MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ---------------------
RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 84/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 85/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 87/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 88/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 102, 103/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, KABUPATEN PASAMAN DAN KOTA BANDAR LAMPUNG
ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN
JAKARTA KAMIS, 5 AGUSTUS 2010
0
PERKARA NOMOR 83/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 84/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 85/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 87/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 88/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 102, 103/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pasaman dan Kota Bandar Lampung. PEMOHON - Khairul Saleh dan Tugimin (Perkara 83/PHPU.D-VIII/2010) - Marlon Martua. DT Rangkayo Mulie dan Purwanto (Perkara 84/PHPU.D VIII/2010) - Yusran Amirullah dan Bambang Iman Santoso (Perkara 85/PHPU.D-VIII/2010) - Hi. Kherlani dan MW. Heru Sambodo (Perkara 86/PHPU.D-VIII/2010) - H. Yusuf Lubis dan Syafrialis (Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010) - H. Ediwarman dan Husni Hadi (Perkara 102-103/PHPU.D-VIII/2010) - H. Marlis Rahman dan Aristo Munandar (Perkara 102-103/PHPU.D-VIII/2010) TERMOHON - KPUD Kabupaten Dharmasraya, KPU Kabupaten Lampung Timur, KPU Kabupaten Pasaman, KPU Kota Bandar Lampung dan KPU Provinsi Sumbar ACARA Pengucapan Putusan Kamis, 5 Agustus 2010 Pukul 16.30 – 23.00 WIB Ruang Sidang Panel Lantai 4 Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Moh. Mahfud. MD. Achmad Sodiki M. Akil Mochtar Hamdan Zoelva Muhammad Alim Harjono M. Arsyad Sanusi Maria Farida Indrati Ahmad Fadlil Sumadi
Edy Purwanto Wiwik Budi Wasito Ida Ria Tambunan Hani Adhani Pan Mohamad Faiz
(Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti
1
Pihak yang Hadir: Kuasa Hukum Pemohon Perkara 83/PHPU.D-VIII/2010: -
H.M. Anwar Rachman Poripius
Kuasa Hukum Pemohon Perkara 84/PHPU.D-VIII/2010: -
Kamerussalam
Kuasa Hukum Pemohon Perkara 85/PHPU.D-VIII/2010: -
Wirono Dana Bhakti Abdul Hadi Lubis
Kuasa Hukum Pemohon Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010: -
A.H. Wakil Kamal Ahmad Taufik
Kuasa Hukum Pemohon Perkara 88/PHPU.D-VIII/2010: -
Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara 88/PHPU.D-VIII/2010
Kuasa Hukum Pemohon Perkara 102-103/PHPU.D-VIII/2010: -
Irmansyah
Kuasa Hukum Termohon Perkara 83-84/PHPU.D-VIII/2010: -
Sudi Praitno Juni Putra Riandas Prasya
Kuasa Hukum Termohon Perkara 85-87/PHPU.D-VIII/2010: -
Abdul Wahid
Kuasa Hukum Termohon Perkara 88-102/PHPU.D-VIII/2010: -
Waris Basuki Frana Sandrajadi
2
Termohon Perkara 103/PHPU.D-VIII/2010: -
Marzul Veri
Kuasa Hukum Termohon Perkara 103/PHPU.D-VIII/2010: -
Susfida Lastri
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara 85/PHPU.D-VIII/2010: -
Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara 85/PHPU.D-VIII/2010
Pihak Terkait Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010: -
Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010: -
Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara 87/PHPU.D-VIII/2010
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara 88/PHPU.D-VIII/2010: -
Susi Tur Andayani
Pihak Terkait Perkara 102-103/PHPU.D-VIII/2010: -
Irwan Haritno Muslim Kasim
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara 102-103/PHPU.D-VIII/2010: -
Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara 85/PHPU.D-VIII/2010
3
SIDANG DIBUKA PUKUL 16.30 WIB
1.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahkamah Konstitusi untuk Pengucapan Putusan Perkara Perselisihan Hasi Pemilu Kepala Daerah dalam perkara Nomor 83, 84, 85, 87, 88, 102 dan 103/PHPU.D-VIII/2010 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Silakan agar cepat ya, saya tanya saja Perkara Nomor 83 Pemohonnya hadir?
2.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA. 83/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia.
3.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Berapa orang?
4.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA. 83/PHPU.D-VIII/2010: 2 orang.
5.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 2 orang?
6.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA. 83/PHPU.D-VIII/2010: Anwar Rachman sama Poripius.
7.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Anwar Rachman ya? kemudian Perkara Nomor 84.
8.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 84/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia.
4
9.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Berapa orang?
10.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 84/PHPU.D-VIII/2010: 1 orang, Yang Mulia. Kamerussalam.
11.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, perkara nomor 85.
12.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 85/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. 2 orang Wirono Dana Bhakti, Abdul Hadi Lubis.
13.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Perkara Nomor 87.
14.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 87/PHPU.D-VIII/2010 : Hadir, Yang Mulia. Wakil Kamal dan Ahamad Taufik, Yang Mulia.
15.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Kemudian Perkara Nomor 88.
16.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 88/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. 6 orang.
17.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 6 orang?
18.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 88/PHPU.D-VIII/2010: Ya.
19.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Yang dideret belakang ya?
5
20.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 88/PHPU.D-VIII/2010: Ya.
21.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, baik kemudian perkara nomor 102.
22.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 102, 103/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. Satu orang Imansyah.
23.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, dan 103 ya? Saudara 103 sendiri ya? baik, kemudian Termohon? KPUD nomor 83?
24.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 83/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia Sudi Praitno, Juni Putra dan Riandas Prasya.
25.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, nomor 84.
26.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 84/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia dengan Kuasa yang sama.
27.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Tim yang sama, nomor 85.
28.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 85/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. Abdul Wahid selaku Kuasa Hukum didampingi seluruh Komisioner KPUD Lampung Timur.
29.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, kemudian Nomor 87.
30.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 87/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, dengan Kuasa yang sama.
6
31.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, kemudian Nomor 88.
32.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 88/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. Waris Basuki dan Frana Sandrajadi.
33.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Nomor 102.
34.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 102/PHPU.D-VIII/2010: Hadir dengan Kuasa yang sama.
35.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, nomor 103?
36.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 103/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. Dengan Kuasa Susfida Lastri dan pendampingnya yaitu dari KPU Marzul Veri dan tim ketujuh. Terima kasih.
37.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Pihak Terkait nomor 83.
38.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 83/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia ada berlima.
39.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Berlima ya. oke. Pengacaranya lengkap ada Prinsipalnya?
40.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 83/PHPU.D-VIII/2010: Prinsipal tidak hadir.
7
41.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Tidak hadir. Kemudian perkara nomor 84.
42.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 84/PHPU.D-VIII/2010: Sama, Yang Mulia.
43.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Sama, nomor 85.
44.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 85/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. 4 orang.
45.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 4 orang diiringi Prinsipal tidak?
46.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 85/PHPU.D-VIII/2010: Prinsipal tidak ada.
47.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Tidak, nomor 87.
48.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 87/PHPU.D-VIII/2010: Hadir, Yang Mulia. 4 orang, Prinsipal 2 orang.
49.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Prinsipalnya mana? Oke, kemudian nomor 102.
50.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 102, 103/PHPU.DVIII/2010: Hadir, Yang Mulia. 4 orang Kuasa Hukum turut serta juga Prinsipal Prof. Dr. Irwan Haritno calon wakil Gubernur Drs. Muslim Kasim.
8
51.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke, sekaligus dengan 103 ya?
52.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 102, 103/PHPU.DVIII/2010: 103 ya.
53.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Sama, tadi 88 hadir?
54.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 88/PHPU.D-VIII/2010 : Hadir, Yang Mulia. Susi Tur Andayani. Terima kasih, Yang Mulia.
55.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, saya kira sudah lengkap semua unsur ini karena putusannya ini banyak, kita mulai dari yang nomor terakhir, nomor 103. Eh, 102 dan 103. Karena putusannya ini panjang kalau Provisi itu kan banyak sekali unsurnya jadi bukan karena apa-apa baca dulu yang paling panjang biar sesudah itu bacanya lebih enteng. Putusan Nomor 102 dan 103/PHPU.D-VIII/2010. PUTUSAN Nomor 102-103/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010, yang diajukan oleh: Pemohon Perkara Nomor 102/PHPU.D-VIII/2010 [1.2] 1. Nama : Prof. Dr. H. Ediwarman, S.H., M.Hum.; TTL : Padang, 25 Mei 1954; Alamat : Jalan Kota Baru II Nomor 44, Kota Medan; 2. Nama : Drs. Husni Hadi, S.H.; TTL : Padang, 16 April 1961; Alamat : Jalan Cenderawasih V D I-8, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok;
9
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dengan Nomor Urut 1; Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Adi Mansar, S.H., M.Hum. dan Zulfan Efendi, S.H.; para Advokat pada Kantor Hukum ”Sembilan Delapan” yang beralamat di Jalan Mesjid Nomor 28 Lantai II, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 13 Juli 2010, bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------- Pemohon I; Pemohon Perkara Nomor 103/PHPU.D-VIII/2010 [1.3] 1. Nama : Prof. Dr. H. Marlis Rahman, M.Sc.; TTL : Bukit Tinggi, 9 Mei 1942; Alamat : Jalan Sudirman Nomor 49, RT 003 RW 006, Kelurahan Padang Pasir, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat; 2. Nama : Drs. H. Aristo Munandar; TTL : Bukit Tinggi, 15 Oktober 1950; Alamat : Jalan Soekarno Hatta, Kenagarian Lubuk Basung, Kelurahan Jorong IV Sarabayo, Kecamatan Lubuk Basung, Provinsi Sumatera Barat; Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dengan Nomor Urut 2; Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Yuni Asril, S.H., Rudy Alfonso, S.H., dan Daniel Tonapa, S.H., para Advokat dan Konsultan Hukum pada ”Badan Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (BAKUMHAM) DPP Partai Golkar” yang berkedudukan di Jalan Anggrek Nely Murni, Slipi, Jakarta Barat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 21 Juli 2010, bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------- Pemohon II; Terhadap: [1.4] Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, berkedudukan di Jalan Pramuka Nomor 9, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 26 Juli 2010 memberikan kuasa kepada Sudi Prayitno, S.H., LL.M., Jhoni Hendry Putra, S.H., Rianda Seprasia, S.H., Poniman, S.Hi., M. Hadi Seohatman, S.H., Mevrizal, S.H.; para Advokat pada Kantor Advokat dan Konsultan “Sudi Prayitno, S.H., LL.M. & Associates” yang berkedudukan di Jalan Medan Nomor 12 Ulak Karang Padang, Sumatera Barat, Telepon/Faksimili (0751) 7057960, serta Syusvida Lastari, S.H., Advokat pada “Kantor Advokat Syusvida Lastri, S.H. & Associates” yang berkedudukan di Jalan Syech Abdullah Arif Nomor 14 Kota Pariaman, Sumatera Barat, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa;
10
Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------------- Termohon; [1.5] 1. Nama : Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi., M.Sc.; TTL : Yogyakarta, 20 Desember 1963; Alamat : Wisma DPR-RI Blok C1/186 Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan; 2. Nama TTL Alamat
Drs. H. Muslim Kasim, Ak., M.M.; Pakandangan, 28 Mei 1942; Pasa Balai, Nagari Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman; Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 Nomor Urut 3; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 16 Juli 2010 memberikan kuasa kepada Zainudin Paru, S.H., Aldefri, S.H., Basrizal, S.H., Aristya Kusuma Dewi, S.H., Ismail Nganggon, S.H., Zulkifli, S.H., Zulhesni, S.H., dan Asri Hayat Sahputra, S.H.; para Advokat dan Penasehat Hukum pada “Zainudin Paru & Partners Law Office” yang beralamat di Menara Salemba Lantai 5, Jalan Salemba Raya Nomor 5, Jakarta Pusat 10440, Telepon (021) 3984 3009, Faksimili (021) 3984 3003; bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------- Pihak Terkait; [1.6] Membaca permohonan para Pemohon; Mendengar keterangan para Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis Termohon; Mendengar keterangan dan membaca tanggapan tertulis Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi-saksi Pemohon; Mendengar keterangan Panwaslu Kota Padang; Memeriksa secara saksama bukti-bukti para Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis para Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. 56.
: : :
HAKIM ANGGOTA : MARIA FARIDA INDRATI PENDAPAT MAHKAMAH [3.15] Menimbang bahwa setelah mencermati secara mendalam esensi pokok permohonan terhadap pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada di Provinsi Sumatera Barat sebagaimana termuat di dalam posita dan petitum para Pemohon, jawaban Termohon, tanggapan Pihak Terkait, keterangan para saksi Pemohon, dan keterangan Ketua Panwaslu Kota Padang, serta bukti-bukti surat yang diajukan oleh para pihak, Mahkamah memberikan penilaian secara runut di bawah ini; Dalam Eksepsi [3.16] Menimbang bahwa baik Termohon maupun Pihak Terkait dalam jawaban dan tanggapannya sama-sama membantah dalil pokok permohonan
11
para Pemohon sekaligus juga mengajukan tiga macam eksepsi, yaitu terkait dengan kompetensi absolut Mahkamah, permohonan para Pemohon yang tidak jelas atau kabur (obscuur libel), dan permohonan para Pemohon salah objek (error in objecto). Terhadap ketiga eksepsi tersebut, Mahkamah memberikan penilaian sebagai berikut: 1. Eksepsi tentang Kompetensi Absolut [3.16.1] Bahwa Termohon telah membantah dalil hukum permohonan para Pemohon yang menyatakan bahwa Mahkamah tidak berwenang mengadili perkara a quo dengan alasan bahwa pelanggaran-pelanggaran berupa keterlibatan warga negara asing, “kampanye hitam” (black campaign), praktik uang (money politic), dan lain sebagainya adalah di luar ranah kewenangan Mahkamah. Terlebih lagi, dalil-dalil para Pemohon tidak satu pun menjelaskan sejauhmana kesalahan Termohon dalam penghitungan suara Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Tahun 2010; Bahwa pelanggaran-pelanggaran di dalam sengketa Pemilukada dapat dikategorikan ke dalam beberapa pelanggaran Pemilu ataupun pelanggaran Pemilukada seperti pelanggaran administratif dan pelanggaran pidana Pemilu seperti misalnya money politic, intimidasi, dan penganiayaan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, jenis-jenis pelanggaran tersebut masingmasing ditangani oleh instansi yang fungsi dan wewenangnya telah ditentukan oleh Undang-Undang; Bahwa Mahkamah dalam menangani sengketa Pemilu ataupun Pemilukada telah memaknai dan memberikan pandangan hukumnya melalui putusan-putusannya dengan memberikan penafsiran yang luas demi tegaknya keadilan, yaitu Mahkamah tidak hanya terpaku secara harfiah dalam memaknai Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 dan Pasal 4 PMK 15/2008 yang pada pokoknya menyatakan Mahkamah mengadili perkara Pemilukada terbatas hanya persoalan hasil perolehan suara. Selengkapnya Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 menyatakan, “Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang memengaruhi terpilihnya pasangan calon”, dan Pasal 4 PMK 15/2008 menyatakan, “Objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi: a. penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.”
Bahwa dalam mengemban misinya Mahkamah sebagai pengawal konstitusi dan pemberi keadilan tidak dapat memainkan perannya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara dalam memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat jika dalam menangani sengketa Pemilukada hanya menghitung perolehan suara secara matematis. Sebab kalau demikian, Mahkamah tidak dapat atau dilarang memasuki proses peradilan dengan memutus fakta hukum yang nyata-nyata terbukti tentang terjadinya suatu tindakan hukum yang menciderai hak-hak asasi manusia, terutama hak politik. Lebih dari itu, apabila Mahkamah diposisikan untuk membiarkan proses Pemilu ataupun Pemilukada berlangsung tanpa
12
ketertiban hukum maka pada akhirnya berarti membiarkan terjadinya pelanggaran atas prinsip Pemilu yang Luber dan Jurdil. Jika demikian maka Mahkamah selaku institusi negara pemegang kekuasaan kehakiman hanya diposisikan sebagai “tukang stempel” dalam menilai kinerja Komisi Pemilihan Umum. Jika hal itu terjadi berarti akan melenceng jauh dari filosofi dan tujuan diadakannya peradilan atas sengketa hasil Pemilu tersebut; Bahwa dari pandangan hukum di atas, Mahkamah dalam mengadili sengketa Pemilukada tidak hanya membedah permohonan para Pemohon a quo dengan melihat hasil perolehan suara an sich, melainkan Mahkamah juga meneliti secara mendalam adanya pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang memengaruhi hasil suara tersebut. Dalam berbagai putusan Mahkamah yang seperti itu terbukti telah memberikan makna hukum dan keadilan dalam penanganan permohonan, baik dalam rangka pengujian Undang-Undang maupun sengketa Pemilu atau Pemilukada. Dalam praktik yang sudah menjadi yurisprudensi dan diterima sebagai solusi hukum itu, Mahkamah dapat menilai pelanggaranpelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif sebagai penentu putusan dengan alasan pelanggaran yang memiliki tiga sifat itu dapat memengaruhi hasil peringkat perolehan suara yang signifikan dalam Pemilu atau Pemilukada (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008); Dasar konstitusional atas sikap Mahkamah yang seperti itu adalah ketentuan Pasal 24C ayat (1) yang menyatakan, “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili ..., dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. Di dalam ketentuan tersebut jelas dinyatakan bahwa Mahkamah
mengadili dan memutus “hasil pemilihan umum” dan bukan sekedar “hasil penghitungan suara pemilihan umum” saja. Mahkamah sebagai lembaga peradilan menjadi lebih tepat jika mengadili “hasil pemilihan umum” dan bukan sebagai peradilan angka, melainkan sebagai peradilan yang mengadili masalah-masalah yang juga terjadi dalam proses-proses pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada; Berdasarkan pandangan hukum di atas maka eksepsi Termohon tentang ruang lingkup kewenangan Mahkamah adalah tidak tepat dan tidak beralasan hukum, sehingga Mahkamah berwenang mengadili pelanggaran Pemilu atau Pemilukada untuk menentukan apakah ada pelanggaranpelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, termasuk penghitungan hasil perolehan suara yang berpengaruh terhadap penetapan hasil Pemilu atau Pemilukada; 2. Eksepsi tentang Obscuur Libel [3.16.2] Bahwa baik Termohon maupun Pihak Terkait juga mengajukan eksepsi yang menyatakan permohonan para Pemohon kabur dan tidak jelas. Terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi a quo tidak tepat menurut hukum, karena substansi eksepsinya sangat berkaitan erat dengan pokok perkara (bodem geschil), sehingga eksepsi a quo harus dikesampingkan; 3. Eksepsi tentang Error in Objecto
13
[3.16.3] Bahwa hasil perolehan suara Pemilukada terkadang dimuat dalam berita acara hasil perolehan suara. Artinya, objectum litis dalam perselisihan hasil pemilihan umum adalah hasil perolehan suara, bukan penetapan calon terpilih yang menjadi dasar pengajuan sengketa Pemilukada yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Namun terkadang hasil perolehan suara tersebut ditetapkan pula dalam penetapan tersendiri, atau bahkan kadangkala ditetapkan juga menjadi satu kesatuan antara hasil perolehan suara dengan penetapan calon terpilih; Bahwa dalam praktiknya, Mahkamah menemukan adanya disparitas keputusan dan/atau penetapan dari Komisi Pemilihan Umum yang menunjukkan perbedaan pemahaman bagi Pemohon dalam mengajukan permohonan sengketa Pemilukada yang sangat merugikan Pemohon. Dalam berbagai putusannya, Mahkamah telah menentukan objectum litis yang digariskan Undang-Undang adalah keputusan atau penetapan Komisi Pemilihan Umum tentang hasil perolehan suara bagi Pasangan Calon peserta Pemilukada; Bahwa fakta hukum menunjukkan objek keberatan para Pemohon adalah terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat Nomor 63/Kpts-KPU-Prov-003/2010 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Tahun 2010 bertanggal 12 Juli 2010 (vide Bukti P.I-26, Bukti P.II-1, Bukti T-1, dan Bukti PT-4). Berdasarkan keberatan permohonan para Pemohon tersebut maka Mahkamah berpendapat bahwa objek permohonan yang diajukan para Pemohon telah sesuai dengan syarat objectum litis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 dan Pasal 4 PMK 15/2008, sehingga eksepsi Termohon tidak beralasan hukum;Z Dalam Pokok Perkara [3.17] Menimbang bahwa dari fakta hukum, baik dalil para Pemohon, jawaban Termohon, dan tanggapan Pihak Terkait, Mahkamah menemukan fakta hukum baik yang diakui maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut; [3.17.1] Bahwa di persidangan terdapat fakta hukum dan dalil-dalil permohonan Pemohon yang tidak dibantah oleh Termohon ataupun Pihak Terkait, karenanya fakta hukum tersebut menjadi hukum bagi para pihak sehingga hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu: 1. Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 telah dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Juni 2010 dengan diikuti oleh 5 (lima) Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat; 2. Kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon dalam perkara a quo, karena memang benar bahwa para Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilukada Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dengan Nomor Urut 1 dan Nomor Urut 2;
14
3. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat Nomor 63/Kpts/KPU-Prov-003/2010 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Tahun 2010 yang ditetapkan pada 12 Juli 2010; [3.17.2] Bahwa di samping fakta hukum atau hal-hal yang diakui para pihak, dalam persidangan juga terdapat fakta hukum atau hal-hal yang menjadi pokok perselisihan hukum para pihak, yaitu mengenai: 1. Termohon tidak melaksanakan tahapan Pemilukada secara baik dan sungguh-sungguh; 2. Terjadi pelanggaran administrasi pada saat verifikasi Pasangan Calon terkait dengan persyaratan ijazah; 3. Dalam pelaksanaan Pemilukada terjadi pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif dengan berbagai modus; 4. Terjadi pelanggaran berupa “kampanye hitam” (black campaign) yang disinyalir dilakukan oleh Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 3; 5. Terdapat indikasi adanya bantuan dana asing kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3 dengan hadirnya seorang warga negara asing berkebangsaan Malaysia pada saat Kampanye Rapat Umum di Lapangan Imam Bonjol Padang; [3.18] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah akan memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut: [3.18.1] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan tidak dilaksanakannya tahapan Pemilukada secara baik dan sungguh-sungguh oleh Termohon. Akibatnya, banyak para calon pemilih yang tidak mendapat undangan untuk memilih sehingga 26,38% pemilih tidak dapat berpartisipasi untuk memberikan suaranya. Termohon juga tidak membuat pengumuman secara tepat mengenai ketentuan tentang boleh atau tidaknya pemilih menggunakan hak suara tanpa harus mempunyai undangan untuk memilih sepanjang tertera pada DPT. Ketidakmampuan Termohon dalam mensosialisasikan tahapan Pemilukada juga terlihat dari suara tidak sah sebesar 84.055 suara di daerah yang kurang informasi, karena sistem pemungutan bukan dengan cara mencontreng, melainkan dengan cara mencoblos. Untuk mendukung dalilnya tersebut, Pemohon I mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P.I-7 s.d. P.I-10 berupa statistik dan grafik dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 terkait dengan perolehan suara, penerimaan dan penggunaan surat suara, data pemilih, serta perolehan suara dan klasifikasi surat suara yang terpakai. Selain itu, Pemohon II menghadirkan seorang Saksi bernama Azmi yang menerangkan mengenai sulitnya prosedur memperoleh Surat Undangan; Bahwa sebaliknya, Termohon dan Pihak Terkait membantah dalil Pemohon I di atas. Termohon secara berjenjang telah menyebarluaskan informasi melalui media pengumuman di tempat-tempat umum, jemaah rumah ibadah, radio, mobil pariwara, dan lain sebagainya mengenai adanya ketentuan bagi pemilih yang tidak mendapatkan kartu pemilih namun tetap
15
dapat menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP dan identitas lainnya. Sosialisasi tentang Pemilu juga dilakukan melalui tatap muka melalui kesenian tradisional, media massa, dan media elektronik, serta menggunakan spanduk, baliho dan leaflet. Tingkat partisipasi pemilih sebesar 63,63% tidak dapat serta-merta dijadikan dalil bahwa Termohon tidak bersungguh-sungguh melaksanakan tahapan Pemilukada, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam hak politiknya. Pihak Terkait memperkuat jawaban Termohon dengan menyatakan bahwa kewajiban mensosialisasikan bukan hanya kewenangan Termohon saja, tetapi juga menjadi kewajiban Tim Sukses dari masingmasing Pasangan Calon, termasuk para Pemohon. Lagipula, berdasarkan Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2009 telah dinyatakan bahwa baik mencontreng maupun mencoblos surat suara adalah tetap sah. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-3 s.d. Bukti T-9 berupa Surat Gubernur Sumatera Barat perihal penggunaan KTP atau Kartu Identitas lainnya sebagai pengganti Kartu Pemilih/Undangan; Keputusan KPU Provinsi Sumatera Barat terkait dengan Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi; Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum; Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS, dan Daftar Kegiatan Sosisalisasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010; Bahwa dari dua versi dan alasan hukum para pihak di atas, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon I dan Pemohon II adalah tidak tepat menurut hukum, karena tidak dapat berpartisipasinya para calon pemilih untuk memberikan suaranya akibat tidak mendapatkan Surat Undangan seyogianya telah teratasi atau setidak-tidaknya telah terminimalisasi dengan adanya Surat Gubernur Sumatera Barat Nomor B.270/766/BPKLPOLDAGRI/2010, bertanggal 28 Juni 2010, tentang Penggunaan KTP atau Kartu Identitas lainnya sebagai pengganti Kartu Pemilih/Undangan. Lagipula, Surat Gubernur tersebut ditandatangani oleh Marlis Rahman yang nota bene (vide Bukti T-4). adalah Pemohon II dalam perkara a quo Sementara itu, Mahkamah menilai bahwa Termohon juga telah melakukan kewajiban institusionalnya dalam melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi secara patut melalui bentuk dan cara yang telah ditentukan berdasarkan Keputusan KPU Provinsi Sumatera Barat. Sebaliknya, Pemohon I tidak dapat membuktikan jumlah suara tidak sah sebesar 84.055 suara adalah akibat kesalahan Termohon yang kurang profesional dalam menyelenggarakan sosialisasi dan informasi kepada para calon pemilih. Selain hal tersebut, berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan, Saksi Azmi yang dihadirkan oleh Pemohon II juga tidak mampu membuktikan telah terjadinya permasalahan serius dalam tahapan Pemilukada, karena pada akhirnya sebagai fakta hukum, Saksi tetap dapat memperoleh kartu undangan untuk memilih setelah dibantu melakukan pengurusannya oleh pihak lain karena alamat yang bersangkutan dianggap telah berganti;
16
Dengan demikian, berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon I mengenai tidak dilaksanakannya tahapan Pemilukada secara baik dan sungguh-sungguh tidak tepat dan tidak beralasan hukum; [3.18.2] Menimbang bahwa para Pemohon mendalilkan terjadinya pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh Termohon pada saat verifikasi Pasangan Calon, karena terdapat Pasangan Calon tertentu yang diloloskan Termohon, namun memiliki ijazah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, para Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P.I-23 s.d. Bukti P.I-23C dan Bukti P.II-11 s.d. Bukti P.II-14 berupa fotokopi ijazah atas nama Muslim Kasim selaku Calon Wakil Gubernur Nomor Urut 3 pada tingkat Sekolah Rakyat Negeri, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, dan Perguruan Tinggi; Bahwa terhadap dalil para Pemohon tersebut, Termohon membantah dengan menyatakan telah melaksanakan verifikasi syarat-syarat administrasi Pasangan Calon sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, Termohon mengajukan Bukti T-10 s.d. Bukti T-12 berupa Berita Acara Verifikasi Faktual Pasangan Calon Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010; Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat Nomor 37/KPU-Prov-003/VI/2010 tentang Penetapan Pasangan Calon yang Memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Tahun 2010 beserta lampirannya; dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 59 Tahun 2008 tentang fotokopi Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar, Surat Keterangan Pengganti yang Berpenghargaan Sama Dengan Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar dan Penerbitan Surat Keterangan Pengganti yang Berpenghargaan Sama Dengan Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar; Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Termohon telah melakukan tahapan verifikasi administrasi Pasangan Calon sesuai dengan ketentuan dan tahapan yang berlaku, yaitu setelah menerima surat pencalonan Pasangan Calon, Termohon telah melakukan penelitian persyaratan administrasi dengan melakukan klarifikasi kepada instansi pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat terhadap Pasangan Calon. Kemudian, Termohon juga telah memverifikasi kelengkapan dan keabsahan berkas administrasi surat pencalonan dan persyaratan calon tidak lebih dari 7 (tujuh) hari. Selanjutnya, verifikasi oleh Termohon diakhiri dengan melakukan klarifikasi kebenaran dokumen yang disertai dengan berita acara hasil klarifikasi yang diketahui oleh instansi yang berwenang. Berdasarkan tahapan yang telah dilalui tersebut, verfikasi yang dilakukan oleh Termohon tidaklah berdiri sendiri, melainkan juga telah melibatkan instansi pemerintah ataupun lembaga pendidikan yang berwenang untuk itu. Sementara di dalam persidangan tidak terungkap adanya fakta hukum berupa keberatan dari para Pemohon ketika Termohon melakukan proses klarifikasi dan
17
pengumuman kepada masyarakat untuk memperoleh masukan terhadap bakal Pasangan Calon yang telah mendaftar sebagai peserta Pemililukada Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010. Oleh karena itu, Termohon tidak dapat dikatakan telah melanggar ketentuan yang termuat dalam Pasal 33 Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 terkait dengan tata cara penelitian bakal Pasangan Calon; Dengan demikian, dalil para Pemohon mengenai telah terjadinya pelanggaran administrasi oleh Termohon terkait dengan verifikasi bakal Pasangan Calon adalah tidak terbukti secara hukum dan tidak beralasan hukum; 57.
HAKIM ANGGOTA : M. ARSYAD SANUSI [3.18.3] Menimbang bahwa para Pemohon mendalilkan terjadi pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif dengan berbagai modus dalam penyelenggaraan Pemilukada di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010, khususnya memberikan sesuatu barang seperti biji coklat, intimidasi kepada calon pemilih, praktik politik uang (money politic), dan menggunakan hak pilih orang lain atau memilih lebih dari satu kali di TPS yang berbeda. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut para Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P.I-4 dan Bukti P.I-17 serta Bukti P.II-5 berupa kliping surat kabar KOMPAS yang memuat berita tentang berbagai modus pelanggaran Pemilukada dan Berita Acara yang ditandatangani Zubir Zen mengenai pertemuan antara Irwan Prayitno selaku Calon Gubernur Nomor Urut 3 dengan masyarakat yang kemudian Calon Gubernur tersebut memberikan sumbangan sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah). Selain itu, Pemohon II juga menghadirkan dua orang Saksi bernama Azmi dan Thamrin yang menerangkan mengenai adanya pembagian uang bagi para calon pemilih dan sumbangan kepada masyarakat; Bahwa sebaliknya, Termohon dan Pihak Terkait membantah dalil para Pemohon, sebab hal tersebut hanya didasarkan pada pemberitaan surat kabar KOMPAS semata yang memuat judul berita, “Pelanggaran Pilkada Beragam Modus, Sejumlah Pasangan Calon Ajukan Gugatan kepada MK”. Berita tersebut menurut Termohon tidak dapat dijadikan alat bukti untuk mengukur pelanggaran dalam penyelenggaraan Pemilukada di Provinsi Sumatera Barat; Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil para Pemohon yang menyatakan telah terjadi pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan massif hanyalah sebatas generalisasi dari para Pemohon yang tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan di dalam persidangan. Pemohon tidak memberikan uraian yang jelas dan terperinci mengenai dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja pelanggaran terkait dengan pemberian sesuatu barang, intimidasi kepada calon pemilih, praktik politik uang, dan penggunaan hak pilih orang lain atau memilih lebih dari satu kali di TPS yang berbeda. Begitu pula dengan bukti surat berupa kliping surat kabar yang harus diverifikasi terlebih dahulu fakta
18
hukumnya di lapangan dengan didukung oleh alat bukti lainnya, sedangkan Pemohon II hanya menghadirkan dua orang Saksi yang memberikan keterangan terkait dengan indikasi terjadinya pelanggaran dimaksud secara terpisah dan tidak bertalian. Lagipula, berdasarkan keterangan Saksi Azmi, tindakan Pihak Terkait hanya sebatas memberikan kudapan (snack) dan uang pengganti transportasi sebesar Rp 10.000,- s.d. Rp 20.000,- bagi mereka yang membawa kendaraan bermotor. Sementara itu, menurut keterangan Saksi Thamrin, tindakan Pihak Terkait in casu Calon Gubernur Nomor Urut 3 yang menyumbang dana sebesar Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) kepada Madrasah Tawalib tidaklah dapat dikategorikan sebagai tindakan praktik uang (money politic), sebab pada saat itu Madrasah Tawalib memang sedang mengadakan tabligh akbar dalam rangka mencari dana akibat gempa. Pencarian dana tersebut juga dilakukan secara aktif oleh Panitia Penyelenggara kepada setiap orang yang hadir, bukan saja khusus kepada Pihak Terkait. Lebih dari itu, keterangan Saksi Thamrin juga tidak membuktikan adanya pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, karena pelanggaran tersebut haruslah dipandang sebagai pelanggaran yang melibatkan sedemikian banyak orang, direncanakan secara matang, dan melibatkan pejabat serta penyelenggara pemilihan umum secara berjenjang sebagaimana telah menjadi yurisprudensi Mahkamah dalam menangani sengketa Pemilukada selama ini; Berdasarkan pertimbangan hukum di atas dan bukti-bukti yang terungkap di dalam persidangan, tidak terjadi pelanggaran secara terstruktur, sistematis, dan masif dalam penyelenggaraan Pemilukada Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010, baik yang dilakukan oleh Termohon ataupun Pihak Terkait Pasangan Calon Nomor Urut 3. Dengan demikian, dalil permohonan para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum; [3.18.4] Menimbang bahwa para Pemohon mendalilkan terjadi pelanggaran berupa “kampanye hitam” (black campaign) yang disinyalir dilakukan oleh Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 3 dengan cara membagikan selebaran agar tidak memilih Pasangan Calon tertentu dan hal tersebut terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, para Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P.I-11, Bukti P.I-13, dan Bukti P.I14, serta Bukti P.II-6 s.d. Bukti P.II-10 dan Bukti P.II-20 s.d. Bukti P.II-22 berupa kliping Harian Umum Rakyat Sumbar, surat pernyataan atas nama Esipal Dr. Rajo Sikampuang dan Armen Kali Bagindo tentang penyebaran “selebaran gelap”, penerimaan laporan oleh Panwas Pemilukada Kota Padang, fotokopi selebaran gelap, dan foto-foto lokasi percetakan, serta foto-foto pihak-pihak yang diduga terlibat di dalamnya. Selain itu, Pemohon II juga menghadirkan Saksi bernama Novrianto dan Vittivaldi yang menerangkan mengenai beredarnya selebaran sebagai bentuk “kampanye hitam” bagi Pemohon; Bahwa sebaliknya, baik Termohon maupun Pihak Terkait membantah secara bersama-sama dalil para Pemohon tersebut. Termohon tidak pernah menerima masukan dan pendapat dari Panitia Pengawas Pemilihan Umum
19
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat tentang adanya pelanggaran terkait dengan terjadinya black campaign selama pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010. Sementara itu, Pihak Terkait membantahnya dengan menyatakan bahwa tuduhan para Pemohon terhadap Pihak Terkait mengenai black campaign adalah tidak benar dan tidak berdasar serta tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, Pihak Terkait mengajukan Bukti PT-6 berupa Laporan Tindak Lanjut Kasus mengenai “selebaran gelap”; Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai bahwa kasus hukum sebagaimana didalilkan oleh para Pemohon telah ditangani oleh pihak yang berwenang, yaitu Panwaslukada Kota Padang dengan berkoordinasi bersama Poltabes Padang. Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan serta hasil kajian Panwaslu Kota Padang yang tertuang dalam surat Nomor 002/Panwas PDG-KADA/VII/2010 Model A-5 KWK dan Model A7 KWK, kasus tersebut tidak dapat ditindaklanjuti karena laporan yang diberikan tidak memenuhi unsur-unsur pelanggaran pidana Pemilu karena merupakan kasus pidana Umum. Dalam melakukan kajiannya, sebagaimana juga diterangkan di dalam persidangan oleh Ketua Panwaslu Kota Padang, Mahyuddin, Panwaslu Kota Padang didukung oleh Keterangan Ahli dan Pakar Hukum Pidana dari Universitas Andalas, Prof. Dr. Ismansyah, bahwa peristiwa tersebut tidak termasuk pidana Pemilukada karena tidak relevan dengan Pasal 78 huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kasus “selebaran gelap” tersebut juga tidak dapat dikatakan serta merta berdampak secara masif, karena selebaran tersebut belum selesai dicetak sehingga belum sempat disebarluaskan. Terlebih lagi, para Pemohon yang didukung dengan keterangan saksisaksinya tidak mampu membuktikan di persidangan mengenai Pasangan Calon mana yang sengaja membuat dan berencana untuk menyebarluaskan selebaran tersebut. Namun demikian, sebagaimana tertuang dalam berbagai putusannya, Mahkamah selalu mendorong segala pelanggaran pidana Pemilu ataupun pidana umum yang bersinggungan dengan Pemilu untuk segera diselesaikan secara tuntas melalui mekanisme hukum yang tersedia, termasuk dalam kasus ini yaitu para tersangka yang telah diperiksa oleh Kepolisian sebagaimana dalil-dalil dan keterangan yang disampaikan oleh para pihak; Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, dalil permohonan para Pemohon yang menyatakan telah terjadinya pelanggaran berupa “kampanye hitam” (black campaign) yang dilakukan oleh Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 3 adalah tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; [3.18.5] Bahwa para Pemohon mendalilkan adanya indikasi bantuan dana asing kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3 dengan hadirnya seorang warga negara Malaysia pada saat diselenggarakannya Kampanye Rapat Umum di Lapangan Imam Bonjol Padang. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, para Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P.I-15, Bukti P.I-20 s.d. Bukti P.I-22, dan Bukti P.I-24 s.d.
20
Bukti P.I-25, serta Bukti P.II-15 s.d. Bukti P.II-18 berupa Surat Klarifikasi dari Irwan Prayitno kepada Panwaslu Kota Padang mengenai keberadaan orang asing pada saat kampanye, penerimaan laporan oleh Panwas Pemilukada Kota Padang, fotokopi tiket pesawat Air Asia atas nama Mohd. Adam Mohd. Said dengan penerbangan Kuala Lumpur ke Padang dan penerbangan Padang ke Kuala Lumpur, serta foto dan DVD rekaman yang menggambarkan keterlibatan orang asing pada Kampanye Rapat Umum. Selain itu, Pemohon II juga menghadirkan seorang Saksi bernama Yusron yang menerangkan adanya warga negara asing dalam Kampanye Rapat Umum dimaksud; Bahwa Termohon dan Pihak Terkait membantah dalil Pemohon di atas secara bersama-sama dengan menyatakan bahwa kehadiran warga negara Malaysia pada saat Kampanye Rapat Umum Pasangan Calon Nomor Urut 3 pada tanggal 22 Juni 2010 di Lapangan Imam Bonjol Padang tidak dikategorikan melanggar Pasal 85 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena yang dilarang oleh ketentuan tersebut adalah larangan terhadap Pasangan Calon untuk menerima dana kampanye dari pihak asing. Kehadiran warga negara asing tersebut bukanlah atas dasar undangan dari Pihak Terkait tetapi kebetulan datang karena mengetahui temannya selaku Calon Gubernur Nomor Urut 3 sedang berkampanye dan kemudian berkeinginan untuk turut menghadiri kampanye tersebut. Sementara itu, sesuai dengan hasil Laporan Audit Dana Kampanye, Pasangan Calon Nomor Urut 3, Irwan Prayitno dan Muslim Kasim, tidak pernah menerima bantuan dana dari pihak asing, apalagi dari warga negara Malaysia ataupun dari negara asing lainnya. Untuk mendukung dalil-dalilnya tersebut, Termohon dan Pihak Terkait mengajukan Bukti T-13, Bukti PT-7 dan Bukti PT-8 berupa Laporan Akuntan Independen atas Penerapan Prosedur yang disepakati terhadap Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta Tim Kampanye Provinsi Sumatera Barat, Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi., M.Sc. dan Drs. H. Muslim Kasim, Akt., M.M.; serta Laporan Nomor 02/Panwas PDGKADA/VII/2010 Model A-6 KWK tentang Laporan Tindak Lanjut Kasus; Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, pertanyaan hukum yang harus dijawab oleh Mahkamah adalah: Pertama, apakah kehadiran warga negara asing dalam Kampanye Rapat Umum in casu Mohd. Adam Mohd. Said yang berkewarganegaraan Malaysia telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku?; Kedua, apakah warga negara asing yang hadir dalam Kampanye Rapat Umum ikut melakukan kampanye aktif baik dengan diundang ataupun tanpa undangan dari Pihak Terkait?; dan Ketiga, apakah benar Pasangan Calon Nomor Urut 3 in casu Pihak Terkait dalam perkara a quo telah menerima sumbangan atau bantuan lain untuk kampanye dari warga negara asing? Terhadap hal ini, Mahkamah akan merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 85 ayat (1) huruf a UU 32/2004 juncto UU 12/2008 yang menyatakan:
21
(1) Pasangan calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain untuk
kampanye yang berasal dari: a. Negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing, dan warga negara asing; b. ...
Berdasarkan pemeriksaan Mahkamah secara saksama terhadap alat bukti berupa DVD rekaman Kampanye Rapat Umum yang diajukan oleh para Pemohon (vide Bukti P.I-24 dan Bukti P.I-18), dari durasi waktu rekaman penuh selama 3 menit 53 detik, warga negara asing yang hadir di atas panggung hanya terekam selama 4 (empat) detik saja. Dalam waktu singkat tersebut tidak sedikit pun tergambarkan adanya kegiatan dari yang bersangkutan untuk berkampanye secara aktif bagi Pasangan Calon. Sementara itu, Pihak Terkait in casu Calon Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor Urut 3, terekam hanya memperkenalkan warga negara asing dimaksud sebagai salah satu temannya dari Malaysia dengan mengatakan, “Ambo ada yang lupa, Cik. Kawan ambo khusus datang dari Malaysia”. Hal demikian berkesesuaian dengan klarifikasi tertulis yang disampaikan oleh Irwan Prayitno selaku Calon Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor Urut 3 kepada Panwaslukada Kota Padang bertanggal 10 Juli 2010 dengan menyatakan bahwa warga negara asing yang bersangkutan adalah sekadar seorang teman dari Malaysia yang tidak diagendakan untuk hadir ataupun berorasi oleh protokol acara kampanye. Selanjutnya dijelaskan bahwa warga negara asing yang bersangkutan hanya kebetulan sedang memiliki urusan di Sumatera Barat dan ketika mengetahui Pihak Terkait sedang berkampanye maka yang bersangkutan berkeinginan untuk hadir di panggung kampanye. Mengenai perkenalan warga negara asing yang disampaikan oleh Pihak Terkait sebagaimana terdokumentasi dalam rekaman video adalah lanjutan perkenalan secara spontanitas dari Pihak Terkait ketika selesai memperkenalkan keluarganya secara satu persatu mulai dari istri, anak, cucu, dan menantu; Keterangan di atas juga diperkuat dengan hasil penelitian dan pemeriksaan dari Panwaslu Kota Padang Nomor 02/Panwas PDG-KADA/VII/2010 Model A6 KWK bertanggal 13 Juli 2010 yang berisi kesimpulan sebagai berikut (vide Bukti PT-7): 1. Bahwa tidak ada satu pun pasal dalam UU 32/2004 juncto UU 12/2008 yang menyatakan tentang seorang warga negara asing yang hadir dalam suatu acara kampanye calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; 2. Bahwa dalam Pasal 85 ayat (1) huruf a UU 32/2004 juncto UU 12/2008 hanya menyebutkan, “negara asing, lembaga swasta asing, lembaga
swadaya masyarakat asing, dan warga negara asing”;
3. Bahwa yang dilarang oleh pasal tersebut adalah menerima sumbangan atau bantuan lain untuk kampanye, bukan masalah kehadiran di kampanye; 4. Bahwa hadirnya WNA dalam forum kampanye tidak melanggar hukum karena tidak diatur dalam UU 32/2004 juncto UU 12/2008 tentang
22
Pemerintahan Daerah, selain hanya mengatur sumbangan dana kampanye dari warga negara asing; 5. Bahwa terkait temuan Panwaslu Kada Kota Padang tentang adanya orang asing di saat kampanye, berdasarkan bukti, keterangan klarifikasi dari berbagai pihak, dan konsultasi dengan Panwaslu Provinsi Sumatera Barat ternyata keberadaannya tidak sebagai juru kampanye dan tidak melakukan kampanye untuk Pasangan Calon Nomor Urut 3; Mengenai adanya indikasi bantuan dana asing kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3, para Pemohon tidak dapat membuktikan dalildalilnya di persidangan. Sebaliknya, baik Termohon maupun Pihak Terkait membantah dan mampu mematahkan dalil-dalil para Pemohon a quo dengan mengajukan bukti berupa Laporan Akuntan Independen dari “Kantor Akuntan Publik Drs. Bambang Mudjiono & Widiarto” dengan Register Nomor 499/KM.1/2009 atas Penerapan Prosedur yang Disepakati terhadap Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dari Pasangan Calon Nomor Urut 3 in casu Pihak Terkait dalam perkara a quo. Dalam laporan tersebut tidak ditemukan adanya bantuan dana asing atau setidak-tidaknya indikasi adanya bantuan dana asing yang diberikan kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3 (vide Bukti T-13 dan Bukti PT8); Dengan demikian, berdasarkan fakta hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah menilai dalil permohonan para Pemohon terkait dengan adanya indikasi bantuan dana asing kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3 adalah tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; [3.19] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum di atas dan dalam kaitannya satu dengan yang lain, Mahkamah menilai dalil-dalil permohonan para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan. 58.
KETUA: MOH. MAHFUD MD
4. KONKLUSI Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut: [4.1] Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo; [4.2] Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak selaku Pemohon dalam perkara a quo; [4.3] Permohonan para Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan; [4.4] Eksepsi Termohon tidak tepat dan tidak beralasan; [4.5] Dalil-dalil para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316)
23
serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima; Dalam Pokok Perkara: Menyatakan menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya. KETUK PALU 3X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Kamis tanggal lima Agustus tahun dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam Sidang Pleno Terbuka untuk umum pada hari yang sama, oleh delapan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Pan Mohamad Faiz sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Demikian putusan untuk perkara 102 dan 103, selanjutnya perkara Nomor 85 Lampung Timur. 59.
KETUA: MOH. MAHFUD MD
PUTUSAN Nomor 85/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
[1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Yusran Amirullah Tempat/Tanggal Lahir : Bumi Tinggi, 24 September 1964 Agama : Islam Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten
24
NIK Alamat
: :
2. Nama
:
Tempat/Tanggal Lahir
:
Agama Pekerjaan
: :
NIK Alamat
: :
Lampung Timur 1807142409640001 Desa Bumi Tinggi, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur Bambang Iman Santoso, S.Sos Desa Kibang, Metro Kibang, 8 Februari 1972 Islam Anggota DPRD Provinsi Lampung 1807100802720002 Desa Kibang, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur
Dalam hal ini memberi kuasa kepada Wirono Dana Bhakti SH dan Abdul Hadi Lubis SH yang semuanya adalah Advokat/Konsultan Hukum pada Divisi Advokasi dan Bagian hukum Ya-Bisa Center yang berkedudukan di Jalan Lintas Timur, Mataram Marga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak sebagai kuasa hukum pemberi kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 5 Juli 2010; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------ Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur, berkedudukan di Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung; Dalam hal ini memberi kuasa kepada Abdul Wahid SH MS dan Timotheus TS Silaban SH selaku Advokat/Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum pada Abdul Wahid SH dan Rekan yang berkedudukan di Jalan Seminung Nomor 10 Kota Metro, berdasarkan Surat Suara Khusus bertanggal 19 Juli 2010; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------ Termohon; [1.4] 1. Nama Tempat/Tanggal Lahir Pekerjaan Alamat
: : : :
H. Satono, SH, SP Pekalongan, 8 Juli 1953 Bupati Jalan P. Antasari Gg. Langgar LK I RT/RW 012/-, Desa Kedamaian, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung
25
2. Nama Tempat/Tanggal Lahir Pekerjaan Alamat
: : : :
Erwin Arifin, SH, MH Metro, 15 Mei 1955 Dosen Jalan Blora Gg. Bahagia Nomor 1 RT/RW 002/- Desa Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung
Dalam hal ini memberi kuasa kepada Rudy Alfonso SH, Samsul Huda SH, Misbahuddin Gasma SH, Dorel Almir SH MKn, Daniel Tonapa Masiku SH, Mona Bidayati SH, Anton Tofik SH, dan Robinson SH yang semuanya adalah Advokat pada Konsultan Hukum pada ALFONSO & PARTNERS LAW OFFICE yang berkedudukan di ARIOBIMO SENTRAL 6th Floor Jalan HR Rasuna Said Kav X-2 Nomor 5 Jakarta - 12950, baik sendirisendiri maupun secara bersama-sama bertindak sebagai kuasa hukum pemberi kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 21 Juli 2010; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------- Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca Jawaban Tertulis dari Termohon Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur; Mendengar dan membaca keterangan Pihak Terkait; Memeriksa dengan saksama bukti-bukti dan saksi-saksi dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; 60.
HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI 3. PERTIMBANGAN HUKUM [3.1] Menimbang bahwa permasalahan utama permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Menjadi Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 bertanggal 1 April 2010 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 bertanggal 5 Juli 2010; [3.2] Menimbang bahwa oleh karena Termohon dan Pihak Terkait mengajukan eksepsi terkait dengan objek perselisihan hasil Pemilukada, maka Mahkamah akan mempertimbangkan terlebih dahulu eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait dimaksud; Dalam Eksepsi
26
[3.3] Menimbang bahwa alasan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait, yang selengkapnya tercantum di dalam Duduk Perkara, adalah sebagai berikut: Eksepsi Termohon 1. Permohonan Pemohon kabur dan tidak jelas karena tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Pasal 74 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (selanjutnya disebut PMK 15/2008); 2. Objek perselisihan oleh Pemohon adalah Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 dan Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010, bukannya Hasil Penghitungan Suara yang ditetapkan oleh Termohon sebagaimana yang secara tegas diatur dalam Pasal 4 PMK 15/2008. Eksepsi Pihak Terkait 1. Permohonan Pemohon telah salah objek dan tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh Pasal 106 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 4 PMK 15/2008; 2. Bahwa keberatan yang diajukan Pemohon dalam perkara a quo adalah terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur yang bukan merupakan sengketa hasil penghitungan suara sebagai objek perselisihan Pemilukada di Mahkamah Konstitusi, melainkan mengenai Penetapan Pasangan Calon Terpilih. Dalam petitum permohonannya Pemohon nyata-nyata meminta Mahkamah agar "Menyatakan tidak sah
dan batal Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 Nomor: 17 Tahun 2010 tanggal 5 Juli 2010". Adapun dalam perkara a quo, penetapan mengenai hasil
penghitungan suara adalah bukan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur Nomor: 17 Tahun 2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 bertanggal 5 Juli 2010; 3. Selain mendasarkan pada peraturan tersebut di atas, Pihak Terkait juga merujuk pada yurisprudensi Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 43/PHPU.D-Vlll/2010 tanggal 7 Juli 2010 yang pada bagian Konklusi menyatakan "Objek permohonan bukan ketetapan atas hasil
penghitungan suara, sehingga Mahkamah tidak berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo". Kemudian dalam amar putusannya, Mahkamah menyatakan "Permohonan Pemohon tidak dapat diterima". 27
[3.4] Menimbang bahwa terhadap permasalahan pokok dalam paragraf [3.3] tentang objek permohonan Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan sebagai berikut: 1. Objek permohonan Pemohon adalah tentang Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Menjadi Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 bertanggal 1 April 2010 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 bertanggal 5 Juli 2010 (vide Bukti P-1 dan Bukti P-2); 2. Berdasarkan dalil permohonan Pemohon (vide Bukti P-1 dan Bukti P-2) di atas, yang selengkapnya tercantum di dalam Duduk Perkara, yang dibantah oleh Termohon dan Pihak Terkait (vide Bukti T-24 berupa Undangan Rapat Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara di Kabupaten Lampung Timur; Bukti T-25 berupa fotokopi daftar hadir Rapat Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara di Kabupaten Lampung Timur yang di dalamnya juga memuat Surat Mandat menjadi Saksi dari Pemohon serta Saksi dari Pemohon menandatangani daftar hadir saksi; Bukti T-26 dan Bukti P-25 berupa Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur, Model DB-KWK, bertanggal 5 Juli 2010), Mahkamah berpendapat, telah terbukti secara hukum bahwa objek permohonan Pemohon adalah bukan merupakan objek perselisihan hasil Pemilukada berupa hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon sebagaimana diatur dalam Pasal 106 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844), yang mempengaruhi: a) penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau b) terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 PMK 15/2008. Dengan demikian, permohonan Pemohon salah mengenai objeknya (error in objecto). 61.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 4. KONKLUSI Berdasarkan penilaian terhadap fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan:
28
[4.1] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait sepanjang mengenai objek permohonan beralasan hukum; [4.2] Permohonan Pemohon salah mengenai objeknya; [4.3] Pokok Permohonan tidak dipertimbangkan; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan, Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait sepanjang mengenai objek permohonan; Dalam Pokok Permohonan: Permohonan Pemohon tidak dapat diterima; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Harjono, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh yang diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum pada hari ini Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Harjono, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota dengan didampingi oleh Wiwik Budi Wasito sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya.
29
SKORS DICABUT PUKUL 21.35 WIB 62.
KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahkamah Konstitusi untuk melanjutkan Pengucapan Putusan yaitu Perkara Nomor 87, 88 kemudian 83 dan 84 dinyatakan dibuka kembali. KETUK PALU 3X Baik, karena tadi sudah berkenalan langsung pada pengucapan putusan.
Bissmilahirrahmanirrahim.
Putusan Nomor 87/PHPU.D-VIII/2010.
PUTUSAN Nomor 87/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasaman Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : H. Yusuf Lubis, SH., M.Si Pekerjaan : Bupati Pasaman Alamat : Jalan Sudirman Nomor 46, Tanjung Alai Lubuk Sikaping, Pasaman; 2. Nama : Ir. Syafrialis, M.M Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Jalan M. Hatta Nomor 5, Pauah Lubuk Sikaping, Pasaman; Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasaman Tahun 2010, Nomor Urut 1; Dalam hal ini memberikan kuasa kepada 1). AH. Wakil Kamal, S.H., M.H; 2). Ahmad Taufik, S.H; 3). Iqbal Tawakal Pasaribu, S.H; Advokat pada Kantor Hukum AWK & Partners, beralamat di Jalan Menara Karya Building 28th floor Jalan H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 1-2, Jakarta 12950, berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 9 Juli 2010, bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------- Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasaman berkedudukan di Jalan Ahmad Yani Nomor 13A, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat;
30
Berdasarkan Surat Kuasa tanggal 19 Juli 2010, memberi kuasa kepada 1). Sudi Prayitno, S.H., LL.M; 2). Jhoni Hendry Putra, S.H.; 3). Rianda Seprasia, S.H.; 4). Poniman, S.H; Advokat pada Kantor Hukum Sudi Prayitno, S.H., LL.M. dan Associates, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------- Termohon; [1.4] 1. Nama : H. Benny Utama, S.H., M.H Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Pasaman Alamat : Jalan Sudirman Nomor 40, Pauah, Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman; 2. Nama : Daniel Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Perumahan Astek Blok R6 Nomor 8, Kalumbuk, Kuranji, Kota Padang; Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pasaman Tahun 2010, Nomor Urut 2; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tanggal 10 Juli 2010 memberikan kuasa kepada 1). Rudy Alfonso, S.H; 2). Samsul Huda, S.H; 3). Misbahuddin Gasma, S.H; 4). Dorel Almir, S.H., M.Kn; 5). Daniel Tonapa Masiku, S.H; 6). Camilla Nuridzkia, S.H; 7). Mona Bidayati, S.H; 8). Anton Tofik, S.H; 9). Robinson, S.H; Advokat pada Kantor Hukum Alfonso dan Partners Law Office, beralamat di Jalan H.R Rasuna Said Kav X-2 Nomor 5, Jakarta, 12950; Selanjutnya disebut sebagai -------------------------------------- Pihak Terkait [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar dan membaca Jawaban Tertulis dari Termohon; Mendengar dan membaca Keterangan Tertulis dari Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi-saksi dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; 63.
HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI Pendapat Mahkamah Dalam Eksepsi [3.19] Menimbang bahwa eksepsi Termohon dan Pihak Terkait pada pokoknya terkait dengan kewenangan Mahkamah dan terkait dengan pokok permohonan. Terhadap dalil dalam eksepsi Termohon dan Pihak Terkait yang terkait dengan kewenangan, pertimbangan hukum dalam paragraf [3.3] dan [3.4] secara mutatis mutandis berlaku, sedangkan dalil dalam eksepsi Termohon dan Pihak Terkait yang kedua, oleh karena terkait dengan pokok perkara, Mahkamah berpendapat, hal demikian terlalu prematur maka akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan. Dengan
31
demikian maka eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak beralasan menurut hukum; [3.20] Menimbang bahwa permasalahan pokok yang harus dipertimbangkan Mahkamah: 1. Termohon tidak menjalankan tugas sesuai peraturan perundangundangan; 2. Terjadi pelanggaran administrasi dan pidana secara masif, terstruktur, dan sistematis yaitu dengan: 2.1. Calon Wakil Bupati tidak memenuhi syarat ijazah; 2.2 Pasangan Calon Nomor Urut 2 melakukan politik uang; 2.3. Penyelenggara Pemilu tidak netral; 2.4. Pejabat Pemerintahan dan/atau PNS terlibat menjadi Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 2; [3.21] Menimbang bahwa setelah Mahkamah mendengar para pihak dan masing-masing saksi dan memeriksa alat bukti tertulis masing-masing pihak, dan kesimpulan dari masing-masing pihak, Mahkamah akan mempertimbangkan sebagai berikut: [3.22] Menimbang tentang dalil Pemohon angka 1, bahwa Termohon tidak menjalankan tugas sesuai peraturan perundang-undangan. Mahkamah setelah memeriksa dengan saksama alat bukti tertulis Pemohon (Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-256), dan 58 (lima puluh delapan) orang saksi Pemohon yaitu: 1). Ahmad Hasian; 2). Yunizar Z; 3). Rifki Hamdani; 4). Samriadi; 5). Makruf; 6). Syaifullah; 7). Jabintang; 8). Syaiful Adri; 9). Novia Indra; 10). Amri; 11). M. Ilham Nasution; 12). Mas Yunedi Dharma; 13). Amrizal; 14). Suparman; 15). Khairunnas; 16). Daman Sinaga; 17). Ali Marwan Siregar; 18). Syafei; 19). Idham AR; 20). Arifin Siregar; 21). Dasril; 22). Abu Bakar; 23). Kasim Rajo Bangkeh; 24). Kelana; 25). Ikbal Antoni; 26). M. Nusman; 27). Fitra Refia; 28). Okta Feri; 29). Yusnal; 30). Yuliardi; 31. Junil; 32). Anwar; 33). Jufri; 34). Ali Yasman; 35). Efri Yanto; 36). Asrianto; 37). Chiko Rikardo; 38). Payungan Sinaga; 39). Ridwan; 40). Zulhepni; 41). M. Makmun; 42). Meri; 43). Guntur; 44). Amron Siregar; 45). Ayyub; 46). M. Kades; 47). Chandra Koto; 48). Paramian Tanjung; 49). Ali Yunir; 50). Erik Iswandi; 51). Raki’an; 52). Rahmad Wahyudi Lubis; 53). Muhammad Fatahuddin; 54). Hasan Basri; 55). M. Din Herti L; 56). Syafrudin Datuk Marajo; 57). Yahya; 58). Nasam Basri tidak ada satu alat buktipun yang dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan bahwa Termohon tidak menjalankan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena Pemohon tidak dapat merinci secara tegas perbuatan-perbuatan apa dan peraturan perundangundangan mana yang dilanggar oleh Pemohon. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon angka 1 tersebut tidak terbukti menurut hukum; [3.22.1] Tentang dalil Pemohon angka 2.1, bahwa Calon Wakil Bupati tidak memenuhi syarat ijazah sebagai calon, dikuatkan dengan alat bukti Pemohon berupa Bukti P-6, Bukti P-7, Bukti P-10, Bukti P-11, Bukti P-12, Bukti P-13, Bukti P-14, Bukti P-15, saksi Yahya (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman), Nasam Basri. Dibantah oleh Termohon dan Pihak
32
Terkait dengan alat Bukti T-7, Bukti PT-7, Bukti PT-8, Bukti PT-9, Bukti PT10, Bukti PT-12, Bukti PT-13, Bukti PT-17, saksi Asfiah, Baharudin. Mahkamah setelah menilai alat bukti Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, diperoleh fakta hukum bahwa penilaian atas ijazah Calon Wakil Bupati Pasangan Calon Nomor Urut 2 yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman yang menyatakan terdapat adanya kejanggalan pada ijazah a quo tidak berdasar hukum, pada sisi lain berdasarkan surat pernyataan yang dibuat dan ditandatangani Nasam Basri, keterangan saksi Asfiah, dan Baharudin, demikian pula berdasarkan Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Penyelidikan dugaan ijazah palsu atas nama Daniel Lubis oleh Polda Sumatera Barat, telah menyimpulkan belum dapat mengidentifikasi bahwa yang bersangkutan telah memalsukan ijazah dan memakai ijazah palsu (Bukti PT-17). Demikian juga Polres Pasaman menyimpulkan hal yang kurang lebih sama dengan berpendapat, dari faktafakta tersebut di atas penyidik belum dapat mengidentifikasi bahwa Saudara Daniel Lubis memalsukan ijazah dan/atau menggunakan ijazah palsu (vide Bukti P-251). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.22.2] Tentang dalil Pemohon angka 2.2, bahwa Pasangan Calon Nomor Urut 2 melakukan politik uang, Mahkamah setelah memeriksa seluruh alat bukti yang relevan secara hukum terhadap dalil a quo, bahwa ternyata terhadap dugaan politik uang oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 dibenarkan oleh saksi-saksi Pemohon namun telah pula dibantah oleh saksi-saksi Termohon dan Pihak Terkait. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat bahwa ternyata terhadap dugaan politik uang yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 pernah ada laporan sebelumnya kepada Panwas, dan telah ditindaklanjuti oleh Panwas melalui kajian dan berkesimpulan bahwa dugaan tindak pidana tidak terbukti sehingga tidak perlu ditindaklanjuti ke Kepolisian karena unsur-unsur pelanggaran pidana tidak terpenuhi (vide keterangan saksi Gustian Ketua Panwaslu Kabupaten Pasaman). Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.22.3] Tentang dalil Pemohon angka 2.3, Penyelenggara Pemilu tidak netral dikuatkan dengan alat bukti Pemohon berupa Bukti P-127, Bukti P129, Bukti P-132 sampai dengan Bukti P-136, Bukti P-138, Bukti P-140, Bukti P-143, Bukti P-152, saksi Rifki Hamdani, Amri, M. Ilham Nasution, dibantah oleh Termohon dan Pihak Terkait dengan alat bukti, Bukti T-11 sampai dengan Bukti T-55, Bukti PT-31 sampai dengan Bukti PT-36, keterangan KPPS dan PPK yang masing-masing bernama 1). Sitompul; 2). Darmadi; 3). Saharuddin; 4). Hasyim; 5). Hendri Saputra; 6).Syofyan; 7). Nuzil Karim. Mahkamah setelah memeriksa alat bukti Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, diperoleh fakta hukum bahwa ternyata penyelenggaraan Pemilu telah dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan, telah dilaksanakan tahapan-tahapan kegiatan penyelenggaraan Pemilukada (vide Bukti T-1 dan Bukti T-6), tidak ada pula laporan adanya pelanggaran a quo kepada Panwaslu Kabupaten Pasaman (vide keterangan saksi Gustian
33
Ketua Panwaslu Kabupaten Pasaman). Oleh karena itu Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan ketidaknetralan Penyelenggara Pemilu sehingga dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.22.4] Tentang dalil Pemohon angka 2.4, Pejabat Pemerintahan dan atau PNS menjadi Tim Pemenangan Calon Nomor Urut 2, dikuatkan dengan alat bukti Pemohon berupa Bukti P-158, Bukti P-159, saksi Yunizar Z, Rifki Hamdani, Novia Indra , Arifin Siregar, dibantah oleh Termohon dan Pihak Terkait dengan alat bukti, Bukti PT-31 sampai dengan Bukti PT-36, saksi Rosmawati Sitanggang, Edi Idris, Deswar Hardani, Gustian (Ketua Panwaslu Kabupaten Pasaman). Menurut Mahkamah setelah memeriksa seluruh alat bukti Pemohon, Termohon, Pihak Terkait, Pemohon tidak dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan menurut hukum, lagi pula menurut Mahkamah sebagai incumbent (bupati non aktif sementara) Pasangan Calon Nomor Urut 1 yang membawahi para Pejabat dan PNS di wilayahnya sehingga tidak cukup beralasan dalam kedudukan sebagai bawahan melakukan tindakan sebagaimana didalilkan Pemohon. Terlepas dari pada itu sesuai fakta di persidangan telah terbukti adanya Kepala Kantor Lingkungan atas nama Hasrizal yang ikut menghadiri kampanye Pihak Terkait, namun ternyata keterlibatan Hasrizal pada saat itu sedang cuti resmi dan sah sehingga dibenarkan oleh ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.23] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian dalam pertimbangan di atas dalam satu rangkaian dengan yang lain, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak beralasan menurut hukum; 64.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 4. KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak tepat dan tidak beralasan menurut hukum; [4.5] Pokok permohonan tidak beralasan hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
34
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. AMAR PUTUSAN Mengadili; Menyatakan: Dalam Eksepsi Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima; Dalam Pokok Permohonan Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, M. Arsyad Sanusi, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam Sidang Pleno Terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, M. Arsyad Sanusi, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Ida Ria Tambunan sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, Pihak Terkait/Kuasanya. Kemudian putusan nomor 88. PUTUSAN Nomor 88/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Hi. Kherlani, SE., MM. Alamat : Jalan Way Harem Nomor 19, Kelurahan Pahoman, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung; 2. Nama : MW Heru Sambodo, ST.;
35
Alamat
:
Jalan Way Balau Nomor 19, Lungkungan II, Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung; Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2010, Nomor Urut 3; Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Victor W. Nadapdap, SH., MM., H. Syahrial Alamsyah, SH., MH., Dorel Almir, SH., MKn., Firman Simatupang, SH., M. Raja Simanjuntak, SH., Mainar Rusmala Dewi, SH., Heru Widodo, SH., M.Hum., Bambang Handoko, SH., para Advokat pada Badan Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (BAKUMHAM GOLKAR), beralamat di Sekretariat BAKUMHAM DPP Partai Golkar Jalan Anggrek Nelly Murni Nomor XI A, Slipi, Jakarta Barat, berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 6 Juli 2010, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------- Pemohon; Terhadap [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung, berkedudukan di Jalan Pangeran Emir M. Nur Nomor 11, Teluk Betung, Bandar Lampung; Berdasarkan Surat Kuasa Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung tanggal 19 Juli 2010, memberikan kuasa kepada M. Ridho, SH., MH., Frans Handrajadi, SH., Waris Basuki, SH., dan Yormel, SH., para Advokat yang tergabung dalam Lembaga Advokasi Masyarakat (LAM) yang beralamat di Jalan Mawar Indah Nomor 29 A Labuhan Dalam, Tanjung Seneng, Kota Bandar Lampung, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------- Termohon; [1.4] 1. Nama : Drs. Herman HN, MM. Alamat : Jalan Hasanudin Nomor 45 Teluk Betung Utara, Bandar Lampung; 2. Nama : H. Thobroni Harun, ST., MM.; Alamat : Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Gg. Disbun Nomor 1 Bandar Lampung; Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Terpilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2010; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 5 Juli 2010 memberikan kuasa kepada Susi Tur Andayani, selaku Advokat pada Susi Tur Andayani dan Rekan, beralamat di Jalan Cendana/Durian Nomor 8 Tanjung Seneng, Kota Bandar Lampung, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------- Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis dari Termohon; Mendengar keterangan dan membaca keterangan tertulis dari Pihak Terkait; Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait;
36
Mendengar keterangan saksi-saksi dari Pemohon; Mendengar keterangan Panwaslu Kota Bandar Lampung; Membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; 65.
HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR PENDAPAT MAHKAMAH Dalam Eksepsi [3.21] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Pihak Terkait mengajukan eksepsi yang pada pokoknya bahwa objek permohonan bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada dan permohonan pemohon kabur karena didasarkan atas dasar dan fakta asumtif; [3.22] Menimbang bahwa terhadap eksepsi Pihak Terkait tersebut, Mahkamah berpendapat eksepsi Pihak Terkait sangat berkait erat dengan pokok permohonan sehingga akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan; Dalam Pokok Permohonan [3.23] Menimbang bahwa Mahkamah sebagaimana telah diuraikan dalam paragraf [3.3] sampai dengan [3.13] menyatakan berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo. Oleh karena itu selanjutnya Mahkamah akan mempertimbangkan pokok permohonan; [3.24] Menimbang bahwa dari fakta hukum, baik dalil Pemohon, jawaban Termohon, jawaban Pihak Terkait, kesaksian Panwaslu Kota Bandar Lampung, bukti-bukti surat dan keterangan para saksi Pemohon, bukti-bukti surat Termohon, bukti-bukti surat Pihak Terkait, serta kesimpulan Pemohon, kesimpulan Termohon, dan kesimpulan Pihak Terkait, Mahkamah menemukan fakta hukum yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut: 1. Adanya tindak pidana pemberian barang atau uang (money politic) ataupun insentif lainnya kepada pemilih dengan janji dan pamrih harus memilih Pasangan Calon No Urut 2 melalui koordinasi isteri Pasangan Calon Walikota Nomor Urut 2 (Ny. Hj. Eva Herman HN.) dengan cara memberangkatkan secara masal, kolektif, bertahap dan terencana ibu-ibu pengajian yang berada di Kota Bandar Lampung ke Banten dan Mesjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat, Mesjid Istiqlal serta janji wisata ke Yogyakarta dengan mendukung Drs. H. Herman HN, jika berhasil menjadi Walikota Bandar Lampung Periode 2010-2015 dan janji ibadah umrah; 2. Adanya tindakan money politic yang dilakukan Pasangan Calon Nomor Urut 2 dengan cara membagikan uang dan barang yang dilakukan Tim Pasangan Calon Nomor Urut 2 yang bemama Berlian dengan memberikan uang sebanyak Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) kepada Sdr. Madsuri pada tanggal 28 Juni 2010 atau saat masa tenang; 3. Adanya pemberian uang dan atau barang pada saat hari tenang dan penggunaan aparatur negara atas nama Syahriwansyah (pegawai
37
Dispenda Provinsi Lampung) dan Daryono (Biro Keuangan Provinsi Lampung) yang membagikan uang di Kecamatan Kemiling yang diberikan kepada rukun kematian sebanyak Rp.4.500.000; 4. Pasangan calon independen tidak memenuhi syarat minimal dukungan 4% dari jumlah penduduk Kota Bandar Lampung sebanyak 993.810 sehingga seharusnya ketiga pasangan calon perseorangan sebagaimana ditetapkan Termohon di atas tidak ada yang memenuhi syarat minimal dukungan dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi peserta Pemilukada Kota Bandar Lampung Tahun 2010; 5. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran serius dan signifikan yang mempengaruhi perolehan suara sehingga mencederai konstitusi, demokrasi, dan hak-hak warga negara [vide Pasal 18 ayat (4) dan Pasal 22 E ayat (1) UUD 1945], serta peraturan perundang-undangan lainnya, yang tidak dibenarkan terjadi di negara hukum RI; [3.25] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah akan memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut: [3.25.1] Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya Tindak Pidana pemberian barang atau uang (money politic) atau pun insentif lainnya kepada pemilih dengan janji dan pamrih harus memilih Pasangan Calon Nomor Urut 2 melalui koordinasi isteri Pasangan Calon Walikota Nomor Urut 2 (Ny. Hj. Eva Herman HN.) dengan cara memberangkatkan secara masal, kolektif, bertahap dan terencana ibu-ibu pengajian yang berada di Kota Bandar Lampung ke Banten dan Mesjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat, Mesjid Istiqlal serta janji wisata ke Yogyakarta dengan mendukung Drs. H. Herman HN, jika berhasil menjadi Walikota Bandar Lampung Periode 2010-2015 dan janji ibadah Umrah, Mahkamah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: [3.25.1.1] Bukti-Bukti yang diajukan oleh Pemohon berupa Bukti P-20 sampai dengan bukti P-90, Bukti P-95 sampai dengan Bukti P-174, Bukti P196 sampai dengan Bukti P-202 dan keterangan saksi Pemohon yaitu Sofian, Sri Mulyati, Amir Hamzah, Nurita, Titin Sumarni, Tasyah, Yeni Lindarwati, Puji Takari, Sukesi, Ennike Suidah Rambe, Renno Decyano, Nurhasanah, Leni, Suharti, Tuti Herawati, Rofiatun, Siti Fatimah, Rosmini, Halimah, Ernasari, Ennilia, Sartati, Lela Asmara dan Zuraida, (keterangan para saksi selengkapnya termuat dalam bagian Duduk Perkara) yang pada pokoknya menerangkan bahwa isteri Pihak Terkait (Ny. Hj. Eva Herman HN) membiayai rombongan Majelis Ta’lim melakukan wisata rohani ke Banten dan Masjid Kubah Emas dengan menggunakan bus; sebelum berangkat rombongan dibai’at dan diminta berjanji untuk mendukung Herman HN dalam Pemilukada Kota Bandar Lampung; pada saat pemberangkatan ke Masjid Kubah Emas, Ibu Eva Herman memohon doa restunya agar suaminya terpilih jadi Walikota Bandar Lampung dan bila terpilih dijanjikan akan diberangkatkan ke Yogyakarta; Ibu-Ibu pengajian yang ikut wisata diminta untuk mendoakan Bapak Herman HN agar terpilih menjadi Walikota Bandar Lampung; sebagian Ibu-Ibu diberikan uang untuk tambahan uang saku;
38
[3.25.1.2] Dalil-dalil bantahan Termohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa penyelesaian laporan terhadap pelanggaran money politic bukan merupakan kewenangan Termohon akan tetapi merupakan kewenangan Panwas Pemilukada dan Gakumdu sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (4) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo Pasal 78, 79 dan 82 UU Nomor 22 Tahun 2007 jo Pasal 111 PP Nomor 6 Tahun 2005; Panwaslukada Kota Bandar Lampung akan menindaklanjuti laporan sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 20 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Termohon tidak pernah mendapatkan laporan dari Panwas Pemilukada Kota Bandar Lampung tentang telah terjadinya money politic dalam Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2010. Termohon tidak mengajukan bukti tertulis dan tidak pula mengajukan saksi; [3.25.1.3] Dalil Pihak Terkait yang pada pokoknya menerangkan bahwa kegiatan pengajian yang dilakukan Hj. Eva Herman HN adalah kegiatan pengajian Majelis Ta’lim yang telah dilaksanakan lama sebelum Bapak Herman HN mengajukan diri sebagai peserta Calon Walikota Kota Bandar Lampung. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan pengajian yang dilakukan Hj. Eva Herman HN telah dilakukan sejak Tahun 2009. Untuk menghindari adanya persepsi yang mengaitkan kegiatan tersebut dengan kegiatan Pemilukada Kota Bandar Lampung, kegiatan pengajian Hj. Eva Herman HN dihentikan pada awal Februari 2010, padahal, Bapak Herman HN ditetapkan sebagai peserta pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung barulah pada tanggal 01 April 2010, sesuai Surat Keputusan KPU Kota Bandar Lampung Nomor 271/031/KPU.08.09/2010 tanggal 01 April 2010 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung sebagai peserta Pemilukada Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Dengan demikian menurut Pihak Terkait, tidak ada relasi antara kegiatan pengajian Hj Eva Herman HN dengan kemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 2; Untuk mendukung dalil bantahannya, Pihak Terkait mengajukan alat bukti tertulis Bukti PT-25 tanpa mengajukan saksi; [3.25.1.4] Keterangan Panwaslu Kota Bandar Lampung yang menyatakan bahwa Panwaslu hanya mendengar adanya pemberangkatan Ibu-Ibu pengajian ke Kubah Emas dan yang memberangkatkan adalah Pasangan Calon Nomor Urut 2 tetapi tidak menerima laporan dari masyarakat terkait hal tersebut; [3.25.1.5] Bahwa setelah Mahkamah mencermati dengan saksama keterangan Pemohon, Termohon, Pihak Terkait dan kesaksian Panwaslu Kota Bandar Lampung, bukti-bukti tertulis dan keterangan saksi Pemohon, sebagaimana diuraikan dalam paragraf [3.25.1] sampai dengan [3.25.1.4] di atas, menurut Mahkamah, memang benar telah terjadi pemberangkatan rombongan Majelis Taklim melakukan wisata rohani ke Mesjid Kubah Emas yang dilakukan secara massal yang diprakarsai oleh Istri Herman HN (Pasangan Calon Walikota Terpilih), tetapi Mahkamah berkeyakinan berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan, yaitu
39
keterangan para saksi Pemohon, pemberangkatan tersebut dilakukan lama sebelum penetapan Herman HN sebagai pasangan calon Walikota Bandar Lampung. Menurut Mahkamah, pemberangkatan rombongan Majelis Taklim bukan termasuk bagian dari kampanye pasangan calon, karena pelaksanaan pemberangkatan rombongan Majelis Taklim dilakukan jauh sebelum Herman HN ditetapkan sebagai Pasangan Calon Walikota Bandar Lampung. Lagi pula keberangkatan Ibu-Ibu pengajian tersebut, bukan atas paksaan tetapi atas kemauan sendiri secara sukarela, dan permintaan untuk ikut mendukung dan mendo’akan Herman HN agar terpilih sebagai Walikota, bukan pelanggaran Pemilukada. Dengan demikian dalil permohonan Pemohon tidak beralasan dan harus dikesampingkan; [3.25.2] Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya tindakan money politic yang dilakukan Pasangan Calon Nomor Urut 2 dengan cara membagikan uang dan barang yang dilakukan Tim Pasangan Calon Nomor 2 yang bemama Berlian dengan memberikan uang sebanyak Rp.2.500.000,(dua juta lima ratus ribu rupiah) kepada Sdr. Madsuri pada tanggal 28 Juni 2010 atau saat masa tenang, Mahkamah mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon yaitu Bukti P-6, Bukti P-13 sampai dengan bukti P-19. Kemudian dalil bantahan dari Termohon yang pada pokoknya menerangkan bahwa persoalan terjadinya money politic yang mempengaruhi perolehan suara Pemohon, bukan merupakan kewenangan Termohon untuk menyelesaikannya tetapi merupakan kewenangan Panwas Pemilukada dan Gakkumdu. Termohon tidak mengajukan bukti tertulis dan tidak pula mengajukan saksi yang relevan untuk mendukung dalilnya. Mahkamah juga memperhatikan bantahan Pihak Terkait yang pada pokoknya menerangkan bahwa dalil Pemohon yang menyatakan Pasangan Calon Nomor Urut 2 memberikan uang sejumlah Rp. 2,5 juta kepada Sdr. Madsuri adalah tidak benar dan hanya kebohongan belaka. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Sdr. Madsuri tertanggal 12 Juli 2010, yang menyatakan bahwa bantuan sejumlah Rp. 2,5 juta diberikan Pemda Provinsi Lampung pada Tahun 2009 untuk Musholla, namun karena ada tekanan dan paksaan dari seseorang yang bernama Prasmono (Tim Sukses Calon Nomor Urut 3), maka Sdr. Madsuri memberikan keterangan bahwa bantuan tersebut diterima pada tanggal 8 Juni 2010, dengan demikian tidak ada politik uang yang dilakukan Pihak Terkait. Selain itu, untuk memperkuat bantahannya, Pihak terkait mengajukan bukti-bukti tertulis yaitu bukti PT-1, bukti PT-23, bukti PT-24 tanpa mengajukan saksi. Panwaslu Kota Bandar Lampung yang memberikan kesaksian dalam persidangan pada pokoknya hanya menerangkan bahwa: pelanggaran yang paling menonjol adalah terkait pelanggaran black campaign dan money politic; Money politic dilakukan juga oleh Pasangan Calon Nomor Urut 4 yaitu terkait pembagian sembako; Panwaslu juga menerima laporan terkait money politic yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 dan Nomor Urut 4;
40
Panwaslu telah melakukan tindak lanjut terhadap berbagai pelanggaran tersebut dan hanya tiga pelanggaran yang diproses dan dilimpahkan ke pengadilan sedangkan sisanya di Gakkumdu dan dihentikan karena tidak cukup bukti; [3.25.2.1] Bahwa setelah Mahkamah mencermati dengan saksama keterangan Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, bukti-bukti tertulis dan kesaksian Panwaslu Kota Bandar Lampung sebagaimana diuraikan dalam paragraf di atas, menurut Mahkamah berdasarkan Bukti dan fakta yang terungkap dalam persidangan yaitu Berita Acara Klarifikasi yang dilakukan oleh Panwaslu Kota Bandar Lampung terhadap Madsuri dan Berlian bertanggal 5 dan 6 Juli 2010 (Bukti PT-23 dan Bukti PT-24), bahwa pemberian uang sebesar 2,5 juta kepada Saudara Madsuri adalah berkaitan dengan permohonan bantuan pembelian perlengkapan Mushola kepada Gubernur Provinsi Lampung dan tidak terkait dengan adanya dugaan money politic yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2. Dengan demikian dalil permohonan Pemohon tidak terbukti dan harus dikesampingkan; [3.25.3] Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya pemberian uang dan atau barang pada saat hari tenang dan penggunaan aparatur negara atas nama Syahriwansyah (pegawai Dispenda Provinsi Lampung) dan Daryono (Biro Keuangan Provinsi Lampung) yang membagikan uang di Kecamatan Kemiling kepada rukun kematian sebanyak Rp.4.500.000, Mahkamah mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon yaitu Bukti P-91 sampai dengan Bukti P-94 dan saksi Edi Yanto yang pada pokoknya memberikan kesaksian bahwa pada tanggal 3 Juni 2010, jam 20.00 pada saat sedang melakukan pengajian ada tamu yang dikenalkan oleh Bapak Yahya yang menitipkan dana ke Bapak Yahya untuk sumbangan Kerukunan Kematian dan Paguyuban Kuda Lumping Karya Remaja serta meminta agar memilih Bapak Herman HN. Kemudian Mahkamah mencermati dalil bantahan Termohon yang pada pokoknya telah diuraikan dalam paragraf [3.25.2] di atas; Sedangkan Pihak Terkait tidak memberikan bantahan, tidak mengajukan bukti tertulis, dan tidak pula mengajukan saksi karena dalil a quo disampaikan pada saat perbaikan permohonan Pemohon; [3.25.3.1] Bahwa setelah Mahkamah mencermati dengan seksama keterangan Pemohon, Termohon, bukti-bukti tertulis, sebagaimana diuraikan dalam paragraf di atas, menurut Mahkamah bahwa memang benar telah terjadi pemberian uang yang dilakukan oleh Syahriwansyah dan Daryono kepada Yahya pada tanggal 3 Juni 2010 dengan tujuan untuk memberikan bantuan kepada Kerukunan Kematian dan Paguyuban Kuda Lumping, tetapi Mahkamah berkeyakinan bahwa justru bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak mendukung dalil adanya money politic dan pemberian uang tersebut. Padahal terbukti berdasarkan keterangan saksi Pemohon Edi Yanto dan Bukti P-93, bahwa uang tersebut adalah sumbangan untuk Kerukunan Kematian dan Paguyuban Kuda Lumping Karya Remaja. Dengan demikian menurut Mahkamah, dalil Pemohon harus dikesampingkan;
41
[3.25.4] Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya Pasangan calon independen tidak memenuhi syarat minimal dukungan 4% dari jumlah penduduk Kota Bandar Lampung sebanyak 993.810 sehingga seharusnya ketiga pasangan calon perseorangan sebagaimana ditetapkan Termohon di atas tidak ada yang memenuhi syarat minimal dukungan dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi peserta Pemilukada Kota Bandar Lampung tahun 2010, Mahkamah mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon berupa Bukti P-5, Bukti P-5A, Bukti P-5B, Bukti P-175 sampai dengan Bukti P-192 dan keterangan saksi Suranto, Andian Syaputra, Kemiran, Falda Eka Putra, Bambang Andrianto, Bambang Hartono, Feri Fadli, Edi Suratno, M. Lutfie AS, Ikhromi (keterangan saksi selengkapnya termuat dalam bagian Duduk Perkara) yang pada pokoknya menerangkan bahwa saksi tidak melakukan verifikasi faktual terhadap calon independen dan ada instruksi agar tidak men-delete (menghapus) lebih dari 5% pendukung. Mahkamah juga mencermati dalil-dalil bantahan Termohon yang pada pokoknya menerangkan: Bahwa Termohon telah mengajukan Permohonan Data Kependudukan kepada Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung sebagai bahan penentuan persentase dukungan terhadap calon Walikota dan Wakil Walikota melalui jalur Perseorangan dengan total jumlah penduduk kota Bandar Lampung per tanggal 1 November 2009 adalah berjumlah 908.064 jiwa; Bahwa calon perseorangan Walikota dan Wakil Walikota dalam rangka Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2010 dapat mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Pasangan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2010 apabila memenuhi 4% (empat perseratus) dukungan dari jumlah penduduk sebanyak 908.064 (sembilan ratus delapan ribu enam puluh empat) jiwa, sehingga jumlah minimal dukungan untuk calon perseorangan adalah 36.323 (tiga puluh enam ribu tiga ratus dua puluh tiga) orang; Bahwa Termohon dalam menetapkan jumlah dukungan minimal calon perseorangan telah sesuai dengan Pasal 8 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; Selain itu, untuk mendukung dalil bantahannya, Termohon mengajukan alat bukti tertulis T-4 sampai dengan T-11.6 tanpa mengajukan saksi. Terkait dengan dalil Pemohon tersebut, Pihak Terkait menyampaikan bantahan yang pada pokoknya menerangkan bahwa Termohon sebagai penyelenggara Pemilukada Kota Bandar Lampung dalam menentukan pasangan calon independen telah sesuai dengan aturan hukum. Selain itu, menurut Pihak Terkait kalaupun dalam Pemilukada Kota Bandar Lampung tidak ada calon yang berasal dari jalur independen bukan berarti suara calon dari jalur independen akan memilih Pasangan Calon Nomor Urut 3, bahwa jika pemohon mengklaim suara calon dari jalur independen akan beralih kepada Pemohon maka hal demikian
42
merupakan pemasungan terhadap demokrasi. Untuk mendukung dalil bantahannya, Pihak Terkait mengajukan bukti-bukti tertulis yaitu Bukti PT-10 sampai dengan Bukti PT-17 tanpa mengajukan saksi, sedangkan keterangan Panwaslu Kota Bandar Lampung tidak menerima laporan pelanggaran terkait dengan proses verifikasi calon independen; [3.25.4.1] Bahwa setelah Mahkamah mencermati dengan saksama keterangan Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, bukti-bukti tertulis, saksi dari Pemohon dan kesaksian Panwaslu Kota Bandar Lampung sebagaimana diuraikan dalam paragraf di atas, menurut Mahkamah bahwa syarat dukungan bagi calon perseorangan telah diatur dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebagai berikut: Pasal 8 ayat (2):
“Bakal pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai bakal pasangan calon Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/ Wakil Walikota, apabila memenuhi syarat dukungan, dengan ketentuan : a. …….. b. …….. c. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat per seratus); dan d. ........... Bahwa dalam persidangan terungkap fakta bahwa yang menjadi acuan Termohon dalam penetapan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung adalah data penduduk pada tanggal 1 November 2009 dengan jumlah penduduk sebanyak 908.064, sehingga jumlah minimal dukungan untuk calon perseorangan berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf c Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah 908.064 x 4% = 36.323 (tiga puluh enam ribu tiga ratus dua puluh tiga) orang; Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2010 adalah sebanyak 993.810, setelah Mahkamah mencermati Bukti P-5B dan Bukti T-5, Mahkamah menilai bahwa data kependudukan yang diajukan sebagai rujukan resmi dalam Pemilukada Kota Bandar Lampung Tahun 2010, adalah data kependudukan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung tanggal 1 November 2009, yang telah ditetapkan oleh Termohon dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung Nomor 274/61/KPU.08.09/2009 tentang Penetapan Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Menurut Struktur Umur, Jenis Kelamin dan Kepemilikan Akta Kelahiran Dalam Rangka Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2010, bertanggal 12 November 2009, dengan
43
jumlah penduduk Kota Bandar Lampung sebanyak 908.064 jiwa, sehingga dengan demikian menurut Mahkamah, ketiga pasangan calon perseorangan dalam Pemilukada Kota Bandar Lampung Tahun 2010 telah memenuhi syarat dukungan minimal untuk menjadi bakal pasangan calon dalam Pemilukada Bandar Lampung Tahun 2010. Dengan demikian dalil-dalil Pemohon a quo tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; [3.26] Menimbang bahwa berdasarkan bukti dan fakta hukum dalam paragraf [3.25.1] sampai dengan paragraf [3.25.4.1] di atas, menurut Mahkamah, dalil-dalil permohonan Pemohon tidak terbukti menurut hukum dan pelanggaran-pelanggaran yang didalilkan Pemohon kalaupun ada, quod non, tidak bersifat terstruktur, sistematis, dan masif; [3.27] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum di atas dan dalam kaitannya satu dengan yang lain, Mahkamah berpendapat para Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil dan alasan-alasan hukum permohonannya;
66.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 4. KONKLUSI Berdasarkan penilaian fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Eksepsi Pihak Terkait tidak beralasan hukum; [4.5] Pokok Permohonan tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. AMAR PUTUSAN Mengadili Menyatakan: Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Pihak Terkait;
44
Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Muhammad Alim, Harjono, dan Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh, oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Muhammad Alim, Harjono, dan Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Hani Adhani sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Berikutnya Perkara Nomor 83. Darma Seraya. PUTUSAN Nomor 83/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : KHAIRUL SALEH Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Tanjung, 12 Februari 1965 Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Kampung Baru, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya; 2. Nama : Ir. TUGIMIN Tempat/Tanggal Lahir : Wonogiri, 14 Januari 1961 Pekerjaan : Wakil Bupati Dharmasraya 2005-2010 Alamat : Jorong Bintungan, Sialanggaung - Kota Baru, Kabupaten Dharmasraya Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 6 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Yurdin, S.H.; 2. R.Z. Abaraham, S.H., dan 3. Azrul Aziz, S.H., semuanya Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi KHAIRUL SALEH dan Ir. TUGIMAN Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, berkantor di Jalan Teuku
45
Umar Nomor 1 C Kota Padang, dan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 15 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. HM. Anwar Rachman, S.H., M.H., 2. Agus Sujatmoko, S.H dan 3. Bonifius Gunung, S.H., semuanya para Advokat/Konsultan hukum pada Kantor Hukum ANWAR RACHAMAN & Rekan, Jalan Cempaka Putih Tengah XX A-3 Jakarta Pusat, bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------- Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya, berkedudukan di Jalan Lintas Sumatera KM 2 Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Sudi Prayitno, S.H., LL.M., 2. Jhoni Hendry Putra, S.H., 3. Rianda Seprasia, S.H., dan 4. Poniman, S.Hi, adalah para Advokat pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum SUDI PRAYITNO, S.H., LL.M & ASSOCIATES, berkantor di Jalan Medan Nomor 12 Ulak Karang Padang, Sumatera Barat yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sam atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------------- Termohon; [1.4] 1. Nama : Ir H. ADI GUNAWAN, MM Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Dareh, 4 Oktober 1965 Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Gunung Medan Jorong Gunung Medan Nagari Sitiung, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat 2. Nama : Drs. H. SYAFRUDDIN R Tempat/Tanggal Lahir : Koto Baru, 4 Juni 1951 Agama : Islam Pekerjaan : PNS Alamat : Jalan Khatib Sulaiman Jorong Pasar Koto Nagari Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Zulhesni, S.H.; 2. Riki Edwin, S.H.; 3. Indra, S.H.; 4. Doni Fitra, S.H., M.H.; 5. Pandong Spenra, S.H.; 6. Ahmar Ihsan, S.H.; dan 7. Ris Aryani Nasution, S.H., M.H, kesemuanya adalah Advokat dari Kantor ANGGREK LAW FIRM, berkantor di Jalan Permindo Nomor 61-63 Kota Padang, bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------- Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis dari Termohon;
46
Mendengar keterangan dan membaca tanggapan tertulis dari Pihak Terkait; Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait. 67.
HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Pendapat Mahkamah Dalam Eksepsi [3.12] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait dalam jawaban dan tanggapannya telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya menyatakan: 1. Permohonan Pemohon cacat formil; 2. Mahkamah tidak berwenang memeriksa, mengadili, memutus a quo; permohonan 3. Permohonan Pemohon kabur (obscuur libel); 4. Objek permohonan bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada; [3.13] Menimbang bahwa terhadap eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tersebut, Mahkamah memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut: • Bahwa terkait eksepsi Termohon dan Pihak Terkait Mahkamah tidak bewenang memeriksa, mengadili, memutus permohonan a quo, Mahkamah telah mempertimbangkannya dalam paragraf [3.4], sehingga eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tersebut tidak beralasan hukum; • Bahwa eksepsi Termohon dan Pihak Terkait mengenai cacat formil dan permohonan kabur khusus terkait dengan objek permohonan bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada, menurut Mahkamah, berdasarkan Pasal 106 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menentukan “Keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon.” Demikian pula
Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan bahwa “Objek perselisihan
Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi: a. penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.” •
Bahwa Pemohon dalam permohonannya pada intinya mempermasalahkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya Nomor 56/Kpts--/KPU-Kab-003.434982/2010 tanggal 5 Juli
47
•
-
-
•
2010 tentang Pengesahan Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 (Bukti P-2 = Bukti T-5) Lihat angka D.3 posita Permohonan Pemohon dan angka 4 petitum Pemohon; Bahwa sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, objek perselisihan yang menjadi wewenang Mahkamah dalam mengadili perselisihan Pemilukada adalah berkaitan dengan keberatan dari Pasangan Calon Peserta Pemilukada mengenai hasil penghitungan suara Pemilukada yang ditetapkan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota (vide PMK 15/2008). Setelah Mahkamah meneliti bukti-bukti dari para pihak, didapati fakta: Terdapat Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dharmasraya di Tingkat Kabupaten Kota oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota Tahun 2010 (Bukti T-6/Model DB-KWK.KPU); Terdapat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya Nomor 55/Kpts--/KPU-Kab-003.434982/2010 tanggal 5 Juli 2010 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 (Bukti T-1); Bahwa keberatan yang diajukan Pemohon adalah terhadap Berita Acara yang bukan merupakan ketetapan terhadap perolehan hasil penghitungan suara, melainkan mengenai pasangan calon terpilih yang berdasarkan kronologis senyatanya ditentukan berdasarkan ketetapan atas perolehan hasil penghitungan suara. Menurut Mahkamah, dengan merujuk ketentuan Pasal 4 PMK 15/2008 yang menyatakan, “Objek
perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon ...”, maka dalam perkara a quo yang menjadi objek
permohonan seharusnya adalah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya Nomor 55/Kpts/KPU-Kab-003.434982/2010 tanggal 5 Juli 2010 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 (Bukti T-1), bukan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya Nomor 56/Kpts--/KPU-Kab-003.434982/2010 tanggal 5 Juli 2010 tentang Pengesahan Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 (Bukti P-2 = Bukti T-5); • Bahwa terlebih lagi mengenai objek sengketa dalam Pemilukada, Mahkamah dalam Putusan Nomor 23/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 3 Juni 2010, Putusan Nomor 29/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 21 Juni 2010, Putusan Nomor 43/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 7 Juli 2010, Putusan Nomor 49/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 8 Juli 2010, Putusan Nomor 60/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 15 Juli 2010, dan Putusan Nomor 74/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 26 Juli 2010, telah menyatakan objek sengketa Pemilukada adalah Keputusan Komisi Pemilihan Umum tentang penetapan hasil perolehan suara, bukan penetapan pasangan calon terpilih; [3.14] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat, permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat
48
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (2) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Dengan demikian, menurut Mahkamah, sebagian eksepsi Pihak Terkait beralasan menurut hukum; [3.15] Menimbang bahwa karena eksepsi Pihak Terkait beralasan hukum untuk sebagian maka pokok permohonan tidak dipertimbangkan lebih lanjut; 68.
KETUA: MOH. MAHFUD MD KONKLUSI Berdasarkan penilaian fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait berkaitan dengan objek permohonan beralasan hukum; [4.5] Objek permohonan Pemohon tidak tepat menurut hukum; [4.6] Pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316), Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan: Dalam Eksepsi: - Menolak Eksepsi Termohon; - Mengabulkan eksepsi Pihak Terkait untuk sebagian;
49
Dalam Pokok Perkara: - Permohonan Pemohon tidak dapat diterima; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh yang diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Harjono, dan Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota dengan didampingi oleh Eddy Purwanto sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Terakhit putusan nomor 84. PUTUSAN Nomor 84/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : H. MARLON MARTUA DT. RANGKAYO MULIE, SE Pekerjaan : Bupati Kabupaten Dharmasraya Umur : 50 Tahun Alamat : Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya 2. Nama : PURWANTO, S.Ag Umur : 41 Tahun Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Dharmasraya Alamat : Jorong Koto Agung, Nagari Sitiang, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 6 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Boy Yendra Tamin, S.H. M.H.; 2. Asnil Abdillah ,S.H; dan 3. Nasrul Nurdin, S.H., kesemuanya adalah Advokat yang tergabung dalam Kantor Hukum BOY YENDRA TAMIN & REKAN, beralamat Jalan Ampang, Perumahan Talago Permai Blok B Nomor 11 Alai, Padang Sumatera Barat, dan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juli 2010, memberikan kuasa kepada Kamarussalam, S.H., adalah Advokat pada Kantor Advokat Kamarussalam Dan Rekan, beralamat di Jalan Tanjung Sari
50
Nomor 106 A Pontianak, Kalimantan Barat, bertindak baik secara bersamasama maupun sendiri-sendiri, atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------- Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya, berkedudukan di Jalan Lintas Sumatera KM 2 Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Sudi Prayitno, S.H., LL.M., 2. Jhoni Hendry Putra, S.H., 3. Rianda Seprasia, S.H., dan 4. Poniman, S.Hi, adalah para Advokat pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum SUDI PRAYITNO, S.H., LL.M & ASSOCIATES, berkantor di Jalan Medan Nomor 12 Ulak Karang Padang, Sumatera Barat yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sam atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------ Termohon; [1.4] 1. Nama : Ir H. ADI GUNAWAN, MM Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Dareh, 4 Oktober 1965 Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Gunung Medan Jorong Gunung Medan Nagari Sitiung, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat NIL/NIKS : 1311.01065.00004 2. Nama : Drs. H. SYAFRUDDIN R Tempat/Tanggal Lahir : Koto Baru, 4 Juni 1951 Agama : Islam Pekerjaan : PNS Alamat : Jalan Khatib Sulaiman Jorong Pasar Koto Nagari Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat NIL/NIKS : 1311.040651023494 Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 Juli 2010, memberikan kuasa kepada 1. Zulhesni, S.H.; 2. Riki Edwin, S.H.; 3. Indra, S.H.; 4. Doni Fitra, S.H., M.H.; 5. Pandong Spenra, S.H.; 6. Ahmar Ihsan, S.H.; dan 7. Ris Aryani Nasution, S.H., M.H, kesemuanya adalah Advokat dari Kantor ANGGREK LAW FIRM, beralamat Jalan Permindo Nomor 61-63 Kota Padang, bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------ Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis dari Termohon; Mendengar keterangan dan membaca tanggapan tertulis dari Pihak Terkait;
51
Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan dari Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait. 69.
HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Pendapat Mahkamah Dalam Eksepsi [3.13] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Termohon mengajukan eksepsi yang pada pokoknya: i) permohonan telah lewat waktu, ii) Mahkamah tidak berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo dan iii) Permohonan kabur (obscuur libel). Adapun Pihak Terkait juga mengajukan eksepsi yang pada pokoknya: i) Identitas Pemohon tidak lengkap dan tidak jelas, ii) permohonan Pemohon salah objek (error in objecto), iii) permohonan Pemohon cacat formil, dan iv) permohonan Pemohon tidak cermat dan kabur (obscuur libel); [3.14] Menimbang bahwa terhadap eksepsi-eksepsi tersebut, Mahkamah berpendapat sebagai berikut: • bahwa terhadap eksepsi Termohon mengenai permohonan Pemohon telah lewat waktu telah dipertimbangkan oleh Mahkamah dalam paragraf [3.11], oleh karena itu, eksepsi Termohon tidak beralasan hukum; • bahwa terhadap eksepsi Termohon mengenai kewenangan Mahkamah telah dipertimbangkan oleh Mahkamah dalam paragraf [3.4] di atas, oleh karena itu, eksepsi Termohon tersebut tidak beralasan hukum; • Bahwa terhadap eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai permohonan kabur (obscuur libel), tidak cermat, cacat formil dan salah objek (error in objecto) sangat terkait dengan pokok permohonan, karena itu akan dipertimbangkan bersama dengan pokok perkara. Di samping itu, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon sudah tepat menjadikan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dharmasraya sebagai Termohon. Adapun dicantumkannya Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam permohonan Pemohon hanya merupakan kesalahan teknis penulisan saja, dan hal tersebut tidak mengakibatkan permohonan menjadi cacat. Oleh karena itu, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait tidak beralasan hukum; Pokok Permohonan [3.15] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Dharmasraya yang dilakukan oleh Termohon, bertentangan dengan asas Pemilihan Umum secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil, juga bukan merupakan aspirasi dan kedaulatan rakyat yang murni melainkan karena tekanan dan perasaan ketakutan yang luar biasa serta banyak pelanggaran dan tindak kecurangan yang dapat dikualifikasikan sebagai terstruktur, sistematis, dan masif. Terhadap dalil tersebut, Termohon membantah dengan mengemukakan
52
bahwa penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 telah berlangsung secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) dan Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 serta Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, setidaknya berdasarkan hasil rekapitulasi laporan pelanggaran dari Panitia Pengawas Pemilukada Kabupaten Dharmasraya (Bukti T-7). Selain itu juga dibantah oleh Pihak Terkait, bahwa Termohon melaksanakan Pemilukada sesuai dengan prinsip-prinsip dan asas-asas Pemilukada yang transparan, umum, bebas, rahasia, proporsional, profesionalitas, akuntabel, efisiensi, efektivitas sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 2 UndangUndang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, sesuai jadwal, tahapan, dan program serta seluruh proses penghitungan dan rekapitulasi suara telah dilakukan secara transparan, terbuka, dan disaksikan oleh saksi masing masing pasangan calon, Panwas, Pemantau, dan masyarakat luas. Oleh karena dalil Pemohon tersebut tidak menunjukkan secara spesifik di mana, dalam kasus apa, dan bagaimana pelanggaran tersebut yang merusak prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemilu, maka menurut Mahkamah dalil tersebut tidak beralasan dan akan dilihat satu persatu kasus sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu dalil tersebut harus dikesampingkan. [3.16] Bahwa dalil Pemohon menyatakan Termohon dengan surat pemberitahuan Nomor 374/KPU-Kab.003/VII-2010 tanggal 3 Juli 2010 (Bukti P-5), terindikasi ada motif rekayasa karena antara perihal pemberitahuan mengenai waktu dan tempat rekapitulasi di KPU Kabupaten Dharmasraya, tempatnya berbeda dengan apa yang tertulis dalam isi surat. Terhadap dalil tersebut, Termohon membantah dengan mengemukakan bahwa antara perihal dan isi Surat Pemberitahuan Nomor 374/KPU-Kab.003/VII-2010 tanggal 3 Juli 2010 sama sekali tidak bertentangan satu sama lain. Perihal Surat Pemberitahuan menjelaskan waktu dan tempat akan dilaksanakannya rekapitulasi suara di tingkat KPU Kabupaten, sedangkan isi Surat Pemberitahuan menjelaskan hari, tanggal, waktu, dan tempat/alamat diselenggarakannya rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010 tingkat Kabupaten yaitu Senin, 5 Juli 2010, pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai, dan tempatnya di Gedung Pertemuan Umum Kecamatan Sitiung (Bukti T-8). Di samping itu, format Surat Pemberitahuan yang digunakan Termohon untuk melaksanakan rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara telah sesuai dengan model yang diatur dalam Keputusan KPU Provinsi Sumatera Barat Nomor 54/Kpts/KPU-Prov-003/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi, serta Penetapan Calon Terpilih, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan Dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat
53
Tahun 2010. Akibat tindakan Termohon tersebut menurut Pemohon, telah merugikan Pemohon. Terhadap dalil tersebut, Pihak Terkait membantahnya dengan mengemukakan bahwa pelaksanaan rekapitulasi berjalan dengan baik dengan dihadiri oleh penyelenggara Pemilukada, Panwas, saksi pasangan calon, unsur Muspida, wartawan, dan masyarakat luas. Penyangkalan Pihak Terkait tersebut bersesuaian dengan keterangan saksi Pihak Terkait yang bernama Suhaili Alex yang menyatakan telah menerima undangan dari KPUD pada tanggal 4 Juli 2010 bertempat di Gedung GPU Kecamatan Sitiung, dan tidak adanya pemindahan tempat sidang Pleno KPUD. Dalam hal ini, saksi pasangan calon dari Pemohon tidak mengetahui jadwal pelaksanaan, rekapiltulasi di tingkat Kabupaten, sehingga mereka mengajukan dalil dan klaim sepihak. Setelah Mahkamah mencermati dalil Pemohon, bantahan Termohon, dan Pihak Terkait serta bukti dalam persidangan, Mahkamah berpendapat tindakan Termohon tersebut bukanlah pelanggaran yang berakibat pada kerugian atau kehilangan suara Pemohon, sehingga menurut Mahkamah dalil Pemohon a quo tidak beralasan hukum; [3.17] Menimbang bahwa dalil Pemohon menyatakan hampir di seluruh TPS, Ketua KPPS tidak memberikan Daftar Pemilih Tetap (DPT) kepada saksi sehingga terjadi di banyak TPS dengan perolehan suara yang mencolok mengarah pada salah satu Pasangan Calon di luar kewajaran yang berakibat merugikan Pemohon partisipasi pemilih menggunakan hak suaranya secara “luar biasa”. Terhadap dalil tersebut, Termohon membantah bahwa telah memberikan salinan DPT kepada PPK, PPS, dan KPPS, juga penyerahan salinan DPT kepada saksi di TPS hanya dilakukan terhadap saksi-saksi pasangan calon yang hadir dan memberikan surat mandat, sehari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. Di samping itu tidak diberikannya salinan DPT kepada saksi di TPS sama sekali tidak mempengaruhi keabsahan hasil Pemilukada, karena salinan DPT selalu ditempelkan di setiap TPS. Semua salinan DPT dalam bentuk softcopy diserahkan kepada Tim Kampanye masing-masing pasangan calon. Adapun Pihak Terkait membantah dalil Pemohon tersebut dengan mengemukakan bahwa pernyataan Pemohon tersebut bukanlah fakta yang terjadi yang sebenarnya dan sarat dengan kebohongan serta lebih di dasarkan kepada klaim tanpa bukti. Setelah Mahkamah mencermati bukti, keterangan saksi di persidangan benar terdapat saksi Pemohon yang menerangkan di satu TPS di perusahaan perkebunan sawit di Kecamatan Timpeh, yang membenarkan adanya kejadian tersebut, tetapi dibantah oleh saksi Pihak Terkait. Oleh karena itu dalil Pemohon tersebut diragukan kebenarannya pelanggaran Pemilukada yang terstruktur, sistematis, dan masif, sehingga dalil Pemohon tidak beralasan hukum; [3.18] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan adanya pelanggaranpelanggaran pemilukada yang berupa: a) pelanggaran intimidasi dengan cara mengedarkan fotokopi Surat Daulat Yang Dipertuan Sultan Sri Maharajodirajo Kerajaan Koto Besar,
54
tertanggal 1 Juni 2010 kesetiap rumah-rumah penduduk pada malam hari, (Bukti P-8) b) pembuatan spanduk yang berbunyi “Maaf Bagi Calon Lain Kami Sudah
Punya Pilihan Sesuai Dengan Titah Tuanku Kerajaan Untuk Pilihan Nomor Urut 2", pengerusakan dan pemusnahan alat-alat kampanye (poster, baliho) milik Pemohon (Bukti P-9) serta menyebarkan fitnah dengan
c) -.
-.
-. -. -.
-. -. -. • •
tulisan, "Buat Apa Memilih Marlon (Pemohon) kalau menang dia (Marlon) juga akan ditangkap, apa mau kita dipimpin orang Jawa". melakukan money politic pada seluruh kecamatan se-Kabupaten Dharmasraya, seperti: Kecamatan Koto Besar (Perkebunan Sawit yakni P.T S.M.P (Selago Makmur Plantation) dilakukan oleh Gunarto dengan memberi uang sebanyak Rp. 50.000,- dan Rp. 30.000,-. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Giran, Ahmad Soleh dan Dedi (Bukti P-10) Kecamatan Timpeh, (Perkebunan Sawit, di blok C, A, L, 0, N), terdapat lima TPS), dilakukan Suharto (mandor) dengan memberi uang Rp. 50.000,- dan Rp. 30.000,-. Selain itu pemilih fjuga ada disuruh mencoblos surat suara sampai 35 lembar, 20 lembar, 15 lembar dan 10 lembar sekaligus. Dengan janji akan diberi bonus perlembar surat suara Rp. 50.000,-. (Bukti P-11). Hal ini didukung dengan keterangan saksi-saksi Suhardi, Agus, Rosita, Ci un, Bujang, Amri, Dedek, Aep, Habibi, dan Sunir Batapang. Kecamatan Asam Jujuhan, hal ini sesuai dengan keterangan saksi-saksi Tosed, Ramon, Elfina, Samwanus, dan Kuntonyo (Bukti P-14) Kecamatan Sungai Rumbal, seperti diterangkan oleh saksi Yanto dan Ranto Buana (Bukti P.15) Kecamatan Koto Salak, dilaporkan kepada Panwas Pemilukada Kecamatan Koto Salak dengan laporan Nomor 004/Panwas/06-2010 tertanggal 30 Juni 2010 (Bukti P.16) dengan terlapor Supardi, kemudian laporan diteruskan Panwas Pemilukada Kecamatan Koto Salak kepada Kapolsek Koto Baru dengan Surat Nomor 007/Panwas/06-2010, perihal Penerusan Laporan Pelanggaran Pidana Pemilu tanggal 30 Juni 2010 (Bukti P-17) dan Panwaslukada Kabupaten Dharmasraya dengan penerimaan laporan Nomor 03/Panwaslukada-DM/2010. atas nama pelapor Sunarjo, (Bukti P-18) dan sampai saat ini tidak ada tindaklanjutnya. Kecamatan Tiumang, (PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) menjelang pencoblosan ada pembagian amplop yang berisi uang Rp.30.000 yang dibagikan pada tanggal 30 Juni 2010 jam 03.00 Wib. (Bukti P-19). Kecamatan Padang Laweh, surat pernyataan Sari'ah telah menerima uang Rp. 100.000,- (Bukti P-20). Kecamatan Pulau Punjung, Laporan Nomor 13/Panwaslukada-DM/2010, tanggal 4 Juli 2010 atas nama pelapor Jonika Amdodi dan terlapor Suharti (Bukti P-21), Laporan Nomor 14/Panwaslukada-DM/2010 tanggal 4 Juli 2010, pelapor Jonika Amdodi dan terlapor Ripal (Bukti P-22),
55
•
Laporan Nomor 15/Panwaslukada-DM/2010 tanggal 4 juli 2010 pelapor Jonika Amdodi dan terlapor Datuk Bidan (Bukti P-23), yang dilengkapi dengan Tanda Bukti Penerimaan Barang Bukti (Bukti P-24) • Laporan Nomor 19/Panwaslukada-DM/2010 tanggal 7 juli 2010 pelapor Dirman Arasyid dan terlapor Nurzen (Bukti P-25). • Saudara Suharti telah menerima uang dari Datuk Bidan (Tim Sukses Pasangan Nomor Urut 2) (Bukti P-26); • Saudara Dedi telah menerima uang Rp. 100.000,- dari Tim Sukses agar memilih Pasangan Nomor Urut 2, pada tanggal 30 Juni 2010, (Bukti P27). Di samping itu, Pemohon juga mendalilkan bahwa: -. Thomas Adrico (di Sei Kambut Atas) telah menyatakan menerima uang Rp. 100.000,- dari Tim Sukses Pasangan Nomor Urut 2 yang bernama Syahrul Gagok dan disuruh memilih Calon Bupati Nomor Urut 2 (Bukti P28). -. Jon Pedri menerima uang dari kaki tangan Pasangan Calon Nomor Urut 2 agar memilih Calon Pasangan Nomor Urut 2, tanggal 30 Juni 2010. (Bukti P-29). -. Dewi (Tim Sukses Pasangan Nomor Urut 2) meminta kepada Nelli Masniar agar mencarikan 20 orang (Pemilih) untuk dibagikan uang yang perorangnya sebanyak Rp. 50.000,- guna memilih Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Bukti P-30) diperkuat surat pernyataan (Bukti P-31). -. Masrigi Rajo Lelo dengan Laporan Nomor 06/Panwaslukada-DM/2010 tanggal 2 Juli 2010, adanya money politic oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 tanggal kejadian 3 Juni 2010, yang dilaporkan Drs. H. ST Darman Tuanku Kerajaan. Termohon membantah dalil-dalil Pemohon dengan alasan kesemuanya bukanlah merupakan bentuk pelanggaran serius yang terstruktur, sistematis, dan masif, yang mempengaruhi hasil Pemilihan Umum di Kabupaten Dharmasraya melainkan pelanggran pidana yang bersifat sporadis. Di samping itu, semua pelanggaran tersebut telah dilaporkan kepada Panwaslu Kabupaten Dharmasraya dan telah diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bukti T-7). Termohon memperkuat dalilnya dengan keterangan Saksi Termohon yang bernama Riyanto, M. Said, Suparlan, Sutarmin, Ir. Ropidin, M. Priatna yang pada pokoknya menerangkan selama penyelenggaraan Pemilukada di Kabupaten Dharmasraya tidak ada kejadian khusus dan tidak ada yang keberatan pasangan calon. Adapun Pihak Terkait membantah dengan mengemukakan bahwa penilaian akan pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif mengada-ada saja. Untuk membuktikannya Pihak Terkait mengajukan saksi bernama 1) Imam Mahfuri, 2) Jhon Nasri, 3) R. DT. TMG. Basa, 4) M. Taradi, 5) H. Sukirwo, 6) Taufik Syukur, 7) M. Uzair Azhariy, 8) Jumikan Abidin, 9) Riswan, 10) Nurrahman, 11) Syafriadi, 12) Yon Efendi, 13) Alfa Taria, 14) Asrul Guci Alias Syahrul Gagok, 15) Habibi, SH, 16) M. Sunir Patopang, SE, 17) Tosed, 18) Kastim, 19) Riswan Nasution, 20) Abu Bakar, 21) Suhaili Alex, 22) Safrudin Ajo, 23) Nadar, 24) Zainudin, 25) Muhammad
56
Zazuli, dan 26) Ismail Marzuki, yang pada pokoknya menerangkan selama penyelenggaraan Pemilukada Kabupaten Dharmasraya tidak terjadi pelanggaran seperti intimidasi, pengrusakan Baliho, penyebaran fitnah, money politic, dan tidak ada pencoblosan oleh satu orang untuk 35 surat suara. Setelah meneliti bukti-bukti serta keterangan para saksi yang diajukan oleh Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, Mahkamah berpendapat sebagai berikut: - Mengenai intimidasi dengan cara pengedaran fotokopi surat “Daulat Yang Dipertuan Agung Sultan Sri Maharajodirajo” Kerajaan Koto Besar tanggal 1 Juni 2010, menurut Mahkamah surat tersebut bukanlah intimidasi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kebebasan memilih bagi sebagian besar para pemilih di Kabupaten Dharmasraya. Kalaupun ada yang terintimidasi, hanya terjadi terhadap warga-warga tertentu yang tak bersifat masif. Oleh karena itu menurut Mahkamah surat tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif; - Demikian juga pengrusakan terhadap alat-alat kampanye milik Pemohon dan spanduk kampanye negatif terhadap pasangan calon yang lain hanya terjadi secara sporadis dan hanya di beberapa tempat saja, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif yang dapat memengaruhi perolehan suara. - Adapun mengenai pelanggaran money politic sebagaimana didalilkan oleh Pemohon yang didukung oleh saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon dalam persidangan, menurut Mahkamah, oleh karena dalildalil tersebut sebagian besar dibantah oleh saksi-saksi yang diajukan oleh Termohon dan Pihak Terkait, maka pelanggaran-pelanggaran yang didalilkan oleh Pemohon tidak cukup membuktikan bahwa pelanggaranpelanggaran tersebut bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang memengaruhi perolehan suara. Lagipula, sebagian pelanggaran tersebut telah dilaporkan kepada Panwaslukada Kabupaten Dharmasraya dan diproses sesuai dengan mekanisme penyelesaian tindak pidana Pemilu. [3.19] Menimbang bahwa dalil Pemohon menyatakan telah terjadi penggelembungan suara di TPS 9 Lubuk Besar Kecamatan Asam Junjuhan, yang daerahnya terisolir dan letak TPS jauh dari rumah-rumah penduduk. Dalil tersebut didukung dengan keterangan saksi Pemohon yang bernama Jonika Amdodi yang menerangkan telah terjadi penggelembungan suara, hilangnya surat suara dan bertambahnya surat suara di beberapa TPS dan kesemuanya menguntungkan Pasangan Calon Nomor Urut 2, dan di Kecamatan Padang Laweh ada lebih 100 orang yang tidak mendapatkan undangan dan ditolak untuk melakukan pemilihan oleh salah seorang anggota Tim Sukses Calon Nomor Urut 2. Terhadap dalil tersebut, Termohon membantah bahwa dalil Pemohon sangat mengada-ada dan tidak beralasan hukum, karena tidak ada satu pelanggaran apapun yang terjadi di TPS 9 Lubuk Besar, Kecamatan Asam Junjuhan yang mampu ditunjukkan oleh Pemohon kecuali tingginya tingkat
57
partisipasi masyarakat sekalipun lokasi TPS jauh dari rumah-rumah penduduk, tanpa mereka menyebutkan adanya kecurangan dan/atau pelanggaran yang telah dilakukan oleh Termohon dan/atau pihak lain (Bukti T-10 dan Bukti T-11). Dalil Termohon didukung dengan keterangan saksi Termohon yang bernama M. Priatna dan Ir. Ropidin yang menerangkan selama penghitungan hasil rekapitulasi di TPS 9 Lubuk Besar Kecamatan Asam Junjuhan tidak ada yang mengajukan keberatan atau kejadian khusus. Di samping itu, Pemohon tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan ‘ditolak untuk melakukan pemilihan’, siapa yang melakukan, dan di TPS mana hal tersebut terjadi, mengingat di Kecamatan Padang Laweh terdapat 14 TPS. Terhadap dalil Pemohon, Pihak Terkait juga membantah dengan mengemukakan bahwa fakta yang terjadi di lapangan, semua tahapan Pemilukada sebelum penetapan hasil rekapitulasi suara di tingkat KPUD Dhamasraya dan penetapan pasangan terpilih oleh KPUD Dharmasraya, juga diikuti oleh saksi Pemohon dengan tanpa adanya protes/keberatan dari saksi-saksi Pasangan Calon. Terkait dengan pernyataan Pemohon, di TPS 9 Lubuk Besar Kecamatan Asam Junjuhan, daerahnya terisolir dan jauh dari rumah-rumah penduduk, dibantah oleh keterangan saksi Pihak Terkait yang bernama Nadar yang menyatakan bahwa di TPS 9 Lubuk Besar Kecamatan Asam Junjuhan, daerahnya tidak terisolir, berada di tengah-tengah perumahan di perkebunan sehingga masyarakat mudah untuk datang. Terhadap dalil Pemohon, bantahan Termohon dan Pihak Terkait serta buktibukti yang terungkap di persidangan, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon, bukti, dan saksi yang diajukan dalam persidangan terbantahkan oleh bukti dan saksi yang diajukan oleh Termohon dan Pihak Terkait masingmasing M. Priatna, Ir. Ropidin dan Nadar, sehingga menurut Mahkamah dalil Pemohon tidak terbukti; [3.20] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan perekrutan anggota KPPS dilakukan tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 17, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009, hal ini secara jelas diakui oleh Non Efendi (Ketua KPPS I Nagari Koto Laweh), Iwan (anggota KPPS Nagari Koto Laweh), Ismadi (Ketua KPPS II), Dwi Mulyanto (Anggota KPPS II) dan Sunaryo (Bukti P-33). Terhadap dalil tersebut, Termohon membantah bahwa perekrutan anggota KPPS tidak hanya mengacu pada Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009, tetapi juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Keputusan KPU Provinsi Sumatera Barat Nomor 08/Kpts/KPU-Prov-003/2010 tentang Pedoman Pembentukan, Pengangkatan, dan Penetapan Anggota PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010, dan Keputusan KPU Dharmasraya Nomor 06/Kpts/KPU-KAB003.4348982/II/2010 tentang Pedoman Pembentukan, Pengangkatan dan Penetapan Anggota PPK, PPS, KPPS dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat serta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya Tahun 2010. Untuk pembuktiannya, Termohon mengajukan saksi Sutarmin (Ketua KPPS Koto Laweh) yang menerangkan
58
bahwa saksi telah melantik seluruh Ketua KPPS Koto Laweh kecuali 2 orang KPPS yang tidak dilantik karena tidak hadir yaitu Non Efendi dan Mariadi. Menurut Mahkamah tidak dilantiknya dua orang ketua KPPS dan seorang anggota KPPS, berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, tidak mengakibatkan terjadinya pelanggaran Pemilukada yang mempengaruhi perolehan suara yang merugikan Pemohon, karena itu dalil Pemohon tidak terbukti; [3.21] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan terdapat Anggota KPPS yang terlibat menjadi Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2 atas nama Mandi Sar (Ketua KPPS) pada TPS 3 Desa Ampalau, (Bukti P-34) sesuai dengan absensi tanggal 1 Juli 2010 (Bukti P-35) dan ada beberapa Anggota KPPS di Desa Koto Tinggi juga terlibat sebagai Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2. Termohon membantah dalil tersebut dengan alasan bahwa dalil Pemohon tidak menjelaskan pelanggaran apa yang sudah dilakukan dan ketentuan peraturan perundang-undangan mana yang dilanggar. Selain itu tidak ada keberatan dari saksi-saksi yang hadir pada saat rekapitulasi dan/atau rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara, serta tidak memengaruhi keabsahan hasil Pemilukada yang sudah ditetapkan Termohon. Pihak Terkait juga membantah dalil Pemohon tersebut dengan alasan yang pada intinya terdapat pelanggaran administratif yang diduga dilakukan oleh Termohon selaku penyelenggara Pemilukada, namun merupakan domain Panwaslu, Kepolisian, dan Peradilan Umum. Jika terbukti, yang bersangkutan akan dikenakan tindakan pelanggaran administratif atau pelanggaran pidana Pemilu. Berdasarkan fakta tersebut, menurut Mahkamah dalil Pemohon tersebut tidak beralasan hukum; [3.22] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan tidak ada bilik suara pada waktu terjadi pencoblosan sehingga terjadi pelanggaran terhadap asas kerahasiaan di dalam menentukan pilihan. Hal ini telah dilaporkan oleh Dirman Arasyid dengan terlapor Masri (KPPS) yang ditindaklanjuti oleh Panwaslukada dengan laporan Nomor 17/Panwaslukada-DM/2010, tanggal 7 Juli 2010 (Bukti P-38). Pemohon juga mendalilkan telah terjadi mobilisasi oleh seorang Tim Sukses Pasangan Nomor Urut 2 yang bernama Bulkis, dengan maksud agar pemilih yang dijemputnya memilih Pasangan Nomor Urut 2. Hal ini juga telah dilaporkan oleh Dirman Arasyid dengan terlapor Bulkis kepada Panwaslukada yang ditindaklanjuti oleh Panwas dengan surat Nomor 8/Panwaslukada-DM/2010, tanggal 7 Juli 2010 (Bukti P-39). Termohon maupun Pihak Terkait membantah dalil tersebut dengan alasan bahwa dalil Pemohon tidak benar dan hal tersebut tidak beralasan hukum, karena yang ada hanyalah TPS dengan bilik suara tanpa kain penutup dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, proses penghitungan suara di TPS 33 Bukit Bajang yang dimaksud oleh Pemohon tersebut berlangsung aman dan lancar serta dihadiri oleh saksi-saksi Pasangan Calon, sedangkan berita acaranya ditandatangani seluruh saksi, dan tidak ada keberatan. Atas laporan dugaan pelanggaran dimaksud baru disampaikan Panwaslu Pemilukada Dharmasraya kepada Termohon pada tanggal 16 Juli 2010 (Bukti T-12). Berdasarkan fakta
59
tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa tidak ada pelanggaran signifikan yang merusak prinsip-prinsip Pemilu Luber dan Jurdil sehingga memengaruhi perolehan suara. Oleh karena itu dalil Pemohon tidak beralasan hukum; [3.23] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan Kapolres Dharmasraya AKBP Bambang Pristiwanto telah bertindak tidak netral dengan ikut mengkampanyekan untuk memenangkan Pasangan Calon Nomor Urut 2 dan meminta untuk tidak memilih Pemohon, yang dilakukannya pada beberapa tempat sesuai dengan pernyataan tertulis dari Olkawendi (Bukti P41), dan Muhamad Arif (Bukti P-42). Termohon membantah dalil Pemohon tersebut karena tindakan tersebut tidak jelas kapan dan di mana kejadiannya. Di samping itu Pemohon harus pula membuktikan bahwa tindakan Kapolres Dharmasraya AKBP Bambang Pristiwanto kebenarannya dapat mengganggu netralitas jajaran Polri. Hal tersebut juga dibantah oleh Pihak Terkait dengan alasan bahwa dalil Pemohon merupakan hal yang mengada-ada dan tidak berdasar. Di samping itu pernyataan tertulis Olkawendi dan Muhamad Arif tersebut jelas telah merendahkan martabat dan institusi Polri yang independen sebagai penegak hukum. Menurut Mahkamah, surat pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan bukti yang kuat dan meyakinkan tentang adanya tindakan dari Kapolres Dharmasraya AKBP Bambang Pristiwanto yang mendukung salah satu pasangan calon sehingga terjadi pelanggaran Pemilukada yang terstruktur. Oleh karena itu dalil Pemohon tidak terbukti; [3.24] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas, dalil-dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; 70.
KETUA: MOH. MAHFUD MD 4. KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2 Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan; [4.4] Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak beralasan menurut hukum; [4.5] Pokok permohonan tidak terbukti; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) dan Undang-Undang
60
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076),; 5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon dan Pihak Terkait; Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Kamis tanggal lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh yang diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari yang sama yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, Harjono, dan Ahmad Fadlil Sumadi masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Eddy Purwanto sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Dengan demikian sidang dinyatakan selesai dan sidang ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 23.00 WIB
Jakarta, 5 Agustus 2010 Kepala Biro Administrasi Perkara dan Persidangan,
Kasianur Sidauruk NIP. 19570122 198303 1001
61