BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini secara luas dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan hasil, yaitu masing-masing sebesar 635.475 ton, 725.973 ton, dan 853.061 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Areal pertanaman tomat di Indonesia pada tahun 2010 yaitu seluas 61.355 ha. dengan hasil produksi tomat mencapai 890.169 ton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2010). Menurut Semangun (1996) usaha untuk meningkatkan produksi tanaman tomat mempunyai banyak hambatan. Salah satu hambatannya yaitu gangguan yang disebabkan oleh nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp). Nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp) dikenal sebagai parasit akar pada berbagai jenis tanaman, terutama di daerah tropik dan subtropik (Sudarmo, 1990). Interaksi antara Meloidogyne spp dengan tanaman menimbulkan gejala benjolan atau puru pada akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman karena fungsi akar yang tidak sempurna. Luc et al. (1995), kehilangan hasil pada tanaman tomat mencapai 24 sampai 38%, pada tanaman terong 30 sampai 60% (Netscher & Sikora, 1990). Sekitar 500 sampai 800 larva nematoda Meloidogyne spp. per kilogam tanah dapat menurunkan hasil produksi Solanaceae sebanyak 40% (Sastrahidayat, 1986) . Serangan pada tanaman tomat terutama terjadi pada tanah yang bertekstur kasar atau berpasir. Di samping memperlemah
tanaman, nematoda ini dapat juga menurunkan produksi. Pada populasi yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan hasil sebanyak 25-50% (Rahayu dan Mukidjo, 1977) Beberapa cara untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. diantaranya dengan rotasi tanaman, menggunakan varietas tahan dan penggenangan lahan (Semangun, 1989). Pengendalian nematoda parasit tanaman yang selama ini dilakukan menggunakan nematisida sintetik. Salah satu usaha pengendalian yang bertujuan untuk mengurangi nematisida sintetik, diantaranya menggunakan nematisida yang berasal dari tumbuhan. Penggunaan bahan nabati memiliki banyak keunggulan yaitu mudah terurai di alam (Isman et al., 1997). Pengendalian dengan menggunakan senyawa kimia sintetik sering menimbulkan masalah yang lebih kompleks diantaranya adalah keracunan bagi manusia, hewan dan pencemaran lingkungan (Molina & Davide, 1986 dalam Nazaruddin, 1997). Keadaan tersebut diperlukan suatu cara untuk mengendalikan populasi nematoda yang lebih efektif dan lebih ramah lingkungan. Misalnya dengan menggunakan nematisida alami. Berbagai jenis tanaman diketahui mengandung senyawa toksik terhadap nematoda, diantaranya adalah biji sirsak yang mengandung senyawa Anonain yang bersifat nematisida (Supramana,et al., 1995). Maryani (1995) mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif acetogenin, alkaloid asimisin, alkaloid bulatasin dan alkaloid squamosin. yang bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut (Kardinan, 2002). Biji sirsak selain mengandung bahan aktif di atas, juga mengandung minyak sebanyak 4245 % berwarna kuning dan tidak mudah mengering yang bersifat racun iritasi dan menyebabkan peradangan pada mata (Morton, 1987)
Menurut (Noraida,,2000) penelitian terhadap beberapa jenis insektisida botani, termasuk daun dan biji Annona muricata Linn. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa A. muricata mampu menghambat pertumbuhan larva menjadi stadium pupa dan dewasa nyamuk A. aegypti. Famili Annonaceae lain yaitu A. squamosa pernah diuji daunnya terhadap larva Aedes aegypti. Mampu membunuh 50 % larva A. aegypti diperlukan konsentrasi antara 0.03008 % - 0.03823 % dan membunuh 90 % larva A. aegypti diperlukan konsentrasi berkisar antara 0.05632 %-0.8324 %. Kematian rata-rata larva A. aegypti pada uji umur residu LC 90 dengan konsentrasi ekstrak daun srikaya tua 0.06568 % pada hari ke-1 sampai dengan ke-8 berturut-turut sebesar 92, 86, 74, 61, 43, 26, 2.2 dan 0%. Masih sedikitnya penelitian mengenai A.muricata Linn sebagai nemtisida alami di Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, serta membandingkan potensi yang terkandung dalam A. muricata Linn dan J. curcas dalam pengendalian nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp) pada tanaman tomat dapat menjadi penelitian yang bermanfaat.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu 1) Apakah pasta biji A. muricata dapat menekan populasi Meloidogyne spp. dan gall pada tanaman tomat. 2) Pada dosis berapa pasta biji A.muricata yang paling efektif dalam menekan populasi Meloidogyne spp. pada tanaman tomat.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penekanan populasi Meloidogyne spp. dan mendapatkan dosis pasta biji Annona muricata Linn yang efektif dalam menekan populasi Meloidogyne spp. pada tanaman tomat.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi pasta biji A. muricata dalam menekan populasi Meloidogyne spp
pada tanaman tomat sehingga dapat
digunakan sebagai Nematisida nabati alternatif dalam pengendalian nematoda Meloidogyne spp.
1.5 Kerangka Pemikiran Tumbuhan yang berpotensi sebagai nematisida nabati dapat diaplikasikan ke dalam tanah dalam bentuk bahan organik atau ekstrak yang telah diformulasikan dalam bentuk tertentu. Bahan tersebut dalam tanah dapat terdekomposisi sehingga terbentuk asam lemak seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat yang pada konsentrasi tinggi sangat berpengaruh bagi perkembangan nematoda. Hasil dekomposisi juga dapat berupa senyawa-senyawa yang bersifat toksik atau racun terhadap nematoda (Singh dan Sitaramaiah, 1994). Hasil uji pendahuluan biji sirsak pada dosis 20 gram + 80ml air sehingga didapat ekstrak air biji sirsak dengan konsentrasi 20% dan pada dosis 4 ml nematoda yang mati sebanyak 59 nematoda dari 177 nematoda setelah di inkubasi selama 5 hari sedangkan pada dosis 5 ml nematoda yang mati sebanyak 70 nematoda dari 204 nematoda dan pada dosis 1 sampai 3 ml nematoda yang mati hanya sedikit yakni 5 nematoda dan 24 nematoda dari 220, 253 dan 201 nematoda. Diduga kematian nematoda terjadi karena adanya kandungan senyawa acetogenin
dan annonain yang bersifat racun terhadap nematoda, berdasarkan hasil uji pendahuluan dapat di simpulkan bahwa biji sirsak memiliki potensi sebagai nematisida nabati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purwohusodo (1999) dalam buku budidaya dan pemanfaatan sirsak menyatakan ekstrak metanol daun sirsak dengan 6,48 % ekstrak dalam 100ml air dapat mematikan larva nyamuk culex sp, sebanyak 50% dalam waktu 24 jam. Menurut (Mitsui et al. 1991, dalam Muharsini et al., 2006) ekstrak biji sirsak bersifat antifeedant dan menghambat pertumbuhan beberapa serangga Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera. Pada daun dan biji sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin, asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin akan bersifat antifeedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga kehilangan nafsu makannya untuk memakan bagian tanaman yang disukainya. Pada konsentrasi rendah dapat bersifat sebagai racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan penelitian Masnae et al. (2006) ekstrak biji sirsak berpengaruh nyata meningkatkan mortalitas larva dan menghambat perkembangan hidup plutella xylostella. Susanti (2007) melaporkan bahwa ekstrak biji sirsak berpengaruh terhadap ulat kubis Crocidolomia binotalis Zell dengan nilai LC50 larva uji dicapai pada konsentrasi 710cc/L. Berdasarkan pada uji pendahuluan yang telah di lakukan pasta biji sirsak memiliki potensi yang cukup baik sebagai nematisida alami dan dapat di jadikan sebagai alternative dalam pengendalian nematoda meloidogyne spp pada tanaman tomat.
1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan maka dapat diambil hipotesis 1) Pasta biji sirsak dapat menekan populasi juvenile 2 Meloidogyne spp. dalam tanah, akar dan jumlah gall pada tanaman tomat. 2) Pasta biji sirsak dengan dosis 20 gram/polybag dapat menekan populasi juvenile 2 Meloidogyne spp paling efisien dibandingkan dengan perlakuan lainnya.