ABSTRAK IRFAN Y. NUR. 2013 Pengelolaan Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo Skripsi, Jurusan Administrasi Pendidikan, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I : Drs. H. Muh Polinggapo, S.Sos. M.Pd dan Pembimbing II : Intan Abdul Razak, S.Ag. M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengelolaan Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan sarana dan prasarana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket yang diberikan kepada guru, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitaf yang bersifat deskriptif. Sesuai hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor 90,17% yang berarti pada kategori sangat baik, pengadaan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor 80,40% yang berarti pada kategori baik, pengaturan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor 92,40% yang berari berada pada kategori sangat baik, penggunaan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor 91,30% yang berarti pada kategori sangat baik, penghapusan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor 88,60% yang berari berada pada kategori sangat baik. Secara umum pengelolaan sarana dan prasarana pada rekapitulasi skor para responden mencapai 89,37% yang berarti pada kategori sangat baik. Kata Kunci : Pengelolaan, Sarana, Prasarana
ABSTRACT IRFAN Y. NUR. 2013 Management of Infrastructure in SMA Negeri 3 Gorontalo Thesis, Department of Educational Administration, Educational Management Studies Program, Faculty of Education, State University of Gorontalo. Advisor I : Drs. H. Muh Polinggapo, Sos. M.Pd and Advisor II: Intan Abdul Razak, S.Ag. M.Pd. This study aims to determine how the Infrastructure Management at SMA Negeri 3 Gorontalo. Formulation of the problem in this research is how the planning, procurement, regulation, use and removal of facilities and infrastructure. Data collection technique used was a questionnaire given to the teachers, interviews and documentation. In this study, researchers used a method kuantitaf descriptive study. Corresponding results of the study showed that the facilities and infrastructure planning in the recapitulation score 90.17%, which means the excellent category, provision of facilities and infrastructure in the recapitulation score of 80.40%, which means the good category, setting the facilities and infrastructure at the recapitulation score of 92.40 % which tells us very well in the category, the use of facilities and infrastructure in the recapitulation score of 91.30%, which means the very good category, the removal of facilities and infrastructure at the recapitulation score of 88.60%, which tells us very well in the category. In general,
management of facilities and infrastructure in the summary score of the respondents reached 89.37%, which means the very good category. Keywords: Management, Facilities, Infrastructure
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang kita dituntut kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Persiapan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan dilakukan sejak dari masa pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu peserta didik, kurikulum, tenaga kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan faktor lingkungan lainnya. Apabila faktor tersebut bermutu, dan proses belajar bermutu pada gilirannya akan menghasilkan lulusan yang bermutu pula. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No 20 Tahun 2003). Sarana dan prasarana pendidikan merupakan instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). begitu pentingnya sarana dan
prasarana pendidikan sehingga setiap instansi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana dan sarana pendidikan demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tidak itu saja, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu daya tarik bagi calon peserta didik.
Menurut Ketentuan Umum Permendiknas no. 24 tahun 2007, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain. Tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, maka komponen tersebur merupakan sarana pendidikan. Bafadal (2008:6) Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dikelompokan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti : ruang, buku, perpustakaan, labolatarium dan sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa sarana adalah peralatan yang sifatnya langsung digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar, seperti buku, alat praktikum dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah fasilitas yang tidak langsung digunakan dan sifatnya sebagai pelengkap dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Dengan diberlakukan otonomi daerah berarti pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak sekolah untuk berinisiatif dan berkarya sesuai dengan kemampuan sekolah masing-masing termasuk dalam pengembangan sarana dan prasarana.
Menurut Rugaiyah (dalam Minarti 2012:63) Pengelolaan sarana dan prasarana adalah kegiatan mengatur sarana dan prasarana yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya menunjang seluruh kegiatan baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan lancar. Sedangkan menurut Asmani (dalam Minarti 2012:65) pengelolaan sarana dan prasarana adalah manajemen sarana sekolah dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, peserta didik serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki. Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun peserta didik untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta didik sebagai pelajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan persyaratan pengadaan sarana dan prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap sekolah oleh tim dan tenaga kependidikan yang profesional pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan melakukan “need assesment” sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan dukungan sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan merupakan material pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sehingga sangat menunjang proses
pendidikan di sekolah, baik guru ataupun peserta didik merasa terbantu dengan adanya fasilitas tersebut. Namun sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tidak dapat dipertahankan secara terus menerus, sementara itu, bantuan sarana dan prasarana pun tidak datang setiap saat. Oleh karena itu diperlukan upaya pengelolaan sarana dan prasarana secara baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih lama. SMA Negeri 3 Gorontalo adalah salah satu sekolah menengah atas di propinsi Gorontalo yang tidak luput permasalahan dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan karena pengelolaannya tidak dengan pengetahuan yang cukup sehingga sering terjadi ketidaktepatan dalam pengelolaan. Ketidaktepatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan menyangkut cara pengadaan, penanggung jawab dari pengelola, pemeliharaan dan perawatan, serta penghapusan. Bahkan, banyak pengelola yang kurang memahami standar dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Hal yang paling tragis dan sering terjadi dalam pengelolaan adalah mampu membeli tetapi tidak mampu merawat. Apabila kondisi ini dibiarkan berlangsung terus menerus, akan muncul persoalan baru dari waktu ke waktu, yang akan mengakibatkan kegiatan-kegiatan proses pembelajaran menjadi semrawut oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang baik bagi tiap sekolah pada umumnya dan SMA Negeri 3 Gorontalo pada khususnya. Mencermati problem tersebut, maka peneliti melaksanakan rancangan penelitian yang diformulasikan dalam judul ‘Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Di SMA Negeri 3 Gorontalo’
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah ini kemudian dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo
2. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 3. Pengaturan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 4. Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 5. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo, selain itu tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 2. Untuk mengetahui pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 3. Untuk mengetahui pengaturan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 4. Untuk mengetahui penggunaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 5. Untuk mengetahui penghapusan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo 1.4 Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagi kepala sekolah, penelitian ini akan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana bagi lembaga sekolah untuk menunjang keberhasilan organisasi pendidikan dalam tujuan pendidikan. 2. Bagi Guru / pengelola sarana dan prasarana di sekolah dapat memberikan pemahaman dan manfaat dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. 3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam upaya melaksanakan penilitan khususnya peningkatan pemahaman peneliti berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana.
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian sarana dan prasarana pendidikan Depdiknas (2008:37) telah membedakan antara sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah. Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua prangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalam menunjang proses pendidikan. Dengan begitu, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun tidah langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan. Kelima proses tersebut dapat dipadukan sehingga membentuk suatu siklus manajemen sarana dan prasarana pendidikan (Barnawi & Arifin 2012:48).
Gambar 2.1 Siklus pengelolaan Sarana dan Prasarana Proses pengelolaan sarana dan prasarana diawali dengan perencanaan. Proses perencanaan dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan di sekolah. Proses berikutnya adalah pengadaan, yakni serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana sesuai apa yang sudah direncanakan. Proses selanjutnya adalah pengaturan. Dalam pengaturan, terdapat kegiatan inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharan. Kemudian prosesnya lagi ialah penggunaan, yakni pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan. Dalam proses ini harus diperhatikan prinsip efektifitas dan efisiensinya. Terakhir adalah proses penghapusan, yakni kegiatan menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris.
2.2. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut Barnawi & Arifin (2012:51) Perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang memiliki arti rancangan atau kerangka dari suatu yang akan dilakukan pada masa depan. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perencanaan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/ rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini hendaknya
melibatkan unsur-unsur penting disekolah, seperti kepala sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk membuka masukan dari berbagai pihak dan meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana. Perencanaan yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadi kesalahan dan meningkatakan efektifitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana. Kesalahan dalam tindakan berupa kesalahan membeli barang yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, jumlah dana yang tersedia, tingkat kepentingan, dan tingkat kemendesakan. Akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh tingkat efektifitas dan efesiensi menjadi rendah. Hasil suatu perencanaan akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan pengendalian, bahkan penilaian untuk perbaikan selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan sarana dan prasarana harus dilakukan dengan baik dengan memerhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik. Dalam kegiatan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan (Depdiknas, 2008: 8-9), ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, sebagai berikut. 1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kuliatas belajar mengajar. 2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut, kejelasan suatu rencana dapat dilihat pada hal-hal berikut (a) Tujuan dan sasaran atau target yang harus dicapai serta ada penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan (b) Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan (c) Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dan lain-lain (d) Bahan dan peralatan yang dibutuhkan (e) Kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan (f) Harus dingat bahwa suatu perencaan yang baik adalah yang realitis, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan. 3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak yang telibat dalam perencanaan. 4. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kuliatas sesuai dengan skala perioritas.
5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platfrom anggaran yang disediakn. 6. Mengikuti prosedur yang berlaku. 7. Mengikutsertakan unsur orang tua murid. 8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, dan perubahan situasi, dan kondisi yang tidak disangka-sangka. 9. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4-5) tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun).
1. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak Barang-barang yang bergerak dapat berupa berbagai macam perlengkapan dan perabot sekolah. Menurut Herawan dan Nasihin (2001:118-119), perlengkapan dan perabot yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat berikut. a. Syarat perabot sekolah (1) Ukuran fisik pemakai/murid agar pemakainya fungsional dan efektif. (2) Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat, antara lain : (a) Sesuai dengan aktifitas murid dalam PBM, (2) Kuat, mudah pemeliharaannya, dan mudah dibersihkan (3) Memiliki pola dasar yang sederhana (4) Mudah dan ringan untuk disimpan/disusun (5) fleksibel sehingga mudah digunakan dan dapat pula berdiri sendiri. (3) Kontruksi perabot hendaknya : (a) Kuat dan tahan lama (b) Mudah dikerjakan secara missal (c) Tidak tergantung keamanan pemakaiannya (d) Bahan yang mudah didapat dipasaran dan disesuaikan dengan keadaan setempat. b. Syarat perlengkapan sekolah (1) Keadaan bahan baku/ material harus kuat, tetapi ringan, tidak keselamatn peserta didik. (2) Kontruksi harus diatur agar sesuai dengan kondisi peserta didik.
membahayakan
(3) Dipilih dan direncanakan dengan teliti dan baik serta benar-benar disesuaikan dengan usia, minat, dan taraf perkembangan peserta didik. (4) Pengadaan pengaturan harus sedimikian rupa sehingga benar-benar berfungsi bagi penanaman, pemupukan, serta pembinaan hal-hal yang berguna bagi perkembangan anak. Dalam proses perencanaan barang bergerak, hendaknya melewati tahap-tahap meliputi (1) penyusunan daftar kebutuhan (2) estimasi biaya (3) penyusunan skala perioritas (4) penyusunan rencana pengadaan (Barnawi & Arifin 2012:55). 1. Penyusunan daftar kebutuhan 2. Estimasi biaya 3. Menetapkan skala priaoritas 4. Penyusunan rencana pengadaan
Gambar 2.2 Langkah – langkah perencanaan sarana dan parasarana Langkah pertama ialah menyusun daftar kebutuhan sekolah, dibuat dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan, baik untuk masa sekarang, maupun masa yang akan datang. Tentunya dengan tetap memerhatikan rencana kegiatan sekolah, baik yang bulanan, tahunan, ataupun lima tahunan. Hal-hal yang terkait dengan identifikasi dan menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana disekolah (Depdiknas 2007:10), sebagai berikut. 1) Adanya kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan sekolah. 2) Adanya sarana dan prasarana yang rusak, dihapuskan, hilang, atau sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehigga memerlukan pergantian.
3) Adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasakan pada jatah perorangan jika terjadi mutasi guru atau pegawai turut mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana. 4) Adanya persedian sarana dan prasarana untuk tahun anggaran mendatang. Langkah kedua ialah estimasi biaya, yaitu penaksiran biaya yang dibutuhkan. Pada barang yg habis pakai, perlu ditaksir atau diperkirakan biaya untuk satu bulan, triwulan, dan biaya untuk satu tahun. Langkah ketiga adalah menetepkan skala prioritas yang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan. Jangan sampai sekolah menggunakan dana untuk pengadaan perlengkapan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Langkah keempat ialah menyusun rencana pengadaan. Rencana pengadaan dibuat pertahun pertriwulan dan kemudian pertahun. 2. Perencanaan Pengadaan Barang Tidak Bergerak a. Tanah Tanah yang dipilih untuk mendirikan sekolah hendaknya memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan tertentu yang dimaksud ialah kelebihan yang dapat mendukung proses pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan tanah secara cermat. Tanah harus strategis, bebas bencana, subur dan memiliki pemandangan yang indah. Menurut J. Mamusung dalam Herawan dan Nasihin, (2001:115), syarat–syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan tanah dan untuk bangunan sekolah meliputi hal – hal berikut : a) Mudah dicapai dengan berjalan kaki ataupun berkendara b) Terletak di suatu lingkungan yang memiliki banyak hubungan dengan kepentingan pendidikan (sekolah) c) Cukup luas bentuk maupun topografinya akan memenuhi kebutuhan d) Mudah kering jika digenangi air e) Tanahnya yang subur sehingga mudah ditanami dan indah pemandangan alam sekitarnya
f)
Cukup air ataupun mudah dan tidak tinggi biaya jika harus menggali sumur atau pipa – pipa perairan
g) Di samping persediaan air cukup, harus pula merupakan air yang bersih (berkualitas) h) Memperoleh sinar matahari yang cukup selama waktu sekolah berlangsung sehingga kelancaran dan kesehatan terjamin. i)
Tidak terletak ditepi jalan yang ramai dan berbahaya dan tidak berdekatan dengan rumah sakit, kuburan, pasar, dan pabrik – pabrik yang membisingkan.
j)
Harganya tidak terlalu mahal. Sementara itu menurut Barnawi & Arifin (2012:57) dalam kegiatan perencanaan
pengadaan tanah sebaiknya melewati langkah – langkah menganalisis kebutuhan tanah, melakukan survey kondisi tanah dan mengadakan survey harga tanah. Langkah langkah tersebut dapat digambaran dalam bagan sebagai berikut ini.
Analisis
Survey
Survey
Gambar 2.3 Langkah – langkah perencanaan pengadaan tanah Langkah – langkah perencanaan pengadaan tanah dijelaskan dalam poin – poin di bawah ini. 1. Menganalisis kebutuhan tanah. Tanah yang dipilih hendaknya mengacu pada syarat – syarat pemilihan tanah dan hasil analisis kebutuhan bangunan yang akan didirikan serta lokasi yang ditentukan berdasarkan pemetaan sekolah. 2. Mengadakan survey kondisi tanah. Saat melakukan survey tanah harus memperhatikan aspek apakah tanah tersebut mendapat fasilitas (seperti jalan, listrik, air, telepon dan alat transportasi) atau tidak. 3. Mengadakan survey harga tanah. Harga tanah perlu dicek apakah harga tanah yang ditawarkan terlalu mahal atau tidak.
b. Bangunan Sebagai sarana atau tempat yang akan dibangun untuk kegiatan belajar mengajar, gedung sekolah yang akan dibangun selain harus memperhatikan segi kualitas juga memperhatikan kurikulum pendidikan sekolah. Oleh sebab itu, dalam membangun gedung sekolah menuntut adanya suatu perencanaan dengan prosedur sebagai berikut. a) Menyusun rencana bangunan yang dibutuhkan berdasarkan analisis kebutuhan secara lengkap dan teliti. Misalnya, fungsi bangunan, jumlah pemakai (guru, karyawan dan siswa), kurikulum sekolah dan jenis serta jumlah perlengkapan yang akan ditempatkan pada bangunan tersebut. b) Melakukan survey terhadap tanah c) Menyusun atau mengecek rencana konstruksi dan arsitektur bangunan berdasarkan kebutuhan hasil survey d) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar di daerah yang bersangkutan e) Menyusun penetapan Rencana anggaran Biaya (RAB) yang disesuaikan dengan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang akan disediakan setiap tahun dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi sekolah, syarat pedagogis dalam suatu bangunan merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini tidak boleh diabaikan mengingat bangunan sekolah merupakan tempat yang digunakan untuk proses pendidikan. Herawan dan Nasihin (2001:116) mengutip pernyataan J. Mamusung yang telah mengemukakan bahwa syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis artinya sebagai berikut. a. Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan kebutuhan b. Datangnya / masuknya sinar matahari harus diperhatikan yaitu dari arah sebelah kiri c. Tinggi rendahnya tembok, letak jendela dan kusen disesuaikan dengan kondisi anak – anak d. Penggunaan warna yang cocok
e. Aman, artinya material dan konstruksi bengunannya benar – benar dapat dipertanggung jawabkan, baik kekuatan/ kekokohan bangunan itu sendiri. f.
Menurut syarat kesehatan sinar matahari cukup bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar selalu
g. Menyenangkan untuk melakukan kegiatan – kegiatan pendidikan dan tak saling mengganggu h. Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan biaya lagi yang besar i.
Fleksibel artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat diubah – ubah setiap saat diperlukan
j.
Memenuhi syarat keindahan Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, bangunan sekolah juga harus
memenuhi kebutuhan jumlah ruang belajar. Jumlah ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah siswa yang akan masuk ditahun yang akan datang, selain itu diperhatikan pula perkiraan jumlah siswa yang keluar, baik karena putus sekolah, pindah sekolah ataupun karena sudah lulus. 2.3 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu, tempat, dan harga serta sumber yang dapat dipertaggung jawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Menurut Barnawi & Arifin (2012:60) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa cara yang dimaksud sebagai berikut.
pembelia Rekondisi /
produksi sendiri
Gambar 2.4 Skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
1. Pembelian Pembelian merupakan cara yang umum dilakukan oleh sekolah. Pembelian adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinan. Cara ini merupakan cara yang sangat mudah. Namun, dalam pembelian hendaknya disiasati agar tidak terlalu mahal. 2. Produksi sendiri
Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, sekolah tidak harus membeli. Jika memungkinkan untuk memproduksi sendiri, sebaiknya memproduksi sendiri. Produksi sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa, ataupun karyawan. Cara ini akan efektif jika dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang sifatnya ringan, seperti alat peraga, media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain lain. Kegiatan produki sendiri dapat dilakukan secara masal sehingga bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah sendiri, melainkan pula dapat dijual ke sekolah lain. Kegiatan ini dapat melatih kreatifitas dan juga melatih jiwa kewirausahan. 3. Penerimaan Hibah Penerimaan hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan saran dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pemberian sukarela dari pihak lain. Penerimaan hibah dapat berasal dari pemerintah (pusat/daerah) dan pihak swasta. Misalnya, penerimaan hibah tanah. Proses penerimaan hibah harus melalui berita acara penyerahan atau akta serah terima hibah yang dibuat oleh notaris/PPAT. Akta terseut harus ditindaklanjutimenjadi sertifikat tanah. 4. Penyewaan Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayarnya berdasarkan perjanjian sewa menyewa. Cara ini cocok digunakan jika kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara. 5. Peminjaman Peminjaman adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam – meminjam. Cara ini cocok untuk kebutuhan sarana dan prasarana yang sifatnya sementara atau temporer. Kekuranan dari cara ini ialah dapat merusak nama baik sekolah. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan efek buruk tersebut.
6. Pendaurulangan Pendaurulangan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan sarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakan untu kepentingan sekolah. Jika memang memungkinkan, cara ini dapat dilakukan untuk kegiatan pembelajaran siswa.
7. Penukaran Penukaran adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan barang – barang yang dimiliki oleh sekolah dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain. Cara ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa jika penukaran dilakukan dapat menguntungkan kedua belah pihak. Sementara itu saran dan prasarana sekolah yang ditukar haruslah sarana dan prasarana yang sudah tidak bermanfaat lagi bagi sekolah. 8. Rekondisi / Rehabilitasi Rekonduksi atau perbaikan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan. Perbaikan dapat dilakukan melalui pergantian bagianbagian yang telah rusak sehingga sarana dan dan prasarana yang rusak dapat digunakan kembali sebagaimana mestinya. Dalam pengadaan sarana dan prasarana harus mengacu pada permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana. Pada umumnya, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melewati prosedur berikut ini. 1. Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana beserta fungsinya. 2. Mengklasisifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 3. Menyusun proposal pengadaan sarana dan prasarana. Proposal dari negeri ditunjukan kepada pemerintah melalui dinas terkait dan proposal dari sekolah swasta ditunjukan kepada yayasan
4. Menerima peninjauan dari pihak yang dituju untuk menilai kelayakan sekolah memperoleh sarana dan prasarana. 5. Setelah ditinjau dan dikunjungi, sekolah akan menerima kiriman srana dan prasarana yang diajukan. Berdasarkan jenisnya, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Tanah Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah, dan menukar. Ary H. Gunawan (2002:136) dalam pembelian tanah ada beberapa kegiatan penting yang harus diperhatikan. 1. Membentuk panitia pembebasan tanah yang dari 7 instansi, yaitu Agraria, Pemda, Ipeda/Ireda, PU, camat, kepala desa, dan depdikbud. 2. Honorarium panitia maksimum ¼ % per orang atau 1 ½ % dari harga taksiran atau maksimum Rp 1.000.000. 3. Penandatanganan akta jual beli didepan notaris/PPAT (Pejabat pembuat Akta Tanah) atau camat setempat. 4. Pembayaran dilakukan lewat kantor pembendaharaan negara (KPN). 5. Menyelesaikan sertifikat tanah dikantor agraria sebagai bukti otentik kepemilikan tanah. 2. Bangunan Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan, dan menukar bangunan membangun bangunan baru meliputi (a) mendirikan, merenovasi, memperluas, dan mengubah seluruh atau sebagaian bangunan gedung; (b) membuat pagar, jalan, pengaspalan halaman, pemasangan pompa, dan pengadaan listrik, (c) kegiatan pengerjaan tanah yang meliputi pengurungan, perbaikan, penyelidikan, dan perataan tanah.
3. Perabot Perabot merupakan sarana pengisi ruangan, misalnya, meja, kursi, lemari, rak, filling kabinet, dan lain-lain. Dalam pengadaan perabot sekolah (Depdiknas, 2008:21) Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti segi antropometri, ergonomi, estetika, dan segi ekonomi. a) Atropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi badan atau ukuran penggal- penggal pemakai (misalnya, siswa dan tenaga kependidikan). b) Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan segi kenyamanan, kesehatan, dan kenyamanan pemakai. c) Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena bentuk dan warnanya menarik. d) Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harga, melainkan merupakan transformasi wujud efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan dan pendayagunaan. Masih dalam Depdiknas (2007:22) agar pembelian perabot dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggungjawabkan maka perlu adanya suatu pedoman sebagai berikut. 1) Rencana kebutuhan telah disetujui berdasarkan penelitian dan hitungan yang mendalam. Penelitian atas barang (survei) pada meliputi spesifikasi : (a) Buatan pabrik/ negara mana dan tahun pembuatannya (b) Merek pedagang (c) Kapasitas (d) Bahan-bahan yang dipakai (e) Penyediaan suku cadang (f) Jaminan yang diberikan oleh penjual, agen atau pabrik (g) Cara pembayaranan dan harga (h) Model. 2) Peraturan tentang pembelian, baik pembelian langsung maupun melalui tim pembelian. 3) Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk sudah jadi atau belum jadi. Perabot yang belum jadi perlu dibuat dahulu sesuai dengan kehendak pemohon. 4) Tentang pembelian perabot yang sudah jadi, kepala sekolah/ proyek perlu membuat rencana kebutuhan, sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.
5) Untuk pengadaan perabot yang belum jadi, kepala sekolah/proyek perlu :
Menyusun kebutuhan;
Penunjukan konsultan perencanaan perabot;
Menyusun syarat-syarat teknis sesuai dengan spesifikasi dan menyedikan gambar-gambar perabot yang akan dibeli;
Pembelian perabot dapat dilakukan dengan lelang, penunjukan langsung, dan penawaran.
4. Buku Pengadaan buku dapat dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, menerima hibah, dan menukarnya. Buku-buku disekolah ada banyak macam nya, seperti buku teks utama, buku pelengkap, buku bacaan nonfiksi, dan buku bacaan fiksi. Agar dapat menerbitkan buku sendiri tanpa biaya percetakan, sekolah dapat membentuk tim penyusun buku dan hasilnya dapat diterbitkan dengan cara membuat kerja sama dengan pihak penerbit buku. 5. Alat Pengadaan alat-alat sekolah dengan cara membeli, membuat sendiri, dan menerima bantuan. Alat-alat yang dibutuhkan sekolah berupa alat kantor dan alat pendidikan. Alat kantor ialah alat-alat yang biasanya digunakan di kantor, misalnya komputer, alat hitung, alat penyimpanan uang, alat pendeteksi uang palsu, dan alat pembersih. Sementara alat pendidikan ialah alat-alat yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya alat peraga, alat kesenian, dan alat olahraga. 2.4 Pengaturan Sarana dan Prasarana Menurut Barnawi & Arifin (2012:67) setelah proses pengadaan dilakukan maka proses manajemen sarana dan prasarana selanjutnya ialah proses pengaturan sarana dan prasarana. Ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan ini, yaitu inventarisasi, penyimpanan dan pemeliharaan. 1. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku. Sarana dan prasarana yang berasal dari pemerintah (milik negara) wajib diadakan iventarisasi sesuai dengan format-format yang telah ditentukan. Kepala sekolah bertanggung jawab atas kegiatan inventarisasi. Melalui inventarisasi akan dapat diketahui dengan mudah jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merek/ ukuran, dan harga barang-barang yang ada disekolah. Secara umum, inventarisasi untuk usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut. 1. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. 2. Untuk menghemat keungan sekolah, baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah. 3. Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam bentuk materi yang dapat dinilai dengan uang. 4. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Dalam kegiatan inventarisasi, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh pengelola sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut. 1. Mencatat semua barang iventarisasi didalam “Buku Induk Barang Inventaris” dan buku pembantu “Buku Golongan Barang Inventaris” Buku induk barang inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang inventaris milik negara dalam lingkungan sekolah menurut urutan tanggal penerimaannya. Sementara buku golongan inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barang inventaris menurut golongan barang yang ditentukan.
2. Mencatat semua barang non-inventaris dalam “Buku Catatan Barang Non-Ivnentaris”. Buku catatan non-inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang habis pakai, seperti kapur, pensil, penghapus, papan tulis, dan lain-lain. 3. Memberikan koding (coding) pada barang-barang yang diinventarisasikan. Kode yang digunakan untuk melambangkan atau uraian kelompok/jenis barang adalah berbentuk angka bilangan atau numerik yang tersusun dengan pola tertentu agar mudah di ingat dan dikenali. Pada umumnya, nomor kode barang terdiri dari 7 (tujuh) buah angka tersusun menjadi dua bagian yang mana masing-masingnya berjumlah tiga dan empat angka. Pertama dari susunan tiga angka untuk menyatakan jenis informasi yang digunakan. Dua angka berikutnya merupakan sandi pokok untuk kelompok barang menurut ketentuan didalam masing-masing formulir. Angka keempat sesudah tanda titik diperuntukan bagi nomor kode spesifikasi masing-masing barang dari/ didalam sub-sub kelompok yang bersangkutan. Misalnya, 1. Sandi barang bergerak 100.000
110.0300 Tanah lapangan olahraga
110.0400 Tanah untuk jalan tempat parkir
110.0500 Tanah pertanian
110.0600 Tanah peternakan
110.0700 Tanah perkebunan
2. Sandi barang tidak bergerak 200.000
230.0900 Perhiasan ruangan
230.0910 Lambang negara/instansi/organisasi
230.0920 Bendera/Vandel
230.0930 Piala
230.0940 piagam/plakat
230.0950 lukisan berbengkai
4. Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang, yaitu laporan tentang bertambah atau berkurangnya barang selama triwulan yang bersangkutan. Laporan ini tersusun berdasarkan jenis barang dan pada masing-masing golongan inventaris. 5. Membuat daftar isian inventaris, yaitu tempat-tempat mencatat semua barang inventaris menurut golongan barangnya. 6. Membuat daftar rekapitulasi barang inventaris, yaitu daftar yang menunjukan jumlah barang inventaris menurut keadaan pada tanggal 1 April tahun yang lalu, mutasi barang yang terjadi selama setahun tersebut, dan keadaan barang invertaris pada taggal 1 April tahun anggaran berikutnya. 2. Penyimpanan Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan disuatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Kegiatan penyimpanan meliputi, menerima barang, menyimpan barang, dan mengeluarkan atau mendistribusikan barang. Dalam kegiatan ini diperlukan gudang sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang yang perlu disimpan dalm satu tempat. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya, seperti denah gedung, sarana pendukung gudang, dan keamanan. 3. Pemeliharaan Proses pendidikan sangat memerlukan sarana dan prasarana. Sementara itu, sarana dan prasarana akan mengalami penyusutan kualitas dari waktu ke waktu. Sejak barang diterima dari penjual atau pemborong, sejak itu barang tersebut akan akan mengalami penyusutan kualitas. Baik kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana pendidikan akan menurun dratis jika tidak dilakukan upaya pemeliharaan secara baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara kontinu. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang sehingga barang kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup daya upaya yang terus-menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Berikut ini tujuan pemeliharaan. 1) Mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek biaya karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut. 2) Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. 3) Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pengecekan secara rutin dan teratur. 4) Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa saat menggunakan alat tersebut (Depdiknas, 2007:31-32).
2.5 Penggunaan sarana dan prasarana Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. Ada dua prinsip (Depdiknas, 2008:42) yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian perlengkapan pedidikan disekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara maupun tidak langsung. Sementara prinsip efesiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, dan rusak, atau hilang.
Penggunaan sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Namun, kepala sekolah dapat melimpahkan pekerjaannya kepada wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah yang menangani sarana dan prasarana sering disebut sebagai wakasek bidang sarana dan prasarana. Apabila kondisi sekolah tidak memungkinkan untuk mengangkat wakil kepala sekolah sebaiknya kepala sekolah menunjuk petugas tertentu yang dapat menangani masalah tersebut. Kepala sekolah harus dapat menjamin sarana dan prasarana telah digunakan secara optimal oleh warga sekolah. Akan tetapi, perlu dihindari kemungkinan terjadi kesemrawutan dalam penggunaannya. Menurut Herawan dan Nasihin (2001:123) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana. 1. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kolompok lainnya. 2. Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan perioritas pertama. 3. Waktu/jadwal pengunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajaran. 4. Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan keahlian pada bidangnya, misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya. 5. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler harus jelas. Selain itu, perlu juga dihindari kemungkinan terjadi kerusakan dini pada sarana dan prasarana. Untuk mengatasi masalah ini, pengguna sarana dan prasarana hendaknya ikut bertanggung jawab dalam pemeliharaannya. Jika pada suata alat tedapat prosedur pemakaiannya, setiap pengguna wajib mengikuti prosedur pemakaian tesebut.
2.6 Penghapusan Sarana dan Prasarana Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional, penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar iventaris karena sarana dan prasarana sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pengapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk hal-hal berikut. 1. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak, dan sudah tidak dapat digunakan lagi. 2. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris. 3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi. 4. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja (Depdiknas 2007:52-53) Barang-barang yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut suharsimi Arikunto & Lia Yuliyana (2009:281-282), barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu lebih syarat-syarat dibawah ini. 1. Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat diperbaiki lagi. 2. Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sehingga merupakan pemborosan uang negara. 3. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan. 4. Penyusutan diluar kekuasaan pengurus barang (biasanya bahan kimia). 5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin tulis biasanya diganti dengan IBM atau personal komputer. 6. Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi. 7. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam 5 hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus diselesaikan 10 hari.
8. Dicuri, dibakar, diselengwengkan musnah akibat bencana alam, dan lain sebagainya. Secara umum, penghapusan barang dapat dilakukan dengan cara lelang dan pemusnahan. Namun, dalam penghapusan terus melewati tahap-tahap tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto & dan Lia Yuliyana (2009: 281-282), penghapusan barang dapat melalui tahap-tahap berikut ini. 1. Pemeliharaan barang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan. 2. Memperhatikan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan ditinjau dari segi nilai uang. 3. Membuat perencanaan. 4. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan disingkirkan. 5. Melaksanakn penyingkiran dengan cara: (a) mengadakan lelang; (b) menghibahkan kepada badan/orang lain; (c) membakar; (d) penyingkiran disaksikan oleh atasan. 6. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran . Penghapusan barang inventaris dengan cara lelang merupakan penghapusan barang-barang sekolah melalui Kantor Lelang Negara. Prosesnya sebagai berikut. 1) Kepala diknas pendidikan membentuk panitia penjualan barang. 2) Melaksakan sesuai dengan prosedur lelang yang telah ditetapkan . 3) Mengikuti acara pelelangan. 4) Kantor lelang membuat “Risalah lelang” dengan mencamtumkan banyaknya, nama barang, dan keadaan barang yang dilelang. 5) Uang hasil lelang, disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 3 hari kerja setelah lelang. 6) Biaya lelang dan lain-lain menjadi beban pembeli. Penghapusan barang inventaris dengan cara pemusnahan (Depdiknas, 2007:54-55), adalah penghapusan barang inventaris yang dilakukan dengan memperhitungkan faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang. Oleh karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang dan
dibuat surat pemberitahuan kepada atasan dengan menyebutkan barang-barang apa yang hendak disingkirkan. Prosesnya sebagai berikut. 1) membentuk panitia penghapusan oleh kepala dinas pendidikan. 2) Sebelum barang dihapuskan perlu dilakukan pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan . 3) Panitia melakukan penelitian barang yang akan. 4) Panitia membuat berita acara. 5) Setelah mengadakan penelitian secukupnya barang-barang yang diusulkan akan dihapus sesuai surat keputusan dan disaksikan oleh pejabat pemerintah setempat dan kepolisian, pemusnahannya dilakukan oleh unit kerja yang bersangkutan dengan cara dibakar, dikubur, dan sebagainya. 6) Menyampaikan berita acara ke atasan/menteri sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan. 7) Kepala sekolah selanjutnya menghapuskan barang tersebut dari buku induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut No dan SK. penghapusannya
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Dimana dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai pengelolaan sarana dan prasarana yang meliputi : (1) Perencanaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo (2) Pengadaan
sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo (3) Penggunaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo (4) Pengaturan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo (5) Penghapusan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni diawali dengan pengumpulan data sampai penyusunan dan penulisan hasil penelitian.
3.2 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Manfaat penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif menurut Sugiyono (2005:36), adalah untuk bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Jenis penelitian ini dipilih untuk memaparkan atau menggambarkan data temuan penelitian dalam bentuk presentase atau pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada. Sementara untuk data penelitian, peneliti menggunakan teknik observasi, dimana peneliti menjadi instrumen untuk mendapatkan data penelitian, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket.
3.3 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu, pengelolaan sarana dan prasarana : (1) Perencanaan sarana dan prasarana (2) Pengadaan sarana dan prasarana (3) Penggunaan sarana dan prasarana (4) Pengaturan sarana dan prasarana (5) Penghapusan sarana dan prasarana.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMA Negeri 3 Gorontalo berjumlah 50 orang. 3.4.2 Sampel Sampel menurut Sugiyono (2012:118) adalah bagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sebagian dari populasi itu dimaksudkan sebagai representasi dari seluruh populasi sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi guru yang berada di SMA Negeri 3 Gorontalo.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data untuk bahan penelitian sehingga hasil penelitian bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya karena adanya bukti data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian maka dilakukan dengan cara :
3.5.1 Angket Angket adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang berikan. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab
pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan jangkauan jawaban. Yang menjadi responden adalah guru di SMA Negeri 3 Gorontalo berjumlah 50 orang. Proses pemberian skor dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori atas jawaban pertanyaan angket sesuai dengan tanggapan responden. Responden menjawab pertanyaan angket dengan member tanda contreng (√) pada jawaban yang telah disediakan dengan lima kemungkinan alternatif pilihan yang disediakan. Setiap pilihan jawaban responden diberik skor nilai atau bobot yang disusun secara bertingkat berdasarkan skala likert. Skor yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012:136) : 5
= Sangat Setuju
4
= Setuju
3
= Ragu-ragu
2
= Tidak Setuju
1
= Sangat Tidak Setuju
3.5.2 Wawancara Sebagai instrumen pelengkap yang digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi pada objek yang diteliti, adapun subjek yang diwawancarai adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana serta beberapa informan dari guru. Data wawancara tidak diolah secara statistik.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik persentase. Dalam arti bahwa tiap butir soal dalam rangka angket dibuatkan tabel untuk memperoleh gambaran persentase yang dicapai dalam angket setiap indikator maupun masing-masing alternatif jawaban dengan cara memfrekuensi masing-masing alternatif jawaban setiap butir soal dibagi jumlah sampel x 100, yang dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2002;107) :
P = x 100% Dimana : P
= Persentase
f
= frekuensi
n
= jumlah responden
100% = bilangan tetap Adapun untuk menghitung persentase dalam bentuk skor digunakan formula: Pr =
x 100%
Dimana : Pr SA
= persentase hasil penelitian = skor aktual, yaitu merupakan total skor yang diperoleh seluruh responden
SI
= skor idel, yaitu jumlah skor maksimum yang bias dicapai
100% = bilangan tetap Skor yang diperoleh untuk setiap indikator menunjukkan tingkat pengelolaan peserta didik (Arikunto & Abdul Jabar 2010 : 35), dengan klasifikasi sebagai berikut : 81 – 100% = Sangat Baik 61 – 80%
= Baik
41 – 60%
= Cukup Baik
21 – 40%
= Tidak Baik
0 - 20%
= Sangat Tidak Baik
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui penyebaran angket yang berupa butir-butir pertanyaan seperti yang disajikan dalam bentuk lampiran. Penulis menyebar angket sebanyak 50, dimana responden merupakan guru yang berada di SMA Negeri 3 Gorontalo. Dalam pengambilan kembali angket yang telah disebar semua responden dapat mengembalikan seluruh angket yang telah disebar dan menjawab semua butir pertanyaan.
1. Perencanaan Sarana dan Prasarana Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perencanaan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/ rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini hendaknya melibatkan unsur-unsur penting disekolah, seperti kepala sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah. Hasil penelitian perencanaan sarana dan prasarana dapat ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini :
1) Pihak sekolah menyusun daftar kebutuhan sekolah dengan mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.1 berikut : Tabel 4.1 : Pihak sekolah menyusun daftar kebutuhan sekolah dengan mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
38
190
76
Setuju
4
12
48
24
Ragu-Ragu
3
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
238
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.1 menggambarkan bahwa 38 responden (76%) yang menyatakan sangat setuju dan 12 responden (24%) yang menyatakan setuju bahwa ihak sekolah menyusun daftar kebutuhan sekolah dengan mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa Pihak sekolah menyusun daftar kebutuhan sekolah dengan mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan telah berjalan sangat baik. 2). Pihak sekolah menaksirkan biaya berdasarkan daftar kebutuhan
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.2 berikut : Tabel 4.2 : Pihak sekolah menaksirkan biaya berdasarkan daftar kebutuhan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
23
115
46
Setuju
4
25
100
50
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
221
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.2 menggambarkan bahwa 25 responden (50%) yang menyatakan setuju, 23 responden (46%) yang menyatakan sangat setuju dan 2 responden (4%) yang menyatakan raguragu bahwa pihak sekolah menaksirkan biaya berdasarkan daftar kebutuhan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menaksirkan biaya berdasarkan daftar kebutuhan telah berjalan sangat baik. 3) Pihak sekolah menetapkan skala prioritasyang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.3 berikut : Tabel 4.3 :
Pihak sekolah menetapkan skala prioritasyang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
27
135
54
Setuju
4
20
80
40
Ragu-Ragu
3
3
9
6
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
224
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.3 menggambarkan bahwa 27 responden (54%) yang menyatakan sangat setuju, 20 responden (40%) yang menyatakan setuju dan 3 responden (6%) yang menyatakan raguragu bahwa pihak sekolah menetapkan skala prioritasyang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menetapkan skala prioritasyang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan telah berjalan sangat baik.
4). Pihak sekolah menyusun rencana pengadaan per-triwulan dan per-tahun
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.4 berikut : Tabel 4.4 : Pihak sekolah menyusun rencana pengadaan per-triwulan dan per-tahun
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
20
100
40
Setuju
4
27
108
54
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
1
2
2
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
216
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.4 menggambarkan bahwa 27 responden (54%) yang menyatakan setuju, 20 responden (40%) yang menyatakan sangat setuju, 2 responden (4%) yang menyatakan ragu-ragu dan 1 responden (2%) yang menyatakan bahwa pihak sekolah menyusun rencana pengadaan pertriwulan dan per-tahun. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menyusun rencana pengadaan per-triwulan dan per-tahun telah berjalan sangat baik. 5) Pihak sekolah menganalisis kebutuhan pengadaan sarana sekolah
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.5 berikut : Tabel 4.5 : Pihak sekolah menganalisis kebutuhan pengadaan sarana sekolah Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
25
125
50
Setuju
4
24
96
48
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
224
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.5 menggambarkan bahwa 25 responden (50%) yang menyatakan sangat setuju, 24 responden (48%) yang menyatakan setuju, dan 1 responden (2%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah menganalisis kebutuhan pengadaan sarana sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menganalisis kebutuhan pengadaan sarana sekolah telah berjalan sangat baik. 6) Pihak sekolah mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.6 berikut : Tabel 4.6 : Pihak sekolah mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
26
130
52
Setuju
4
24
96
48
Ragu-Ragu
3
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
226
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.6 menggambarkan bahwa 26 responden (52%) yang menyatakan sangat setuju, 24 responden (48%) yang menyatakan setuju pihak sekolah mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan telah berjalan sangat baik.
7) Pihak sekolah menyusun proposal pengadaan sarana
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.7 berikut : Tabel 4.7 : Pihak sekolah menyusun proposal pengadaan sarana
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
30
150
60
Setuju
4
19
76
38
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
229
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.7 menggambarkan bahwa 30 responden (60%) yang menyatakan sangat setuju, 19 responden (38%) yang menyatakan setuju dan 1 responden (2%) yang menyatakan pihak sekolah menyusun proposal pengadaan sarana. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menyusun proposal pengadaan sarana berjalan sangat baik. Tabel 4.8 : Rangkuman persentase skor indikator perencanaan sarana dan prasarana No. Tabel
Sub Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.1
Pihak sekolah menyusun daftar kebutuhan sekolah dengan mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan
238
95
Sangat Baik
4.2
Pihak sekolah menaksirkan biaya berdasarkan daftar kebutuhan
221
88
Sangat Baik
4.3
Pihak sekolah menetapkan skala prioritas yang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan
224
90
Sangat Baik
4.4
Pihak sekolah menyusun rencana pengadaan per-triwulan dan per-tahun
216
86
Sangat Baik
4.5
Pihak sekolah menganalisis pengadaan sarana sekolah
224
90
Sangat Baik
4.6
Pihak sekolah mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan
226
90
Sangat Baik
229
92
Sangat Baik
1578
631
225
90.17%
4.7
Pihak sekolah menyusun pengadaan sarana Jumlah
kebutuhan
proposal
Rata-Rata
Sangat Baik
Sumber : Olahan data primer 2013 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa perencanaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo telah berada pada kategori sangat baik.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu, tempat, dan harga serta sumber yang dapat dipertaggung jawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hasil penelitian pengorganisasian peserta didik ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini : 8) Pihak sekolah mengadakan pembelian untuk pengadaan sarana dan prasarana
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.9 berikut : Tabel 4.9 : Pihak sekolah mengadakan pembelian untuk pengadaan sarana dan prasarana
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
28
140
56
Setuju
4
21
84
42
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
227
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.9 menggambarkan bahwa 28 responden (56%) yang menyatakan sangat setuju, 21 responden (42%) yang menyatakan setuju dan 1 responden (2) yang menyatakan pihak sekolah mengadakan pembelian untuk pengadaan sarana dan prasarana. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa Pihak sekolah mengadakan pembelian untuk pengadaan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik. 9) Pihak sekolah memproduksi sendiri untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.10 berikut : Tabel 4.10 : Pihak sekolah memproduksi sendiri untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
20
100
40
Setuju
4
17
68
34
Ragu-Ragu
3
6
18
12
Tidak Setuju
2
6
12
12
Sangat Tidak Setuju
1
1
1
2
-
50
199
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.10 menggambarkan bahwa 20 responden (4086%) yang menyatakan sangat setuju, 17 responden (34%) yang menyatakan setuju, 6 responden (12%) yang menyatakan
ragu-ragu, 6 responden (12%) yang menyatakan tidak setuju dan 1 responden (2%) yang menyatakan pihak sekolah memproduksi sendiri untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah memproduksi sendiri untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah telah berjalan baik. 10) Pihak sekolah menerima hibah untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.11 berikut : Tabel 4.11 : Pihak sekolah menerima hibah untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
22
110
44
Setuju
4
12
48
24
Ragu-Ragu
3
12
36
24
Tidak Setuju
2
2
4
4
Sangat Tidak Setuju
1
2
2
4
-
50
200
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.11 menggambarkan bahwa 22 responden (44%) yang menyatakan sangat setuju, 12 responden (24%) yang menyatakan setuju, 12 responden (24%) yang menyatakan raguragu, 2 responden (4%) yang menyatakan tidak setuju dan 2 responden (4%) yang menyatakan sangat tidak setuju pihak sekolah menerima hibah untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menerima hibah untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah telah berjalan baik. 11) Panitia melaksanakan masa orientasi peserta didik baru yang diterima
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.12 berikut : Tabel 4.12 : Pihak sekolah melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
15
75
30
Setuju
4
16
64
32
Ragu-Ragu
3
5
15
10
Tidak Setuju
2
10
20
20
Sangat Tidak Setuju
1
4
4
8
-
50
178
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.12 di atas menggambarkan bahwa 16 responden (32%) yang menyatakan setuju, 15 responden (30%) yang menyatakan sangat setuju, 10 responden (20%) yang menyatakan tidak setuju, 5 responden (10%) yang menyatakan ragu-ragu, dan 4 responden (8%) yang menyatakan sangat tidak setuju pihak sekolah melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah telah berjalan baik. Tabel 4.13 : Rangkuman persentase skor indikator pengadaan sarana dan prasarana. No. Tabel
Sub Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.9
Pihak sekolah mengadakan pembelian untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah
227
91
Sangat Baik
4.10
Pihak sekolah memproduksi sendiri untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah
199
80
Baik
4.11
Pihak sekolah menerima hibah untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah
200
80
Baik
4.12
Pihak sekolah melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
178
71
Baik
Jumlah
804
322
Rata-Rata
201
80.40%
Baik
Sumber : Olahan data primer 2013 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa secara umum indikator pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo telah berada pada kategori baik.
3. Pengaturan Sarana dan Prasarana Hasil penelitian pengaturan sarana dan prasarana ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini : 12)
Pihak sekolah melakukan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah untuk penyempurnaan dan pengawasan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.14 berikut : Tabel 4.14 : Pihak sekolah melakukan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah untuk penyempurnaan dan pengawasan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
38
190
76
Setuju
4
10
40
20
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
236
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.14 menggambarkan bahwa 38 responden (76%) yang menyatakan sangat setuju, 10 responden (20%) yang menyatakan setuju dan 2 responden (4%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah melakukan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah untuk penyempurnaan dan pengawasan.
Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah untuk penyempurnaan dan pengawasan telah berjalan sangat baik. 13) Pihak sekolah membuat daftar inventaris barang menurut golongan
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.15 berikut :
Tabel 4.15 : Pihak sekolah membuat daftar inventaris barang menurut golongan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
36
180
72
Setuju
4
13
52
26
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
235
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.15 menggambarkan bahwa 36 responden (72%) yang menyatakan sangat setuju, 13 responden (26%) yang menyatakan setuju dan 1 responden (2%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah membuat daftar inventaris barang menurut golongan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah membuat daftar inventaris barang menurut golongan telah berjalan sangat baik. 14) Pihak sekolah memberikan kode (coding) pada barang-barang yang diinventaris.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.16 berikut : Tabel 4.16 : Pihak sekolah memberikan kode (coding) pada barang-barang yang diinventaris. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
40
200
80
Setuju
4
7
28
14
Ragu-Ragu
3
3
9
6
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
237
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.16 menggambarkan bahwa 40 responden (80%) yang menyatakan sangat setuju, 7 responden (14%) yang menyatakan setuju, 3 responden (6%) yang menyatakan ragu-ragu pihak sekolah memberikan kode (coding) pada barang-barang yang diinventaris. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah memberikan kode (coding) pada barang-barang yang diinventaris telah berjalan sangat baik. 15) Pihak sekolah membuat laporan triwulan tentang mutasi barang.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.17 berikut : Tabel 4.17 : Pihak sekolah membuat laporan triwulan tentang mutasi barang Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
25
125
50
Setuju
4
21
84
42
Ragu-Ragu
3
4
12
8
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
221
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.17 menggambarkan bahwa 25 responden (50%) yang menyatakan sangat setuju, 21 responden (42%) yang menyatakan setuju dan 4 responden (8%) yang menyatakan pihak sekolah membuat laporan triwulan tentang mutasi barang.
Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah membuat laporan triwulan tentang mutasi barang telah berjalan sangat baik. 16) Pihak sekolah menyusun program perawatan preventif di sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.18 berikut :
Tabel 4.18 : Pihak sekolah menyusun program perawatan preventif di sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
27
135
54
Setuju
4
21
84
42
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
225
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.18 menggambarkan bahwa 27 responden (54%) yang menyatakan sangat setuju, 21 responden (42%) yang menyatakan setuju dan 2 responden (4%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah menyusun program perawatan preventif di sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menyusun program perawatan preventif di sekolah telah berjalan sangat baik. 17) Pihak sekolah menyusun tim pelaksana preventif sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.19 berikut : Tabel 4.19 : Pihak sekolah menyusun tim pelaksana preventif sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
26
130
52
Setuju
4
21
84
42
Ragu-Ragu
3
3
9
6
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
223
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.19 di menggambarkan bahwa 26 responden (52%) yang menyatakan sangat setuju, 21 responden (42%) yang menyatakan setuju dan 3 responden (6%) yang menyatakan ragu-ragu pihak sekolah menyusun tim pelaksana preventif sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menyusun tim pelaksana preventif sekolah telah berjalan sangat baik. 18) Pihak sekolah menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.20 berikut : Tabel 4.20 : Pihak sekolah menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
39
195
78
Setuju
4
11
44
22
Ragu-Ragu
3
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
239
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.20 menggambarkan bahwa 39 responden (78%) yang menyatakan sangat setuju dan 11 responden (22%) yang menyatakan setuju pihak sekolah menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah telah berjalan sangat baik. 19) Pihak sekolah melakukan evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.21 berikut :
Tabel 4.21 : Pihak sekolah melakukan evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masingmasing bagian sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
30
150
60
Setuju
4
16
64
32
Ragu-Ragu
3
4
12
8
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
226
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.21 menggambarkan bahwa 30 responden (60%) yang menyatakan sangat setuju, 16 responden (32%) yang menyatakan setuju dan 4 responden (8%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah melakukan evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian sekolah.
Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian sekolah telah berjalan sangat baik. 20) Pihak sekolah melakukan penyimpanan sarana sekolah berdasarkan standar penyimpanan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.22 berikut : Tabel 4.22 :
Pihak sekolah melakukan penyimpanan sarana sekolah berdasarkan standar penyimpanan.
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
38
190
76
Setuju
4
11
44
22
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
237
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.22 menggambarkan bahwa 38 responden (76%) yang menyatakan sangat setuju dan 11 responden (22%) yang menyatakan setuju dan 1 responden (2%) yang menyatakan ragu-ragu pihak sekolah melakukan penyimpanan sarana sekolah berdasarkan standar penyimpanan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan penyimpanan sarana sekolah berdasarkan standar penyimpanan telah berjalan sangat baik. Tabel 4.23 : Rangkuman persentase skor pengaturan sarana dan prasarana. No. Tabel
Sub Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.14
Pihak sekolah melakukan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah untuk
236
94
Sangat Baik
penyempurnaan dan pengawasan 4.15
Pihak sekolah membuat daftar inventaris barang menurut golongan
235
94
Sangat Baik
4.16
Pihak sekolah memberikan koding (coding) pada barang – barang yang diinventarisasikan
237
95
Sangat Baik
4.17
Pihak sekolah membuat laporan triwulan tentang mutasi barang
221
88
Sangat Baik
4.18
Pihak sekolah menyusun program perawatan preventif di sekolah
225
90
Sangat Baik
4.19
Pihak sekolah menyusun tim pelaksana prefentiv sekolah
223
89
Sangat Baik
4.20
Pihak sekolah menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah
239
96
Sangat Baik
4.21
Pihak sekolah melakukan evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing– masing bagian sekolah
226
90
Sangat Baik
4.22
Pihak sekolah melakukan penyimpanan sarana sekolah berdasarkan standar penyimpanan
237
95
Sangat Baik
Jumlah
2079
831
Rata-Rata
231
92.40%
Sangat Baik
Sumber : Olahan data primer 2013 Tabel 4.23 menunjukkan bahwa indikator pengaturan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo telah berada pada kategori sangat baik.
4. Penggunaan Sarana dan Prasarana Penggunaan dapat dikatakan sebagai kehgiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. Ada dua prinsip (Depdiknas, 2008:42) yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian perlengkapan pedidikan disekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara maupun tidak langsung. Sementara prinsip efesiensi berarti pemakaian semua perlengkapan
pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, dan rusak, atau hilang.
Hasil penelitian penggunaan sarana dan prasarana ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini : 21) Pihak sekolah menyusun jadwal penggunaan sarana dan prasarana sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.24 berikut : Tabel 4.24 : Pihak sekolah menyusun jadwal penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
30
150
60
Setuju
4
14
56
28
Ragu-Ragu
3
6
18
12
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
224
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.24 menggambarkan bahwa 30 responden (60%) yang menyatakan sangat setuju, 14 responden (28%) yang menyatakan setuju dan 6 responden (12%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah menyusun jadwal penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai pihak sekolah menyusun jadwal penggunaan sarana dan prasarana sekolah telah berjalan sangat baik. 22) Pihak sekolah menunjuk penugasan personel sesuai dengan keahlian untuk masing-masing kepala labolatorium.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.25 berikut : Tabel 4.25 :
Pihak sekolah menunjuk penugasan personel sesuai dengan keahlian untuk masingmasing kepala labolatorium.
Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
33
165
66
Setuju
4
16
64
32
Ragu-Ragu
3
1
3
2
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
232
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.25 menggambarkan bahwa 33 responden (66%) yang menyatakan sangat setuju, 16 responden (32%) yang menyatakan dan 1 responden (2%) yang menyatakan ragu-ragu pihak sekolah menunjuk penugasan personel sesuai dengan keahlian untuk masing-masing kepala labolatorium. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menunjuk penugasan personel sesuai dengan keahlian untuk masing-masing kepala labolatorium telah berjalan sangat baik. 23) Pihak sekolah menunjuk kepala perpustakaan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.26 berikut :
Tabel 4.26 : Pihak sekolah menunjuk kepala perpustakaan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
40
200
80
Setuju
4
8
32
16
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
Jumlah
-
50
238
100
Sumber : Data Primer 2013 Data pada tabel 4.26 menggambarkan bahwa 40 responden (80%) yang menyatakan sangat setuju, 8 responden (16%) yang menyatakan setuju dan 2 responden (4%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah menunjuk kepala perpustakaan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menunjuk kepala perpustakaan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi telah berjalan sangat baik. 24)
Pihak
sekolah
menetapkan
standariasasi
prasarana
untuk
meningkatkan
kinerja
penyelenggaraan sekolah.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.27 berikut : Tabel 4.27 : Pihak sekolah menetapkan standariasasi prasarana untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
21
105
42
Setuju
4
27
108
54
Ragu-Ragu
3
2
6
4
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
219
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.27 menggambarkan bahwa 27 responden (54%) yang menyatakan setuju, 21 responden (42%) yang menyatakan sangat setuju, dan 2 responden (4%) yang menyatakan raguragu
pihak
sekolah
menetapkan
penyelenggaraan sekolah.
standariasasi
prasarana
untuk
meningkatkan
kinerja
Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah menetapkan standariasasi prasarana untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah telah berjalan sangat baik. Tabel 4.28 : Rangkuman persentase skor indikator penggunaan sarana dan prasarana. No. Tabel
Sub Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.24
Pihak sekolah menyusun jadwal penggunaan sarana dan prasarana sekolah
224
90
Sangat Baik
4.25
Pihak sekolah menunjuk penugasan personel sesuai dengan keahlian untuk masing-masing kepala labolatorium
232
93
Sangat Baik
4.26
Pihak sekolah menunjuk kepala perpustakaan sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi
238
95
Sangat Baik
4.27
Pihak sekolah menetapkan standarisasi prasarana untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah.
219
88
Sangat Baik
Jumlah
913
366
Rata-Rata
228
91.30%
Sangat Baik
Sumber : Olahan data primer 2013 Tabel 4.28 menunjukkan bahwa indikator penggunaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo telah berada pada kategori sangat baik.
5. Penghapusan sarana dan prasarana Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian pencatatan dan pelaporan pengelolaan peserta didik ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini :
25) Pihak sekolah melakukan perencanaan terhadap penghapusan barang
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.29 berikut : Tabel 4.29 : Pihak sekolah melakukan perencanaan terhadap penghapusan barang. Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
20
100
40
Setuju
4
24
96
48
Ragu-Ragu
3
6
18
12
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
214
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.29 menggambarkan bahwa 24 responden (48%) yang menyatakan setuju, 20 responden (40%) yang menyatakan sangat setuju dan 6 responden (12%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah melakukan perencanaan terhadap penghapusan barang. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan perencanaan terhadap penghapusan barang telah berjalan sangat baik. 26) Kepala sekolah membentuk panitia penghapusan barang.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.30 berikut : Tabel 4.30 : Kepala sekolah membentuk panitia penghapusan barang Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
22
110
44
Setuju
4
17
68
34
Ragu-Ragu
3
9
27
18
Tidak Setuju
2
2
4
4
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
209
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.30 menggambarkan bahwa 22 responden (44%) yang menyatakan sangat setuju, 17 responden (34%) yang menyatakan setuju, 9 responden (18%) yang menyatakan ragu-ragu dan 2 responden (4%) yang menyatakan tidak setuju kepala sekolah membentuk panitia penghapusan barang. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa kepala sekolah membentuk panitia penghapusan barang telah berjalan sangat baik. 27) Pihak sekolah melakukan pemilihan dan penelitian barang dengan melihat faktor-faktor penghapusan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.31 berikut : Tabel 4.31 : Pihak sekolah melakukan pemilihan dan penelitian barang dengan melihat faktor-faktor penghapusan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
28
140
56
Setuju
4
17
68
34
Ragu-Ragu
3
5
27
10
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
223
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.31 menggambarkan bahwa 28 responden (56%) yang menyatakan sangat setuju, 18 responden (34%) yang menyatakan setuju dan 5 responden (10%) yang menyatakan raguragu pihak sekolah melakukan pemilihan dan penelitian barang dengan melihat faktor-faktor penghapusan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa pihak sekolah melakukan pemilihan dan penelitian barang dengan melihat faktor-faktor penghapusan telah berjalan sangat baik.
28) Panitia penghapusan membuat berita acara penghapusan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.32 berikut :
Tabel 4.32 : Panitia penghapusan membuat berita acara penghapusan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
30
150
60
Setuju
4
13
52
26
Ragu-Ragu
3
7
21
14
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
223
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.32 di atas menggambarkan bahwa 30 responden (60%) yang menyatakan sangat setuju, 13 responden (26%) yang menyatakan setuju dan 7 responden (14%) yang menyatakan ragu-ragu panitia penghapusan membuat berita acara penghapusan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa panitia penghapusan membuat berita acara penghapusan telah berjalan sangat baik. 29) Panitia menyampaikan berita acara ke Diknas Pendidikan sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.33 berikut : Tabel 4.33 : Panitia menyampaikan berita acara ke Diknas Pendidikan sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
33
165
66
Setuju
4
13
52
26
Ragu-Ragu
3
4
12
8
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
229
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.33 menggambarkan bahwa 33 responden (66%) yang menyatakan sangat setuju, 13 responden (26%) yang menyatakan setuju dan 4 responden (8%) yang menyatakan raguragu panitia menyampaikan berita acara ke Diknas Pendidikan sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa panitia menyampaikan berita acara ke Diknas Pendidikan sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan telah berjalan sangat baik. 30) Panitia melakukan penghapusan barang dari buku induk dan inventaris berdasarkan SK penghapusan.
Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada table 4.34 berikut : Tabel 4.34 : Panitia melakukan penghapusan barang dari buku induk dan inventaris berdasarkan SK penghapusan Kategori
Bobot
Frekuensi
Skor
Presentase (%)
Sangat Setuju
5
36
180
72
Setuju
4
9
36
18
Ragu-Ragu
3
5
15
10
Tidak Setuju
2
0
0
0
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0
-
50
231
100
Jumlah Sumber : Data Primer 2013
Data pada tabel 4.34 menggambarkan bahwa 36 responden (72%) yang menyatakan sangat setuju, 4 responden (18%) yang menyatakan setuju dan 5 responden (10%) yang menyatakan raguragu panitia melakukan penghapusan barang dari buku induk dan inventaris berdasarkan SK penghapusan. Berdasarkan gambaran jawaban responden di atas dapat dimaknai bahwa panitia melakukan penghapusan barang dari buku induk dan inventaris berdasarkan SK penghapusan telah berjalan sangat baik.
Tabel 4.35 : Rangkuman persentase skor indikator penghapusan sarana dan prasarana. No. Tabel
Sub Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.29
Pihak sekolah melakukan perencanaan terhadap penghapusan barang
214
86
Sangat Baik
4.30
Kepala sekolah membentuk penghapusan barang
209
84
Sangat Baik
4.31
Pihak sekolah melakukan pemilihan dan penelitian barang dengan melihat faktorfaktor penghapusan
223
89
Sangat Baik
4.32
Panitia penghapusan membuat berita acara penghapusan
223
89
Sangat Baik
4.33
Panitia menyampaikan berita acara ke Dinas Pendidikan sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan
229
92
Sangat Baik
4.34
Panitia melakukan penghapusan barang dari buku induk dan inventaris berdasarkan SK penghapusan
231
92
Sangat Baik
Jumlah
1329
532
Rata-Rata
222
88.60%
Sumber : Olahan data primer 2013
panitia
Sangat Baik
Tabel 4.35 menunjukkan bahwa penghapusan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo telah berada pada kategori sangat baik.
Selanjutnya untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo dari seluruh indikator yang dapat dilihat pada tabel 4.36 berikut ini : Tabel 4.36 : Rekapitulasi hasil persentase pengelolaan sarana dan prasarana. No. Tabel
Indikator
Skor
Persentase (%)
Kriteria
4.8
Perencanaan sarana dan prasarana
1578
90.17
Sangat Baik
4.13
Pengadaan sarana dan prasarana
804
80.40
Baik
4.23
Pengaturan sarana dan prasarana
2079
92.40
Sangat Baik
4.28
Penggunaan sarana dan prasarana
913
91.30
Sangat Baik
4.35
Penghapusan sarana dan prasarana
1329
88.60
Sangat Baik
Rata-Rata
1341
89.37
Sangat Baik
Sumber : Olahan data primer 2013 Data pada tabel 4.36 mengambarkan bahwa secara umum seluruh indikator pengelolaan sarana dan prasarana yang diukur, telah berjalan dengan sangat baik. 4.2 Pembahasan Bertitik tolak dari rekapitulasi hasil penelitian pengelolaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo yang mencakup 5 (lima) indikator : perencanaan sarana dan prasarana berada pada kategori sangat baik dengan capaian 90,17%, pengadaan sarana dan prasarana berada pada kategori baik dengan capaian 80,40%, pengaturan sarana dan prasarana berada pada kategori sangat baik dengan capaian 92,40%, penggunaan sarana dan prasarana berada pada kategori sangat baik dengan capaian 91,30%, penghapusan sarana dan prasarana berada pada kategori sangat baik dengan capaian 88,60%. Sehingga secara umum ke-lima indikator tersebut Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang dikur berada pada kategori sangat baik dengan jumlah rekapitulasi akhir 89,37%.
1. Perencanaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil rangkuman presentase indikator perencanaan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik, hal ini dapat dilihat pada hasil skor rata-rata 225 atau (90.17%) berada pada kategori sangat baik. Perolehan tersebut berada di atas rata-rata karena pihak sekolah melakukan perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan sekolah, menetapkan skala prioritas berdasarkan dana dan urgensi kebutuhan, serta mengklasifikasi sarana sekolah yang dibutuhkan.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil rangkuman presentase indikator pengadaan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik, hal ini dapat dilihat pada hasil skor rata-rata 201 atau (80.40%) berada pada kategori baik. Perolehan tersebut berada di atas rata-rata pada indikator ini pihak sekolah melakukan pengadaan sarana dan prasarana dengan melakukan pembelian dan memproduksi sendiri.
3. Pengaturan Sarana dan Prasaran Berdasarkan hasil rangkuman presentase indikator pengaturan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik, hal ini dapat dilihat pada hasil skor rata-rata 231 atau (92.40%) berada pada kategori sangat baik. Perolehan tersebut berada di atas rata-rata pada indikator ini pihak sekolah melakukan inventarisasi dan perawatan sarana sekolah dengan melibatkan seluruh stakeholder sekolah.
4. Penggunaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil rangkuman presentase indikator penggunaan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik, hal ini dapat dilihat pada hasil skor rata-rata 228 atau (91.30%) berada pada kategori sangat baik. Perolehan tersebut berada di atas rata-rata, penggunaan sarana dan prasarana berdasarkan jadwal penggunaan sarana dan prasarana dan pihak sekolah menunjuk penugasan
masing-masing personel kepala labolatorium dan perpustakaan sesuai dengan standar kompetensi dan kualifikasi.
5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil rangkuman presentase indikator penghapusan sarana dan prasarana telah berjalan sangat baik, hal ini dapat dilihat pada hasil skor rata-rata 222 atau (88.60%) berada pada kategori sangat baik. Perolehan tersebut berada di atas rata-rata, proses penghapusan barang dilakukan sekolah dengan membentuk panitia penghapusan barang, kemudian melakukan penelitian barang yang akan dihapus berdasarkan faktor-faktor penghapusan barang dan menyampaikan berita acara ke Dinas Pendidikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa : (1) Perencanaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo berada pada kategori yang sangat baik (2) Pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo berada pada kategori yang baik (3) Pengaturan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo berada pada kategori yang sangat baik (4) Penggunaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo berada pada kategori yang sangat baik
(5) Penghapusan sarana dan prasarana di SMA Negeri 3 Gorontalo berada pada kategori yang sangat baik
5.2 Saran
1. Hendaknya kepala sekolah sebagai administrator harus mengetahui langsung sarana prasarana apa saja yang ada disekolah dan bagaimana keadaannya. 2. Bagi pengelola sarana dan prasarana di sekolah agar dapat melakukan sisi pencatatan yang tepat sehingga mudah diketahui dan dikerjakan. 3. Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus senantiasa di tinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi & Lia, Yuliana. 2009. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media dan FIP, UNY.
Arikunto, Suharsimi & Abdul Jabar, Cepi Safrudin. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Bafadal, Ibrahim. 2008. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Barnawi & M. Arifin. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Depdiknas. 2007. Pendidikan dan Pelatihan: Manajemen Sarana dan Prasarana PendidikanPersekolahan Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal PMPTK, Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Panduan Manajemen Sekolah.
Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: Rineka Cipta.
Herawan, Endang & Sukarti Nasihin. 2001 “Pengelolaan Sarana da Prasarana Pendidikan. Dalam Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, UPI.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Sarana Sekolah Menengah.
Sri Minarti. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.