terhadap kesulitan.
yang besar sampai kelalaian kecil.
3. Adversity
Quotient
serangkaian memiliki
peralatan
dasar
ilmiah
adalah yang untuk
Adversity Quotient memiliki 4 dimensi
yang
kemampuan
dapat
individu
mengukur dan
dapat
memperbaiki respon seseorang
mengevaluasi dimensi-dimensi yang
terhadap kesulitan, yang akan
dimilikinya.
berakibat memperbaiki efektifitas
pembentuknya adalah CO2RE (Stoltz
pribadi dan profesional seseorang
,2007), yaitu :
secara keseluruhan.
a.
Adversity
Quotient
Dimensi-dimensi
Control (C)
adalah
Dimensi ini ditunjukan untuk
kecerdasan yang dimiliki seseorang
mengetahui seberapa banyak kendali
dalam
dan
yang dapat kita rasakan terhadap
sanggup bertahan hidup. Dengan
suatu peristiwa yang menimbulkan
Adversity Quotient seseorang bagai
kesulitan. Hal yang terpenting dari
diukur
dalam
dimensi ini adalah sejauh mana
mengatasi setiap persoalan hidup
individu dapat merasakan bahwa
untuk tidak berputus asa, (Ginanjar,
kendali
2004).
peristiwa
mengatasi
kesulitan
kemampuannya
Surekha (2001, dalam Wijaya,
tersebut
kesulitan
berperan
yang seperti
dalam
menimbulkan mampu
2007) menyatakan bahwa Adversity
mengendalikan situasi tertentu dan
adalah suatu kemampuan berpikir,
sebagainya.
mengelola dan mengarahkan tindakan
b.
Origin dan Ownership (O2)
yang membentuk suatu pola-pola
Dimensi ini mempertanyakan
tanggapan kognitif dan perilaku atas
siapa atau apa yang menimbulkan
stimulus peristiwa-peristiwa dalam
kesulitan dan sejauh mana seseorang
kehidupan yang merupakan tantangan
menganggap dirinya mempengaruhi
atau kesulitan. Ditambahkan pula
dirinya sebagai penyebab dan asal
bahwa kesulitan yang dihadapi itu
116
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
usul kesulitan seperti penyesalan,
merupakan
pengalaman dan sebagainya.
komunikasi dan kewajiban bersama.
c.
Reach (R)
bagian
dari
jaringan
Pendapat lain di kemukakan oleh
Dimensi ini merupakan bagian
Gottlieb
(dalam
Sahbana,
2007)
dari AQ yang mengajukan pertanyaan
mendefinisikan
sejauh mana kesulitan yang dihadapi
sebagai informasi verbal atau non
akan menjangkau bagian-bagian lain
verbal, saran, bantuan, bantuan yang
dari
nyata
kehidupan
individu
seperti
atau
dukungan
tingkah
sosial
laku
yang
hambatan akibat panik, hambatan
diberikan oleh orang-orang yang
akibat malas dan sebagainya.
akrab
d.
lingkungan sosialnya atau berupa
Endurance (E) Dimensi
keempat
subjek
didalam
dapat
kehadiran dan hal-hal yang dapat
diartikan ketahanan yaitu dimensi
memberikan keuntungan emosional
yang mempertanyakan dua hal yang
atau berpengaruh pada tingkah laku
berkaitan
penerimanya.
dengan
ini
dengan
berapa
lama
penyebab kesulitan itu akan terus
Sarafino (2006) mengungkapkan
berlangsung dan tanggapan individu
bahwa dukungan sosial mengacu
terhadap waktu dalam menyelesaikan
pada memberikan kenyaman pada
masalah
orang
seperti
waktu
bukan
lain,
merawatnya,
masalah, kemampuan menyelesaikan
menghargainya.
pekerjaan
sama
dengan
cepat
dan
sebagainya.
yang
hampir
dikemukakan
oleh
Sheriden dan Radmacher (1992), menekankan
Menurut Siegel (dalam Kadriati, dukungan
pengertian
dukungan
sosial sebagai sumber daya yang
Dukungan Sosial
2008)
Pendapat
atau
sosial
adalah
disediakan lewat interaksi dengan orang lain. (Kadriati, 2008).
informasi dari orang lain bahwa ia
Dari definisi diatas dapat dilihat
dicintai dan diperhatikan, memiliki
dengan jelas bahwa sumber dari
harga
dukungan sosial ini adalah orang lain
diri
dan
dihargai,
serta
yang berinteraksi dengan individu
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
117
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
sehingga
individu tersebut
dapat
atau pemberi dukungan terdiri dari
merasakan kenyamanan secara fisik
dua jenis, yaitu : Pertama terdiri dari
dan psikologis. Orang lain ini terdiri
orang yang secara signifikan telah
dari pasangan hidup, orang tua, anak,
mempunyai
saudara, kerabat, teman, rekan kerja,
kehidupan
staf medis serta anggota dalam
contohnya pasangan atau kekasih,
kelompok kemasyarakatan, (Lubis,
keluarga,
2006).
Kedua, terdiri dari orang-orang yang
Cobb
saudara
tersebut,
dan
lain-lain.
melalui hasil pendidikan, pelatihan
mengatakan bahwa dukungan sosial
maupun keperibadiaannya bersedia
dapat diukur dengan melihat tiga
memberikan
elemen,
perilaku
individu, contohnya tenaga medis,
suportif aktual dari teman-teman dan
relawan, kelompok dukungan social
sanak famili, kedua sifat kerangka
dan lain-lain.
yaitu
Jones
individu
dalam
(1984)
sosial
&
pengaruh
pertama
apakah
kelompokjaringan
dukungan
Dukungan
social
kepada
memiliki
tertutup dari individu-individu atau
beberapa bentuk yang berbeda-beda.
lebih menyebar, ketiga cara dimana
Menurut Sarafino (1998) dukungan
seorang
sosial terdiri dari empat jenis, yaitu :
individu
merasakan
dukungan yang diberikan oleh temanteman dan sanak familinya, (Neil, 2002)
a. Dukungan emosional Dukungan
ini
melibatkan
ekspresi rasa empati dan perhatian
Selain
itu
(dalam
terhadap individu, sehingga individu
Shabana, 2007) mengatakan bahwa
tersebut merasa nyaman, dicintai, dan
sumber dukungan social dapat datang
diperhatikan. Dukungan ini meliputi
dari
perilaku
berbagai
Gottlieb
elemen,
yaitu
:
seperti
memberikan
pasangan hidup, kekasih, anak-anak,
perhatian dan afeksi serta bersedia
keluarga, teman, rekan kerja, guru,
mendengarkan keluh kesah orang
ahli
lain.
professional,
kelompok
tenaga
dukungan
social,
medis, atau
organisasi kemasyarakatan. Suporter
118
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
b. Dukungan penghargaan Dukungan
ini
Fishbein dan Ajzen (1975, dalam
melibatkan
Wijaya, 2007) menambahkan, intensi
ekspresi yang berupa pernyataan
merupakan komponen dalam diri
setuju dan penilaian positif terhadap
individu
ide-ide dan perasaan, dan performa
keinginan untuk melakukan tingkah
orang lain.
laku tertentu. Intensi didefinisikan
c. Dukungan instrumental
sebagai dimensi probabilitas subjektif
Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya berupa
mengerjakan
tugas-tugas
mengacu
pada
individu dalam kaitan antara diri dan perilaku.
bantuan finansial maupun bantuan dalam
yang
Bandura (1986, dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa intensi
tertentu.
merupakan suatu kebulatan tekad
d. Dukungan informasi
untuk melakukan aktivitas tertentu
Dukungan
yang
bersifat
atau menghasilkan suatu keadaan
informasi ini dapat berupa saran,
tertentu di
pengarahan dan umpan balik tentang
menurutnya adalah bagian vital dari
bagaimana
self
cara
memecahkan
persoalan.
masa
regulation
dilatarbelakangi
depan. Intensi
individu oleh
yang
motivasi
seseorang untuk bertindak. Santoso
Intensi Pulih Intensi
merupakan
suatu
diasumsikan
kemungkinan
faktor-faktor
yang
beranggapan
bahwa intensi adalah hal-hal yang
penempatan seseorang atau dimensi subjektif
(1995)
dapat
menjelaskan
motivasi
serta
melibatkan suatu hubungan antara
berdampak kuat pada tingkah laku.
dirinya dengan tindakan. Pengertian
Hal ini mengindikasikan seberapa
lain dari intensi adalah merupakan
banyak usaha yang dilakukan agar
bagian konatif dari tingkah laku, juga
perilaku
merupakan kemungkinan subjektif
dilakukan.
seseorang
dimana
ia
akan
menampilkan beberapa tingkah laku.
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
yang
diinginkan
dapat
Secara sederhana Intensi dapat diartikan sebagai tujuan atau maksud
119
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
seseorang untuk berbuat sesuatu,
fungsi dari belief
(Kartono & Gulo (1987) dalam
tentang konsekuensi dari tingkah laku
Setyani, 2007). Menurut Wulandari,
dan
dkk
konsekuensi
(2009)
merupakan
Intensi
perbuatan
sembuh
orang tersebut
evaluasinya
terhadap
tersebut.
Dengan
berdasarkan
perkataan lain, sikap terhadap tingkah
kehendak seseorang untuk pulih dari
laku tertentu (AB) merupakan jumlah
penderitaan.
dari
Intensi
didefinisikan pamrih,
sebagai
keinginan,
perjuangan
juga
guna
dapat maksud,
perkalian
beliefnya
dimana
penampilan tingkah laku tertentu (Bi)
tujuan,
suatu
dengan evaluasi hasil tingkah laku
mencapai
satu
(Ei) berdasarkan jumlah beliefnya.
tujuan, ciri-ciri yang dapat dibedakan
Timbulnya
suatu
sikap
terhadap
dari proses-proses psikologi, yang
tingkah laku dipengaruhi oleh belief
mencakup referensi atau kaitannya
yang dimilikinya. Belief menurut
dengan suatu objek, (Chaplin, 2006).
Fishben dan Ajzen (1975), mengarah
Aspek intensi merupakan aspek-
pada penilaian subjektif seseorang
aspek yang mendorong niat individu
terhadap berbagai aspek yang ada di
berperilaku seperti keyakinan dan
sekitarnya.
pengendalian
Terbentuknya
kemungkinan subjektif dari hubungan
perilaku dapat diterangkan dengan
antara objek belief dan sejumlah
teori
yang
objek lin, konsep, atau atribut. Belief
selalu
seseorang terhadap suatu objek akan
mempunyai tujuan dalam berperilaku,
menentukan sikapnya terhadap objek
(Wijaya,
sikap. Belief yang membentuk sikap
diri.
tindakan
mengasumsikan
beralasan manusia
2007).
Teori
ini
Belief
merupakan
menyebutkan bahwa intensi adalah
ini dinamakan behavioral belief.
fungsi dari tiga determinan dasar
b. Subjektif
Norm
yaitu :
Subjektif).
a. Attitude towards behavior (Sikap
Keyakinan-keyakinan
(Norma
atau
terhadap perilaku)
persepsi individu yang berhubungan
Sikap seseorang terhadap suatu
dengan harapan atau keinginan orang
tingkah
120
laku
tertentu merupakan
lain mengenai sebuah tingkah laku
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
yang mempengaruhi seorang individu
harmonis, ajakan kembali memakai
untuk
drugs
melakukan
tingkah
laku
tersebut. Dengan kata lain, bahwa norma
subjektif
ini
dari
teman-teman
sesama
pemakai dahulu.
merupakan
persepsi seorang individu mengenai
NAPZA
pengaruh lingkungan sosial yang mempengauhi
keyakinan
terhadap
Narkoba (Narkotika, Psikotropika
individu untuk melakukan tingkah
dan
laku tertentu.
lainnya) adalah bahan/zat yang jika
c. Perceived Behavioral Control.
dimasukan dalam tubuh manusia,
Perceived
behavioral
Bahan
Adiktif
berbahaya
control
baik secara oral/diminum, dihirup,
adalah kemudahan atau kesulitan
maupun disuntikan, dapat mengubah
yang disarankan atau dipersepsikan
pikiran, suasana hati atau perasaan,
oleh individu untuk menampilkan
dan perilaku seseorang. Narkoba
tingkah laku. Perceived behavioral
dapat menimbulkan ketergantungan
control merupakan bentuk umum dari
(adiksi) fisik dan psikologis.
teori sikap Fishben dan Ajzen (1975),
Narkotika, sesuai
dan dipakai untuk tingkah laku yang
yang
tidak sepenuhnya berada dibawah
undang Nomor 35 Tahun 2009
kontrol kemauan subjek sendiri. Pada
tentang narkotika. NAPZA adalah
penelitian ini, tingkah laku berhenti
singkatan dari Narkotika Alkohol
menggunakan
diasumsikan
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya,
sebagai tingkah laku yang tidak
yang merupakan zat atau obat yang
sepenuhnya berada di bawah kontrol
berasal dari tanaman atau bukan
kemauan subjek sendiri, sebab untuk
tanaman,
mewujudkan
ada
sintesis, yang dapat menyebabkan
beberapa faktor dari luar yang dapat
penurunan atau perubahan kesadaran,
menjadi penghambat. Faktor-faktor
hilangnya
yang menjadi penghambat itu antara
hilangnya rasa nyeri, dan dapat
lain : hubungan keluarga yang tidak
menimbulkan ketergantungan.
drugs
intensinya
ini
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
tercantum
baik
rasa,
dalam
definisi
alamiah
Undang-
maupun
berkurang
atau
121
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
Menurut Undang-undang Nomor
bisa hidup tanpa NAPZA. Mereka
5 Tahun 1997 tantang Psikotropika,
memakainya sangat sering bahkan
Psikotropika adalah zat atau obat,
sampai menggunakan NAPZA untuk
baik alamiah maupun sintesis, yang
menyelesaikan
berkhasiat
(Pranoto & Astuti, 2006).
psikoaktif
melalui
semua
masalah,
pengaruh selektif pada susunan saraf
Kecanduan (addiction) terjadi
pusat yang menyebabkan perubahan
ketika tubuh secara fisik mengalami
pada aktifitas mental dan perilaku,
ketergantungan
(Amriel, 2008)
Ketika tubuh seorang remaja yang
pada
obat-obatan.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya
sudah mengalami kecanduan tidak
adalah bahan-bahan alamiah, semi
diberi zat adiktif dalam dosis yang
sintetis maupun sintetis yang dapat
memadai,
dipakai sebagai pengganti morfina
mengalami putus zat atau withdrawal.
atau kokaina yang dapat mengganggu
Putus zat (withdrawal) adalah rasa
sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol
sakit yang hebat dan tidak diinginkan
yang
etanol,
dan keinginan untuk memperoleh
pelarut)
obat-obatan adiktif. Ketergantungan
mengandung
inhalen/sniffing
ethyl
(bahan
maka
ia
berupa zat organik (karbon) yang
psikologis
menghasilkan efek yang sama dengan
psikologis untuk menggunakan obat
yang dihasilkan oleh minuman yang
untuk membantu dirinya menghadapi
beralkohol atau obat anaestetik jika
masalahnya
aromanya
kehidupannya, (Santrock, 2003).
dihisap.
Contoh:
adalah
dikatakan
dan
kebutuhan
tekanan
dalam
lem/perekat, aceton, ether, dsb. Chaplin
(2006)
mengatakan
Metode penelitian
bahwa drug addiction (kecanduan
Variabel dalam penelitian ini adalah :
obat) diartikan sebagai penggunaan
a. Adversity
obat bius sebagai kebiasaan dengan disertai
ketergantungan
psikologis
maupun fisiologis. Pecandu NAPZA
Quotient
sebagai
variabel bebas (X1) b. Dukungan Sosial sebagai variabel bebas (X2)
adalah orang yang seolah-olah tidak
122
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
c. Intensi
untuk
Pulih
dari
seluruhnya,
sehingga
penelitian
ketergantungan NAPZA sebagai
merupakan
penelitian
populasi.
variabel terikat (Y)
Namun, jika jumlah subjek lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10-
Berikut
adalah
gambaran
25% dari jumlah populasi. Dalam
hubungan antara variabel penelitian
penelitian ini persentase sampel yang
yang akan dilakukan :
diambil adalah 10%. Jadi jumlah sampel
X1
yang
digunakan
dalam
penelitian ini sebanyak 60 pecandu.
Y Metode Pengumpulan Data
X2
Ada empat metode pengumpulan Dalam
penelitian
ini
yang
menjadi populasi adalah Pecandu atau
penasun
yang
menjadi
dampingan di LSM Lembaga Kasih Indonesia Bekasi dengan jumlah pecandu 606 orang yang berada di wilayah
Bekasi
Utara.
Dalam
penelitian ini pengambilan sampel menggunakan
teknik
insidental
sampling. Dengan jumlah populasi pecandu
atau
penasun
yang
berjumlah 606 orang, maka peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 10%
dari jumlah
tersebut Arikunto
sesuai
populasi. Hal
dengan
(2006)
bahwa
pendapat
data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1). Wawancara, dilakukan guna
mendapatkan
informasi
mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan ; 2).
Dokumentasi,
dalam penelitian ini yaitu mengambil dokumen-dokumen
dari
Lembaga
kasih Indonesia Kota Bekasi seperti struktur organisasi, sejarah singkat organisasi, dan lainnya, serta fotofoto
yang
diambil
langsung
dilapangan ; 3). Kuesioner, dalam penyusunan kuesioner penelitian ini digunakan skala pengukuran model Likert.
apabila
subjek dalam populasi kurang dari 100
maka
lebih
baik
diambil
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
123
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
langsung. Skala ini terdiri dari 39
Instrumen Penelitian Adapun
instrumen/alat
pengumpulan data dalam penelitian
item yang terdiri dari 15 item favorable dan 24 item unfavorable.
ini terdiri dari tiga bagian, yaitu skala
Skala intensi pulih disusun dan
adversity quotient yang merupakan
di modifikasi oleh peneliti dengan
variabel bebas (X1), skala dukungan
mengacu pada teori Fishben dan
sosial yang merupakan variabel bebas
Ajzen yang meliputi : 1). Keyakinan ;
(X2), dan skala intensi untuk pulih
2). Evaluasi ; 3). Saran ; 4). Motivasi
yang merupakan variabel terikat (Y).
; 5). Kontrol perilaku. Skala ini terdiri
Skala Adversity Quotient disusun dan
dikembangkan
sendiri
oleh
peneliti dengan mengacu pada teori
dari 34 item yang terdiri dari 18 item favorable dan 16 item unfavorable. Untuk
keperluan
analisis,
Stoltz yang meliputi:
instrumen yang digunakan untuk
1. Mampu mengendalikan diri
memperoleh data dalam penelitian ini
2. Tidak menyalahkan diri sendiri
adalah kuesioner yang jawabannya
3. Mampu bertanggung jawab
dibuat
4. Tidak menghindari masalah
jawaban tersebut diberi skor:
dalam
skala
psikologi,
5. Bangkit dari keterpurukan 6. Optimis. Skala ini terdiri dari 29 item yang terdiri dari 7 item favorabel dan 22 item unfavorabel. Skala dukungan sosial disusun dan
dikembangkan
sendiri
oleh
peneliti dengan mengacu pada teori Sarafino yang meliputi: 1). Empati ; 2). Perhatian ; 3).
Pilihan jawaban SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai)
Favorabel Unfavorabel 4
1
3
2
2
3
1
4
Penilaian Positif ; 4). Dorongan ; 5). Pemberian nasihat ; 5). Petunjuk, pengarahan atau saran ; 6). Bantuan
124
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
Penyebaran berdasarkan jenis napza
Hasil Penelitian
yang pertama digunakan yaitu, (46%)
Gambaran Umum Subyek Secara umum gambaran subyek penelitian, jumlah penyebaran subyek
alcohol, (27%) menggunakan ganja, dan (27%) menggunakan putaw.
berdasarkan usia yakni prosentase terbesar berusia 20-25 tahun sebesar (44%),
sementara
subyek
yang
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Karakteristik adversity quotient, dukungan sosial dan intensi untuk
berusia 26-30 tahun dan 31-50 tahun
pulih.
masing-masing sebesar (38%) dan (18%). Gambaran subyek penelitian
a.
AdversityQuotient
berdasarkan jenis kelamin adalah jumlah laki-laki (93%) dan subyek perempuan
sebanyak
Penyebaran pekerjaan
subyek yang
16 27%
(7%).
21 35%
berdasarkan
dimiliki
Tinggi 23 38%
pengangguran (3%) dan ibu rumah sebesar
(2%).
penyebaran
subyek
pendidikan
terakhir
Jumlah
berdasarkan yakni
sebesar (3%). Jumlah penyebaran subyek berdasarkan status pernikahan yaitu (28%) berstatus menikah dan berstatus
Berdasarkan
belum
menikah.
lama
subyek
menggunakan napza yaitu (70%) menggunakan (25%)
6-11
Dari gambar di atas, diketahui
SMA
sebesar (80%), SMP (17%), dan SD
(72%)
Sedang
yaitu
wiraswasta (87%), mahasiswa (8%),
tangga
Rendah
selama
1-5
tahun,
tahun
dan
(5%)
bahwa terdapat 16 orang responden yang memiliki kategorisasi rendah atau 27%, 23 orang responden yang memiliki kategorisasi sedang atau 38 % dan 21 orang responden yang memiliki kategorisasi tinggi atau 35 %.
menggunakan selama 12-23 tahun. Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
125
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
Dari gambar di atas, diketahui
b. Dukungan Sosial
bahwa terdapat 16 orang responden yang memiliki kategorisasi rendah 26 43%
10 17%
atau 27 %, 15 orang responden yang Rendah Sedang
24 40%
Tinggi
memiliki kategorisasi sedang atau 25% dan 29 orang responden yang memiliki kategorisasi tinggi atau 48%.
2. Uji Normalitas dan Linearitas Dari tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 10 orang responden yang memiliki kategorisasi rendah atau 17%, 24 orang responden yang memiliki kategorisasi sedang atau 40% dan 26 responden yang memiliki kategorisasi tinggi atau 43%. c. Intensi untuk Pulih
Berdasarkan nilai signifikansi atau
nilai
probabilitas
Adversity
Quotient adalah 0.005 < 0.05, maka dapat diasumsikan bahwa distribusi dari adversity quotient adalah tidak normal.
Berdasarkan
nilai
signifikansi atau nilai probabilitas dukungan sosial adalah 0.000 < 0.05, maka dapat diasumsikan bahwa distribusi dari dukungan sosial adalah tidak
normal.
Berdasarkan
nilai
signifikansi atau nilai probabilitas intensi untuk pulih adalah 0.200 > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa distribusi dari intensi untuk pulih adalah normal. Hasil uji linieritas hubungan antara variabel adversity quotient dengan intensi untuk pulih diperoleh F sebesar 4,997 dengan probabilitas
126
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
(0.029) < α (0,05), Karena F hitung (4,997) > dari Ftabel (4,02) dan probabilitas (0,029) <
α (0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa model linier Y=a+b X sudah tepat dan dapat dipergunakan, berarti data
menunjukkan
garis
lurus
(linier). Hasil uji linieritas hubungan antara variabel dukungan sosial dengan intensi diperoleh F sebesar 25,758 dengan probabilitas (0,000) < α (0.05), Karena Fhitung (25,758) > F tabel (4,02) dan probabilitas (0.000) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa model linier Y=a+b X sudah tepat dan dapat dipergunakan, berarti data menujukkan garis lurus ( linier). Berdasarkan
uji
korelasi
Spearman yang dilakukan terhadap data
hasil
penelitian
dengan
menggunakan bantuan program SPSS 19.00 for widows diperoleh gambaran hasil sebagai berikut :
Interpretasi
data
tersebut
menunjukkan bahwa nilai r sebesar 0,247 yang
menunjukkan
bahwa
hubungan antara adversity quotient dengan intensi untuk pulih
adalah
positif namun memiliki korelasi yang lemah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
tinggi
tingkat
adversity
quotient
seseorang maka semakin
tinggi pula tingkat intensi untuk pulihnya. Nilai sebesar
signifikansi 0,057
berarti
r-hitung hubungan
tersebut tidak signifikan atau ditolak pada probabilitas 0.05 (5%). Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antara adversity quotient dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan NAPZA.
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
127
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
Analisis
korelasi
ganda
bertujuan untuk mencari besarnya hubungan dan kontribusi variabel bebas yaitu adversity quotient (X1) dan dukungan sosial (X2) dengan intensi
untuk
pulih
(Y)
ketergantungan NAPZA. pengolahan data dengan
dari
Adapun
hasil penelitian
menggunakan
bantuan
program SPSS 19.00 for windows diperoleh gambaran hasil sebagai berikut: Interpretasi
data
tersebut
menunjukkan bahwa nilai r sebesar
0.718 yang
menunjukkan
Model Summary
bahwa
hubungan antara dukungan sosial dengan intensi untuk pulih
adalah
positif dan memiliki korelasi yang kuat. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial
seseorang maka semakin
tinggi tingkat intensi untuk pulihnya. Nilai sebesar
signifikansi 0,000
berarti
r-hitung hubungan
tersebut signifikan atau diterima pada probabilitas 0,05 (5%). Hal tersebut berarti
terdapat
hubungan
yang
signifikan antara dukungan sosial dengan intensi untuk pulih.
128
Berdasarkan uji ANOVA, nilai probabilitas
F
(F-hitung)
dalam
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
regresi berganda sebesar 0.000 <
mereka menggunakan napza yaitu
0.005 menjelaskan bahwa hipotesis
mereka
(Ha) yang diajukan diterima. Ini
masalah atau kesulitan yang dihadapi
berarti
adversity
dalam proses pemulihan sehingga
quotient dan dukungan sosial secara
intensi atau niat mereka untuk keluar
bersama-sama berpengaruh terhadap
dari jerat narkoba menjadi terhambat
intensi
bahkan menjadi rendah. Hal ini
bahwa
variabel
untuk
pulih
dari
ketergantungan NAPZA. Besarnya quotient
pengaruh
dan
tidak
mampu
mengatasi
dipengaruhi oleh usia mereka yang adversity
dukungan
sosial
terbilang muda yaitu usia 20-25 tahun sehingga
mereka
tidak
mampu
terhadap intensi untuk pulih dapat
bertahan mengatasi faktor craving
dijelaskan dengan menggunakan R
dan sugesti. Sehingga hal ini jika
Square, yaitu sebesar 0.326 atau
dikaitkan individu yang memiliki
32.6%. Hal ini menunjukkan bahwa
adversity quotient tingggi memiliki
adversity quotient dan dukungan
respon terhadap kesulitan yang tinggi
sosial memengaruhi intensi untuk
pula
pulih sebesar 32.6% dan pengaruh
kesulitan/hambatan untuk mencapai
dari variabel lain sebesar 67.4%,
tujuan
variabel
ketergantungan NAPZA.
lain
tersebut
adalah
dan
mampu
yaitu
mengatasi
pulih
dari
kecemasan menghadapi masa depan
Kedua, berdasarkan data hasil
dan penerimaan diri yang dimiliki
penelitian yang diperoleh terdapat
pecandu.
karakteristik dukungan sosial
yang
tergolong tinggi yaitu sebanyak 26 Diskusi
orang
atau
48%,
hal
tersebut
Pertama, berdasarkan data hasil
dikarenakan jika individu memiliki
penelitian yang diperoleh terdapat
dukungan sosial yang tinggi hal ini
karakteristik adversity quotient yang
dikarenakan bahwa adanya jaringan
tergolong sedang dengan jumlah 23
yang kuat atau bersifat mendukung
orang responden atau sebesar 38 %,
itu berhubungan secara positif dan
hal tersebut dikaitkan dengan alasan
membuat seseorang merasa di hargai
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
129
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
dan di perhatikan. Hal ini dikaitkan
dari orang lain, sehingga responden
dengan
mampu
responden
penelitian
ini
mencapai
tujuannya
dan
banyak yang belum menikah dan
merubah perilakunya menjadi lebih
bekerja sebagai karyawan, sehingga
baik untuk masa depan.
dukungan
sosial
yang
diterima
Keempat, berdasarkan data hasil
responden banyak diperoleh dari
penelitian yang diperoleh terdapat
teman-teman
maupun
hubungan lemah antara adversity
kelompok-kelompok dampingan dari
quotient dan intensi untuk pulih. Nilai
ibu-ibu yang perduli dengan masalah-
r adversity quotient terhadap intensi
masalah
untuk pulih sebesar 0.247 yang
komunitas
yang
dihadapi
oleh
responden.
menunjukkan bahwa hubungan antar
Ketiga, berdasarkan data hasil
adversity quotient dengan intensi
penelitian yang diperoleh terhadap
untuk pulih adalah positif (+) tetapi
karakteristik
intensi untuk pulih
memiliki korelasi yang lemah. Hal ini
tergolong tinggi yaitu sebanyak 29
dapat diartikan bahwa semakin tinggi
orang atau sebesar 48%. Hal tersebut
tingkat adversity quotient seseorang,
membuktikan bahwa para pecandu
maka semakin tinggi tingkat intensi
memiliki niat atau intensi untuk pulih
pada orang tersebut.
yang tinggi, hal ini menunjukan
Kelima, berdasarkan data hasil
bahwa intensi bersumber dari dalam
penelitian yang diperoleh terdapat
diri
seseorang
hubungan yang signifikan antara
tersebut memiliki keyakinan bahwa
dukungan sosial dan intensi untuk
dirinya
pulih.
seseorang,
maka
mampu
terlepas
ketergantungan diasumsikan menjalankan keinginan tingkat
dari
napza,
karena
mereka
yang
pemulihan
sendiri
akan
keberhasilan
karena memiliki
r
dukungan
sosial
terhadap intensi untuk pulih sebesar 0.718 yang hubungan
menunjukkan
antar
dukungan
bahwa sosial
dengan intensi adalah positif (+) dan
tinggi
memiliki korelasi yang kuat. Hal ini
menjalankan
dapat diartikan bahwa semakin tinggi
pemulihan karena adanya paksaan
tingkat dukungan social seseorang,
dibandingkan
130
yang
yang
Nilai
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
maka semakin tinggi tingkat intensi
penelitian
untuk pulih pada orang tersebut.
tingkat
Keenam, antara
terdapat
adversity
hubungan
quotient
dan
ini adversity
memiliki quotient
dengan kategori sedang, yaitu 23 orang atau 38%. Hal ini
dukungan social dengan intensi untuk
menunjukkan
pulih dari ketergantungan NAPZA di
gambaran tingkat adversity
Lembaga Kasih Indonesia Cabang
quotient
Bekasi Utara. berdasarkan data yang
narkoba di wilayah Bekasi
diperoleh, adversity quotient
Utara-
dukungan
sosial
dan
memengaruhi
intense untuk pulih sebesar 32.6%
bahwa
pada
Lembaga
pecandu
Kasih
Indonesia tergolong sedang. b) Berdasarkan hasil penelitian
dan pengaruh dari variabel lain
dapat
disimpulkan
sebesar 67.4%. variabel lain yang
mayoritas responden dalam
juga dapat memengaruhi hal tersebut
penelitian
dapat terjadi. Diantaranya adalah
tingkat
kecemasan menghadapi masa depan.
dengan kategori tinggi, yaitu
ini dukungan
bahwa
memiliki sosial
26 orang atau 48%. Hal ini menunjukkan
Simpulan
bahwa
Berdasarkan hasil analisis dan
gambaran tingkat dukungan
pembahasan yang telah diuraikan
sosial yang diterima pecandu
pada bab sebelumnya, maka dapat
narkoba di wilayah Bekasi
disimpulkan bahwa :
Utara-Lembaga
1. Karakteristik adversity quotient, dukungan sosial, dan intensi
Kasih
Indonesia tergolong tinggi. c) Berdasarkan hasil penelitian
untuk pulih dari ketergantungan
dapat
NAPZA
mayoritas responden dalam
di
Lembaga
Kasih
disimpulkan
ini
bahwa
Indonesia Cabang Bekasi Utara :
penelitian
memiliki
a) Berdasarkan hasil penelitian
tingkat intensi untuk pulih
bahwa
dengan kategori tinggi, yaitu
mayoritas responden dalam
29 orang atau 48%. Hal ini
dapat
disimpulkan
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
131
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
menunjukkan
bahwa
sosial dengan intensi untuk pulih
gambaran
intensi
dari nketergantungan NAPZA di
untuk pulih pada pecandu di
wilayah Bekasi Utara-Lembaga
wilayah
Bekasi
Kasih Indonesia.
Lembaga
Kasih
tingkat
UtaraIndonesia
tergolong tinggi.
Daftar Pustaka
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
Amriel,
Reza
Indragiri.
2008.
Kaum
Muda
hubungan positif antara adversity
Psikologi
quotient
Pengguna Narkoba. Jakarta :
dengan intensi untuk
Salemba Humanika.
pulih dengan nilai 0.247 (korelasi lemah) hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi adversity quotient
Ajzen,
Icek.
1988.
Attitudes
maka semakin tinggi intensi untuk
Personality and Behavior :
pulihnya.
Open University Press.
3. Berdasarklan
hasil
penelitian
dapat disimpulkan bahwa terdapat
Azwar, Saifuddin. 2009. Metode
hubungan positif antara dukungan
Penelitian.
Yogyakarta
sosial dengan intensi untuk pulih
Pusaka Belajar.
:
pada adversity quotient dan pada nilai
Chaplin,J.P. 2006. Kamus Lengkap
0.718 (korelasi kuat) . Hal ini
Psikologi. Jakarta : PT Raja
menujukkan bahwa semakin tinggi
Grafindo Persada.
dukungan
sosial
dengan
tingkat dukungan sosial maka semakin
tinggi
intensi
untuk
Kadriati, Surati. 2008. Hubungan Antara
pulihnya.
4. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Dukungan
Suami
Selama Kehamilan dengan
terdapat
Toleransi Stress Menghadapi
hubungan yang signifikan antara
Persalinan Pada Ibu Hamil di
adversity quotient dan dukungan
RS. Graha Juanda Bekasi.
disimpulkan
132
bahwa
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
Proposal Penelitian (hal 1213).
Sarwono, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja.
Nevid,
Jeffrey
S,
dkk.
2005.
Jakarta
:
Raja
Grafindo Persada.
Psikologi Abnormal jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Niven,
Neil.
2002.
Psikologi
Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat
&
:
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Profesional
kesehatan Lain. Jakarta : Kedokteran EGC.
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.00. Jakarta : PT Pustaka Karya.
Sahbana, Taufik. 2007. Hubungan antara
Dukungan
dengan
Sosial
Kecemasan
Sofwan, Luqman. 2001. Narkoba dari
Masa
ke
Masa.
Menghadapi Ujian. Skripsi
Indramayu : Majalah Al-
(tidak diterbitkan). Bekasi :
Zaytun Yayasan Pesantren
Fakultas Ilmu Sosial dan
Indonesia (eds. 14).
Ilmu Politik. Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Santoso,
Singgih. 2010. Statistik
Quotient
:Mengubah
Parametrik : Konsep dan
Hambatan Menjadi Peluang.
Aplikasi Jakarta
dengan
SPSS.
Jakarta : PT Grasindo.
Elex
Media
Pranoto, Leo Seno & Astuti,Yulianti
:
Komputindo.
Dwi.
2006.
Pengaruh
Craving dalam Pencapaian Santrock, John W. 2003. Adolescence :
Perkembangan
Remaja.
Kondisi Clean and Sober Pecandu
NAPZA.
Jurnal
(Eds. 6). Jakarta : Erlangga.
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
133
Agustina Ekasari dan Nur Hafizhoh
PSIKOLOGIKA
(No.
22
Vol. XI).
Residen
Badan
Nasional.
Narkotika
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jakarta : UIN Willis, Sofyan S. 2010. Remaja & Masalahnya
:
Fakultas Psikologi.
mengupas
Berbagai bentuk Kenakalan
INTERNET
Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung
http://id.shvoong.com/books/1855052
: Alfabeta.
-adversity-quotient-mengubahhambatan-menjadi/
Wulandari, Anggi Setio, dkk. 2009. Kecerdasan adversitas dan
http://piipiiodd.wordpress.com/2010/
intensi
04/06/review-jurnal-pendidikan/
sembuh
pada
pengguna narkoba di panti rehabilitasi Jurnal Psikologi
http://www.bnpjabar.or.id/index.php?
(No. 1 Vol III).
option=com_content&view=article&i d=212&Itemid=199
Yuanita, Sicilya. 2002. Hubungan Adversity Quotient Dengan
http://creasoft.wordpress.com/2008/0
Perilaku Coping Ibu Dari
4/15/dukungan-sosial/
Anak
Yang
Mengalami
Ketergantungan
Narkoba.
Skripsi (tidak diterbitkan).
http://www.epsikologi.com/epsi/search.asp
Jakarta : Fakultas Psikologi UI.
http://ynsuryani.wordpress.com/2008/ 06/16/permasalahan-narkoba-di-
Ziyad.
2008.
Hubungan
antara
indonesia/
Adversity Quotient dengan Intensi
Untuk
pulih
dari
Ketergantungan Napza Pada
134
http://www.wikimu.com/News/Displ ayNewsRemaja.aspx?id=5309
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Dukungan Sosial Dengan Intensi Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara-Lembaga Kasih Indonesia.
http://www.bnpjabar.or.id
http://zenc.wordpress.com/2007/06/1 3/napza-narkotika-psikotropika-danzat-aditif/ http://www.dinkesjatengprov.go.id
www.pikiran-rakyat.com
http://www.kotabekasi.go.id
www.AsianBrain.com
http://www.digilib.uns.ac.id/upload/d okumen/109300102201009542.pdf
http://eprints.undip.ac.id/11095/1/JU RNAL.pdf
http://www.masbow.com/2009/08/ap a-itu-dukungan-sosial.html
http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/05/ko nsep-dukungan.html
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index .php/psiko/article/viewFile/257/197
Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September 2009
135