Yacob Bunga et al.: Adaptasi Varietas Unggul Jagung ……
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH Yakob Bunga T, Saidah1) dan Amran Muis2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2) Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Salah satu program utama pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan jagung nasional adalah mewujudkan swasembada jagung berkelanjutan. Banyak varietas unggul baru jagung yang sudah dilepas Badan Litbang Pertanian, tetapi yang digunakan petani masih sangat terbatas sehingga perlu upaya intensif untuk mengsosialisasikan varietas-varietas unggul baru tersebut, utamanya jenis komposit. Kab. Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu kabupaten yang petaninya banyak mengusahakan tanaman jagung. Hampir 100% varietas yang digunakan adalah hibrida. Tujuan kajian adalah mengehui kemampuan adaptasi dan produktivitas dari dua varietas unggul baru jagung komposit. Lokasi kajian di Desa Tanpanombo Kec. Ulubongka Kab.Tojo Una-una Sulawesi Tengah. VUB yang dikaji adalah Srikandi Kuning-1-1 dan Gumarang. Sedangkan pembanding digunakan varietas yang existing, yaitu jagung hibrida Bisi 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jagung varietas Srikandi Kuning-1 lebih unggul dibandingkan dengan dua varietas lainnya. Produktivitas varietas Srikandi Kuning-1-1 adalah 8,8 t/ha, Gumarang 8,12 t/ha, dan Bisi 2 7,04 t/ha pipilan kering. Kata kunci : adaptasi varietas, VUB, jagung komposit, lahan kering.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan menggunakan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif dengan lingkungan setempat. Pengembangan varietas unggul baik dari jenis hibrida maupun bersari bebas, telah berkontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas dan produksi. Peran varietas unggul sangat strategis karena terkait dengan beberapa hal yakni: (a) dapat meningkatkan hasil per satuan luas tanam, (b) ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, (c) daya adaptasi atau kesesuaian pada wilayah atau ekosistem spesifik, dan (d) merupakan komponen teknologi yang relatif mudah/cepat diadopsi petani (Subandi 1988). Hasil penelitian tentang penggunaan varietas unggul telah banyak dilakukan. Iriani et al. (2009) melaporkan bahwa penggunaan varietas unggul komposit dapat meningkatkan produktivitas antara 68,5-84,5% bila dibandingkan dengan varietas lokal. Di Lembar Lombok Barat, varietas Bima-4 dan Bima-3 memberikan hasil yang tinggi, rata-rata 10,78 t/ha dan 9,82 t/ha pada panen bulan Agustus (Erawati dan Hipi 2009).
132
Seminar Nasional Serealia, 2013
Kajian ini bertujuan untuk mengehui kemampuan adaptasi dan produktivitas dari 2 (dua) varietas unggul baru (VUB) jenis komposit serta preferensi petani terhadap varietas yang dikaji.
BAHAN DAN METODE Kajian dilakukan di Desa Tampanombo Kecamatan Ulubongka, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Pelaksanaannya dimulai bulan Juli hingga Oktober 2010. Luasan lahan yang digunakan satu hektar. Lahan tersebut merupakan bekas pertanaman jagung yang dibiarkan bero dan baru diolah kembali setelah hujan. Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah on farm extension dimana petani dijadikan koperator dan pelaksana kegiatan. Jumlah petani koperator satu orang. Terdapat tiga varietas yang dikaji, yaitu dua varietas unggul jenis komposit dan satu varietas jenis hibrida. Ketiga varietas tersebut adalah Srikandi Kuning-1, Gumarang dan Bisi 2 sebagai pembanding (teknologi pola petani). Penerapan teknologi menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Pengolahan tanah dilakukan dengan cara olah tanah minimum, jarak tanam 70 cm x 40 cm dengan 2 biji/lubang dan pemupukan sesuai status hara. Status hara lokasi kajian adalah N rendah, P rendah dan K sedang, sehingga rekomendasi pemupukannya adalah Phonska 300 kg/ha, Urea 250kg/ha, dan SP-36 sebanyak 60 kg/ha. Pupuk Phonska dan SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dengan cara ditugal pada jarak 5 -10 cm dari pangkal pohon, sedangkan pemberian urea diberikan pada umur 28 hst sebanyak 125 kg/ha, sisanya berdasarkan bagan warna daun ( BWD) pada umur 40-45 hst. Untuk mengantisipasi penyakit bulai dilakukan perlakuan benih dengan menggunakan Metalaksil dengan dosis 2 g per kilogram benih. Pengendalian hama dilakukan dengan melihat kondisi di lapangan. Panen dilakukan bila tongkol telah matang fisiologis. Komponen pertumbuhan yang diamati meliputi pertumbuhan tinggi tanaman saat panen, tinggi kedudukan tongkol dan umur berbunga. Sedangkan komponen produksi meliputi jumlah tongkol, jumlah baris per tongkol, panjang tongkol dan produktivitas per hektar (t/ha pipilan kering dengan kadar air 14-16%). tanaman yang dijadikan sampel sebanyak 10 (sepuluh) tanaman.
Jumlah
Sedangkan
produktivitas diukur berdasarkan ubinan dengan ukuran 3 m x 5 m dan masing-masing varietas dilakukan 2 (dua) kali pengubinan. Selain data agronomis, juga dilakukan
133
Yacob Bunga et al.: Adaptasi Varietas Unggul Jagung ……
wawancara terhadap 20 orang petani responden untuk mengetahui preferensi terhadap varietas yang dikaji. Data yang diperoleh dianalisis secara sederhana dengan menggunakan nilai rata-rata.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kegiatan Kab. Tojo Una-Una merupakan kabupaten yang memiliki pertanaman jagung yang terluas di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu + 30% dari total luasan yang ada. Petani di Kab Tojo Una-Una umumnya berusahatani jagung di lahan kering dengan kondisi lahan berbukit pada tingkat kelerengan hingga 35%. Desa Tampanombo Kec. Ulubongka merupakan salah satu sentra pengembangan tanaman jagung terluas di kabupaten ini. Penanaman dilakukan dua kali setahun yaitu bulan Oktober dan Maret. Ratarata curah hujan di lokasi kajian <90 mm/bulan dengan jumlah hari hujan per bulan 5-8 hari. Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung, sehinga petani terkadang mengalami gagal panen akibat curah yang tidak menentu. Jika curah hujan kurang/minim, maka petani membiarkan lahannya bero, sehingga kondisi lahan terkesan seperti peladang berpindah. Jika mulai ada tandatanda akan turun hujan, petani segera melakukan pembersihan lahan dengan cara memaras atau menyemprot dengan herbisida lalu dibakar. Jika benar-benar ada hujan, barulah petani menanam lahannya, tetapi jika tidak ada hujan maka lahan petani dibiarkan bero. Hampir 100% petani di lokasi pengkajian menanam varietas hibrida, sisanya menanam jagung pulut varietas lokal. Alasan menanam jenis hibrida karena mudah memperoleh benih yang dipasok oleh pedagang setempat yang juga sekaligus akan membeli hasil panen petani. Hasil panen yang diperoleh petani dibeli oleh pedagang pengumpul di kebun setelah dipipil dan dikeringkan, Pedagang pengumpul berasal dari daerah setempat dan ada juga yang berasal dari Sulawesi Selatan, sehingga produksi jagung dari Kabupaten Tojo Una-Una dipasarkan ke Propinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Teknologi budidaya anjuran yang diterapkan petani setempat sangat minim, utamanya pemupukan.
134
Seminar Nasional Serealia, 2013
Keragaan Agronomis Varietas Jagung Komponen Pertumbuhan Hasil pengamatan terhadap komponen pertumbuhan 3 varietas jagung yang dikaji disajikan pada Tabel 1. Daya tumbuh ketiga varietas yang ditanam di atas 90%, namun secara visual pertumbuhan jagung komposit tidak seragam. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mejaya (2007), bahwa varietas jagung bersari bebas tidak memiliki keseragaman penampilan di lapangan seperti halnya hibrida. Ketidakseragaman tersebut
dapat
diminimalisasi
jika
suatu
varietas bersari
bebas
mengalami
penyeleksian atau penyesuaian diri pada kondisi lingkungan tertentu sehingga mampu memperlihatkan keseragaman fenotipe. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman antara tiga varietas berkisar antara 200,8–214,9 cm. Tinggi kedudukan tongkol berkisar antara 106,6-112,5 cm. Sedangkan umur berbunga juga berbedabeda sesuai dengan deskripsi masing-masing varietas, yaitu antara 48-60 hst. Tabel 1. Rata-rata keragaan pertumbuhan tanaman jagung di Desa Tampanombo, Kec. Ulubongka, Kab. Tojo Una-Una, 2010. Tinggi Tanaman Saat Panen (cm) 202,5
Umur berbunga (hst) 48
Tinggi Kedudukan Tongkol (cm) 107,0
Srikandi Kuning-1
214,9
55
112,5
Bisi 2
200,8
60
106,6
Varietas Gumarang
Tinggi tanaman berkaitan erat dengan kerebahan, tetapi dari pengamatan di lapangan menunjukkan kerebahan tidak terjadi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tinggi tanaman dari kedua varietas yang diintroduksikan masih dalam taraf normal. Tinggi letak tongkol berkaitan langsung dengan proses penyerbukan dan serangan hama dan penyakit tongkol yang kedudukannya agak tinggi dari permukaan tanah dan berdekatan dengan bunga jantan yang memiliki peluang yang lebih besar untuk diserbuki. Komponen Hasil Keragaan komponen hasil dari masing-masing varietas disajikan pada Tabel 2. Data menunjukkan terdapat perbedaan hasil dari komponen hasil masing-masing varietas yang dikaji.
Rata-rata jumlah baris per tongkol berkisar antara 11,5-14,2.
Panjang tongkol antara 21,5-22 cm, sedangkan jumlah tongkol antara 1,4-2. Varietas Hibrida Bisi 2
rata-rata memiliki jumlah tongkol 2 dan umumnya sama besar,
135
Yacob Bunga et al.: Adaptasi Varietas Unggul Jagung ……
sedangkan jagung komposit tidak seperti hibrida. Hal ini sesuai dengan kemampuan genetik masing-masing varietas.
Hasil kajian menunjukkan bahwa produktivitas rata-
rata varietas jagung unggul komposit yang diintroduksikan beragam yaitu antara 8,128,8 t/ha pipilan kering. Jika dibandingkan dengan varietas Bisi 2 pola petani (7,04 t/ha), hasilnya terpaut sekitar 1,08-1,76 t/ha.
Hal tersebut diduga terkait dengan aspek
budidaya yang dilakukan oleh petani setempat yang hanya mengandalkan kesuburan tanah, tanpa adanya tindakan pemupukan terhadap tanaman jagung. Padahal potensi produksi jagung hibrida Bisi 2 dapat mencapai 12,0 t/ha. Tabel 2. Rata-rata keragaan komponen hasil tanaman jagung di Desa Tampanombo, Kec. Ulubongka, Kab. Tojo Una-Una, 2010 Jumlah Baris/tongkol 14
Panjang tongkol (cm) 21,5
Jumlah tongkol (buah) 1,4
Produksi (t/ha) 8,12
Srikandi Kuning-1
14,2
22
1,9
8,8
Bisi 2 (Pola Petani)
11,5
21,7
2
7,04
Varietas Gumarang
Perbedaan hasil ini lebih diakibatkan karena ada perbaikan pola budidaya yakni pengaturan jarak tanam dan pemupukan pada varietas komposit, sedangkan pada varietas hibrida tidak ada masukan teknologi (sesuai dengan kebiasaan petani). Perbaikan pola budidaya yang diberikan adalah perlakuan pemupukan, pengaturan jarak tanam dan pengendalian hama dan penyakit. Hal ini sejalan dengan hasil kajian Bakhri et al. (2000), yang menyatakan bahwa dengan penerapan teknologi budidaya dapat meningkatkan hasil panen sebesar 48%. Demikian juga yang dilaporkan Saidah et al. (2004), bahwa penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan kondisi lahan dapat meningkatkan hasil panen dan pendapatan usaha tani jagung di lahan marginal. Preferensi Petani Terhadap Varietas yang Dikaji Hasil wawancara yang dilakukan terhadap petani yang datang saat SL Panen sebanyak 20 orang menunjukkan bahwa 80% petani memilih varietas yang memiliki produksi tinggi, yaitu varietas Srikandi Kuning-1. Alasannya terkait dengan peningkatan pendapatan.
Namun, yang menjadi kendala ke depan adalah belum adanya
penangkar benih jagung komposit di Kab. Tojo Una-Una. Sedangkan Bisi 2 tersedia setiap saat bila dibutuhkan (mudah diperoleh). Kegiatan Prima Tani di Desa Bongka Makmur Kecamatan Ulu Bongka Kabupaten Tojo Una-Una tahun 2008 telah memperkenalkan varietas Srikandi Kuning-1, Gumarang dan kedua varietas tersebut
136
Seminar Nasional Serealia, 2013
dapat beradaptasi dengan baik didaerah tersebut. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan vegetatif yang cukup baik, serta potensi hasil yang dicapai sekitar 5-6 ton/ha (Bulo, et al. 2008), namun belum menjadi varietas yang diprioritaskan oleh petani untuk diusahakan.
KESIMPULAN 1.
VUB jagung komposit dapat beradaptasi dengan baik di Kab.Tojo Una-una, baik dilihat dari pertumbuhan vegetatif maupun generatif serta produktivitasnya.
2.
Produktivitas rata-rata varietas jagung unggul komposit yang diintroduksikan beragam, berkisar antara 8,12-8,8 t/ha pipilan kering. Jika dibandingkan dengan varietas Bisi 2 pola petani (7,04 t/ha), hasilnya lebih tinggi 1,08-1,76 t/ha.
3.
Varietas Srikandi Kuning-1 memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Gumarang dan Bisi 2, yaitu 8,8 t/ha pipilan kering.
4.
Preferensi petani terhadap varietas yang dikaji mengarah kepada varietas yang memiliki produktivitas tinggi, namun ketersediaan benih menjadi masalah karena ketiadaan penangkar. SARAN Untuk
mempertahankan
ketersediaan
benih
jagung
komposit
secara
berkesinambungan, maka disarankan kepada pemda setempat kususnya Dinas Pertanian untuk melakukan pembinaan penangkar benih, khususnya jagung komposit.
DAFTAR PUSTAKA Bakhri, S., Z. Sannang, dan N. Marwah, 2000. Hasil pengkajian sistim usahatani berbasis jagung. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Bulo, D., Yakob B.T, dan, D. Mamesah. 2008. Laporan Prima Tani Kabupaten Tojo Una-Una. Laporan Tahunan BPTP Sulawesi Tengah. Erawati T.R. dan A. Hipi, 2009. Daya adaptasi beberapavarietas unggul baru jagung hibrida di lahan sawah Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Balitsereal. Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. Bogor. Hal. 31-38. Iriani, E. Munir, E. Wulanjari, dan J. Handoyo. 2009. Keragaan beberapa varietas unggul jagung komposit di tingkat petani lahan kering kabupaten blora. Prosiding Seminar Nasional Balitsereal. Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. Bogor. Hal. 138-142.
137
Yacob Bunga et al.: Adaptasi Varietas Unggul Jagung ……
Mejaya, MJ., M. Azrai, dan N. Iriany. 2007. Pembentukan varietas unggul jagung bersari bebas. Dalam Buku : Jagung, Teknik produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Saidah, F. Kasim, Syafruddin, Chatijah, IG.P.Sarasutha, A. Ardjanhar, dan F.F. Munir.2004. Adaptasi dan daya hasil jagung dilahan kering marginal Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional KlinikTeknologi Pertanian sebagai Basis PertumbuhanUsaha Agribisnis Menuju Petani-Nelayan Mandiri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian,Bogor. Subandi. 1988. Perbaikan Varietas. dalam Jagung. Penyunting Subandi, Mahyudin Syam dan Adi Wijono. Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
138