CHARACTERISTICS OF DESASTER PRE LIMINARY RESEARCH IN DEVELOPING LEARNING MODEL OF ENVIRONMENT EDUCATION BASED ON THE DISASTER IN EFFORD TO GROW AN CULTURAL ANTICIPATORY Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected] Abstract: East Java is one of the region which have a potentialnatural disaster. There are fourpotentialdisastersoccurredinthe region, namelyfloods, landslides, volcanic eruptions, and earthquakes. The disasterproved tohave a negative impacton people's lives. The impact ofthe disasteris due toa lack ofanticipationforcommunities to disastersthatoccurin thereenvironment. Topreventlong-term impact, environmental Education(EE) has astrategic roletoempowerstudents tohaveanticipatoryculture. This study is a preliminary research which aims to identify thecharacteristics of thedisaster which occurredinEast Java and conditions of disaster education at school. Object of the study is floods of the Konto river and landslides at Pujon district and the Kelud eruption at Pandansari Ngantang. This research uses descriptive analysis by reducing data, looking for determinant variables, and takes a conclusion. The research results show the natural disaster in research consists of flooding, landslide, and eruption. Floods and landslides occur on rainy season around December-January. Catastrophic floods caused by heavy rainfall and deforestation. While, the eruption depends on each mountain. The cause of disaster is material of eruption. Status of environment education at school is diverse, there is a region by mandatory local content-based with monolithic approach, and there is also region by elective with integrative approach. Load of the EE subjects is 2 credits, while the school is not compulsory be integrated to the main subject. In this study also be foud tha teachers do not have a EE model for anticipate natural disaster. Keywords: disaster characteristic, Environment education, Cultureanticipatory.
PENDAHULUAN Indonesia-Jawa Timur merupakan wila-
Tambora, tsunami 2004 di Nanggroe
yah yang sering dilanda bencana alam
Aceh (Kompasiana, 2012). Sementara
dengan korban yang sangat besar. Ada
bencana alam dan korbannya yang terjadi
tujuh bencana alam terbesar terjadi di
dalam dua tahun terakhir di laporkan
wilayah ini, yaitu: tsunami Ende, Flores-
BNPB (2012), bahwa pada tahun 2011
Nusa
letusan
terdapat 1.598 bencana alam. Jumlah
gunung Kelud, gempa bumi Sumatera
tersebut memang terbilang cukup besar,
Tenggara
Timur,
Barat, tsunami Gunung Krakatau, gunung 59
60 Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto. Characteristics Of Desaster Pre Liminary Research In Developing Learning Model Of Environment Education Based On The Disaster In Efford To Grow An Cultural Anticipatory
namun lebih kecil ketimbang 2010
(3) curah hujan yang relatif tinggi. (4)
dengan jumlah 2.232 kasus.
ulah manusia yang merusak lingkungan
Data
bencana
2002-2011
alam. BNPB (2013) mensinyalir ada em-
menunjukkan bahwa sekitar 89 persen
pat ancaman yang menimbulkan resiko
dari
bencana, yaitu perubahan iklim global,
total
tahun
bencana
didominasi
di
oleh
Indonesia bencana
degradasi
lingkungan,
hidrometeorologi berupa banjir bandang,
kemiskinan, dan bertambahnya jumlah
kekeringan, tanah longsor, puting beliung,
penduduk makin memperbesar ancaman
dan gelombang pasang. Bencana tersebut
risiko bencana.
telah menimbulkan korban jiwa dan
MengingatIndonesia memiliki karak-
kerugian yang besar orang meninggal dan
teristik wilayah yang berpotensi men-
hilang mencapai 834 orang, mengungsi
imbulkan bencana alam yang telah ter-
325.361 orang, rumah rusak berat 15.166
bukti menimbulkan korban sangat besar,
unit, rusak sedang 3.302 unit dan rusak
seharusnya masyarakat Indonesia mem-
ringan 41.795 unit. Sedangkan, bencana
iliki budaya antisipasi terhadap bencana
geologi
bumi,
alam di sekitarnya. Sebagaimana diung-
tsunami, dan gunung meletus masing-
gah dalam Ricky blogspot (2011) bahwa
masing terjadi 11 kali (0,7 persen), 1 kali
salah
(0,06
adalah memberikan edukasi bencana
persen),
seperti
dan
4
gempa
kali
(0,2
satu
tindakan
antisipatif
persen)
(desaster education), terutama kepada
berdampak 5 orang meninggal dan rumah
masyarakat yang tinggal di daerah rawan
rusak sebanyak 7.251 unit. Sementara,
bencana, agar mereka tahu harus berbuat
pada tahun 2013 triwulan pertama telah
apa menghadapi bencana yang terjadi.
terjadi 300 kali lebih bencana, dan rata-
Sementara ini, pembelajaran di sekolah
rata 10 kali bencana terjadi setiap harinya
masih
(Kompas, 13 April 2013).
konvensinal
Ada sejumlah faktor potensial yang dapat
menjadi
penyebab
menerapkan dalam
cara-cara
yang
mengantisipasi
bencana alam dengan himbauan umum
terjadinya
yang kurang mengait dengan sistem
bencana di Indonesia, yaitu: (1) letak In-
pembelajaran di kelas. Sebagai contoh
donesia berada di lokasi ring of fire. (2)
pada bulan Pebruari 2014, status gunung
Indonesia memiliki banyak gunung api.
Kelud terus meningkat hingga status
61 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
awas, ternyata dalam pembelajaran di
Georgia - USSR (1977) dalam Unesco,
sekolah belum terjadi perubahan apa-apa
(1978)] dalam Fadli, 2005).
(Amirudin, 2014).
PLH diharapkan dapat menjadi so-
Pemahaman dan simulasi bencana
lusi mendasar, komprehensif, dan berke-
yang diberikan saat edukasi kebencanaan
lanjutan melalui implementasi kurikulum,
diharapkan menambah knowledge dan
pembelajaran, dan penilaian yang efektif.
sikap responsif saat bencana betul-betul
Namun,realitasnya
terjadi sehingga mengurangi jatuhnya
sekolah
korban jiwa yang lebih besar. Hal inilah
kembangkan budaya antisipatif terhadap
yang
dalam
bencana alam sebagai bagian menjaga
meminimalisir jatuhnya korban bencana,
lingkungan. Pembelajaran PLH masih ter-
dengan memberikan edukasi bencana
fokus pada transfer pengetahuan (envi-
(education disaster) akan memberikan
ronmental knowledge) dan kurang me-
kepekaan masyarakat terhadap bahaya
numbuhkembangkan attitude, skills, dan
bencana dan sebagai bekal mental diri
participation terhadap masalah-masalah
masyarakat, sehingga masyarakat akan
lingkungan sebagai bagian utama budaya
siap
antisipasi
harus
bila
dilakukan
kemungkinan
terburuk
menimpanya.
belum
praktik
PLH
mampu
terhadap
di
menumbuh-
masalah-masalah
kebencanaan. PLH masih menghadapi
Pendidikan
Lingkungan
Hidup
sejumlah
(PLH) merupakan suatu proses untuk
lemahnya
membangun kesadaran penduduk dan
kebijakan
kepedulian terhadap lingkungan secara
lemahnya kebijakan pendidikan daerah;
totaldan segala masalah yang berkaitan
(3) lemahnya satuan pendidikan (sekolah-
dengannya,
sekolah)
masyarakat
memiliki
permasalahan,
pendidikan
untuk
seperti
(1)
nasional.
(2)
mengadopsi
dan
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
menjalankan
tingkah laku, motivasi serta komitmen
pendidikan
yang
untuk bekerja sama, baik secara individu
pendidikan
lingkungan
maupun secara kolektif, untuk dapat
lemahnya masyarakat sipil, lembaga
memecahkan
swadaya
lingkungan saat
berbagai ini
masalah
perubahan dijalankan
masyarakat,
sistem menuju
hidup;
dan
(4)
dewan
dan mencegah
perwakilan rakyat untuk mengerti dan
timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi,
ikut mendorong terwujudnya pendidikan lingkungan hidup; (5) lemahnya proses-
62 Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto. Characteristics Of Desaster Pre Liminary Research In Developing Learning Model Of Environment Education Based On The Disaster In Efford To Grow An Cultural Anticipatory
proses komunikasi dan diskusi intensif
Subjek penelitian ini adalah tokoh
yang memungkinkan terjadinya transfer
masyarakat di wilayah yang dilanda
nilai dan pengetahuan guna pembaruan
banjir sungai Konto dan erupsi Kelud.
kebijakan pendidikan yang ada (Sriyandi,
Selain itu, subjek penelitian ini adalah
2010). Oleh karena itu, rumusan masalah
guru
penelitian
bencana banjir dan erupsi Kelud. Data
adalah
(1)
bagaimana
yang sekolahnya berada di area
karakteristik kebencanaan banjir, tanah
dikumpulkan
longsor, erupsi di wilayah Jawa Timur?.
yaitu
(2) bagaimana kondisi pembelajaran
Observasi dilakukan pada area terdampak
kebencaan
oleh bencana banjir dan erupsi Kelud.
di
sekolah
untuk
dengan
observasi
dua
dan
dilakukan
metode,
wawancara.
mengantisipasi bencana yang terjadi di
Wawancara
pada
tokoh
sekitarnya?
masyarakat dan guru SD, SMP dan SMA. Analisis data dilakukan secara diskriptif
METODE PENELITIAN
dengan
Secara keseluruhan dalam penelitian ini menggunakan rancangan reasearch and
development
(R&D),
dalam penelitian
awal yang berfokus pada karakteristik bencana
dan
PLH
ini
digunakan
rancangan penelitian diskriptif.
yang
terjadi
sungai
Konto
kecamatan Pujon dan desa Pandansari kecamatan Ngantang kabupaten Malang. Bencana di kecamatan Pujon berupa Banjir dan tanah longsor, sedangkan bencana di Pandansari berupa erupsi gunung Kelud.
data,
menemukan keterkaitan antara valiabel, dan menarik kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteritik Bencana Karakteritik
kebencanaan
dalam
penelitian ini meliputi bencana banjir,
Objek penelitian ini adalah bencana alam
reduksi
yakni
rancangan penelitian pengembangan dan eksperimen. Namun,
melakukan
tanah longsor, dan erupsi Kelud. Masingmasing bencana
diuraikan berkaitan
dengan jenis dan corak, lokasi dan sebaran, faktor penyebab dan proses terjadinya. Banjir Banjir yang terjadi di sungai Konto meliputi banjir Bandang dan banjir biasa.
63 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
Kedua jenis banjir tersebut terjadi pada
material anorganik. Material anorganik
setiap tahun, setidaknya dalam waktu satu
yang diangkut berupa kerikil, pasir, dan
dasawarsa terakhir. Pada banjir bandang,
lumpur. Ukuran material yang diangkut
debet air sangat besar, diikuti material
banjir ini tidak terlalu besar dan berat.
anorganik berupa lumpur, pasir, kerikil
Batu yang diangkut berdiameter hingga
dan batu yang berukuran relatif besar
20 cm. Material yang dominan berupa
hingga 150 cm diameternya. Selain itu,
pasir dan lumpur.
banjir bandang tersebut juga mengangkut
Di kecamatan Pujon terdapat tiga
material organik berupa pohon yang
titik bencana banjir yang berdampak
tumbang yang berdiameter 60 cm,
signifikan terhadap kehidupan sehari-hari
tenaman sayuran, dan rerumputan. Pada
penduduk/masyarakat. Dampak banjir di
banjir
lokasi-lokasi tersebut sebagai berikut.
biasa
umumnya
mengangkut
Tabel 01 Bencana Banjir NO
LOKASI
BENCANA DAN DAMPAKNYA
1
Desa Bendosari
Jembatan hancur kena terjangan banjir bandang sungai Konto
06 56 330 S dan 91 30 100 E 2
3
Desa Bendosari
Belokan sungai tererosi arus air yang deras hingga memakan sampai
06 56 072 S
separo jalan. Kerusakan ini menyebabkan buka tutup kendaraan
dan 91 299 70
yang lewat
Desa Bendosari
Belokan sungai terkikis hingga 60 m menyebabkan lebar jalan me-
06 55 668 S
nyempit. Selain itu, seratus meter di bawahnya juga terjadi pengikis-
dan 91 29 744
an dinding jalan hingga memakan lebih separo jalan.
Bencana banjir yang terjadi si sungai
Bencana banjir yang terjadi di sungai
Konto berlangsung setiap musim hujan
Konto akibat dua faktor penyebab, yaitu:
pada bulan Desember hingga Januari.
curah hujan yang tinggi diatas curah
Sementara,
bandang
hujan biasanya dan dalam waktu yang
terjadi terjadi pada tiga tahun terakhir
lama dan penurunan tumbuhan penutup
2013/2014, 2011/2013, dan 2010/2013.
lahan akibat alih fugsi lahan hutan
Banjir bandang berlangsung pada akhir
menjadi lahan budidaya.
bencana
banjir
bulan Desember atau awal bulan Januari.
64 Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto. Characteristics Of Desaster Pre Liminary Research In Developing Learning Model Of Environment Education Based On The Disaster In Efford To Grow An Cultural Anticipatory
Bencana
banjir
sungai
Konto
sungai dan sempadan sungai sehingga
menimbulkan berbagai dampak terhadap
permukaan jalan ambrol atau nyaris
lingkungan alam sekitar sungai dan
ambrol. Hal itu menyebabkan gangguan
kegiatan ekonomi penduduk. Dampak
transportasi, gangguan kegiatan ekonomi,
alami yang terjadi berupa kerusakan
gangguan pendidikan, gangguan kegiatan
bantaran sungai, kerusakan sempadan
rekreasi.
sungai, kerusakan lahan pertanian, dan
1. Tanah Longsor
kerusakan jembatan. Banjir sungai Konto
Bencana longsor yang terjadi berupa
menimbulkan kerusakan bantaran dan
longsor tebing jalan, sungai, dan tebing
sempadan sungai di empat titik di desa
perbukitan hutan. Lokasi dan penyebaran
Bendosari Pujon. Akibat pengikisan air
tanah longsor terjadi di beberapa lokasi
yang
di kecamatan Pujon.
deras
dinding-dinding
sungai
hancur, kemudian merusak area bantaran Tabel 02 Bencana Longsor No
Lokasi bencana longsor
Diskripsi
1
Dewi
Tebing jalan sebelah kiri dari arah Pujon mengalami
2
Sri
Pujon
06 600 23 S dan 91 32 968
longsor sepanjang kurang lebih 30 m
Ds
Tebing jalan sebelah kiri dari arah Pujon longsor sepan-
Bendosari
06 56 330 S dan 91 30
jang 15 m
100E
Secara umum bencana tanah longsor terjadi pada musim hujan yang diawali
lahan di area yang berkemiringan tinggi. (3) getaran tanah akibat kendaraan besar.
pada bulan Oktober hingga April. Tanah
Tanah longsor terjadi di area-area
longsor terjadi pada saat curah hujan
yang bertebing curam. Pada bagian
memuncak
Desember
permukaan tanah tumbuhan penutupnya
hingga Januari. Bencana tanah longsor
mulai berkurang. Longsor dalam waktu
disebabkan oleh beberapa faktor: (1)
cepat yang didahului oleh hujan yang
curah hujan yang tinggi dan relatif lama.
lebat dan berlangsung dalam waktu yang
(2) jumlah pohon/tanaman penutup tanah
lama. Air hujan sampai dipermukaan
yang semakin berkurang. (3) Alih fungsi
tanah, sebagian meresap ke dalam tanah
sekitar
bulan
65 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
dan sebagian mengalir di permukaan. Air
penduduk hingga menyebabkan runtuh
yang meresap ke dalam tanah melalui
dan berdampak pada masyarakat desa
pori-pori tanah membasai tanah hingga
tersebut.
dalam dan mengakibatkan tanah menjadi
Proses
bencana
erupsi
desa
lembek. Air di permukaan mengalir
Pandansari terjadi dalam waktu yang
mengerosi permukaan. Dengan hujan
sangat cepat. Pada malam itu menjelang
yang lebat dan lama tanah yang lembek
tengah alam terlihat kilatan apai yang
dan tererosi
terang di atas puncak gunung Kelud.
tidak kuat menahan beban
beratnya hingga terjadi longsor.
Kilatan yang demikian terang sangat
Erupsi
menarik penduduk desa Pandansari dan
Erupsi yang terjadi adalah erupsi
sekitarnya. Maka penduduk keluar rumah
eksposif akibat letusan gunung Kelud.
untuk
Bencana
desa
tersebut. Setelah berlangsung 5 menit,
Pandansari kecamatan Ngantang yang
secara tiba-tiba material pasir, kerikil, dan
berlokasi pada lintang 06 48 083 S dan
batu diikuti debu menutup atmosfer
91 27 447 E. Desa tersebut terdiri lima
Pandansari, dan kemudian menimbun
dusun: Plembong, Bales, Kutut, Pahit dan
atap rumah penduduk sehingga satu demi
Munjung.
tersebut
satu atap runtuh. Semburan material
dirasakan setiap kali gunung tersebut
letusan terus berlangsung hingga dini
meletus, sejak tahun 1951, 1968, 1990,
hari, terpaksa listrik dimatikan, suasana
2007, dan 2014. Dari lima kali letusan
gelap, panic berlangsung hingga siang
gunung tersebut, letusan yang paling
hari besuknya.
tersebut
Bencana
terjadi
letusan
di
besar dirasakan adalah letusan pada tahun 2014,
sementara
menyaksikan
pemandangan
Bencana erupsi telah menimbulkan
letusan-letusan
akibat berupa (1) lahan pertanian tertutup
sebelumnya tidak menimbulkan dampak
pasih hingga 40 cm yang menyebabkan
yag berarti.
tanaman tidak dapat tumbuh baik atau
Bencana erupsi api ini disebabkan
kalau tumbuh jadi kerdil dan menguning.
oleh material gunung kelud. Material
Tanaman tomat dan cabe mengering, (2)
yang
atap rumah roboh, (3) hewan ternak
dimuntahkan
gunung
tersebut
berupa batu, kerikil, pasir dan debu
terganggu
produksi
susunya,
(4)
menutup desa Pandansari dan sekitarnya.
gangguan kesehatan dan sampai ada yang
Material tersebut menimpa atap rumah
meninggal. (5) jembatan penghubung
66 Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto. Characteristics Of Desaster Pre Liminary Research In Developing Learning Model Of Environment Education Based On The Disaster In Efford To Grow An Cultural Anticipatory
keluar desa tertutup lahar dingin sehingga
mata pelajaran ini
berstatus wajib.
terisoler untuk beberapa waktu.
Sedangkan
sekolah
Kondisi Mata Pelajaran PLH dalam
bagi
yang
menempatkan PLH tidak wajib, beban pelajaran menyatu pada mata pelajaran
Struktur Kurikulum Sekolah
yang menjadi ‘induk’ integrasi. Kondisi mata pelajaran PLH yang
Strategi –Model Pembelajaran PLH
dibahas dalam penelitian ini mencakup
Dalam pembelajaran guru-guru di
status mata pelajaran, pendekatan, bobot,
wilayah bencana belum memiliki model
muatan dan strategi pembelajaran.
yang secara khusus dirancang untuk
Status Mata Pelajaran
megantisipasi terjadinya bencana alam.
Status mata
pelajaran PLH di
Tidak ada persiapan pada masa pra
wilayah penelitian bervariasi. Ada daerah
bencana, saat berlangsung bencana, dan
yang menetapkan sebagai muatan lokal
pada masa pasca bencana.
yang berkedudukan wajib, tetapi ada pula daerah yang menjadikan mata pelajaran ini
sebagai
mata
pelajaran Hasil penelitian ini menghasilkan
pilihan/peminatan.
kesimpulan bahwa jenis bencana alam
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran
PLH
berlangsung
dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan monolitik dan integratif. Pendekatan monolitik
digunakan
pada
sekolah-
sekolah yang menempatkan status PLH sebagai
muatan
Sedangkan
lokal
yang
pendekatan
wajib.
integratif
berlangsung di sekolah-sekolah yang menempatkan
KESIMPULAN
PLH
sebagai
mata
pelajaran pilihan. Bobot Mata Pelajaran Mata pelajaran PLH memiliki bobot 2 SKS bagi sekolah yang menjadikan
yang digali dalam penelitian ini adalah banjir, tanah lonsor, dan erupsi g Kelud. Banjir dan longsor terjadi dipuncak musim hujan sekitar Desember-Januari. Bencana banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kerusakan hutan. Sedangkan disebabkan
bencana oleh
gunung
semburan
api
material
gunung api yang berupa debu, pasir, kerikil, dan batu, status mata pelajaran PLH di wilayah penelitian bervariasi, ada daerah
yang
menetapkan
sebagai
muatan lokal yang berkedudukan wajib,
67 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
tetapi ada pula daerah yang menjadikan mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran pilihan/peminatan. berlangsung
Pembelajaran PLH
secara
monolitik
dan
integratif. Mata pelajaran PLH memiliki bobot
2
SKS
bagi
sekolah
yang
menjadikan mewajibkan PLH, sedangkan bagi sekolah yang tidak wajib, bebannya menyatu pada mata pelajaran yang menjadi
‘induk’
pembelajaran bencana
guru-guru
belum
pembelajaran
integrasi.
Dalam
di
wilayah
memiliki
model
secara
khusus
yang
dirancang untuk megantisipasi terjadinya bencana alam, dan karakteristik bencana banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung kelud tersebut akan dijadikan sebagai masukan untuk merencanakan model pembelajaran
PLH
yang
berbasis
kebencanaan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2012.Pencemaran Air Sungai Parah diakses melalui (http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/vi ew/477505/ diakses tanggal 22 September 2012). Amirudin, A. 2010. Prinsip-Prinsip embangunan Berkelanjutan. Bahan Ajar. UM: Tidak diterbitkan. Anonimous, 2012. Antisipatif dengan Edukasi Bencana. (0nline) (http Rickyblogspot diakses 7 April 2013).
Anonimous. 2012. Langkah-Langkah Menghadapi Gempa Bumi dan Bencana Alam. (online), (http://idid.facebook.com/permalink.php?sto ry_fbid=390988940914601&id=38 9562314390597, diakses 8 April 2012). Arsyad, dkk. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Obor Fadli, A. 2005. Pendidikan Lingkungan Hidup: Bukan untuk pembebanan baru bagi siswa, (online) (http://timpakul.web.id/plh-4.html diakses 3 Maret 2013. Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Izadakh, Yasamin O dan Marla A Petal. 2008. Concept Note: Formal and Informal Education for Disaster Risk Reduction. (Online). (www.riskred.org/ activities/addredislamabad.pdf). Kompas, Banjir meluas dan tebar ancaman. 13 April 2013 p.1. Muslim, Dicky, dkk. 2011. Activities on Disaster Awareness Education in the School around Geological Hazard Prone Areas in Indonesia. (Online). (www5.ocn.ne.jp/~nei/images/disas ter1.pdf). Diakses tanggal 29 Mei 2013. Rusilowati, A, dkk. 2012. Mitigasi Bencana Alam Berbasis Pembelajaran BervisiScience Environment Technology and Society. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 8:51-60. (Online). (journal.unnes.ac.id/nju/index/php/JPFI/
68 Ach. Amirudin, Budi Handoyo, Hadi Soekamto. Characteristics Of Desaster Pre Liminary Research In Developing Learning Model Of Environment Education Based On The Disaster In Efford To Grow An Cultural Anticipatory
article/view/1994). Diakses tanggal 27 Mei 2013. Saukah, Ali. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM.