PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENTRA MAIN PERAN DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL DAN KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK AL-MUTHMAINNAH KOTA JAMBI Oleh : Nur Anisyah, M.Pd.I
Abstrak Pembelajaran sentra main peran adalah pembelajaran sentra yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan dalam model ini untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan setelah bermain. Pijakan ini diberikan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Sentra bermain dilengkapi dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak agar dapat menstimulasi seluruh kecerdasan anak. Mengingat bahwa sentra main peran ini adalah suatu pembelajaran yang dapat menstimulasi kecerdasan anak, maka perlu dikelola dengan baik. Namun, saat ini di taman kanak-kanak yang menggunakan pembelajaran sentra main peran belum terlaksana dengan baik, sehingga kecerdasana anak terutama kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak belum terstimulasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kata Kunci
I.
: Pembelajaran, Sentra Main Peran, Kecerdasan
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa, komunikasi, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.1 Pendidikan masa kanak-kanak sangat menentukan keberhasilan secara keseluruhan dimasa mendatang termasuk pelaksanaan pembelajaran sentra main peran yang akan membantu anak dalam menghadapi dunia nyata. Pada masa kanak-kanak inilah sebagai fondasi awal mendidik anak. Pendidikan adalah hak warga Negara, tidak terkecuali pendidikan anak usia dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan.2 Adapun tahap tingkat pencapaian perkembangan terdapat dalam Permendiknas no. 58 tahun 2009 di jelaskan bahwa Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan
1
Jamal Makmur Asmuni, Manjemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Diva press, 2009), hal. 64 2 Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Edukasia,2009), hal. 9
perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak.3 Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. Howard gardner berkeyakinan bahwa semua manusia tidak hanya memiliki satu kecerdasan. Dia mengungkapkan Ada delapan kecerdasan jamak (multiple intelegences)
pada diri manusia yaitu
(1)
kecerdasan verbal
linguistik (2)
kecerdasan logika matematika (3) kecerdasan visual spasial (4) kecerdasan kinestetik jasmani
(5)
kecerdasan musik (6) kecerdasan interpersonal (7) kecerdasan
intrapersonal (8) kecerdasan naturalis. Penerapan di Indonesia ditambah menjadi sembilan yaitu kecerdasan spiritual.4 Teori menurut Amstrong bahwa kecerdasan interpersonal adalah berfikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, dan kerja sama.
5
Menurut pendapat Amstrong bahwa
kecerdasan verbal linguistik adalah kecerdasan dalam
mengolah kata atau
kemampuan mengunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.6 Pembelajaran berbasis sentra merupakan pembelajaran yang paling mutakhir yang dilaksanakan di lingkungan pendidikan anak usia dini dengan karakteristik utamanya memberika pijakan (scaffolding) untuk membangun konsep aturan, ide, dan pengetahuan anak serta konsep densitas dan intensitas bermain. Bermain peran merupakan salah satu potensi dasar (fitrah islam) yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Orang tua, pendidik, dan lingkungan yang akan membentuk kepribadian anak yang paripurna atau tujuan hidup mencari ridho Allah, main peran adalah salah satu cara bagi anak untuk dapat mengembangkan pengendalian diri, perolehan pengetahuan, keterampilan kognisi, sosial emosi, bahasa, daya cipta, 3
Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional ,No 58 Tahun 2009 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta : Universitas UI, 2010), hal. 60 5 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta : Universitas UI, 2010), hal. 61 6 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta : Universitas UI, 2010), hal. 57 4
rangkaian ingatan, konsep-konsep hubungan kekeluargaaan. Penerimaan kosakata, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial dan keterampilan sudut pandang afeksi, yang dibutuhkan anak dikehidupan selanjutnya.7 Berdasarkan hasil Grandtour pada taman kanak-kanak usia 5-6 tahun di taman kanak-kanak Al-Muthmainnah kota jambi, peneliti menemukan permasalahan bahwa pelaksanaan kegiatan bermain sudah memberi stimulan namun
alat permainan
edukatif (APE) dan setting belum mendukung terhadap peningkatan pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak yaitu: Pertama
: Penataan lingkungan main kurang mendukung misalnya: peran sebagai penjaga apotek di apotek, lebih dominan pura-pura, penataan kurang menyerupai sesungguhnya sehingga kurang optimal komunikasi anak bahkan ada beberapa anak yang tidak muncul bahasanya. Jika penataan akan menyerupai sesungguhnya anak akan lebih terasa memainkan perannya dan anak akan mampu bereksplorasi dan berinteraksi dengan sesama teman. Beberapa anak masih ada yang belum mampu menulis huruf dengan kata-kata misalnya “pasar”.
Kedua : Terdapat beberapa anak yang tidak bersosialisasi dengan sesama temannya, terdapat anak yang ingin menang sendiri, tidak mau berbagi. Ketiga : Pada rencana kerja guru secara harian, pendidik belum mencantumkan secara khusus
jenis pengembangan kecerdasan
linguistik dan kecerdasan
interpersonal anak yang akan di stimulan. Pendidik sudah membuat satuan kegiatan harian dan satuan kegiatan mingguan, tapi APE dan penataan permainan belum beragam.
II.
MASALAH, TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN A. Masalah Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Mengapa pelaksanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik di taman kanak-kanak Al-Muthmainnah kota jambi belum optimal?
7
Dokumentasi Pedoman Bahan Ajar TK Al-Muthmainnah Sentra Main Peran, Tanggal 5 Desember 2014, hal.22
Permasalahan tersebut dikembangkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana
perencanaan
pembelajaran
sentra
main
peran
dalam
pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi? 2.
Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran
sentra main peran dalam
pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi? 3.
Bagaimana evaluasi pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi?
A.
Tujuan 1.
Untuk menemukan dan menganalisis perencanaan pembelajaran
sentra
main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi. 2.
Untuk menemukan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi.
3.
Untuk menemukan dan menganalisis eavaluasi pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan verbal linguistik anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi.
B.
KegunaanPenelitian 1.
Sebagai bahan informasi yang berguna bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
2.
Secara formal penelitian ini bermanfaat bagi Guru Pendidikan Taman Kanak-Kanak terkait tugasnya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran anak usia dini Kota Jambi.
3.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pustaka ilmiah dan diharapkan menjadi bahan bacaan bagi yang akan mengadakan penelitian.
III.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran 1. Konsep Pembelajaran Sentra Main Peran Model pembelajaran sentra berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan dalam model ini untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan setelah bermain. Pijakan ini diberikan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Sentra bermain dilengkapi dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai piajakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis bermain, yaitu bermain sensori motor atau fungsional, bermain peran, dan bermain pembangunan (konstruktif, yaitu membangun pemikiran anak), sedangkan saat lingkaran dilakukan guru untuk memberikan dukungan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah bermain.8 Bermain peran merupakan salah satu potensi dasar (fitrah islam) yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Orang tua, pendidik, dan lingkungan yang akan membentuk kepribadian anak yang paripurna atau tujuan hidup mencari ridho Allah, main peran adalah salah satu cara bagi anak
untuk
dapat
mengembangkan
pengendalian
diri,
perolehan
pengetahuan, keterampilan kognisi, sosial emosi, bahasa, daya cipta, rangkaian ingatan, konsep-konsep hubungan kekeluargaaan. Penerimaan kosakata,
keterampilan
pengambilan
sudut
pandang
spasial
dan
keterampilan sudut pandang afeksi, yang dibutuhkan anak dikehidupan selanjutnya.9 Main peran kadang disebut juga dengan main simbolik, main purapura, fantasi, imajinasi atau drama. Anak usia dini suka bermain peran dengan melakukan percobaan melalui berbagai bahan dan peran. Kegiatan bermain peran ini penting karena manusia perlu membangun kemampuan untuk menghadapi suatu keadaan dan menguasai kenyataan tertentu dengan terlebih dahulu melakukan uji coba dan perencanaan. 8
H.E Mulyasa, Manajemen PAUD ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal.149 Dokumentasi Pedoman Bahan Ajar TK Al-Muthmainnah Sentra Main Peran, Tanggal 5 Desember 2014, hal.22 9
Peran dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain.oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada faktor penentunya, yakni, perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan oarang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mendasarinya. Bermain peran adalah kegiatan bermain dimana anak melakukan kegiatan meniru perilaku. Perilaku ini dapat berupa perilaku manusia, hewan, tanaman dan kejadian. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan main pura-pura, khayalan, fantasi, make believe atau simbolis. Pembelajaran berbasis sentra merupakan pembelajaran yang paling mutakhir yang dilaksanakan di lingkungan pendidikan anak usia dini; dengan karakteristik utamanya memberika pijakan (scaffolding) untuk membangun konsep aturan, ide, dan pengetahuan anak serta konsep densitas dan intensitas bermain. Model pembelajaran ini berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkaran.10 Pada umumnya pijakan dalam model ini untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan setelah bermain. Pijakan ini diberikan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Sentra berasal dari kata “centre’’ yang artinya “ pusat”. Setiap sentra memiliki keistimewaannya masing-masing. Sentra Main peran adalah sentra yang mengalirkan materi/ knowledge pada anak melalui main peran. Materi knowledge yang dialirkan melalui serangkaian kegiatan yang telah ditata/ diorganisasikan dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat guru yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak, semua kegiatan
main
diarahkan pada satu titik (pusat) yaitu tujuan yang telah
direncanakan dalam rencana pembelajaran.11 Semua materi/knowledge yang dialirkan pada anak dibingkai oleh tema yang dimaksudkan agar materi/knowledge tersebut tidak tumpang tindih atau tercecer atau materi yang tidak berkaitan ada didalamnya. Tema yang diambil adalah tema yang dekat dengan kehidupan anak.12 Sentra
main
peran,
memberi
kesempatan
pada
anak
untuk
mengembangkan Pengertian mereka tentang dunia sekitarnya melalui peran yang dimainkan, dimulai dari lingkungan yang terdekat mereka yaitu keluarga hingga lingkungan sekitar; sekolah, pasar, rumah sakit, kantor pos, pemadam kebakaran, pantai/ laut, desa. 13 Adapun alat dan bahan dalam sentra main peran adalah sebagai berikut: 1. Main peran besar a) Alat dan bahan main kerumah tanggaan b) Alat dan bahan main keprofesian c) Alat dan bahan main yang mendukung keaksaraan anak. 2. Alat dan bahan main kerumah tanggaan Meliputi alat-alat yang ditempatkan pada ruang-ruang yang ada dalam rumah, seperti : a) Ruang tamu: meja dan kursi tamu, karpet, taplak, vas bunga b) Ruang keluarga: karpet, meja kecil untuk telepon beserta kertas dan pensil untuk mencatat pesan, rak buku, buku-buku cerita. c) Ruang tidur: dipan kecil beserta kasur, bantal dan guling, seprei, dan sarung bantal guling. d) Ruang
makan: meja dan kursi makan, perlengkapan makan dan
minum, makanan dan minuman pura-pura, loker tempat penyimpanan alat main.14 e) Ruang dapur: meja, perlengkapan memasak (seperti: kompor mainan, wajan, sodet/sotil), kain lap, celemek dan lain-lain.
11
H.E Mulyasa, Manajemen PAUD ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) , hal.149 Lilis Madyawati, Permainan dan Bermain Anak, (Jakarta: Preanada Media Group, 2012), hal 18 13 Neni Arriyani ,Wismiarti, panduan pendidikan Sentra Main Peran,( Jakarta: Sekolah Al-falah, 2010), hal. 21 14 Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial RI, Standar Sosial Anak di Kelompok Bermain, 2004,hal. 26 12
f) Kamar mandi: perlengkapan mandi (sabun, sampo, pasta gigi, dan sikat gigi pura-pura, handuk), bak mandi, keran wastafel, closet. g) Alat pendukung kebersihan: sapu, kain pel, tempat sampah, vacuum cleaner. 3. Alat main keprofesian a) Nelayan (tema laut): Kapal dari dus beks, kail, jarring untuk menangkap ikan, wadah tangkapan ikan, lampu penerang, bahan bakar kapal, umpan ikan, ikan-ikannan dari karton dan lain-lain. b) Dokter (tema pekerjaan): Jas dokter warna putih, masker, sarung tangan karet, stetoskop, thermometer, alat pengukur tekanan darah, jarum suntik mainan, timbangan badan, senter kecil, botol-botol dan obat pura-pura, kertas resep, meja dan kursi, tempat tidur. c) Palaentolog (tea dinosaurus): area pasir, topi, baju kerja, sepatu, papan, kertas dan alat tulis, pahat, kuas, tulang-tulang sapi, ayam, barangbarang temuan perlengkapan makan dan minum. Dan lain-lain. 4. Alat/Bahan Main Mendukung Keaksaraan Meliputi: Kertas, alat-alat tulis (krayon, spidol, pensil) penggaris, penghapus, buku-buku cerita, buku-buku resep, buku telepon, Koran, majalah, brosur catalog belanja. Kertas dengan tulisan bagian-bagian scenario misalnya: rumah sakit, Restoran, kantor pos, super market, pantai, pemadam kebakaran dan lain-lain. 2. Kecerdasan Interpersonal dan Kecerdasan Linguistik Kecerdasan berbeda dengan inteligensi. Perbedaannya yaitu bahwa inteligensi merupakan bentuk pasif dari kecerdasan dan berhubungan dengan
kognitif
(proses
berpikir)
yaitu
kemampuan
untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Sedangkan kecerdasan itu sendiri adalah bentuk aktif yaitu berupa perwujudan dari potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku. Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi dan terwujud atau tidaknya tergantung faktor lingkugan dan kesempatan yang diberikan pada anak untuk mendapatkan rangsangan dan latihan.15
15
Suyadi, Permainan edukatif Yang Mencerdaskan: The Power of Smart Games For Children ( Yogyakarta: Power Books, 2009), hal. 200
a. Kecerdasan Inter-Personal Kecerdasan inter-personal menunjukkan kemampuan mencerna, merespon, secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman.16 Kecerdasan interpersonal adalah berfikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun kecerdasan ini adalah memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, dan kerja sama. Menurut
sujiono
bahwa
cara
mengembangkan
kecerdasan
interpersonal pada anak usia dini, yakni (1) mengembangkan dukungan kelompok, (2) menetapkan aturan tingkah laku, (3) memberi kesempatan bertanggung jawab dirumah, (4) bersama-sama menyelesaikan konflik, (5) melakukan kegiatan sosial lingkungan, (6) menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan teman sebaya, (7) menumbuhkan sikap ramah dan memahami kergaman budaya lingkungan sosial, dan (8) melatih kesabaran menunggu giliran. b. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, secara tertulis maupun lisan, mampu berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur orang atau mengajar dengan kata-kata yang efektif. Kecerdasan linguistik telah muncul sejak lahir, seorang bayi mencapai
keinginannya
(berkomunikasi)
melalui
menangis
dan
menggerakkan tubuh.17 Menurut Takdiroatun Musfiroh, kecerdasan verbal linguistik dapat diketahui melalui
(1) Kemampuan berbicara (2) Kemampuan melucu
dengan kata-kata dan menangkap kelucuan (3) Senang bermain-main dengan huruf, misal mencocokkan huruf, tebak huruf (4) Senang dengan buku, mampu membaca dan menulis.18 IV.
16
Pembelajaran Sentra Main peran
Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain, hal. 54 Indra soefandi dan Ahmad pramudya, Strategi Mengembangkan Potennsi Kecerdasan Anak, hal. 59 18 Takdiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain, hal. 46 17
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun
teori
belajar
merupakan
penentu
utama
keberhasilan pendidikan.19 Pengembangan kurikulum mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul, program mingguan dan harian.20 Selain pendekatan ada juga dikenal model pembelajaran semua itu berfokus pada proses pengajaran, proses pembelajaran, proses belajar mengajar, atau interaksi belajar-mengajar. Pendekatan pembelajaran mempunyai lingkup yang luas, melihat pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang sedangberkembang untuk mencapai tujuan perkembangnnya. 21 Di lembaga pendidikan taman kanak-kanak, pengaturan proses belajar mengajar itu didasarkan pada garis-garis besar program kegiatan belajar mengajar (GBPKB) yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional.22 a. Perencanaan Program Pembelajaran Sentra Main Peran Perencanaan adalah suatu cara untuk
mengantisipasi dan
menyeimbangkan perubahan.23 Perencanaan merupakan hasil proses berfikir yang mendalam.24 Program pembelajaran adalah susunan kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun pembelajaran. Ada tiga macam perencanaan kegiatan bermain yaitu perencanaan tahunan, semesteran, perencanaan kegiatan bermain mingguan dan harian dan perencanaan persiapan jenis permainan.25 Perencanaan semester merupakan program
pembelajaran
pengembangan,
tingkat
yang
berisi
pencapaian
jaringan
tema,
perkembangan,
bidang capaian
perkembangan dan indicator yang ditata secara urut dan sistematis, 19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta, 2010), hal. 61 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010), hal.235 21 Nana Syaodih Sukmadinata Dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hal.167 22 Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen Dan Supervisi Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.11 23 Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 1 24 Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desai Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 20080, Hal. 25 25 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Tekhnis Penyelenggaraan kelompok Bermain, Jakarta, 2010, hal. 5 20
alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya kedalam semester 1 (satu) dan 2 (dua).26 Perencanaan mingguan merupakan penjabaran dari perencanaan semester. Kegiatan bermain mingguan disusun berdasarkan perencanaan tahunan dan semesteran. Hal-hal yang harus diperhatikan dan ditetapkan meliputi : (1) tema kegiatan (2) kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain (3) semester dan tahun ajaran (4) jumlah waktu (5) hari dan tanggal pelaksanaan (6) jam pelaksanaan (7) tujuan kegiatan bermain (8) materi yang akan dimainkan (9) bentuk kegiatan bermain (10) penataan lingkungan (11) bahan dan alat yang diperlukan dalam bermain (12) evaluasi perkembangan anak.27 Menurut Yuliani, tema digunakan pada pembelajaran anak usia dini untuk membangun pengetahuan pada anak dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan. b. Pelaksanaan Pembelajaran Sentra Main Peran Dalam pelaksanaan pembelajaran sentra main peran terdapat empat tahap untuk pijakan pengalaman main yang bermutu untuk mendukung perkembangan anak.28 Pemberian pijakan merupakan implikasi praktis dari teori kognitif vygotsky, antara lain menyebutkan bahwa tingkat perkembangan intelektual yang tertinggi pada anak terjadi saat anak berinteraksi dengan orang dewasa atau anak lain yang lebih tinggi kemampuannya.29 Pijakan-pijakan tersebut pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main,dan pijakan setelah main. Adapun urutan dalam pelaksanaan pembelajaran sentra main peran30. 1. penataan lingkungan main sebelum anak datang pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai dengan rencana belajar dan kelompok anak yang akan dibina. Penataan main sesuai dengan tujuan yang dicapai selama bermain.
26
Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, pedoman pengembangan silabus, jakarta, 2010, hal.5 27 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Tekhnis Penyelenggaraan kelompok Bermain, hal. 14 28 Ibid, hal. 218 29 Luluk Asmawati, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini…hal.8.13 30 Direktorat Anak Usia Dini, Pedoman Penerapan Pendekatan BCCT… hal. 9
2. penyambutan anak guru menyambut anak, kemudian anak diarahkan untuk main bebas bersama teman-teman lain. 3. main
pembukaan
(pengalaman
gerakan
kasar)
pendidik
menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembuka, seperti permain tradisional, gerak dan musik. 4. Transisi 10 menit kegiatan ini bertujuan supaya anak tenang dengan cara bernyanyi dalam bentuk lingkaran. Pada masa ini, anak diberi kesempatan untuk kekamar kecil, pembiasaan kebersihan diri, dan minum. c. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Definisi evaluasi dari sisi terminologi adalah (1) suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu (2) kegiatan untuk menilai sesuatu secara terncana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.31 Evaluasi atau penilaian di taman kanak-kanak merupakan proses evaluasi yang dilakukan mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan (input, proses, dan output. Penilaian di taman kanak-kanak berupa penilaian kegiatan belajar mengajar dan assesmen perkembangan anak.32 Peraturan PP No. 19 tentang standar
pendidikan nasional
membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk konsep dan tekhnik penilaian yang dilaksanakan dikelas.33 Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengajaran. Kegiatan ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru.34 Evaluasi
adalah
semboyan
penelitian
pendidikan
dan
pengembangan. dan itu juga tidak mengherankan. apa yang bisa lebih jelas dari kebutuhan untuk mengevaluasi upaya untuk meningkatkan proses pendidikan? dan apa yang bisa lebih mudah? satu menetapkan tujuan., bekerja untuk mencapai itu, dan kemudian menentukan bagaimana cara seseorang untuk melakukannya. atau mungkin muncul. 31
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (jakarta : Gaung Persada, 2009. hal. 234 Luluk Asmawati, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini...hal.12.5 33 Hamzah B Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 16 34 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2010), hal. 55 32
Pada kenyataannya, evaluasi adalah suatu lembaga yang sangat kompleks, terutama dalam konteks pendidikan. ada banyak cara metodologis, variabel yang sulit jika tidak mustahil untuk mengontrol, dan lebih dari beberapa konvensi. mungkin dan lebih dari beberapa konvensi. dan kepentingan pribadi yang dapat mengerahkan dengan cara yang baik dan kurang baik pada interpretasi hasil. Tekhnik yang digunakan untuk mengevaluasi perkembangan anak adalah sebagai berikut : a) Tekhnik observasi Observasi adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan keterangan tentang situasi dengan melihat atau mendengar apa yang terjadi, kemudian semua dicatat dengan cermat. b) Tekhnik wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab antara
pewancara dengan
orang yang diwwancarai. Wawancara dilakukan kepada orang tua untuk memperoleh informasi tentang anak ketika guru harus melihat latar belakang anak yang akan didiagnosis. c) Tekhnik Dokumentasi Evaluasi dokumentasi adalah evaluasi mengenai kemajuan perkembangan anak atau keberhasilan belajar anak tanpa menguji yang dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen. d) Tekhnik Portofolio Tekhnik portofolio adalah tekhnik evaluasi pengumpulan hasil kerja anak yaitu suatu yang dihasilkan dari pengalaman belajar atau proses kegiatan anak dalam periode waktu tertentu. Menurut Mei Tientje dan Yul Iskandar, ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya kecerdasan jamak 35 (meliputi kecerdasan interpersonal dan verbal linguistik) , antara lain : (1) Pembelajaran di lembaga PAUD (TK,KB,TPA) dikira hanya sekedar belajar menggunting, melipat, menempel (3 M) kertas
35
N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mengembangkan kecerdasan jamak, jakarta : Dharma Graha Press, 2004, hal. 74
warna ditambah dengan pembelajaran 3M (membaca, menulis, dan menghitung). (2) Anak-anak hanya melakukan perintah guru dan orang tua. Setiap penyelesaian akhir yang tidak bisa dilakukan oleh anak selalu diselesaikan oleh guru dan orang tua selalu membantu. (3) Pembelajaran anak usia dini kurang memperhatikan prinsip pembelajaran berulang, bertahap dan terpadu. (4) Prinsip pembelajaran anak usia dini adalah belajar melalui bermain. Guru atau orang tua memaknai belajar melalui bermain adalah anak dibiarkan bermain bila belum mau mengerjakan tugas dan bila menangis karena tidak bisa menyelesaikan tugas, guru atau orang tua segera menyelesaikan tugas dan memberikan kepada anak. (5) Guru dan orang tua menganggap semua anak memiliki kemampuan yang sama. (6) keterlibatan anak dalam menentukan prioritas pelajaran yang diinginkan jarang dilibatkan. (7) Guru dan orang tua jarang bertanya langsung kepada anak untuk suatu masalah yang dihadapi, mereka lebih sering mengambil kesimpulan sendiri. (8) Guru dan orang tua jarang berkomunikasi masalah anak. (9) Kurangnya perhatian orang tua dalam berkomunikasi dengan anak, menyebabkan anak tidak mampu mengungkapkan perasaannya. (10) Ketidak percayaan orang tua
terhadap kemampuan anak
juga
berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak orang tua lebih percaya bila guru melaporkan seluruh kejadian disekolah.36
B. METODE PENELITIAN 1.
Pendekatan Dan Jenis Penelitian Dari aspek metodologi penelitian, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian digolongkan kepada penelitian lapangan (field research) dengan paradigma kualitatif, yaitu penelitian yang
36
N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mengembangkan kecerdasan jamak, jakarta : Dharma Graha Press, 2004, hal. 74
dilalui dengan cara menafsirkan, mendiskripsikan data, mengklasifikasikan bentuk data, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi. 2.
Jenis dan sumber data Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya, tanpa adanya perantara.
37
Data primer ini
diperoleh langsung di lapangan pada waktu penelitian sedang berlangsung dalam bentuk informasi tentang pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini di taman kanak-kan Al-Muthmainnah kota jambi. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.38 Data sekunder dapat berupa dokumentasi tertulis yang terdapat di lapangan yang meliputi profil dan sejarah berdirinya taman kanak-kanak, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan lain-lain. Adapun Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru-guru TK, karyawan dan juga peserta didik.
b.
Kondisi dan aktifitas kepala Sekolah, yaitu mencari tahu tentang perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi
dalam
pelaksanaan
pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini. c.
Dokumen, yaitu berupa arsip, dokumen resmi, brosur, profil, jurnal, buku panduan, struktur organisasi dan lain-lain. Dengan adanya dokumen-dokumen tersebut diharapkan akan mendapatkan data yang berkaitan dengan pembelajaran sentra main peran taman kanak-kanak kota jambi.
3.
Setting Dan Subjek Penelitian Setting penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi. Alasan ditetapkan taman kanak-kanak ini menjadi setting penelitian karena: Pertama, taman kanak-kanak ini masih dihadapkan pada permasalahan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan
37
Widodo dan Mukhtar, Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif (Yogyakarta: Avyrouz, 2000), hal. 117. 38 Ibid
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan lingusitik. Kedua, permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru taman kanak-kanak, staf tata usaha dan juga peserta didik. Sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan menggunakan purposive sampling (pengambilan sampel tujuan). 4.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode observasi dalam penelitian ini adalah digunakan dalam rangka mengamati fungsi pembelajaran sentra main peran, khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran sentra dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistic anak usia dini di taman kanak-kanak Al-Muthmainnah kota Jambi. Adapun metode wawancara dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal), di tempat resmi dan tempat tidak resmi, hubungan peneliti dengan responden terjadi dalam suasana yang biasa dan alami, tanpa adanya intervensi atau pengaruh dari pihak lain. Data yang dikumpulkan melalui metode ini meliputi: data tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak usia dini, sarana dan prasarana dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran sentra tersebut. Sedangkan metode dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mencari data dari dokumen resmi internal yang berupa memo, pengumuman, intruksi, dan aturan organisasi, termasuk risalah atau laporan rapat dan keputusan kepala sekolah. Melalui dokumentasi peneliti membaca sumber-sumber tentang profil dan sejarah berdirinya taman kanak-kanak Al-Muthmainnah kota jambi, visi dan misi taman kanak-kanak Al-Muthmainnah Kota Jambi, struktur organisasi sekolah, keadaan guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana serta dokumen-dokumen lain yang dianggap penting. Dokumen-dokumen
tersebut selanjutnya diadakan seleksi data untuk mencari kesesuaian variabelitas dengan fokus penelitian. 5.
Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data adalah sebagai berikut: a.
Perpanjangan keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan adalah keikutsertaan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dimaksudkan untuk memperhitungkan kekeliruan yang mungkin akan merusak data, baik kekeliruan peneliti sendiri, maupun kekeliruan yang ditimbulkan oleh responden, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
b.
Kecermatan penelitian Kecermatan
penelitian
adalah
ketelitian
peneliti
dalam
pengamatan terhadap objek penelitian, hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi karakteristik dan elemen dalam situasi yang sangat relevan dengan permasalahan atau issu yang sedang diteliti dan memfokuskannya secara terperinci. c.
Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.39 Jadi triangulasi dapat dipahami sebagai cara yang digunakan untuk mengecek kebenaran data dengan cara membanding data baik dari sisi data, sumber, metode maupun teori.
6.
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman pada prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan sepanjang kegiatan penelitian (during data
39
collection),
dengan
kegiatan
yang
paling
inti
mencakup
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal. 74
penyederhanaan data (data reduction), penyajian data (data display), serta menarik kesimpulan (making concluction).40 Dalam penelitian kualitatif, analisis dilakukan secara berkelanjutan, berulang dan terus menerus dalam kegiatan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang berasal dari catatan-catatan yang diperoleh di lapangan. IV. A.
HASIL PENELITIAN Profil Dan Sejarah Taman Kanak-Kanak Al-Muthmainnah Taman kanak- kanak Al-Muthmainnah berdiri pada tahun 1992 dan
pada saat itu merupakan satu-satunya TK yang berbasis Islam di kecamatan kota baru. Pada saat ini jumlah murid TK sebanyak 82 orang yang terbagi dalam kelompok A (usia 4- 5 tahun) sebanyak 1 kelas dan kelompok B (usia 5-6 tahun) sebanyak 3 kelas. Proses pembelajaran berlangsung selama 6 kali dalam seminggu. Pada tahun 2008 Yayasan berinisiatif untuk menggabungkan pengelolaan ketiga program tersebut yang sama-sama melayani anak usia dini dengan menunjuk satu pengelola yang berlangsung secara terpadu dengan menggunakan alat pembelajaran edukatif di pakai bersama karena proses pembelajaran berlangsung secara terpadu. Menggunakan model pembelajaran sentra dan lingkaran dengan Sistem moving Class, anak berpindah ke kelas sentra sesuai dengan jadwalnya. Taman kanak-kanak Al-Muthmainnah hadir ditengah-tengah masyarakat dan merupakan lembaga pendidikan yang betul-betul dapat merespon terhadap perkembangan moral sekarang ini. Karena yayasan TK Al-Muthmainnah memadukan antara perkembangan kecerdasan otak (IQ) dengan kecerdasan perilaku (EQ) yang diiringi dengan kecerdasan agama (SQ) , yang mana apabila ketiga kecerdasan ini dimiliki anak-anak maka akan terbentuklah generasi yang memilki kepintaran dan berakhlak atau moral yang baik serta taat dalam menjalankan ajaran islam yang dianutnya.41
40
Michael A.Huberman dan Matthew B.Miles, Analisa Data Kualitatif (Jakarta: UI, 1992), hal. 16. Dokumentasi, Diambil Tanggal 11 November 2013
41
Visi TK Al-Muthmainnah adalah : “Mewujudkan generasi Islam yang berakhlakul Karimah, Cerdas, Kreatif, Mandiri dan Ceria berdasarkan AlQur’an dan As-Sunnah” Dari Visi tersebut TK Al-Muthmainnah
ingin
mewujudkan tamatan nya menjadi anak generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, mandiri yang mempunyi akhlak yang baik. Menjadi anak yang terampil dan berfikir kreatif, mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Mandiri untuk mampu berbuat yang lebih baik dan berpijak atas cara berfikir secara cerdas dan islami yang akhirnya akan menjadikan seorang anak harapan bangsa yang sholeh dan sholehah. Misi TK Al-Muthmainnah yaitu: a) Melaksanakan proses belajar mengajar yang berorientasi pada peningkatan kecerdasan otak dan kecerdasan tingkah laku. b) Memadukan pola pengajaran dengan pola pendidikan agar terbentuk siswa yang berpengrtahuan dan berakhlak baik. c) Menyiapkan tamatan yang mampu dan memahami serta menagktualkan segala nilai-nilai pendidikan agama islam dan pendidikan umum ditengahtengah lingkungannya terutama lingkungan keluarga d) Menghasilkan
tamatan
yang
dapat
bersaing
untuk
melanjutkan
kependidikan sekolah yang lebih baik dan favorit42 Tujuan TK Al-Muthma’innah yaitu: 1. Terbentuknya anak yang memiliki aqidah yang benar dan akhlak yang baik. 2. Terbentuknya anak yang memiliki kecerdasan sesuai dengan potensi kecerdasan jamak yang dimilikinya. 3. Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dan mengamalkan sunnah rasul. 4. Dapat melaksanakan ibadah harian dengan baik dan benar. 5. Terbiasa dengan prilaku jujur, amanah, ikhlas, peduli dan saling menghormati. 6. Mampu
berprestasi
dimilikinya.
42
Dokumentasi : Diambil Tanggal 7 November 2013
sesuai
dengan
potensi
kecerdasan
yang
7. Mampu berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan anak. B. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistic Tahap awal yang harus dikerjakan guru dalam pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan verbal linguistik anak adalah menyusun perencanaan karena perencanaan merupakan bagian dari tahap dalam rangka mewujudkan pelaksanaan kurikulum. Untuk itu penulis mewancarai guru TK Al-Muthmainnah, DM mengenai tahap perencanaan ’’Tahap awal dalam pembelajaran sentra main peran adalah menyusun program semester, rencana kerja mingguan dan rencana kerja harian43 Berdasarkan wawancara diatas bahwa didalam perencanaan pembelajaran main peran, kegiatan yang dilakukan guru adalah menyusun program semester atau perencanaan semester, rencana kerja mingguan dan rencana kerja harian. a) Perencanaan Semester Program semester atau perencanaan semester merupakan renacana kegiatan yang akan dilaksanakan selama 2 (dua) semester. Hasil studi dkumentasi, pada program semester terdapat jenis tema, bidang pengembangan, dan indikator.44 Ada 6 tema yang akan disampaikan kepada anak dalam satu tahun pelajaran selama 33 minggu. Dilihat dari jenis tema yang dipilih guru, tema tersebut dekat dengan keseharian anak, sederhana dan menarik. b) Perencanaan Mingguan Perencanaan mingguan (RKM) merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan guru dalam satu minggu. Rencana Mingguan disusun oleh masingmasing guru sesuai dengan sentra yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil studi dokumentasi, komponen yang terdapat dalam rencana kerja mingguan telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan yaitu adanya tema dan sub tema, alokasi waktu, kelompok, bidang pengembangan dan kegiatan yang dilakukan (contoh rencana kerja mingguan terlampir pada lampiran 2). b) Perencanaan Pembelajaran Harian
43 44
Wawancara dengan DM, Tanggal 6 November 2013 Dokumentasi Tanggal, 6 November 2013
Tahap selanjutnya pada perencanaan pembelajaran sentra main peran dalam
pengembangan
kecerdasan
verbal
linguistik
dan
kecerdasan
interpersonal anak adalah menyusun rencana kerja harian (RKM) yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam melakukan pembelajaran disentra. Dalam konsep pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD), pencapaian aspek-aspek perkembangan yang sesuai dengan tahapan usianya merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada 6 (enam) aspek perkembangan yang harus dipahami oleh pendidik dalam proses pembelajaran anak usia dini, yaitu: aspek bahasa, aspek kognisi, aspek fisik, aspek sosial emosional, aspek seni, serta aspek moral dan nilai-nilai agama.45 Selain itu, optimalnya stimulasi multiple intelligences (termasuk kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak ) yang diterima oleh anak usia dini selama mengikuti proses pembelajaran juga merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Gardner, ada 8 (delapan) kecerdasan jamak yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu kecerdasan: verbal linguistik,
logika
matematika,
visual
sapsial,
musikal,
kinestetik,
natural,
interpersonal, dan intrapersonal. Dalam pencapaian aspek-aspek perkembangan dan optimalnya stimulasi kecerdasan jamak tersebut, tenaga pendidik memegang peranan penting di dalamnya. Tenaga pendidik sebagai bagian dari komponen pelaksana proses pembelajaran dituntut untuk mempunyai kemampuan/kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial, yang harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik di setiap jenjang pendidikan, sehingga dapat menjamin terselenggaranya proses pembelajaran secara optimal.46 Selain dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, tenaga pendidik PAUD juga harus memiliki kompetensi yang tidak hanya bersifat teknis akademis semata. Sebab proses pembelajaran anak usia dini sangat berbeda suasana dan karakteristiknya dibandingkan dengan proses pembelajaran di jenjang pendidikan 45
46
Direktorat PAUD, Tahun 2005 Direktorat PTK-PNF, 2005
selanjutnya (mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi). Penguasaan materi dan metode pembelajaran saja tidak cukup bagi tenaga pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran anak usia dini. C. Pelaksanaan Pembelajaran Sentra Main Peran Dalam Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Dan Kecerdasan Linguistik Pada pelaksanaan pembelajaran sentra main peran, ada 4 pijakan yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main, pijakan setelah main. 1) Pijakan Lingkungan Main Hasil pengamatan peneliti, kegiatan yang dilakukan pada pijakan lingkungan main adalah sebagai berikut: a) Guru menyiapkan dalam penataan alat dan bahan yang akan dimainkan anak sesuai dengan rencana yang telah disusun. b) Guru yang piket menyambut anak, saat penyambutan anak, guru mengucapkan Asalamu’alaikum, bersalaman dengan anak dan meminta anak untuk bersalaman dengan orang tua bagi anak yang lupa. Setelah menyimpan tas dan belum waktu masuk, anak diperbolehkan main bebas. c) Ibu guru memberi aba-aba dengan membunyikan kerincingan di tangan bahwa tanda masuk d) Main pembukaan, yang dilakukan dalam posisi melingkar, kegiatan yang dilakukan berupa permainan atau gerak dan lagu”seperti laba-laba aku pandai merangkak seperti ular sawah aku pandai merayap………”. e) Setelah selesai melakukan gerakan kasar, anak dipersilahkan minum kalau haus, atau ketoilet (masa transisi). Berdasarkan kegiatan yang dilakukan guru pada pijakan lingkungan main, penulis menemukan bahwa saat penyambutan anak, guru tersenyum dan mengucapkan salam, kemudian anak bersalaman dengan guru dan orang tua, kegiatan merupakan pegembangan nilai-nilai agama dan moral yang dilakukan melalui pembiasaan, pengembangan bahasa, fisik motorik. Ketika main pembukaan yaitu melakukan gerakan anggota tubuh sesuai dengan syair lagu, merupakan kegiatan untuk pengembangan fisik motorik dan linguistik. Begitu juga pada saat transisi, anak dilatih untuk mandiri, sabar menunggu antrian yang merupakan pengembangan
sosial
emosional.
Kemudian
juga
menstimulasi
pengembangan
kecerdasan interpersonal dan kinestetik ketika anak menggerakkan anggota tubuh untuk
membuka atau memasang celana ketika mau buang air kecil dan memegang gelas saat minum.47 2) Pijakan Sebelum Main Pijakan sebelum main merupakan kegiatan inti. Hasil pengamatan adalah
sebagai
berikut a) Guru dan anak didik duduk melingkar (seperti Gambar.2)48 b) Kemudian guru memberi salam dan menanyakan apa kabar, seperti berikut ini :Assalamu’alaikum anak ibu yang soleh, apa kabar’’. Kemudian anak menjawab “walaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, alhamdulilah baik bu guru “ c) Selanjutnya guru mengabsen anak dengan cara menghitung secara berurutan. Ayo anak-anak kita absen dulu ada berapa yang hadir, dimulai dari Eki, Eki menjawab satu, abi menjawab dua terus selanjutnya...hingga 21. Kemudian guru menanyakan “ada berapa anak yang tidak hadir hari ini”, anak-anak menjawab ” 23 bu”. Kemudian guru menanyakan “siapa yang tidak datang”, anak-anak menjawab” SI, AR, CC,. Jadi berapa orang tidak hadir, ibu guru menyebutkan “satu SI, dua AR, tiga CC”. Guru bertanya “ada berapa orang tidak hadir”. Anak-anak menjawab “ada tiga bu”. d) Selanjutnya anak diajak berdoa yaitu do’a sebelum belajar, do’a orang tua, surat al-fatihah dan surat al-lahab. Kegiatan ini rutin dilakukan sebelum memasuki kegiatan inti. Pembacaan do’a dan surat pendek merupakan pengembangan kemampuan nilai-nilai agama dan moral. Sedangkan absensi dengan mengucapkan urutan bilangan merupakan pengembangan kemampuan bidang kognitif. Selain itu kegiatan absensi dan berdo’a memberi stimulasi pengembangan kecerdasan spritual, linguistik, dan interpersonal. 3) Pijakan Pengalaman Selama Main Hasil pengamatan pada pijakan pengalaman selama main adalah sebagai berikut a) Guru mendampingi anak saat bermain, bagi anak yang belum pas kata-katanya akan diajari yang sebenarnya. b) Sekali-kali mengajukan pertanyaan kepada anak, seperti terlihat dari obrolan guru dengan NY “kenapa nak, kok diam saja kan NY berperan sebagai kakak”, si anak menjawab tadi sudah ngomong bu, sekarang NY dan RR (yang berperan menjadi ibu) mau siap-siap kejamtos”. Hal ini menunjukkan anak memperluas bahasanya 47 48
Pengamatan, Tanggal 18 November 2013 Dokumentasi, Tanggal 18 November 2013
dengan peran yang ada, yang terjadi adalah pengembangan linguistik dan interpersonal. Peristiwa ini menunjukkan dengan bermain akan memberi kesempatan pada anak untuk bereksplorasi dengan peran yang ditugaskan. c) Guru mendokumentasikan perkembangan main anak. Dengan membuat catatan perkembangan. Pijakan selama main berlangsung 60 menit. 4) Pijakan Setelah Main pada pijakan setelah main, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : a) Guru mengajak anak untuk membereskan alat dan bahan main yang telah digunakan. b) Guru dan anak duduk melingkar lagi. pada saat ini guru menanyakan kembali kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan membereskan alat dan bahan merupakan pengembangan sosial emosional. Sedangkan kegiatan bercerita pengalaman merupakan pengembangan kecerdasan linguistik. Oleh karena anak yang melakukan kegiatan fisik seperti mengambil, mengangkat dan meletakkan mainan yang juga memanfaatkan anggota tubuh untuk membereskan alat bermain maka kegiatan tersebut menstimulasi kecerdasan kinestetik. Kegiatan selanjutnya merupakan kegiatan penutup. Pada kegiatan anak diajak bernyanyi dan berdo’a sebelum makan dan keluar ruangan. Selanjutnya anak bermain bebas. Dilihat dari pengamatan, kecerdasan verbal linguistik ditunjukkan anak senang bercerita, berlatih menggunakan kata-kata, nama-nama huruf,hafal syair lagu, kecerdasan interpersonal anak mampu memotivasi teman dan dapat menempatkan dirinya dengan teman lainnya.49 D. Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Dan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Melalui Pemelajaran Sentra Main Peran Evaluasi atau penilaian diperlukan untuk mengukur kemampuan anak dan program yang dilaksanakan. Penilaian juga dilakukan untuk mengukur program kegiatan pengembangan.
49
Pengamatan, Tanggal 18 November 2013
Evaluasi merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari proses pembelajaran dan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru. Bentuk penilaian yang digunakan guru berupa : 1. Observasi Pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah tentang perkembangan anak dalam berbagai situasi dan kegiatan yang dilakukan. 2. Percakapan Percakapan digunakan mendapat informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal 3. Penugasan Penilaian terhadap hasil tugas yang diberikan. Misalnya melakukan percobaan 4. Unjuk kerja Penilaian dengan cara meminta anak untuk melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati. Misalnya praktek memasak mi. 5. Hasil karya Penilaian terhadap hasil kerja anak setelah melakukan kegiatan seperti memasukkan air kedalam botol aqua/melipat. 6. Portofolio Pengumpulan hasil kegiatan atau catatan-catatan guru tentang berbagai aspek perkembangan anak dalam kurun waktu tertentu. Cara pencatatan dilakukan guru pada lembaran tersendiri berupa format penilaian. Penilaian berupa Belum Muncul (BM), Mulai Muncul (MM), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Berkembang Sangat Baik (BSB). Aspek yang dinilai adalah moral agama, sosial emosional dan kemandirian, kognitif, bahasa, dan fisik motorik. Pembelajaran sentra main peran merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan dalam pembelajaran anak usia dini. Hal ini dikarenakan model pembelajaran sentra menggunakan metode bermain. Anak bermain di sentra bermain yang dipersiapkan mulai awal kegiatan hingga berakhirnya kegiatan. Ketersediaan alat–alat dan bahan pendukung yang menunjang dalam bermain peran. Memilih bahan–bahan yang aman dan sesuai dengan karakteristik anak. TK Al-Muthmainnah salah satu lembaga yang melayani pembelajaran sentra dan telah menggunakan model pembelajaran sentra main peran untuk kelompok usia 5-6 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, guru mengalami beberapa
kendala dan
hambatan dalam pengembangan kecerdasan interpersonal
dan
kecerdasan verbal linguistik anak. Adapun kendala/hambatan tersebut adalah sebagai berikut 1. Pemahaman Tentang Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Dan Kecerdasan Verbal Linguistik Melalui Pembelajaran Sentra Main Peran Masih Kurang Hasil wawancara penulis dengan guru bernama DM dan NV yang jawabannya tidak jauh berbeda. “Saya menyadari pengetahuan pengembangan kecerdasan melalui pembelajaran sentra main peran masih banyak kekurangan dalam mendidik anak untuk mencapai perkembangan kecerdasan yang optimal. Pelatihan dan studi banding yang pernah diikuti belum cukup untuk kami mengerti sepenuhnya”.50 Begitu juga hasil pengamatan penulis terhadap rencana pembelajaran yang telah disusun, saat pelaksanaan pembelajaran, guru belum sepenuhnya memahami pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan verbal linguistik melalui pembelajaran sentra main peran. Hal yang kurang difahami adalah : a. Pembelajaran harus berpusat pada anak b. Guru seharusnya sabagai fasilitator, motivator, dan evaluator. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru belum bertindak sebagai fasilitator, hal ini ditunjukkan dari cara guru menerangkan kegiatan dan hasil yang akan dicapai. Seharusnya guru menuntun anak didiknya karena guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan tutor. 2. Kesulitan guru dalam merancang pembelajaran Kendala kedua yang dihadapi guru pada pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan verbal linguistik anak melalui pembelajaran sentra main peran adalah kesulitan dalam merancang setting tempat main
51
sehingga bermain peran kurang
maksimal. 3. Terbatasnya Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan saat main, jumlahnya kurang cukup untuk memberi kesempatan kepada seluruh anak. 4. Ruangan Belajar Yang Kurang Luas Dalam proses pembelajaran anak usia dini memerlukan ruangan yang luas sehingga memberi keleluasaan anak untuk bergerak. 50 51
Hasil wawancara ,Tanggal 18 Januari 2014 Wawancara dengan DM, Tanggal 5 Desember 2013
V.
KESIMPULAN 1. Perencanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak taman kanak-kanak al-muthmainnah sudah dilakukan oleh guru meskipun belum terealisasikan dengan baik karena berbagai faktor. 2. Pelaksanaan pembelajaran sentra main peran dalam pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak taman kanak-kanak al-muthmainnah belum dilakukan secara optimal karena beberapa kendala, seperti kekurangan alat permainan alat edukatif dan lain-lain. 3. Evaluasi pembelajaran sentra main peran yaitu: pengamatan secara langsung dengan membuat catatan perkembangan anak, unjuk kerja, hasil karya dan portofolio. VI.
REKOMENDASI 1. Guru perlu meningkatkan pengetahuan tentang pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik anak melalui pembelajaran sentra main peran. 2. Hendaknya melengkapi media pembelajaran. 3. Sebaiknya guru bertanggung jawab dan lebih profesional dalam menyusun pembelajaran. 4. Disarankan untuk memasukkan jenis kecerdasan yang dikembangkan pada rencana kerja harian agar lebih fokus untuk pengembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan linguistik serta kecerdasan lainnya. Kemudian hendaknya guru menilai kecerdasan yang dimiliki anak.
DAFTAR PUSTAKA Asmani Jamal Ma’mur. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jakarta : Power Books, 2009 Asmani Jamal Makmur. Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press, 2009 Asmawati Luluk dkk. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, Terbuka, 2010
Universitas
Arriyani Neni, Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD, Sekolah Al-Falah : 2006
Jakarta,
Bafadal Ibrahim, Dasar-Dasar Manajemen Dan Supervisi Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Bumi Aksara, 2005 B Uno Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011 B. Uno Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2007 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Non formal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak, 2011 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Non formal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sukses Mengasuh Anak Usia 3-6 Tahun, 2011 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penerapan Pendekatan “ Beyond Center Circle Time (BCCT) “ Pendekatan Sentra dan lingkaran” Dalam Pendidikan Anak Dini, 2006
and Usia
Direktorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan Dan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia. Modul Pengasuhan Dan Perlindungan Anak Balita, 2009 Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Departemen Sosial RI. Standar Pelayanan Sosial Anak di Kelompok Bermain. Jakarta, 2005 Iskandar. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada, 2009 Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada Press, 2008 Indra soefandi, S. Ahmad pramudya, Strategi mengembangkan Potensi Kecerdasan Jakarta:Bee media, 2009
Anak.
Kurniasih Imas. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Edukasia, 2009 Kunandar. Guru Profesonal Implementasi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers, 2010 Musfirah, Takdiroatun, Pengembangan Kecerdasan Majemuk.Jakarta : Universitas Terbuka, 2008 Cetakan pertama
Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012 Nuraini, S Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT 2009 cetakan ke-1
Indeks,
Syaodih Erliana dan Nana Syaodih Sukmadinata. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Refika Aditama, 2012 Sujiono Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta, 2007 Sagata Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta, 2010