MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 38/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 39/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 41/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 42/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 43/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 44/PHP.GUB-XV/2017 PERKARA NOMOR 45/PHP.GUB-XV/2017 PERKARA NOMOR 46/PHP.KOT-XV/2017 PERKARA NOMOR 47/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 48/PHP.KOT-XV/2017 PERIHAL PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI DOGIYAI PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI SORONG PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI PATI PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI PUNCAK JAYA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI MALUKU TENGAH PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN GUBERNUR GORONTALO PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN GUBERNUR BANTEN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI PULAU MOROTAI PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN BUPATI LANNY JAYA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN WALIKOTA JAYAPURA
ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN (IV)
JAKARTA SELASA, 4 APRIL 2017
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 38/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 39/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 41/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 42/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 43/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 44/PHP.GUB-XV/2017 PERKARA NOMOR 45/PHP.GUB-XV/2017 PERKARA NOMOR 46/PHP.KOT-XV/2017 PERKARA NOMOR 47/PHP.BUP-XV/2017 PERKARA NOMOR 48/PHP.KOT-XV/2017 PERIHAL Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Pemilihan
Bupati Dogiyai Bupati Sorong Bupati Pati Bupati Puncak Jaya Bupati Maluku Tengah Gubernur Gorontalo Gubernur Banten Bupati Pulau Morotai Bupati Lanny Jaya Walikota Jayapura
PEMOHON Markus Waine dan Angkian Goo (Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017) Zeth Kadakolo dan Ibrahim Pokko (Perkara Nomor 39/PHP.BUP-XV/2017) Gerakan Masyarakat Pati (GERAM PATI), dll (Perkara Nomor 41/PHP.BUP-XV/2017) Yustus Wonda dan Kirenius Telenggen (Perkara Nomor 42/PHP.BUP-XV/2017) Alter Sopacua dan Aswar Rahim (Perkara Nomor 43/PHP.BUP-XV/2017) Hana Hasanah Fadel dan Tonny S. Junus (Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017) Rano Karno dan Embay Mulya Syarief (Perkara Nomor 45/PHP.GUB-XV/2017) M. Ali Sangaji dan Yulce Makasarat (Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017) Briyur Wenda dan Paulus Kogoya (Perkara Nomor 47/PHP.BUP-XV/2017) Lembaga Demokrasi dan Riset Papua (PDRI) (Perkara Nomor 48/PHP.KOT-XV/2017)
ii
TERMOHON KPU Kabupaten Dogiyai KPU Kabupaten Sorong KPU Kabupaten Pati KIP Kabupaten Puncak Jaya KPU Kabupaten Maluku Tengah KPU Provinsi Gorontalo KPU Provinsi Banten KPU Kabupaten Pulau Morotai KPU Kabupaten Lanny Jaya KPU Kota Jayapura ACARA Pengucapan Putusan (IV) Selasa, 4 April 2017, Pukul 14.05 – 16.40 WIB Ruang Sidang Panel I Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Arief Hidayat Anwar Usman Aswanto I Dewa Gede Palguna Manahan MP Sitompul Maria Farida Indrati Suhartoyo Wahiduddin Adams
Saiful Anwar Wilma Silalahi Ery Satria Pamungkas Ria Indriani Hani Adhani Achmad Edi Subiyanto Syamsudin Noor Rizki Amalia
(Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti
iii
Pihak yang Hadir: A. Pemohon Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017: 1. Markus Waine B. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017: 1. Eko Perdana Putra 2. Rio Ramabaskara C. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017: 1. D. Pihak Terkait Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017: 1. Yakobus Dumupa 2. Oskar Makai E. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017: 1. Muh. Salman Darwis F.
Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 39/PHP.BUP-XV/2017: 1. Daniel Tonapa Masiku
G. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 39/PHP.BUP-XV/2017: 1. Yance Salambauw 2. Christoffel Tutuarima 3. Sukoharjono H. Kuasa Hukum Pemohon 41/PHP.BUP-XV/2017: 1. Haris Azhar I.
Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 41/PHP.BUP-XV/2017: 2. Umar Ma’ruf 3. Denny
J.
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 41/PHP.BUP-XV/2017: 1. R. M. Armaya Mangkunegara
iv
K. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 42/PHP.BUP-XV/2017: 1. Sudharmono K. Lewa Yusuf 2. Dhimas Pradana L. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 42/PHP.BUP-XV/2017: 1. Thomas Ulukyana 2. Abraham Ulukyana M. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 42/PHP.BUP-XV/2017: 1. Eliekezer Ismael Murafer 2. Novianti Magdalena N. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 43/PHP.BUP-XV/2017: 1. M. Fauzan Rahawarin 2. Abdul Jabbar O. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 43/PHP.BUP-XV/2017: 1. Anthoni Hatane 2. Charles Litaay P. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 43/PHP.BUP-XV/2017: 1. Helmy Sulilatu Q. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017: 1. Sandi Situngkir 2. Pilipus Tarigan R. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017: 1. Muh. Nursal 2. Baron Harahap S. Pihak Terkait Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017: 1. Rusli Habibi T. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017: 1. Meyka Camaru 2. Dorel Almir v
U. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 45/PHP.GUB-XV/2017: 1. Azis Fahri Pasaribu 2. Imran Mahfudi V. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 45/PHP.GUB-XV/2017: 1. Syarif Hidayatullah 2. Syamsudin Slawat Pesilette W. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 45/PHP.GUB-XV/2017: 1. 2. 3. 4. 5.
Ramdan Alamsyah Fery Renaldy Ismail Fahmi Fery Anka Arif Hidayat
X. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017: 1. Medya Rischa 2. Effendi Saragih 3. Mangalaban Silaban Y. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017: 1. Asep Andryanto Z. Pihak Terkait Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017: 1. Benny Laos 2. Asrun Padoma AA. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017: 3. Samsudin 4. Asrun BB. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 47/PHP.BUP-XV/2017: 1. Supriyono 2. Yanuar Trisulo CC. Kuasa hukum Termohon Perkara Nomor 47/PHP.BUP-XV/2017: 1. David Soumokil
vi
DD. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 47/PHP.BUP-XV/2017: 1. Habel Rumbiak 2. Juniana Sipayung EE. Pemohon Perkara Nomor 48/PHP.KOT-XV/2017: 1. Musa Rudamaga FF. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 48/PHP.KOT-XV/2017: 1. Ali Nurdin GG. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 48/PHP.KOT-XV/2017: 1. Eliekezer Murafer 2. Muh. Salman Darwis HH. KPU: 1. 2. 3. 4. 5.
Beatrix Wanane M. Nasich Abdul Samad Ningkeula Agus Supriatna Saima Nuang
(KPU Prov. Papua) (Ketua KPU Pati) (Ketua KPU Maluku Tengah) (Ketua KPU Banten) (Ketua KPU Pulau Morotai)
vii
SIDANG DIBUKA PUKUL 14.05 WIB 1.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang pengucapan putusan untuk Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017, 39/PHP.BUP-XV/2017, 41/PHP.BUP-XV/2017, 42/PHP.BUP-XV/2017, 43/PHP.BUP-XV/2017, 44/PHP.GUB-XV/2017, 45/PHP.GUB-XV/2017, 46/PHP.BUP-XV/2017, 47/PHP.BUP-XV/2017, dan 48/PHP.KOT-XV/2017 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Dalam Pemilihan Serentak 2017 dengan ini dimulai, dibuka, dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Saya cek kehadirannya terlebih dahulu. Untuk Termohon[Sic!] 38/PHP.BUP-XV/2017, hadir? Termohon[Sic!] 38/PHP.BUP-XV/2017? Di mana Pemohon 38/PHP.BUP-XV/2017?
2.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 38/PHP.BUPXV/2017: RIO RAMABASKARA Hadir, Yang Mulia.
3.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 39/PHP.BUP-XV/2017? Tidak hadir, belum. 41/PHP.BUP-XV/2017?
4.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 41/PHP.BUPXV/2017: HARIS AZHAR Hadir, Yang Mulia.
5.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 42/PHP.BUP-XV/2017?
6.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 42/PHP.BUPXV/2017: PILIPUS TARINGAN Hadir, Yang Mulia.
7.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 43/PHP.BUP-XV/2017? Dinyalakan itu, biar direkam.
1
8.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 43/PHP.BUPXV/2017: ABDUL JABBAR Hadir, Yang Mulia.
9.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 43/PHP.BUP-XV/2017, ya yang tadi? 44/PHP.GUB-XV/2017?
10.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 44/PHP.GUBXV/2017: PILIPUS TARIGAN Hadir, Yang Mulia.
11.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 45/PHP.GUB-XV/2017?
12.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 45/PHP.GUBXV/2017: AZIS FAHRI PASARIBU Hadir, Yang Mulia.
13.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 46/PHP.BUP-XV/2017?
14.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 46/PHP.BUPXV/2017: MEDYA RISCHA Hadir, Yang Mulia.
15.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 47/PHP.BUP-XV/2017?
16.
KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PHP.BUPXV/2017: SUPRIYONO Hadir, Yang Mulia.
17.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Dan 48/PHP.KOT-XV/2017?
2
18.
PEMOHON PERKARA NOMOR 48/PHP.KOT-XV/2017: MUSA RUDAMAGA Hadir, Yang Mulia.
19.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, untuk sekarang Termohon. Termohon 38/PHP.BUPXV/2017? Termohonnya di mana? Di belakang? Termohon? Lho, kok di situ? Lho, harus dicarikan tempat. Lebih baik kalau di situ, di luar saja. Dicarikan tempat, itu ada itu. Nanti kalau di sana, dikira enggak hadir, enggak dapat apa-apa nanti. Ya, ini tadi Termohon perkara berapa? 38/PHP.BUP-XV/2017.
20.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya. Sekarang Termohon 39/PHP.BUP-XV/2017?
21.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 39/PHP.BUPXV/2017: DANIEL TONAPA MASIKU Hadir, Yang Mulia.
22.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 41/PHP.BUP-XV/2017?
23.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 41/PHP.BUPXV/2017: Hadir, Yang Mulia.
24.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 42/PHP.BUP-XV/2017?
25.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 42/PHP.BUPXV/2017: THOMAS ULUKYANA Hadir, Yang Mulia.
26.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 43/PHP.BUP-XV/2017?
3
27.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 43/PHP.BUPXV/2017: CHARLES LITAAY Hadir, Yang Mulia.
28.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 44/PHP.GUB-XV/2017?
29.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 44/PHP.GUBXV/2017: M. NURSAL Hadir, Yang Mulia.
30.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 45/PHP.GUB-XV/2017?
31.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 45/PHP.GUBXV/2017: SYAMSUDIN SLAWAT PESILETTE Hadir, Yang Mulia.
32.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 46/PHP.BUP-XV/2017?
33.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 46/PHP.BUPXV/2017: ALI NURDIN Hadir, Yang Mulia.
34.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 47/PHP.BUP-XV/2017?
35.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 47/PHP.BUPXV/2017: DAVID SOUMOKIL Hadir, Yang Mulia.
36.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 48/PHP.KOT-XV/2017?
4
37.
KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 48/PHP.KOTXV/2017: ALI NURDIN Hadir, Yang Mulia.
38.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Pihak Terkait sekarang. Pihak Terkait 38/PHP.BUP-XV/2017?
39.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 38/PHP.BUPXV/2017: MUH. SALMAN DARWIS Hadir, Yang Mulia.
40.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Pihak Terkait 39/PHP.BUP-XV/2017?
41.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 39/PHP.BUPXV/2017: CHRISTOFFEL TUTUARIMA Hadir, Yang Mulia.
42.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 41/PHP.BUP-XV/2017?
43.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 41/PHP.BUPXV/2017: R. M. ARMAYA MANGKUNEGARA Hadir, Yang Mulia.
44.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 42/PHP.BUP-XV/2017?
45.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 42/PHP.BUPXV/2017: ELIEKEZER ISMAEL MURAFER Hadir, Yang Mulia.
46.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 43/PHP.BUP-XV/2017? 5
47.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 43/PHP.BUPXV/2017: HELMY SULILATU Hadir, Yang Mulia.
48.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 44/PHP.GUB-XV/2017?
49.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 44/PHP.GUBXV/2017: DOREL ALMIR Hadir, Yang Mulia, bersama Prinsipal.
50.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 45/PHP.GUB-XV/2017?
51.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 45/PHP.GUBXV/2017: RAMDAN ALAMSYAH Hadir, Yang Mulia.
52.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 46/PHP.BUP-XV/2017?
53.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 46/PHP.BUPXV/2017: SAMSUDIN Hadir, Yang Mulia, bersama Prinsipal.
54.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, 47/PHP.BUP-XV/2017?
55.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 47/PHP.BUPXV/2017: JUNIANA SIPAYUNG Hadir, Yang Mulia.
56.
KETUA: ARIEF HIDAYAT 48/PHP.KOT-XV/2017? 6
57.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 48/PHP.KOTXV/2017: MUH. SALMAN DARWIS Hadir, Yang Mulia.
58.
KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, kita mulai untuk pengucapan putusan. Dimulai dari Perkara Nomor 38/PHP.BUP-XV/2017 terlebih dahulu. PUTUSAN NOMOR 38/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tahun 2017, yang diajukan oleh Markus Waine dan Angkian Goo, S.Pi. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017, Nomor Urut 4 (empat). Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 24 Februari 2017, memberi kuasa kepada Carrel Ticualu, S.E., S.H., M.H., dan kawan-kawan, Advokat/Kuasa Hukum yang tergabung dalam Tim Hukum WAINE – GOO, berkedudukan di Jln. Raya Kelapa Nias Blok QB5 Nomor 1, Kelapa Gading, Jakarta Utara, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai----------------------------------Pemohon. terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dogiyai, beralamat di Jalan Raya Trans Nabire – Ilaga KM 200, Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai, Propinsi Papua. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 14 Maret 2017 memberi Kuasa kepada Guntoro, S.H.,M.H., dan kawan-kawan, para advokat pada kantor Gun & Rekan, beralamat di Jalan Menteng Atas Dalam No 9 Setiabudi, Jakarta Selatan 12960, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------Termohon. II. Nama : Yakobus Dumupa dan Oskar Makai. 7
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017 dengan Nomor Urut 1 (satu). Dalam hal ini memberi kuasa kepada Dr. Refly Harun, S.H., M.H., LL.M., dan kawan-kawan, para Advokat/Konsultan Hukum pada kantor Refly Harun & Partners, beralamat di Jl. Musyawarah I Nomor 10, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2017, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------- Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti para pihak. Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan. 59.
HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI PERTIMBANGAN HUKUM [3.1] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan lebih jauh permohonan Pemohon, Mahkamah memandang perlu untuk menegaskan kembali beberapa hal penting berkenaan dengan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak tahun 2017 sebagai berikut: Kesatu, perihal kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota, dan wakil walikota serentak 2017. Kedua, perihal keberlakuan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898, selanjutnya disebut Undang-Undang 10/2016) dalam hubungannya dengan pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati, dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota serentak 2017. Terhadap masalah yang kesatu: perihal kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, 8
bupati, dan walikota serentak 2017, Mahkamah berpendapat dan perlu memberikan penegasan: a. bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XI/2013, bertanggal 19 Mei 2014 dalam Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah telah menegaskan pendiriannya bahwa pemilihan gubernur, bupati, walikota bukan merupakan rezim pemilihan umum, oleh karena itu maka kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017 bukanlah kewenangan yang diturunkan dari Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 melainkan kewenangan tambahan yang bersifat sementara yang semata-mata dimaksudkan untuk menghindari kekosongan hukum. b. bahwa sifat sementara kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017, sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, tegas dinyatakan dalam Pasal 157 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang 10/2016 yang selengkapnya berbunyi: (1)Perkara perselisihan hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh badan peradilan khusus. (2)Badan peradilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk sebelum pelaksanaan Pemilihan serentak nasional. (3)Perkara perselisihan penetapan perolehan suara tahap akhir hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus. Dengan demikian, kewenangan Mahkamah untuk mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota akan berakhir begitu badan peradilan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) UndangUndang 10/2016 terbentuk. c. bahwa berdasarkan penjelasan sebagaimana diuraikan pada huruf a dan huruf b di atas, telah menjadi terang bahwa kedudukan Mahkamah dalam hubungannya dengan keseluruhan proses penyelesaian perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017 adalah sebagai pelaksana Undang-Undang yang kewenangannya telah ditentukan batas-batasnya, sebagaimana halnya dengan institusi-institusi lainnya sesuai dengan kewenangannya masing-masing, yaitu (i) untuk pelanggaran administratif kewenangan penyelesaiannya ada di tangan Komisi Pemilihan 9
Umum pada tingkatannya masing-masing (vide Pasal 10 UU Nomor 10/2016). (ii) untuk sengketa antarpeserta pemilihan kewenangan penyelesaiannya ada di tangan panitia pengawas pemilihan sesuai dengan tingkatannya masing-masing (vide Pasal 22B, Pasal 30, dan Pasal 33 Undang-Undang 10/2016). (iii) untuk sengketa penetapan pasangan calon kewenangan penyelesaiannya merupakan yurisdiksi pengadilan dalam lingkungan peradilan tata usaha negara (vide Pasal 135A, Pasal 153, dan Pasal 154 Undang-Undang 10/2016). (iv) untuk tindak pidana pemilihan kewenangan penyelesaiannya ada di tangan Sentra Gakkumdu, yaitu Bawaslu Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota, Kepolisian, Kejaksaan (vide Pasal 152), dan Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum (vide Pasal 146 Undang-Undang 10/2016), serta (v) untuk perselisihan hasil pemilihan kewenangannya diberikan kepada badan peradilan khusus yang dibentuk untuk itu, yang untuk sementara sebelum terbentuk kewenangan itu diberikan kepada Mahkamah Konstitusi (vide Pasal 157 UU Nomor 10/2016). Selanjutnya, terhadap masalah kedua: perihal keberlakuan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 dalam hubungannya dengan pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017, Mahkamah berpendapat dan perlu menegaskan: a. bahwa substansi Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 tidak berbeda dengan substansi Pasal 158 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut Undang-Undang 8/2015). Sementara itu, terhadap Pasal 158 Undang-Undang 8/2015 telah pernah dimohonkan pengujian konstitusionalitasnya yang oleh Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51/PUUXIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, telah dinyatakan ditolak dan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUUXIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, telah dinyatakan tidak dapat diterima karena Mahkamah berpendapat bahwa hal itu merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk Undang-Undang, sekaligus sebagai bagian upaya membangun struktur, substansi, dan terutama etika dan budaya politik yang makin dewasa.
10
Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51/PUU-XIII/2015, Mahkamah menyatakan, antara lain, [3.19] … bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum maka pembatasan demikian dapat dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara dalam Pasal 158 Undang-Undang 8/2015 merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk Undang-Undang untuk menentukannya, sebab pembatasan demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur signifikansi perolehan suara calon”. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-XIII/2015, Mahkamah menyatakan, antara lain, “Bahwa rasionalitas Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU 8/2015 sesungguhnya merupakan bagian dari upaya pembentuk Undang-Undang mendorong terbangunnya etika dan sekaligus budaya politik yang makin dewasa, yaitu dengan cara membuat perumusan norma UndangUndang di mana seseorang yang turut serta dalam kontestasi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tidak serta-merta menggugat suatu hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi dengan perhitungan yang sulit diterima oleh penalaran yang wajar”. b. bahwa selanjutnya, terkait dengan keberadaan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 tersebut, berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pasal 86 UndangUndang MK, Mahkamah telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya disebut PMK 1/2016) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya disebut PMK 1/2017) yang merupakan penjabaran terhadap ketentuan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 tersebut, yang selanjutnya 11
dijadikan pedoman oleh Mahkamah dalam melaksanakan kewenangannya yang diberikan oleh Undang-Undang 10/2016 dalam mengadili perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2017. c. bahwa keberadaan Mahkamah dalam diskursus/perdebatan tentang penerapan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 dalam persoalan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota harus dibedakan dengan keberadaan Mahkamah dalam persoalan permohonan untuk mengesampingkan penerapan Pasal 158 UndangUndang 10/2016. Dalam hal yang disebutkan terdahulu, kedudukan Mahkamah adalah sebagai pelaksana UndangUndang dan itu pun sifatnya sementara, sedangkan dalam hal yang disebut belakangan kedudukan Mahkamah adalah sebagai organ negara yang sedang melaksanakan fungsinya “mengadili” norma Undang-Undang. Dengan demikian, mencampuradukkan kedudukan Mahkamah dalam dua keadaan yang berbeda tersebut dengan dalih demi keadilan substantif adalah tindakan yang justru mencederai keadilan itu sendiri. [3.2] Menimbang bahwa meskipun Undang-Undang 10/2016 adalah Undang-Undang perubahan dari Undang-Undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang 8/2015, secara substansial tidak ada perbedaan antara UU 8/2015 dan Undang-Undang 10/2016 yang berkenaan dengan kewenangan Mahkamah. Sementara itu, substansi pertimbangan sebagaimana diuraikan pada paragraf [3.1] di atas sesungguhnya telah diuraikan secara panjang lebar dalam pertimbangan hukum putusan-putusan Mahkamah dalam perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2015 (vide Putusan Mahkamah Nomor 8/PHP.BUPXIV/2016, bertanggal 21 Januari 2016, paragraf [3.1] sampai dengan paragraf [3.2.15] dan putusan-putusan lainnya dalam perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota serentak 2015), sehingga dengan demikian pertimbangan hukum Mahkamah pada putusan dalam perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2015 dimaksud mutatis mutandis berlaku pula terhadap permohonan a quo. [3.3] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan pada paragraf [3.1] sampai dengan paragraf [3.2] di atas, Mahkamah berpendapat: a. Bahwa tidak terdapat dasar hukum bagi Mahkamah untuk memperluas kewenangannya sendiri, sehingga melampaui kewenangan yang diberikan kepadanya oleh Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang 10/2016 yaitu kewenangan mengadili perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan 12
walikota. Dengan kata lain, secara a contrario, tidak mungkin bagi Mahkamah memperluas kewenangannya, sehingga melampaui kewenangan yang diberikan berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang 10/2016 tanpa menyerobot kewenangan yang dimiliki oleh institusi-institusi lainnya. Dengan demikian, Mahkamah tidak sependapat dengan dalil-dalil yang dibangun Pemohon yang dengan dalih menegakkan keadilan substantif lalu hendak “memaksa” Mahkamah, melanggar dan mengabaikan batas-batas kewenangan yang diberikan kepada Mahkamah oleh UndangUndang, in casu Undang-Undang 10/2016. Sekali Mahkamah terbujuk untuk melampaui batas-batas itu, maka hal itu akan menjadi preseden buruk dalam penegakan hukum dan keadilan di masa yang akan datang, khususnya yang berkenaan dengan penyelesaian perkara perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota, sehingga pada saat yang sama akan dengan sendirinya juga menjadi preseden buruk bagi upaya membangun budaya demokrasi yang menghormati ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku universal dalam negara hukum yang demokratis (constitutional democratic state). b. bahwa dalam hubungannya dengan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016, Mahkamah tidak mungkin mengesampingkan keberlakuan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016, sebab mengesampingkan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 sama halnya dengan menentang putusan dan pendiriannya sendiri sebagaimana ditegaskan dalam Putusan Nomor 58/PUUXIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, dan PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017. Demikian pula, Mahkamah tidak mungkin mengesampingkan keberlakuan Pasal 158 Undang-Undang 10/2016, tanpa mencampuradukkan kedudukan Mahkamah sebagai pelaksana (sementara) Undang-Undang (in casu Undang-Undang 10/2016) dan kedudukan Mahkamah sebagai pengadil Undang-Undang atau kedudukan Mahkamah dalam melaksanakan kewenangan lainnya yang diturunkan dari Pasal 24C UUD 1945. Pengesampingan keberlakuan suatu norma Undang-Undang hanya dapat dilakukan oleh Mahkamah tatkala Mahkamah sedang melaksanakan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh Konstitusi, in casu Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, bukan tatkala Mahkamah sedang menjadi pelaksana ketentuan Undang-Undang, sebagaimana halnya dalam perkara a quo. Oleh karena itu, Mahkamah tidak sependapat dengan dalil Pemohon yang dengan dalih 13
menegakkan keadilan substantif lalu “memaksa” Mahkamah untuk, di satu pihak, mengubah pendiriannya tanpa landasan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah penalaran hukum sehingga dapat menjadi persoalan serius dalam konteks akuntabilitas peradilan (judicial accountability) dan di pihak lain memperlakukan pihak-pihak lain secara tidak fair, yaitu mereka yang karena sadar akan norma yang ditentukan dalam Pasal 158 Undang-Undang 10/2016 lalu memutuskan untuk tidak mengajukan permohonan kepada Mahkamah, padahal mereka boleh jadi memiliki argumentasi yang lebih kuat atau setidak-tidaknya sama kuatnya dengan argumentasi Pemohon dalam permohonan a quo. 60.
HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Termohon Nomor 07/Kpts/KPU-DGY/II/Tahun 2017, tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Dogiyai Tahun 2017, tanggal 22 Februari 2017 [vide bukti P-03 = bukti TD.3.001 = bukti PT-4]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UndangUndang 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai berikut: Pasal-pasal dimaksud dianggap dibacakan. [3.6.3] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) Undang-Undang 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016, sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Tahap Akhir Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. [3.6.4] Bahwa Pasal 1 angka 27 PMK 1/2017 menyatakan, dianggap dibacakan. [3.6.5] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai diumumkan oleh Termohon, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan 14
Umum Kabupaten Dogiyai Nomor 07/Kpts dan seterusnya tahun 2017, tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017, hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 16.15 WIT (vide bukti TD.3.001). [3.6.6] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017 adalah hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 24.00 WIB sampai dengan hari Jum’at tanggal 24 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.7] Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Jum’at tanggal 24 Februari 2017, pukul 14.55 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 4/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon/eksepsi Pihak Terkait yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [3.9] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum (Legal Standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang 8/2015, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 10/2016, Pasal 157 ayat (4) UndangUndang 10/2016, Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017? 2) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a Undang-Undang 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016? [3.10] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: [3.10.1] Bahwa Pasal 1 angka 4 Undang-Undang 8/2015, Pasal 157 ayat (4) Undang-Undang 10/2016, Pasal 2 huruf a,
15
dan Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 1/2016, menyatakan (pasal-pasal dimaksud dianggap dibacakan). [3.10.2]Bahwa Keputusan Termohon Nomor 11/Kpts/KPU.Dogiyai/X/2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017, tanggal 24 Oktober 2016, dan Keputusan Termohon Nomor 12/Kpts/KPU.Dogiyai/X/2016 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017, tanggal 25 Oktober 2016, menyatakan bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017 dengan Nomor Urut 4 (empat). [3.10.3]Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai tahun 2017, dengan Nomor Urut 4 (empat). [3.10.4] Bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf a Undang-Undang 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, menyatakan (dianggap dibacakan). [3.10.5]Bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Dogiyai berdasarkan Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten Dogiyai Jumlah Penduduk Kabupaten Dogiyai adalah sebanyak 159.518 jiwa [vide bukti TB-001], sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) untuk dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017 adalah paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Dogiyai. [3.10.6]Bahwa jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak adalah paling banyak 2% x 126.717 suara (total suara sah) = 2.534 suara. [3.10.7] Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 36.888 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 46.034 suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah 9.146 suara, atau setara dengan 19,8%, sehingga lebih dari 2.534 suara.
16
[3.11] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Tahun 2017, namun Pemohon tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a Undang-Undang 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.12] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum maka eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan. 61.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hokum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili, 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU1X
17
Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Manahan M.P Sitompul, I Dewa Gede Palguna, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal tiga puluh, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 14.38 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Manahan M.P Sitompul, I Dewa Gede Palguna, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Saiful Anwar sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. Berikut, Perkara Nomor 39/PHP.BUP-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 39/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Tahun 2017, yang diajukan oleh: Zeth Kadakolo, S.E., M.M. dan H. Ibrahim Pokko. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017, Nomor Urut 1 (satu). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 27 Februari 2017, memberi kuasa kepada Habel Rumbiak, S.H., SpN. dan Muhajir, S.H., advokat dan konsultan hukum pada kantor Kamasan Law Firm, beralamat di Gedung Arva Lantai 3, Jalan R.P. Soeroso Nomor 40, Gondangdia Lama, Jakarta Pusat, baik sendirisendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. Terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong, berkedudukan di Jalan Baru Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.
18
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 13 Maret 2017, memberi kuasa kepada Daniel Tonapa Masiku, S.H. dan kawan-kawan advokat/konsultan hukum, beralamat di Gedung ITC Cempaka Mas Lantai 7 Nomor 12C, Jalan Letjend Suprapto Kav-1, Jakarta Pusat, dan kepada Alexi Sasube, S.H., advokat dan konsultan hukum pada kantor Hukum Alexi Sasube & Rekan, beralamat di Jalan Jenderal Sudirman RT. 04/RW. IV, Kelurahan Malabutor, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong, Papua Barat, baik secara bersama-sama maupun sendirisendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------- Termohon. II.
Nama: Dr. Johny Kamuru, S.H., M.Si. dan Suko Harjono, S.Sos., M.Si. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017, Nomor Urut 2 (dua). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 02/SK dan seterusnya, tanggal 16 Maret 2017 memberi kuasa kepada Yance Salambauw, S.H., M.H. dan kawan-kawan advokat/penasihat hukum pada kantor Hukum (Law Office) Yance Salambauw & Rekan, yang beralamat di Jalan Dotulolong Lasut Nomor 32, Lt. II, Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------Pihak Terkait.
[1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian Duduk Perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan. 62.
HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong Nomor 025/SK Tahun 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017, bertanggal 24 Februari 2017 (vide bukti P-1 19
dan seterusnya). Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai berikut. Pasal-pasal tersebut dianggap dibacakan. [3.6.3] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Tahap Akhir Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. [3.7] Dianggap dibacakan. [3.7.1] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017 diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong Nomor 025/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017, hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 04.15 WIT (vide bukti P-1 dan seterusnya). [3.7.2] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 04.15 WIT sampai dengan hari Selasa, tanggal 28 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.8] Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, pukul 16.44 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 21/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.9] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki
20
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [3.10] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 1) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4 UU 8/2015 sebagaimana telah diubah dengan UU 10/2016, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016? 2) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017? [3.11] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut, Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut. [3.11.1] Bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015 sebagaimana telah diubah dengan UU 10/2016, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, menyatakan: Pasal-pasal tersebut dianggap dibacakan. [3.11.2] Bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong Nomor 010/Kpts/2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Periode 2017 – 2022, bertanggal 24 Oktober 2016 (vide bukti P-5 dan seterusnya), yaitu sebagai berikut. Johny Kamuru, S.H., M.Si. dan Suko Harjono, S.Sos., M.Si. Zeth Kadakolo, S.E., M.M. dan H. Ibrahim Pokko. Sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong. Serta Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong Nomor 011/Kpts/2016 tentang Pengundian, dan Pencabutan, serta Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Periode 2017-2022, bertanggal 25 Oktober 2016 (vide bukti P-6 dan seterusnya), sebagai berikut. Nama Nama Calon Nomor No. Calon Wakil Urut Bupati Bupati Zeth H. 1. 1 Kadakolo, Ibrahim 21
S.E., M.M. 2.
Dr. Johny Kamuru, S.H., M.Si.
Pokko Suko Harjono, S.Sos., M.Si.
2
[3.11.3] Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Sorong Tahun 2017, dengan Nomor Urut 1 (satu). [3.11.4] Bahwa Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong Nomor 025/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017, bertanggal 24 Februari 2017 (vide bukti P-1), menetapkan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017 sebagai berikut. [a] Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Nomor Urut 1, Sdr. Zeth Kadakolo, S.E., M.M. dan Sdr. H. Ibrahim Pokko dengan perolehan suara sebanyak 21.875 (dua puluh satu ribu delapan ratus tujuh puluh lima) suara dan [b] Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Nomor Urut 2, Sdr. Dr. Johny Kamuru, S.H., M.Si. dan Sdr. Suko Harjono, S.Sos., M.Si. dengan perolehan suara sebanyak 33.773 (tiga puluh tiga ribu tujuh ratus tujuh puluh tiga) suara dan sesuai Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sorong Tahun 2017 (vide bukti P-3), bertanggal 23 Februari 2017. [3.11.5] Bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, menyatakan: Pasal-pasal tersebut dianggap dibacakan. [3.11.6] Bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sorong berdasarkan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) Semester II 2015 per 31 Desember 2015 adalah 117.945 (seratus tujuh belas ribu sembilan ratus empat puluh lima) jiwa, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak untuk dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Tahun 2017 adalah paling banyak sebesar 2% (dua persen) dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sorong. 22
[3.11.7] Bahwa jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) adalah paling banyak 2% x 55.648 suara (total suara sah) = 1.113 (seribu seratus tiga belas) suara. [3.11.8] Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 21.875 (dua puluh satu ribu delapan ratus tujuh puluh lima) suara, sedangkan perolehan suara pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihat Terkait) adalah 33.773 (tiga puluh tiga ribu tujuh ratus tujuh puluh tiga) suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah 11.898 (sebelas ribu delapan ratus sembilan puluh delapan) suara (21.38%), sehingga lebih dari 1.113 (seribu seratus tiga belas) suara. [3.12] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Sorong Tahun 2017, namun Pemohon tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 UU 8/2015 sebagaimana telah diubah dengan UU 10/2016 dan Pasal 7 PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.13] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum, maka eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. 63.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. 23
[4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Manahan M.P Sitompul, I Dewa Gede Palguna, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal tiga puluh, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 14.54 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Wilma Silalahi sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri Termohon/Kuasa Hukumnya, Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya, tanpa dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya. Berikutnya, Perkara Nomor 41/PHP.BUP-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 41/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, yang diajukan oleh Sutiyo, Awang Dodik Setiawan, Digdo Agoes Soeharto, Sunarto, dan Moh. Hadi. Kesemuanya adalah warga negara Indonesia, penduduk Kabupaten Pati yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Pati (GERAM PATI) alias Aliansi Kotak
24
Kosong untuk Pati yang Bermartabat yang beralamat di Tlogo Ayu Gabus, Pati. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 28 Februari 2017, memberi kuasa kepada Haris Azhar, S.H., M.A., dan kawan-kawan keseluruhannya adalah Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi Gerakan Masyarakat Pati (GERAM PATI) yang beralamat di Kantor Kontras, Jalan Kramat II Nomor 7, Kwitang, Jakarta Pusat, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. Terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pati, berkedudukan di Jalan Kolonel Sunandar Nomor 54, Kabupaten Pati. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 15/UMP dan seterusnya, bertanggal 14 Maret 2017, memberi kuasa kepada Dr. H. Umar Ma’ruf, S.H., Sp.N., M.Hum., dan kawan-kawan para Advokat dan Advokat Magang yang bergabung pada Kantor Advokat & Pengacara “Umar MF & Partners” yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta Nomor 28, Pedurungan, Semarang, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------- Termohon. II. H. Haryanto, S.H., M.M., M.Si., dan H. Saiful Arifin. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pati Tahun 2017. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 72/SKK dan seterusnya tanggal 15 Maret 2017 memberi kuasa kepada RM. Armaya Mangkunegara, S.H., M.H., dan kawan-kawan Advokat pada Mangkunegara Law Firm yang beralamat di Ruko Taman Buah Nomor 09, Jalan Taman Buah Boulevard, Kompleks Puri Beta 2, Ciledug, Kota Tangerang, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai -------------------------Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan.
25
64.
HAKIM ANGGOTA: MANAHAN M. P. SITOMPUL PERTIMBANGAN HUKUM Kewenangan Mahkamah [3.1] Dianggap dibacakan. [3.2] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pati Nomor 16/Kpts dan seterusnya tahun 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pati Tahun 2017, tanggal 23 Februari 2017 [vide bukti P-1 dan seterusnya]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan Dalam Eksepsi [3.3] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon dan pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait yang menyatakan bahwa pengajuan permohonan Pemohon telah melewati tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Dengan Satu Pasangan Calon (selanjutnya disebut PMK 2/2016) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Dengan Satu Pasangan Calon (selanjutnya disebut PMK 2/2017). [3.3.1] Bahwa Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 menyatakan, “Peserta Pemilihan mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota”. [3.3.2] Bahwa Pasal 1 angka 21 PMK 2/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 2/2017 menyatakan, “Hari kerja adalah hari kerja Mahkamah Konstitusi, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat”. Selanjutnya Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5) PMK 2/2017 menyatakan, “Permohonan Pemohon diajukan kepada Mahkamah paling lambat 3 26
(tiga) hari kerja terhitung sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan oleh KPU/KIP Provinsi atau KPU/KIP Kabupaten/Kota.” dan “Hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB.” [3.4] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 serta Pasal 1 angka 21, Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5) PMK 2/2017, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. Hari kerja dimaksud adalah hari kerja Mahkamah, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat, pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB. [3.4.1] Bahwa penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pati Tahun 2017 diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pati Nomor 16/Kpts dan seterusnya tahun 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pati Tahun 2017, hari Kamis, tanggal 23 Februari 2017, pukul 15.05 WIB [vide bukti P-1 dan seterusnya]. [3.4.2] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Kamis, tanggal 23 Februari 2017, pukul 15.05 WIB sampai dengan hari Senin, 27 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.4.3] Bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa, tanggal 28 Februari 2017, pukul 21.12 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 37/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait bahwa permohonan Pemohon diajukan melewati tenggang waktu beralasan menurut hukum. [3.5] Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon diajukan melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan maka kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait, serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan.
27
65.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan beralasan menurut hukum. [4.3] Permohonan Pemohon melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.4] Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, Aswanto, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, dan Wahiduddin Adams, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal dua puluh tiga, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 15.05 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, Aswanto, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, dan Wahiduddin Adams, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Rizki Amalia sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasa hukumnya, Termohon/kuasa hukumnya, dan Pihak Terkait/kuasa hukumnya. Berikutnya, Perkara Nomor 42/PHP.BUP-XV/2017. 28
PUTUSAN NOMOR 42/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua Tahun 2017, diajukan oleh Yustus Wonda, S.Sos., M.Si. dan Kirenius Telenggen, S.Th., M.CE. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya Tahun 2017 Nomor Urut 1. Berdasrkan Surat Kuasa Khusus Nomor 299/SK dan seterusnya tanggal 1 Maret 2017, memberi kuasa kepada Jou Hasyim Waimahing, S.H., M.H., dan Sudharmono K. Lewa Yusuf, S.H., advokat/kuasa hukum pada Kantor Advokat/Pengacara & Konsultan Hukum Jou Hasyim Waimahing & Associates, beralamat di Komplek Duta Merlin Blok B Nomor 31-32, lt.2, Jalan Gajah Mada Nomor 3-5, Jakarta Pusat dan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 3 Maret 2017, memberi kuasa kepada Heru Widodo, S.H., M.Hum. dan kawan-kawan advokat/kuasa hukum pada kantor Heru Widodo Law Office (HWL), beralamat di Menteng Square Tower A Lantai 3 AO-12 Jalan Matraman Raya Kav. 30-E, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, baik sendirisendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai----------------------------------Pemohon. Terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya, beralamat di Jalan Drs. Philipus Andreas Coem, Distrik Pagaleme Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 72/KPU dan seterusnya tanggal 15 Maret 2017 memberi kuasa kepada Thomas Ulukyanan, S.H. dan Abraham Krisleo Ulukyanan, S.H., advokat/kuasa hukum pada Kantor Advokat & Konsultan Hukum Thomas Ulukyanan, S.H. & Rekan, Jalan Jenderal Sudirman, RT 04/RW 02, Kelurahan Ohoijang-Watdek, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------Termohon.
29
II. Yuni Wonda, S.Sos., S.I.P., M.M. dan Deinas Geley, S.Sos., M.Si. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, Nomor Urut 3 (tiga). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2017, memberi kuasa kepada Paskalis Letsoin, S.H., M.H., dan kawan-kawan, advokat/kuasa hukum pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum Paskalis Letsoin, S.H., M.H. & Rekan, beralamat di Jalan Karang V Grand II-Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Provinsi Papua, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------ Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Mendengar dan membaca Keterangan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait, serta Bukti Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya. Bagian duduk perkara dan selanjutnya, dianggap telah dibacakan. 66.
HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI PERTIMBANGAN HUKUM Kewenangan Mahkamah [3.2] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017 pukul 14.30 WIT [vide bukti P1, = bukti TD.3.001 = bukti PT-1]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [3.3] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan mengenai tenggang waktu, kedudukan hukum dan pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa setelah Mahkamah membaca permohonan dan mendengar Permohonan Pemohon, Jawaban Termohon, 30
Keterangan Pihak Terkait, serta Keterangan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya, Keterangan KPU Republik Indonesia didapati fakta-fakta hukum sebagai berikut: a. Bahwa Pemohon pada pokoknya mempermasalahkan mengenai Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017. b. Bahwa dari 26 distrik yang ada di Kabupaten Puncak Jaya, hanya 20 distrik yang dihitung perolehan suaranya dan terhadap enam distrik lainnya tidak dilakukan penghitungan oleh Termohon. Oleh karena itu menurut Pemohon, Keputusan KPU Kabupaten Puncak Jaya sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas tidak dapat digunakan sebagai dasar penentuan penghitungan ambang batas dalam pengajuan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara ke Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 ayat (2) huruf b UU 10/2016. c. Bahwa Termohon menyatakan dari 26 distrik hanya 20 distrik yang memenuhi syarat untuk dilakukan rekapitulasi hasil penghitungan suaranya, terhadap enam distrik tidak dapat dilakukan rekapitulasi penghitungan suara karena minimnya data autentik formulir penghitungan suara tingkat PPS dan Formulir rekapitulasi penghitungan suara tingkat PPD. d. Bahwa Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya dalam keterangannya yang disampaikan dalam persidangan tanggal 22 Maret 2017 menyatakan bahwa telah mengeluarkan rekomendasi Nomor 085/K/2017, tanggal 27 Februari 2017 yang menyatakan: “Setelah Panwaslu Kabupaten Puncak Jaya mengetahui dan menyaksikan rekapitulasi PPD distrik kepada KPU. Dapat Kami mengetahui bahwa dokumen negara yang dikembalikan oleh PPD ke-6 distrik yaitu Distrik Lumo, Distrik Yamoneri, Distrik Ilamburawi, Distrik Molanikime, Distrik Dagai dan Distrik Yambi. Dari keenam distrik ini hasil hasil kepastian dokumen dan administrasinya tidak lengkap dari Model DAA Plano, DA.1, Plano, Model, C.1.KWK dan dokumen penting lainnya menurut keterangan para saksi masing-masing Pasangan Calon Nomor Urut 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga). Maka Panwas Kabupaten Puncak Jaya menanggapi rekapitulasi 31
penetapan suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya maka memberi pendapat, saran dan merekomendasikan bahwa hasil PPD ke-6 distrik tersebut tidak dapat disahkan oleh KPU Kabupaten Puncak Jaya pada rapat Pleno tanggal 27 Februari 2017 sebab format otentik yang dikeluarkan oleh PPD dari ke-6 distrik tidak dapat dikembalikan sebagai bahan pertimbangan dalam rapat pleno”. e. Bahwa berdasarkan rekomendasi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya tersebut pada huruf d di atas, Termohon menetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tanpa menyertakan perolehan suara di keenam distrik dimaksud. f. Bahwa dalam persidangan hari Rabu, tanggal 22 Maret 2017 Komisi Pemilihan Umum melalui Komisioner Ida Budhiati yang keterangannya sesuai dengan surat Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 219/KPU/2017, tanggal 13 Maret 2017 yang dikirimkan kepada Mahkamah yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan tugas KPU Kabupaten Puncak Jaya tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan mengabaikan hasil penghitungan suara di enam distrik, yaitu 1) Distrik Dagai, 2) Distrik Ilamburawi, 3) Distrik Lumo, 4) Distrik Molanikime, 5) Distrik Yambi, dan 6) Distrik Yamoneri. Oleh karena itu, KPU RI memandang perlu memerintahkan KPU Kabupaten Puncak Jaya melalui KPU Provinsi Papua untuk melakukan koreksi terhadap keputusan tersebut. Selain itu dalam persidangan pendahuluan tanggal 17 Maret 2017 yang agendanya mendengar permohonan Pemohon, KPU melalui Komisioner Ida Budhiati juga telah meminta kepada Mahkamah untuk mempertimbangkan dan memberikan pengecualian guna memberikan solusi atas hasil rekapitulasi yang belum mencakup seluruh hasil pemilihan di Kabupaten Puncak Jaya. [3.4] Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di atas, Mahkamah menilai, meskipun prima facie Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017, merupakan objek dalam perkara perselisihan pemilihan gubernur, 32
bupati, dan walikota sebagaimana tercantum dalam Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016 dan Pasal 4 huruf a PMK 1/2017, namun objek permohonan yang diajukan Pemohon tersebut premature. Karena rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di Kabupaten Puncak Jaya tanpa menyertakan dan mengabaikan hasil penghitungan suara di enam distrik, yaitu 1) Distrik Lumo, 2) Distrik Yamoneri, 3) Distrik Ilamburawi, 4) Distrik Molanikime, 5) Distrik Dagai, dan 6) Distrik Yambi, sehingga sesungguhnya belum memenuhi persyaratan sebagai objek permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016. [3.5] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan pada paragraf [3.4] di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara sebagaimana termuat dalam Keputusan KPU Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017, tidak dapat dijadikan rujukan bagi Mahkamah untuk menerapkan ambang batas selisih perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait sebagaimana dimaksud Pasal 158 UU 10/2016. [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Jawaban Termohon yang dipertegas dalam persidangan pada hari Rabu, tanggal 22 Maret 2017 bahwa rekapitulasi hasil penghitungan suara di keenam distrik sebagaimana disebutkan pada paragraf [3.4] di atas tidak dapat dilakukan dikarenakan dokumen rekapitulasi hasil penghitungan suara tidak utuh, dalam keadaan rusak dan hilang. Berdasarkan alasan tersebut dan setelah mendapatkan rekomendasi dari Panwas Kabupaten Puncak Jaya Nomor 085/K/2017 serta pertimbangan situasi keamanan, Termohon memutuskan untuk melakukan rekapitulasi tanpa menyertakan perolehan suara dari enam distrik dimaksud. Oleh karena itu Mahkamah berpendapat bahwa rekapitulasi hasil penghitungan suara dan hasil pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 sebagaimana termuat dalam Keputusan KPU Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017, adalah cacat hukum. Dalam hubungan ini, Mahkamah tidak sependapat dengan pendapat Termohon dalam jawabannya yang disampaikan dalam persidangan pada hari Rabu, tanggal 22 Maret 2017, yang antara lain menyatakan bahwa pemungutan suara ulang tidak membawa manfaat positif bagi masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya karena massa pendukung masing-masing pasangan calon tidak mengerti 33
esensi keputusan Termohon yang menjadi objek permohonan dan mengedepankan emosi masyarakat yang rentan dengan kondisi keamanan di Kabupaten Puncak Jaya, pembiayaan yang membengkak dan menjadi beban anggaran daerah/negara hanya karena ambisi politik beberapa elit politik yang mengatasnamakan rakyat. Apabila alasan demikian diterima sama artinya Mahkamah mengesampingkan asas-asas negara hukum yang demokratis yang justru menjadi landasan diselenggarakannya pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota secara langsung. Dengan demikian demi kepastian hukum yang adil, Mahkamah mempunyai alasan yang kuat untuk memerintahkan dilakukannya pemungutan suara ulang di semua TPS di enam distrik, yaitu 1) Distrik Lumo, 2) Distrik Yamoneri, 3) Distrik Ilamburawi, 4) Distrik Molanikime, 5) Distrik Dagai, dan 6) Distrik Yambi. Oleh karena itu Mahkamah memandang perlu untuk menangguhkan berlakunya rekapitulasi hasil perolehan suara sebagaimana termuat dalam Keputusan KPU Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017. [3.7] Menimbang bahwa oleh karena KPU Kabupaten Puncak Jaya berpendapat tidak ada gunanya dilakukan pemungutan suara ulang sebagaimana dinyatakan pada paragraf [3.6] di atas ditambah dengan keterangannya yang menyatakan antara lain: “c. Bila terjadi kerusuhan dan jatuh korban mati lagi siapa yang menjamin dan bertanggungjawab, atau nyawa saudara kita yang hidup di Kabupaten sudah tidak berharga lagi sehingga setiap saat untuk memaksa kepentingan politik para elit masyarakat kecil ditembak mati saja, toh tidak pernah diproses secara hukum”, sehingga Mahkamah berpendapat bahwa KPU Kabupaten Puncak Jaya tidak berkehendak untuk melakukan tugas dan kewenangannya secara serius oleh karena itu pemungutan suara ulang di enam distrik sebagaimana disebutkan pada paragraf [3.6] di atas harus dilakukan oleh KPU Provinsi Papua di bawah supervisi KPU RI dan dengan pengawasan Bawaslu Provinsi Papua di bawah supervisi Bawaslu RI. [3.8] Menimbang bahwa dengan memperhatikan tingkat kesulitan, jangka waktu, dan kemampuan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua dan aparat penyelenggara serta peserta Pemilihan dalam pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang, Mahkamah berpendapat bahwa waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pemungutan suara ulang adalah 60 (enam puluh) hari kerja setelah diucapkannya putusan Mahkamah dan melaporkannya kepada 34
Mahkamah dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkannya rekapitulasi pemungutan suara ulang di tingkat kabupaten. [3.9] Menimbang bahwa tugas pengamanan berada pada Kepolisian Negara RI, oleh karena itu Mahkamah memerintahkan kepada Kepolisian Negara RI untuk memerintahkan jajarannya guna mengamankan jalannya Pemungutan Suara Ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tersebut agar berjalan dengan aman, objektif, dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. [3.10] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, eksepsi Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan. 67.
HAKIM KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 harus dilakukan Pemungutan Suara Ulang di semua TPS di enam distrik yaitu Distrik Lumo, Distrik Yamoneri, Distrik Ilamburawi, Distrik Molanikime, Distrik Dagai dan Distrik Yambi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili Sebelum menjatuhkan Putusan Akhir: 1. Menyatakan rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 sebagaimana termuat dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/KPU-Kab-030.434166/TAHUN 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017 yang tanpa mengikutsertakan 6 (enam) distrik adalah cacat hukum.
35
2. Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Kabupaten Puncak Jaya Nomor 14/Kpts/KPU-Kab-030.434166/TAHUN 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017, bertanggal 27 Februari 2017. 3. Memerintahkan kepada KPU Provinsi Papua untuk melakukan pemungutan suara ulang Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 di semua TPS di enam distrik yaitu Distrik Lumo, Distrik Yamoneri, Distrik Ilamburawi, Distrik Molanikime, Distrik Dagai dan Distrik Yambi. 4. Memerintahkan kepada KPU RI untuk melakukan supervisi kepada KPU Provinsi Papua dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017. 5. Memerintahkan kepada Bawaslu RI untuk melakukan supervisi kepada Bawaslu Provinsi Papua dalam pengawasan pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017. 6. Memerintahkan kepada Kepolisian RI untuk melakukan pengamanan dalam pelaksanaan pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017. 7. Memerintahkan kepada KPU Provinsi Papua untuk melaporkan kepada Mahkamah mengenai hasil penghitungan suara dan pemun … mengenai … saya ulangi, untuk melaporkan kepada Mahkamah dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkan. 8. Memerintahkan kepada KPU RI untuk melaporkan kepada Mahkamah hasil supervisinya terhadap KPU Provinsi Papua dalam pelaksanaan pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkan. 9. Memerintahkan kepada Bawaslu Provinsi Papua untuk melaporkan hasil pengawasan kepada Mahkamah mengenai hasil penghitungan suara dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkan. 10. Memerintahkan kepada Bawaslu RI untuk melaporkan kepada Mahkamah perihal hasil supervisinya mengenai pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi Papua dalam pemungutan suara ulang … saya ulangi, dalam penghitungan suara dalam pemungutan suara ulang dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2017 tersebut paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah ditetapkan. KETUK PALU 1X 36
Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, I Dewa Gede Palguna, Manahan MP Sitompul, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota pada hari Kamis, tanggal tiga puluh bulan Maret tahun dua ribu tujuh belas, dan pada hari jumat, tanggal tiga puluh satu bulan Maret tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari ini Selasa, tanggal empat bulan April tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 15.28 WIB oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan diban … didampingi oleh Ria Indriyani sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. Berikutnya, Perkara Nomor 43/PHP.BUP-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 43/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku Tahun 2017 yang diajukan oleh Alter Sopacua dan Aswar Rahim. Sebagai perseorangan warga negara dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2017. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 28 Februari 2017 memberi kuasa kepada Abdul Jabbar dan kawan-kawan, Advokat Penasehat Hukum dan Konsultan Hukum, beralamat di Jalan Pangeran Jayakarta 101 C/7 Jakarta Pusat baik secara bersamasama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. Terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Maluku Tengah, berkedudukan di Jalan R. A. Kartini, Kelurahan Namaelo, Kota Masohi. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 14 Maret 2017 memberi kuasa kepada Anthoni Hatane, S.H., M.H. dan kawan-kawan, Advokat/Penasihat Hukum pada Law Firm Hatane & Associates beralamat di Jalan Cendrawasih Nomor 18 Soya Kecil Kelurahan Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon dan dalam 37
perkara ini memilih alamat di Jalan Masjid Abidin Nomor B4 Pondok Bambu Jakarta Timur baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------- Termohon. Tuasikal Abua, S.H. dan Marlatu L. Leleury, S.E. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2017 berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2017 memberi kuasa kepada Helmy J. Sulilatu S.H., M.H. dan kawan-kawan Advokat/Kuasa Hukum yang beralamat di Jalan PHB. RT. 02/ RW 007 Halong Atas, Kecamatan Baguala Kota Ambon, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, dan Termohon, serta Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan selanjutnya telah … dianggap telah dibacakan. 68.
HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN PERTIMBANGAN HUKUM Kewenangan Mahkamah [3.1] Dianggap dibacakan. [3.2] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Maluku Tengah Nomor 8 dan seterusnya tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Maluku Tengah Tahun 2017 bertanggal 22 Februari 2017 [vide bukti TD-001 dan seterusnya]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan Dalam Eksepsi [3.3] dianggap dibacakan. [3.3.1] Bahwa Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 menyatakan, dianggap dibacakan.
38
[3.3.2] Bahwa Pasal 1 angka 21 PMK 2/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 2/2017 menyatakan, dianggap dibacakan. [3.3.3] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 serta Pasal 1 angka 27, Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5) PMK 2/2017, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dengan satu pasangan calon paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. Hari kerja dimaksud adalah hari kerja Mahkamah, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat, pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB. [3.3.4] Bahwa penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Maluku Tengah Tahun 2017 diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Maluku Tengah Nomor 8 dan seterusnya tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Maluku Tengah Tahun 2017 pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 21.45 WIT (pukul 19.45 WIB) [vide bukti TD-001 dan seterusnya]. [3.3.5] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Maluku Tengah Tahun 2017 adalah hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 21.45 WIT (pukul 19.45 WIB) sampai hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.3.6] Bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa, tanggal 28 Februari 2017, pukul 23.16 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 41 dan seterusnya, sehingga permohonan Pemohon diajukan telah melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai tenggang waktu adalah beralasan menurut hukum. [3.4] Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon diajukan melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan maka kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait, serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan.
39
69.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan beralasan menurut hukum. [4.3] Permohonan Pemohon melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.4] Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, eksepsi lain Termohon serta eksepsi Pihak Terkait lainnya, dan pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, Aswanto, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, dan Wahiduddin Adams, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal dua puluh tiga, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 15.36 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Ery Satria Pamungkas sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Selanjutnya Perkara Nomor 44/PHP.GUB-XV/2017.
40
PUTUSAN NOMOR 44/PHP.GUB-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017 yang diajukan oleh Hana Hasanah Fadel dan Tonny S Junus. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017 dengan Nomor Urut 1 (satu). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, Nomor 02/Sk dan seterusnya, bertanggal 27 Februari 2017, memberi kuasa kepada Sirra Prayuna, S.H. dan kawan-kawan, Advokat/Penasihat Hukum yang tergabung dalam team Hj. Hana Hasanah Fadel Muhammad dan HI. Tonny S. Yunus yang beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 83 Kelurahan Heledulaa Selatan, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. Terhadap I. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo, berkedudukan di Jalan Tinaloga Nomor 24, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 14 Maret 2017, memberi kuasa kepada Ahmad Tawakkal Paturusi, S.H., M.H. dan kawan-kawan, para Advokat/Konsultan Hukum, dari kantor Advokat dan Konsultan Hukum ATP & Associates yang beralamat di kantor … beralamat Kantor di Jalan Urip Sumoharjo Nomor 41, Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakukang Kota Makassar, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------- Termohon. II. Drs. H. Rusli Habibie, M,Ap. dan Dr. Drs. Hi. Idris Rahim, MM. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017 dengan Nomor Urut 2 (dua). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 15 Maret 2017 memberi kuasa kepada Dorel Almir, SH., M.Kn., dan kawankawan, kesemuanya advokat pada Kantor Advokat Almir & Partners beralamat di Gedung Manggala Wanabakti Lt. 7, Wing 41
A, Ruang 702A, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan - Jakarta 10270, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan. 70.
HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo Nomor 07/Kpts dan seterusnya tahun 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil pemungutan … Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Tahun 2017, tanggal 26 Februari 2017 [vide bukti P-1= bukti TE.4.002= bukti PT-03]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2015 dan Pasal 1 angka 27 serta Pasal 5 ayat (1) dan ayat (4) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai berikut. Pasal-pasal dianggap dibacakan. [3.6.3] Bahwa penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo Nomor 07 dan seterusnya 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Tahun 2017, tanggal 26 Februari 2017, hari Minggu, tanggal 26 Februari 2017, pukul 11.55 WITA. [3.6.4] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, sampai dengan hari Rabu, tanggal 1 Maret 2017, pukul 24.00 WIB. 42
[3.7]
Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Rabu, tanggal 1 Maret 2017, pukul 09.10 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 43/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan.
Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [3.9] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum (Legal Standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 3) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 3 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK 1/2016? 4) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (1) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) PMK 1/2016? [3.10]Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: [3.10.1]Bahwa Pasal 1 angka 3 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK 1/2016, menyatakan. Pasal-pasal dianggap dibacakan. [3.10.2]Bahwa Keputusan Termohon Nomor 14/Kpts/KPU dan seterusnya 2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017, tanggal 24 Oktober 2016 dan Keputusan Termohon Nomor 15/Kpts dan seterusnya 2016 tentang Penetapan Nomor Urut dan Daftar Pasangan Calon Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017, tanggal 25 Oktober 2016 (Vide bukti P-2 dan bukti P-3 = bukti TA.015 dan bukti TA.016 serta bukti PT-1 dan bukti PT-02] menyatakan bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017 dengan Nomor Urut 1.
43
[3.10.3]Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017, dengan Nomor Urut 1. [3.10.4]Bahwa Pasal 158 ayat (1) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) PMK 1/2016 menyatakan, dianggap dibacakan. [3.10.5]Bahwa jumlah penduduk Provinsi Gorontalo berdasarkan Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2015 per tanggal 31 Desember 2016 ... 2015 adalah 1.143.765 jiwa [vide bukti TB.003], sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) adalah paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU … KPU Provinsi Gorontalo. [3.10.6]Bahwa total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan KPU Provinsi Gorontalo adalah 643.839 suara. Sehingga jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait adalah paling banyak 2% x 643.839 = 12.876,78 suara = dibulatkan 12.876 suara. [3.10.7]Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 166.430 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait (Pasangan Calon peraih suara terbanyak) adalah 326.131 suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah 326.131 suara - 166.430 suara = 159.701 suara setara dengan 24,8%. [3.11]Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo dalam Pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo Tahun 2017, namun Pemohon tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) PMK 1/2016, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.12] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum maka eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan.
44
71.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [4.5] eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta Pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan.
AMAR PUTUSAN Mengadili, 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Manahan M.P Sitompul, I Dewa Gede Palguna, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal tiga puluh, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 15.48 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Saiful Anwar sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. Berikutnya, Perkara Nomor 45/PHP.GUB-XV/2017.
45
PUTUSAN NOMOR 45/PHP.GUB-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, yang diajukan oleh H. Rano Karno, S.Ip. dan H. Embay Mulya Syarief Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, Nomor Urut 2. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 27 Februari 2017, memberi kuasa kepada Sirra Prayuna dan kawan-kawan, Advokat dan Konsultan Hukum yang tergabung dalam BADAN BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI (BBHA) PUSAT PDI PERJUANGAN yang berkedudukan di Perkantoran Golden Centrum, Jalan Majapahit 26 Blok AG, Jakarta Pusat, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. Terhadap: I. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, berkedudukan di Jalan Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani Nomor 7A, Banjar Agung, Cipocok Jaya, Kota Serang, Provinsi Banten. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 81 dan seterusnya, bertanggal 15 Maret 2017, memberi kuasa kepada Robikin Emhas, S.H., M.H., dan kawan-kawan, Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor hukum ART & PARTNER Law Firm, beralamat di Menara Kuningan 8th Floor Suite E, Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-7 Kav. 5, Jakarta, 12940, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------- Termohon. II.
Nama: Dr. H. Wahidin Halim, M.Si. dan H. Andika Hazrumy, S.Sos., M.Ap. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, Nomor Urut 1. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 6 Maret 2017 memberi kuasa kepada Ramdan Alamsyah dan kawan-kawan, para Advokat dan/atau Konsultan Hukum yang tergabung dalam Tim Hukum Wahidin Halim-Andika Hazrumy yang beralamat di Komplek Griya Bank Mandiri, Jalan H. Nawi Raya Nomor 23, 46
Kelurahan Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan. 72.
HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Nomor 08/Kpts dan seterusnya tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, tanggal 26 Februari 2017 [vide bukti P-4 = bukti TE001 = bukti PT-3]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016, dan Pasal 1 angka 27 serta Pasal 5 ayat (1) dan ayat (4) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai berikut: [3.6.3] Bahwa penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Nomor 08/Kpts/TAHUN 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, hari Minggu, tanggal 26 Februari 2017, pukul 15.58 WIB [vide bukti P-4 = bukti TE-001 = bukti PT-3]. [3.7] Menimbang bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, pukul 07.30 WIB sampai dengan hari Rabu, tanggal 1 Maret 2017, pukul 24.00 WIB. Adapun permohonan Pemohon diajukan di 47
Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa, tanggal 28 Februari 2017, pukul 16.07 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 33/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo. [3.9] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan ... diulangi. Menimbang dalam mempertimbangkan kedudukan hukum Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 3 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, serta Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK 1/2016? 2) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (1) UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) PMK 1/2016? [3.10] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: [3.10.1] Bahwa Pasal 1 angka 3 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK 1/2016, menyatakan: Pasal 1 angka 3 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016 Pasal 2 huruf a PMK 1/2016 Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK 1/2016, dianggap dibacakan. [3.10.2] Bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Nomor 052/Kpts/KPU.Prov-015/TAHUN 2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten Tahun 2017, tanggal 24 Oktober 2016 [vide bukti P-2 = bukti TA.001 = bukti PT-1] menyatakan bahwa: 1. Sdr. Dr. H. Wahidin Halim, M.Si. sebagai calon Gubernur Banten dan Sdr. H. Andika Hazrumy, S.Sos., M.AP. sebagai calon Wakil Gubernur Banten; dan
48
2. Sdr. H. Rano Karno, S.IP. sebagai calon Gubernur Banten dan Sdr. H. Embay Mulya Syarief sebagai calon Wakil Gubernur Banten; serta Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Nomor 054/Kpts/KPU.Prov-015/TAHUN 2016 tentang Penetapan Nomor Urut dan Daftar Pasangan Calon Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten Tahun 2017, tanggal 25 Oktober 2016 [vide bukti P-3 = bukti TA.002 = bukti PT-2] menyatakan bahwa: No.
NAMA PASANGAN CALON GUBERNUR
WAKIL GUBERNUR
1.
Dr. H. Wahidin Halim, M.Si.
H. Andika Hazrumy, S.Sos., M.AP.
2.
H. Rano Karno, S.IP.
H. Embay Mulya Syarief
GABUNGAN PARTAI POLITIK PENGUSUNG Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS, PKB, Partai Hanura, dan PAN PDI Perjuangan, PPP, dan Partai NasDem
[3.10.3] BBahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, dengan Nomor Urut 2. [3.10.4] Bahwa Pasal 158 ayat (1) huruf c UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) huruf c PMK 1/2016 menyatakan: Pasal 158 ayat (1) huruf c UU 10/2016 dianggap dibacakan. Pasal 7 ayat (1) huruf c PMK 1/2016 dianggap dibacakan. [3.10.5] Bahwa jumlah penduduk Provinsi Banten berdasarkan Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2015 per tanggal 31 Desember 2015 adalah 10.083.370 jiwa [vide bukti TB.001], sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) untuk dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017 adalah paling banyak sebesar 1% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU Provinsi Banten. 49
[3.10.6] Bahwa total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan KPU Provinsi Banten adalah 4.732.536 suara, sehingga jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait adalah paling banyak 1% x 4.732.536 = 47.325 suara. [3.10.7] Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 2.321.323 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait adalah 2.411.213 suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah (2.411.213 suara - 2.321.323 suara) = 89.890 suara (1,90%) sehingga lebih dari 47.325 suara. [3.11] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017, namun Pemohon tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (1) huruf c UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (1) huruf c PMK 1/2016, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.12] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum maka eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. 73.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan.
50
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, Aswanto, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, dan Wahiduddin Adams, masing-masing sebagai Anggota, pada Kamis, tanggal dua puluh tiga, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 16.02 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas, dengan didampingi oleh Rizki Amalia sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. Berikutnya Perkara Nomor 46/PHP.BUP-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 46/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara Tahun 2017, yang diajukan oleh: M. Ali Sangaji, S.E., M.M., dan Yulce Makasarat, S.TH. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017, Nomor Urut 2. Berdasarkan Surat Kuasa khusus bertanggal 24 Februari 2017, memberi kuasa kepada M. Afif Abdul Qoyim, S.H. dan kawan-kawan yang telah dicabut sebagaimana tertuang dalam surat bertanggal 3 Maret 2017, perihal “Pencabutan Surat 51
Kuasa”.Selanjutnya memberi kuasa kepada Rizal Patuan Lubis dan kawan-kawan berdasarkan Surat Kuasa Nomor 239 dan seterusnya, Advokat/Penasihat Hukum pada kantor R. PATUAN & PARTNERS beralamat di SME Tower Lantai 10, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 94, Pancoran, Jakarta Selatan, baik sendirisendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------Pemohon. I.
II.
Terhadap: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pulau Morotai, berkedudukan di Jalan Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Desa Darame, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai. Itu huruf b-nya diganti huruf besar. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 14 Maret 2017, memberi kuasa kepada Ali Nurdin, S.H., S.T. dan kawankawan, Advokat/Penasihat Hukum pada kantor hukum Ali Nurdin & Partners, yang beralamat di Jalan Panglima Polim IV Nomor 47, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------- Termohon. Nama : Benny Laos dan Asrun Padoma. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017, Nomor Urut 1. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 03 Maret 2017 memberi kuasa kepada Rudi Alfonso, S.H., M.H. dan kawankawan, Advokat/Konsultan Hukum pada ALFONSO & PARTHNERS LAW OFFICE, yang beralamat di The “H” Tower, 15 th Floor, Suite G, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.20, Jakarta, baik secara bersamasama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------Pihak Terkait.
[1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan.
52
74.
HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Pulau Morotai Nomor 09/KPTS/KPU-PM/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017 tertanggal 22 Februari 2017, pukul 17.30 WIT [vide bukti P-1 = bukti PT- 46-4]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] sampai [3.6.2] dianggap dibacakan. [3.6.3]Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Tahap Akhir Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. [3.6.6]Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 24.00 WIB sampai dengan hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.7] Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 20.59 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 8/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon/eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [3.9] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 53
5) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a serta Pasal 3 ayat (1) PMK 1/2016? 6) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016 sebagaimana diubah dengan PMK 1/2017? [3.10]Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: dianggap dibacakan. [3.10.2] Bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pulau Morotai Nomor 35/KPTS/KPU-PM/2016 tanggal 24 Oktober 2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Yang Memenuhi Syarat Sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017, menyatakan menetapkan Pasangan Calon Bupati Dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017: 1) Benny Laos dan Asrun Padoma, S.Ag., diusung Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKB, Partai Gerindra, Partai Nasdem dan Partai Demokrat. 2) M. Ali Sangaji, S.E., M.M. dan Yulce Makasarat, S.Th. diusung oleh PKS, PAN dan PPP. 3) Ramli Yaman, S.Pd., M.M. dan Adjan Djaguna, S.Ag. diusung oleh Perseorangan. Serta Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pulau Morotai Nomor 36/Kpts dan seterusnya tanggal 25 Oktober 2016 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pulau Morotai Tahun 2017, menyatakan menetapkan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017: 1) Nomor Urut 1 : Benny Laos dan Asrun Padoma, S.Ag. diusung Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKB, Partai Gerindra, Partai Nasdem dan Partai Demokrat. 2) Nomor Urut 2 : M. Ali Sangaji, S.E., M.M. dan Yulce Makasarat, S.Th. diusung dan seterusnya dianggap dibacakan. 3) Nomor Urut 3 : Ramli Yaman, S.Pd., M.M. dan Adjan Djaguna, S.Ag. melalui jalur perseorangan. [3.10.3] Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pulau Morotai dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017, dengan Nomor Urut 2. 54
[3.10.4] Bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, menyatakan: kedua pasal itu dianggap dibacakan. [3.10.5] Bahwa jumlah penduduk Kabupaten Pulau Morotai menurut Pemohon adalah 60.727 jiwa, namun menurut Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2015, bertanggal 31 Desember 2015 yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri jumlah penduduk Kabupaten Pulau Morotai adalah 64.178 jiwa, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak untuk dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017 adalah paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Pulau Morotai. [3.10.6] Bahwa total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan KPU Kabupaten Pulau Morotai adalah 38.334 suara, sehingga jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak adalah paling banyak 2% x 38.334 suara (total suara sah) = 767 suara. [3.10.7] Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 13.221 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 19.069 suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah (19.069 suara - 13.221 suara) = 5.848 suara (15,26%) sehingga melampaui ... lebih dari 767 suara. [3.11] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pulau Morotai dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2017, namun Pemohon tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.12] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum, maka eksepsi lain dari
55
Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. 75.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait dan pokok … pokok permohonan tidak … serta pokok permohonan, itu dibalik. Saya ulangi. Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, Aswanto, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, dan Wahiduddin Adams, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal dua puluh tiga, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 16.15 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Syamsudin Noer sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. 56
Sekarang Perkara Nomor 47/PHP.BUP-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 47/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua Tahun 2017, yang diajukan oleh Briyur Wenda, S.Pd., MAP. dan Paulus Kogoya, S.Sos. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua, Tahun 2017, Nomor Urut 1 (satu). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 9 Maret 2017, memberi kuasa kepada Supriono, S.H. dan Yanuar Trisulo, S.H. Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada Kantor Lembaga Bantuan Hukum “Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI)”, beralamat di Wisma Bonang, Jalan Bonang Nomor 23 Menteng, Jakarta Pusat – Indonesia, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. I.
Terhadap: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lanny Jaya, berkedudukan di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, bertanggal 14 Maret 2017, memberi kuasa kepada Petrus P. Ell, S.H., M.H., Advokat pada kantor Pieter Ell & Associates, beralamat di Jl. Raya Abepura – Sentani, Jayapura dan Jl. Wahid Hasyim Nomor 48 B Lantai III Menteng – Jakarta Pusat, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------ Termohon;
II. Befa Yigibalom, S.E., M.Si. dan Yemis Kogoya, S.IP. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua, Tahun 2017, Nomor Urut 2 (dua). Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 Maret 2017, memberi kuasa kepada Habel Rumbiak, S.H., Sp.N., Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Kamasan Law Firm, yang beralamat di Gedung Arva Lantai 3, Jl. R.P Soeroso Nomor 40, Jakarta Pusat, bertindak atas nama pemberi kuasa. 57
Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian Duduk Perkara dan selanjutnya dianggap telah dibacakan. 76.
HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lanny Jaya Nomor 62/Kpts dan seterusnya 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya Tahun 2017, tanggal 24 Februari 2017 (vide bukti T-1 = bukti PT-3). Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 1 angka 27 serta Pasal 5 ayat (1) dan ayat (4) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, sebagai berikut. Pasal-pasal dianggap dibacakan. [3.6.3] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 1/2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK 1/2017, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Tahap Akhir Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. [3.6.4] Bahwa Pasal 1 angka 27 PMK 1/2017 menyatakan. Dan selanjutnya Pasal 5 ayat (4) PMK 1/2017 juga menyatakan dan dianggap dibacakan. [3.6.5] Bahwa hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lanny Jaya Nomor 62/Kpts dan seterusnya 2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya Tahun 58
2017, hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 20.55 WIT (vide bukti T-1 = bukti PT-3). [3.6.6] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 20.55 WIT sampai dengan hari Selasa tanggal 28 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.7] Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin tanggal 27 Februari 2017, pukul 17.28 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 26/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dalam Eksepsi [3.8] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon. Pihak Terkait ada? Coba di cek, tidak ada? Mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016. [3.9] Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan kedudukan hukum (Legal Standing) Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 7) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, dan Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) PMK 1/2016? 8) Apakah Pemohon memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016? [3.10] Menimbang bahwa terhadap dua hal tersebut, Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: [3.10.1] Bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, Pasal 157 ayat (4) UU 10/2016, Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 PMK 1/2016, menyatakan. Dianggap dibacakan. [3.10.2] Bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lanny Jaya Nomor 41/Kpts dan seterusnya 2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya Tahun 2017, bertanggal 24 Oktober 2016, menyatakan daftar pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2017 adalah (1) Briyur Wenda, S.Pd., M.A.P. dan Paulus 59
Kogoya, S.Sos. (2) Befa Yigibalom, S.E., M.Si. dan Yemis Kogoya, S.Ip. (vide bukti P-24) serta Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lanny Jaya Nomor 42/Kpts dan seterusnya 2016 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya Tahun 2017, bertanggal 25 Oktober 2016, menyatakan bahwa (1) Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Briyur Wenda, S. Pd. M.A.P. dan Paulus Kogoya, S.Sos. pada nomor urut 1; (2) Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Befa Yigibalom, S.E., M.Si. dan Yemis Kogoya, S.IP, pada nomor urut 2 (vide bukti P-19). [3.10.3]Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2017, dengan Nomor Urut 1. [3.10.4]Bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 10/2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a PMK 1/2016, menyatakan. Dianggap dibacakan. [3.10.5]Bahwa jumlah penduduk berdasarkan Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) Semester II Tahun 2015 per tanggal 31 Desember 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Lanny Jaya adalah 115.597 (seratus lima belas ribu lima ratus sembilan puluh tujuh) jiwa, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak untuk dapat diajukan permohonan perselisihan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2017 adalah paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Lanny Jaya. [3.10.6]Bahwa jumlah perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak adalah paling banyak 2% x 112.930 suara (total suara sah) = 2.259 suara. [3.10.7]Bahwa perolehan suara Pemohon adalah 39.182 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 73.748 suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah (73.748 suara – 39.182 suara) = 34.566 suara (30,61%) sehingga lebih dari 2.259 suara. [3.11] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat, meskipun Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2017, namun Pemohon 60
tidak memenuhi ketentuan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 7 PMK 1/2016, sehingga Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara a quo. Dengan demikian, eksepsi Termohon bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [3.12] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum maka eksepsi lain dari Termohon serta pokok permohonan tidak dipertimbangkan. 77.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.3] Eksepsi Termohon mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo. [4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan pokok permohonan tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili 1. Mengabulkan eksepsi Termohon mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, dan Suhartoyo, I Dewa Gede Palguna, Manahan M.P Sitompul, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu, tanggal dua puluh sembilan, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam 61
Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 16.28 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Achmad Edi Subiyanto sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, Termohon/Kuasa Hukumnya, dan Pihak Terkait/Kuasa Hukumnya. Yang terakhir untuk Perkara 48/PHP.KOT-XV/2017. PUTUSAN NOMOR 48/PHP.KOT-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Jayapura Tahun 2017, yang diajukan oleh: Lembaga Demokrasi dan Riset Papua atau Papua Democratic and Research lnstitutes [PDRI] yang dalam hal ini diwakili oleh Drs. Aloysius Renwarin, S.H., M.H., dan Ariel Marini, S.H., beralamat di Perum Waena Residence Blok A2, Jalan Kamp Wolker, Yabansai, Waena, Kota Jayapura. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------- Pemohon. I.
II.
Terhadap: Komisi Pemilihan Umum Kota Jayapura yang dalam hal ini diwakili oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua, beralamat di Jalan Baru Pantai Enggros, Kelurahan Asano, Distrik Abepura, Kota Jayapura. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 09/PHP dan seterusnya bertanggal 15 Maret 2017, memberi kuasa kepada Ali Nurdin, S.H., S.T. dan kawan-kawan advokat/kuasa hukum pada kantor Hukum Ali Nurdin & Partners, beralamat di Jalan Panglima Polim IV Nomor 47, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baik sendirisendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------- Termohon. Dr. Drs. Benhur Tomi Mano, M.M. dan Ir. H. Rustan Saru, M.M. Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Jayapura Tahun 2017. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 15 Maret 2017, memberi kuasa kepada Dr. Refly Harun, S.H., M.H., LL.M. dan kawan-kawan advokat/kuasa hukum pada kantor 62
Advokat dan/atau Konsultan hukum dan Tim Advokasi Benhur Tomi Mano dan Rustan Saru (BTM-HARUS) beralamat di Jalan Jeruk Nipis Nomor 160 Kotaraja RT/RW 003/004, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura, Kota Jayapura, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa. Selanjutnya disebut sebagai --------------------------- Pihak Terkait. [1.2] Membaca permohonan Pemohon. Mendengar keterangan Pemohon. Mendengar dan membaca Jawaban Termohon. Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait. Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait. Bagian duduk perkara dan seterusnya dianggap telah dibacakan. 78.
HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Kewenangan Mahkamah [3.4] Dianggap dibacakan. [3.5] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan keberatan terhadap keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Jayapura Nomor 15/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Jayapura Tahun 2017, bertanggal 22 Februari 2017 [vide bukti TD dan seterusnya. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon a quo. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan Dalam Eksepsi [3.6] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon dan pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu akan mempertimbangkan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait yang menyatakan bahwa pengajuan permohonan Pemohon telah melewati tenggang waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 2/2016 juncto Pasal 6 PMK 2/2017 dan Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo, sebagai berikut. [3.6.1] Bahwa Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 menyatakan, dianggap dibacakan. [3.6.2] Bahwa Pasal 6 ayat (1) PMK 2/2016 menyatakan, “Permohonan Pemohon diajukan kepada Mahkamah paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak 63
diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota”. Bahwa yang dimaksud hari kerja berdasarkan PMK 2/2016 juncto Pasal 1 angka 21 dan Pasal 6 ayat (5) PMK 2/2017 adalah hari kerja Mahkamah Konstitusi, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat yaitu pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB. [3.7] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 10/2016 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 2/2016, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Jayapura Tahun 2017 paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan. [3.7.1] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Jayapura Tahun 2017 diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Jayapura Nomor 15/Kpts/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dan Hasil Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Jayapura Tahun 2017, tanggal 22 Februari 2017, pukul 21.30 WIT [vide bukti TD.3-002 = bukti PT-3]. [3.7.2] Bahwa tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017, pukul 24.00 WIB, hari Kamis, tanggal 23 Februari 2017, pukul 24.00 WIB dan hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017, pukul 24.00 WIB. [3.7.3] Bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, pukul 19.02 WIB, berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 50/PAN.MK/2017, sehingga permohonan Pemohon diajukan melewati tenggang waktu pengajuan permohonan sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. [3.8] Menimbang bahwa kendatipun permohonan telah melewati tenggang waktu yang ditentukan undang-undang, penting bagi Mahkamah mempertimbangkan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 PMK 2/2016. Terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah mempertimbangkan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf d PMK 2/2016 yang menyatakan, “Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah: d. Pemantau Pemilihan dalam negeri yang terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk 64
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota”. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan tersebut, maka Pemohon harus dapat membuktikan dirinya sebagai Pemantau Pemilihan dalam negeri yang terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPU/KIP Kabupaten/Kota. Namun, Mahkamah ternyata tidak menemukan bukti bahwa Lembaga Demokrasi dan Riset Papua atau Papua Democratic and Research lnstitutes [PDRI] adalah Pemantau Pemilihan yang terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPU sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d PMK 2/2016. Dengan demikian, Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo, sehingga seandainyapun permohonan a quo masih dalam tenggang waktu, Pemohon tetap tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing). [3.9] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, menurut Mahkamah eksepsi Termohon dan Pihak Terkait mengenai tenggang waktu dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan menurut hukum. Dengan demikian, eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan. 79.
KETUA: ARIEF HIDAYAT KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo. [4.2] Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan dan kedudukan hukum (legal standing) beralasan menurut hukum. [4.3] Permohonan Pemohon melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan. [4.4] Pemohon tidak memiliki Kedudukan hukum (legal standing). [4.5] Eksepsi lain dari Termohon dan Pihak Terkait serta pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang dan seterusnya dianggap telah dibacakan. AMAR PUTUSAN Mengadili, 1. Mengabulkan
eksepsi
Termohon
dan
Pihak Terkait mengenai 65
tenggang waktu pengajuan permohonan dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. 2. Menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima. KETUK PALU 1X
Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi, yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Manahan M.P. Sitompul, Aswanto, dan I Dewa Gede Palguna, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal dua puluh tiga, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal empat, bulan April, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pada pukul 16.39 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi tersebut di atas dengan didampingi oleh Hani Adhani sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasa, Termohon/kuasa, dan Pihak Terkait/kuasa. Demikian, Pemohon, dan Termohon, serta Pihak Terkait, seluruh putusan pada sesi sore ini telah dibacakan, diucapkan putusan, salinan putusan dapat diambil di lantai 4, gedung Mahkamah Konstitusi. Sebelum saya akhiri persidangan ini, saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Para Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait yang masih hadir di sini dan yang sudah keluar saya tidak mengucapkan terima kasih. Sidang selesai dan saya tutup.
KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 16.40 WIB Jakarta, 4 April 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Yohana Citra Permatasari NIP. 19820529 200604 2 004
Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.
66