PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA Mitra Widyasari1), Hadi Soekamto2), Yuswanti Ariani Wirahayu3) Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Abstract: The purpose of this research is to know the effect of CIRC learning model towards student critical thinking ability in senior high school geography subject. The research design of this research is Quasi Experiment with the research subject is Social class 2 grade XI as experiment class and Social class 3 Grade XI as control class. Data collected with the test method and analyzed using unpaired t test. This research was executed in SMA Negeri 1 Talun Blitar regency. The result of the research shows that the application of CIRC learning model affects student critical thinking ability in senior high school geography subject. Key Words: cooperative integrated reading and composition (circ) learning model, critical thinking ability
Kemampuan berpikir kritis mempunyai peranan yang sangat strategis dalam bidang pendidikan. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan (Ennis dalam Amri dan Ahmadi, 2012:62). Definisi berpikir kritis juga diungkapkan Richard Paul dalam Fisher (2008) adalah model berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Kemampuan berpikir kritis sudah semestinya menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Pembelajaran di sekolah perlu dikondisikan demikian agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan kata lain siswa harus diberi pengalaman-pengalaman bermakna selama pembelajaran agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru mengajar di kelas adalah model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Menurut Slavin (2005:200) dan Hall (tanpa tahun) CIRC adalah sebuah program 1
Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. E-mail:
[email protected] 2 Dosen Pembimbing Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. 3 Dosen Pembimbing Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
komprehensif atau luas dan lengkap untuk pembelajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar dan juga pada sekolah menengah. CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk membantu siswa belajar memahami materi pelajaran melalui bacaan, berita, dan permasalahan. CIRC dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Jasmine dalam Mudawati (2008:24) yang menyimpulkan ”pembelajaran kooperatif model CIRC secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, mengajar siswa untuk dapat bekerjasama yang baik dengan orang lain, mendorong kolaborasi (kerjasama), berkompromi dan bermusyawarah mencapai kesepakatan dan secara umum menyiapkan mereka untuk masuk dalam dunia hubungan personal”. Pada penerapan model pembelajaran CIRC diperlukan beberapa urutan tahapan kegiatan. Adapun tahapan pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut: (1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas, (4) mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok, (5) siswa bersama guru membuat kesimpulan, (6) penutup (Suprijono, 2011:130). Kelebihan dari model CIRC yaitu dapat membantu siswa belajar memahami materi pelajaran melalui wacana/ bacaan, berita, permasalahan, dengan cara membaca, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru dan tidak bergantung pada teks tertentu. Diungkapkan Slavin (2010:22) kelebihan model CIRC antara lain (1) dapat lebih memahami bacaan/wacana/kliping dan tidak bergantung pada teks tertentu, (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru, (3) dapat digunakan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, (4) meningkatkan ketertarikan siswa selama pembelajaran berlangsung, serta (5) meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas.
Kelebihan CIRC yang lain diungkapkan oleh Suyitno dalam Inayah (2007:27) antara lain: a.) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, b) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, c) siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok, d) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, e) membantu siswa yang lemah, dan f) meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Selain kelebihan, CIRC juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Adapun kekurangan model pembelajaran CIRC ini diantaranya membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi. Selain itu, sulitnya mengatur kelas untuk kondusif sehingga suasana kelas cenderung ramai. Oleh karena itu, guru harus pandai dalam mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan pembelajaran menggunakan model ini dapat berjalan dengan baik. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut. Temuan penelitian Margo Suwito Utomo (2010) berdasarkan hasil penelitiannya di SMA Islam Malang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model CIRC dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi SMA. Hasil penelitian Ratna Kurnia Lestari (2010) di SMP N 12 Malang diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMP. Temuan penelitian Dini Afriani (2010) di SMP Negeri 8 Malang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Temuan penelitian Lina Murti Safitri (2011) di SDN Pesanggrahan 03 Pagi Jakarta Selatan menunjukkan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan membaca karangan narasi siswa. Temuan penelitian terakhir yaitu Devy Zulyka (2012) di SMA Negeri 8 Surakarta menunjukkan penerapan model pembelajaran CIRC berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi ranah afektif dan psikomotor, tetapi tidak berpengaruh terhadap ranah kognitif. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berupaya untuk memperkuat dan menyempurnakan berbagai riset terdahulu. Penyempurnaan itu berupa eksperimen model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi SMA.
METODE Penelitian ini dirancang brntuk eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Pada penelitian ini dibentuk dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan guru yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Talun semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang relatif setara, yaitu kelas XI IPS-2 dan kelas XI IPS-3. Nilai yang relatif setara diketahui berdasarkan rata-rata hasil belajar geografi pada semester ganjil yaitu kelas XI IPS 3 memiliki rata-rata 79,87 dan XI IPS 2 memiliki rata-rata 78,69. Penentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari kedua kelas ini dilakukan undian dengan menggunakan pengambilan gulungan kertas, dimana yang terambil pertama adalah kelas yang menjadi kelas eksperimen. Dari hasil tersebut diperoleh kelas XI IPS-2 sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas XI IPS-3 menjadi kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal tes yang terlebih dahulu dirancang dengan menggunakan kisi-kisi soal dan pedoman penilaian. Soal yang diberikan berupa soal essai berjumlah 5 soal yang berada pada ranah kognitif C4-C5 menurut taksonomi Bloom revisi. Sebelum soal digunakan dalam penelitian (prates dan pascates), terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen, meliputi uji validitas dan reliabilitas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes yang dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (prates) dan sesudah perlakuan (pascates). Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji t tidak berpasangan (Independent Samples t-Test) yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16. 0 for windows.
HASIL Sesuai dengan kriteria dari suatu tes yang baik, prates dan pascates yang diberikan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sudah memenuhi validitas dan reliabilitas soal yang baik. Hasil analisis prates dan pascates antara siswa kelas
kontrol dengan kelas eksperimen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kemampuan awal kedua kelas relatif sama, yaitu rata-rata nilai prates yang diperoleh kelas kontrol sebesar 66 dan kelas eksperimen sebesar 66,21. Selain itu, nilai pascates kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Nilai rata-rata pascates kelas kontrol sebesar 75,33 dan kelas eksperimen sebesar 80,52. Distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada Tabel 1 berikut.
Kelas Kontrol Prates
Interval Nilai
Kelas
Kelas Eksperimen
Pascates
Prates
Pascates
fn
(%)
fn
(%)
fn
(%)
fn
(%)
Kriteria
A
91-100
0
0
0
0
0
0
0
0
Sangat baik
B
75-90
8
26,67
21
70
7
24,14
29
100
Baik
C
60-74
17
56,66
9
30
16
55,17
0
0
Cukup
D
40-59
5
16,67
0
0
6
20,69
0
0
Kurang
E
< 40
0
0
0
0
0
0
0
0
Kurang sekali
30
100
30
100
29
100
29
100
Jumlah
. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis awal pada kelas kontrol lebih dari separuh (56,67%) berada pada kualifikasi cukup dan kurang dari seperempat (16,67%) berada pada kualifikasi kurang, berarti lebih dari 50% siswa kelas kontrol memperoleh nilai cukup dan tidak ada satupun siswa yang mendapat nilai sangat baik. Namun, terjadi peningkatan nilai yang signifikan setelah kelas kontrol mendapatkan perlakuan, yaitu nilai pascates menunjukkan tidak ada satupun (0%) siswa kelas kontrol yang memperoleh nilai kurang. Untuk siswa yang memperoleh nilai baik mengalami peningkatan sebesar 70% dimana sebelumnya hanya 30% siswa kelas kontrol. Pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis awal siswa lebih dari separuh (55,17%) berada pada kualifikasi cukup dan kurang dari seperempat (20,69%) berada pada kualifikasi kurang. Akan tetapi terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis akhir yaitu seluruh siswa (100%) berada pada kualifikasi baik dan tak satupun siswa yang berada pada kualifikasi cukup sampai sangat kurang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kelas ekperimen terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan gain score untuk mengukur pengaruh dari model pembelajaran pada kedua kelas. Hasil analisis data gain score menunjukkan bahwa ratarata gain score kelas kontrol adalah 9,33 sedangkan skor rata-rata gain score kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 14,31. Jadi, rata-rata gain score kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov z untuk kelas eksperimen memperoleh 0,200 > 0,05 dan kelas kontrol memperoleh 0,169 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan kedua data terdistribusi dengan normal. Sedangkan hasil uji homogenitas memperoleh 0,151 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi homogen. Berdasarkan hasil tersebut, maka data tersebut dapat dianalisis dengan statistik parametris. Hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan nilai signifikansi dari uji t tidak berpasangan adalah 0,002 < 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi SMA” diterima. PEMBAHASAN Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi SMA. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan rata-rata keamampuan berpikir kritis siswa yang menerapkan model pembelajaran CIRC lebih tinggi daripada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas eksperimen lebih banyak yang mencapai nilai baik dan berada di atas Standar Ketuntasan Minimal (SKM) daripada kelas kontrol. Hasil tersebut bukan karena kebetulan dan bukan karena perbedaan kemampuan awal siswa pada kedua kelas tersebut, tetapi merupakan akibat dari pemberian perlakuan penerapan model pembelajaran CIRC pada kelas eksperimen sehingga siswa memiliki pengalaman baru dalam pembelajaran. Hal ini memberikan gambaran bahwa model pembelajaran CIRC memiliki dampak yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran CIRC adalah pembelajaran yang lebih memanfaatkan kerjasama kelompok untuk membantu siswa belajar memahami materi pembelajaran
melalui bacaan/wacana, artikel, kliping, dengan cara secara berkelompok siswa membaca, memahami dan menganalisis wacana, memberi tanggapan terhadap wacana, menulis atau menyusun hasil kerja kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas. Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas termasuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar siswa. Adapun tahapan yang harus dilakukan, antara lain: (1) membentuk kelompok secara heterogen, (2) guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran, (3) secara berkelompok membaca, memahami dan menganalisis wacana, serta memberi tanggapan terhadap wacana, (4) presentasi, dan (5) kesimpulan. Berikut uraian pada masing-masing tahapan. Model pembelajaran CIRC penting untuk diterapkan terutama untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam hal pemecahan masalah serta memberikan solusi yang tepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Slavin dalam Trianto (2007:27) menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah dengan temannya. Selain itu didukung pula oleh Brown dkk yang menyebutkan bahwa beberapa kajian eksperimental telah menunjukkan pengajaran eksplisit dalam strategi memahami bacaan dan proses-proses pemonitoran metakogntif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, atau setidaknya kemampuan-kemampuan yang secara khusus diajarkan dalam intervensi tersebut (Slavin,2005:202). Kelebihan CIRC yang lain diungkapkan oleh Suyitno dalam Inayah (2007:27) yaitu: (a) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, (b) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, (c) siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok, (d) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, (e) membantu siswa yang lemah, dan (f) meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Beberapa bukti mengenai kelebihan di atas, setidaknya model pembelajaran CIRC dapat memberikan dampak yang positif pada pembelajaran di kelas. Pelaksanaan penelitian dengan model pembelajaran CIRC memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan penerapan model pembelajaran CIRC diantaranya siswa mampu mengikuti pembelajaran di kelas dengan lancar, siswa lebih antusias dan bersemangat
dalam belajar. Hal itu juga membuat siswa lebih mudah mengingat dan menyerap materi pelajaran, karena proses belajar terjadi secara berkelompok sehingga mereka bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain itu, siswa menjadi semakin aktif dan lebih berani bertanya dan mengungkapkan pendapat di kelas. Kondisi inilah yang memberikan pengaruh pada kemampuan berpikir kritis siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yaitu faktor intern dan ekspern, dimana kedua faktor tersebut saling terkait satu dengan lainnya. Faktor intern berasal dari diri siswa itu sendiri yaitu karakter siswa, motivasi, minat, bakat, dan perbedaan gender. Sedangkan faktor ekstern antara lain: sarana, prasarana, media, kurikulum, guru, fasilitas belajar, dan lingkungan. Pada penelitian ini faktor yang paling dominan yaitu lingkungan. Hal tersebut didukung oleh Rath et al, 1966 (dalam Edi, 2012) menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah lingkungan sekitar siswa (interaksi antar siswa). Lingkungan di sekitar siswa dapat mendukung kemampuan berpikir kritis dan tidak. Lingkungan yang mendukung ditunjukkan saat diskusi kelompok. Beberapa siswa yang tergabung dalam satu kelompok, mau tidak mau harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru. Sesuai dengan pembagian kelompok yang ditentukan guru, tidak ada kelompok yang memiliki kemampuan lebih unggul dari kelompok lain. Pada kelompok ini siswa dituntut untuk memberikan tanggapan dan menyelesaikan soal yang ada. Bersama dengan kelompoknya, siswa akan lebih mudah menyampaikan argumen dan lebih terbuka. Anggota yang sudah mengerti dapat membantu anggota lain yang kurang paham, sehingga dalam sebuah kelompok menguasai jawaban kelompok. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis siswa akan semakin muncul dan terus berkembang. Kekurangan penerapan model pembelajaran CIRC saat yaitu membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi untuk memahami bacaan, menjawab soal, dan menyusun hasil kerja kelompok. Selain itu, kekurangan yang lainnya adalah sulitnya mengatur kelas untuk kondusif dalam diskusi. Dalam sebuah kelompok cenderung beberapa siswa saja yang aktif, sedangkan yang lainnya acuh pada tugas kelompok dan tidak jarang melakukan hal-hal di luar konteks pembelajaran, misalnya mengganggu teman, bermain hp, dan mondar
mandir di dalam kelas. Tindakan tersebut jelas mengganggu jalannya pembelajaran di kelas. Menghadapi hal tersebut, guru harus mampu pandai dalam mengalokasikan waktu dengan tepat agar lebih efisien dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu guru harus mampu mengkondisikan kelas agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Jadi, tidak ada siswa yang melakukan kegiatan di luar konteks pembelajaran dan diskusi berjalan dengan lancar. Berbeda halnya dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, siswa terlihat kurang tertarik dan kurang bersemangat belajar. Selain itu hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam pembelajaran. Siswa pada kelas kontrol cepat bosan dan jenuh di dalam kelas. Pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. Dalam proses pembelajaran pun ditemukan beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangku, ada yang bermain hp dan ada pula siswa yang mengganggu temannya sehingga proses belajar tidak efektif. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang dapat menerima materi yang diajarkan, dan berpengaruh pula pada kemampuan berpikir kritis siswa.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compotition (CIRC) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi SMA. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. Sekolah disarankan agar membuat forum diskusi guru-guru Geografi untuk mendiskusikan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di kelas, terutama tentang pembelajaran kontrukivistik. Selain itu, sekolah dapat mengundang ahli pendidikan untuk membuat pelatihan pembelajaran agar pengetahuan guru lebih luas terkait model-model pembelajaran. Bagi guru geografi disarankan untuk dapat menerapkan model pembelajaran CIRC sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran sebagai variasi dalam mengajar untuk menghindari kebosanan siswa
selama ini. Selain itu, pembelajaran ini menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa lebih mudah memahami konsep/materi yang diberikan. Agar pelaksanaan CIRC dapat berjalan dengan lancar dan efektif hendaknya pada saat membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) halokasi waktu disusun dengan cermat agar waktu yang ada dapat berjalan dengan efisien. Bagi peneliti lanjutan yang berminat melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran CIRC terhadap kemampuan berpikir kritis disarankan menambah variabel, dan membuat instrumen yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN Afriani, Dini. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar IPS Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang TP 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Amri, Sofan & Ahmadi. 2012. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya). Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Edi. 2012. Teori Belajar Berpikir Kritis, (Online), (http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-berpikir-kritis.html), diakses 22 Desember 2012. Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hall, Tracey. ____. Peer-Mediated Instruction and Intervention. Senior Research Scientist, NCAC, (Online), (http://www.cast.org/system/galleries/download/NCAC/peermedInstrus.doc), diakses 4 Januari 2013. Inayah, Nurul. 2007. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007, (Online), (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/indexx/assoc/HASAC47.dir/doc.p df), diakses 4 Januari 2013. Lestari, Ratna Kurnia. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi di SMP N 12 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Mudawati, Sri. 2008. Peningktan Aktivitas Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis (CIRC) pada Pokok Bahasan Lingkungan Hidup dan Pelestariannya di Kelas VIII MTs Negeri Gandusari Blitar. Thesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Safitri, Lina Murti. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Pesanggrahan 03 Pagi
Jakarta Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Jakarta: Nusa Media. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang. Utomo, Margo Suwito. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi Siwa Kelas XI IPS SMA Islam Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Zulyka, Devy. 2012. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.