Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH Ida Bagus Aribawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Denpasar Bali E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Jagung (Zea mays L.) sudah lama diusahakan di Indonesia, tanaman ini merupakan tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan industri. Jagung umumnya dibudidayakan di lahan kering di musim hujan. Lahan kering dataran tinggi di Indonesia menempati luasan yang cukup besar, yaitu 66,8 juta ha, sehingga mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan tanaman jagung. Di pulau Bali luas lahan keringnya sekitar 218.119 ha yang tersebar di bagian utara dan timur pulau Bali. Penelitian telah dilakukan di desa Kerta, kecamatan Payangan, kabupaten Gianyar Bali dengan ketinggian ≥ 900 m dpl pada bulan Juni sampai dengan September 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi beberapa varietas jagung komposit di lahan kering dataran tinggi beriklim basah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan diulang empat kali. Perlakuan yang dicoba adalah : varietas lokal (p 1); varietas Arjuna (p2); varietas Gumarang (p3) dan varietas Srikandi Kuning (p4). Parameter tanaman yang diukur adalah : tinggi tanaman, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol dan produksi pipilan kering jagung per hektar. Hasil analisis menunjukkan perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter tongkol, panjang tongkol, tetapi berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dan produksi pipilan kering jagung per hektar. Berat pipilan kering tertinggi dihasilkan oleh varietas Srikandi Kuning, yaitu 5,58 ton ha -1. Kata kunci : adaptasi, lahan kering dan varietas jagung PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L.) sudah lama diusahakan di Indonesia, tanaman ini merupakan tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan industri. Jagung dapat ditanam sepanjang tahun di Indonesia, lahan yang tersedia sangat luas (lahan kering, sawah tadah hujan, lahan pasang surut dan lahan lebak). Sebagai bahan makanan, jagung mengandung nilai gizi yang tak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan beras (Anon., 1985). Komposisi dari biji jagung mengandung air (13,5 %); protein ( 10,0 %); minyak dan lemak (4,0 %, karbohidrat (70,7 %); abu (1,4 % dan zat-zat lainnya (0,4 %) ( Soeprapto, 1992). Bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri ternak, menyebabkan kebutuhan akan jagung terus mengalami peningkatan. Di lain pihak Indonesia masih mengimpor jagung dengan rata-rata 0,96 ton tahun-1 dari tahun 1997 sampai 2001 dan diperkirakan naik sampai 2,20 juta ton pada tahun 2010 (Subandi dan Zubachtirodin, 2005). Hal ini menunjukkan produksi jagung masih rendah sehingga Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rendahnya produksi jagung ini diantaranya disebabkan oleh karena tanaman jagung umumnya diusahakan petani di lahan kering pada musim hujan dengan teknik budidaya yang sederhana. Lahan kering dataran tinggi di Indonesia menempati luasan yang cukup besar, yaitu 66,8 juta ha, sehingga mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan tanaman jagung (Abdurahman et al., 1999). Sedangkan di Pulau Bali luas lahan keringnya sekitar 218.119 ha yang tersebar di bagian utara dan timur pulau Bali (Anon., 1991). Lahan kering mempunyai potensi sangat besar untuk pengembangan tanaman jagung, akan tetapi untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman jagung yang optimal dibutuhkan input yang relatif tinggi, seperti usaha konservasi lahan, pengelolaan air, penggunaan varietas unggul yang toleran di lahan kering dan pemupukan, baik pupuk an organik maupun pupuk organik (Anon, 1992). Keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat tergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi yang meliputi varietas unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang tepat. Ketersediaan varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman jagung (Subandi dan Zubachtirodin, 2005). Sehingga dengan demikian, pembentukan varietas unggul jagung sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu, nilai tambah produk dan upaya meningkatkan nilai ekonomi. Varietas unggul (baik hibrida maupun bersari bebas) merupakan salah satu komponen teknologi produksi jagung yang mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan produktivitas. Selain memberikan hasil yang tinggi varietas unggul juga berperan dalam pengendalian hama dan penyakit. Karakter lain yang merupakan kelebihan dari varietas-varietas unggul yang telah dilepas adalah kesesuainya dengan lingkungan (tanah dan iklim) setempat dan keinginan petani, misalnya tersedia varietas toleran kekeringan, toleran tanah masam, dan sesuai dengan preperensi petani terhadap kararkter lainya seperti umur dan warna biji. Makin banyak varietas jagung yang tersedia ditingkat petani makin mudah bagi petani memilih varietas yang dikembangkan, sesuai dengan kondisi sumber daya setempat. Dalam 11 tahun terakhir, varietas unggul jagung yang telah dihasilkan dan dilepas oleh badan LITBANG Pertanian berjumlah 20 varietas, diantaranya varietas Arjuna, Bisma, Gumarang, Sukmaraga, Srikandi Kuning dan Putih, Semar, dan varietas lainnya (Deptan, 2008). Varietas unggul jagung yang telah dilepas ini, daya adaptasi dan kecocokannya di setiap lokasi dan musim tanam harus diuji terlebiih dahulu. Potensi hasil jagung sangat erat hubungannya dengan beberapa komponen hasil. Potensi hasil suatu galur atau varietas sangat ditentukan oleh interaksinya dengan kondisi lingkungan tumbuh. Kajian ini bertujuan untuk melihat daya adaptasi dari beberapa varietas jagung yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa Kerta, kecamatan Payangan, Gianyar Bali.
2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
METODE Rancangan Percobaan Dalam percobaan ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan diulang empat kali. Perlakuan yang dicoba adalah tiga varietas jagung bersari bebas dan satu varietas pembanding, yaitu varietas lokal yang biasa ditanam petani setempat. Perlakuan tersebut adalah : varietas lokal (P 1), varietas Arjuna (P2), varietas Gumarang (P3), dan varietas Srikandi Kuning (P4). Lokasi dan Waktu Kegiatan Kajian ini dilaksanakan di sebuah subak Abian, yang berlokasi di dusun Marga Tengah, desa Kerta, kecamatan Payangan Gianyar dengan ketinggian > 700 m dpl, dari bulan bulan Juni sampai dengan September 2011. Pemilihan wilayah kegiatan berdasarkan peta AEZ dan merupakan salah satu daerah sentra penghasil jagung. Lahan yang digunakan sebagai tempat kajan ini merupakan lahan kering dataran tinggi beriklim basah. Bahan dan Alat Bahan yang dipergunakan dalam kajian ini ádalah, pupuk organik dari pukan sapi varietas jagung lokal, Arjuna, Gumarang, dan Srikandi Kuning. Selain itu bahan yang digunakan ádalah : pupuk urea dan phonska. Sedangkan alat yang digunakan ádalah alat untuk bercocok tanam, meteran, timbangan dan alat-alat pertanian lainnya. Pendekatan Kegiatan pengkajian ini berdasarkan jenisnya termasuk kajian adaptasi. Oleh karena itu, untuk mensukseskan kegiatan ini diperlukan kerjasama antar instansi terkait di daerah, serta partisipasi aktif dari anggota kelompok tani (subak), terutama subak Abian, untuk mengembangkan/menerapkan model kajian adaptasi ini. Tahap Persiapan Kegiatan dimulai dengan penentuan lokasi dan petani kooperator sebagaii lokasi pelaksanaan kegiatan. Sosialisasi dilakukan dengan instansi terkait (Distan, BPP dan Kepala Desa), dan dimulai dari tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, serta desa/kelompok tani, untuk mencari masukan dari tingkat lapangan guna penyempurnaan kegiatan. Sosialisasi dimaksudkan untuk menyamakan persepsi kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan guna penyempurnaan kegiatan di tingkat lapangan. Penentuan petani kooperator merupakan hasil koordinasi dan kesepakatan dengan instansi terkait dari tingkat propinsi sampai tingkat desa. Secara umum petani kooperator yang tergabung dalam kegiatan ini harus mempunyai syarat–syarat kriteria antara lain : 1) biasa bercocok tanam jagung, 2) berusahatani lebih diutamakan dari pada usaha yang lainnya, 3) berada dalam satu wilayah desa atau kecamatan yang berorientasi pada pertanian, 4) bersedia bekerjasama dengan peneliti, penyuluh dan petugas teknis dalam hal pembinaan, dan 5) berpikiran maju. Berdasarkan kriteria Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tersebut akan diperoleh petani koperator yang memiliki kesamaan persepsi dalam berusahatani dan mau menanggung segala resiko berusahatani. Hal ini sangat penting karena petani koperator merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan ini. Metode Kegiatan Kegiatan ini berbentuk pengkajian dengan melibatkan beberapa orang petani terpilih yang sudah terbiasa dalam bercocok tanam jagung seluas satu hektar. Pelaksanaan Penelitian Setelah pengolahan tanah dilakukan, maka benih jagung yang sudah dipersiapkan ditugal 3 biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm (populasi 1 ha = 33300/ lubang/2 tanaman). Sebelum benih jagung ditanam, maka pada lubang tanam diberikan pupuk organik dengan dosis 2,0 t ha-1. Pupuk organik yang diberikan per lubang tanam disesuaikan dengan dosis per hektar. Sedangkan pupuk anorganik diberikan setengah dosis rekomendasi, yaitu urea 200 kg/ha, superphos 200 kg/ha, dimana setengah dari dosis pupuk anorganik ini diberikan saat tanam dan sisanya diberikan 30 hari setelah tanam. Penyiangan dan pembubunan dilakukan pada umur tanaman 20 HST. Parameter tanaman yang diamati ádalah : tinggi tanaman, berat tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol dan produksi pipilan kering/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Lahan kering yang dimanfaatkan untuk lokasi kajian merupakan bagian dari subak Abian yang terletak di dusun Marga Tengah, desa Kerta, kecamatan Payangan Gianyar. Pada Tabel 1, disajikan karakteristik salah satu lokasi yang digunakan untuk kajian ini. Lahan yang digunakan mempunyai karakteristik sifat kimia, yaitu, pH (kemasaman tanah) normal dengan DHL sangat rendah, C-organik dan N-total rendah, P-tsd sangat tinggi dan K-tsd dengan kriteria tinggi (Hardjowigeno, 1987). Tabel 1. Sifat Kimia Tanah Awal di lokasi penelitian Kode contoh
pH (H2O)
AG01
6,76 N
DHL (mmhos cm-1) 0,96 SR
C-org. (%)
N-total (%)
P-tsd (ppm)
1,25 R
0,16 R
144,28 ST
K-tsd (ppm) 382,62 T
Sumber : Duwijana dan IB. Aribawa (2010). Komponen Pertumbuhan Tanaman Jagung Hasil analisis statistik terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman jagung seperti tinggi tanaman 30 dan 60 HST, diameter tongkol dan panjang tongkol, disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2, terlihat perlakuan varietas tanaman jagung yang dicoba tidak berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman. Tinggi tanaman tertinggi pada umur tanaman 30 HST dan 60 HST, terlihat pada perlakuan P4, yaitu 76,80 cm dan 211,00 cm dan tinggi tanaman terrendah pada umur tanaman 30 dan 60 HST, terlihat pada varietas lokal, yaitu 65,20 4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
cm dan 196,80 cm. Pada Tabel 2, terlihat tinggi tanaman dari varietas unggul dan lokal yang di uji daya adaptasinya tidak berbeda nyata. Parameter tinggi tanaman tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi produktivitas tanaman jagung. Tidak ada korelasi yang positif antara tinggi tanaman dengan produktivitas tanaman. tanaman yang tinggi belum tentu memberikan produktivitas yang tinggi. Komponen Hasil Tanaman Jagung Hasil analisis terhadap komponen hasil tanaman jagung, seperti diameter dan panjang tongkol disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan perlakuan varietas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol dan panjang tongkol. Pada Tabel 2 terlihat, diamater tongkol dan panjang tongkol tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P4, yaitu 16,40 cm dan 20,30 cm. Sedangkan diameter tongkol dan panjang tongkol terrendah dihasilkan oleh perlakuan P1, yaitu 15,6 cm dan 18,00 cm. Panjang tongkol dan diameter tongkol berkaitan erat dengan rendemen hasil suatu galur atau varietas. Jika panjang tongkol suatu varietas lebih panjang dari varietas lainnya, maka varietas tersebut berpeluang memilliki hasil yang lebih inggi dari varietas lain (Robi’in, 2009 dalam Irma Noviana dan Iskandar Ishaq, 2011). Selain itu, karakter panjang tongkol isi menunjukkan kepadatan biji yang terbentuk, dan erat kaitannya dengan jumlah biji per tongkol dari suatu galur atau varietas. Bobot biji per tongkol akan turut mempengaruhi rendemen hasil jagung (Irma Noviana dan Iskandar Ishaq, 2011). Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Komponen Hasil Jagung Pada Uji Adaptasi Varietas Jagung Di Lahan Kering Desa Kerta, Payangan Gianyar MT. 2011 Perlakuan
Tinggi tanaman 30 Tinggi tanaman 60 Diameter tongkol Panjang tongkol HST (cm) HST (cm) (cm) (cm) P1 65,20a 196,80a 15,60a 18,00a P2 70,04a 204,00a 16,00a 18,20a P3 55,20a 200,60a 16,20a 19,20a P4 76,80a 211,00a 16,40a 20,30a Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %.
Hasil analisis terhadap bobot tongkol tanaman jagung disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan varietas yang diuji adaptasikan berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol tanaman. Bobot tongkol tanaman tertinggi dihasilkan oleh varietas jagung Srikandi Kuning (P4), yaitu 218,00 gram dan hanya berbeda nyata bila dibandingkan dengan varietas lokal. Bobot tongkol terrendah dihasilkan oleh varietas lokal (P1), yaitu 190,00 gram. Bobot tongkol merupakan salah satu komponen hasil selain panjang tongkol dan diamter tongkol yang mempengaruhi hasil tanaman jagung. Umumnya robot tongkol berkorelasi positif dengan hasil tanaman jagung. Hasil Tanaman Jagung Hasil analisis statistik terhadap hasil pipilan kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan varietas yang diuji adaptasikan berpengaruh nyata terhadap hasil pipilan kering tanaman jagung. Hasil pipilan kering tanaman jagung tertinggi dihasilkan oleh varietas Srikandi Kuning (P 4), yaitu 5,58 ton Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
pipilan kering ha-1. hasil jagung varietas Srikandi Kuning ini berbeda nyata bila dibandingkan dengan varietas lainnya. Hasil jagung pipilan kering terrendah dihasilkan oleh varietas jagung lokal (P1), yaitu 4,46 ton pipilan kering ha -1. Tingginya hasil pipilan kering jagung varietas Srikandi Kuning ini didukung oleh komponen hasil seperti robot tongkol, panjang tongkol dan diameter tongkol yang lebih panjang dan lebih berat bila dibandingkan dengan varietas lanilla. Tabel 3. Rata-rata Bobot Tongkol dan Hasil Jagung Pada Uji Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Di Lahan Kering Desa Kerta, Payangan Gianyar MT. 2011. Perlakuan Bobot tongkol (g) Hasil jagung t ha-1 P1 190,00a 4.46a P2 200,00ab 5.00ab P3 204,00ab 5.20b P4 218,00b 5.58c Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan diantaranya : 1. Perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan (tinggi tanaman 30 dan 60 HST), komponen hasil (diameter tongkol dan panjang tongkol), tapi berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dan hasil pipilan kering jagung per hektar. 2. Produksi pipilan kering jagung tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P 4 (varietas Srikandi Kuning), yaitu 5,58 ton ha -1. DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A., K. Nugroho dan Sumarno. 1999. Pengembangan Lahan Kering untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Proseding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbangtan. Reptan. Buku I. hal. 21-37. Anonimous. 1985. Jagung. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Direktorat Bina Produksi. Jakarta. Anonimous. 1991. Statistik Pertanian Propinsi Bali. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Bali. Anonimous. 1992. Hasil-hasil Penelitian Balittan Malang. Badan Litbangtan. Puslittan. Balittan Malang. Departemen Pertanian. 2008. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Jakarta. Duwijana IN., dan IB. Aribawa. 2010. Adaptasi beberapa varietas kacang tanah di lahan kering beriklim basah di desa Kerta, Gianyar Bali. Proseding Seminar Nasional Isu Pertanian Organik dan Tantangannya. BBP2TP bekerjasama dengan Universitas Udayana Denpasar dan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar. Hlm. : 175-178.
6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Perkasa. Jakarta. 216 hlm Irma Noviana dan Iskandar Ishaq. 2011. Karakter hasil galur dan varietas jagung pada MK II di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian. Cisarua, 9-11 Desember 2010. hlm. : 1548-1552. Soeprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Cetakan ke IX. Jakarta Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya saing Global. Makalah disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Agribisnis Jagung di Bogor, 1-2 Agustus 2005.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012